Sri Haryanto 1)
………………………………………………………………………………………………………
1)
Kaprodi Pendidikan Guru Raudhotul Atfal UNSIQ Jawa Tengah,
Mahasiswa Program Doktor Psikologi Pendidikan Islam Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
………………………………………………………………………………………………………
ABSTRAK
Kajian tentang manusia telah banyak dilakukan para ahli yang selanjutnya dikaitkan dengan
berbagai kegiatan, seperti politik, ekonomi, social, budaya, pendidikan, agama dan lain
sebagainya. Hal tersebut dilakukan karena manusia selain sebagai subjek (pelaku), juga sebagai
objek (sasaran) dari berbagai kegiatan tersebut, dari pemikiran ini selanjutnya memunculkan
banyak sebutan atau predikat untuk manusia yang dikemukakan para ahli filsafat, misalnya; homo
sapiens, (makhluk yang mempunyai budi pekerti/berakal), animal rational atau hayawan nathiq
(binatang yang dapat berpikir), homo laquen, (makhluk yang pandai menciptakan bahasa), homo
faber (makhluk yang pandai membuat perkakas), zoon politicoi, (makhluk yang pandai bekerja
sama), homo economicus, (makkhluk yang tunduk kepada prinsip-prinsip ekonomi), homo
religious, (makhluk yang beragama), homo planemanet, (makhluk ruhaniah-spiritual), homo
educandum, (makhluk yang dapat dididik/ educable), homo faber (makhluk yang selalu membuat
bentuk-bentuk baru).
Dalam konsepsi Islam manusia merupakan satu hakekat yang mempunyai dua dimensi, yaitu
dimensi material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal dan sebagainya). Unsur jasad
akan hancur dengan kematian, sedangkan unsur jiwa akan tetap dan bangkit kembali pada hari
kiamat. (QS. Yasin, 36: 78-79). Manusia adalah makhluk yang mulia, bahkan lebih mulia dari
malaikat (QS. al-Hijr, 15: 29). Bahkan manusia adalah satu-satunya mahluk yang mendapat
perhatian besar dari Al-Qur‟an, terbukti dengan begitu banyaknya ayat al-Qur‟an yang
membicarakan hal ikhwal manusia dalam berbagai aspek-nya, termasuk pula dengan nama-nama
yang diberikan al-Qur‟an untuk menyebut manusia, setidaknya terdapat lima kata yang sering
digunakan Al-Qur‟an untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu insan atau ins atau al-nas atau
unas, dan kata basyar serta kata bani adam atau durriyat adam.
Berbicara dan berdiskusi tentang manusia memang menarik dan tidak pernah tuntas. Pembicaraan
mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang tidak pernah selesai. Selalu ada
saja pertanyaan mengenai manusia. Para ahli telah mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu
kala, namun sampai saat ini pun belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang
sebenarnya.
~~~ ( 63 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
Meskipun bersinonim, namun kata-kata mempunyai akal fikiran dan nafsu yang
tersebut memiliki perbedaan dalam hal diberikan Tuhan untuk berfikir, mecari
makna spesifiknya. Kata nâs misalnya kebenaran, mencari Ilmu Pengetahuan,
lebih merujuk pada makna manusia membedakan mana yang baik atau buruk,
sebagai makhluk sosial. Sedangkan kata dan hal lainya.
basyar lebih menunjuk pada makna Kajian tentang manusia telah banyak
manusia sebagai makhluk biologis.2 dilakukan para ahli yang selanjutnya
Menurut Al-Arabi manusia adalah dikaitkan dengan berbagai kegiatan,
mikrokosmos, manusia adalah alam sahir seperti politik, ekonomi, social, budaya,
dan alam semesta adalah insan kabir. pendidikan, agama dan lain sebagainya.
Jika pada makrokosmos terdapat tiga Hal tersebut dilakukan karena manusia
tingkatan alam. Rohani, hayali dan selain sebagai subjek (pelaku), juga
jasmani, maka pada manusia ketiga alam sebagai objek (sasaran) dari berbagai
ini diwakili oleh roh, nafs dan jism kegiatan tersebut, dari pemikiran ini
(tubuh).3 Tingkatan alam ini menunjukan selanjutnya memunculkan banyak
sejauh mana ia menyerap cahaya Tuhan. sebutan atau predikat untuk manusia
Menurut Abu A‟la Maududi dalam “The yang dikemukakan para ahli filsafat,
Meaning of the Quran” bahwa pokok misalnya; homo sapiens, (makhluk yang
pembicaraan Al-Quran adalah manusia. mempunyai budi pekerti/berakal),
Karangan lain “The Basic Principles of animal rational atau hayawan nathiq
Understanding Al-Quran”, sebuah karya (binatang yang dapat berpikir), homo
Ulama dan pemikir Islam Pakistan laquen, (makhluk yang pandai
menyatakan juga bahwa tema sentral menciptakan bahasa), homo faber
pembicaraan Al-Quran adalah manusia (makhluk yang pandai membuat
sendiri.4 Keterangan ini menunjukkan perkakas), zoon politicoi, (makhluk yang
ayat-ayat Al-Quran lebih banyak pandai bekerja sama), homo economicus,
menyinggung manusia mengingat peran (makkhluk yang tunduk kepada prinsip-
penting mereka sebagai khalifah dimuka prinsip ekonomi), homo religious,
bumi. (makhluk yang beragama), homo
Manusia adalah satu kata yang sangat planemanet, (makhluk ruhaniah-
bermakna dalam, dimana manusia adalah spiritual), homo educandum, (makhluk
makhluk yang paling sempurna, makhluk yang dapat dididik/ educable), homo
spesial yang berbeda dari makhluk, faber (makhluk yang selalu membuat
makhluk yang bersifat nyata dan bentuk-bentuk baru).
