Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Psikologi Teori & Terapan

2014, Vol. 4, No. 2, 130 - 139, ISSN: 2087-1708

Harga Diri dan Religiusitas dengan Resiliensi


Pada Remaja Madura Berdasarkan
Konteks Sosial Budaya Madura
1
Diana Rahmasari , Miftakhul Jannah dan Ni Wayan Sukmawati Puspitadewi
Program Studi Psikologi Universitas Negeri Surabaya

Abstract: Madurese known by the sense of self-esteem "typical" as "“ajina abha”" as well as a
strong religiosity and synonymous with Islam. Needed to strengthen the resilience of youth in the
face of obstacles or problems. This study is a preliminary study aimed to examine the dynamics of
the relationship between self-esteem and religiosity with resilience in adolescents. This research is
using quantitative methods. Quantitative methods are used to examine the relationship between
self-esteem and religiosity with resilience. The results showed that there is a relationship between
self-esteem and religiosity with resilience in adolescents Madura with a value of 0.01. Self-esteem
and religiosity together to give effect to the resilience of 16.9%. This means that 83.1% of resilience
in adolescents Madura is influenced by other variables. Esteem gives greater influence with
significant value 0,311. While religiosity effect of 0.264. It can be concluded that self-esteem and
religiosity have an influence on adolescents resilience in Madura.

Keywords: Self Esteem, Religiousity,Resilience,Adolescent, Madureese.

Abstrak: Orang Madura dikenal dengan pengertian harga diri “khas” sebagai “ajina abha” serta
religiusitas yang kuat dan identik dengan agama Islam. Resiliensi dibutuhkan untuk memperkuat
remaja dalam menghadapi hambatan atau masalah. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan
yang bertujuan untuk untuk meneliti dinamika hubungan antara harga diri dan religiusitas dengan
resiliensi pada remaja. Penelitian ini merupakan menggunakan metode kuantitatif. Metode
kuantitatif digunakan untuk menguji hubungan antara harga diri dan religiusitas dengan resiliensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara harga diri dan religiusitas dengan
resiliensi pada remaja Madura dengan nilai signifikansi 0,01. Harga diri dan religiusitas secara
bersama-sama memberikan pengaruh terhadap resiliensi sebesar 16,9%. Hal ini berarti 83,1%
resiliensi pada remaja Madura dipengaruhi oleh variabel lainnya. Harga diri memberikan pengaruh
lebih besar dengan nilai signifikansi 0,311. Sementara religiusitas memberikan pengaruh sebesar
0,264. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga diri dan religiusitas memiliki pengaruh
terhadap resiliensi pada remaja Madura.

Kata kunci: Harga Diri, Religiusitas, Resiliensi, Remaja, Madura.

Remaja sebagai salah satu komponen satu sasaran pembangunan kesehatan yang
generasi muda mempunyai peran sangat besar tidak boleh diabaikan dan perlu mendapatkan
dalam menentukan masa depan bangsa, atau perhatian khusus, terutama dalam
lebih jelasnya dapat dikatakan bahwa remaja mewujudkan kesehatan mental remaja.
merupakan aset bangsa sebagai generasi emas Menjaga remaja berarti menjaga
dan generasi penentu dari suatu bangsa yang kemurnian idealismenya, keberanian, serta
sangat penting. Oleh sebab itu, merupakan hal keterbukaannya dalam menyerap nilai-nilai
yang selayaknya jika remaja merupakan salah atau gagasan-gagasannya yang baru,
1)
Korespondensi tentang artikel ini dapat dialamatkan kepada Diana Rahmasari melalui e-mail:
direnavi@yahoo.co.id

