Anda di halaman 1dari 219

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/358130930

full book MUDAHNYA MEMAHAMI METODE PENELITIAN

Book · January 2022

CITATIONS READS

0 4,596

4 authors:

Wahab Syakhirul Alim Novi Nur Lailisna


IAIN Madura Badrus Sholeh College for Islamic Studies Kediri East Java
11 PUBLICATIONS 9 CITATIONS 18 PUBLICATIONS 27 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Alinea Dwi Elisanti Parama kartika Dewa


Politeknik Negeri Jember Universitas Atma Jaya Yogyakarta
47 PUBLICATIONS 83 CITATIONS 15 PUBLICATIONS 66 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

human in supply chain View project

Correlation Analysis Of HIV Stadium With Opportunistic Infection View project

All content following this page was uploaded by Alinea Dwi Elisanti on 03 July 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


i
MUDAHNYA MEMAHAMI METODE
PENELITIAN
(Pengertian dan Konsep Dasar)

Penulis
Nurul Ilmiyah, Novi Nur Lailisna, Ifa Seftia Rakhma Widiyanti
Seriwati Ginting, Sri Cacik, Wahab Syakhirul Alim
Tsalitsatul Maulidah, Alinea Dwi Elisanti,
Naili Sa‟ida, Parama Kartika Dewa

ii
Mudahnya Memahami Metode Penelitian ( Pengertian dan
Konsep Dasar)
© Nurul Ilmiyah, dkk
xx ± 209 ;14.8 x 21 cm.
ISBN: 978-623-95887-8-6
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa
pun, juga tanpa izin tertulis dari penerbit

Cetakan I, Maret 2021

Penulis : Nurul Ilmiyah, Novi Nur Lailisna, Ifa Seftia Rakhma


Widiyanti, Seriwati Ginting, Sri Cacik, Wahab
Syakhirul Alim, Tsalitsatul Maulidah, Alinea Dwi
Elisanti, Naili Sa‟ida, Parama Kartika Dewa
Editor : Iqbal Tawakkal
Design Cover : Tim Agrapana Media
Lay Out : Sahri

Diterbitkan oleh:
CV. AGRAPANA MEDIA
Alamat 1:
Jl. Letda Nur Hasyim Gg. Ladi Desa Kalianyar Rt 03/01
Kecamatan Kapas Bojonegoro- Jawa Timur
Alamat 2:
Dk. Bilo RT. 14/03 Desa Pungpungan Kec. Kalitidu Kab. Bojonegoro
Email: agrapanamedia9@gmail.com
Website: agrapanamedia.com www.samudrabiru.co.id
WA/Call: 0812-5291-3991/0821-3864-7176 0812-2607-5872

Katalog Dalam Terbitan


Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku
tanpa Izin tertulis dari penerbit maupun penulis

iii
Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan
kemampuan kepada penulis, sehingga buku dengan judul
“Mudahnya Memahami Metode Penelitian” telah selesai disusun.
Buku ini disusun agar dapat membantu para mahasiswa,
guru, dosen, maupun peneliti untuk memperoleh pemahaman
tentang konsep – konsep dasar metode penelitian dan dapat
menerapkannya dalam melaksanakan penelitian pada bidang
apapun. Penulisan buku ini dilakukan secara kolaborasi oleh
beberapa dosen dari berbagai institusi perguruan tinggi, sebagai
perwujudan tri dharma perguruan tinggi. Harapan kami buku ini
dapat dijadikan sebagai referensi dalam kegiatan belajar
mengajar, membantu para pendidik baik pada tingkatan
pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pada tingkatan
pendidikan tinggi dalam memperbaiki kualitas pembelajaranya,
penggunaan strategi pembelajaran sesuai fungsi dan manfaatnya,
apakah sudah berada di track yang benar atau perlu diperbaiki,
serta memberikan wacana baru terkait perkembangan strategi
pembelajaran saat ini.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusun buku ini. Penulis telah
berusaha dengan maksimal dalam penyusunan buku ini. Namun
penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan buku ini. Oleh karena itu, kami mohon
masukan dan saran dari pembaca dan pihak-pihak lain demi
penyempurnaan buku ini. Atas masukan dan saran yang

iv
diberikan, penulis sampaikan terima kasih. Semoga buku ini
memberikan manfaat bagi pembaca.

. Bojonegoro, 10 Maret 2021

Penulis

v
Daftar Isi

Kata Pengantar ……………………………………… iv


Daftar Isi ……………………………………… vi
Bab I Pendahuluan....................................................... 1
A. Pengertian Penelitian …………………………........ 1
B. Konsep dasar Penelitian ……………………........... 6
C. Jenis-Jenis Berdasarkan Pendekatan, manfaat dan
Tujuan ……………................................................. 11
D. Kesimpulan ………………………......................... 17

Bab II Mencari dan Menemukan Topik Penelitian ... 19


A. Pengertian Topik Penelitian………..……………… 19
B. Cara Mencari dan Menemukan Masalah ……...….. 20
C. Cara Merubah Masalah Menjadi Topik
Penelitian………………………………………….. 24
D. Cara Menyusun Latar Belakang berdasarkan
Masalah yang dikaji ………………………………. 26
E. Kesimpulan ……………………………………….. 29
Bab III Identifikasi dan Perumusan Masalah ............ 31
A. Pengertian Masalah …………………………...…... 31
B. Karakteristik Masalah …………………………….. 43
C. Perumusan Masalah ………………………………. 35
D. Tujuan dan Manfaat Perumusan Masalah ………… 35
E. Cara Menyusun Perumusan Masalah …………….. 37
F. Kesimpulan ……………………………………. 43
Bab IV Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat
Penelitian …………………………………………….. 44
A. Pengertian Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian 44
B. Karakteristik Tujuan Penelitian secara umum dan
khusus …………………………..…………………. 49
C. Karakteristik Manfaat Penelitian secara Umum dan
Khusus …………………………………………..…. 56

vi
D. Kesimpulan ………………………………………. 58

Bab V Hipotesis Penelitian ………………………….. 60


A. Pengertian Hipotesis ………………………………. 60
B. Karakteristik Hipotesis ………………….…………. 63
C. Fungsi dan Manfaat Hipotesis …………………….. 68
D. Cara Merumuskan Hipotesis ………………………. 71
E. Keismpulan ………………………………………... 75
Bab VI Kajian Pustaka ……………………................ 76
A. Pengertian Kajian Pustaka ………………………… 76
B. Fungsi dan Tujuan Kajian Pustaka ………….…….. 78
C. Macam-macam Sumber pustaka ………………….. 81
D. Jenis-Jenis Sumber Pustaka …………..…………... 83
E. Alat untuk menemukan sumber yang relevan ……. 83
F. Penyusunan Sumber Pustaka …………………….. 84
G. Model Pengutipan pada Kajian Pustaka ………….. 86
Bab VII Data Penelitian ………….…………………. 100
A. Pengertian Data Penelitian …….………………….. 100
B. Jenis dan Kegunaan Data Penelitian ……………… 102
C. Teknik Pengumpulan Data ………………………... 109
D. Teknik Penyajian Data ……….….………………… 117
E. Populasi dan Sampel ………………………………. 119
F. Cara Menentukan Populasi dan Sampel …………... 121
Bab VIII Analisis Data Penelitian …………………... 126
A. Pengertian Analisis Data Penelitian ………………. 126
B. Tujuan Analisis Data …………………………….... 127
C. Jenis Analisis Data ……………………………….... 127
D. Pengukuran, Validitas dan Reliabilitas …………… 138
E. Prosedur Analisis Data ……………………………. 142
F. Prosedur Pengujian ………………………………... 145
G. Kesimpulan ………………………………………...
\
146
\

vii
BAB 9 Metode Penelitian Kuantitatif ………………. 148
A. Pengertian Penelitian Kuantitatif …………………. 148
B. Karakteristik Penelitian Kuantitatif ………………. 149
C. Ragam Penelitian Kuantitatif: Eksperimental dan
Non Eksperimental ………………..……………… 152
D. Kerangka Umum Proposal dan Laporan penelitian
Kuantitatif ………………………………………… 170
E. Kesimpulan ……………………………………….. 183

BAB 10 Metode Penelitian Kualitatif ………..…........ 185


A. Pengertian Penelitian Kualitatif …………………... 185
B. Kartakteristik Penelitian Kualitatif ………………. 186
C. Ragam Penelitian Kualitatif:Interaktif dan Non
Interaktif …………...……………………………… 190
D. Kerangka Umum Proposal dan Laporan Penelitian
Kualitatif ………………………………………….. 194

Daftar Pustaka
Biografi Penulis

viii
Bab 1 Pendahuluan

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Pengertian Penelitian
Penelitian atau dalam bahasa Inggris disebut research
dan dalam bahasa Indonesia sering disebut riset merupakan
kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menjawab keingintahuan
yang dimiliki manusia terhadap diri dan kehidupannya sekaligus
menjawab permasalahan yang dihadapi manusia. Manusia
melakukan kegiatan penelitian karena pada hakikatnya, manusia
dibekali sifat ingin tahu. Selain itu, manusia dalam hidupnya
selalu menghadapi masalah, baik masalah yang terkait dengan
individu, lembaga maupun ilmu pengetahuan sehingga
diperlukan cara – cara yang masuk akal untuk mendapatkan
solusi yang efektif dan efisien. Melalui meneliti, manusia
memperoleh sesuatu yang baru sesuai dengan fakta – fakta dan
generalisasi yang sistematis, logis, dan objektif untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya
Berdasarkan kata pembentuknya, penelitian atau
research berasal dari kata “re” dan “search”. Re berarti kembali
dan search berarti mencari, dengan demikian research berarti
suatu upaya untuk mencari kembali. Dalam bahasa Perancis,
research atau reserchier berasal dari penggabungan “re” dan
“cerchier” yang berarti mencari atau menemukan atau to travel
through or survey (Nurdin, Ismail dan Hartati, 2019).
Kamus Besar Bahasa Indonesia(Tim Penyusun Kamus
Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.,
2008), menjelaskan bahwa penelitian adalah kegiatan
pengumpulan, pengelolahan, analisis, dan penyajian data yang
1
Bab 1 Pendahuluan

dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan


suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk
mengembangkan prinsip – prinsip umum. Selain pengertian
tersebut, di bawah ini akan diuraikan beberapa pengertian
penelitian menurut para ahli:
 (Hillway, 1956) mendefinisikan penelitian sebagai
metode studi yang sifatnya mendalam dan penuh kehat–
hatian dari segala bentuk fakta yang bisa dipercaya atas
suatu masalah tertentu guna untuk membuat pemecahan
masalah tersebut.
 Penelitian adalah refleksi dari keinginan untuk
mengetahui sesuatu berupa fakta atau fenomena alam.
Pengamatan awal terhadap fakta atau fenomena
merupakan awal dari kegiatan penelitian yang
menimbulkan suatu pertanyaan atau masalah (Supomo,
Bambang dan Indriantoro, 2002).
 Fellin (1969) dalam (Supomo, Bambang dan
Indriantoro, 2002) menjelaskan penelitian adalah suatu
cara sistematik dengan tujuan untuk meningkatakan,
memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang
dapat disampaikan (dikomunikasikan) dan diuji
(diverifikasi) oleh peneliti lain.
 Penelitian adalah suatu proses penyelidikan yang ilmiah
melalui pengumpulan, pengolahan, analisis dan
penyimpulan data berdasarkan pendekatan, metode, dan
teknik tertentu untuk menjawab suatu permasalahan
(Arifin, 2012).
 (Gunawan, 2013) mengartikan penelitian sebagai proses
yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis

2
Bab 1 Pendahuluan

informasi guna meningkatkan pemahaman kita pada


suatu topik.
 Penelitian merupakan penerapan dari pendekatan ilmiah
pada suatu pengkajian masalah dalam memperoleh
informasi yang berguna dan hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan (Ary, Donald, 2004).
Dari berbagai pengertian di atas, ada banyak kesamaan
mengenai pengertian penelitian, yaitu penelitian selalu
bersumber dari adanya masalah. Tanpa masalah maka tidak akan
ada penelitian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian
adalah suatu kegiatan ilmiah untuk mengkaji dan mendalami
suatu fenomena atau masalah melalui pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyimpulan data sehingga dapat diuji
dan dipertanggungjwabkan kebenarannya.
Dalam arti yang lebih luas, Kerlinger (1963) (Nurdin,
Ismail dan Hartati, 2019) menyatakan bahwa “Scientific research
is systematic, contoleed, empirical and critical investigation of
hypothetical propositions about the presumed relation among
natural phenomena.” Artinya penelitian yang bersifat ilmiah
merupakan suatu kegiatan penyelidikan yang sistematis,
terkendali/ terkontrol, dan bersifat empiris serta kritis mengenai
sifat atau proposisi tentang hubungan yang diduga terdapat
diantara fenomena yang diselidiki. Pengertian tersebut
menegaskan bahwa penelitian merupakan kegiatan yang
sistematis. Penelitian harus dilakukan dengan persiapan yang
matang.
Penelitian yang dilakukan secara sistematis akan
dikerjakan oleh seorang ilmuwan atau pakar. Namun, tanpa
disadari, meneliti juga bisa dilakukan oleh orang awam. Namun

3
Bab 1 Pendahuluan

akan terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh


ilmuwan dan penelitian yang dilakukan oleh orang awam.
Seorang ilmuwan menggunakan pandangan yang objektif
terhadap materi yang akan diteliti, artinya materi yang akan
diteliti tidak terpengaruh oleh pribadi peneliti, sehingga tidak
menimbulkan kebiasaan dalam hasil penelitiannya. Sebaliknya
orang awam cenderung mengedepankan pandangan subjektif
dalam meneliti, sehingga hasil yang diperoleh terkadang hanya
benar untuk beberapa golongan saja. Sebagai contoh, seorang
tukang roti yang belajar memanggang roti sedang melakukan
proses coba – coba yang terus berkembang dengan seiring
berjalannya waktu. Disadari maupun tidak, tukang roti tersebut
telah melakukan penelitian. Dalam hal ini, tukang roti akan
menyimpulkan bahwa pengalaman yang dialaminya adalah
kebenaran menurut pemikirannya.
Hasil dari penelitian bukan merupakan kebenaran yang
sempurna dan bersifat mutlak, namun bersifat sementara dan
tidak abadi, artinya hasil penelitian tersebut mungkin saja benar
pada saat tahun tersebut sehingga pada saat waktu yang lain,
kebenaran penelitian tersebut sudah tidak relevan lagi. Dalam
arti lain, kebenaran hasil penelitian bukan dogma seperti dalam
agama. Namun demikian, hasil penelitian sudah memberikan
sumbangan penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sesuai bidang keahlian masing-masing.
Hasil penelitian dipublikasikan dalam jurnal ilmiah,
sehingga menjadi milik publik. Seseorang bisa menikmati hasil
penelitian orang lain dengan cara melanjutkan penelitian yang
telah diteliti orang lain, atau bahkan bisa melakukan penelitian
yang sama sehingga bisa saling mendiskusikan hasil

4
Bab 1 Pendahuluan

penelitiannya karena meneliti merupakan upaya manusia untuk


memperoleh kebenaran.
Lebih jauh lagi, berdasarkan pemaparan tentang definisi
dan hasil penelitian, bahwa penelitian memberikan makna dalam
kehidupan sehari – hari (Hamdi & Ismaryati, 2014), yaitu:
1. Penelitian merupakan sarana akomodasi keingintahuan
manusia terhadap diri dan kehidupannya.
2. Penelitian adalah instrument untuk mewujudkan
kenyamanan dalam kehidupan manusia, yaitu berupa
temuan konsep atau inovasi teknologi bagi kemaslahatan
hidup manusia.
3. Penelitian dapat bermakna proses pembangunan
pandangan kolektif manusia. Hasil – hasil penelitian
yang menghasilkan teknologi yang dinilai bermanfaat
dapat mengantar terjadinya penggunaan bersama
teknologi tersebut.
Nampak bahwa, besar sekali manfaat atau pengaruh
adanya penelitian dalam kehidupan manusia. Meskipun, banyak
sekali masyarakat yang kurang tertarik dengan penelitian, namun
penelitian telah mempengaruhi segala aspek dalam kehidupan,
diantaranya, sosial, bisnis, ekonomi, pariwisata, pendidikan,
kebudayaan, bahkan kesehatan. Telah banyak inovasi – inovasi
yang ditemukan melalui penelitian mulai dari zaman pra sejarah
hingga zaman sejarah sekarang ini, tentunya hal tersebut
memberikan dampak positif terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk keberlangsungan kehidupan
manusia. Kedua hal tersebut, yaitu ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah saking terkait dan tidak bisa dipisahkan untuk
kemajuan peradaban suatu Negara bahkan dunia sekalipun.

5
Bab 1 Pendahuluan

B. Konsep Dasar Penelitian: Karakteristik, Tujuan, dan


Manfaat
1. Karakteristik Penelitian
(Dharminto, 2007) menjelaskan bahwa ada 8
karakteristik dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:
a. Ada tujuan.
Adanya penelitian dimaksudkan untuk
membantu dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu,
penelitian itu harus mempunyai tujuan yang jelas.
Terkadang, hasil penelitian tidak secara langsung
memberikan jawaban atas suatu permasalahan, meskipun
demikian, hasil penelitian memberikan kontribusi dalam
upaya untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini, hasil
penelitian melandasi keputusan dan tindakan untuk
memecahkan masalah.
b. Ada keseriusan.
Dalam penelitian, diperlukan sebuah keseriusan,
yaitu kehati-hatian, ketelitian, dan kepastian. Untuk
menunjang semua itu, suatu penelitian memerlukan
dasar teori yang kuat dan sistematika penulisan rumusan
masalah yang tepat.
c. Dapat diuji.
Hasil penelitian hendaknya dapat diuji secara
empiris. Maksudnya ialah hipotesis yang diungkapkan
dapat dievaluasi berdasarkan data menggunakan metode
statistik tertentu. Pengujian ini didasarkan pada hasil
penelitian sebelumnya atau berdasarkan pengalaman –
pengalaman lembaga lain.

6
Bab 1 Pendahuluan

d. Dapat direplikasikan.
Uji hipotesis yang merupakan temuan penelitian
harus dilakukan berkali-kali dalam kondisi yang sama.
Jika dalam kondisi yang berulang kali ditemukan hasil
penelitian yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian tersebut bersifat ilmiah. Hasil penelitian harus
bersifat terbuka dan dapat ditindak lanjuti baik dalam
bentuk replikasi (penelitian ulang oleh penelitian lain)
maupun oenelitian yang lebih mendalam. Maksud dari
keterbukaan adalah segala informasi dalam penelitian
terbuka bagi publik untuk direplikasi, ditelaah kembali,
dikritik, dikonfirmasi, bahkan ditolak oleh peneliti lain.
e. Presisi dan keyakinan.
Presisi dan keyakinan berarti, hasil penelitian
mendekati kebenaran (presisi tinggi) dan memiliki
keyakinan (confidence) terhadap penemuan tersebut.
Seorang ilmuwan atau peneliti selalu ingin merancang
penelitian sedemikian hingga hasil temuannya memiliki
dua unsur tersebut. Presisi menunjukkan seberapa dekat
temuan itu terhadap realita (sesuai dengan sampel yang
digunakan). Sedangkan keyakinan (confidence)
menunjukkan kemungkinan dari kebenaran estimasi
yang dilakukan.
f. Objektif.
Penarikan kesimpulan pada sebuah penelitian
harus dilakukan secara objektif, artinya didasarkan pada
fakta yang diperoleh dari data yang valid dan aktual,
bukan didasarkan pada penilaian yang subjektif dan
emosional.

7
Bab 1 Pendahuluan

g. Berlaku umum.
Hasil penelitian yang berlaku umum
menunjukkan cakupan hasil penelitian tersebut luas apa
tidak jika diterapkan dalam berbagai keadaan. Semakin
luas cakupan yang ditimbulkan dari hasil penelitian,
maka semakin berguna hasil penelitian tersebut bagi
yang menggunakannya. Meskipun demikian, tidak
banyak hasil penelitian yang dapat digunakan dalam
kondisi atau tempat yang berbeda-beda.
h. Efisien.
Efisiensi sebuah penelitian dapat dicapai bila
kerangka penelitian yang dibangun melibatkan sedikit
variabel namun dapat menjelaskan suatu kejadian.
2. Tujuan Penelitian
Jika kita melihat tulisan mahasiswa pada tugas
akhirnya, kita akan mendapati bahwa tujuan dari penelitian
yang mereka lakukan adalah untuk memenuhi persyaratan
agar mereka lulus dalam menempuh pendidikannya dan
mendapatkan gelar studinya. Hal yang demikian adalah
tujuan peneliti bukan tujuan penelitian. Berdasarkan definisi
– definisi yang telah diuraikan oleh para ahli, maka dibawah
ini akan diuraikan tujuan penelitian, yaitu sebagai berikut:
a. Melakukan pengujian atau validasi terhadap teori
lama atau suatu fenomena untuk menemukan suatu
teori baru. (Hermawan, 2019) mengungkapkan
bahwa data–data yang diperoleh dari hasil penelitian
dapat digunakan untuk menjawab keragu–raguan
dari suatu informasi. Sebagai contoh, dalam dunia
pendidikan bahwa minat siswa berbanding lurus

8
Bab 1 Pendahuluan

dengan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, seorang


peneliti berniat untuk menguji kebenaran teori
tersebut.
b. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Produk dari penelitian adalah hasil penelitian, bisa
berupa ilmu pengetahuan maupun teknologi yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam
penelitian pendidikan, hasil dari penelitian bisa
berbentuk pengembangan media pembelajaran untuk
menunjang proses pembelajaran. Dengan demikian,
hasil dari penelitian tersebut dapat menyempurnakan
dan memperkaya teori yang telah ada.
c. Menemukan teori (ilmu pengetahuan) yang baru
dalam bidang ilmu tertentu. Hasil dari penelitian ini
benar – benar dapat menemukan sesuatu yang belum
pernah diketahui sebelumnya. Penggunaan berbagai
konsep dan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu
dapat memperkaya khasanah penelitian. Sebagai
contoh, seorang peneliti menemukan model
pembelajaran baru yang dapat mengatasi kesulitan
belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.
Selain tujuan penelitian yang telah
dijelaskan di atas, Hussey dan Hussey (Silalahi,
2006) meringkas tujuan penelitian sebagai berikut:
a. Meninjau ulang dan mensintesiskan pengetahuan
yang ada.
b. Menyelidiki beberapa masalah atau situasi yang ada.
c. Menyelidiki solusi bagi suatu masalah.

9
Bab 1 Pendahuluan

d. Menyelidiki atau menggali dan menganalisis


beberapa isu umum.
e. Membangun atau menciptakan suatu prosedur atau
system baru.
f. Menjelaskan satu fenomena baru.
g. Menghasilkan pengetahuan baru.
h. Suatu kombinasi dari hal-hal di atas.
3. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian selesai dilaksanakan, maka akan
diperoleh hasil penelitian yang dapat memberikan
keuntungan pada pihak–pihak tertentu. Itu lah yang disebut
manfaat atau nilai penelitian. Manfaat penelitian dibagi
menjadi dua, yaitu manfaat teoritis (akademis) dan manfaat
praktis.
Secara teoritis, manfaat penelitian merupakan
konsekuensi logis dari rangkaian penelitian yang telah
dilakukan. Manfaat teoritis sebuah penelitian terlihat dari
keberfungsian hasil penelitian bagi perkembangan ilmu
pengetahuan. Yang dimaksud dalam hal ini adalah apakah
penelitian yang dilakukan dapat memperkuat atau
menggugurkan teori. Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan masukan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Misalnya, dalam dunia pendidikan, seorang
peneliti melakukan penelitian mengenai perbedaan tingkat
kreativitas siswa laki–laki dan perempuan dalam
menyelesaikan masalah matematika. Manfaat teoritis dari
penelitian tersebut, diantaranya adalah menjadi bahan kajian
bagi peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian dengan
topik yang sama.

10
Bab 1 Pendahuluan

Selanjutnya, manfaat praktis penelitian adalah


keberfungsian hasil penelitian secara langsung yang dapat
digunakan masyarakat untuk mengatasi permasalahannya.
Sebagai contoh, dalam penelitian pendidikan terdapat
permasalahan yaitu nilai siswa yang selalu rendah atau tidak
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Maka,
seorang guru akan menggunakan hasil penelitian tersebut
untuk meningkatkan nilai siswa. Manfaat praktis penelitian
tersebut mungkin tidak hanya dirasakan oleh guru, juga
dialami oleh siswa. Dengan hasil penelitian tersebut, siswa
akan termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Dalam bidang penelitian lain, misalnya, sebuah penelitian
menghasilkan suatu metode yang efektif untuk mengatasi
banjir, maka hasil penelitian tersebut dapat diterapkan oleh
Dinas pemerintahan terkait untuk menyelesaikan
permasalahan terkait dengan banjir.
C. Jenis – jenis Penelitian berdasarkan Pendekatan, Manfaat,
dan Tujuan
Penelitian terdiri dari berbagai jenis yang
diklasifikasikan berdasarkan cara atau sudut pandang.
Pembagian jenis penelitian memungkinkan adanya perbedaan
pada tiap ahli, hal ini tergantung pada sudut pandang ahli yang
bersangkutan. Dalam buku ini, penulis berusaha untuk
mengklasifikasikan jenis-jenis penelitian berdasarkan
pendekatan, manfaat, dan tujuan.
1. Jenis-jenis penelitian berdasarkan Pendekatan
Berdasarkan pendekatan analisisnya, penelitian
terbagi menjadi penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif.

11
Bab 1 Pendahuluan

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang


berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk
meneliti pada populasi/ sampel tertentu (Sugiyono, 2012).
Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian dan
analisis data yang bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Hal yang
sama juga diungkapkan oleh Arikunto, bahwa dalam
penelitian kuantitatif, mulai dari pengumpulan data,
penafsiran data, hingga hasil penelitian disajikan
menggunakan angka (Arikunto, 2010). Penelitian dengan
jenis kuantitatif bersifat sistematis, terencana, dan terstruktur
dalam pengujian hipotesis.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermasud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dll, secara holistic, dan dengan cara
mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2013).
Metode kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan teori
dasar (grounded theory), yaitu teori yang timbul dari data
bukan dari hipotesis (Sudjana, 1989).
Perbedaan diantaranya keduanya, yaitu
diantaranya penelitian kuantitatif bersifat khusus, terperinci
dan statis. Alur dari penelitiannya sudah direncanakan sejak
awal dan tidak dapat dirubah. Berbeda dengan penelitian
kualitatif yang bersifat umum, fleksibel, dan dinamis.
Penelitian kualitatif dapat berkembang selama proses
penelitian berlangsung. Proses analisis data pada penelitian

12
Bab 1 Pendahuluan

kuantitatif dilakukan setelah pengumpulan data selesai


dilaksanakan, sedangkan pada penelitian kualitatif, analisis
data dilakukan sepanjang proses penelitian.
2. Jenis-jenis penelitian berdasarkan Manfaat
Sesuai dengan karakteristiknya, penelitian harus
memiliki tujuan yang jelas. Suatu kegiatan yang dirumuskan
dengan tujuan tertentu akan memberikan manfaat, yaitu
apakah hasil penelitiannya dapat diaplikasikan secara
langsung atau tidak. Penelitian yang hasilnya dapat
diaplikasikan secara langsung disebut penelitian terapan
(applied research), sedangkan penelitian yang hasilnya tidak
dapat diaplikasikan secara langsung disebut penelitian dasar
(basic research) atau penelitian murni (pure research).
Penelitian terapan merupakan penyelidikan atas
suatu masalah tertentu untuk menemukan solusi yang dapat
diimplementasikan bagi penyelesaian masalah atau
membantu membuat keputusan yang baik (Silalahi, 2006).
lebih lanjut, (Nizar, 1988) mengemukakan penelitian terapan
sebagai penyelidikan yang hati-hati, sistematik, dan terus
menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk
digunakan dengan segera pada keperluan tertentu.
Penelitian dasar atau murni adalah pencarian
terhadap sesuatu karena ada perhatian dan keingintahuan
terhadap hasil suatu aktivitas (Nizar, 1988). Penelitian dasar
dilaksanakan dengan maksud untuk menyelidiki isu-isu
kemudian mengkonfirmasinya dengan teori-teori yang ada.
3. Jenis-jenis penelitian berdasarkan Tujuan
Berdasarkan tujuannya, penelitian dibedakan
menjadi tiga, yaitu (i) penelitian eksploratif, (ii) penelitian

13
Bab 1 Pendahuluan

deskriptif, dan (iii) penelitian eksplanatif. (Hamdi &


Ismaryati, 2014) berpendapat bahwa penelitian eksploratif
berkaitan dengan tujuan untuk mengetahui secara mendalam
suatu keadaan sosial. Pendapat lain yaitu (Mudjiyanto,
2018), penelitian eksploratif menggambarkan suatu
fenomena sosial dan menjelaskan bagaimana terjadinya
fenomena tersebut melalui pengembangan hipotesis bukan
pengujian hipotesis. Pendapat yang sama diungkapkan oleh
(Arikunto, 2010), penelitian eksploratif adalah penelitian
yang berusaha menggali sebab-sebab atau hal-hal yang
mempengaruhi terjadinya sesuatu. Jenis penelitian ini
bersifat menjelajah, oleh karenanya diperlukan untuk
mencari faktor-faktor yang menjadi penyebab dari timbulnya
suatu masalah atau kesulitan dalam kehidupan. Penelitian
eksploratif sering disebut sebagai penelitian awal dari
penelitian-penelitian selanjutnya, karena dalam penelitian ini
hanya merumuskan ide-ide atau gagasan-gagasan baru.
Terkait dengan hasil penelitiannya, maka akan dilanjutkan
dengan jenis penelitian yang lain, yaitu penelitian deskriptif
atau eksplanatif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan
kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Sudjana, 1989).
Menurut (Arikunto, 2010), penelitian deskriptif adalah suatu
penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau
memaparkan suatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi,
peristiwa, kegiatan, dan lain-lain menurut apa adanya pada
saat penelitian dilakukan. Dalam penelitian deskriptif,
peneliti mengumpulkan data dalam rangka menguji hipotesis

14
Bab 1 Pendahuluan

atau jawaban pertanyaan terkait dengan keadaan pada saat


penelitian sedang berjalan. Sehingga hasil penelitiannya
belum tentu relevan jika digunakan dalam waktu yang
berbeda. Dalam bidang pendidikan, penelitian deskriptif
lebih berfungsi untuk memecahkan masalah praktis
dibanding dengan mengembangkan ilmu pengetahuan. Yang
termasuk kedalam jenis penelitian deskriptif adalah
penelitian survey, penelitian korelasional, penelitian studi
kasus, penelitian pengembangan, penelitian tindak lanjut,
penelitian analisis dokumen, dan penelitian ex post facto.
Selanjutnya, penelitian eksplanatif adalah
penelitian yang menjelaskan hubungan dari beberapa
variabel bebas dan variabel tak bebas (Supriyanto, A. Sani,
dan Machfudz, 2010). Pendapat ini juga didukung oleh
(Sugiyono, 2012), yang mengungkapkan bahwa penelitian
eksplanatif adalah penelitian yang menjelaskan kedudukan
antara variabel – variabel yang diteliti serta hubungan antara
variabel yang satu dengan yang lain melalui pengujian
hipotesis yang telah dirumuskan. Jenis penelitian ini
memiliki karakteristik yang telah dijelaskan di atas, yaitu
bersifat replikatif, artinya hasil uji hipotesis harus didukung
oleh hasil penelitian terdahulu dalam kondisi berbeda yang
kurang lebih sama. Diantara ketiga jenis penelitian tersebut,
hanya penelitian eksplanatif yang menggunakan pengujian
hipotesis dalam teknik pengumpulan data.
Neuman (2000) dalam (Hamdi & Ismaryati, 2014)
memaparkan skematis antara penelitian eksploratif,
deskriptif, dan eksplanatif sebagai berikut:

15
Bab 1 Pendahuluan

Eksploratif Deskriptif Eksloratif


Memaparkan Menyediakan Menguji
fakta dasar, gambaran yang prediksi atau
setting, dan lengkap dengan prinsip suatu
perhatian dasar. akurasi tinggi. teori.
Menciptakan Menemukan data Menguraikan
gambaran baru yang dan
mental secara bertentangan memperkaya
umum mengenai dengan data lama. penjelasan
kondisi-kondisi. teori.
Memformulasik Menciptakan Mengembangk
an dan seperangkat an teori ke
memfokuskan kategori atau dalam isu-isu
pada mengklasifikasika yang baru.
pertanyaan- n tipe-tipe.
pertanyaan
untuk penelitian-
penelitian
selanjutnya.
Menghasilkan Mengklasifikasika Mendukung
ide-ide, n tahapan-tahapan. atau
pendapat, dan membantah
hipotesis- penjelasan atau
hipotesis baru. prediksi.
Menentukan Mendokumentasik Menghubungka
kelayakan an suatu proses n isu-isu atau
pelaksanaan atau mekanisme. topic-topik
penelitian. dengan suatu
prinsip umum.

16
Bab 1 Pendahuluan

Mengembagkan Melaporkan Menentukan


teknik untuk latarbelakang atau penjelasan yang
mengukur dan konteks dari paling baik dari
menemukan data situasi. berbagai
masa depan. penjelasan yang
ada.

D. Kesimpulan
Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah untuk mengkaji
dan mendalami suatu fenomena atau masalah melalui
pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyimpulan data
sehingga dapat diuji dan dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Penelitian memiliki 8 karakteristik, yaitu: ada tujuan, ada
keseriusan, dapat diuji, dapat direplikasikan, presisi dan
keyakinan, objektif, berlaku umum, dan efisien.
Tujuan penelitian adalah untuk melakukan pengujian
atau validasi terhadap teori lama atau suatu fenomena untuk
menemukan suatu teori baru, mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi, dan menemukan teori (ilmu pengetahuan) yang
baru dalam bidang ilmu tertentu. Penelitian memberikan manfaat
secara teoritis dan praktis.
Jenis-jenis penelitian diklasifikasikan berdasarkan
pendekatan, manfaat, dan tujuan. Berdasarkan pendekatan
analisisnya, penelitian terbagi menjadi penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif. Berdasarkan manfaatnya, penelitian yang
hasilnya dapat diaplikasikan secara langsung disebut penelitian
terapan (applied research), sedangkan penelitian yang hasilnya
tidak dapat diaplikasikan secara langsung disebut penelitian
dasar (basic research) atau penelitian murni (pure research).
Sedangkan berdasarkan tujuannya, penelitian dibedakan menjadi
17
Bab 1 Pendahuluan

tiga, yaitu (i) penelitian eksploratif, (ii) penelitian deskriptif, dan


(iii) penelitian eksplanatif.

18
Bab 2 Mencari dan Menemukan Topik Penelitian

BAB 2
MENCARI DAN MENEMUKAN TOPIK PENELITIAN

A. Pengertian Topik Penelitian


Dalam penelitian, hal yang perlu ditemukan dari awal
adalah topik penelitian. Terbentuk sebagai sebuah tulisan ilmiah
atau karya ilmiah, tahap pertama yang harus dilakukan oleh
penulis atau peneliti adalah menentukan tema, menentukan
topik, dan membuat judul (Silaswati, 2018). Ide-ide menyeluruh
tentang kontribusi ke lapangan dan latar belakang pengalaman
mahasiswa sendiri, sebenarnya akan sedikit memberi pandangan
tentang memilih topik penelitian (Luse, Mennecke and
Townsend, 2012). Topik penelitian sendiri mempunyai
pengertian yang beragam, lebih spesifiknya, apa pengertian dari
topik penelitian ini menurut para ahli?
Berbeda dengan jenis karya lainnya, penelitian ilmiah
bersifat lebih spesifik namun mendetail. Berikut ini adalah
ilustrasi dalam topik penelitian. Pertama sekali dalam memilih
topik penelitian adalah penulis dalam hal ini disebut sebagai
peneliti, harus menemukan menemukan interest (ketertarikan)
terhadap satu disiplin ilmu tertentu. Peneliti digambarkan
sebagai seorang yang sudah mempunyai dasar pengetahuan
tertentu dan akan mengembangkan pengetahuannya tersebut
melalui metode ilmiah (riset). Hal tersebut sangat baik bila
disesuaikan dengan minat peneliti tersebut. Meskipun demikian,
pertimbangan terpenting saat memulai penelitian apa pun
haruslah bahwa topik penelitian yang teridentifikasi mengatasi
kesenjangan pengetahuan (Bhatti et al., 2012). Sederhananya,
topik penelitian dijelaskan sebagai suatu minat peneliti akan
19
Bab 2 Mencari dan Menemukan Topik Penelitian

satu disiplin ilmu dan ilmu tersebut bertujuan untuk


dikembangkan guna mengatasi hal yang belum terindentifikasi.
Dalam satu kelas kursus, Chris Fuller yang menjelaskan
bagaimana peneliti dapat menemukan „topik‟ atau „minat‟
dalam penelitian ilmiah, yang digambarkan sebagai inti dari
semua penelitian akademis (Fuller, 2020). Secara akademis,
penelitian harus membuat sumber dan referensinya transparan,
menjelaskan metodologinya dan bagaimana kesimpulannya.
Dan itu tidak hanya terbatas pada satu subjek atau disiplin ilmu.
Di bumi ini, ada ribuan raksasa yang telah mengembangkan ide.
Dan, ibarat bermain puzzle, peneliti-peneliti berikutnya adalah
menemukan pecahan puzzle tersebut agar utuh menjadi sebuah
„raksasa‟ tersebut.
Dalam hal ini, topik penelitian selain disesuaikan
dengan minat peneliti juga didedikasikan untuk menjawab
pecahan „raksasa‟ ilmu pengetahuan yang belum pernah diambil
oleh peneliti sebelumnya dengan prosedur ilmiah. Topik
penelitian juga bisa dijelaskan sebagai „fokus area‟ yang yang
secara langsung berhubungan dengan disiplin ilmu tertentu atau
bidang studi (Juan-Pierre, 2010). Jadi, untuk topik penelitian
adalah hal sudah diminati peneliti sebelumnya, guna
memudahkan menemukan dan melaksanakan prosedur ilmiah.