Quraish Syihab dalam Wawasan Al-
2
Abdullah bin Nuh, Kamus Indonesia Qur‟an mengungkapkan pendapat Alexis
Arab, Jakarta: Mutiara, 2008, hal 135 Carrel tentang kesukaran yang dihadapi
3
Jalaludin Rahmat., Insan Kamil: untuk mengetahui hakikat manusia
Manusia Seimbang, Sebuah Pengantar
(Jakarta : Lentera,1993), hal: 11 bahwa:
4
M. Dawam Rahardjo, Bumi, Manusia “Sebenarnya manusia telah
dalam Al-Quran dalam Insan Kamil: mencurahkan perhatian dan usaha yang
Konsepsi Manusia Menurut Islam, (Jakarta : sangat besar untuk mengetahui dirinya,
Pustaka Grafitipers, 1987), Cet. II, hal 211
~~~ ( 69 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
~~~ ( 70 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
atas huruf alif, nun, dan sin, seperti kata disebabkan karena perbedaan analisa
insan, ins, naas, dan unaas. Kedua, linguistik kata al-insan itu sendiri.
menggunakan kata basyar. Ketiga, Secara Etimologi kata al-Insan
menggunakan kata Bani Adam dan berakar kata dari huruf hamzah ()ء, nun
dzurriyat Adam.7 Dapat dipahami ()ن, dan sin ()س, Menurut beberapa
setidaknya terdapat tiga kata yang sering ulama memiliki kata turunan (derifasi)
digunakan Al-Qur‟an untuk merujuk ins ()إنس, unas ()أناس, anasiyy ()أناسي,
kepada arti manusia, yaitu insan atau ins insiyy ()إنسي, dan Al-nas ()الناس.10 Insan
atau al-nas atau unas, dan kata basyar dapat diartikan harmonis, lemah lembut,
serta kata bani adam atau durriyat tampak atau pelupa.11 Dalam hal ini
adam.8 Musa Asy‟arie meyebutkan bahwa kata
insan berasal dari tiga kata anasa yang
1. Term Insan ()إنسان berarti melihat, meminta izin, dan
Penamaan manusia dengan kata al-
mengetahui; nasiya yang berarti lupa;
insan dinyatakan dalam al-Qur‟an
dan al-uns yang berarti jinak.12 Namun
sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43
menurut M. Quraish Shihab, makna
surat. Namun beberapa ulama tafsir
jinak, harmonis, dan tampak lebih tepat
berbeda pendapat berapa sebenarnya
daripada pendapat yang mengatakan
jumlah kata اإلنسانyang disebutkan
bahwa kata insan terambil dari kata
didalam Al-Qur‟an. Muhammad Fu‟ad
nasiya (lupa) dan kata naasa-yanuusu
Abdul Baqi berpendapat bahwasannya
(berguncang).13
kata اإلنسانdisebutkan sebanyak 65 kali
Kata insan digunakan al-Qur‟an
dan tersebar dalam 43 surat.9 Hal ini
untuk menunjukkan kepada manusia
dengan seluruh totalitas, jiwa dan raga.14
7
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-
Qur‟an: Tafsir Tematik atas Pelbagai 120 dikutip pada laman
Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 2007), https://www.hakamabbas.blogspot pada
hal. 367. tanggal 12 Desember 2016
8 10
Menurut Dawam Raharjo, Istilah Quraish Shihab, Membumikan al-
manusia yang diungkapkan dalam al -Qur‟an Qur'an, (Bandung: Mizan, 1994), hal. 223
11
seperti basyar, insan, unas, insiy, „imru, rajul Pendapat ini jika ditinjau dari sudut
atau yang mengandung pengertian pandang Al-Qur‟an lebih tepat dari pada yang
perempuan seperti imra‟ah, nisa‟ atau niswah berpendapat bahwa ia terambil dari kata
atau dalam ciri personalitas, seperti al-atqa, nasiya (lupa), atau nasa-yanusu (berguncang)
al-abrar, atau ulul-albab, juga sebagai bagian dan ada juga dari akar kata Naus yang
kelompok sosial seperti al-asyqa, dzul-qurba, mengandung arti “pergerakan atau
al-dhu‟afa atau al-musta«‟af-n yang dinamisme, lihat dalam Quraish Shihab,
semuanya mengandung petunjuk sebagai Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i Atas
manusia dalam hakekatnya dan manusia Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan
dalam bentuk kongkrit. Lihat Dawam Media Utama, 2001), hal. 280
12
Raharjo, Pandangan al-Qur‟an Tentang Musa Asy‟arie, Manusia Pembentuk
Manusia Dalam Pendidikan Dan Perspektif Kebudayaan dalam Al-Qur‟an (Yogyakarta:
al-Qur‟an ( Yogyakarta : LPPI, 1999), hal. LESFI, 1992), hal. 19.