130
Diana R., Miftakhul J. & Ni Wayan S. Puspitadewi: “Harga Diri dan Religiusitas”...(130 - 139)

semangat pengabdiannya, spontanitas, menyesuaikan diri dengan berbagai


dinamikanya, inovasi dan kreativitasnya, perubahan yang menimbulkan tekanan.
keinginan untuk segera mewujudkan gagasan Bahkan berdasarkan hasil pebelitian dan
baru keteguhan janjinya serta keinginan untuk berbagai literatur, orang-orang dengan
menampilkan sikap dan kepribadiannya yang resiliensi yang tinggi, akan mampu keluar dari
mandiri, masih langkanya pengalaman- masalah dengan cepat dan tidak terbenam
pengalaman yang dapat merelevansikan dengan perasaan sebagai korban lingkungan
pendapat, sikap dan tindakannya dengan atau keadaan.
kenyataan yang ada (UU Kepemudaan, 2009). Edward (2005) yang menyatakan
Mengingat pentingnya peran dan posisi bahwa resiliensi menyediakan suatu sistem
remaja, maka kesehatan jiwa remaja menjadi yang akan menghubungkan perasaan
hal yang mutlak mendapatkan perhatian. keterasingan pada mereka yang mengalami
Masa remaja merupakan masa yang paling gangguan mental untuk menghubungkan
indah sekaligus penuh gejolak karena kembali perasaan mereka pada dunia nyata.
merupakan masa transisi dari masa kanak- Selanjutnya Dowrick mengacu pada definisi
kanak sehingga rentan terhadap munculnya yang dijelaskan oleh Rutter (2006) bahwa
berbagai masalah perilaku akibat perubahan resiliensi adalah konsep interaktif yang
yang dramatis dalam kematangan mengacu pada kapasitas untuk mampu
biopsikososial dan lingkungan. Masalah menyesuaikan diri dengan baik pada masalah
perilaku pada remaja akan makin mudah dan hambatan. Ketangguhan dalam
muncul manakala remaja kurang mampu menghadapi kesulitan, peristiwa negatif atau
menyesuaikan diri dengan berbagai stressor. Resiliensi disebut juga oleh Wolin &
perubahan sosial budaya yang terjadi sebagai Wolin (dalam Bautista, Roldan & Bascal,
dampak globalisasi. Sebab perubahan begitu 2001), sebagai keterampilan coping saat
cepat dalam berbagai bidang kehidupan dapat dihadapkan pada tantangan hidup atau
menimbulkan tekanan yang berpotensi kapasitas individu untuk tetap “sehat”
memunculkan berbagai masalah perilaku dan (wellness) dan terus memperbaiki diri (self
emosi seperti berbagai bentuk kenakalan repair). Banaag (2002), menyatakan bahwa
remaja, masalah emosi seperti depresi dan resiliensi adalah suatu proses interaksi antara
kecemasan. faktor individual dengan faktor lingkungan.
Latipun dan Moeljono (2001) Faktor individual ini berfungsi menahan
menuliskan bahwa kegagalan remaja dalam perusakan diri sendiri dan melakukan
menyesuaikan diri terhadap perubahan kontruksi diri secara positif, sedangkan faktor
merupakan salah satu penyebab munculnya lingkungan berfungsi untuk melindungi
berbagai masalah perilaku remaja. Oleh individu dan “melunakkan” kesulitan hidup
karena itu, ketika perubahan dan tekanan individu.
hidup berlangsung begitu intens dan cepat, Resiliensi menjadi penting untuk diteliti
seseorang perlu mengembangkan kemampu- karena remaja memiliki peluang besar atau
an dirinya sedemikian rupa untuk mampu beresiko mengalami gangguan psikologis
melewati itu semua secara efektif. Untuk akibat stressor ataupun kesulitan-kesulitan
mampu menjaga kesinambungan hidup yang yang muncul sebagai dampak globalisasi dan
optimal, maka kebutuhan akan kemampuan perkembangan tekhnologi tersebut. Masten
untuk menjadi resilien sungguh menjadi menyebut resiliensi sebagai “ordinary magic”
makin tinggi. Resiliensi merupakan faktor atau keajaiban luarbiasa bagi individu dalam
penting untuk membuat individu mampu menyesuaikan diri dengan hambatan atau

