id
TAJUK UtAMA
PMMC
Medi A Ko M U ni K A si P en J U A L & P e M be L i F A r M A si
Vol. XXIII Maret - April 2014 Perkantoran Kencana Niaga Jl. Taman Aries Blok D1 - 2K & L, Kembangan, Jakarta 11620 Indonesia T +62 21 5858581 (hunting), 58906030, F +62 21 585 8570
PMMC news
News
12- 16
Tindakan Haram bisa Timbul dalam Sertifikasi Halal pada Obat. BPOM: Pelabelan Halal Harus ada Bukti SH dari MUI Penyaluran Dana BPJS Rawan Penyelewengan. For Immediate Release: Gelita Implementasikan ERP Generasi berikut dari EpiCor.
BPJS Beroperasi QUO VADIS Obat Halal ? Gallery Photo Kegiatan PMMC ISPE Indonesia Conference 2014 Rapat Volunteer ISPE Indonesia PT. TigAKA Distrido PerKAsA
TAJUK UtAMA
tentang Kesehatan; dan UU No. 18, Tahun 2012 tentang Pangan, Peraturan Pemerintah No 69, Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan; Keputusan Menteri Agama No. 518 Tahun 2001 tentang Pedoman dan Tata Cara Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal; dan Keputusan Meneri Agama No. 519, Tahun 2001 tentang Lembaga Pelaksana Pemeriksaan Pangan Halal dan lainnya. Selain itu, implementasi ini juga dimaksudkan untuk melindungi pengusaha nasional dari serbuan produk pangan impor, terutama di
bersambung hal. 2 bersambung hal. 3
PMMC news
Tutur beliau, bahwa isu terkait keberadaan obat yang mengandung bahan tidak halal atau berbahaya perlu dihentikan. Beliau menegaskan bahwa menjelang pelaksanaan BPJS pemerintah perlu mendorong ketersediaan obat di dalam negeri dan setiap saat bisa dibeli masyarakat. Selain itu, bapak Hasbullah Tabrani juga merujuk kepada surat Al-Baqarah ayat 113, yang kurang lebih sebagian isinya mengatakan bahwa bila dalam keadaan terpaksa dan bukan keinginannya dan tidak dikonsumsi berlebihan, seseorang harus mengonsumsi makanan atau minuman haram, maka (itu) tidak menjadi masalah. "Dan minum obat adalah situasi yang terpaksa, karena dia sakit. Dan buat saya itu tidak menjadi masalah," terang beliau. (tph/dbs)
TAJUK UtAMA Tindakan Haram Bisa Timbul Dalam Sertifikasi Halal Pada Obat, lanjutan hal 1.
BPOM : Pelabelan Halal Harus ada Bukti SH dari MUI, lanjutan halaman 1
era perdagangan bebas saat ini. Demikian ditandaskan Kepala Badan POM dalam kunjungan dinasnya dengan tim lengkap ke kantor Lembaga Pengkajian Pangan, Obatobatan dan Kosmetika, (LPPOM MUI) di Global Halal Centre Bogor, beberapa waktu lalu. Oleh karena itu, pencantuman label halal untuk produk halal yang beredar dan dipasarkan di Indonesia, harus dengan adanya bukti Sertifikat Halal dari MUI, Kepala Badan POM ini menegaskan. Misi Khidmatul-Ummah Sekaligus Melindungi Pengusaha Nasional Sesuai dengan misi Khidmatul-Ummah, MUI mengemban amanah melindungi umat dari produk-produk konsumsi yang tidak jelas kehalalannya. Untuk itu maka LPPOM MUI melakukan pengkajian dan penelitian atas produk-produk yang dihasilkan dalam proses sertifikasi halal, lalu melaporkan hasilnya kepada Komisi Fatwa MUI, yang kemudian menetapkan fatwanya. Ketetapan fatwa MUI yang dibuat secara tertulis dalam bentuk Sertifikat Halal kemudian disampaikan kepada Badan POM untuk memenuhi persyaratan pencantuman label halal pada produk yang dihasilkan
