ISSN 2339-1545
136
Tokopedia dan 86,5% merupakan pebisnis baru satu atribut yang cukup menonjol dalam SAS
(Tokopedia.com, n.d.). merupakan kepatuhannya yang bersifat
Akan tetapi, meskipun perkembangan e- sukarela karena seluruh perhitungan pajak
commerce sangatlah pesat, pemerintah masih diserahkan kepada pembayar pajak. Hal ini
mengalami kesulitan untuk menarik kewajiban memberikan kesempatan bagi wajib pajak yang
pajak dari para pelaku bisnis digital. Hal ini tidak taat untuk membayar lebih rendah dari
dikarenakan kepatuhan wajib pajak pengusaha seharusnya dan bahkan tidak membayar pajak.
online masih rendah sehingga banyak dari Padahal kita juga tahu bahwa pajak
mereka yang membayarkan kewajiban memiliki peranan penting dalam
pajaknya lebih kecil dari yang seharusnya dan pembangunan negara kita Indonesia yang
bahkan ada juga yang sengaja mengambil tercinta. Pajak merupakan sumber penerimaan
kesempatan untuk tidak membayar pajak. Hal negara yang digunakan sebagai sumber untuk
ini dibuktikan dengan artikel dari mengatur kegiatan ekonomi dan untuk
antaranews.com (2014) yang melakukan memasukkan dana yang dapat digunakan
wawancara terhadap Asosiasi Pengusaha untuk kepentingan negara. Menurut
Indonesia (Apindo) yang menyatakan bahwa (kemenkeu.go.id, 2020) penerimaan perpajakan
mayoritas transaksi online yang terjadi tidak dalam RAPBN 2020 ditargetkan sebesar Rp
membayar pajak meskipun nilai transaksinya 1.856,7 triliun atau tumbuh 13.5%
rata-rata setahun mencapai kurang lebih 100 dibandingkan pekiraan realisasi RAPBN 2019.
triliun rupiah (Burhani & Febrianto, 2014). Porsi penerimaan perpajakan secara
Kemudian (Utomo, 2013) juga dalam keseluruhan pendapatan mencapai 83,3% dan
penelitiannya menjelaskan bahwa peningkatan merupakan porsi terbesar dari RAPBN.
transaksi e-commerce yang sangat pesat tidak Tentunya angka ini sangat penting dalam
berbanding lurus dengan realisasi penerimaan APBN negara kita untuk pembangunan
pajak di Indonesia, dimana pada tahun 2012 menjadi negara yang lebih baik.
penerimaan pajak masih berada di bawah Salah satu bisnis yang cukup menarik
target penerimaan yang telah dianggarkan. adalah usaha ‘jastip’ (jasa titip). Bisnis ini
Direktorat Jenderal Pajak Kementrian dilakukan dengan menyediakan jasa untuk
Keuangan juga menyampaikan bahwa pasar e- membeli barang atau jasa. Hal ini dibuktikan
commerce berkembang dengan sangat pesat di oleh penelitian yang berjudul The Phenomenon
Indonesia Namun baru segelintir pelaku e- of Personal Shopper among Women in Urban
commerce yang sudah mempunyai Nomor Cities of Indonesia (Bandung and Jakarta) yang
Pokok Wajib pajak (NPWP). Hal ini dibuktikan menyatakan bahwa menggunakan jasa titip di
dari data yang diperoleh DJP dari sampling kalangan Wanita perkotaan Bandung dan
1.600 pelaku e-commerce yang dicoba, hanya Jakarta telah menjadi kebutuhan umum yang
1.000 pelaku e-commerce yang sudah biasanya digunakan wanita karir, wanita
teridentifikasi dan 600 sisanya belum bisnis, bahkan ibu rumah tangga. Mereka
teridentifikasi. merasa terbantu dengan layanan tersebut
Apalagi Indonesia juga menggunakan self- untuk membeli peralatan rumah tangga,
assessment system (SAS) yang menurut produk fashion dan sebagainya (Lestari &
Undang-Undang No. 28 tahun 2007 (Undang- Wahyuni, 2016). Oleh karena telah menjadi
Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun kebutuhan dasar ini lah dapat kita simpulkan
2007, 2007) tentang ketentuan umum dan tata bahwa bisnis jastip ini cukup popular bagi
cara perpajakan merupakan sistem wanita yang tidak memiliki waktu untuk
pemungutan pajak yang membebankan semua berbelanja sendiri. Perkembangan yang cukup
penentuan besaran pajak yang perlu pesat ini juga yang membuat peneliti ingin
dibayarkan oleh wajib pajak yang melakukan penelitian terhadap persepsi dan
bersangkutan. (Saad, 2012) dalam ketaatan pajak dari pengusaha jastip online.
