Anda di halaman 1dari 20

Machine Translated by Google

Vol. 8 No. 2 Desember 2022


e-ISSN : 2460-2345
Doi: 10.24952/ fitrah.v8i2.5903

Implementasi Akad Qardhul Hasan pada


Lembaga Keuangan Syariah Indonesia

Putri Rizka Citaningati*1 ,Kamaluddin2Ilham


, Dwitama Haeba3
Universitas Airlangga, Indonesia1 ,Universitas Merdeka Malang, Indonesia2 Universiti ,
Islam Sultan Sharif Ali, Brunei Darussalam3 E-mail: putririzka11@gmail.com1 ,
kamal_mlg@yahoo.co.id2 , ilhampsjteam01@gmail.com3

Abstrak
Qardhul Hasan merupakan salah satu alternatif pinjaman (utang) yang berbasis riba.
Prinsip ekonomi Islam melarang pinjaman dengan bunga. Tujuan transaksi pinjaman
melalui Qardhul Hasan digunakan untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.
Kertas kerja ini bertujuan untuk menjelaskan konsep manajemen Qardhul Hasan .
Pengelolaan Qardhul Hasan dapat dilaksanakan dari dana zakat, infaq, sadaqah, dan
wakaf . Salah satu aturan pokok dalam menjalankan pengurusan Qardhul Hasan adalah
Fatwa DSN-MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al Qardh. Dengan pendekatan kualitatif
deskriptif, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan implementasi akad Qardhul Hasan
pada BAZNAS, BWI, dan lembaga keuangan syariah lainnya. BAZNAS dan BWI adalah
lembaga keuangan syariah di
Indonesia yang aktif mengimplementasikan Qardhul Hasan dalam kegiatan operasionalnya.
Oleh karena itu, hasil penelitian ini juga akan menjelaskan perbedaan pengelolaan Qardhul
Hasan di BAZNAS Kabupaten Semarang dan BAZNAS Kabupaten Tulungagung. Penelitian
ini perlu dilakukan karena penelitian ini memberikan perspektif deskriptif untuk menjelaskan
keunggulan masing-masing lembaga keuangan syariah tersebut secara detail. Selain itu,
hasil penelitian ini akan menjadi perbandingan dari masing-masing pengelolaan lembaga
keuangan syariah tersebut yang dapat menjadi masukan bagi setiap lembaga keuangan
syariah lainnya.

Kata kunci: Qardhul Hasan, BAZNAS, BWI, Lembaga Keuangan Syariah

Abstrak
Qardhul Hasan menjadi salah satu alternatif pengganti pinjaman (hutang) berbasis riba
yang diharamkan dalam prinsip ekonomi Islam. Pemanfaatan transaksi pinjaman melalui
Qardhul Hasan diharapkan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konsep pengelolaan Qardhul Hasan.
Pengelolaan Qardhul Hasan dapat bersumber dari dana zakat, infaq, sadaqah, dan wakaf.
Salah satu regulasi utama dalam menjalakan pengelolaan Qardhul Hasan adalah dengan
Fatwa DSN-MUI No 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Al-Qardh. BAZNAS menjadi salah satu
lembaga keuangan syariah di Indonesia yang aktif dalam mengimplementasikan Qardhul
Hasan dalam kegiatan operasionalnya. Dengan pendekatan deskriptif deskriptif, penelitian
ini bertujuan untuk menjelaskan tentang implementasi Akad Qardhul Hasan di BAZNAS,
BWI dan lembaga keuangan syariah lainnya. Oleh karena itu, pada artikel ini akan
dijelaskan juga tentang perbedaan pengelolaan Qardhul Hasan di BAZNAS Kabupaten
Semarang dan BAZNAS Kabupaten Tulungagung.

Penelitian ini penting dilakukan karena memberikan gambaran deskriptif yang rinci dalam
menjelaskan keunggulan masing-masing lembaga keuangan syariah

237
Machine Translated by Google

Vol. 8 No. 2. Desember 2022

tersebut. Selain itu, hasil penelitian ini akan menjadi perbandingan dari masing-masing
manajemen lembaga keuangan syariah tersebut yang dapat menjadi masukan bagi setiap
lembaga keuangan syariah lainnya.

Kata Kunci: Qardhul Hasan, BAZNAS, BWI, Lembaga Keuangan Islam

PERKENALAN

Qardh (pinjaman) merupakan komponen integral dari perbankan konvensional


dan sistem keuangan. Lembaga keuangan nirlaba hampir tidak dapat berfungsi tanpa
syarat menerima dan mempromosikan Qardh, meskipun dengan nama, pakaian, dan
bentuk yang berbeda (Herianingrum et al., 2019). Keterlibatan Qardh ternyata sangat
penting di hampir semua instrumen keuangan berbasis bunga, Islamic Financial
Institutions (IFIS) berusaha keras untuk menghindari penggunaan istilah “Qardh” untuk
produknya. Bagi IFIS, alasan mendasar di balik pantang istilah “Qardh” adalah ketakutan
mereka terlibat dalam riba. Hebatnya, dari perspektif syariah, Qardh “jika bukan
instrumen kebajikan, menjadi masalah yang rumit jika dikembangkan untuk mendapatkan
keuntungan materi apa pun melaluinya” (Abdullah, 2015).
Pada masa krisis ekonomi tahun 1998 di Indonesia, instrumen keuangan syariah
menjadi salah satu jalan keluar dari keterpurukan ekonomi di masa lalu. Salah satunya
ketertinggalan pembangunan dan pembangunan baik di bidang ekonomi, infrastruktur,
pendidikan, maupun sektor lainnya, seperti Daerah Lambaet di Aceh berupaya
menciptakan inisiatif pembiayaan berdasarkan konsep tabarru' (bantuan ) . Sistem
pembiayaannya sederhana namun sarat dengan nilai syariah, dimana yang dituntut dari
pembiayaan ini hanyalah mengembalikan pokok pinjaman dalam jangka waktu yang telah disepakati.
Dana pinjaman tersebut berasal dari zakat dan infak dari beberapa pihak yang digulirkan
pengelola kepada masyarakat, atas dasar itu penulis menduga model pembiayaan yang
diterapkan adalah dengan skema Qardhul Hasan . Model pembiayaan ini dimulai pada
tahun 1998 dan masih ada dan terus berkembang hingga saat ini (Ashal & Nanda, 2018).

