A. Rasional
Bahasa Daerah Cirebon merupakan salah satu unsur dasar dan alamiah yang
dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia. Bahasa merupakan salah satu anugerah
yang sangat terkait erat pada manusia. Meskipun kita seakan tidak menyadari bahwa
karena sifatnya yang alamiah, maka tanpa bahasa umat manusia tidak akan mungkin
mempunyai peradaban. Bahasa yang melekat pada manusia itu berkorelasi dengan
budaya. Bahasa merupakan unsur budaya dan sekaligus menjadi wahana untuk
memelihara dan mengembangkan budaya. Bahasa dan budaya tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan sosial manusia.
Bahasa Cirebon merupakan perwujudan dari budaya Cirebon. Melalui bahasa
Cirebon inilah orang-orang Cirebon dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah
laku, tata krama, dan sekaligus membaurkan dirinya dengan lingkungan masyarakatnya.
Alam pemikiran masyarakat dan budaya Cirebon. Hal ini dapat dipahami karena Bahasa.
Oleh karena itu, bahasa daerah Cirebon adalah wadah yang paling tepat untuk
mengekspresikan kultur Cirebon.
Dalam kehidupan sosial orang Cirebon, bahasa Cirebon juga berfungsi sebagai alat
berpikir, interaksi sosial serta komunikasi. Baik yang berlangsung secara verbal maupun
nonverbal atau kombinasi antara keduanya. Komunikasi nonverbal berlangsung melalui
interaksi kinesik atau isyarat. Komunikasi verbal yang lazim disebut komunikasi bahasa,
baik melalui medium lisan (berbicara dan menyimak), melalui medium tulisan (membaca
dan menulis), maupun melalui audiovisual (memirsa dan menyajikan). Berbicara,
menulis, dan menyajikan sebagai keterampilan berbahasa produktif, sedangkan
menyimak, membaca, dan memirsa sebagai keterampilan berbahasa reseptif.
Kemampuan berbahasa Cirebon secara produktif dan reseptif melibatkan
kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir berkaitan dengan sikap positif terhadap
bahasa Cirebon dan pengetahuan tentang bahasa dan sastra Cirebon. Sebagai bagian dari
unsur kearifan lokal, Pembelajaran Bahasa Cirebon didasari akan nilai-nilai budaya lokal,
yang merupakan jati diri kultural bangsa.
Terkait dengan pelestarian bahasa daerah Cirebon melalui jalur Pendidikan, pada
rasional ini ada baiknya dideskripsikan perkembangan sebelumnya. Pada awalnya, tahun
1994 pembelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon diberlakukan berdasarkan Keputusan
Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat
Nomor 849/102/Kep/A/1994. Regulasi tersebut juga menghendaki adanya dua mata
pelajaran Muatan Lokal (Mulok) yakni; (1) Bahasa Cirebon , dan (2) Bahasa Cirebon.
B. Pemberlakuan Kurikulum
1. Kurikulum 2013
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon sebelumnya telah memiliki acuan,
dasar, dan regulasi tersendiri, Sebagaimana ketentuan dalam Kurikulum 2013,
terdapat tiga jenis kurikulum, yakni Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat
Daerah, dan Kurikulum Tingkat Sekolah (satuan pendidikan). Kurikulum Tingkat
Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional. Kurikulum Tingkat Daerah disusun
dan diberlakukan di daerah berdasarkan Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan
kebijakan daerah masing-masing. Sedangkan Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan
diberlakukan pada setiap jenjang sekolah.
Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, sesuai dengan kebijakan
kurikulum daerah provinsi Jawa Barat, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Cirebon
menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI dan KD) Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Cirebon. Didasarkan pada struktur Kurikulum Tingkat Nasional 2013, KI dan
KD Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah berdasarkan Surat Edaran Kepala Dinas
Provinsi Jawa Barat Nomor 423/2372/Set-disdik tertanggal 26 Maret 2013 tentang
Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA.
Penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Daerah didasari pula dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 14 Tahun 2014 tentang Revisi Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5
Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah. Selanjutnya
menetapkan bahasa daerah yang diajarkan pada jenjang-jenjang pendidikan dasar di
provinsi Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
2. Kurikulum Merdeka
Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon adalah mata pelajaran
muatan lokal yang berdiri sendiri. Ketetapan kebijakan ini sejalan dengan Keputusan
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No. 371/M/2021 tentang
Program Sekolah Penggerak dan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi No. 165/M/2021 tentang Program Sekolah Menengah Kejuruan Pusat
Keunggulan bahwa satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat
mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal bahasa daerah yang berdiri
sendiri sebagai bagian dari program intrakurikuler dengan beban belajar maksimum
72 JP per tahun atau 2 JP per minggu dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
karakteristik satuan pendidikan dan/atau daerah, kebutuhan peserta didik, dan dunia
kerja.
Bahasa Cirebon adalah bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat Cirebon,
sekaligus menjadi bahasa daerah. Sebagai bahasa ibu, bahasa Cirebon masih digunakan
oleh masyarakat penutur di Cirebon dan sekitarnya, perlu dipelihara sebagaimana
direkomendasikan oleh UNESCO tahun 1999 tentang Pemeliharaan Bahasa-bahasa Ibu
di Dunia.
Adapun secara konstitusional, dalam UUD 1945, Pasal 32 ayat 2 ditegaskan bahwa
“Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional.” Demikian pula sebagai bahasa Daerah, bahasa Cirebon masih dipelihara dan
digunakan oleh masyarakat Cirebon dan daerah-daerah lain di Provinsi Jawa Barat.
Pemeliharaan itu dibuktikan dengan adanya Perda No.14 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan
Aksara Daerah.
Selain itu, selaras pula dengan Peraturan Gubernur Nomor 173 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Karakter Jabar Masagi pada Satuan Pendidikan.
Atas dasar itulah, maka konten pembelajaran yang tertuang dalam mata pelajaran
bahasa Cirebon mengutamakan keunggulan daerah dan kearifan daerah dengan tetap
1. Dasar
Sebagaimana Keputusan Mendikbudristek No. 56 Tahun 2022 tentang Pedoman
Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran (Kurikulum Merdeka)
dan sejalan dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 173 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Karakter, maka penyusunan kurikulum mata pelajaran
muatan lokal Bahasa dan Sastra Cirebon perlu dilakukan sebagai penegasan terhadap
keberadaan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon yang menyesuaikan diri dengan
Kurikulum Merdeka.
2. Pengertian
Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon merupakan mata
pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan bahasa daerah Cirebon dan
proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk
membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan daerah
Cirebon.
Selanjutnya, muatan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon terdiri dari:
a. tata bahasa daerah Cirebon (paramasastra),
b. kesusastraan daerah Cirebon (kasusastran), dan
c. aksara carakan (hanacaraka).
Selain itu terdapat esensi kebahasaan yang harus dikuasai peserta didik dalam
berkomunikasi yang berkaitan dengan tata krama (anggah-ungguh), yakni terdiri dari
2 (dua) tingkatan berbahasa (undak-usuk), yakni:
a. tingkatan berbahasa ngoko/bagongan/padinan, yakni bahasa daerah Cirebon yang
lazim digunakan dalam keseharian, pergaulan secara akrab, atau bahasa pasar.
b. tingkatan berbahasa krama/bebasan, yakni bahasa daerah Cirebon yang lazim
digunakan dalam memandang strata kemasyarakatan, pergaulan secara santun atau
bahasa tinggi.