B. Cara Mencari dan Menemukan Masalah


Masalah dalam penelitian adalah umum disebut sebagai
rumusan masalah atau fokus penelitian. Bila peneliti sudah
menemukan topik penelitian yang diminati, maka selanjutnya
peneliti akan merumuskan topik tersebut dalam sebuah rumusan
masalah guna menemukan solusi atau pemecahan masalah baik
dengan metode penelitian angka (kuantitatif) maupun verbal

20
Bab 2 Mencari dan Menemukan Topik Penelitian

(kualitatif). Menemukan permasalahan (problem finding atau


problem generation) merupakan salah satu tahap penting dalam
penelitian. Situasinya jelas bahwa bila permasalahan tidak
ditemukan, maka penelitian tidak perlu dilakukan (Djunaedi,
2000). Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) tidak
membedakan keterangan kata “masalah” dan “soal”. Untuk
kedua kata itu tertulis penjelasan “sesuatu yang dicari
pemecahannya”. Akan tetapi dalam keterangan “soal” ada pula
tercantum tentang “soal-jawab”, tetapi tidak ada “masalah-
jawab” (Nasdian et al., 2012). Dalam hal ini, masalah penelitian
adalah satu perumusan masalah dengan menggunakan bahasa
ilmiah yang ditujukan untuk ditemukan solusinya sebagai
bagian dari ilmu pengetahuan yang belum terpecahkan.
Selanjutnya, bagaimana cara mencari dan menemukan masalah
penelitian tersebut?
Tahapan menemukan masalah bisa diawali dengan
survei perpustakaan dan membaca artikel-artikel ilmiah terkini
baik dalam jurnal cetak maupun jurnal di internet (Djunaedi,
2000). Secara praktis, ilmu pengetahuan yang pada bagian awal
diumpamakan sebagai puzzle, membaca buku-buku di
perpustakaan dan artikel ilmiah adalah untuk mencari „topik‟
yang belum diteliti dan kemudian dirumuskan dalam rumusan
masalah. Rumusan ini dapat berbentuk sebuah „pertanyaan‟ atau
kalimat tanya, dan ataupun „pernyataan‟ sebagai fokus kajian.
Watkins menjelaskan bahwa masalah penelitian berkaitan
dengan masalah tertentu dalam lingkungan penelitian yang akan
membentuk fokus utama dari studi penelitian (Juan-Pierre,
2010). Untuk mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab oleh
penelitian, seseorang harus memiliki pengetahuan atau

21
Bab 2 Mencari dan Menemukan Topik Penelitian

pengalaman di suatu disiplin ilmu (Ary et al., 2010). Jadi, selain


referensi terkait mudah ditemukan riset pendahulunya, peneliti
pun baiknya memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sudah
cukup dalam bidang yang akan diteliti.
Lebih spesifik, Donald Ary menjelaskan dalam bukunya
Introduction to Research in Education, terdapat tiga sumber
penting untuk menemukan masalah penelitian, yaitu:
pengalaman, teori, dan literatur terkait (Ary et al., 2010). Ketiga
hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengalaman
Di antara sumber yang paling bermanfaat bagi peneliti
pemula adalah pengalaman mereka sendiri sebagai praktisi
pendidikan. Misalnya adalah guru. Guru memiliki intuisi
atau firasat tentang hubungan baru atau mengapa hal-hal
tertentu di sekolah terjadi seperti itu. Guru sering
mempertanyakan keefektifan praktik kelas tertentu yang
telah menjadi rutinitas tetapi mungkin lebih didasarkan pada
tradisi atau otoritas daripada pada penelitian ilmiah. Mereka
bertanya-tanya apakah prosedur alternatif akan lebih efektif.
Seorang guru sekolah menengah mungkin memiliki
pertanyaan tentang strategi untuk meningkatkan pencapaian
siswa berisiko, atau seorang guru sekolah dasar mungkin
memiliki pertanyaan tentang metode baru untuk mengajar
membaca. Di era akuntabilitas dalam pendidikan ini, para
guru ingin mengetahui apakah program dan praktik yang
mereka gunakan adalah yang paling efektif. Penelitian dapat
memberikan jawaban atas pertanyaan semacam itu.

22
Bab 2 Mencari dan Menemukan Topik Penelitian

2. Teori
Teori adalah sumber masalah yang baik untuk penelitian.
Sebuah teori dapat didefinisikan sebagai sekumpulan
pernyataan, prinsip, dan proposisi yang saling terkait yang
menentukan hubungan antar variabel. Penerapan prinsip-
prinsip umum yang terkandung dalam teori untuk
menentukan masalah pendidikan hanya bersifat hipotetis,
namun, sampai penelitian empiris menegaskannya.
Misalnya, anggaplah seorang peneliti tertarik pada
bagaimana remaja membentuk konsep diri akademis mereka.
Teori perbandingan sosial menyarankan bahwa siswa
membentuk konsep diri akademik dengan membandingkan
prestasi akademik yang mereka rasakan sendiri dengan
beberapa standar atau kerangka acuan.
3. Literatur Terkait
Sumber masalah berharga lainnya adalah literatur yang
diterbitkan di bidang keilmuan dan disesuaikan dengan
minat peneliti. Dalam penelitian yang dipublikasikan,
peneliti akan menemukan contoh masalah penelitian dan
metode yang digunakan untuk menyelesaikannya.
Ada juga peneliti yang merumuskan pertanyaan dalam
dua aras (level), yakni perumusan masalah yang bersifat umum
(general research questions), dan perumusan masalah yang
bersifat spesifik (specific research questions) (Nasdian et al.,
2012). Level perumusan masalah yang bersifat umum adalah
generalisasi permasalahan dengan sampling yang ditentukan
dalam kuantitas, artinya berbasis data dan memungkinkan
diteliti dengan menggunakan metode kuantitatif. Sedangkan
level perumusan masalah bersifat spesifik adalah lebih bersifat

23
Bab 2 Mencari dan Menemukan Topik Penelitian

deskriptif atau dimungkinkan menggunakan metode kualitatif


dengan subjek yang bersifat pilihan dan bermutu.
Berikut ini contoh perumusan masalah. Topik penelitian
anda adalah: “Pendidikan Perempuan”. Perumusan Masalah:
mengapa tingkat pendidikan perempuan cenderung lebih rendah
dari tingkat pendidikan laki‐laki, padahal Undang-undang
Pendidikan sudah menjamin bahwa semua warganegara berhak
menerima pendidikan, dan semua fasilitas pendidikan terbuka
untuk semua warganegara? Melihat situasi ini maka dipandang
perlu dilakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan
dimaksud.
Sedangkan sebuah rumusan yang dibentuk dalam
sebuah pernyataan. Topik penelitian adalah: “Kecerdasan
Majemuk”. Perumusan masalah: siswa diberikan banyak mata
pelajaran di jenjang SMA, namun tidak semua siswa menguasai
mata pelajaran yang diajarkan di kelas. Hal ini akan
memberikan fokus kajian tentang deskripsi kemampuan
kecerdasan majemuk siswa SMA dalam menguasai mata
pelajaran di tingkat Menengah Atas.

C. Cara Merubah Masalah Menjadi Topik Penelitian


Terdapat perdebatan apakah setiap penelitian harus
dimulai dengan menemukan topik atau rumusan masalah
terlebih dahulu. Sejatinya, hal ini juga akan dipengaruhi oleh
minat peneliti itu sendiri. Bagian dalam buku ini, lebih akan
menjelaskan pola menemukan masalah terlebih dahulu yang
kemudian dijadikan sebagai topik penelitian begitu juga
sebaliknya. Sebagai ilustrasi, silakan perhatikan skema berikut
(Mahdiyah, 2010).

24
Bab 2 Mencari dan Menemukan Topik Penelitian

Identifikasi
Masalah

Problem
Discovery Pemilihan Topik

Perumusan
Masalah

Penjelasan dari skema tersebut adalah penelitian akan


bermula dari sebuah hal yang diasumsikan sebagai suatu
masalah. Dalam metode ilmiah, hal tersebut akan diselidiki
dengan mengidentifikasi masalah, seperti bagaimana masalah
tersebut muncul dan alasannya. Selanjutnya, adalah pemilihan
topik. Tahapan ini adalah untuk menemukan referensi atau
kajian literatur yang terkait dengan disiplin ilmu. Lalu, tahapan
dilanjutkan ke perumusan masalah dari mencari referensi
tersebut. Perumusan ini perlu menghadirkan novelty (kebaruan)
penelitian dibandingkan dengan penelitian terkait oleh peneliti
sebelumnya. Tahapan-tahapan ini bisa menjadi jalan
menghadirkan rumusan yang baik.
Namun. Skema tersebut juga bisa dilakukan dengan
rumusan masalah terlebih dahulu kemudian akan menemukan
topik penelitian. Pada bagian ini, peneliti akan memunculkan
pertanyaan-pertanyaan, rasa ingin tahu (curiosity) dan ingin
meneliti lebih mendetail tentang satu disiplin ilmu tertentu. Jika
peneliti telah melalui proses brainstorming. peneliti akan
memiliki sejumlah pertanyaan yang mendekati persyaratan agar

25
Bab 2 Mencari dan Menemukan Topik Penelitian

bisa disebut sebagai pertanyaan penelitian - pertanyaan tersebut


menarik minat dan kemungkinan besar akan dapat dijawab
dalam waktu dan keterbatasan sumber keilmuan atau
pengetahuan (Cedep, 2015). Pertanyaan tersebut akan terlebih
dahulu diterjemahkan dalam „bahasa ilmiah‟ yang kemudian
setelah itu peneliti akan menemukan topik penelitian agar bisa
menemukan teori dan data pengetahuan lebih banyak dan
terfokus.
Sebagai contoh, adalah hal berikut ini. Seorang
pendidik hendak mengkaji keefektifan media sosial yaitu
WhatsApp Group untuk pembelajaran daring pada mata
pelajaran Sains untuk pelajar di tingkat SMP karena adanya
Peraturan tidak boleh diadakan pembelajaran luar jaringan
(luring) oleh Pemerintah. Nah, peneliti bisa membuat rumusan
masalahnya yaitu: “Apakah efektif pembelajaran daring via
media sosial WhatsApp Group pada mata pelajaran Sains untuk
pelajar di tingkat SMP?” Dari rumusan sederhana ini, peneliti
dimungkinkan bisa menemukan topik penelitian, yaitu:
efektivitas pembelajaran daring via WhatsApp Group pada mata
pelajaran Sains untuk pelajar di tingkat SMP.
D. Cara Menyusun Latar Belakang Berdasarkan Masalah yang
Dikaji
Latar belakang penelitian haruslah sesuai dengan
masalah yang dikaji. Latar belakang mempunyai pengertian
sebagai berikut: menjelaskan secara lengkap topik (subject
area) penelitian, masalah penelitian yang kita pilih dan
mengapa melakukan penelitian pada topik dan masalah tersebut
(Susanto, 2012) dan latar belakang penelitian menentukan
konteks penelitian serta bagian ini adalah kunci untuk

26
Bab 2 Mencari dan Menemukan Topik Penelitian

memperkenalkan pembaca pada topik penelitian, dan ini


berbeda dari bagian utama (Sachdev, 2018; Olawale, 2021).
Penting untuk dicatat bahwa studi latar belakang penelitian akan
menentukan relevansi topik studi dan apakah niatnya untuk
berkontribusi pada bidang pengetahuan relevan (Lango, 2020).
Urgensi penelitian diarahkan untuk menjawab mengapa
penelitian penting untuk dilaksanakan (Nyoman, 2010). Dan,
latar belakang penelitian akan terletak di bagian paling awal dari
sebuah karya ilmiah, laporan ilmiah atau sejenisnya.
Setiap instansi akademik mempunyai gaya kepenulisan
yang beragam tentang apa saja yang harus disertakan dalam
bagian latar belakang sebuah kajian. Namun, terdapat beberapa
bagian yang menjadi pakem dan harus disertakan dalam sebuah
latar belakang. Berikut ini adalah tahap-tahap untuk menyusun
latar belakang penelitian agar sesuai dengan masalah yang dikaji
(Olawale, 2021):
1. Pada tahap awal penyusunan karya ilmiah, banyak hal
yang masih sangat kurang jelas, dan perlu dimantapkan,
maka sebaiknya lakukan penelitian pendahuluan
(preliminary study). Ini akan membantu peneliti untuk
mengajukan pertanyaan penelitian atau fokus kajian yang
pada akhirnya akan mengarah pada penelitian yang lebih
relevan dan spesifik
2. Membaca dan mengumpulkan data yang dibutuhkan
untuk mengembangkan – fokus kajian atau pertanyaan
penelitian.
3. Mengembangkan dan menulis pertanyaan penelitian.
Pikirkan tentang hal-hal yang telah dibaca dan telusuri,
serta masalah atau solusi yang telah ditemukan oleh orang

27
Bab 2 Mencari dan Menemukan Topik Penelitian

lain, lalu rumuskan pendirian atau pendapat peneliti


tentang masalah tersebut.
4. Menyelesaikan penelitian dengan menggunakan
pernyataan sebagai panduan. Peneliti harus menemukan
sumber yang relevan dengan teori spesifik dan berikan
lebih banyak wawasan tentang pertanyaan penelitian.
5. Saat peneliti membuat studi latar belakang, maka ia harus
membuat bagian yang relevan.
6. Peneliti harus mengidentifikasi studi lanjutan yang perlu
dilakukan di bagian kesimpulan. Sebutkan juga solusi
yang mungkin untuk masalah yang belum pernah
dipertimbangkan di masa lalu.
7. Peneliti juga harus merevisi dan meng-edit latar belakang
studi dengan cermat.
Secara singkat, dalam penjelasan Sachdev, terdapat poin
yang harus tertera dalam latar belakang yaitu (Sachdev, 2018):
keluasan topik penelitian, hal yang belum diteliti atau puzzle
yang belum terselesaikan, bagaimana mengatasi hal tersebut,
dan alasan peneliti mengambil topik tersebut.
Sedangkan dalam memformat latar belakang
masalah, hal yang perlu dilakukan adalah (Olawale, 2021):
1. memulai dengan memberikan gambaran umum topik
penelitian dan perkenalkan ide-ide kunci yang akan
digunakan sepanjang tulisan ilmiah;
2. kemudian memberikan informasi yang tepat tentang
semua metodologi yang digunakan dalam penelitian. Ini
bisa memakan waktu hingga beberapa paragraf
tergantung pada pertanyaan individu dan penelitian atau
topik penelitian;

28
Bab 2 Mencari dan Menemukan Topik Penelitian

3. mengutip sumber (referensi ilmiah) jika diperlukan untuk


menghindari plagiarisme. Kemudian penelitian dapat
memperkenalkan eksperimen dengan menjelaskan secara
singkat pilihan metodologinya, mengapa peneliti
memutuskan untuk menggunakan metodologi ini daripada
yang lain, dan tujuan dari metodologi tersebut.
Hal tersebut di atas bisa dilaksanakan mahasiswa atau
siapa saja yang akan menulis tulisan ilmiah. Dan, hal ini
menjadi penting agar memberikan kejelasan terhadap bagian
karya ilmiah di bab-bab berikutnya.
E. Kesimpulan
Pada bagian bagaimana mencari dan menemukan topik
penelitian, perlu digaris bawahi bahwa penelitian pada disiplin
apapun adalah harus sesuai dengan keilmuan peneliti itu sendiri
atau minat. Hal ini untuk mempermudah proses penelitian di
bagian berikutnya. Hal-hal yang masih terkait penelitian
terdahulu perlu juga digali secara luas dan banyak, agar
penelitian terkini mampu memberi keluasan ilmu dan
memberikan kontribusi pada ilmu yang lebih me-raksasa.
Kebaikan teknologi juga mampu membantu peneliti di
zaman ini untuk lebih mudah mengakses sumber-sumber bacaan
ilmiah, seperti Google Scholar, Academia Edu, dan research
gate. Termasuk juga tools (alat) agar tulisan akademik tetap
pada jalurnya seperti aplikasi referensi otomatis, alat cek
plagiasi dan alat cek bacaan yang disempurnakan. Bahkan
terbaru, terdapat alat akan tulisan digubah menjadi bahasa yang
lebih ilmiah.
Topik penelitian menjadi bagian terawal yang perlu
menemukan gap dengan penelitian sebelumya, juga ide peneliti

29
Bab 2 Mencari dan Menemukan Topik Penelitian

berikutnya. Beberapa peneliti pemula, sejatinya perlu


membiasakan diri dengan karya dan bagaimana bersikap ilmiah
atas suatu permasalahan yang diselesaikan dengan metode
ilmiah agar mampu menghasilkan penelitian yang bermutu.

30
Bab 3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

BAB 3
IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

A. Pengertian Masalah
Sebuah penelitian pasti berawal dari permasalahan yang
muncul dalam kehidupan sehari-hari dan peneliti mencoba
menawarkan solusi untuk permasalahan tersebut. Masalah
muncul jika ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan atau
ketidaksesuaian antara teori dengan praktek. Masalah
merupakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban/solusi
(Krippendorff, 2018).
Masalah dalam penelitian diekspresikan dalam bentuk
kalimat tanya bukan kalimat pernyataan. Selanjutnya masalah
dijawab melalui penelitian. Permasalahan dapat berasal dari
berbagai sumber. Sumber-sumber masalah, antara lain:
1. Observasi/ pengamatan
Masalah dalam penelitian dapat diangkat dari
hasil observasi/ pengamatan terhadap hubungan tertentu
yang belum memiliki penjelasan memadai dan cara-cara
rutin yang dalam melakukan suatu tindakan didasarkan
atas otoritas atau tradisi.
2. Kepustakaan
Hasil penelitian mungkin memberikan
rekomendasi perlunya dilakukan penelitian ulang baik
dengan atau tanpa variasi. Penelitian ulang dapat
meningkatkan validitas hasil penelitian dan kemampuan
untuk digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian
sering juga menyampaikan rekomendasi kepada peneliti
lain tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut. Hal ini
31
Bab 3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang


perlu diangkat untuk diteliti.
3. Teori
Teori merupakan konsep-konsep yang masih
berupa prinsip-prinsip umum yang penerapannya belum
dapat diketahui selama belum diuji secara empiris.
Penyelidikan terhadap masalah yang dianggap dari teori
berguna untuk mendapatkan penjelasan empiris praktik
tentang teori.
4. Masalah Sosial
Masalah sosial yang ada di sekitar kita atau yang
baru menjadi berita terhangat (hot news) dapat menjadi
sumber masalah penelitian. Misalnya : Adanya
perkelahian antar sekolah menimbulkan berbagai dampak
bagi sekolah dan warga sekitar. Penggalakan program 3
M (Mencuci tangan dengan sabun, memakai masker,
menjaga jarak) sebagai upaya pencegahan penularan
Virus Covid-19 (Çelik et al., 2018).

Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh


dari berbagai sumber yang terkait dengan bidang pendidikan,
antara lain:
1. Pengalaman seseorang atau kelompok. Pengalaman
orang yang telah lama menekuni bidang profesi
pendidikan dapat digunakan untuk membantu mencari
permasalahan yang signifikan diteliti. Contoh:
pengalaman mengajar di kelas.
2. Laporan hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian,
yang biasanya dalam bentuk jurnal, biasanya disamping

32
Bab 3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

ada hasil temuan yang baru juga ada kemungkinan


penelitian yang direkomendasikan
3. Lapangan tempat bekerja. Para peneliti dapat melihat
secara langsung, mengalami dan bertanya pada satu,
dua, atau banyak orang dalam pekerjaannya. Seorang
guru misalnya, akan merasakan bahwa sekolah dan
komponen yang berkaitan dengan tercapainya tujuan
sekolah dapat dijadikan sebagai sumber penelitian
(Rant, 2013).
B. Karakteristik Masalah
Tidak setiap masalah layak untuk diangkat sebagai topik
penelitian. Untuk dapat mengidentifikasi masalah, peneliti harus
mengenal karakteristik masalah. Untuk memilih masalah mana
yang layak untuk diteliti, ada beberapa kriteria yang dapat
dipakai, yaitu sebagai berikut (Patel and Patel, 2019).
1. Apakah masalah itu sesuatu yang baru, relatif belum
banyak diteliti?
2. Apakah masalah itu mengundang rasa ingin tahu peneliti
atau pihak luar yang akan membaca atau memanfaatkan
hasil penelitian itu?
3. Apakah masalah yang dipilih berada dalam lingkup
keilmuan yang ditekuni oleh peneliti selama ini?
4. Adakah alat, bahan, dan metode kerja yang akan dipakai
memungkinkan terlaksananya pengkajian terhadap fakus
masalah yang dipilih?
5. Apakah segi-segi teknik berikut ini memungkinkan
terselenggaranya penelitian sesuai dengan fokus masalah?

33
Bab 3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

“Masalah” dalam penelitian kualitatif yang akan


dipecahkan melalui penelitian harus jelas, spesifik, namun
sebagian besar masalah yang dibawa oleh peneliti masih
remang-remang, bahkan gelap, kompleks dan dinamis. Oleh
karena itu, “masalah” dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara (tentative) dan akan berkembang atau berganti
setelah peneliti berada di lapangan. Dalam penelitian kualitatif,
akan terjadi tiga kemungkinan terhadap “masalah” yang dibawa
oleh peneliti dalam penelitian. Yang pertama, masalah yang di
bawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir
penelitian sama. Yang kedua, “masalah” yang dibawa peneliti
setelah memasuki penelitian berkembang yaitu memperluas atau
memperdalam masalah yang telah disiapkan. Dengan demikian
tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul penelitian cukup
disempurnakan. Yang ketiga sehingga harus di “ganti” masalah.
Dengan demikian judul proposal dengan judul penelitian tidak
sama dengan judulnya diganti. Dalam institusi tertentu, judul
yang diganti ini sering mengalami kesulitan administrasi. Oleh
karena itu institusi yang menangani penelitian kualitatif, harus
mau dan mampu menyesuaikan dengan karakteristik masalah
kualitatif ini. Peneliti kualitatif yang merubah masalah atau
ganti judul penelitiannya setelah memasuki lapangan penelitian
atau setelah selesai, merupakan peneliti kualitatif yang lebih
baik, karena ia dipandang mampu melepaskan apa yang telah
dipikirkan sebelumnya, dan selanjutnya mampu melihat
fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa
yang terjadi dan berkembang pada situasi sosial yang diteliti.

34
Bab 3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

C. Perumusan Masalah
Apabila permasalahan yang akan diteliti telah
ditetapkan, langkah berikutnya adalah merumuskan masalah,
(Clough and Nutbrown, 2012) yaitu:
1. Bersifat kausalitas atau menghubungkan dua variabel
atau lebih.
2. Dapat diukur secara empiris dan objektif.
3. Dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda,
lebih baik dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
4. Tidak mencerminkan ambisi pribadi atau masyarakat,
dan tidak pula menuntut jawaban dengan pertimbangan
moral subjektif

Ciri perumusan masalah penelitian yang baik


(Oshagbemi, 2017), antara lain sebagai berikut.
1. Orisinalitas ide, misalnya pengembangan teori,
informasi atau metode baru
2. Aspek kelayakan dari segi biaya, waktu, alat, keahlian,
subjek penelitian
3. Pernyataan yang jelas tentang masalah penelitian
4. Bermanfaat untuk bidang ilmiah maupun aplikatif

D. Tujuan dan Manfaat Perumusan Masalah


Terdapat perbedaan antara masalah dan rumusan
masalah. Seperti telah dikemukakan bahwa, masalah merupakan
penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi.
Sedangkan rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang
disusun didasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data. Dalam usulan penelitian, sebaiknya
masalah tersebut perlu ditunjukkan dengan data. Misalnya ada

35
Bab 3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

masalah tentang kemampuan literasi siswa yang masih rendah,


maka perlu ditunjukan data kemampuan literasi siswa tersebut.
Ada tiga kriteria untuk menentukan permasalahan yang
baik dan pernyataan masalah yang baik (Dori, 2011), yaitu:
1. Masalah harus mengungkapkan suatu hubungan antara dua
variabel atau lebih.
Dengan demikian, masalah-masalah itu mengajukan
pernyataan-pernyataan seperti :
a) Apakah A terkait dengan B?
b) Apakah pendidikan orang tua mempengaruhi hasil
belajar?
2. Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu
dalam bentuk pertanyaan.
3. Masalah dan pernyataan masalah harus dirumuskan dengan
cara tertentu yang menyiratkan adanya pengujian yang
empiris.
Mengidentifikasi masalah penelitian dilakukan untuk
menentukan masalah mana yang perlu segera dicari
penyelesaiannya. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan
dapat dilakukan dengan cara mengelompokkan sekaligus
memetakan masalah-masalah tersebut secara sistematis
berdasarkan keahlian bidang peneliti. Dalam mengidentifikasi
masalah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut
(Sandoval, 2013).
1. Urgen.
Masalah yang akan dipecahkan mendesak untuk
dicari penyelesaiannya.

36
Bab 3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

2. Esensial.
Masalah yang akan diidentifikasi menduduki
urutan paling penting diantara masalah-masalah yang
ada.
3. Masalah mempunyai manfaat apabila dipecahkan.
Dalam dunia pendidikan masalah yang
diidentifikasi dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu :
proses pembelajaran, siswa, guru, dan hasil belajar.
Meskipun proses identifikasi masalah sudah ditemukan,
ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebagai
fokus penelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
minat/motivasi/dorongan peneliti, kemampuan peneliti,
lokasi penelitian, sumber data (populasi dan sampel),
waktu, pendekatan/metode yang digunakan, buku
sumber yang tersedia, etika dan birokrasi. Bila kesemua
hal tersebut telah terpenuhi maka suatu fokus masalah
dapat dijadikan sebagai masalah penelitian untuk d
icari jawabannya

Berdasarkan uraian di atas, maka manfaat perumusan


masalah penelitian, antara lain sebagai berikut.
1. Langkah awal untuk mengembangkan judul, tujuan
penelitian, kerangka konsep dan rancangan penelitian
2. Prediksi keberhasilan studi
3. Orisinalitas studi, bukan suatu duplikasi

E. Cara Menyusun Perumusan Masalah


Langkah-langkah perumusan masalah dapat dilakukan
melalui tahap-tahap berikut.
1. Latar belakang masalah berupa analisis situasi yang harus
menjelaskan mengapa penelitian perlu dilakukan.
37
Bab 3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

2. Identifikasi masalah menjelaskan faktor-faktor yang


diduga berhubungan/penyebab terjadinya masalah, yang
perlu ditunjang data kuantitatif atau kualitatif yang
berasal dari teori atau penelitian sebelumnya.
3. Pembatasan masalah penelitian berdasarkan justifikasi,
adekuasi dan fisibilitas penelitian yang akan dilakukan.
Pembatasan masalah adalah upaya
membatasi/memfokuskan masalah dengan formulasi yang
memuat antara lain:
a) Kelayakan masalah
b) Besar dan luas masalah
c) Urgensi dari masalah
d) Wilayah geografis yang terpengaruh,
e) Karakteristik populasi/ sampel penelitian,
f) Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah,
g) Upaya yang pernah dilakukan untuk mengatasi
masalah, serta keberhasilan dan kekurangan upaya
tersebut.
h) Prediksi terhadap keberhasilan penelitian untuk
menjawab masalah penelitian
Pada umumnya mahasiswa atau peneliti pemula
mendapat kesulitan dalam menemukan masalah penelitian. Bagi
pemula dalam penelitian dapat menggunakan langkah-langkah
yang dapat mempermudah menemukan masalah penelitian yang
baik dan benar (Clough and Nutbrown, 2012). Urutan menulis
masalah penelitian sebagai berikut.
1. Langkah 1. Tentukan Satu Topik.
Topik yang ditentukan sebaiknya berhubungan
dengan bidang studi atau keahlian dari peneliti. Dianjurkan

38
Bab 3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

untuk tidak mengambil topik di luar bidang studi atau


keahlian peneliti kecuali bila penelitian yang akan
dilakukan menyangkut beberapa aspek disiplin ilmu
sehingga membutuhkan lebih dari satu orang peneliti.
2. Langkah 2. Uraikan Topik Tersebut ke Dalam Bentuk
Pertanyaan
Topik yang bersifat umum tersebut dibagi ke dalam
beberapa sub-topik. Sub-topik ini yang nantinya dapat
dijadikan sebagai masalah penelitian. Untuk dapat
menghasilkan beberapa sub-topik lakukan brain-storming
dengan diri Saudara sendiri, teman, atau para ahli.
3. Langkah 3. Pilih Satu Topik dari Daftar
Dari daftar sub-topik atau pernyataan permasalahan
tersebut, dipilih salah satu yang dianggap menarik bagi
peneliti untuk diteliti, atau yang paling sesuai bidangnya.

4. Langkah 4. Evaluasi
Pilihan yang sudah dibuat perlu dievaluasi kembali
apakah pilihan tersebut sudah dibuat dengan benar.
Masalah penelitian yang baik memiliki sekurang-
kurangnya lima karakteristik. Oleh karena itu evaluasi
masalah penelitian didasarkan pada lima karakteristik ini:
a) Menarik
Topik yang dipilih harus dapat menarik
peneliti . Jika topik menarik, maka peneliti akan
termotivasi untuk melakukan penelitian dan
diharapkan dapat menghasilkan penelitian yang
terbaik.

39
Bab 3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

b) Bermanfaat
Penelitian harus memberikan manfaat yang
berarti terutama pada ilmu pengetahuan, peningkatan
kesejahteraan manusia, dan memperbaiki cara manusia
melakukan sesuatu.
c) Hal yang baru
Penelitian diharapkan menghasilkan sesuatu
yang baru, apakah sama sekali baru atau memperbaiki
yang sudah ada.
d) Dapat dilaksanakan
Sangat penting untuk diyakini bahwa
penelitian yang akan dilakukan benar-benar dapat
dilaksanakan. Pertanyaan berikut dapat digunakan
untuk mengevaluasi apakah masalah penelitian yang
telah dipilih dapat dilaksanakan dengan baik:
e) Tidak melanggar etika

Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang


dapat memandu peneliti untuk mengumpulkan data di lapangan.
Berdasarkan level of explanation, suatu gejala, maka secara
umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan
masalah deskriptif, komparatif dan asosiatif (Sugiyono,2012)
antara lain :
1. Permasalahan Deskriptif Permasalahan deskriptif
merupakan permasalahan dengan variabel mandiri baik
hanya pada satu variable atau lebih (variabel yang berdiri
sendiri). Dalam penelitian ini, peneliti tidak membuat
perbandingan variabel yang satu pada sampel yang lain,

40
Bab 3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

hanya mencari hubungan variabel yang satu dengan


variabel yang lain. Contoh permasalahan deskriptif :
a. Seberapa tinggi kemampuan literasi sains siswa SMP
di Indonesia?
b. Seberapa besar efektivitas model pembelajaran jigsaw
terhadap prestasi belajar siswa?
2. Permasalahan Komparatif Permasalahan ini merupakan
rumusan masalah penelitian yang membandingkan
keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda pada waktu yang berbeda. Contoh :
a. Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari
SMA dan SMK? (variabel penelitian adalah prestasi
belajar pada dua sampel SMA dan SMK).
b. Adakah perbedaan pemahaman terhadap materi optik
antara siswa di sekolah formal dengan siswa
homeschooling?
3. Permasalahan Asosiatif Merupakan rumusan masalah
penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua
variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu :
a. Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua
variabel atau lebih yang kebetulan munculnya
bersama. Contoh perumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
(1) Adakah hubungan antara warna kulit dengan
kemampuan memimpin negara?
(2) Adakah hubungan antara jumlah jas hujan yang
terjual dengan jumlah murid sekolah?
b. Hubungan kausal Hubungan kausal adalah hubungan
yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel

41
Bab 3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

independen (variabel yang mempengaruhi) dan


dependen (dipengaruhi), contoh:
(1) Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap
prestasi belajar anak? (pendidikan orang tua
variabel independent dan prestasi belajar variabel
dependen).
(2) Seberapa besar pengaruh kurikulum, media
pembelajaran dan kualitas guru terhadap kualitas
SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah?
(kurikulum, media, dan kualitas guru sebagai
variabel independen dan kualitas SDM sebagai
variabel dependen).
c. Hubungan interaktif/ reciprocal/ timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling
mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel
independen dan dependen, contoh:
(1) Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar
anak SD di sekolah A. Di sini dapat dinyatakan
motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga
prestasi dapat mempengaruhi motivasi.
(2) Hubungan antara makan di pagi hari dengan
kecerdasan siswa.

Dalam penelitian kualitatif seperti yang telah


dikemukakan, rumusan masalah yang merupakan fokus
penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti masuk lapangan atau situasi social tertentu.
Namun demikian setiap peneliti baik peneliti kuantitatif maupun
kualitatif harus membuat rumusan masalah. Pertanyaan
penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk
42
Bab 3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan


aspek-aspek lain (in context). Peneliti yang menggunakan
pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya. Ia akan
mengembangkan fokus penelitian sambil mengumpulkan data.
Proses seperti ini di sebut “emergent design” (Jonker and
Pennink, 2010)

F. Kesimpulan
Sebuah penelitian pasti berawal dari permasalahan yang
muncul dalam kehidupan sehari-hari dan peneliti mencoba
menawarkan solusi untuk permasalahan tersebut. Masalah
muncul jika ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan atau
ketidaksesuaian antara teori dengan praktek. Masalah dalam
penelitian diekspresikan dalam bentuk kalimat tanya bukan
kalimat pernyataan. Mengidentifikasi masalah penelitian
dilakukan untuk menentukan masalah mana yang perlu segera
dicari penyelesaiannya. Berdasarkan level of explanation, suatu
gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan
masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif dan
asosiatif. Rumusan masalah asosiatif dibagi menjadi tiga yaitu,
hubungan simetris, kausal dan reciprocal atau interaktif.

43
Bab 4 Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

BAB 4
IDENTIFIKASI BATASAN, TUJUAN DAN MANFAAT
PENELITIAN

A. Pengertian Batasan Tujuan dan Manfaat Penelitian


Hakikat penelitian lebih mudah dipahami ketika peneliti
menyadari motivasinya dalam melakukan penelitian. Motivasi
peneliti dipengaruhi profesinya dan ditujukan untuk mencari
solusi, memecahkan masalah, dan menjawab rasa ingin tahu dari
setiap fenomena yang ada dan berkembang dalam masyarakat.
Dalam ilmu sosial penelitian terkait erat dengan kehidupan
manusia yang mencakup prosedur, prinsip dan aturan untuk
menciptakan serta menemukan pengetahuan. Aktivitas meneliti
seyogyanya menarik dan menyenangkan bagi peneliti agar setiap
tahapan dilakukan sepenuh hati sehingga membuahkan hasil
(berupa temuan baru, mendukung atau menguatkan temuan
sebelumnya atau membandingkan temuan saat ini dengan
temuan sebelumnya). Sebagaimana yang kita ketahui bersama
bahwa penelitian sosial bersifat meresap (pervasive)
mempengaruhi kehidupan keseharian masyarakat dan relevan
dalam memahami kehidupan sosial secara umum. Berdasarkan
jenis data dan analisis ada tiga macam metode penelitian yaitu,
penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif dan kombinasi antara
keduanya (mixed methods). Penelitian kuantitatif dan kualitatif
merupakan format penelitian yang mainstream di dalam dunia
ilmu pengetahuan. Hampir semua penelitian memilih salah satu
pendekatan ini atau memadukanya.
Bagian bagian inti yang terdapat pada penelitian
mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
44
Bab 4 Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

penelitian dan manfaat dari penelitian. Dalam tulisan ini secara


spesifik fokus pada tujuan dan manfaat penelitian. Walaupun
dalam pembahasannya tidak mungkin berdiri sendiri, selalu akan
ada benang merah di antara semua bagian di dalam suatu
penelitian.
Tujuan penelitian menunjukkan “mengapa anda ingin
melakukan penelitian dan apa yang ingin anda capai (Locke,
Spirduso dan Silverman dalam Cresswell, 2016). Batasan
masalah pada penelitian kualitatif berisi pokok masalah yang
masih bersifat umum dan didasarkan pada tingkat kepentingan
urgensi dan kelayakan masalah yang dipecahkan dengan
memperhatikan kemampuan peneliti, dana, waktu dan tenaga.
Salah satu bagian yang penting saat melakukan
penelitian adalah ruang lingkup/batasan masalah yang dijadikan
sebagai penuntun/koridor dalam melakukan penelitian. Batasan
masalah pada penelitian kuantitatif diasumsikan bahwa gejala
dari suatu obyek bersifat parsial atau tunggal sehingga perlu
menentukan variabel variabel terlebih dahulu. Biasanya
menggunakan angka angka, pengolahan statistik dan percobaan
terkontrol. Metode penelitian yang digolongkan pada penelitian
kuantitatif bersifat non eksperimental. Sebaliknya dalam
penelitian kualitatif tidak cukup hanya berdasarkan variabel
tetapi seluruh situasi sosial yang mencakup pelaku (actor),
aktivitas (activity), tempat (place) serta berbagai interaksi yang
terjalin secara bersinergi. Penelitian kualitatif mencoba
memahami fenomena sosial dari perspektif partisipan. Partisipan
adalah mereka yang diminta untuk memberikan pendapat,
pemikiran maupun data data yang diperlukan. Batasan masalah
(limitation) menuntun pembahasan yang dilakukan tidak melebar

45
Bab 4 Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berikut ini fungsi batasan masalah:


a. Menegaskan/memperjelas apa yang menjadi masalah
b. Memprediksi tentang apa yang akan dipelajari atau
pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian
c. Fokus pada satu topik tertentu (pada tingkat kebaruan
informasi berdasarkan situasi social di lapangan
d. Jangkauan proses yang akan dibahas lebih jelas
e. Membantu dalam mengidentifikasi masalah
f. Menolong memperjelas gambaran yang akan dibahas
dalam penelitian
g. Menuntun pada referensi, teori, bahan pendukung,
diskusi yang dilakukan dan melengkapi penelitian
h. Gambaran atau hasil yang diperoleh lebih spesifik

Dari penjabaran fungsi batasan masalah di atas,


menegaskan pentingnya batasan masalah ditetapkan, sebelum
penelitian dilakukan. Berikut ini beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan dalam menyusun dan
menetapkan batasan masalah:
a. Peneliti berminat dan tertarik terhadap batasan masalah
yang sudah ditetapkan
b. Peneliti menyesuaikan dengan kemampuan dirinya
c. Peneliti menyesuaikan dengan data dan fakta yang ada di
lapangan
d. Peneliti melakukan pengkajian terhadap batasan masalah
dengan teliti,
e. Peneliti menyadari bahwa batasan masalah biasanya
tidak langsung ditemukan

46
Bab 4 Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

Untuk memperjelas apa yang dimaksud dengan batasan


masalah, berikut ini salah satu contohnya. Topiknya:
Pembelajaran jarak jauh/PJJ
a. Mengetahui apa itu Pembelajaran Jarak jauh, mengapa
disebut pembelajaran jarak jauh dan mengapa
pembelajaran jarak jauh dilaksanakan
b. Apa perbedaan pembelajaran jarak jauh dengan
pembelajaran secara on site
c. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari
pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran secara on site
d. Fasilitas apa saja yang diperlukan agar pembelajaran
jarak jauh terlaksana dengan baik
e. Relevansi antara Pembelajaran Jarak jauh dengan
kemampuan belajar mandiri
f. Blended learning alternative metode pelaksanaan
Pembelajaran Jarak Jauh

Setelah memahami batasan masalah, seorang peneliti


harus mengetahui tujuan atau apa yang akan dihasilkan dari
penelitian tersebut. Tujuan penelitian adalah memperoleh
pengetahuan agar dapat menjawab pertanyaan pertanyaan atau
untuk mendapatkan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi
(Sudaryono, 2019, p. 65). Secara umum penelitian mempunyai
tiga tujuan yaitu
1. Penemuan yang dimulai dari permasalahan sampai
temuan atau kesimpulan merupakan sesuatu yang baru
yang sebelumnya belum ada
2. Pembuktian berarti dimulai dari masalah dalam penelitian
sampai hasil atau temuan yang bersifat
menguji/membuktikan bahwa hasil penelitian masih
47
Bab 4 Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

relevan dan masih dimungkinkan dilakukan di tempat


lain/tempat yang berbeda
3. Pengembangan, berarti tujuan penelitian adalah
mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada
dengan mengembangkan indikator, menambah variable
atau mengubah metode dan bahkan juga
mengkombinasikan metodenya.