penelitiannya juga menyatakan bahwa salah
137
JRAP (Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan) Vol. 9, No. 01, Juni 2022, hal 136-145. ISSN 2339-1545
Sebelumnya ada beberapa penelitian yang pemahaman mereka tentang ketaatan dan
membahas perilaku ketidakpatuhan terhadap kepatuhan mereka terhadap perpajakan atas
pajak para pelaku usaha di New Zealand. bisnis mereka, juga untuk mengetahui
(Saad, 2012) dalama penelitiannya bagaimana sudut pandang mereka terhadap
mengundang 2.267 subjek pajak di New perpajakan dan aplikasinya dalam bisnis
Zealand yang akhirnya hanya 30 orang yang mereka.
menjadi partisipan. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan berbagai macam alasan atau 2. TELAAH TEORI DAN
motivasi yang mendasari ketidakpatuhan PENGEMBANGAN HIPOTESIS
terhadap pajak. Ada yang mengatakan bahwa Teori yang mendasari merupakan Theory of
dengan sengaja tidak membayar pajak yang Reasoned Action (TRA) yang dikemukakan
seharusnya mereka bayarkan dengan oleh Fishbein dan Ajzen (Fishbein et al., 1975)
mengungkapkan sebagian kecil saja dari yang yang merupakan teori yang digunakan untuk
mereka peroleh. Kemudian ada juga yang memahami perilaku individu. Teori ini
mengatakan bahwa banyak yang tidak patuh menjelaskan bahwa niat seseorang untuk
terhadap pajak karena keserakahan dan ingin melakukan sesuatu atau tidak melakukan suatu
menyimpan uangnya untuk diri sendiri. ada perilaku yang dipengaruhi oleh 2 penentu
juga yang mengatakan “kalau bisa utama yaitu:
menghindari pajak, untuk apa kita bayar pajak? a. Sikap, merupakan keyakinan individu akan
Bukannya tidak membayar sama sekali, tetapi hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas
tidak membayar sebanyak yang seharusnya” hasil tersebut
(Saad, 2012). b. Norma subjektif, merupakan kepercayaan-
Kamleitner (2012) juga melakukan kepercayaan mengenai harapan-harapan
penelitian berkaitan dengan kepatuhan pajak normatif yang muncul karena pengaruh
pemilik usaha kecil. Pengaruh psikologis orang lain dan motivasi untuk menyetujui
merupakan alasan terbesar setiap individu harapan tersebut.
dalam melakukan pengambilan keputusan Perilaku menurut teori ini akan dipengaruhi
dimana peluang ketidakpatuhan, pengetahuan, oleh niat dari individu, dan niat individu
dan keputusan adalah hal-hal yang tersebut terbentuk dari sikap dan norma
mendasarinya. Peluang muncuk karena subjektif. Salah satu variable yang
ketidak sengajaan dan ada juga yang disengaja mempengaruhi adalah sikap, dipengaruhi oleh
(Kamleitner et al., 2012). Kemudian ada juga tindakan yang sudah dilakukan pada masa
penelitian yang memperlihatkan bahwa tingakt lalu. Seperti persepsi mengenai hasil yang
pemahaman, kualitas pelayanan fiskus, diperoleh dari tindakannya, bagaimana
ketegasan sanksi seluruhnya berpengaruh pandangan mereka mengenai penggunaan
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam uang pajak yang mereka bayarkan. Persepsi
melaksanakan kewajiban perpajaknnya (Mareti yang baik akan memiliki keyakinan mengenai
& Dwimulyani, 2019). Viane (2017) juga hasil yang akan dirasakan setelah membayar
melakukan penelitian dan menghasilakn pajak, yaitu berupa kontribusi dalam
kesimpulan bahwa kepemilikan usaha secara pembangunan.
