126-Article Text-203-2-10-20190811mm
126-Article Text-203-2-10-20190811mm
1 , April 2019
ABSTRAK: Artikel ini bertujuan untuk melakukan review terhadap penelitian tentang karakteristik
resiliensi pada keluarga yang mempunyai anak disabilitas yang meliputi tinjauan terhadap latar belakang
keluarga, berbagai jenis disabilitas, dan rancangan penelitian. 11 hasil penelitian, digunakan untuk me-
review dengan publikasi jurnal internasional antara tahun 2015-2018. Karakteristik subjek penelitian
tidak hanya berasal dari keluarga inti, namun bibi, kakek, nenek yang memiliki anak disabilitas dengan
berbagai kriteria seperti disabilitas intelektual, autis (ASD), down syndrome, dan anak dengan kriteria
disabilitas lain. Hasil dari review, menunjukkan bahwa resiliensi berperan sebagai faktor pelindung
keluarga dalam beradaptasi dan menghadapi anak disabilitas pada kehidupan sehari-hari. Penelitian
dilakukan di berbagai negara seperti India, Amerika, Korea untuk mengukur resiliensi pada keluarga.
Metode yang sering digunakan dalam penelitian ini ialah survey, komparatif, dan yang lain
menggunakan wawancara. Pembahasan mengenai hasil review, berimplikasi bagi penelitian selanjutnya
yang dapat dilakukan di Indonesia.
ABSTRAC: This article discusses research on the characteristics of resilience in families that have
children with disabilities that discuss family backgrounds, various types of disabilities, and research
designs. 11 results of the study were used to review international journal publications between 2015-
2018. The characteristics of the research subjects were not only from the nuclear family, but also aunts,
grandfathers, grandmothers who had children who were compatible with various criteria such as
disability, autism (ASD), down-syndrome, and children with other disabilities. The results of the review
indicate facts taken as a family protective factor in discussions and discussing children's problems in
daily life. The research was conducted in various countries such as India, America, Korea to measure
resilience in families. The method often used in this study is a survey, then comparative, and others use
interviews. Discussion regarding the results of the review, it has implications for further research that
can be done in Indonesia.
tuntutan pengasuhan dalam sehari-hari Keluarga terutama orang tua sebagai agen
merupakan penyebab stres pada orang tua sosial anak yang utama selayaknya harus
yang paling signifikan (Crnic & Low dalam memperhatikan kebutuhan anaknya. Ketika
Wong., dkk, 2015). Terkadang, orang tua mendapati sebuah kesulitan, keluarga tidak
menerima sepenuhnya mengenai keadaan hanya bereaksi akan hal tersebut melainkan
anaknya yang berkebutuhan khusus, namun juga melakukan pendekatan terhadap
sebagian besar tekanan sehari-hari yang tantangan yang menjadi sumber stres
didapatkan dari ketidakmampuan atau mereka hal ini dapat menekan dampak stres
disabilitas oleh anak dapat mengakibatkan yang akan terjadi. Cara yang digunakan
penolakan terhadap anak tersebut dalam keluarga untuk mengelola
(Kakavand A dalam Hadizad, 2016). pengalaman-pengalaman yang
Hubungan dalam keluarga mengganggu, kesulitan, stres, akan
memberikan pengaruh yang besar untuk mempengaruhi adaptasi pada semua
membangun relasi dengan orang lain dan anggota keluarga dan relasi mereka dengan
adanya sumber daya yang potensial untuk orang lain. Proses transaksional dalam
menjadi resilien (Walsh, 2016). Penilaian anggota keluarga ini merupakan sebuah
pada keluarga yang berorientasi pada langkah yang proaktif untuk mengurangi
resilien, berarti mengupayakan anggota disfungsi dan menciptakan adaptasi yang
keluarga dapat berkembang secara positif positif untuk menghadapi tantangan di masa
yang di dalamnya terdapat anak-anak depan (Walsh, 2016).
