Anda di halaman 1dari 255

HIDROTERAPI WUDHU SEBAGAI TEKNIK

KONSTRUKSI MOTIVASI BELAJAR

DISERTASI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Doktor


Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam

UIN SUSKA RIAU

Oleh :
DIAN CITA SARI
NIM : 31594206047

PROGRAM PASCASARJANA (PPs)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
1442 H/ 2021 M

i
PERNYATAAN ORISINALITAS DISERTASI

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Dian Cita Sari


NIM : 31594206047
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Alamat : Jl. Segar No. 26 Pekanbaru

Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya Disertasi yang berjudul


“Hidroterapi Wudhu Sebagai Teknik Konstruksi Motivasi Belajar” adalah
benar-benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan
sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Demikianlah surat
penyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
sebagai mana mestinya.

Peneliti/Penulis

Dian Cita Sari


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan


hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan serta semangat
kepada penulis hingga selesainya penulisan disertasi ini dengan
judul: Hidroterapi Wudhu SEbagai Teknik Konstruksi Motivasi
Belajar. Sholawat serta salam senantiasa diucapkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia kearah
jalan kebenaran dan kebaikan.
Penyusunan disertasi ini dimaksudkan untuk memenuhi
tugas akhir guna memperoleh gelar Doktor Pendidikan Agama
Islam pada Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Pekanbaru. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangsih Tenaga Pendidik di tempat bertugas.
Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih jauh dari
sempurna karena adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang
dimiliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang bersifat
membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis
berharap, semoga disertasi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang memerlukan.

Penulis,

Dian Cita Sari


PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan

hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan serta semangat

kepada penulis hingga selesainya penulisan disertasi ini dengan

judul: Hidroterapi Wudhu Sebagai Teknik Konstruksi Motivasi

Belajar. Sholawat serta salam senantiasa diucapkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia kearah

jalan kebenaran dan kebaikan.

Terlepas dari segala kekurangan, pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan

sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Bapak Prof. Dr. KH. Akhmad

Mudjahidin, M.Ag beserta para Wakil Rektor dan jajaran.

2. Direktur Program Pasca Sarjana UIN Sultan Syarif Kasim Riau,

Bapak Prof. Dr. H. Afrizal M, MA beserta Sekretaris dan jajaran.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam, Bapak Dr. Abu

Anwar, M.Ag beserta Sekretaris dan jajaran.

4. Dosen Promotor, Bapak Prof. Dr. Hairunnas Rajab, M.Ag atas saran,

bimbingan dan pandangannya hingga selesainya disertasi ini.

5. Dosen Co. Promotor, Bapak Dr. Tohirin, M.Pd atas saran, bimbingan

dan pandangannya hingga selesainya disertasi ini.


6. Dosen Penguji, Bapak Prof. Dr. H. Munzir Hitami, MA dan Bapak

Prof. Dr. H.Akhyak, MA atas saran dan arahannya.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Pasca Sarjana UIN Sultan Syarif

Kasim Riau beserta staf tata usaha yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang telah memberikan wawasan keilmuan dan kemudahan

selama proses perkuliahan.

8. Kepada kedua orang tua Bapak Sudirman dan Ibu Arum Wibawani

yang tidak henti-hentinya memberikan dorongan moril maupun

materil hingga menjadi dorongan positif dalam menyelesaikan studi.

9. Kepada kedua adinda tercinta Adi Suardiman dan Amelia Setiani atas

perhatian selama masa studi dan penyelesaian disertasi ini.

10. Kepada seluruh Teman di kelas Pascasarjana yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, atas dorongan dan motivasinya hingga

terselesaikannya studi dan disertasi ini.