131
Jurnal Psikologi Teori & Terapan, Vol. 4, No. 2, Pebruari 2014

stressor (2001, dalam Tepe & Lukey, 2008). dan sangat identik dengan pembinaan
Ungar, et all (2007) menjelaskan bahwa budipekerti. Budipekerti merupakan
resiliensi dipengaruhi oleh hasil interaksi cerminan perilaku manusia, dan perilaku
antara individu dan lingkungannya serta manusia ini sangat diperlukan dalam
konteks budaya setempat seperti nilai, memajukan diri, memajukan masyarakat dan
keyakinan dan daily coping individu. memajukan bangsa. Oleh karena itu,
Resiliensi pada remaja Madura menjadi pembinaan budi pekerti merupakan hal yang
sebuah tema yang juga menarik untuk diteliti. sangat penting. Dalam tulisannya berdasarkan
Hal ini karena fenomena permasalahan pengamatan dan penelitiannya, Sadik juga
remaja di Madura, diantaranya remaja yang menilai, saat ini ditengarai perilaku generasi
mengalami depresi (Rahmasari 2007, 2011), muda di Madura sudah banyak mengalami
melakukan self injuriy (Rahmasari , 2013), perubahan karena mulai mengabaikan
Stres (Rahmasari 2013), bahkan terlibat budipekerti yang salah satu penyebabnya
tawuran (Rahmasari 2015). Dalam temuan karena banyak keluarga Madura mengabaikan
fenomena tersebut terutama pada penelitian karakter Madura dan merupakan salah satu
Rahmasari (2007, 2011) mengenai remaja dari wujud makna harga diri sebagai jatidiri
yang mengalami depresi terdapat temuan orang Madura. Penulis ingin melakukan
menarik yaitu tingkat depresi remaja Madura penelitian mengenai variabel harga diri yang
cukup tinggi bergerak di level moderate, berpengaruh terhadap resiliensi pada remaja
dengan variabel harga diri yang tinggi dan Madura karena tidak bisa dipungkiri
memberikan sumbangan terbesar terhadap pergeseran nilai dan makna suatu konsep akan
terjadinya depresi. Temuan ini menajdi hal terjadi antara generasi tua dan generasi muda.
yang menarik karena secara teoritis, harga diri Selain harga diri, religiusitas juga
yang tinggi justru seharusnya akan membuat menjadi salah satu ciri khas orang Madura.
tingkat depresi individu rendah atau Religiusitas masyarakat etnik Madura telah
sebaliknya ((Spence et al.2003). Selain itu, dikenal luas sebagai bagian dari
dalam wawancara terhadap dua remaja yang keberagamaan kaum muslimin Indonesia
terlibat dalam tawuran (Maret, 2015) yang berpegang teguh pada tradisi atau ajaran
menyatakan bahwa alasan terlibat dalam Islam dalam menepak realitas kehidupan
tawuran karena alasan sepele yaitu mereka sosial budayanya (Adib, 2009). Oleh karena
tersinggung harga dirinya karena teman itu, masyarakat etnik Madura identik dengan
menyenggol namun tidak meminta maaf. Bagi agama Islam. Sehingga, orang Madura akan
orang Madura, harga diri merupakan masalah merasa marah dan kesal jika dirinya
prinsip yang tidak bisa ditawar lagi. Lebih dinyatakan bukan Islam. Hal tersebut
baik mati daripada hidup menanggung malu disebabkan oleh sebuah paradigma bahwa
dengan cara dilecehkan orang. Dengan alasan orang yang bukan Islam adalah orang kafir
membela kehormatan itulah, maka orang yang tempatnya tidak lain adalah di neraka.
Madura melakukan carok. Hal inilah yang Karena itu, untuk meyakinkan orang lain
membuat perilaku carok dan harga diri bahwa dirinya adalah Islam, orang Madura
menjadi streotype bahkan karakter unik serta selalu mengucapkan sumpah
khas dari orang Madura (Adib, 2009). “mandhârkapèra” (semoga menjadi kafir).
Terkait harga diri, menurut Sadik (2010) Itulah budaya Islam di Madura dan hingga
pengertian harga diri bagi orang Madura kini masyarakat Madura telah menajdi
merupakan arghââna atau ajina aba' yang penganut agama Islam yang fanatik ( Sadik,
merupakan bagian dari kearifan lokal Madura 2014).

