Srategi Pembelajaran Dalam Menstimulasi Kemandirian Anak Usia Dini
Srategi Pembelajaran Dalam Menstimulasi Kemandirian Anak Usia Dini
Disusun Oleh :
142001024
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen saya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya menyadari makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Wassalamualaikum
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
A. Kesimpulan
B. Saran
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa kanak-kanak awal adalah waktu yang penting untuk memberikan stimulasi
berkualitas tinggi kepada anak-anak karena mereka akan menjadi dewasa lebih
cepat daripada anak-anak yang menerima sedikit atau tanpa stimulasi. Salah satu
yang perlu didorong sejak dini adalah kemandirian karena membantu anak
mengembangkan kreativitas, tanggung jawab, dan kepercayaan diri sekaligus
menghindari perilaku berbahaya (Sahrip, 2017).
Kemandirian sebagai kapasitas untuk secara bebas mengatur dan mengatur ide,
perasaan, dan perilaku sendiri sambil berusaha menghilangkan perasaan bersalah
dan ketidakpastian. Anak yang memiliki sikap mandiri adalah “anak yang dapat
melakukan aktivitasnya sendiri, dapat bersosialisasi, dapat mengendalikan
emosinya, dan bisa bersimpati dengan orang lain," (Damayanti, 2020).
Menurut pendapat ahli tersebut, kemandirian adalah sikap dan perilaku orang
yang mampu menangani tugas-tugasnya sendiri, mengendalikan emosinya,
berinteraksi dengan orang lain, dan berusaha memecahkan masalah sendiri. Dalam
situasi ini, anak mampu belajar sendiri, memilih cara belajar, dan mengurus
kebutuhan dasar seperti makan, memakai sepatu, mengancingkan baju, dan lain-
lain.
Namun, independensi AUD masih belum sepenuhnya terwujud saat ini; anak-anak
cenderung manja dan terlalu bergantung pada orang tua atau anggota keluarga
dekat lainnya, dan orang tua terus memantau perkembangan akademik anak-anak
mereka. Orang tua yang memanjakan anaknya dan guru yang eksklusif
menggunakan teknik pengajaran tradisional berdampak pada anak yang belum
sepenuhnya mandiri. Untuk membantu anak membangun kemandiriannya,
diperlukan metode dan teknik pembelajaran menarik yang sesuai dengan usia dan
tahap perkembangannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi pendidik dalam menstimulasi kemandirian
AUD ?
2. Metode apa saja yang digunakan dalam menstimulasi Kemandirian
AUD ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui strategi yang digunakan pendidik dalam
menstimulasi kemandirian AUD
2. Untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan pendidik untuk
menstimulasi kemandirian AUD ?
D. Manfaat
1. Bagi Anak Didik
Diharapkan anak didik dapart memperoleh hak stimulasi dari pendidik
agar dapat mengembangkan kemandirian mereka secara optimal.
2. Bagi pendidik
Membantu pendidik PAUD agar memberikan stimulasi yang sesuai
untuk anak usia dini.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Strategi Stimulasi Kemandirian Anak Usia Dini
1. Pengertian stimulasi Kemandirian AUD
Pembentukkan perilaku mandiri sangat penting untuk diterapkan
pada setiap individu sejak dini karena dengan terbentuknya karakter
mandiri pada setiap individu akan meminimalisir terjadinya
penyimpangan perilaku yang sering terjadi saat ini terutama pada anak
usia 5-6 tahun (Rasyid, 2022).Kemandirian merupakan salah satu
yang perlu ditanamkan pada anak usia dini. Kemandirian tidak selalu
tiba pada anak secara tiba-tiba, sehingga diperlukan stimulasi. Seorang
individu dirangsang untuk mencapai tingkat perkembangan
optimalnya sesuai dengan usianya, ini sependapat dengan Ambarsari
yang mengemukaan bahwa kemandirian anak usia dini harus
diperkenalkan sejak dini agar anak terhindar dari sifat ketergantungan
pada orang lain. Kondisi anak yang masih bergantung pada orang lain
dan menjauhi tantangan, kemungkinan dapat disebabkan oleh faktor
lingkungan atau faktor dalam diri anak tersebut(Hindu et al., 2022).
