Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH POLA ASUH OVER PROTECTIVE OTANGTUA

TERHADAP SIKAP KEMANDIRIAN ANAK KALANGAN REMAJA


MEDAN

PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metologi Penelitian

OLEH:
FLORENSYA BR BARUS
210910113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
2024/2025
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
proposal penelitian ini. Proposal ini disusun sebagai langkah awal dalam
perencanaan dan pelaksanaan suatu penelitian yang diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan.

Penelitian ini diinisiasi dengan tujuan untuk pentingnya kita mengetahui


Pengaruh Pola Asuh Over Protective Orangtua Terhadap Sikap Kemandirian
Anak di kalangan Remaja yang akan melibatkan langkah-langkah mulai dari
perumusan masalah, perancangan metodologi, pengumpulan data, analisis, hingga
penyajian temuan. Saya percaya bahwa penelitian ini memiliki relevansi dan
dampak positif yang signifikan terhadap perkembangan kemandirian anak dengan
pengaruh pola asuh orang tua.

Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama proses
penyusunan proposal ini. Terima kasih kepada Dosen Pastor Godlif Sianipar yang
mengajar mata kuliah metologi penelitian, yang telah memberikan saran dan
masukan yang sangat berarti bagi perbaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih dapat diperbaiki dan


ditingkatkan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan masukan dan kritik yang
membangun dari semua pihak agar proposal ini dapat menjadi dasar yang kuat
untuk penelitian yang akan dilaksanakan.
1

Akhir kata, penulis berharap proposal penelitian ini dapat mendapatkan


persetujuan dan dukungan untuk dilanjutkan ke tahap pelaksanaan. Semoga
penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang positif bagi
perkembangan ilmu pengetahuan pembaca.

Medan, Januari 2024

Penulias

Florensya Br Barus

210910113
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sinaga,Rosmawati 01/11/2022 dari hasil survei yang disimpulkan bahwa
orang tua seharusnya memberikan kebebasan kepada remaja untuk memilih,
mengemban dan memutuskan apapun yang sedang diambil remaja saat ini. Saat
ini orang tua memberikan kasih sayangnya secara berlebihan dan terus menerus
sehingga dari pola asuh yang diberikan orang tua secara overprotective 9
menyebabkan remaja tersebut merasa cemas, dan tidak percaya diri akan
kemampuannya. Remaja juga sulit menyelesaikan sendiri masalah dan
mendapatkan solusinya serta bertanggungjawab. Maka dari survei terdapat
hubungan perilaku overprotective orang tua terhadap kemandirian remaja.

Steinberg (2002) mengemukakan aspek-aspek kemandirian seperti :


Kemandirian emosional (Emotional Autonomy) digunakan untuk mengukur
kemampuan individu dalam memandang orangtua sebagai orang dewasa pada
umumnya, tidak memandang orangtua sebagai sosok yang ideal, bergantung pada
kemampuannya sendiri tanpa mengharapkan bantuan dari orang lain.

Kemandirian perilaku (Behavior Autonomy) digunakan untuk mengukur


kemampuan individu dalam mengambil keputusan secara mandiri, memiliki
kekuatan terhadap pengaruh orang lain, merasa percaya, kemandirian nilai (value
Autonomy) digunakan untuk kemampuan remaja untuk berpikir abstrak dalam
memandang suatu masalah, memiliki keyakinan yang berakar pada prinsip-prinsip
umum yang memiliki dasar ideologi.

Didalam proses menuju kemandirian remaja sebaiknya dibantu oleh orang


tua. Orang tua harus mengajarkan pada remaja terkait kemandirian yang baik di
dalam keluarga maupun lingkungan sekitar, sebab di dalam kemandirian yang
dimiliki oleh remaja tidak terbentuk begitu saja tetapi melalui proses pengalaman,
sehingga terbentuk sikap yang mandiri.
1

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan kesempatan


remaja untuk mengembangkan kemampuan diri dalam bidang akademik maupun
lainnya. Kepribadian dan perilaku remaja akan terbentuk berdasarkan apa yang
diajarkan orangtua melalui pola asuh. Oleh karena itu, pola asuh yang diberikan
orangtua menjadi faktor yang penting dalam membentuk kemandirian remaja baik
secara emosional, perilaku maupun nilai.

