Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES REMAJA PASCA

PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR

NASKAH PUBLIKASI

OLEH :

OKTAVIA MUTMAINNA
NIM.P00312106035

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES REMAJA PASCA


PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR TAHUN
2020

Di susun Oleh:

OKTAVIA MUTMAINNA
P00312016035

Telah di setujui untuk dipertahankan dalam ujian skripsi di hadapan Tim Penguji

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan Prodi D-IV

Kebidanan.

Kendari, 4 September 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Askrening, SKM, M.Kes Elyasari,SST, M.Keb

NIP. 196909301990022001 NIP.198010282003122001

Mengetahui
Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari

Sultina Sarita, SKM, M.Kes


NIP. 196806021992032003
ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES REMAJA PASCA PERCERAIAN ORANG


TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR

Oktavia Mutmainna1, Askrening2, Elyasari3

Pendahuluan : Stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena
individu dihadapkan pada permasalahan internal seperti adanya permasalahan keluarga
sebagai contoh anak yang tidak menginginkan orang tuanya bercerai tetapi orang tuanya tetap
ingin bercerai, dan permasalahan eksternal seperti faktor lingkungan. Tujuan: tujuan dari
Literature review untuk mengetahui hubungan antara tingkat stress remaja dengan prestasi
belajar pasca perceraian orang tua. Metode: Literature review dilakukan berdasarkan issue,
metodologi, persamaan, dan jurnal penelitian. Dari 5 jurnal yang digunakan masing-masing
menggunakan metode penelitian yaitu kulitatif atau deskriptif. Hasil: berdasarkan 5 penelitian
didapatkan bahwa perceraian orang tua memberikan dampak negative terhadap remaja, yang
dimana remaja merasa tertekan dan tidak memiliki motivasi untuk belajar sehingga
mempengaruhi prestasinya disekolah. Pembahasan: Remaja dari orang tua yang bercerai
tentang kehidupan dan perceraian orangtua yang menyebutkan bahwa remaja belum
sepenuhnya mampu menerima adanya perceraian orangtua. Bilamana terjadi perceraian,
menjadikan remaja berpotensial mengalami kegagalan akademis, depresi, bunuh diri, kenakan
remaja, dewasa sebelum waktunya, penyalahgunaan narkoba, kekhawatiran hilangnya
keluarga, merasa bersalah, merasa malu dan marah. Simpulan: Hasil Literature review ini
menunjukkan bahwa stress yang dialami remaja merupakan dampak dari perceraian orang tua,
bila mana remaja belum mampu menerima keadaan kedua orang tuanya yang bercerai.
Remaja menjadi tidak memiliki motivasi untuk belajar dan menjadi lebih pasif disekolah.

Kata Kunci: Stres, perceraian, prestasi belajar

1
Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
2
Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN THE ADVANCED STRESS OF ADOLESCENT POST


DIVORCE PARENTS WITH LEARNING ACHIEVEMENTS

Oktavia Mutmainna1, Askrening2, Elyasari3

Introduction: Stress is an individual psychological condition caused by an individual's internal


problems such as family problems, for example children who do not want their parents divorced
but their parents still want to get divorced, and external problems such as environmental factors.
Objective: the purpose of the Literature review is to determine the relationship between stress
levels of adolescents and learning achievement after parental divorce. Methods: Literature
review is based on issues, methodology, equations, and research journals. Of the 5 journals
used, each uses a research method that is descriptive or descriptive. Results: Based on 5
studies found that divorce parents have a negative impact on adolescents, where adolescents
feel depressed and do not have the motivation to learn so that it affects their school
performance. Discussion: Teenagers from parents who divorced about the life and divorce of
parents who stated that teenagers have not been fully able to accept the existence of parental
divorce. When divorce occurs, it makes teens potentially experience academic failure,
depression, suicide, wear adolescents, premature adults, drug abuse, fears of family loss,
feeling guilty, feeling embarrassed and angry. Conclusion : The results of this literature review
show that the stress experienced by adolescents is the impact of parental divorce, if the
teenager has not been able to accept the condition of his divorced parents. Teenagers become
less motivated to learn and become more passive in school.

