Anda di halaman 1dari 14

PERAN GURU/PENDAMPING SEBAGAI PEMBIMBING PADA ANAK

USIA DINI
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini

Dosen Pengampu : Dr. Evi Afiati. M.Pd

Oleh :

Kevin Nofarsyah 2285170044

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2019

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Peran guru/pendamping dalam pendidikan anak usia dini.................2
B. Peran guru/pendamping sebagai pembimbing anak usia dini............6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.........................................................................................10
B. Saran ..................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa kanak-kanak merupakan masa paling penting karena merupakan
pembentukan pondasi kepribadian yang menentukan pengalaman anak selanjutnya.
Karakteristik anak usia dini menjadi mutlak dipahami untuk memiliki generasi yang
mampu mengembangkan diri secara optimal mengingat penting usia tersebut.
Mengembangkan kreativitas anak memerlukan peran penting pendidik hal ini secara
umum sudah banyak dipahami. Anak kreatif memuaskan rasa keingintahuannya melalui
berbagai cara seperti berekplorasi, bereksperimen dan banyak mengajukan pertanyaan
pada orang lain.
Kata pembimbing memiliki makna yang luas, dia harus mengerti, mengayomi,
dan senantiasa siap membantu mengembangkan dan mengatasi problem yang dihadapi
anak yang dibimbingnya. Sifat yang terpatri pada seorang pembimbing adalah sifat yang
sabar, penuh pengertian, mau mengerti apa yang dialami anak didiknya, dan senantiasa
mau menolong mengatasi beban yang dialami anak didiknya. Guru/pendamping anak
usia dini adalah seorang pembimbing. Proses tumbuh kembang anak sangat ditunjang
oleh peran guru/pendamping sebagai pembimbing. Agar guru/pendamping dapat
melaksanakan layanan bimbingan pada anak maka perlu menguasai berbagai
karakteristik pembimbing. Selain itu, guru/pendamping juga harus menguasai sejumlah
kemampuan dalam memberikan layanan bimbingan pada anak. Perlakuan dan layanan
pada anak harus sangat mempertimbangkan karakteristik dan kemampuan anak, artinya
unsur memaksa pada anak malah akan menghasilkan perilaku yang jauh dari harapan.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana peran guru/pendamping dalam pendidikan anak usia dini ?
2. Bagaimana peran guru/pendamping sebagai pembimbing anak usia dini ?

C. Tujuan
1. Mengetahui peran guru/pendamping dalam pendidikan anak usia dini
2. Mengetahui peran guru/pendamping sebagai pembimbing anak usia dini

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran guru/pendamping dalam pendidikan anak usia dini

Pendidikan anak usia dini adalah segenap upaya yang dilakukan guru/pendamping
dalam memfasilitasi perkembangan dan belajar anak melalui penyediaan berbagai
pengalaman dan rangsangan yang bersifat mengembangkan, terpadu dan menyeluruh
sehingga anak dapat berkembang secara optimal. Agar anak dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan maka anak perlu
menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar yang relevan. Menurut
Solehuddin (2007) pendidikan seyogianya memfasilitasi anak untuk menguasai perangkat
pengetahuan dan keterampilan dasar. Melalui pendidikan, anak berlatih untuk
mengekspresikan emosi secara wajar, mengenal benda-benda yang dapat membahayakan,
menguasai keterampilan berkomunikasi dan menguasai sejumlah keterampilan motorik
kasar maupun motorik halus. Selain menguasai kemampuan di atas, pendidikan juga
perlu memfasilitasi anak agar mampu mengembangkan sikap dan memiliki motivasi
belajar yang positif sehingga tumbuh sikap cinta belajar pada diri anak usia dini.

Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dalam


penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, menurut Solehuddin (2007) ada beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
1. Holistik dan terpadu.
Prinsip ini mengandung arti bahwa penyelenggaraan pendidikan anak usia dini
seyogianya terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak serta
terintegrasi dalam suatu kesatuan program yang utuh dan proporsional.
2. Berbasis keilmuan yang bersifat multidisipliner.
Prinsip ini mengandung arti bahwa pendidikan anak usia dini didasarkan pada temuan-
temuan mutakhir dalam berbagai bidang keilmuan yang relevan.
3. Berorientasi pada kebutuhan perkembangan dan keunikan anak.
Prinsip ini mengandung arti bahwa pendidikan anak usia dini seyogianya dirancang dan
dilaksanakan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak.
4. Berorientasi masyarakat.
Prinsip ini mengandung arti bahwa anak adalah bagian dari masyarakat dan sekaligus
sebagai generasi penerus dari masyarakat yang bersangkutan.
5. Menjamin keamanan anak.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kesadaran anak usia dini akan hal-hal yang dapat
membahayakan belum tumbuh sepenuhnya sehingga anak perlu mendapatkan
perlindungan dari lingkungannya.
6. Keselarasan antara rumah, sekolah, dan masyarakat.

2
Prinsip ini memberikan pelajaran tentang perlunya jalinan kerja sama yang harmonis
antara rumah, sekolah dan masyarakat. Agar dapat menyelenggarakan pendidikan anak
usia dini yang bermutu dan efektif diperlukan adanya keselarasan pendidikan di ketiga
lingkungan tersebut.
7. Terbebas dari perlakuan yang diskriminatif.
Prinsip ini mengandung arti bahwa semua anak memiliki hak untuk mendapatkan layanan
pendidikan anak usia dini yang layak dan berkualitas.

Dalam menyelenggarakan pendidikan anak usia dini, apa peran yang harus
dilakukan oleh guru/pendamping. Menurut Abin Syamsuddin (2005) dalam dunia
pendidikan, seorang pendidik memiliki peran secara umum, yaitu sebagai berikut.

1.Conservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan.


Sistem nilai perlu senantiasa dipelihara agar tetap lestari dan dipegang teguh oleh setiap
insan pendidikan karena dengan memegang sistem nilai yang baik diharapkan dapat
tercipta individuindividu yang berkualitas. Demikian pula dengan guru/pendamping yang
bertugas dalam dunia pendidikan anak usia dini, perlu senantiasa memelihara sistem nilai
yang berlaku di masyarakat.

2.Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan. Seorang guru memiliki peran
mengembangkan sistem nilai dalam ilmu pengetahuan karena ilmu senantiasa berubah
dari satu waktu ke waktu yang lain. Perubahan sistem nilai akibat perubahan ilmu
pengetahuan ini perlu senantiasa diikuti dan dikembangkan oleh guru selaku pendidik.
Demikian juga dengan guru/pendamping dalam pendidikan anak usia dini perlu
senantiasa aktif mengembangkan sistem nilai dalam ilmu pengetahuan sehingga
guru/pendamping tidak tertinggal karena perubahan tersebut.

3.Transmiter (penerus) sistem nilai kepada anak didik. Hal ini menggambarkan bahwa
guru dalam dunia pendidikan memiliki peran meneruskan sistem nilai dan
menanamkannya pada anak didik. Sistem nilai yang terpatri dengan baik pada anak didik
akan menjadi fondasi dalam mengembangkan kemampuan maupun perilaku di masa
mendatang. Demikian halnya dengan guru/pendamping sebagai pendidik bagi anak usia
dini perlu senantiasa meneruskan sistem nilai kepada anak didik melalui kegiatan
pembiasaan sehingga anak-anak dapat melanjutkan langkah dan berkembang secara baik.