13
18. M. Quraish Shihab, Wawasan Al-
9
Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al- Qur‟an, hal. 369.
14
Mu‟jam al-Mufahras li alfadz al-Qur‟an al- Kata al-Insan digunakan al-Qur‟an
Karim, (Beirut: Darul Fikri , 1992), hlm. 119- untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai
~~~ ( 71 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
Dari kedua aspek tersebut dengan dua makna: Pertama, makna proses
berbagai potensi yang dimilikinya biologis, yaitu berasal dari saripati tanah
mengantarkan manusia sebagai makhluk melalui makanan yang dimakan manusia
Allah yang unik dan istimewa, sempurna sampai pada proses pembuahan. Kedua,
dan memiliki diferensiasi individual makna proses psikologis (pendekatan
antara satu dengan yang lain, dan sebagai spiritual), yaitu proses ditiupkan ruh-Nya
makhluk dinamis, sehingga mampu pada diri manusia, berikut berbagai
menyandang predikat khalifah Allah potensi yang dianugerahkan Allah SWT.,
dimuka bumi. kepada manusia.
Perpaduan antara aspek fisik dan Makna pertama mengisyaratkan
psikis telah membantu manusia untuk bahwa manusia pada dasarnya
mengekspresikan dimensi al-insan dan merupakan mahluk dinamis yang
al-bayan, yaitu sebagai makhluk berproses dan tidak lepas dari pengaruh
berbudaya yang mampu berbicara, alam serta kebutuhan yang menyangkut
mengetahui baik dan buruk.15 Dengan dengannya. Keduanya saling
kemampuan ini, manusia akan mampu mempengaruhi antara satu dengan yang
mengemban amanah Allah SWT., di lain. Sedangkan makna kedua
muka bumi secara utuh, yakni akan dapat mengisyaratkan bahwa, ketika manusia
membentuk dan mengembangkan diri tidak bisa melepaskan diri dari kebutuhan
dan komunitasnya sesuai dengan nilai- materi dan berupaya untuk
nilai insaniah yang memiliki nuansa memenuhinya, manusia juga dituntut
Ilahiah dan hanif. Integritas ini akan untuk sadar dan tidak melupakan tujuan
tergambar pada nilai-nilai iman dan akhirnya, yaitu kebutuhan immateri
bentuk amaliahnya. (QS. al-Tin (95): 6). (spiritual). Untuk itu manusia
Kata al-insan juga digunakan al- diperintahkan untuk senantiasa
Qur‟an untuk menunjukkan proses mengarahkan seluruh aspek amaliahnya
kejadian manusia sesudah adam. pada realitas ketundukan pada Allah,
Kejadiannya mengalami proses yang tanpa batas, tanpa cacat, dan tanpa akhir.
bertahap secara dinamis dan sempurna di Sikap yang demikian akan mendorong
dalam rahim. (QS. al-Nahl (16): 78; QS. dan menjadikannya untuk cenderung
al-Mukmin-n (23): 12-14. Penggunaan berbuat kebaikan dan ketundukan pada
kata al-insan dalam ayat ini mengandung ajaran Tuhannya.16
Menurut Aisyah Bintu Syati, bahwa
makhluk jasmani dan rohani. Harmonisasi term al-insan yang terdapat dalam al-
kedua aspek tersebut dengan berbagai potensi
yang dimilikinya, mengantarkan manusia Qur‟an menunjukkan kepada ketinggian
sebagai makhluk Allah yang unik dan derajat manusia yang membuatnya layak
istimewa sempurna, dan memiliki diferensiasi menjadi khalifah di bumi dan mampu
individual antara satu dengan yang lain, dan memikul beban berat dan aktif (tugas
sebagai makhluk dinamis, sehingga mampu
menyandang predikat khal³fah Allah di muka keagamaan) dan amanah kehidupan.
bumi.
15
Muhammad bin Ali al-Syaukani, Fath
16
al-Qadir, (Kairo: Mushtafa al-Babiy al- M. Quraish Shihab, Membumikan al-
Halabiy. 1964), hal. 465. Qur‟an (Bandung : Mizan, 1994), hal. 69-70.