Menurut Santrock (2008) mengatakan individu yang tidak cukup mandiri


akan memiliki kesulitan dalam hubungan pribadi maupun karir uraian ini dapat
dipahami bahwa untuk memiliki hubungan pribadi yang sehat dengan lingkungan
sosial, maka individu harus mandiri, sehingga dapat dikatakan kemandirian
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri individu.

Schneiders (1964) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan penyesuaian


diri adalah ketika individu mampu menyesuaikan antara respon mental dan
perilakunya, yang mana individu akan melakukan usaha-usaha guna
menghilangkan rasa tegang, rasa frustasi, serta kebutuhan, dan juga masalah yang
bersumber dari individu itu sendiri dengan lebih baik yang apabila individu
tersebut mampu menyesuaikan antara tuntutan dari dirinya dengan dunia atau
lingkungan tempat ia tinggal maka akan menghasilkan kesesuaian dalam dirinya.
Keinginan orang tua yang mengontrol anaknya seharusnya dengan memberikan
kebebasan kepada anak dengan alasan supaya anak bisa mengembangkan potensi
pada dirinya.

Ada pula orang tua yang memberi kebebasan kepada anak tetapi tetap
memberikan kontrol, dan ada pula orang tua yang bersikap melindungi anak
secara berlebihan dengan memberikan perlindungan terhadap gangguan dan
bahaya fisik maupun psikologis sampai anak tidak mencapai kebebasan atau
selalu tergantung pada orang tua. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku orang
tua tersebut disebut sebagai pola asuh orang tua yang overprotective dengan
alasan agar anak tersebut tidak mengalami celaka, dan karena anak belum bisa
berfikir secara logis maka dari itu perlu adanya perlindungan yang ekstra dari
orang tua. Kebiasaan orang tua tersebut akan memberikan hambatan bagi anak
remaja dalam menjalankan tugas-tugas perkembangannya. Saat ini proses
1

perkembangan kemandirian remaja membutuhkan peran pendidik yang dapat


dilakukan oleh orangtua antara lain, dalam kehidupan 12 keluarga dengan
memberikan seperti terciptanya suatu interaksi yang bersifat edukatif, orangtua
dapat memberi stimulus atau respon agar anak remaja dapat terhindar dari
identitas negatif dan orang tua dijadikan remaja sebagai model untuk bertingkah
laku pada remaja. Dalam memperlakukan anak tentunya orang tua tidak bersikap
sembarangan, mereka punya cara tersendiri dengan harapan anak mereka
berkembang.

Pola asuh orang tua kepada anak memegang peranan yang besar dalam
perkembangan anak pada masa mendatang Menurut Mappiare (1982)
overprotective merupakan cara orang tua mendidik anak dengan terlalu
melindungi anak, kurang memberi kesempatan kepada anak untuk mengurusi
keperluan-keperluannya sendiri, membuat rencana kepada anak, menyusun
alternatif setiap kegaiataan, mengambil keputusan sendiri serta bertanggungjawab
tehadap keputusannya.

Menurut Mappiare (1982) mengatakan ada empat aspek pola asuh


overprotective orang tua, yaitu: orang tua ingin selalu memiliki kontak yang
berlebihan kepada seorang remaja, orang tua menginginkan selalu dekat dengan
seorang remaja, perawatan atau pemberian bantuan kepada seorang remaja yang
terus menerus, meskipun remaja sudah mampu merawat dirinya sendiri orang tua
tetap membantu, mengawasi kegiatan remaja secara berlebihan, orang tua
senantiasa mengawasi aktifitas-aktifitas yang dilakukan remaja, memecahkan
masalah remaja, orang tua tidak membiasakan remaja agar belajar memecahkan
masalah, selalu membantu memecahkan masalah- masalah pribadi remaja,
meskipun masalah yang dialami bisa diatasi sendiri oleh anak.