Berikut ini beberapa hal mendasar yang perlu


diperhatikan dalam menulis tujuan penelitian kualitatif (a)
menggunakan kata kata maksud atau sasaran untuk menandai
tujuan penelitian, (b) fokus pada satu fenomena/konsep atau
gagasan utama, (c) menggunakan verbal verbal tindakan untuk
menunjukkan bahwa ada proses pembelajaran di dalam
penelitian, (d) menggunakan kata kata atau frase yang netral, (e)
sajikan definisi umum mengenai fenomena atau gagasan utama
khususnya jika fenomena tersebut merupakan istilah yang tidak
dipahami oleh pembaca secara luas (f) menggunakan kata kata
teknis berbasis strategi atau teori penelitian yang diinginkan saat
pengumpulan data dan analisis, (h) menjelaskan siapa saja para
partisipan yang terlibat dalam penelitian, (i) menyebutkan lokasi
penelitian
Manfaat penelitian secara umum dipilah menjadi dua
kategori yakni teoritis/akademis dan praktis/pragmatis. Manfaat
akademis merupakan kontribusi tertentu dari penyelenggara
penelitian terhadap perkembangan teori teori yang digunakan
dalam penelitian, disiplin ilmu yang dikaji. Manfaat praktis
berhubungan dengan kontribusi yang diberikan terhadap objek
penelitian, kelompok, individu maupun organisasi.

48
Bab 4 Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

B. Karakteristik Tujuan Penelitian Secara Umum dan Khusus


Tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat tentang
hasil atau sesuatu yang diperoleh setelah penelitian dilaksanakan.
Tujuan penelitian dijabarkan dengan menggunakan kata kata
yang pada umumnya menggunakan kata kerja pembuka seperti
menemukan, menilai, menguji, menganalisis atau
membandingkan. Penting untuk selalu diingat bahwa penelitian
dilakukan karena ada masalah. Jadi setiap penelitian baik itu
penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu berangkat dari
masalah. Masalah diartikan sebagai kesenjangan antara harapan
dengan kenyataan. Pada penelitian kuantitatif masalah yang
dipecahkan harus spesifik, jelas dan dianggap tidak berubah,
dikenal juga sebagai metode tradisional sebab sudah digunakan
sejak lama. Digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,
analisis data dengan tujuan untuk menguji hipotesis. Sebaliknya
masalah dalam penelitian kualitatif masih “kelabu” atau remang
remang dan kompleks. Metode ini dikenal sebagai metode
artistik dan metode interpretatif. Disebut metode artistik karena
lebih bersifat seni, disebut metode interpretatif karena data
penelitiannya lebih bersifat interpretasi terhadap data lapangan.
Selain itu masih bersifat sementara/tentative dan akan
berkembang setelah peneliti ada di lapangan. Setiap peneliti
perlu jeli melihat urgensi dari masalah. Suatu masalah dikatakan
penting apabila tidak dipecahkan melalui penelitian dapat
menimbulkan masalah baru. Masalah dikatakan mendesak atau
urgen apabila tidak segera dilakukan penelitian maka hilang
berbagai kesempatan untuk mengatasinya. Masalah dikatakan

49
Bab 4 Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

feasible bila tersedia cukup sumber sumber daya untuk


memecahkan masalahnya.
Menemukan masalah yang sebenarnya tidaklah mudah.
Oleh sebab itu ada pandangan yang mengatakan bahwa bila
masalah penelitian telah ditemukan maka pekerjaan penelitian
limapuluh persen telah selesai. Penemuan masalah menggiring
pada topik/judul yang dikaji, dilanjutkan dengan merumuskan
pertanyaan penelitian kemudian batasan masalah, tujuan yang
hendak dicapai serta manfaat penelitian. Di dalam penelitian
jenis apapun penentuan masalah merupakan hal yang penting
dan sentral. Dalam bidang apapun selalu ada masalah, sayangnya
tidak setiap orang memiliki kemampuan untuk menyadari,
merasakan, melihat dan menemukan masalah. Oleh sebab itu
diperlukan kepekaan yang didukung oleh minat, kemampuan dan
keahlian (Sugiyono, 2014, pp. 11–15).
Faktor faktor yang mempengaruhi seseorang untuk peka
terhadap masalah adalah sebagai berikut :
1. Spesialisasi atau program khusus pada suatu bidang yang
didalami sehingga memiliki keahlian khusus
2. Program akademis yakni pendalaman yang dilakukan
terhadap suatu disiplin ilmu atau pendidikan tertentu yang
dilakukan secara teoritis maupun secara praktis
3. Bahan bacaan atau kepustakaan. Semakin banyak
membaca akan semakin meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berpikir seseorang
4. Analisis terhadap suatu bidang. Dengan usaha dan
ketekunan maka seseorang akan menemukan banyak hal
terkait dengan bidang yang ditekuni

50
Bab 4 Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

5. Memperhatikan kebutuhan dan praktik kehidupan sehari


hari secara seksama akan menemukan masalah yang perlu
ditindaklanjuti atau dicarikan solusinya. (Muhammad Ali
dalam Sudaryono, 2019:107)

Karakteristik masalah secara sederhana dapat dikaji dari:


1. Apakah masalah tersebut layak diteliti: artinya masalah
tersebut dapat dikaji dengan cara mengukur secara
empiris dengan pengumpulan dn pengolahan data
2. Sifat dari masalah yang diteliti: maksudnya apa dampak
jika masalah tersebut dilanjutkan ke dalam penelitian.
Apabila manfaat yang didapat tidak signifikan terhadap
kebutuhan masyarakat maka sebaiknya tidak dilanjutkan
sebagai penelitian. Selain itu masalah penelitian
mempunyai karakteristik teoritis dan praktis. Ada teori
pendukung yang kuat dan memiliki dampak yang
praktis.
3. Realistis artinya kemampuan peneliti terhadap
penguasaan konsep atau teori, pengalaman yang
dimiliki, ketersediaan waktu, dan biaya. Perlu juga
memperhatikan kebaruan, keaktualan. Semakin hangat
topik yang diangkat maka semakin tinggi nilainya.

Dari sisi kriteria, masalah perlu dikaji dengan


mempertimbangkan: apakah masalah tersebut hal yang baru,
aktual, praktis, memadai, sesuai dengan kemampuan peneliti,
dan sesuai dengan kebijakan pemerintah. Masalah di sekitar kita
sangat banyak. Masalah dapat juga diperoleh dari pengalaman,
pengamatan, journal, laporan hasil penelitian, skripsi, tesis,
lokakarya, diskusi, semiloka, institusi dan lain lain. Setiap
penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan yang ingin
51
Bab 4 Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

diwujudkan melalui kegiatan penelitian. Tujuan penelitian


mengindikasikan maksud penelitian dan bukan masalah atau isu
yang menuntun mengapa penelitian harus dilakukan.
Melalui tujuan penelitian dapat dibaca pernyataan yang
menjelaskan sasaran, maksud maupun gagasan umumnya. Agar
mudah dipahami oleh pembaca maka tujuan penelitian dibingkai
dalam satu paragraph. Tujuan penelitian ada yang bersifat umum
dan ada yang bersifat khusus. Tujuan penelitian secara umum
adalah: (a) untuk memperoleh pengetahuan atau penemuan baru,
(b) untuk membuktikan atau menguji kebenaran dari
pengetahuan yang sudah ada (c) untuk mengembangkan
pengetahuan yang sudah ada. Tujuan penelitian secara khusus
menekankan pada upaya menemukan (sesuatu yang belum ada)
dan jabaran atau lanjutan dari tujuan umum serta terkait dengan
lembaga tertentu yang diwujudkan melalui penerapan atau
implementasi dari hasil penelitian.
Pada dasarnya penelitian kualitatif tidak dimulai dari
sesuatu yang kosong tetapi berdasarkan pada persepsi seseorang
terhadap adanya masalah. Selain tujuan umum dan tujuan
khusus, tujuan penelitian dapat dilihat juga dari tujuan teoritis
dan tujuan praktis. Tujuan teoritis merupakan pendalaman
terhadap pengetahuan itu sendiri. Itu sebabnya tujuan penelitian
secara teoritis tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Tujuan
penelitian secara praktis (applied research) menemukan
pengetahuan yang secara langsung dapat dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat. Berdasarkan klasifikasinya, tujuan penelitian
dapat dikelompokkan, antara lain: (a) tujuan eksploratif:
dilakukan untuk menemukan pengetahuan baru yang belum ada
atau menggali suatu gejala yang relative baru. Misalnya

52
Bab 4 Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

menemukan teori baru bahwa ekstrak mangga dapat menurunkan


kadar kolesterol, yang sebelumnya belum pernah ada teori yang
menyatakan hal tersebut atau penelitian tentang penemuan virus
jenis baru, (b) tujuan verifikatif: dimaksudkan untuk menguji
atau membuktikan kebenaran dari pengetahuan yang telah ada
sebelumnya, misalnya penelitian yang membuktikan apakah
benar mentimun dapat menurunkan tekanan darah manusia,
sebelumnya telah ada teori dari penelitian yang menyatakan hal
tersebut (c) tujuan pengembangan: dilakukan untuk
mengembangkan atau menggali lebih dalam lagi dari
pengetahuan atau penelitian yang sudah ada sebelumnya,
misalnya tentang penelitian mentimun yang dapat menurunkan
tekanan darah tinggi. Teori tentang hal tersebut sudah ada dan
peneliti mengembangkan dengan menilai seberapa besar atau
efektifkah mentimun dapat menurunkan tekanan darah manusia.
Penelitian didasarkan pada fungsi terdiri atas penelitian
dasar, penelitian terapan, penelitian tindakan (action research),
penelitian penilaian (assessment research), penelitian komparatif
(comparative research), penelitian korelasional, penelitian dan
pengembangan (research and development) dan penelitian studi
kasus. Dalam perkembangan dewasa ini penelitian studi kasus
banyak dilakukan karena penelitian ini dianggap gambaran dari
konteks real dengan mengumpulkan data secara terperinci,
bervariasi dan ekstensif. Logika dari studi kasus adalah
memperagakan argumentasi sebab akibat mengenai
pembentukan kekuatan sosial umum dan memerikan hasil dalam
penataan tertentu. Penelitian studi kasus, berupaya melakukan
penyelidikan mendalam dalam setiap kasus dan konteksnya
dengan mengumpulkan data secara terperinci, bervariasi dan

53
Bab 4 Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

ekstensif. Logika dari studi kasus adalah memperagakan


argumentasi sebab akibat mengenai cara pembentukan kekuatan
sosial umum dan memberikan hasil dalam penataan tertentu
(Walton dalam Lawrence Neuman, 2013). Penelitian studi kasus
memiliki keunggulan sebagai berikut : (a) validitas konseptual :
membantu mengarahkan pada inti persoalan, (b) dampak
heuristic: mendorong terbentuknya teori baru atau
mengembangkan konsep, (c) identifikasi mekanisme kausal:
memperjelas detail dan adanya saling pengaruh dari factor factor
terkait, (d) kemampuan mengurangi kerumitan dan menelusuri
proses secara efektif, (e) kalibrasi : adanya penyesuaian konsep
abstrak menjadi pengalaman hidup yang dapat diandalkan, (f)
Elaborasi holistic: kemampuan merinci proses secara
holistic/menyeluruh.
Tujuan penelitian tidak terpisah dari rumusan masalah
bahkan saling terkait erat. Semua tahapan/proses dalam
penelitian merupakan satu kesatuan, saling terhubung dan saling
mempengaruhi. Tidak ada tahapan dalam penelitian yang berdiri
sendiri. Berikut ini gambar tahapan penelitian kuantitatif dan
kualitatif

54
Bab 4 Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

Gambar 1. Tahapan penelitian kuantitatif


Sumber : (slideplayer.info)
Setiap penelitian diawali dari masalah. Penelitian
dilakukan dengan berbagai alasan dan banyaknya alasan
melakukan penelitian sama banyaknya dengan peneliti.
Pandangan lain juga menyebutkan bahwa tujuan penelitian dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu, menyelidiki topik baru,
menjelaskan fenomena sosial dan menerangkan alasan terjadinya
sesuatu. Biasanya salah satu tujuan akan lebih dominan (lihat
kembali tujuan penelitian eksploratif, verifikatif dan
pengembangan).

Gambar 2: Tahapan Penelitian Kualitatif


Sumber: (slideplayer.info)

55
Bab 4 Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

Perbedaan Pandangan-pandangan dasar antara Penelitian


kualitatif dengan Pendekatan Penelitian Kuantitatif-Positivistik

Beberapa Pandangan Pandangan Penelitian


Pandangan Penelitian Kuantitatif
(Axiom) mengenai Kualitatif
Sifat realistis Ralistis itu bersifat Realistis itu tunggal,
ganda, hasil konkret teramati, dan
konstruksi dalam dapat
pengertian, holistik dipragmentasikan
Hubungan peneliti Interaktif tak dapat Independen suatu
dengan yang dipisahkan dualisme
diteliti
Posibilitas Mustahil Ada sebab sebab riil
membangun memisahkan sebab yang secara temporal
jalinan hubungan sebab dengan akibat atau secara simultan
kausal akibatnya sebab senantiasa mendahului
pada semua dan melahirkan akibat
keadaan secara akibat
simultan
Peranan nilai Tidak bebas nilai Bebas nilai
Tabel 1 Perbedaan Pandangan Dasar Penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif
Sumber: (Hardani, 2020)

C. Karakteristik Manfaat Penelitian Secara Umum dan Khusus


Salah satu kegunaan penelitian adalah untuk
memecahkan masalah. Oleh sebab itu rumusan tujuan
diungkapkan agar memperoleh jawaban atas permasalahan

56
Bab 4 Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

penelitian yang diajukan. Rumusan tujuan harus relevan dengan


identitas masalah serta mencerminkan keseluruhan dari proses
penelitian. Sedangkan manfaat penelitian merupakan dampak
dari pencapaian tujuan. Apabila tujuan dapat tercapai dan
rumusan masalah dapat dipecahkan secara tepat/akurat, maka
manfaat secara praktis maupun secara teoritis sudah tercakup di
dalamnya. Kegunaan hasil penelitian terhubung dengan sarana-
sarana yang diajukan setelah kesimpulan, dan merupakan follow
up bagi pengguna informasi yang didapat dari kesimpulan.
Dengan melihat tujuan dan manfaat dari penelitian maka
diharapkan semua kebijakan atau keputusan yang dilakukan oleh
suatu institusi, lembaga bahkan negara sebaiknya diawali dari
penelitian. Hasil penelitian berupa data dan informasi tersebut
menjadi pertimbangan sebelum diambil kebijakan/keputusan.
Data dan informasi yang diperoleh ini merupakan manfaat
penelitian yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan.
Klasifikasi manfaat penelitian terhadap penelitian yang sudah
dilakukan menurut Priyono (2018, p. 33) dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu :
1. Penelitian murni merupakan penelitian yang
manfaatnya dirasakan untuk waktu yang lama.
Penelitian ini biasanya didasarkan pada kebutuhan
peneliti, dilakukan dalam kegiatan akademis (skripsi,
tesis, atau disertasi) dan memiliki karakteristik pada
penggunaan konsep-konsep yang abstrak. Penelitian
murni ditujukan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk
pengetahuan dan pemahaman yang dijadikan sumber
metode, teori dan gagasan serta diaplikasikan pada

57
Bab 4 Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

penelitian berikutnya. Umumnya peneliti memiliki


kebebasan untuk menentukan permasalahan yang
diteliti.
2. Penelitian Terapan adalah yang hasil penelitiannya
segera dapat dirasakan dan diaplikasikan. Contohnya
tentang pemasaran. Hasil dari penelitian memberikan
gambaran tentang selera masyarakat kepada
perusahaan mengenai produk apa tidak diminati
berikut solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi
segala masalah yang ada di perusahaan. Penelitian
terapan adakalanya diidentikkan dengan penelitian
pesanan karena didukung sponsor/dilaksanakan karena
adanya permintaan dari kelompok atau pihak tertentu.
Konsekuensinya peneliti tidak memiliki kebebasan
dalam memilih dan menentukan permasalahan yang
diteliti.

D. Kesimpulan
Penelitian meruapakan suatu kegiatan bermanfaat
dan harus dilakukan masyarakat dari berbagai disiplin ilmu agar
berbagai fenomena, persoalan di masyarakat ditemukan solusi
dan jalan keluarnya. Melalui penelitian ditemukan berbagai
inovasi dan kreativitas. Masyarakat yang maju dan berkembang
adalah masyarakat yang secara terus menerus melakukan
penelitian. Hasil penelitian akan tercapai apabila peneliti
berminat dan tertarik untuk mendalaminya. Selain itu faktor
dana, keahlian yang dimiliki, tersedianya data, waktu dan tenaga
merupakan factor pendukung terwujudnya hasil penelitian.
Tujuan penelitian perlu ditetapkan terlebih dahulu, sebagai
bagian terpenting dari seluruh penelitian. Penetapan tujuan
58
Bab 4 Identifikasi Batasan, Tujuan dan Manfaat Penelitian

penelitian tidak terlepas dari batasan masalah. Batasan masalah


sebagai koridor/frame menuntun agar peneliti fokus dan tidak
melebar. Batasan masalah juga membantu mengukur
ketersediaan data dan informasi, mengukur kesiapan dan
kemampuan peneliti. Menentukan batasan masalah memerlukan
ketelitian dan kejelian. Semakin tinggi jam terbang seorang
peneliti akan semakin mudah baginya dalam menemukan
masalah, menentukan batasan dan menetapkan tujuan dari
penelitian yang dilakukan. Manfaat penelitian merupakan
kelanjutan dari tujuan penelitian. Manfaat adalah keuntungan
yang diperoleh setelah penelitian selesai dilakukan.

59
Bab 5 Hipotesis Penelitian

BAB 5
HIPOTESIS PENELITIAN

A. Pengertian Hipotesis
Pada sebuah penelitian, seorang peneliti memerlukan
rumusan hipotesis penelitian untuk mengawali penelitiannya,
yaitu mencari jawaban atas pertanyaan yang menarik minat
peneliti. Merumuskan hipotesis penelitian merupakan langkah
penting dalam metode ilmiah karena rumusan hipotesis akan
menunjukkan arah dilakukannya suatu penelitian. Seorang
peneliti perlu untuk mengetahui penelitian-penelitian
sebelumnya yang terkait dengan penelitiannya. Peneliti harus
memilih desain penelitian yang akan digunakan untuk
membantunya dalam mencari data. Selanjutnya, data tersebut
akan mendukung atau menolak hipotesis penelitian. Hipotesis
penelitian yang dipilih oleh peneliti akan berpengaruh pada
desain penelitian yang akan peneliti lakukan. Hipotesis
penelitian juga akan mengarahkan peneliti dalam
mengomunikasikan hasil penelitian melalui sebuah laporan.
Hipotesis penelitian sangat mempengaruhi peneliti dalam
menetapkan garis besar penelitian dan mempersempit variabel
penelitian.
Bagian dari penelitian yang menjadi petunjuk dalam
menyusun sebuah hipotesis penelitian adalah masalah penelitian
dan biasanya disajikan dalam bentuk kalimat tanya. Hipotesis
penelitian menjabarkan masalah penelitian menjadi sesuatu yang
dapat diuji, sehingga peneliti harus menghasilkan hipotesis
penelitian yang realistis dan dapat membangun sebuah
penelitian. Hipotesis dapat dijelaskan dari berbagai sudut
60
Bab 5 Hipotesis Penelitian

pandang, yaitu etimologi, teknis, statistik dan lain-lain. Pada


umumnya istilah hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara
dari sebuah penelitian. Berikut ini beberapa pengertian hipotesis
menurut ahli:
1. Hipotesis berasal dari dua kata, yaitu hypo yang
memiliki arti sebelum dan thesis yang memiliki arti
pertanyaan atau pendapat sehingga hipotesis dapat
diartikan suatu pernyataan yang belum diketahui
kebenarannya ketika diungkapkan tetapi pernyataan
tersebut sangat mungkin untuk diuji dalam kenyataan
empiris. Ketika seorang peneliti menyatakan hipotesis
maka peneliti tersebut menghubungkan sebuah teori
dengan pengamatan, sehingga hipotesis dapat dikatakan
sebuah pernyataan yang menunjukkan harapan peneliti
tentang hubungan antar variabel dalam penelitiannya
(Gulo W, 2002).
2. Hipotesis adalah jawaban sementara untuk permasalahan
penelitian sehingga kebenarannya harus diuji secara
empiris, hipotesis menyatakan hubungan apa yang ingin
peneliti teliti (Setyawan, 2014).
3. Hipotesis adalah suatu proses yang dilakukan oleh
peneliti untuk menduga parameter atau karakteristik
dalam populasi sebuah penelitian, hipotesis yang
dinyatakan oleh peneliti akan mengantarkan peneliti
pada perumusan sebuah kaidah yang dapat membawa
pada suatu keputusan akhir, yaitu menolak atau
menerima hipotesis yang sudah dinyatakan (Santiyasa,
2016).

61
Bab 5 Hipotesis Penelitian

4. Hipotesis adalah rumusan jawaban sementara atau


dugaan sehingga perlu diuji untuk membuktikan
kebenarannya, dugaan yang dimaksudkan bukan berarti
sembarang dugaan yang tidak memiliki dasar tetapi
harus sesuai dengan kaidah ilmiah yang sistematis dan
rasional, peneliti dapat mengajukan hipotesis dengan
acuan hasil penelitian atau teori sebelumnya sehingga
hipotesis yang peneliti ajukan memiliki dasar fakta atau
teori (Husna and Suryana, 2017).
5. Pembuatan hipotesis penelitian merupakan hal penting
akan tetapi ada kemungkinan beberapa penelitian dapat
dilakukan tanpa adanya hipotesis, hipotesis merupakan
sebuah alat dalam proses penelitian tetapi bukan bagian
akhir dari penelitian karena kebenaran dari sebuah
hipotesis harus dibuktikan. Beberapa peneliti mungkin
tidak dapat memprediksi hasil penelitiannya karena
keterbatasan informasi, misal: penelitian untuk
mensurvei sebuah fenomena tertentu yang bertujuan
untuk mendeskripsikan karakteristik dari fenomena
tersebut (Ary, Jacobs and Sorensen, 2010).
Berdasarkan penjelasan terkait hipotesis yang dinyatakan
oleh ahli dan dijabarkan pada poin satu sampai lima di atas dapat
disimpulkan bahwa hipotesis adalah asumsi sementara yang
berupa sebuah pernyataan. Kata sementara pada kesimpulan
tentang pengertian hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis
bukan sebuah hasil akhir penelitian tetapi suatu pernyataan yang
dinyatakan oleh peneliti untuk diuji kebenarannya melalui
penelitian ilmiah. Hipotesis yang dinyatakan dalam penelitian
belum tentu benar dan belum tentu salah, benar atau salahnya

62
Bab 5 Hipotesis Penelitian

sebuah hipotesis akan diketahui setelah peneliti melakukan


penelitiannya. Melalui sebuah hipotesis, seorang peneliti dapat
mengoperasikan instrumen dan teori penelitian sehingga
hipotesis dapat dikatakan sebagai sarana penelitian. Sebagai
contoh: seorang peneliti di bidang pendidikan ingin mengetahui
apakah model pembelajaran Brain Based Learning (BBL) lebih
berpengaruh positif dari pada model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam hal meningkatkan motivasi
belajar siswa Sekolah Dasar (SD) maka contoh hipotesis yang
dapat dinyatakan peneliti adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share (TPS) lebih dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa Sekolah Dasar (SD) dari pada model pembelajaran
Brain Based Learning (BBL). Hipotesis yang dinyatakan oleh
peneliti tersebut akan diketahui kebenarannya setelah peneliti
melakukan penelitian ilmiah. Jadi keputusan diterima atau
ditolaknya sebuah hipotesis harus didukung oleh data hasil
penelitian yang dilakukan peneliti.
B. Karakteristik Hipotesis
Suatu hipotesis pada sebuah penelitian dapat diuji
dengan baik apabila hipotesis yang dinyatakan oleh peneliti
dirumuskan secara baik, benar dan jelas. Jika sebuah hipotesis
tidak dinyatakan dengan baik, benar dan jelas maka akan
mengaburkan hasil penelitian dan mengacaukan prosedur
penelitian sehingga mempersulit peneliti dalam melakukan
penelitiannya. Menurut (Ary, Jacobs and Sorensen, 2010) sebuah
hipotesis akan bermanfaat dalam penelitian apabila memiliki
empat karakteristik berikut:
1. Hipotesis menyatakan apa yang diharapkan oleh peneliti
terhadap hubungan antar variabel penelitiannya.

63
Bab 5 Hipotesis Penelitian

2. Hipotesis harus dapat diuji melalui penelitian.


3. Hipotesis harus konsisten dengan pengetahuan yang
sudah ada.
4. Hipotesis harus dinyatakan dengan sederhana,
dinyatakan dalam bentuk pernyataan deklaratif yang
ringkas.
Menurut (Nurdin and Hartati, 2019) hipotesis yang tajam
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Pada pernyataan yang disusun peneliti harus
menegaskan mana yang menjadi variabel bebas, variabel
terikat, variabel antara dan variabel penekan.
2. Disusun dengan jelas menggunakan kalimat deklaratif,
yaitu kalimat pernyataan. Sehingga hipotesis harus
dinyatakan dengan menggunakan kalimat pernyataan
bukan kalimat pertanyaan.
3. Menyatakan suatu kemungkinan yang dapat dijalankan
karena hipotesis akan menjadi pedoman untuk mencapai
tujuan penelitian.
4. Mampu menjelaskan apa yang menjadi masalah utama
dalam penelitian. Dalam hal ini hipotesis harus berusaha
memecahkan hal-hal yang menjadi pokok masalah
penelitian.
5. Harus dapat diuji dengan data yang ada sehingga dapat
diketahui kebenaran dari hipotesis tersebut. Sebuah
hipotesis harus dapat dioperasionalkan dengan
menggunakan data-data yang tersedia.

64
Bab 5 Hipotesis Penelitian

Menurut (Siyoto and Sodik, 2015) hipotesis yang baik


memiliki kriteria, yaitu:
1. Menggambarkan hubungan antar variabel penelitian.
2. Memberikan petunjuk bagaimana cara menguji
hubungan antar penelitian tersebut. Sehingga variabel
yang dinyatakan pada sebuah hipotesis harus dapat
diukur dan arah hubungan antar variabel harus jelas.
Menurut (Rahmadi, 2011) terdapat tiga hubungan antar
variabel, yaitu:
1. Hubungan simetris
Variabel pada suatu penelitian dikatakan memiliki
hubungan simetris jika satu variabel tidak disebabkan
atau dipengaruhi oleh variabel lainnya dalam penelitian
tersebut.
2. Hubungan resiprokal atau timbal balik
Variabel penelitian yang memiliki hubungan resiprokal
atau timbal balik menunjukkan bahwa suatu variabel
menjadi sebab sekaligus menjadi akibat terhadap
variabel yang lain. Hubungan jenis ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

X Y
Gambar 1. Hubungan Resiprokal atau Timbal Balik Antar
Variabel
Diadaptasi dari (Rahmadi, 2011)

3. Hubungan asimetris
Pada hubungan asimetris menunjukkan bahwa
variabel yang satu mempengaruhi variabel lainnya
65
Bab 5 Hipotesis Penelitian

dan tidak dapat ditukar. Hubungan asimetris ada du


jenis yaitu bivariat dan multivariat. Berikut
gambaran terkait hubungan bivariat dan multivariat.
Variabel Bebas Variabel Terikat
X Y
Gambar 2. Hubungan Asimetris Jenis Bivariat
Diadaptasi dari (Rahmadi, 2011)

Variabel Bebas
X1
Variabel Terikat
X2
Y
X3

Gambar 3. Hubungan Asimetris Jenis Multivariat


Diadabtasi dari (Rahmadi, 2011)

Berdasarkan karakteristik hipotesis yang telah


dinyatakan oleh beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis yang benar, baik dan jelas memenuhi beberapa
karakteristik sebagai berikut:
1. Hipotesis harus peneliti nyatakan dengan jelas, spesifik
dan logis.
Pernyataan yang dinyatakan dalam sebuah hipotesis
harus disusun sejelas mungkin supaya tidak
menimbulkan penafsiran yang ambigu. Hipotesis
disusun secara sederhana sehingga mudah dipahami
orang lain. Hipotesis menunjukkan alur pemikiran yang

66
Bab 5 Hipotesis Penelitian

logis dan masuk akal. Contoh: pada penelitian


pendidikan seorang peneliti ingin meneliti hubungan
pembelajaran berbasis project dengan kreativitas siswa,
maka hipotesis yang dapat dinyatakan oleh peneliti
adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara pembelajaran berbasis project dengan kreativitas
siswa.
2. Hipotesis menjelaskan hubungan antar variabel dalam
penelitian.
Hipotesis menggambarkan hubungan antar variabel pada
sebuah penelitian dan dapat diukur. Hubungan antar
variabel dalam sebuah penelitian antara lain hubungan
perbedaan, hubungan pengaruh, hubungan sebab akibat
dan lain-lain.
3. Hipotesis dinyatakan dalam kalimat pernyataan.
Seorang peneliti tidak diperbolehkan menyatakan sebuah
hipotesis dalam bentuk kalimat tanya. Contoh hipotesis
yang salah: “bagaimanakah pengaruh penerapan
pembelajaran berbasis google classroom terhadap hasil
belajar siswa kelas X MA Darul Ma‟wa pada mata
pelajaran fisika materi besaran dan satuan?” kalimat
tersebut tidak boleh dikatakan sebuah hipotesis karena
berbentuk kalimat tanya yang menggunakan kata tanya
“bagaimanakah” dan diakhiri dengan tanda tanya.

67
Bab 5 Hipotesis Penelitian

4. Hipotesis harus dapat diuji.


Sebuah hipotesis harus dapat diuji dan diverifikasi
dengan menggunakan teknik atau metode ilmiah
tertentu. Melalui hipotesis dapat diketahui analisis data
yang akan dilakukan oleh peneliti. Contoh: peneliti
menyatakan hipotesis sebagai berikut “terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara jumlah
kalori yang masuk dalam tubuh manusia dengan berat
badan” dari hipotesis tersebut maka dapat diketahui
bahwa peneliti akan melakukan uji korelasi dan regresi
untuk mengetahui benar atau tidaknya hipotesis yang
telah dinyatakan.
5. Hipotesis harus memiliki dasar teori.
Hipotesis yang dinyatakan oleh seorang peneliti harus
berdasarkan teori yang kuat. Contoh: seorang peneliti
dapat menyatakan sebuah hipotesis “pembelajaran
berbasis bandicam dapat meningkatkan hasil belajar
siswa di masa pandemi Covid-19” maka minimal
peneliti harus memiliki dasar teori terkait bandicam dan
hasil belajar.

C. Fungsi dan Manfaat Hipotesis


Pada poin sebelumnya telah dijelaskan pengertian
hipotesis. Hipotesis penelitian adalah prediksi peneliti terkait apa
yang akan ditemukan dari penelitiannya. Prediksi tersebut
dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan dan menunjukkan
jawaban tentatif untuk pertanyaan peneliti yang akan diuji.

68
Bab 5 Hipotesis Penelitian

Sehingga hipotesis bukan sebuah tebakan untuk jawaban


pertanyaan penelitian karena hipotesis harus mempunyai
landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya yang mendukung.
Hipotesis yang dinyatakan oleh peneliti harus dapat diuji benar
atau tidaknya menggunakan metode penelitian yang ilmiah.
Setelah memahami pengertian hipotesis, seorang peneliti harus
mengetahui fungsi dan manfaat sebuah hipotesis agar dapat
memahami seberapa pentingnya penelitian yang akan dilakukan.
Menyatakan sebuah hipotesis dalam penelitian adalah hal yang
penting, berikut ini beberapa tujuan utama disajikan hipotesis
oleh peneliti menurut (Ary, Jacobs and Sorensen, 2010):
1. Hipotesis menyatukan informasi penelitian sehingga
memungkinkan peneliti untuk membuat pernyataan
tentatif tentang keterkaitan variabel-variabel dalam
penelitian.
2. Hipotesis menyatakan penjelasan tentatif untuk suatu
fenomena sehingga merangsang upaya peneliti untuk
melakukan penelitian yang menghasilkan akumulasi
pengetahuan baru.
3. Hipotesis memberikan peneliti suatu pernyataan
relasional yang dapat diuji secara langsung dalam
penelitian.
4. Hipotesis memberikan arahan untuk penelitian.
(Nurdin and Hartati, 2019) menyatakan fungsi hipotesis
adalah:
1. Membatasi dan mempersempit jangkauan penelitian
sehingga kerja penelitian yang dilakukan peneliti dapat
diperkecil.

69
Bab 5 Hipotesis Penelitian

2. Menyiapkan peneliti pada kondisi fakta penelitian dan


hubungan antar fakta penelitian yang sering tidak
mendapatkan perhatian dari peneliti.
3. Memfokuskan fakta penelitian yang masih terpisah tanpa
koordinasi ke dalam satu kesatuan penting yang
menyeluruh.
4. Mengarahkan peneliti dalam menguji dan menyesuaikan
fakta dan antar fakta hasil penelitian.
Salah satu bagian penelitian yang memiliki banyak
manfaat adalah hipotesis. Hipotesis diperlukan oleh peneliti agar
penelitian yang dilakukan terfokus pada masalah yang akan
diteliti. Menurut Furchan dalam (Susilana, 2015) menyatakan
hipotesis dalam penelitian memberikan beberapa manfaat antara
lain:
1. Hipotesis menunjukkan penjelasan sementara terkait
suatu gejala serta mempermudah peneliti untuk
perluasan pengetahuan pada bidang tertentu.
2. Hipotesis menyatakan hubungan yang dapat diuji dalam
penelitian.
3. Hipotesis mengarahkan peneliti dalam penelitiannya.
4. Hipotesis memberikan kerangka kepada peneliti untuk
melaporkan kesimpulan penelitian.
Berdasarkan fungsi dan manfaat hipotesis yang
dinyatakan oleh ahli, maka dapat dinyatakan bahwa kualitas
fungsi dan manfaat dari hipotesis sangat bergantung pada
ketelitian peneliti dalam mengamati fakta-fakta yang sudah ada,
pemikiran yang kreatif dan analisis yang dilakukan peneliti, serta
pemilihan metode dan desain penelitian.

