Anda di halaman 1dari 39

KURIKULUM MERDEKA

KEARIFAN LOKAL BAHASA DAN SASTRA CIREBON


Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah

PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON


TAHUN 2022

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 0


BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasional
Bahasa Daerah Cirebon merupakan salah satu unsur dasar dan alamiah yang
dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia. Bahasa merupakan salah satu anugerah
yang sangat terkait erat pada manusia. Meskipun kita seakan tidak menyadari bahwa
karena sifatnya yang alamiah, maka tanpa bahasa umat manusia tidak akan mungkin
mempunyai peradaban. Bahasa yang melekat pada manusia itu berkorelasi dengan
budaya. Bahasa merupakan unsur budaya dan sekaligus menjadi wahana untuk
memelihara dan mengembangkan budaya. Bahasa dan budaya tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan sosial manusia.
Bahasa Cirebon merupakan perwujudan dari budaya Cirebon. Melalui bahasa
Cirebon inilah orang-orang Cirebon dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah
laku, tata krama, dan sekaligus membaurkan dirinya dengan lingkungan masyarakatnya.
Alam pemikiran masyarakat dan budaya Cirebon. Hal ini dapat dipahami karena Bahasa.
Oleh karena itu, bahasa daerah Cirebon adalah wadah yang paling tepat untuk
mengekspresikan kultur Cirebon.
Dalam kehidupan sosial orang Cirebon, bahasa Cirebon juga berfungsi sebagai alat
berpikir, interaksi sosial serta komunikasi. Baik yang berlangsung secara verbal maupun
nonverbal atau kombinasi antara keduanya. Komunikasi nonverbal berlangsung melalui
interaksi kinesik atau isyarat. Komunikasi verbal yang lazim disebut komunikasi bahasa,
baik melalui medium lisan (berbicara dan menyimak), melalui medium tulisan (membaca
dan menulis), maupun melalui audiovisual (memirsa dan menyajikan). Berbicara,
menulis, dan menyajikan sebagai keterampilan berbahasa produktif, sedangkan
menyimak, membaca, dan memirsa sebagai keterampilan berbahasa reseptif.
Kemampuan berbahasa Cirebon secara produktif dan reseptif melibatkan
kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir berkaitan dengan sikap positif terhadap
bahasa Cirebon dan pengetahuan tentang bahasa dan sastra Cirebon. Sebagai bagian dari
unsur kearifan lokal, Pembelajaran Bahasa Cirebon didasari akan nilai-nilai budaya lokal,
yang merupakan jati diri kultural bangsa.
Terkait dengan pelestarian bahasa daerah Cirebon melalui jalur Pendidikan, pada
rasional ini ada baiknya dideskripsikan perkembangan sebelumnya. Pada awalnya, tahun
1994 pembelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon diberlakukan berdasarkan Keputusan
Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat
Nomor 849/102/Kep/A/1994. Regulasi tersebut juga menghendaki adanya dua mata
pelajaran Muatan Lokal (Mulok) yakni; (1) Bahasa Cirebon , dan (2) Bahasa Cirebon.

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 1


Adapun berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Sunda yang diberlakukan di seluruh
sekolah di Jawa Barat, berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat Nomor
6 Tahun 1996 ; tentang Pemeliharaan, Pembinaan, dan Pengembangan Bahasa, Sastra,
dan Aksara Cirebon , yang menyebutkan bahwa bahasa daerah yang ada di Jawa Barat
adalah bahasa Cirebon . Regulasi tersebut kemudian direvisi menjadi Perda No. 5 Tahun
2003 Tentang Pemeliharaan, Pembinaan, dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara
Daerah di Jawa Barat. Pada Perda tersebut menyatakan bahasa daerah di Jawa Barat
adalah bahasa Sunda , bahasa Cirebon, dan bahasa Melayu Betawi.
Peraturan Daerah sebagaimana di atas mengalami revisi kembali menjadi Perda
Nomor 14/2014 tentang Revisi Perda Nomor 5 Tahun 2003 (mengenai Pemeliharaan,
Pembinaan, dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah di Jawa Barat). Pada
Perda No. 14/2014 menyatakan bahasa daerah di Jawa Barat adalah bahasa daerah yang
ada di Jawa Barat. Dengan demikian, dalam Perda tersebut tidak disebut lagi adanya tiga
bahasa daerah sebagaimana Perda Nomor 5/2003. Dengan demikian penyebutan nama
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon dalam struktur dan muatan Kurikulum di
Kabupaten Cirebon dijamin dalam Perda Nomor 14/ 2014.
Penetapan Bahasa dan Sastra Cirebon sebagai mata pelajaran muatan lokal,
disamping mata pelajaran Pendidikan Budi Pekerti, perlu ditegaskan dengan penyusunan
kurikulum yang disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Hal itu juga ditegaskan melalui
Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 69 Tahun 2013 tentang Pembelajaran Muatan
Lokal Bahasa Daerah pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Selanjutnya,
dipertegas pula dengan Surat Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor
423.5/60-Set.Disdik tanggal 5 Januari 2015 perihal Penggunaan Kurikulum Mulok Bahasa
dan Sastra Daerah, serta Surat Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat No.
423/2372/Set-Disdik tanggal 26 Maret 2013 tentang Mata Pelajaran Bahasa Daerah.
Secara esensial, bahasa daerah merupakan kekayaan budaya daerah yang hidup
selama berabad-abad dalam kehidupan masyarakat. Demikian pula Bahasa dan Sastra
Cirebon yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat dan mengandung nilai-nilai,
susila, tata krama, pengetahuan, serta budaya. Hal inilah yang menjadi suatu keharusan
bahwa Bahasa dan Sastra Cirebon masuk dalam kurikulum sekolah.
Sebagaimana dilansir UNESCO (United Nation of Education, Social, and Cultural
Organization) banyak bahasa daerah yang sudah mengalami kepunahan dan terancam
punah. Dengan adanya penetapan tanggal 21 Pebruari sebagai Hari Bahasa Ibu
Internasional oleh UNESCO, tentu saja sebagai peringatan untuk tetap mempertahankan,
melindungi, dan melestarikan bahasa daerah. Hal ini sejalan dengan penjelasan dalam
UUD 1945 Bab XV Pasal 36, bahwa “Bahasa Daerah itu merupakan bagian dari kebudayaan
Indonesia yang hidup; Bahasa Daerah itu adalah salah satu unsur kebudayaan nasional
yang dilindungi oleh negara.”
Kebijakan Bahasa Daerah pada hakikatnya diatur oleh pemerintah. Sebagaimana
tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 2


(Sisdiknas) dan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Otonomi Daerah. Dalam Undang-
Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan, bahwa penggunaan Bahasa
Daerah diatur sebagai pelengkap penggunaan Bahasa Indonesia, diwajibkan dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan nasional di Indonesia. Bahasa Daerah ditempatkan
sebagai pendukung bahasa nasional, pengantar pada pendidikan tingkat permulaan
sekolah, sumber kebahasaan untuk memperkaya Bahasa Indonesia, dan pelengkap Bahasa
Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintah ditingkat daerah. Sedangkan dalam UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Otonomi Daerah disebutkan; pemerintah pusat
mempunyai kewenangan memberikan pembinaan bahasa dan sastra Indonesia,
pemerintah daerah provinsi mempunyai kewenangan memberikan pembinaan bahasa
dan sastra yang penuturnya lintas daerah kabupaten / kota dalam 1 (satu) daerah
provinsi, sedangkan pemerintah kabupaten/kota mempunyai kewenangan memberikan
pembinaan bahasa dan sastra yang penuturnya dalam daerah kabupaten/kota.

B. Pemberlakuan Kurikulum
1. Kurikulum 2013
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon sebelumnya telah memiliki acuan,
dasar, dan regulasi tersendiri, Sebagaimana ketentuan dalam Kurikulum 2013,
terdapat tiga jenis kurikulum, yakni Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat
Daerah, dan Kurikulum Tingkat Sekolah (satuan pendidikan). Kurikulum Tingkat
Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional. Kurikulum Tingkat Daerah disusun
dan diberlakukan di daerah berdasarkan Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan
kebijakan daerah masing-masing. Sedangkan Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan
diberlakukan pada setiap jenjang sekolah.
Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, sesuai dengan kebijakan
kurikulum daerah provinsi Jawa Barat, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Cirebon
menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI dan KD) Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Cirebon. Didasarkan pada struktur Kurikulum Tingkat Nasional 2013, KI dan
KD Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah berdasarkan Surat Edaran Kepala Dinas
Provinsi Jawa Barat Nomor 423/2372/Set-disdik tertanggal 26 Maret 2013 tentang
Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA.
Penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Daerah didasari pula dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 14 Tahun 2014 tentang Revisi Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5
Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah. Selanjutnya
menetapkan bahasa daerah yang diajarkan pada jenjang-jenjang pendidikan dasar di
provinsi Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 3


bersumber dari UUD 1945 yang menyangkut Pendidikan dan Kebudayaan. Sejalan pula
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3-8, yang menyatakan bahwa dari
SD/MI/SDLB, SMP/MTs./SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MA diberikan
pengajaran muatan lokal yang relevan, serta Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang
“pemeliharaan bahasa-bahasa ibu di dunia”.
Hal-hal di atas sejalan Permendikbud No. 24/2016 tentang Komptensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dan Keputusan Mendikbudristek No. 56 Tahun 2022 tentang Pedoman Penerapan
Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran (Kurikulum Merdeka)

2. Kurikulum Merdeka
Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon adalah mata pelajaran
muatan lokal yang berdiri sendiri. Ketetapan kebijakan ini sejalan dengan Keputusan
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No. 371/M/2021 tentang
Program Sekolah Penggerak dan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi No. 165/M/2021 tentang Program Sekolah Menengah Kejuruan Pusat
Keunggulan bahwa satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat
mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal bahasa daerah yang berdiri
sendiri sebagai bagian dari program intrakurikuler dengan beban belajar maksimum
72 JP per tahun atau 2 JP per minggu dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
karakteristik satuan pendidikan dan/atau daerah, kebutuhan peserta didik, dan dunia
kerja.
Bahasa Cirebon adalah bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat Cirebon,
sekaligus menjadi bahasa daerah. Sebagai bahasa ibu, bahasa Cirebon masih digunakan
oleh masyarakat penutur di Cirebon dan sekitarnya, perlu dipelihara sebagaimana
direkomendasikan oleh UNESCO tahun 1999 tentang Pemeliharaan Bahasa-bahasa Ibu
di Dunia.
Adapun secara konstitusional, dalam UUD 1945, Pasal 32 ayat 2 ditegaskan bahwa
“Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional.” Demikian pula sebagai bahasa Daerah, bahasa Cirebon masih dipelihara dan
digunakan oleh masyarakat Cirebon dan daerah-daerah lain di Provinsi Jawa Barat.
Pemeliharaan itu dibuktikan dengan adanya Perda No.14 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan
Aksara Daerah.
Selain itu, selaras pula dengan Peraturan Gubernur Nomor 173 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Karakter Jabar Masagi pada Satuan Pendidikan.
Atas dasar itulah, maka konten pembelajaran yang tertuang dalam mata pelajaran
bahasa Cirebon mengutamakan keunggulan daerah dan kearifan daerah dengan tetap