Pola asuh Overprotective yaitu memperlakukan remaja dengan kontak yang


berlebihan, memberikan perawatan dan bantuan kepada remaja meskipun remaja
sudah tahu bawah dia dapat merawat dirinya sendiri, terlalu memberikan
pengawasan pada remaja, Remaja yang didik oleh orang tuanya dengan model
tersebut akan memunculkan perasaan tidak aman, mudah putus asa, melarikan diri
dari tanggungjawab, sulit memutuskan hal dengan sendirinya (Yusuf, 2007).
1

Orang tua seharusnya memberikan perlindungan kepada remaja dengan


sewajarnya tanpa harus menjadikan remaja tersebut menjadi tertekan.
Sebagaimana orang tua seharusnya memberikan kasih sayang, kenyamanan, dan
perlindungan sangat membantu remaja dalam membangun hubungan antara anak
dan orangtua menjadi baik.

1.2 Indentitas Masalah

Berdasarkan Pengaruh Pola Asuh Over Protective Orangtua Terhadap


Sikap Kemandirian Anak di kalangan Remaja maka peneliti berasumsi bahwa
identifikasi masalah penelitian adalah:
Akan memunculnya perasaan tidak aman pada anak, mudah putus asa,
melarikan diri dari tanggungjawab, sulit memutuskan hal dengan sendirinya.

1.3 Batasan Masalah


Untuk mencapai sasaran penelitian yang ditinjau sesuai judul yang
menjadi tujuan penulis, maka perlu adanya pembatasan masalah. Batasan masalah
untuk penelitian ini adalah :
Hasil dari pertanyaan berupa kuesioner Pengaruh Pola Asuh Over
Protective Orangtua Terhadap Sikap Kemandirian Anak di kalangan Remaja.

1.4 Perumusan Masalah


Mengacu pada pemikiran di atas, dan memperhatikan pada latar belakang
masalah, maka rumusan masalah yang dikemukakan peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Adakah Pengaruh Pola Asuh Over Protective Orangtua Terhadap Sikap
Kemandirian Anak di kalangan Remaja?
2. Seberapa besar tingkat Pengaruh Pola Asuh Over Protective Orangtua
Terhadap Sikap Kemandirian Anak di kalangan Remaja?
3. Apakah pola asuh over protective orang tua melatih kemandirian anak di
kalangan remaja?
4. Apakah pola asuh over protective orang tua berdampak positif atau negatif
terhadap perkembangan kemandirian anak di kalangan remaja?
1

1.5 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah penulis
paparkan, maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui adanya Dampak Pola Asuh Over Protective Orangtua
Terhadap Sikap Kemandirian Anak di kalangan Remaja.
2. Untuk mengetahui tingkat Pengaruh Pola Asuh Over Protective Orangtua
Terhadap Sikap Kemandirian Anak di kalangan Remaja.

1.6 Manfaat Penelitian


1. Secara teoritis
Secara teoristis, manfaat dari penelitian ini adalah memberikan
informasi kepada pembaca hal-hal yang berkaitan dengan Pengaruh Pola
Asuh Over Protective Orangtua Terhadap Sikap Kemandirian Anak di
kalangan Remaja.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis pada penelitian ini adalah:
Bagi orang tua
Penelitian ini dapat memberi wawasan dan informasi, sehingga
orang tua dapat mengoptimalkan proses bimbingan belajar anak,
untuk menunjang prestasi belajarnya.

3. Kontribusi pada Teori Pengembangan Kemandirian:

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pemahaman teori


pengembangan kemandirian dengan mengidentifikasi dan
menganalisis pengaruh pola asuh over protektif orangtua terhadap
sikap kemandirian remaja. Hasil penelitian dapat membantu
memperkaya konsep dan kerangka teoritis yang terkait dengan
perkembangan kemandirian pada tingkat remaja.

4. Penjelasan tentang Interaksi Orangtua-Anak dalam Konteks Over


Protektif:

Melalui penelitian ini, kita dapat mendapatkan pemahaman lebih


mendalam tentang bagaimana interaksi antara orangtua dan anak
dalam konteks pola asuh over protektif dapat memengaruhi sikap
kemandirian remaja. Ini dapat memberikan wawasan tentang
1

dinamika keluarga yang memainkan peran dalam perkembangan


kepribadian remaja.