Namun penelitian Mutamimah et al (2022) dan Wulandari et al (2016)


menjelaskan risiko pembiayaan Qardhul Hasan dianggap memiliki risiko yang lebih
besar dibandingkan dengan model pembiayaan lain yang terdapat pada lembaga
keuangan syariah. Selain itu, dengan skema Qardhul Hasan juga merupakan salah satu
pembiayaan yang sangat dibutuhkan jika dilihat dari piramida kebutuhan masyarakat.
Transaksi pembiayaan dengan menggunakan akad Qardhul Hasan dinilai mudah dan
fleksibel, serta dapat berdampak positif bagi penerima pembiayaan (Anjum, 2022; Falikhatun et al., 2016;

238
Machine Translated by Google

Implementasi Akad Qardhul Hasan..... Putri Rizka Citaningati, et.al DOI: https://
dx.doi.org/ 10.24952/ fitrah.v8i2.5903

Herianingrum et al., 2019; Zainuddin & Khalid, 2020). Walaupun memiliki resiko
pengembalian dana yang cukup tinggi karena adanya konsep at-tabarru' dalam akad
Qardhul Hasan , pemberi pinjaman atau pemberi pembiayaan Qardhul Hasan harus
memiliki sikap rela dan ikhlas jika dana tidak dikembalikan tepat waktu atau bahkan
jangan kembali dengan cara yang sama.
Keterbatasan modal untuk disalurkan dalam bentuk qardhul hasan menjadi
salah satu kendala dalam pelaksanaan akad ini secara optimal. Selain itu, risiko yang
dihadapi oleh LKI lebih signifikan dibandingkan jenis akad lainnya karena tidak ada
jaminan bagi nasabah untuk mengajukan pembiayaan dengan akad qardhul hasan .
Oleh karena itu, ini menjadi salah satu perhatian utama, mengapa LKI tidak banyak
memberikan akad qardhul hasan kepada nasabahnya? Namun, permintaan
pembiayaan qardhul hasan juga cukup tinggi. Hal ini didukung oleh Aderemi dan
Ishak (2020) yang membuktikan bahwa akad Qardhul Hasan dimungkinkan untuk
diimplementasikan sebagai dana permodalan UKM dan risikonya dapat dimitigasi.
Pelaksanaan akad qardhul hasan juga diperlukan sebagai bentuk peningkatan
kepedulian sosial yang dapat membentuk citra baik dan loyalitas LKI kepada
masyarakat (Putri et al., 2021).
Sistem crowdfunding dengan pembiayaan Qardhul Hasan telah digambarkan
sebagai kerangka oleh Aderemi dan Ishak (2022). Dalam penelitian sebelumnya,
Aderemi dan Ishak (2022) menjelaskan fleksibilitas dan kemungkinan Qardhul Hasan
sebagai instrumen keuangan syariah dalam memberikan pembiayaan di Malaysia.
Dana modal akan terkumpul dalam bentuk crowdfunding, yang kemudian akan
disalurkan ke Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Meski risiko pengembalian
dana tinggi, namun jika berjalan dengan baik, pembiayaan ini dapat mendorong roda
perekonomian masyarakat lebih baik lagi. Penggunaan dana crowdfunding di lembaga
keuangan syariah sendiri juga sangat didukung, bahkan penggunaannya telah
dibuktikan dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Disimpulkan bahwa ada empat jenis
crowdfunding yang diperbolehkan untuk diterapkan, seperti crowdfunding berbasis
penghargaan, crowdfunding berbasis donasi, crowdfunding berbasis pinjaman, dan
crowdfunding berbasis ekuitas (Aderemi & Ishak, 2022). Ini adalah sesuatu yang
belum ditemukan dalam sistem keuangan di Indonesia. Maka dari itu penelitian ini
berupaya merumuskan kerangka kerja yang serupa namun dapat diimplementasikan
di semua lembaga keuangan di Indonesia, seperti BAZNAS, BWI, Bank Umum Syariah, BMT, dan sebag
Keberhasilan pelaksanaan pembiayaan Qardhul Hasan oleh pihak lain

239
Machine Translated by Google

Vol. 8 No. 2. Desember 2022

Lembaga keuangan syariah juga dibuktikan oleh Ülev et al (2022), bahwa pembiayaan Qardhul
Hasan yang disalurkan di Turki dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga sebesar 35%.
Namun sayangnya, peningkatan pendapatan ini juga mengakibatkan 23 dari 30 rumah tangga
membelanjakan lebih banyak di sisi konsumsi, selebihnya di sisi produktif. Oleh karena itu,
kajian ini menekankan penggunaan pembiayaan Qardhul hassan untuk mendorong produktivitas
para penerima manfaat atau UMKM. Selain dapat menambah pendapatan pribadi, pemenuhan
kebutuhan masyarakat miskin dapat terpenuhi karena dianggap biaya yang dikeluarkan oleh
UMKM tersebut kecil.
Selain itu, pembiayaan dengan skema Qardhul hassan juga dinilai memberikan
manfaat yang luar biasa menggantikan instrumen zakat dan wakaf yang sudah ada standarnya.
Terbukti dengan diterapkannya pembiayaan Qardhul Hasan bagi peserta program Fael Khair
Waqf (FKW) di Bangladesh. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa implementasi program
berdampak signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan dengan membandingkan angka
kemiskinan antara wilayah program dan wilayah kontrol. Perbedaan angka kemiskinan cukup
terlihat antara daerah program dan daerah kontrol sebelum dan sesudah pelaksanaan program
FKW dengan pembiayaan Qardhul hassan (Muneer & Khan, 2022). Hal ini sejalan dengan
penelitian Ascarya et al (2022) yang menjelaskan perlunya peran pembiayaan Qardhul hassan
sebagai bentuk pembiayaan pertama di Bank Wakaf Mikro (MWB). Jika nasabah dapat
mengembalikan dana Qardhul Hassan tepat pada waktunya, maka ia dapat melanjutkan
pembiayaan yang kedua. Apalagi pembiayaan yang diberikan oleh MWB sendiri lebih fokus
untuk mengembangkan bisnis nasabah agar dananya terus berputar dalam kegiatan produktif.

Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa peneliti masih belum


menemukan penelitian yang menjelaskan secara detail implementasi pembiayaan Qardhul
Hasan pada masing-masing lembaga keuangan syariah di Indonesia.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengertian Qardhul Hasan sebagai
transaksi pembiayaan yang digunakan untuk mengentaskan kemiskinan dan mewujudkan
masyarakat yang berdaya dan mandiri melalui program lembaga keuangan syariah di Indonesia
seperti Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Badan Wakaf Indonesia (BWI). , Perbankan
Islam, dan sebagainya. Selain itu, melalui Peraturan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN MUI) Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-Qardh dan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, penulis mengungkapkan perbedaan
dalam

240
Machine Translated by Google

Implementasi Akad Qardhul Hasan..... Putri Rizka Citaningati, et.al DOI: https://
dx.doi.org/ 10.24952/ fitrah.v8i2.5903

pengelolaan dana zakat melalui akad. Qardhul Hasan di BAZNAS Kabupaten Semarang
dan BAZNAS Kabupaten Tulungagung. Perbedaan antara kedua implementasi pembiayaan
tersebut diharapkan dapat menjadi masukan bagi masing-masing instansi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.


