Abstract: Madurese known by the sense of self-esteem "typical" as "“ajina abha”" as well as a
strong religiosity and synonymous with Islam. Needed to strengthen the resilience of youth in the
face of obstacles or problems. This study is a preliminary study aimed to examine the dynamics of
the relationship between self-esteem and religiosity with resilience in adolescents. This research is
using quantitative methods. Quantitative methods are used to examine the relationship between
self-esteem and religiosity with resilience. The results showed that there is a relationship between
self-esteem and religiosity with resilience in adolescents Madura with a value of 0.01. Self-esteem
and religiosity together to give effect to the resilience of 16.9%. This means that 83.1% of resilience
in adolescents Madura is influenced by other variables. Esteem gives greater influence with
significant value 0,311. While religiosity effect of 0.264. It can be concluded that self-esteem and
religiosity have an influence on adolescents resilience in Madura.
Abstrak: Orang Madura dikenal dengan pengertian harga diri “khas” sebagai “ajina abha” serta
religiusitas yang kuat dan identik dengan agama Islam. Resiliensi dibutuhkan untuk memperkuat
remaja dalam menghadapi hambatan atau masalah. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan
yang bertujuan untuk untuk meneliti dinamika hubungan antara harga diri dan religiusitas dengan
resiliensi pada remaja. Penelitian ini merupakan menggunakan metode kuantitatif. Metode
kuantitatif digunakan untuk menguji hubungan antara harga diri dan religiusitas dengan resiliensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara harga diri dan religiusitas dengan
resiliensi pada remaja Madura dengan nilai signifikansi 0,01. Harga diri dan religiusitas secara
bersama-sama memberikan pengaruh terhadap resiliensi sebesar 16,9%. Hal ini berarti 83,1%
resiliensi pada remaja Madura dipengaruhi oleh variabel lainnya. Harga diri memberikan pengaruh
lebih besar dengan nilai signifikansi 0,311. Sementara religiusitas memberikan pengaruh sebesar
0,264. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga diri dan religiusitas memiliki pengaruh
terhadap resiliensi pada remaja Madura.
Remaja sebagai salah satu komponen satu sasaran pembangunan kesehatan yang
generasi muda mempunyai peran sangat besar tidak boleh diabaikan dan perlu mendapatkan
dalam menentukan masa depan bangsa, atau perhatian khusus, terutama dalam
lebih jelasnya dapat dikatakan bahwa remaja mewujudkan kesehatan mental remaja.
merupakan aset bangsa sebagai generasi emas Menjaga remaja berarti menjaga
dan generasi penentu dari suatu bangsa yang kemurnian idealismenya, keberanian, serta
sangat penting. Oleh sebab itu, merupakan hal keterbukaannya dalam menyerap nilai-nilai
yang selayaknya jika remaja merupakan salah atau gagasan-gagasannya yang baru,
1)
Korespondensi tentang artikel ini dapat dialamatkan kepada Diana Rahmasari melalui e-mail:
direnavi@yahoo.co.id
130
Diana R., Miftakhul J. & Ni Wayan S. Puspitadewi: “Harga Diri dan Religiusitas”...(130 - 139)
131
Jurnal Psikologi Teori & Terapan, Vol. 4, No. 2, Pebruari 2014
stressor (2001, dalam Tepe & Lukey, 2008). dan sangat identik dengan pembinaan
Ungar, et all (2007) menjelaskan bahwa budipekerti. Budipekerti merupakan
resiliensi dipengaruhi oleh hasil interaksi cerminan perilaku manusia, dan perilaku
antara individu dan lingkungannya serta manusia ini sangat diperlukan dalam
konteks budaya setempat seperti nilai, memajukan diri, memajukan masyarakat dan
keyakinan dan daily coping individu. memajukan bangsa. Oleh karena itu,
Resiliensi pada remaja Madura menjadi pembinaan budi pekerti merupakan hal yang
sebuah tema yang juga menarik untuk diteliti. sangat penting. Dalam tulisannya berdasarkan
Hal ini karena fenomena permasalahan pengamatan dan penelitiannya, Sadik juga
remaja di Madura, diantaranya remaja yang menilai, saat ini ditengarai perilaku generasi
mengalami depresi (Rahmasari 2007, 2011), muda di Madura sudah banyak mengalami
melakukan self injuriy (Rahmasari , 2013), perubahan karena mulai mengabaikan
Stres (Rahmasari 2013), bahkan terlibat budipekerti yang salah satu penyebabnya
tawuran (Rahmasari 2015). Dalam temuan karena banyak keluarga Madura mengabaikan
fenomena tersebut terutama pada penelitian karakter Madura dan merupakan salah satu
Rahmasari (2007, 2011) mengenai remaja dari wujud makna harga diri sebagai jatidiri
yang mengalami depresi terdapat temuan orang Madura. Penulis ingin melakukan
menarik yaitu tingkat depresi remaja Madura penelitian mengenai variabel harga diri yang
cukup tinggi bergerak di level moderate, berpengaruh terhadap resiliensi pada remaja
dengan variabel harga diri yang tinggi dan Madura karena tidak bisa dipungkiri
memberikan sumbangan terbesar terhadap pergeseran nilai dan makna suatu konsep akan
terjadinya depresi. Temuan ini menajdi hal terjadi antara generasi tua dan generasi muda.
