Anda di halaman 1dari 100

DRAFT 2

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


MUATAN LOKAL

MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013
REVISI 2017
JENJANG SMP/MTs
SUSUNAN TIM PENGEMBANG
KURIKULUM TINGKAT DAERAH MUATAN LOKAL
MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA
BERDASARKAN KURIKULUM 2013 REVISI 2017

Penanggung Jawab
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Dr. Ir. Ahmad Hadadi, M.Si.

Pengarah
Kepala Balai Pengembangan Bahasa dan Kesenian Daerah
Drs. H. Husen R. Hasan, M.Pd.

Tenaga Ahli
Prof. Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Hum. (UPI)
Dr. H. Dingding Haerudin, M.Pd. (UPI)
Rina Heryani, S.Pd., M.Pd.

Tim Pengembang Kurikulum Muatan Lokal


Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Tim Pengembang Kurikulum Jenjang SD/MI


Ida Widaningsih, S.Pd., M.M.
Nita Rosyana, S.Pd., M.M.Pd.
Sri Asdianwati, S.Pd., M.Pd.

Tim Pengembang Kurikulum Jenjang SMP/MTs


Susi Budiwati, S.Pd., M.Pd.
Elah, S.Pd., M.Pd.
Uus Rustandi, S.Pd., M.Pd.

Tim Pengembang Kurikulum Jenjang SMA/MA


Darpan, S.Pd., M.Pd.
Dra. Hermin Ruliati
Ivan Adzam Wahyudin, S.Pd.

Tim Pengembang Kurikulum Jenjang SMK/MAK


Drs. Moch. Ridwan Iskandar, M.Pd.
Rani Rabiussani, S.Pd.
Ilah Nurlelah, S.Pd.

Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat


Nomor : 819/8653-Setdisdik
Tanggal : 20 Pebruari 2017
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MUATAN LOKAL

MATA PELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA SUNDA


BERBASIS KURIKULUM 2013
REVISI 2017
JENJANG SMP/MTS

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN
2017
vi
S AMBUTAN

KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Balai Pengembangan Bahasa dan Kesenian Daerah Dinas Pendidikan Provinsi


Jawa Barat sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, sejak tahun 2003 sudah
mengadakan pemantauan terhadap kurikulum yang dikembangkan oleh pemerintah
pusat, khususnya yang berkaitan dengan (1) struktur kurikulum, (2) bahan ajar,
(3) sarana dan sumber belajar, dan (4) pelaksanaan pengajaran. Sejalan dengan
keluarnya Kurikulum 2013 terdapat tiga jenis kurikulum, yakni Kurikulum Tingkat
Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan Kurikulum Tingkat Sekolah. Kurikulum
Tingkat Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional. Kurikulum Tingkat
Daerah disusun dan diberlakukan di daerah berdasarkan Kurikulum Tingkat Nasional
sesuai dengan kebijakan daerah masing-masing. Sementara, Kurikulum Tingkat
Sekolah disusun dan diberlakukan pada setiap jenjang sekolah.
Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD)
Mata Pelajaran Bahasa Sunda. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda ini dikeluarkan sebagai arahan atau pedoman
bagi guru dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Isinya memuat kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD), yang harus disusun
dan dikembangkan lagi oleh guru dan sekolah menjadi kurikulum yang berisi KI,
KD, indikator, pengalaman belajar, lingkup materi, dan jenis evaluasi. Penyusunan
kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan dan kondisi setempat.
Masih berhubungan dengan keadaan setempat yang berbeda satu dengan
lainnya, perlu dipertimbangkan pengelompokan keadaan (kategorisasi lokal), baik
di wilayah pemakaian bahasa Sunda maupun wilayah yang memiliki dialek bahasa
Sunda atau bahasa daerah lain seperti Melayu-Betawi di daerah Depok dan Bekasi
serta Bahasa Cirebon di wilayah Cirebon dan Indramayu. Bahasa-bahasa tersebut
termasuk bahasa daerah yang hidup di Provinsi Jawa Barat sesuai dengan Peraturan
Daerah Jawa Barat No. 14/2014 tentang Pelestarian Bahasa, Sastra, dan Aksara
Daerah yang sebelumnya adalah sebagai Kurikulum Tingkat Daerah Muatan Lokal

vii
yang mengacu pada Kurikulum Nasional, KIKD Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Sunda berbasis Kurikulum 2013 dilakukan revisi pada tahun 2017. Revisi tersebut
berkaitan dengan perumusan KD dan pemetaan materi ajar bahasa daerah
mempertimbangkan keragaman lokalitas dan mewadahi fenomena kebahasaan dan
pola komunikasi yang berkembang di lingkungan masyarakat.
Revisi Kurikulum ini dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat,
yang untuk kepentingan regional Jawa Barat disusun berdasarkan Peraturan
Gubernur Jawa Barat Nomor 69 Tahun 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal
Bahasa dan Sastra Daerah pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah di Jawa
Barat, dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor
819/8653-Setdisdik tanggal 20 Pebruari 2017 tentang Tim Pengembang Kurikulum
Mulok Bahasa dan Sastra Sunda.
Terima kasih kepada Tim Ahli dan Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Jenjang
SD, SMP, dan SMA/SMK Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat, yang telah berkenan melakukan revisi Kurikulum Muatan Lokal
Mata Pelajaran Bahasa Sunda berbasis Kurikulum 2013. Semoga semua ini dapat
dirasakan manfaatnya oleh dunia pendidikan di Jawa Barat.

Bandung, Maret 2017


Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat,

Dr. Ir. H. Ahmad Hadadi, M.Si.


Pembina Utama Madya
NIP. 19611231 198730 1042

viii
K ATA PENGANTAR

KEPALA BALAI
PENGEMBANGAN BAHASA DAN KESENIAN DAERAH
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah di sekolah-sekolah yang awalnya


menggunakan Kurikulum 2006, mulai tahun 2013 menggunakan Kurikulum Mulok
yang baru, terutama di sekolah-sekolah yang menjadi percontohan. Kurikulum
Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah yang mengacu pada
Kurikulum 2013 ini terdiri atas Struktur Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
(KIKD) serta Silabusnya.
Seperti diketahui, implementasi Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah hingga
saat ini sangat dinamis. Berbagai revisi dan perubahan terjadi hampir setiap tahun,
terutama menyangkut berbagai perangkat implementasinya di lapangan. Tahun
2017, revisi bahkan menyangkut struktur inti kurikulum dengan adanya perubahan
pada tataran KIKD dan landasan konseptualnya. Sedikitnya ada empat Peraturan
Mentri (Permen) Pendidikan dan Kebudayaan dikeluarkan untuk mengganti Permen
lama berkaitan dengan revisi Kurikulum. Antara lain Permendikbud No. 20 tahun 2016
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan menengah, Permendikbud No.
21 tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud
No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan dan Dasar dan Menengah,
dan Permendikbud No. 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Melihat dinamika
yang terjadi pada Kurikulum 2013 tersebut, sudah seharusnya pula Kurikulum
Mulok Bahasa dan Sastra Daerah menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
tersebut.
Di samping itu, implementasi Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Daerah sendiri menemui beberapa masalah, antara lain ditemukan
pada struktur isi kurikulum yang masih dianggap kompleks dan sulit untuk
diimplementasikan. Kurikulum Bahasa dan Sastra Daerah juga mengidentifikasi
tujuan yang tidak sesuai di setiap jenjang pendidikan, serta belum menggambarkan
skala prioritas apa yang ingin dicapai dari hasil pengajaran, karena masih ditemukan
materi pelajaran yang bertumpuk dan berulang-ulang.

ix
Kendala lain yang juga sering disuarakan oleh masyarakat dan para guru
adalah tidak meratanya kurikulum diberlakukan di setiap satuan pendidikan karena
berbagai hal, kendati Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Daerah telah ditetapkan penggunaannya melalui Peraturan Gubernur. Kritik juga
muncul dari masyarakat berkaitan dengan kekeliruan bahan ajar dan karakter
Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah yang cenderung
terlalu meniru struktur kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Berkaitan dengan masalah-masalah tersebut, perlu adanya upaya untuk
merevisi dan mengembangkan kembali Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Daerah untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Namun
sebelum revisi dilakukan, diperlukan landasan konseptual yang jelas menyangkut
apa saja yang harus menjadi pertimbangan tim review. Diperlukan pokok-pokok
pikiran yang jelas untuk nanti digunakan oleh Tim Pengembang Kurikulum Muatan
Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah sebagai landasan bekerja.
Buku ini merupakan dokumen kurikulum tingkat daerah Provinsi Jawa Barat
yaitu Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda Berbasis
Kurikulum 2013 yang telah direvisi. Dokumen kurikulum diharapkan dapat dijadikan
pedoman pembelajaran muatan lokal bahasa dan sastra Sunda pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah di Jawa Barat, terhitung mulai tahun pelajaran
2017/2018.
Semoga buku ini bermanfaat dan membawa perbaikan dalam pembinaan,
pengembangan dan pelestarian bahasa dan sastra daerah melalui jalur pendidikan
di Jawa Barat.

Bandung, Maret 2017


Kepala Balai
Pengembangan Bahasa dan Kesenian Daerah,

Drs. H. Husen R. Hasan, M.Pd.


Pembina Tk. I
NIP. 196110051986031014

x
D AFTAR ISI

SAMBUTAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN


PROVINSI JAWA BARAT ................................................................... vii

KATA PENGANTAR KEPALA BALAI PENGEMBANGAN


BAHASA DAN KESENIAN DAERAH DINAS PENDIDIKAN
PROVINSI JAWA BARAT ................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................ xi

BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH..................... 1


A. Rasional ................................................................................. 2
B. Struktur Kurikulum Muatan Lokal................................................... 6
C. Perbaikan Kurikulum Tingkat Daerah Berbasis Kurikulum 2013 .... 10
D. Kekhasan Kurikulum Tingkat Daerah............................................. 20
E. Keragaman Lokalitas dan Bahasa Pengantar Pembelajaran......... 21
F. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar....................................... 23

BAB II: KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR (KIKD)


MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA......... 31
A. Rasional ....................................................................................... 32
B. Pengertian..................................................................................... 33
C. Fungsi .......................................................................................... 33
D. Tujuan........................................................................................... 33
E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Sunda Jenjang SMP/MTs............................................. 34

LAMPIRAN-LAMPIRAN:
Lampiran 1: SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA
SUNDA SMP/MTs............................................................ 42
A. Pengertian SIlabus........................................................................ 42
B. Komponen Silabus......................................................................... 42

xi
C. Pengembangan Silabus................................................................. 43
D. Kompetensi Dasar, Materi Pembelajaran, dan Kegiatan
Pembelajaran................................................................................ 45

Lampiran 2: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH
TSANAWIYAH (SMP/MTs) MATA PELAJARAN BAHASA
DAN SASTRA SUNDA...................................................... 69
A. Batasan ........................................................................................ 69
B. Komponen RPP............................................................................. 69
C. Prinsip Penyusunan RPP............................................................... 70
D. Langkah Penyusunan RPP............................................................ 71

xii
BAB I

STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH


A. RASIONAL
Sejalan dengan keluarnya Kurikulum 2013 terdapat tiga jenis kurikulum,
yakni Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan Kurikulum
Tingkat Sekolah. Kurikulum Tingkat Nasional disusun dan diberlakukan
secara nasional. Kurikulum Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di
daerah berdasarkan Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan kebijakan
daerah masing-masing. Sementara, Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan
diberlakukan pada setiap jenjang sekolah.
Kurikulum 2013 merupakan Kurikulum Tingkat Nasional telah
mengalami revisi sehingga disebut Kurikulum 2013 edisi revisi. Kurikulum
Tingkat Daerah pun turut mengalami perbaikan sehingga disebut Kurikulum
Tingkat Daerah Muatan Lokal berbasis Kurikulum 2013 revisi 2017. Revisi
ini dilakukan berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 20, 21, 22, dan 23 Tahun 2016.
Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan sebagai acuan utama
pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan,stan­
dar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, dan standar pembiayaan. Dengan diberlakukanya Peraturan
Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar
dan Menengah  memuat tentang  Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti 
sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Kompetensi Inti meliputi
sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. Ruang lingkup
materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran dirumuskan berdasarkan
Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk mencapai kompetensi lulusan
minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dengan diberlakukannya
Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
64 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran
pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan menengah untuk

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


2 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
mencapai kompetensi lulusan. Dengan diberlakukanya  Peraturan Menteri ini,
maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 Tentang
Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidik-
an yang merupakan kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip,
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik
yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik
pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dengan diberlakukannya
Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD)
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah. Selain disesuaikan dan didasarkan
pada struktur Kurikulum Tingkat Nasional 2013, KIKD Mata Pelajaran Bahasa
Sunda didasarkan pada Surat Edaran Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat Nomor
423/2372/Set-disdik tertanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan
Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA/MAK.
Penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah didasari pula oleh Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat No. 14 Tahun 2014 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra,
dan Aksara Daerah, yang menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa
Sunda, diajarkan pada pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut
sejalan dengan jiwa UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah dan UU
No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bersumber dari UUD
1945 yang menyangkut Pendidikan dan Kebudayaan. Sejalan pula dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan
bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./ SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/
MAK diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan dan Rekomendasi
UNESCO tahun 1999 tentang “Pemeliharaan Bahasa-Bahasa Ibu di Dunia”.
Hal tersebut sejalan pula dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang

BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH


3
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, di antaranya menyatakan bahwa: Bahasa
Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara terintegrasi dengan
mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah
apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan
dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan
pendidikan tersebut. Hal ini diperkuat dengan Permendikbud Nomor 79 tahun
2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013, Pasal 9 dan Pasal 10, bahwa
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dapat mengembangkan muatan
lokal.
Bahasa Sunda, bahasa Cirebon, dan bahasa Melayu Betawi berkedu­
dukan sebagai bahasa daerah, yang juga merupakan bahasa ibu bagi masya­
rakat Jawa Barat di wilayah tertentu. Bahasa daerah juga menjadi bahasa
pengantar pembelajaran di kelas-kelas awal SD/MI. Melalui pembelajaran
bahasa daerah diperkenalkan kearifan lokal sebagai landasan etnopedagogis.
Berdasarkan kenyataan tersebut, bahasa daerah sebagai salah satu
khasanah dalam kebhinnekatunggalikaan budaya Nusantara akan menjadi
landasan bagi pendidikan karakter dan moral bangsa. Oleh karena itu, bahasa
daerah harus diperkenalkan di Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Athfal
(RA) dan diajarkan di sekolah-sekolah mulai Sekolah Dasar (SD)/Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah
(MTs), sampai Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)/Madrasah Aliah (MA)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Untuk
kepentingan itu, telah disusun dan direvisi Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar sesuai dengan satuan pendidikan tersebut.
Pembelajaran bahasa dan sastra daerah diharapkan membantu
peserta didik mengenal dirinya dan budayanya, mengemukakan gagasan dan
perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat Jawa Barat, dan menemukan serta
menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa dan sastra daerah diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa daerah dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap budaya dan hasil karya sastra daerah.
Kompetensi Inti dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah yang
memiliki kesamaan dengan kompetensi inti mata pelajaran lainnya merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan pengu-

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


4 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
asaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
bahasa dan sastra daerah. Kompetensi Inti ini menjadi dasar bagi peserta didik
untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, dan nasional. Secara
substansial terdapat empat Kompetensi Inti yang sejalan dengan pembentukan
kualitas insan yang unggul, yakni (1) sikap keagamaan (beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa) untuk menghasilkan manusia yang pengkuh
agamana (spiritual quotient), (2) sikap kemasyarakatan (berakhlak mulia)
untuk menghasilkan manusia yang jembar budayana (emotional quotient),
(3) menguasai pengetahuan, teknologi, dan seni (berilmu dan cakap) untuk
menghasilkan manusia yang luhung élmuna (intellectual quotient), dan (4)
memiliki keterampilan (kreatif dan mandiri) untuk menghasilkan manusia
yang rancagé gawéna (actional quotient).
Keempat Kompetensi Inti tersebut merupakan pengejawantahan dari
tujuan pendidikan nasional (Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 3), yakni “untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Daerah ini, selaras dengan alasan pengembangan kurikulum
2013, diharapkan peserta didik memiliki:
1. kemampuan berkomunikasi;
2. kemampuan berpikir jernih dan kritis;
3. kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan;
4. kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab;
5. kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan
yang berbeda;
6. kemampuan hidup dalam maysrakat yang mengglobal;
7. minat yang luas dalam kehidupan;
8. kesiapan untuk bekerja;
9. kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya; dan
10. rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.

BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH


5
B. STRUKTUR KURIKULUM MUATAN LOKAL
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indo-
nesia Nomor 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA dinyatakan bahwa bahasa daerah sebagai muatan lokal
dapat diajarkan secara terintegrasi dengan mata pelajaran Seni Budaya dan
Prakarya atau diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk
memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per
minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut.
Dasar pendidikan muatan lokal adalah Permendikbud Nomor 79 tahun
2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013. Dalam peraturan itu yang
dimaksud dengan muatan lokal adalah bahan kajian atau mata pelajaran
pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang
potensi dan keunikan lokal untuk membentuk pemahaman peserta didik
terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya. Muatan lokal
dikembangkan atas prinsip: (1) kesesuaian dengan perkembangan peserta
didik; (2) keutuhan kompetensi; (3) fleksibilitas jenis, bentuk, dan pengaturan
waktu penyelenggaraan; dan (4) kebermanfaatan untuk kepentingan nasional
dalam menghadapi tantangan global.
Pendidikan Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah
merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran
yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan melalui
pemerintah daerah, dalam hal ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui
Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Kewenangan pemerintah daerah untuk mengembangkan bahasa
daerah diperkuat oleh UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa
dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Pasal 42 Ayat (1) dan Ayat
(2) berbunyi sebagai berikut.
(1) Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi
bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya
dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman
dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


6 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
(2) Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan
oleh pemerintah daerah di bawah koordinasi lembaga kebahasaan.
Mengingat kewenangan pemerintah daerah dalam mengembangkan
dan membina bahasa daerah, adanya kebijakan kurikulum tingkat daerah,
dan keberagaman pemerintah daerah dalam menetapkan konten muatan
lokal maka untuk Kurikulum 2013 ditetapkan Pendidikan Bahasa Daerah
tetap menjadi wewenang pemerintah daerah. Kurikulum 2013 menyediakan
muatan lokal untuk Pendidikan Bahasa Daerah dan Pendidikan Seni Budaya.
Berkaitan dengan bunyi undang-undang tersebut, maka Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda termasuk mata pelajaran muatan lokal di wilayah
Provinsi Jawa Barat. Kedudukannya dalam proses pendidikan sama dengan
kelompok mata pelajaran inti dan pengembangan diri. Oleh karena itu, Mata
Pelajaran Bahasa Sunda juga diujikan dan nilainya wajib dicantumkan dalam
buku rapor.
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan Surat Keputusan
No. 423/2372/Set-disdik tanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran
Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/
MA). Kedudukan Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah dalam Struktur
Kurikulum Nasional adalah sebagai berikut.

Tabel 1: Struktur Kurikulum Tingkat Daerah Jenjang SD/MI


Jumlah Jam Pelajaran Tiap Kelas
No. Komponen
I II III IV V VI
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4
Pendidikan Pancasila dan
2. 6 6 6 4 4 4
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 8 8 10 7 7 7
4. Matematika 5 6 6 6 6 6
5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3
6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3
Kelompok B
7. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 5 5 5
Pendidikan Jasamani, Olahraga, dan
8. 4 4 4 4 4 4
Kesehatan
9. Bahasa dan Sastra Daerah 2 2 2 2 2 2
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 32 34 36 38 38 38

BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH


7
Tabel 2: Struktur Kurikulum Tingkat Daerah Jenjang SMP/MTs.
Jumlah Jam Pelajaran Tiap Kelas
No. Komponen
VI VIII IX
Kelompok A
1. Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan 3 3 3
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
4. Matematika 5 5 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
7. Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B
8. Seni Budaya 3 3 3
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 3 3 3
10. Prakarya 2 2 2
11. Bahasa dan Sastra Daerah 2 2 2
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 40 40 40

Tabel 3: Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah


Kelompok Mata Pelajaran Wajib

Jumlah Jam Pelajaran Tiap Kelas


No. Komponen
X XI XII
Kelompok A (Wajib)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan 2 2 E
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7. Seni Budaya 2 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 3 3 3
10. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
11. Bahasa dan Sastra Daerah 2 2 2
Jumlah Jampel A & B per Minggu 26 26 26
Kelompok C (Peminataan)
Mata pelajaran peminatan Akademik (untuk SMA/MA) 18 20 20
Jumlah Jampel yang harus ditempuh per minggu 44 46 46

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


8 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
Tabel 4: Struktur Kurikulum SMA/MA
KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
Kelompok A dan B (Wajib) 26 26 26
C. Kelompok Peminatan
I Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam
1. Matematika 3 4 4
2. Biologi 3 4 4
3. Fisika 3 4 4
4. Kimia 3 4 4
II. Peminatan Ilmu-ilmu Sosial
1. Geografi 3 4 4
2. Sejarah 3 4 4
3. Sosiologi dan Antropologi 3 4 4
4. Ekonomi 3 4 4
III Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya
1. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4
2. Bahasa dan Sastra Daerah 3 4 4
3. Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4
4. Bahasa dan Sastra Asing Lainnya 3 4 4
5. Antropologi 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat 6 4 4
Jumlah Pelajaran yang tersedia per minggu 71 82 82
Jumlah Jampel yang harus ditempuh per minggu 44 46 46

Tabel 5: Struktur Kurikulum SMK/MAK


ALOKASI WAKTU
PER MINGGU
MATA PELAJARAN
X XI XII
Kelompok A (Wajib)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7. Seni Budaya 2 2 2
8. Bahasa dan Sastra Daerah 2 2 2
9. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 3 3 3
10. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu 26 26 26
Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK/MAK) 24 24 24
JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 50 50 50

BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH


9
C. PERBAIKAN KURIKULUM TINGKAT DAERAH
BERBASIS KURIKULUM 2013
Dengan adanya revisi Kurikulum 2013 pada tingkat nasional, Kurikulum
Tingkat Daerah Muatan Lokal pun mengalami perubahan. Nama kurikulum
tidak berubah menjadi kurikulum nasional, tapi tetap Kurikulum 2013 Edisi
Revisi yang berlaku secara nasional. Perubahan tersebut didasarkan pada
empat Permendikbud, yakni Permendikbud No. 20 tentang Standar Kompe-
tensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud No. 21 Tahun
2016 tentang Standar Isi, Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses, dan Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.
Meskipun ada revisi, struktur matapelajaran dan lama belajar di
sekolah tidak diubah. Poin utama revisi Kurikulum 2013 adalah meningkatkan
hubungan atau keterkaitan antara Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD). Jika diintisarikan, terdapat lima poin penting revisi Kurikulum 2013.
1. Peningkatan hubungan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Kompetensi Inti 1 (Aspek Spiritual) dan Kompetensi Inti 2 (Aspek Sosial)
tidak lagi dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar
hanya dijabarkan dari Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) dan Kompetensi
Inti 4 (Keterampilan).
a) Penomoran KI dan KD tidak lagi ditandai dengan jenjang pendidikan
(kelas), tetapi sesuai dengan nomor urutan KI. Nomor KI sebanyak
satu digit angka (KI 3), sedangkan nomor KD sebanyak dua digit
angka (KD 3.1).
b) Dalam rumusan KD lama yang awalnya hanya menggambarkan
materi kesastraan saja, pada rumusan KD baru ditambahkan unsur-
unsur kebahasaan. Hal ini menunjukkan bahwa belajar bahasa daerah
dilaksanakan melalui sastra daerah.
c) Perumusan KD yang awalnya terlalu spesifik dan operasioal,
kemudian pada edisi revisi diubah menjadi rumusan yang lebih umum
agar tidak menyulitkan pendidik dalam menyusun indikator.
d) Rumusan KD pada jenjang SD/MI disesuaikan dengan materi pokok
dan tema nasional. Untuk beberapa tema KD disesuaikan dengan
tema kedaerahan.
e) Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar
jenjang pendidikan memperhatikan: (1) perkembangan psikologis

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


10 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
anak; (2) lingkup dan kedalaman; (3) kesinambungan; (4) fungsi
satuan pendidikan; dan (5) lingkungan, dengan mempertimbangkan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan berbahasa dan bersastra
daerah secara gradual sesuai dengan jenjang pendidikan.
f) Pemetaan materi ajar bahasa daerah mempertimbangkan keragaman
lokalitas dan mewadahi fenomena kebahasaan dan pola komunikasi
yang berkembang di lingkungan masyarakat.
2. Proses berpikir siswa tidak lagi dibatasi. Pada kurikulum yang lama,
berlaku sistem pembatasan, yaitu anak SD sampai memahami, SMP
menganalisis, dan SMA mencipta. Pada kurikulum hasil revisi ini, anak
SD boleh berpikir sampai tahap penciptaan. Tentunya dengan kadar
penciptaan yang sesuai dengan usianya.
3. Penggunaan metode pembelajaran aktif. Guru berperan menjadi
fasilitator pembelajaran yang membuat siswa menyenangi kegiatan
belajar-mengajar. Pendekatan Saintifik 5M (Mengamati, Menanya,
Mengumpulkan Informasi, Mengasosiasikan/Mengolah Informasi,
Mengomunikasikan) bukanlah satu-satunya yang dapat diacu menjadi
pendekatan saat mengajar. Apabila digunakan, maka susunan 5M itu tidak
harus berurutan. Pemilihan model pembelajaran tematik dan/atau tematik
terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri (inquiry) dan penyingkapan
(discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karak-
teristik kompetensi dan jenjang pendidikan. Untuk pembelajaran bahasa,
sebaiknya dioptimalkan penggunaan pendekatan integratif dari pedagogi
genre, saintifik, jeung CLIL (Content and Language Integrated Learning).
4. Dalam Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2016 dinyatakan,
dari hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kurikulum 2013
pada 2014 menunjukkan bahwa salah satu kesulitan pendidik dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013 adalah dalam melaksanakan
penilaian. Sekitar 60% responden pendidik menyatakan bahwa mereka
belum dapat merancang, melaksanakan, mengolah, melaporkan, dan
memanfaatkan hasil penilaian dengan baik. Kesulitan utama yang
dihadapi pendidik antara lain dalam merumuskan indikator, menyusun
butir-butir instrumen, dan melaksanakan penilaian sikap dengan berbagai
macam teknik. Selain itu, banyak di antara pendidik yang kurang
percaya diri dalam melaksanakan penilaian keterampilan. Mereka belum
BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH
11
sepenuhnya memahami bagaimana menyusun instrumen dan rubrik
penilaian keterampilan. Perilaku sikap yang tergolong kurang, sebaiknya
dilakukan sesegera mungkin setelah perilaku diamati. Penilaian meliputi
penilaian sikap, penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan.
Berikut ini penilaian berdasarkan Panduan Penilaian oleh Pendidik
dan Satuan Pendidikan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Republik
Indonesia Tahun 2016, yang sesuai dengan Permendikbud No. 23 Tahun
2016 tentang Penilaian.

1. Penilaian Sikap

Penilaian sikap yang dilakukan pendidik kepada peserta didik seperti


pada skema yang terdapat dalam Panduan Penilaian oleh Pendidik dan
Satuan Pendidikan berikut ini.
Dilaksanakan
selama proses
(jam) pembelajaran
Observasi dan/atau di luar jam
oleh guru pembelajaran yang
mata pelajaran teramati (mapel PABP
selama satu dan PPKN), untuk mapel
semester lainnya dilaksanakan
dalam proses
pembelajaran

UTAMA

Dilaksanakan
Observasi di luar jam
oleh wali pembelajaran baik
SIKAP kelas dan guru secara langsung
PENILAIAN BK selama satu maupun berdasarkan
semester informasi yang valid.

PENUNJANG

Dilaksanakan
sekurang-
Penilaian kurangnya satu kali
antar dalam satu semester,
teman dan menjelang akhir
antar diri semester

Teknik penilaian sikap dilakukan dengan observasi atau teknik lainnya.


Teknik observasi dapat menggunakan instrumen berupa lembar observasi,
atau jurnal. Teknik penilaian lainnya yang dapat digunakan adalah penilaian
diri dan penilaian antar teman.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
penilaian (mengikuti perkembangan) sikap dengan teknik observasi:

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


12 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
a. Jurnal penilaian (perkembangan) sikap ditulis oleh wali kelas, guru mata
pelajaran, dan guru Bimbingan dan Konseling (BK) selama periode satu
semester.
b. Bagi wali kelas, 1 (satu) jurnal digunakan untuk satu kelas yang menjadi
tanggung-jawabnya; bagi guru mata pelajaran 1 (satu) jurnal digunakan
untuk setiap kelas yang diajarnya; bagi guru BK 1 (satu) jurnal digunakan
untuk setiap kelas di bawah bimbingannya.
c. Perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik dapat dicatat
dalam 1 (satu) jurnal atau dalam 2 (dua) jurnal yang terpisah.
d. Peserta didik yang dicatat dalam jurnal pada dasarnya adalah mereka yang
menunjukkan perilaku yang sangat baik atau kurang baik secara alami
(peserta didik yang menunjukkan sikap baik tidak harus dicatat dalam jurnal).
e. Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dicatat dalam jurnal tersebut
tidak terbatas pada butir-butir nilai sikap (perilaku) yang hendak
ditanamkan melalui pembelajaran yang saat itu sedang berlangsung
sebagaimana dirancang dalam RPP, tetapi juga butir-butir nilai sikap
lainnya yang ditumbuhkan dalam semester itu selama sikap tersebut
ditunjukkan oleh peserta didik melalui perilakunya secara alami.
f. Wali kelas, guru mata pelajaran, dan guru BK mencatat (perkembangan)
sikap peserta didik segera setelah mereka menyaksikan dan/atau
memperoleh informasi terpercaya mengenai perilaku peserta didik sangat
baik/ kurang baik yang ditunjukkan peserta didik secara alami.
g. Apabila peserta didik tertentu “pernah” menunjukkan sikap kurang baik,
ketika yang bersangkutan telah (mulai) menunjukkan sikap yang baik (sesuai
harapan), maka sikap yang (mulai) baik tersebut harus dicatat dalam jurnal.
h. Pada akhir semester guru mata pelajaran dan guru BK meringkas
perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial setiap peserta didik dan
menyerahkan ringkasan tersebut kepada wali kelas untuk diolah lebih lanjut
Berikut contoh pengisian Jurnal untuk sikap spiritual dan sosial.
Nama
Tindak
No. Waktu Peserta Catatan Prilaku Butir Sikap Ket. Ttd.
Lanjut
Didik
Tidak mengikuti sholat
Jaja Jumat yang diselengga- Ketakwaan Spiritual Pembinaan
rakan di sekolah.
1 15/07/2016
Menolong orang lanjut
Ogi usia yang menyebrang di Kepedulian Sosial Teruskan
jalan depan sekolah.

BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH


13
Mempengaruhi teman
Odang untuk tidak masuk Kedisiplinan Sosial Pembinaan
sekolah.
2 22/07/2016
Mengingatkan temannya
Toleransi
Mimin untuk sholat Dzuhur di Spiritual Teruskan
Beragama
sekolah.
Ikut membantu teman-
nya mempersiapkan
Toleransi
3 09/08/2016 Mutia perayaan keagamaan Spiritual Teruskan
Beragama
yang berbeda dengan
agamanya di sekolah.
Menjadi anggota panitia
4 13/08/2016 Lala perayaan keagamaan di Ketakwaan Spiritual Teruskan
sekolah.
Memungut sampah
5 03/09/2016 Cecep yang berserakan di teras Kebersihan Sosial Teruskan
sekolah.

Nama
Positif/
No Waktu Peserta Catatan Prilaku Butir Sikap Tindak Lanjut
Negatif
didik
Meninggalkan Diberi pembinaan
laboratorium tanpa dan dipanggil untuk
Tanggung
1 23/07/2016 Putri membersihkan meja, + membersihkan meja,
jawab
alat, dan bahan yang alat, dan bahan yang
sudah dipakai. sudah dipakai.
Mengambil cerita dari Diberi pembinaan
internet dan diakui agar tidak
2 27/07/2016 Herman Kejujuran -
seba-gai karyanya melakukan
sendiri (plagiasi). plagiariisme.
Diberi pembinaan
Menghalang-halangi
3 13/08/2016 Momod Toleransi - agar menjadi lebih
teman untuk beribadah.
toleran.
Menjadi tugas pengibar
Diberi apresiasi atas
bendera saat upacara
4 17/08/2016 Kardi Nasionalisme + kegiatannya dalam
HUT Kemerdekaan
kegiatan Paskibra.
Indonesia.