Pemilihan pendekatan studi kasus ini sesuai dengan teori Eisenhardt (1989) dan Yin (2011)
yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dapat
memberikan perspektif baru terhadap teori atau penelitian sebelumnya dan bermanfaat
sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut. Deskripsi tebal atau catatan yang sangat detail
digunakan dalam penelitian ini, memungkinkan pembaca untuk menghargai dan akhirnya
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang kondisi sosial yang diteliti.
Penelitian ini menggunakan wawancara dengan email yang dikirimkan kepada informan sebagai bentuk dari

undangan focus group discussion (FGD) online menggunakan aplikasi Zoom dengan
perwakilan BAZNAS Kabupaten Semarang dan BAZNAS Kabupaten Tulungagung untuk
menginformasikan penjelasan implementasi Qardhul Hasan di masing-masing lembaga.
Penulis memilih BASNAS Kabupaten Semarang dan BAZNAS Kabupaten Tulungagung
karena berdasarkan penelitian sebelumnya belum banyak ditemukan penelitian yang
secara khusus membahas peran lembaga keuangan syariah dalam akad qardhul hassan.
Selain itu, melalui perbandingan kedua LKI tersebut bertujuan untuk menyimpulkan rencana
pembiayaan yang lebih aplikatif pada lembaga keuangan syariah pada umumnya. Namun
FGD dilakukan dengan menggunakan aplikasi Zoom dan wawancara dilakukan dengan
Kepala Seksi Penagihan, Kepala Seksi Distribusi dan Pemanfaatan, serta Kepala Seksi
Perencanaan, Pengelolaan Keuangan dan Pelaporan baik di BAZNAS Tulungagung

maupun di BAZNAS Semarang. Dengan demikian total responden yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah minimal 6 (enam) orang. FGD dilakukan secara terpisah antara
BAZNAS Tulungangung dan BAZNAS Semarang Juli lalu. Tujuan FGD adalah untuk
menggali masalah-masalah tertentu, yang terkait dengan topik yang dibahas. Teknik ini
digunakan untuk menghindari kesalahan pemaknaan peneliti terhadap masalah yang diteliti.

241
Machine Translated by Google

Vol. 8 No. 2. Desember 2022

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Konsep Al-Qardh Qardhul


Hasan berasal dari dua kata al-Qardh dan hasan. Al-Qardh

berarti pemotongan dan disebut Qardh karena akad yang digunakan berasal dari harta pemberi

pinjaman yang dipotong dan diberikan kepada peminjam (Ashal & Nanda, 2018; Martha, 2020;

Sukma et al., 2019). Dalam akad Qardh , pemberi pinjaman memberikan kepada peminjam

barang pinjaman tertentu dengan syarat peminjam bertanggung jawab mengembalikan harta

yang sejenis kepada pemberi pinjaman tanpa materi, qardh artinya menahan. Islam melarang

bunga (riba) dan membolehkan pinjaman (qardh). Qardh mengacu pada pinjaman tanpa bunga

yang dimaksudkan untuk membantu seseorang yang membutuhkan uang tunai. Memberikan

uang tunai kepada orang yang membutuhkan merupakan perbuatan terpuji dan dianjurkan dimana

seorang muslim diganjar pahala oleh Allah SWT (Saleem, 2013). Sedangkan Hasan memiliki arti

yang indah (splendid). Oleh karena itu, kedua kata ini jika digabungkan akan berarti "pinjaman

yang indah". Sebagaimana Al-Qur'an menegaskan bahwa pinjaman ini diberikan kepada Allah

(SWT) bukan kepada peminjam untuk meringankan rasa sakit "merobek" sebagian dari kekayaan

seseorang dan berpisah dengannya untuk dipinjamkan kepada seseorang yang membutuhkan (Askari et al. , 2009).

Qardhul Hasan adalah pinjaman tanpa bunga (Qardh) yang juga dicirikan oleh unsur

itikad baik, kebajikan, dan kemurahan hati (Ihsan) (Mohseni-Cheraghlou, 2017).

Menurut Ascarya (2011), Qardhul Hasan adalah akad pinjaman dari bank (Muqridh) kepada pihak

tertentu (Muqtaridh) yang harus dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai dengan pinjaman

tersebut. Muqridh dapat meminta jaminan pinjaman kepada Muqtaridh. Pengembalian pinjaman

dapat dilakukan secara mencicil atau sekaligus.

Sebelum memahami skema pembiayaan dengan akad Qardhul Hasan , perlu dipahami

syarat-syarat dalam bertransaksi dengan menggunakan akad Qardhul Hasan yaitu (Saleem,

2013): 1) Pemberi pinjaman (muqridh) dan peminjam (muqtaridh) harus memiliki kapasitas hukum

yang lengkap untuk menandatangani kontrak Qardh ; 2) Uang yang dipinjam harus diberikan

kepada peminjam dan harus menjadi miliknya.

Tidak ada kontrak pinjaman jika peminjam tidak memiliki uang; 3) Peminjam harus memperoleh

hak milik yang mutlak dan tidak bersyarat untuk menggunakan dan mengambil kembali uang

yang dipinjamnya. Uang yang dipinjam dan dikembalikan harus sama dan termasuk dalam mata

uang yang sama; 4) Peminjam wajib mengembalikan jumlah yang sama dalam mata uang yang

sama. Syarat penukaran barang ribawi secara spontan tidak berlaku pada akad qardh .

Pengecualian ini dibuat untuk memungkinkan orang yang membutuhkan meminjam uang dan

mengembalikannya nanti. Misalnya, seseorang

242
Machine Translated by Google

Implementasi Akad Qardhul Hasan..... Putri Rizka Citaningati, et.al DOI: https://
dx.doi.org/ 10.24952/ fitrah.v8i2.5903

yang meminjam uang dalam Rupiah harus mengembalikannya dalam mata uang yang sama; 5)

Menurut sebagian besar mazhab Fiqh, seharusnya tidak ada tanggal khusus untuk pembayaran

kembali pinjaman (Qardh). Menentukan tanggal pelunasan pinjaman, menurut mereka, akan

mengubah sifat amal dari kontrak tersebut. Dengan demikian, peminjam dapat melunasi

pinjamannya kapan saja selama ia mampu melakukannya. Namun mayoritas ulama Maliki

berpendapat bahwa dalam transaksi yang menggunakan akad Qardh , kedua belah pihak boleh

menyepakati jangka waktu pinjaman. Namun, hal ini tidak akan membedakan antara akad Qardh

dan dayn (pinjaman dengan jangka waktu tertentu). Ulama' Maliki berpendapat bahwa umat Islam

bebas memberikan syarat-syarat apapun dalam suatu transaksi kecuali syarat-syarat yang

mengharamkan suatu perbuatan/hal yang dibolehkan atau mengharamkan suatu perbuatan/hal

yang dibolehkan. a) Pinjaman harus diselesaikan sekaligus atas permintaan pemberi pinjaman. b)

Pemberi pinjaman tidak boleh menetapkan bahwa peminjam harus membayar kembali pinjaman

di tempat lain. c) Pemberi pinjaman tidak diizinkan dalam keadaan apa pun untuk mendapatkan hak tersebut

menggunakan dana pinjaman yang diberikan kepada peminjam.

A
Muqridh Mutaqridh
B

Gambar 1. Skema Pembiayaan Qardhul Hasan (Sumber: Saleem, 2013)

Sedangkan skema pembiayaan dengan akad Qardhul Hasan sangat sederhana seperti

bagan yang dirumuskan oleh Saleem (2013) pada gambar 1. Sedangkan dalam transaksi pinjam

meminjam dengan menggunakan akad Qardh hanya diperlukan dua proses yaitu: pemberi

pinjaman (muqridh) memberikan sejumlah uang kepada peminjam (muqtaridh) dengan perjanjian

untuk melunasi pinjamannya dalam jangka waktu tertentu 2) Peminjam (muqtaridh) mengembalikan

dana yang dipinjam (muqridh) kepada pemberi pinjaman pada saat jumlah dananya habis jatuh

tempo, tanpa tambahan hasil.