berkebutuhan khusus maupun beresiko, Pada orang tua yang mengalami
dengan demikian memiliki kepercayaan situasi menegangkan ketika mengasuh anak
pada kemampuan yang dimiliki, adanya disabilitas muncul kecemasan mengenai
dukungan dari upaya yang dimiliki, dan masa depan anak, pengalaman stigma
mendorong keluarga untuk memanfaatkan sosial, keterbatasan dalam bersosial dan
kehidupan dengan sebaik-baiknya. Pada karier, adanya hubungan yang canggung
keluarga dengan kondisi yang memiliki dengan orang sekitar, kendala keuangan,
anak berkebutuhan khusus, kontribusi kesejahteraan dan emosional yang buruk,
positif dapat diberikan melalui orang tua, dan kurangnya layanan yang memadai
saudara kandung, kakek, nenek, paman, (Chadwick dalam Rajan, Srikhrisna, &
bibi, dan anggota keluarga lain yang Romate 2016). Tantangan hidup yang terus
memainkan peranan dalam mendukung menerus, pada gilirannya dapat
situasi yang mengancam (Walsh, 2016). memengaruhi hubungan antar anggota
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050
E-ISSN: 2502-6925
23
PSIKOVIDYA Vol 23, No. 1 , April 2019
mengenai isi dari jurnal hasil penelitian kecenderungan hasil-hasil penelitian yang
yang telah di review. Berikut telah dilakukan.
penelitian, selanjutnya akan dilakukan kandung dan anak angkat. Rata-rata usia
Berdasarkan hasil dari 11 jurnal tinggal dengan anak yang telah terdiagnosa,
memiliki anak disabilitas intelektual, 4 anak didapatkan hasil bahwa penelitian yang
belajar, dan selebihnya keluarga yang kategori ringan dan sedang. Sedangkan
pada jenis disabilitas lain, tidak disebutkan Penelitian survey yang dilakukan
Usia subjek pada penelitian ini Caples, dkk (2018); (Hillman, Marvin, &
berkisar antara 21 hingga 70 tahun yang Anderson (2016); Kadi & Cetin (2018)
terdiri dari ayah, ibu, kakek, nenek dan bibi. melibatkan kurang lebih 60 hingga 222
Keluarga yang dikarakteristikkan ialah orang tua dan 1.870 kakek dan nenek dalam
keluarga yang memiliki pasangan, dan tidak suatu keluarga. Pada penelitian ini, tujuan
sebagai single, cerai, dan pasangannya telah kuantitaif survey ialah untuk
pendidikan keluarga dalam artikel ini ialah, keluarga, dengan menilai aitem dan faktor-
lulusan sarjana, dan sekolah menengah, faktornya terhadap berbagai jenis stresor.
Rancangan penelitian yang paling pada sebelum, sesaat, dan setelah situasi
banyak dilakukan ialah survey atau yang menantang terjadi pada kehidupan
penelitian dilakukan dengan metode dilakukan oleh Choi & Il (2015) dengan
dilakukan oleh Sinha, Nitisha, Devavrat menantang setiap hari. Meskipun demikian,
(2016) dan Khan., dkk (2017), penelitian survey menjadi alternatif yang
membandingkan resiliensi antara keluarga dapat dipilih untuk mengetahui sejauh mana
yang mempunyai anak normal dengan resiliensi berperan dalam keluarga yang
oleh Mohan & Kulkarni (2018); John & keluarga yang mempunyai anak dengan
Roblyer (2017); Richardson & Stoneman disabilitas (Bayat, 2007). Perbedaan orang
(2015), mengambil subjek penelitian sekitar tua untuk merespon terhadap situasi stres
9 hingga 47 orang tua. Penelitian ini dalam membesarkan anak disabilitas dapat
demikian dapat mengembangkan suatu 2008). Resiliensi dalam perspektif ini, dapat
teori baru mengenai resiliensi pada keluarga didefinisikan sebagai adaptasi yang baik di
dengan anak disabilitas yang sesuai dengan dalam keluarga sehingga dapat menurunkan
konteks pada penelitian yang dilakukan. stres, dengan demikian kesejahteraan (well-
Hasil dari beberapa penelitian terhadap being) mereka meningkat. Menurut Walsh
resiliensi pada keluarga yang mempunyai (2010), keluarga resilien tidak selalu
anak disabiltas sangat beragam. Pada berhasil melewati krisis tanpa adanya emosi
penelitian kualitatif, hal ini menjadi suatu negatif, tetapi mereka "berjuang dengan
dibuktikan pada hal yang berkaitan dengan dan fleksibel, sumber daya keluarga,
hasil individu dan keluarga untuk lebih dan komunitas yang luas.