4.Transformation (penerjemah) sistem nilai melalui penjelmaan dalam pribadi dan


perilakunya. Guru sebagai pendidik perlu menginternalisasikan sistem nilai dalam pribadi
dan perilaku yang ditunjukkan kepada masyarakat. Perilaku yang ditunjukkan oleh guru
merupakan cerminan sistem nilai yang dipegangnya. Demikian pula dalam pendidikan
anak usia dini, seorang guru/pendamping juga memiliki peran sebagai transformation
sistem nilai, dan perwujudan dari sistem nilai tersebut nampak dalam performance
(penampilan) baik di dunia pendidikan anak usia dini maupun di masyarakat.

3
5.Organisator (penyelenggara) terciptanya proses pendidikan yang dapat
dipertanggungjawabkan baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan
menugaskannya) maupun secara moral (kepada anak didik, serta Tuhan yang
menciptakannya). Guru/pendamping dalam pendidikan anak usia dini pun tidak lepas dari
peran ini, mereka harus dapat menciptakan pendidikan anak usia dini yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Kelima bahasan di atas adalah peran pendidik secara umum dalam dunia pendidikan,
apakah Anda mampu melaksanakan peran-peran di atas? Berusahalah dan yakinlah
bahwa Anda dapat melakukannya. Selain peran pendidik secara umum, dalam arti yang
terbatas, pendidikan dapat merupakan salah satu proses interaksi belajar mengajar yang
dalam bentuk formal dikenal sebagai pembelajaran. Pada pendidikan anak usia dini,
pembelajaran diartikan sebagai kegiatan pengembangan yang meliputi pengembangan
seluruh aspek perkembangan anak, yaitu kognitif, sosial emosional, moral, bahasa, seni,
dan fisik-motorik.

Menurut Abin Syamsuddin, dalam konteks Indonesia, guru juga memiliki peran sebagai
pengubah perilaku (behavioral changes) peserta didik dan perilaku baik perlu diawali
oleh guru itu sendiri, guru atau pendidik perlu menunjukkan perilaku yang terpuji dan
menjadi suri tauladan anak didiknya. Demikian pula bagi guru/pendamping dalam
pendidikan anak usia dini, mereka juga perlu memiliki peran sebagai behavioral changes.
Anak usia dini adalah anak peniru, apa yang dilihat dan didengarnya dari lingkungan
akan senantiasa ditirunya. Sikap dan perilaku guru/pendamping akan senantiasa ditiru
oleh anak didiknya. Untuk menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik pada anak didik,
guru/pendamping dapat melakukannya melalui proses pembiasaan. Menurut Syaiful
Bahri D. (1997), banyak peranan yang diperlukan guru sebagai pendidik atau siapa saja
yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Peran-peran itu adalah sebagai berikut.

1.Korektor. Guru harus dapat membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang
buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di
masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah dimiliki anak didik dan mungkin telah
mempengaruhinya. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang
buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Apabila guru membiarkannya
berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai korektor, yang menilai dan
mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya.

2.Inspirator. Guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan
perkembangan anak didik. Bagaimana guru harus dapat memberikan petunjuk,
bagaimana cara anak dapat berinteraksi dengan lingkungannya.

3.Informator. Guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan


dan teknologi. Informasi yang baik dan efektif diperlukan oleh seorang guru, kesalahan

4
informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif,
guru perlu menguasai bahasa dan ditopang oleh penguasaan bahan yang akandiberikan
kepada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan anak
didik dan mengabdi untuk anak didik.

4.Organisator. Dalam bidang ini, guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik,
menyusun tata tertib sekolah/lembaga, menyusun kalender akademik. Semuanya
diorganisasikan sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.

5.Motivator. Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif
belajar. Guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas,
terlihat murung atau menjadi pendiam. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator
karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara anak didik yang malas
melakukan kegiatan. Motivasi dapat efektif apabila dilakukan dengan memperhatikan
kebutuhan anak didik. Penganekaragaman kegiatan memberikan penguatan, juga dapat
memberikan motivasi pada anak didiknya.

