UMKM DI INDONESIA
Oleh :
NIM 8111418404
Fakultas Hukum
2018
DAFTAR ISI
Halaman
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 22
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makan makanan halal dan produk lainnya adalah hak dasar bagi setiap Muslim.
Ini tidak hanya terkait dengan keyakinan agama, tetapi juga dimensi kesehatan, ekonomi
dan keamanan. Misalnya sebuah negara dengan populasi mayoritas Muslim seperti
Indonesia, tanpa diminta, negara harus melindungi warga negara dalam memenuhi hak-
hak dasar warga negara mereka. Selaras dengan itu, pelaku bisnis (produsen) juga harus
memberikan perlindungan kepada konsumen. Untuk tujuan ini, diperlukan peran negara
yang lebih aktif dalam pengaturan sistem ekonomi yang digariskan dalam strategi yang
dilakukan oleh pemerintah / negara dalam menjalankan perdagangan / bisnis instrumen
termasuk melalui regulasi.
Makanan halal didefinisikan sebagai makanan apa pun yang dapat dikonsumsi
oleh manusia dan diizinkan dalam hukum Islam dan makanan ini bukan makanan tidak
sah yang disebutkan oleh Allah dalam Al Qur'an telah dinyatakan "Halal" oleh MUI.
Produk halal kini menjadi tren konsumsi di seluruh dunia, baik di negara-negara
Muslim dan non-Muslim. Tidak kurang dari USD650 juta dalam transaksi produk halal
terjadi setiap tahun. Fokusnya adalah pada sertifikasi halal karena konsumen, terutama
Muslim, membutuhkan jaminan bahwa makanan yang mereka beli benar-benar halal.
Kualitas barang yang dijual harus dijamin kelompok. Dalam membahas masalah 1 -
elemen kontrak atau Aqad, 2 - elemen moral konsumerisme, Halal (sah) atau Haram
(melanggar hukum) status dan 3 - elemen Syariah. Anggota suatu produk sangat penting
bagi konsumen Muslim karena yurisprudensi Islam juga menghubungkan konsumerisme
yang berkaitan dengan klaim agama. Oleh karena itu, setiap undang-undang atau
peraturan yang dirancang harus mempertimbangkan klaim ini.
Produk halal tercantum dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal dalam Pasal 1 ayat (2), yaitu: "Produk Halal adalah produk yang
telah dinyatakan sah sesuai dengan hukum Islam" Mengacu pada artikel itu, definisi
makanan, non-makanan, dan jasa adalah kebutuhan dasar bagi manusia. Keberadaannya
sangat krusial dalam kehidupan sehari-hari.
Islam memandu pengikutnya untuk hanya mengkonsumsi makanan dan minuman
yang halal dan baik. Halal adalah hal mendasar bagi konsumen Muslim. Bagi kaum
Muslim, dasar hukumnya jelas. Dalam Al-Qur'an Q.S al-Maidah ayat: 3, secara eksplisit
dan kategoris jenis makanan adalah halal dan haram. Seperti larangan makan bangkai
(selain ikan dan belalang), darah, daging babi, daging hewan yang disembelih dengan
nama selain Allah, pengorbanan hewan untuk berhala, daging hewan tersedak, dipukul,
ditebang, menanduk / disambar binatang buas, kecuali ketika itu disembelih dengan nama
Tuhan. Keberlakuan UU No. 33 tahun 2014, menyebabkan lembaga yang memiliki
wewenang untuk mengeluarkan sertifikasi halal, yaitu MUI akan bergeser ke lembaga
untuk Badan Jaminan Produk Halal (BPJPH), meskipun fungsi dan peran MUI masih
diakui karena itu adalah mitra kerja BPJPH.
Untuk konsumen Muslim, jaminan halal dari suatu produk / layanan adalah hal
yang sangat penting dari keberadaannya. Karena mengkonsumsi makanan halal
merupakan tatanan agama yang mutlak karena umat Islam Islam tidak hanya fokus pada
aspek materi, dan juga tidak hanya berfokus pada aspek bodybuilding saja tetapi Islam
juga memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi moral, jiwa (kepribadian) dan perilaku.