132
Diana R., Miftakhul J. & Ni Wayan S. Puspitadewi: “Harga Diri dan Religiusitas”...(130 - 139)

Oleh karena itu menjadi suatu kajian kapasitas bawaan dalam diri individu untuk
yang menarik bagi peneliti untuk melakukan melakukan self correction dan bertahan serta
penelitian terkait hubungan antara harga diri beradaptasi terhadap hambatan yang
dan religiusitas dengan resiliensi pada remaja dihadapi. Benard memaparkan bahwa
Madura berdasarkan konteks sosial budaya resiliensi mengacu pada kekuatan empat
Madura. faktor dimensi yaitu social competence,
problem solving, autonomy, and sense of
METODE purpose. Skala resiliensi menggunakan skala
yang telah diujikan pada remaja Madura
Rumusan masalah dalam penelitian ini (Diana, 2014) dengan nilai signifikan berkisar
adalah : apakah harga diri dan religiusitas antara 0,305 – 0,594. Sedangkan nilai
memiliki hubungan dengan resiliensi pada reliabilitasnya adalah 0,845. Definisi konsep
remaja Madura? Sementara tujuan penelitian harga diri mengacu pada konsep harga diri
adalah mengetahui hubungan antara harga diri menurut Sadik (2010,2011) yaitu makna
dan religiusitas dengan resiliensi pada remaja harga diri berdasarkan konteks sosial budaya
Madura. Madura. Sementara religiusitas mengacu pada
Peneliti menggunakan metode kuantita- konsep Gazalba (dalam Ghufron, 2014) yaitu
tif (menyusun instrumen, menentukan religiusitas sebagai aturan-aturan yang
populasi dan sampel/subyek penelitian serta mengikat dan kewajiban yang harus dipatuhi
teknik pengumpulan data, uji coba instrumen dan dilaksanakan oleh pemeluknya. Aturan-
penelitian,uji validitas dan reliabilitas, teknik aturan tersebut berfungsi untuk mengikat
analisis data, kesimpulan dan saran). seseorang atau sekelompok orang dalam
Dalam penelitian ini, tugas ketua tim hubungannya dengan Tuhan, sesame manusia
peneliti adalah menyusun definisi konsep dan alam. Religiusitas orang Madura adalah
teoritis dan operasional dari masing-masing religiusitas Islam.
variabel kemudian menentukan subyek Teknik pengambilan sampel meng-
penelitian bersama bersama anggota tim, gunakan purposive random sampling.
ketua tim peneliti dibantu oleh anggota tim 1 Populasi dalam penelitian ini adalah remaja
dan 2 menyusun instrumen penelitian berupa Madura yang memiliki masalah perilaku baik
skala harga diri dan religiusitas yang disusun kenakalan remaja, stres mapun depresi.
sendiri oleh peneliti. Selanjutnya pengambilan Remaja Madura adalah remaja yang lahir,
data dilakukan oleh tim. Pada analisis data tinggal dan memiliki orangtua asli Madura.
kuantitatif untuk menguji validitas reliabilitas Hal ini untuk melihat konteks sosial budaya
instrumen serta menguji pengaruh harga diri Madura secara lebih indigenous dalam diri
dan religiusitas terhadap resiliensi sekaligus remaja. Lokasi penelitian ditentukan secara
tingkat resiliensi, maka teknik analisis data random dengan memilih diantara 4
dilakukan dengan uji regresi linier berganda kabupaten, yaitu Bangkalan, Sampang,
menggunakan SPSS 17. Pamekasan dan Sumenep. Berdasarkan hasil
Dalam penelitian ini terdapat 1 variabel random, terpilih kabupaten pamekasan
dependen (variabel Y) yaitu resiliensi pada sebagai tempat penelitian.
remaja Madura dan 2 variabel independen
(variabel X) yaitu variabel harga diri dan HASIL DAN PEMBAHASAN
religiusitas. Definisi konsep dan operasional
resiliensi mengacu pada teori Bernard. Hasil
Menurut Benard (2004), resiliensi merupakan Pengambilan data dilakukan MAN 1

133
Jurnal Psikologi Teori & Terapan, Vol. 4, No. 2, Pebruari 2014

Pamekasan Madura, yang dilakukan pada untuk instrumen resiliensi menggunakan


tanggal 23 Oktober 2015 dengan jumlah insturmen siap pakai berdasarkan teori
subjek sebanyak 80 orang. Dari 80 angket Benard (2004).
yang terkumpul, berdasarkan karateristik
subjek penelitian yang telah ditentukan Uji Regresi
sebelumnya, maka terdapat 69 subjek yang Teknik analisis data dalam penelitian ini
memenuhi persyaratan sebagai subjek menggunakan model regresi linier berganda.
penelitian dan selanjutnya akan dilibatkan Dalam model regresi linier berganda terdapat
dalam analisia penelitian lebih lanjut, 2 persyaratan yang harus dipenuhi yaitu :
sementara 11 subjek lainnya tidak dilibatkan 1. Normalitas
dalam analisa penelitian karena tidak 2. Linieritas
memenuhi kriteria sebagai karateristik subjek
penelitian. Berdasarkan data yang telah Uji Normalitas
terkumpul, dapat diketahui karakteristik Normalitas merupakan persyaratan dalam
subjek penelitian berdasarkan tempat/ tanggal pengujian regresi yang pertama. Data yang
lahir, asal suku, dan jenjang kelas subjek. berdistribusi normal merupakan data yang
Selain itu juga tempat/tanggal lahir ,alamat menjadi syarat dalam pengujian parametrik.
Ibu Bapak, serta asal suku Ibu Bapak subjek. Salah satu uji parametrik yang mensyaratkan
data berdistribusi normal adalah uji regresi
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas linier. Uji normalitas dilakukan dengan
Uji coba instrumen harga diri dan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov pada
religiusitas telah dilakukan pada tanggal variabel tergantung. Data dinyatakan
September 2015 di SMA 1 Muhammadiyah berdistribusi normal jika mempunyai nilai
Pamekasan. Dalam uji coba tersebut terdapat signifikansi lebih dari 0,05. Dan sebaliknya
35 siswa kelas X, namun data yg dianalisis jika signifikansinya kurang dari 0,05 maka
hanya 32 siswa, karena 3 orang siswa data berdistribusi tidak normal. Hasil
memiliki ibu atau ayah yang tidak asli pengujian dengan keseluruhan subjek
Madura. Hasil ujicoba kedua alat ukur penelitian yaitu 69 subjek, menunjukkan nilai
menunjukkan dari 20 item untuk harga diri Kolmogorov dengan tingkat signifikansi ini
dan religiusitas, terdapat 12 item yang sahih lebih dari 0,05 maka data berdistribusi
untuk variabel harga diri dan 15 item yang normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat dari
sahih untuk variabel resiliensi. Sedangkan data tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1 : Uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Harga Diri Resiliensi