perusahaan. Demikian alur proses yang dilakukan dalam mengemban amanah umat ini, sebagaimana dijelaskan Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), Ir. Lukmanul Hakim, M.Si. Dari paparan yang dikemukakan ini, MUI menjalankan misi perlindungan umat sesuai dengan kaidah syariah, sekaligus juga berjuang untuk melindungi pengusaha nasional. Terutama di era pasar bebas kini, dengan gencarnya produk luar masuk ke pasar domestik kita, ujar Lukmanul Hakim yang didampingi para Wakil Direktur LPPOM MUI. Kunjungan dinas Kepala Badan POM bersama tim ke LPPOM MUI selain untuk mengukuhkan jalinan kerjasama yang telah
berjalan selama ini, juga dimaksudkan untuk membicarakan secara lebih teknis atas kesepakatan kerjasama yang telah dibuat dengan Nota Kesepahaman antara Badan POM dengan MUI. Yakni Nota Kesepahaman tentang Kerjasama Pencantuman Keterangan Halal pada Label pangan Olahan yang dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama Badan POM No. HK.08.1.53.05.13.2779; dan No. MOU.04/ Dir LPPOM MUI/V/13. Nota kesepahaman itu sendiri dimaksudkan sebagai pedoman dalam rangka pencantuman keterangan Halal pada label pangan olahan, sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
Sumber: http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/8/1990/30/1 Penanggung jawab kolom : Johanes, Franky, Fitri Publisher: seasiapublisentra@gmail.com website : www.pmmc.or.id
Pemimpin Umum: Kendrariadi , Pemimpin Redaksi: Aryo Baskoro Redaktur Pelaksana: Budi P Editor & Foto: Teguh P Herlambang
e-mail:pmmc-info@pmmc.or.id
PMMC news
Blending Workbench dalam Proses Manufakturing Penting untuk Memenuhi Harapan Pelanggan akan Produk Berkualitas
Vice President dan General Manager, Epicor Asia Pasifik. Sebagai inovator teknologi, Epicor adalah yang terdepan dalam pengembangan arsitektur yang model-driven dan berorientasi pada layanan. Keberhasilan yang diraih dalam mengkonfigurasi solusi proses manufakturing yang dibangun sesuai tujuan, seperti Blending Workbench bisa dikatakan adalah hasil kerja hebat tim Gelita dan Epicor. Kami berencana menawarkan fungsionalitas Blending Workbench ke pekerjaan proses manufakturing lain di Asia Pasifik, sehingga memperluas penawaran kami di industri proses manufakturing. Sumber: Gartner, Inc., Manage ERP Customizations, Dont Avoid Them by Christian Hestermann (August 27, 2013) Tentang Epicor Software Corporation Epicor Software Corporation adalah pemimpin global yang memberikan solusi software bisnis untuk industri manufakturing, distribusi, ritel dan layanan. Dengan lebih dari 40 tahun pengalaman melayani perusahaan kecil, menengah dan besar, Epicor memiliki lebih dari 20 ribu pelanggan di lebih dari 150 negara. Enterprise resource planning (ERP), retail management software, supply chain management (SCM), dan human capital management (HCM) dari Epicor memungkinkan perusahaan meningkatkan efisiensi dan meningkatkan keuntungan. Dengan sejarah panjang inovasi, keahlian dalam industri, dan semangat unggul, Epicor memberikan akuntabilitas satu poin yang dibutuhkan perusahaan lokal, regional, dan global. Epicor berkantor pusat di Dublin, California, dengan kantor dan afiliasi di dunia. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.epicor.com.
Follow Epicor on Twitter: @Epicor, @EpicorUK, @EpicorEMEA, @EpicorANZ, @EpicorLAC, @ Epicor_Retail, @Epicor_DIST dan Facebook.
Epicor dan logo Epicor adalah hak cipta milik Epicor Software Corporation, yang terdaftar di Amerika Serikat dan negara lain. Merek dagang lain dalam rilis ini adalah milik perusahaan masing-masing. Penawaran produk dan layanan dalam rilis ini diproduksi oleh Epicor Software Corporation.