Penulis,

Dian Cita Sari


HIDROTERAPI WUDHU SEBAGAI TEKNIK
KONSTRUKSI MOTIVASI BELAJAR

DIAN CITA SARI

ABSTRAK

Motivasi belajar merupakan suksesi utama dalam proses pendidikan


dunia, termasuk Indonesia. Salah satu hal yang dapat menimbulkan
motivasi belajar adalah atmosfer akademik dengan didasari
pelaksanaan ibadah wudhu selama proses pendidikan berlangsung.
Masalah yang terjadi dilapangan, pelaksanaan ibadah wudhu
mahasiswa hanya merupakan rutinitas ibadah, sehingga diperlukan
program berkelanjutan wudhu dengan kombinnasi teknik hidroterapi
dan teknik konstruksi motivasi. Penelitian ini bertujuan untuk
membangun hidroterapi wudhu sebagai teknik konstruksi motivasi
belajar mahasiswa. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental
dengan pre dan post test design. Sebanyak 36 responden secara random
dan dibagi menjadi dua, yaitu: kelompok perlakuan dengan hidroterapi
dan kelompok kontrol tanpa hidroterapi wudhu. Pengumpulan data
dengan menggunakan angket skala motivasi belajar, observasi, dan
wawancara. Uji-t digunakan untuk mengetahui efek hidroterapi dalam
merekonstruksi motivasi belajar kelompok perlakuan di banding
kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan hidroterapi wudhu
pada kelompok perlakuan menghasilkan perbaikan motivasi belajar
lebih bermakna di banding kelompok kontrol.(p<0.05). Kesimpulan
penelitian yaitu: 1)Hidroterapi wudhu sebagai teknik motivasi belajar
di konstruksi melalui terapan praktis berwudhu secara fisik, kognitif,
emosional, dan perilaku. 2) Model hidroterapi wudhu sebagai teknik
konstruksi motivasi belajar menggunakan model pendekatan potensi
individu dan lingkungan belajar.

Kata Kunci: Hidroterapi Wudhu, Konstruksi, motivasi belajar


HIDROTERAPHY WUDHU AS LEARNING
MOTIVATION CONSTRUCTION

DIAN CITA SARI

ABSTRACT

Motivation to learn is the main succession in the world education


process, including Indonesia. One of the things that can lead to
learning motivation is an academic atmosphere based on the
implementation of wudhu during the educational process. Problems
that occur in the field are that the implementation of ablution for
students is only a routine of worship, so a continuous program of
ablution is needed with a combination of hydrotherapy techniques
and motivational construction techniques. This study aims to build
ablution hydrotherapy as a construction technique for student
learning motivation. This research is an experimental research with
pre and post test design. A total of 36 respondents were randomized
and divided into two, namely: the hydrotherapy group and the
control group without hydrotherapy for ablution. Collecting data
using a scale questionnaire of learning motivation, observation, and
interviews. The t-test was used to determine the effect of
hydrotherapy in reconstructing the learning motivation of treatment
group compared to control group. The results showed that the
hydrotherapy of ablution in the treatment group resulted in a more
significant improvement in learning motivation than the control
group (p <0.05). The research conclusions are: 1) Hydrotherapy for
wudu as a learning motivation technique in construction through the
practical application of ablution physically, cognitively,
emotionally, and behavior. 2) The ablution hydrotherapy model as a
learning motivation construction technique using an individual
potential approach model and the learning environment.
Keywords: Wudu hydrotherapy, construction, learning motivation
‫العﻼج المائي لودهو كدافع تعليمي لهندسة البناء‬

‫ديان سيتا ساري‬

‫نبذة مختصرة‬

‫الدافع للتعلم هو الخﻼفة الرئيسية في عملية التعليم في العالم ‪ ،‬بما في ذلك إندونيسيا‪ .‬من‬
‫اﻷمور التي يمكن أن تؤدي إلى تحفيز التعلم وجود جو أكاديمي يقوم على تطبيق إجازة‬
‫الوضوء أثناء العملية التعليمية ‪ ،‬والمشكﻼت التي تحدث في هذا المجال هي أن تطبيق‬
‫الوضوء على الطﻼب ما هو إﻻ روتين عبادة ‪ ،‬لذا فإن هناك حاجة إلى برنامج متواصل‬
‫للوضوء مع مزيج من تقنيات المعالجة المائية وتقنيات البناء التحفيزية‪ .‬تهدف هذه الدراسة‬
‫إلى بناء العﻼج المائي للوضوء كأسلوب بناء لتحفيز تعلم الطﻼب‪ .‬هذا البحث هو بحث‬
‫تجريبي مع تصميم اﻻختبار القبلي والبعدي‪ .‬تم اختيار ما مجموعه ‪ 36‬مبحوثا ً عشوائيا ً‬
‫وقسموا إلى قسمين ‪ ،‬هما‪ :‬مجموعة المعالجة المائية ومجموعة التحكم بدون المعالجة‬
‫المائية للوضوء‪ .‬جمع البيانات باستخدام استبيان مقياس لتحفيز التعلم والمﻼحظة‬
‫والمقابﻼت‪ .‬تم استخدام اختبار ‪ t‬لتحديد تأثير المعالجة المائية في إعادة بناء دافع البﻼجار‬
‫للمجموعة العﻼجية مقارنة بمجموعة التحكم‪ .‬أظهرت النتائج أن العﻼج المائي للوضوء‬
‫في المجموعة العﻼجية أدى إلى تحسن كبير في دافعية التعلم أكثر من المجموعة الضابطة‬
‫)‪ .(0.05> P‬استنتاجات البحث هي‪ (1 :‬العﻼج المائي للوضوء كأسلوب تحفيزي تعليمي‬
‫في البناء من خﻼل التطبيق العملي للوضوء جسديًا ومعرفيًا وعاطفيًا وسلوكيًا‪ (2 .‬يستخدم‬
‫نموذج المعالجة المائية للوضوء كأسلوب بناء لتحفيز التعلم نموذج نهج محتمل فردي وبيئة‬
‫تعليمية‪.‬‬