online yang tidak dapat dilihat secara fisik Perpajakan di Indonesia menurut UU No.
cenderung membuat orang merasa tidak perlu 28 Tahun 2007 (Undang-Undang Republik
membayar pajak dan menggunakan usaha Indonesia Nomor 28 Tahun 2007, 2007) tentang
online tersebut menjadi tameng untuk tidak ketentuan umum dan tata cara perpajakan
membayar pajak (Viana et al., 2018). menjelaskan ada 3 sistem pemungutan pajak di
Penelitian ini berbeda dari seluruh Indonesia yaitu:
penelitian yang berkaitan namun tetap saling a. Self-assessment system, yang merupakan
terkait. Peneliti melakukan penelitian terhadap sistem pemungutan pajak yang
bisnis jastip online agar dapat mengetahui membebankan penentuan besaran pajak
138
JRAP (Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan) Vol. 9, No. 01, Juni 2022, hal 136-145. ISSN 2339-1545
yang dibayarkan oleh wajib pajak yang perpajakan disebabkan oleh beberapa faktor,
bersangkutan. yaitu:
b. Official assessment system, merupakan a. Kurangnya pengetahuan pajak dapat
sistem pemungutan pajak yang membuat orang tidak patuh terhadap
membebankan wewenang untuk pajak.
menentukan besarnya pajak terutang pada b. Sikap masyarakan terhadap pemerintah
fiskus atau aparat perpajakan sebagai akan menentukan kemauan dalam
pemungut pajak. membayar pajak.
c. Witholding assessment system, merupakan c. Petugas pajak yang memberikan pelayanan
sistem pemungutan pajak dimana besarnya merupakan perangsang atau insentif bagi
pajak dihitung oleh pihak ketiga yang pembayar pajak karena biasanya sering
bukan merupakan wajib pajak dan bukan dijadikan panutan.
juga aparat pajak atau fiskus. d. Sistem pajak yaitu kemudahan dalam
memperoleh, mengisi, dan melaporkan SPT
Dalam perpajakan, definisi wajib pajak akan menentukan kemauan orang dalam
patuh merupakan wajib pajak yang taat dan membayar pajak.
memenuhi serta melaksanakan kewajiban e. Peranan hukum apabila ada penindakan
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan terhadap orang yang melakukan
perundang-undangan perpajakan. Kriteria pelanggaran maka akan membentuk citra
wajib pajak patuh ini berlandaskan pada yang postif dan mempengaruhi orang
(Keputusan Menteri Keuangan Republik dalam membayar pajak.
Indonesia Nomor 544/KMK.04/2000, 2000),
wajib pajak patuh adalah sebagai berikut: Kesadaran Wajib Pajak merupakan
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT penilaian positif masyarakat wajib pajak
untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh
terakhir. pemerintahakan menggerakkan masyarakat
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk untuk mematuhi kewajibannya dalam
semua jenis pajak, kecuali telah membayar pajak.
memperoleh izin untuk mengangsur atau Menurut (Laudon & Traver, 2017) dalam
menunda pembayaran pajak. bukunya mendefinisikan Perdagangan
c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena Elektronik atau yang biasa disebut e-commerce,
melakukan tindak pidana di bidang merupakan penggunaan jaringan komunikasi
perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun atau komputer untuk melaksanakan proses
terakhir. bisnis. Pandangan popular dari e-commerce
d. Dalam dua tahun terakhir adalah menggunakan internet dan komputer
menyelenggarakan pembukuan dan dalam dengan browser web untuk membeli atau
hal terdapat wajib pajak pernah dilakukan menjual produk. Perdagangan elektronik e-
pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan commerce mencakup proses pembelian,
yang terakhir untuk tiap-tiap jenis pajak penjualan, transfer, atau pertukaran produk,
yang terutang paling banyak lima persen. layanan atau informasi melalui jaraingan
e. Wajib pajak yang laporan keuangannya komputer termasuk internet (Turban et al.,
untuk dua tahun terakhir diaudit oleh 2015).