e-mail:pmmc-info@pmmc.or.id
PMMC news
SYUKUrAn TAhUn bArU 2014 bersAMA AnAK-AnAK SOS ChiLdren's ViLLAges CibUbUr
Jakarta - Pengurus Pusat GP Farmasi Indonesia dan PMMC mengadakan acara Natal dan syukuran tahun baru 2014 bersama anak-anak SOS Children's Villages Cibubur, dengan mengusung tema "Songsong Tahun 2014 dengan Optimisme dan Semangat Perdamaian serta Kasih antar Umat Beragama", 7/2/2014. Para pengurus pusat GP Farmasi Indonesia turut menghadiri antara lain, Ketua Umum bapak Johannes Setijono, bapak Darojatun Sanusi (Direktur Eksekutif), bapak Anthony C Sunarjo (Ketua Dewan Penasehat), bapak Kendrariadi S (WaSekjen/Ketua Umum PMMC), bapak Vincent Harjanto (Pengurus Bid. Bahan Baku). Dari pengurus PMMC yang hadir antara lain, bapak Johannes Setiono (PT. Merindo Makmur), bapak Frans (PT. Susanti Printing), bapak Pascal Sormin (PT. Dian Cipta Perkasa), bapak Samsul T Suryadi (PT. Genero), bapak Bambang dan bapak Teddy Iman (PT. Enseval) serta ibu Fitri (Pengurus PMMC). Pengurus SOS Children's Villages Cibubur, ibu Hendro Priyono dan ibu Hadi Ramelan turut hadir dalam acara Natal dan Syukuran 2014. Beberapa pengurus GP Farmasi, PMMC dan SOS Children's Villages Cibubur menyalakan lilin dan memanjatkan doa untuk anakanak SOS Children's Villages dan negara Republik Indonesia supaya tetap damai. Acara tersebut dimeriahkan oleh alunan musik tradisional yang dikolaborasikan dengan musik masa kini dan dimainkan oleh anak-anak SOS Children's Villages Cibubur. Pertunjukan badut untuk membagikan hadiah untuk anak-anak SOS Children's Villages Cibubur juga dipersiapkan oleh panitia PMMC untuk menghibur anak-anak SOS Children's Villages Cibubur. Dari rangkaian acara tersebut, puncak acara syukuran dan tahun baru 2014 bersama anak-anak SOS Children's Villages Cibubur, pengurus GP Farmasi Indonesia, PMMC dan PT. Actavis Indonesia memberikan sumbangan, untuk mensejahterakan anak-anak SOS Children's Villages Cibubur.(tph)
e-mail:pmmc-info@pmmc.or.id
PMMC news
dan ibu Retno Tyas yang kebetulan saat itu berhalangan hadir . Seminar yang banyak mengulas berbagai topik menarik, diantaranya pemalsuan obat, dengan informasi pemalsuan diberbagai negara dan juga dunia, sangat menarik peserta seminar, karena growth setiap SEMINAR ON PROCESS AND PACKAGING tahunnya sekitar 13 persen dan sudah TECHNOLOGIES mencapai sekitar 80 BUSD. Seminar sehari itu diadakan di JW Mrriott ACG Worldwide, memberikan kenangHotel pada 19 Feb 2014 dan dihadiri lebih kenangan berupa bunga yang indah, dari 150 peserta yang berasal dari industri diberikan kepada, Mr Manish Embassy farmasi lokal maupun asing. of India, Mr Bayu Wibisono dari BPOM, Welcome speech yang dilakukan oleh Kendrariadi Chairman PMMC dan Syamsul T perwakilan ACG Worldwide, Mr Ajit Kanetkar Surjadi juga dari PMMC /GP Farmasi. dan dibuka secara resmi oleh Mr Manish, Seminar tersebut berlangsung hingga sore Deputy Chief of Mission Embassy of India. hari dan tentunya dengan harapan para Hadir dalam kesempatan itu juga, bapak peserta akan mendapat tambahan ilmu Bayu Wibisono sebagai staff Deputy 1 pengetahuan. (kr/tph) BPOM yang mewakili bapak Roy Sparingga
e-mail:pmmc-info@pmmc.or.id
PMMC news
Jakarta - Actavis Indonesia baru saja melalukan Natalan bersama anak-anak panti asuhan PELAYANAN KASIH BHAKTI MANDIRI di daerah Cibubur Jakarta Timur, Jumat 21 Februari 2014. Panti asuhan yang mempunyai anak asuh sekitar 83 orang itu dikelola secara baik, pendidikan, akomodasi dan tentunya dengan KASIH . Natal bersama ini diisi dengan berbagai permainan, kuis berhadiah,
e-mail:pmmc-info@pmmc.or.id
PMMC news
MensA GroUp
Mensa Building, Fl. 3 Jl. HR Rasuna Said Kav. B34-35 Kuningan, Jakarta INDONESIA Telpon: +6221-5222468 Fax:+62-21 5256337/5222467
Head Office:
PMMC news
Indonesia is projected to be the fastest-growing economy within the ASEAN, with an average annual growth rate of 6.0% in 2014-2018. CPhI South East Asia provides you with direct access to the ASEAN pharmaceutical market, enables you to identify new business opportunities, learn about the latest trends and nd new companies and partners for future collaboration in the ASEAN pharmaceutical market.