Pengelolaan Qardhul Hasan oleh BAZNAS

Pengelolaan dana zakat yang dijadikan modal dalam transaksi Qardhul Hasan

menimbulkan banyak pro dan kontra di kalangan ulama dan ekonom Islam dunia. Seperti pendapat

Yusuf Qardhawi dalam penelitian Nurcahya dkk. (2019), Yusuf Qardhawi, Abu Zahrah, Khallaf
dan Hasan mengatakan bahwa harta zakat boleh dipinjamkan berdasarkan qiyas (analogi) kepada

debitur.

Mereka percaya bahwa jika hanya hutang yang dapat dibayar dari harta zakat, maka tentu akan

lebih penting untuk memperbolehkan peminjaman zakat dengan cara yang baik, yaitu

243
Machine Translated by Google

Vol. 8 No. 2. Desember 2022

bersih dari unsur riba. Melalui qiyas aulawiy sebagai hukum furu' yang lebih utama dari
hukum ashal . Pinjam meminjam (al-Qardh) dengan menggunakan harta zakat lebih utama,
maka boleh meminjam zakat dengan cara yang baik, yaitu bersih dari unsur riba, untuk
kemudian dikembalikan ke kas negara.
Jika penggunaan dana zakat tetap dalam sistem distribusi zakat yang konsumtif,
maka keinginan dan cita-cita untuk segera mengurangi dan mengentaskan kemiskinan
hanya akan menjadi angan-angan saja. Karena mustahik yang menerima zakat tahun ini
akan menerima zakat lagi di tahun berikutnya. Dengan kata lain, mustahik saat ini akan melahirkan
kepada mustahik baru dari keturunannya. Ini tentu saja tidak akan bisa

menjelaskan bahwa zakat merupakan salah satu media untuk mencapai pemerataan
kesejahteraan masyarakat (Nurcahya et al., 2019).
Sedangkan Ulama' yang menentang penggunaan dana zakat dalam akad Qardhul
Hasan adalah Muhammad Bin Sholih Al-Utsaimin. Menurutnya, yang berhak menerima
zakat harta, terlepas dari apakah zakat mal atau zakat fitrah adalah delapan kelompok (8
ashnaf) yang disebutkan Allah di dalam Al-Qur'an. Jika seseorang diserahi amanah untuk
menyalurkan zakat mal, maka penyaluran zakatnya tidak boleh ditunda baik karena
terhutang, diinvestasikan, atau hanya ditunda. Tidak membedakan apakah hal tersebut
dilakukan untuk kepentingan pribadi, lembaga, atau negara (Nurcahya et al., 2019).

Sebagai salah satu lembaga pengelola dana zakat di Indonesia, BAZNAS


cenderung mengikuti pendapat Yusuf Qardhawi tentang pemanfaatan dana zakat untuk
akad Qardhul Hasan (Qardhawi, 2018). Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat, berdasarkan pasal 3 huruf (b) disebutkan “meningkatkan
manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan pengentasan kemiskinan”.
Dengan demikian, peran BAZNAS dalam mengelola dana zakat umat dapat dijadikan
modal dalam akad Qardhul Hasan untuk membentuk karakteristik baru seorang mustahik
(penerima zakat) menjadi muzakki (orang yang membayar zakat).
Salah satu bentuk program BAZNAS pendayagunaan dana zakat dalam akad
Qardhul Hasan adalah Baitul Qiradh BAZNAS (BQB) merupakan program dari Indonesia
sejahtera dan merupakan bagian dari program pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah
untuk meningkatkan kesejahteraan fakir miskin dan orang yang membutuhkan. . Baitul
Qiradh BAZNAS menerapkan pola bagi hasil atau syariah sehingga usaha mikro dan kecil
terbebas dari sistem bunga (riba). Produk yang dikelola BQB adalah simpanan dan
pembiayaan dengan prinsip syariah. BQB diharapkan dapat membantu meningkatkan perekonomian

244
Machine Translated by Google

Implementasi Akad Qardhul Hasan..... Putri Rizka Citaningati, et.al DOI: https://
dx.doi.org/ 10.24952/ fitrah.v8i2.5903

masyarakat kecil melalui sistem ekonomi syariah, khususnya Qardhul Hasan. Tujuan BQB adalah

mempersiapkan penyedia layanan keuangan mikro untuk

miskin.
Tabel 1. Pengelolaan Qardhul Hasan di BAZNAS Produk
yang dikelola Baitul Qiradh BAZNAS adalah simpanan dan
Program pembiayaan dengan menggunakan akad Qardhul Hasan sebagai
bentuk pendayagunaan dana zakat.
Sebagai lembaga yang menyediakan pembiayaan (financial)
Tujuan
services kepada fakir/miskin.
Dana yang terkumpul oleh BAZNAS berupa Zakat, Infaq dan
Dana Modal
Sadaqah.
Zakat Mustahik didaftarkan oleh BAZNAS dan tergolong fakir/
Kriteria Ricipient
miskin asnaf.

Mulai dari Rp. 2.000.000,- sampai dengan Rp. 7.000.000,- per


Jumlah Dana
usaha produktif. Pinjaman pertama adalah Rp. 2.000.000,-.

Jangka waktu pengembalian pinjaman ke Baitul Qiradh


Periode pengembalian
BAZNAS adalah 24 bulan.

Hanya 20% yang cicilannya lancar, dan 40% kembali meski


Kembali Likuiditas tidak bisa mengembalikan sebesar pinjaman. 60% sisanya tidak
kembali.

Tidak ada denda atau sanksi bagi yang terlambat masuk


Bagus
mengembalikan pinjaman.
(Sumber: Nurcahya dkk., 2019)

Data dari tabel 1 diatas, persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh pembiayaan
melalui Baitul Qiradh BAZNAS seperti calon nasabah adalah mustahiq yang terdaftar di BAZNAS
dan termasuk fakir/miskin asnaf, dan calon nasabah wajib mengisi formulir pendaftaran dan
kelengkapan dokumen seperti KTP, KK dan foto paspor. Nasabah penerima dana pinjaman dari
BQB adalah mustahiq zakat yang akan menggunakan dana tersebut untuk modal usaha atau
usaha produktif, setelah melalui survey oleh tim BAZNAS.

Nominal yang dipinjamkan oleh BQB mulai dari Rp. 2.000.000,- sampai dengan Rp.
7.000.000,- per usaha produktif. Pinjaman pertama adalah Rp. 2.000.000,-. Jangka waktu
pengembalian Qardhul Hasan adalah 24 bulan. Tidak ada denda atau sanksi bagi yang terlambat
atau tidak mengembalikan, tidak ada tuntutan hukum atau debt collector yang ditugaskan untuk

menagih pinjaman. BAZNAS hanya memberikan sanksi kepada orang tersebut

245
Machine Translated by Google

Vol. 8 No. 2. Desember 2022

yang bersangkutan tidak dapat lagi dibantu untuk usaha produktif selanjutnya. Hanya
20% yang cicilannya lancar, dan 40% kembali meski tidak bisa mengembalikan sebesar
pinjaman. 60% sisanya tidak kembali. Seseorang yang bukan asnaf miskin tidak bisa
mendapatkan pinjaman dari Baitul Qiradh BAZNAS.