yang menarik karena secara teoritis, harga diri Selain harga diri, religiusitas juga
yang tinggi justru seharusnya akan membuat menjadi salah satu ciri khas orang Madura.
tingkat depresi individu rendah atau Religiusitas masyarakat etnik Madura telah
sebaliknya ((Spence et al.2003). Selain itu, dikenal luas sebagai bagian dari
dalam wawancara terhadap dua remaja yang keberagamaan kaum muslimin Indonesia
terlibat dalam tawuran (Maret, 2015) yang berpegang teguh pada tradisi atau ajaran
menyatakan bahwa alasan terlibat dalam Islam dalam menepak realitas kehidupan
tawuran karena alasan sepele yaitu mereka sosial budayanya (Adib, 2009). Oleh karena
tersinggung harga dirinya karena teman itu, masyarakat etnik Madura identik dengan
menyenggol namun tidak meminta maaf. Bagi agama Islam. Sehingga, orang Madura akan
orang Madura, harga diri merupakan masalah merasa marah dan kesal jika dirinya
prinsip yang tidak bisa ditawar lagi. Lebih dinyatakan bukan Islam. Hal tersebut
baik mati daripada hidup menanggung malu disebabkan oleh sebuah paradigma bahwa
dengan cara dilecehkan orang. Dengan alasan orang yang bukan Islam adalah orang kafir
membela kehormatan itulah, maka orang yang tempatnya tidak lain adalah di neraka.
Madura melakukan carok. Hal inilah yang Karena itu, untuk meyakinkan orang lain
membuat perilaku carok dan harga diri bahwa dirinya adalah Islam, orang Madura
menjadi streotype bahkan karakter unik serta selalu mengucapkan sumpah
khas dari orang Madura (Adib, 2009). “mandhârkapèra” (semoga menjadi kafir).
Terkait harga diri, menurut Sadik (2010) Itulah budaya Islam di Madura dan hingga
pengertian harga diri bagi orang Madura kini masyarakat Madura telah menajdi
merupakan arghââna atau ajina aba' yang penganut agama Islam yang fanatik ( Sadik,
merupakan bagian dari kearifan lokal Madura 2014).