akuntan publik dengan pendapat wajar Peraturan Perpajakan untuk Usaha Online
tanpa pengecualian atau pendapat dengan diatur oleh pemerintah melalui (Peraturan
pengecualian sepanjang tidak Menteri Keuangan Nomor 210/PMK.010/2018
mempengaruhi laba rugi fiskal. Tentang Peraturan Perpajakan Atas Transaksi
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (e-
Menurut penelitian yang dilakukan Commerce), 2018) yang ditetapkan dan
(Apollo, 2005) ketidakpatuhan terhadap diundangkan di Jakarta pada tanggal 30
139
JRAP (Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan) Vol. 9, No. 01, Juni 2022, hal 136-145. ISSN 2339-1545
Desember 2018. Peraturan ini memasukkan ingin melihat sudut pandang dan memahami
para pelaku bisnis yang melakukan proses sekaligus menjelaskan dunia sosial dari
bisnisnya secara online sebagai tempat kacamata para pebisnis online di Indonesia.
pemasaran seperti pelaku bisnis lainnya. Teknik analisis data dalam paradigma
Kemudian para pelaku bisnis ini digolongkan interpretif meliputi penulisan transkip hasil
berdasarkan pendapatan serta jenis barang wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi
yang dijual. Pajak yang berlaku merupakan data dan triangulasi. Reduksi data dilakukan
PPh, PPN, dan PPnBM. Pengenaan dan untuk mendapatkan poin-poin penting dalam
perhitungan tarif pajaknya akan disesuaikan menjelaskan makna dan mendeskripsikan
dengan keadaan sebenarnya dari para pelaku makna yang muncul. Setiap pemaknaan yang
bisnis tersebut. Besaran pajaknya juga tidak diberikan oleh subjek penelitian terhadap
berbeda dengan pajak yang berlaku pada persepsinya terhadap pajak dan ketaatannya
umumnya. Akan tetapi pemerinta akhirnya terhadap pajak atas bisnis onlinenya pasti
mencaput PMK 210/PMK.010/2018 memiliki sangat banyak arti tersirat yang baru
dikarenakan pemerintah merasa banyak yang muncul setelah peneliti melakukan reduksi
memberitakan tentang PMK 210 seolah-olah data. Interpretasi data juga dilakukan dengan
pemerintah membuat peraturan pajak baru. cara memberikan kesan, pendapat, dan tafsiran
Akibatnya banyak simpang siur yang terjadi di mengenai pandangan informan terhadap aspek
masyarakat tentang peraturan pajak ini yang pajak bagi bisnis jastip online yang dimiliki
membuat pemerintah pada akhirnya merasa oleh subjek pajak.
perlunya sosialisasi terlebih dahulu dengan Dalam penelitian ini ada lima orang subjek
seluruh stakeholder, masyarakat, perusahaan, penelitian yang merupakan pengusaha online
dan pihak-pihak lainnya. Kemudian karena di bidang jastip di Surabaya, berusia 22-27
kondisi pandemi Covid-19 akhirnya tahun dan seluruhnya wanita. Kelima subjek
pemerintah menerbitkan peraturan terbaru penelitian ini merupakan pengusaha dengan
yang mengatur tentang perpajakan untuk penghasilan kotor (omset) di bawah 4,8 miliar
pengusaha online adalah (Peraturan pertahun . Beberapa alasan pemilihan subjek,
Pemerintah Pengganti Undang-Undang pertama, subjek termasuk kriteria wajib pajak
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020, 2020) yang dikenai tarif pajak penghasilan final 0.5%
yang mengatur tentang pungutan pajak e- dari omset. Penerapan tarif sederhana ini
commerce di tengah wabah virus Covid-19. membatasi alasan kerumitan penghitungan
Secara garis besar sebenarnya tata cara pajak sebagai alasan ketidakpatuhan pajak.