6.Inisiator. Guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan.
Proses interaksi pendidikan yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan. Kompetensi guru harus diperbaiki,
keterampilan penggunaan media harus diperbaiki sesuai kemajuan media komunikasi dan
informasi. Guru harus menjadikan dunia pendidikan lebih baik dari masa lalu, bukan
mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi kemajuan pendidikannya.

7.Fasilitator. Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan


kemudahan anak melakukan. Lingkungan yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas
yang pengap, meja dan kursi yang tidak tertata rapi, fasilitas yang tidak memadai dapat
menjadi penyebab anak tidak termotivasi.

8.Pembimbing. Guru harus mampu berperan sebagai pembimbing karena guru harus
mampu menjadikan anak didiknya berkembang kepribadiannya secara optimal. Tanpa
bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan
selanjutnya.

9.Demonstrator. Dalam interaksi pendidikan, tidak semua materi pengembangan dapat


dipahami anak didik, apalagi anak didik yang memiliki kemampuan kognitif yang
kurang. Guru perlu berperan sebagai demonstrator dengan berupaya menyiapkan dan
menggunakan media yang tepat sehingga tujuan pengembangan dapat tercapai secara
efektif dan efisien.

10.Pengelola kelas. Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik karena kelas
adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka mengembangkan

5
kemampuan. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi
pendidikan, sebaliknya kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan
pengembangan.

11.Mediator. Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup


tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya baik media nonmaterial
maupun material. Media berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses
interaksi pendidikan. Keterampilan menggunakan semua media diharapkan dari guru
yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan pengembangan.

12.Supervisor. Guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis
terhadap dirinya sendiri maupun teman sejawat lainnya dalam proses pengembangan.
Teknik-teknik supervisi harus dikuasai guru dengan baik agar dapat melakukan perbaikan
kegiatan pengembangan yang dilakukan dirinya sendiri maupun sejawat lainnya terhadap
kegiatan pengembangan sehingga dapat berlangsung lebih baik.

13.Evaluator. Guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur dengan
memberikan penilaian yang menyentuh semua aspek perkembangan.

B. Peran guru/pendamping sebagai pembimbing anak usia dini

Peranan guru/pendamping sebagai seorang pendidik pada pendidikan anak usia


dini. Sebagaimana dibahas sebelumnya bahwa pendidikan anak usia dini adalah salah
satu bentuk pendidikan dari keseluruhan pendidikan. Pendidikan anak usia dini dilakukan
dengan sasaran anak-anak yang berusia lahir sampai dengan usia 6 tahun. Dalam
menghadapi sasaran didik yang relatif sangat berusia muda maka guru/pendamping perlu
memiliki berbagai peranan agar dapat menyelenggarakan pendidikan sebagaimana yang
diharapkan. Guru/pendamping anak usia dini tidak saja berperan sebagai seorang
pendidik sebagaimana diuraikan dalam Kegiatan Belajar 1, tetapi seorang
guru/pendamping anak usia dini juga harus mampu berperan sebagai seorang
pembimbing. Kata pembimbing memiliki makna yang luas, dia harus dapat mengerti
perkembangan anak, mengayomi anak, dan senantiasa siap membantu mengembangkan
dan mengatasi problema yang dihadapi anak yang dibimbingnya. Sifat yang terpatri pada
seorang pembimbing adalah sifat yang sabar, penuh pengertian, mau mengerti apa yang
dialami anak didik, dan senantiasa mau menolong mengatasi beban yang dialami anak
didiknya.
Pada saat sebagai pengajar di kelas, guru/pendamping menjelaskan tentang materi,
memberikan penjelasan pada anak didiknya, namun ketika menjadi seorang pembimbing,
guru/ pendamping perlu senantiasa menyadari esensi sebagai seorang pembimbing yang
harus mengerti tentang perkembangan anak, memfasilitasi kebutuhan perkembangan