5. Pengembangan Teori Keterikatan dalam Konteks Pola Asuh Over


Protektif:

Teori keterikatan menekankan pentingnya hubungan emosional


anak dan orangtua dalam pengembangan sosial dan emosional.
Penelitian ini dapat memperkaya pemahaman kita tentang
bagaimana pola asuh over protektif dapat mempengaruhi
keterikatan dan dampaknya terhadap perkembangan sikap
kemandirian remaja.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Pola Asuh Over Protective Orang Tua
2.1.1.1 Pengertian Pola Asuh
Pola asuh adalah cara orang tua memelihara dan mendidik anak-anaknya.
Berbagai ahli dalam bidang psikologi perkembangan dan pendidikan telah
menyumbangkan pandangan mereka tentang pola asuh. Berikut adalah beberapa
definisi dan pandangan para ahli mengenai pola asuh:

John Bowlby mengembangkan teori keterikatan (attachment theory), yang


menekankan pentingnya hubungan emosional yang kuat antara anak dan orang tua
sebagai dasar bagi perkembangan sosial dan emosional anak.
1

Albert Bandura menekankan peran penting pemodelan dalam pola asuh.


Orang tua sebagai model memainkan peran besar dalam pembentukan perilaku
anak.

Lev Vygotsky mengemukakan konsep zona perkembangan proximal


(ZPD), yang menyoroti pentingnya bimbingan dan dukungan orang tua dalam
membantu anak mengembangkan keterampilan dan pengetahuan baru.

Erik Erikson mengembangkan teori perkembangan psikososial, dan dalam


konteks pola asuh, menekankan pentingnya memberikan tantangan dan
kesempatan kepada anak untuk mengembangkan identitas diri.

D.H. Lawrence Lawrence menyebutkan dua jenis pola asuh, yaitu pola
asuh "saying terhadap anak-anak" dan "tidak sayang terhadap anak-anak," yang
dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak.

Urie Bronfenbrenner memperkenalkan teori ekologi sistem, yang


menekankan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak. Pola asuh
dipandang sebagai bagian dari lingkungan mikro yang langsung memengaruhi
anak.

Thomas Gordon mengembangkan Parent Effectiveness Training (PET)


pada tahun 1962. PET adalah suatu pendekatan dalam pola asuh yang berfokus
pada komunikasi efektif antara orang tua dan anak. Gordon mempublikasikan ide-
ide dan metodenya dalam buku berjudul "Parent Effectiveness Training," yang
pertama kali diterbitkan pada tahun 1965. Melalui PET, Gordon menekankan
pentingnya komunikasi terbuka, pemahaman empati, dan penyelesaian masalah
secara bersama-sama dalam hubungan orang tua-anak. Pendekatan ini telah
mempengaruhi banyak orang tua dan profesional dalam bidang pendidikan dan
konseling.

Setiap ahli memiliki sudut pandang unik mereka tentang pola asuh, dan
pemahaman ini dapat membantu orang tua dan pendidik dalam memilih
pendekatan yang sesuai untuk mendukung perkembangan optimal anak. Sudut
1

pandang ini juga memberikan dasar bagi penelitian dan pengembangan lebih
lanjut dalam bidang psikologi perkembangan dan pendidikan.

2.1.1.2 Pengertian Over Protective

Istilah "over protective" atau "overprotective" digunakan untuk


menggambarkan suatu pola asuh yang berlebihan dalam memberikan
perlindungan atau pengawasan terhadap anak-anak. Pemahaman tentang apa yang
dianggap sebagai "over protective" dapat bervariasi, tetapi secara umum, hal ini
mencakup tindakan orang tua atau pemelihara yang melampaui batas wajar dan
dapat menghambat perkembangan kemandirian anak. Berikut adalah beberapa
pengertian "over protective" menurut para ahli:

Diana Baumrind dalam konsepnya tentang pola asuh, menyebutkan bahwa


pendekatan "otoriter" (authoritarian) dapat terlihat sebagai pola asuh yang over
protektif. Orang tua dengan pendekatan ini cenderung sangat mengontrol dan
membatasi anak-anak, tanpa memberikan kebebasan yang memadai.