N 69 69 69
a,b
Normal Parameters Mean 49,2029 38,6522 61,3043
Std. 5,15803 4,18269 5,28122
Deviation
Most Extreme Differences Absolute ,112 ,129 ,099
Positive ,044 ,081 ,099
Negative -,112 -,129 -,089
Kolmogorov-Smirnov Z ,931 1,072 ,820
Asymp. Sig. (2 tailed) ,351 ,201 ,512
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

134
Diana R., Miftakhul J. & Ni Wayan S. Puspitadewi: “Harga Diri dan Religiusitas”...(130 - 139)

Uji Linieritas adalah linier, karena mempunyai nilai


Linieritas data juga merupakan uji yang signifikansi kurang dari 0,05.
menjadi persyaratan uji regresi linier.
Linieritas data dapat diuji dengan Hasil Uji Regresi Linier Berganda
menggunakan scatter diagram atau dengan Teknik analisis yang digunakan dalam
melihat nilai signifikansi uji F linieritas. Data penelitian adalah regresi linier berganda.
dikatakan linier apabila dalam scatter diagram Berikut adalah hasil pengujian regresi linier
data membentuk garis lurus (linier) atau berganda dengan menggunakan program
mempunyai signifikansi kurang dari 0,05. SPSS versi 20.01 dibawah ini:
Pada penelitian ini metode kedua dengan
menggunakan uji signifikansi linieirtas Koefisien Determinasi Berganda
2
dilakukan untuk mengetahui linieritas data. Koefisen determinasi berganda (R )
Hasil selengkapnya uji linieritas dapat atau R adjusted squared = 0.169, berarti
dilihat pada tabel 2 di bawah ini : secara bersama-sama 16,9 % variabel harga
Tabel 2: Linieritas
diri dan religiusitas memiliki pengaruh
terhadap resiliensi. Sementara sisanya 83,1%
Variabel
Uji F
Signifikansi Keterangan
resiliensi dipengaruh oleh variabel lainnya.
linierity

Harga Diri Koefisien Korelasi Berganda


terhadap 1,026 0.013 Linier Koefisien korelasi berganda (R) = 0.439
Resiliensi menunjukkan adanya hubungan secara
Religiusitas bersama-sama yang cukup kuat antara
terhadap 1,026 0.013 Linier variabel harga diri dan religiusitas dengan
Resiliensi resiliensi. Menurut Sugiono (1998)
pembagian korelasi ini mengikuti aturan yang
Tabel 2 menunjukkan bahwa ketiga hubungan ada di halaman berikut :
variabel bebas terhadap variabel terikat
b
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square DurbinWatson
Square Estimate
a
1 ,439 ,193 ,169 4,81528 1,875
a. Predictors: (Constant), Harga Diri, Religiusitas
b. Dependent Variable: Resiliensi
b
ANOVA
Sum of
Model df Mean Square F Sig.
Squares
a
1 Regression 366,273 2 183,136 7,898 ,001
Residual 1530,336 66 23,187
Total 1896,609 68
a. Predictors: (Constant), Harga Diri, Religiusitas
b. Dependent Variable: Resiliensi

135
Jurnal Psikologi Teori & Terapan, Vol. 4, No. 2, Pebruari 2014

a
Coefficients
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 32,797 7,224 4,540 ,000
Religiusitas ,271 ,115 ,264 2,359 ,021
Harga Diri ,393 ,141 ,311 2,780 ,007
a. Dependent Variable: Resiliensi
a
Residuals Statistics
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 54,2835 64,8526 61,3043 2,32085 69
Residual -13,83633 11,96562 ,00000 4,74394 69
Std. Predicted Value -3,025 1,529 ,000 1,000 69
Std. Residual 2,873 2,485 ,000 ,985 69
a. Dependent Variable: Resiliensi