CPhI South East Asia brings together the whole world of pharma under one roof:
CPhI South East Asia is the marketplace for pharma ingredients manufacturers, suppliers and buyers. P-MEC showcases pharmaceutical machinery, laboratory equipment and analytical technology through face to face networking and education. InnoPack highlights the latest innovations in packaging & drug delivery systems, labelling and track & trace.
www.cphi.com/asean
8
Pharma Materials Management Club
Organised By:
e-mail:pmmc-info@pmmc.or.id
PMMC news
Pameran niaga industri farmasi, CPhI South East Asia kembali akan hadir di Jakarta International Expo tanggal 20 22 Mei 2014. Dengan menghadirkan lebih dari 260 peserta pameran mewakili lebih dari 51 negara dan kawasan di dunia, CPhI South East Asia menampilkan berbagai produk bahan baku obat berkualitas yang menjadi alternatif sourcing produsen farmasi. Melengkapi profil produk yang ditampilkan, CPhI South East Asia juga membawa InnoPack dengan rangkaian inovasi baru produk kemasan farmasi dan P-MEC South East Asia dengan mesin mesin dan peralatan penunjang produktivitas maksimal. Ketiga event ini menghadirkan rangkaian lengkap supply chain bagi industri farmasi. Pada edisi kali ini, beberapa fitur baru di CPhI South East Asia diantaranya adalah : Connect Seminar seminar tiga module yang dirancang team UBM Conferences, membawakan topik seputar Regulatory, Biosimilar dan Pharma Manufacturing. Selain Connect Seminar, IMS Health mensponsori Innovation Tours berkeliling pameran dipandu pakar dari IMS Health. Pengunjung dapat mengikuti tour sesuai dengan tema yang dijadwalkan, sehingga membantu dalam menemukan produk atau inovasi yang diminati secara lebih efektif dan dapat berinteraksi
langsung. Untuk tahun ini, Preregistrasi CPhI South East Asia menawarkan kemudahan baru, bagi yang mendaftar secara online di www.cphi.com/asean sebelum 10 April, badge masuk akan dikirimkan langsung sehingga pengunjung dapat langsung masuk ke pameran tanpa perlu mendaftar atau mengambil badge di tempat. Dan tentunya, sederet seminar teknologi dalam Exhibitors Presentation yang dibawakan oleh para peserta pameran akan turut menambahkan nilai lebih bagi peserta dan pengunjung pameran. Sekilas CPhI Bagi profesional industri farmasi, nama CPhI tentunya tidak asing lagi. Berawal dari sebuah konvensi kecil di Frankfurt di tahin 1990, CPhI pertama kali diselenggarakan hanya dengan 16 peserta pameran dan 250 pengunjung. Sekarang, CPhI diselenggarakan setiap tahun bergantian di 3 kota di Eropa : Frankfurt, Madrid dan Paris dengan nama CPhI Worldwide yang diikuti lebih dari 2,500 peserta pameran dan mencatat jumlah pengunjung lebih dari 30,000. CPhI Worldwide merupakan agenda tahunan bagi para professional farmasi di Indonesia juga dimana GP Farmasi Indonesia dan PMMC setiap tahunnya berkunjung untuk mendapatkan informasi terbaru dan juga memperkuat jaringan sesama industri.
Saat ini, CPhI telah mengembangkan portofolionya baik secara geografis dengan cakupan manca negara termasuk untuk kawasan Asia Tenggara diwakili oleh CPhI South East Asia yang telah digelar sejak 2012. Selain itu, CPhI juga merangkai profil lain untuk melengkapi supply chain industri farmasi dengan menambahkan brand brand event terkait seperti InnoPack, P-MEC, ICSE, LabWorld. Dalam setiap CPhI, industri farmasi menemukan titik temu dimana para profesional industri saling bertukar informasi, berbagi pengalaman dan pandangan. Lebih dari sekedar pameran, CPhI merupakan arena memperkuat dan memperluas jaringan bisnis. More than a show, it is a business networking event. Sesuai dengan tagline Mix with the world of pharma products, people & solutions
e-mail:pmmc-info@pmmc.or.id
PMMC news
Seiring dengan pemberlakuan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS-K) pada 1 Januari 2014, maka kebutuhan masyarakat akan obat bakal meningkat pesat. Ketersediaan obat-obatan yang terjamin kehalalannya menjadi sebuah keharusan.