perpajakan, aturan, tarif pajak dari bisnis online Kedua, subjek tersebut bisa memperlihatkan
sama persis seperti dengan bisnis konvensional fenomena para pebisnis online dan
pada umumnya yang berbeda hanyalah proses memperlihatkan pengetahuan dan
bisnisnya dari offline menjadi online. kepatuhannya dalam membayar pajak. Ketiga,
subjek termasuk kategori pelaku usaha mikro,
3. METODE PENELITIAN kecil, dan menengah (UMKM). Jumlah pelaku
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan UMKM susah untuk dihitung dan tentunya
pendekatan kualitatif dengan paradigma sangat sulit bagi pemerintah untuk melacak
interpretatif sebagai payung penelitian. bisnis ini. Walaupun pajak yang dibayarkan
(Daymon & Holloway, 2011) dalam bukunya per UMKM kecil, namun kuantitasnya yang
menjelaskan bahwa semuan jenis analisa banyak dapat menyebabkan hilangnya potensi
kualitatif sesungguhnya tidak ada langkah pendapatan negara dari pajak.
baku untuk mengerjakannya. Adanya Selanjutnya, wawancara secara mendalam
fleksibilitas dalam desain penelitian kualitatif. dan observasi dilakukan terhadap lima subjek
Paradigma interpretatif sendiri juga fokus penelitian.
terhadap peranan bahasa, interpretasi, dan
pemahaman dalam ilmu sosial. Karena peneliti
140
JRAP (Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan) Vol. 9, No. 01, Juni 2022, hal 136-145. ISSN 2339-1545
“Pajak itu kewajiban kita kalau ada Keputusan Menteri Keuangan No.
penghasilan atau punya usaha harus bayar 544/KMK.04/2000. Mengenai kepemilikan
pajak. Saya lumayan ngerti tentang pajak NPWP, kelima subjek tersbut tidak ada yang
karena kuliahnya dulu belajar tentang itu. memiliki NPWP.
Cuma sekarang gak saya ikutin lagi, dulu aja Berikut adalah hasil Analisa kepatuhan
pas kuliah.” (Partisipan 5, perempuan, 24 subjek pajak berdasarkan Keputusan Menteri
tahun) Keuangan No. 544/KMK.04/2000. Kriteria
Dari hasil di atas ini dapat disimpulkan pertama adalah, “tepat waktu dalam
bahwa mereka masing-masing memiliki menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak
pemahaman yang berbeda tentang pajak. Ada dalam dua tahun terakhir”. Kelima subjek tidak
yang menganggap pajak sebagai kewajiban, dapat memenuhi kriteria tersebut, jangankan
ada juga yang menganggapnya sebagai beban, mengenai tepat waktu, kelima responden
terlihat di partisipan 1 yang sudah menghindar bahkan tidak menyampaikan SPT selama dua
dengan mengatakan kalau usaha online tahun terakhir. Kriteria kedua adalah “tidak
miliknya tidak dikenai pajak. Kemudian ada mempunyai tunggakan pajak untuk semua
juga yang memiliki pengetahuan yang cukup jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin
dan menganggap pajak sebagai tanda balas untuk mengangsur atau menunda pembayaran
budi kita terhadap negara yang uangnya akan pajak “. Kelima subjek tidak melakukan
digunakan untuk pembangunan dan pembayaran pajak, sehingga tidak pernah
sebagainya. mengajukan permohonan penundaan ataupun
Persepsi tersebut sesuai dengan teori pengangsuran. Kriteria ketiga adalah “tidak
pembenaran pemungutan pajak yaitu teori pernah dijatuhi hukuman karana melakukan
kepentingan dan dan teori bakti. Teori bakti tindak pidana di bidang perpajakan dalam
memaparkan bahwa negara adalah organisasi jangka waktu 10 tahun terakhir “. Kelima
yang menyelenggarakan kepentingan umum, subject belum pernah dijatuhi hukuman.