~~~ ( 72 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
~~~ ( 73 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
~~~ ( 74 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
~~~ ( 75 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
Bila basyar bermakna makhluk yang kata al-jinn ()الجن. Kedua jenis kata ini
sekedar ada (being), maka insan ( )اإلنس والجنtentu sangat bertolak
berbeda. Insan adalah makhluk yang belakang bahwa yang yang pertama
menjadi (becoming). Ia terus-menerus bersifat nyata (kasat mata), sedangkan
maju menuju ke kesempurnaan. Karakter yang kedua bersifat tersembunyi. Ada
“menjadi” ini membedakan manusia sebanyak 17 kali Allah menyebutkan kata
dengan fenomena lain di alam. Dalam al-ins yang disandingkan dengan al-jinn
konteks ini Shari‟ati memberi contoh: atau jan. Dalam pemakaiannya, kata ins
“semut dan serangga lainnya tidak dalam Al-Quran mengarah kepada jenis
pernah dapat melampaui keadaannya; ia dan menunjukkan manusia sebagai
menggali lubang dengan cara yang sama nomina kolektif. Secara keseluruhan,
sebagaimana ia melakukanya 15 juta penyebutan al-Ins dalam Al-Quran
tahun yang lampau. Tidak usah sebanyak 22 kali.27 Pendapat lain
memandang di mana, kapan dan menyebutkan, sisi kemanusiaan pada
bagaimana, semut selalu dalam keadaan manusia yang disebut dalam al-Qur‟an
yang sama, pasti dan tidak dapat dengan kata al-Ins dalam arti “tidak liar”
berubah-rubah.25. atau “tidak biadab” merupakan
Dari pemaknaan kata Al-Insan, kesimpulan yang jelas bahwa manusia
terlihat sesungguhnya manusia yang nampak itu merupakan kebalikan
merupakan makhluk yang memiliki sifat- dari jin yang bersifat metafisik dan
sifat manusiawi yang bernilai positif dan identik dengan liar atau bebas.28
negatif. Agar manusia bisa selamat dan Dalam konteks ini, Muhammad Al-
mampu memfungsikan tugas dan Baqi dalam Jalaluddin (memaparkan al-
kedudukannya dimuka bumi dengan baik Isn adalah homonim dari al-Jins dan al-
maka manusia harus senantiasa Nufur. Al-Isfahani di dalam kitabnya
mengarahkan segala aktifitasnya sesuai menyebutkan kata al-Ins memiliki akar
dengan fitrahnya.26 kata yang sama dengan al-Insan. Meski
demikian, bagi al-Ashfahani al-Ins dan
2. Term Ins ()إنس al-Insan memberikan penekanan yang
Kata ins ( )إنسmerupakan salah satu sama sekali berbeda. Secara bahasa
turunan dari kata anasa ()أنس. Kata ini keduanya memang berasal dari alif nun
juga sering pula diperhadapkan dengan dan sin, tetapi jika di lihat pada
penggunaan katanya di dalam konteks
25 ayat-ayat maka al-Ins, oleh beliau
Ali Syari‟ati, Man and Islam, Hal. 64
26
Fitrah adalah semua bentuk potensi diartikan khilaful jinni (makhluk yang
yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada berbeda dari jin.29
manusia semenjak proses penciptaannya di Dalam Al-Qur‟an kadang-kadang
alam rahim guna kelangsungan hidupan-nya kata ins disebutkan mendahului kata jin
di atas dunia serta menjalankan tugas dan dan demikian pula sebaliknya. Namun
fungsinya sebagai makhluk terbaik yang
diciptakan oleh Allah SWT, dan mengemban
27
amanah sebagai Hamba sekaligus Khalifah Sahabuddin., (ed.). Ensiklopedi Al-
Allah dimuka bumi. Juga dapat dikatakan Quran : Kajian Kosakata, (Jakarta : Lentera
bahwa fitrah adalah potensi untuk menjadi Hati, 2007), Cet. I, Hal. 1040
28
baik dan sekaligus potensi untuk menjadi Aisyah Bintusy Syati, Manusia Dalam
buruk, potensi untuk menjadi muslim dan Perspektif AL-Qur‟an, (Jakarta: Pustaka
untuk menjadi musyrik. Potensi tersebut tidak Firdaus, 1955), Hal. 5
29
diubah. Maksudnya, potensi untuk menjadi Al Raghibal-Ashfahani, Mufradatal-
baik ataupun menjadi buruk tersebut tidak Alfazhal-Qur‟an,(Beirut: DarulIlmi, 1412 H),
akan diubah oleh Allah. hal. 94
~~~ ( 76 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
kata jinn lebih banyak mendahului kata dari kelalaian mereka berdua di dalam
ins. Tampaknya hal ini menunjukkan menunaikan tugas utamanya sebagai
urut-urutan keberadaan yang berawal dari hamba yang mendapatkan takliif yang
yang tidak terlihat ke yang tampak. Di harus ditunaikan (QS. al-A‟raaf: 38, 179;
samping itu, didahulukannya jinn dari ins QS. Fushshilat: 29; QS. al-Jinn: 5).
juga dapat didasarkan pada urut-urutan Ditinjau dari pemakaiannya yang
penciptaan sebagaimana yang disebutkan secara bersama-sama dengan
ditunjukkan dalam surat al-Hijr ayat 27, kata jinn, kata ins mengacu pada makna
dan juga dapat disimpulkan dari sebutan jinak, yang berarti dapat dilihat dan
khalifah dalam kisah Adam.30 ditangkap karena memang diperlihatkan,
Kata ins mendahului kata jin pada karena makna kata "jinn" secara bahasa
konteks pembicaraan tentang kesucian berarti samar, tertutup dan tidak dapat
bidadari (QS. al-Rahman: 39, 56 dan 74), ditangkap.31 Dari makna bahasa ini dapat
anggapan jin tentang makhluk manusia ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya
dan jin (QS. al-Jinn: 5), dan sikap makhluk Tuhan ada dua, yaitu bangsa
permusuhan manusia dan jin terhadap ins, bangsa makhluk Tuhan yang
setiap nabi (QS. al-An‟am: 112). Kata ins diperlihatkan sehingga terlihat, dan yang
disebutkan secara bersama-sama dengan tertutup sehingga tidak terlihat (oleh
kata jinn atau jânn, ini memiliki makna manusia), yaitu jinn.