Selasa, 31 Desember 2013 di Istana Bogor, Jawa Barat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan pemberlakuan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Melalui BPJS-K, kini rakyat miskin di seluruh Indonesia bisa berobat dan dirawat gratis di puskesmas dan rumah sakit. "Rakyat miskin berobat dan dijamin dan dijamin oleh BPJS. Saya tekankan, dengan BPJS-K pemerintah berharap tidak ada lagi yang was was bagi orang tidak mampu," tegas SBY. Pemerintah menargetkan pada 2019, 178 juta rakyat Indonesia sudah menjadi peserta. Sebanyak 1.710 rumah sakit swasta dan dan rumah sakit pemerintah serta 15.000 klinik dan dokter praktek akan melayani peserta BPJS. Untuk program tersebut pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp79 triliun. UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS terdiri dari 16 bab dan 71. UU BPJS sebagai lanskap kelembagaan dan pedoman tata kelola (governance) penyelenggaraan jaminan sosial memberi amanat pembentukan 2 BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS-K sendiri merupakan transformasi dari PT Askes (Persero) dan bertanggung jawab menyelenggarakan program jaminan kesehatan untuk seluruh penduduk (universal coverage), yang mulai berlaku pada tahun 2014 ini. Dengan pemberlakuan BPJS-K per Januari 2014 ini diperkirakan akan ada lonjakan pasien karena semua orang bisa berobat. Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional, Chazali H. Situmorang mengatakan pemerintah akan mulai mendekati pihak swasta untuk berinvestasi di bidang fasilitas kesehatan dalam rangka pelaksanaan program BPJS-K ini. Menurut Chazali, meski Kementerian Kesehatan tidak bisa mengatur Rumah Sakit Swasta, BPJS dapat mengadakan kerjasama dengan semua jenis rumah sakit, baik swasta maupun milik negara. Rakyat Berhak Hidup Sehat Dari segi kebijakan, program pemerintah tersebut tentu sangat patut diapresiasi. Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undangundang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Dengan BPJS-K, pemerintah telah menerapkan paradigma bahwa pembangunan kesehatan merupakan investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang antara lain diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dalam pengukuran IPM, kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan. Kesehatan juga merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan dibutuhkan perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit ke paradigma sehat, sejalan dengan visi Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan sejak 3 tahun lalu. Program BPJS yang diluncurkan pemerintah Indonesia mirip dengan program jaminan kesehatan di negara-negara lain. Philipina memiliki Philippine Health Coorporation yang diluncurkan pada tahun 1995 dan menargetkan pencapaian universal coverage untuk jaminan kesehatan selama 15 tahun. India, untuk menjangkau ratusan juta penduduk miskin mendirikan RSBY, suatu program kesehatan bagi masyarakat miskin dan sudah mencapai 300 juta penduduk. China juga memiliki program serupa dengan mendirikan lembaga jaminan kesehatan di tingkat provinsi. Dalam Pasal 1 point (1) UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan disebutkan, kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkin setiap orang produktif secara ekonomis Karena itu kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajat kemanusiaan. Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak sederajat secara kondisional. Tanpa kesehatan, seseorang tidak akan mampu memperoleh hak-haknya yang lain. Seseorang yang tidak sehat dengan sendirinya akan berkurang haknya atas hidup, tidak bisa memperoleh dan menjalani pekerjaan yang layak, tidak bisa menikmati haknya untuk berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pendapat, dan tidak bisa memperoleh pendidikan demi masa depannya. Singkatnya, seseorang tidak bisa menikmati sepenuhnya kehidupan sebagai manusia. Pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia dan sebagai kondisi yang diperlukan untuk terpenuhinya hak-hak lain telah diakui secara internasional dan tercantum dalam Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights (UDHR). Disebutkan, hak atas kesehatan meliputi hak untuk mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang sehat, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dan perhatian khusus terhadap kesehatan ibu dan anak. Jaminan hak atas kesehatan juga diatur dalam Pasal 12 ayat (1) Konvensi Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang ditetapkan oleh Majelis Umum PBB 2200 A (XXI) tanggal 16 Desember 1966, yaitu bahwa negara peserta konvenan tersebut mengakui hak setiap orang untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai dalam hal kesehatan fisik dan mental. Pada lingkup nasional, Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Terjemahan secara luas dari Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 tersebut jelas bahwa negara sebagai pengemban amanat rakyat berkewajiban untuk