2. Penilaian Pengetahuan

Penilaian pengetahuan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan


informasi untuk mengukur proses dan hasil pencapaian kompetensi peserta
didik yang berupa kombinasi penguasaan proses kognitif (kecakapan
berpikir) mengingat, memahami, menerapkan,menganalisis, mengevaluasi,
dan mengkreasi dengan pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural,
maupun metakonitif.
Berikut ini teknik penilaian pengetahuan yang terdapat dalam Panduan
Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


14 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
Teknik Bentuk Instrumen Tujuan

Mengetahui penguasaan pengetahuan peserta


Benar-Salah, Menjodohkan, Pilihan
Tes Tertulis didik untuk perbaikan proses pembelajaran
Ganda, Isian/Melengkapi, Uraian.
dan/atau pengambilan nilai.
Mengecek pemahaman peserta didik untuk
Tes Lisan Tanya Jawab
perbaikan proses pembelajaran.
Memfasilitasi penguasaan pengetahuan (bila
Tugas yang dilakukan secara diberikan selama proses pembelajaran) atau
Penugasan
individu maupun kelompok menguasai penguasaan pengetahuan (bila
diberikan pada akhir pembelajaran).

Nilai pengetahuan diperoleh dari hasil penilaian harian (PH), penilaian tengah
semester (PTS), dan penilaian akhir semester (PAS) dilakukan dengan beberapa
teknik penilaian sesuai tuntutan kompetensi dasar (KD).

3. Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai


kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas
tertentu di berbagai macam konteks sesuai dengan indikator pencapaian
kompetensi.
Teknik penilaian keterampilan yang terdapat dalam Panduan Penilaian
oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan dapat digambarkan pada skema berikut.
Mengukur capaian pembelajaran yang berupa
Praktik keterampilan proses

Mengukur capaian pembelajaran yang berupa


Produk keterampilan dalam membuat produk-produk
teknologi dan seni
Penilaian
Keterampilan
Mengukur kemampuan peserta didik mengapli-
Projek kasikan pengetahuannya melalui penyelesaian
suatu tugas projek dalam waktu tertentu

Sampel karya peserta didik terbaik dari KD


Porto- pada KI-4 untuk melengkapi deskripsi capaian
folio
kompetensi keterampilan (dalam satu semester)

Pelaksanaan penilaian adalah eksekusi dari perencanaan penilaian


yang telah dilakukan. Berikut ini teknis pelaksanaan penilaian praktik, produk,
dan projek meliputi: pemberian tugas secara rici; penjelasan aspek dan rubrik
penilaian; pelaksanaan penilaian sebelum, selama, dan setelah peserta didik
melakukan pembelajaran dan pendokumentasian hasil penilaian.
Penilaian portofolio dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan
mendeskripsikan capaian keterampilan dalam satu semester melalui langkah

BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH


15
mendokumentasikan sampel karya terbaik dari setiap KI pada KD-4 baik hasil
individu maupun kelompok, mendeskripsikan capaian keterampilan peserta
didik berdasarkan portofolio secara keseluruhan; dan memberikan umpan
balik kepada peserta didik untuk peningkatan capaian kompetensi.
Nilai keterampilan diperoleh dari hasil penilaian praktik, produk, proyek,
dan portofolio. Hasil penilaian dengan teknik praktik dan proyek dirata-rata
untuk memperoleh nilai akhir keterampilan pada setiap mata pelajaran.
Penulisan capaian keterampilan pada rapor menggunakan angka pada
skala 0 – 100 dan deskripsi.
a. Nilai akhir semester diberi predikat dengan ketentuan: sangat baik (A)
86 – 100; baik (B) 71 -85; cukup (C): 56 – 70; kurang (D)≤55
b. Perubahan terminologi Ulangan Harian (UH) menjadi Penilaian Harian
(PH), UAS menjadi Penilaian Akhir Semester (PAS) untuk semester gasal
dan Ujian Kenaikan Kelas (UKK) menjadi Penilaian Akhir Tahun (PAT)
untuk Semester genap.
c. Skala penilaian menjadi 1-100. Sementara itu, penilaian sikap diberikan
dalam bentuk predikat dan deskripsi.
d. Remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai KBM/
KKM. Pembelajaran remidial dapat dilakukan dengan cara pemberian
pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda
menyesuaikan dengan gaya belajar peserta didik; pemberian bimbingan
secara perorangan; pemberian instrumen-instrumen atau latihan secara
khusus, dimulai dengan instrumen-instrumen atau latihan sesuai dengan
kemampuannya; pemanfaatan tutor sebaya, yaitu peserta didik dibantu
oleh teman sekelas yang telah mencapai Ketuntasan Belajar Minimal/
Kriteria Ketuntasan Minimal (KBM/KKM). Pembelajaran remidial biasa
dilakukan beulang-ulang. Pengayaan diberikan kepada peserta didik
yang telah mencapai atau melampaui KBM/KKM melalui belajar
kelompok; belajar madiri dan pembelajaran berbasis tema. Pengbelajaran
pengayaan hanya diberikan sekali.
e. Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan dilakukan secara
terencana dan sistematis dalam bentuk penilaian akhir dan ujian sekolah/
madrasah dan digunakan untuk penentuan kelulusan dari satuan
pendidikan. Bentuk penilaiannya adalah Penilaian akhir Semester (PAS)
yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik di akhir semester gasal; Penilaian Akhir Tahun (PAT) yaitu

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


16 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester genap untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester
genap; dan Ujian Sekolah (US) yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan
terhadap pfrestasi belajar dan penyelesaian dari satuan pendidikan.
f. Prosedur perencanaan penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
diuraikan sebagai berikut.
1) Menetapkan KKM
Satuan Pendidikan menetapkan KKM untuk peserta didik kelas VII,
VIII dan IX melalui rapat dewan guru. Satuan Pendidikan dapat
menentukan KKM yang sama untuk semua mata pelajaran atau
berbeda untuk masing-masing mata pelajaran.
2) Menetapkan Prosedur Operasional Standar (POS)
Satuan pendidikan menetapkan POS atau panduan penyelenggaraan
penilaian hasil belajar peserta didik yang meliputi penilaian akhir dan
ujian
3) Membentuk Tim Pengembang Penilaian
Satuan pendidikan membentuk tim pengembang penilaian dengan
tugas antara lain merencanakan dan melaksanakan segala sesuatu
terkait dengan kegiatan Penilaian Akhir Semester (PAS), Penilaian
Akhir Tahun (PAT), dan Ujian Sekolah (US), misalnya penetapan
jadwal pelaksanaan, penataan ruang, dan pengawas ruang.
4) Mengembangkan Instrumen Penilaian
Tim Pengembang Penilaian sekolah melakukan pengembangan instru-
men penilaian mulai penyusunan kisi-kisi, penyusunan instrumen, telaah
kualitatif instrumen, perakitan dan uji coba instrumen, analisis kuan-
titatif, interpretasi hasil analisis, dan penetapan instrumen penilaian.

4. Mekanisme Pengisian Rapor


Mekanisme yang dilakukan oleh wali kelas ketika akan mengisi rapor
pada akhir semester dan akhir tahun pelajaran adalah:
a. Merumuskan deskripsi sikap spiritual dan sikap sosial yang diambil dari
catatan perkembangan sikap peserta didik yang diberikan oleh guru mata
pelajaran, guru BK, dan wali kelas.
b. Menuliskan capaian penilaian peserta didik pada aspek pengetahuan dan
aspek keterampilan dalam bentuk angka, predikat, dan disertai deskripsi.

BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH


17
5. Perencanaan pembelajaran mencakup Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
a. Silabus
Silabus dalam Kurikulum 2013 edisi revisi lebih ramping, hanya tiga
kolom, yakni KD, Materi Pembelajaran, dan Kegiatan Pembelajaran.
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk
setiap bahan kajian mata pelajaran. Berdasarkan Permendikbud
Nomor 22 tahun 2016, silabus paling sedikit memuat:
1) Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan).
2) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas.
3) Kompetensi Inti, merupakan gambaran secara kategorial me-
ngenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan kete-
rampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang
sekolah, kelas dan mata pelajaran.
4) Kompetensi Dasar, merupakan kemampuan spesifik yang menca-
kup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan
atau mata pelajaran.
5) Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A).
6) Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7) Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan
peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
8) Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
9) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik,
alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan
dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.
Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan satu

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


18 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
kali pertemuan atau lebih. Berdasarkan Permendikbud nomor 22
tahun 2016 komponen RPP adalah sebagai berikut.
1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan.
2) Identitas mata pelajaran atau tema/subtema.
3) Kelas/semester.
4) Materi pokok.
5) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk penca-
paian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah
jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai.
6) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan
diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.
8) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator ketercapaian kompetensi.
9) Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan KD yang akan dicapai.
10) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran
untuk menyampaikan materi pelajaran.
11) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik,
alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.
12) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan
pendahuluan, inti, dan penutup.
13) Penilaian hasil pembelajaran.
Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan
awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar,
kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
2) Partisipasi aktif peserta didik.

BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH


19
3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,
motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan
kemandirian.
4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang
untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman
beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan
program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan,
dan remedi.
6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar.
7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan
lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman
budaya.
8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

D. KEKHASAN KURIKULUM TINGKAT DAERAH


Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda di
dalamnya memuat materi yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan
peserta didik yang mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir,
emosional, dan sosial peserta didik. Pembelajarannya diatur secara mandiri
serta menopang peningkatan kemampuan penguasaan kurikulum nasional. 
Program pembelajaran bahasa dan sastra Sunda dikembangkan
dengan memperhatikan rambu-rambu pengembangan muatan lokal seperti
tertuang dalam lampiran Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 tentang
Muatan Lokal Kurikulum 2013. Pada Pasal 9 dan Pasal 10, dinyatakan
bahwa Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat mengembangkan
muatan lokal. Permendikbud ini merupakan revisi dari Permendikbud Nomor
81a Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, di antaranya mengatur
tentang kedekatan secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik berarti
bahwa terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik,
sedangkan dekat secara psikis berarti bahwa bahan kajian tersebut mudah

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


20 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencerna informasi sesuai dengan
usia peserta didik.
Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda memiliki kekhasan tersendiri
sesuai dengan kaidah keilmuannya, yaitu bahasa, sastra, budaya Sunda
sebagai kearifan lokal. Setiap sekolah wajib melaksanakannya agar peserta
didik memperoleh pengalaman berbahasa, bersastra, dan berbudaya
Sunda. Pendidik yang mengampu mata pelajaran ini diharapkan mampu
membangkitkan minat belajar, rasa keingintahuannya, menumbuhkembangkan
kesadaran, serta kemampuan apresiasi peserta didik terhadap budayanya
masyarakatnya. Hal ini merupakan wujud pembentukan karakter yang
memungkinkan seseorang hidup secara beradab dan toleran dalam
masyarakat dan budaya yang majemuk.
Mata pelajaran bahasa dan sastra Sunda dikemas sedemikian rupa agar
menarik bagi perserta didik. Kemasan yang menarik dan perencanaan yang
tepat akan mampu mengembangkan beragam kompetensi peserta didik baik
secara konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi,
dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur etika, estetika,
logika, dan kinestetika.

E. KERAGAMAN LOKALITAS DAN BAHASA PENG­


ANTAR PEMBELAJARAN
Untuk mewadahi keragaman lokalitas perlu dipertimbangkan bahasa
dan budaya yang berkembang di lingkungan belajar peserta didik. Kenyataan
menunjukkan bahwa selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasa-
bahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak berdasarkan daerah
administrasi pemerintah. Misalnya, sebagaimana diatur dalam Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pemeliharaan
Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah bahwa yang dimaksud dengan bahasa
daerah di Jawa Barat adalah bahasa Sunda, bahasa Cirebon, dan bahasa
Melayu-Betawi. Dalam hubungan itu, bagi daerah-daerah yang peserta
didiknya berbahasa ibu bukan bahasa Sunda, kompetensi dasar itu perlu
disesuaikan dengan keadaan kebahasaan dan budaya daerah setempat.
Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar, tetapi dipilih
mana yang mungkin bisa dilaksanakan.

BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH


21
Berkaitan dengan kategorisasi lokal, di Jawa Barat ada masyarakat yang
berbahasa ibu bahasa Sunda lulugu ada pula yang menggunakan bahasa
Sunda wewengkon. Bahkan di pesisir utara dan sebagian besar wilayah
Cirebon mempunyai bahasa ibu yang bukan bahasa Sunda. Masyarakat
penuturnya menyebutnya sebagai bahasa Cirebon, yang awalnya merupakan
perpaduan antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa.
Sehubungan dengan kenyataan seperti itu, bahan pembelajaran
bahasa Sunda tentu tidak akan seragam. Penentuan bahan pembelajaran
diserahkan sepenuhnya kepada pendidik di tempatnya masing-masing
dengan mengadakan perembukan terpumpun dalam wadah Pusat Kegiatan
Guru (PKG). Lebih jauh lagi, penentuan yang lebih spesifik lagi diserahkan
kepada guru di sekolah yang bersangkutan.
Kategorisasi lokal dalam penentuan bahan pembelajaran dapat
dibedakan atas tiga kategori A, B, dan C. Ketiga kategori lokal tersebut
masing-masing memiliki ciri tersendiri.
1. Kategori A berlaku di tempat-tempat yang masyarakatnya menggunaan
bahasa Sunda lulugu, yakni bahasa yang kini dianggap baku dan resmi
menurut ukuran umum di Jawa Barat. Sebagi contoh yang termasuk
kategori ini adalah daerah Bandung dan sekitarnya dengan mengabaikan
beberapa kosakata wewengkon yang memang hanya sedikit.
2. Kategori B berlaku di tempat-tempat yang masyarakatnya menggunakan
bahasa Sunda wewengkon, yakni bahasa yang sampai saat ini dianggap
sebagai ragam bahasa yang mempunyai perbedaan dengan bahasa
lulugu, akan tetapi tetap dianggap sebagai bahasa Sunda. Perbedaan
tersebut berada pada tataran fonetik dan semantik, di samping perbedaan
onomasiologis (konsep yang sama dalam kosakata yang berbeda) dan
perbedaan semasiologis (konsep yang berbeda dengan kosakata yang
sama). Sebagai conto yang termasuk kategori B adalah bahasa Sunda di
Kuningan dan Karawang.
3. Kategori C berlaku di tempat-tempat yang masyarakatnya kental
menggunakan bahasa wewengkon atau bahasa daerah khusus seperti
bahasa Cirebon (bahasa Sunda dialek Cirebon atau bahasa Jawa dialek
Cirebon) dan bahasa Melayu dialek Betawi. Misalnya, di sebagian
wilayah Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon,
selain diajarkan bahasa Sunda sebagai muatan lokal wajib, juga
diperkenankan untuk mengajarkan bahasa Cirebon sebagai muatan

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


22 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
lokal pilihan. Khusus di daerah ini, untuk Kelas I-III SD, alokasi waktu
untuk pelajaran bahasa Sunda dapat digunakan untuk pelajaran bahasa
daerah setempat. Keadaan yang sama dapat pula berlaku bagi sebagian
Kota dan Kabupaten Bekasi serta Kota Depok yang masyarakatnya
menggunakan Bahasa Melayu dialek Betawi, meskipun sampai saat ini
belum dapat diajarkan di sekolah-sekolah.
Kategorisasi lokal tersebut dapat mengikuti perimbangan komponen
kompetensi bahasa (pemahaman dan penggunaan), ragam bahasa (lulugu
dan wewengkon), dan bahasa pengantar.
a. Di wilayah kategori A, diutamakan pemahaman dan penggunaan bahasa,
materi bahasa Sunda baku, dan menggunakan pengantar bahasa Sunda
baku.
b. Di wilayah kategori B, diutamakan pemahaman dan penggunaan bahasa,
materi bahasa Sunda baku dan bahasa Sunda wewengkon seimbang,
dan menggunakan pengantar bahasa Sunda baku.
c. Di wilayah kategori C, diutamakan pemahaman bahasa, materi bahasa
Sunda baku dan bahasa Sunda wewengkon atau bahasa setempat
seimbang, dan dapat menggunakan bahasa pengantar bahasa Sunda
wewengkon (bahasa setempat) atau menggunakan bahasa Indonesia.
Di sekolah-sekolah yang mempunyai kondisi khusus, seperti di sekolah-
sekolah yang peserta didiknya banyak yang berbahasa ibu bukan bahasa
Sunda, walaupun sebenarnya termasuk kategori A atau kategori B, dapat
ditentukan kebijakan lain.
Pada prinsipnya bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran
bahasa dan sastra Sunda adalah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau
daerah yang mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda dapat
digunakan bahasa Indonesia atau bahasa setempat, baik sebagian maupun
sepenuhnya, atau menggunakan dwibahasa Sunda-Indonesia. Akan tetapi,
selalu disertai usaha untuk secara berangsur-angsur bisa memahami
petunjuk dalam bahasa Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa Sunda
wewengkon, kata-kata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau
meningkatkan kualitas pembelajaran.

BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH


23
F. PEMANFAATAN MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
1. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi informasi dan komunikasi dapat berupa media cetak dan
elektronik. Kini perkembangannya semakin pesat dan canggih. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi
pembelajara bahasa dan sastra Sunda. Dalam batas-batas dan cara-cara
tertentu semua itu dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan
kualitas dan kelancaran pembelajaran bahasa dan sastra Sunda.

2. Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Budaya


Sumber pembelajaran bahasa dan sastra Sunda dapat pula berupa
lingkungan alam, masyarakat, dan budaya Sunda. Peserta didik diupayakan
agar berhubungan langsung dengan masyarakat untuk mengetahui kehidupan
bahasa dan budaya Sunda saat ini, yang selanjutnya dijadikan informasi
dalam pembelajaran bahasa Sunda. Berkaitan dengan pembelajaran sastra,
peserta didik diupayakan untuk mengetahui kehidupan sastra secara eksplisit
maupun implisit dengan mengapresiasi dan mengekspresikan isinya.

3. Bacaan Wajib

Pembelajaran bahasa dan sastra Sunda harus didukung oleh adanya


buku babon, buku pendukung pembelajaran, atau buku-buku bacaan kanonik
untuk mendorong siswa gemar membaca dan membangkitkan minat dan
kesenangannya mempelajari bahasa dan sastra Sunda.
Buku yang akan digunakan dalam pembelajaran bahasa Sunda adalah
buku-buku yang sebelumnya telah dinyatakan lolos seleksi penilaian oleh
lembaga berwenang serta dan proses seleksinya harus memperhatikan
kejujuran dan kualitas buku.
Sebagai upaya meningkatkan apresiasi sastra dan gemar membaca,
setiap peserta didik pada setiap jenjang pendidikan diwajibkan membaca
sejumlah karya sastra (puisi, prosa, dan drama) yang sesuai dengan
tingkatannya dalam jumlah yang memadai. Pemilihan buku bacaan sastra ini
disesuikan dengan tingkat perkembangan psikologis peserta. Upaya ini juga
berkaitan dengan gerakan literasi sekolah yang menjadi unsur penunjang
dalam kurikulum yang berlaku saat ini.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


24 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
4. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan Gerakan Literasi
Sekolah (GLS)

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan Gerakan Literasi Sekolah


(GLS) merupakan pengembangan dan implementasi dari Permendikbud
Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Penumbuhan Budi
Pekerti adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah
yang dimulai berjenjang dari mulai sekolah dasar. Untuk jenjang SMP, SMA/
SMK, dan sekolah pada jalur pendidikan khusus dimulai sejak dari masa
orientasi peserta didik baru sampai dengan kelulusan. Dasar pelaksanaan
Penumbuhan Budi Pekerti didasarkan pada pertimbangan bahwa masih
terabaikannya implementasi nilai-nilai dasar kemanusiaan yang berakar
dari Pancasila yang masih terbatas pada pemahaman nilai dalam tataran
konseptual, belum sampai mewujud menjadi nilai aktual dengan cara yang
menyenangkan di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. PPK dan
GLS dimaksudkan pula untuk membekali dan memperkuat karakter peserta
didik dalam mempersiapkan daya saing dengan kompetensi abad 21, yaitu
berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi.
a. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
PPK adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter
siswa melalui harmonisasi olah hati (etik) yang bertujuan membentuk individu
yang memiliki kerohanian mendalam, beriman dan bertakwa; olah rasa
(estetik) yang bertujuan membentuk individu yang memiliki integritas moral,
rasa berkesenian dan berkebudayaan; olah pikir (literasi) yang bertujuan
membentuk individu yang memiliki keunggulan akademis sebagai hasil
pembelajaran dan pembelajar sepanjang hayat; dan olah raga (kinestetik)
yang bertujuan membentuk individu yang sehat dan mampu berpartisipasi
aktif sebagai warga negara. Kegiatan tersebut dilakukan dengan dukungan
pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Terdapat nilai utama sebagai kristalisasi dari njilai-nilai karakter yang harus
dikembangkan, yakni religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan
integritas (kejujuran).
Implementasi PPK di sekolah diintegrasikan dalam kegiatan-kegiatan
yang berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis lingkungan
masyarakat. Kegiatan pendidikan karakter berbasis kelas di antaranya
dilakukan dengan diiintegrasikan dalam mata pelajaran, optimalisasi muatan

BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH


25
lokal, dan manajemen kelas. Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah di
antaranya dilakukan melalui pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah,
keteladanan pendidik, ekosistem sekolah, serta norma, peraturan, dan tradisi
sekolah. Sementara pendidikan karakter berbasis masyarakat dapat dilakukan
bersama-sama dengan orang tua, komite sekolah, dunia usaha, akademisi,
pegiat pendidikan, pelakus seni budaya, bahasa dan sastra, serta pemerintah
dan pemerintah daerah.

b. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)


GLS merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif
dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah,
tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua/wali
murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh
masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha,
dll.), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
GLS adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai
elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan
membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit
membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati,
yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan
membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan,
dan pembelajaran. Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan
keterampilan reseptif maupun produktif.
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup
keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam
bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini
disebut sebagai literasi informasi, yang komponen-komponennya sebagai
berikut.
1) Literasi dini (early literacy), yaitu kemampuan untuk menyimak, memahami
bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk
oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah.
Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu
menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.
2) Literasi dasar (basic literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


26 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating),
mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta
menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan
pengambilan kesimpulan pribadi.
3) Literasi perpustakaan (library literacy), antara lain, memberikan
pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan
koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System
sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan
perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan,
hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang
menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi
masalah.
4) Literasi media (media literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui
berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media
elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet),
dan memahami tujuan penggunaannya.
5) Literasi teknologi (technology literacy), yaitu kemampuan memahami
kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware),
peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan
teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk
mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam
praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (computer
literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan
komputer, menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan
program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi
karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang
baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
6) Literasi visual (visual literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara
literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan
dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan
audiovisual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual
yang tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital
(perpaduan ketiganya disebut teks multimodal), perlu dikelola dengan
baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang
benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.

BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH


27
Tahapan Gerakan Literasi Sekolah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tahapan Kegiatan

1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum


jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku
dengan nyaring (read aloud) atau seluruh warga
sekolah membaca dalam hati (sustained silent
reading).
2. Membangun lingkungan fisik sekolah yang kaya
TAHAPAN KEGIATAN
literasi, antara lain: (1) menyediakan perpustakaan
PEMBIASAAN
sekolah, sudut baca, dan area baca yang nyaman;
(2) pengembangan sarana lain (UKS, kantin, kebun
sekolah); dan (3) penyediaan koleksi teks cetak,
visual, digital, maupun multimodal yang mudah
diakses oleh seluruh warga sekolah; (4) pembuatan
bahan kaya teks (print-rich materials)

1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum


jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku
dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca
bersama, dan/atau membaca terpandu diikuti
kegiatan lain dengan tagihan non-akademik, contoh:
membuat peta cerita (story map), menggunakan
graphic organizers, bincang buku.
2. Mengembangkan lingkungan fisik, sosial, afektif
sekolah yang kaya literasi dan menciptakan ekosistem
TAHAPAN KEGIATAN sekolah yang menghargai keterbu-kaan dan
PENGEMBANGAN kegemaran terhadap pengetahuan dengan berbagai
kegiatan, antara lain: (a) memberikan penghargaan
kepada capaian perilaku positif, kepedulian sosial,
dan semangat belajar peserta didik; penghargaan ini
dapat dilakukan pada setiap upacara bendera Hari
Senin dan/atau peringatan lain; (b) kegiatan-kegiatan
akademik lain yang mendukung terciptanya budaya
literasi di sekolah (belajar di kebun sekolah, belajar
di lingkungan luar sekolah, wisata perpustakaan
kota/daerah dan taman bacaan masyarakat, dll.)

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


28 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
3. Pengembangan kemampuan literasi melalui kegiatan
di perpustakaan sekolah/perpus takaan kota/ daerah
atau taman bacaan masyarakat atau sudut baca
kelas dengan berbagai kegiatan, antara lain: (a)
membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam
hati membaca bersama ( shared reading), membaca
terpandu (guided reading) menonton film pendek,
dan/atau membaca teks visual/digital (materi dari
internet); (b) peserta didik merespon teks (cetak/
visual/digital), fiksi dan nonfiksi, melalui beberapa
kegiatan sederhana seperti menggambar, membuat
peta konsep, berdiskusi, dan berbincang tentang
buku.
1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam
pelajaran dimulai, melalui kegiatan membacakan
buku dengan nyaring, membaca dalam hati, mem-
baca bersama, dan/atau membaca terpandu diikuti
kegiatan lain dengan tagihan non-akademik dan
akademik.
2. Kegiatan literasi dalam pembelajaran, disesuaikan
TAHAPAN KEGIATAN dengan tagihan akademik di kurikulum 2013.
PEMBELAJARAN 3. Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami
teks dalam semua mata pelajaran (misalnya, dengan
menggunakan graphic organizers).
4. Memanfaatkan lingkungan fisik, sosial afektif, dan
akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual,
auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks
pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam
mata pelajaran.

Dalam tahap pembelajaran, semua mata pelajaran sebaiknya


menggunakan ragam teks (cetak/visual/digital) yang tersedia dalam buku-
buku pengayaan atau informasi lain di luar buku pelajaran. Guru diharapkan
bersikap kreatif dan proaktif mencari referensi pembelajaran yang relevan.
Berkaitan dengan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda, implementasi
GLS dapat memanfaatkan berbagai teks bahasa dan sastra Sunda sebagai
material pokok dengan alasan-alasan sebagai berikut.

BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH


29
1) Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda merupakan bagian dari struktur
kurikulum daérah yang juga menuntut peserta didik untuk menekuni
kegiatan membaca dan menulis sebagai bagian dari pendekatan
komunikatif. Selain itu pembelajaran bahasa dan sastra Sunda seringkali
diidéntikan dengan pembelajaran “budi pekerti”.
2) Bahasa dan sastra Sunda adalah entitas masyarakat Jawa Barat yang
hingga kini tumbuh dan berkembang sacara dinamis, bukan hanya di
lingkungan sekolah sebagai mata pelajaran yang mandiri tetapi juga
di lingkungan masyarakat luas. Masih banyak buku dan media massa
Sunda yang terbit hingga saat ini dan menunjukan bahwa kagiatan
literasi masyarakat Sunda sebenarnya tumbuh dengan baik. Jika hal
tersebut dijadikan ukuran, dibanding dengan masyarakat di daerah
lain kagiatan literasi masyarakat Sunda jauh lebih maju. Dari laporan
Yayasan Rancagé yang setiap tahun memberikan hadiah sastra kepada
penulis sastra daerah, buku sastra dan nonsastra yang ditulis dalam
bahasa Sunda baik secara kuantitas maupun kualitas jauh lebih bak
jika dibanding buku yang ditulis dalam bahasa daerah lain. Setiap tahun
tidak kurang dari 15 judul buku diterbitkan dalam bahasa Sunda. Sebagai
gambaran, taun 2016 Yayasan Rancagé melaporkan ada 40 judul buku
yang terbit dalam bahasa Sunda. Bandingkan dengan bahasa Jawa
yang hanya 20 judul, bahasa Bali 10 judul, bahasa Lampung 2 judul,
bahasa Batak 4 judul, sarta bahasa Banjar (Kalimantan) 5 judul. Buku-
buku bahasa Sunda tersebut di luar buku teks pelajaran serta buku teori
kebahasaan dan kesusastraan.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


30 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
BAB II

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR


(KIKD)
MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA
A. RASIONAL
Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda adalah mata pelajaran
Muatan lokal yang berdiri sendiri. Ketetapan kebijakan ini sejalan dengan
Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pasal 1 s.d
4. Atas dasar itulah, maka materi pembelajaran yang tertuang dalam mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda mengutamakan keunggulan dan kearifan
daerah.
KI-KD Kurikulum 2013 Muatan Lokal Mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Sunda serta revisinya diberlakukan berdasarkan beberapa peraturan
perundang-undangan, antara lain: (1) UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; (2) UU
No. 24/2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan; (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19/2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang
menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./ SMPLB, SMA/MAN/
SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan; (4)
Permendikbud No. 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/
MTs, SMA/SMK/MA; (5) Permendikbud No. 79/2014 tentang Kurikulum 2013,
Pasal 5 (a) dan (b), yaitu materi mata pelajaran Muatan Lokal Bahasa dan
Sastra Sunda yang dirumuskan dalam bentuk dokumen berupa Kompetensi
Dasar dan Silabus; (6) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 20, 21, 22, dan 23 Tahun 2016 tentang Standar
Kelulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian; (7) Perda
No. 14/2014 tentang Pemeliharan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah; (8)
Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 69 Tahun 2013 tentang Pembelajaran
Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah pada Jenjang Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah; (9) Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat Nomor 423/2372/Set-disdik tertanggal 26 Maret 2013 tentang
Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/
MTs, SMA/SMK/MA; serta (10) Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang
Pemeliharaan Bahasa-bahasa Ibu di Dunia.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


32 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
B. PENGERTIAN
Dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2014 tentang KIKD Pelajaran
pada Kurikulum 2013 disebutkan bahwa kompetensi inti merupakan tingkat
kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki
seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas, sedangkan kompetensi
dasar merupakan merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal
yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-
masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.
Kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Sunda
adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda.

C. FUNGSI
Kompetensi inti dan kompetensi dasar berfungsi sebagai acuan bagi
guru-guru di sekolah dalam menyusun kurikulum mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Sunda sehingga segi-segi pengembangan pengetahuan, keterampilan,
serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara
terpadu.
Kompetensi Inti dan kompetensi dasar ini disusun dengan
mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan
sastra Sunda sebagai sastra Nusantara. Pertimbangan itu berkonsekuensi
pada fungsi mata pelajaran Bahasa Sunda sebagai (1) sarana pembinaan
sosial budaya regional Jawa Barat; (2) sarana peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian dan pengembangan
budaya; (3) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk
meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4)
sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa Sunda untuk
berbagai keperluan; (5) sarana pengembangan penalaran; dan (6) sarana
pemahaman aneka ragam budaya daerah (Sunda).

D. TUJUAN
Pertimbangan itu berkonsekuensi pula pada tujuan pembelajaran
bahasa dan sastra Sunda yang secara umum agar Peserta didik mencapai
tujuan-tujuan berikut.

BAB II: KIKD MATA PELAJARAN BAHASA


DAN SASTRA SUNDA 33
1) Peserta didik beroleh pengalaman berbahasa dan bersastra Sunda.
2) Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa Sunda sebagai
bahasa daerah di Jawa Barat, yang juga merupakan bahasa ibu bagi
sebagian besar masyarakatnya.
3) Peserta didik memahami bahasa Sunda dari segi bentuk, makna, dan
fungsi, serta mampu menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk
berbagai konteks (tujuan, keperluan, dan keadaan).
4) Peserta didik mampu menggunakan bahasa Sunda untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan
sosial.
5) Peserta didik memiliki kemampuan dan kedisiplinan dalam berbahasa
Sunda (berbicara, menulis, dan berpikir).
6) Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra Sunda
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa Sunda,
mengembangkan kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan.
7) Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Sunda sebagai
khazanah budaya dan intelektual manusia Sunda.

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR


MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA
JENJANG SMP/MTS

KELAS VII

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi


sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
Rumusan kompetensi sikap spiritual, yaitu “menerima, menjalankan,
dan menghargai ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan kompetensi
sikap sosial, yaitu “menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru,
dan tetangganya serta cinta tanah air”. Kedua kompetensi tersebut dicapai
melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan,

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


34 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata
pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut.
Kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan dirumuskan
sebagai berikut.

KOMPETENSI INTI 3
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
(PENGETAHUAN)
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji
3. Memahami pengetahuan
dalam ranah konkret (menggunakan,
(faktual, konseptual, dan
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
prosedural) berdasarkan rasa
membuat) dan ranah abstrak (menulis,
ingin tahunya tentang ilmu
membaca, menghitung, menggambar, dan
pengetahuan, teknologi, seni,
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari
budaya terkait fenomena dan
di sekolah dan sumber lain yang sama
kejadian tampak mata.
dalam sudut pandang/teori.

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

3.1 Memahami dan 4.1 Menyusun dan mendemontrasikan


mengidentifikasi kaidah, teks paguneman tentang menyapa,
bentuk, struktur teks, memperkenalkan diri, berpamitan,
dan aspek kebahasaan meminta izin, mengucapkan terima
paguneman tentang kasih, dan meminta maaf serta
menyapa, memperkenalkan menanggapinya dengan memperhatikan
diri, berpamitan, memintai fungsi sosial, struktur teks, dan aspek
izin, mengucapkan terima kebahasaan yang benar dan sesuai
kasih, dan meminta maaf. konteks.

3.2 Mengidentifikasi jenis, ragam 4.2 Mendemonstrasikan jenis, ragam


(varian), istilah, dan prosedur (varian), dan prosedur kaulinan barudak
kaulinan barudak dengan melalui pengamatan langsung dari
memperhatikan fungsi sosial, berbagai media dengan memperhatikan
struktur teks, dan aspek fungsi sosial, struktur teks, dan aspek
kebahasaan. kebahasaan.

BAB II: KIKD MATA PELAJARAN BAHASA


DAN SASTRA SUNDA 35
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

3.3 Mengidentifikasi bentuk, 4.3 Melantunkan pupujian sesuai dengan


struktur dan isi, fungsi sosial, ciri khas daerah masing-masing dengan
serta aspek kebahasaan teks memperhatikan fungsi sosial, struktur
pupujian. teks dan aspek kebahasaan.
3.4 Mengidentifikasi 4.4 Menyusun dan mengomunikasikan
bentuk,stuktur, aspek teks narasi tentang pengalaman pribadi
kebahasaan, dan isi teks dengan memperhatikan struktur teks
narasi tentang pengalaman dan aspek kebahasaan.
pribadi.
4.5 Menyusun dan mengomunikasikan
3.5 Mengidentifikasi struktur,
dongeng yang disimaknya dengan
fungsi sosial, aspek
memperhatikan struktur dan aspek
kebahasan, dan nilai-nilai
kebahasaan, pelapalan dan lagu kalimat
kehidupan yang terkandung
(lentong), serta ekspresi yang tepat.
dalam dongeng.

3.6 Mengidentifikasi ragam/jenis


4.6 Menyusun dan mengomunikasikan iklan
informasi, bentuk, struktur
layanan masyarakat tentang berbagai
teks, fungsi sosial, dan aspek
kegiatan dengan memperhatikan
kebahasaan iklan layanan
fungsi sosial, struktur teks, dan aspek
masyarakat tentang berbagai
kebahasaan.
kegiatan.
3.7 Mengidentifikasi bentuk dan 4.7 Membaca/mendeklamasikan sajak
struktur teks, unsur, aspek dengan penghayatan dan ekspresi yang
kebahasaan, serta isi dan tepat, sesuai dengan struktur teks dan
amanat sajak. aspek kebahasaan.
3.8 Mengidentifikasi bentuk dan 4.8 Menyusun dan menyajikan teks
tata cara penulisan aksara aksara Sunda dengan memperhatikan
Sunda sesuai dengan kaidah- ketepatan bentuk dan kaidah
kaidahnya. penulisannya.

KELAS VIII

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi


sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler, dan ekstrakurikuler.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


36 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
Rumusan kompetensi sikap spiritual, yaitu “menerima, menjalankan,
dan menghargai ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan kompetensi
sikap sosial, yaitu “menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru,
dan tetangganya serta cinta tanah air”. Kedua kompetensi tersebut dicapai
melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata
pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut.
Kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan dirumuskan
sebagai berikut.
KOMPETENSI INTI 3
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
(PENGETAHUAN)
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji
3. Memahami pengetahuan
dalam ranah konkret (menggunakan,
(faktual, konseptual, dan
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
prosedural) berdasarkan rasa
membuat) dan ranah abstrak (menulis,
ingin tahunya tentang ilmu
membaca, menghitung, menggambar,
pengetahuan, teknologi, seni,
dan mengarang) sesuai dengan yang
budaya terkait fenomena dan
dipelajari di sekolah dan sumber lain
kejadian tampak mata.
yang sama dalam sudut pandang/teori.

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR


4.1 Mengomunikasikan rumpaka kawih
3.1 Mengidentifikasi bentuk,
atau melantunkannya dengan
struktur teks, unsur dan aspek
memperhatikan ekspresi dan teknik
kebahasaan rumpaka kawih.
vokal.
3.2 Mengidentifikasi struktur teks 4.2 Mengekspresikan teks warta (berita)
dan aspek kebahasaan teks dengan memperhatikan irama/tempo,
warta (berita). artikulasi, dan lentong kalimat.
3.3 Memahami dan 4.3 Mengekspresikan sisindiran dalam
mengidentifikasi bentuk, bentuk tulisan dan lisan (misalnya
struktur teks, aspek melalui poster, meme, atau tempas
kebahasaan, dan fungsi sosial sindir) dengan memperhatikan
puisi sisindiran. struktur, ekspresi, dan lentong kalimat.

BAB II: KIKD MATA PELAJARAN BAHASA


DAN SASTRA SUNDA 37
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
3.4 Memahami dan 4.4 Menyajikan dan menanggapi artikel
mengidentifikasi struktur teks bertema seni budaya Sunda dengan
dan aspek kebahasaan artikel memperhatikan fungsi sosial, struktur,
tentang seni budaya Sunda. dan aspek kebahasaan.
3.5 Mengidentifikasi bentuk, 4.5 Mengekspresikan guguritan
struktur, kaidah, dan aspek pupuh Durma dan Mijil dengan
kebahasaan guguritan pupuh memperhatikan ekspresi dan teknik
durma dan mijil. vokal.
3.6 Memahami dan mengiden-
4.6 Menyajikan teks memandu acara
tifikasi fungsi sosial, struktur,
dalam situasi formal dan nonformal
dan aspek kebahasaan teks
dengan memperhatikan ekspresi, dan
memandu acara dalam situasi
lagu kalimat (lentong).
formal dan non formal.
3.7 Memahami dan 4.7 Menanggapi nilai-nilai carita pondok
mengidentifikasi struktur, dengan memperhatikan unsur-unsur
unsur, dan aspek kebahasaan intrinsik, struktur teks, serta aspek
carita pondok. kebahasaan.
3.8 Memahami dan 4.8 Menyusun dan menanggapi laporan
mengidentifikasi struktur teks peristiwa dengan memperhatikan
dan aspek kebahasaan laporan kerunutan kalimat dan kesantunan
peristiwa. berbahasa.

KELAS IX

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompeten


sisikap spiritual, (2) sikapsosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
Rumusan kompetensi sikap spiritual, yaitu “menerima, menjalankan,
dan menghargai ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan kompetensi
sikap sosial, yaitu “menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru,
dan tetangganya serta cinta tanah air”. Kedua kompetensi tersebut dicapai
melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata
pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


38 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut.
Kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan dirumuskan
sebagai berikut.
KOMPETENSI INTI 3
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
(PENGETAHUAN)
3. Memahami dan menerapkan 4. Mengolah, menyaji, dan menalar
pengetahuan (faktual, dalam ranah konkret (menggunakan,
konseptual, dan prosedural) mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
berdasarkan rasa ingin tahunya membuat) dan ranah abstrak (menulis,
tentang ilmu pengetahuan, membaca, menghitung, menggambar, dan
teknologi, seni, budaya terkait mengarang) sesuai dengan yang dipelajari
fenomena dan kejadian di sekolah dan sumber lain yang sama
tampak mata. dalam sudut pandang/teori.

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR


3.1 Memahami dan
mengidentifikasi teks biantara 4.1 Menyajikan teks biantara dengan
dengan memperhatikan memperhatikan fungsi sosial, struktur
fungsi sosial, struktur teks, teks, dan aspek kebahasaan yang benar
dan aspek kebahasaan yang sesuai konteks.
benar dan sesuai konteks.

3.2 Mengidentifikasi isi teks


4.2 Menyajikan secara deskriptif (baik lisan
deskripsi tentang kampung
maupun tulisan) hasil analisis atau
adat Sunda, dengan
pengamatan terhadap kampung adat
memperhatikan struktur teks
Sunda dengan memanfaatkan berbagai
dan aspek kebahasaan yang
media.
benar dan sesuai konteks.

3.3 Mengidentifikasi unsur


intrinsik ringkasan 4.3 Mendreskripsikan isi ringkasan novel
novel remaja dengan remaja, dengan memperhatikan struktur
memperhatikan struktur teks teks dan aspek kebahasaan yang benar
dan aspek kebahasaan yang dan sesuai konteks.
benar dan sesuai konteks.

BAB II: KIKD MATA PELAJARAN BAHASA


DAN SASTRA SUNDA 39
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

3.4 Mengidentifikasi kekayaan


idiom bahasa Sunda dan
4.4 Menyajikan kekayaan idiom bahasa
nilai-nilai yang terkandung
Sunda serta nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya dengan
di dalamnya dengan memanfaatkan
memperhatikan struktur,
berbagai media.
fungsi sosial, dan aspek
kebahasaan.

4.5 Mendemontrasikan adegan drama


3.5 Mengidentifikasi struktur,
dengan memperhatikan penghayatan,
unsur, serta aspek
ekspresi, gestur dan lagu kalimat yang
kebahasaan teks drama.
tepat.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


40 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1

SILABUS MATA PELAJARAN


BAHASA DAN SASTRA SUNDA SMP/MTs

A. PENGERTIAN SILABUS
Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) termasuk
ke dalam desain pembelajaran perencanaan pembelajaran yang mengacu
kepada standar isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar,
perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan
Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk
setiap bahan kajian mata pelajaran.

B. KOMPONEN SILABUS
Di dalam lampiran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses disebutkan bahwa silabus paling sedikit memuat beberapa
komponen, yakni:
(1) Identitas mata pelajaran (misalnya: Bahasa dan Sastra Sunda);
(2) identitas sekolah, diisi dengan satuan pendidikan dan kelas (SD/Kelas
I);

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


42 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
(3) kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan
mata pelajaran;
(4) kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata
pelajaran;
(5) tema (khusus SD/MI),
(6) materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi;
(7) pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta
didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
(8) penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
(9) alokasi waktu, sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
(10) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Komponen silabus tersebut termasuk komponen yang lengkap. Dalam
perkembangan selanjutnya dan perbaikan Kurikulum 2013, komponen silabus
hanya terdiri atas tiga komponen, yakni (1) kompetensi dasar, (2) materi
pembelajaran, dan (3) kegiatan pembelajaran.

C. PENGEMBANGAN SILABUS
Pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan
insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi dalam rangka mewujudkan
insan Indonesia yang produktif, kreatif, dan inovatif. Oleh karena itu proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
43
Memperhatikan konteks global dan kemajemukan masyarakat Indonesia,
misi dan orientasi Kurikulum 2013 diterjemahkan dalam praktik pendidikan
dengan tujuan khusus agar peserta didik memiliki kompetensi yang diperlukan
bagi kehidupan masyarakat di masa kini dan di masa mendatang, seperti
tampak pada gambar 1.

Dimensi
Pengetahuan

Dimensi Dimensi
Sikap Keterampilan

SDM yang
beradab,
berpengetahuan,
dan
berketerampilan

Gambar 1

Kompetensi yang dimaksud yaitu: (1) menumbuhkan sikap religius


dan etika sosial yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara; (2) menguasai pengetahuan; (3) memiliki keterampilan atau
kemampuan menerapkan pengetahuan dalam rangka melakukan penyelidikan
ilmiah, pemecahan masalah, dan pembuatan karya kreatif yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran bahasa dan sastra Sunda yang dikembangkan di setiap
jenjang pendidikan harus mempertimbangkan pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi. Untuk itu kemampuan pendidik dalam menggunakan dan
memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi menjadi faktor penting
agar pembelajaran bahasa dan sastra Sunda mampu menjawab tantangan
abad moderen dewasa ini. Selain penggunaan dan pemanfaatan teknonolgi,
pembelajaran bahasa dan sastra Sunda juga harus memperhatikan kebutuhan
daerah dan peserta didik, sehingga mata pelajaran ini dapat menjadi penya-
ring dari masuknya kebudayaan asing sekaligus mendorong peserta didik
untuk memiliki kearifan terhadap budaya lokal atau budaya masyarakat
setempatnya.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


44 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
Silabus mata pelajaran bahasa dan sastra Sunda SD/MI, SMP/MTs, SMA/
MA/MAK disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana
sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan
format dimaksudkan agar penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak
halaman namun lingkup dan substansinya tidak berkurang, serta tetap
mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan kompetensinya.
Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide,
desain, dan pelaksanaan kurikulum; mudah diajarkan oleh guru (teachable);
mudah dipelajari oleh peserta didik (learnable); terukur pencapainnya
(measurable); dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal
untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta didik.
Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan
kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta
mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut,
komponen silabus mencakup kompetensi dasar, materi pembelajaran,
dan kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam
silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktivitas.
Pembelajaran tersebut merupakan alternatif dan inspiratif sehingga guru dapat
mengembangkan berbagai model yang sesuai dengan karakteristik masing-
masing mata pelajaran. Dalam melaksanakan silabus ini guru diharapkan
kreatif dalam pengembangan materi, pengelolaan proses pembelajaran,
penggunaan metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan
peserta didik.

D. KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN,


DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kelas VII
Alokasi waktu: 2 jam pelajaran/minggu

Kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial, dicapai


melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), pada pembelajaran
kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan melalui keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata
pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
45
46
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung,
dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
Pembelajaran untuk kompetensi pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut.

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.1 Memahami dan meng- - Menyimak teks paguneman.


identifikasi kaidah, bentuk, • Fungsi sosial - Membaca contoh teks paguneman.
struktur teks, dan aspek Menjaga hubungan interpersonal
- Menganalisis struktur teks paguneman.
kebahasaan paguneman dengan orangtua, guru, teman,
dan masyarakat di lingkungan - Menulis teks paguneman.
tentang menyapa, memper-

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


kenalkan diri, berpamitan, sekitar. - Memeragakan beberapa contoh percakapan,
memintai izin, mengucapkan • Struktur teks dengan ucapan dan tekanan kata yang benar.
terima kasih, dan meminta - Pembukaan - Mengidentifikasi undak-usuk basa.
- isi paguneman - Mengidentifikasi ucapan, tekanan kata, intonasi,

MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA


maaf.
- Penutup ejaan, tanda baca.
• Aspek kebahasaan - Menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
4.1 Menyusun dan mende- - Undak usuk basa - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil
monstrasikan teks paguneman - Jenis Kalimat belajar tentang paguneman.

BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI


tentang menyapa, memper- - Ucapan, tekanan kata, intonasi,
kenalkan diri, berpamitan, ejaan, tanda baca
meminta izin, mengucapkan • Topik
terima kasih, dan meminta Kegiatan sehari-hari yang
maaf serta menanggapinya terkait dengan menyapa,
dengan memperhatikan fungsi memperkenalkan diri,
sosial, struktur teks dan aspek berpamitan, meminta ijin,
kebahasaan yang benar dan mengucapkan terima kasih, dan
sesuai konteks. meminta maaf.
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.2 Mengidentifikasi jenis, ragam • Fungsi sosial - Menonton tayangan melaui media audio visual
(varian), istilah, dan prosedur - Kaulinan barudak sebagai tentang kaulinan barudak.
kaulinan barudak dengan media untuk menanamkan
memperhatikan fungsi sosial, - Menyimpulkan ciri-ciri kaulinan barudak yang
sikap yang menjungjung tinggi
struktur teks dan aspek telah ditontonnya.
nilai moral dan jiwa sosial.
kebahasaan. - Bertanya jawab tentang tayangan kaulinan
• Struktur teks kaulinan barudak
barudak yang terkait dengan ciri-cirinya.
- Pembuka
- Menentukan pandangan dan pendapat yang
- Isi
4.2 Mendemonstrasikan jenis, terkait dengan kaulinan barudak.
- Penutup
ragam (varian), dan prosedur - Memeragakan jenis kaulinan barudak dengan
• Aspek Kebahasaan
kaulinan barudak melalui memperhatikan prosedur (langkah-langkah) yang
- Kalimat deklaratif
pengamatan langsung dari tepat.
- Ungkapan persetujuan
berbagai media dengan - Bertanya jawab tentang prosedur (langkah-
- Ucapan, tekanan kata, intonasi,
memperhatikan fungsi sosial, langkah) dalam memeragakan kaulinan barudak.
ejaan, tanda baca
struktur teks dan aspek - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil
• Topik
kebahasaan. belajar.
Ragam kaulinan barudak.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
47
48
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.3 Mengidentifikasi bentuk, • Fungsi sosial - Menyimak guru sebagai model cara
struktur dan isi, fungsi sosial, Mengenalkan bentuk puisi menadomkan pupujian.
serta aspek kebahasaan teks pupujian sebagai sarana untuk - Menyimak pembacaan pupujian melalui media
pupujian. pengajaran agama. audio visual.
• Unsur puisi - Mendiskusikan struktur teks pupujian.
4.3 Melantunkan pupujian sesuai - Tema
- Berkelompok berlatih menadomkan pupujian.
dengan ciri khas daerah - Nada
- Tanya jawab tentang kosa kata yang belum

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


masing-masing dengan - Rasa
memperhatikan fungsi sosial, - Amanat dipahami
struktur teks dan aspek - Musikalitas - Tanya jawab tentang kesulitan menadomkan
kebahasaan. • Bentuk puisi pupujian.

MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA


Syair atau puisi bebas. - Praktek menadomkan pupujian di depan kelas.
• Aspek kebahasaan - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil
- Kalimat wawaran belajarnya.
- Kalimat ajakan

BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI


- Ucapan, tekanan kata,
intonasi, ejaan, tanda baca.
• Topik/Isi
Puisi pupujian biasanya
dilantunkan untuk memuji Allah,
solawat kepada Rasulullah dan
pengajaran agama Islam.
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.4 Mengidentifikasi • Bentuk teks


- Membaca contoh teks narasi pengalaman
bentuk,stuktur, aspek Narasi
pribadi.
kebahasaan, dan isi teks narasi • Struktur teks
tentang pengalaman pribadi. - Paragraf pembuka - Mencermati struktur teks narasi pengalaman
- Paragraf isi pribadi.
- Paragraf penutup - Bertanya jawab tentang isi teks narasi
4.4 Menyusun dan • Aspek kebahasaan pengalaman pribadi.
mengomunikasikan teks narasi - Membandingkan wacana - Menyusun pengalaman pribadi dalam teks
tentang pengalaman pribadi narasi dengan wacana jenis narasi.
dengan memperhatikan lain.
- Mempresentasikan pengalaman pribadi masing-
struktur teks dan aspek - Kalimat deklaratif dan
masing di depan kelas.
kebahasaan. interogatif
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil
- Kata sambung
belajar.
- Ucapan, tekanan kata,
intonasi, ejaan, tanda baca,
dan tulisan tangan
• Topik
Pengalaman pribadi siswa
baik yang menyenangkan,
menyedihkan, menjengkelkan,
menakutkan dan sebagainya,
yang pernah dialaminya di
lingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
49
50
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.5 Mengidentifikasi struktur, • Fungsi sosial


fungsi sosial, aspek kebahasan, Dongeng sebagai sarana untuk - Membaca teks dongeng dengan memperhatikan
dan nilai-nilai kehidupan yang menyampaikan nilai-nilai struktur teks dan ucapan, tekanan kata, intonasi,
terkandung dalam dongeng. kehidupan yang positif. ejaan, tanda baca.
4.5 Menyusun dan - Menemukan ciri-ciri teks narasi dongeng dengan
• Struktur teks memperhatikan ciri khas yang kasat mata.
mengomunikasikan dongeng
yang disimaknya dengan - Bagian awal - Bertanya jawab tentang isi teks dongeng

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


memperhatikan struktur dan - Bagian isi dikaitkan dengan nilai-nilai moral yang
aspek kebahasaan, pelapalan - Bagian panutup terkandung di dalamnya.
dan lagu kalimat (lentong), • Aspek kebahasaan - Membuat peta pikiran/konsep dari cerita

MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA


serta ekspresi yang tepat. - Lagu kalimat (lentong), tekanan dongeng sehingga mengubah bentuks teks
kata, intonasi, ekspresi, ejaan menjadi bagan yang menarik
dan tanda baca. - Menggunakan peta konsep/pikiran yang telah
dibuat sebagai pijakan dalam menyampaikan

BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI


• Topik cerita dongeng.
Berbagai jenis dan tema dongeng - Menceritakan kembali dongeng dengan bahasa
yang mengandung nilai-nilai sendiri dengan memperhatikan lagu kalimat,
positif. intonasi, tempo, dan ekspresi yang tepat.
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil
belajar.
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.6 Mengidentifikasi ragam/jenis • Fungsi sosial - Membaca dan mengidentifikasi berbagai


informasi, bentuk, struktur Iklan layanan masyarakat sebagai informasi yang tertera dalam iklan layanan
teks, fungsi sosial, dan aspek sarana untuk menyampaikan masyarakat.
kebahasaan iklan layanan informasi, pesan, nasihat, atau - Menemukan ciri khas bahasa yag digunakan
masyarakat tentang berbagai anjuran yang bermanfaat untuk dalam iklan layanan masyarakat
kegiatan. kehidupan sehari-hari. - Membedakan beragam informasi dari beberapa
4.6 Menyusun dan • Struktur Teks iklan layanan masyarakat yang dibacanya/
mengomunikasikan iklan - Pengantar iklan dilihatnya.
layanan masyarakat tentang - Isi iklan - Menyusun kosa kata dalam satu kalimat untuk
berbagai kegiatan dengan menyampaikan informasi melalui bentuk iklan
- Penutup iklan
memperhatikan fungsi sosial, layanan masyarakat
• Aspek Kebahasaan - Mempresentasikan hasil karya sendiri dalam
struktur teks, dan aspek
- Istilah khusus terkait dengan bentuk iklan layanan masyarakat.
kebahasaan.
jenis informasi yang digunakan - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil
dalam teks iklan layanan belajar.
masyarakat
- Kalimat informatif dan
deklaratif
- Tata bahasa: penulisan kosa
kata dengan tepat
• Topik
Iklan layanan masyarakat tentang
berbagai jenis kegiatan.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
51
52
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.7 Mengidentifikasi bentuk dan • Bentuk dan struktur teks - Membaca teks sajak dengan memperhatikan
struktur teks, unsur, aspek - Tipografi sajak bentuk dan struktur, unsur, tekanan kata,
kebahasaan, serta isi dan - Rima sajak intonasi, ejaan, tanda baca.
amanat sajak. • Unsur sajak - Menemukan ciri-ciri teks sajak yang khas dan
- Tema kasat mata.
4.7 Membaca/mendeklamasikan - Nada - Bertanya jawab tentang isi teks sajak serta
sajak dengan penghayatan dan - Rasa mengkaji nilai-nilai baik yang terkandung di

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


ekspresi yang tepat, sesuai - Amanat dalamnya.
dengan struktur teks dan aspek - Musikalitas - Memperhatikan dan menyimak contoh
kebahasaan. • Aspek kebahasaan pembacaan sajak melalui media audio visual.
- Diksi (pilihan kata) - Membaca sajak dengan memperhatikan intonasi,

MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA


- Metapora dan imaji lagu kalimat, penghatan, dan ekspresi yang tepat.
- Denotatif dan konotatif - Menanggapi pembacaan sajak teman dalam
- Ucapan (lagu kalimat), tekanan diskusi kelompok.

BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI


kata, intonasi, ejaan, tanda - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil
baca. belajar.
• Topik
Sajak dengan beragam tema yang
mengandung nilai-nilai baik dan
sesuai dengan perkembangan
psikologi siswa.
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

• Bentuk aksara Sunda Kaganga


3.8 Mengidentifikasi bentuk dan - Mengamati bentuk dan tata tulis aksara Sunda.
- Aksara ngalagena
tata cara penulisan aksara - Menyimak tata cara atau kaidah penulisan aksara
- Aksara swara
Sunda sesuai dengan kaidah- Sunda.
- Rarangken (pungtuasi/
kaidahnya. - Bertanya jawab tentang bentuk dan tata cara
penanda)
- Angka penulisan aksara Sunda.
• Tata cara/kaidah penulisan - Berlatih membaca dan menulis aksara Sunda
sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
- Ukuran dan proporsi hurup.
4.8 Menyusun dan menyajikan
- Penulisan aksara ngalagena dan - Mempresentasikan hasil penulisan aksara Sunda
teks aksara Sunda dengan
swara. melalui berbagai media.
memperhatikan ketepatan
- Penulisan rarangken. - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil
bentuk dan kaidah
- Penulisan angka belajar.
penulisannya.
• Topik
Menyusun kata atau kalimat
sederhana menggunakan aksara
Sunda.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
53
54
Kelas VIII
Alokasi waktu: 2 jam pelajaran/minggu

Kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial, dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching), pada pembelajaran kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan,
dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat
digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Pembelajaran untuk

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


kompetensi pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut.

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA


3.1 Mengidentifikasi • Bentuk puisi rumpaka kawih. • Menyimak kawih yang mengandung nilai-nilai baik
bentuk, struktur - Puisi sisindiran melalui media audio visual atau guru sebagai model.
teks, unsur, dan - Puisi syair
• Menuliskan kembali rumpaka kawih yang disimaknya.

BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI


aspek kebahasaan - Puisi bebas
• Berdiskusi tentang materi kawih.
rumpaka kawih. • Unsur-unsur puisi kawih.
• Mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
- Tema - Nada
4.1 Mengomunikasikan kebahasaan rumpaka kawih yang telah disimaknya.
- Rasa - Amanat
rumpaka kawih atau • Melantunkan salah satu kawih.
- Musikalitas
melantunkannya • Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
• Struktur teks.
dengan memper- • Aspek kebahasaan
hatikan ekspresi dan - Gaya bahasa - Denotif
teknik vokal. - Konotatif
• Topik
Kawih yang mengandung
berbagai nilai baik.
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.2 Mengidentifikasi • Unsur-unsur teks warta - Mengamati model teks warta, baik yang diperdengarkan,
struktur teks dan 5W1H ditayangkan, atau dibacakan.
aspek kebahasaan - What (Naon) - Mendiskusikan hasil pengamatan atau simakan terhadap
teks warta (berita). - Why (Naha) warta.
- Who (Saha) - Membaca berbagai sumber untuk memahami struktur
4.2 Mengekspresikan - Where (Dimana) teks warta dan unsur-unsurnya.
teks warta - When (Iraha) - Menganalisis unsur 5W + 1 H dalam teks warta
(berita) dengan - How (Kumaha) - Membaca berbagai sumber untuk memahami struktur
memperhatikan • Struktur teks warta teks warta dan unsur-unsurnya.
irama/tempo, Pola piramid terbalik sebagai - Menganalisis aspek-aspek kebahasaan yang terdapat
artikulasi, dan teknik penulisan berita dengan dalam teks warta.
lentong kalimat. lead ditempatkan paling atas. - Mencari contoh teks warta untuk dibacakan.
• Aspek kebahasaan - Mempelajari teknik pembacaan warta yang baik dengan
- Ejaan memperhatikan irama/tempo, artikulasi dan lentong
- Kalimat berita kalimat.
- Undak Usuk Basa - Membacakan teks warta dengan memperhatikan irama/
- Lafal/intonasi tempo, artikluasi dan lentong kalimah.
• Topik - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
Teks warta yang berhubungan
dengan pendidikan atau
peristiwa di lingkungan sekolah.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
55
56
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.3 Memahami dan • Fungsi Sosial


• Membaca materi sisindiran yang terdapat dalam buku
mengidentifikasi Sisindiran sebagai alat
paket.
bentuk, struktur komunikasi yang hendak
• Berdiskusi tentang materi sisindiran.
teks, aspek menyampaikan pesan tak
• Melakukan pengamatan melalui membaca teks
kebahasaan, dan langsung (dikemas dalam
sisindiran yang dibagikan guru.
fungsi sosial puisi cangkang dan eusi) dengan
• Mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks sisindiran,
sisindiran. tujuan agar pesan tersebut tidak
dan unsur kebahasaan sisindiran dengan menggunakan

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


terasa menohok atau menggurui.
LK.
• Bentuk teks
• Membagikan kartu yang berisi cangkang dan eusi
4.3 Mengekspresikan Berupa puisi dengan empat baris
sisindiran yang berbeda-beda.
sisindiran dalam berima yang mencakup dua
• Mencari pasangan yang tepat untuk menemukan

MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA


bentuk tulisan dan bagian, yakni cangkang dan eusi.
cangkang atau eusi sisindiran yang dimilikinya.
lisan (misalnya Dalam perkembangannya puisi
• Berkelompok sesuai dengan isi sisindiran yang
melalui poster, sisindiran terkadang keluar dari
dimilikinya.
meme, atau tempas aturan baku seperti terdiri dari
• Menempelkan sisindiran yang telah disusun bersama-

BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI


sindir) dengan dua baris atau enam baris.
sama di kertas karton yang telah disediakan.
memperhatikan • Struktur teks Sisindiran
• Berlatih membuat sisindiran sesuai dengan jenis
struktur, ekspresi, - Terdiri dari empat baris
sisindiran yang ditentukan.
dan lentong kalimat. bersuku kata delapan dengan
• Mengekspresikan sisindiran dalam bentuk tulisan dan
pola rima a-a-a-a, atau a-b-
lisan (misalnya melalui poster, meme, atau tempas
a-b. Dalam perkembangannya
sindir) dengan memperhatikan struktur, ekspresi, dan
sering ada sisindiran keluar
lentong kalimat.
dari patokan ini.
• Menyimpulkan materi sisindiran.
- Sisindiran disusun dalam
• Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
bentuk rarakitan, paparikan,
atau wawangsalan.
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

- Terdiri dari cangkang


(sampiran) dan eusi (isi).
- Isi sisindiran terdiri dari
nasihat (piwuruk), saling
mengashihi (silih asih), atau
humor (sesebred).
• Unsur kebahasaan
- Gaya bahasa.
- Denotif.
- Konotatif.
• Topik
Sisindiran dengan isi atau tema
nasehat, saling mengasihi, dan
humor.
3.4 Memahami dan • Struktur teks Mengamati tayangan/bacaan artikel tentang seni budaya
mengidentifikasi - Paragraf pembuka, isi, dan Sunda.
struktur teks dan penutup. - Mencermati dan mendiskusikan artikel sederhana
aspek kebahasaan - Ciri-ciri teks artikel. tentang seni budaya Sunda untuk mengetahui
artikel tentang seni - Perbedaan teks artikel dengan struktur teks artikel dan aspek-aspek kebahasaan yang
budaya Sunda. jenis karangan lain. terkandung di dalamnya.
- Bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami
mengenai artikel seni budaya Sunda.
- Mengumpulkan informasi tentang seni Sunda melalui

LAMPIRAN-LAMPIRAN
tayangan video, internet, bacaan untuk membuat artikel
pendek dan sederhana tentang seni Sunda.

57
58
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

4.4 Menyajikan dan • Aspek kebahasaan


menanggapi - Mempresentasikan, menyimak dan bertanya jawab
- Ejaan
artikel bertema tentang artikel seni budaya Sunda masing-masing
- Keterpaduan paragraf
seni budaya dengan teman-temannya, secara lisan, dengan ucapan
- Pikiran utama dan pikiran
Sunda dengan dan tekanan kata yang benar.
penjelas paragraf.
memperhatikan - Menyimpulkan pembelajaran mengenai artikel seni
- Kesesuaian isi dengan tema
fungsi sosial, serta budaya Sunda.
• Topik
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


struktur dan aspek Artikel mengenai tradisi
kebahasaan. kebudayaan Sunda setempat.

MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA


3.5 Mengidentifikasi • Bentuk, struktur, dan kaidah • Menyimak pupuh Durma dan pupuh Mijil baik melalui
bentuk, struktur, pupuh durma dan mijil. media audio visual maupun dilantunkan guru sebagai
kaidah, dan aspek - Guru wilangan: Jumlah baris model.
kebahasaan (padalisan) dalam setiap bait • Berdiskusi tentang bentuk, struktur, dan kaidah pupuh.

BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI


guguritan pupuh (pada). • Mengidentifikasi dan membedakan rumpaka pupuh
durma dan mijil. - Guru lagu: aturan vokal akhir Durma dan pupuh Mijil yang disimaknya.
di setiap baris (padalisan) • Menyimak penjelasan materi pupuh.
4.5 Mengekspresikan - Watek pupuh: aturan • Berlatih melantunkan pupuh Durma dan Mijil.
guguritan pupuh tentang sipat dan karakter • Berlatih menyusun guguritan dengan memakai patokan
Durma dan lagu pupuh pupuh Durma dan Mijil minimal dua bait dengan tema
Mijil dengan • Lagu pupuh durma dan mijil yang telah ditentukan.
memperhatikan - Buhun • Melantunkan pupuh Durma dan Mijil yang telah
ekspresi dan teknik - Modern/raehan disusunnya secara perorangan.
vokal. • Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

• Unsur kebahasaan
- Pemenggalan suku kata
- Gaya bahasa.
- Denotif.
- Konotatif.
• Topik
Pupuh Durma dan pupuh Mijil.
3.6 Memahami dan • Fungsi sosial
Memandu acara berfungsi - Mengamati penyajian teks memandu acara melalui
mengidentifikasi
sebagai media untuk mengatur tayangan video atau teks.
fungsi sosial,
dan memperlancar sebuah acara, - Berdiskusi tentang fungsi sosial, struktur, dan unsur
struktur, dan aspek
atau membuat acara menjadi kebahasaan dari teks memandu acara baik formal
kebahasaan teks
menarik. Keterampilan memandu maupun non formal.
memandu acara acara dapat digunakan dalam - Menyimak penjelasan tentang langkah-langkah
dalam situasi formal acara-acara formal seperti menyusun teks memandu acara.
dan non formal. pelantikan pengurus OSIS, - Membangun konteks dengan bertanya jawab tentang
atau dipraktikan dalam acara hal-hal yang berkaitan dengan tema acara.
4.6 Menyajikan teks nonformal seperti hiburan, ulang
taun, dan sebagainya. - Mengenal, dan mendiskusikan ciri bahasa teks
memandu acara
• Struktur Teks: memandu acara formal dan non formal.
dalam situasi
- Salam pembuka - Memahami, mengidentifikasi dan menerapkan
formal dan
- Paragraf pendahuluan penggunaan kata baku, tidak baku, formal dan tidak
nonformal dengan
- Paragraf isi yang formal dalam kalimat yang digunakan dalam memandu
memperhatikan
menguraikan tentang acara baik formal dan tidak formal.
ekspresi, dan lagu susunan acara - Mendiskusikan langkah-langkah menyusun teks
kalimat (lentong). - Paragrap penutup memandu acara baik formal maupun non formal.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
- Salam penutup

59
60
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

• Unsur kebahasaan - Menyusun teks memandu acara baik formal maupun non
- Undak usuk basa formal.
- Penggunaan kata-kata baku - Mendiskusikan cara memandu acara yang formal dan
dan tidak baku/formal dan tidak formal.
tidak formal
- Mendemostrasikan teks memandu acara baik formal
- Ucapan, tekanan kata,
intonasi, dan ejaan maupun non formal.
• Topik - Menyimpulkan materi pembelajaran memandu acara.
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


Memandu acara dalam berbagai
acara formal dan nonformal.
3.7 Memahami dan - Membaca carita pondok, kemudian bertanya jawab
• Struktur teks
mengidentifikasi - Narasi tentang isi ceritanya.

MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA


struktur, unsur, dan - Dialog - Mengidentifikasi struktur, unsur, dan aspek kebahasaan
aspek kebahasaan - Alur teks. yang terdapat dalam carita pondok yang dibaca.
carita pondok. • Unsur carpon - Menunjukan bagian-bagian carita pondok yang memuat
- Tema nilai-nilai kehidupan.

BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI


- Sudut pandang penceritaan - Membuat kelompok kecil untuk menyusun potongan-
4.7 Menanggapi - Alur cerita - Latar Cerita
nilai-nilai carita potongan carita pondok menjadi carita pondok yang
- Amanat
pondok dengan sempurna di atas selembar karton.
• Aspek kebahasaan
memperhatikan - Gaya bahasa - Menganalisis carpon hasil kerja kelompok dari segi unsur,
unsur-unsur - Penggunaan idiom struktur, dan aspek kebahasaan.
intrinsik, struktur - Kalimat langsung dan tak - Menyajikan hasil tugas kelompok.
teks, serta aspek langsung. - Memberikan tanggapan terhadap hasil pekerjaan
kebahasaan. - Pikiran utama dan kelompok lain di depan kelas.
keterpaduan paragraf. - Menyimpulkan pembelajaran materi carita pondok.
• Topik - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
Carpon dengan berbagai tema.
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.8 Memahami dan • Struktur teks - Membaca teks laporan peristiwa dari berbagai sumber.
mengidentifikasi - Bagian pembukaan - Berdiskusi untuk menganalisis struktur teks dan aspek-
struktur teks dan - Bagian Isi aspek kebahasaan yang terkandung di dalam teks
aspek kebahasaan - Bagian penutup laporan peristiwa.
laporan peristiwa. • Unsur kebahasaan - Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa penting yang
- Jenis kata mungkin atau sering terjadi di lingkungan sekitar yang
4.8 Menyusun dan - Jenis kalimat dapat disusun menjadi laporan peristiwa.
menanggapi laporan - Menyusun rangka karangan - Menyusun teks laporan peristiwa dengan
peristiwa dengan menjadi Paragraf memperhatikan struktur dan aspek-aspek kebahasaan.
memperhatikan • Topik - Menyampaikan tanggapan terhadap teks laporan
kerunutan kalimat Laporan peristiwa yang terjadi di peristiwa yang buat oleh teman.
dan kesantunan lingkungan sekitar siswa. - Menyimpulkan materi pembelajaran laporan peristiwa.
berbahasa. - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
61
62
Kelas IX
Alokasi waktu: 2 jam pelajaran/minggu

Kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial, dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching), pada pembelajaran kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan melalui keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi
peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran
berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


lanjut. Pembelajaran untuk kompetensi pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut.

MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA


Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

• Fungsi sosial - Menyimak teks biantara yang dibacakan oleh guru sebagai
3.1 Memahami dan Biantara (pidato) sebagai sarana model atau melalui tayangan audio visual.

BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI


mengidentifikasi teks komunikasi untuk menyampaikan
biantara dengan - Mendiskusikan teks biantara untuk menganalisis fungsi
pesan secara langsung dengan sosial, struktur, dan aspek-aspek kebahasaan.
memperhatikan memperhatikan seni dan gaya
fungsi sosial, struktur - Mengamati dan mencoba memahami isi teks biantara
bicara (art of speech).
teks, dan aspek yang sudah disediakan oleh guru.
kebahasaan yang • Struktur teks
benar dan sesuai - Bagian pembukaan
konteks. - Bagian Isi
- Bagian penutup
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

4.1 Menyajikan teks • Aspek kebahasaan


biantara dengan - undak usuk basa - Memperagakan contoh biantara dengan memperhatikan
memperhatikan - Gaya bahasa artikulasi, tempo, lagu kalimat, dan ekspresi yang tepat.
fungsi sosial, struktur - Kalimat/wacana persuasif - Menanyakan hal-hal yang belum dipahami dari pelajaran
teks, dan aspek • Topik biantara.
kebahasaan yang Menyampaikan biantara dengan - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
benar sesuai konteks. berbagai tema.
3.2 Mengidentifikasi • Struktur teks - Membaca atau menonton tayangan film tentang
isi teks deskripsi - Pembuka kehidupan masyarakat di kampung adat Sunda.
tentang kampung - Isi - Bertanya jawab tentang isi tayangan film masyarakat
adat Sunda, dengan - Penutup kampung adat Sunda.
memperhatikan
• Unsur Kebahasaan - Berdiskusi untuk menganalisis struktur teks atau
struktur teks dan
- Kalimat deklaratif dan penyajian pada tayangan kehidupan masyarakat di
aspek kebahasaan
interogatif . kampung adat Sunda.
yang benar dan sesuai
- Ungkapan persetujuan - Berdiskusi untuk menganalisis berbagai aspek
konteks.
- Ucapan, tekanan kata, intonasi, kebahasaan yang terkandung dalam teks atau bahan
ejaan, tanda baca tayang.
• Topik - Mencari sendiri teks atau bahan tayang mengenai
Kehidupan masyarakat di kehidupan masyarakat di kampung adat Sunda dari
beberapa Kampung Adat Sunda. berbagai referensi/media.
- Menganlisis teks bahan tayang untuk kemudian disajikan
secara deksriptif dalam bentuk presentasi, infografik,
atau display.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
63
64
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

4.2 Menyajikan secara - Membandingkan dan bertanya jawab mengenai


deskriptif (baik persamaan atau perbedaan adat kebiasaan masyarakat
lisan maupun kampung adat Sunda.
tulisan) hasil analisis - Menanyakan hal-hal yang tidak diketahui atau belum
atau pengamatan dipahami.
terhadap kampung - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
adat Sunda dengan
memanfaatkan

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


berbagai media.
3.3 Mengidentifikasi
• Unsur-unsur intrinsik novel. - Mengamati dan membaca teks ringkasan novel remaja.
unsur intrinsik
- Tema - Berdiskusi dalam kelompok untuk menganalisis unsur-

MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA


ringkasan novel
- Pelaku unsur intrinsik novel remaja.
remaja dengan
- Latar - Mendiskusikan berbagai aspek kebahasaan yang
memperhatikan
- Alur terkandung dalam teks ringkasan novel remaja.
struktur teks dan

BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI


- Sudut Pandang - Mencari novel remaja dan meringkasnya sesuai prosedur
aspek kebahasaan
- Amanat yang telah ditetapkan.
yang benar dan sesuai
• Unsur Kebahasaan - Mendeskripsikan isi ringkasan novel remaja dengan
konteks.
- Pikiran utama dan pikiran memperhatikan struktur teks dan aspek kebahasaan.
4.3 Mendeskripsikan penjelas paragraf - Bertanya jawab mengenai berbagai hal yang belum
isi ringkasan novel - Wacana narasi. dipahami.
remaja, dengan - Ejahan dan tanda baca. - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
memperhatikan • Topik
struktur teks dan Novel remaja dengan berbagai
aspek kebahasaan tema dan mengandung nilai-nilai
yang benar dan sesuai kehidupan yang baik.
konteks.
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.4 Mengidentifikasi - Membaca dan mengamati teks/wacana yang


kekayaan idiom • Fungsi sosial
mengandung berbagai macam idiom bahasa Sunda.
bahasa Sunda dan Memanfaatkan berbagai
- Berdiskusi untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan
nilai-nilai yang idiom bahasa Sunda sebagai
jenis idiom bahasa Sunda.
terkandung di kekayaan bahasa dan budaya
- Berdiskusi tentang fungsi sosial idiom bahasa Sunda dan
dalamnya dengan yang mengandung nilai-nilai
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
memperhatikan kehidupan dalam komunikasi
- Berdiskusi dalam kelompok untuk membuat contoh-
struktur, fungsi sehari-hari.
contoh penggunaan idiom bahasa Sunda dalam
sosial, dan aspek • Struktur Teks
komunikasi lisan atau tulisan.
kebahasaan. - Penggunaan idiom Sunda dalam
- Setiap kelompok mempresentasikan idiom bahasa Sunda
komunikasi lisan dan tulisan.
dengan ragam yang berbeda dan menyampaikan nilai-
4.4 Menyajikan kekayaan - Idiom dalam teks-teks sastra.
nilai kehidupan yang terkandung di dialamnya.
idiom bahasa Sunda Idiom dalam teks-teks non sastra.
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
serta nilai-nilai • Aspek Kebahasaan
yang terkandung di - Babasan dan paribasa Sunda.
dalamnya dengan - Uga dan cacandran
memanfaatkan - Caturangga
berbagai media. - Kapamalian
- Dsb.
• Topik
Ragam dan jenis idiom bahasa
Sunda.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
65
66
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.5 Mengidentifikasi • Struktur teks. - Membaca naskah drama remaja.


struktur, unsur, serta Drama sebagai genre sastra - Berdiskusi secara berkelompok untuk menganalisis unsur-
aspek kebahasaan mandiri yang berbeda dengan unsur naskah drama remaja.
teks drama. prosa dan puisi dengan dialog - Mendiskusikan aspek-aspek kebahasaan teks drama.
sebagai unsur utamanya. - Memilih dan menentukan teks drama untuk pementasan
• Unsur drama kelompok.
- Penokohan - Berlatih mendemonstrasikan/memeragakan teks drama
- Babak dan adegan secara berkelompok dengan memperhatikan aspek-aspek

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


- Dialog pementasan yang benar.
- Prolog dan epilog - Memeragakan/mementaskan teks drama remaja dengan
- Pesan/amanat memperhatikan ucapan, tekanan kata, irama dan tempo,

MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA


• Aspek-aspek yang perlu dan lagu kalimat yang benar.
diperhatikan dalam pementasan - Menanggapi pementasan drama yang dilakukan oleh
drama kelompok.
- Penyutradaraan - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.

BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI


- Aktor dan aktris
- Pentas dan penataan adegan
- Vokal dan ekspresi
- Kostum dan artistik.
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

4.5 Mendemontrasikan • Unsur Kebahasaan


adegan drama - Istilah-istilah khusus yang
dengan terdapat dalam genre drama.
memperhatikan - Jenis-jenis kalimat tanya,
penghayatan, kalimat perintah, kalimat seru,
ekspresi, gestur dan dan kalimah berita.
lagu kalimat yang - Ucapan, tekanan kata,
tepat. intonasi, tempo, irama, dan
lagu kalimat.
- Ejaan dan tanda baca.
• Topik
Drama remaja dengan berbagai
tema yang mengandung nilai-
nilai kehidupan yang baik.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
67
Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH
(SMP/MTs)
MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA

A. BATASAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan
dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam
upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis
agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan satu
kali pertemuan atau lebih.

B. KOMPONEN RPP
Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses,
komponen RPP terdiri atas:

LAMPIRAN-LAMPIRAN
69
1. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
2. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
3. Kelas/semester;
4. Materi pokok;
5. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran
yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
6. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
7. Kompetensi dasar (KD) dan indikator pencapaian kompetensi;
8. Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator ketercapaian kompetensi;
9. Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang
akan dicapai;
10. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran;
11. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;
12. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan,
inti, dan penutup; dan
13. Penilaian hasil pembelajaran.

C. PRINSIP PENYUSUNAN RPP


Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut.
1. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat
intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial,
emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang
budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


70 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
3. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi,
minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
4. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan,
dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
5. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
6. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
7. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
8. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

D. LANGKAH PENYUSUNAN RPP


RPP merupakan panduan yang akan diimplementasikan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Inti dalam RPP adalah rencana kegiatan
pembelajaran.
1. Penetapan Identitas RPP
Identitas RPP mencakup komponen:
a. Identitas sekolah
b. Identitas matapelajaran
c. Tema (khusus untuk SD/MI)
d. Materi pokok
e. Alokasi waktu
2. Penyusunan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan KD dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sebaiknya, tujuan disusun
secara integratif sehingga rumusannya tidak harus mengulang atau
sama dengan rumusan indikator. Penempatannya bisa sebelum KD dan
Indikator.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
71
3. Penetapan KD dan penyusunan indikator pencapaian kompetensi
KD dipilih dan ditetapkan berdasarkan KI-KD, kemudian dijabarkan
menjadi indikator pencapaian kompetensi. Rumusan indikator disusun
menggunakan kata kerja operasional sesuai dengan ranah kompetensi
pengetahuan (kognitif) dan ranah kompetensi keterampilan (psikomotor).
4. Penyusunan materi pembelajaran
Materi pembelajaran disusun dengan memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator ketercapaian kompetensi.
a. Materi fakta berupa segala hal yang bewujud kenyataan dan
kebenaran, meliputi nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang,
nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda,
contoh karya, dan sebagainya
b. Materi konsep berupa segala yang berwujud pengertian-pengertian
baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi,
pengertian, ciri khusus, hakekat, inti /isi dan sebagainya.
c. Materi prinsip berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi
terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma,
teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan
implikasi sebab akibat.
d. Materi Prosedur meliputi langkah-langkah secara sistematis atau
berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu
sistem.
5. Pemilihan dan penetapan metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang
akan dicapai. Pendidik boléh memilih model, metode, dan teknik sendiri
sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
6. Pemilihan dan penetapan media pembelajaran
Media pembelajaran berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran. Media pembelajaran dipilih dan ditetapkan
sesuai dengan materi pembelajaran dan situasi pembelajaran.
7. Pemilihan dan penetapan sumber belajar
Sumber belajar dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan. Sumber belajar yang
digunakan dicantumkan dalam RPP.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


72 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
8. Penyusunan langkah pembelajaran
Langkah pembelajaran disusun dalam tiga tahap kegiatan, yakni kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup.
a. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib menyusun:
1) Orientasi, untuk menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik
untuk mengikuti proses pembelajaran dan memusatkan perhatian
peserta didik pada materi yang akan diajarkan;
2) Motivasi belajar peserta didik secara kontekstual dengan
merumuskan manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan
sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal,
nasional dan internasional, serta disesuaikan dengan karakteristik
dan jenjang peserta didik;
3) Apersepsi, dengan merumuskan kaaitan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari;
4) Pemberian acuan, menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai dan cakupan materi.
b. Kegiatan Inti
1) Menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
2) Dalam memperkuat pendekatan saintifik, tematik, dan tematik
terpadu, sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk
mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan
kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning).
3) Memuat pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang terintegrasi pada pembelajaran. Sikap dimiliki melalui
proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, hingga mengamalkan. Pengetahuan dimiliki melalui
aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, hingga mencipta. Keterampilan diperoleh melalui
kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
mencipta.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
73
c. Kegiatan Penutup
1) Menyusun refleksi untuk mengevaluasi seluruh rangkaian aktivitas
pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya
secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak
langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
serta memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran;
2) Merumuskan rencana kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok;
3) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya.
9. Penyusunan penilaian hasil pembelajaran
Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian
otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik,
proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga
komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan
belajar peserta didik yang mampu menghasilkan dampak instruksional
(instructional effect) pada aspek pengetahuan dan dampak pengiring
(nurturant effect) pada aspek sikap.
a. Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program
perbaikan (remedial) pembelajaran, pengayaan (enrichment), atau
pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik digunakan
sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai
dengan Standar Penilaian Pendidikan.
b. Penilaian proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran
dengan menggunakan alat: (1) lembar pengamatan, (2) angket
sebaya, (3) rekaman, (4) catatan anekdot, dan (5) refleksi.
c. Penilaian hasil pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran
dan di akhir satuan pelajaran dengan menggunakan metode dan alat:
(1) tes lisan/perbuatan dan (2) tes tulis. Tes tulis berbentuk uraian
atau esai.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


74 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
Contoh RPP:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Nama Sekolah : SMP/MTs -------------------


Mata Pelajaran : Bahasa Sunda
Kelas/Semester : VIII/1
Materi Pokok : Ngaregepkeun Kawih
Alokasi Waktu : 8 JP (4x Pertemuan)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah kegiatan belajar mengajar materi kawih selesai, peserta didik


dapat:
1. Mengidentifikasi rumpaka kawih sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
2. Menganalisis rumpaka kawih sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
3. Menanggapi rumpaka kawih secara lisan dan tulisan.
4. Mengekspresikan rumpaka kawih secara lisan.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOM-


PETENSI

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


Peserta didik dapat:
3.1 Mengidentifikasi
3.1.1 Menjelaskan tema kawih sesuai dengan
bentuk, struktur
kaidah-kaidahnya
teks, unsur dan
3.1.2 Menjelaskan amanat yang terdapat
aspek kebahasaan
dalam rumpaka kawih sesuai dengan
rumpaka kawih
kaidah-kaidahnya
3.1.3 Mengidentifikasi purwakanti kawih
sesuai dengan kaidah-kaidahnya
3.1.4 Menerangkan isi/makna rumpaka kawih
sesuai denga kaidah-kaidahnya

LAMPIRAN-LAMPIRAN
75
4.1 Mengomunikasikan Pertemuan Kedua
rumpaka kawih atau Peserta didik dapat:
melantunkannya 1.1.1 Menceritakan kembali isi kawih “Jang”
dengan dengan bahasa tulisan yang sesuai
memperhatikan dengan kaidah-kaidahnya.
ekspresi dan teknik
vokal. Pertemuan Ketiga dan Keempat
Peserta didik dapat:
1.1.2 Menyanyikan kawih Jang dengan ekspresi
dan teknik vokal yang benar.
1.1.3 Menyanyikan kawih Jang dengan ekspresi
yang benar.

C. MATERI PEMBELAJARAN

Fakta:
• Berbagai contoh teks rumpaka kawih dari berbagai sumber.

Konsep:
• Ciri-ciri, pengertian, perbedaan jenis, tema, dan tujuan rumpaka
kawih
• Struktur rumpaka kawih
• Unsur-unsur rumpaka kawih

Prinsip:
• Karakteristik rumpaka kawih
• Ciri-ciri kebahasaan dalam rumpaka kawih
• Istilah-istilah dalam kawih Sunda

Prosedur:
• Langkah-langkah analisis teks rumpaka kawih
• Proses penyajian laporan hasil analisis teks rumpaka kawih
• Tahap-tahap pelantunan rumpaka kawih

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


76 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
Conto rumpaka kawih:

JANG
Cipt. Oon B

Jang hirup téh teu gampang
Teu cukup ku dipikiran
Bari kudu dilakonan
Jang, jalan kahirupan
Henteu sapanjangna datar
Aya mudun jeung tanjakan
Kudu sabar dina kurang
Ulah nepak dada beunghar
Salawasna kudu sukur
Éling kanu Maha Agung
Kadé hidep bisi kufur

Jang, sing jadi jalma hadé


Sing jadi jalma gedé
Beunghar harta jembar haté
Jang hidep sing ngajalma
Turut paréntah agama
Ulah jauh ti ulama
Nyobat sareng ahli tobat
Dalit sareng para kiai
Hirup keuna ku owah gingsir
Ngarah aya anu ngageuing
Mangsa léngkah ninggang salah

Sing pinter tur bener


Sing jujur tong bohong
Ulah nganyerikeun batur
Ngarah hirup loba dulur
Raksa ucap lampah
Tékad jeung tabéat

LAMPIRAN-LAMPIRAN
77
Ngarah pinanggih bagja
Salamet dunya ahérat
Jang.....jang.....
Sing jadi jalma soléh

D. METODE PEMBELAJARAN
• Model Pembelajaran Discovery
• Teknik Diskusi, Pemberian Tugas

E. MEDIA PEMBELAJARAN
Laptop, infocus, speaker active

F. SUMBER PEMBELAJARAN :
• Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. 2013. Buku Siswa Pamekar
Diajar Basa Kelas VIII. Bandung. Hal 2-14.
• Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. 2013. Buku Pegangan Guru
Pamekar Diajar Basa Kelas VIII. Bandung.
• Hadi, Ahmad, Drs. 1991. Peperenian. Bandung: Geger Sunten.

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Pertemuan Kesatu

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu

• Guru mengkondisikan peserta didik untuk belajar.


• Guru memotivasi peserta didik untuk berperan
aktif dalam pembelajaran.
• Guru menyampaikan KD, tujuan, dan indikator
materi pembelajaran kawih.
Pendahuluan 10 menit
• Guru menyampaikan langkah-langkah kegiatan
yang akan ditempuh untuk mencapai kompetensi.
• Guru mengecek kemampuan prasyarat peserta
didik dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana
yang berkaitan dengan kawih.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


78 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
• Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai
materi kawih.
• Peserta didik dan guru berdiskusi tentang materi
kawih. 60
Kegiatan Inti • Peserta didik menuliskan satu rumpaka kawih yang menit
dihafalnya.
• Peserta didik mengidentifikasi rumpaka kawih
yang dihafalnya.
• Peserta didik bersama guru menyimpulkan hasil
pembelajaran materi kawih.
• Peserta didik bersama guru merefleksi kegiatan
pembelajaran kawih.
• Peserta didik diberi kesempatan mengemukakan
manfaat dari belajar rumpaka kawih.
Penutup • Peserta didik menjawab pertanyaan guru 10 menit
mengenai materi kawih sesuai dengan indikator.
• Guru memberi tugas untuk menghafal salah satu
kawih Sunda dengan judul bebas.
• Guru menyampaikan rancangan pembelajaran
pada pertemuan yang akan datang.
• Guru mengakhiri pelajaran.

Pertemuan Kedua

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu

• Guru mengkondisikan peserta didik untuk


belajar.
• Guru memotivasi peserta didik untuk
berperan aktif dalam pembelajaran.
• Guru menyampaikan KD, tujuan, dan
indikator materi pembelajaran kawih.
• Guru menyampaikan langkah-langkah
kegiatan yang akan ditempuh untuk
Pendahuluan
mencapai kompetensi. 10 Menit
• Guru mengaitkan materi kawih yang akan
disampaikan dengan materi kawih yang telah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
• Guru mengecek kemampuan prasyarat
peserta didik dengan pertanyaan-pertanyaan
sederhana yang berkaitan dengan materi
kawih yang telah disampaikan sebelumnya.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
79
• Peserta didik menyimak kawih Jang yang
diputar melalui tape recorder.
• Peserta didik dengan bimbingan guru belajar
menyanyikan lagu kawih Jang .
• Peserta didik dibentuk kelompok sebanyak
Kegiatan Inti empat orang untuk mengidentifikasi rumpaka 60 Menit
kawih Jang dengan mengisi LK.
• Peserta didik mewakili kelompoknya menyam-
paikan hasil diskusinya.
• Guru memberikan penguatan.
• Peserta didik bersama guru menyimpulkan
hasil identifikasi rumpaka kawih Jang.
• Peserta didik bersama guru merefleksi
kegiatan pembelajaran kawih.
• Peserta didik diberi kesempatan
mengemukakan manfaat dari belajar
rumpaka kawih.
• Peserta didik menjawab pertanyaan guru
Penutup mengenai materi kawih sesuai dengan 10 Menit
indikator.
• Guru memberi tugas untuk menghafal kawih
Jang.
• Guru menyampaikan rancangan
pembelajaran pada pertemuan yang akan
datang.
• Guru mengakhiri pelajaran.

Pertemuan Ketiga

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu


• Guru mengkondisikan peserta didik untuk
belajar.
• Guru memotivasi peserta didik untuk
berperan aktif dalam pembelajaran.
• Guru menyampaikan KD, tujuan, dan indikator
materi pembelajaran kawih.
Pendahuluan 10 Menit
• Guru menyampaikan langkah-langkah
kegiatan yang akan ditempuh untuk mencapai
kompetensi.
• Guru mengaitkan materi kawih yang akan
disampaikan dengan materi kawih yang telah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


80 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
• Guru mengecek kemampuan prasyarat
peserta didik dengan pertanyaan-pertanyaan
sederhana yang berkaitan dengan materi
kawih yang telah disampaikan sebelumnya.
• Peserta didik secara individu ditunjuk untuk
menembangkan kawih Jang. 60 Menit
Kegiatan Inti
• Guru memberikan penguatan.
• Peserta didik bersama guru merefleksi
kegiatan unjuk kerja menembangkan kawih
Jang.
• Peserta didik diberi kesempatan
mengemukakan manfaat dari belajar rumpaka
kawih.
• Peserta didik menjawab pertanyaan guru
Penutup mengenai materi kawih sesuai dengan 10 Menit
indikator.
• Guru memberi tugas untuk menghafal kawih
Jang bagi yang belum tampil dan belum hafal.
• Guru menyampaikan rancangan pembelajaran
pada pertemuan yang akan datang.
• Guru mengakhiri pelajaran.

Pertemuan Keempat
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu
• Guru mengkondisikan peserta didik untuk
belajar.
• Guru memotivasi peserta didik untuk
berperan aktif dalam pembelajaran.
• Guru menyampaikan KD, tujuan, dan
indikator materi pembelajaran kawih.
• Guru menyampaikan langkah-langkah
kegiatan yang akan ditempuh untuk
Pendahuluan mencapai kom­petensi. 10 Menit
• Guru mengaitkan materi kawih yang
akan disampaikan dengan materi kawih
yang telah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya.
• Guru mengecek kemampuan prasyarat
peserta didik dengan pertanyaan-pertanyaan
sederhana yang berkaitan dengan materi
kawih yang telah disampaikan sebelumnya.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
81
• Peserta didik secara individu ditunjuk untuk
menembangkan kawih Jang.
Kegiatan Inti 60 Menit
• Guru memberikan penguatan.
• Peserta didik bersama guru merefleksi
kegiatan unjuk kerja menembangkan kawih
Jang.
• Peserta didik diberi kesempatan
mengemukakan manfaat dari belajar
rumpaka kawih.
• Peserta didik menjawab pertanyaan guru
mengenai materi kawih sesuai dengan
Penutup indikator. 10 Menit
• Guru memberi tugas untuk menghafal kawih
Jang bagi yang belum tampil dan belum
hafal.
• Guru menyampaikan rancangan
pembelajaran pada pertemuan yang akan
datang.
• Guru mengakhiri pelajaran.

H. PENILAIAN

1. Aspek Kognitif
a. Teknik penilaian : Tes tertulis
b. Bentuk instrumen : Soal uraian
c. Kisi-kisi :
Aspek Jumlah
No. Indikator Pencapaian Kompetensi No Soal
Kognitif Butir Soal
8.3.1.1 Menjelaskan tema kawih yang
dihafalnya sesuai dengan
1 C2 1 1
kaidah-kaidahnya.
8.3.1.2 Menjelaskan amanat yang
terdapat dalam rumpaka kawih
2 yang dihafalnya sesuai dengan C2 1 2
kaidah-kaidahnya.
8.3.1.3 Mengidentifikasi purwakanti
kawih yang dihafalnya sesuai
3 C3 1 3
dengan kaidah-kaidahnya.

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


82 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
8.3.1.4 Menerangkan isi/makna
rumpaka kawih yang dihafalnya
4
sesuai denga kaidah- C2 2 4&5
kaidahnya.
d. Instrumen Soal Pengetahuan
1) Naon téma kawih "Jang" téh?
2) Jelaskeun sacara ringkes amanat nu nyampak dina kawih "Jang"!
3) Tuliskeun purwakanti kawih "Jang" paling saeutik dina sapada!
4) Naon sababna urang kudu nyobat jeung ahli tobat jeung kudu
dalit jeung para kiayi?
5) Terangkeun naon nu dimaksud yén hirup téh henteu sapanjangna
datar, aya mudun jeung tanjakan!
e. Konci Jawaban
1) Papatah ti kolot ka anakna.
2) Ulah aral lamun manggih kasusah, ulah sombong mun manggih
kabungah, urang kudu bisa ngajaga omongan jeung kalakuan,
ulah nepi ka nyerikeun batur, kudu deukeut jeung ulama sangkan
aya nu ngingetan lamun urang milampah kasalahan.
3) ang, an, an
an, ar, an
ang, ar, ur, ung, ur
4) Ngarah aya anu ngingetan, lamun urang milampah kasalahan.
5) Hirup teu salawasna senang, teu salawasna susah. Kadang-
kadang urang manggih kabungah, kadang-kadang manggih
kasedih. Jadi dina nyorang kahirupan, kudu aya dina kasabaran.

Rublik Penilaian Soal

No. Uraian Skor


1 Jika jawaban benar dan lengkap 10
2 Jika jawaban benar dan lengkap 25
3 Jika jawaban benar dan lengkap 10
4 Jika jawaban benar dan lengkap 20
5 Jika jawaban benar dan lengkap 25
Jumlah Skor 100

LAMPIRAN-LAMPIRAN
83
Perhitungan skor akhir :
Jumlah Skor yang Diperoleh
Nilai Akhir = X 100
Skor Maksimum
Keterangan:
Sangat Baik (A) : 86 – 100
Baik (B) : 71 – 85
Cukup (C) : 56 – 70
Kurang (D) : ≤ 55

2. Aspek Keterampilan
a. Teknik peniaian : Tes Praktik
b. Bentuk instrumen : Lembar Observasi

Instrumen Penilaian Tes Praktik


Hasil Penilaian
No. Indikator
3 2 1
1.1.1.1 Menceritakan kembali isi kawih Jang dengan
1 bahasa tulisan dengan ejaan yang baik dan
benar.
1.1.1.2 Menyanyikan kawih Jang dengan teknik vokal
2
yang benar.
1.1.1.3 Menyanyikan kawih Jang dengan ekspresi
3
yang benar.
Jumlah Skor yang Diperoleh

3. Soal Aspek Keterampilan


1. Caritakeun deui eusi kawih "Jang" maké basa sorangan kalayan
ngagunakeun éjahan anu bener!
2. Tembangkeun kawih "Jang" kalayan téhnik vokal anu bener!
3. Tembangkeun kawih "Jang" kalayan éksprési nu bener!

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


84 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI
4. Rubrik Penilaian

No Indikator Rubrik
3 Mampu menceritakan kembali isi kawih
Jang dengan bahasa tulisan yang sesuai
dengan kaidah-kaidahnya
Menceritakan kembali 2 Kurang mampu menceritakan kembali isi
isi kawih Jang dengan
kawih Jang dengan bahasa tulisan yang
1 bahasa tulisan yang
sesuai dengan kaidah-kaidahnya
sesuai dengan kaidah-
kaidahnya. 1 Belum mampu menceritakan kembali isi
kawih Jang dengan bahasa tulisan yang
sesuai dengan kaidah-kaidahnya

3 Mampu menyanyikan kawih Jang dengan


Menyanyikan kawih teknik vokal yang benar
Jang dengan teknik 2 Kurang mampu menyanyikan kawih Jang
vokal yang benar. dengan teknik vokal yang benar
1 Belum Mampu menyanyikan kawih Jang
dengan teknik vokal yang benar
3 Mampu menyanyikan kawih Jang dengan
Menyanyikan kawih ekspresi yang benar
Jang dengan ekspresi 2 Kurang mampu menyanyikan kawih Jang
yang benar. dengan ekspresi yang benar
1 Belum Mampu menyanyikan kawih Jang
dengan ekspresi yang benar

Perhitungan skor akhir:

Jumlah Skor yang Diperoleh


Nilai Akhir = x 100
Skor Maksimum
Keterangan:
Sangat Baik (A) : 86 – 100
Baik (B) : 71 – 85
Cukup (C) : 56 – 70
Kurang (D) : ≤ 55

LAMPIRAN-LAMPIRAN
85
Mengetahui ......................, ..........................

Kepala SMP ............................. Guru Mata Pelajaran,

.................................................. ................................................

KURIKULUM TINGKAT DAERAH


86 MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SD/MI

Anda mungkin juga menyukai