bahwa keduanya dalam banyak hal Quraish Shihab mengatakan, dalam
memiliki kesamaan. Di antara kesamaan kaitannya dengan jin, maka manusia
yang disebutkan dalam al-Qur'an adalah adalah makhluk yang kasab mata.
bahwa mereka sama-sama menjadi Sedangkan jin adalah makhluk halus
makhluk yang diciptakan Tuhan untuk yang tidak tampak. Sisi kemanusiaan
menyembah-Nya (QS. Al-Dzariyaat: 56), pada manusia yang disebut dalam al-
kepada masing-masing di antara Qur‟an dengan kata al-Ins dalam arti
keduanya sama-sama dikirimkan utusan- “tidak liar” atau “tidak biadab”,
utusan dari kalangan mereka sendiri (QS. merupakan kesimpulan yang jelas bahwa
al-An‟am: 13); sama-sama diberi potensi manusia yang insia itu merupakan
kemampuan untuk menembus melampaui kebalikan dari jin yang menurut dalil
batas dunia masing-masing ke dunia lain aslinya bersifat metafisik yang identik
yang lebih tinggi (QS. al-Rahman: 39); dengan liar atau bebas.32 Dari pendapat di
sama-sama ditantang untuk membuat atas dapat dikatakan bahwa dalam konsep
yang semisal dengan al-Qur'an (QS. al- al-ins manusia selalu di posisikan sebagai
'Isra': 88); sama-sama dimungkinkan lawan dari kata jin yang bebas, bersifat
untuk menjadi musuh bagi nabi (QS. al- halus dan tidak biadab. Jin adalah
An‟am: 112); sama-sama dimungkinkan makhluk bukan manusia yang hidup di
untuk berhubungan dan saling alam yang tak terinderakan. Sedangkan
mempengaruhi baik antar keduanya atau manusia jelas dan dapat menyesuaikan
antar masing-masing, secara negatip diri dengan realitas hidup dan lingkungan
terutama jin kepada manusia (QS. al- yang ada.
An‟am: 112, 128; QS. al-A‟raaf: 38; QS. Dengan demikian, jelaslah
al-Jinn: 6), dan sama-sama dimungkinkan bahwasanya makhluk Tuhan itu ada dua
mereka mendapatkan siksa sebagai akibat
31
Aisyah Bintu Syati. Manusia Dalam
30
Kata khalifah dalam sebuah riwayat Perspektif AL-Qur‟an. Jakarta: Pustaka
lebih tepat diartikan dengan makna Firdaus. 1999, hal. 313
32
"mukhallaf", maksudnya makhluk yang Aisyah Bintu Syati. Manusia ...., hal.
diciptakan belakangan 313
~~~ ( 77 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
jenis, yang terlihat dan tidak tampak, Konsep al-Nas ( )ناسpada umumnya
penyebutan dua jenis makhluk ini dalam dihubungkan dengan fungsi manusia
al-Qur'an lebih ditekankan pada aspek sebagai makhluk sosial,36 Dalam al-
adanya hubungan antara keduanya, Qur‟an kata al-Nas dipakai untuk
hubungan saling mempengaruhi satu menyatakan adanya sekelompok orang
sama lain dengan tekanan utamanya atau masyarakat yang mempunyai
bahwa jin sering dianggap sebagai yang berbagai kegiatan (aktivitas) untuk
dapat menyesatkan manusia, dan manusia mengembangkan kehidupannya.
sendiri menjadikan jin sebagai tempat Penyebutan manusia dengan kata Al-Nas
perlindungan, subyek yang dimintai tampak lebih menonjolkan bahwa
pertolongan (QS. al-Jinn: 6; QS. al- manusia merupakan makhluk sosial yang
A‟raaf : 38, dan QS. al- An‟am: 112). tidak dapat hidup tanpa bantuan dan
Maka dalam konsep al-ins, manusia bersama-sama manusia lainnya.37
selalu di posisikan sebagai lawan dari Tentunya sebagai makhluk sosial
kata jin yang bebas. Kata ini manusia harus mengutamakan
mengandung makna bersifat halus dan keharmonisan bermasyarakat. Manusia
tidak biadab. Adapun Jin adalah makhluk harus hidup ber-sosial artinya tidak boleh
bukan manusia yang hidup di alam yang sendiri-sendiri, karena manusia tidak bisa
tak terinderakan. hidup sendiri.