Keywords: Stress, divorce, learning achievement

1
Polytechnic Students of the Ministry of Health Kendari Department of Midwifery
2
Lecturer of PoltekkesKemenkesKendari in Midwifery Department
Latar Belakang dewasa sebelum waktunya,
penyalahgunaan narkoba, kekhawatiran
Keluarga merupakan lingkungan hilangnya keluarga, cenderung kurang
pertama bagi anak untuk mendapat bertanggung jawab, merasa bersalah,
bimbingan serta untuk memenuhi merasa malu dan marah (Hartini, 2013).
kebutuhan hidup secara fisik dan psikis. Banyak penelitian telah
Keluarga juga merupakan tempat melaporkan bahwa anak-anak yang
pendidikan pertama bagi anak ( Hartini, orangtuanya bercerai mengalami lebih
2013). banyak masalah dalam penyesuaian
Stres adalah suatu keadaan dibandingkan anak-anak yang tumbuh
psikologis individu yang disebabkan karena dalam keluarga utuh. Penelitian lain
individu dihadapkan pada permasalahan menunjukkan bahwa anak-anak dari
internal seperti adanya permasalahan perceraian lebih mungkin untuk memiliki
keluarga sebagai contoh anak yang tidak lebih banyak kesulitan di sekolah dan
menginginkan orang tuanya bercerai tetapi menjadi lebih aktif secara seksual, lebih
orang tuanya tetap ingin bercerai, dan agresif, lebih cemas, lebih menarik diri,
permasalahan eksternal seperti faktor kurang prososial, lebih tertekan, dan lebih
lingkungan (Meriana, 2016) mungkin untuk terlibat dalam
Setiap remaja akan mengalami penyalahgunaan zat terlarang (Hartini,2013)
fase krisis dalam proses pencarian jati Wallerstein, dkk. (2000) telah
dirinya yang disebabkan karena adanya melakukan penelitian menemukan bahwa
perubahan fisik dan psikososial langkah perkembangan remaja yang normal
ketidaksesuaian antara perkembangan fisik, menuju individuasi terancam oleh
psikis dan sosial menyebabkan remaja perceraian. Alih-alih mampu bergerak
berada dalam kondisi dibawah tekanan atau menuju kemandirian dan pemisahan dari
stres (Muzakkir dkk, 2013). orangtua, remaja melihat orangtua sebagai
Orang tua atau keluarga sosok yang telah terpisah dari mereka.
merupakan awal dimana anak mengenal Seringkali orang dewasa lebih fokus pada
lingkungannya dan merupakan pilar utama masalah pergolakan mereka sehingga
dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja diabaikan. Banyak remaja merasa
anak. Anak yang kehilangan pegangan atau waktu mereka untuk tumbuh disingkat
panutan dalam kehidupannya akan dengan perceraian.
mempengaruhi proses perkembangannya. Motivasi belajar merupakan faktor
Keluarga dikenal sebagai lingkungan psikis yang bersifat non-intelektual yang
pendidikan yang pertama dan utama bagi berperan dalam hal penumbuhan gairah,
anak (Rahmawati, 2015) rasa senang dan semangat untuk belajar
Banyak faktor yang menyebabkan sehingga hasil belajar menjadi optimal.
terjadinya kasus perceraian, antara lain: Siswa yang memiliki motivasi akan
persoalan ekonomi, perbedaan usia yang mempunyai banyak energi untuk melakukan
besar, keinginan pemperoleh anak putra kegiatan belajar karena dalam belajar
atau putri, maupun persoalan prinsip diperlukan adanya motivasi. Makin tepat
yang berbeda (Hartini, 2013). motivasi yang diberikan, maka makin
Beberapa kasus remaja dari berhasil pula pelajaran itu karena motivasi
orangtua yang bercerai tentang kehidupan akan senantiasa menentukan intensitas
dan perceraian orangtua yang menyebutkan usaha belajar bagi para siswa (Meriana,
bahwa remaja belum sepenuhnya mampu 2016).
menerima adanya perceraian orangtua.
Bilamana terjadi perceraian, menjadikan METODE
remaja berpotensial mengalami kegagalan
akademis, ketidakaturan waktu makan dan Strategi Pencarian Literatur
tidur, depresi, bunuh diri, kenakan remaja,
Framework atau rancangan dalam peneltian Hasil
adalah menggunakan PICO. yang terdiri
dari : P (Remaja yang orang tuanya Berdasarkan buku panduan penulis
bercerai), I (Stres), C (tidak ada literature review jurusan Kebidanan
perbandingan), O (ada hubungan antara Poltekkes Kemenkes Kendari ditentukan
perceraian orang tua dengan prestasi minimal 5 jurnal yang akan dianalisis. Dari
remaja). kelima jurnal yang didapatkan dan akan
dianalisis, masing-masing jurnal memiliki
Pencarian literatur dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda yaitu
beberapa kata kunci sesuai MESH (Medical bentuk deskriptif dan kualitatif. Begitu pula