Kehalusan suatu produk dipertimbangkan konsumen Muslim utama untuk
mengkonsumsinya. Orang Muslim pasti akan merasa tenang dan aman jika produk
produsen benar-benar memiliki jaminan halal.
Undang-undang tentang jaminan produk halal yang disahkan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat pada 25 September 2014 adalah payung hukum bagi masyarakat
Indonesia tentang produk makanan, obat-obatan, dan kosmetik yang sudah dimulai sejak
lama dan telah ditunda beberapa kali. Dalam Pasal 4 huruf (a) Undang-undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) menyatakan bahwa "hak
konsumen" adalah hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan atau jasa ". Artikel ini menunjukkan bahwa setiap konsumen,
termasuk Konsumen Muslim yang merupakan mayoritas konsumen di Indonesia,
memiliki hak untuk mendapatkan barang-barang yang aman dan halal untuk
dikonsumsi.Satu pemahaman yang aman untuk konsumen Muslim adalah bahwa barang
tersebut tidak bertentangan dengan aturan agama, dalam arti halal.
Aturan-aturan ini didukung oleh undang-undang dan peraturan lain UU no. 33
tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, UU
No.7 tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Halal.
Pengaturan Halal Food adalah hal yang penting dalam konteks Muslim Indonesia.
Di Indonesia makanan halal diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal. Undang-undang ini secara jelas mengatur bahwa masuk, beredar
dan memperdagangkan produk di Indonesia harus bersertifikat halal. Pelaku usaha yang
telah memperoleh sertifikat halal harus mencantumkan label halal pada kemasan atau
bagian-bagian tertentu dari suatu produk. Selain itu, dalam Undang-undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, ditegaskan bahwa pelaku usaha dilarang
memproduksi dan / atau memperdagangkan barang dan / atau memberikan layanan yang
tidak mengikuti ketentuan produksi halal, sebagaimana tercantum dalam label " halal ".
Sertifikasi halal adalah fatwa yang ditulis oleh MUI yang menyatakan kehalalan suatu
produk sesuai dengan hukum Islam melalui pemeriksaan rinci oleh LP POM MUI. UKM
memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian di Indonesia, yaitu untuk fasilitas
masyarakat untuk mengurangi kemiskinan, untuk meningkatkan tingkat ekonomi
masyarakat, pendapatan devisa.
Sertifikat halal merupakan kewajiban, sehingga produk makanan yang tidak
memiliki sertifikat halal tidak dapat didistribusikan di Indonesia, baik yang diproduksi di
Indonesia maupun di luar negeri. Kedua, pengusaha yang mencapai sertifikasi halal harus
mencantumkan label halal pada paket, di area tertentu pada paket produk. Label halal
sangat penting mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim atau sekitar 87%
dari total populasi. Hal ini juga penting untuk memastikan konsumen Muslim tidak
melanggar hukum agama mereka dalam hal mengkonsumsi materi yang jelas-jelas
dilarang tetapi rumitnya penanganan label halal mengakibatkan keengganan UKM untuk
mengurus halal produk mereka karena hal-hal di atas hambatan seperti yang dialami
UKM, akhirnya menjadi masalah dan menjadi penting untuk dibahas tentang bagaimana
menemukan solusi agar keberadaan UU No. 33 tahun 2014 tidak mencegah UMKM dari
jaminan produk halal dan dapat terus tumbuh.
Perhatian pada pentingnya pelabelan halal di Indonesia sekarang sedang
berkembang. Dengan cepat menjadi kekuatan pasar baru dan pengidentifikasi merek dan
sekarang bergerak ke pasar mainstream, mempengaruhi dan mengubah presepsi tentang
bagaimana bisnis harus dilakukan, termasuk membentuk sudut pandang pemasaran.
Masalahnya adalah, tidak semua Muslim memiliki pengetahuan yang cukup untuk
mengetahui apakah makanan dan barang yang akan mereka konsumsi benar-benar halal.
