Anda di halaman 1dari 6

MELESTARIKAN BAHASA JAWA DIALEK BANYUMASAN

MELALUI PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BAGI SISWA


SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN BANYUMAS
Sri Hidayati, S.Pd.SD
Prodi Magister Pendidikan Dasar, Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto; Universitas Muhammadiyah Purwokerto
srihidayati7103@gmail.com
Sri Hidayati, S.Pd.SD

ABSTRACT
Banyumas Language or commonly known as “ Ngapak Language is the mother tongue of
the former Banyumas Language Residency, which includes Banjarnegara,Purbalingga,
Banyumas, Cilacap, Kebumen.Regencies. In its development, this language, also known as
Panginyongan, began with the younger generation of slang. The Banyumasan Language ,
which is the hallmark of western Central Java society, is gradually becoming extinct.
There are several factors that cause the extinction of “ Ngapak Language.”Is only suitable
as a joking language and is considered tacky.
To preserve this Banyumas Language, there are varios effrts made by the observers of
Banyumas Regency through habituation activities for Elementary Schol students in Banyumas
Regency.
Keyword: Banyumasan Languages, local content, Elementary School of Banyumas

PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang kaya dengan khasanah bahasa daerah. Badan
Pengembangan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan Kebudayaan menyatakan
berdasarkan data terakhir Indonesia memiliki 652 bahasa daerah. Data ini merupakan
data yang diperoleh pada tahun 2018. Dan akan terus bertambah karena pendataan
masih berlangsung.
Di antara ratusan bahasa daerah tersebut terdapat Bahasa Jawa dialek
Banyumasan yang digunakan oleh masya-rakat yang tinggal di Kabupaten Banjar-
negara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen. ( Barlingmascakeb).
Bahasa daerah yang juga dikenal dengan bahasa “Ngapak” oleh masyarakat di
luar Banyumas tergolong sebagai bahasa yang unik. Bahasa Jawa dialek Banyumasan
merupakan bahasa daerah yang masih digunakan oleh masyarakat di Jawa Tengah
bagian barat. Namun demikian seiring dengan perkembangan zaman penggunaan
Bahasa Banyumasan ini mengalami kemunduran bahkan bisa dikatakan menghadapi
bahaya kepunahan. Budayawan Ahmad Thohari seorang sastrawan penulis novel
Ronggeng Dukuh Paruk mengatakan bahwa Bahasa Banyumasan terancam

77
kepunahan. Hal itu terjadi seiring dengan gerusan medernisasi, termasuk atas
pengaruh dominasi Bahasa Jawa dialek Solo-Jogja.
Kurikulum muatan lokal Bahasa Jawa yang diterapkan di Banyumas adalah Bahsa
Jawa dialek Solo-Yogya. Akibatnya siswa mengalami kesulitan baik dalam
pengucapan maupun dalam hal memahami makna kata. Karena apa yang mereka
pelajari berbeda dengan yang mereka pergunakan dalam dialog sehari-hari.
Ketimpangan tersebut yang kemudian disikapi oleh Pemerintah Kabupaten
Banyumas dengan menyusun kurikulum dan buku ajar Bahasa Jawa dialek
Banyumasan.
Ada kecenderungan masyarakat Banyumas terutama golongan mileneal malu
untuk menggunakan Bahasa Penginyongan ini. Pandangan dan perlakuan sebagian
anggota masyarakat terhadap Bahasa Banyumas sebagai bahasa kelas dua semakin
memperburuk keberadaan bahasa Banyumasan. Para siswa lebih mahir menuturkan
bahasa Indonesia maupaun bahasa asing lain. Upaya pemerintah Banyumas dengan
memasukkannya ke dalam kurikulum muatan lokal merupakan langkah maju
sebagai upaya penyelamatan dan pelestarian Bahasa Banyumasan dari kepunahan.
Terdorong oleh rasa cinta kepada khasanah bahasa daerah terutama Bahasa
Banyumasan maka penulis mengangkatnya dalam sebuah artikel yang berjudul
“Upaya Melestarikan Bahasa Jawa Dialek Banyumasan Melalui Pembelajaran
Muatan Lokal Bagi Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Banyumas.”Tujuan dari
penulisan artikel ini adalah untuk melakukan upaya –upaya pelestarian Bahasa
Banyumasan dari kepunahan melalui pembelajaran muatan lokal bagi siswa SD di
Kabupaten Banyumas.