Dan Kindlon dan Michael Thompson dalam buku mereka yang berjudul
"Raising Cain: Protecting the Emotional Life of Boys," berbicara tentang
kekhawatiran masyarakat yang semakin over protektif terhadap anak laki-laki.
Mereka menyatakan bahwa ketidakmampuan anak untuk mengatasi kegagalan
dan kesulitan dapat terkait dengan pola asuh yang terlalu melibatkan diri dan
melindungi.

Neil Bernstein dalam bukunya yang berjudul "How to Keep Your


Teenager Out of Trouble and What to Do if You Can't," membahas tentang
bagaimana pola asuh yang terlalu melindungi dapat menyebabkan anak-anak
merasa terkekang dan sulit mengatasi tantangan hidup.

2.1.1.2 Pengertian Orang Tua

Pengertian orang tua dapat bervariasi tergantung pada konteks dan sudut
pandang para ahli, baik dari segi psikologi, sosiologi, atau bidang-bidang lainnya.
Berikut adalah beberapa definisi dan pandangan tentang orang tua menurut para
ahli:

Urie Bronfenbrenne dalam teorinya tentang ekologi sistem, menyebutkan


bahwa orang tua adalah bagian dari mikrosistem, lingkungan langsung anak-anak.
Peran dan interaksi orang tua dianggap mempengaruhi perkembangan anak-anak.

Diana Baumrind mengembangkan teori pola asuh dan menyatakan bahwa


orang tua memiliki peran penting dalam membentuk perkembangan anak-anak. Ia
mengidentifikasi tiga tipe pola asuh utama: otoritatif, otoriter, dan permissif.
1

John Bowlby dalam teorinya tentang keterikatan, menekankan pentingnya


hubungan emosional yang aman antara anak dan orang tua pada masa awal
kehidupan. Menurutnya, keterikatan ini memiliki dampak penting pada
perkembangan sosial dan emosional anak.

Erik Erikson seorang ahli psikososial, mengajukan bahwa orang tua


memiliki peran kunci dalam membantu anak-anak mencapai tahap perkembangan
yang tepat. Misalnya, pada tahap "kepercayaan vs. ketidakpercayaan" pada bayi,
keberhasilan dalam tahap ini tergantung pada kepercayaan anak terhadap orang
tuanya.

2.1.2 Kemandirian Anak Remaja


2.1.2.1 Pengertian Kemandirian

Kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk mengurus diri sendiri,


membuat keputusan, dan bertanggung jawab atas tindakan dan kehidupan
pribadinya. Berbagai ahli telah memberikan pengertian tentang kemandirian dari
perspektif psikologi, pendidikan, dan pengembangan manusia. Berikut adalah
beberapa definisi kemandirian menurut para ahli:

Jean Piaget seorang psikolog perkembangan, menyebutkan bahwa


kemandirian merupakan hasil dari perkembangan kognitif anak. Menurutnya,
kemandirian muncul ketika anak mencapai tahap operasional konkret dan dapat
mengerti hubungan sebab-akibat.

Erik Erikson seorang ahli psikososial, menekankan pentingnya tahap


"inisiatif vs. rasa bersalah" dalam perkembangan kemandirian anak. Kemandirian
berkembang saat anak merasa mampu mengambil inisiatif dan mengatasi tugas-
tugas keseharian.

John Dewey seorang filosof dan pendidik, melihat kemandirian sebagai


hasil dari pendidikan yang memberikan anak kesempatan untuk belajar melalui
pengalaman, mengembangkan inisiatif, dan memecahkan masalah.

2.1.2.2 Ciri-ciri Mandiri

Mandiri adalah kemampuan seseorang untuk mengurus dirinya sendiri dan


bertanggung jawab atas tindakannya. Ciri-ciri mandiri dapat bervariasi tergantung
1

pada perspektif dan konteks. Berikut adalah beberapa ciri-ciri mandiri menurut
para ahli:

Jean Piaget Piaget menyatakan bahwa ciri kemandirian mencakup


kemampuan anak untuk mengembangkan pemikiran operasional konkret. Anak
yang mandiri dapat memahami hubungan sebab-akibat dan memiliki kemampuan
berpikir logis.