Jika kita kembali ke asal mula
3. Term Nas ()ناس terjadinya manusia yang bermula dari
Kata an-nas dalam al-Qur‟an pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan
disebutkan sebanyak 241 kali dan Hawa), dan berkembang menjadi
tersebar dalam 55 surat.33 Para ahli masyarakat, ini menunjukkan bahwa
bahasa berbeda pendapat dalam melihat manusia harus hidup bersaudara dan
akar dari kata an-Nas ini. Beberapa di tidak boleh saling menjatuhkan. Inilah
antara mereka, menyatakan bahwa al-nas sebenarnya fungsi manusia dalam konsep
berasal dari kata unas yang berasal dari an-Naas. Mengenai asal kejadian
kata anisa yang artinya jinak- keturunan umat manusia, dijelaskan
menjinakkan/ramah. Hilangnya hamzah dalam surat QS. an-Nisa‟ ayat 1, Allah
pada kata tersebut disebabkan karena SWT, berfirman:
masuknya alif lam. Berbeda dengan “Hai sekalian manusia, bertakwalah
pemaknaan tersebut, ahli bahasa lain kepada Tuhan-mu yang telah
berpendapat bahwa asal kata an-nas menciptakan kamu dari diri yang satu,
adalah nasiya artinya lupa.34 Yang lain dan daripadanya Allah menciptakan
mengakarkan pada kata nasa-yanusu isterinya; dan daripada keduanya Allah
artinya bergoncang. Sementara dzu memperkembang biakkan laki-laki dan
nawwas artinya yang memiliki perempuan yang banyak. Dan
keilmuan.35 bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu
33
Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al- saling meminta satu sama lain, dan
Mu‟jam al-Mufahras li alfadz al-Qur‟an al-
36
Karim, ... Op. Cit., hal. 895-899 Jalaluddin. Teologi Pendidikan,
34
Al Raghibal-Ashfahani, Mufradatal- (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),
Alfazhal-Qur‟an,(Beirut: DarulIlmi, 1412 H), Hal. 24
37
hal. 828 Dawam Raharjo, Pandangan al-
35
Sahabuddin., (ed.). Ensiklopedi Al- Qur‟an Tentang Manusia Dalam Pendidikan
Quran :KajianKosakata, (Jakarta : Dan Perspektif al-Qur‟an ( Yogyakarta :
LenteraHati, 2007), Cet. I, hal. 1040 LPPI, 1999) hal. 53
~~~ ( 78 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
~~~ ( 79 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
~~~ ( 80 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
melebihi satu sama lainnya. Oleh lain adalah masalah biologis. Pada ayat
karenanya, pada saat yang sama, para lain disebutkan juga manusia dengan kata
Rasul dan Nabi juga menekankan aspek basyar dalam konteks sebagai makhluk
ini ketika mereka menyebarkan biologis yaitu pada ayat yang
dakwahnya. Mereka adalah manusia menceritakan jawaban Maryam kepada
biasa sebagaimana manusia lainnya yang malaikat yang datang padanya membawa
terdiri dari berbagai organ tubuh yang pesan Tuhan bahwa ia akan dikaruniai
sama, hanya saja mereka adalah manusia seorang anak :
yang diberi wahyu, yang diutus oleh “Maryam berkata: Tuhanku, bagaimana
Tuhan untuk menyampaikan tauhid (QS. mungkin aku mempunyai anak padahal
Ibrahim:11; QS. al-Kahfi: 110; QS. aku tidak pernah disentuh
Fushshilat: 6 dan QS. al-Isra': 9). manusia (basyar) ” (QS.Ali Imran : 47)
Kata basyar dapat juga diartikan Maryam berkata demikian sebab dia
sebagai makhluk biologis, maksudnya tahu bahwa yang dapat menyentuh
memberi pengertian kepada sifat biologis (hubungan seksual) itu hanya manusia
manusia, seperti makan, minum, dalam arti makhluk biologis, dan anak
hubungan seksual dan lain-lain.47 adalah buah dari hubungan seksual antara
Sebagaimana ditegaskan dalam Qur‟an laki-laki dan perempuan. Nalar Maryam
Surat Yusuf ayat 31, Allah Berfirman: tidak menerima, bagaimana mungkin dia
Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) akan punya anak padahal dia tidak
mendengar cercaan mereka, pernah berhubungan dengan laki-laki.
diundangnyalah wanita-wanita itu dan Di samping itu, kata basyar juga
disediakannya bagi mereka tempat dipergunakan dalam kaitannya dengan
duduk, dan diberikannya kepada masing- penciptaan. Secara umum penciptaan
masing mereka sebuah pisau (untuk manusia sebagai basyar dikaitkan dengan
memotong jamuan), kemudian Dia elemen-elemen fisik yang kasar, selain
berkata (kepada Yusuf): "Keluarlah air, seperti debu, tanah kemudian tanah
(nampakkanlah dirimu) kepada mereka". liat yang kering dan keras (QS. al-Hijr:
Maka tatkala wanita-wanita itu 28, 33; QS. al-Ruum: 20; QS. al-Furqaan:
melihatnya, mereka kagum kepada 54 dan QS. Shaad: 71).Oleh karena yang
(keelokan rupa) nya, dan mereka melukai ditonjolkan pada kata basyar adalah pada
(jari) tangannya dan berkata: "Maha aspek ini, banyak ayat al-Qur'an yang
sempurna Allah, ini bukanlah manusia. berkaitan dengan kata basyar, dan ayat-
Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah ayat tersebut mengindikasikan bahwa
Malaikat yang mulia." manusia dalam pengertian basyar ini
Ayat ini menceritakan wanita-wanita tidak memiliki kualitas kemanusiaan
pembesar Mesir yang didukung Zulaikha yang menunjukkan kelebihan manusia
dalam sutau pertemuan yang takjub yang satu atas yang lainnya. Sebagai
ketika melihat ketampanan Yusuf as. basyar manusia hanyalah kumpulan dari
Konteks ayat ini tidak memandang yusuf organ-organ tubuh yang memiliki fungsi
as. Dari segi moralitas atau fisiologis semata dan memiliki kaitan
intelektualitasnya, melainkan pada dengan tindakan-tindakan yang
keperawakannya yang tampan dan memerlukan topangan organ-organ fisik.