‫الكلمات المفتاحية‪ :‬العﻼج المائي للوضوء ‪ ،‬البناء ‪ ،‬الدافعية التعليمية‬


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................... i


HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................... 1


A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Defenisi Variabel ............................................................. 20
C. Permasalahan ................................................................... 21
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................ 23
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................... 24
A. Kerangka Teori ................................................................ 24
1. Hidroterapi .................................................................. 24
a. Pengertian Hidroterapi .......................................... 24
b. Sejarah Hidroterapi ............................................... 26
c. Air dan Cara Kerjanya .......................................... 27
2. Wudhu......................................................................... 32
3. Motivasi Belajar.......................................................... 40
a. Pengertian Motivasi Belajar ................................... 40
b. Fungsi Motivasi dalam Belajar .............................. 45
B. Penelitian Relevan ........................................................... 45
C. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ................. 51
D. Kerangka Pikir Penelitian ................................................ 55
E. Hipotesis .......................................................................... 56
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................. 57
A. Jenis Penelitian ................................................................ 57
B. Subyek Peneltian ............................................................. 59
C. Waktu Penelitian ............................................................. 59
D. Lokasi Penelitian ............................................................. 59
E. Populasi dan sampel ........................................................ 59
F. Instrumen Penelitian ........................................................ 61
G. Uji Validitas dan Uji Realibilitas Instrumen ................... 63
H. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 65
I. Teknik Analisis Data ....................................................... 65
BAB IV. PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN ............. 72
BAB V. PENUTUP......................................................................... 203
A. Kesimpulan ...................................................................... 203
B. Saran ................................................................................ 204
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Penyebaran Angket Studi Pendahuluan Variabel


Motivasi Belajar ................................................................. 18
Tabel 2.1 Dua Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik .................................... 44
Tabel 2.2 Hierarki Kebutuhan Manusia Menurut Maslow ................. 45
Tabel 2.3 Hubungan Antar Variabel ................................................... 52
Tabel 2.4 Variabel Penelitian .............................................................. 52
Tabel 2.5 Kaitan Angka Capaian, Kategori dan Skor ......................... 53
Tabel 2.6 Defenisi Operasional ........................................................... 53
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Rekonstruksi Motivasi
Belajar Menggunakan Hidroterapi Wudhu ....................... 76
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Mahasiswa yang Memiliki Motivasi
Tinggi ................................................................................. 78
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Mahasiswa yang Memiliki Motivasi
Rendah ................................................................................ 79
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Mahasiswa yang Memiliki Motivasi
Tinggi Melalui Hidroterapi Wudhu .................................... 81
Tabel 4.9 Data Induk Penelitian.......................................................... 82
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ragam Kristal Air Hado........................................................... 31


Gambar 4.2 Histogram Mahasiswa yang Memiliki Motivasi Tinggi. ......... 77
Gambar 4.3 Histogram Mahasiswa yang Memiliki Motivasi Tinggi .......... 78
Gambar 4.4 Histogram Mahasiswa yang Memiliki Motivasi Rendah ........ 80
Gambar 4.5 Histogram Mahasiswa yang Memiliki Motivasi Tinggi .......... 81
Gambar.4.6 Pola Garis Interaksi antara Hidroterapi & Motivasi Belajar .... 87
Gambar.4.8 Unsur Motivasi Belajar ............................................................ 89
Gambar.4.9 Unsur Aktivitas Wudhu.......................................................... 156
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wudhu merupakan kegiatan bersuci dari hadas kecil dengan cara

membasuh anggota badan tertentu dengan air yang suci dan mensucikan

disertai dengan niat. Wudhu secara bahasa berasal dari sighat: ً ‫ضا َءة‬
َ ‫َوض َُؤ ُوض ُْو ًءا َو‬

artinya bersih.1 Sedangkan Ibrahim Al-Bajuri dalam kitabnya Al-Bajuri ’Ala

Ibn Qasim mengatakan bahwa, ”Kata wudhu diambil dari kata waḍāah, yang

artinya baik, bersih, murni atau tidak kecampuran dosa.”2 Berikut beberapa

hadis Nabi yang menjelaskan tentang wudhu:

Dari Abu Hurairah r.a. mendengar Rasulullah S.A.W bersabda:


Sesungguhnya umatku itu akan dipanggil pada hari kiamat dalam
keadaan bercahaya wajahnya dan amat putih bersih tubuhnya dari
sebab bekas-bekasnya berwudhu. Maka dari itu, barangsiapa yang
dapat di antara engkau semua hendak memperpanjang-yakni
menambahkan cahaya, maka wajarlah ia melakukannya dengan
menyempurnakan berwudhu.

Dari Usman bin Affan r.a. berkata Rasulullah S.A.W. bersabda:


Barangsiapa yang berwudhu lalu menyempurnakannya, yakni
sesempurna mungkin, maka keluarlah kesalahan-kesalahannya
sehingga keluarnya itu sampai dari bawah kuku-kukunya. (Hadis
Riwayat Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. pula bahawasanya Rasulullah S.A.W bersabda


: Sukakah engkau semua kalau saya tunjukkan akan sesuatu amalan
yang dapat melebur semua kesalahan dan dengannya dapat pula
menaikkan beberapa darjat?. Para sahabat menjawab: Baiklah, ya
Rasulullah. Beliau S.A.W. lalu bersabda : Yaitu menyempurnakan
wudhu sekalipun menemui beberapa hal yang tidak disenangi, seperti

1 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: Pustaka


Progerssif, 2002), h. 1564
2 Ibrahim Al-Bajuri, Al-Bajuri ‘Ala Ibn Qasim, (Surabaya: Maktabah Hidayah, t.t), h. 45
2

terlalu dingin dan sebagainya, banyaknya melangkahkan kaki untuk


kemasjid dan menantikan salat sesudah melakukan salat. Itulah yang
disebut ribath, yaitu perjuangan menahan nafsu untuk
memperbanyakkan ketaatan pada Tuhan. (Hadis Riwayat Muslim)

Dari Umar bin al-Khathab r.a. dari Nabi S.A.W.: Tiada seseorang pun
dari engkau semua yang berwudhu lalu ia memyempurnakan wudhu-
nya, kemudian mengucapkan syahadat, melainkan dibukakanlah
untuknya pintu syurga sejumlah delapan buah. Ia diperbolehkan
masuk dari pintu manpun juga yang dikehendaki olehnya. (Hadis
Riwayat Muslim).

Wudhu adalah syari’at bersuci yang diperintahkan oleh Allah SWT

kepada umat Islam. Allah SWT pun telah memberikan tuntunan secara jelas

tentang tata cara berwudhu, sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam Q.S.

Al-Maidah ayat 6 Allah SWT berfirman : 3

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan


shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,
dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua
mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu
dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”

Perintah wudhu yang tekandung dalam ayat tersebut di atas sangat

jelas, sehingga kaum Muslimin tidak boleh mengabaikannya. Q.S. Al-Maidah

ayat 6 di atas juga menjelaskan bahwa wudhu berkorelasi dengan seluruh aspek

kehidupan manusia, baik jasmani maupun rohani. Kebersihan sebagai pangkal

kesehatan mental, emosional, akal, sosial, spiritual, dan lain sebagainya

merupakan nikmat yang teramat besar bagi manusia. Selain itu, dalam dalil-

3 Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 6, Al-Qur’an, (Jakarta: Depag RI,1986), h. 463.


3

dalil lain menganjurkan berwudhu, seperti ketika thawaf di Baitullah, ketika

membaca Al-Qur’an, ketika berdzikir dan berdo’a kepada Allah, ketika akan

memulai majelis illmu (belajar), hendak tidur, sesudah muntah, ketika hendak

makan dalam keadaan junub, ketika hendak mengulang jima’, ketika hendak

tidur dalam keadaan junub, dan lain-lain. Kemudian ayat di atas ditutup dengan

kalimat “Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak

membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu

bersyukur.” Hal ini menerangkan bahwa semua perintah Allah itu ada

tujuannya, untuk kemaslahatan umat manusia sendiri, sehingga bersyukur dan

kemudian mengerjakan dengan ikhlas dan penuh kesadaran.