maka negara mempunyai hak mutlak untuk Kriteria keempat adalah “dalam dua tahun
memungut pajak dan warga negara harus terakhir menyelenggarakan pembukuan dan
membayar pajak sebagai tanda baktinya dalam hal terdapat wajib pajak pernah
(Suandy, 2016). Teori kepentingan berpendapat dilakukan pemeriksaan, koreksi pada
bahwa semakin banyak warga negara pemeriksaan yang terakhir untuk tiap-tiap jenis
menikmati jasa pemerintah, semakin besar juga pajak yang terutang paling banyak lima
pajaknya (Suandy, 2016). Persepsi ini juga persen”. Kelima subjek belum pernah
sudah sesuai dengan definisi pajak berdasarkan mengalami pemeriksaan. Kriteria yang kelima
Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata adalah “wajib pajak yang laporan keuangannya
Cara Perpajakan dimana pajak adalah untuk dua tahun sekali diaudit oleh akuntan
kontribusi wajib dari warga negara kepada publik dengan pendapat wajar tanpa
negara dan digunakan untuk kepentingan pengecualian atau pendapat dengan
negara namun timbal balik nya tidak dirasakan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi
secara langsung. laba rugi fiskal”. Laporan keuangan dari kelima
Selanjutnya peneliti mewancarai mengenai subjek tidak diaudit. Hasil tersebut disajikan
kepatuhan pajak dari subjek. Kriteria pada table 4.1.
kepatuhan pajak yang digunakan dalan Tapi dalam hal pelaksanaan kewajiban
penelitian ini adalah kepemilikan NPWP dan perpajakannya, tidak ada satupun yang
kriteria wajib pajak patuh berdasarkan memiliki NPWP dan taat terhadap pajak. Hal
142
JRAP (Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan) Vol. 9, No. 01, Juni 2022, hal 136-145. ISSN 2339-1545
ini menandakan walaupun dengan penulis. Analisis dan diskusi data harus
pengetahuan yang cukup dan memaknai pajak disajikan secara singkat tetapi jelas dan tidak
sebagai ‘balas budi’ terhadap negara, tidak didominasi oleh tabel presentasi. Tabel yang
menandakan bahwa mereka akan membayar disajikan tidak boleh berupa output kasar
pajak. Data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa tetapi dalam ringkasan yang diproses dan
tidak ada satu orang pun yang patuh terhadap singkat. Tabel dan gambar disajikan secara
pajak. konsisten di tengah dan judul di atas untuk
Peneliti juga menanyakan alasan/kendala tabel dan di bawah untuk gambar.Bourassa
mereka dalam membayar pajak. Berikut ini (1999) menekankan hal itu sebelum analisis
merupakan alasan mereka. hasil terkait, teori, dan hipotesis (jika ada)
“Kalau menurut saya online kan tidak berdasarkan penulis pemikiran. Analisis dan
memanfaatkan fasilitas negara, maksudnya diskusi data harus disajikan secara singkat
saya enggak ada menyewa tempat, gak terlalu tetapi jelas dan tidak didominasi oleh tabel
kelihatan wujudnya juga. Saya merasa usaha presentasi. Tabel yang dikirim sebelumnya
ini hasil jerih payah saya sendiri gitu loh. Tidak tidak boleh berupa output kasar tetapi dalam
ada hubungannya dengan negara gitu kan, jadi ringkasan yang diproses dan singkat. Tabel dan
saya tidak bayar pajak.” (Partisipan 1, gambar disajikan secara konsisten di tengah
perempuan, 27 tahun) dan judul di atas untuk tabel dan di bawah
“Pajak itu merepotkan karena kita harus untuk perubahan gambar.
bayar ke negara, jadi tentu saja penghasilan kita
berkurang. Apalagi saya masih sibuk jadi gak 5. SIMPULAN
ada waktu buat belajar (tentang pajak). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Usahanya juga masih online tidak kelihatan adanya kecendrungan dari seluruh objek
wujudnya. Kalau usaha saya konvensional penelitian dalam ketidakpatuhan terhadap
pasti harus lebih pinter belajar dan harus bayar pajak. Mereka masing-masing memiliki alasan
pajak.” (Partisipan 2, perepmuan, 22 tahun) masing-masing untuk tidak membayar pajak.