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 4


mangacu pada kompetensi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Konten yang
diajarkan dalam bentuk tipe teks (fiksi dan nonfiksi) etnografis berbahasa Cirebon yang
mengandung isi, struktur teks, kebahasan, dan konteks. Teks etnografis (fiksi dan
nonfiksi) berkaitan dengan nilai kearifan lokal sebagai dasar pembinaan dan
pengembangan bahasa dan budaya Cirebon.
Struktur teks dan kebahasan diajarkan sebagai dasar keterampilan berbahasa
Cirebon, sedangkan struktur teks dan kesastraan diajarkan sebagai dasar keterampilan
bersastra Cirebon. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Cirebon membina dan
mengembangkan kemampuan bahasa, sastra, budaya, dan berpikir.
Pengembangan kemampuan bahasa mengacu pada pengetahuan bahasa
(tatabahasa dan kosakata) serta keterampilan berbahasa lisan dan tulis (menyimak,
membaca, dan memirsa) maupun keterampilan produktif (berbicara, menulis, dan
menyajikan/mempresentasikan); pengembangan kemampuan sastra mengacu pada
pengetahuan, apresiasi, dan ekspresi sastra; serta pengembangan kemampuan berpikir
mengacu pada sikap kritis, kreatif, dan imajinatif; serta pengembangan kemampuan
budaya yang mengacu pada nilai-nilai etnopedagogik. Pembinaan dan pengembangan
kemampuan berbahasa Cirebon merupakan pendidikan berbasis kearifan lokal, yang
bersinergi juga dengan program Jabar Masagi untuk menguatkan pendidikan karakter.
Pendidikan karakter ini nantinya akan mewujudkan pribadi yang dicita-citakan dalam
Profil Pelajar Pancasila, yakni perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang
hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, dengan enam dimensi utama:
(1) Beriman bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia,
(2) Berkebinekaan global,
(3) Gotong royong,
(4) Mandiri,
(5) Bernalar kritis, dan
(6) Kreatif.
Profil Pelajar Pancasila tersebut sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024. Bagi masyarakat Cirebon , Profil
Pelajar Pancasila tersebut didasari oleh Empat Kepribadian (Catur Diri Insan), yakni
pribadi yang beriman (pengkuh agamané, spiritual quotient), berilmu (luhung élmuné,
intellectual quotient), berbudaya (jembar budayané, emotional quotient), dan berkarya
atau kreatif (getol lan wekel, actional quotient).
Melalui stimulasi Trisilas (silih asih, silih asah, silih asuh) dihasilkan pribadi
peserta didik yang multitalenta (gembleng bebisa), yang memiliki empat ciri, yakni
berbudaya (nyerbon), agamis (nyantri), akademis (nyekolah), dan ksatria (jagjag
waringkas), yang dapat memasuki lima gerbang kebahagiaan (Gapura Pancawaluya),

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 5


yakni sehat fisikmental (sehat waras)); baik hati, empati, atau berakhlak (luhur
pekerti); taat hukum, beriman, atau benar (bener); cerdas, berilmu, atau pintar
(pinter); dan terampil atau tangkas (gatékan). Hal ini sejalan dengan konsep ‘Merdeka
Belajar’ yang di antaranya berupaya mewujudkan sekolah kegiatan yang
menyenangkan; manajemen sekolah yang kolaboratif dan kompeten; keselarasan
pendidikan di rumah dan keluarga; guru sebagai pembuat kurikulum dan fasilitator
berbagai sumber pengetahuan; pembelajaran yang memanfaatkan teknologi;
kurikulum berdasarkan kompetensi, fokus soft skill, dan pengembangan karakter; dan
pembelajaran berorientasi (berpusat) pada peserta didik, sehingga dihasilkan peserta
didik nu bagja-waluya (well-being student) di satuan pendidikan, yakni mampu
menciptakan 20 kebahagiaan dan kesejahteraan, serta pola pikir dan emosi positif
peserta didik.
Arah pendidikan tersebut, selaras pula dengan program Jabar Masagi dan Cerbon
Katon, yang merupakan model pendidikan karakter jargon berbasis kearifan lokal demi
membentuk manusia berbudaya. , yang memiliki ciri beriman, spiritual, atau religious,
berilmu, sehat fisik-mental, dan berkarakter emosi-sosial. Termasuk mampu belajar
merasakan (niti surti/rasa/empati), belajar memahami (niti arti/karsa), belajar
melakukan (niti bukti), dan belajar hidup bersama (niti bakti/dumadi maujudi).
Integrasi keempat titian (Niti) pilar pendidikan tersebut menjadi manusia
paripurna niti jadi (sajati) yang Bagja-Waluya (well-being). Di dalam prosesnya,
pembelajaran muatan lokal bahasa Cirebon pun selaras dengan prinsip pembelajaran
yang menjembatani perbedaan karakter, minat, dan bakat siswa (teaching at the right
level) dan pembelajaran berdiferensiasi (differentiated learning), yakni pembelajaran
yang memberi keleluasaan pada peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya
sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajarnya. Bermakna bahwa proses
pembelajaran bukan hanya berfokus pada konten, tetapi berorientasi pada kebutuhan
atau profil peserta didik, yang meliputi (1) faktor lingkungan, (2) visual, (3) auditori,
dan (4) kinestetik. Sebagai dampak (outcome)nya akan terbentuk enam moral manusia,
yakni moral manusia terhadap Tuhan, moral manusia terhadap pribadi, moral manusia
terhadap manusia lainnya, moral manusia terhadap alam, moral manusia terhadap
waktu, dan moral manusia dalam mengejar kebutuhan lahiriah dan kepuasan batiniah.
Hal demikian mendasari pembentukan Profil Pelajar Pancasila, yakni perwujudan
pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Demi mewujudkan profil pelajar Pancasila, diperlukan kemampuan literasi, yang
antara lain didasari keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa Cirebon
diwujudkan secara aktual dengan genre teks etnografis (budaya Cirebon). Genre teks
etnografis Cirebon dapat berupa tipe teks nonfiksi maupun tipe teks fiksi. Tipe teks
nonfiksi mewadahi kegiatan berbahasa Cirebon reseptif dan produktif, sedangkan tipe
teks fiksi mewadahi kegiatan bersastra Cirebon apresiatif dan ekspresif. Kegiatan

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 6


berbahasa Cirebon yang reseptif dan produktif tersebut sejalan dengan kegiatan
bersastra apresiatif dan ekspresif.
Berdasarkan uraian tersebut, mata pelajaran bahasa Cirebon memiliki beberapa ciri,
antara lain, mata pelajaran bahasa Cirebon bermuara dan berkerangka keterampilan
berbahasa, baik keterampilan reseptif (menyimak, membaca, dan memirsa) maupun
keterampilan produktif (berbicara, menulis, dan menyajikan).

B. Mata Pelajaran Muatan Lokal


Mata Pelajaran Muatan Lokal diberlakukan berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Muatan Lokal Kurikulum
2013. Dengan diberlakukannya Permendikbud ini, ketentuan dalam Peraturan Menteri
Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum yang mengatur mengenai
Muatan Lokal dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Muatan lokal merupakan bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan
yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang
dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan
kearifan di daerah tempat tinggalnya. Muatan lokal diajarkan dengan tujuan membekali
peserta didik dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk:
a. mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosial, budaya, dan spiritual di
daerahnya;
b. melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah yang
berguna bagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang pembangunan
nasional.
Selanjutnya, muatan lokal dikembangkan atas prinsip-prinsip berikut; a. kesesuaian
dengan perkembangan peserta didik; b. keutuhan kompetensi; c. fleksibilitas jenis,
bentuk, dan pengaturan waktu penyelenggaraan; d. kebermanfaatan untuk kepentingan
nasional dan menghadapi tantangan global.
Muatan lokal dapat berupa antara lain (a) seni budaya, (b) prakarya, (c) pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan, (d) bahasa, dan/atau (e) teknologi. Muatan
pembelajaran terkait muatan lokal berupa bahan kajian terhadap keunggulan dan
kearifan daerah tempat tinggalnya. Muatan pembelajaran terkait muatan lokal
diintegrasikan antara lain dalam mata pelajaran seni budaya, prakarya, dan/atau
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Dalam hal pengintegrasian tidak dapat
dilakukan, muatan pembelajaran terkait muatan lokal dapat dijadikan mata pelajaran
yang berdiri sendiri.
Muatan lokal dirumuskan dalam bentuk dokumen yang terdiri atas Capaian
Pembelajaran (CP), Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), Modul Ajar (MA), Profil Pelajar
Pancasila, dan KKTP (Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran), Teaching at the Right
Level (TaRL), Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan (KOSP)

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 7


Sedangkan modul ajar atau Rencana Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal
dikembangkan dengan tahapan; (a) analisis konteks lingkungan alam, sosial, dan/atau
budaya; (b) identifikasi muatan lokal; (c) perumusan tujuan pembelajaran; (d) penentuan
tingkat satuan pendidikan yang sesuai untuk setiap capaian pembelajaran; (e)
pengintegrasian tujuan pembelajaran ke dalam muatan pembelajaran yang relevan; (f)
penetapan muatan lokal sebagai bagian dari muatan pembelajaran atau menjadi mata
pelajaran yang berdiri sendiri; (g) penyusunan silabus; dan (h) penyusunan buku teks
pelajaran.
Pemerintah Kabupaten/Kota menetapkan muatan lokal sebagai bagian dari muatan
pembelajaran atau menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri untuk diberlakukan di
wilayahnya. Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya merumuskan
capaian pembelajaran, penyusunan silabus, dan penyusunan buku teks pelajaran muatan
lokal.
Muatan lokal diselenggarakan oleh satuan pendidikan (sekolah) dengan
memperhatikan sumber daya pendidikan yang tersedia. Dalam hal muatan lokal
ditetapkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, satuan pendidikan dapat
menambah beban belajar muatan lokal paling banyak 2 (dua) jam per minggu. Kebutuhan
sumber daya pendidikan sebagai implikasi penambahan beban belajar muatan lokal
ditanggung oleh pemerintah daerah yang menetapkan.
Pelaksanaan muatan lokal pada satuan pendidikan perlu didukung dengan:
a. kebijakan Pemerintah, pemerintah provinsi,
b. pemerintah kabupaten/kota, dan satuan pendidikan sesuai kewenangannya;
c. ketersediaan sumber daya pendidikan yang dibutuhkan.
Pengembangan muatan lokal oleh daerah dilakukan oleh Tim Pengembang
Kurikulum di tingkat kabupaten/kota, Tim Pengembang Kurikulum di satuan pendidikan,
serta dapat melibatkan narasumber atau pihak lain yang terkait. Pengembangan muatan
lokal dikoordinasikan dan disupervisi oleh Dinas Pendidikan atau Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.

C. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon


Mata pelajaran bahasa Cirebon merupakan mata pelajaran muatan lokal di
Kawasan Cirebon Jawa Barat. Sebagai mata pelajaran muatan lokal, mata pelajaran bahasa
Cirebon bertujuan untuk membantu peserta didik dalam membina dan mengembangkan:
1. akhlak mulia dengan menggunakan bahasa Cirebon secara benar dan santun;
2. sikap menghargai bahasa Cirebon sebagai bahasa ibu dan/atau bahasa daerah;
3. kemampuan berbahasa Cirebon dengan benar dan santun melalui berbagai teks
multimodal (lisan-tulis, audio, visual, atau audiovisual) untuk berbagai tujuan (genre)
dan konteks;

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 8


4. kemampuan literasi yang mengintegrasikan kemampuan berbahasa Cirebon yang
benar dan santun serta kemampuan berpikir (bernalar) kritis dan kreatif dalam
belajar dan berkehidupan;
5. kepedulian terhadap pelestarian dan penumbuhan budaya Cirebon dalam
berkontribusi sebagai warga masyarakat kultur Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, dan
dunia yang demokratis, berkeadilan, dan damai dengan bersikap silih asih, silih asah,
dan silih asuh;
6. kepercayaan diri untuk berekspresi dalam bahasa Cirebon sebagai individu
yangcakap, mandiri, bergotong royong, bertanggung jawab, dan santun.

D. Pengembangan Keterampilan dalam Pembelajaran


Keterampilan berbahasa dan berbahasa Cirebon sebagai acuan pembelajaran di
satuan Pendidikan sebagaimana matrik di bawah ini;

Keterampilan Berbahasa dan Bersastra


Sifat Komunikasi Kemampuan Berbahasa Kemampuan Bersastra
Menyimak
Reseptif Membaca Apresiasi Sastra
Memirsa
Menyajikan/mempresntasikan
Produktif Berbicara Ekspresi Sastra
Menulis

Adapun pengembangan kemampuan berbahasa dan bersastra Cirebon berfokus


pada elemen empat keterampilan berbahasa sebagaimana pembelajaran bahasa
umumnya, terdeskripsi sebagai berikut;

Unsur Keterampilan Deskripsi


Kemampuan peserta didik dalam menerima, memahami
informasi yang didengar, dan menyiapkan tanggapan secara
relevan untuk memberikan apresiasi kepada mitra tutur.
Prosesnya mencakup kegiatan mendengarkan,
Menyimak mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi tuturan,
(Mirengaken)) memaknainya, dan/atau menyiapkan tanggapan kepada
mitra tutur. Kemampuan menyimak berperanan penting
karena menentukan tingkat kemampuan peserta didik
dalam memahami makna (tersurat dan tersirat) tuturan,
memahami gagasan utama dan pendukung pada konten
informasi dan konteks yang melatarinya. Komponen yang
dikembangkan dapat berupa, antara lain, kepekaan

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 9


terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata dan makna,
struktur bahasa (tata bahasa), serta metakognisi.
Kemampuan peserta didik dalam memahami, memaknai,
menginterpretasi, dan merefleksi teks dan sajian visual
dan/atau audiovisual sesuai tujuan dan kepentingannya
untuk mengembangkan kompetensinya (pengetahuan,
Membaca (Maos) keterampilan, dan potensi). Komponen yang dikembangkan
dalam membaca dan memirsa, dapat berupa antara lain
kepekaan terhadap fonem atau huruf, sistem isyarat, kosa
kata dan makna, struktur bahasa (tata bahasa), serta
metakognisi
Kemampuan peserta didik dalam menyampaikan pesan
(gagasan, tanggapan, dan perasaan) dalam bentuk lisan dan
Berbicara dan multimodal (visual, digital, audio, dan audiovisual) secara
Menyajikan/ fasih, akurat bertanggung jawab, dan santun sesuai tujuan
Mempresentasikan dan konteks komunikasi.
(Matur/Nyuguhaken) Komponen yang dikembangkan dalam berbicara dan
menyajikan dapat berupa, antara lain, kepekaan terhadap
bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata dan makna, struktur
bahasa (tata bahasa), serta metakognisi.
Kemampuan peserta didik menyampaikan pesan (gagasan,
tanggapan, dan perasaan) dalam bentuk tulis secara fasih,
akurat, bertanggung jawab, dan santun sesuai tujuan dan
Menulis (Nulis) konteks komunikasi. Komponen yang dikembangkan dalam
menulis dapat berupa, antara lain, penerapan penggunaan
ejaan, struktur bahasa (kata dan kalimat), paragraf,
kosakata dan makna, serta metakognisi dalam beragam tipe
teks.

Berkenaan dengan kemampuan reseptif dan produktif dikembangkan saling


berkaitan. Proses pembelajaran berlangsung dengan beberapa persyaratan, antara lain:
a. Pelajar (peserta didik) dilibatkan dalam interaksi verbal (percakapan dan diskusi) yang
didasarkan pada pemahamannya tentang teks, mengapresiasi estetika teks dan nilai
budayanya, serta proses mencipta teks berbahasa Cirebon;
b. Pelajar (peserta didik) diberi kesempatan untuk membaca teks dalam beragam format
(atau yang dikenal dengan teks multimodal (lisan, tulis, audio, visual, audiovisual) serta
beragam konten dan genre teks (fiksi dan nonfiksi);
c. Pelajar (peserta didik) diberi pengetahuan tentang tatabahasa (paramasastra) Cirebon
yang benar serta cara penggunaannya secara efektif dan santun untuk mendukung
keterampilan berbahasa dan bersastra Cirebon.

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 10


E. Beban Belajar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No.
371/M/2021 tentang Program Sekolah Penggerak dan Keputusan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No. 165/M/2021 tentang Program Sekolah Menengah Kejuruan
Pusat Keunggulan, dapat dijelaskan bahwa pada fase A (umumnya Kelas I dan II SD) dan Fase B
(umunya Kelas III dan IV SD), pembelajaran mulok bahasa Cirebon dapat dialokasikan maksimal
2 JP per minggu atau 72 JP per tahun. Pada fase C (kelas V SD), pembelajaran mulok bahasa Cirebon
dapat dialokasikan tetap maksimal 2 JP per minggu atau 72 JP per tahun, sedangkan pada fase C
(Kelas VI SD) dapat dialokasikan maksimal 2 JP per minggu atau 64 JP per tahun sebagai mata
pelajaran pilihan. Selanjutnya, pada fase D (Kelas VII dan VIII SMP), pembelajaran mulok bahasa
Cirebon dapat dialokasikan tetap maksimal 2 JP per minggu atau 72 JP per tahun, sedangkan pada
fase D (Kelas IX SMP) dapat dialokasikan maksimal 2 JP per minggu atau 64 JP per tahun sebagai
mata pelajaran pilihan. Pada fase E (umumnya Kelas X SMA/SMK), pembelajaran mulok bahasa
Cirebon dapat dialokasikan tetap maksimal 2 JP per minggu atau 72 JP per tahun. Adapun pada
fase F (Kelas XII SMA/SMK), pembelajaran mulok bahasa Cirebon dapat dialokasikan maksimal 2
JP per minggu atau 64 JP (SMA) per tahun dan 36 JP (SMK) sebagai mata pelajaran pilihan.
Gambaran lebih jelasnya, alokasi waktu per tahun (minggu) dan total JP per tahun untuk mulok
bahasa Cirebon pada tiap fase dan jenjang dapat dilihat pada tabel berikut.

Jenjang dan Alokasi Waktu


Fase Kelas Jenjang Alokasi Waktu Total JP
per minggu per tahun
Fase A I 2 72
II 2 72
Fase B III 2 72
SD/MI
IV 2 72
Fase C V 2 72
VI 2 64
Fase D VII 2 72
VIII SMP/MTs 2 72
IX 2 64
Fase E X SMA/SMK/MA 2 72
XI 2 72
Fase F SMA/SMK/MA
XII 2 64

Pada jenjang SMK/MAK, sejalan dengan Keputusan Menteri Pendidikan,


Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No. 165/M/2021 tentang Program Sekolah Menengah
Kejuruan Pusat Keunggulan, bahwa pembelajaran mulok Bahasa dan Sastra Cirebon dapat
dialokasikan sebanyak maksimal 2 JP per minggu atau 72 JP per tahun pada fase E
(umumnya Kelas X) dan fase F (Kelas XI).