Erik Erikson, ciri kemandirian muncul pada tahap "inisiatif vs. rasa
bersalah" dalam perkembangan psikososial. Anak yang mandiri merasa percaya
diri, memiliki inisiatif, dan dapat mengatasi tugas-tugas sendiri.

Urie Bronfenbrenner Bronfenbrenner melihat kemandirian sebagai hasil


dari interaksi individu dengan lingkungan mikro dan makro mereka. Anak yang
mandiri memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Benjamin Bloom dalam konteks pendidikan, mengidentifikasi ciri


kemandirian termasuk kemampuan mengatur waktu, merencanakan, dan
mengambil tanggung jawab atas pembelajaran pribadi.

2.1.2.3 Prinsip-prinsip Mandiri

Prinsip mandiri merujuk pada nilai-nilai atau konsep-konsep dasar yang


menjadi landasan untuk mencapai kemandirian. Berbagai ahli dan filosof telah
mengemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan konsep mandiri. Berikut
adalah beberapa prinsip mandiri menurut beberapa ahli:

Jean-Jacques Rousseau seorang filsuf Prancis, menyatakan bahwa prinsip


kemandirian melibatkan pengembangan alam manusia sesuai dengan kodratnya.
Dia menekankan pentingnya pendidikan yang alami dan membiarkan anak-anak
belajar melalui pengalaman langsung.

John Locke seorang filsuf Inggris, mengemukakan prinsip bahwa


pendidikan harus memberikan kebebasan dan memberdayakan individu untuk
mengembangkan potensi dan kebijaksanaannya sendiri.

Maria Montessori seorang pendidik Italia, merumuskan prinsip-prinsip


seperti kebebasan untuk eksplorasi, kemandirian dalam belajar, dan lingkungan
yang merangsang perkembangan alami anak-anak.

John Dewey seorang filsuf dan pendidik Amerika, mengemukakan prinsip


bahwa pembelajaran seharusnya relevan dengan kehidupan sehari-hari anak-anak
dan menekankan pada pendekatan belajar melalui pengalaman dan eksplorasi.
1

2.1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi kemandirian Anak Remaja

Kemandirian remaja dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang kompleks,


termasuk aspek-aspek psikologis, sosial, dan lingkungan. Beberapa faktor yang
memengaruhi kemandirian anak remaja antara lain:

Pola asuh yang mendukung kemandirian, seperti memberikan tanggung


jawab dan memberi anak kesempatan untuk mengambil keputusan, dapat
meningkatkan perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya, pola asuh yang
terlalu protektif atau otoriter dapat menghambat kemandirian.

Kemandirian sering kali terkait dengan keterampilan sosial. Remaja yang


memiliki kemampuan berkomunikasi, bernegosiasi, dan bekerja sama dengan
orang lain mungkin lebih cenderung mandiri dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan mengatasi masalah memainkan peran penting dalam


kemandirian. Remaja yang dapat mengidentifikasi, menganalisis, dan
menyelesaikan masalah dengan cara yang efektif dapat mengembangkan tingkat
kemandirian yang lebih tinggi.

Proses pengambilan keputusan merupakan aspek penting dari


kemandirian. Remaja yang diajarkan untuk merencanakan dan membuat
keputusan akan lebih mampu mengatasi tantangan dan memegang kendali atas
hidup mereka.

Dukungan sosial dari keluarga, teman sebaya, dan komunitas dapat


memengaruhi perkembangan kemandirian remaja. Rasa dukungan dan rasa
terhubung dengan orang-orang di sekitarnya dapat meningkatkan kepercayaan diri
dan kemandirian.

Pendidikan memberikan wawasan dan pengetahuan yang dapat membantu


remaja mengembangkan kemandirian. Keterampilan akademis dan kecerdasan
emosional yang diperoleh melalui pendidikan dapat menjadi dasar untuk
kemandirian.
1

Pengalaman menghadapi tantangan dan kesulitan dapat mengajarkan


remaja untuk menjadi mandiri. Mengatasi rintangan membantu mereka
membangun ketangguhan dan kemampuan mengatasi masalah.