132
Diana R., Miftakhul J. & Ni Wayan S. Puspitadewi: “Harga Diri dan Religiusitas”...(130 - 139)
Oleh karena itu menjadi suatu kajian kapasitas bawaan dalam diri individu untuk
yang menarik bagi peneliti untuk melakukan melakukan self correction dan bertahan serta
penelitian terkait hubungan antara harga diri beradaptasi terhadap hambatan yang
dan religiusitas dengan resiliensi pada remaja dihadapi. Benard memaparkan bahwa
Madura berdasarkan konteks sosial budaya resiliensi mengacu pada kekuatan empat
Madura. faktor dimensi yaitu social competence,
problem solving, autonomy, and sense of
METODE purpose. Skala resiliensi menggunakan skala
yang telah diujikan pada remaja Madura
Rumusan masalah dalam penelitian ini (Diana, 2014) dengan nilai signifikan berkisar
adalah : apakah harga diri dan religiusitas antara 0,305 – 0,594. Sedangkan nilai
memiliki hubungan dengan resiliensi pada reliabilitasnya adalah 0,845. Definisi konsep
remaja Madura? Sementara tujuan penelitian harga diri mengacu pada konsep harga diri
adalah mengetahui hubungan antara harga diri menurut Sadik (2010,2011) yaitu makna
dan religiusitas dengan resiliensi pada remaja harga diri berdasarkan konteks sosial budaya
Madura. Madura. Sementara religiusitas mengacu pada
Peneliti menggunakan metode kuantita- konsep Gazalba (dalam Ghufron, 2014) yaitu
tif (menyusun instrumen, menentukan religiusitas sebagai aturan-aturan yang
populasi dan sampel/subyek penelitian serta mengikat dan kewajiban yang harus dipatuhi
teknik pengumpulan data, uji coba instrumen dan dilaksanakan oleh pemeluknya. Aturan-
penelitian,uji validitas dan reliabilitas, teknik aturan tersebut berfungsi untuk mengikat
analisis data, kesimpulan dan saran). seseorang atau sekelompok orang dalam
Dalam penelitian ini, tugas ketua tim hubungannya dengan Tuhan, sesame manusia
peneliti adalah menyusun definisi konsep dan alam. Religiusitas orang Madura adalah
teoritis dan operasional dari masing-masing religiusitas Islam.
variabel kemudian menentukan subyek Teknik pengambilan sampel meng-
penelitian bersama bersama anggota tim, gunakan purposive random sampling.
ketua tim peneliti dibantu oleh anggota tim 1 Populasi dalam penelitian ini adalah remaja
dan 2 menyusun instrumen penelitian berupa Madura yang memiliki masalah perilaku baik
skala harga diri dan religiusitas yang disusun kenakalan remaja, stres mapun depresi.
sendiri oleh peneliti. Selanjutnya pengambilan Remaja Madura adalah remaja yang lahir,
data dilakukan oleh tim. Pada analisis data tinggal dan memiliki orangtua asli Madura.
kuantitatif untuk menguji validitas reliabilitas Hal ini untuk melihat konteks sosial budaya
instrumen serta menguji pengaruh harga diri Madura secara lebih indigenous dalam diri
dan religiusitas terhadap resiliensi sekaligus remaja. Lokasi penelitian ditentukan secara
tingkat resiliensi, maka teknik analisis data random dengan memilih diantara 4
dilakukan dengan uji regresi linier berganda kabupaten, yaitu Bangkalan, Sampang,
menggunakan SPSS 17. Pamekasan dan Sumenep. Berdasarkan hasil
Dalam penelitian ini terdapat 1 variabel random, terpilih kabupaten pamekasan
dependen (variabel Y) yaitu resiliensi pada sebagai tempat penelitian.
remaja Madura dan 2 variabel independen
(variabel X) yaitu variabel harga diri dan HASIL DAN PEMBAHASAN
religiusitas. Definisi konsep dan operasional
resiliensi mengacu pada teori Bernard. Hasil
Menurut Benard (2004), resiliensi merupakan Pengambilan data dilakukan MAN 1
133
Jurnal Psikologi Teori & Terapan, Vol. 4, No. 2, Pebruari 2014
134
Diana R., Miftakhul J. & Ni Wayan S. Puspitadewi: “Harga Diri dan Religiusitas”...(130 - 139)
135
Jurnal Psikologi Teori & Terapan, Vol. 4, No. 2, Pebruari 2014
a
Coefficients
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 32,797 7,224 4,540 ,000
Religiusitas ,271 ,115 ,264 2,359 ,021
Harga Diri ,393 ,141 ,311 2,780 ,007
a. Dependent Variable: Resiliensi
a
Residuals Statistics
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 54,2835 64,8526 61,3043 2,32085 69
Residual -13,83633 11,96562 ,00000 4,74394 69
Std. Predicted Value -3,025 1,529 ,000 1,000 69
Std. Residual 2,873 2,485 ,000 ,985 69
a. Dependent Variable: Resiliensi
136
Diana R., Miftakhul J. & Ni Wayan S. Puspitadewi: “Harga Diri dan Religiusitas”...(130 - 139)
harga diri (self esteem) memiliki pengaruh maka dalam diri anak seringkali akan terbetuk
terhadap depresi. Harga diri yang rendah sikap dan tindakan realistis, jujur dan tidak
beresiko akan beresiko mengalami depresi, defensif. Proses ini akan membentuk
sedangkan jika harga diri tinggi akan pemikiran dan evaluasi diri yang lebih positif
melindungi individu dari distresss dengan dan menguntungkan. Selanjutnya akan
memperkecil kemungkinan terkena stres terbentuk self-generated approval, yang
sehingga menjadi lebih tangguh atau resilien menaikkan harga diri anak.