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 11


Adapun pada fase F (Kelas XII), pembelajaran mulok Bahasa dan Sastra Cirebon
dapat dialokasikan maksimal 2 JP per minggu atau 36 JP per tahun sebagai mata pelajaran
pilihan pada semester 1. Selanjutnya perlu ditegaskan bahwa Capaian Pembelajaran
Mulok Bahasa dan Sastra Cirebon untuk SMK, mengacu pada Capaian Pembelajaran SMA.
Hal ini sejalan dengan Keputusan Kepala Badan penelitian dan Pengembangan dan
Perbukuan No. 029/H/KU/2021 tentang Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran pada
Program SMK Pusat Keunggulan, pada keputusan bagian kedua disebutkan bahwa
Capaian Pembelajaran mata pelajaran kelompok umum pada program SMK Pusat
Keunggulan mengacu pada Capaian Pembelajaran SMA pada Program Sekolah Penggerak.
Dalam implementasinya, pemilihan konten tipe teks (fiksi dan nonfiksi) Bahasa dan
Sastra Cirebon di SMK menyesuaikan dengan spektrum kejuruan. Namun demikian, tipe
teks etnografis yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal Cirebon harus diperhatikan
pula, bahkan jika memungkinkan bisa diutamakan. Adapun pada kegiatan
pembelajarannya disesuaikan dengan tujuan untuk mengembangkan dan menguatkan
kompetensi, karakter, dan budaya kerja yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila;
penerapan pembelajaran sesuai dengan tahap capaian belajar peserta didik; penggunaan
beragam perangkat ajar termasuk buku teks pelajaran dan rencana pembelajaran sesuai
dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik; pembelajaran melalui projek
untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila dan budaya kerja; pemilihan konten yang selaras
pada pencapaian keterampilan nonteknis (soft skills), karakter kesiapan kerja dan
keterampilan teknis (hard skills) sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

E. Keragaman Lokalitas dan Bahasa Pengantar Pembelajaran


Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun
2014 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, bahwa yang dimaksud
dengan bahasa Daerah di Jawa Barat adalah bahasa Cirebon , bahasa Cirebon, dan bahasa
Melayu-Betawi. Dalam hubungan itu, bagi daerah-daerah yang peserta didiknya
berbahasa ibu Bahasa Cirebon, maka kompetensi dasar atau capaian pembelajaran perlu
disesuaikan dengan keadaan kebahasaan dan budaya daerah setempat.
Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua caapaian pembelajaran, tetapi dipilih
mana yang mungkin bisa dilaksanakan. Berkaitan dengan kategorisasi lokal, di Kabupaten
Cirebon ada masyarakat yang berbahasa ibu selain Bahasa Cirebon. Penentuan bahan
pembelajaran diserahkan sepenuhnya kepada pendidik di tempatnya masing- masing
dengan mengadakan perembukan dan komunitas guru (group discussion) seperti dalam
wadah Pusat Kegiatan Guru (PKG), Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP). Lebih jauh lagi, penentuan yang lebih spesifik diserahkan kepada
guru di sekolah satuan pendidikang yang bersangkutan.
Kategorisasi lokal dalam penentuan bahan pembelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon
dapat dibedakan atas dua kategori, yakni kategori A dan B.

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 12


1. Kategori A berlaku di wilayah yang masyarakatnya menggunakan bahasa Cirebon
sebagai Bahasa tutur keseharian (Bahasa Cirebon sebagai bahasa ibu),
2. Kategori B berlaku di wilayah yang masyarakatnya menggunakan bahasa Cirebon
sebagai Bahasa tutur keseharian (Bahasa Cirebon sebagai bahasa ibu)
Pada satuan pendidikan yang mempunyai kondisi khusus, misalnya, peserta didiknya
banyak yang berbahasa ibu Bahasa Indonesia, dapat ditentukan kebijakan lain. Pada
prinsipnya bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Cirebon adalah
bahasa Cirebona. Juga di satuan pendidikan dan/atau daerah yang mengalami kesulitan
dengan pengantar bahasa Cirebon dapat digunakan bahasa Indonesia atau ragam bahasa
setempat, baik sebagian maupun sepenuhnya, atau menggunakan dwibahasa Cirebon-
Indonesia. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara berangsur-angsur bisa
memahami petunjuk dalam bahasa Cirebon. Adapun ragam bahasa setempat, kata-kata
dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau meningkatkan kualitas pembelajaran
bahasa Cirebon.

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 13


BAB II
KURIKULUM BAHASA DAN SASTRA CIREBON

A. Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon

1. Dasar
Sebagaimana Keputusan Mendikbudristek No. 56 Tahun 2022 tentang Pedoman
Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran (Kurikulum Merdeka)
dan sejalan dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 173 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Karakter, maka penyusunan kurikulum mata pelajaran
muatan lokal Bahasa dan Sastra Cirebon perlu dilakukan sebagai penegasan terhadap
keberadaan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon yang menyesuaikan diri dengan
Kurikulum Merdeka.

2. Pengertian
Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon merupakan mata
pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan bahasa daerah Cirebon dan
proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk
membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan daerah
Cirebon.
Selanjutnya, muatan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon terdiri dari:
a. tata bahasa daerah Cirebon (paramasastra),
b. kesusastraan daerah Cirebon (kasusastran), dan
c. aksara carakan (hanacaraka).
Selain itu terdapat esensi kebahasaan yang harus dikuasai peserta didik dalam
berkomunikasi yang berkaitan dengan tata krama (anggah-ungguh), yakni terdiri dari
2 (dua) tingkatan berbahasa (undak-usuk), yakni:
a. tingkatan berbahasa ngoko/bagongan/padinan, yakni bahasa daerah Cirebon yang
lazim digunakan dalam keseharian, pergaulan secara akrab, atau bahasa pasar.
b. tingkatan berbahasa krama/bebasan, yakni bahasa daerah Cirebon yang lazim
digunakan dalam memandang strata kemasyarakatan, pergaulan secara santun atau
bahasa tinggi.

3. Pengembangan
Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon dikembangkan dengan
mengacu pada Capaian Pembelajaran. Pengembangan ini dilakukan Tim Pengembang
Kurikulum Bahasa dan Sastra Cirebon tingkat Kabupaten Cirebon. Pengembangan
disesuaikan dengan materi dan esensi Bahasa dan Sastra Cirebon sebagai mata
pelajaran muatan lokal pada satuan pendidikan di Kabupaten Cirebon. Berpatokan

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 14


pada capaian pembelajaran yang disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan
mata pelajaran muatan lokal dalam domain pengetahuan dan keterampilan.
Berkenaan dengan pemerolehan pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-
aktivitas: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Selanjutnya, keterampilan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas: mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Pengetahuan dan keterampilan
tersebut berdasarkan materi Bahasa dan Sastra Cirebon dalam ranah tata bahasa
(paramasastra), kesusastraan (kasusastran), dan aksara carakan (hanacaraka).
Adapun cakupan materi Bahasa dan Sastra Cirebon dimaksud sebagaimana
matriks di bawah ini:
Tata Bahasa Kesusastraan Aksara Carakan
(Paramasastra) (Kasusastran) (Hanacaraka)
• Berdasar teks narasi, • Parikan (Pantun) • Urutan Aksara Carakan
teks deskripsi, teks • Guritan (Puisi) • Aksara dengan
eksposisi, teks pidato, • Pribasa (Peribahasa) sandangan (Nglegena)
maupun teks sastra, • Wangsalan • Kata dengan sandangan
dikembangkan dalam • Tembang Dolanan swara (berupa suku dan
analisis: • Tembang Macapat wulu)
▪ beragam jenis kata • Tembang Pujian • Kata dengan sandangan
▪ beragam jenis • Tembang Anyar/Kiser swara (berupa taling,
kalimat Gancang taling tarung, pepet)
• Berdasar teks narasi, • Badekan (Tebak- • Kata dengan sandangan
teks deskripsi, teks tebakan) panyigeg wanda /
eksposisi, teks pidato, • Crita Cindek (Cerpen) penanda konsonan mati
maupun teks sastra, (berupa layar, cecek,
• Crita Satoan (Fabel)
dikembangkan dalam wignyan, dan pangkon)
• Crita Babad/Legenda
kata/kalimat dengan
• Crita Guyon (Anekdot)
undak usuk (tingkatan
• Crita Wayang
berbahasa):
▪ ngoko/bagongan
▪ krama/bebasan

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 15


B. Standar Kompetensi Lulusan
1. Dasar
Permendikbudriset No. 5 Tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan
Menengah Dengan adanya Permendikbud No. 20/2016 Tentang SKL Pendidikan Dasar
dan Menengah, maka Permendikbud No. 54/2014 tentang SKL Pendidikan Dasar dan
Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

2. Pengertian
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria minimal tentang kesatuan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang menunjukkan capaian kemampuan Peserta Didik
dari hasil pembelajarannya pada akhir Jenjang Pendidikan. Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) digunakan sebagai acuan utama untuk pengembangan Standar Nasional
Pendidikan, yakni:
• Standar Isi
• Standar Proses
• Standar Penilaian Pendidikan
• Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
• Standar Sarana dan Prasarana
• Standar Pengelolaan
• Standar Pembiayaan
Ruang Lingkup Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi
kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan
masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

3. Monitoring dan Evaluasi


Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi
Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang
digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi
secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari
monitoring dan evaluasi selanjutnya digunakan sebagai bahan masukan bagi
penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.

4. Dimensi Standar Kompetensi Lulusan (SKL)


Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan memiliki kompetensi pada tiga dimensi,
yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal itu mengacu pada Bloom Taxonomy
yang pertama kali dikenalkan oleh sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Benjamin
Bloom pada tahun 1956 dan dikembangkan lebih lanjut oleh Anderson and Krathwol
pada tahun 2001 digunakan sebagai rujukan pada Standar Kompetensi Lulusan.

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 16


Bloom Taxonomy mengkategorikan capaian pembelajaran menjadi tiga domain,
yaitu dimensi pengetahuan yang terkait dengan penguasaan pengetahuan, dimensi
sikap yang terkait dengan penguasaan sikap dan perilaku, serta dimensi ketrampilan
yang terkait dengan penguasaan ketrampilan. Dimensi pengetahuan diklasifikasikan
menjadi faktual, konseptual, prosedural, serta metakognitif yang penguasaannya
dimulai sejak Tingkat Pendidikan Dasar hingga Tingkat Pendidikan Menengah.
Structure of Observed Learning Outcome (SOLO) Taxonomy yang pertama kali
dikembangkan oleh Biggs dan Collin (1982) dan telah diperbarui tahun 2003
digunakan sebagai dasar untuk mengelompokkan Tingkat Kompetensi untuk aspek
pengetahuan. Menurut SOLO Taxonomy ada lima tahap yang dilalui oleh peserta didik
untuk menguasai suatu pengetahuan, yaitu tahah pre-struktural, uni-struktural, multi-
struktural, relasional dan abstrak yang diperluas. Kelima tahap ini dapat
disederhanakan menjadi tiga tahap, yaitu surface knowledge, deep knowledge dan
conceptual atau constructed knowledge.
Tahap surface knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar untuk Sekolah
Dasar, tahap deep knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar untuk Sekolah
Menengah Pertama dan tahap conceptual/constructed knowledge diperoleh pada
Tingkat Pendidikan Menengah yaitu ada Sekolah Menengah Atas. Walaupun demikian,
untuk jenis pengetahuan tertentu, ketiga tahap ini dapat dicapai dalam satu jenjang
pendidikan atau dalam satu tingkat kelas.