Subject Heading), yaitu "stres”, tempat penelitian yang dilakukan berbeda.
“perceraian”, dan “prestasi belajar”.
Kriteria Inklusi Untuk jurnal pertama dilakukan
Pencarian literatur dalam skripsi ini penelitian di sekolah negeri di di Triana,
berdasarkan kriteria inklusi sebagai Albania, jurnal kedua dilakukan penelitian di
berikut : Sekolah Tinggi Triana masing – masing
a) Artikel yang berkaitan tentang “sadik” dan “stavileci”, jurnal ketiga
tingkat stress pasca perceraian dengan dilakukan penelitian di SMA Negeri 9
prestasi belajar. Samarinda, Indonesia, jurnal keempat
b) Populasi remaja yang mengalami dilakukan penelitian di kecamatan oebobo
perceraian. Kota Kupang, Indonesia, jurnal kelima
c) Jurnal nasional dari tahun 2015- dilakukan penelitan di SMA Negeri 1
2020. Kutorejo, Morjokerto.
d) Jurnal Internasional dari tahun 2017-
2020. Jurnal pertama menunjukkan bahwa
Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas dampak perceraian orang tua
Setelah dilakukan penelusuran mempengaruhi proses pembelajaran,
dengan menggunakan database remaja memiliki hasil yang lebih rendah
google scholar, didapatkan jumlah disekolah dan menunjukkan kurangnya
artikel sebagai berikut: konsentrasi. Sebagian besar remaja yang di
Penulusuran menggunakan Google scholar wawancarai mengatakan bahwa
keterlibatan orang tua dalam kehidupannya
Dilakukan pencarian membuatnya merasa lebih aman untuk
menggunakan kata kunci 978 Hasil masa depannya sendiri. Terlepas dari
sesuai MESH (Medical kenyataan bahwa pasangannya sudah
Subject Heading) bercerai, untuk remaja mereka berdua
Dispesifikan dalam 5 adalah orang tuanya.
tahun terakhir 427 Hasil Jurnal kedua menunjukkan bahwa
(2015-2020) berdasarkan hasil analisis data remaja yang
mengalami peristiwa stress sebagian besar
Dispesifikan dalam 3 berkaitan dengan peristiwa perceraian
tahun terakhir 319 Hasil orang tua. Stres pada level tinggi dan salah
(2017-2020) urus dapat menciptakan masalah serius
Hasil dengan kriteria dengan humor, kecemasan, dan
Inklusi 11 Hasil agresivitas. Namun, sumber lain dari stres
pada remaja adalah tekanan sosial.
Masalah rumah tangga juga dapat menjadi
Hasil artikel Literature sumber stres pada remaja. Perceraian
untuk dianalisis 5 Hasil orang tua, konflik antara orang tua, masalah
kesehatan dalam keluarga. Faktor tersebut
dianggap sebagai penyebab munculnya
Gambar 3.1 Artikel Berdasarkan Kriteria
masalah kesehatan mental yang taraf 1% (-0,755 ≤ 0,230) maka dapat
mempengaruhi masa depan remaja disimpulkan bahwa koefisien korelasi antara
Jurnal ketiga menunjukkan bahwa keluarga disharmonis (X1) dengan prestasi
berdasarkan hasil uji asumsi linieritas belajar (Y) negatif dan signifikan. Artinya
antara motivasi belajar dengan coping bahwa ada hubungan yang negatif dan
stress mempunyai nilai linearity F Hitung = signifikan antara keluarga disharmonis
1.331 < F Tabel = 1.52 nilai p = 0.137 > dengan prestasi belajar. Sedangkan nilai
0.050 dan R Squared 0.097 yang berarti hasil analisis korelasi sederhana (r) didapat
hubungannya dinyatakan linier. Serta Hasil korelasi antara motivasi belajar (X2) dengan
uji asumsi linieritas pada variable motivasi prestasi belajar (Y) adalah 0,843. Harga r
belajar dengan dukungan sosial mempunyai tabel pada taraf 5% sebesar 0,176 dan r
nilai linearity F Hitung = 0.842 < F Tabel = tabel pada taraf 1% sebesar 0,230. Oleh
1.46 nilai p = 0.735 > 0.050 dan R Squared karena r hitung lebih besar daripada r tabel
0.145 yang berarti hubungannya dinyatakan baik pada taraf 5% (0,843 ≥ 0,176) maupun
linier. Hasil uji deskriptif untuk variabel pada taraf 1% (0,843 ≥ 0,230) maka dapat
motivasi belajar siswa-siswi yang orang disimpulkan bahwa koefisien korelasi antara
tuanya bercerai pada penelitian ini motivasi belajar (X2) dengan prestasi
menunjukkan kategori tinggi yaitu sebesar belajar (Y) positif dan signifikan
55.5 persen atau sebanyak 86 siswa-siswi PEMBAHASAN
dari total keseluruhan,serta variabel Orang tua atau keluarga
dukungan sosial juga menunjukkan kategori merupakan awal dimana anak mengenall
tinggi yaitu sebesar 39.35 persen atau lingkungannya dan merupakan pilar utama
sebanyak 61 siswa-siswi dari total dalam pertumbuhan dan perkembangan
keseluruhan. anak. Anak yang kehilangan pegangan atau
Jurnal keempat menunjukkan bahwa panutan dalam kehidupannya akan