Masa bayi dini merupakan tahap perkembangan yang
menempatkan anak pada masa krusial ("masa keemasan") di mana
mereka membutuhkan stimulasi. Sejak anak masih dalam kandungan,
orang tua bisa merangsang anaknya. Ketika anak mencapai usia pra
sekolah, pendidik juga dapat melakukan stimulasi(Yuliastri and Sandy
Ramdhani, 2018).
Kemandirian adalah perilaku teratur yang terdiri dari sifat-sifat
seperti percaya diri, bertanggung jawab, mengendalikan diri,
mudah bergaul, dan keinginan untuk melayani orang lain(Lestari
and Fathiyah, 2023).
Kemandirian anak adalah kemampuan seorang anak untuk
melakukan aktivitas yang diinginkan dan dilakukan oleh anak itu
sendiri (Lestari and Fathiyah, 2023).
Berdasarkan pandangan para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kemandirian mengacu pada kemampuan anak untuk bertindak
dengan cara yang mandiri dari orang lain, mudah bergaul, mampu
mengelola emosinya, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu,
mendorong kemandirian memberikan rangsangan kepada anak agar
dapat menyelesaikan tugas secara mandiri.
2. Strategi Pendidik dalam Menstimulasi Kemandirian Anak
Usia Dini
Kemandirian anak usia dini saat ini masih rendah dan kurang
berkembang, hal ini terlihat pada saat pembelajaran dimulai. Anak-
anak menangis saat masuk kelas dan mengeluh saat terpisah dari
orang tuanya, sehingga membuat orang tua tidak bisa meninggalkan
anaknya sendirian atau menunggu hingga pembelajaran selesai.
Sementara beberapa siswa dapat mengerjakan pekerjaan rumahnya
sendiri selama belajar, yang lain masih membutuhkan bantuan teman
sebayanya atau guru. Kemandirian anak belum terlihat dalam hal
bekerja sama dengan teman, menolak berbagi dengan teman, lebih
sering bertindak sendiri, bergantung pada orang lain, dan kurang
percaya diri.
Pembelajaran anak usia dini harus dilakukan secara terencana,
pendidik harus memerhatikan berbagai aspek perkembangan. Tujuan
bimbingan adalah untuk membantu anak didik mengenal dirinya dan
lingkungan terdekatnya sehingga dapat menyesuaikan diri dari melalui
tahap peralihan dari kehidupan rumah menuju ke kehidupan sekolah
dan masyarakat sekitar, oleh karena itu membentuk kemandirian di
usia dini(Rizkyani, Adriany and Syaodih, 2020).
Strategi pembelajaran guru hanya memperhatikan perkembangan
kognitif anak selama proses pembelajaran dan kurang
memperhatikan kemandiriannya. Untuk membantu siswa
mengembangkan rasa percaya diri, instruktur mengikutsertakan
mereka dalam kegiatan sekolah biasa sambil mengajarkan
kemandirian.
Anak akan memiliki kemungkinan proses belajar yang unik bagi
anak jika mereka terlibat dalam kegiatan secara mandiri. Memberi
anak-anak kemandirian dan kepercayaan akan membantu kemampuan
mereka untuk membuat keputusan sendiri. Guru mungkin dapat
menemukan taktik menggunakan teknik ramah anak seperti akting
peran,teknik kehidupan praktis dan metode bermain peran yang
membantu mendorong kemandirian anak (No, 2017).
Menerapkan aturan permainan adalah salah satu strrategi yang
dapat digunakan pendidik untuk membantu siswa mempelajari
tanggung jawab, hak dan tanggung jawab, serta disiplin. Taktik ini
juga membantu siswa mengembangkan rasa tanggung jawab karena
memberi mereka kesempatan untuk merasa senang. mengambil bagian
dalam banyak kegiatan secara proaktif. Salah satu tujuan
menumbuhkan kemandirian adalah tanggung jawab; dalam hal ini,
anak membutuhkan waktu untuk memahami semua hukum,
kewajiban, dan norma yang berlaku di lingkungannya dan
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kelompok umur.
Kemandirian anak dapat dikembangkan dengan memotivasi mereka,
karena sangat penting bagi anak untuk memahami kegiatan apa yang
baik dan buruk untuk mereka lakukan sehingga mereka dapat
mempelajari apa yang harus dilakukan dan bagaimana mencapainya.