70
Bab 5 Hipotesis Penelitian

D. Cara Merumuskan Hipotesis


Hipotesis terbentuk atas dasar dugaan peneliti tentang
penelitiannya, walaupun demikian hipotesis harus dinyatakan
berdasarkan teori dan fakta ilmiah. Peneliti dapat memudahkan
proses pembentukan hipotesis dengan menurunkan suatu teori
menjadi asumsi dan postulat. Hipotesis dan asumsi memiliki
perbedaan, hipotesis yang telah diuji berdasarkan data adalah
dasar untuk mendapatkan kesimpulan penelitian. Selain
menggunakan teori, hipotesis dapat dirumuskan berdasarkan
fakta. Fakta yang dimaksud adalah kebenaran yang dapat
diterima oleh nalar dan sesuai kenyataan yang dikenali
menggunakan panca indera. Fakta ilmiah yang digunakan
sebagai acuhan perumusan hipotesis dapat diperoleh melalui
sumber asli, menafsirkan sumber asli, menyusun fakta dalam
bentuk penalaran abstrak. Selain itu, hipotesis dapat dirumuskan
berdasarkan kebudayaan di mana teori yang relevan terbentuk,
ilmu yang menghasilkan teori yang relevan, analogi, reaksi
individu terhadap pengalaman.
Sebelum membahas tentang cara merumuskan hipotesis,
perlu diketahui jenis hipotesis. (Nurdin and Hartati, 2019)
mengelompokkan hipotesis menjadi empat, yaitu:
1. Hipotesis Umum
Hipotesis jenis ini masih bersifat umum dan perlu untuk
dijabarkan. Contoh: diduga semakin kaya seseorang
akan semakin berperilaku konsumtif.
2. Hipotesis Nol (Ho)
Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara
sesuatu dengan sesuatu yang lain. Contoh: tidak ada

71
Bab 5 Hipotesis Penelitian

perbedaan perilaku konsumtif yang dimiliki orang kaya


dan orang miskin.
3. Hipotesis Alternatif (Ha)
Hipotesis alternatif berkebalikan dengan hipotesis nol
sehingga pernyataan yang diungkapkan menunjukkan
adanya perbedaan antara dua variabel atau kondisi.
Contoh: terdapat perbedaan perilaku konsumtif yang
dimiliki orang kaya dan orang miskin.
4. Hipotesis Kerja (Hk)
Hipotesis kerja dibentuk dengan menghubungkan dua
variabel penelitian dalam bentuk hubungan kausal atau
sebab akibat. Contoh: jika pendapatan seseorang tinggi
maka perilaku konsumtifnya akan tinggi.
(Nurdin and Hartati, 2019) menjelaskan bahwa kejelasan
suatu teori dapat membantu perumusan hipotesis, teori tersebut
dijabarkan pada kajian pustaka. Selain itu hipotesis dapat
dibentuk berdasarkan pengalaman yang sistematis melalui
penelitian eksploratif atau bahan-bahan eksploratif yang
dinyatakan oleh orang lain.

Teori dan
Kepustakaan
Pembanguna
n Hipotesis Hipotesis
Kenyataan Empirik
atau Bahan Eksplotatif

Gambar 4. Penyusunan Hipotesis


Diadaptasi dari (Nurdin and Hartati, 2019)

72
Bab 5 Hipotesis Penelitian

Pada poin sebelumnya telah dijelaskan fungsi dan


manfaat hipotesis, beberapa fungsi dan manfaat hipotesis
tersebut akan efektif untuk penelitian apabila peneliti
memperhatikan faktor-faktor berikut dalam penyusunan
hipotesis (Gulo W, 2002).
1. Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif yang bersifat
positif dan tidak normative. Istilah seperti “seharusnya”
dan “sebaliknya” tidak tepat digunakan dalam kalimat
hipotesis. Contoh: seharusnya hasil belajar yang tinggi
dipengaruhi oleh jumlah uang saku. Kalimat hipotesis
yang tepat adalah jumlah uang saku mempengaruhi hasil
belajar.
2. Variabel yang dinyatakan dalam hipotesis adalah
variabel operasional, yaitu variabel yang dapat diamati
dan diukur. Contoh variabel operasional adalah uang
saku, hasil belajar, dan lain-lain.
3. Hipotesis harus dapat menunjukkan hubungan di antara
variabel penelitian
Tiga faktor yang dijelaskan di atas dapat
digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut:

Bentuk:
Kalimat Deklaratif Positif

Sifat:
Hipotesis Operasional

Susunan:
Menyatakan Hubungan
Gambar 5. Syarat Penyusunan Hipotesis
Diadaptasi dari (Gulo W, 2002)

73
Bab 5 Hipotesis Penelitian

Menurut (Gulo W, 2002) ada dua pendekatan yang


dapat digunakan untuk menyusun hipotesis, yaitu pendekatan
deduktif dan induktif. Hipotesis dengan pendekatan deduktif
diperoleh berdasarkan teori. Teori terdiri dari proposisi-
proposisi yang menunjukkan hubungan antara dua konsep.
Proposisi dapat berupa postulat-postulat yang dapat
digunakan menyusun hipotesis. Hipotesis yang disusun
dengan pendekatan induktif didasarkan pada pengamatan
empiris. Berikut ini contoh hipotesis yang disusun dengan
menggunakan pendekatan induktif: berdasarkan pengamatan,
peneliti mengetahui bahwa kegagalan bercocok tanam padi
disebabkan rendahnya tingkat pengetahuan petani.
Berdasarkan pengalaman tersebut, peneliti dapat menyatakan
hipotesis: ada hubungan positif antara tingkat pengetahuan
petani dengan kegagalan bercocok tanam padi. Contoh
penyusunan hipotesis dengan menggunakan pendekatan
deduktif ditunjukkan sebagai berikut:

74
Bab 5 Hipotesis Penelitian

E. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada poin-poin sebelumnya maka
dapat disimpulkan terkait pengertian, karakteristik, fungsi atau
manfaat dan cara merumuskan hipotesis penelitian. Hipotesis
penelitian adalah dugaan atau jawaban sementara yang
dinyatakan oleh peneliti terhadap penelitiannya. Hipotesis
tersebut dinyatakan dengan kalimat pernyataan yang nantinya
akan diuji kebenarannya melalui penelitian dengan
menggunakan metode ilmiah. Karakteristik hipotesis yang benar
adalah hipotesis harus dinyatakan dengan kalimat yang
sederhana, memiliki dasar teori, sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, menyatakan hubungan antar variabel
penelitian, dan dapat diuji melalui penelitian dengan
menggunakan metode ilmiah. Hipotesis berfungsi untuk
membatasi ruang lingkup penelitian sehingga memudahkan
peneliti dalam mengumpulkan dan mengolah data hasil
penelitian. Peneliti dapat menyusun hipotesis penelitian dengan
menggunakan pendekatan deduktif dan induktif.

75
Bab 6 Kajian Pustaka

BAB 6
KAJIAN PUSTAKA

Kegiatan penelitian akan bertali erat dengan kajian teori yang


telah ada sebelumnya, ia akan menjadi bahan rujukan, perbandingan,
kritikan atau pengujian untuk kegiatan karya tulis ilmiah selanjutnya.
Kegiatan penelitian juga tidak lepas dari adanya suatu proses panjang
yang dimulai dari merumuskan latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, rujukan teori, hasil penelitian, jawaban dari masalah dalam
penelitian dan yang terakhir adalah kesimpulan penelitian, sehingga
nantinya diharapkan akan melahirkan teori baru dan melengkapi
serta memperkokoh suatu pijakan pengetahuan. Kajian pustaka
dalam posisinya menempatkan diri sebagai rujukan dasar teori,
subjek kajian, atau sebagai sandaran penelitian.
A. Pengertian Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam penyusunan laporan penelitian yang dikerjakan.
Penyebutan istilah lain dari kajian pustaka adalah kajian
literature, atau literature review. Kajian pustaka merupakan
deskripsi tentang tinjauan mengenai teori atau hipotesis yang
mendukung serta relevan dengan bidang tertentu, permasalahan
penelitian yang dimunculkan, dan metode serta metodologi yang
dipilih sesuai dengan karakteristik suatu penelitian. Kajian
pustaka menurut W.R. Borg dalam Singh (2006) menyebutkan:
“The literature in any field forms the foundation upon
which all future work will be built. If we fail to build the
foundation of knowledge provided by the review of
literature our work is likely to be shallow and naive and
76
Bab 6 Kajian Pustaka

will often duplicate work that has already been done


better by someone else.”
Balnaves dan Caputi (2001) juga memberikan
pendapatnya dengan mengistilahkan kajian pustaka ini seperti
halnya kompas, dimana ia mampu memberikan gambaran
kepada peneliti tentang apa yang telah mereka kerjakan serta
juga membantu konseptualisasi dan pengukuran dalam desain
penelitian. Sedangkan Cooper mengemukakan tentang kajian
pustaka sedikit lebih jelas dalam Cresswel (2009) bahwasanya:
1) Tinjauan literature dapat bersifat integratif dimana peneliti
meringkas tema yang luas dalam literature, dimana model
ini popular dalam penyusunan proposal disertasi dan
disertasi.
2) Bentuk kedua yakni review teoritis, dimana peneliti
berfokus pada teori yang masih ada yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti, hal ini lebih terlihat pada
format artikel jurnal dimana penulis mengintegrasikan teori
kedalam pendahuluan.
3) Sedangkan bentuk ketiga adalah tinjauan metodologis,
dimana peneliti bertitik fokus pada metode dan definisi
sehingga mampu memberikan ringkasan studi dan kritik
tentang kekuatan dan kelemahan pada bagian metode.
Kajian pustaka memiliki peran fundamental dalam suatu
karya tulis ilmiah, baik berupa penelitian lapangan maupun
penelitian pustaka, bahkan ia menjadi dasar teoritis dalam suatu
kerangka kepenulisan. Dalam menulis suatu karya ilmiah, maka
seorang penulis atau peneliti dituntut untuk memperoleh sumber
referensi penting yakni primer (utama) dan sekunder. Adapun
penunjukan sumber referensi yang bisa dipilih adalah sesuai

77
Bab 6 Kajian Pustaka

dengan topik bahasan yang akan dibahas berdasarkan sumber


berupa buku dan jurnal. Secara jelas Sarwono (2010) juga
mengemukakan pendapatnya bahwa terdapat dua hal yang
dibahas pada kajian pustaka, yaitu:
1) Kajian pustaka membahas teori-teori pendukung yang
melandasi masalah yang akan dibahas. Teori yang disajikan
dapat berupa teori induk (grand theory), teori turunan
(middle range theory), dan teori aplikasi (applied theory).
2) Kajian pustaka membahas beberapa hasil penelitian
sebelumnya oleh peneliti lain terkait topik penelitian
sejenis.
Maka berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas dapat
disimpulkan bahwasanya kajian pustaka merupakan suatu
kegiatan penelitian, bahan bacaan / rujukan dan landasan teori,
yang dilakukan secara ilmiah mengenai teori dan konsep yang
bertalian dengan topik bahasan penelitian yang akan dilakukan
sebagai acuan dasar pada tahapan proses penelitian selanjutnya.
Dalam rangka memecahkan suatu permasalahan penelitian maka
suatu teori dan konsep akan tetap digunakan dalam rangka
memperjelas dan memberikan pendalaman pada area penelitian
dan membangun variabel yang akan di teliti, yang mana juga
akan bermanfaat dalam rangka pijakan dasar dalam perumusan
hipotesis, pemilihan penggunaan instrumen penelitian dan
membahas hasil suatu penelitian.
B. Fungsi dan Tujuan Kajian Pustaka
1. Fungsi Kajian Pustaka
Perkembangan ilmu pengetahuan akan terus
berkembang sepanjang seorang peneliti terus melakukan
kewajibannya. Ia akan terus berkembang melalui kajian

78
Bab 6 Kajian Pustaka

penelitian yang dilakukan berdasarkan perspektif kajian


yang meliputi area kajian dan metode penelitian. Dengan
melakukan kaji literatur, seorang peneliti baik pemula
maupun senior maka akan memperoleh beberapa
(Handriani, Auliya, Nur Hikmatul et al., 2020), yakni:
a. Seorang peneliti akan mengetahui dengan jelas
apakah penelitian yang akan dilakukan sudah pernah
diteliti oleh peneliti lainnya. Maka jika telah ada dan
terbukti secara ilmiah, maka seorang peneliti bisa
mengalihkan kajian penelitiannya pada sektor
lainnya.
b. Memberikan gambaran utuh agar mampu
menyandarkan kajian penelitian dengan beberapa
teori yang terikat dalam suatu kajian. Penggunaan
acuan (berupa dalil, konsep atau ketentuan) membuat
peneliti lebih mudah melakukan pekerjaannya.
Sebagai contoh, seorang peneliti tidak akan kesulitan
ketika ingin memilih teknik pengumpulan data,
teknik menganalisis, dan pijakan teori pada suatu
persoalan.
c. Memberikan pelajaran tentang etika kejujuran,
dimana seorang peneliti akan mengutip dan
menggunakan teori dari seorang peneliti atau penulis
sebelum dirinya. Aspek ini menjadi sangat penting
karena kejujuran seorang peneliti akan menambah
khasanah pengetahuan dan rekam jejak tulisan yang
jelas.

79
Bab 6 Kajian Pustaka

Lebih lanjut Singh (2006) mengungkapkan bahwa


terdapat lima manfaat dari kajian pustaka ini, diantaranya
adalah:
a. Sebagai kerangka acuan konseptual untuk penelitian
yang akan dikerjakan
b. Pemahaman tentang status penelitian di suatu bidang
masalah
c. Petunjuk pendekatan penelitian, metode, instrumentasi
dan analisis data
d. Perkiraan probabilitas keberhasilan penelitian yang
akan dikerjakan dan signifikansinya atau kegunaan
temuan serta dengan asumsi keputusan untuk
melanjutkan
e. Informasi khusus yang dibutuhkan untuk menafsirkan
definisi, asumsi, batasan dan hipotesis penelitian.
2. Tujuan Kajian Pustaka
Adapun tujuan dari kajian pustaka ini adalah
menyediakan kerangka kerja untuk mampu menetapkan
pentingnya studi serta tolok ukur agar mampu memberikan
perbandingan hasil dengan temuan lainnya. Creswell (2009)
menyebutkan setidaknya terdapat tiga tujuan kajian pustaka
ini;
a. Berbagi dengan pembaca hasil penelitian lain yang
terkait erat dengan yang sedang dilakukan
b. Menghubungkan sebuah studi dengan dialog yang
lebih besar dan berkelanjutan
c. Mengisi celah dan memperluas studi sebelumnya

80
Bab 6 Kajian Pustaka

Sedangkan Ridley (2012) mengungkapkan enam


tujuan dari kajian pustaka, yaitu:
a. Memberikan latar belakang sejarah terhadap suatu
penelitian
b. Memberikan gambaran umum tentang konteks saat ini
di mana suatu penelitian ditempatkan dengan mengacu
pada debat kontemporer, isu dan pertanyaan di
lapangan
c. Mendiskusikan teori dan konsep relevan yang
mendukung suatu penelitian
d. Memperkenalkan terminology yang relevan dan
memberikan definisi untuk menjelaskan bagaimana
istilah tersebut digunakan.
e. Mendeskripsikan penelitian terkait di lapangan dan
menunjukkan bagaimana penelitian kita memperluas
atau menantang perihal tersebut, atau mengatasi
kesenjangan pada penelitian sebelumnya.
f. Memberikan bukti pendukung untuk masalah atau isu
praktis yang sedang ditangani oleh penelitian kita
sehingga bisa digarisbawahi bahwasanya penelitian
kita sangat penting untuk dilakukan.
C. Macam-macam Sumber Pustaka
1. Tinjauan Konteks
Yang dimaksud dengan konteks tinjauan adalah
jenis ulasan umum dimana penulis mengaitkan penelitian
tertentu dengan pengetahuan yang lebih luas. Ulasan seperti
ini seringkali ditemukan pada awal laporan penelitian dan
memperkenalkan penelitian dengan menempatkannya dalam
kerangka yang lebih luas dan menunjukkan bagaimana hal

81
Bab 6 Kajian Pustaka

itu berlanjut atau dibangun diatas garis pemikiran atau studi


yang berkembang.
2. Tinjauan Sejarah
Tinjauan khusus yang penulisnya melacak masalah
dari waktu ke waktu. Ini dapat digabungkan dengan tinjauan
teoritis atau metodoogis untuk ditampilkan bagaimana
konsep, teori, atau metode penelitian berkembang dari
waktu ke waktu.
3. Tinjauan Integratif
Jenis ini merupakan ulasan umum di mana penulis
menyajikan dan merangkum keadaan pengetahuan saat ini
tentang suatu topik, menyoroti kesepakatan dan
ketidaksepakatan di dalamnya. Jenis review ini sering
digabungkan dengan review konteks atau mungkin juga
diterbitkan sebagai artikel independen sebagai layanan
untuk peneliti lain.
4. Tinjauan Metodologis
Jenis tinjauan ini merupakan jenis khusus tinjauan
integrative di mana penulis membandingkan dan
mengevaluasi kekuatan metodologis relative dari berbagai
studi dan menunjukkan bagaimana metodologi yang
berbeda mulai dari desain penelitian, ukuran, dan sampel)
untuk menjelaskan hasil yang berbeda.
5. Tinjauan Belajar Mandiri
Ulasan dimana seorang penulis menunjukkan
keakrabannya dengan suatu bidang subjek. Perihal ini sering
menjadi bagian dari program pendidikan atau persyaratan
kursus.

82
Bab 6 Kajian Pustaka

6. Tinjauan Teoritis
Tinjauan teoritis ini merupakan sebuah ulasan di
mana peneliti atau penulis menyajikan beberapa teori atau
konsep yang berfokus pada topik yang sama dan
membandingkannya atas dasar asumsi, konsistensi logis dan
ruang lingkup penjelasan (Neuman, 2014).

D. Jenis Sumber Pustaka


1. Jenis-jenis Sumber Bahan Pustaka
a. Sumber bacaan umum
1) Ensiklopedia
2) Teks
3) Monograf
4) Leaflet
b. Sumber bacaan khusus
1) Buku
2) Jurnal
3) Terbitan berkala
4) Annual review
5) Tesis
6) Disertasi
7) Kamus khusus

E. Alat untuk Menemukan Sumber yang Relevan


Alat untuk menemukan sumber yang relevan
1. Katalog
2. Database Bibliografi
3. Mesin Pencari internet
4. Database akses terbuka
5. Situs Web Organisasi Profesional (Ridley, 2012)

83
Bab 6 Kajian Pustaka

F. Penyusunan Sumber Pustaka


Menyusun sumber pustaka dalam menuliskan suatu karya
ilmiah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif,
kuantitatif dan metode campuran, Creswell (2009) memberikan
saran penting kepada seorang peneliti atau penulis untuk
memperhatikan hal berikut:
a. Penelitian Kualitatif
1) Dalam studi kualitatif seorang peneliti atau penulis
hendaknya menggunakan literature secukupnya pada
bagian awal untuk menyampaikan desain induktif,
kecuali jika jenis desainnya memerlukan orientasi
literature yang bersifat substansial pada bagian awal
2) Mempertimbangkan peletakan sumber pustaka, yakni
menempatkannya pada bagian awal untuk membingkai
masalah, menempatkannya pada bagian terpisah, dan
menggunakannya pada bagian akhir agar bisa
membandingkan dan membedakan dengan temuan
penelitian.
b. Penelitian Kuantitatif
1) Menggunakan kajian pustaka secara deduktif sebagai
dasar untuk pendalaman pertanyaan atau hipotesis
penelitian.
2) Menggunakan kajian pustaka untuk memperkenalkan
studi, gambarkan literature terkait pada bagian terpisah
dan untuk membandingkan suatu temuan.
3) Jika digunakan terpisah, maka perlu dipertimbangkan
apakah literature itu merupakan ringkasan integrative,
tinjauan teoritis, atau tinjauan metodologis. Sedangkan

84
Bab 6 Kajian Pustaka

penulisan disertasi yang khas adalah memajukan


tinjauan integrative.
c. Metode Campuran
1) Pada studi metode campuran, maka digunakan literature
dengan cara yang konsisten dengan jenis strategi utama
dan pendekatan kualitatif atau kuantitatif yang paling
umum dipergunakan.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam penyusunan
kajian teori menurut Gall (2003) adalah sebagai berikut:
1. Mencari sumber primer yang akan dijadikan pijakan dasar
pada kajian teori penelitian. Adapun sumber yang bisa di
rujuk adalah berupa artikel jurnal, buku-buku yang
relevan, laporan penelitian dan publikasi lainnya.
2. Menggunakan sumber tambahan dari hasil pemikiran
seseorang yang terangkum dari berbagai sumber dengan
kajian yang tervalidasi.
3. Membaca sumber utama
4. Mensintesis bahan bacaan
Sedangkan Sugiyono secara gamblang (2014)
menyebutkan beberapa langkah dalam penyusunan kajian teori,
adapun langkah-langkah yang dimaksud adalah:
1. Menetapkan variable penelitian
2. Mencari dan mengumpulkan sumber referensi (Buku,
Artikel Jurnal, Kamus, Laporan Penelitian)
3. Memilih sumber referensi yang relevan dengan topik
penelitian
4. Mencari dan membandingkan teori variable dari sumber
referensi yang ada

85
Bab 6 Kajian Pustaka

5. Membaca secara komprehensif sumber referensi yang


telah di pilih sesuai dengan topik penelitian
6. Mendeskripsikan teori yang berasal dari sumber referensi
dengan menggunakan Bahasa sendiri
7. Mencantumkan sumber referensi sesuai dengan gaya
selingkung (kutipan) yang telah ditetapkan.
G. Model Pengutipan Pada Kajian Pustaka
Dalam membubuhkan suatu teori atau pendapat yang
relevan dengan suatu penelitian, karya ilmiah, seorang peneliti
atau penulis tentunya harus memahami bagaimana mereka
mengutip dari sumber yang mereka rujuk. Lipson (2006)
mengungkapkan bahwa terdapat tiga gaya kutipan yang sering
digunakan yakni:
1. Chicago (atau Turabian), digunakan pada banyak bidang
2. Modern Language Association Style (MLA), digunakan
pada bidang humaniora
3. American Psychological Association Style (APA),
digunakan pada bidang ilmu sosial, pendidikan, teknik,
dan bisnis
Namun demikian, ilmuan telah mengembangkan gaya
kutipan tersebut menjadi beberapa:
1. Council of Science Editors (CSE), untuk ilmu biologi
2. American Medical Association (AMA), untuk ilmu
biomedis, kedokteran dan keperawatan
3. American Chemical Society (ACS), untuk bidang kimia
4. American Institute of Physics (AIP), untuk bidang fisika,
astrofisika dan astronomi
5. American Society for Microbiology (AMS), untuk bidang
matematika dan ilmu komputer

86
Bab 6 Kajian Pustaka

Berikut merupakan penjelasan singkat dasar dari tiga gaya


kutipan yang sering dipergunakan, yang dijelaskan oleh Lipson
(2006) dan Mendeley tentang penulisan daftar pustaka dan
kutipan dalam teks yang sering dipergunakan dalam karya tulis
ilmiah.
1. American Psychological Association (APA) Style
Untuk mempermudah dalam memahami tata cara
pengutipan dengan APA dasar, maka coba perhatikan tabel
berikut:
No Sumber Tata letak Contoh penulisan

Mandelbaum, M.
(2002). The Ideas
that conquered
the world: Peace,
Daftar democracy, and
Referensi free markets in
1 1 pengarang the twenty-first
century. Ney
York: Public
Affairs

Dalam teks (Mandelbaum, 2002)

Reiter, D., & Stam, A.


C. (2002).
Daftar Democracies at
Referensi war. Princeton,
NJ: Princeton
2 2 pengarang University Press.

Mitchell and Smith


Dalam teks (2017) atau (Mitchell
& Smith, 2017)

87
Bab 6 Kajian Pustaka

Daftar
Referensi
Untuk kutipan
pertama, semua nama
harus dicantumkan:
Mitchell, Smith, and
Thomson (2017) atau
(Mitchell, Smith, &
3,4,5 Thomson, 2017).
3
pengarang
Dalam teks Kutipan selanjutnya
dapat disingkat
menjadi nama penulis
pertama diikuti oleh et
al:
Mitchell et al (2017)
atau (Mitchell et al,
2017)

Shweder, R. A.,
Minow, M., &
Markus, H.
(Eds.).
(2002).
Engaging
cultural
6 atau lebih Daftar differences:
4
pengarang Referensi The
multicultural
challenge in
liberal
democracies.
New York:
Russell Sage
Foundation

88
Bab 6 Kajian Pustaka

Press.

Hanya nama belakang


penulis pertama yang
Dalam teks harus dicantumkan
diikuti oleh et al,

Penulis asli dan tahun


harus disebutkan
terlebih dahulu, diikuti
dengan ' dalam', diikuti
Kutipan oleh penulis dan
5 sumber Dalam teks tanggal sumber
sekunder sekunder:
Lorde (1980) as cited
in Mitchell (2017) atau
(Lorde, 1980, as cited
in Mitchell, 2017)

Millais, J.E. (1851-


1852). Ophelia
[painting].
Kutipan dari Daftar Retrieved from
6
Gambar Referensi www.tate.org.uk/
art/artworks/milla
is-ophelia-n01506

Nama belakang
produser, inisial
(Produser), & Nama
belakang sutradara,
Kutipan dari Daftar inisial (Sutradara).
7
Film Referensi (Tahun Rilis). Judul
film [Gambar
Bergerak]. Negara
Asal: Studio:
Hitchcock, A.
89
Bab 6 Kajian Pustaka

(Producer), &
Hitchcock, A.
(1954) Rear
window. United
States of
America:
Paramount
Pictures.

Mitchell, J.A. (2017,


May 21). How
and when to
Kutipan dari Daftar reference.
8 Retrieved from
Web Referensi
https://www.howa
ndwhentoreferenc
e.com.

Jika berasal dari judul


buku, berkala, brosur
atau laporan, dicetak
miring:
(A guide to citation,
2017).
Tanpa
9 Dalam teks
pengarang Jika berasal dari judul
artikel, bab, atau
halaman web, maka
diberi tanda petik:
(“APA Citation”,
2017)

("APA Format Citation Guide", 2020)

90
Bab 6 Kajian Pustaka

2. Harvard Style
Harvard style merupakan gaya kutipan yang berasal dari
Harvard University, gaya ini dipergunakan biasanya oleh
para peneliti pada bidang ilmu pengetahuan alam
(Surahman, Satrio and Sufyan, 2020). Pada gaya kutipan
dalam teks berisi nama belakang penulis atau editor, tahun
publikasi dan nomor halaman (Harvard Format Citation
Guide, 2020). Berikut penjelasan yang disajikan dalam
bentuk table.

No Sumber Tata letak Contoh penulisan

Mitchell (2017, p.
189) atau
Dalam teks (Mitchell, 2017, p.
189)
1
1 Mitchell, J.A. „How
pengarang
Daftar citation changed
referensi pada the research world‟,
jurnal The Mendeley,
62(9), p70-81.

Mitchell, Smith and


Thomson (2017, p.
Dalam teks 189) atau
(Mitchell, Coyne
2 atau and Thomson,
2017, p. 189)
2 lebih
Mitchell, J.A. and
pengarang
Daftar Thomson, M.
referensi (2017) A guide to
Pada buku citation.3rd edn.
London: London
Publishings.
91
Bab 6 Kajian Pustaka

4 atau Mitchell et al
lebih (2017, p. 189) atau
3 pengarang Dalam teks (Mitchell et al,
2017, p, 189)

Tanpa (A guide to
4 pengarang Dalam teks citation, 2017, pp.
189-201)

Kutipan
banyak (Mitchell, 2017, p.
karya 189; Smith, 200;
5 Dalam teks Andrews, 1989, pp.
dalam
tanda 165-176)
kurung
Kutipan (Mitchell, no date,
6 tanpa Dalam teks p. 189).
tanggal
Smith 2000 (cited
in Mitchell, 2017,
Kutipan p. 189) atau
7 sumber Dalam teks (Smith, 2000, cited
sekunder in Mitchell, 2017,
p. 189)

Rear Window
(1954) Directed by
Alfred Hitchcock
Kutipan Daftar [Film]. Los
8
film referensi Angeles:
Paramount
Pictures.

Mitchell, J.A.
Kutipan
Daftar (2017) How and
9 sebuah
referensi when to reference
Website
[Online]. Available
92
Bab 6 Kajian Pustaka

at:
https://www.howan
dwhentoreference.c
om/ (Accessed: 27
May 2017)

("Harvard Format Citation Guide", 2020)


3. The Chicago Manual Style
Sistem kutipan pada the Chicago Manual Style ini
menggunakan dua mekanisme, yaitu yang pertama adalah
Note and Bibliography System, pada poin ini seringkali
digunakan pada bidang humaniora khususnya bidang
sejarah. Sedangkan yang ke dua adalah Autor-Date system,
sering digunakan pada bidang sosial/sain. Note (catatan)
berupa footnote dan endnote (catatan kaki atau akhir
catatan)
No Sumber Tata letak Contoh Penulisan
1
William
Faulkner,
Absalom,
Footnote atau Absalom! (New
endnote York: Vintage
Books, 1990),
1 271.
1
pengarang
Faulkner,
William.
Daftar Absalom,
referensi Absalom!. New
(Bibliography) York: Vintage
Books, 1990.

93
Bab 6 Kajian Pustaka
2
Scott Lash and
John Urry,
Economies of
Footnote atau Signs & Space
endnote (London: Sage
Publications,
1994), 241-51.
2
2
pengarang Lash, Scott, and
John Urry.
Daftar Economies of
referensi Signs & Space.
(Bibliography) London: Sage
Publications,
1994.
4
Larel J. Lewis et
al., Life Science
Footnote atau (Glenview, IL:
endnote Scott, Foresman,
1990), 65.

Lewis, Larel J.,


Thomas R.
3 atau lebih
3 Martin, Barbara
pengarang
H. Rosenwein,
Daftar and Bonnie G.
referensi Smith. Life
(Bibliography) Science.
Glenview, IL:
Scott, Foresman,
1990.
5
Peter Chilson,
Karya Footnote atau "The Border," in
4
kumpulan endnote The Best
American Travel
94
Bab 6 Kajian Pustaka

Writing 2008, ed.


Anthony
Bourdain
(Boston:
Houghton Mifflin
Company, 2008),
46.

Chilson, Peter.
"The Border." In
The Best
American Travel
Daftar Writing 2008,
referensi edited by
(Bibliography) Anthony
Bourdain, 44-51.
Boston:
Houghton Mifflin
Company, 2008.
1
Susan Peck
MacDonald, “The
Erasure of
Language,”
Footnote atau College
endnote Composition and
Communication
5 Artikel 58, no. 4 (2007):
619.

MacDonald,
Susan Peck. “The
Daftar
Erasure of
referensi
Language.”
(Bibliography)
College
Composition and

95
Bab 6 Kajian Pustaka

Communication
58, no. 4 (2007):
585-625.
7
Mister Jalopy,
“Effulgence of the
North: Storefront
Arctic Panorama
in Los Angeles,”
Dinosaurs and
Robots, last
Footnote atau modified January
endnote 30, 2009,
http://www.dinos
aursandrobots.co
m/2009/01/effulg
ence-of-north-
Web storefront-
dengan arctic.html.
6
pengarang Mister Jalopy.
dan tahun “Effulgence of
the North:
Storefront Arctic
Panorama in Los
Angeles.”
Daftar Dinosaurs and
referensi Robots. Last
(Bibliography) modified January
30, 2009.
http://www.dinos
aursandrobots.co
m/2009/01/effulg
ence-of-north-
storefront-

96
Bab 6 Kajian Pustaka

arctic.html.
8
“Illinois
Governor Wants
to 'Fumigate'
State's
Government,”CN
Footnote atau N.com, last
endnote modified January
30, 2009,
http://edition.cnn.
com/2009/POLIT
ICS/01/30/illinois
Web tanpa .governor.quinn/.
7 pengarang
dan tahun "Illinois Governor
Wants to
'Fumigate' State's
Government.”
Daftar CNN.com. Last
referensi modified January
(Bibliography) 30, 2009.
http://edition.cnn.
com/2009/POLIT
ICS/01/30/illinois
.governor.quinn/.
3
Julio Cortázar,
Hopscotch, trans.
Footnote atau Gregory Rabassa
endnote (New York:
Buku Pantheon Books,
8
terjemahan 1966), 165.

Daftar Cortázar, Julio.


referensi Hopscotch.
(Bibliography) Translated by
97
Bab 6 Kajian Pustaka

Gregory Rabassa.
New York:
Pantheon Books,
1966.
4
Edward B. Tylor,
Researches into
the Early
Development of
Mankind and the
Footnote atau Development of
endnote Civilization, ed.
Paul Bohannan
(Chicago:
University of
Chicago Press,
Buku 1964), 194.
dengan
9 Tylor, Edward B.
pengarang
Researches into
dan editor
the Early
Development of
Mankind and the
Daftar Development of
referensi Civilization,
(Bibliography) Edited by Paul
Bohannan.
Chicago:
University of
Chicago Press,
1964.
1
Emily Macel,
Artikel Footnote atau “Beijing‟s
10
majalah endnote Modern
Movement,”

98
Bab 6 Kajian Pustaka

Dance Magazine,
February 2009,
35.

Macel, Emily.
“Beijing‟s
Daftar Modern
referensi Movement.”
(Bibliography) Dance Magazine,
February 2009.

(Clements et al., 2010)

99
Bab 7 Data Penelitian

BAB 7
DATA PENELITIAN

A. Pengertian Data Penelitian


Data penelitian dapat didefinisikan secara luas yaitu
sekumpulan informasi yang mencangkup beberapa keterangan
mengenai tentang suatu fakta yang diperoleh dari hasil
pengamatan yang dapat berupa angka, lambang, atau sifat
(Arikunto, 2013). Berikut contoh yang menunjukkan bahwa data
adalah fakta dan angka.
a. Jumlah SMP di kabupaten Lamongan pada 1 Januari
2021 sebanyak 541 sekolah.
b. Jumlah dosen tetap di Universitas Jaya Raya pada tahun
akademik 2021/2022 sebanyak 45.
Dari contoh-contoh diatas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan angka dan fakta yang belum dapat dipastikan
kebenarannya (karena masih diperkirakan). Sehingga contoh
diatas menunjukkan bahwa data itu pada umumnya selalu
berkaitan dengan tempat dan waktu, dan dikaitkan dengan
tempat yaitu kabupaten Lamongan serta dikaitkan dengan waktu
yaitu 1 Januari 2021. Sehingga untuk mendapatkan data yang
akurat, diperlukan suatu alat ukur atau yang disebut dengan
instrumen yang baik. Alat ukur atau instrumen yang baik adalah
alat ukur/instrumen yang valid dan reliabel (Amin dkk, 2009).
Selanjutnya agar data dapat dianalisis dan ditafsirkan
dengan baik, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:

100
Bab 7 Data Penelitian

1. Obyektif
Data yang diperoleh dari lapangan hasil pengukuran,
harus ditampilkan dan dilaporkan apa adanya.
2. Relevan
Dalam mengumpulkan dan menampilkan data harus
sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau
diteliti.
3. Up to Date
Data tidak boleh usang atau ketinggalan jaman, karena
itu harus selalu menyesuaikan perkembangan.
4. Representatif
Data yang diperoleh dari sumber yang tepat dan dapat
menggambarkan kondisi senyatanya atau mewakili suatu
kelompok tertentu atau populasi.
Penyajian data dalam penelitian dapat berupa bentuk teks,
tabel, dan grafik. Namun penggunaan ketiga bentuk penyajian
tersebut sangat berbeda. Penyajian dalam bentuk teks digunakan
untuk penelitian data kualitatif dan berupa bentuk uraian kalimat.
penyajian dengan tabel dipergunakan untuk data yang sudah
diklasifikasikan. Apabila data akan diperbandingkan secara
kuantitatif, maka ditampilkan dalam bentuk grafik. Meskipun
dengan demikian ketiga bentuk penyajian ini dapat digunakan
secara bersama-sama, karena saling melengkapi (Sukiyanto &
Maulidah, 2019). Data penelitian juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan sifat, sumber, dan juga skala pengukurannya.
Adapun penjelasan lebih lengkap tentang penyajian data dan tiga
klasifikasi data penelitian tersebut terdapat pada sub-bab
berikutnya

101
Bab 7 Data Penelitian

B. Jenis dan Kegunaan Data Penelitian


Jenis-jenis data yang digunakan dalam pendidikan data
ditinjau dari berbagai aspek yaitu 1) aspek bentuk; 2) aspek sifat;
3) aspek sumber; 4) aspek waktu pengumpulan; 5) aspek skala;
6) aspek sebenarnya; dan 7) aspek kepentingan.
1. Aspek Bentuk
Jika ditinjau dari bentuknya data dapat
dikelompokkan menjadi dua yakni data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang tidak
berbentuk angka namun menggunakan kalimat-kalimat,
foto-foto, rekaman suara dan gambar. Namun data
kualitatif dapat dirubah menjadi kuantitatif. Contoh data
kualitatif adalah:
- Kemampuan siswa dalam menulis puisi pada siswa
kelas 5 SD Maduran.
- Julah siswa SMP tahun 2020 di kecamatan Paciran,
semakin meningkat dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya.
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk
angka, baik dinyatakan secara nominal maupun
proporsional. Data kuantitatif adalah data yang secara
substantif memiliki kuantitas atau bersifat kuantitatif.
Misalnya : Jumlah mahasiswa baru di Universitas
Billfath pada tahun 2021/2022 mencapai 1.000
mahasiswa yang terdiri dari 600 mahasiswa Laki-laki
dan 400 mahasiswa perempuan.
Di dalam ilmu sosial, data yang berbentuk angka
belum secara substantial mewakili atau kuantitatif
sebenarnya. Hal ini disebabkan karena angka-angka

102
Bab 7 Data Penelitian

tersebut hanya merupakan suatu kesepakatan. Sebagai


contoh, untuk jawaban suatu soal diberi nilai.10 untuk
jawaban benar dan nilai 2 untuk jawaban salah, prestasi
seorang siswa di kelas diberi nilai angka 1 sampai 10,
dalam hal menyatakan pendapat, angka 1 setuju dan
angka 2 tidak setuju. Semua data kuantitatif ini adalah
bukan angka sebenarnya, melainkan data kualitatif yang
dikuantifikasikan.
2. Aspek Sifat
Jika ditinjau dari sifatnya maka data dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni data internal dan data
eksternal. Data internal adalah data yang
menggambarkan keadaan atau kegiatan di dalam
lingkungan sendiri, misalnya SMP 1 Paciran :
- Jumlah pegawai administrasi di SMP 1 Paciran pada
tahun 2020/2021 sebanyak 12 orang
- Jumlah biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh
siswa SMP 1 Paciran setiap tahunnya sebesar Rp
200.000,00
Sedangkan data eksternal adalah data yang
menggambarkan keadaan/kegiatan di luar lingkungan
sendiri, misalnya:
- Jumlah pegawai administrasi SMA di Provinsi Jawa
Timur pada tahun 2020/2021 sebanyak 10.000
orang.
- Jumlah komputer di kantor dinas pendidikan
kabupaten Lamongan pada tahun 2019 sebanyak 600
buah.