TINJAUAN PUSTAKA
1. Bahasa Jawa Dialek Banyumasan
Bahasa Jawa dialek Banyumasan merupakan dialek yang ditemukan sepanjang
Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu yang berasal dari komplek Sindoro Sumbing-
Dieng (Koentjoroningrat, 1984: 23). Dialek Banyumasan atau atau sering disebut
Bahasa Ngapak (oleh masyarakat di luar Banyumas) adalah kelompok bahasa Jawa
yang dipergunakan di wilayah barat Jawa Tengah. Akhiran “an” pada kata Banyumas
menunjukkan lokalitas atau kekhususan, seperti pada kata Semarangan. Jawa
Timuran, Surabayaan, Magelangan, dan lain-lain.(Koentjoroningrat:1984)
Beberapa kosa kata dan dialeknya juga dipergunakan di Banten Utara daerah
Cirebon-Indramayu. Logat bahasanya agak berbeda dibanding dialek bahasa Jawa
lainnya. Hal ini disebabkan bahasa Banyumasan masih berhubungan erat dengan
bahasa Jawa Kuno ( kawi ).
Dalam dokumen Balai Bahasa Propinsi Jawa Tengah Tahun 2008 berjudul “ Peta
Bahasa Jawa Tengah”, bahasa Jawa di Jawa Tengah dibagi menjadi lima dialek, yaitu
dialek Banymas, dialek Semarang, dialek Pekalongan, dialek Wonosobo, dan dialek
Tegal mencakup Kabupaten Tegal dan Brebes. Sementara aksen Ngapak didapati di
dialek Banyumas, Wonosobo, dan Tegal.

78
Bahasa Jawa terdiri dari beberapa dialek dengan kekhasan masing-masing
diantaranya dialek Banyumasan. Ada perbedaan mendasar dari dialek Bnayumasan
dengan bahasa Jawa Solo –Jogja. Perbedaan itu adalah penggunaan huruf a. Pada
dialek Banyumas ibarat huruf Jawa asli ha, na, ca, ra, ka . Sementara pada dialek bahasa
Jawa Solo-Jogja (dialek wetanan) dibaca ho, no, co, ro, ko. Perbedaan untuk kosa kata
yang sama pada huruf vokal terakhir. Pada dialek Solo-Jogja menggunakan vokal o,
sementara pada dialek Banyumasan tetap dibaca a.
Mengutip pernyataan Ahmad Thohari Budayawan Banyumas, bahwa Bahasa
Jawa yang sekarang ada merupakan buah dari politisasi Kerajaan Mataram di masa
lampau. Dalam bahasa “kraton” ini disematkan nilai-nilai etika, sehingga bahasa Jawa
memiliki tingkatan-tingkatan yang dikenal dengan istilah ngoko,kromo madyo, dan
kromo alus, dalam bahasa Jawa kraton biasa dikenal dengan istilah unggah ungguh.
2. Muatan Lokal
Secara umum pengertian muatan lokal adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang disusun oleh satuan
pendidikan sesuai dengan keragaman potensi daerah, karakteristik daerah,
keunggulan daerah, kebutuhan daerah, dan lingkungan masing-masing serta cara
yang digunakan sebagai sarana penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Penerapan muatan lokal di Indonesia sudah dirintis sejak tahun 1987 melalui
Keputusan Mendikbud No.0412/U/1987 tentang penerapan muatan lokal. Dan
disempurnakan dan diperkuat melalui UU No 20 Tahun 2003ndan PP No. 19 Tahun
2005. Menurut Keputusan Mendikbud No.0412/U/1987 tabggal 11 Juli 1987, yang
dimaksud dengan kurikulum muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan
media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan
lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid di daerah
tersebut.
Pendidikan sebagai lembaga sosial dalam sistem sosial dilaksanakan di sekolah,
keluarga, dan masyarakat, dan itu perlu dikembangkan di daerah masing-masing.
Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan
pendidikan di setiap daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan
kebutuhan daerah yang bersangkutan.
Mata Pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa Banyumasan pada satuan pendidikan
yang tertuang dalam SK Bupati Banyumas No.... dimaksudkan sebagai wahana untuk
menanamkan nilai-nilain pendidikan etika, estetika, moral, spiritual, karakter, dan
melestarikan kearifan lokal budaya Banyumasan dengan tujuan untuk pembinaan,
penguatan, pelestarian, pengembangan, dan perlindungan bahasa, sastra, dan
budaya Jawa Banyumasan.