positif dalam berbagai konteks dan populasi 3. Proses komunikasi yang dapat
karena dianggap memiliki hubungan yang pendekatan proaktif untuk siap dalam
dekat dengan anaknya (Koohsali M., dkk menghadapi tantangan di masa depan
proses utama resiliensi pada keluarga yang perkembangan pada hubungan dengan
terbagi menjadi tiga domain fungsi anaknya ini, seperti kepribadian ibu, dan
1. Sistem kepercayaan keluarga, dapat yang penting (Amir, F., dkk dalam
keluarga, membuat makna pada sebuah demikian, peranan anggota kelurga lainnya
memilki pandangan yang positif, dan anak disabilitas agar nantinya mereka
menghabiskan waktu yang banyak (selama sangat tinggi pada anak-anak dengan usia
7 jam) dengan anaknya dibandingkan yang lebih muda dan pada anak laki-laki.
dengan ayah (selama 4 jam). Menghabiskan Jenis kelamin anak memainkan peran
lebih banyak waktu dengan anak dikaitkan penting di negara seperti India dengan
dengan lebih banyak stres pada orang tua struktur budayanya yang luas. Faktor yang
yaitu ibu rumah tangga atau orang tua yang menyumbang pada parental stress yaitu
menganggur atau orang tua yang bekerja ketidaksadaran tentang penyakit dan
multidimensi dan satu orang tua tunggal tentang gejala fisik, psikis, dan kognitif dari
atau orang tua yang menganggur dapat gangguan perkembangan, dan terdapat
menghadapi beban besar dalam pengasuhan stigma sosial terhadap anak dengan
juga menunjukkan bahwa orang tua yang mempengaruhi resiliensi pada orangtua
memiliki anak tidak disabilitas melaporkan adalah tipe pengasuhan. Nilai rata-rata
tingkat resiliensi yang sebanding, seperti resiliensi sangat signifikan pada tipe
halnya orang tua dengan anak autis dan pengasuhan authoritative, permmisive, dan
Stres yang dialami ibu sangat dan kontrol. Resiliensi menjadi yang yang
signifikan dengan parental factor seperti, paling tinggi nilainya pada orang tua yang
peran orang tua, sense of competence, dan authoritative dan paling redah pada orang
hubungan dengan pasangan. Parental stress tua yang authoritarian. Tingkat kehangatan
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050
E-ISSN: 2502-6925
31
PSIKOVIDYA Vol 23, No. 1 , April 2019
permmisive, kemudian orang tua dengan (Walsh, 2016). Ketegangan yang terjadi
tipe pengasuhan authoritarian. Hal ini dalam keluarga ialah meningkatnya biaya
kehangatan terhadap anak lebih dari kontrol meningkatnya kesulitan dalam mengelola
kritis dan transisi yang besar, hal ini Keberfungsian keluarga, dapat
khusus. Kumpulan stressor yang berasal resilien. Proses dalam keluarga yang
meningkatkan kerentanan dan timbul resiko beradaptasi untuk jangka waktu yang
(Patterson, 2002). Kesulitan yang dihadapi anggota keluarga, dan membuat makna
oleh keluarga, dapat terjadi ketika anggota bersama. Caples., dkk (2018)
atau tekanan yang komulatif (Walsh, 2007). family hardiness, dan tekanan keluarga
jaringan sosial yang luas, memiliki keluarga dan berpotensi membatasi dampak
Prinsip utama resiliensi pada Phillips, & Williamson, 2011; McCubbin &
keluarga meliputi kekuatan dan resiliensi McCubbin, dalam Walsh 2016) terutama
anggota keluarga, kerja sama, dan stabilitas. bagi mereka yang menghadapi diskriminasi
Memperkuat resiliensi pada keluarga dapat dan hambatan dalam sosial ekonomi.
