Anda di halaman 1dari 10

Khutbahl

Ma'asyiral muslimin a'azzakumullh.

Mengawali khutbah yang singkat ini,


khatib berwasiat kepada kita semua,

terutama kepada diri khatib pribadi untuk

senantiasa berusaha meningkatkan


ketakwaandan keimanankita kepada
Allah subhanahuwa ta'ala dengan
menjalankan semua kewajiban dan
meniaubkan diri darise0alaVangilarana
Jamah yang dimuliakan Allah.

Selama satu bulan Ramadhan, Allah swt


mendorong umat Muslim untuk
memperbanyak ibadah.Ada yang
senantiasa bertadarus Al-Qur'an, rajin

shalat tarawih, berbagi sedekah takjil,


rajin shalat jamaah, dan ibadah-ibadah
lainnya. Di penghujung Ramadhan, kita

semua bersiap untuk melepas kepergian


bulan mulia inisekaligus bersiap

menyambut kedatangan hari raya ldul


Fitri.

Saat ldul Fitri inilah semua umat Muslim

bersukaria. Memakai baju baru,

menyiapkan aneka kue lebaran untuk


menyambut tamu, berkumpul dengan
sanak saudara,dan sejumlah momen
bahagia lainnya. Anjuran untuk
memperlihatkan ekspresi bahagia saat
hari kemenangan ini dianjurkan oleh

Rasulullah saw.Dalam satu hadits


Artinya, "Diriwayatkan dari sahabat Anas,
ia berkata, 'Sekali waktu Nabi saw datang
di Madinah, di sana penduduknya sedang
bersuka ria selama dua hari. Lalu Nabi

bertanya 'Hari apakah ini(sehingga


penduduk Madinah bersuka ria)?' Mereka

menjawab 'Dulu semasazaman jahiliah


padadua hari ini kami selalu bersuka ria.'
Kemudian Rasulullah saw bersabda,
'Sesungguhnya Allah swt telah
menggantikannya dalam Islam dengan
dua hari yang lebih baik dan lebih mulia,

yaitu hari raya kurban (ldul Adha) dan hari


raya fitri (ldul Fitri)." (HRAbu Dawud).

Ma'asyiral muslimn a'azzakumullh.

Hanya saja,jangan sampai kebahagiaan


di momen ldul Fitri membuat kita larut
dalam kesenangan sehingga lupa bahwa
pada hari kemenangan ini Allah

menganjurkan kepadakita untuk


beribadah dan tetap memiliki kesadaran
sosial. Sebab, bisa jadi saat itu ada
saudara sesama Muslim yang kondisi
ekonominya sedang tidak baik-baik saja
sehingga jangankan mengenakanbaju
baru, untuk menikmati makananspesial
Saat hariraya ldul Fitri, kesadaran sosial
kita seharusnyasemakin matang. Jika
selama Ramadhan kita digembleng untuk
menahan lapar dan dahaga sehingga
bisa merasakan bagaimana menjadi
orang yang hidupnya berkekurangan,
maka ldul Fitri menjadi puncak
kematangan empatikita sebagai
seorang Muslim. Berbagikepada
saudara yang sedang berkekurangan di
momen mulia ini menjadi salah satu
bentukpengamalan dari pengalaman
yang sudah kita laluiselama berpuasa.

sedang menikmati
Bisajadi saat kita

opor ayam atau bersuka ria memakai


baju baru,masih adasaudara yang belum
bisa merasakan kenikmatan ini. Oleh

sebab itu tepat kiranya jika ldul Fitri

dijadikan sebagai momen berbagi.


Syekh Abdul Hamid al-Makki asy-Syaf'i
dalam Kanzun Najh was Surr
mengatakan,
Artinya, "Bukanlah disebut hari 'id (hari

raya ldul Futri) bagi orang yang

mengenakan (pakaian)baru. Hari id


sesungguhnya adalah ketika ketaatan

seseorang meningkat. Setiap hari ketika

ia tidak melakukan maksiat, maka hari itu

dinamakan 'id."(Abdul Hamid al-Makki


asy-Syafii,Kanzun Najh was Surür,
2009:h. 263).

Apayang dikatakan Syekh Abdul Hamid


diatas menegaskan bahwa esensi hari

raya ldul Fitriadalah sejauhmana kita

mampu menjaga konsistensi ibadah


kepada Allah dan berbuat baik terhadap
sesamamanusia. Memakai baju baru
memang dianjurkansebagai bentuk

syukur atas nikmat hari agung ini, tapi


jangan sampaiekspresi syukur tersebut
berlebihan sehingga membuat kita lupa

bahwa ternyata masih banyak saudara


Ma'asyiral muslimin a'azzakumullh.