berpenampilan mempesona yang tidak Penelitian terhadap manusia yang
disebut al-Qur‟an dengan menggunakan
47
Rif‟at Syauqi Nawawi, Konsep kata basyar menyebutkan, bahwa yang
Manusia Menurut al-Qur‟an dalam dimaksud manusia basyar adalah anak
Metodologi Psikologi Islami, Ed. Rendra turun Adam, makhluk fisik yang suka
(Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2000), hal. 5.
~~~ ( 81 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
makan dan berjalan ke pasar. Aspek fisik yang berhubungan dengan dengan
itulah yang membuat pengertian basyar Nabi dan kenabian, dan 12
mencakup anak turun Adam secara diantaranya menyatakan bahwa
keseluruhan.48 Dengan kata lain, kata seorang nabi adalah basyar, yaitu
basyar senantiasa mengacu pada manusia secara lahiriah mempunyai ciri yang
dari aspek lahiriahnya, mempunyai sama yaitu makan dan minum dari
bentuk tubuh yang sama, makan dan bahan yang sama. Antara lain
minum dari bahan yang sama yang ada di dinyatakan, bahwa para pemuka
dunia ini. Dan oleh pertambahan usianya, orang-orang yang kafir dan
kondisi fisiknya akan menurun, menjadi mendustakan akan menemui hari
tua, dan akhirnya ajalpun akhirat: Orang ini tidak lain hanyalah
menjemputnya.49 Manusia dalam konsep manusia seperti kamu/basyar
al-Basyr ini dapat berubah fisik, yaitu mitslukum Lihat Alquran Surat 23:
semakin tua fisiknya akan semakin lemah 33-34. Lihat juga 14: 10-11, 18: 110,
dan akhirnya meninggal dunia. Dan 21: 3, 23: 24, 26: 154 & 186, 36: 15,
dalam konsep al-Basyr ini juga dapat 41: 6 dan 11: 27. Basyar mitslukum
tergambar tentang bagaimana seharusnya di atas ditafsirkan oleh al-Naisaburi
peran manusia sebagai makhluk biologis. sebagai Adami atau anak keturunan
Bagaimana dia berupaya untuk Adam yang tidak punya kelebihan
memenuhi kebutuhannya secara benar apapun atas anak Adam (manusia)
sesuai tuntunan Penciptanya. Yakni lainnya. Namun ayat ini jelas
dalam memenuhi kebutuhan primer, hanyalah klaim orang-orang kafir.
sekunder dan tersier. 3) Menyatakan tentang kenabian
Lebih dalam Hasan Langgulung, Ayat yang menyatakan kata basyar
menjelaskan bahwa kata al-basyar dapat dipakai oleh Alquran dalam
diklasifikasikan menjadi 6 bagian yaitu: kaitannya dengan kenabian sebanyak
50
11 buah, antara lain: Tidak wajar
1) Menggambarkan dimensi fisik bagi seorang manusia (basyar) yang
manusia Allah berikan kepadanya al-Kitab,
Ada satu ayat yang menyebutkan hikmah dan kenabian, lalu ia berkata
basyar dalam pengertian kulit kepada manusia: “Hendaklah kamu
manusia, yaitu (Neraka Saqar) akan menjadi penyembah-penyembahku
membakar kulit manusia/lawwahah li bukan penyembah Allah” (Alquran
al-basyar (lihat Alquran Surat 74: 27- Surat 3: 79. Lihat juga 6: 91, 42: 51,
29) 74: 31, 12: 31, 17: 93-94, 23: 34, dan
2) Menyatakan Seorang Nabi adalah 54: 24). al-Thabathaba‟i (1972: 275)
menafsirkan, tidak patut bagi seorang
Basyar
manusia (dalam hal ini Nabi) yang
Ada 23 ayat yang menyatakan bahwa diberikan Tuhan karunia yang
kata basyar dipakai oleh Alquran berlimpah, lalu memproklamirkan
dirinya agar disembah, hanya karena
48
Aisyah Bintu Syati, Manusia...hal. 2 ia diberikan al-Kitab, hikmah dan
49
Abuddin Nata. 1997. Filsafat kenabian.
Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana 4) Menunjukkan Persentuhan Laki-laki
Ilmu.