Pasal 4 huruf (c) dari UUPK juga menyatakan bahwa "konsumen berhak untuk
mengoreksi, membersihkan, informasi jujur tentang kondisi dan jaminan barang atau
jasa". Artikel ini memberikan pemahaman bahwa informasi yang diberikan oleh pabrikan
sudah benar dan telah diuji. Konsumen juga berhak mendapatkan informasi yang benar,
jelas dan jujur tentang kondisi dan jaminan barang dan / atau jasa. Sehubungan dengan
produk dinyatakan sah, produsen harus menjamin halal dengan terlebih dahulu
mengirimkan inspeksi kepada pejabat yang berwenang dan telah menyatakan halal.
Tulisan ini akan membahas tiga masalah utama mengenai bagaimana upaya
hukum dan kendala yang dihadapi oleh UKM dalam mengamankan jaminan produk
halal, bagaimana analisis hukum dari jaminan produk halal untuk pengembangan bisnis
UKM dari perspektif UU No. 33 tahun 2014 dan bagaimana prosesnya semua makanan
dan minuman mendapat sertifikasi dari pemerintah
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah upaya hukum dan kendala yang dihadapi UMKM dalam mendapatkan
jaminan produk halal ?
2. Bagaimanakah analisis hukum tentang jaminan produk halal bagi perkembangan
bisnis UMKM dari perspektif UU No. 33 Tahun 2014?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Upaya Hukum dan Kendala yang Dihadapi oleh UMKM dalam Menjalankan
Jaminan Produk Halal
Secara global, konsumen Muslim prihatin tentang sejumlah masalah mengenai daging
dan produk daging seperti substitusi daging babi, plasma darah yang tidak dideklarasikan,
penggunaan bahan-bahan yang dilarang, casing usus babi dan metode penyembelihan
non-halal. Secara teknis, ada tiga kategori yang menjadi kendala dalam pengelolaan
produk halal di Indonesia menurut Maryati, dkk (2016), yaitu:
Sebuah. a. Kendala peralatan; Kendala peralatan yang dimaksud di sini masih banyak
pelaku usaha yang mengandalkan bagian dari proses produksi menggunakan alat-alat
yang digunakan bersama, seperti mesin penggiling daging. Penjual bakso dan produk
makanan lainnya dari daging, pabrik daging dilakukan di pasar tradisional. Ini sulit untuk
memastikan bahwa peralatan penggilingan tidak digunakan untuk daging non-halal,
termasuk tempat penjualan daging sapi yang terletak dekat dengan babi. Kondisi ini
memungkinkan untuk menggunakan pisau atau peralatan lain secara bersamaan,
b. Kendala material yang digunakan; di hadapan bahan untuk produksi, banyak temuan
sulit dilacak. Materi yang dipertanyakan tidak memiliki informasi yang jelas tentang
siapa dan di mana mereka diproduksi. Khusus untuk produk roti atau kue dan bumbu
yang digunakan untuk restoran makanan.
c. Dalam bisnis yang menggunakan bahan baku daging hewan, masalah utama terjadi
selama proses penyembelihan.
A. Kesimpulan
Sistem halal telah mencakup sektor bisnis paling penting di Indonesia, namun
banyak perusahaan masih memiliki pengetahuan yang tidak memadai dalam memahami
konsep dan praktik Halal. Administrasi untuk mendapatkan sertifikasi halal sangat
penting, selain menjunjung tinggi berkah Islam, ia juga memelihara makanan dan
minuman serta obat-obatan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah sebagai Firman Tuhan
yang disebutkan di atas. Dalam hal pendaftaran untuk mendapatkan label halal dari
pemerintah, manajer perusahaan harus memenuhi persyaratan dan melaksanakan tahapan
yang disediakan oleh LPPOM MUI.
Di Indonesia sendiri lembaga yang berwenang untuk mensertifikasi produk
halal adalah MUI. Adapun barang-barang impor dari luar negeri yang akan masuk ke
Indonesia, MUI memiliki beberapa lembaga yang telah diakui di luar negeri untuk
memperoleh sertifikasi halal, antara lain yang disebutkan di atas. Setelah berbentuk
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Jadi lembaga
yang berwenang untuk mensertifikasi produk halal adalah MUI. Undang-undang ini
terdiri dari 68 artikel yang mengharuskan semua produk makanan, minuman dan obat-
obatan yang beredar di Indonesia untuk memperoleh sertifikasi halal.