Kemandirian juga melibatkan kecakapan praktis dalam menjalani


kehidupan sehari-hari, seperti kemampuan mengelola waktu, keuangan, dan tugas-
tugas rumah tangga.

Remaja yang mengalami proses perkembangan identitas yang sehat


cenderung memiliki kemandirian yang lebih tinggi. Mereka dapat menentukan
nilai-nilai, minat, dan tujuan hidup mereka sendiri.

Penggunaan teknologi dan akses informasi dapat memengaruhi cara


remaja memperoleh pengetahuan dan menyelesaikan masalah. Remaja yang
terampil dalam menggunakan teknologi mungkin lebih mandiri dalam mengelola
informasi.

Semua faktor ini bersifat saling terkait dan kompleks, dan interaksi di
antara mereka dapat memberikan dampak yang berbeda pada setiap remaja.
Perhatian terhadap berbagai faktor ini dapat membantu menciptakan lingkungan
yang mendukung perkembangan kemandirian remaja.

2.1.2.6 Hasil Penelitian yang Relevan


1

LAMPIRAN ANGKET OVERPROTECTIVE DAN KEMANDIRIAN

IDENTITAS DIRI

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Urutan Kelahiran :

Tingkat Pendidikan Orang Tua

Ayah :

Ibu :

Suku Orang Tua

Ayah :

Ibu :

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini akan saya sajikan beberapa pernyataan, dan Saudara diminta
untuk menyatakan pendapat yang saya harap seluruh pernyataan tersebut sesuai
dengan keadaan diri Saudara. Adapun petunjuk pengisian yakni dengan cara
memberikan tanda silang (X) pada kolom yang telah disediakan, baik pada kolom
SS, S, TS, ataupun STS disamping setiap pernyataan.

NB:

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

TS : Tidak Sesuai

STS : Sangat Tidak Sesuai


1

Jawaban diharapkan sesuai dengan keadaan diri Saudara dan diharapkan


Saudara sungguh-sungguh dalam mengerjakannya karena apapun jawaban yang
Saudara berikan tidak ada yang salah, dan saya berharap tidak ada pernyataan
yang dilewatkan.

SELAMAT BEKERJA!!!

SKALA I

NO PERTANYAAN SS S TS STS

1 Saya tidak mudah terpengaruh dengan teman-teman SS S TS STS


saya yang kurang baik
2 Saya mampu mengambil keputusan tanpa SS S TS STS
melibatkan orang lain
3 Saya tidak suka dengan teman yang kurang pandai di SS S TS STS
dalam kelas
4 Saya mampu menghasilkan uang untuk menambah SS S TS STS
uang jajan saya
5 Saya mampu menghasilkan uang untuk menambah SS S TS STS
uang jajan saya
6 Saya mudah tersinggung jika ada yang berkata buruk SS S TS STS
tentang saya

7 Saya bergaul dengan siapa saja tanpa rasa khawatir SS S TS STS


untuk disakiti

Orang tua saya selalu ikut andil dalam memecahkan SS S TS STS


permasalahan saya
8

9 Saya dapat mengatasi masalah saya sendiri SS S TS STS

10 Saya masih meminta uang jajan dengan orang tua SS S TS STS


saya
11 Saya mampu membeli perlengkapan sekolah dengan SS S TS STS
uang tabungan saya sendiri

12 Saya merasa senang bergabung dalam lingkungan SS S TS STS


baru
1

13 Saya suka menyendiri di kelas SS S TS STS

14 Saya bisa menjawab pertanyaan tanpa bantuan SS S TS STS


teman
15 Saya memanfaatkan uang yang diberikan orang tua SS S TS STS
saya untuk keperluan pribadi saya
16 Saya meminta teman sebangku untuk mengajarkan SS S TS STS
cara menyelesaikan soal matematika
17 Saya disenangi guru karena keuletan saya SS S TS STS

18 Saya yakin dapat menyelesaikan tugas tanpa takut SS S TS STS


gagal
19 Saya tersinggung jika ada yang mengejek saya SS S TS STS

20 Saya takut mencoba hal baru yang berisiko SS S TS STS

21 Saya disenangi banyak orang SS S TS STS

22 Saya lebih menyukai tugas kelompok karna SS S TS STS


tanggung jawab tidak bertumpu pada saya sendiri.
23 Saya mengikuti trend yang populer dimasa kini SS S TS STS