menyejahterakan masyarakat. Sehat dalam pengertian lebih luas, seperti diatur dalam UHDR, Konvensi PBB 220 A serta UUD 1945, tidak hanya sekedar bebas dari penyakit. Lebih dari itu, sehat adalah kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup .produktif secara ekonomis. Oleh karena itu, sesuai dengan norma HAM, negara berkewajiban untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak asasi kesehatan tersebut. Kewajiban menghormati itu seperti menciptakan persamaan akses pelayanan kesehatan, pencegahan dari tindakan-tindakan yang dapat menurunkan status kesehatan masyarakat, melakukakan langka-langkah legislasi yang dapat menjamin perlindungan kesehatan masyarakat, membuat kebijakan kesehatan, penyediaan anggaran yang memadai, penyediaan jasa-jasa pelayanan kesehatan yang layak dan memadai untuk seluruh masyarakat. Obat Halal adalah Hak Konsumen Muslim Dalam konteks kesehatan sesuai HAM, masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim, juga berhak atas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan keyakinan yang dianut. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika di negara yang mayoritas penduduknya muslim, ada pejabat pemerintah yang justru menolak memberikan perlindungan kepada masyarakat konsumen agar terhindar dari produk yang tidak jelas kehalalannya, termasuk di dalamnya produk obat-obatan. Direktur LPPOM MUI, Ir. Lukmanul Hakim, M.Si menyatakan, pihaknya menyadari bahwa kesehatan merupakan hajat hidup orang banyak, sesuai dengan amanat UU No.36/2009 tentang Kesehatan yang menegaskan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Namun, di sisi lain, konsumen muslim juga berhak atas produk yang terbebas dari unsur haram.
e-mail:pmmc-info@pmmc.or.id
Memperoleh makanan, minuman, serta obat-obatan yang halal sesuai syariat Islam adalah hak bagi setiap muslim di manapun. Di Indonesia, hak tersebut jelas-jelas dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945, sehingga tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak melindungi konsumen muslim dalam menjalankan syariat agamanya, termasuk dalam mengkonsumsi obat. Seperti diketahui, sebelumnya Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menegaskan, pihaknya menolak sertifikasi halal pada produk farmasi pada Rancangan Undangundang Jaminan Produk Halal (RUU JPH). Alih-alih memperjuangkan hak konsumen muslim, Nafsiah Mboi justru menyatakan bahwa produk farmasi seperti obat dan vaksin memang mengandung barang haram, karena itu tidak perlu sertifikasi halal. Menurut para ahli agama, obat-obatan yang mengandung babi bisa juga digunakan karena tujuannya untuk menyelamatkan nyawa orang, tukasnya. Menurut Ketua MUI Dr. KH. Maruf Amin, dalam Islam, hukum mengonsumsi obat dan vaksin sebenarnya sama dengan hukum mengonsumsi produk pangan, yakni harus yang halal. Hal tersebut antara lain didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Darda yang berbunyi: "Allah telah menurunkan penyakit dan obat serta menjadikan obat bagi setiap penyakit. Maka berobatlah, dan janganlah berobat dengan benda yang haram." Lukmanul Hakim sangat menyayangkan pernyataan menteri kesehatan, yang notabene seorang pejabat publik yang secara terbuka menyatakan penolakannya terhadap sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat banyak. Penolakan sertifikasi halal atas produk obat-obatan, tegas Lukmanul Hakim, akan semakin menjauhkan upaya umat Islam dalam memperoleh obat yang halal. Selama ini LPPOM MUI bersama pemangku kepentingan terkait berusaha mendorong kalangan farmasi dan produsen obat agar meningkatkan kepedulian mereka terhadap konsumen muslim dalam memperoleh obat-batan yang terjamin halal. Ditambahkan, hingga kini sekitar 90 persen lebih bahan baku obat yang beredar di Indonesia merupakan produk impor dari negara-negara yang sebagian besar belum mempertibangkan aspek halal. "Artinya ini bukan sekedar masalah teknologi, juga karena pengetahuan dan motivasi produksi halal," ujarnya. Padahal, secara ilmu dan teknologi, sangat terbuka kemungkinan memproduksi obat dengan cara halal. Dengan kondisi bahan baku yang sebagian besar masih impor dan belum memperhatikan aspek halal, Lukmanul Hakim mengakui, hampir semua jenis obat di Indonesia memiliki kemungkinan tidak halal. Hingga saat ini dari sekitar 27 ribu item obat, jamu dan suplemen yang diproduksi oleh sekitar 206 perusahaan di Indonesia, yang telah bersertifikat halal jumlahnya masih sangat sedikit. Rinciannya, di kelompok obat-obatan, perusahaan yang telah bersertifikat halal hanya ada 5 (lima) perusahaan dengan item produk sebanyak 22 produk. Di kelompok jamu ada 14 perusahaan yang telah memiliki sertifikat halal dengan item produk sebanyak 152 produk, sedangkan pada kelompok suplemen, perusahaan yang telah mengantongi sertifikat halal sebanyak 13 perusahaan dengan item produk sekitar 50 produk. Angka-angka tersebut masih sangat kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk muslim yang mencapai lebih dari 200 juta jiwa.