103
Bab 7 Data Penelitian

3. Aspek Sumber
Jika ditinjau dari sumbernya maka data dapat
digolongkan menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan
dan diolah sendiri langsung dari objek yang akan didata
atau data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik
dari orang atau lokasi tertentu tanpa melalui suatu
perantara, misalnya orang atau media cetak dan
elektronik. Seperti hasilnya contoh dibawah ini:
- Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah
SD Kendal, jumlah siswa di sekolah tersebut yang
masih mengulang sebanyak 134.
- Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan dan
penyuluhan di SMA Negeri 1 Dukun yang
menangani siswa, sebanyak 30% siswa akan
melanjutkan pendidikan ke yang lebih tinggi baik di
program diploma dan 50% ke program sarjana.
Selain itu, data primer tersebut dapat berupa siswa,
ruang kelas, rehabilitas dan sebagainya. Data tersebut
misalnya dapat diperoleh dari seorang pengawas pada
saat dia mendata sekolah di suatu lokasi. Data juga dapat
diperoleh dari seorang peneliti sewaktu dia
melaksanakan wawancara atau pengamatan langsung
menyangkut kondisi ruang kelas.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam
bentuk yang sudah jadi, artinya sudah dikumpulkan dan
diolah oleh pihak lain atau data yang diperoleh secara
tidak langsung dari sumbernya, misalnya.

104
Bab 7 Data Penelitian

- Jumlah penduduk provinsi Jawa Tengah per


kabupaten/kota menurut jenis kelamin dan kelompok
umur. Data ini dapat diperoleh daru Badan Pusat
Statistik, Provinsi Jawa Tengah,
- Jumlah siswa per provinsi menurut jenjang
pendidikan, tingkat, dan jenis kelamin. Data ini
dapat diperoleh dari Pusat Data dan Statistik
Pendidikan (PDSP), Kemendikbud.
Selain itu, data ini dapat diperoleh dari dokumen-
dokumen tertulis seperti laporan dari hasil penelitian,
koran majalah, atau dari seseorang. Misalnya, seseorang
menginformasikan kepada temannya suatu peristiwa
gempa bumi di mana banyak terdapat sekolah yang
roboh dan beberapa rata dengan tanah maka orang yang
menginformasikan peristiwa tersebut memperoleh data
primer sedangkan orang yang menerima informasi
mendapatkan data sekunder. Dalam hal data sekunder,
tidak boleh beranggapan bahwa data sekunder adalah
lebih jelek kualitasnya daripada data primer.
4. Aspek Waktu Pengumpulan
Jika ditinjau dari waktu pengumpulannya maka
data dapat digolongkan menjadi dua yakni data tahunan
dan data berkala. Data tahunan adalah data yang dapat
dikumpulkan hanya pada satu waktu tertentu. Data ini
hanya menggambarkan keadaan pada satu waktu. Data
jenis ini pada umumnya digunakan dalam kaitannya
dengan kegiatan penelitian atau survai misalnya;
- Jumlah peserta diklat guru SD pada tahun 2019/2020
sebanyak 69 orang.

105
Bab 7 Data Penelitian

Data pendidikan formal dari TK sampai SM


(Pendidikan Dasar dan Menengah) yang
menggunakan tahun kalender pendidikan mulai
minggu ketiga bulan Juni yang sampai saat ini
dilakukan oleh Dapodikdas/men menggunakan
waktu hitung 23 Juni, data pendidikan nonformal
menggunakan waktu hitung satu tahun merupakan
pengumpulan data tahun sebelumnya.
Data berkala adalah data yang dikumpulkan
secara teratur dari waktu ke waktu. Data jenis ini bisanya
digunakan untuk mengetahui perkembangan suatu
keadaan/kegiatan dari waktu ke waktu sehingga data ini
dapat disebut juga historical data. Data jenis ini pun
sering digunakan sebagai dasar untuk membuat garis
kecenderungan yaitu garis yang menunjukkan arah
perkembangan dari suatu keadaan atau kegiatan. Garis
kecenderungan ini sangat berguna bagi para penyusun
rencana dan program dalam membuat prediksi mengenai
apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Misalnya;
- Jumlah siswa SD dan paket A di kota Gresik, tahun
2012/2013-2015/2016 adalah sebagai berikut:
Tahun Siswa SD Paket A
2012/2013 2.341 10
2013/2014 1.964 30
2014.2015 1.793 23
2015/2016 2.104 16

106
Bab 7 Data Penelitian

- Jumlah siswa dan rombongan belajar SMP serta


didik dan kelompok belajar paket B di kabupaten
Madiun tahun 2015/2016-2018/2019 adalah sebagai
berikut:
SMP Paket B
Tahun
Siswa Kelas Peserta Pokjar
2015/2016 2.141 3 50 3
2016/2017 2.114 4 30 2
2017.2018 2.293 5 43 3
2018/2019 2.104 6 26 2

Dengan adanya satu seri data ini maka dapat


dilihat kecenderungan data yang ada sehingga
memudahkan dalam menentukan kebijakan
5. Aspek Skala
Jika ditinjau dari skalanya dapat dibagi menjadi
empat skala yaitu 1) data nominal; 2) ordinal; 3) interval;
dan 4) rasio. Data nominal adalah data yang berbentuk
angka, tetapi tidak mempunyai nilai kuantitas sedikit
pun. Angka tersebut hanya berfungsi sebagai tanda, tabel
atau kode dan tidak bisa diartikan mengandung nilai
tertentu dengan mengatakan bahwa angka tersebut lebih
rendah atau lebih tinggi dari angka lainnya. Untuk lebih
jelasnya dikemukakan dalam contoh dibawah ini:
- Jenis kelamin manusia yaitu pria dan wanita adalah
data nominal. Walaupun diberi simbol angka
misalnya, pria = 1 dan wanita = 2, maka tetap tidak
bisa diartikan bahwa wanita lebih dari pria karena
angka wanita (2) lebih besar daripada angka pria (1).

107
Bab 7 Data Penelitian

Data ordinal adalah data yang tidak memiliki nilai


kuantitas namun data tersebut dapat menunjukkan
perbedaan tingkatan antara yang satu dengan yang
lainnya. Data nominal dan data ordinal memiliki
perbedaan, jika data data nominal adalah angka yang
tidak memiliki nilai hitung. Sedangkan data ordinal
memiliki ciri data interval dan mempunyai nilai nol
mutlak.
Data interval adalah data yang memiliki nilai
kuantitas tertentu namun tidak memiliki nilai nol mutlak.
Contoh : Celcius pada sampai . Skala ini
jelas bahwa . Sedangkan data rasio
adalah data yang memiliki ketiga sifat data tersebut.
Contoh: tinggi badan sampel terdiri dari 143, 144, 145,
146, 147, dan 148.
6. Aspek Sebarannya
Jika ditinjau dari aspek sebarannya, data dibagi
menjadi dua yaitu data kontinyus dan data kategorikal.
Data kontinyus adalah data yang masih tersebar, belum
disusun secara berkelompok sehingga data yang satu
dengan data yang lainnya dapat dibedakan secara jelas
menurut satuannya. Contoh : jarak tempuh dari rumah ke
kampus (km), Prestasi Belajar Mahasiswa (IPK).
Sedangkan data kategorikal adalah data tersebar
yang sudah dikelompokkan. Misalnya : usia guru dapat
disusun menjadi data kategorikal 25-30 tahun. 31-35
tahun, 36-40 tahun, 41-45 tahun, 46-50 tahun, dan 51-55
tahun.

108
Bab 7 Data Penelitian

7. Aspek kepentingan
Jika ditinjau dari aspek kepentingan data dapat
dibagi menjadi dua yaitu data untuk kepentingan
kebijakan dan data untuk kepentingan pembinaan. Data
untuk kepentingan kebijakan merupakan basis data dari
data untuk kepentingan pembinaan. Data untuk
kepentingan kebijakan adalah 1) sebagai pengguna data,
penanggung jawab, dan koordinator. 2) stakeholder
adalah seluruh unit utama, unit kerja di Kemdikbud,
instansi pemerintah pusat terkait lainnya, dan publik.
Data untuk kepentingan pembinaan terdiri dari 1)
pengguna/penanggung jawab/koordinator adalah seluruh
unit utama dan unit kerja Kemdikbud. 2) stakeholder
adalah seluruh unit utama, unit kerja di Kemdikbud,
instansi pemerintah pusat terkait lainnya, dan publik.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data
dengan cara mewawancarai langsung responden yang
diteliti. Metode ini memberikan hasil secara langsung.
Metode dapat dilakukan apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden secara mendalam serta jumlah
responden sedikit. Teknik ini digunakan untuk penelitian
kualitatif, karena lebih bersifat efisien, pewawancara dapat
mempertimbangkan siapa yang diwawancarai dan situasinya,
serta dapat menguraikan pertanyaan atau menjelaskan
maksud pertanyaannya yang kurang jelas bagi subjek
(Sukiyanto & Maulidah, 2019).

109
Bab 7 Data Penelitian

Menurut (Donsu, 2016) wawancara terdiri dari lima


jenis, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi
terstruktur, wawancara informal, wawancara tidak
terstruktur, dan wawancara kelompok.
a) Wawancara Terstruktur
Menurut (Tatag, 2010) wawancara terstruktur bila
pertanyaan dan alternatif jawaban yang diberikan
kepada subjek telah ditentukan dahulu oleh
pewawancara. Wawancara terstruktur sering
digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh.
Oleh karena itu, dalam melalukan wawancara,
pengumpulan data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan
wawancara terstruktur ini setiap responden diberi
pertanyaan yang sama, dan pengumpulan data
mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula,
pengumpulan data dapat menggunakan beberapa
pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap
pewawancara mempunyai keterampilan yang sama,
maka diperlukan training kepada calon pewawancara
(Sugiyono, 2014)
b) Wawancara Semi Terstruktur
Wawancara satu ini dimulai dengan mengajukan
isu yang tengah diangkat peneliti. Bentuk pertanyaan
yang digunakan menggunakan opended questions atau
pertanyaan terbuka dan probers. Fokus pertanyaan

110
Bab 7 Data Penelitian

yang diajukan life-world sesuai dengan perspektif


masing-masing subjek. Dengan kata lain, peneliti
mendeskripsikan hasil wawancara sesuai yang
diceritakan oleh subjek. Karena cakupan wawancara
ini masih luas, tidak jauh berbeda dengan wawancara
tidak terstruktur, jadi lebih cocok digunakan untuk
studi etnografi dan grounded theory, (Donsu, 2016).
c) Wawancara Informal
Jenis pertanyaan ini tidak jauh berbeda dari
sebelumnya. Peneliti lebih terlibat aktif dalam metode
wawancara informal. Peneliti memiliki peran aktif
dalam wawancara dengan subjek. Wawancara
informal seringkali digunakan untuk studi
fenomenologi, grounded theory, dan etnografi,
(Donsu, 2016).
d) Wawancara Tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur artinya tidak ada
pokok persoalan yang menjadi fokus dalam
wawancara tersebut. Sehingga dalam wawancara ini
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan itu tidak
sistematis, melompat-lompat dari satu peristiwa atau
topik ke peristiwa atau topik yang lain tanpa berkaitan.
Wawancara tak berstruktur bersifat informal.
Pertanyaan-pertanyaan tentang pandangan, sikap,
keyakinan subjek, atau keterangan lain dapat
dinyatakan secara bebas kepada subyek.
e) Wawancara Kelompok
Wawancara yang sering digunakan untuk
mengangkat suatu isu. Metode wawancara ini berfokus

111
Bab 7 Data Penelitian

pada normalitas kelompok dan dinamika dari


perkembangan dari isu itu sendiri. Untuk menerapkan
teknik ini perlu dipersiapkan secara matang. Pertama,
pewawancara perlu memiliki konsepsi yang jelas
mengenai informasi yang dibutuhkan. Pertanyaan
perlu diurutkan dengan sebaik-baiknya dan sejelas-
jelasnya sehingga subjek terdorong mengemukakan
jawaban yang diinginkan. Kedua, perlu dibuat
kerangka tertulis, daftar pertanyaan, atau daftar cek
yang tertuang dalam rencana wawancara untuk
menggali informasi yang diharapkan. Bila perlu dibuat
pedoman wawancara yang menggambarkan semua
kegiatan wawancara dan pertanyaan-pertanyaan yang
akan diajukan. Ketiga, hasil wawancara perlu dicatat
atau direkam melalui tape recorder, atau alat lain.
Pencatatan bisa dilakukan selama berlangsung
wawancara atau segera setelah usai wawancara.
Susunan kalimat dari subjek sebaiknya dibiarkan
untuk memisahkan tahap analisis dan perekaman
jawaban subjek.
2. Kuesioner (Angket)
Angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu
penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak
menyangkut kepentingan umum (orang banyak). Angket ini
dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang
berupa formulir-formulir. Angket atau kuesioner merupakan
alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

112
Bab 7 Data Penelitian

dalam kuesioner mampu menggali hal-hal yang bersifat


rahasia. Kuesioner merupakan teknik pengumpalan data
yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang
akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
koresponden. Pembuatan kuesioner ini mengacu pada
parameter yang sudah dibuat oleh peneliti sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan. Kuesioner sangat cocok
digunakan untuk responden dalam jumlah cukup besar dan
tersebar diwilayah yang luas.
Menurut (Sukiyanto & Maulidah, 2019) kuesioner
dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau
terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung
atau dikirim melalui pos atau internet. Angket terdiri dua
macam, yaitu angket terstruktur (tertutup), dan angket tak
berstruktur (terbuka). Angket tertutup merupakan angket
yang pertanyaan atau pernyataannya tidak memberikan
kebebasan kepada responden, untuk memberikan jawaban
dan pendapatnya sesuai dengan keinginan mereka dengan
cara memberikan tanda silang ( ) atau tanda checlist ( ).
Angket terbuka merupakan angket yang disajikan dalam
bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan
isian dengan kehendaknya dan keadaanya. Keuntungannya
angket terbuka bagi responden adalah mereka dapat mengisi
sesuai dengan keinginan yang sesuai dengan keadaan yang
dialaminya. Berikut contoh angket terbuka dan tertutup:
Angket terbuka
1. Bagaimana pendapat anda tentang peraturan sekolah
yang berlaku di sekolah anda (peraturan secara umum) ?

113
Bab 7 Data Penelitian

2. Bagaimana pendapat anda tentang kegiatan upacara


bendera yang mengharuskan anda berpakaian dengan
atribut lengkap dan rapi?
3. Apa harapan anda untuk kemajuan sekolah yang
berhubungan dengan akademik sekolah ?
Angket tertutup
Contoh : Berilah tanda checlist (√) pada kolom yang sesuai
dengan pendapat anda
No Pertanyaan Selalu Sering Terkadang
Apakah anda
memakai atribut
1. lengkap ketika
mengikuti upacara
bendera?
Apakah anda pernah
meninggalkan jam
2.
sekolah sebelum
pelajaran usai ?
Apakah anda pernah
3. terlibat tawuran antar
sekolah ?
Apakah anda sering
datang terlambat saat
4.
upacara setiap hari
senin?
Apakah andan sering
5. mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler?

114
Bab 7 Data Penelitian

3. Skala
Skala merupakan seperangkat nilai angka yang
ditetapkan kepada subjek, objek, atau tingkah laku dengan
tujuan mengukur sifat. Skala ini digunakan untuk mengukur
sikap, nilai-nilai, dan minat. Skala ini tidak sama dengan tes,
karena hasil dari hasil instrumen ini tidak menunjukkan
keberhasilan dan kegagalan, kekuatan, atau kelemahan.
Skala ini mengukur seberapa jauh seseorang memiliki ciri-
ciri yang ingin diteliti (Sukiyanto & Maulidah 2019).
Pengembangan skala ini menggunakan beberapa teknik-
teknik tertentu yaitu: (1) Summated Rating Scale (Skala
Likert), (2) Cumulative Scale (Skala Guttman), dan (3)
Semanthic Differential Scales. Skala likert memuat sejumlah
pernyataan positif dan negatif mengenai suatu objek sikap.
Dalam memberikan respons terhadap pernyataan-pernyataan
dalam skala ini, subjek menunjukkan apakah ia sangat
setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan
ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk cheklist. Jawaban
dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misalnya
untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi
skor 0. Analisa dilakukan seperti pada skala likert.
Pernyataan yang berkenaan dengan fakta benda bukan
termasuk dalam skala pengukuran interval dikotomi. Contoh
1. Apakah letak sekolahan anda dekat dengan akses
transportasi?
a. Ya
b. Tidak

115
Bab 7 Data Penelitian

2. Apakah anda mempunyai guru les private di rumah?


a. Tidak
b. Punya
Skala pengukuran yang berbentuk semanthic
defferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala semanthic
defferensial digunakan untuk menilai sikap responden
dengan cara menggiring responden untuk memberi jawaban
pada rentang jawaban yang positif hingga negatif.
Contoh :
Beri nilai sikap tenaga usaha dalam pelayanan
administrasi.
1. Sopan 5 4 3 2 1 tidak sopan
2. Ramah 5 4 3 2 1 tidak ramah
3. Terbuka 5 4 3 2 1 tertutup
4. Menghargai 5 4 3 2 1 tidak menghargai
d. Pengamatan (Observasi)
Pada jenis pengamatan (Observasi) benar-benar
mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh sasaran pengamatan (Observasi). Dengan kata lain,
pengamatan ikut aktif berpartisipasi pada aktivitas dalam
kontak sosial yang tengah diteliti. Sutrisno (2004)
mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses
yang kompleks, yang tersusun dari berbagai proses biologis
dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting dalam proses-
proses pengamatan dan ingatan.
Observasi merupakan teknik yang digunakan untuk
penelitian kualitatif. Karena observasi merupakan cara
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara

116
Bab 7 Data Penelitian

langsung kepada responden penelitian untuk mencari


perubahan atau hal-hal yang akan diteliti.
D. Teknik Penyajian Data
Data dapat berupa suatu informasi yang dikuantitatifkan dan
diperlukan untuk menjawab penelitian atau menguji hipotesis
yang dirumuskan. Data ini diperoleh melalui suatu pengukuran,
yaitu proses analisis hasil-hasil pengamatan melalui angka-angka
tersebut menentukan interpretasi yang dibuat, selain menentukan
prosedur statistiknya. Berbagai bentuk penyajian data penelitian
diantaranya bentuk teks, tabel, dan grafik. Namun penggunaan
ketiga bentuk penyajian ini sangat berbeda. Penyajian secara teks
biasanya digunakan untuk penelitian data kualitatif, penyajian
dengan tabel dipergunakan untuk data yang sudah
diklasifikasikan. Apabila data akan diperbandingkan secara
kuantitatif, maka ditampilkan dalam bentuk grafik. Meskipun
demikian pada pratiknya ketiga bentuk penyajian ini dipakai
secara bersama-sama, karena memang saling melengkapi
(Sukiyanto & Maulidah 2019).
Penyajian cara teks yaitu penyajian data hasil penelitian
dalam bentuk uraian kalimat. Misalnya analisis metakognitif
siswa dalam pemecahan masalah segi empat pada siswa SMP.
Penyajian dalam bentuk tabel adalah suatu penyajian yang
sistematik daripada data numerik, yang tersusun dalam kolom
atau jajaran. Sedangkan penyajian dalam bentuk grafik adalah
suatu penyajian data secara visual. Penyajian hasil penelitian
kuantitatif yang sering menggunakan bentuk tabel atau grafik.
Karena itu, yang akan diuraikan lebih lanjut dalam bab ini adalah
kedua bentuk penyajian tersebut (Notoatmodjo, 2012).

117
Bab 7 Data Penelitian

Penyajian dalam bentuk tabel merupakan penyajian data


dalam bentuk angka yang disusun secara teratur dalam bentuk
kolom dan baris. Penyajian dalam bentuk tabel banyak
digunakan pada penulisan laporan hasil penelitian dengan
maksud agar orang mudah memperoleh gambaran rinci tentang
hasil penelitian yang telah dilakukan. Penyajian data secara
visual lebih memfokuskan pada bentuk visual. Bentuk visual bisa
berupa foto atau gambar, peta ataupun grafik. Penyajian visual
ini tidak berupa gambar saja, tetapi ada unsur penyajian
matematis dan sajian verbal. Hanya saja, penyajian matematis
dan verbal tidak mendominasi.
Donsu (2016) mengatakan bahwa syarat menyajikan data
visual memperhatikan beberapa hal. Seperti memperhatikan
lokasi penempatan penyajian matematis dan verbal. Penulisan
angka dilakukan di sisi luar diagram, atau peta grafik. Jika
terdapat verbal, tidak diijinkan mendominasi pata peta, diagram,
dan grafik. Masalah penulisan judul dalam penyajian visual juga
penting. Judul dalam penyajian visual dituliskan pada sisi bawah
sajian visual.
Grafik juga memiliki sebutan lain, yaitu diagram bagan,
maupun chart. Grafik salah satu penyajian data yang tanpa harus
menggunakan kata dan kalimat. Karena berdasarkan dari data
yang tertuang dalam grafik sudah memperhatikan data yang
ingin disampaikan lebih jelas. Notoatmodjo (2012) mengatakan
bahwa modifikasi bentuk penyajian data dengan grafik ini
beraneka ragam, antara lain :
1) Grafik atau diagram garis atau kurva.
2) Diagram bar atau diagram balok.
3) Diagram area atau diagram ranah.

118
Bab 7 Data Penelitian

4) Piktogram (diagram gambar)


5) Histogram dan frekuensi poligon.
Ketentuan umum untuk membuat grafik, diagram atau
gambar data antara lain :
1) Judul grafik, diagram, gambar atau skema harus jelas
dan tepat. Judul terletak di atas gambar atau grafik,
dan menggambarkan ciri, data, tempat, dan tahun
data tersebut diperoleh (what, where, dan when).
2) Garis horisontal maupun garis vertikal sebagai
koordinat harus di atas agar garis kurva tampak jelas.
3) Skala pada grafik atau gambar harus ada catatan
tentang satuan yang dipakai, misalnya tahun, hari,
kilogram, dan sebagainya.
Apabila data dari grafik atau gambar tersebut diambil dari
sumber lain (bukan hasil penelitian sendiri), maka sumber data
harus ditulis di bawah kiri grafik atau gambar tersebut
(Sukiyanto & Maulidah, 2019).
E. Populasi dan Sampel
Sugiyono (2014) menyatakan bahwa populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik sebuah
kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga
benda-benda alam yang lain. populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi
meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki oleh objek atau
subjek itu.
Selain itu Kerlinger Furchan, (2004) menyatakan bahwa
populasi merupakan semua anggota kelompok orang,

119
Bab 7 Data Penelitian

kejadian, atau objek yang telah dirumuskan secara jelas.


Kaitannya dengan batasan tersebut, populasi dapat dibedakan
berikut ini.
1. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni
populasi yang memiliki batas kuantitatif secara jelas
karena memilki karakteristik yang terbatas. Misalnya
semua pria di Indonesia; semua wanita umur 15–49
tahun.
2. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni
populasi yang tidak dapat ditemukan batas-batasnya,
sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah
secara kuantitatif. Misalnya jumlah eritrosit dalam
tubuh manusia; jumlah orang yang positif HIV di
Indonesia.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2002; Furchan, 2004). Pendapat yang senada pun
dikemukakan oleh Sugiyono (2014). Beliau menyatakan
bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil
dari populasi harus betul-betul representatif.
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa sampel
adalah kelompok kecil yang diamati, sedangkan populasi adalah
kelompok besar yang menjadi sasaran generalisasi. Populasi
dirumuskan sebagai semua kelompok orang, kejadian, atau

120
Bab 7 Data Penelitian

objek yang telah dirumuskan dengan jelas. Sampel merupakan


bagian dari populasi. Tujuan utama kita ketika melakukan
penelitian adalah untuk dapat mengestimasi kondisi pada target
populasi. Contoh populasi dalam studi analisis ada seluruh
keluarga yang memiliki anak baduta umur (0 – 23 bulan) di
wilayah kerja puskesmas sambeng. Unit sampelnya adalah anak
baduta (0 – 23 bulan) di wilayah kerja puskesmas Sambeng.
Bila ada dua baduta umur (0 – 23 bulan) dalam satu keluarga
maka dipilih satu orang baduta yaitu anak terkecil dengan alasan
ibu baduta lebih mudah mengingat riwayat kesehatan anak yang
terkecil daripada anak yang lebih besar.
F. Cara Menentukan Populasi dan Sampel
Sebelum sampel diambil harus ditentukan dengan jelas
kriteria atau batasan populasinya. Populasi merupakan
keseluruhan elemen atau subjek riset, dalam arti lain populasi
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki nilai yang
semua ingin diteliti sifatnya (Azwar, 2017). Jika melakukan
penelitian tentang efek samping pemakaian IUD, sumber data
tersebut akseptor IUD. Jika melakukan penelitian tentang berat
dan tingi balita, sumber datanya adalah balita. Akseptor IUD dan
balita yang dipakai sebagai sasaran penelitian yang dari
keduanya akan dibagi berbagai keterangan sesuai dengan
masalah dan tujuan penelitian yang dimiliki disebut dengan
nama populasi penelitian.
Menurut Sugiyono (2014) untuk menentukan sampel yang
akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan yakni probability sampling dan
nonprobability sampling.

121
Bab 7 Data Penelitian

a. Probability Sampling
Teknik pengambilan sampel dengan maksud untuk
memberikan peluang yang sama dalam pengambilan sampel,
yang bertujuan untuk generalisasi dengan berasas
probabilitas unit terpilih sama. Termasuk jenis pengambilan
sampel ini adalah simple random sampling, proportionate
stratified random sampling, disproportionate stratified
random sampling, dan cluster sampling.

1) Simple Random Sampling


Pengambilan sampel dengan cara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.
Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap
homogen, sebagai contoh bila populasinya homogen,
kemudian sampel diambil secara acak, maka akan
didapatkan sampel yang representatif. Pengambilannya
dapat dilakukan lotere, akan tetapi pengambilannya
diberikan nomor urut tertentu, maka disebut sebagai
systematic random sampling.
2) Proportionate Stratified Random Sampling
Suatu cara pengambilan sampel yang digunakan
bila anggota populasinya tidak homogen yang terdiri atas
kelompok yang homogen atau berstrata secara
proporsional.
3) Disproportionate Stratified Random Sampling
Suatu cara pengambilan sampel yang digunakan
bila anggota populasi tidak homogen yang terdiri atas
kelompok homogen atau berstrata yang kurang secara
proposional.

122
Bab 7 Data Penelitian

4) Cluster Sampling
Suatu cara pengambilan sampel bila objek yang
diteliti atau sumber data sangat luas atau besar, yakni
populasinya heterogen dan terdiri atas kelompok yang
masing-masing heterogen. Maka caranya adalah
berdasarkan daerah dari populasi yang telah ditetapkan.
Cluster dilakukan dengan cara melakukan randomisasi
dalam dua tahap yaitu randomisasi untuk cluster
menentukan sampel daerah kemudian randomisasi
menentukan unit yang ada diwilayahnya dari populasi
cluster yang terpilih.
b. Nonprobability Sampling
Teknik pengambilan sampel dengan tidak memberikan
peluang yang sama dari setiap anggota populasi, yang
bertujuan tidak untuk generalisasi yang berasas pada
probolitas yang tidak sama. Teknik pengambilan ini terdiri
atas berbagai jenis, yakni sampling sistematis, sampling
kuota, aksidental, jenuh, purposif, snowball, dan consecutive.
1) Sampling Sistematis
Cara pengambilan sampel berdasarkan urutan
anggota populasi yang telah diberi nomor unit, dengan
sifat dari populasinya heterogen. Cara ini biasanya
mengambil nomor urut ganjil saja atau nomor genap
saja.
2) Sampling Kuota
Cara pengambilan sampel dengan menentukan
ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang telah
ditentukan. Teknik sampling ini dilakukan dengan cara
pertama, menetapkan berapa besar jumlah sampel yang

123
Bab 7 Data Penelitian

diperlukan atau menetapkan kuota. Kemudian jumlah


kuota itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil unit
sampel yang diperlukan. Anggota populasi mana pun
akan diambil tidak menjadi soal, yang terpenting jumlah
kuota yang sudah ditetapkan dapat dipenuhi.
3) Sampling Aksidental
Cara pengambilan sampel yang dilakukan
dengan kebetulan bertemu. Sebagai contoh dalam
penentuan sampel apabila dijumpai ada, maka sampel
tersebut diambil dan langsung dijadikan sebagai sampel
utama. Misalnya penelitian tentang pemberian ASI oleh
ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Panceng. Maka
sampel penelitian ini dapat diambil dari ruang KIA
tempat pemeriksaan kesehatan ibu dan anak di
Puskesmas Panceng selama periode tertentu. Misalnya
minggu pertama pada bulan Juli 2019 hari senin sampai
Sabtu. Atau setiap hari Selasa selama bulan Juli 2019.
Seberapa banyak ibu-ibu yang ditemui pada hari yang
ditentukan tersebut menjadi sampel penelitian ini.
4) Sampling Jenuh
Cara pengambilan sampel ini adalah dengan
mengambil semua anggota populasi menjadi sampel.
Cara ini dilakukan bila populasinya kecil, seperti bila
sampelnya kurang dari tiga puluh maka anggota
populasi tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan
sampel penelitian. Istilah lain sampling jenuh adalah
sensus, di mana semua anggota populasi dijadikan
sampel (Sugiyono, 2014).

124
Bab 7 Data Penelitian

5) Sampling Purposif
Cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu.
Teknik ini sangat cocok untuk mengadakan studi kasus
(case study), dimana banyak aspek dari kasus tunggal
yang representatif untuk diamati dan dianalisis.
Misalnya suatu penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh perilaku seks ibu-ibu pasca
persalinan melalui caesarean operation. Populasi
penelitian ini jelas mempunyai karakteristik yang
spesifik. Oleh sebab itu, pengambilan sampelnya pun
harus diarahkan kepada ibu-ibu yang melahirkan
melalui cara ini, sehingga pengambilan sampel secara
purposive adalah pilihannya.
6) Snowball Sampling
Cara pengambilan sampel ini dilakukan dengan
menentukan sampel dalam jumlah yang kecil kemudian
sampel tersebut diminta mengajak temannya untuk
diikutsertakan sebagai sampel pada penelitian tersebut
(Zainuddin, 2006).
7) Consecutive Sampling
Cara pengambilan sampel ini dilakukan dengan
memilih. Sampel yang memenuhi kriteria penelitian
sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel
terpenuhi (Sugiyono, 2014)

125
Bab 8 Analisis Data Penelitian

BAB 8
ANALISIS DATA PENELITIAN
A. Pengertian Analisis Data
Analisis data secara sederhana diartikan sebagai kegiatan
dalam rangka mengolah data untuk menghasilkan informasi baru
(Wikipedia, 2020). Analisis data juga bisa dirangkum sebagai
sebuah proses inspeksi, pembersihan dan pemodelan data untuk
menemukan informasi yang bermanfaat, memberikan informasi
tentang kesimpulan, dan berguna untuk pengambilan keputusan.
Namun terkait pengertian dari analisis data, maka perlu
di sampaikan arti analisis data itu sendiri menurut para ahli.
Bogdan dan Taylor (1975) menyampaikan pengertian analisis
data adalah proses yang merinci usaha formal untuk menemukan
tema dan merumuskan hipotesis (ide) yang di sarankan oleh data
dan merupakan usaha untuk membantu tema dan hipotesis.
Sedangkan Patton (1980) menyampaikan analisis data adalah
proses mengatur, mengorganisasikan data ke dalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian dasar. Selanjutnya Lexy J Moleong
(2000) mengartikan analisis data sebagai proses
mengorganisasikan, mengurutkan data ke dalam kategori, pola
dan satuan uraian dasar sehingga dapat menemukan tema,
merumuskan hipotesis kerja, sesuai yang di sarankan oleh data
(Gumelar Ardiansyah, 2020) dan (Samhis setiawan, 2021)
Analisis data bisa dilakukan setelah data terkumpul,
sudah melalui proses cleaning, coding, dan input data. Kegiatan
dalam analisis data bisa melakukan pengelompokan data
berdasarkan variabel, responden, menyajikan data dan

126
Bab 8 Analisis Data Penelitian

menghitungnya untuk menjawab rumusan masalah dan menguji


hipotesis penelitian.
B. Tujuan Analisis Data
Analisis data memiliki beberapa tujuan diantaranya
adalah :
1. Mendapatkan gambaran informasi dari variabel yang
digunakan
2. Menguji teori atau konsep yang telah ada
3. Membandingkan konsep/ teori dengan dengan fakta
yang ditemukan
4. Melahirkan konsep baru berdasar data yang
dikumpulkan
5. Mendapatkan penjelasan konsep baru yang di temukan
dan telah diuji bisa berlaku untuk umum ataukah hanya
berlaku pada kondisi tertentu
6. Menyajikan hasil penelitian lebih sederhana dan simpel
7. Mendapatkan kesimpulan dari kegiatan yang dilakukan
(Hastono, 2016)

C. Jenis Analisis Data


Analisis data dilakukan setelah seorang peneliti
melakukan olah data. Analisis data dibedakan menjadi beberapa
pendekatan. Apabila di dasarkan pada normal atau tidaknya data
maka analisis data dibedakan menjadi analisis data parametrik
dan nonparametrik. Apabila di dasarkan pada pendekatannya
maka dibedakan menjadi analisis data kualitatif dan kuantitatif.
Analisis data kualitatif berasal dari beberapa sumber
data, yaitu berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan misalnya dokumen, foto, dan lain-lain. Kata-kata dan
tindakan yang berasal dari informan (sampel dalam penelitian
127
Bab 8 Analisis Data Penelitian

kualitatif) yang di amati dan di wawancarai menjadi sumber data


pokok dan utama. Kata-kata ini biasanya di rekam yang
kemudian di catat dalam tulisan atau dikenal dengan transkrip,
tindakan bisa direkam menjadi perekaman video, pengambilan
foto atau film. Sedangkan sumber data tambahan di dapatkan
dari sumber buku, majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen
pribadi dan dokumen resmi.
Pada penelitian kualitatif, catatan lapangan sangat di
perlukan. Catatan ini menjadi instrumen utama yang melekat
dalam berbagai teknik pengumpulan berupa catatan fakta berupa
data kualitatif hasil wawancara dan pengamatan dalam bentuk
kutipan langsung dan uraian rinci. Sedangkan catatan teori
berupa hasil analisis penelitian di lapangan yang digunakan
untuk membuat kesimpulan pada struktur masyarakat yang
diamati, merumuskan hubungan antar variabel secara induktif
sesuai fakta penelitian. Yang ke tiga adalah catatan metodologis
berupa pengalaman peneliti ketika menerapkan metode kualitatif
di lapangan, dimana isi dari catatan terdiri dari 2 hal yaitu
catatan deskriptif yang berisi bagian utama, dan hal ke dua
berupa catatan reflektif (memo) yang berisi penilaian/ kritik
terhadap catatan deskriptif.
Secara keabsahan analisis data kualitatif di dasarkan
pada kepercayaan (kredibilitas), kebergantungan, keteralihan,
kepastian (betul-betul dari data, tidak mengutamakan
pengetahuan peneliti dalam mengkonsep. Konseptualisasi,
kategorisasi, dan deskripsi dikembangkan berdasar “kejadian”
ketika terjun dalam kegiatan lapangan. Sehingga antara kegiatan
pengumpulan dan analisis data tidak mungkin dipisahkan, semua
berlangsung secara simultan (Rijali, 2019). Sedangkan analisis

128
Bab 8 Analisis Data Penelitian

data kuantitatif memiliki proses kerja yang dimulai dari


perumusan masalah, perumusan hipotesis, penyusunan instrumen
pengumpulan data, kegiatan pengumpulan data, analisis data,
dan akhirnya penulisan laporan penelitian. Dimana proses kerja
tersebut dilakukan secara berurutan (sebuah tahapan) secara
linier.
Jenis analisis data kuantitatif bisa berupa:
1. Analisis deskriptif (univariat), yang bertujuan untuk
menggambarkan karakteristik variabel yang diteliti.
Pada dasarnya menggambarkan secara numerik
ukuran sentral tendensi, dispersi dan distribusi data.
Sedangkan ukuran umum pada sentral tendensi yaitu :
mean/ rata-rata adalah nilai rata-rata terukur suatu data,
median adalah nilai tengah data setelah data diurutkan
(dari yang paling kecil ke besar) dan modus adalah nilai
yang sering muncul dari suatu data. Sedangkan untuk
penyebaran suatu data maka bisa diukur melalui ukuran
umum yang sering digunakan, yaitu standar deviasi adalah
simpangan baku, varian yaitu nilai kuadrat dari standar
deviasi, standard error mean (S.E mean) yaitu estimasi
standar deviasi dari rata rata distribusi yang berasal dari
sampel random.
Distribusi data bisa diukur menggunakan
skewness, kurtosis dan normalitas data. Skewness adalah
nilai kemencengan distribusi data. Nilai distribusi data
positif ditunjukkan dengan arah data yang menceng ke
kanan, dan nilai negatif ditunjukkan dengan arah data ke
kiri. Kurtosis adalah nilai keruncingan atau tingginya
distribusi data, sedangkan Normalitas data yaitu

129
Bab 8 Analisis Data Penelitian

parameter yang bisa dilihat dari nilai hasil perbandingan


antara skewness dengan standard eror skewness. Atau nilai
perbandingan kurtosis dengan standar eror dari kurtosis.
Nilainya harus antara -2 dan 2. Jenis data dalam analisis
deskriptif bisa berupa data kategorik dan numerik, untuk
data kategorik biasanya dianalisis secara deskriptif dalam
bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Sedangkan data
numerik bisa dilakukan analisis data menggunakan nilai
mean (rata-rata), median, standard deviasi dan inter kuartil
range, minimal maksimal. Penjelasannya dapat di
ilustrasikan seperti tabel 1 berikut.