Pengelolaan Qardhul Hasan oleh BWI


Wakaf modern juga telah berkembang dalam bentuk cash atau tunai, dimana
konsep wakaf tunai ini kemudian mematahkan stigma masyarakat muslim bahwa wakaf
tidak hanya untuk orang kaya saja. Mengapa demikian? Karena sebelum adanya wakaf
uang, masyarakat muslim beranggapan bahwa wakaf hanya bisa dilakukan dengan
tanah atau bangunan. Penggunaan wakaf tunai juga dinilai lebih fleksibel dan lebih
mudah disalurkan dibandingkan dengan wakaf berupa tanah atau bangunan.
Keberadaan pengelolaan wakaf saat ini sedang digencarkan oleh lembaga
keuangan syariah dan pemerintah, salah satunya Badan Wakaf Indonesia (BWI). Wakaf
dinilai memiliki fleksibilitas pemanfaatan yang lebih mudah jika dibandingkan dengan
penggunaan dana zakat yang dibatasi penyalurannya pada 8 asnaf yang telah ditentukan
dalam Al-Qur’an (Hadi, 2018; Indah Sulistya, Neneng Hasanah, 2020; Tahiri Jouti,
2019 ). Wakaf memiliki potensi besar dalam membantu pertumbuhan ekonomi nasional.
Di Arab Saudi, lembaga seperti perusahaan telah dibentuk untuk meningkatkan peran
bank wakaf dalam perekonomiannya. Bangladesh terus memperbesar peran Bank
Wakaf agar ketimpangan dan ketimpangan ekonomi dapat dikurangi. Kampus legendaris
dan tertua di dunia, Universitas Al Azhar, menunjukkan bagaimana wakaf berperan
penting dalam pendidikan, dengan memberikan manfaat yang bermanfaat bagi seluruh
dunia. Kampus lain di Barat seperti Harvard, Oxford, Cambridge, dan lainnya muncul
dari pola kerja ekonomi seperti wakaf (Faujiah, 2020).

Dana wakaf tunai yang terkumpul oleh BWI dapat dijadikan modal bagi
masyarakat muslim untuk memperoleh pembiayaan gadai syariah. Hal ini merujuk pada
kepentingan masyarakat muslim untuk memenuhi kebutuhan dasar perumahan, sebagai
upaya perlindungan keluarga (an-nasl) dalam konsep maqashid syariah. Hal ini senada
dengan pernyataan Mustafa Edwin Nasution, Wakil Ketua BWI yang menyatakan bahwa
fungsi wakaf uang dapat dioptimalkan untuk meningkatkan fitur KPR iB (Nasution, 2010).

Peran penggunaan wakaf tunai sebagai solusi permasalahan KPR IB adalah


wakaf tunai dapat menjadi sumber dana murah. Penerapan margin datar itu

246
Machine Translated by Google

Implementasi Akad Qardhul Hasan..... Putri Rizka Citaningati, et.al DOI: https://
dx.doi.org/ 10.24952/ fitrah.v8i2.5903

menimbulkan risiko gagal bayar dan fluktuasi ekonomi dalam penerapan harga
KPR iB tidak dapat dimanipulasi, sehingga untuk memberikan harga yang kompetitif,
bank syariah harus meningkatkan porsi dana murah. Dana murah sejati didapat
dari tabungan dan giro. Namun untuk menggenjot produk dana murah, bank syariah
harus memiliki delivery channel yang luas dan mampu bersaing dengan bank
konvensional. Wakaf uang dapat menjadi sumber dana murah karena wakaf
diperoleh sebagai dana sosial (melalui akad Qardhul Hasan ). Sehingga pengelolaan
wakaf tunai tidak membebankan biaya dana yang tinggi. Kalaupun ada dana, itu
lebih seperti biaya, seperti biaya administrasi.

Pengelolaan Qardhul Hasan oleh Lembaga Keuangan Syariah lainnya


Pengelolaan Qardhul Hasan pada lembaga keuangan syariah dilakukan
dengan sumber dana yang diperoleh bukan dari zakat, infak, dan sedekah seperti
BAZNAS atau sumber dana wakaf yang dikelola oleh BWI. Hal ini sesuai dengan
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al Qardh.
Sifat Qardhul Hasan yang berorientasi pada tujuan sosial dan tidak mengutamakan
keuntungan finansial, maka sumber dana Qardh pada Lembaga Keuangan Syariah
(LKI) selain BAZNAS dan BWI adalah (Yulianto, 2018): 1) Modal saham LKI; laba
IFI disisihkan; dan 3) Lembaga atau individu lain yang mempercayakan penyaluran
infaknya kepada LKI.
Penggunaan akad Qardhul Hasan jarang ditemukan pada lembaga
keuangan syariah yang masih berorientasi pada keuntungan, seperti perbankan
syariah. Oleh karena itu, Qardhul Hasan dijadikan sebagai misi sosial perbankan
syariah dalam mengentaskan kemiskinan. Biasanya bank syariah akan bekerjasama
dengan BAZNAS sebagai lembaga yang menghimpun dana dan menyalurkannya
melalui model transaksi bank (Sukma et al., 2019). Implementasi Qardhul Hasan di
lembaga keuangan syariah seperti perbankan syariah cenderung dilakukan sebagai
bentuk CSR yang lazim digunakan di perbankan dan/atau keuangan konvensional lainnya.
institusi.
Pelaksanaan akad Qardhul Hasan pada Lembaga Keuangan Syariah (LKI)
digunakan dalam beberapa cara, antara lain (Faujiah, 2020): 1) Sebagai pinjaman
talangan haji, dimana calon nasabah haji diberikan pinjaman talangan untuk
memenuhi persyaratan penyetoran biaya perjalanan haji. Nasabah akan melunasinya
sebelum berangkat haji; 2) Sebagai pinjaman uang tunai (cash advance) dari produk
kartu kredit syariah, dimana nasabah diberikan keleluasaan untuk menarik uang tunai

247
Machine Translated by Google

Vol. 8 No. 2. Desember 2022

milik Bank melalui ATM. Pelanggan akan mengembalikannya pada waktu yang
ditentukan; 3) Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil yang menurut perhitungan
Bank akan memberatkan pengusaha apabila diberikan pembiayaan dengan skema jual
beli atau bagi hasil Ijarah; 4) Sebagai pinjaman kepada pengurus Bank, dimana Bank
memberikan fasilitas ini untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan pengurus Bank.
Manajemen bank akan mengembalikannya secara mencicil melalui pemotongan gajinya.

Pelanggan sebagai
akad Qardhul
LKI sebagai Muqridh
Hasan Muqtaridh

Dana Modal
Buruh & Keterampilan
(Qardh)
Kegiatan usaha

Untung 100%
Pengembalian Modal
Laba

Gambar 2. Skema Pembiayaan Qardhul Hasan di


LKI (Sumber: penulis, 2022)
Skema pembiayaan dengan menggunakan akad Qardhul Hasan dapat dilihat
pada Gambar 2 di atas. Penjelasan mengenai skema pembiayaan dengan akad Qardhul
Hasan adalah sebagai berikut: 1) Nasabah mengajukan transaksi pembiayaan kepada
LKI dengan menggunakan akad Qardhul Hasan ; 2) LKI memberikan pembiayaan dalam
bentuk modal usaha (Qardh) kepada nasabah untuk dikelola dalam bentuk kegiatan
usaha; 3) Nasabah mengembalikan dana ke LKI tanpa suku bunga apapun; 4)
Keuntungan yang diperoleh nasabah setelah pengembalian modal menjadi milik nasabah
sepenuhnya.