5. Standar Kompetensi Lulusan Bahasa dan Sastra Cirebon


Standar Kompetensi Lulusan Bahasa dan Sastra Cirebon pada Jenjang
Pendidikan mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi Nomor 5 tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan
Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah. Antara
lain menyuratkan aspek Persiapan Peserta Didik menjadi anggota masyarakat yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia;
penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila; dan penumbuhan
kompetensi literasi dan numerasi Peserta Didik untuk mengikuti pendidikan lebih
lanjut. Unsur-unsur dimaksud pada implementasinya disesuaikan dengan materi dan
esensi Bahasa dan Sastra Cirebon sebagai mata pelajaran muatan lokal Sekolah Dasar
di Kabupaten Cirebon .
Berkaitan dengan kesinambungan pembelajaran mata pelajaran muatan lokal
Bahasa dan Sastra Cirebon pada jenjang Sekolah perlu diperhatikan gradasi pada
dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yakni:
1) Perkembangan psikologis anak
2) Lingkup dan kedalaman
3) Kesinambungan
4) Fungsi satuan pendidikan

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 17


5) Lingkungan
Standar Kompetensi Lulusan Bahasa dan Sastra Cirebon berisikan tiga ranah,
yakni dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
• Dimensi Sikap: Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap:
1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
2. berkarakter, jujur, dan peduli,
3. bertanggungjawab,
4. pembelajar sejati sepanjang hayat, dan
5. sehat jasmani dan rohani
sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
• Dimensi Pengetahuan: Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat dasar berkenaan dengan:
1. ilmu pengetahuan,
2. teknologi,
3. seni, dan
4. budaya.
Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
Istilah pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada
muatan lokal Bahasa dan Sastra Cirebon Sekolah Dasar dijelaskan sebagai berikut:
a) Faktual
Memiliki pengetahuan tata bahasa (paramasastra), kesusastraan (kasusastran), dan
aksara carakan (hanacaraka) baik dalam tingkatan (undak-usuk)ngoko/bagongan
maupun krama/bebasan dan mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam
konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, dan negara.
b) Konseptual
Memiliki terminologi/istilah yang digunakan, klasifikasi, kategori, prinsip, dan
generalisasi tata bahasa (paramasastra), kesusastraan (kasusastran), dan aksara
carakan (hanacaraka) baik dalam tingkatan (undak-usuk)ngoko/bagongan
maupun krama/bebasan dan mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam
konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, dan negara.
c) Prosedural
Memiliki cara untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang berkenaan tata bahasa
(paramasastra), kesusastraan (kasusastran), dan aksara carakan (hanacaraka) baik
dalam tingkatan (undak-usuk) ngoko/bagongan maupun krama/bebasan dan
mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 18


d) Metakognitif
Memiliki pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan
menggunakannya dalam mempelajari tata bahasa (paramasastra), kesusastraan
(kasusastran), dan aksara carakan (hanacaraka) baik dalam tingkatan (undak-
usuk)ngoko/bagongan maupun krama/bebasan dan mampu mengaitkan
pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
• Dimensi Keterampilan:
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak:
1. kreatif,
2. produktif,
3. kritis,
4. mandiri,
5. kolaboratif, dan
6. komunikatif
melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan tahap perkembangan anak yang relevan
dengan tugas yang diberikan

C. Standar Isi

1. Dasar

Permendikbudriset No. 7 Tahun 2022 tentang Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia
Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah. Dengan adanya
Permendikbudriset tersebut, maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

2. Pengertian
Standar Isi adalah kriteria minimal yang mencakup ruang lingkup materi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Muatan wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan merupakan
muatan wajib yang dimuat dalam kurikulum Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah yang meliputi:
a. pendidikan agama;
b. pendidikan Pancasila;
c. pendidikan kewarganegaraan;
d. bahasa;
e. matematika
f. ilmu pengetahuan alam;
g. ilmu pengetahuan sosial;
Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 19
h. seni dan budaya;
i. pendidikan jasmani dan olahraga;
j. keterampilan/kejuruan; dan
k. muatan lokal.

Ruang lingkup materi berdasarkan konsep keilmuan dilakukan sesuai dengan


perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, seni, dan budaya. Sedangkan
perumusan ruang lingkup materi berdasarkan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
disesuaikan dengan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan pada jenjang Pendidikan
Dasar, dan jenjang Pendidikan Menengah.

3. Pengembangan

Standar Isi dikembangkan melalui perumusan ruang lingkup materi yang sesuai
dengan kompetensi lulusan sebagai merupakan bahan kajian dalam muatan
pembelajaran. Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional
dalam domain sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh
karena itu, Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan
tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada
Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Karakteristik, kesesuaian, kecukupan, keluasan, dan kedalaman materi ditentukan


sesuai dengan karakteristik kompetensi beserta proses pemerolehan kompetensi
tersebut. Ketiga kompetensi tersebut memiliki proses pemerolehan yang berbeda.
Sikap dibentuk melalui aktivitas-aktivitas: menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-aktivitas:
mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas: mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan proses
pemerolehannya mempengaruhi Standar Isi.

Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang
ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan
karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat
kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik,
kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang.

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 20


BAB III
CAPAIAN PEMBELAJARAN

A. Capaian Pembelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon


1. Dasar
1.1. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 5 Tahun
2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan pada Pendidikan Anak Usia
Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 161);
1.2. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 7 Tahun
2022 tentang Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan
Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 169);
1.3. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor
56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan
Pembelajaran;
1.4. Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor
008/H/Kr/2022 Tentang Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini,
Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum
Merdeka,
Atas diberlakukannya regulasi tersebut, maka Permendikbud No. 57/2014
tentang Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Permendikbud No.
58/2014 tentang Kurikulum 2013 pada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah, Permendikbud No. 59/2014 tentang Kurikulum 2013 pada Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah, dan Permendikbud No. 60/2014 tentang Kurikulum
2013 pada Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

2. Pengertian
Capaian pembelajaran (learning outcomes) adalah suatu ungkapan tujuan
pendidikan, yang merupakan suatu pernyataan tentang apa yang diharapkan diketahui,
dipahami, dan dapat dikerjakan oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu
periode belajar.
Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran yang harus
dicapai murid pada setiap fase perkembangan, yang dimulai dari fase Fondasi pada
PAUD. Capaian Pembelajaran mencakup sekumpulan kompetensi dan lingkup materi,
yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi. Capaian pembelajaran

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 21


memuat sekumpulan kompetensi dan lingkup materi yang disusun secara
komprehensif dalam bentuk narasi.
Berdasarkan regulasi, Capaian Pembelajaran untuk pendidikan dasar dan
menengah terdiri dari 6 fase (A–F), atau tahapan yang meliputi seluruh jenjang
pendidikan dasar dan menengah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, SDLB,
SMPLB, SMALB, Paket A, Paket B, dan Paket C).
Kaitannya dengan pengembangan dan pelestarian kearifan lokal Bahasa daerah,
kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir merupakan fondasi dari kemampuan
literasi. Semua bidang kajian, bidang kehidupan, dan tujuan-tujuan sosial
menggunakan kemampuan literasi. Literasi menjadi kemampuan sangat penting yang
digunakan untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pembelajaran
bahasa Indonesia merupakan pembelajaran literasi untuk berbagai tujuan
berkomunikasi dalam konteks sosial budaya Indonesia. Kemampuan literasi
dikembangkan ke dalam pembelajaran menyimak, membaca dan memirsa, menulis,
berbicara, dan mempresentasikan untuk berbagai tujuan berbasis genre yang terkait
dengan penggunaan bahasa dalam kehidupan. Setiap genre memiliki tipe teks yang
didasarkan pada alur piker-struktur-khas teks tertentu. Tipe teks merupakan alur pikir
yang dapat mengoptimalkan penggunaan bahasa untuk bekerja dan belajar sepanjang
hayat.
Berkenaan dengan Capaian Pembelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon, dapat
diperjelas sebagaimana pada matrik di bawah ini;

UNSUR SIKAP DESKRIPSI


1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama
Sikap Spiritual yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku: jujur, disiplin, santun, percaya
Sikap Sosial diri, peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan negara.
3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif pada tingkat dasar dengan cara :
a. mengamati,
Pengetahuan b. menanya, dan
c. mencoba
Berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak:
a. kreatif
b. produktif,
c. kritis,

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 22


d. mandiri,
Keterampilan e. kolaboratif, dan
f. komunikatif
Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang
mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.

B. Fungsi
Capaian Pembelajaran (CP) berfungsi sebagai acuan bagi guru-guru di sekolah dalam
menyusun kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon sehingga segi-segi
pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Cirebon
dapat terprogram secara terpadu. Capaian Pembelajaran ini disusun dengan
mempertimbangkan kedudukan bahasa Cirebon sebagai bahasa daerah dan sastra
Cirebon sebagai sastra Nusantara.
Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran Bahasa Cirebon sebagai
(1) sarana pembinaan sosial budaya regional Jawa Barat, (2) sarana peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian dan pengembangan
budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana pembakuan dan
penyebarluasan pemakaian bahasa Cirebon untuk berbagai keperluan, (5) sarana
pengembangan penalaran, serta (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya daerah
(Cirebon).

C. Tujuan
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Capaian pembelajaran (learning outcomes)
adalah suatu ungkapan tujuan pendidikan, sebagai suatu pernyataan tentang apa yang
diharapkan diketahui, dipahami, dan dapat dikerjakan oleh peserta didik setelah
menyelesaikan suatu periode belajar. Sekait dengan pembelajaran kearifan lokal,dDengan
memperhatikan pertimbangan itu berkonsekuensi pada tujuan pembelajaran bahasa dan
sastra Cirebon, maka secara umum agar murid mencapai tujuan-tujuan belajar sebagai
berikut.
a. Murid beroleh pengalaman berbahasa dan bersastra Cirebon.
b. Murid menghargai dan membanggakan bahasa Cirebon sebagai bahasa daerah di
Jawa Barat, yang juga merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakatnya.
c. Murid memahami bahasa Cirebon dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta
mampu menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks (tujuan,
keperluan, dan keadaan).