Tabel 1. Parameter analisis deskriptif data numerik


Metode Parameter Definisi Kriteria
data data
dikatakan
normal
Deskriptif Deskriptif Perbandingan Nilai
varian antara standar koefisien
deviasi dan mean varian <
SD/mean x 100% 30%
Atau kuadrat dari
SD
Rasio Perbandingan Nilai rasio
skewness antara skewness skewness
dan standar error -2 sampai
dari kurtosis dengan 2
Rasio Perbandingan Nilai rasio
kurtosis antara kurtosis kurtosis -2

130
Bab 8 Analisis Data Penelitian

dan standar eror s.d 2


dari kurtosis
Histogram Adalah tampilan Simetris
grafis dari tidak
tabulasi frekuensi miring
yang kekiri atau
digambarkan kanan
dengan grafis tidak
batangan yang terlalu
menunjukkan tinggi atau
proporsi rendah.
frekuensi pada
setiap deret
kategori.
Box plot Diagram kotak Simetris
garis atau median
boxplot adalah tepat di
metode grafis tengah,
untuk tidak ada
menggambarkan outliers
data numerik (nilai
berdasarkan nilai pencilan)
kuartilnya.
Normal Q- Plot Q-Q adalah Data
Q-plot plot probabilitas, menyebar
(plot Q-Q) merupakan sekitar
metode grafis garis
untuk
membandingkan

131
Bab 8 Analisis Data Penelitian

dua distribusi
dengan
memplotkan
kuantil mereka
satu sama lain.

Selain yang di sebutkan di atas, analisis deskriptif juga


bisa di ilustrasikan dalam bentuk:
a. Frekuensi Poligon
b. Ogive
c. Diagram garis
d. Diagram batang
e. Diagram pinca (pie)
f. Diagram tebar
g. Box Whisker Plot
h. Stem and leaf plot (Sony Faisal Rinaldi dan Bagya
Mujianto, 2017).

2. Analisis Bivariat (Analitik )


Merupakan lanjutan dari analisis univariat. Analisis
bivariat ini bisa dilakukan apabila peneliti ingin
menganalisis hubungan antar variabel satu dengan satu
variabel lainnya. Analisis bivariat dilakukan melalui uji
statistik. Uji statistik bivariat ini bisa menggunakan
pendekatan parametrik maupun non parametrik yang
tentunya uji statistik yang digunakan juga berbeda.

Uji Komparasi
Berikut ini adalah tabel pemilihan uji komparasi 2
kelompok/ lebih berskala data ordinal/ skor atau Interval
Rasio tidak berdistribusi Normal.
132
Bab 8 Analisis Data Penelitian

Tabel 2. Pemilihan uji komparasi skala data ordinal


Skala Hipotesis Komparasi Skala Data Ordinal atau
Penguk Interval Rasio tidak berdistribusi Normal
uran 2 Kelompok > 2 Kelompok
Variab (pengamatan) (pengamatan)
el
Berpasan Bebas Berpasa Bebas
gan ngan
Ordina Wilcoxon Wilcox Friedma Kruskall
l Sign Mann- n -Wallis
Rank Test Whitney
U
Kolmogor
ov-
Smirnov
Z
Moses
Extreme
Reactions
Wald
Wolfowit
z Runs

Adapun pemilihan uji komparasi bivariat 2 kelompok/lebih


dengan skala data kategorikan (nominal dan ordinal),
variabel independent berskala nominal, variabel dependent
berskala ordinal atau sebaliknya diilustrasikan seperti pada
gambar 3.

133
Bab 8 Analisis Data Penelitian

Tabel 3. Pemilihan uji komparasi skala data Nominal-


Ordinal
Skala Hipotesis Komparasi Skala Data Nominal-
Penguku Ordinal
ran 2 Kelompok > 2 Kelompok
Variabel
Berpasan Tidak Berpasan Tidak
gan Berpasan gan Berpasan
gan gan
Nominal Mc Chi- Cochran Chi-
dan Nemar Square Q Square
Ordinal test Test Test
Fisher
Exact
Kolmogo
rov
Smirnov

Sedangkan pemilihan uji komparasi bivariat skala data


numerik (interval dan rasio) adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Pemilihan uji komparasi skala data numerik
(interval dan rasio)
Skala Hipotesis Komparasi Skala Data Numerik
Penguku 2 Kelompok > 2 Kelompok
ran
Variabel
Berpasan Tidak Berpasan Tidak
gan Berpasan gan Berpasan
gan gan

134
Bab 8 Analisis Data Penelitian

Interval Uji t Uji t Same One Way


dan rasio berpasan tidak Subject Anova
berdistri gan berpasan Anova
busi (paired gan
normal T-Test)

Uji Asosiasi/ Korelasi


Bertujuan mencari hubungan antara variabel dependent dan
independent. Uji ini bisa parametrik dan non parametrik.
Berikut ini adalah ilustrasi uji asosiasi berdasarkan skala
data.
Tabel 5. Pemilihan uji Asosiasi skala data nominal, ordinal
dan rasio tidak berdistribusi normal
Skala Hipotesis Asosiasi skala data nominal,
Pengukuran ordinal dan rasio tidak berdistribusi
Variabel normal
2 Kelompok > 2 Kelompok
Sampel Bebas Sampel Bebas
(tidak berpasangan) (tidak
berpasangan)
Nominal Chi square Yate‟s Chi square
correction for
continuity
Fisher‟s Exact Test
Ordinal Spearman Rank Chi square
(rasio tidak
berdistribusi
normal)

135
Bab 8 Analisis Data Penelitian

Interval- Pearson Regresi


Rasio
(distribusi
normal)

3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan apabila peneliti
ingin menguji lebih satu variabel secara serentak. Analisis
ini merupakan tahapan terakhir dari sebuah analisis, apabila
seseorang ingin mengetahui faktor dominan yang
berhubungan dengan variabel dependent dan juga
seseorang ingin membuat sebuah model (pemodelan).
Analisis multivariat klasik yang sering digunakan
untuk uji non parametrik adalah uji regresi logistik, regresi
logistik sendiri di bedakan menjadi binary logistik, logistik
ordinal dan multinomial, uji ini tidak mempunyai syarat
yang rumit (uji asumsi). Regresi logistik merupakan
alternatif regresi linier bila data tidak berdistribusi normal,
berasal dari populasi yang diambil secara acak (random),
regresi logistik tidak mensyaratkan syarat tertentu. Namun
akan sangat baik jika digunakan untuk sampel besar, skala
data pada variabel Independent adalah nominal/ordinal,
interval,rasio. Sedangkan variabel dependent adalah
nominal (dikotomi). Hubungan antara variabel independen
dan dependen secara non linier dimana model yang
ditentukan akan mengikuti pola kurva mirip huruf “S”.
Sedangkan analisis multivariat parametrik yang
sering digunakan adalah regresi linier. Regresi Linier
adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk

136
Bab 8 Analisis Data Penelitian

model hubungan antara variabel terikat (dependen; respon;


Y) dengan satu atau lebih variabel bebas (independen;
prediktor; X). Bertujuan untuk prediksi (model matematis),
mengetahui pola hubungan asimetris (diketahui sebagai
variabel bebas dan variabel tergantung), sampel berasal
dari populasi yang diambil secara random (acak), data
berdistribusi normal (bila data tidak berdistribusi tidak
normal maka alternatif menggunakan uji regresi logistik),
skala data untuk variabel dependent (tergantung) dan
independent (bebas) adalah skala data interval/ rasio. Uji
regresi linier dibagi menjadi regresi linier sederhana dan
berganda. Adapun syarat uji regresi linier adalah:
1) Tidak ada multikolinearitas : tidak ada korelasi
diantara variabel bebas (independent).
2) Tidak terjadi Heteroskedastisitas : varian dari nilai
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap.
Dapat dilihat dari plot antara Regression Standardized
Predicted Value
3) Homoskedastisitas
4) Heteroskedastisitas
5) Distribusi Normal
6) Dapat dilihat dari normal P-P Plot of Regression
Standardized Residual yang menunjukkan adanya data
yang menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal.
7) Tidak ada Autokorelasi antara kesalahan pengganggu
(sisaan) pada periode t dengan kesalahan pada periode
t sebelumnya. Dilihat dari nilai Durbin-Watson < -2

137
Bab 8 Analisis Data Penelitian

dan > 2+, berarti terdapat autokorelasi positif dan


negatif (Anwar, 2012).
D. Pengukuran, Validitas dan Reliabilitas
Akurasi dan objektivitas data menjadi masalah paling
penting dalam sebuah riset karena akan di rumuskan ke dalam
sebuah kesimpulan. Sehingga sebuah riset di tuntut memiliki alat
pengumpul data atau instrumen penelitian yang valid dan
reliabel.
Validitas
Validitas berasal dari kata “validity” yang berarti bahwa
instrumen sebagai alat ukur , benar-benar mengukur apa yang di
ukur. Validitas ini berhubungan dengan ketepatan alat ukur yang
digunakan.
Cara Mengukur Validitas
Validitas alat ukur bisa diukur berdasarkan hasil korelasi Pearson
Product Moment, dimana dilakukan dengan cara mencari
korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya.
Dikatakan valid jika terdapat korelasi keduanya. Apabila
pertanyaan tersebut tidak valid maka pertanyaan di buang.
Beberapa jenis uji validitas yaitu :
1. Face Validity (validitas permukaan), yaitu validitas yang
dilakukan dengan cara mengukur satu konsep dengan
melihat konsensus secara ilmiah atau kesepakatan
penilaian subjektif dari para pakar terkait apakah
indikator benar-benar tepat untuk mengukur suatu
konstruk.
2. Content Validity (validitas isi) yaitu validitas yang
dilakukan berdasarkan kesepakatan masyarakat ilmiah,
dimana alat ukur yang digunakan memiliki validitas
138
Bab 8 Analisis Data Penelitian

pada keseluruhan isi yang tercakup dalam instrumen


(alat ukur) yang digunakan.
3. Criterion Validity (validitas kriteria), yaitu validitas
yang dilakukan untuk mengembangkan suatu perangkat
ukur yang digunakan bagi kepentingan praktis, dan
bukan sekedar untuk uji hipotesis saja. Terdapat dua
jenis pada uji validitas ini, yaitu menggunakan kriteria:
a. Concurrent Validity (validitas konfurent), yang
merujuk pada tingkatan korelasi hasil pengukuran saat
ini dengan hasil pengukuran menggunakan konsep lain
yang diasumsikan sebagai kriteria keadaan mendatang.
b. Predictive Validity (validitas prediktif), yang merujuk
pada kemampuan suatu instrumen penelitian untuk
memprediksi suatu keadaan individu dimasa mendatang.
4. Construct Validity (validitas konstruk), validitas yang
berangkat dari logika,
model kerangka teoritis, yang menghubungkan antara
konsep satu dengan konsep lainnya. Ada empat cara
untuk membuktikan validitas konstruk, yaitu sebagai
berikut : a. kolerasi dengan variabel lain yang berkaitan,
b. konsistensi antara indikator dan metode pengukuran
yang berbeda, c. korelasi dengan variabel yang tidak
berkaitan, d. perbedaan antar kelompok. Validitas
konstruk memiliki 2 (dua) jenis yaitu 1). convergent
validity (validitas konvergen) yaitu tingkatan dari hasil
pengukuran menunjukkan korelasi positif dengan hasil
pengukuran konsep lain yang secara teori berkorelasi
positif dan 2). discriminant validity (validitas
diskriminan).

139
Bab 8 Analisis Data Penelitian

Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata “reliable” artinya instrumen sebagai
alat ukur dapat memperoleh hasil pengukuran yang ajeg
(konsisten). Meskipun suatu pengamatan dilakukan dengan
perangkat ukur yang sama berkali-kali, namun hasil pengamatan
nya sama, jika berbeda maka perangkat tersebut tidak reliabel.

Cara Mengukur Reliabilitas


Untuk melihat konsistensi jawaban responden terhadap
pertanyaan kuesioner, maka dilakukan uji reliabilitas. Jika
seseorang menjawab pertanyaan dengan jawaban tidak suka,
maka beberapa bulan berikutnya apabila orang tersebut di tanya
pertanyaan yang sama maka akan memberikan jawaban sama
yaitu tidak suka. Untuk mengetahui jawaban tersebut konsisten
atau tidak maka bisa dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Repeated measure atau mengukur ulang. Dengan cara
pertanyaan ditanyakan lagi ke responden pada waktu
yang berbeda (satu minggu atau satu bulan kemudian),
dan kita lihat konsistensi jawabannya.
b. One shot yaitu dilakukan pengukuran satu kali saja.
Dengan cara memberi pertanyaan ke responden satu kali
saja, kemudian hasilnya di bandingkan dengan
pertanyaan lain. Pada umumnya responden akan di
tanyai beberapa pertanyaan dalam satu waktu. Bisa juga
peneliti menggunakan perpaduan pertanyaan positif dan
negatif.
Uji reliabilitas yang bertujuan untuk menyamakan
persepsi antara peneliti dengan pengumpul data (enumerator)
biasanya menggunakan interrater reliability dengan

140
Bab 8 Analisis Data Penelitian

menggunakan statistik Kappa (A.D Elisanti and ET


Ardianto, 2020), (Hastono, 2016)

Terdapat beberapa jenis reliabilitas yaitu sebagai berikut :


1. Test-retest atau pre post-test method, merupakan
metode yang paling sederhana. Dengan cara melakukan
pengujian pada satu konsep dengan alat ukur yang sama
(instrumen), dilakukan lebih dari satu kali pengujian.
Dengan indikator jawaban yang
sama/konsisten bila diujikan pada waktu yang berbeda.
Namun kelemahan dari realibilitas ini adalah adanya
kemungkinan responden mengingat jawaban yang
pertama sehingga bisa terjadi manipulasi jawaban
sehingga menimbulkan realibilitas yang semu.
2. Realibilitas equivalensi, dimana suatu alat ukur
memberikan hasil yang konsisten dengan pengukuran
menggunakan alat lain yang serupa atau pengukuran
yang dilakukan oleh peneliti lain menggunakan alat ukur
yang sama. Metode ini bisa diuji menggunakan beberapa
cara yaitu : a. metode alternatif atau paralel, dengan ciri-
ciri menggunakan lebih dari satu alat ukur yang setara,
mengukur konsep yang sama pada objek penelitian yang
sama. Kelebihan metode ini adalah jawaban pertanyaan
pada satu alat ukur tidak berpengaruh pada jawaban alat
ukur yang lain (karena pertanyaannya tidak sama), tidak
perlu menunggu lama (untuk menghindari responden
mengingat jawaban), akan terjadi perubahan yang sangat
kecil karena kedua instrumen diujikan pada waktu yang
hampir bersamaan. Namun sulit membuat item-item

141
Bab 8 Analisis Data Penelitian

sebanding untuk membangun konsep. b. uji reabilitas


interkodet atau peneliti. Pengukuran reliabilitas ini
menggunakan pengolahan dan analisis data (Muhajirin
dan Maya Panorama, 2017).
E. Prosedur Analisis Data
Analisis kuantitatif dalam suatu penelitian dapat
menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan kuantitaif
deskriptif dan kuantitatif inferensial. Masing-masing pendekatan
melibatkan pemakaian dua jenis statistik yang berbeda, yaitu
statistik deskriptif dan inferensial, yang keduanya memiliki
karakteristik yang berbeda, baik dalam hal teknik analisis
maupun tujuan dari analisis.
Hasil olahan data dengan statistik deskripsi, belum
sampai pada tahap generalisasi. Karena pada dasarnya
melibatkan kegiatan meringkas dan mengumpulkan data secara
deskriptif. Sedangkan prosedur analisis data deskriptif untuk data
numerik dan katagorik adalah
1. Menentukan ukuran tengah (mean, median dan modus)
2. Menentukan nilai letak (posisi) : a. Kwartil yaitu nilai
yang membagi pengamatan menjadi empat bagian
(kwartil I, kwartil II dan kwartil III). b. Desil: nilai yang
membagi pengamatan menjadi sepuluh (sehingga ada 9
kwartil), c. Persentil yaitu nilai yang membagi
pengamatan menjadi 100 bagian (sehingga ada 99
persentil).
3. Menentukan nilai-nilai variasi (range, Rata-rata deviasi,
varian, standart deviasi, koefisien varian.
4. Melakukan analisis deskriptif : proporsi atau persentasi,
frekwensi, homogen atau heterogen.

142
Bab 8 Analisis Data Penelitian

5. Menyajikan hasil analisis ke dalam tulisan (textular),


tabel (tabular), gambar/Grafik (diagram) atau tabel
distribusi frekuensi.
Sedangkan prosedur analisis data inferensial untuk data
numerik dan katagorik adalah sebagai berikut :
1. Membaca kembali hipotesis penelitian
2. Melakukan proses editing, coding, prosessing, cleaning
data, varian data
3. Melakukan analisis deskriptif terhadap data variabel
yang terkumpul (mean, range (min-max), varian, standar
deviasi, median, proporsi, frekuensi.
4. Merancang struktur data di Software/ program analisis
data
5. Melakukan uji asumsi analisis data inferensial
(normalitas data, homoskedastisitas, multikolinieritas,
autokoorelasi, dan lainnya)
6. Melakukan analisis data baik bivariate maupun
multivariate
7. Menyajikan hasil analisis ke dalam tabel (tabular),
gambar/Grafik (diagram) atau tabel distribusi frekuensi,
tabulasi silang, hasil uji bivariate, hasil uji multivariat,
membuat model.
Sedangkan tahapan analisis data kualitatif adalah
1. Menampilkan data
2. Membuat hubungan antar fenomena untuk
mengidentifikasi fenomena yang sebenarnya terjadi dan
langkah tindaklanjut yang diperlukan untuk mencapai
tujuan penelitian.
3. Analisis kualitatif yang valid dan handal.

143
Bab 8 Analisis Data Penelitian

4. Penyajian data dengan baik menggunakan model-model


penyajian data : kuantitatif statis menggunakan tabel,
grafiks, matriks. Tidak diisi dengan angka melainkan di
isi dengan kata atau phase verbal. 9 model penyajian
data kualitatif yang analog dengan model yang biasanya
digunakan dalam metodologi penelitian kuantitatif
statistik meliputi :
a. Model 1: untuk mendeskripsikan model penelitian.
Bisa berupa sosiogram, organigram atau peta
geografis.
b. Model 2: untuk memantau komponen atau dimensi
penelitian, yaitu dengan checklist matrik (tabel dua
dimensi), pada baris matrik dapat disajikan
komponen atau dimensinya, pada kolom disajikan
kurun waktunya. Checklist hanya berisi tanda-tanda
singkat.
c. Model 3: untuk mendeskripsikan perkembangan
antar waktu. Berisi tanda cek beserta diskripsi verbal
dengan satu kata atau phase.
d. Model 4: matriks tataperan, yang mendeskripsikan
pendapat, sikap, kemampuan dari berbagai
pemeranan.
e. Model 5: matriks konsep terklaster, untuk meringkas
hasil penelitian yang berasal dari beberapa ahli yang
memiliki pokok perhatian yang berbeda.
f. Model 6: matriks efek atau pengaruh. Mengubah
fungsi-fungsi kolom untuk mendeskripsikan
perubahan sebelum dan sesudah penyuluhan,
sebelum dan sesudah deregulasi dan sejenisnya.

144
Bab 8 Analisis Data Penelitian

g. Model 7: matriks dinamika lokasi. Akan diungkap


dinamika lokasi untuk berubah, berguna bagi peneliti
yang memang ingin melihat dinamika sosial suatu
wilayah yang cukup sulit.
h. Model 8: menyusun daftar kejadian. Disusun
kronologis atau diklasterkan.
i. Model 9: jaringan klausal dari kejadian yang diamati.
Berupa deskripsi atau sajian yang diringkas dalam
berbagai model bertujuan untuk mempermudah
dalam merumuskan prediksi.
Selanjutnya dalam melakukan display data disarankan,
selain menggunakan teks yang naratif juga bisa menggunakan:
bagan, pictogram, hubungan antar kategori, flow chart (diagram
alur). Kesimpulan didapat bisa bersifat sementara dan masih bisa
berubah jika ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung tahap
pengumpulan data berikutnya (Mey Hariyanti, 2015).
F. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian di dasarkan pada hasil uji asumsi
untuk analisis data yang dituju. Apabila sebuah data ternyata
tidak memenuhi syarat untuk di uji menggunakan uji statistik
tertentu maka peneliti harus menentukan uji alternatif yang
relevan. Prosedur pengujian pada analisis bivariate harus di awali
dengan mengidentifikasi skala data dari variabel penelitian yang
ada, setelah itu baru ditentukan jenis uji statistik yang cocok.
Langkah selanjutnya adalah menginterpretasi hasil pengujian,
bisa menggunakan alpha (batas maksimal kesalahan yang
dijadikan patokan oleh peneliti) biasanya untuk penelitian
kesehatan jenis eksperimen adalah 1%, untuk penelitian survey
5%, sedangkan untuk bidang sosial humaniora maksimal 10%.

145
Bab 8 Analisis Data Penelitian

Prosedur untuk analisis data inferensial multivariate lebih


kompleks daripada uji bivariate. Beberapa langkah yang bisa
dilakukan adalah :
a. Menentukan skala data
b. Melakukan uji asumsi (normalitas, skedastisitas,
homogenitas, dll)
c. Apabila tidak memenuhi syarat maka pilih alternatif uji
non parametrik atau uji lain
d. Jika memenuhi syarat maka bisa di lanjutkan ke tahap
analisis data multivariate
e. Jika tujuan akhir penelitian adalah untuk memodelkan,
maka susun rumus uji multivariate yang digunakan.
f. Substitusikan angka-angka hasil temuan uji statistik
multivariate ke dalam rumus
g. Interpretasi data

G. Kesimpulan
Kesimpulan dari analisis data deskriptif adalah berupa
deskripsi dari tabel distribusi frekuensi, bisa berupa persentase
atau jumlah. Didalam deskripsi biasanya yang dituliskan adalah
nilai temuan yang ekstrim (paling tinggi). Analisis data
inferensial kesimpulannya biasanya meliputi korelasi antar
variabel yang di uji secara bivariat, serta keeratan hubungan serta
arah hubungan. Sedangkan analisis data multivariate berisi
kesimpulan yang lebih kompleks. Selain mencantumkan hasil uji
korelasi atau pengaruh antara beberapa variabel independent
terhadap variabel dependen secara serentak, juga di tuliskan
tentang model matematis dari hasil uji statistik multivariat.
Biasanya dalam bentuk rumus matematis.

146
Bab 8 Analisis Data Penelitian

Sedangkan penarikan kesimpulan pada analisis data


kualitatif didasarkan pada temuan dan melakukan verifikasi data.
Biasanya kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan
berubah jika ditemukan bukti kuat yang mendukung tahap
pengumpulan data berikutnya. Untuk mendapatkan bukti tersebut
harus melalui proses verifikasi data. Apabila kesimpulan pada
tahap awal didukung oleh bukti kuat yang konsisten dengan
kondisi pada saat peneliti kembali terjun ke lapangan maka
kesimpulan yang diperoleh bisa dikatakan kredibel.
Setelah data terverifikasi, maka dapat diproses dalam
analisis lebih lanjut, data yang absah, berbobot, dan kuat harus
dipisahkan dengan data yang tidak menunjang, lemah, dan
menyimpang dari kondisi nyata. Kualitas dari data ini dapat
dinilai melalui beberapa metode, yaitu :
1) Cek keterwakilan data (representativeness)
2) Cek data dari pengaruh peneliti
3) Cek melalui triangulasi
4) Lakukan pembobotan bukti dari sumber data terpercaya
5) Buat perbandingan atau mengkontraskan data
6) Gunakan kasus ekstrim dan maknai sebagai data
negative
7) Konfirmasi setiap maka dari data yang diperoleh
menggunakan satu cara atau lebih
8) Kesimpulan penelitian kualitatif diharapkan merupakan
temuan baru yang belum pernah ada. Bisa berupa
deskripsi dari suatu objek yang sebelumnya belum jelas
(remang-remang) setelah penelitian selesai menjadi
jelas. Bisa juga berupa hubungan kausal (interaktif),
hipotesis atau teori (Mey Hariyanti, 2015).

147
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

BAB 9
METODE PENELITIAN KUANTITATIF
A. Pengertian Penelitian Kuantitatif
Metodologi penelitian merupakan sebuah cara ilmiah
yang digunakan dalam mendapatkan sebuah data yang memiliki
tujuan dan manfaat. Metodologi penelitian juga diartikan sebagai
sebuah cara yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
yang bertujuan untuk mendapatkan jawaban dari sebuah
permasalahan yang dihadapi secara ilmiah, menggunakan cara
berpikir reflektif, berpikir keilmuan yang sesuai dengan prosedur
tujuan dan sifat penyelidikan.
Penelitian kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang
digunakan untuk melihat, mengungkapkan suatu keadaan,
memberikan perlakukan pada sebuah fenomena atau peristiwa
dengan tujuan untuk perbaikan atau untuk menguji sesuatu,
sehingga menghasilkan sebuah data kuantitatif atau jenis data
lain yang dapat dikuantitatifkan dan diolah dengan menggunakan
teknik statistik. Metode penelitian kuantitatif sering disebut
penelitian tradisional, karena penggunaan metode ini sudah lama
dan sebagai metode yang sudah mentradisi digunakan dalam
penelitian (Sugiyono, 2011). Penelitian kuantitatif juga
merupakan metode yang digunakan untuk mengeksplorasi dan
memahami makna oleh sejumlah individu atau kelompok orang
yang dianggap dari masalah sosial (Creswell, 2019). Metode
kuantitatif merupakan sebuah metode saintifik karena memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah dalam sebuah penelitian yang meliputi
kongkrit, terukur, rasional, sistematis dan objektif.

148
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

Pada setiap penelitian memiliki tipe dan syarat tertentu


yang perlu diperhatikan diantaranya (Yusuf, 2013):
1. Masing-masing jenis penelitian memiliki aturan tersendiri,
dimana aturan tersebut dipegang secara teguh untuk
mencapai tujuan secara objektif.
2. Pada setiap penelitian dilakukan pembatasan kesalahan dan
ketidak sesuaian, sehingga pada penentuan rancangan
penelitian, pengembangan dan penggunaan alat, analisis
data, ataupun penafsiran data hasil penelitian tidak terjadi
kesalahan.
3. Dalam mempublikasikan hasil penelitian, dilakukan sesuai
dengan kode etik yang berlaku dan terbuka untuk diberikan
kritikan oleh orang lain.
B. Karakteristik Penelitian Kuantitatif
Pendekatan penelitian kuantitatif memiliki pandangan
bahwa perilaku manusia dapat diramalkan dan realitas social,
dapat diukur dan objektif. Penggunaan penelitian kuantitatif
menggunakan instrument yang valid dan reliabel, serta analisis
statistik yang tepat dan sesuai akan menghasilkan sebuah data
hasil penelitian yang tidak menyimpang dari kondisi yang
sesungguhnya.
Penelitian kuantitatif memiliki ciri-ciri utama yang
berbeda dengan penelitian lain, diantaranya adalah (Yusuf,
2013):
1. Rancangan penelitian kuantitatif selalu terstruktur,
spesifik, formal, dan memiliki rancangan operasional
yang detail. Penelitian kuantitatif memerlukan persiapan
operasional yang matang, dikarenakan dalam rancangan
penelitian memuat rumusan masalah penelitian, Batasan

149
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

masalah, tujuan penelitian, manfaat, kajian pustaka,


instrument yang digunakan, sampel penelitian, dan
teknik analisis data yang digunakan. Semua disusun
berdasarkan prosedur dan aturan yang baku.
2. Data yang dihasilkan merupakan data kuantitatif (dapat
diukur) atau dapat dikuantitatifkan dengan mengukur
atau menghitung data tersebut. data kuantitatif
cenderung atau berupa angka atau symbol yang bisa
diukur dengan angka bukan berupa gambar atau narasi.
3. Sifat dari penelitian kuantitatif adalah momentum yang
merupakan penggunaan selang waktu atau waktu yang
diperlukan untuk penelitian pendek, kecuali jika ada
tujuan tertentu yang memang mengharuskan melakukan
penelitian dengan waktu yang cukup Panjang. Waktu
yang digunakan pada penelitian kuantitatif dapat di
rencanakan atau diatur oleh peneliti setepat mungkin.
4. Pada penelitian kuantitatif diperlukan sebuah hipotesis,
untuk memberikan arahan dan pencapaian tujuan
penelitian. Hipotesis adalah sebuah dugaan atau
pernyataan sementara yang perlu dibuktikan
kebenarannya. Untuk membuktikan hipotesis diperlukan
penyelidikan ilmiah agar mendapatkan data yang dapat
menunjang pembuktian hipotesis.
5. Analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan
analisis statistik. Data yang diperoleh dari proses
penyelidikan ilmiah yang menggunakan teknik
pengumpulan data, baik angket, lembar observasi,
wawancara, dokumentasi maupun tes akan diolah dan
dianalisis menggunakan analisis statistik. Sehingga,

150
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

menghasilkan sebuah data yang mampu membuktikan


kebenaran dari hipotesis yang telah dibuat.
6. Berorientasi kepada produk dibandingkan sebuah
proses. Penelitian kuantitatif adalah melakukan
pengujian atau membuktikan hipotesis, sehingga proses
tidak begitu penting, karena hanya ingin melihat
hubungan antar variabel, hasil belajar, maupun
berbedaan dari hasil yang merupakan dampak dari salah
satu variabel atau dampak dari sebuah perlakuan yang
diberikan.
7. Sampel yang digunakan penelitian kuantitatif bersifat
random, akurat, luas dan representative. Peneliti pada
penelitian ini selalu berupaya untuk membuktikan
hipotesis, dan memprediksikan hasilnya. Hasil
penelitian kuantitatif bisa di generalisasikan, dengan
syarat sampel yang digunakan harus mampu mewakili
untuk siapa hasil penelitian tersebut akan
digeneralisasikan. Dengan demikian, kesimpulan dari
hasil penelitian yang diambil tepat dan benar sehingga
dapat dipercaya secara ilmiah.
8. Proses analisis penelitian kuantitatif dilakukan secara
deduktif. Penelitian ini dikembangkan berdasarkan teori
yang sudah ada, sehingga proses analisis dalam
penelitian ini harus dikembangkan dari umum ke
khusus, yang didasarkan pada hipotesis yang telah
dibuat.
Instrument yang digunakan harus valid dan reliabel.
Disamping itu instrument juga harus mudah untuk digunakan
serta mempunyai aturan dalam penentuan skornya (rubrik harus

151
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

pasti dan tepat), intrumen sebelum digunakan harus dilakukan uji


validitas, sehingga benar-benar sesuai dan dapat dipercaya
kebenarannya
C. Ragam Penelitian Kuantitatif: Eksperimental dan Non
Eksperimental
Penelitian kuantitatif terdiri dari berbagai jenis, namun
untuk lebih mudah memahami penelitian kuantitatif dibedakan
menjadi dua yaitu penelitian ekperimental dan non
eksperimental. Penelitian eksperimental terdiri dari Pre-
experiment, quasi experiment, dan true experiment. Penelitian
non eksperimental terdiri dari penelitian histori, deskripsi,
perkembangan, kasus dan lapangan, korelasi, kausal komparatif
dan tindakan.
1. Penelitian eksperimental
Penelitian eksperimen adalah satu-satunya desain
penelitian yang paling akurat dibandingkan desain penelitian
kuantitatif yang lain. penelitian eksperimen merupakan
sebuah penelitian yang dapat diandalkan kevalidannya, hal
ini dikarenakan adanya pengontrolan secara ketat pada
variabel yang mengganggu diluar variabel yang di
eksperimenkan (Borg, W.R & Gall, 2003). Penelitian ini
memiliki desain khusus investigasi untuk menentukan pada
variabel-variabel dan hubungannya antara variabel satu
dengan variabel yang lain. Jenis-jenis penelitian eksperimen:
a. Pre-exsperimen
Penelitian ini memiliki prinsip penggunaan satu
kelompok saja, sehingga tidak ada kelompok control.
Pre experiment sesungguhnya tidak memenuhi syarat

152
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

dari penelitian eksperimen. Tipe-tipe dari penelitian pre


experiment yaitu (Yusuf, 2013):
1) The one shot case study
Desain penelitian ini hanya menggunakan
satu kelompok saja seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, sehingga tidak memiliki kelompok
pembanding. Pada desain ini, treatment atau
perlakukan diberikan pada awal saja, untuk
mengetahui hasil yang diperoleh setelah diberikan
perlakukan akan dilakukan pengukuran pada akhir
kegiatan. Langkah-langkan desain one shot case
study antara lain:
a) Menentukan terlebih dahulu pada awal
penelitian siapa subjek penelitian
b) Semua subjek penelitian akan diberikan
perlakuan atau treatment pada periode tertentu
sampai rancangan treatment terlaksana semua.
c) Pada akhir kegiatan dilakukan pengukuran
untuk mengetahui hasil dari perlakukan yang
diberikan.
Desain one shot case study memiliki
beberapa kelemahan yaitu:
a) Tidak ada kelompok pembanding, sehingga
faktor luar yang mempengaruhi tidak bisa
dikendalikan
b) Data yang dihasilkan belum tentu dipercaya
tingkat kevalidannya
c) Hasil dari posttest tidak dapat dinyatakan
secara tegas

153
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

d) Kesimpulan yang diambil memungkinkan


akan berbeda dengan keadaan sebenarnya.
2) The one group pretest-posttest design
Desain one group pretest posttest yang
dimaksud dalam desain penelitian pre experiment
tidak memiliki kelompok control. Tahapan
penelitian yang dilakukan diantaranya: a)
melaksanakan pretest, untuk mengetahui
kemampuan awal dari responden sebelum diberikan
perlakuan/treatment (O1); b) treatment, pemberian
perlakukan (X), c) pelaksanaan posttest, yaitu test
akhir yang dilakukan untuk mengetahui dampak dari
perlakuan yang diberikan kepada variable terikat
(O2). Desain pre experiment one group pretest
posttest digambarkan sebagai berikut:

O1________________X_______________O
2 Gambar 1. Model pre experiment one group
pretest -posttest

3) The static group comparison design


Desain perbandingan kelompok statis adalah
desain penelitian kuantitatif pre experiment yang
menggunakan dua kelompok. Pemilihan kelompok
tersebut tidak dilakukan secara random, namun
kedua kelompok tersebut diambil dari populasi yang
sama. Dari kedua kelompok tersebut yang satu akan
dijadikan kelompok eksperimen dan satunya sebagai
kelompok kontrol. Tahapan penelitian pada desain

154
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

ini diantaranya: a) menentukan dua kelompok dari


satu populasi; b) memberikan treatment pada salah
satu kelompok; c) melakukan posttest pada kedua
kelompok setelah dilakukan treatment; d)
membandingkan hasil posttest yang diperoleh dari
masing-masing kelompok subjek penelitian
menggunakan rumus statistik yang sesuai.
b. Quasi Experiment
Tipe penelitian eksperimen yang penelitinya tidak
merandom subjek penelitian yang digunakan, tetapi data
yang dihasilkan cukup berarti baik dari tingkat
validitasnya. Quasi experiment memiliki beberapa tipe
diantaranya:
1) The Time Series Experiment
Tipe ini digunakan untuk mengetahui
hubungan sebab akibat. Pada tipe ini sebelum
dilakukan treatment akan dilakukan beberapa kali
observasi untuk mengetahui kecenderungan dari
variabel yang akan diteliti, misal kemampuan
berpikir kritis siswa. setelah diketahui bagaimana
kecenderungan dari variabel yang diteliti akan
dilakukan treatment selama waktu yang telah
ditentukan sesuai perencanaan yang dibuat. Setelah
treatment selesai maka akan dilakukan observasi lagi
(test) untuk mengetahui dampak yang dihasilkan dari
treatment yang diberikan. Hasil dari beberapa kali
test yang dilakukan hitunglah rata-ratanya
menggunakan rumus statistik kemudian bandingkan

155
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

perbedaannya sehingga diketahui akibat dari


treatment yang diberikan.
Kelemahan dari desain ini adalah kejadian
langsung yang terjadi dilingkungan sekitar,
kematangan, pelaksanaan pengetesan, dan instrumen
yang digunakan (Yusuf, 2013).
2) The Non-Equivalent Control Group
Desain penelitian tipe ini hampir sama
dengan desain pre experiment one group pretest
posttest, namun untuk subject pada desain ini tidak
diambil secara random. Tahapan penelitian pada
desain ini diantaranya:
a) Menentukan subjek penelitian yang dibagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
b) Melakukan pretest pada kedua kelompok
c) Memberikan treatment pada kelompok
eksperimen dengan jangka waktu yang telah
ditentukan
d) Memberikan posttest pada kedua kelompok
baik eksperimen maupun kelompok kontrol
e) Menghitung perbedaan dari rata-rata yang
dihasilkan dari pretest dan posttest yang
dihasilkan kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol
f) Menyimpulkan perbedaan hasil
perbandingan dari kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol untuk mengetahui
dampak dari perlakukan yang diberikan.