Studi Kasus BAZNAS Semarang dan BAZNAS Tulungagung


BAZNAS Kabupaten Semarang meluncurkan mekanisme pengajuan Qardhul
Hasan . BAZNAS Semarang menerbitkan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan
dengan kriteria tertentu. Pinjaman ini bersifat tabarru', sehingga peminjam hanya
membayar kembali pokok pinjaman tanpa tambahan biaya/ujrah seperti bentuk pinjaman
lainnya. Tujuan penyaluran dana oleh BAZNAS Kabupaten Semarang melalui akad
Qardhul Hasan sejalan dengan salah satu misi BAZNAS yaitu meningkatkan golongan
UKM yang dikelola oleh mustahiq, sehingga kondisi ekonomi membaik (Kasdi, 2016).

248
Machine Translated by Google

Implementasi Akad Qardhul Hasan..... Putri Rizka Citaningati, et.al DOI: https://
dx.doi.org/ 10.24952/ fitrah.v8i2.5903

Hal ini dapat menyebabkan mustahiq bertransformasi menjadi muzakki sehingga dapat
menyumbangkan hartanya sebagai zakat, infak, sedekah, atau wakaf (Maskuroh, 2019).
Mekanisme penyaluran dana Qardhul Hasan diatur dengan Peraturan Bupati
Semarang. Mustahiq harus mengajukan permohonan tertulis kepada BAZNAS Kabupaten
atau Badan Pengelola BAZNAS dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat 2. Kemudian mustahiq juga diharapkan memenuhi persyaratan administratif seperti
melengkapi data diri, keterangan UKM atau badan usaha, serta sebagai perencanaan
keuangan bisnis.
Mustahiq juga akan diwawancarai oleh nazhir BAZNAS Kabupaten Semarang, dan nazhir
akan melakukan peninjauan lokasi usaha dan tempat tinggal mustahiq. Selain calon utama
penerima pinjaman Qardhul Hasan , BAZNAS Semarang juga dapat menetapkan calon
pendukung yang juga dapat menerima pinjaman yang ditetapkan oleh Kepala Badan
Pelaksana BAZNAS kabupaten/kota berdasarkan hasil verifikasi yang dituangkan dalam
Peraturan Bupati Semarang (Musyarofah, 2016).

Selain BAZNAS Semarang, IFIS yang menerapkan Qardhul Hasan adalah BAZNAS
Kabupaten Tulungagung melalui program modal bergulir PK 5 untuk memberdayakan
pembiayaan usaha mikro bagi masyarakat Tulungagung, sehingga memungkinkan untuk naik
kelas. Pelaksanaan program dana bergulir ini telah dilaksanakan sejak tahun 2005.
Pemindahan PKL dari Alun-alun Tulungagung ke Pujasera menyulitkan para pedagang karena
hilangnya pasar yang stabil. Hal ini menggerakkan BAZNAS Kabupaten Tulungagung yang
disetujui oleh Heru Cahyono, selaku Bupati Tulungagung saat itu untuk memberikan modal
bergilir kepada mereka.

Penjelasan di atas senada dengan pernyataan Ahmad Saifudin selaku Kepala Seksi
Distribusi dan Pemanfaatan yang menyarankan agar BAZNAS Kabupaten Tulungagung
memberikan pinjaman modal tanpa agunan untuk membantu para pedagang kaki lima agar
tetap bisa berjualan. BAZNAS bekerjasama dengan Pemkab Tulungagung mengundang
perwakilan pedagang untuk menjelaskan program pinjaman ini. Pedagang yang berminat
mengajukan pinjaman diberikan formulir mengenai syarat dan ketentuan. Pinjaman ini
diberikan dengan jangka waktu 12 bulan dengan cara dicicil. Prosedur pengembalian diatur
dengan surat pernyataan yang ditandatangani oleh pedagang sebagai mustahik (Hudayati &
Tohirin, 2019). Siapapun, Asri Latifah selaku Ketua Pengumpulan juga menjelaskan tentang
besaran dana penyaluran akan dioptimalisasikan asalkan Zakat dan dana lainnya lancar.

249
Machine Translated by Google

Vol. 8 No. 2. Desember 2022

dapat dikumpulkan secara optimal. Sehingga dana yang nantinya akan disalurkan kembali
dalam bentuk akad qardhul hasan juga dapat diberikan kepada masyarakat yang lebih banyak.
Penyaluran dana pinjaman melalui skema Qardhul Hasan oleh BAZNAS Kabupaten
Tulungagung tahun 2020-2021 belum ditambah oleh Pemkab Tulungagung, karena dana
tersebut digunakan untuk penanganan pandemi. Dana yang ada merupakan cicilan oleh
mustahiq. Program dana gabungan bersifat infaq sehingga penerimanya lebih fleksibel.
Namun penyaluran dana infaq untuk modal usaha melalui akad Qardhul Hasan sendiri terus
meningkat selama tahun 2017-2020 melalui donasi dari para donatur dan pemerintah
kabupaten Tulungagung kepada BAZNAS Kabupaten Tulungagung (Saifudin, 2019).

Berdasarkan studi kasus, baik BAZNAS Kota Semarang maupun BAZNAS Kota
Tulungagung merupakan contoh implementasi yang paling tepat dari model framework yang
dirancang oleh peneliti. Akad Qardhul Hassan dalam hal ini dilaksanakan sebagai salah satu
bentuk zakat (shadaqah) yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah kepada nasabah.
Dimana baik BAZNAS Kota Semarang maupun BAZNAS Kota Tulungagung memberikan
dana qardh secara cuma-cuma kepada nasabah, tanpa mengharapkan adanya pembagian
keuntungan yang diperoleh nasabah dari omzet kegiatan usaha yang dilakukan.

Penjelasan di atas sejalan dengan Achlak (2016) yang menjelaskan fasilitas sebagai
sadaqah (amal) dari pemegang saham kepada peserta. Selain itu, hasil penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian Puspita dkk (2020) yang merancang kerangka pemanfaatan dana
takaful dalam akad Qardhul Hassan sebagai pinjaman kebajikan yang perlu dilunasi di masa
mendatang, sehingga terjadi surplus. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat
mengimplementasikan sistem crowdfunding yang telah dirancang sebelumnya oleh Aderemi
dan Ishak (2022) tentang penerapan crowdfunding sebagai modal pembiayaan akad qardh
bagi pengusaha di Malaysia.