6
anak, mengerti minat anak. Dian dalam kegiatan di atas menunjukkan kebutuhan dan
minat yang berbeda. Guru/pendamping tidak harus memaksa anak untuk mengikuti apa
yang diperintahkannya tetapi guru/pendamping senantiasa mengerti mengapa anak
memilih tema yang berbeda, memotivasi anak dan senantiasa memberikan reinforcement
(penguatan) pada anak sehingga anak merasakan bahwa guru/pendamping mengerti apa
yang diinginkannya. Dalam melaksanakan perannya sebagai seorang pembimbing,
guru/pendamping perlu memiliki beberapa karakteristik. Menurut Syaodih (2004)
karakteristik yang harus dimiliki seorang pembimbing adalah sebagai berikut.

1.Sabar. Sabar merupakan suatu kondisi di mana guru/pembimbing harus mampu


menahan emosinya apabila berhadapan dengan suatu kondisi tertentu. Contoh, seorang
guru/pembimbing pada pendidikan anak usia dini akan berhadapan dengan berbagai
perilaku anak dan mungkin saja ditemukan anak yang menunjukkan perilaku yang tidak
menyenangkan, anak bertindak seenaknya atau anak sulit sekali diatur di dalam kelas.
Kondisi seperti ini mungkin dapat memancing emosi guru/pendamping untuk bersikap
tertentu. Namun, sebagai seorang pembimbing perlu memiliki kesabaran yang tinggi
dibarengi pemahaman tentang perilaku anak saat itu.
2.Penuh Kasih Sayang. Guru/pendamping merupakan orang tua bagi anak didik. Anak
usia dini adalah anak yang relatif sangat muda dan masih membutuhkan kasih sayang
yang penuh dari orang tuanya. Kebutuhan akan kasih sayang dan rasa aman seperti apa
yang didapatkan anak dari orang tua merupakan suatu kondisi yang dibutuhkan pula oleh
anak ketika anak berada di lembaga pendidikan anak usia dini. Rasa kasih sayang dapat
terwujudkan dan dirasakan anak melalui bentuk perlakuan guru/pendamping pada anak,
seperti jarang marah pada anak, anak merasa senang apabila berada dekat
guru/pendamping, selalu memperhatikan kesulitan anak.
3.Penuh Perhatian. Penuh perhatian merupakan satu sifat lain yang perlu dimiliki
guru/pendamping. Guru/pendamping perlu memperhatikan dan mengetahui berbagai
perubahan yang terjadi pada anak, baik perubahan dari kemampuan maupun sifat dan
perilakunya. Contoh, apabila seorang anak biasanya belajar pada lembaga pendidikan
anak usia dini dengan penuh keceriaan, satu waktu anak menunjukkan sikap yang
berbeda dan anak sering kali menangis di dalam ruangan. Seorang guru/pendamping yang
penuh perhatian akan berusaha memperhatikan dan mengetahui perubahan perilaku yang
terjadi pada anak dan berusaha untuk mencari penyebabnya serta membantu mengatasi
masalah yang dihadapi anak tersebut.
4.Ramah. Sifat ramah ditunjukkan melalui perilaku yang menyenangkan orang lain,
bermuka manis tidak cemberut atau berkesan galak. Dengan sifat ramah yang dimiliki
seorang guru/pendamping, anak akan merasa senang dan aman bila berhadapan atau
berdekatan dengan guru/pendamping. Sebaliknya, apabila guru/pendamping bersikap
tidak ramah maka anak akan menjauh dan merasa cemas serta takut bila berhadapan
dengan guru/pendamping seperti itu. Contoh perilaku seperti ini sering kali terlihat bila

7
anak berhadapan dengan orang yang baru dikenal atau terkesan tidak ramah. Anak akan
bersembunyi dibalik tubuh ibunya atau menyembunyikan wajahnya.
5.Toleransi terhadap Anak. Toleransi merupakan suatu perilaku di mana
guru/pendamping tidak memaksakan kehendak pada anak dan mau mengerti apa yang
sedang dihadapi anak. Contoh bilamana seorang guru/pendamping sedang
menyampaikan materi kepada anak-anak dan meminta anak untuk menggambar sesuai
dengan tema binatang pada saat itu. Adi ketika diminta untuk menggambar binatang
malah membuat gambar bangunan rumah sesuai dengan kesenangannya. Seorang
guru/pendamping yang memiliki sifat toleransi akan memberi kesempatan pada Adi
untuk menyelesaikan gambarnya, baru kemudian meminta Adi untuk menggambar
dengan tema binatang seperti anakanak lainnya.
6.Empati. Empati merupakan suatu sifat di mana guru/pendamping dapat merasakan apa
yang dirasakan oleh anak didiknya. Contohnya, ketika sedang belajar di dalam kelas,
Nadia terlihat murung dan tidak bergairah untuk mengikuti kegiatan. Seorang
guru/pendamping yang memiliki sifat empati tidak akan membiarkan anak didiknya
bersedih, guru/pendamping akan mendekati Nadia dan bertanya mengapa dia tidak mau
mengikuti kegiatan seperti teman-temannya. Apa yang dirasakan anak pada saat itu dapat
dirasakan pula oleh guru/pendampingnya. Sifat empati perlu dimiliki agar
guru/pendamping memiliki rasa kepekaan terhadap apa yang dialami atau dirasakan anak
didik sehingga dengan sifat seperti itu guru/pendamping dapat membantu mengatasi
masalah yang dihadapi anak.
7.Penuh Kehangatan. Guru/pendamping yang memiliki sifat penuh kehangatan ditandai
dengan kemampuan menciptakan suasana yang penuh dengan kerianggembiraan, bebas
dari rasa takut dan cemas. Suasana seperti ini dapat diciptakan guru/pendamping dalam
kondisi dan waktu apapun. Suasana yang penuh kehangatan akan dirasakan anak dan
anak akan menunjukkan perilaku yang tidak takut dengan guru/ pendamping dan bahkan
anak merasa aman dan selalu ingin dekat dengan guru/pendampingnya.
8.Menerima Anak Apa Adanya. Setiap anak yang belajar pada pendidikan anak usia dini
terlahir dari keluarga yang berbeda dan anak memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Ada
anak yang terlahir cantik dan menggemaskan, tetapi ada anak yang lain biasa-biasa saja.
Ada anak yang lahir dengan kemampuan kognitif yang baik, tapi ada pula yang biasa-
biasa saja. Seorang guru/pendamping anak usia dini tidak dapat menyamakan anak dan
memperlakukan sama pada semua anak karena setiap anak mempunyai sifat dan
kemampuan yang berbeda-beda. Guru/pendamping perlu menerima anak apa adanya
dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Guru/pendamping yang memperlakukan
anak berbeda karena lebih senang pada anak tertentu dapat mengakibatkan anak merasa
tidak diperhatikan, tidak disayangi atau merasa dianaktirikan. Seorang guru/pendamping
tidak bertindak untuk satu anak tetapi guru/pendamping berperan untuk semua anak. Oleh
karenanya guru/pendamping harus dapat menerima anak apa adanya.
9.Adil. Adil merupakan satu sifat lain yang perlu dimiliki guru/pendamping sebagai
seorang pembimbing. Guru/pendamping yang adil adalah guru/pendamping yang tidak
8
membeda-bedakan anak, semua anak diperlakukan sama. Contohnya, seorang anak yang
bernama Indra periang dan lucu, setiap tingkah lakunya membuat orang lain senang. Ibu
guru/pendamping sangat menyayangi Indra dan sering kali bersikap terlalu berlebihan
terhadap Indra. Di depan anak-anak lainnya Indra diperlakukan istimewa, selalu
didahulukan bila ada kegiatan tertentu. Sikap guru/pendamping seperti ini merupakan
sikap yang tidak adil karena guru/pendamping menganakemaskan seorang anak tanpa
memperhatikan anak yang lain. Seharusnya guru/pendamping memperlakukan sama pada
semua anak walaupun anak lainnya tidak selucu dan seperiang Indra.
10.Memahami Perasaan Anak. Anak adalah seorang individu yang masih sangat labil,
perilaku anak senantiasa dipengaruhi oleh lingkungannya. Apabila pada satu waktu
perasaan anak sedang gembira maka kegembiraan itu akan ditampakkan anak.
Sebaliknya, bila anak sedang merasa sedih maka kondisi itu pun akan tertampakkan pada
sikap anak. Seorang anak usia dini bersifat polos dan spontan, apa yang dialami dan
dirasakannya akan tertampakkan pada perilakunya. Suasana psikologis yang dialami anak
akan mempengaruhi bagaimana perilaku anak. Bila guru/pendamping menghadapi anak
dalam suasana seperti itu maka guru/pendamping seyogianya dapat memahami apa yang
dialami anak didiknya, mengapa anak menunjukkan sikap seperti itu. Seorang
guru/pendamping yang dapat memahami perasaan anak akan dapat mengetahui
perubahan yang terjadi pada anak didiknya. Melalui sikap anak, guru/pendamping dapat
menetapkan langkah bantuan apa yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi apa
yang dialami anak.
11.Pemaaf terhadap Anak. Pemaaf merupakan suatu sifat yang ditandai dengan sikap
tidak dendam terhadap sikap orang lain. Dengan sikap pemaaf dapat tumbuh rasa
memaklumi atas perbuatan atau kemampuan yang dimiliki anak. Anak kadangkala
menunjukkan sikap yang menyenangkan, tetapi sering kali pula menunjukkan sikap yang
membuat guru/pendamping jengkel atau kelelahan. Menghadapi sikap anak seperti itu,
seorang guru/pendamping harus memiliki sifat pemaaf pada anak, tidak memiliki rasa
dendam dan kesal pada anak. Guru/pendamping yang tidak pemaaf akan mempengaruhi
sikapnya dalam berinteraksi dengan anak didiknya, misalnya dengan sering mengancam
anak, melarang anak melakukan sesuatu, atau menghukum anak. Padahal dengan sikap
pemaaf atas perbuatan anak dapat menumbuhkan sikap untuk menerima anak apa adanya
dan lebih mengerti perkembangan anak.
12.Menghargai Anak. Rasa dihargai merupakan salah satu aspek kebutuhan setiap
individu yang perlu dipenuhi termasuk anak usia dini sekecil apapun kemampuan atau
perubahan yang ditunjukkan anak, guru/pendamping harus mampu menghargainya.
Bentuk penghargaan dapat diberikan pada anak melalui ungkapan terima kasih atas
perilaku atau jasa yang sudah dilakukan anak atau pemberian reward (penghargaan) baik
verbal atau nonverbal. Penghargaan berupa verbal seperti mengatakan “wah bagus sekali
gambarnya”, “cantik sekali hasil karyanya hari ini” atau penghargaan berbentuk
nonverbal dengan tersenyum, mengacungkan jempol, menepuk pundak anak dengan