79
PEMBAHASAN
Upaya Pelestarian Bahasa Banyumasan
Masyarakat Jawa Tengah atau Banyumas khususnya tentu belum benar-benar
lupa dengan banyolan-banyolan khas Banyumas ala Peyang Penjol. Komedi yang
bergenre bahasa Banyumasan ini terkenal di era tahun 80 an. Dua orang tokoh
komedian Banyumas ini telah sukses mengocok perut para penggemarnya dengan
banyolan-banyolan khas Banyumas . Banyolan-banyolan mereka tidak hanya disukai
oleh masyarakat Banyumas tapi juga oleh masyarakat di luar Banyumas.
Parodi era Peyang Penjol telah berlalu. Namun kelucuan mereka digantikan oleh
Samidi yang juga tak kalah sukses membuat orang terpingkal-pingkal dengan
banyolan-banyolan khas Cilacap. Parodi tersebut mengisahkan tentang kehidupan
masyarakat desa dengan segala kelucuannya. Kelucuan itu semakin bertambah
karena dibawakan dengan Bahasa Banyumasan atau lebih dikenal dengan Bahasa
Ngapak.
Rupanya kelucuan dialek Banyumas tidak berhenti dengan parodi Samidi. Saat ini
salah satu stasiun swasta sukses menayangkan parodi dari tiga bocah . Tayangan
tersebut telah merebut hati pemirsa . Tiga bocah dari Kabupaten Kebumen ini sukses
mengocok perut penonton dengan banyolan-banyolan ngapaknya. Mereka muncul
menjadi idola baru dengan kelucuannya bertutur dengan” Bahasa Ngapak.”Acara
komedi yang dikemas dalam sebuah program Bocah Ngapa(k) bergenre komedi
situasi mulai mengangkat citra bahasa ngapak bagi golongan mileneal. Acara tersebut
membawa angin segar upaya pelestarian Bahasa Jawa dialek Banyumasan dari
kepunahan.
Sukses acara komedi yang mengangkat Bahasa Jawa dialek Banyumasan ini
membuktikan bahwa bahasa Banyumas dengan segala kekhasannya telah mampu
mengangkat citra bahasa Banyumas tidak hanya dikenal oleh masyarakat Banyumas
saja tetapi juga dikenal luas oleh masyarakat di seluruh tanah air.Setidaknya lewat
parodi tersebut menunjukkan bahwa Bahasa Banyumasan masih eksis. Diakui atau
tidak parodi itu merupakan salah satu bentuk pelestarian bahasa Banyumasan dari
kepunahan.
Pembiasaan Bertutur Dialek Banyumasan Bagi Siswa SD di Kabupaten Banyumas
Dengan ciri khas bahasa Banyumasan yang terkesan norak dan dianggap
kampungan oleh sebagian masyarakat luar daerah menimbulkan rasa malu bagi
masyarakat penggunanya terutama generasi muda. Mereka malu untuk
berkomunikasi dengan bahasa ngapak. Tidak jarang orang dari luar daerah
Banyumas tertawa mendengar percakapan dengan menggunakan bahasa Banyumas
. Ketika tidak kuat mental mereka akan minder dan malu berkomunikasi
menggunakan bahasa Banyumasan ini.
Melihat fenomena yang terjadi di masyarakat tersebut perlu berbagai upaya
pelestarian yang melibatkan pemerintah dan dunia pendidikan . Pemerintah
Kabupaten Banyumas terus berupaya melestarikan bahasa Jawa dialek Banyumasan
untuk mencegah kepunahan. Adanya kegiatan lomba pidato berbahasa Banyumasan