Hanya saja, jangan sampai kebahagiaan


di momen ldul Fitri membuat kita larut

dalam kesenangan sehingga lupa bahwa


pada hari kemenangan ini Allah

menganjurkan kepada kita untuk

beribadah dan tetap memiliki kesadaran


sosial. Sebab,bisa jadi saat itu ada
saudara sesama Muslim yang kondisi
ekonominya sedang tidakbaik-baiksaja
sehingga jangankan mengenakan baju
baru,untuk menikmati makanan spesial

ldul Fitrisaja belum bisa.

Saat hari raya ldul Fitri, kesadaran sosial


kita seharusnya semakin matang. Jika

selama Ramadhan kita digembleng untuk


menahan lapardan dahaga sehingga
bisa merasakan bagaimana menjadi
orang yang hidupnya berkekurangan,
maka ldul Fitri menjadipuncak
kematangan empati kita sebagai
seorang Muslim. Berbagi kepada
saudara yang sedang berkekurangan di
momen mulia ini menjadi salah satu
Bisa jadi saat kita sedang menikmati

opor ayam atau bersuka ria memakai


baju baru, masih ada saudara yang belum
bisa merasakan kenikmatan ini. Oleh

sebab itu tepat kiranya jika ldul Fitri

dijadikan sebagai momen berbagi.


Syekh Abdul Hamid al-Makki asy-Syafi'i
dalam Kanzun Najh was Surr
mengatakan,

Artinya, "Bukanlah disebut hari 'id (hari

raya ldul Futri) bagi orang yang

mengenakan (pakaian)baru. Hari 'id


sesungguhnya adalah ketika ketaatan

seseorangmeningkat. Setiap hari ketika


ia tidak melakukan maksiat, maka hari itu

dinamakan 'id."(Abdul Hamid al-Makki


asy-Syafi'i,Kanzun Najh was Surür,

2009:h. 263).

Apa yang dikatakan Syekh Abdul Hamid


di atas menegaskan bahwa esensi hari

raya ldul Fitri adalah sejauhmana kita

mampu menjaga konsistensi ibadah

kepada Allah dan berbuat baik terhadap

sesama manusia. Memakai baju baru


memang dianjurkan sebagai bentuk

syukur atas nikmat hari agung ini, tapi

jangan sampai ekspresi syukurtersebut


berlebihan sehingga membuat kita lupa

bahwa ternyata masih banyak saudara


Sesanamuslim vangbelum bisa
Ma'asyiral muslimina'azzakumullh.

Selain menumbuhkan semangat berbagi,


momen ldul Fitri juga harus digunakan
untuk mendekatkan diri kepada Allah swt,
terutamadi malam harinya. Malam ldul

Fitri merupakan momen bersuka cita,


berkumpul dengan keluarga,
bersilaturahmi ke sanak saudara,dan

ragam pernik keceriaanlainnya. Namun

jangan sampai suasana penuh gembira ini

membuat kita terlalu larut dalam


kesenangan sehingga lupa mengingat
Allah swt.Sebab itu, Rasulullah pernah

menyampaikan bahwa siapa yang

menghidupkan malam ldul Fitri dengan

beribadah maka hatinya akan tetap hidup


saatbanyak hati yang mati. Rasul
bersabda,

Artinya, "Siapa saja yang menghidupkan


dua malam ld (ldul Fitri dan ldul Adha)
karena Allah demi mengharapridha-Nya,
maka hatinya tidak akan mati pada haridi
Menurut Syekh Ahmad ash-Shawi,
maksud "hatitidakmati"pada hadits di
atas adalah orangtersebuttidak akan
mengalami kebingungan saat sakaratul
maut, menghadapi pertanyaan malaikat
dialam kubur,dan di hari kiamat kelak.

(Ahmad ash-Shawi, Bulghatus Slik li

Arqbil Maslik, 1995: juz I,h. 345-346).

Kita bisa meluangkan sebagian waktu di

malam ldul Fitri untuk melakukan ibadah

sunnah sepertishalat witir, tahajud, shalat

lsya berjamaah, dan sebagainya.


Kemudian juga berdoa agar Ramadhan

tahun ini bukan yang terakhir bagi kita,

melainkan bisa berjumpa di Ramadhan


Ramadhan selanjutnya.

Ma'asyiral muslimin a'azzakumullh.

Demikian khutbah singkat yang bisa

khatib sampaikan. Semoga Ramadhan


tahun ini menjadisaksi ketaatan kita

semua kepada Allah swt, ibadah yang

kita lakukan di dalamnya diterima,dan

dianugerahi umur panjang untuk


Khutbah ll

Anda mungkin juga menyukai