berdasarkan hasil analisis perceraian bagi mempengaruhi proses perkembangannya.
anak merupakan tekanan batin yang sangat Keluarga dikenal sebagai lingkungan
menyakitkan, karena pada umumnya setiap pendidikan yang pertama dan utama bagi
anak menginginkan hidup dalam keluarga anak (Rahmawati, 2015).
yang utuh. Anak-anak korban perceraian Beberapa kasus remaja dari
ketika ditanya tentang keberadaan orang orangtua yang bercerai tentang kehidupan
tua mereka rata-rata dijawab dengan dan perceraian orangtua yang menyebutkan
perasaan malu dan sedih dan mereka bahwa remaja belum sepenuhnya mampu
berkata bahwa orangtua mereka sudah menerima adanya perceraian orangtua.
meninggal atau berada di luar kota, relasi Bilamana terjadi perceraian, menjadikan
anak – anak korban perceraian disekolah remaja berpotensial mengalami kegagalan
dengan guru – guru juga berbeda ada yang akademis, ketidakaturan waktu makan dan
baik dan ada juga yang buruk. Prestasi tidur, depresi, bunuh diri, kenakan remaja,
belajar anak disekolah dapat dikatakan dewasa sebelum waktunya,
rendah dan dibawah nilai rata – rata, penyalahgunaan narkoba, kekhawatiran
mereka sangat pasif apabila berada di hilangnya keluarga, cenderung kurang
kelas. bertanggung jawab, merasa bersalah,
Jurnal kelima menunjukkan bahwa merasa malu dan marah (Hartini, 2013).
berdasarkan nilai hasil analisis korelasi Dalam pandangan sebagian ahli psikologi
sederhana (r) didapat korelasi antara kognitif, proses belajar bahkan terjadi
keluarga disharmonis (X1) dengan prestasi secara otomatis tanpa memerlukan adanya
belajar (Y) adalah -0,755. Harga r tabel motivasi (Meriana, 2016). Salah satu
pada taraf 5% sebesar 0,176 dan r tabel masalah yang terjadi adalah masalah dalam
pada taraf 1% sebesar 0,230. Oleh karena r motivasi belajar sebagai reaksi remaja
hitung lebih kecil daripada r tabel baik pada terhadap perceraian.
taraf 5% (-0,755 ≤ 0,176) maupun pada
Berdasarkan beberapa batasan menunjukkan bahwa korelasi antara
diambil kesimpulan bahwa belajar adalah variabel coping stress dengan motivasi
suatu proses perubahan tingkah laku belajar sebesar 0.306 dan nilai p= 0.000 (p
individu yang relatif menetap (permanent) < 0.05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
sebagai hasil atau akibat dari pengalaman ada korelasi rendah dan signifikan antara
dan interaksi dengan lingkungan yang variabel coping stress dengan motivasi
melibatkan proses kognitif, afektif, dan belajar. Artinya semakin rendah coping
psikomotor (Wahab, 2018, Psikologi stress belum tentu semakin tinggi pula
Belajar). Dalam prestasi belajar ada faktor motivasi belajar para siswa-siswi yang
yang dapat mempengaruhinya, antara lain orang tuanya bercerai.Selanjutnya, hasil uji
faktor internal dan ekstrenal. Dimana faktor nonparametrik menunjukkan bahwa korelasi
internal yang dimaksud yaitu faktor biologis antara variabel dukungan sosial dengan
dan faktor psikologis, dalam faktor biologis motivasi belajar sebesar 0.394 dan nilai p =
yang dimaksud merupakan keadaan fisik 0.000 (p < 0.05). Hal ini dapat disimpulkan
yang sehat dan segar serta kuat akan bahwa ada korelasi rendah dan signifikan
mengembangkan dan memberikan hasil antara variabel dukungan sosial dengan
belajar yang baik. Faktor psikologis yang motivasi belajar. Artinya semakin rendah
mencakup didalamnya adalah : intelegensi, dukungan sosial belum tentu semakin tinggi
perhatian, minat, motivasi, dan bakat. pula motivasi belajar para siswa-siswi yang
Dalam faktor eksternal ada 3 faktor yang orang tuanya bercerai.
mempengaruhi prestasi belajar yaitu : yang Dapat disimpulkan hasil
petama faktor keluarga, keluarga yang wawancara dari (Ani meriana,2016)
dimaksud didalamnya adalah cara mendidik terdapat gambaran mengenai kondisi
orang tua, suasana dalam rumah, keadaan perilaku anak yang orang tua bercerai
ekonomi, pengertian orang tua, dan juga seperti konsentrasi terganggu akibat
latar belakang kebudayaan. Yang kedua masalah dengan orang tua yang bercerai,
faktor sekolah, faktor sekolah ini yang Siswa yang tidak mengikuti pelajaran
dimaksud meliputi metode mengajar, (membolos), anak suka menyendiri dan
relasasi guru dengan siswa, relasasi siswa minat belajar anak menurun, mengalami
dengan siswa, dan juga disiplin sekolah. kecemasan mendapatkan nilai jelek serta