Kesesuaian penerapan pembiayaan Qardhul Hassan yang dirancang oleh peneliti


dalam pelaksanaan pembiayaan di BAZNAS Kabupaten Semarang dan BAZNAS Kabupaten
Tulungagung merupakan bukti bahwa risiko dalam pembiayaan Qardhul Hassan khususnya
dalam hal pengembalian investasi dapat diminimalkan. Program pembiayaan Qardhul Hassan
pada kedua lembaga keuangan syariah tersebut telah berlangsung lama dan masih berjalan
hingga saat ini. Jadi, ini besar

250
Machine Translated by Google

Implementasi Akad Qardhul Hasan..... Putri Rizka Citaningati, et.al DOI: https://
dx.doi.org/ 10.24952/ fitrah.v8i2.5903

pertimbangan bagi lembaga keuangan syariah lainnya untuk menawarkan pembiayaan Qardhul

Hassan kepada nasabahnya. Jika pembiayaan Qardhul Hassan dapat dengan mudah diakses
oleh nasabah dan masyarakat luas, maka hal ini dapat menjadi salah satu penggerak
perekonomian masyarakat. Sistem crowdfunding yang diterapkan juga efektif mengentaskan
kemiskinan dengan membuka peluang bagi masyarakat miskin dan menciptakan pasar tenaga
kerja baru bagi perusahaan bisnis.

Namun penelitian ini masih dapat dikembangkan lebih lanjut salah satunya dengan
mengimplementasikan model pembiayaan qardhul hassan yang telah dirancang untuk lembaga
keuangan syariah lainnya seperti BWI, Bank Syariah, BMT, MWB, dan sebagainya.

pada. Model crowdfunding yang dirancang oleh peneliti juga dapat dikembangkan sebagai
salah satu bentuk investasi sehingga peran investor tidak hanya memberikan sedekah berupa
modal tetapi juga untuk mendapatkan keuntungan.

KESIMPULAN

Qardhul Hasan adalah pinjaman sukarela tanpa mengharapkan pemberi pinjaman


mengembalikan pokok pinjaman. Selain itu, meskipun debitur wajib mengembalikan pokok
pinjaman, pemberi pinjaman diimbau, sesuai dengan beberapa sabda Nabi Muhammad SAW,
untuk tidak menekan debitur jika ia tidak mampu melunasinya dalam batas waktu yang
ditentukan. Mekanisme pengelolaan Qardhul Hasan terdapat pada BAZNAS, BWI, dan lembaga
keuangan syariah lainnya seperti perbankan syariah, BMT, dan MWB.
Pengelolaan dana zakat sebagai Qardhul Hasan juga menuai pro kontra di kalangan ulama
kontemporer karena penyaluran zakat harus diberikan kepada 8 asnaf sesuai QS At-Taubah
ayat 60. Sedangkan pengelolaan dana wakaf sebagai Qardhul Hasan memiliki fleksibilitas yang
lebih tinggi. . Selain itu, melalui pengaturan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia

(DSN-MUI) Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Al-Qardh dan Undang-Undang Nomor 23


Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, penulis mengungkapkan perbedaan pengelolaan dana
zakat melalui akad. Qardhul Hasan di BAZNAS Kabupaten Semarang dan BAZNAS Kabupaten
Tulungagung. Dimana BAZNAS Kabupaten Semarang mengeluarkan pinjaman tanpa tambahan
biaya/ujrah, sedangkan BAZNAS Tulungagung melalui program modal bergulir PK 5 untuk
memberdayakan pembiayaan usaha mikro.

Meskipun penelitian ini cukup detail dalam menjelaskan model pembiayaan Qardhul
hassan yang ada di lembaga keuangan syariah seperti

251
Machine Translated by Google

Vol. 8 No. 2. Desember 2022

BAZNAS dan BWI. Namun penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan,
antara lain kurangnya data pembiayaan Qardhul hassan selain BAZNAS dan BWI,
sehingga peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini lebih
detail lagi. Selain itu, penelitian ini juga hanya memberikan dua contoh implementasi
pembiayaan Qardhul hassan di BAZNAS Semarang dan BAZNAS Tulungagung,
dimana penelitian selanjutnya dapat menambahkan 2-3 contoh lain untuk
memberikan variasi model pembiayaan Qardhul hassan yang lebih banyak.

252
Machine Translated by Google

Implementasi Akad Qardhul Hasan..... Putri Rizka Citaningati, et.al DOI: https://
dx.doi.org/ 10.24952/ fitrah.v8i2.5903

REFERENSI

Abdullah, M. (2015). Menganalisis Aspek Moral Qardh: Perspektif Syariah.


Jurnal Internasional Keuangan dan Manajemen Islam dan Timur Tengah2, 8(2), 171–
184. https://doi.org/10.1108/IMEFM-11-2013-0116

Achlak, A. (2016). Proses Surplus Discrete-Time untuk Asuransi Takaful dengan Multipe
Tingkat Ambang Batas. Universitas Teknik Timur Tengah.

Aderemi, AMR, & Ishak, MSI (2020). Crowdfunding sebagai Moda Pembiayaan Alternatif
untuk Usaha Mikro dan Kecil: Usulan Akad Qard-al Hasan. Jurnal Internasional Ekonomi
dan Keuangan Islam (IJIEF), 3(3), 95–118. https://doi.org/10.18196/ijief.3235

Aderemi, AMR, & Ishak, MSI (2022). Qard Hasan sebagai instrumen keuangan Islam yang
layak untuk crowdfunding: potensi dan kemungkinan penerapannya untuk membiayai
usaha mikro di Malaysia. Penelitian Kualitatif di Pasar Keuangan, 1755–4179. https://
doi.org/10.1108/QRFM-08-2021-0145

Anjum, MI (2022). Kritik Islam terhadap teori sistem ekonomi saingan dari International Journal
minat. of Systems. https://doi.org/10.1108/IJOES-08-2021-0155
Etika Dan

Ascarya, Rahmawati, S. (2011). Akad dan Produk Bank Syariah. PT. Raja Grafindo
Persada.

Ascarya, A., Sukmana, R., Rahmawati, S., & Masrifah, AR (2022). Mengembangkan model
wakaf tunai untuk Baitul Maal wat Tamwil sebagai keuangan mikro komersial dan sosial
Islam yang terintegrasi. Journal of Islamic Accounting and Business Research, 1759–
0817. https://doi.org/10.1108/JIABR-09-2020-0267

Ashal, FF, & Nanda, TSF (2018). Transaksi Pembiayaan Qardhul Hasan: Impact Keuangan
Islam dalam Ekonomi Ril. Al Tijarah, 4(1), 54. https://doi.org/10.21111/tijarah.v4i1.2431

Askari, H., Iqbal, Z., & Mirakhor, A. (2009). Keuangan Mikro berbasis Qard-ul-Hassan.
Dalam Isu Baru Keuangan dan Ekonomi Islam: Kemajuan dan Tantangan. John Wiley &
Sons (Asia) Pte. Ltd.

Eisenhardt, KM (1989). Membangun teori dari penelitian studi kasus. Tinjauan Akademi
Manajemen, 14(4), 532–550. https://doi.org/10.2307/258557

Falikhatun, Assegaf, YU, & Hasim. (2016). Menelisik Makna Pembiayaan Qardhul Hassan
dan Implementasinya pada Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Keuangan Dan
Perbankan, 20(1), 94-103.

253
Machine Translated by Google

Vol. 8 No. 2. Desember 2022

https://eprints.unmer.ac.id/id/eprint/1146/

Faujiah, A. (2020). Praktek Akad Qardhul Hasan pada Bank Wakaf Mikro.
AKTIF: Jurnal Ekonomi Syariah, 20–36. http://jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/
3(1),
activa/article/view/572

Hadi, S. (2018). Pemberdayaan Ekonomi Melalui Wakaf. ZISWAF : Jurnal Zakat Dan Wakaf,
4(2), 229. https://doi.org/10.21043/ziswaf.v4i2.3043

Herianingrum, S., Drasmawita, F., Ratnasari, RT, & Fadlillah, H. (2019). Fungsi sosial IMI
dalam pembebasan kredit usaha mikro. Opsi, 35(88), 819–831.