Tabel 6 :Kategori dalam korelasi Pembahasan


Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Variabel Kategori
baik harga diri maupun religiusitas memiliki
0,801 sampai dengan 0,999 Sangat kuat hubungan atau pengaruh terhadap resiliensi.
0,601 sampai dengan 0,800 Kuat
Harga diri sendiri memiliki sumbangan atau
0,401 sampai dengan 0,600 Cukup kuat
pengaruh terbesar resiliensi yaitu sebesar
0,201 sampai dengan 0,400 Lemah
Kurang dari 0,200 Sangat lemah
31,1%. Secara teoritis hubungan atau
pengaruh harga diri (self esteem) banyak
Hal ini berarti jika variabel harga diri dibahas dalam sejumlah penelitian. Ungar
dan religiusitas di pasangkan secara bersama- (2004, dalam Suyasa dan Wijaya, 2011)
sama terhadap variabel resiliensi, maka menyatakan individu yang resilien memiliki
pengaruh kedua variabel bebas tersebut self-esteem dan kepercayaan diri yang kokoh.
terhadap resiliensi adalah cukup kuat. Self-esteem adalah apa yang dirasakan
seseorang tentang dirinya. Mereka
Pengaruh Secara Parsial mengizinkan orang lain memberikan pujian
Setelah dilakukan uji t secara parsial, dan ucapan selamat pada mereka. Self-esteem
maka untuk membuktikan variabel yang berperan sebagai penahan dalam melawan
berpengaruh dominan dapat diketahui dari pernyataan yang menyakitkan dan sekaligus
nilai koefisien determinasi parsial tertinggi. mempelajari sesuatu dari kritik yang diterima.
Berikut adalah tabel selengkapnya untuk Self Esteem atau harga diri membuat mereka
mengetahui urutan pengaruh dominan percaya diri dan memampukan mereka untuk
berdasarkan nilai beta : melakukan sesuatu dengan kapasitas
maksimal mereka. Kehadiran orang tua pria
Tabel 7:Urutan Variabel yang memberi dampak yang positif, yakni sebagai
Berpengaruh Dominan
pelindung terhadap pengaruh teman sebaya
Variabel Nilai Beta % yang negatif, dan sekaligus membentuk
Harga Diri 0,311 31,1% identitas anak (Pettit et al. dalam Suyasa
Religiusitas 0,264 26,4%
2006).
Secara teoritis, merujuk pada penelitian
(Cassidy, et al. 2004) menjelaskan bahwa