memberikan dukungan dan informasi yang yang mungkin akan dihadapi dan konteks
(Caples., dkk, 2018). Pentingnya Mohan & Kulkarni (2018) pada budaya
bagi kesejahteraan anak dan orang tua masyarakat kolektivis di mana individu
dalam menghadapi situasi yang menantang digolongkan oleh keluarga, komunitas dan
di setiap harinya. Fungsi yang efektif dalam budaya kota atau kota besar.
bergantung pada jenis dan tingkat kesulitan dengan orang lain dari pada harus menonjol
terhadap tantangan yang dihadapi, dan di antara orang lain. Kesehatan mental
tujuan keluarga dalam menjalani kehidupan sangat penting bagi kesejahteraan individu
budaya dan spiritual juga mampu berbagai pemicu stres, kemampuan untuk
Sedangkan pada negara yang maju disabilitas, usia anak, jenis kelamin anak,
seperti Korea, orang tua bertanggung jawab dan IQ nya. Pada penelitian yang dilakukan,
penuh atas perawatan anak mereka karena peneliti berfokus pada kekuatan internal
program dukungan untuk anak-anak cacat yang dimiliki oleh orang tua pada saat
walaupun di Korea masih sangat terbatas. merawat dan membesarkan anak disabilitas
beban keuangan karena mereka harus pertumbuhan fisik, pubertas, dan perubahan
khusus. Dukungan program-program ini, menjadi penyebab utama stres pada orang
stres, kelelahan fisik dan emosional di penuaan orang tua, yang memberi dampak
antara orang tua. Terdapat sikap negatif psikologis tersendiri pada orang tua (Sinha,
keluuarga, hal ini menjadi sesuatu yang Penelitian yang dilakukan oleh
kuat dalam masyarakat Korea karena Rajan, Srikhrisna, & Romate (2016)
memiliki kelompok orang yang sangat menunjukkan tidak ada hubungan antara
homogen. Tidak banyak etnis keragaman di resiliensi dengan usia orang tua dan anak,
kesempatan untuk bertemu orang yang diagnosis, jenis kelamin, dan IQ. Resiliensi
diskriminasi dan isolasi (Choi & Il, 2015). faktor demografis dapat dijelaskan dalam
secara independen pada usia orang tua, jenis bahwa ada tugas perkembangan yang perlu
kelamin, waktu yang dihabiskan untuk dikuasai orang tua, dalam kaitannya dengan
tinggal dengan anak setelah didiagnosis anak penyandang cacat di setiap tahap
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050
E-ISSN: 2502-6925
34
PSIKOVIDYA Vol 23, No. 1 , April 2019
usia dewasa atau setengah baya atau apakah kehidupan keluarga, dapat dikaitkan antara
anak-anak mereka di masa remaja atau faktor resiko dan protektif dalam resiliensi
masa kanak-kanak, orang tua dihadapkan pada individu, hal ini dapat bervariasi.