Hudayati, A., & Tohirin, A. (2019). Pengukuran Kinerja Berbasis Teori Maqasid dan Usaha
Syariah bagi Lembaga Zakat. Jurnal Zakat Internasional, 4(2), 101–110. https://doi.org/
10.37706/ijaz.v4i2.192

Indah Sulistya, Neneng Hasanah, MII (2020). Strategi Pengelolaan Wakaf Uang oleh Badan
Wakaf Indonesia (BWI). AL-AWQAF : Jurnal Wakaf Dan Ekonomi 39–58.
Islam, 13(1),
https://www.jurnal.bwi.go.id/index.php/awqaf/article/view/95/77

Kasdi, A. (2016). Model Pemberdayaan Wakaf Produktif Di Indonesia. ZISWAF: Jurnal


Zakat Dan Wakaf,1528
1–15. https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Ziswaf/article/view/
1(1),

Martha, G. (2020). Pelaksanaan Qardhul Hasan Dalam Pendistribusian Zakat Di Baitul


Qiradh Baznas Provinsi Sumatera Selatan Menurut Hukum Ekonomi Syariah. Tamwil,
3(1), 59. https://doi.org/10.31958/jtm.v3i1.1076

Maskuroh, IN (2019). Penyaluran zakat produktif di BAZNAS Kota Semarang [UIN Walisongo
Semarang]. http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/10079/

Mohseni-Cheraghlou, A. (2017). Inklusi Keuangan dan Pengentasan Kemiskinan di Negara-


Negara Mayoritas Muslim: Peran Keuangan Islam dan Qard Hassan.
Dalam Inklusi Keuangan dan Pengentasan Kemiskinan. https://doi.org/10.1007/978-3-
319-69799-4_4

Muneer, F., & Khan, F. (2022). Dampak program Qard-al-Hasan (pinjaman tanpa bunga)
dalam mengurangi kemiskinan multidimensi: sebuah bukti dari Bangladesh barat
daya. Jurnal Internasional Keuangan dan Manajemen Islam dan Timur Tengah, 1753–
8394. https://doi.org/10.1108/IMEFM-03-2021-0101

Musyarofah, S. (2016). Tinjauan hukum Islam terhadap praktik qordhul hasan (studi

254
Machine Translated by Google

Implementasi Akad Qardhul Hasan..... Putri Rizka Citaningati, et.al DOI: https://
dx.doi.org/ 10.24952/ fitrah.v8i2.5903

kasus pada program Bina Mitra Mandiri di BAZNAS Kota Semarang) [UIN
Walisongo Semarang]. https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/5741/1/112311054.pdf

Mutamimah, M., Zaenudin, Z., & Bin Mislan Cokrohadisumarto, W. (2022). Praktik
Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Mikro Syariah untuk Meningkatkan Kinerja
dan Keberlanjutan Keuangannya: Kajian di Baitut Tamwil Muhammadiyah,
Indonesia. Penelitian Kualitatif di Pasar Keuangan, 14(5), 679–696. https://doi.org/
10.1108/QRFM-06-2021-0099

Nasution, ME (2010). Wakaf Uang, Solusi bagi KPR Islamic Banking. Bwi.Go.Id. https://
www.bwi.go.id/514/2010/11/23/wakaf-uang-solusi-bagi-kpr-islamic banking/

Nurcahya, Yusrialis, Akbarizan, Srimuhayati, & Hayani, N. (2019). Al-Qardh dari Harta
Zakat bagi Mustahik dan Implementasinya di BAZNAS Indonesia dan PPZ Malaysia.
Jurnal Manajemen dan Riset Fatwa, 202–220. https://doi.org/10.33102/
jfatwa.vol0no0.283

Puspita, D., Kolkiewicz, A., & Tan, KS (2020). Discrete Time Ruin Probability untuk
Takaful (Asuransi Syariah) dengan Kegiatan Investasi dan Qard-Hasan (Pinjaman
Kebajikan). Jurnal Risiko dan Manajemen Keuangan, 13(9), 211. https://doi.org/
10.3390/jrfm13090211

Putri, MA, Hapipah, S., & Rohmat, S. (2021). Analisis Sistem Pembiayaan Akad Qardhul
Hasan Di BMT Al-Amanah Cabang Subang. EKSISBANK: Ekonomi Syariah
Bisnis 5(2),
Perbankan, Dan https://doi.org/10.37726/ee.v5i2.131%0AAnalisis 1–19.

Qardhawi, Y. (2018). Norma & Etika Ekonomi Islam. Gema Insani Press.

Saleem, SAYA (2013). Akad Pinjaman (al-Qard). Dalam JW & SSP Ltd. (Ed.), (hlm. 79–
Hukum Dagang Islam https://doi.org/ 86).
10.1002/9781119198956.ch5

Sukma, FA, Akbar, RK, Azizah, NN, & Juliani, GP (2019). Konsep Dan Implementasi
Akad Qardhul Hasan Pada Perbankan Syariah Dan Manfaatnya. Amwaluna: Jurnal
Ekonomi Dan Keuangan Syariah, 3(2). https://doi.org/10.29313/amwaluna.v3i2.4296

Tahiri Jouti, A. (2019). Pendekatan terpadu untuk membangun ekosistem keuangan


sosial Islam yang berkelanjutan. ISRA International Journal of Islamic Finance,
11(2), 246–266. https://doi.org/10.1108/IJIF-10-2018-0118

Ülev, S., Savaÿan, F., & Özdemir, M. (2022). Apakah lembaga keuangan mikro Islam

255
Machine Translated by Google

Vol. 8 No. 2. Desember 2022

mempengaruhi perkembangan sosial ekonomi penerima manfaat? Bukti


dari Turki. Jurnal Internasional Etika dan Sistem. https://doi.org/10.1108/
IJOES-09-2021-0179

Wulandari, P., Kassim, S., Adhi Kasari Sulung, L., & Iwani Surya Putri, N. (2016).
Aspek unik dari proses pembiayaan keuangan mikro syariah: Pengalaman
Baitul Maal Wa Tamwil di Indonesia. Humanomik, 32(3), 230–247. https://
doi.org/10.1108/H-09-2014-0062

Yin, RK (2011). Penelitian Kualitatif dari Awal Sampai Akhir. Pers Guildord.

Yulianto. (2018). Qordhul Hasan : Upaya Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Dalam


Rangka Peningkatan Nasabah Baitul Maal Wa Tamwil. Akuntansi Dan
Perbankan Syariah, 01(01), 137–154. https://core.ac.uk/reader/235260850

Zainuddin, Z., & Khalid, H. (2020). Persepsi Hukum Masyarakat Tentang Zakat
Produktif dan Pemanfaatannya Di Makassar. FIAT JUSTISIA:Jurnal Hukum,
Ilmu
14(1), 69. https://doi.org/10.25041/fiatjustisia.v14no1.1796

256

Anda mungkin juga menyukai