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 23


d. Murid mampu menggunakan bahasa Cirebon untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial.
e. Murid memiliki kemampuan dan kedisiplinan dalam berbahasa Cirebon (berbicara,
menulis, dan berpikir).
f. Murid mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra Cirebon untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa Cirebon, mengembangkan
kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan.
g. Murid menghargai dan membanggakan sastra Cirebon sebagai khazanah budaya
dan intelektual manusia Cirebon.

D. Lampiran Capaian Pembelajaran (CP) Bahasa dan Sastra Cirebon

Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran yang harus


dicapai murid pada setiap fase perkembangan, maka Capaian Pembelajaran mencakup
sekumpulan kompetensi dan lingkup materi, yang disusun secara komprehensif dalam
bentuk narasi. Capaian pembelajaran memuat sekumpulan kompetensi dan lingkup
materi yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi. Oleh karena itu,
guru/pendidik setelah memahami Capaian Pembelajaran (CP), akan mulai mendapatkan ide-
ide tentang apa yang harus dipelajari peserta didik dalam suatu fase. Pada tahap ini, pendidik
mulai mengolah ide tersebut, menggunakan kata-kata kunci yang telah dikumpulkannya pada
tahap sebelumnya, untuk merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang
dikembangkan ini perlu dicapai peserta didik dalam satu atau lebih jam pelajaran, hingga
akhirnya pada penghujung Fase mereka dapat mencapai Capaian Pembelajaran. Oleh karena itu,
untuk CP dalam satu fase, pendidik perlu mengembangkan beberapa tujuan pembelajaran.
Dalam tahap merumuskan tujuan pembelajaran ini, pendidik belum mengurutkan tujuan-
tujuan tersebut, cukup merancang tujuan-tujuan belajar yang lebih operasional dan konkret saja.
Urutan-urutan tujuan pembelajaran akan disusun pada tahap berikutnya. Dengan demikian,
pendidik dapat melakukan proses pengembangan rencana pembelajaran atau modul ajar langkah
demi langkah. Penulisan tujuan pembelajaran sebaiknya memuat 2 komponen utama, yaitu:
1. Kompetensi, yaitu kemampuan atau keterampilan yang perlu ditunjukkan/
didemonstrasikan oleh peserta didik. Pertanyaan panduan yang dapat digunakan
pendidik, antara lain: secara konkret, kemampuan apa yang perlu peserta didik
tunjukkan? Tahap berpikir apa yang perlu peserta didik tunjukkan?
2. Lingkup materi, yaitu konten dan konsep utama yang perlu dipahami pada akhir satu
unit pembelajaran. Pertanyaan panduan yang dapat digunakan pendidik, antara lain: hal
apa saja yang perlu mereka pelajari dari suatu konsep besar yang dinyatakan dalam CP?
Apakah lingkungan sekitar dan kehidupan peserta didik dapat digunakan sebagai
konteks untuk mempelajari konten dalam Capaian Pembelajaran.
Sebagai dasar perumusan tujuan pembelajaran. Setidaknya guru beredoman pada
Taksonomi Bloom yang telah direvisi seiring dengan perkembangan hasil-hasil penelitian.
Anderson dan Krathwohl (2001) mengembangkan taksonomi berdasarkan Taksonomi

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 24


Bloom, dan dinilai lebih relevan untuk konteks belajar saat ini. Anderson dan Krathwohl
mengelompokkan kemampuan kognitif menjadi tahapan-tahapan berikut ini, dengan
urutan dari kemampuan yang paling dasar ke yang paling tinggi sebagai berikut:
Level 1. Mengingat
Mengingat, termasuk di dalamnya mengingat kembali informasi yang telah
dipelajari, termasuk de nisi, fakta-fakta, daftar urutan, atau menyebutkan kembali
suatu materi yang pernah diajarkan kepadanya.
Level 2. Memahami
Memahami, termasuk di dalamnya menjelaskan ide atau konsep seperti
menjelaskan suatu konsep menggunakan kalimat sendiri, menginterpretasikan
suatu informasi, menyimpulkan, atau membuat parafrasa dari suatu bacaan.
Level 3. Mengaplikasikan
Mengaplikasikan, termasuk di dalamnya menggunakan konsep, pengetahuan, atau
informasi yang telah dipelajarinya pada situasi berbeda dan relevan.
Level 4. Menganalisis
Menganalisis, termasuk dalam kemampuan ini adalah memecah- mecah informasi
menjadi beberapa bagian, kemampuan untuk mengeksplorasi hubungan/korelasi
atau membandingkan antara dua hal atau lebih, menentukan keterkaitan
antarkonsep, atau mengorganisasikan beberapa ide dan/atau konsep.
Level 5. Mengevaluasi
Mengevaluasi, termasuk kemampuan untuk membuat keputusan, penilaian,
mengajukan kritik dan rekomendasi yang sistematis.

Level 6. Menciptakan
Menciptakan, yaitu merangkaikan berbagai elemen menjadi satu hal baru yang
utuh, melalui proses pencarian ide, evaluasi terhadap hal/ide/benda yang ada
sehingga kreasi yang diciptakan menjadi salah satu solusi terhadap masalah yang
ada. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan memberikan nilai tambah
terhadap suatu produk yang sudah ada.

Adapun Capaian Pembelajaran (CP) Bahasa dan Sastra Cirebon secara lengkap
untuk masing-masing jenjang satuan Pendidikan dapat dicermati sebagaimana matrik
pada lampiran di bawah ini;

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 25


LAMPIRAN 1

CAPAIAN PEMBELAJARAN
KEARIFAN LOKAL
BAHASA DAN SASTRA CIREBON

Untuk Jenjang Satuan Pendidikan;


Sekolah Dasar Dan Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah
Atas/Sekolah Menengah Kejuruan, Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA)

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 26


CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA CIREBON

Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Cirebon Setiap Fase

1. Fase A (untuk Kelas I dan II SD/MI)


Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Cirebon untuk berkomunikasi dan
bernalar sesuai dengan tujuan kepada mitra tutur (teman sebaya, guru, dan orang dewasa)
tentang diri dan lingkungan sekitarnya. Peserta didik mampu memahami dan
menyampaikan pesan (gagasan, perasaan, dan kehendak), serta berperan serta dalam
percakapan secara santun. Peserta didik mampu meningkatkan penguasaan kosakata
bahasa Cirebon melalui kegiatan berbahasa dan bersastra Cirebon dengan topik yang
beragam.

Fase A (Kelas I dan II SD/MI) Berdasarkan Elemen


Elemen Capaian Pembelajaran
- Peserta didik mampu bersikap menjadi penyimak yang baik
(sregep).
- Peserta didik mampu memahami (ngerténi) informasi atau
Menyimak pesan melalui menyimak instruksi lisan sederhana berbahasa
(Mirengaken) Cirebon (padinan atau bebasan) atau melalui media audio,
audiovisual, atau tipe teks aural fiksi dan nonfiksi (teks yang
dibacakan dan/atau didengar) secara sederhana tentang diri
dan lingkungan.

- Peserta didik mampu bersikap menjadi pembaca dan pemirsa


yang baik.
- Peserta didik mampu memahami informasi dan kosakata tipe
Membaca dan teks (fiksi dan nonfiksi) sederhana yang dibaca atau tayangan
Memirsa (Maca lan yang dipirsa dengan baik dalam bahasa Cirebon tentang diri
Mirsani) dan lingkungan.
- Peserta didik mampu menambah kosakata baru bahasa
Cirebon (padinan atau bebasan) dari teks yang dibaca atau
tayangan yang dipirsa dengan bantuan ilustrasi.
- Peserta didik mampu melafalkan teks pendek berbahasa
Cirebon (padinan atau bebasan) dengan volume dan intonasi
Berbicara dan (lafal) yang tepat sesuai kaidah dan konteks.
Menyajikan/ (Wiraos - Peserta didik mampu bertanya, menjawab, atau menanggapi
lan Nyuguhaken) komentar orang lain (teman, guru, dan orang dewasa) dengan
bahasa Cirebon (padinan atau bebasan) yang benar dan
santun.

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 27


- Peserta didik mampu mengungkapkan gagasan berbahasa
Cirebon (padinan atau bebasan) dengan bantuan gambar atau
ilustrasi.
- Peserta didik mampu menceritakan kembali dengan bahasa
Cirebon sesuai tatakrama Cirebon (padinan atau bebasan)
tentang suatu informasi yang dibaca/dibacakan, atau
didengar dengan topik diri sendiri dan lingkungan.
- Peserta didik mengembangkan tulisan tangan (huruf lepas
dan tegak bersambung) yang semakin baik berdasarkan kata-
kata bahasa Cirebon .
- Peserta didik bersikap baik dalam menulis di atas kertas
Menulis (Nyerat) dan/atau melalui media digital berdasarkan kata-kata bahasa
Cirebon.
- Peserta didik mampu menulis teks pendek (fiksi dan nonfiksi)
berbahasa Cirebon (padinan atau bebasan) dengan beberapa
kata berdasarkan teks yang dibaca atau didengar dalam
kehidupan sehari-hari, meliputi ; paragraf, kosakata dan
makna.

2. Fase B (Kelas III dan IV SD/MI)


Pada Fase B, Secara umum; Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Cirebon
(padinan atau bebasan) untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan kepada
teman sebaya dan orang dewasa tentang hal-hal menarik di lingkungan sekitarnya.
Secara khusus; Peserta didik mampu memahami dan menyampaikan gagasan, pesan,
dan penokohan dari teks (deskripsi, informasional, dan narasi). Peserta didik mampu
mengungkapkan gagasan atau pesan dalam kerja kelompok atau diskusi. Peserta didik
mampu meningkatkan penguasaan kosakata baru melalui berbagai kegiatan berbahasa
dan bersastra Cirebon dengan topik yang beragam. Peserta didik mampu membaca teks
berbahasa Cirebon (padinan atau bebasan)dengan jelas dan benar.

Fase B (Kelas III dan IV SD/MI) Berdasarkan Elemen


Elemen Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu memahami dan memaknai ide (pokok
Menyimak (Mirengaken) dan pendukung) dari teks (fiksi dan nonfiksi) melalui media
audio, audiovisual, teks aural (teks yang dibacakan dan/atau
didengar), dan instruksi lisan berbahasa Cirebon (padinan
atau bebasan).