3. Pengembangan
Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon dikembangkan dengan
mengacu pada Capaian Pembelajaran. Pengembangan ini dilakukan Tim Pengembang
Kurikulum Bahasa dan Sastra Cirebon tingkat Kabupaten Cirebon. Pengembangan
disesuaikan dengan materi dan esensi Bahasa dan Sastra Cirebon sebagai mata
pelajaran muatan lokal pada satuan pendidikan di Kabupaten Cirebon. Berpatokan
2. Pengertian
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria minimal tentang kesatuan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang menunjukkan capaian kemampuan Peserta Didik
dari hasil pembelajarannya pada akhir Jenjang Pendidikan. Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) digunakan sebagai acuan utama untuk pengembangan Standar Nasional
Pendidikan, yakni:
• Standar Isi
• Standar Proses
• Standar Penilaian Pendidikan
• Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
• Standar Sarana dan Prasarana
• Standar Pengelolaan
• Standar Pembiayaan
Ruang Lingkup Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi
kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan
masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
C. Standar Isi
1. Dasar
Permendikbudriset No. 7 Tahun 2022 tentang Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia
Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah. Dengan adanya
Permendikbudriset tersebut, maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
2. Pengertian
Standar Isi adalah kriteria minimal yang mencakup ruang lingkup materi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Muatan wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan merupakan
muatan wajib yang dimuat dalam kurikulum Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah yang meliputi:
a. pendidikan agama;
b. pendidikan Pancasila;
c. pendidikan kewarganegaraan;
d. bahasa;
e. matematika
f. ilmu pengetahuan alam;
g. ilmu pengetahuan sosial;
Kurikulum Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra Cirebon 19
h. seni dan budaya;
i. pendidikan jasmani dan olahraga;
j. keterampilan/kejuruan; dan
k. muatan lokal.
3. Pengembangan
Standar Isi dikembangkan melalui perumusan ruang lingkup materi yang sesuai
dengan kompetensi lulusan sebagai merupakan bahan kajian dalam muatan
pembelajaran. Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional
dalam domain sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh
karena itu, Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan
tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada
Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang
ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan
karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat
kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik,
kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang.
2. Pengertian
Capaian pembelajaran (learning outcomes) adalah suatu ungkapan tujuan
pendidikan, yang merupakan suatu pernyataan tentang apa yang diharapkan diketahui,
dipahami, dan dapat dikerjakan oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu
periode belajar.
Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran yang harus
dicapai murid pada setiap fase perkembangan, yang dimulai dari fase Fondasi pada
PAUD. Capaian Pembelajaran mencakup sekumpulan kompetensi dan lingkup materi,
yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi. Capaian pembelajaran
B. Fungsi
Capaian Pembelajaran (CP) berfungsi sebagai acuan bagi guru-guru di sekolah dalam
menyusun kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Cirebon sehingga segi-segi
pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Cirebon
dapat terprogram secara terpadu. Capaian Pembelajaran ini disusun dengan
mempertimbangkan kedudukan bahasa Cirebon sebagai bahasa daerah dan sastra
Cirebon sebagai sastra Nusantara.
Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran Bahasa Cirebon sebagai
(1) sarana pembinaan sosial budaya regional Jawa Barat, (2) sarana peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian dan pengembangan
budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana pembakuan dan
penyebarluasan pemakaian bahasa Cirebon untuk berbagai keperluan, (5) sarana
pengembangan penalaran, serta (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya daerah
(Cirebon).
C. Tujuan
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Capaian pembelajaran (learning outcomes)
adalah suatu ungkapan tujuan pendidikan, sebagai suatu pernyataan tentang apa yang
diharapkan diketahui, dipahami, dan dapat dikerjakan oleh peserta didik setelah
menyelesaikan suatu periode belajar. Sekait dengan pembelajaran kearifan lokal,dDengan
memperhatikan pertimbangan itu berkonsekuensi pada tujuan pembelajaran bahasa dan
sastra Cirebon, maka secara umum agar murid mencapai tujuan-tujuan belajar sebagai
berikut.
a. Murid beroleh pengalaman berbahasa dan bersastra Cirebon.
b. Murid menghargai dan membanggakan bahasa Cirebon sebagai bahasa daerah di
Jawa Barat, yang juga merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakatnya.
c. Murid memahami bahasa Cirebon dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta
mampu menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks (tujuan,
keperluan, dan keadaan).