“Tapi jujur menurut saya pajak Memang usaha berbentuk online memiliki
memberatkan karena kan memotong banyak kelebihan dibanding usaha
penghasilan saya. Memang secara teori kita konvensional, tetapi dari sisi lain maraknya
harus bayar pajak tapi kan saya merasa usaha online ini membuat pemerintah
memberatkan apalagi mau mengumpulkan kesulitan dalam menarik kewajiban
modal buat buka usaha baru. Apalagi usaha perpajakannya. Hal ini pun dimanfaatkan oleh
saya online kan jadi enggak dulu deh pajak- pengusaha online untuk mengabaikan
pajakan.” (Partisipan 3, perempuan, 27 tahun) kewajibannya sebagai wajib pajak. Bagi mereka
“Soalnya sejauh ini belum ada sih peraturan membayar pajak itu memberatkan karena akan
untuk online shop buat bayar pajak. Menurut mengurangi penghasilan, hal ini juga sama
saya juga kalau bisa gak bayar pajak, dengan penelitian sebelumnya oleh (Saad,
mendingan gak usah, soalnya penghasilan juga 2012) dimana ada salah satu partisipan berkata
gak kepotong. Terus sejauh ini belum ada saya “Banyak dari pemilik bisnis kecil yang serakah.
dengar dari teman-teman saya yang jualan Mereka ingin menyimpan lebih banyak uang
online kalau mereka bayar pajak.” (Partisipan untuk dirinya sendiri”. Ada juga yang berkata
4, perempuan, 25 tahun) “Apabila seseorang memiliki kesempatan
“Alasan saya milih online gini dulunya untuk melepaskan diri dari kewajibannya
karena gampang, dan juga secara tidak sadar membayar pajak, maka mereka akan
memanfaatkan ya karena dulu peraturan pajak melakukannya”.
tentang online masih kurang jelas.” (Partisipan Hal ini juga dirasakan peneliti yang merasa
5, perempuan, 24 tahun) subjek penelitian serakah dan tidak mau
Ini menyajikan analisis hasil terkait, teori, membayar pajak. Mereka hanya
dan hipotesis (jika ada) berdasarkan alasan mementingkan kepentingan diri sendiri.
143
JRAP (Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan) Vol. 9, No. 01, Juni 2022, hal 136-145. ISSN 2339-1545
Walaupun sebenarnya mereka memiliki ketakutan mereka terhadap sanksi yang akan
pengetahuan bahwa pajak dapat digunakan dikenakan apabila tidak membayar pajak.
untuk pembangunan dan merupakan Platform ecommerce juga dapat berkontribusi
pendapatan negara, akan tetapi mereka tidak meningkatkan kepatuhan pajak dari pengguna
peduli dan menutup mata terhadap pajak. dengan cara mensyaratkan KTP dan NPWP
Sikap ketidakpatuhan terhadap pajak tidak sebagai syarat wajib identitas pada saat
dipengaruhi oleh pengetahuan pajak. Bentuk pembuatan akun ecommerce.
usaha online ini dijadikan tameng agar tidak
membayar pajak karena mereka mengaku akan REFERENSI
membayar pajak apabila memiliki usaha Apollo. (2005). Kepatuhan Melaksanakan
berbentuk konvensional. Kemudian mereka Kewajiban Perpajakan sebagai Bagian dari
juga takut terhadap sanksi pajak, apabila usaha Good Governance.
mereka dikenakan sanksi berupa denda mereka
mengaku pasti akan membayar pajak. Namun, Burhani, R., & Febrianto, V. (2014). Apindo:
untuk sementara mereka merasa bahwa usaha transaksi online mayoritas tidak bayar
berbentuk online sulit untuk dilacak yang pajak - ANTARA News. Antara.
membuat mereka memilih untuk tidak patuh https://www.antaranews.com/berita/42
terhadap pajak. 1157/apindo-transaksi-online-mayoritas-
Keterbatasan dalam penelitian ini tidak-bayar-pajak
merupakan hanya lima subjek penelitian.