136
Diana R., Miftakhul J. & Ni Wayan S. Puspitadewi: “Harga Diri dan Religiusitas”...(130 - 139)

harga diri (self esteem) memiliki pengaruh maka dalam diri anak seringkali akan terbetuk
terhadap depresi. Harga diri yang rendah sikap dan tindakan realistis, jujur dan tidak
beresiko akan beresiko mengalami depresi, defensif. Proses ini akan membentuk
sedangkan jika harga diri tinggi akan pemikiran dan evaluasi diri yang lebih positif
melindungi individu dari distresss dengan dan menguntungkan. Selanjutnya akan
memperkecil kemungkinan terkena stres terbentuk self-generated approval, yang
sehingga menjadi lebih tangguh atau resilien menaikkan harga diri anak.
saat menghadapi kejadian penuh tekanan atau Religiusitas juga memiliki pengaruh
life event stres. dengan resiliensi dengan memebrikan
Penelitian Man, Hosman, Schaalma & sumbangan sebesar 26,4%. Secara teoritis,
De Vries, 2004 serta Park, Crocker & Kiefer , religiusitas sebagai faktor pelindung dalam
2007 (dalam Coetzee & Potgieter,2014). membangun resiliensi dan dapat mencegah
menjelaskan bahwa harga diri yang tinggi munculnya perilaku beresiko seperti
dikaitkan dengan fungsi kesehatan psikologis kenakalan remaja telah dikaji oleh Kark et al.
dan coping, resiliensi setelah kegagalan, 1996 (dalam George, 2000); Siegel dan
prestasi, kepuasan serta kesuksesan. Coetzee Schrimshaw (dalam Coehen & Koenig 2003),
dan Potgieter juga melaporkan bahwa harga Marc & Ferguss (2006) dan Hutapea (2011).
diri (self esteem) memediasi hubungan antara Harris (2011) dalam penelitiannya juga
career self management dan career resilience. menjelaskan bahwa religiusitas merupakan
Harga diri yang tinggi akan meningkatkan salah satu faktor pelindung yang membentuk
kemampuan bertindak proaktif yang resiliensi pada remaja yang menunjukkan
selanjutnya akan membuat lebih fleksibel, perilaku kenakalan remaja.
resilien, adaptif dalam menyikapi perubahan Dengan demikian penelitian mengenai
dan hambatan dalam lingkungan kerja. hubungan antara religiusitas dan harga diri
Penelitian Salami (2010) menjelaskan dengan resiliensi memiliki pengaruh yang
bahwa Individu yang menjadi korban signifikan serta menunjukkan kesesuaian
kekerasan namun memiliki harga diri yang natara data empiris dengan kajian teoritis.
tinggi akan memiliki rasa percaya diri yang
tinggi dan memiliki pandangan positif SIMPULAN DAN SARAN
terhadap kehidupan dan pada akhirnya akan
membantu individu untuk melihat sisi positif Simpulan
dari masalah serta situasi sulit yang sedang Berdasarkan hasil temuan penelitian,
dihadapi. dapat dijelaskan simpulan sebagai berikut :
Remaja yang memiliki harga diri rendah 1. Koefisen determinasi berganda (R2) atau R
seringkali berkorelasi dengan munculnya adjusted squared = 0.169, berarti secara
perilaku delinkuen. Harga diri (self esteem) bersama-sama 16,9 % variabel harga diri
merupakan variabel mediator hubungan dan religiusitas memiliki pengaruh
antara religiusitas sebagai faktor pelindung terhadap resiliensi. Sementara sisanya
dengan perilaku delinkuen (Harries, 2011). 83,1% resiliensi dipengaruh oleh variabel
Harga diri seringkali akan meningkat jika lainnya.
anak-anak mengalami suatu masalah dan 2. Koefisien korelasi berganda (R) = 0.439
mencoba menghadapinya, bukan malah menunjukkan adanya hubungan secara
menghindarinya (Benard et al. 1989; dan bersama-sama yang cukup kuat antara
Lazarus, 1991; dalam Santrock, 2003). Jika variabel harga diri dan religiusitas dengan
anak-anak memilih menghadapi masalah, resiliensi. Hal ini berarti jika variabel harga

137
Jurnal Psikologi Teori & Terapan, Vol. 4, No. 2, Pebruari 2014

diri dan religiusitas di pasangkan secara Saran


bersama-sama terhadap variabel resiliensi, 1. Guru memperkuat harga diri pada siswa
maka pengaruh kedua variabel bebas dengan memberikan pelatihan peningkatan
tersebutterhadap resiliensi adalah cukup harga diri berdasarkan konteks sosial
kuat. budaya Madura
3. Harga diri memberikan sumbangan efektif 2. Guru merancang berbagai program
atau pengaruh sebesar 31,1% terhadap kegiatan yang bertujuan untuk meningkat-
resiliensi sementara religiusitas kan harga diri remaja Madura
memberikan sumbangan efektif atau 3. O r a n g t u a d a n g u r u m e m p e r k u a t
pengaruh sebesar 26,4% terhadap religiusitas melalui berbagai pendekatan
resiliensi. seperti kegiatan keagamaan, ceramah
keagamaan yang mampu menarik minat
remaja, kegiatan keagamaan.

Daftar Pustaka

Adib, M. (2009). Etnografi Madura. Surabaya : American Psychiatric Nurses Association