50
Hasan Langgulung, Manusia Dan
dan Perempuan
Pendidikan, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1984., Ada 2 ayat yang menyebutkan kata
h. 107 basyar dalam kaitannya dengan per-
~~~ ( 82 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
~~~ ( 83 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
~~~ ( 84 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
57
2. b. Rekomendasi
Samsul Nizar, M.A., Filsafat Bagi para peneliti dan pengkaji
Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, al-qur‟an tentang manusia hendaknya
Teoritis dan Praktis, ... (2001: 52), mempertimbangkan segala aspek
58
Jalaluddin. Teologi Pendidikan,
meliptui, kontens materi yang dibahas
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),
Hal. 27 sempit luasnya pemahaman, sudut
~~~ ( 85 ) ~~~
SPEKTRA Jurnal Kajian Pendidikan Sains
pandang tentang manusia mengingat Ishak, Abu, dalam Musa Asy‟arie, Manusia
sangat luasnya materi. Sehingga perlu Pembentuk Kebudayaan dalam Al-
adanya tafsir tematik dalam mengkaji. Quran, Yogyakarta: Lembaga Studi
Filsafat Islam, 1992
Jalaluddin. Teologi Pendidikan, Jakarta: PT.
DAFTAR PUSTAKA Raja Grafindo Persada, 2003
Abdullah bin Nuh, Kamus Indonesia Jalaludin Rahmat., Insan Kamil: Manusia
Arab, Jakarta: Mutiara, 2008 Seimbang, Sebuah Pengantar (Jakarta
Abdurrahman An-Nahlawi, : Lentera,1993
Pendidikan Islam di Rumah, M Ali Usman, Manusia Menurut Islam,
Sekolah dan Masyarakat, Bandung: Mawar, 1970
Jakarta Gema Insani Press, M. Dawam Rahardjo, Bumi, Manusia dalam
1995 Al-Quran dalam Insan Kamil:
Abuddin Nata. 1997. Filsafat Konsepsi Manusia Menurut Islam,
Pendidikan Islam. Jakarta: Jakarta : Pustaka Grafitipers, 1987
Logos Wacana Ilmu. M. Quraish Shihab, et al., eds., Ensiklopedi
Aisyah Bintusy Syati, Manusia Dalam Al-Qur‟an: Kajian Kosa-Kata Jakarta:
Perspektif AL-Qur‟an, Jakarta: Lentera Hati, 2007
Pustaka Firdaus, 1955 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an,
Al Raghibal-Ashfahani, Mufradatal- Bandung : Mizan, 1994
Alfazhal-Qur‟an,Beirut: M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an:
DarulIlmi, 1412 H Tafsir Tematik atas Pelbagai
Ali Syari‟ati, Man and Islam, terj. M. Persoalan Umat Bandung: Mizan,
Amin Rais, Tugas 2007
Cendikiawan Muslim Jakarta: Muhammad bin Ali al-Syaukani, Fath al-
Raja Grafindo Persada, 2001 Qadir, Kairo: Mushtafa al-Babiy al-
al-Naisabury, Omar Muhammad al- Halabiy. 1964
Toumy, Falsafah Pendidikan Musa Asy‟arie, Manusia Pembentuk
Islam, Cet. I, Jakarta: Bulan Kebudayaan dalam Al-Qur‟an ,
Bintang, 1979 Yogyakarta: LESFI, 1992
Dawam Raharjo, Pandangan al-Qur‟an Mutahhari, Murtadha, Tanpa tahun, Al-Insan
Tentang Manusia Dalam wa 'l-Iman Teheran:Muassasah al-
Pendidikan Dan Perspektif al- Bi'tsah. Manusia dan Agama,
Qur‟an, Yogyakarta : LPPI, Bandung: Mizan. 1986
1999 Olaf Schuman, Pemikiran Keagamaan dalam
Dawam Raharjo, Pandangan al-Qur‟an Tantangan, Jakarta: Gramedia
Tentang Manusia Dalam Widiasarana, 1993
Pendidikan Dan Perspektif al- Rif‟at Syauqi Nawawi, Konsep Manusia
Qur‟an, Yogyakarta : LPPI, Menurut al-Qur‟an dalam Metodologi
1999 Psikologi Islami, Ed. Rendra,
Harun Nasution, Akal dan Wahyu Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2000
Dalam Islam, Jakarta: UI Press, Sahabuddin., (ed.). Ensiklopedi Al-
II, 1986 Quran : Kajian Kosakata,
Hasan Langgulung, Manusia Dan Jakarta : Lentera Hati, 2007
Pendidikan, Jakarta: Pustaka Samsul Nizar, M.A., Filsafat
al-Husna, 1984 Pendidikan Islam, Pendekatan
Ibnu Manzhur, Lisan al-„Arab, Juz Historis, Teoritis dan Praktis,
VII, Mesir : Dar al-Mishriyyah, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
1992 Usman A. Hakim, Kamus Bahasa
Ikah Rohilah, hakikat manusia dalam Indonesia, Jakarta:Balai
al-Qur‟an, pustaka 2001
(http://www.wordpress.com,
diakses pada 14 Oktober 2011
~~~ ( 86 ) ~~~