Walaupun mendapatkan pandangan yang Daymon, C., & Holloway, I. (2011). Qualitative
cukup mendalam, akan tetapi tidak dapat Research Methods in Public Relations and
digunakan untuk mewakili seluruh pebisnis di Marketing Communications. London
Surabaya. Kemudian karena kondisi pandemi Routledge.
ini, peneliti juga melakukan wawancara
melalui platform online yaitu dengan Google Fishbein, M., Ajzen, I., Ajzen, I., & Flanders, N.
Meet, sehingga peneliti tidak dapat bertemu A. (1975). Belief, Attitude, Intention, and
secara langsung dan melakukan observasi Behavior: An Introduction to Theory and
secara langsung terhadap subjek penelitian. Research.
Hal ini mungkin memiliki pengaruh terhadap https://doi.org/10.51202/9783185760051
hasil analisis dan interpretasi peneliti terhadap -164
berbagai pandangan dan jawaban yang
diberikan subjek penelitian. Kamleitner, B., Korunka, C., & Kirchler, E.
Implikasi penelitian ini adalah bisa (2012). Tax compliance of small business
digunakan untuk membuat sistem perpajakan owners: A review. International Journal of
yang lebih baik dan menambah tingkat Entrepreneurial Behaviour and Research,
kepatuhan pajak UMKM dalam membayar 18(3), 330–351.
pajak. Karena mereka mengaku akan https://doi.org/10.1108/13552551211227
membayar pajak apabila pemerintah 710
mengetahui usaha yang mereka lakukan. Oleh
karena itu pemerintah juga dapat melakukan kemenkeu.go.id. (2020). RAPBN 2020.
peningkatan pemahaman para pengusaha Kemp, S. (2020). Digital 2020: Global Digital
UMKM dan juga membuat sistem perpajakan Overview. In
yang dapat mendeteksi bisnis online sehingga Https://Wearesocial.Com/Blog/2020/01
pemerintah dapat mengetahui para pelaku /Digital-2020-3-8-Billion-People-Use-
usaha online dan memiliki data dan profil yang Social-Media.
jelas. Dengan membuat sistem tersebut maka
akan meningkatkan kemungkinan para subjek Laudon, K. C., & Traver, C. G. (2017). E-
penelitian dalam membayar pajak karena commerce 2016: Business, Technology,
144
JRAP (Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan) Vol. 9, No. 01, Juni 2022, hal 136-145. ISSN 2339-1545
Society, 12th Edition (12th ed.). Pearson. Networks Perspective, 8th Edition (8th
ed.). Springer.
Lestari, M. T., & Wahyuni, I. I. (2016). The
Phenomenon of Personal Shopper among Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Women in Urban Cities of Indonesia 28 Tahun 2007, Pub. L. No. 28 (2007).
(Bandung and Jakarta).
Utomo, E. M. (2013). Transaksi E-Commerce
Mareti, E. D., & Dwimulyani, S. (2019). sebagai Penerimaan Pajak di Indonesia.
Pengaruh Pemahaman Peraturan Journal Akuntansi AKUNESA, 2(1), 1–20.
Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus, https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/ind
Sanksi Pajak dan Tax Amnesty Terhadap ex.php/jurnal-
Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Preferensi akuntansi/article/view/6516/3417
Resiko Sebagai Variabel Moderasi.
Prosiding Seminar Nasional Pakar Ke 2, 1– Viana, E. R., Margareth, P., & Serly, -. (2018).
16. Menelisik Pajak Penghasilan Atas Bisnis
https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id Online Shop. InFestasi, 13(2), 367.
/pakar/article/view/4334/3451 https://doi.org/10.21107/infestasi.v13i2.
3515
Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 544/KMK.04/2000,
Pub. L. No. 544 (2000).