e-mail:pmmc-info@pmmc.or.id
Oleh karena itu, kata dia, pentingnya sertifikasi halal bagi produk farmasi, sebagai upaya mengidentifikasi unsur obat tersebut sehingga memudahkan konsumen untuk memilih. Bagi obat yang tidak halal dan tidak ada alternatif penggantinya, ujar Lukman, untuk sementara dapat digunakan dengan alasan darurat. Bukan Alasan Darurat Perihal alasan darurat, Ketua MUI, H. Amidhan menyebut dalam Islam telah diatur bahwa sesuatu yang sifatnya darurat maka yang haram boleh dikonsumsi karena pertimbangan kemaslahatan yang lebih besar, misalnya untuk mencegah kematian atau cacat permanen, atau menyebabkan sakit yg semakin parahn, tetapi tidak boleh berlebihan atau berkepanjangan. Artinya, sifat kedaruratan itu berlaku sementara. Jika tidak ada kebutuhan yang mendesak seperti itu, maka sifat kedaruratan tadi tidak berlaku. Sifat darurat juga otomatis gugur jika terdapat alternatif obat lain yang telah halal. Sebagai contoh, MUI melalui fatwa Nomor 05 Tahun 2009 menyatakan bahwa vaksin meningitis untuk calon jemaah haji yang ketika itu belum halal, boleh digunakan demi menjaga kesehatan dan keselamatan calon jemaah haji. Namun, sejak adanya vaksin meningitis yang telah bersertifikat halal maka fatwa MUI tentang kedaruratan penggunaan vaksin yang belum halal tadi tidak berlaku lagi. Hal itu tertuang dalam Fatwa MUI No. 06 Nomor 06 Tahun 2010 Tertanggal 16 Juli 2010. Dalam Islam tambah Amidhan, hukum obat dan vaksin sama dengan hukum mengonsumsi produk pangan, yakni harus halal. Terlebih memperoleh produk halal bagi setiap Muslim adalah hak konstitusional. "Pemerintah harusnya memfasilitasi masyarakat dalam menjalankan syariat agamanya," tegas Amidhan. Menanggapi masih sulitnya menemukan obat halal di Indonesia, menurut Lukmanul Hakim, mestinya ada upaya secara sistematis dari pemerintah dan pemangku kepentingan lain seperti produsen farmasi, apoteker, dokter, ulama, pebisnis obat dan vaksin serta ilmuwan dari perguruan tinggi untuk secepat mungkin melakukan tindakan nyata, demi memberikan ketenteraman batin bagi konsumen obat di Indonesia. Bukannya justru penolakan, katanya. Pada prinsipnya, cara pembuatan obat tidak berbeda jauh dengan produk pangan, tergantung pada bentuk sediaannya, apakah bentuknya tablet, kaplet, sirup, salep, dsb. Pada produk obat, prinsipnya adalah mencampur antara bahan aktif obat yang memberi khasiat penyembuhan dengan bahan lain yang dibutuhkan dalam pembentukan suatu sediaan obat yang disebut dengan eksipien. Bahan aktif obat maupun eksipien dapat dibuat melalui berbagai proses tergantung jenisnya. Prosesnya bisa berupa ekstraksi dari bahan nabati atau hewani, sintesa kimiawi, fermentasi mikrobial sampai rekayasa genetika. Oleh karena itu, jika alasannya adalah karena pertimbangan teknis pemeriksaan kehalalan obat yang dinilai rumit, terbukti bahwa sejumlah produsen obat dan vaksin telah berhasil mendapatkan sertifikasi halal dari MUI. Artinya, jika ada kehendak untuk mengajukan sertifikasi halal maka hal tersebut tentu bisa dilakukan. Jika ada anggapan bahwa pemeriksaan obat sangat sulit dibandingkan pangan, menurut Lukmanul Hakim, perkembangan pangan saat ini pun sudah sangat jauh berekembang. Suatu