Yang ketiga adalah faktor masyarakat yang prestasi yang rendah, siswa yang
dimana meliputi kegiatan dalam mengalami orang tua bercerai bergabung
masyarakat, mass media, teman bermain, dikomunitas anak jalanan dan mempunyai
bentuk kehidupan masyarakat. perilaku yang negatif (suka minum-
Berdasarkan hasil penelitian dari minuman yang beralkohol, narkoba dan
(Merita Kolcaku, 2017) menyatakan bahwa berkelahi), sehingga mempengaruhi
bahwa dampak perceraian orang tua motivasi belajar pada siswa.
mempengaruhi proses pembelajaran,
remaja memiliki hasil yang lebih rendah
disekolah dan menunjukkan kurangnya KESIMPULAN
konsentrasi. Sebagian besar remaja yang di
wawancarai mengatakan bahwa Dari hasil analisis beberapa artikel
keterlibatan orang tua dalam kehidupannya dalam Literature Review dapat ditarik
membuatnya merasa lebih aman untuk kesimpulan bahwa :
masa depannya sendiri. Terlepas dari 1) Stres dapat mempengaruhi prestasi
kenyataan bahwa pasangannya sudah belajar siswa yang mengalami
bercerai, untuk remaja mereka berdua perceraian orang tua, disebabkan
adalah orang tuanya. karena siswa yang orang tuanya
Berdasarkan hasil penelitian dari telah bercerai akan merasa malu
(Ani meriana, 2016) menyatakan dan dan merasa di kucilksn oleh
Berdasarkan hasil uji nonparametrik
teman-temannya. Juga dalam MORJOKERTO. Bk Unesa, 4(1), 187–
proses belajar siswa tersebut tidak 193.
fokus dan memperhatiakan
belajarnya. Atziza, R. (2015). Faktor-Faktor yang
2) Perceraian membawa dampak yang Mempengaruhi Kejadian Stres dalam
negative terhadap psikososial dan Pendidikan Kedokteran Factors
prestasi belajar anak, yang dimana Influence Stress Incidence in Medical
anak akan merasa tertekan dan School.
stress , apalagi bila orang tuanya
masing masing telah memiliki Aziz, A. H. (2017). Metodologi Penelitian
pasangan yang baru. Keperawatan dan Kesehatan. In
salemba medika.
Remaja membutuhkan dorongan dan
dukungan sebagai pengganti orang tua
Dervishi, E., Peposhi, F., & Ibrahimi, S.
untuk mengembalikan semangat dan
(2020). Journal of Psychiatry and
motivasi belajarnya agar tetap
Psychology Self-Esteem in
memperhatikan proses pembelajarannya
Adolescents and Its Connection with
disekolah.
Stressful Experiences. April.
Saran
Hasbullah, S., & Muzakkir, H. (2013).
Kepada pelayan orang tua atau Hubungan tingkat stress terhadap
petugas yang berkaitan misalnya BKKBN, perilaku merokok remaja siswa di
sebaiknya diberikan penyuluhan pada anak SLTP 30 MAKASSAR KOTA
anak yang mengalami perecraian orang tua MAKASSAR. 2, 1–6.
agar tidak terjadi hal hal yang tidak
diinginkan dan juga anak – anak yang orang Hidayat, A, A. (2007). Metode penelitian
tuanya telah bercerai masih tetap keperawatan dan teknik analisis data.
memotivasi dirinya sendiri.. Penerbit salemba medika
Bagi peneliti selanjutnya, penelitian
ini masih banyak kekurangan sehingga Kollçaku, M. (2017). Problems Encountered
diharapkan ada penelitian lebih lanjut in High School Pupils, Who Have
mengenai temuan penelitian ini. Divorced Parents. Journal of
Educational and Social Research, 7(1),
Daftar Pustaka
163–167.
https://doi.org/10.5901/jesr.2017.v7n1p
Adolescents Experiencing Broken Home. 163
Oktober,8(2), 131–137.
http://ojs.poltekkes-
Meiriana, A. (2016). Hubungan Antara
malang.ac.id/index.php/jpk/article/vie
Coping Stress Dan Dukungan Sosial
w/1423
Dengan Motivasi Bercerai.
Psikoborneo, 4(2), 396–406.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Mone, H. F. (2019). Dampak perceraian
Rineka Cipta
orang tua terhadap perkembangan
psikososial dan prestasi belajar. 6(2),
Astroni, E. (2013). Hubungan Antara 155–163.
Keluarga Disharmonis Dan Motivasi
Belajar Dengan Prestasi belajar Siswa
Nasution, I. K. (2008). Stres pada remaja.
SMA Negeri 1 KUTOREJO,
Fakultas Kedokteran. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Notoadmojo, S. (2012). Metodologi Wangge, B. D. R. (2013). Hubungan antara
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Penerimaan Diri dengan Harga Diri
Cipta. pada Remaja pasca Perceraian
Orangtua. Jurnal Psikologi Kepribadian
Padriyani, S. O., Sulastri, D., & Syah, N. A. Dan Sosial, 2(1), 1–6
(2014). Artikel Penelitian Hubungan
Status Gizi dengan Prestasi Belajar
pada Siswa – Siswi SMA Negeri 1
Padang Tahun Ajaran 2013 / 2014.
3(3), 471–474.