Level 6. Menciptakan
Menciptakan, yaitu merangkaikan berbagai elemen menjadi satu hal baru yang
utuh, melalui proses pencarian ide, evaluasi terhadap hal/ide/benda yang ada
sehingga kreasi yang diciptakan menjadi salah satu solusi terhadap masalah yang
ada. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan memberikan nilai tambah
terhadap suatu produk yang sudah ada.
Adapun Capaian Pembelajaran (CP) Bahasa dan Sastra Cirebon secara lengkap
untuk masing-masing jenjang satuan Pendidikan dapat dicermati sebagaimana matrik
pada lampiran di bawah ini;
CAPAIAN PEMBELAJARAN
KEARIFAN LOKAL
BAHASA DAN SASTRA CIREBON
Pada akhir fase E, peserta didik secara umum memiliki kemampuan berbahasa
Cirebon untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan dan konteks
sosialbudaya. Peserta didik mampu memahami, mengolah, menginterpretasi, dan
mengevaluasi informasi dari berbagai tipe teks berbahasa Cirebon tentang beragam topik.
Peserta didik mampu menyintesis informasi atau pesan (gagasan, pikiran, dan kehendak)
dari berbagai sumber.
Peserta didik mampu berbicara dengan bahasa Cirebon sesuai kaidah komunikasi
dan kesantunan dalam bentuk monolog, dialog, dan diskusi. Peserta didik mampu menulis
berbagai teks (fiksi dan nonfiksi) berbahasa Cirebon untuk menyampaikan,
mempresentasikan, dan menanggapi informasi atau pesan (gagasan, pikiran, dan
kehendak). Peserta didik mampu membaca, menulis, dan mengkreasikan beragam teks
yang menggunakan aksara Carakan.
Wacana
Paramasastra
Kasusastran
Seni Budaya
Bausastra
Kaweruh Basa
SD SMP
No Materi Basa Cerbon
I II III IV V VI VII VIII IX
1 Bebasan (%) 10 20 30 40 50 60 70 80 90
2 Basa Padinan/Bagongan (%) 90 80 70 60 50 40 30 20 10
3 Vokal v
4 Konsonan v
5 Pola kalimat v v v v v v v v v
6 Ater-ater hanuswara: am, an, ang,
v v v v v v v
any
7 Ater-ater Tri Purusa: tak, ke,
v v v v
di/dipun
8 Ater-ater Lingga andahan: sa, pa, pi,
v v v
pra, ter, ka.
9 Seselan: in, um, el, er v v v v
10 Panambang: i, an, en, aken, a, ana, na,
v v v v v v v
ne, e, mu, ku
11 Tembung rangkep: dwi purwa, dwi
wasana, dwi lingga, dwi lingga salin v v v v v v
swara
12 Tembung camboran: Tembung
v v v v
camboran wutuh
13 Tembung camboran tugel v v v v
14 Tembung Wancahan v v v v
16 Tembung Andahan v v v v v v
17 Ukara Crita v v v v v v v
18 Ukara Tanggap v v v v v
19 Ukara Tanduk v v v v v
20 Ukara Prentah v v v v v
21 Ukara Pitakon v v v v v v v
22 Tembung padane v v v v v v
23 Tembung Lawane/walikane v v v v v v
Tembung siji beda arti (nunggal
v v v
misah)
KAWERUH BASA
24 Kaweruh Pancakaki v v v v v v v
25 Kaweruh Pegawean v v v v v v v v v
26 Kaweruh Kasenian v v v v v v
27 Kaweruh Perabot v v v v v v v v v
28 Aran sato kewan v v v v v v
29 Aran tetanduran v v v v
30 Aran woh-wohan v v v
31 Aran kekembangan v v v
32 Kramatika basa padinan-bebasan v v v v v v v v v
33 Candra basa v v v
34 Purwakanti v v v v v