9
bangga. Penghargaan seperti ini akan mendorong anak untuk menunjukkan
kemampuannya yang lebih baik di kemudian hari.
13.Memberi Kebebasan pada Anak. Anak usia dini adalah sosok individu yang memiliki
rasa ingin tahu yang sangat besar, anak memiliki sifat berpetualang dan tidak mengenal
takut. Dalam situasi apa pun dan di mana pun anak tidak mengenal lelah, ingin selalu
tahu dan ingin selalu mencoba. Untuk memfasilitasi berbagai sifat yang dimiliki anak
usia dini maka guru/pendamping perlu memberi kebebasan pada anak untuk mencoba,
menemukan, memilih sesuatu sesuai dengan minat dan kebutuhannya, anak diberi
kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri sesuai dengan pola berpikir anak.
Kebebasan yang diberikan guru/pendamping dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan
memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan kreativitasnya.
14.Menciptakan Hubungan yang Akrab dengan Anak. Memfasilitasi tumbuh kembang
anak merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan guru/pendamping anak usia dini.
Anak memiliki potensi untuk berkembang baik potensi yang terkait dengan aspek fisik-
motorik, kognitif, bahasa maupun sosial-emosional. Pengembangan berbagai aspek
perkembangan ini tidak terlepas dari pengaruh lingkungan yang ada di sekitar anak
termasuk bagaimana pola interaksi yang terjadi antara anak dan guru/pendamping.
Guru/pendamping perlu menciptakan hubungan yang akrab dan menyenangkan dengan
anak agar dapat mendorong pencapaian perkembangan seperti yang diharapkan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Menjadi seorang pendidik khususnya pendidik anak usia dini tidaklah mudah, ada
berbagai peranan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik sebagai guru/pendamping
anak usia dini. Secara umum, seorang pendidik memiliki peranan sebagai konsenvator
(pemelihara) sistem nilai, inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan,
transmitor (penerus) sistem nilai kepada anak didik, transformator (penerjemah) sistem
nilai melalui penjelmaan dalam pribadi dan perilakunya, dan sebagai organisator
(penyelenggara) terciptanya proses pendidikan. Secara khusus, guru/pendamping
memiliki peranan sebagai: perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan
dilakukan di dalam proses pembelajaran, pelaksana (organizer) yang harus menciptakan
situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan rencana, penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisis,
menafsirkan, dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgment) atas tingkat
keberhasilan pembelajaran dan sebagai pengubah perilaku (behavioral changes) anak
didik. Menurut Syaiful Bahri guru berperan sebagai: korektor, inspirator, informator,