80
merupakan salah satu upaya pembiasaan bertutur menggunakan bahasa
Banyumasan. Menumbuhkan rasa percaya diri generasi muda khususnya siswa SD
di Kabupaten Banyumas dalam menggunakan bahasa ngapak ini.
Adanya kewajiban menggunakan bahasa Jawa Bayumasan setiap hari Kamis
dalam beberapa kurun waktuterakhir mulai dilupakan. Hanya masyarakat pedesaan
saja yang masih eksis menggunakan bahasa Banyumasan . Selebihnya para siswa di
perkotaan sudah sangat jarang menggunakan bahasa ngapak ini. Mereka lebih sering
mengunakan bahasa Indonesiadalam berkomunikasi.
Menyikapi adanya kekhawatiran punahnya Bahasa Jawa dialek Banyumasan
Pemerintah Kabupaten Banyumas melalui Dinas Pendidikan mengadakan berbagai
upaya pelestarian berbagai aset budaya Banyumas. Banyumas memiliki aset budaya
yang sangat beragam dan merupakan aset daerah yang memiliki prospek untuk
dikembangkan. Siapa tak kenal dengan getuk Sokaraja, batik Banyumas, mendoan tak
terkecuali dialek bahasa Banyumas .
Belum lama ini Dinas Pendidikan menyusun kurikulum muatan lokal tentang
Budaya Banyumasan dan Bahasa Jawa dialek Banyumasan. Disusunnya kurikulum
muatan pelajaran budaya Banyumasan dan Bahasa Jawa Dialek Banyumasan
menunjukkan keseriusan Pemerintah Kabupaten Banyumas dalam melestarikan
bahasa Banyumasan. Selain itu juga disusun buku ajar budaya Banyumasan dan
Bahasa Jawa Dialek Banyumasan sebagai pedoman dan rujukan utama kegiatan
pembelajaran budaya Banyumasan dan bahasa Jawa Dialek Banyumasan.
Kurikulum dan bahan ajar bahasa Jawa dialek Banyumasan disusun oleh pakar
budaya Banyumas, pemerhati pendidikan dan para pendidik di lingkungan Dinas
Pendidikan Kabupaten Banyumas. Dengan disusunnya kurikulum dan bahan ajar
tersebut maka bahasa Banyumasan secara resmi menjadi materi ajar yang wajib
diajarkan kepada siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Banyumas.
Para siswa dibiasakan untuk menggunakan bahasa Banyumasan dalam
berkomunikasai baik dengan teman maupun guru di sekolah. Dengan kegiatan ini
diharapkan para siswa mengenal, menggunakan dan mencintai bahasa Banyumasan
sebagai salah satu aset budaya bangsa yang harus dilestarikan keberadaannya .
Dengan telah disusunnya perangkat pembelajaran Bahasa Jawa dialek Banyumasan
maka bahasa ibu ini tidak lagi menjadi anak tiri di daerahnya sendiri.

SIMPULAN
Seiring dengan perkembangan zaman bahasa Banyumasan mulai tergerus arus
modernisasi . Upaya pelestarian bahasa Banyumasan harus segera dilakukan agar
masyarakat Banyumas tidak kehilangan ciri khasnya sebagai orang “Ngapak”.
Sebagai warga Banyumas kita tidak perlu malu dengan kekhasana dialek
Banyumasan . Kita patut berbangga dengan kekhasan tersebut. “ Ora Ngapak Ora
Kepenak “ . Pernyataan tersebut merupakan ungkapan masyarakat Banyumas
khususnya dan Barlinmascakeb umumnya untuk tetap eksis menggunakan bahasa
Banyumasan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengenalkan bahasa Banyumasan

81
di kalangan generasi muda terutama siswa SD maka sekolah melakukan kegiatan
pembiasaan kepada siswa untuk menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Ani Widosari,dkk 2019. Pinter Basa Jawa Banyumasan Jakarta: Erlangga.
Retnosari, H. (2013). Pergeseran Bahasa Jawa Dialek Banyumasan di Kalangan Remaja
Dalam Berkomunikasi (Studi Kasus di Desa Adimulya, Wanareja, Cilacap
dalam penggunaan Bahasa Banyumas) (Doctoral dissertation, Universitas
Negeri Semarang). Diakses: 1 Februari 2020.
Trianton, T. (2017). Bahasa sebagai Identitas dan Perlawanan Kultural Masyarakat
Banyumas Pascakolonial. Diakses: 1 Februari 2020
Abdullah, A. (2019). Bahasa ‘Ngapak’sebagai Sarana Konstruksi Budaya Jawa. Buletin
Al-Turas, 25(2), 141-162.
Isfandani, L. N. (2017). Bahasa Jawa Masyarakat Daerah Perbatasan Jawa Tengah Jawa
Barat di Kecamatan Losari Kabupaten Brebes: Kajian Sosiolinguistik.
Sutasoma: Jurnal Sastra Jawa, 5(2). Diakses 1 Februari 2020
Wantorojati, T. Penggunaan Kata Sapaan dalam Bahasa Jawa Banyumasan di
Kabupaten Cilacap Use The Greeting Words In Banyumas Javanese Language In
Cilacap Regency.
Andriani, A. A. (2016). Melatih Kearifan Intelektual, Emosional, dan Spiritual Pemuda
Guna Menghadapi Pasar Bebas Asia Tenggara (Masyarakat Ekonomi Asean-
MEA). Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 25(2), 138-143.
Herusatoto Budiono , 2008, Banyumas Sejarah, Bahasa, Seni, dan Budaya,
Yoyakarta:LKis
Sugiarto, R. B. (2019). Dialek Banyumas dalam Pelajaran Muatan Lokal Sebagai Upaya
Pelestarian Budaya Banyumas di SD Negeri 2 Sudagaran Banyumas (Doctoral
Dissertation, Universitas Muhammadiyah Purwokerto). Diakses 2 Februari
2020

82

Anda mungkin juga menyukai