dengan tuntutan dan tantangan, yang dapat (Olsson, Bond, Burns, Vella-Brodrick, &
membuat mereka dalam tekanan. Sebagai Sawyer, 2003). Penelitian yang menguji
orang tua juga memiliki masalah baru, denagn anak autis (ASD) juga dilakukan
perjuangan untuk ditangani. Tetapi dampak oleh Rea-Amaya (2017), didapatkan hasil
dari ini dapat bervariasi sehubungan dengan bahwa ketika orang tua memberikan makna
jenis kelamin anak serta orang tua, pada kehidupan mereka dan dapat mencari
anak. Jadi menarik makna dari kesulitan maka ikatan emosional keluarga menjadi
tampaknya rumit,unik untuk setiap orang kuat. Namun ketika mereka menunjukkan
tua dan bervariasi selama periode waktu kesulitan, kesusahan, kesedihan atas
tertentu. Konsisten dengan ini adalah peristiwa yang dialami, sedikit sekali
gagasan saat ini dalam ketahanan, yaitu, tolerasi dan ketidakkonsistenan dalam
kelemahan dan kekuatan dalam mengubah resiliensi dapat dikategorikan menjadi tiga,
tahap perkembangan. Dengan demikian, antara lain individu, sosial, dan lingkungan.
mereka terlibat dalam perilaku yang Pada tingkat individu, terdapat kepercayaan
seperti persepsi diri yang positif, sense of upaya seperti menemukan kemampuan
meaning life, dan locus of control (Bekhet., anak dan mencari orang yang professional
dkk, 2012; Friborg., dkk, 2006; Olsson., sebagai bentuk tersedianya layanan yang
dkk, 2003). Pada tingkat sosial terdapat dibutuhkan untuk anak disabilitas. Faktor
organisasi (Bekhet., dkk, 2012; Friborg., sosial, dan efikasi diri (Mohan & Kulkarni,
yang memiliki anak berkebutuhan khusus anak disabilitas. Penelitian yang dilakukan
penelitan yang dilakukan oleh Rajan, dan locus of control pada ibu yang memiliki
Srikhrisna, & Romate (2016) menunjukkan anak dengan kategori disabilitas autis
bahwa perbedaan dalam latar belakang (ASD) dan anak yang tidak memiliki
pendidikan orang tua sangat berpengaruh kategori disabilitas. Namun tidak terdapat
keluarga. Bagi orang tua yang memiliki kelompok terhadap resiliensi dan dukungan
latar belakang pendidikan yang tinggi, sosial. para ibu, memanfaatkan informasi
mempunyai kesadaran dan pemahaman yang didasarkan pada fakta dan agama
untuk mengatasi tuntutan yang diperlukan untuk memahami disabilitas yang dialami
bagi anak disabilitas. Orang tua melakukan oleh anak mereka. Hal ini senada dengan
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050
E-ISSN: 2502-6925
36
PSIKOVIDYA Vol 23, No. 1 , April 2019
penelitian yang dilakukan oleh Richardson dampak dari kondisi yang dimiliki, usia
& Stoneman (2015), menjelaskan bahwa anak, tingkat perkembangan anak, depresi
sebuah anggota dalam komunitas agama orang tua, stres orang tua, dan ketegangan
menjadi keanggotaan yang sepenuhnya dengan anak seperti mobilitas dan masalah
ini dapat menjadi bukti bahwa spiritualitas masalah keluarga, Kesadaran sebelumnya
Caples., dkk (2018); Choi & Il (2015) kognitif. Hal ini membentuk lingkaran
menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor umpan balik dengan coping dan self-
yang berpengaruh terhadap pengasuhan efficacy. Putaran umpan balik ini ditandai
anak down syndrome. Faktor positif yang sebagai resiliensi (Mohan & Kulkarni,
orang tua, kekompakan dalam sebuah demografis dilakukan oleh Kadi, S., &
berkomunikasi, adanya keluarga yang bahwa tidak ada perbedaan antar sub grup
mendukung, dan kualitas pelayanan pada diantaranya, jenis kelamin anak-anak, usia
berpengaruh negatif ialah incendiary family pengasuhan, masalah kesehatan orang tua,
pendapatan dan pendidikan orang tua Penelitian yang mereview pada keluarga
terhadap disabilitas ganda (lebih dari satu yang memiliki anak autis (ASD) juga telah
disabilitas yang dialami oleh anak). Namun dilakukan oleh Illias, dkk., di Asia
kelamin orang tua dan jenis disabilitas anak. 12, Filipina 5, Singapura 5, Thailand 2,