Guru dapat membekali siswanya dengan teknik pembelajaran berikut
untuk mendorong kemandirian AUD, menurut Hong dan Blau (Pareira
and Atal, 2019):
1. Menahan diri dari memberikan kepercayaan Anda ke pada anak-
anak agar Anda dapat melihat, mendengar, dan menyerap semua
perilaku mereka. Ini akan memungkinkan Anda untuk
mendapatkan pengetahuan tentang perlawanan anak-anak. karakter
sehingga dapat meramalkan tuntutan dan memahami bagaimana
seorang anak muda akan bereaksi terhadap lingkungannya.
2. Mendorong Eksplorasi (mendorong anak muda untuk
bereksplorasi); seorang guru harus dapat menginspirasi murid-
muridnya untuk melakukannya dan menanamkan kepercayaan
pada mereka sehingga mereka dapat menangani kehidupan dalam
lingkungan sosial.
3. Menetapkan batasan aktivitas untuk membantu anak-anak
membuat keputusan yang bijak dan menjauhkan mereka dari
keadaan yang berpotensi membahayakan pada tingkat fisik atau
emosional.
4. Ketika seorang anak berhasil menyelesaikan tugas individu,
instruktur akan mendorong mereka dan menawarkan pujian
sebagai semacam insentif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa kemandirian anak sangat
penting bagi kehidupan anak karena anak yang mandiri dapat
mengelola emosinya dengan baik, bertanggung jawab, dan dapat
melakukan semua kegiatan yang mampu dia lakukan sendiri tanpa
bantuan orang lain. Dalam melakukan stimulasi kepada anak
diperlukan suatu strategi yakni dengan metode bermain peran,
metode practical life, dan metode demosntrasi.
Metode bermain peran dapat meningkakan kemandirian anak
karena dalam kegiatan tersebut anak belajar untuk menjadi orang
laindengan peran berbeda-beda. Metode practical life berupa
kegiatan pembelajaran aktivitas-aktivitas yang mencakup
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk menstimulasi
kemandirian aak-anak. metode demontrasi juga dapat
meningkatkan kemandirian anak.
B. Saran
Diharapkan guru dapat menyusun strategi pembelajaran yang dapat
mengembangkan segala aspek perkembangan anak khususnya
kemandirian. Guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran
yang tepat, menarik, dan menyenangkan agar dapat mendorong
minat anak dan antusias anak saat mengikuti proses pembelajaran.
PETA KONSEP
Fitriah Hayati (2017) ‘Persepsi Guru Paud Terhadap Kegiatan Bermain Peran
Sebagai Stimulasi Kemandirian Anak Usia Dini’, Persepsi Guru PAUD,
4(September 2017), pp. 135–142.
Juniaris, A. et al. (2022) ‘Pola Komunikasi Guru dan Orang Tua dalam
Mewujudkan Kemandirian’, 6(5), pp. 4860–4874. Available at:
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i5.2812.
Kartika, aji D.A., Malik, L.R. and Saugi, W. (2020) ‘Pola Asuh Orang Tua
Dalam Menstimulasi Kemandirian Anak Usia Dini’, Motoric, 4(2), p.
2020. Available at:
https://jurnal.narotama.ac.id/index.php/paudmotoric/article/view/1269.
No, J.K. (2017) ‘Optimalisasi Potensi Perkembangan Anak Usia Dini Melalui
Metode Baby Led Weaning ( BLW ) Optimization of Early Childhood
Potential Development Through Baby Led Weaning ( BLW )’, 1(1), pp.
33–38.
Pareira, M.I.R. and Atal, N.H. (2019) ‘Peningkatan Kemandirian Anak Usia 4-5
Tahun Melalui Bercerita’, Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, 6(1), pp. 35–42. Available
at: https://doi.org/10.21107/pgpaudtrunojoyo.v6i1.5371.
Rizkyani, F., Adriany, V. and Syaodih, E. (2020) ‘Kemandirian Anak Usia Dini
Menurut Pandangan Guru Dan Orang Tua’, Edukid, 16(2), pp. 121–129.
Available at: https://doi.org/10.17509/edukid.v16i2.19805.
Sahrip, S. (2017) ‘Pengaruh Interaksi Dalam Keluarga Dan Percaya Diri Anak
Terhadap Kemandirian Anak’, Jurnal Golden Age, 1(1), p. 33. Available
at: https://doi.org/10.29408/goldenage.v1i01.480.