156
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

3) The Equivalent Time Samples Design


Treatment yang dilakukan pada desain ini
dilakukan secara berkali-kali yang diselingi dengan
tidak diberikan perlakukan. Untuk memudahkan
pemahaman desain ini bisa dipelajari dengan
diagram rancangan berikut:

X1O1________X0O2______________X1O3________X0O4
Gambar 2. Rancangan The Equivalent Time
Samples Design

Desain ini tidak memiliki kelompok kontrol,


hanya ada kelompok eksperimen, sehingga
kecondongan history bisa ditiadakan. Tahapan
penelitian desain ini diantaranya:
a) Menentukan subjek penelitian
b) Memberikan perlakukan sampai selesai dan
dilanjutkan memberikan tes untuk
mengetahui hasil dari perlakukan pertama
yang diberikan
c) Memberikan jeda untuk tidak diberikan
perlakukan satu sampai dua minggu, dan
memberikan tes
d) Memberikan perlakukan, dan melakukan tes
e) Setelah dua minggu tidak diberikan
perlakukan dan melakukan tes yang
keempat. Hasil dari tes yang dilakukan di
rata-rata dan di bandingkan dari hasil tes ke-
1 sampai ke-4.

157
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

c. True Experiment Design


Penelitian ini merupakan jenis penelitian
eksperimen yang sesungguhnya, karena peneliti
mengkontrol variabel yang diteliti dengan baik serta
mengendalikan situasi penelitian dari faktor-faktor diluar
variabel yang diteliti yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian. Pada penelitian eksperimen validitas internal
dan eksternal adalah kondisi utama yang harus
diperhatikan oleh peneliti dalam merencanakan
penelitian yang akan dilakukan.
Ada beberapa rancangan model penelitian true
experiment antara lain adalah:
1) The randomized pretest-posttest control group
design
Desain ini menggunakan kelompok kontrol
dan penentuan subjek penelitian dilakukan secara
random. Kondisi lingkungan dari desain ini baik
kelompok kontrol ataupun kelompok eksperimen
dipastikan selalu sama. Pelaksanaan pretest dan
posttest bertujuan untuk mengetahui dampak dari
perlakuan yang diberikan pada beberapa taraf atau
mengetahui dampak dua atau lebih variabel bebas
secara bersamaan dan dampak interaksi pada
variabel terikat.

158
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

Desain rancangan eksperimen terlihat pada


gambar berikut:
R E O1_________________X___________O2
Perlakuan

K O2_____________ - _____________O4
Tidak ada perlakukan

Pretest
Posttest
Gambar 3. Rancangan Eksperimen
Keterangan:
E: Kelompok eksperimen
K: Kelompok control
R: Randomisasi
X: Perlakukan
-: tidak ada perlakukan, aktivitas dilakukan
seperti biasanya

2) The randomized posttest only control group


Pada desain ini tidak dilakukan pretest,
sehingga tahapan awal yang dilakukan adalah
menentukan kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol secara acak. Selanjutnya memberikan
perlakuan pada kelompok eksperimen sesuai
perencanaan yang dilakukan, dan kelompok kontrol
tetap melakukan aktivitas seperti biasanya. Setelah
selesai diberikan perlakuan pada kelompok
eksperimen, dilanjutkan dengan melakukan posttest
pada kedua kelompok baik eksperimen maupun
kontrol. Desain dari penelitian ini dapat
diilustrasikan pada gambar berikut:
159
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

E X_______________________O1
R
K - _______________________ O2
Gambar 4. Desain the randomized posttest only
control group
Keterangan:
R: Randomiasi
E: Kelompok eksperimen
K: Kelompok control
- : tidak ada perlakuan

3) The Solomon two control group design


Rancangan desain penelitian ini mengikuti
desain penelitian eksperimen klasik yaitu dengan
menambahkan kelompok kontrol menjadi dua
kelompok. Kelompok kontrol pada desain ini, salah
satu kelompoknya diberikan perlakuan namun tidak
diberikan pretest, sedangkan kelompok kontrol
satunya lagi diberikan pretest namun tidak diberi
perlakukan. Dengan demikian, akan diketahui
dampak interaksi. Rancangan desain perlakukan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada
desain ini dideskripsikan pada tabel di bawah ini.

160
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

Tabel 1
Rancangan desain perlakukan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
No Kelompok Kelompok Kelompok
Eksperimen Kontrol I Kontrol II
1. Subjek Subjek Subjek
dipilih secara dipilih dipilih
rondom secara secara
rondom rondom
2. Lingkungan Lingkungan Lingkungan
eksperimen eksperimen eksperimen
3. Diberikan Diberikan Tidak ada
pretest pretest pretest
4. Diberikan Tidak ada Diberikan
treatment treatment treatment
5. Dilakukan Dilakukan Dilakukan
posttest posttest posttest

4) The Solomon Four Group Design


Desain penelitian ini tidak hanya memiliki
dua kelompok kontrol, namun juga memiliki dua
kelompok eksperimen. Dengan demikian kelompok
ini memiliki landasan yang cukup kuat dalam
meminimalkan validitas internal. Berikut rancangan
desain the solomon four group :
a) R O1 X O2
b) R O3 - O4
c) R - X O5
d) R - - O6
Keterangan:
a) O2-O1 adalah dampak pretest, perlakuan
dan faktor lain yang sudah control

161
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

b) O4-O3 adalah dampak pretest, dan faktor


lain yang sukar dikontrol
c) Dampak perlakuan dan faktor lain yang
sukar dikontrol
d) Dampak faktor lain yang sukar dikontrol
Keempat kelompok dari ilustrasi diatas
subjek penelitiannya diambil secara random. Dengan
demikian, ancaman terhadap validitas internal dapat
teratasi. Untuk mengetahui dampak dari perlakukan
yang diberikan (X) dapat dilakukan dengan
mengurangi perbedaan dari c dan d. selisih dari
keduanya merupakan dampak dari perlakuan sendiri.
Selanjutnya, untuk mengetahui dampak dari pretest
bisa dengan mencari selisih b dan d. untuk
mengetahui dampak dari interaksi pretest dan
perlakukan bisa dengan menambahkan perbedaan b
dan c, serta dikurangi dengan perbedaan a.

2. Penelitian Non Eksperimental


a. Penelitian Deskriptif Kuantitatif
Penelitian ini merupakan penelitian yang
bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, dan akurat
tentang sifat dari suatu populasi. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian ini tidak bisa digunakan untuk melihat
hubungan dua variabel dalam menemukan sebab akibat.
Karakteristik penelitian deskriptif antara lain: 1)
Digunakan untuk memecahkan masalah atau kejadian
yang aktual atau pada masa sekarang. 2)
Mendeskripsikan situasi atau peristiwa secara tepat dan
162
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

akurat, tidak untuk menjadi sebab akibat dari suatu


peristiwa.
Tahapan penelitian deskriptif kuantitatif:
1) Menentukan permasalahan yang akan diteliti
secara jelas dan rinci
2) Menentukan rumusan masalah dan tujuan
penelitian yang akan dicapai
3) Melakukan peninjauan pustaka
4) Merancang pelaksanaan penelitian
5) Melakukan penelitian ke lapangan
6) Melakukan analisis data
7) Membuat laporan penelitian
b. Penelitian Eksploratif
Penelitian eksploratif adalah penelitian
pendahuluan, karena pertanyaan yang telah dirumuskan
dalam penelitian ini akan dijadikan sebagai prioritas dari
penelitian selanjutnya. Berdasarkan hasil dari penelitian
ekploratif ini akan dicari hubungan dari fenomena atau
gejala sosial. Ciri-ciri dari penelitian eksploratif antara
lain:
1) Penelitian yang bertujuan untuk menemukan
sesuatu secara apa adanya
2) Sampel dalam penelitian terbatas
3) Penelitian bukan merupakan penelitian akhir,
karena sebagai penelitia pendahuluan sehingga
akan ada penelitian lanjutan.
4) Bentuk pertanyaan yang digunakan dalam
penelitian merupakan jenis pertanyaan terbuka,
sehingga mampu mendapatkan berbagai

163
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

informasi untuk pencapai tujuan yang telah


direncanakan.
5) Menggunakan sumber informasi primer dan
sekunder.
Tahapan pelaksanaan penelitian kuantitatif
dengan desain eksploratif dimulai dengan tahapan: 1)
menetapkan bidang yang akan di teliti serta menentukan
rumusan masalah dari penelitian. 2) merumuskan tujuan
penelitian yang dicapai. 3) melakukan peninjauan
pustaka untuk memperkuat teori yang akan menjadi
dasar untuk melakukan penelitian dalam mengumpulkan
data, sehingga informasi yang diperoleh akan lebih valid
dan mendalam. 4) merencanakan langkah penelitian
mulai dari menentukan teknik pengumpulan data yang
akan digunakan, dan membuat intrumen pengumpulan
data. 5) melakukan penelitian sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat. 6) melakukan analisis data dan
membuat laporan penelitian.
c. Penelitian Korelasi
Desain penelitian ini digunakan untuk
mengetahui hubungan antar variabel. Penelitian korelasi
biasanya digunakan untuk mengetahui sikap atau tingkah
laku untuk meramalkan hasilnya. Karakteristik
penelitian korelasi diantaranya: 1) penelitian ini
digunakan untuk meneliti permasalahan yang tidak bisa
diteliti secara eksperimen atau yang tidak bisa dilakukan
manipulasi perlakuannya. 2) dapat digunakan untuk
meneliti mengukur beberapa variabel secara bersamaan,
yang saling berkaitan. 3) hasil penelitian yang diperoleh

164
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

bukan berupa dampak atau pengaruh dari suatu variabel


melainkan hubungan antar variabel yang diteliti.
Tahapan penelitian korelasi antara lain
adalah:
1) Menentukan permasalahan yang merumuskan
rumusan masalah.
2) Melakukan peninjauan pustaka untuk
memperkuat teori dalam mengungkapkan temuan
penelitian yang dilakukan.
3) Melakukan identifikasi ubahan berdasarkan
masalah yang dirumuskan.
4) Merumuskan instrumen penelitian yang sesuai
dengan permasalahan
5) Menentukan teknik analisis data yang akan
digunakan
6) Melakukan penelitian dilapangan untuk
mengumpulkan data
7) Melakukan analisis data temuan penelitian
8) Menyusun laporan penelitian
d. Penelitian Kausal Komparatif
Penelitian kausal komparatif meneliti sebuah
peristiwa/fenomena yang sudah berlangsung, sehingga
situasi dan kondisi tidak ada yang dikontrol. Penelitian
ini sama dengan desain penelitian expost facto.
Penelitian expost facto adalah penyelidikan empiris
sistematis yang fenomenanya telah berlangsung. Tidak
ada kontrol dari peneliti, dikarenakan peristiwa sudah
terjadi atau telah berlangsung. Tidak ada manipulasi
terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Sehingga

165
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

dampak dari variabel bebas diketahui dengan cara


membandingkan dua kelompok.
Data pada penelitian komparatif diperoleh
dengan cara menjajaki kebelakang, dari peristiwa yang
diteliti terjadi, mencari tahu penyebab suatu kejadian
yang dijadikan objek penelitian. Hal ini dilakukan
dengan melakukan perbandingan pada suatu objek yang
mengalami peristiwa yang diteliti dengan objek yang
tidak mengalami peristiwa yang diteliti. Penelitian ini
digunakan untuk mengetahui dampak, penyebab, atau
konsekuensi pada dua kelompok atau beberapa
kelompok. Penelitian kausal komparatif dilakukan
dengan diawali menjadi perbedaan dua kelompok atau
lebih kemudian mencari tahu penyebab, konsekuensi
dari keadaan tersebut dan efeknya.
Langkah-langkah penelitian kausal komparatif
diantaranya:
1) Membuat rumusan masalah, untuk mencari
penyebab, dampak dan konsekuensi dari sebuah
fenomena/peristiwa yang terjadi
2) Melakukan peninjauan pustaka agar memperkuat
teori faktor-faktor yang menyebabkan suatu
peristiwa terjadi atau yang mempengaruhi.
3) Membuat hipotesis yang didasarkan pada sebuah
teori
4) Menentukan subjek yang relevan
5) Menentukan teknik pengumpulan data yang akan
digunakan

166
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

6) Menyusun instrument penelitian sesuai dengan


teknik pengumpulan data yang digunakan
7) Melakukan validasi instrumen
8) Melakukan penelitian untuk mengumpulkan data
9) Melakukan analisis data hasil penelitian
10) Menyusun laporan penelitian
e. Penelitian Tindakan (Action research)
Penelitian tindakan adalah penelitian yang
digunakan untuk mengembangkan keterampilan atau
pendekatan baru, untuk memecahkan masalah melalui
penerapan langsung (Myrnawati, 2014). Penelitian
tindakan dilakukan untuk melakukan perubahan dari apa
yang sudah ada, sehingga menjadi lebih baik. Action
research dilakukan untuk menemukan pemecahan
masalah pada tugas yang dilakukan.
Penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok
atau seseorang dalam mengorganisasikan sebuah kondisi
dimana mereka dapat mempelajari pengalaman mereka
dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh
orang lain (Sukardi, 2012). Penelitian tindakan biasanya
dilakukan oleh seorang pendidik (guru) untuk
melakukan perbaikan terhadap permasalahan
pembelajaran yang dihadapi pada kelas mereka.
Penelitian ini dapat dilakukan secara kelompok maupun
individu.
Penelitian tindakan mengacu pada penelitian
kolaboratif, penelitian ini dapat melibatkan dua orang
atau lebih peneliti yang sama-sama mengalami
permasalahan pada fenomena yang sama. Penelitian

167
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

tindakan sangat sesuai untuk meningkatkan kualitas dari


subyek yang diteliti. Penelitian tindakan dapat dilakukan
pada sebuah kelas, kelompok masyarakat, kelompok
industri, atau Lembaga sosial (Sudikin, Basrowi, 2002).
Secara umum penelitian tindakan digunakan
untuk menemukan pemecahan masalah yang dihadapi
seseorang dalam tugas mereka sehari-hari dimana pun
tempatnya seperti di sekolah, kantor, kelas, rumah sakit,
maupun masyarakat dimana tempat mereka ditugaskan.
Hasil dari penelitian tindakan hanya terbatas untuk
kepentingan peneliti sendiri, agar dapat melaksanakan
tugasnya lebih baik lagi. Dalam penelitian tindakan
peneliti melakukan perencanaan sendiri dan kelapangan
sendiri mulai dari merumuskan permasalahan,
perencanaan, pelaksanaan, analisis, hingga
pelaporannya. Penelitian ini juga bisa dilakukan secara
kolaboratif dengan sejawat.
Karakteristik dari penelitian tindakan
diantaranya: permasalahan yang dipecahkan merupakan
persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam
kehidupan profesi sehari-hari; peneliti dimungkinkan
untuk diberikan perlakuan atau treatment berupa
tindakan yang terencana untuk memecahkan masalah
sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan
implikasinya oleh subjek yang diteliti; langkah-langkah
penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus
yang memungkinkan terjadinya kelompok ataupun kerja
mandiri; adanya langkah berpikir yang reflektif dari
peneliti; refleksi dilakukan untuk melakukan instropeksi

168
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

terhadap tindakan yang telah diberikan dan implikasinya


pada subjek yang diteliti sebagai dampak dari tindakan
yang dilakukan. Proses penelitian tindakan terdiri dari
empat komponen diantaranya plant (perencanaan), act
(tindakan), observe (pengamatan), and reflect (refleksi)
yang dilakukan secara intensif dan sistematis.
Karakteristik penelitian tindakan diantaranya:
1) Permasalahan yang dipecahkan adalah persoalan
praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan
profesi sehari-hari.
2) Peneliti memberikan perlakuan yang terencana
untuk memecahkan permasalahan, serta
meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan
perubahannya oleh subjek penelitian.
3) Penelitian dilakukan secara kolaboratif dengan
teman sejawat.
4) Peneliti menangkap fenomena yang muncul,
selanjutnya menggunakan data dari fenomena
tersebut sebagai informasi penelitian
5) Perencanaan tahapan penelitian dalam bentuk
siklus atau tingkatan yang memungkinkan
terjadinya peningkatan perbaikan pada setiap
siklus.
6) Terdapat tahapan reflektif yang dilakukan oleh
peneliti, tahap ini penting untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
perlakuan yang diberikan pada setiap siklusnya.

169
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

D. Kerangka Umum Proposal dan Laporan Penelitian


Kuantitatif
1. Kerangka Proposal Penelitian Kuantitatif
Penelitian pada dasarnya adalah rangkaian kegiatan
yang sistematis dan terencana, dengan menggunakan logika,
dan didasarkan pada fakta untuk menjawab tujuan penelitian
yang akan dicapai dan memecahkan permasalahan yang
diteliti. Rancangan penelitian merupakan pedoman yang
berisi point-point dan langkah yang akan digunakan peneliti
dalam melaksanakan penelitian. Rancangan/proposal
penelitian dibuat secara sistematis dan logis, agar dapat
dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian. Dalam
proposal penelitian kuantitatif ada beberapa komponen
diantaranya: a) pendahuluan, b) landasan teori, c)
metodologi penelitian, d) lampiran.

Tabel 2
Sistematika Proposal Penelitian Kuantitatif
Judul Penelitian
Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
II. LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
B. Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
III. METODE PENELITIAN
170
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

A. Jenis Penelitian
B. Desain Penelitian
C. Tempat dan Waktu Penelitian
D. Populasi dan Sampel
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
Daftar Pustaka
Lampiran

a. Judul Penelitian
Penulisan judul penelitian harus memperhatikan
beberapa hal seperti: mengandung inti dari
permasalahan yang diangkat (what), terjadi pada siapa
(who), kapan terjadinya (when), serta dimana (where).
Judul juga harus memuat variabel bebas dan variabel
terikat penelitian. Judul harus dapat menunjukkan
metode penelitian yang digunakan. Dalam menuliskan
sebuah judul harus menggunakan Bahasa baku,
menarik, logis, dan informatif. Panjang judul biasanya
terdiri dari 10-12 kata. Kata-kata yang digunakan
ekspresif, sederhana, singkat dan tepat sehingga inti dari
permasalahan yang diangkat mudah dipahami oleh
pembaca.
b. Latar Belakang
Latar belakang masalah berisi tentang peristiwa
yang sedang terjadi pada suatu penelitian (Sugiyono,
2016). Pada dasarnya latar belakang berisi jawaban atas
pertanyaan, mengapa perlu dilakukan penelitian. Empat
hal pokok yang perlu diuraikan dalam sebuah latar
belakang yaitu:

171
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

1) Pertimbangan alasan penelitian perlu untuk


dilakukan
2) Penelitian lain yang pernah dilakukan dengan
ruang lingkup sama
3) Kedudukan permasalahan penelitian
dibandingkan dengan penelitian terdahulu
4) Manfaat penelitian bagi ilmu pengetahuan,
kesejahteraan rakyat dan pembangunan negara
Indonesia (Myrnawati, 2014).
c. Identifikasi Masalah
Bagian ini dikemukakan berbagai masalah yang
ada pada objek penelitian. Bahasa yang digunakan dalam
identifikasi masalah berbeda dengan Bahasa rumusan
masalah. Bahasa identifikasi masalah menggunakan
kalimat negative. Misalnya, kemampuan membaca anak
kelompok B TK ABA masih rendah, anak-anak belum
mampu membaca kata yang terdiri dari 2 suku kata, anak
juga masih sulit untuk membedakan huruf “b, d, p, dan
q”.
Dalam melakukan identifikasi masalah peneliti
dapat melakukan studi pendahuluan terhadap objek yang
diteliti, melakukan observasi, dan melakukan wawancara
ke beberapa sumber agar dapat mengidentifikasi semua
permasalahan (Sugiyono, 2011). Masalah yang
dituliskan dalam bagian ini adalah semua masalah yang
dialami oleh objek yang akan diteliti, masalah yang
dituliskan baik yang diteliti ataupun yang tidak diteliti.

172
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

d. Batasan Masalah
Adanya keterbatasan waktu, tenaga, dana, dan
teori-teori serta agar penelitian dapat lebih mendalam
maka dilakukan pembatasan masalah. Batasan masalah
diambil dari identifikasi masalah yang telah
diungkapkan. Sehingga ketika ada beberapa masalah
yang diidentifikasi bisa diambil dua sampai tiga
permasalahan yang lebih sesuai dengan varibel yang
diteliti.
e. Rumusan Masalah
Bentuk Bahasa yang digunakan untuk membuat
rumusan masalah berupa pertanyaan. Pada penelitian
kuantitatif jumlah dari rumusan masalah tergantung pada
jumlah variabel (Sugiyono, 2016). Dalam menguraikan
rumusan masalah harus ada kesinambungan antara
uraian yang ditulis dalam latar belakang dengan rumusan
masalah yang dituliskan. Masalah dalam penelitian yang
dituliskan dapat berupa:
1) Perbedaan antara yang seharusnya terjadi (das
sollen) dan yang sudah terjadi (das sein).
2) Belum diketahui penyebab masalah terjadi.
3) Adanya kontradiksi antara dua
peristiwa/fenomena.
Contoh rumusan masalah diantaranya adalah 1)
Apakah media pop up digital dapat mempengaruhi
motivasi membaca anak?; 2) Bagaimana media pop up
digital dapat meningkatkan motivasi membaca anak?

173
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

f. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian isinya berkaitan dengan
rumusan masalah yang dituliskan. Tujuan penelitian
pada dasarnya adalah penyelesaian masalah penelitian.
Kontribusi penelitian dalam menyelesaikan masalah
dengan menghasilkan jawaban terhadap pertanyaan
penelitian. Contoh tujuan penelitian yaitu: 1)
Mengetahui pengaruh media pop up digital dalam
meningkatkan motivasi membaca anak; 2) Mengetahui
cara media pop up digital dalam meningkatkan motivasi
membaca anak.
g. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian berkaitan erat dengan tujuan
penelitian. Manfaat penelitian lebih menekankan pada
aspek penggunaan langsung hasil dari penelitian dalam
upaya mempercepat pencapaian tujuan program.
Manfaat penelitian ditinjau dari tiga aspek yaitu aspek
teoritik, metodologik, dan aplikatif (Myrnawati, 2014).
1) Manfaat teoritik yaitu manfaat yang menyatakan
penelitian ini akan menghasilkan pengetahuan
atau sebuah teori baru dalam substansi keilmuan.
2) Manfaat metodologik yaitu, penelitian akan
menghasilkan metode atau cara baru yang lebih
efektif, mudah, murah, dan sederhana.
3) Manfaat aplikatif yaitu, penelitian akan
memberikan manfaat bagi orang-orang yang ada
dilingkungan penelitian misal pembuat kebijakan,
pendidik, anak didik, dan orangtua.

174
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

h. Kajian Pustaka
Kajian pustaka berisi teori-teori yang relevan
untuk menjelaskan variabel yang diteliti. Teori-teori
dalam kajian pustaka juga menggambarkan pola
pemikiran, yang diperoleh dari sumber yang terpercaya
dan dirangkai menjadi satu kesatuan informasi yang
mampu menopang masalah yang dihadapi. Kajian
pustaka berisi telaah literatur yang berkaitan dengan
masalah yang telah diuraikan dalam latar belakang dan
rumusan masalah. Kajian pustaka yang dibuat tidak
boleh menyimpang dari masalah dan tujuan penelitian.
Teori-teori kajian pustaka diperoleh dari buku,
jurnal, majalah, hasil penelitian, dan diskusi dengan
pakar. Dari telaah pustaka tersebut akan diketahui
berbagai faktor yang menjadi penyebab masalah, serta
faktor yang timbul dampak dari masalah tersebut. Dalam
kajian pustaka juga perlu disajikan penalaran secara
deduktif tentang keterkaitan antar variabel-variabel yang
diteliti. Hal ini biasa disebut dengan kerangka teori
(Myrnawati, 2014). Kerangka teori biasanya didukung
oleh tiga aspek yaitu teori, hasil penelitian yang relevan,
dan argumentasi logis yang mendukung hipotesis yang
dirumuskan.
i. Penelitian yang relevan
Penelitian yang relevan merupakan referensi
lampau dari hasil penelitian yang sudah ada yang akan
digunakan oleh peneliti untuk dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan. Penelitian yang relevan
menjadi dasar referensi untuk melaksanakan penelitian.

175
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

Hasil penelitian yang relevan dapat memperluas serta


memperdalam teori yang akan digunakan dalam
penelitian.
j. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan penjelasan
teoritis hubungan antara variabel yang diteliti. Kerangka
berpikir merupakan dasar untuk menentukan hipotesis
penelitian. Kerangka berpikir sebuah penelitan dapat
berupa kerangka berpikir yang asosiatif maupun
komparatif.
k. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari
rumusan masalah penelitian. Sehingga dasar dalam
merumuskan hipotesis adalah rumusan masalah dan
kerangka berpikir (Sugiyono, 2011). Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis
diantaranya:
1) Kalimat hipotesis berbentuk sebuat pernyataan
yang ringkas, sehingga harus mampu
menggambarkan jawaban dan penjelasan dari
masalah yang ada serta dapat diuji dan diukur.
2) Memuat hubungan variabel bebas dan variabel
terikat yang diteliti.
3) Menggunakan istilah yang operasional, agar
dibuktikan secara empirik.
4) Berkaitan dengan teori dari sebuah hasil
penelitian.
5) Mempunyai cakupan yang tidak terlalu luas.

176
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

l. Jenis Penelitian
Bagian ini berisi jenis metode penelitian yang
digunakan. Perlu dituliskan juga alasan penggunaan jenis
metode penelitian tersebut yang diperkuat dengan satu
atau dua teori pendukung.
m. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan sebuah kerangka
penelitian yang digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan penelitan. Desain penelitian memuat
prosedur yang digunakan dalam memperoleh informasi
yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan
penelitian. Desain penelitian juga merupakan sebuah
strategi yang dipilih peneliti untuk mengintegrasikan
komponen penelitian dengan logis dan sistematis.
n. Tempat dan Waktu Penelitian
Bagian ini berisi tempat dilaksanakannya
penelitian serta jadwal-jadwal pelaksanaan penelitian
mulai dari perencanaan hingga penyusunan laporan
penelitian.
o. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan totalitas semua nilai-nilai
yang mungkin daripada karakteristik tertentu sejumlah
objek yang ingin dipelajari/diteliti. Populasi adalah
jumlah keseluruhan dari suatu unit mengenai asal
informasi yang diinginkan (Bailey, 2007). Populasi
penelitian dapat berbeda-beda sesuai dengan masalah
yang diselidiki. Populasi atau target populasi adalah
kelompok tempat peneliti mengumpulkan informasi dan
kepada siapa kesimpulan tersebut akan digambarkan.

177
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

Sampel adalah bagian dari populasi yang


terpilih mewakili populasi tersebut. Untuk menentukan
ukuran sampel sebuah penelitian bisa dengan
menggunakan rumus statistik, sehingga sampel yang
diambil dapat memenuhi persyaratan tingkat
kepercayaan yang bisa diterima dan kemungkinan
sampling error masih dapat ditoleransi.
p. Teknik Pengumpulan Data
Penggunaan jenis teknik pengumpulan data
akan mempengaruhi tingkat kevalidan data yang
diperoleh. Pemilihan teknik pengumpulan data
sebaiknya ditentukan berdasarkan permasalahan
penelitian yang diteliti. Ada beberapa jenis teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
diantaranya:
1) Kuesioner 5) Lembar Observasi
2) Skala 6) Wawancara, dan
3) Tes 7) Dokumentasi
4) Angket
q. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah salah satu langkah kegiatan
penelitian yang menentukan ketepatan dan validan hasil
sebuah penelitian. Analisis data digunakan dalam rangka
untuk menjawab rumusan salah dan hipotesis yang
diajukan. Dalam menentukan teknik analisis data peneliti
sebaiknya mempertimbangkan jenis data dan
karakteristik setiap formula, karena masing-masing
teknik analisis data statistik memiliki keterbatasan.

178
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

Kegiatan menganalisis data merupakan aktivitas


memverifikasi, menggolongkan, memproses,
memanipulasi, mengurutkan, mempelajarai hasil
hubungan penelitian dengan penemuan dan
mengurutkan. Ada beberapa hal yang mempengaruhi
teknik analisis data diantaranya:
1) Masalah penelitian atau pertanyaan yang akan
dijawab melalui penelitian.
2) Jumlah variabel dan skala pengukuran
3) Jenis hipotesis
4) Besarnya sampel penelitian
5) Sampel yang berhubungan atau bebas
6) Bentuk hubungan
Berikut adalah tabel beberapa teknik
analisis data yang digunakan dalam mengolah data
penelitian kuantitatif (Yusuf, 2013):
Tabel 3
Tabel Teknik Analisis Data
Jenis Data Skala Teknik Analisis
Pengukuran Data
Parametrik Interva 1 Mode, Median, Mean,
Presentase, Frekuensi,
Ratio Standar Deviasi, t
test, F test, ANOVA,
Pearson Product
Moment, Multiples
Correlation, Partial
Correlation, Multiples
Regression, Factor
analysis, Analisis
Covarians, Path
Analysis
Non Nominal Mode, frekuensi,
179
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

Parametrik persentase,
McNemar, Chi
Squares, YulesQ,
Fisher‟s,
Descriminant
Ordinal 1 Analisis, Cohen‟s.
Light‟s Agreement,
Dummy variable
regression, Epsilon,
Lambda, Goodman,
and Krukal‟s tau-y

Chi-squares, lambda,
Modes Median,
Frekuensi, Persentase,
Spear man‟s Rho,
Mann Whitney,
Kruskal Wallis, Phi,
Yule‟s Q Gamma,
tau-a, tau-b, Somer‟s,
Wilcoxon, Uji Tanda,
Kolgogorov-Smirnov,
Friedman two way

2. Laporan Penelitian Kuantitatif


Tabel 4
Sistematika Laporan Penelitian Kuantitatif
Judul Laporan Penelitian
Nama Peneliti
Nama Lembaga Tempat Peneliti Bekerja
Kata Pengantar
Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Grafik
Abstrak
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
180
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
II. LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
B. Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Desain Penelitian
C. Tempat dan Waktu Penelitian
D. Populasi dan Sampel
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
V. PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran

a. Hasil dan Pembahasan


Hasil penelitian merupakan bagian pokok dari
laporan penelitian. Dalam menyajikan hasil penelitian
harus berpedoman pada tujuan penelitian. Dalam
menuliskan hasil penelitian dilarang untuk mengubah
atau menambahkan agar tujuan penelitian tercapai. Hal
ini sungguh tidak etis dalam sebuah penelitian. Untuk
menuliskan hasil penelitian yaitu dengan menyajikan
data menggunakan kalimat yang sederhana, sistematis,
tidak menimbuhkan ambigu dan mudah dipahami. Data

181
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

dapat disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dengan


judul atau keterangan yang lengkap dan jelas.
Penulisan pembahasan memerlukan kemahiran
khusus, harus banyak membaca, dan memahami data
penelitian yang diperoleh. Isi dari pembahasan bukan
pengulangan isi dari hasil penelitian melainkan benar-
benar mendiskusikan hasil penelitian yang ditemukan,
yang dilengkapi dengan landasan teori yang termuat
dalam bab kajian pustaka. Pembahasan harus
berdasarkan data hasil penelitian. Pembahasan yang
tidak sesuai dengan hasil penelitian akan mengurangi
nilai dari laporan penelitian. Seorang peneliti yang
mahir, dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menuliskan pembahasan dan mendiskusikan hasil
penelitiannya. Dalam menuliskan pembahasan harus
tetap berpegangan pada permasalahan, tujuan penelitian
dan hipotesis yang telah dirumuskan.
b. Kesimpulan dan Saran
Penulisan kesimpulan dibuat berdasarkan
argumentasi logis, benar, dan dihubungkan dengan
permasalahan yang dipecahkan, tujuan penelitian dan
hipotesis penelitian. Penarikan kesimpulan harus
dilakukan dari data yang lengkap dan sempurna sehingga
kesimpulan yang dibuat tepat dan benar.
Saran dituliskan dengan bertitik tolak pada hasil
penelitian yang ditemukan. Saran yang diberikan dapat
menyangkut perlunya dilakukan penelitian lanjutan yang
lebih luas serta mendalam yang belum dijangkau pada

182
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

penelitian ini. Selanjutnya saran juga menyangkut


pemanfaatan dari hasil penelitian.
c. Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi semua referensi yang
digunakan dalam menuliskan laporan penelitian. Daftar
pustaka penting untuk dicantumkan karena menjadi
landasan berpijaknya penelitian. Daftar pustaka yang
dituliskan harus yang benar benar digunakan dalam
penelitian.

E. Kesimpulan
Penelitian kuantitatif adalah metode yang digunakan
untuk menguji teori tertentu dengan cara meneliti hubungan
antar variabel. Variabel tersebut diukur menggunakan instrumen
penelitian, sehingga menghasilkan data yang dianalisis
menggunakan metode statistik sehingga memperoleh hasil yang
mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan variabel yang
bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat
dengan cara mengumpulkan data pada sampel penelitian. Data
tersebut selanjutnya dilakukan analisis statistik dan hasilnya akan
digeneralisasikan kepada populasi tempat sampel berada.
Beberapa karakteristik penelitian kuantitatif diantaranya:
1) rancangan penelitian kuantitatif selalu terstruktur, spesifik,
formal, dan memiliki rancangan operasional yang detail; 2) Data
yang dihasilkan merupakan data kuantitatif (dapat diukur) atau
dapat dikuantitatifkan; 3) Sifat dari penelitian kuantitatif adalah
momentum yang merupakan penggunaan selang waktu atau
waktu yang diperlukan untuk penelitian pendek; 4) Pada

183
Bab 9 Metode Penelitian Kualitatif

penelitian kuantitatif diperlukan sebuah hipotesis, untuk


memberikan arahan dan pencapaian tujuan penelitian; 5) Analisis
data penelitian kuantitatif menggunakan analisis statistik; 6)
Berorientasi kepada produk dibandingkan sebuah proses; 7)
Sampel yang digunakan penelitian kuantitatif bersifat random,
akurat, luas dan representative; 8) Proses analisis penelitian
kuantitatif dilakukan secara deduktif.
Ragam penelitian kuantitatif dibedakan menjadi dua
yaitu penelitian ekperimental dan non eksperimental. Penelitian
eksperimental terdiri dari Pre-experiment, quasi experiment, dan
true experiment. Penelitian non eksperimental terdiri dari
penelitian histori, deskripsi, perkembangan, kasus dan lapangan,
korelasi, kausal komparatif dan tindakan.

184
Bab 10 Metode Penelitian Kualitatif

BAB 10
METODE PENELITIAN KUALITATIF

A. Pengertian Penelitian Kualitatif


Pengertian penelitian kualitatif mengalami banyak
perkembangan ditinjau dari sudut pandang para pakar peneliti.
Pengertian ini dibangun bersama dengan keinginan manusia
untuk memahami sebuah kebenaran dari fenomena yang ada
dalam kehidupan ini. Pada bagian lain dari buku ini telah
dijelaskan bahwa salah satu upaya manusia memahami suatu
kebenaran adalah dengan cara mengukur. Proses pengukuran
dilakukan dengan membandingkan objek yang akan diukur
dengan suatu standar tertentu. Penggunaan angka atau proses
perhitungan sebagai sarana untuk melakukan proses
membandingkan disebut sebagai penelitian kuantitatif (Kirk &
Miller, 1986).
Upaya untuk memahami dan mendefinisikan kebenaran
yang terjadi di alam ini tidak semuanya dapat dilakukan dengan
proses membandingan dengan angka. Pendekatan yang dapat
dilakukan untuk menemukan kebenaran dalam kehidupan/alam
antara lain adalah dengan bertanya pada manusia yang telah
mengalami suatu peristiwa tertentu. Harapannya adalah dengan
mengungkapkan informasi yang ada pada manusia tersebut dapat
diperoleh kebenaran-kebenaran yang diperlukan. Penelitian
kualitatif adalah upaya menemukan kebenaran dengan cara
menggunakan metode riset seperti: wawancara mendalam, focus
group discussion, observasi, analisis konten, metode visual, dan
sejarah hidup (Hennink, et al., 2020). Penelitian kualitatif adalah
tentang membuat interpretasi atau memahami dengan
185
Bab 10 Metode Penelitian Kualitatif

menggunakan beragam metode dengan data empiris (Aspers &


Corte, 2019).
Penelitian kualitatif secara umum selalu terkait dengan
penelitian pada studi interaksi sosial yang terjadi pada
lingkungan yang plural. Konsep pluralisme dalam hal ini dapat
berupa budaya, jenis, lingkungan, hukum, dll. Peran manusia
yang terlibat mulai dari perilaku, kerangka memicu perilaku,
persepsi internal manusia dalam merespon diharapkan dapat
dijadikan sebagai suatu teori yang diharapkan mampu
menyelesaikan persoalan yang terjadi dalam suatu masyarakat
tertentu pada konteks tertentu pula. Fakta yang selalu menjadi
kajian dalam penelitian ini adalah kenyataan hidup dalam
masyarakat selalu memiliki multi dimensi yang kompleks.

B. Karakteristik Penelitian Kualitatif


Karakteristik penelitian kualitatif mendeskripsikan ciri-
ciri sebuah penelitian dikategorikan dalam jenis penelitian
kualitatif. Deskripsi ciri penelitian kualitatif mengalami
perkembangan dari temuan-temuan para pakar. Pendapat pakar
tersebut antara lain memberikan 10 ciri penelitian kuantitatif
(Bogdan & Biklen, 2007) (Lincoln & Guba, 1985). Ciri tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Latar alamiah.
Penelitian dilakukan dengan memperhatikan aspek
keutuhan konteks dan pada kondisi yang alamiah/natural.
Hal ini menuntut saat proses penelitian dilakukan dengan
memperhatikan perilaku objek yang diteliti secara utuh
beserta dengan konteksnya. Tindakan ini didasari pada suatu
asumsi bahwa cara mengamati suatu objek akan
mempengaruhi hasil pengamatan terhadap objek tersebut.