anggota keluarga besar seperti kakek, review oleh McConnell & Savage (2015)
menjadi hal yang penting untuk resiliensi mengenai resiliensi keluarga yang memilki
keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh anak berkebutuhan khusus. Dapat dilihat
Hillman, Marvin, & Anderson (2016) bahwa adanya penelitian yang berfokus
memberikan kontribusi uang yang sangat setiap tahun, hal ini kemungkinan
bagi cucunya yang mengalami autism, menderita disabilitas. Berdasarkan data dari
mereka juga memiliki koping yang sangat Badan Pusat Statistik Nasional hingga pada
baik terhadap cucunya walaupun terdapat tahun 2017 mencapai 1,6 juta anak
hasil penelitian untuk melihat resiliensi mengasuh, dan mempersiapkan masa depan
Sasaran dalam beberapa hasil jurnal multifaktor, hal ini menekankan interaksi
penelitian ini, lebih banyak mengacu pada berbagai faktor resiko dan faktor protektif
harinya. Faktor yang paling berpengaruh kepercayaan yang ada pada keluarga
pada resiliensi keluarga ini ialah keagamaan (seperti mempunyai makna akan hal sedang
anggota, kesadaran diri, dukungan sosial. sosial dan eknomi, kejelasan (clarity),
dipandang sebagai sebuah hasil dari pola Berdasarkan pemaparan yang telah
dalam situasi yang beresiko, sehingga penelitian tentang resiliensi dalam berbagai
berfungsi dengan baik. Selain itu, ketika Selain itu, ditambahkan juga variabel
resiliensi dipandang sebagai sebuah proses, budaya atau suku untuk melihat gambaran
dalam beradaptasi, dan yang terakhir yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
resiliensi dipandang sebagai konsep yang bahwa resiliensi pada keluarga sangat
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050
E-ISSN: 2502-6925
39
PSIKOVIDYA Vol 23, No. 1 , April 2019
penting bagi kelangsungan hidup anak-anak mengasuh dan merawat anaknya dengan
disabilitas. Beberapa faktor yang tepat sehingga anak merasa nyaman dengan
berdasarkan penelitian yang elah dilakukan kesehatan dan masa depannya. Sedangkan
ialah keagamaan atau religiusitas, locus of secara teoritis, dapat mengembangkan teori
komunikasi antar anggota, kesadaran diri, merawat dan mengasuh anak disabilitas.
ini ialah, melakukan penelitian pada sedikit toleransi pada keluarga yang
Mengingat bahwa Indonesia memiliki pada anak mereka. Hal ini dapat menjadi
beragam suku dan budaya. Resiliensi celah bagi sebuah keluarga untuk menjadi
sendiri terbentuk karena adanya adaptasi, tidak resilien dan berpengaruh pada
pola perilaku dan kognitif yang dipengaruhi keluarga dan anak itu sendiri. Oleh karena
oleh faktor eksternal dan internal pada itu, beberapa temuan lain tentang pelatihan
teoritis dan praktis. Secara praktis, alangkah baiknya untuk selalu dilakukan
Haan, L. D., Hawley, D. R., & Deal, J. E. application of the stress and
2002. Operationalizing family resilience framework. Intellectual
resilience: a methodological And Developmental Disabilities,
strategy. The American Journal of 55(5), 325-337. doi:10.1352/1934-
Family Therapy, 30(4), 275-291. 9556-55.5.325
doi:10.1080/01926180290033439 Kadi, S., & Cetin, M. E. 2018. Investigating
Hadizad, T., Sajedi, F., Movallali, G., & the resilience levels of parents with
Soltani, P. R. 2016. Effectiveness of multiple disabilities based on
resiliency training in improving different variables. Europan
mother-child relationship in Journal of Educational Research,
mothers of children with mental 7(2), 211-223. doi:10.12973/eu-
retardation. Iranian Rehabilitation jer.7.2.211
Journal, 14(3), 171-178. Kaur, H. 2015. Resilience among the
Hillman, J., Marvin, A. R., & Anderson, C. parents of children with intellectual
M. 2016. The experience, disability. Indian Journal of Health
contributions, and resilience of and Wellbeing, 6(10), 1033-1036.