10
organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas,
mediator, supervisor, dan sebagai evaluator.
Pendidikan anak usia dini adalah salah satu bentuk pendidikan dari keseluruhan
pendidikan. Pendidikan anak usia dini dilakukan dengan sasaran anak-anak yang berusia
lahir sampai dengan usia 6 tahun. Dalam menghadapi sasaran didik yang relatif sangat
berusia muda maka guru/pendamping perlu memiliki berbagai peranan agar dapat
menyelenggarakan pendidikan sebagaimana yang diharapkan. Guru/pendamping anak
usia dini tidak saja berperan sebagai seorang pendidik, tetapi seorang guru/pendamping
anak usia dini juga harus mampu berperan sebagai seorang pembimbing. Kata
pembimbing memiliki makna yang luas, dia harus dapat mengerti perkembangan,
kebutuhan dan permasalahan anak, mengayomi anak, dan senantiasa siap membantu
mengembangkan dan mengatasi problema yang dihadapi anak yang dibimbingnya.
Karakteristik yang harus dimiliki seorang pembimbing adalah memiliki sifat sabar, penuh
kasih sayang, penuh perhatian, ramah, toleransi terhadap anak, empati, penuh
kehangatan, menerima anak apa adanya, adil, memahami perasaan anak, pemaaf terhadap
anak, menghargai anak, memberi kebebasan pada anak, dan mampu menciptakan
hubungan yang akrab dengan anak.

B. Saran

Semoga peranan guru/pendamping anak usia dini bisa lebih detail lagi secara
aturan sehingga peranan guru/pendamping anak usia dini bisa lebih maksimal sehingga
membantu perkembangan anak agar bisa berjalan optimal

DAFTAR PUSTAKA

11
Desi Eka Rustiana. 2015. STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI
DI TK-AL HIKMAH LIMBANGAN KECAMATAN KUTASARI KABUPATEN
PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015. FKIP. Institut Agama Islam Negeri
(IAIN). Purwokerto.

Syaodih Ernawulan. 2005. BIMBINGAN DITAMAN KANAK-KANAK.

12

Anda mungkin juga menyukai