186
Bab 10 Metode Penelitian Kualitatif

Sebagai contoh bila penelitian dilaksanakan untuk


mengamati perilaku petani, maka proses penelitian
dilaksanakan dengan mengamati perilaku petani mulai dari
di rumah, saat bekerja di sawah, dan juga saat beraktivitas
dalam kehidupan sosial masyarakat. Konteks memberikan
dampak pada hasil amatan dan waktu yang diperlukan untuk
melakukan amatan.
2. Manusia sebagai bagian dari instrumen.
Proses pengambilan data selalu dilaksanakan dengan
melibatkan penelitian (manusia). Sehingga dalam
penyelenggaraan penelitian manusia menjadi entitas yang
penting, yaitu sebagai alat/instrument untuk melakukan
pengamatan dan pengumpulan data. Hal ini tidak terlepas
dari tujuan dari penelitian yaitu melakukan fenomena suatu
peristiwa, kejadian, atau kebijakan. Peran manusia sebagai
pengamat dapat memberikan penilaian secara langsung
apakah proses amatan yang sedang berlangsung sudah tepat
atau perlu perbaikan. Kondisi ini juga menjamin bahwa
proses pengambilan data mampu mendapatkan data yang
berkualtias.
3. Metode kualitatif.
Penelitian dilaksanakan dengan cara menggunakan
aktivitas pengamatan, melakukan wawancara, dan
penyelidikan dokumen terkait. Pemilihan aktivitas tersebut
ditetapkan karena memiliki fleksibilitas dalam merespon
kondisi dilapangan saat pengambilan data. Sebagai contoh
dengan melakukan wawancara pada responden, maka proses
wawancara langsung mendapatkan umpan balik. Bila
pertanyaan yang diberikan belum mendapatkan hasil yang

187
Bab 10 Metode Penelitian Kualitatif

diharapkan, maka peneliti dapat merubah pertanyaan atau


menambahkan pertanyaan tambahan. Proses wawancara
menjamin relasi antara peneliti dan responden berlangsung
dengan baik dalam mendapatkan data yang berkualitas,
4. Analisa data secara induktif.
Penelitian selalu disadarkan pada keinginan untuk
mengetahui fenomena yang terjadi, sehingga upaya tersebut
dapat dicapai dengan menggunakan pertanyaan yang bersifat
terbuka saat melakukan wawancara. Salah satu tujuan ini
adalah peneliti mampu melakukan pemeriksaan dan
memahami makna yang dipahami oleh responden.
Penggunaan logika induktif dalam penelitian untuk
membantu proses eksplorasi dalam rangka pendapatkan
temuan-temuan tertentu.
5. Teori dari dasar (Grounded Theory).
Penelitian berusaha mendapatkan suatu kebenaran
dengan menggunakan data yang diperoleh dari proses
observasi dan wawancara. Proses penyusunan suatu teori
dibangun dari data empiris yang diperoleh, jadi dibangun
dari bawah ke atas (grounded theory). Dalam konteks ini
peneliti tidak memiliki asumsi bahwa data yang diperoleh
telah memadai untuk menyusun suatu teori, melainkan perlu
kajian lebih lanjut.
6. Deskriptif.
Penelitian dilaksanakan dengan mengumpulkan data
berupa pernyataan, gambar, grafik, kata-kata, dan bukan
berupa angka. Hal ini digunakan untuk memahami fenomena
atau kejadian tertentu. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian dapat berupa video, rekaman wawancara, foto-

188
Bab 10 Metode Penelitian Kualitatif

foto, catatan-catatan, memo, atau dokumen resmi. Sehingga


data tersebut dirangkai berdasarkan relasi yang terjadi
menjadi suatu deskripsi yang mampu menjadi bagian dari
hasil penelitian.
7. Lebih mementingkan proses daripada hasil.
Penelitian dilaksanakan dengan berorientasi pada
proses terjadinya peristiwa yang diperoleh dari proses
pengumpulan data. Sehingga hasil observasi selalu
menunjukkan deskripsi proses yang nantinya adakan
dinyatakan sebagai hasil. Setiap proses yang teridentifikasi
dapat berpotensi menjadi hasil temuan.
8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus.
Suatu fenomena atau peristiwa memiliki konteks
sistem yang kompleks, sehingga penelitian perlu
dilaksanakan dengan penetapan batas penelitian berdasarkan
fokus. Penetapan batas pada penelitian mampu
meningkatkan kualitas hasil penelitian berdasarkan fokus
yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses identifikasi
interaksi dan relasi dalam suatu peristiwa dapat dilaksanakan
dengan baik, bila batasan yang diberikan tepat.
9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data.
Penelitian dilaksanakan dengan melakukan definisi
ulang dalam melakukan validitas, reliabilitas dan objektivitas
dalam kajian penelitian. Hal ini disebabkan karena penelitian
ini memiliki fleksibilitas relasi dalam pengambilan data.
Sehingga perlu adanya kriteria khusus yang ditetapkan
berdasarkan jenis penelitian dan konteks yang terlibat.

189
Bab 10 Metode Penelitian Kualitatif

10. Desain yang bersifat sementara.


Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain
penelitian yang telah dituliskan dalam dokumen rencana
penelitian. Bila dalam perkembangan selanjutnya ternyata
kompleksitas relasi dan fakta dari hasil observasi lebih
kompleks, maka desain penelitian dapat disesuaikan. Hal ini
mengakomodasi konsep fleksibilitas dan orientasi
mementingkan proses dalam mendapatkan hasil penelitian.
Faktor sistem nilai yang berbeda dalam konteks objek
penelitian, juga akan berdampak pada perubahan desain
penelitian dari rencana semula.
11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.
Hasil penelitian yang ditetapan sementara perlu
dirundingkan dengan pihak-pihak yang menjadi bagian
penting dari objek kajian penelitian. Pihak yang terlibat
dalam diskusi ini adalah antara pihak penelitian dengan
pihak-pihak yang terlibat sebagai sumber data/informasi. Hal
ini dilaksanakan dalam penelitian untuk menghindari bias
atau kesalahan mengambil suatu kesimpulan hasil. Sehingga
akurasi hasil penelitian dapat ditingkatkan menjadi lebih
baik.

C. Ragam penelitian kualitatif: interaktif dan non interaktif


Ragam penelitian dalam penelitian kualitatif ada dua,
yaitu interaktif dan non interaktif (Sukmadinata, 2011).
Penjelasan mengenai dua ragam tersebut adalah:
1. Ragam penelitian kualitatif interaktif.
Ragam ini merupakan studi mendalam yang
menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari orang

190
Bab 10 Metode Penelitian Kualitatif

dalam lingkungan alamiahnya. Enam macam metode dalam


raga mini meliputi:
a. Studi Etnografik, menggambarkan dan
menginterprestasikan, suatu kelompok sosial atau
sistem. Proses penelitian etnografik dilaksanakan
dilapangan dengan durasi waktu yang relatif lama.
Bentuk kegiatan berupa mengamati dan bertanya
secara natural dengan para responden, dalam beragam
kesempatan aktivitas, serta mengumpulkan data
dokumen terkait serta benda atau objek.
b. Studi Historis, melakukan penelitian peristiwa-
peristiwa yang telah terjadi. Studi ini menggunakan
pendekatan, metode dan matreri yang mirip dengan
studi etnografik. Hal yang berbeda pada fokus dan
sistematikanya. Ciri khas studi ini adalah perhatian
pada periode waktu aktivitas, peristiwa/kejadian,
nilai, perkembangan peristiwa, dievaluasi
berdasarkan preferensi waktu.
c. Studi Fenomologis, studi ini memiliki makna ganda,
sebagai filsafat ilmu dan sebagai metode menemukan
solusi. Studi fenomologis berupaya mencari makna
pengalaman dalam peristiwa kehidupan. Tujuannya
mencari makna dari kejadian yang mendasar dari
peristiwa dalam hidup. Penelitian dilaksanakan
dengan wawancara secara rinci dan mendalam
dengan peran aktif responden.
d. Studi Kasus, merupakan studi yang dilakukan
terhadap suatu kesatuan sistem. Studi ini diutamakan
untuk mendapatkan data, memperoleh makna,

191
Bab 10 Metode Penelitian Kualitatif

mendapatkan pemahaman dari sebuah kasus.


Kesimpulan hanya berlaku untuk kasus yang di teliti
saja. Teknik untuk mendapatkan data yang digunakan
berupa : wawancara, observsi, dan studi dokumenter.
Kegiatan tersebut ditujukan kearah mendapatkan
kesatuan kebenaran dan kesimpulan.
e. Studi Teori Dasar, studi ini diarahkan untuk
menemukan atau setidaknya menguatkan aspek suatu
teori. Studi dilaksanakan menggunakan teknik
pengumpulan data, observasi lapangan, riset
perbandingan antar kelompok, fenomena dan kondisi
dengan kajian induktif, proses deduktif, dan verifikasi
sampai akhir.
f. Studi Kritis, studi ini berkembang dari teori kritis dan
feminis, ras, serta pasca modern. Hal ini bertolak
pada asumsi pengetahuan bersifat subyektif. Studi ini
bukan bersifat deskrit walaupun mempunyai
implikasi metodologis. Model risetnya berbeda dalam
hal tujuan, kontribusi teori, cara mendapatkan data,
peran penelitian, dan laporan. Penelitian kritis
dilaksanakan dengan pendekatan studi kasus. Kajian
dilakukan secara mendalam dan tidak sama dengan
kajian eksperimantal atau bersifat umum maupun
perbandingan.

2. Ragam penelitian kualitatif non-interaktif.


Ragam penelitian ini sering disebut sebagai penelitian
analisis, yaitu melakukan kajian berdasarkan analisis
dokumen. Peneliti mengumpulkan, membuat
identifikasi,menganalisis dan membuat sintesis data dan

192
Bab 10 Metode Penelitian Kualitatif

selanjutnya memberikan interpretasi terhadap konsep, aspek


kebijakan, peristiwa langsung atau tidak langsung mampu
diamati. Penelitian ini tidak mengumpulkan data secara
interaktif melalui interaksi dengan narasumber atau manusia.
Terdapat tiga analisis, pertama: analisis konsep, kedua:
analisis historis, ketiga : analisis kebijakan.
a. Analisis Konsep, penelitian yang memfokuskan
kepada suatu konsep yang telah ada sebelumnya.
Tujuannya adalah agar konsep tersebut dapat
dimengerti, digambarkan, dijelaskan dan
implementasinya di lapangan. Fokus utama dari
analisis ini adalah untuk mengali lebih dalam makna
yang ada dalam suatu konsep.
b. Analisis Historis, penelitian yang secara khusus
berfokus pada dimensi waktu yang telah terjadi masa
lalu. Kegiatan dalam penelitian ini adalah membuat
rekonstruksi, melakukan analisis data aktivitas atau
kebijakan yang telah dilaksanakan dengan detail dan
mendalam. Proses pengumpulan data dilakukan
secara sistematis dan akurat agar dapat
mendeskripsikan, memaparkan, dan memahami
peristiwa terjadi dimasa lalu.
c. Analisis Kebijakan, penelitian yang melakukan
analisis berbagai dokumen yang berkait dengan
pelaksanan suatu kebijakan tertentu dimasa lalu.
Kajian dilakukan untuk mengidentifikasi kedudukan
relatif , kekuatan, arti/makna dan relasi antar
dokumen, kesesuainan dan pertentangan antar
dokumen. Penilaian dampak dilakukan berdasarkan

193
Bab 10 Metode Penelitian Kualitatif

dampak baik dan buruk dari adanya kebijakan. Fokus


penelitian ini diarahkan pada kebijakan yang telah
berlaku atau sedang berlaku saat ini. Detail kajian
meliputi formulasi dari kebijakan, objek sasaran
kebijakan, evaluasi pelaksanaan kebijakan di
lapangan, dan menilai efektivitas dan efisiensi
kebijakan dengan capaiannya.

D. Kerangka umum proposal dan laporan penelitian kualitatif


Sebuah penelitian yang baik memerlukan perencanaan
yang baik. Kegiatan merencanakan suatu penelitian dilaksanakan
dengan membuat proposal penelitian. Pertanyaan pertama yang
sering dihadapi peneliti adalah bagaimana membuat proposal
penelitian yang baik? Berikut adalah beberapa pertanyaan yang
dapat membantu peneliti untuk menyusun proposal penelitiannya
(Maxwell, 2013) (Creswell, 2016):
1. Identifikasi hal dibutuhkan pembaca untuk dapat
memahami topik lebih baik
2. Identifikasi hal perlu diketahui pembaca terkait topik.
3. Apa yang ingin Anda pelajari?
4. Apa pengaturannya, dan tentukan siapa yang akan
dilibatkan ?
5. Metode apa yang Anda rencanakan untuk digunakan
untuk mengumpulkan data?
6. Metode apa yang akan digunakan untuk menganalisis
data?
7. Metode apa yang akan digunakan untuk memvalidasi
hasil?
8. Masalah etika apa yang akan disajikan oleh studi Anda?

194
Bab 10 Metode Penelitian Kualitatif

9. Temuan apa yang dapat menunjukkan kepraktisan dan


nilai studi yang diperoleh?

Berikut adalah contoh format proposal yang dapat


digunakan sebagai panduan penulisan proposal. Proposal berisi
informasi sebagai berikut (Creswell & Poth, 2018).

1. Pengantar
2. Pernyataan permasalahan.
3. Tujuan penelitian
4. Pertanyaan penelitian
5. Pembatasan dan keterbatasan
6. Prosedur
7. Asumsi Filosofis
8. Desain penelitian kualitatif ( mis studi etnografik, studi
fenomologis, dll)
9. Peran peneliti
10. Prosedur pengumpulan data
11. Prosedur analisis data
12. Strategi untuk memvalidasi temuan
13. Usulan struktur naratif penelitian
14. Masalah etika yang diantisipasi
15. Temuan percontohan awal (jika tersedia)
16. Dampak yang diharapkan dan signifikansi studi
17. Referensi
18. Lampiran bila diperlukan.

Penulisan Laporan Penelitian Kualitatif.


Penulisan laporan penelitian merupakan hal yang
penting dalam proses penelitian. Hal ini disebabkan karena
tahapan ini, hasil penelitian dapat disebarluaskan kepada pihak
195
Bab 10 Metode Penelitian Kualitatif

yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini. Format


penulisan laporan penelitian sangat dipengaruhi oleh organisasi
yang mendanai atau institusi dimana peneliti berkarya. Sehingga
pada bagian ini penulisan laporan penelitian dijelaskan dengan
menggunakan format umum penulisan laporan penelitian yang
banyak digunakan (Lune & Berg, 2018).

Secara umum laporan penelitian terbagi menjadi :


1. Bagian Awal.
Bagian ini berisi identitas peneliti dan institusi
terkait. Selain hal tersebut ada informasi terkait dengan
lembar persetujuan dan lembar pengesahan, abstrak, dan
daftar isi, tabel, dan gambar.

2. Bagian Inti.
Bagian ini berisi informasi terkait dengan apa yang
telah dilakukan dalam penelitian. Struktur penulisan dapat
dipisahkan menjadi beberapa bab sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan:
Bagian ini berisi informasi tentang pengantar, pernyataan
permasalahan, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian
dan pembatasan dan keterbatasan yang telah dilaksanakan
dalam penelitian. Informasi ini sebenarnya telah tertulis
dalam dokumen proposal penelitian.
Bab II, Kajian Pustaka:
Bagian ini berisi informasi tentang literatur yang
digunakan dalam mendukung pelaksanaan penelitian ini.
Literatur yang digunakan dapat berupa jurnal, buku teks,
atau informasi yang berkualitas dari internet.
Bab III, Metode Penelitian.

196
Bab 10 Metode Penelitian Kualitatif

Bagian ini berisi informasi tantang tahapan yang


dilaksanakan mulai dari proses pengambilan data hingga
mendapatkan hasil penelitian. Jenis tahapan yang
digunakan sangat ditentukan oleh jenis penelitian
kualitatif yang telah direncanakan dalam proposal
penelitian.
Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bagian ini berisi informasi terkait dengan
penjelasan/pemaparan data dan temuan penelitian yang
dibahas sehingga tujuan penelitian dapat dicapai dengan
baik.
Bab V, Penutup
Bagian ini berisi kesimpulan dan saran terkait dengan
hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya.
3. Bagian Akhir
Bagian ini berisi informasi terkait dengan daftar
pustaka yang digunakan, lampiran-lampiran pendukung dan
identitas tim peneliti.

Proses penulisan laporan penelitian perlu memperhatikan


pengampu kepentingan yang terlibat dalam penelitian
tersebut, sehingga teknik penulisan laporan juga
memperhatikan sudut pandang dari pengampu kepentingan
yang terlibat (Cassell, et al., 2018).

197
Daftar Pustaka

Daftra Pustaka

A.D Elisanti and ET Ardianto (2020) Dasar-Dasar Metodologi


Penelitian Kuantitatif Bidang Kesehatan. Polije Press.
Available at:
https://scholar.google.com/scholar?cluster=98918552868880
00812&hl=en&oi=scholar.
Amin.I., Aswin.A., Fajar.I., Isnaeni, Iwan.S., Pudjirahaju.A.,
Sunindya.R.. (2009). Statistika untuk Praktisi Kesehatan.
Yogyakarta. Graha Ilmu.
Anwar, R. (2012) Teori Sederhana Prosedur Pemilihan Uji
Hipotesis, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Bandung.
APA Format Citation Guide (2020). Available at:
https://www.mendeley.com/guides/apa-citation-guide
(Accessed: 20 February 2021).
Arifin, Z. (2012). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma
Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Ary, Donald, et al. (2004). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan,
terjemahan Arief Furchan (I). Yogyakarta: Pustaka Media.
Ary, D. et al. (2010) Introduction to Research in Education. 8th edn,
Measurement. 8th edn. Edited by C. Shortt. USA:
Wadsworth, Cengage Learning. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
Azwar, Saifuddin. (2017). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Bailey, C. (2007) A Guide to Qualitative Field Research. London:
Sage Publication.

198
Daftar Pustaka

Balnaves, M. and Caputi, P. (2001) Introduction to Quantitative


Research Methods: An Investigative Approach. New Delhi:
SAGE Publications Inc. Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0A.
Bhatti, J. A. et al. (2012) „Selecting A Research Topic‟, Journal of
the Pakistan Medical Association, 62(2), pp. 184–186. doi:
10.4324/9781315181158-6.
Borg, W.R & Gall, M. D. (2003) Educational research.4st edition.
New York: Longman.Inc.
Cedep (2015) „Unit One : Introduction to Research‟, Soas, pp. 1–41.
Available at: http://www.soas.ac.uk/cedep-
demos/000_P506_RM_3736-
Demo/module/pdfs/p506_unit_01.pdf.
Clements, J. et al. (2010) “Purdue OWL: Chicago Manual of Style
16th Edition.” Available at:
https://owl.english.purdue.edu/owl/resource/717/01/.
(Accessed: 21 February 2021).
Clough, P. and Nutbrown, C. (2012) A Student′ s Guide to
Methodology. Sage.
Cresswell, J. W. (2016) Research Design: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif dan Campuran. 4th edn. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Creswell, J., 2016. 30 Essential Skills for the Qualitative Researcher.
Los Angeles: Sage.
Creswell, J. & Poth, C., 2018. Research Design: Qualitative,
Quantitative, and Mixed Methods Approaches. London: Sage
Publications, Inc.
Creswell, J. W. (2019) Research Design (Pendekatan Metode
Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Dharminto. (2007). Metode Penelitian dan Penelitian Sampel. British
Journal of Educational Studies, 55(4), 468–469.
http://eprints.undip.ac.id/5613/1/METODE_PENELITIAN_-

199
Daftar Pustaka

_dharminto.pdf
Djunaedi, A. (2000) Perumusan Permasalahan.
Donsu, Jenita Doli Tine. (2016). Metodologi Penelitian
Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Dori, D. (2011) „Object-process methodology‟, in Encyclopedia of
Knowledge Management, Second Edition. IGI Global, pp.
1208–1220.
Fuller, C. (2020) What is academic research? - Developing Your
Research Project - University of Southampton. Available at:
https://www.futurelearn.com/courses/research-
project/21/steps/735941.
Gall, M. D., Gall, J. P. and Borg, W. R. (2003) Educational
Research: An Introduction. New York: Pearson Education.
doi: 10.2307/3121583.
Gulo W (2002) Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Gumelar Ardiansyah (2020) Pengertian Analisis Data, terraveu.com.
Available at:
Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Pratek
(Suryani (ed.)). Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdi, M., & Ismaryati, S. (2014). Filosofi Penelitian. Metodologi
Penelitian Administrasi, 1–38.
http://repository.ut.ac.id/4613/1/MAPU5103-M1.pdf
Handriani, Auliya, Nur Hikmatul, H. et al. (2020) Metode Penelitian
Kualitatif & Kuantitatif. pertama. Edited by H. Abadi.
Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group Yogyakarta.
Hardani (2020) Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Harvard Format Citation Guide (2020). Available at:
https://www.mendeley.com/guides/harvard-citation-guide#
(Accessed: 21 February 2021).
Hastono, S. P. (2016) „Analisa Data Bidang Kesehatan‟, pp. 1–212.
Hennink, M., Hutter, I. & Bailey, A., 2020. Qualitative Research

200
Daftar Pustaka

Methods. London: Sage Publications Ltd.


Hermawan, H. (2019). Metode Kuantitatif untuk Riset Bidang
Kepariwisataan. https://doi.org/10.31227/osf.io/fcnzh
Hillway, T. (1956). Introduction to Research. Boston: Houghton
Mifflin.
Husna, A. and Suryana, B. (2017) Metodologi Penelitian dan
Statistik. 1st edn. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Jonker, J. and Pennink, B. W. (2010) The Essence of Research
Methodology - Complete Book, Zhurnal Eksperimental‟noi i
Teoreticheskoi Fiziki. Available at:
http://scholar.google.com/scholar?hl=en&btnG=Search&q=i
ntitle:No+Title#0.
Juan-Pierre, B. (2010) Research Methodology: Research Topic, Title
and Problem.
Kerlinger, F. N. (1973). Founding Of Behavior Research, Holt.
Rinchart and Winston Inc. New York.
Kirk, J. & Miller, M. L., 1986. Reliability and Validity in Qualitative
Research. California: Sage.
Krippendorff, K. (2018) Content analysis: An introduction to its
methodology. Sage publications.
Lango, B. (2020) Procedure for Writing a Background Study for a
Research Paper with Practical Example. Nairobi, Kenya.
doi: 10.13140/RG.2.2.18093.92644.
Lincoln, Y. S. & Guba, E. G., 1985. Naturalistic inquiry. Newbury
Park CA: Sage Publications.
Lipson, C. (2006) Cite Right: A Quick Guide to Citation Styles-MLA,
APA, Chicago, the Science Professions, and More. London:
The University of Chicago Press, Ltd.
Lune , H. & Berg, B., 2018. Qualitative Research Methods for the
Social Sciences. Ninth Edition ed. London: Pearson.
Luse, A., Mennecke, B. and Townsend, A. (2012) „Selecting a
Research Topic: A Framework for Doctoral Students‟,

201
Daftar Pustaka

International Journal of Doctoral Studies, 7, pp. 143–152.


doi: 10.28945/1572.
Mahdiyah (2010) Materi II: Kuliah Metode Penelitian Kuantitatif
Bidang Kesmavet, Perumusan Masalah Penelitian.
Maxwell, J. A., 2013. Qualitative research design: An interactive
approach. 3rd ed. California: Sage.
Mey Hariyanti (2015) Analisis Data Kualitatif Miles dan Hubermen,
kompasiana.com. Available at:
https://www.kompasiana.com/meykurniawan/556c45005793
7332048b456c/analisis-data-kualitatif-miles-dan-hubermen.
Moleong, L. J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mudjiyanto, B. (2018). Tipe Penelitian Eksploratif Komunikasi.
Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 22(1), 65.
https://doi.org/10.31445/jskm.2018.220105
Muhajirin dan Maya Panorama (2017) Pendekatan Praktis Metode
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. 1st edn. Yogyakarta:
Idea Press Yogyakarta. Available at:
http://repository.radenfatah.ac.id/2109/1/buku metod untuk
uplod.pdf.
Myrnawati (2014) Metodologi Penelitian Untuk Pemula. Jakarta: FIP
Press.
Nasdian, F. T. et al. (2012) Menyusun Latar Belakang dan
Perumusan Masalah Penelitian. Available at:
kpm.ipb.ac.id/karyailmiah/index.php/publikasi.
Neuman, W. L. (2014) Social Research Methods; Qualitative and
Quantitative Approaches Seventh Edition, Pearson. Pearson
Education Limited. Available at:
http://arxiv.org/abs/1210.1833%0A.
Nizar. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nurdin, Ismail dan Hartati, S. (2019). Metodologi Penelitian Sosial.

202
Daftar Pustaka

Surabaya: Media Sahabat Cendekia.


Nyoman, L. S. (2010) Analisis Perancangan Penelitian. Available
at: http://repo.isi-dps.ac.id/id/eprint/473%0A.
Olawale, J. (2021) Background of the study in research: how to write
one. Available at: https://www.legit.ng/1174941-
background-study-research-write-2021.html.
Oshagbemi, T. (2017) „Chapter 4. Research Design and
Methodology‟, Leadership and Management in Universities,
(2003), pp. 67–95. doi: 10.1515/9783110853681-006.
Patel, M. and Patel, N. (2019) „Exploring Research Methodology :
Review Article‟, International Journal of Research and
Review, 6(3), pp. 48–55.
Priyono (2018) Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama
Publishing.
Rahmadi (2011) Pengantar Metodologi Penelitian, Antasari Press.
Banjarmasin: Antasari Press.
Rant, M. B. (2013) „Research methodology‟, Hidden Champions in
CEE and Turkey: Carving Out a Global Niche, 9783642405,
pp. 9–18. doi: 10.1007/978-3-642-40504-4_2.
Ridley, D. (2012) The Literature Review; A Step-by-Step Guide for
Students. 2nd Edition. Edited by K. Metzier and A. Horvai.
london: SAGE Publications Ltd. Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0A.
Rijali, A. (2019) „Analisis Data Kualitatif [Qualitative Data
Analysis]‟, Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah, 17(33), p. 81.
Sachdev, R. (2018) How to write the background of your study |
Editage Insights. Available at:
https://www.editage.com/insights/how-to-write-the-
background-of-your-study.
Samhis setiawan (2021) Pengertian Analisis Data – Tujuan,
Prosedur, Jenis, Kuantitatif, Kuantitatif, Para Ahli,
gurupendidikan.com. Available at:
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-analisis-data/.

203
Daftar Pustaka

Sandoval, C. (2013) Methodology of the Oppressed. U of Minnesota


Press.
Santiyasa, I. W. (2016) Pengujian Hipotesis. Bali: Jurusan Ilmu
Komputer FMIPA Universitas Udayana.
Sarwono, J. (2010) Pintar Menulis Karangan Ilmiah. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Setyawan, D. A. (2014) Hipotesis. Surakarta: Politeknik Kesehatan
Surakarta.
Silalahi, U. (2006). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press.
Silaswati, D. (2018) „Pentingnya Penentuan Topik dalam Penulisan
Karya Ilmiah pada Bidang Ilmu Akuntansi‟, Jurnal Ilmiah
Akuntansi, 9(April), pp. 81–88.
Singh, Y. K. (2006) Fundamental Research Methodology and
Statistics. New Delhi: New Age International Ltd.
Siyoto, S. and Sodik, M. A. (2015) Dasar Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: Literasi Media Publishing.
slideplayer.info (no date). Available at: http://slideplayer.info.
Sony Faisal Rinaldi dan Bagya Mujianto (2017) Metodologi
Penelitian Dan Statistik. Jakarta: PPSDMK Kementerian
Kesehatan RI.
Sudaryono (2019) Metodologi Penelitian (Kuantitatif Kualitatif dan
Mix Method). Depok: Rajawali Pers.
Sudikin, Basrowi, S. (2002) Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Surabaya: Insan Cendikia.
Sudjana, N. dan I. (1989). Peneltian Kualitatif dan Kuantitatif.
Bandung: Sinar Baru.
Sugiyono (2011) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
D. Bandung: PT Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono (2014) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono (2016) Metode Penelitian & Pengembangan (Research

204
Daftar Pustaka

and Development). Bandung: ALFABETA.


Sukardi (2012) Metode Penelitian Tindakan Kelas (Implementasi
dan Pengembangannya). Jakarta: Bumi Aksara.
Sukiyanto, & Maulidah, Tsalitsatul. (2019). Metodologi Penelitian
Pendidikan. Lamongan: CV. Pustaka Ilalang Group.
Sukmadinata, N., 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosadakarya.
Supomo, Bambang dan Indriantoro, N. (2002). Metodologi
Penelitian Bisnis (2nd ed.). Yogyakarta: BFEE UGM.
Supriyanto, A. Sani, dan Machfudz, M. (2010). Metodologi Riset
Manajemen Sumber Daya Manusia. Malang: UIN Maliki
Press.
Surahman, E., Satrio, A. and Sufyan, H. (2020) „Kajian Teori Dalam
Penelitian‟, Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 3(1), pp.
49–58. Available at:
http://journal2.um.ac.id/index.php/jktp/index.
Susanto, R. (2012) Kiat Menyusun Latar Belakang.
Susilana, R. (2015) „Modul 5 Landasan Teori dan Hipotesis‟, p. 31.
Available at: http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-
MODES/PENELITIAN_PENDIDIKAN/BBM_5.pdf.
Sutrisno, Hadi. (2004). Metodologi Research 2, Andi Offset:
Yogyakarta.
Tatag, Yuli E.S. (2010). Penelitian Pendidikan Matematika. Unesa
University Press.
Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Depdikbud. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Wikipedia (2020) Analisis data. Available at:
https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_data.
Yusuf, A. M. (2013) Metode Penelitian „Kuantitatif, Kualitatif, &
Penelitian Gabungan‟. Jakarta: Kencana.

205
Biodata Penulis

Biodata Penulis
Nurul Ilmiyah. Lahir di Sidoarjo pada
tanggal 12 Juli 1987. Penulis adalah
alumni Program Studi S1 Pendidikan
Matematika Universitas Negeri
Surabaya tahun 2010. Penulis
melanjutkan pendidikan ke jenjang S2
melalui Beasiswa Program Pasca
Sarjana Universitas Negeri Surabaya
pada Program Studi S2 Pendidikan
Matematika yang lulus pada tahun
2014. Sejak lulus kuliah S1, penulis
mengabdi di dunia pendidikan sebagai
guru di SMA Negeri 2 Sidoarjo dan
SMA Negeri 4 Bojonegoro. Saat ini penulis adalah Dosen Program
Studi Pendidikan Matematika Universitas Nahdlatul Ulama Sunan
Giri Bojonegoro sejak tahun 2016.

NOVI NUR LAILISNA adalah Dosen


Bahasa Inggris di STAI-Badrus Sholeh
Purwoasri, Kediri - Jawa Timur Indonesia.
Beralamat di Dsn, Plemahan Kec.
Plemahan Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Ia merupakan lulusan Studi Sarjana
Fakultas Pendidikan Bahasa Inggris
STAIN Kediri (2013); dan kemudian
mengambil Pengajaran Bahasa Inggris di
Universitas Islam Malang (2015). Saat ini
aktif di Forum Peneliti Perguruan Tinggi
Islam Kopertais IV Jawa Timur. Minat
penelitiannya meliputi Pengajaran Bahasa Inggris dan Studi Gender.
Pada tahun 2016, ia pernah menjadi salah satu Presenter TEFLIN
(Pengajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing di Indonesia)
tahun lalu di Surabaya. Di tahun 2019 juga pernah mengikuti AICIS
2019 yang diadakan di Jakarta. Terakhir, pada tahun 2020, ia
menyelesaikan MOOC melalui www.futurelearn.com dengan e-
certificate yang tersedia dari Course of Basic English 1 & II dari
206
Biodata Penulis

King‟s College London. No.HP: 08133030649, e-mail:


nophy18@gmail.com.

Ifa Seftia Rakhma Widiyanti, S.Pd., M.Pd. Lahir


16 September 1989 di Kabupaten Rembang Jawa
Tengah. Menempuh Pendidikan Sarjana Prodi
Pendidikan Fisika dan Magister Pendidikan IPA
di Universitas Negeri Semarang. Pengalaman
menulis buku antara lain: Konsep IPA untuk
Mahasiswa PGSD, Petunjuk Praktikum Berbasis
Literasi Sains untuk Mahasiswa PGSD, Petunjuk
Praktikum Berbasis Literasi Sains untuk Siswa Sekolah Dasar, Buku
Penilaian Berbasis Literasi Sains untuk Mahasiswa PGSD,
Pembelajaran IPA dalam Meningkatkan Literasi Sains dan
Keterampilan Abad 21 untuk Generasi Milenial. Penulis
mengabdikan diri di Universitas PGRI Ronggolawe (UNIROW)
Tuban
Dr. Seriwati Ginting, M.Pd, lahir di Medan 20
Agustus 1967, Magister Pasca Sarjana UPI
Bandung dan Program Doktoral Administrasi
Pendidikan Unpad Bandung. Dosen tetap FSRD
Universitas Kristen Maranatha

Sri Cacik, M.Pd. lahir di Tuban pada 28 Mei 1988


dan lebih dikenal dengan bu Cacik. Penulis
menempuh pendidikan S-1 jurusan pendidikan
fisika di Universitas Negeri Surabaya, kemudian di
universitas yang sama penulis melanjutkan
pendidikan S-2 pendidikan sains. Saat ini, penulis
mengabdikan diri sebagai dosen tetap di
pendidikan biologi Universitas PGRI Ronggolawe Tuban. Beberapa
buku dan petunjuk praktikum yang telah ditulis oleh penulis fokus
pada IPA. Selain itu penulis juga aktif menulis di antologi cerita anak
dan cerita pendek. Penulis dapat dihubungi melalui e-mail
sricacik.mpd@gmail.com dan channel YouTube sahabat cacik.

207
Biodata Penulis

Wahab Syakhirul Alim, M.Pd.Penulis


merupakan dosen IAIN Madura pada bidang
Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris pada Prodi
Tadris Bahasa Inggris (2013 sampai sekarang).
Lahir di Pamekasan 30 Desember 1985, anak
ketiga dari empat bersaudara Pasangan Bapak
Drs. KH.Ali Rahbini dan Dra. Nyai Hj. Siti
Hasunah Penulis menyelesaikan program
pendidikan terakhirnya di Universitas Islam Malang Program Studi
Pendidikan Bahasa Inggris tahun 2012. Penulis dapat dihubungi
melalui email: wahab-alhabsy@iainmadura.ac.id. Sinta ID: 6745562.
Orchid ID: 0000-0003-4286-1418 dan Google Scholar:
SjOq4mQAAAAJ

TSALITSATUL MAULIDAH. Lahir di Gresik,


29 September 1990. Riwayat pendidikannya S-1
dan S-2 nya ditempuh di Universitas Islam Darul
„Ulum Lamongan lulus tahun 2010 untuk S-1
dan lulus tahun 2017 untuk S-2. Pekerjaannya
saat ini adalah sebagai dosen tetap di Universitas
Billfath Lamongan.

Alinea Dwi Elisanti, S.KM.,M.Kes, lahir di


Tulungagung 11 Desember 1980, saat ini
berafiliasi di Politeknik Negeri Jember tepatnya
Prodi Prodi Gizi Klinik, Jurusan Kesehatan. S1
dan S2 ditempuh di Universitas Airlangga
Surabaya, Lulus dari Program Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Minat Biostatistika dan
Kependudukan tahun 2013 melalui Beasiswa Program Pasca Sarjana
(BPPS). Saat ini sedang mengembangkan diri untuk belajar menulis.
Buku ini adalah buku ke 6 yang penulis selesaikan selama kurun
waktu 2 tahun. Tercatat 6 Hak Cipta yang dimiliki oleh penulis.
Semoga buku ini bisa menjadi rujukan dalam memahami metode
penelitian untuk dosen dan mahasiswa. (Alinea Dwi E,
085645046051)

208
Biodata Penulis

Naili Sa‟ida dilahirkan di Blitar, 09 April 1992.


Pendidikan Sarjana ditempuhnya di Universitas
Negeri Surabaya tahun 2010-2014. Pada tahun
2014 melanjutkan pendidikan Magister di
Universitas Negeri Jakarta dan mendapatkan
gelar Magister Pendidikan pada tahun 2016.
Sejak tahun 2016 hingga sekarang menjadi
dosen tetap Program Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Mata kuliah yang pernah diampu diantaranya: Metodologi Penelitian,
Konsep Dasar PAUD, Motorik AUD, Pengembangan Bahan Ajar,
Strategi Pembelajaran, Asesmen AUD, Pengembangan Kognitif, dan
Pengembangan Profesi Guru. Disela-sela kesibukan sebagai dosen
dan penulis, ia juga menjadi asesor BAN PAUD PNF sejak tahun
2018 sampai sekarang. Disamping itu, ia juga sebagai narasumber
diberbagai acara pelatihan guru, dan forum seminar.

Penulis bernama Parama Kartika Dewa,


menyelesaikan pendidikan S1 di program studi
Teknik Industri Universitas Atma Jaya
Yogyakarta pada tahun 1997. Setelah lulus
berkarya sebagai dosen di Program Studi
Teknik Industri Universitas Atma Jaya
Yogyakarta. Berbekal beasiswa dari Yayasan
Slamet Riyadi, Parama Kartika Dewa
melanjutkan studi ke janjang master di program
studi Teknik Industri di Institut Teknologi Bandung (ITB), setelah itu
melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya yaitu pada program
doktor di program studi Teknik Industri di Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Bidang kajian yang ditekuni
adalah desain produk dan peningkatan kinerja rantai pasok (supply
chain management). Bila tertarik untuk melakukan kolaborasi riset
terkait dengan bidang pengeloaan rantai pasok dan ergonomi, penulis
dapat dihubungi pada e-mail : paramakartikadewa@gmail.com

209
Biodata Penulis

210

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai