Anda di halaman 1dari 3

Perakitan lembaga Badan Karantina Indonesia (Barantin) terus digodok berbagai pihak yang dipimpin

oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar
Pandjaitan bersama seluruh Kementerian dan Lembaga, terutama Badan Karantina Pertanian
(Barantan) Kementerian Pertanian.

Untuk diketahui, Presiden Joko Widodo akan membentuk Badan Karantina Indonesia.
Keputusan tersebut tertuang melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 45 Tahun 2023
tentang Badan Karantina Indonesia (Barantin).

Dengan Perpres tersebut, kewenangan fungsi karantina tidak lagi di masing-masing K/L
yakni Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK).

“Tadi kami diundang rapat dengan Menko Marves tentang kesiapan Badan Karantina Pertanian
(Barantan), Kementerian Pertanian yang akan diintegrasikan bersama Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM), Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) menjadi Badan Karantina Indonesia (Barantin),” jelas Kepala Badan Karantina
Pertanian, Ir. Bambang, M.M di kantor Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian,
Jakarta Selatan, Senin (31/07).
Dalam rapat koordinasi tersebut, Menko Marves ingin mempercepat progress dari terbitnya
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 29 Tahun 2023 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Ditambah
terbitnya Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 45 Tahun 2023 tentang Badan Karantina
Indonesia.

Mengenai integrasi Barantan kedalam tubuh Barantin, Bambang bersama jajarannya mengaku
siap berintegrasi. “Integrasi Barantin menjadi efisiensi dan efektivitas pelaksanaan fungsi
Karantina untuk menjaga Indonesia lebih luas, kuat, dan mendalam,” ungkapnya.
Bambang menegaskan, keinginan negara membentuk Badan Karantina Indonesia sangat baik
yaitu memperkuat dan memperluas fungsi karantina agar Indonesia bisa terjaga dari berbagai
marabahaya. Lahirnya Badan Karantina Indonesia diakui Bambang juga untuk memperluas
pelaksanaan fungsi karantina sekaligus mempermudah pelayanan karantina bagi pelaku usaha.
“Dimanapun Badan Karantina Pertanian ditempatkan, aspek dan fungsi karantina tegak lurus
untuk menjaga keberlanjutan pertanian,” tegasnya.

Lebih lanjut Bambang menjelaskan, dengan adanya Badan Karantina Indonesia pengawasan
hingga pemeriksaan masuk dan keluarnya barang dari dan ke Indonesia atau ekspor-impor
akan lebih luas. Selama ini, Badan Karantina hanya berfokus pengawasan dan pemeriksaan
di 601 titik akses ekspor-impor.

Sebagai informasi, sebelum ada Peraturan Presiden RI Nomor 45 Tahun 2023 tentang
Badan Karantina Indonesia, mengenai pentingnya karantina nasional tertuang dalam
Undang-undang (UU) Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan
Tumbuhan.

Jadi, Bambang menjelaskan dengan Perpres Nomor 45 Tahun 2023 yang diperkuat dengan
Peraturan Pemerintah (PP) 29/2023, pengawasan dan pemeriksaan ekspor impor di
Indonesia lebih luas lagi, bahkan hingga ke pintu masuk dan keluar di wilayah terluar dan
pulau-pulau kecil. “Sebelumnya, wilayah terpencil seperti jalur tikus, Pelabuhan rakyat, pulau-
pulau terdepan dan terpencil diserahkan kepada Otoritas Veteriner yang terdiri Ditjen Teknis,
Pemda, Pos Lintas Batas dan seluruh elemen masyarakat. Dengan transformasi ini, Otoritas
Veteriner tersebut tetap mengawal tetapi Badan Karantina Indonesia tetap bertanggung jawab,”
urainya.

Tak hanya itu, fungsi karantina juga diperluas dari yang sebelumnya hanya berfokus pada
organisme pengganggu tumbuhan dan HPHK untuk hewan, kini memberikan perluasan
terhadap tugas pokok dan fungsi karantina termasuk juga jaminan keamanan mutu pangan dan
pakan.

“Baik yang masuk ke Indonesia maupun keluar Indonesia harus aman dari cemaran-cemaran
yang bisa membahayakan lingkungan Indonesia, Bisa saja cemaran biologis, cemaran fisik,
kimia, radioaktif, residu berbahaya dan lainnya,” tuturnya.

Dengan menjaga pintu untuk ekspor dan impor di dalam negeri, Bambang mengatakan akan
meningkatkan kepercayaan negara lain dan memperkuat Indonesia.

"Manfaatnya akan sangat besar sekali, jadi kepercayaan berbagai negara terhadap
Indonesia juga menjadi lebih kuat. Kemudian karantina tidak hanya semata melaksanakan
tugas pokok fungsi karantina tapi kita juga punya tugas memberikan karpet merah pada
dunia usaha yang lebih baik, formulasi ini yang kita bangun, kelancaran untuk dunia usaha
akan lebih cepat," pungkas Bambang.
Harmonisasi Peraturan

Dengan terbitnya Perpres ini, otomatis akan ada kelembagaan yang terpisahkan dari
Kementerian teknis sehingga perlu dipersiapkan. Sehingga Barantan sudah berkoordinasi
dengan BKIPM untuk ptimalisasi kinerja. SOTK kerja dan Renstra dan Renja, proses binsis
dan kaitkan dengan regulasi dibawahnya.
Termasuk, integrasi sistem karantina yang ada di Barantan dan BKIPM yaitu IQFast dan
Caroline. Keduanya akan diintegrasikan dengan Indonesia National Single Window (INSW)
menjadi Barantin System yang terintegrasi.
“Berdasarkan Perpres, sudah ada lembaganya (Badan Karantina Indonesia) paling lambat
waktu 6 bulan sejak Perpres diterbitkan, tetapi harmonisasi peraturan ini harus tetap kita
persiapkan cepat,” tambahnya.
Bambang meyakini, proses adaptasi dan gerakan Badan Karantina akan semakin lincah ke
depannya dengan lembaga terintegrasi ini. Sebab, Badan Karantina bukanlah bentukan
lembaga baru seperti yang lainnya.
Untuk diketahui, cikal bakal Badan Karantina sudah ada sejak 1887, ketika mulai dicetuskan
peraturan perundang undangan yang terkait dengan karantina (tumbuhan), yakni Ordonansi 19
Desember 1877 (Staatsblad No.262) tentang larangan pemasukan tanaman kopi dan biji kopi dari
Srilanka.

Pada tahun 1914 sebagai tindak lanjut dari Ordonansi 28 Januari 1914 (Staatsblad No.161)
penyelenggaraan kegiatan perkarantinaan secara institusional di Indonesia secara nyata baru
dimulai oleh sebuah organisasi pemerintah bernama Instituut voor Plantenzekten en Cultures
(Balai Penyelidikan Penyakit Tanaman dan Budidaya)

Pada tahun 1930 pelaksanaan kegiatan operasional karantina di pelabuhan-pelabuhan diawasi


secara sentral oleh Direktur Balai Penyelidikan Penyakit Tanaman dan Budidaya, serta
ditetapkan seorang pegawai Balai yang kemudian diberi pangkat sebagai
Plantenziektenkundigeambtenaar (pegawai ahli penyakit tanaman).

Anda mungkin juga menyukai