bahan pangan bisa mengandung bahan baku ratusan bahan baku termasuk bahan-bahan perisa (flavour) yang juga terdiri dari bahanbahan kimia yang rumit baik dihasilkan secara sintetik kimiawi, biokimia atau mikrobial. Tapi nyatanya, saat ini sudah ada ribuan perusahaan di bidang pangan yang telah lolos dari pemeriksaan dan mendapatkan sertifikat halal dari MUI. Direktur Yayasan Perlindungan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Marius Widjajarta mendukung desakan MUI agar obat-obatan juga perlu disertifikasi halal. Alasannya, menurut Marius, masyarakat membutuhkan informasi yang tepat mengenai kandungan obat. Langkah ini penting agar masyarakat mengetahui kehalalan obat yang dikonsumsinya. Pemberian informasi kandungan obat bisa melalui pemberian label yang jelas dalam kemasan. "Bila mengandung babi, seharusnya dalam kemasan itu diberi gambar babi saja sehingga orang mengetahui produk itu mengandung unsur babi,'' ujarnya. Menurut dia, informasi yang simpang siur soal kehalalan obat bisa menimbulkan suasana kegaduhan dan tidak kondusif. Oleh karenanya, ia meminta Kementerian Kesehatan dan Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) membentuk tim khusus untuk memberikan informasi kandungan obat ini. "Tim khusus itu agar semua jamu dan obat dapat diberi tanda haram atau halal." Selain tanda haram atau halal, juga perlu dicantumkan keterangan gambar, misalnya gambar babi untuk obat yang mengandung babi. Menurut Marius, langkah itu penting untuk memberi informasi sejelas mungkin karena tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang masih terbatas. Sementara itu, Dosen Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Prof Dr Nurfina Aznam, Apt., juga menyatakan keprihatinannya atas kondisi obat-obatan di Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, karena itu persoalan halal harus menjadi pertimbangan dalam produksi obat. Namun sebagian besar produk di Indonesia masih belum bersertifikat halal. Seperti dikutip Republika, Nurfina mengakui, memang sudah ada pabrik obat yang mensertifikatkan halal produk obatnya, namun jumlahnya tidak sebanding dengan obat yang beredar di Indonesia. Hal itu terjadi karena kesadaran dari produsen obat tentang perlunya sertifikasi halal untuk produk obat masih kurang, dan bahkan ada produsen yang tidak peduli bila bahan untuk memproduksi obat ada yang haram. Seharusnya perlu peran pemerintah memfasilitasi produsen untuk memproduksi obat halal. Sedangkan bagi masyarakat, harus ada kesadaran untuk memilih obat yang halal. Tentu saja, kata dia menambahkan, obat yang halal harus ada legalitas dari lembaga yang punya kewenangan dan ditunjuk oleh pemerintah untuk melakukan sertifikasi halal yakni LPPOM MUI.
PMMC news
11
PMMC news
Acara Syukuran dan Tahun Baru 2014 di SOS Childrens Villages, 17 Februari2014 GPFI-PMMC di Cibubur, Jakarta
e-mail:pmmc-info@pmmc.or.id
PMMC news
Bhaksos DAPUR UMUM korban banjir Jakarta, 30 Januari 2014 PMMC - GPFI - Kostrad - PT. Tunggal Jaya, di Keranggan, Bogor.
Acara SEMINAR ON PROCESS AND PACKAGING TECHNOLOGIES, 19 Februari 2014 PMMC - ACG TechoVersity, di JW Marriot.
e-mail:pmmc-info@pmmc.or.id
13
PMMC news
e-mail:pmmc-info@pmmc.or.id
PMMC news
e-mail:pmmc-info@pmmc.or.id
15
PMMC news
e-mail:pmmc-info@pmmc.or.id