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 28


- Peserta didik mampu memahami informasi dan ide
(pokok dan pendukung) dari tipe teks (fiksi dan nonfiksi)
berbahasa Cirebon (padinan atau bebasan) dalam bentuk
Membaca dan Memirsa cetak atau elektronik tentang kehidupan sehari-hari.
(Maca lan Mirsani) - Peserta didik mampu menambah kosakata baru dari teks
(fiksi dan nonfiksi) berbahasa Cirebon (padinan atau
bebasan) yang dibaca atau tayangan yang dipirsa sesuai
dengan topik.
- Peserta didik mampu berbicara berbahasa Cirebon
(padinan atau bebasan) dengan pilihan kata dan sikap
tubuh (gestur) yang santun, serta menggunakan volume
dan intonasi yang tepat sesuai konteks sesuai kaidah
bahasa dan norma budaya Cirebon .
- Peserta didik mampu mengajukan dan menanggapi
Berbicara dan pertanyaan berbahasa Cirebon dalam suatu percakapan
Menyajikan (Wiraos lan atau diskusi dengan aktif sesuai kaidah bahasa dan norma
Nyuguhaken) budaya Cirebon.
- Peserta didik mampu mengungkapkan gagasan dalam
suatu percakapan atau diskusi berbahasa Cirebon
berdasarkan kaidah bahasa dan norma budaya Cirebon.
- Peserta didik mampu menceritakan kembali dalam
bahasa Cirebon (padinan atau bebasan) suatu informasi
yang dibaca atau didengar dari tipe teks (fiksi dan
nonfiksi) sederhana dengan beragam topik.

- Peserta didik semakin terampil menulis tegak


bersambung kalimat sederhana dan teks sederhana
Menulis (Nyerat) bahasa Cirebon (padinan atau bebasan).
- Peserta didik mampu menulis teks (fiksi dan non fiksi)
sederhana berbahasa Cirebon sesuai dengan kaidah
penulisan (ejaan) dan tata bahasa tentang beragam topik.

3. Fase C (Kelas V dan VI SD/MI)


Pada akhir fase C, secara umum; peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Cirebon
untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan dan konteks sosial. Secara
khusus; Peserta didik mampu memahami, mengolah, dan menginterpretasi informasi dan
pesan dari penyajian lisan dan tulis tentang topik yang dikenali dalam beragam teks (fiksi
dan nonfiksi). Peserta didik mampu menanggapi dan mempresentasikan informasi yang
dipaparkan; berpartisipasi aktif dalam diskusi; menuliskan tanggapannya terhadap

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 29


bacaan menggunakan pengalaman dan pengetahuannya, sesuai kaidah bahasa dan norma
budaya Cirebon. Peserta didik mampu menulis beragam tipe teks dengan lebih
berstruktur untuk menyampaikan pengamatan dan pengalamannya. Peserta didik mampu
membaca dan menulis kata-kata yang menggunakan aksara Cirebon (aksara carakan).
Peserta didik memiliki kebiasaan membaca untuk hiburan, serta menambah pengetahuan,
dan keterampilan.

Fase C (Kelas V dan VI SD/MI) Berdasarkan Elemen


Elemen Elemen Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu menganalisis informasi berupa fakta,
prosedur dengan mengidentifikasikan ciri objek, urutan
Menyimak (Mirengaken) proses kejadian, dan nilai-nilai dari berbagai tipe teks
berbahasa Cirebon (padinan atau bebasan) fiksi dan nonfiksi
yang disajikan dalam bentuk lisan, teks aural (teks yang
dibacakan dan/atau didengar), dan audio.
- Peserta didik mampu membaca dengan lancar dan indah
serta memahami informasi dan kosa kata baru yang
memiliki beragam makna (denotatif dan konotatif) untuk
mengidentifikasi objek, fenomena, dan karakter.
Membaca dan Memirsa - Peserta didik mampu mengidentifikasi ide pokok dan
(Maca lan Mirsani) struktur tipe teks (fiksi dan non fiksi) berbahasa Cirebon
(padinan atau bebasan) tulis dan/atau audiovisual, serta
menafsirkan nilai-nilai yang terkandung di dalam teks
tersebut.
- Peserta didik mampu membaca kalimat (ukara)
sederhana yang menggunakan aksara Cirebon (aksara
carakan).

Berbicara dan - Peserta didik mampu menyampaikan informasi dalam


Menyajikan bahasa Cirebon (padinan atau bebasan) secara benar dan
(Wiraos lan Nyuguhaken) santun dengan menggunakan pilihan kata yang tepat
sesuai kaidah bahasa dan norma budaya Cirebon atau
kosakata baru, baik yang bermakna denotatif maupun
bermakna konotatif.
- Peserta didik menyampaikan suatu informasi atau pesan
berdasarkan fakta, pengalaman, atau imajinasi (dari diri
sendiri dan orang lain) secara indah dan menarik dalam
berbagai tipe teks (prosa dan/atau puisi) berbahasa
Cirebon (padinan atau bebasan) secara kreatif, logis,

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 30


sistematis, dan santun untuk tujuan menghibur dan
meyakinkan mitra tutur sesuai kaidah dan konteks serta
kaidah bahasa dan norma budaya Cirebon.
- Peserta didik mampu menulis berbagai tipe teks (fiksi dan
nonfiksi) berbahasa Cirebon (padinan atau bebasan) dari
informasi atau pesan (gagasan, hasil pengamatan,
pengalaman), dan imajinasi; serta menjelaskan hubungan
kausalitas, menuangkan hasil pengamatan, dan
meyakinkan pembaca.
- Peserta didik mampu menggunakan kaidah kebahasaan
Menulis (Nyerat) (paramasastra) dan kesastraan (kasusastran) untuk
menulis berbagai tipe teks berbahasa Cirebon sesuai
dengan konteks dan norma budaya Cirebon dengan
menggunakan kosakata baru, baik yang bermakna
denotatif maupun konotatif.
- Peserta didik mampu menyampaikan perasaan
berdasarkan fakta dan imajinasi (dari diri sendiri dan
orang lain) secara indah dan menarik dalam bentuk prosa
(anggitan gancaran) atau puisi dengan penggunaan
kosakata berbahasa Cirebon (padinan atau bebasan)
secara kreatif sesuai kaidah bahasa dan budaya Cirebon.
- Peserta didik mampu menulis kata-kata dengan
menggunakan aksara Cirebon (aksara carakan).

4. Fase D (untuk Kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs)


Pada akhir fase D, peserta didik secara umum memiliki kemampuan berbahasa
Cirebon untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial, dan
akademis. Peserta didik mampu memahami, mengolah, dan menginterpretasi informasi
paparan tentang topik yang beragam dan karya sastra.
Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi, mempresentasikan, dan
menanggapi informasi dari penyajian teks fiksi dan nonfiksi, sesuai kaidah bahasa dan
norma budaya Cirebon .
Peserta didik mampu menulis berbagai teks dengan lebih terstruktur untuk
menyampaikan pengamatan dan pengalamannya serta menuliskan tanggapannya
terhadap paparan dan bacaan menggunakan pengalaman dan pengetahuannya. Peserta
didik mampu membaca dan menulis kalimat sederhana yang menggunakan aksara
Carakan.

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 31


Fase D (untuk Kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs) Berdasarkan Elemen
Elemen Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu menganalisis dan mengevaluasi
informasi atau pesan (perasan, gagasan, pikiran, kehendak,
Menyimak (Mirengaken) dan arahan) dengan topik tertentu dari beragam tipe teks
(fiksi dan nonfiksi) yang didengar atau dipirsanya, baik
langsung maupun tidak langsung, dalam bentuk monolog,
dialog, dan gelar wicara.
- Peserta didik mampu mengeksplorasi, menganalisis dan
mengevaluasi informasi atau pesan (perasaan, gagasan,
pikiran, dan kehendak) dan struktur tipe teks (fiksi dan
Membaca dan Memirsa nonfiksi) secara visual dan audiovisual untuk menemukan
(Maca lan Mirsani) makna tersurat dan tersirat.
- Peserta didik mampu membaca kata-kata dan kalimat
sederhana yang menggunakan aksara Carakan sesuai
dengan kaidahnya.
- Peserta didik mampu menyampaikan informasi atau
pesan (perasan, gagasan, pikiran, dan kehendak) secara
lisan dengan memilih dan menggunakan kosakata yang
Berbicara dan khas atau idiom bahasa Cirebon dalam bentuk monolog
Menyajikan dan dialog sesuai tatakrama Cirebon untuk tujuan
(Wiraos lan Nyuguhaken) tertentu sesuai kaidah bahasa dan norma budaya Cirebon.
- Peserta didik mampu bercakap-cakap atau berdiskusi
dalam bahasa Cirebon tentang berbagai topik secara aktif,
partisipatif, efektif, dan kreatif, sesuai kaidah bahasa dan
norma budaya Cirebon .
- Peserta didik mampu menyampaikan informasi atau
pesan (perasan, gagasan, pikiran, dan kehendak) dalam
berbagai tipe teks tulis nonfiksi dengan menggunakan
kosakata yang khas atau idiom bahasa Cirebon untuk
tujuan tertentu.
Menulis (Nyerat) - Peserta didik mampu menyampaikan pesan berdasarkan
sumber tertentu (fakta, pengalaman, dan imajinasi)
secara estetis dan kreatif dalam tipe teks fiksi berbahasa
Cirebon sesuai kaidah bahasa dan norma budaya Cirebon.
- Peserta didik mampu menuliskan kata-kata dan kalimat
sederhana dengan menggunakan aksara Cirebon sesuai
dengan kaidahnya.

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 32


5. Fase E (untuk Kelas X SMA/SMK/MA)

Pada akhir fase E, peserta didik secara umum memiliki kemampuan berbahasa
Cirebon untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan dan konteks
sosialbudaya. Peserta didik mampu memahami, mengolah, menginterpretasi, dan
mengevaluasi informasi dari berbagai tipe teks berbahasa Cirebon tentang beragam topik.
Peserta didik mampu menyintesis informasi atau pesan (gagasan, pikiran, dan kehendak)
dari berbagai sumber.
Peserta didik mampu berbicara dengan bahasa Cirebon sesuai kaidah komunikasi
dan kesantunan dalam bentuk monolog, dialog, dan diskusi. Peserta didik mampu menulis
berbagai teks (fiksi dan nonfiksi) berbahasa Cirebon untuk menyampaikan,
mempresentasikan, dan menanggapi informasi atau pesan (gagasan, pikiran, dan
kehendak). Peserta didik mampu membaca, menulis, dan mengkreasikan beragam teks
yang menggunakan aksara Carakan.