Pendidikan, J., Islam, A., Ilmu, F., Dan, T.,


Islam, U., Syarif, N., & Jakarta, H.
(2017). Dampak perceraian orang tua
terhadap motivasi belajar siswa di
madrasah aliyah islamiyah ciputat.

Purwanti, Y. (2015). Korelasi Partisipasi Ibu


Menyusui pada Kelompok Pendamping
ASI dengan Keberhasilan Pemberian
ASI Eksklusif. Jurnal Kebidanan Dan
Keperawatan, 11(1), 73–82.

Rahmawati, P. A. (2015). Perilaku


memaafkan pada remaja yang
mengalami keluarga broken home DI
SMKN 3 & SMKN 5 SAMARINDA.
3(1), 395–406.

Romalina, Wahab. (2018). Prestasi belajar.


Buku ajar Psikologi Belajar.
Depok :Raja Grafindo Persada.

Rulinda, S., & Coralia, F. (2014). Studi


mengenai Social Support pada Anak
Usia 10-12 Tahun Pasca Perceraian
Orang Tua di SD M Bandung. 410–
416.

Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., Ilmu,


D. A. N., & Hidayatullah, U. I. N. S.
(2014). Pengaruh tingkat intensitas
belajar terhadap terjadinya stres pada
mahasiswa pspd 2011 FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Tua, N., & Gaol, L. (2016). Teori Stres :


Stimulus , Respons , dan
Transaksional. 24(1), 1–11.
https://doi.org/10.22146/bpsi.11224

Anda mungkin juga menyukai