24 Saya mampu menghargai pendapat saya saat orang SS S TS STS


lain menolaknya

25 Saya tidak mudah tersinggung dalam bergurau SS S TS STS

26 Saya tidak bergantung pada persetujuan orang lain SS S TS STS


1

IDENTITAS DIRI

Nama (Inisial) :

Usia :

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini akan saya sajikan beberapa pernyataan, dan Saudara diminta
untuk menyatakan pendapat yang saya harap seluruh pernyataan tersebut sesuai
dengan keadaan diri Saudara. Adapun petunjuk pengisian yakni dengan cara
memberikan tanda silang (X) pada kolom yang telah disediakan, baik pada kolom
SL, SR, JR, ataupun TP disamping setiap pernyataan.

NB:

SL : Selalu

SR : Sering

JR : Jarang

TP : Tidak Pernah

Jawaban diharapkan sesuai dengan keadaan diri Saudara dan diharapkan


Saudara sungguh-sungguh dalam mengerjakannya karena apapun jawaban yang
Saudara berikan tidak ada yang salah, dan saya berharap tidak ada pernyataan
yang dilewatkan.

SELAMAT BEKERJA!!!

SKALA II

NO PERTANYAAN SL SR JR TP

1 Orang tua saya memberikan nasehat yang sama SL SR JR TP


berulang-ulang
2 Saya tidak boleh belajar naik sepeda motor SL SR JR TP

3 Orang tua saya memberikan kebebasan pada saya SL SR JR TP


untuk mengemukakan pendapat saya
4 Orang tua mengijinkan saya untuk memilih SL SR JR TP
Universitas di luar kota
5 Orang tua memaksakan agar saya menjadi seseorangSL SR JR TP
1

dengan

6 Ayah mengijinkan saya mengantar ibu ke pasar SL SR JR TP


dengan kendaraan pribadi

7 Ibu marah jika saya mengemukakan pendapat yang SL SR JR TP


berbeda

Saya bebas memilih makanan yang saya sukai SL SR JR TP

9 Ibu selalu membekali saya makanan dan minuman SL SR JR TP

10 Saya bebas memilih orang yang saya sukai SL SR JR TP

11 Orang tua saya tidak mengijinkan saya untuk ikut SL SR JR TP


campur dalam urusan keluarga
12 Orang tua saya merasa saya belum mampu untuk SL SR JR TP
membawa kendaraan pribadi ke sekolah
13 Orang tua saya selalu mengantar jemput saya ke SL SR JR TP
sekolah
14 Ayah pernah memarahi saya di depan umum SL SR JR TP

15 Orang tua saya tidak mengijinkan membersihkan SL SR JR TP


bekas beling
16 Orang tua memberi dukungan lebih pada bakat yang SL SR JR TP
saya miliki
17 Orang tua melibatkan saya dalam berdiskusi keluarga SL SR JR TP

18 Ketika pulang sekolah saya selalu berjalan dengan SL SR JR TP


teman-teman
19 Orang tua selalu membiasankan saya untuk SL SR JR TP
membantu mereka di rumah
20 Ketika saya kurang enak badan orang tua langsung SL SR JR TP
membawa saya ke dokter
21 Orang tua saya selalu menanyakan keberadaan saya SL SR JR TP
ketika saya tidak ada menghubunginya
22 Saya menyiapkan segala kebutuhan study tour sendiri SL SR JR TP

23 Orang tua selalu mencari kabar tentang saya dari SL SR JR TP


teman-teman
24 Kebutuhan saya selalu terpenuhi setiap sayaSL SR JR TP
1

membutuhkannya

25 Orang tua saya tidak memaksakan minat dan hobi SL SR JR TP


saya pada keinginan mereka
26 Orang tua saya marah jika saya salah sedikit SL SR JR TP

27 Orang tua biasanya menitipkan pesan kepada SL SR JR TP


beberapa teman saya atau guru

Anda mungkin juga menyukai