Pustaka Intelektual. Vol 11: 241.
Beck, A.T. (1985). Depression, Causes and George, Linda.K., Larsons, David.K., Koeing,
Treatment. Philadelphia: University of Harold.G., McCullough, Michael.E .
Pensylvania Press. (2000). Spirituality and health: What we
Borualogo, Ihsana Sabriani. (2011). Factors know, what we need to know. Journal of
Related to The level of Personal Resilience Social and Clinical Psychology. Vo. 19 No.
on Batak Mandailing Adolescents. 1, hal 102-106.
Conference Proceeding. Jakarta. LPSP3 UI. Goldstein,Sam & Brooks, Rober B. (2005).
Buckner, J. C., Mezzacappa, E., & Beardslee, W. Handbook of Resilience Children. New
R. (2003). Characteristics Of Resilient York: Springer Inc.
Youths Living In Poverty: The Role Of Self Hutapea, Bonar. (2011). Religiousty and
Regulaory Processes. Development and Resilience among “ Underclass” Internal
Psychopatholoy , Vol. 15 Hal. 139-162. Migrant Young Men in Jakarta “ a Study of
Canino, I., & Spurlock. (1994). CulturallyDiverse Two Different Ethnic Grouos. Conference
Childern And Adolenscent: Assesment, Proceeding. Jakarta: LPSP3 UI.
Diagnosis, and, Teatment. New York: Latipun & Moeljono,N. (2001). Kesehatan
Guildford Press. Mental: Konsep dan Penerapannya.
Clarke, Jean Ilisley. (1978). Self Esteem : A Malang: Universitas Muhammadiyah
Familiy Affair. Minessot: Hazelden. Malang Press.
Creswell, J. W. (2009). Research: Qualitative, Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga.
Quantitative, and Mixed Methoda Penanaman Nilai Dan Penanganan Konflik
Appoarch. Calfornia: SAGE Publications. Dalam Keluarga. Jakarta. Kencana Prenada
Dowrick, Christopher. Et all . (2008). Resilience Media Group.
and Depression: Perspectives From Natanael, Yonathan et all. (2011). The Difference
Primary Care. Journal of Health of Resilience Between Indonesian and
Psychology. London Vol 12: 439. P o l i s h S t u d e n t . P ro c e e d e n g o f
Edward, Karen-leigh. (.2005). Resilience: A International Resilience Conference.
Protector From Depression. Journal of the Faculty of Psychology University of

138
Diana R., Miftakhul J. & Ni Wayan S. Puspitadewi: “Harga Diri dan Religiusitas”...(130 - 139)

Indonesia. Hal.18-23. Spence,S.H.,Sheffield,J.K.,&Donovan,C.L.


Rahmasari, Diana. (2007). Hubungan Antara (2003). Preventing Adolescence
Asertifitas, Harga Diri dan Coping dengan Depression: an Evaluation of the Problem
Depresi Pada Remaja Jawa dan Madura . Solving for Life Programs. Journal of
Tesis.Tidak diterbitkan. Universitas Gadjah Consulting and Clinical Psychology, 71(1):
Mada. 3-13.
_______________. (2011). Analisis Faktor- Subaharianto, Andang. (2004). Tantangan
Faktor Penyebab Depresi pada Remaja Industrialisasi Madura (Membentuk
Madura Berdasarkan Kerangka Dinamika Kultur, Menjunjung Leleuhur). Malang:
Psikologis Sosial Budaya Madura. Bayumrida Publishing.
Penelitian Fundamental. Dikti-Lemlit Suyasa, T., & Wijaya, F. (2006). Resiliensi Dan
Unesa. Sikap Terhadap Penyalahgunaan Zat (Studi
Reivich, K. & Shatte A. (2002). The Resilience Remaja). Jurnal Psikologi , Vol. 4 No.2.
Factors : 7 Essentials skills for Overcoming Tepe, Victoria & Lukey, Brian J.. (2008).
Life's Inevetable Obstacles. New York: Handbook of Biobehavioral Resilience to
Academic Press. Stress.. USA: Taylor & Francis Group.
Retnowati, Sofia. (2004). Depresi Pada Remaja : Thompson, Rosemary A. (2006). Hand Book :
Model Integrasi Penyebab Depresi dan Nurturing Future Generations : Promoting
Pengatasan Depresi Pada Remaja. Disertasi Resilience in Chlidren and Adolescent
(tidak diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Through Social, Emotional And Cognitive
Psikologi Universitas Gadjah Mada. Skills.
Ruswahyuningsih & Alfatin, Tina. (2013). Ungar, M. (2008). Resilience Across Cultures.
Resiliensi Pada Remaja Jawa. Tesis (tidak British Journal Of Social Work , Vol. 38 Hal
diterbitkan. UGM: Yogyakarta. 218-235.
Sadik, A.Sulaiman. (2011). Madura oh U n g a r, M . , B r o w n , M . , L i e n b e rg , L . ,
Maduraku. Pamekasan: Sinar Pustaka Jaya. Othman,R.,Kwong,W.M., Armstrong,M.,
Santrock, J.W. (2003). Adolescence : & Gilgun,J. (2007). Unique Pathways To
Perkembangan Remaja (terjemahan edisi Resilience Across Cultures. Adolescent.
keenam). Jakarta: Penerbit Erlangga. 42(166),287-310.
Soegianto. (2003). Kepercayaan, Magi, dan
Tradisi dalam Masyarakat Madura.
Jember: Penerbit Tapal Kuda.

139

Anda mungkin juga menyukai