Kita dapat mendeskripsikan materi yang menjadi subjek penelitian ini, tentu
saja masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena mereka kurang memiliki
pengetahuan dan kurangnya referensi atau referensi yang berkaitan dengan judul proposal
ini. Penulis banyak berharap pembaca yang budiman, memberikan kritik dan saran yang
membangun untuk proposal yang sempurna kepada penulis dalam penulisan proposal di
kesempatan berikutnya. Semoga tulisan penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya
juga pembaca yang budiman pada umumnya. Ulasan seperti kali ini, semoga bermanfaat
bagi Anda dan juga menginspirasi.
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Mustafa Afifi Consumer Protection Of Halal Products In Malaysia 2014 , Middle-East
Journal of Scientific Research 13(Approaches of Halal and Thoyyib for Society, Wellness
and Health): 22-28, 2013 ISSN 1990-9233
Al-Fanjari , Ahmad Syauqi, Nilai Kesehatan Dalam Syari’at Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1996
Aminuddin , Muh Zumar. Sertifikasi Produk Halal: Studi Perbandingan Indonesia dan
Thailand. Jurnal Shahih. V0l. 1 No. 1, 2016.
Asri , Legal Protection To The Consumer On Non Halalcertificate Products 2016 ,Jurnal IUS
Kajian Hukum dan Keadilan, Vol IV , Nomor 2 , , hlm 2-21 , Agustus 2016
Fathimah, Ema, Zailia, Siti , Jaminan Produk Halal Bagi Perlindungan Konsumen Telaah
Ruujph (Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal) Dalam Perspektif Hukum
Ekonomi Islam 2017 , Jurnal Muamalah, Vol 3 No 1, 2017.
Hasan , Kn. Sofyan, 2015, Formulasi Hukum Dan Pentingnya Jaminan Kepastian Hukum Produk
Pangan Halal Dalam Hukum Nasional ,Jurnal Kajian Syari'ah dan Masyarakat , vol 15 no
2 (2015): nurani
Imam Salehudin , Marketing Impact of Halal Labeling toward Indonesian Muslim Consumer’s
Behavioral Intention Based on Ajzen’s Planned Behavior Theory: Policy Capturing Studies
on Five Different Product Categories 2011 , ASEAN Marketing Journal, Vol. 3, No. 1,
June 2011 Presented partially in the 5th International Conference on Business and
Management Research, 2010
Konoras , Abdurrahman , Jaminan Produk Halal di Indonesia Perspektif Hukum Perlindungan
Konsumen , Jogjakarta , Rajawali
Kristianti. M. Rahmasari, L, Website sebagai Media Pemasaran Produk-Produk Unggulan
UMKM di Kota Semarang, Jurnal Analisis Manajmen, Vol. 13, No. 2: 186-196, 2015
Mashudi , M , MEMBUMIKAN HUKUM ISLAM PROGRESIF: Respons Konsumen Muslim
terhadap Undang-Undang Jaminan Produk Halal 2017 , International Jurnal Ihya’ Ulum
al-Din , Vol 19, No 1 (2017)
Mohayidin , Mohd Ghazali Consumers' Preferences Toward Attributes Of Manufactured Halal
Food Products 2014 ,Journal of International Food & Agribusiness Marketing Volume
26, Issue 2 , 2014.
Nakyinsige , Khadijah Halal Authenticity Issues In Meat And Meat Products 2012 , Meat
Science
Volume 91, Issue 3, Pages 207-214, July 2012.
Paju, PurwantiJaminan Sertifikat Produk Halal Sebagai Salah Satu Perlindungan Terhadap
Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen 2016 , Lex Crimen Vol. V/No. 5/July/2016.
Rasyid, tengku harunur,2010 , raising the awareness of halal products among indonesian
consumers: issues and strategies , Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)
Volume 1, Nomor 1, ISSN 2087 - 409X, Juli 2010.
Suketi , Fatmasari The Influence Halal Label And Personal Religiousity On Purchase Decision
On Food Products In Indonesia , International Journal of Business, Economics and Law,
Vol. 4, Issue 1 (June) ISSN 2289-1552, 2014.