Fase E (Kelas X SMA/SMK/MA) Berdasarkan Elemen


Elemen Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu mengevaluasi dan mengkreasi
informasi atau pesan (gagasan, pikiran, perasaan,
Menyimak (Mirengaken) pandangan, dan arahan) yang akurat dari berbagai tipe teks
(fiksi dan nonfiksi) berbahasa Cirebon dalam bentuk
monolog, dialog dan gelar wicara.
- Peserta didik mampu mengevaluasi dan mengkreasi
informasi atau pesan (gagasan, pikiran, pandangan,
arahan, dan perasaan) dan struktur tipe teks (fiksi dan
Membaca dan Memirsa nonfiksi) berbahasa Cirebon tulis, visual dan audiovisual
(Maca lan Mirsani) secara kreatif untuk menemukan makna yang tersurat
dan tersirat.
- Peserta didik menggunakan sumber lain untuk menilai
akurasi dan kualitas data serta membandingkan isi teks
berbahasa Cirebon.
- Peserta didik mampu mengolah dan menyajikan pesan
(gagasan, pikiran, pandangan, atau arahan) untuk tujuan
usul, perumusan masalah, dan solusi dalam bentuk
monolog, dialog, dan gelar wicara berbahasa Cirebon
Berbicara dan dengan menggunakan kata-kata khas atau idiom
Menyajikan (pakeman basa) secara logis, runtut, kritis, dan kreatif,
(Wiraos lan sesuai kaidah bahasa dan norma budaya Cirebon.
Nyuguhaken)

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 33


- Peserta didik mampu mengungkapkan informasi dan
perasaan (simpati, empati, peduli, penghargaan, dan
pendapat) secara kreatif dalam berbagai tipe teks (fiksi
dan nonfiksi) berbahasa Cirebon lisan atau multimodal
serta berkontribusi aktif dalam menyiapkan dan
melaksanakan suatu percakapan atau diskusi sesuai
kaidah bahasa dan norma budaya Cirebon.
- Peserta didik mampu mengolah dan menyajikan
informasi atau pesan (gagasan, pikiran, pandangan, atau
Menulis (Nyerat) arahan) untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, kreatif,
dan benar dalam berbagai tipe teks tulis (fiksi dan
nonfiksi) berbahasa Cirebon sesuai kaidah bahasa dan
norma budaya Cirebon.
- Peserta didik mampu menyajikan tulisan berbahasa
Cirebon sesuai kaidah dan konteks dalam media tulis,
media cetak, atau media digital untuk tujuan tertentu
sesuai kaidah bahasa dan norma budaya Cirebon .
- Peserta didik mampu mengalihwacanakan dan
mengkreasi satu teks ke teks lainnya dengan aksara
Cirebon atau bahasa yang berbeda sesuai kaidah dan
konteks dalam media cetak atau elektronik untuk
berbagai tujuan.

6. Fase F (Kelas XI dan XII SMA/SMK/MA)


Pada akhir fase E, peserta didik secara umum memiliki kemampuan berbahasa
Cirebon untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial-budaya,
dan akademis. Peserta didik mampu memahami, mengolah, menginterpretasi, dan
mengevaluasi informasi atau pesan (gagasan, pikiran, dan kehendak) dari berbagai tipe
teks berbahasa Cirebon tentang beragam topik.
Peserta didik mampu mengkreasi informasi atau pesan (gagasan, pikiran, dan
kehendak) untuk berbagai tujuan. Peserta didik mampu berbicara dengan bahasa Cirebon
dalam kehidupan sehari-hari dan melibatkan banyak orang. Peserta didik mampu menulis
berbagai teks berbahasa Cirebon untuk merefleksi dan mengaktualisasi diri dalam
berbagai media sesuai dengan kaidah bahasa dan norma budaya Cirebon .

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 34


Fase F (Kelas XI dan XII SMA/SMK/MA) Berdasarkan Elemen
Elemen Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu mengevaluasi dan mengkreasi
berbagai informasi (perasaan, gagasan, pikiran, dan
Menyimak (Mirengaken) kehendak) dengan berpikir logis dari menyimak tipe teks
(fiksi dan nonfiksi) berbahasa Cirebon dalam berbagai
bentuk (monolog, dialog, dan gelar wicara) serta
mengapresiasi dan menanggapinya.
Membaca dan Memirsa Peserta didik mampu mengevaluasi dan mengkreasi
(Maca lan Mirsani) berbagai informasi (perasaan, gagasan, pikiran, dan
kehendak) dan struktur tipe teks (fiksi dan nonfiksi)
- Peserta didik mampu menyajikan informasi atau pesan
Berbicara dan (gagasan, pikiran, atau perasaan) dan kreativitas dalam
Menyajikan bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara berbahasa
(Wiraos lan Cirebon secara logis, sistematis, kritis, kreatif, sesuai
Nyuguhaken) kaidah bahasa dan norma budaya Cirebon.
- Peserta didik mampu mengkaji dan mengkreasi teks
berbahasa Cirebon sesuai kaidah bahasa dan norma
budaya Cirebon serta menyajikan, mempertahankan, dan
menyimpulkannya dalam suatu percakapan atau diskusi.
- Peserta didik mampu menyajikan informasi atau pesan
(gagasan, pikiran, atau perasaan) dan kreativitas dengan
bahasa Cirebon dalam tipe teks tulis nonfiksi secara
benar, logis, kritis, kreatif, dan santun untuk tujuan
tertentu sesuai kaidah bahasa dan norma budaya Cirebon.
- Peserta didik mampu mendekonstruksikan atau
Menulis (Nyerat) memodifikasi karya sastra (fiksi) serta menyajikannya
dengan berbahasa Cirebon dalam berbagai media (tulis,
cetak, elektronik, atau media sosial) sesuai kaidah bahasa
dan norma budaya Cirebon.
- Peserta didik mampu menganalisis informasi faktual dan
menyajikannya secara logis, kritis, dan kreatif dalam tipe
teks tulis ilmiah berbahasa Cirebon untuk tujuan tertentu
sesuai kaidah bahasa dan norma budaya Cirebon .

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 35


LAMPIRAN 2

GARIS BESAR PEMBELAJARAN


DAN MATRIK RANCANGAN PEMETAAN MATERI BAHASA DAN SASTRA CIREBON

A. GARIS BESAR PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA CIREBON

Gambaran umum mengenai aspek materi ajar terwacanakan sebagaimana pada


Garis Besar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon di bawah ini.

Wacana

Paramasastra

Kasusastran

Seni Budaya

Bausastra

Kaweruh Basa

Undak Usuk Basa Cerbon

Aksara Daerah (Carakan Cerbon)

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 36


B. MATRIK RANCANGAN PEMETAAN MATERI BAHASA DAN SASTRA CIREBON

Demi membantu memperlanc kegiatan pembelajaran, berikut ini diwacanakan


Rancangan pemetaan materi Bahasa dan Sastra Cirebon. Secara umum pengalokasian
didasarkan karakter materi, konten materipada jenjang dan satuan Pendidikan.

SD SMP
No Materi Basa Cerbon
I II III IV V VI VII VIII IX
1 Bebasan (%) 10 20 30 40 50 60 70 80 90
2 Basa Padinan/Bagongan (%) 90 80 70 60 50 40 30 20 10
3 Vokal v
4 Konsonan v
5 Pola kalimat v v v v v v v v v
6 Ater-ater hanuswara: am, an, ang,
v v v v v v v
any
7 Ater-ater Tri Purusa: tak, ke,
v v v v
di/dipun
8 Ater-ater Lingga andahan: sa, pa, pi,
v v v
pra, ter, ka.
9 Seselan: in, um, el, er v v v v
10 Panambang: i, an, en, aken, a, ana, na,
v v v v v v v
ne, e, mu, ku
11 Tembung rangkep: dwi purwa, dwi
wasana, dwi lingga, dwi lingga salin v v v v v v
swara
12 Tembung camboran: Tembung
v v v v
camboran wutuh
13 Tembung camboran tugel v v v v
14 Tembung Wancahan v v v v
16 Tembung Andahan v v v v v v
17 Ukara Crita v v v v v v v
18 Ukara Tanggap v v v v v
19 Ukara Tanduk v v v v v
20 Ukara Prentah v v v v v
21 Ukara Pitakon v v v v v v v
22 Tembung padane v v v v v v
23 Tembung Lawane/walikane v v v v v v
Tembung siji beda arti (nunggal
v v v
misah)
KAWERUH BASA
24 Kaweruh Pancakaki v v v v v v v
25 Kaweruh Pegawean v v v v v v v v v
26 Kaweruh Kasenian v v v v v v
27 Kaweruh Perabot v v v v v v v v v
28 Aran sato kewan v v v v v v
29 Aran tetanduran v v v v
30 Aran woh-wohan v v v
31 Aran kekembangan v v v
32 Kramatika basa padinan-bebasan v v v v v v v v v
33 Candra basa v v v
34 Purwakanti v v v v v

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 37


35 Entar
36 Saroja v v v
37 Senepa v v v
38 Saloka
39 Gugontuwon v v v
40 Rura Basa v v
41 Kirata Basa V
42 Tembang dolanan v v v v v v
43 Tembang pepujian v v v v v v v
44 Parikan v v v v v v
45 Wangsalan v v v v
46 Guritan/puisi v v v v v v v v
47 Tembang Pupuh Mijil v v
48 Tembang pupuh kinanti v v
49 Tembang pupuh pangkur v
50 Tembang pupuh Sinom v v
51 Tembang pupuh dandanggula v
52 Tembang pupuh asmarandana
53 Tembang pupuh pucung v v v v v v
54 Tembang pupuh Durma
55 Tembang pupuh balabak
56 Tembang Maskumambang
57 Tembang pupuh juru demung
58 Tembang pupuh gambuh
59 Tembang pupuh megatruh
60 Tembang pupuh Wirangrong
61 Tembang pupuh girisa/gede
62 Drama v v v v v v
63 Dongeng v v v v v v v v v
64 Cerita Babad v v v v v
65 Crita cindek v v v v v v v
66 Riwayat v v v
67 Adi Cara Adat v v v v
68 Wawancara v v v v v v
69 Jawokan
70 Paribasan v v v v v
71 Sengkalan
72 Aksara Carakan v v v v v v
73 Huruf Pegon)* v v v

Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 38

Anda mungkin juga menyukai