grandparents of children with Kemendikbud. 2017. Sekolah inklusi dan
autism spectrum disorder. Journal pembangunan SLB dukung
of Intergenerational Relationship, pendidikan inklusi. Diambil dari
14(2), 76-92. https://www.kemdikbud.go.id/main
doi:10.1080/15350770.2016.11607 /blog/2017/02/sekolah-inklusi-dan-
27 pembangunan-slb-dukung-
Illias, K., Cornish, K., Kummar, A. S., Park, pendidikan-inklusi
M. S.-A., & Golden, K. J. 2018. Khan, M. A., Kamran, R., & Ashraf, S.
Parenting stress and resilience 2017. Resilience, perceived social
parents of children with autism support and locus of control in
spectrum disorder (ASD) in mothers of children with autism vs
southeast asia: a systematic review. those having normal children.
9(280), 1-14. Pakistan Journal of Professional
doi:10.3389/fpsyg.2018.00280 Psychology: Research and Practice,
John, A., & Roblyer, M. Z. 2017. Mothers 8(1), 1-13.
parenting a child with intellectual Kim, H.-Y. (2018). The relationship
disability in urban india: an between resilience and parenting
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050
E-ISSN: 2502-6925
42
PSIKOVIDYA Vol 23, No. 1 , April 2019
Sinha, D., Verma, Nitisha., & Hershe, practice (pp. 146–176). New York,
Devavart. 2016. A comparative NY: Columbia University Press
study of parenting style, parental Walsh, F. 2012. Facilitating family
stress, and resilience among parents resilience: Relational resources for
of children having autism spectrum positive youth development in
disorder, parents of children having conditions of adversity. In M.
specific learning disorder and Unger (Ed.), The social ecology of
parents of children not diagnosed resilience: A handbook of theory
with any psychiatric disorder. 2(4). and practice (pp. 173–186). New
doi: 10.21276/aimdr.2016.2.4.30 York, NY: Springer.
Tedeschi, R. G., & Calhoun, L. G. 2004. Walsh, F. 2014. A family resilience
Posttraumatic growth: Conceptual framework: Principles and
foundations and empirical evidence. applications. Symposium on
Psychological Inquiry, 15, 1-18. Family Resilience. 11-29
Ungar, M. 2015. Varied patterns of family Walsh, F. 2016. Family resilience: A
resilience in challenging contexts. developmental systems framework.
Journal of Marital and Family Europan Journal Of Developmental
Therapy, 42(1), 19-31. Psychology, 1-12.
doi:10.1111/jmft.12124 doi:10.1080/17405629.2016.11540
Walsh, F. 2002. A family resilience 35
framework. Family Relations, 51, Walsh, F. 2016. Applying a family
130–137 resilience framework in training,
Walsh, F. 2007. Traumatic loss and major practice, and research: Mastering
disasters: strengthening family and the art of the possible. Family
community resilience. Family Process, 55(4), 616-632.
Process, 46, 207–227. doi:10.1111/famp.12260
Walsh, F. 2010. A family resilience Wong, P. K., Fong, K. W., & Lam, T. L.
framework for clinical practice: 2015. Enhancing the resilience of
Integrating developmental theory parents of adults with intellectual
and systemic perspectives. In W. disability through volunteering: An
Borden (Ed.), Reshaping theory in exploratory study. Journal of Policy
contemporary social work: Toward and Practice in Intellectual
a critical pluralism in clinical
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050
E-ISSN: 2502-6925
44
PSIKOVIDYA Vol 23, No. 1 , April 2019
Disability, 1-17.
doi:10.1111/jppi.12101