saat menghadapi kejadian penuh tekanan atau Religiusitas juga memiliki pengaruh
life event stres. dengan resiliensi dengan memebrikan
Penelitian Man, Hosman, Schaalma & sumbangan sebesar 26,4%. Secara teoritis,
De Vries, 2004 serta Park, Crocker & Kiefer , religiusitas sebagai faktor pelindung dalam
2007 (dalam Coetzee & Potgieter,2014). membangun resiliensi dan dapat mencegah
menjelaskan bahwa harga diri yang tinggi munculnya perilaku beresiko seperti
dikaitkan dengan fungsi kesehatan psikologis kenakalan remaja telah dikaji oleh Kark et al.
dan coping, resiliensi setelah kegagalan, 1996 (dalam George, 2000); Siegel dan
prestasi, kepuasan serta kesuksesan. Coetzee Schrimshaw (dalam Coehen & Koenig 2003),
dan Potgieter juga melaporkan bahwa harga Marc & Ferguss (2006) dan Hutapea (2011).
diri (self esteem) memediasi hubungan antara Harris (2011) dalam penelitiannya juga
career self management dan career resilience. menjelaskan bahwa religiusitas merupakan
Harga diri yang tinggi akan meningkatkan salah satu faktor pelindung yang membentuk
kemampuan bertindak proaktif yang resiliensi pada remaja yang menunjukkan
selanjutnya akan membuat lebih fleksibel, perilaku kenakalan remaja.
resilien, adaptif dalam menyikapi perubahan Dengan demikian penelitian mengenai
dan hambatan dalam lingkungan kerja. hubungan antara religiusitas dan harga diri
Penelitian Salami (2010) menjelaskan dengan resiliensi memiliki pengaruh yang
bahwa Individu yang menjadi korban signifikan serta menunjukkan kesesuaian
kekerasan namun memiliki harga diri yang natara data empiris dengan kajian teoritis.
tinggi akan memiliki rasa percaya diri yang
tinggi dan memiliki pandangan positif SIMPULAN DAN SARAN
terhadap kehidupan dan pada akhirnya akan
membantu individu untuk melihat sisi positif Simpulan
dari masalah serta situasi sulit yang sedang Berdasarkan hasil temuan penelitian,
dihadapi. dapat dijelaskan simpulan sebagai berikut :
Remaja yang memiliki harga diri rendah 1. Koefisen determinasi berganda (R2) atau R
seringkali berkorelasi dengan munculnya adjusted squared = 0.169, berarti secara
perilaku delinkuen. Harga diri (self esteem) bersama-sama 16,9 % variabel harga diri
merupakan variabel mediator hubungan dan religiusitas memiliki pengaruh
antara religiusitas sebagai faktor pelindung terhadap resiliensi. Sementara sisanya
dengan perilaku delinkuen (Harries, 2011). 83,1% resiliensi dipengaruh oleh variabel
Harga diri seringkali akan meningkat jika lainnya.
anak-anak mengalami suatu masalah dan 2. Koefisien korelasi berganda (R) = 0.439
mencoba menghadapinya, bukan malah menunjukkan adanya hubungan secara
menghindarinya (Benard et al. 1989; dan bersama-sama yang cukup kuat antara
Lazarus, 1991; dalam Santrock, 2003). Jika variabel harga diri dan religiusitas dengan
anak-anak memilih menghadapi masalah, resiliensi. Hal ini berarti jika variabel harga
137
Jurnal Psikologi Teori & Terapan, Vol. 4, No. 2, Pebruari 2014
Daftar Pustaka
138
Diana R., Miftakhul J. & Ni Wayan S. Puspitadewi: “Harga Diri dan Religiusitas”...(130 - 139)
139