Wudhu berasal dari kata Wadha’, “Kebersihan”, sedangkan dalam

terminologi hukum Islam wudhu berarti membersihkan diri sebelum

mengerjakan ibadah sholat. Wudhu merupakan cara untuk membersihkan jiwa.

Secara bahasa wudhu diambil dari kata Al-Wadholah yang maknanya adalah

An-Nadhofah (kebersihan) dan Al-Husnu (baik).

Wudhu menurut syar’i (terminologi) yaitu sebagai alat perontokan

dosa dalam diri manusia pada anggota tubuh yang empat (yaitu: wajah, kedua

tangan, kepala, dan kedua kaki) dengan cara khusus menurut syari’at.4

Wudhu atau bersuci dari hadast (kotoran batin) wajib dilakukan ketika

hendak melakukan shalat, thawaf (mengelilingi ka’bah) dan menyentuh kitab

suci Al-Qur’an. Selain waktu-waktu yang wajib untuk berwudhu, dianjurkan

pula berwudhu sebelum berdzikir, jelang tidur, dan sebelum mandi wajib.

4 Ibid
4

Dianjurkan untuk tajdid wudhu yaitu pengulangan wudhu atau wudhu kembali

walaupun masih dalam keadaan suci, selain penyegaran menjelang shalat serta

menambah pahala. Lebih baik mengambil air wudhu sebelum berhias,

memasak, berkendara, menemui tamu dan bagi pelajar yang sedang proses

pembelajaran.5

Dalam kajian Ilmu Ushul Fiqh ada pembahasan yang berkenaan

dengan maqasid al-syar'iyyah, yakni maksud yang terkandung di balik

pelaksanaan sebuah ajaran. Artinya, sertiap materi ajaran Islam mengandung

lautan hikmah, sebab tidak mungkin suatu ajaran oleh Allah tanpa maksud.

Tujuan umumnya adalah agar meraih kebahagiaan dan keselamatan dunia-

akhirat.6

Menurut Oan Hasanudin, dalam bukunya Mukjizat Berwudhu, ayat

tersebut berarti dua hal: Pertama, untuk pembersihan diri dan penyempurnaan

nikmat Allah SWT. Kedua, wudhu tersebut yaitu kesucian atau kebersihan dan

penyempurnaan nikmat berkolerasi dengan kesehatan secara holistik, baik

jasmani maupun rohani.7 Hal ini berarti, wudhu merupakan kegiatan

pembersihan diri yang berkorelasi dengan kesehatan jasmani dan rohani

manusia sebagai penyempurnaan atas nikmat Allah yang diberikan kepada

manusia, baik di dunia maupun di akhirat.

Sholeh Gisymar, ahli terapi alternatif, mengatakan bahwa:

ketika air wudhu membasuh anggota wudhu, secara langsung akan


membuat darah bereaksi sehingga bisa bekerja lebih cepat dan gesit

5 Moh. Ali Aziz, Sukses Belajar Melalui Terapi Sh.at, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2016), h. 10-11
6 Oan Hasanuddin, Mukjizat Berwudhu Untuk Penyembuhan Dan Pencegahan Penyakit, (Jakarta: Qultum
Media, 2007), h. 5.
7 Ibid, h. 58-59
5

mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Hal ini bisa terjadi karena ketika
air wudhu mengenai tubuh akan menyebabkan normalisasi suhu tubuh
sebagai akibat bertemunya suhu panas dalam tubuh dengan dinginnya
guyuran air wudhu. Saat itu juga darah mengalir ke daerah seputar
wajah, kedua tangan dan telapak kaki dengan sangat lancar. Dalam
bagian tubuh yang terkena basuhan air wudhu juga terdapat 61 dari 65
titik refleksi yang ada dalam tubuh manusia. Titik- titik tersebut
merupakan syaraf-syaraf yang berhubungan dengan organ-organ
tubuh manusia yang menimbulkan penyakit akut seperti ginjal,
jantung, paru-paru, darah tinggi, dan kanker. Ketika melakukan
wudhu, titik tersebut akan terefleksi sehingga selain mengobati, juga
bisa mencegah terjadinya penyakit- penyakit akut tersebut.8

Terefleksinya titik-titik refleksi ini tidak terjadi begitu saja, apalagi

jika melakukan wudhu sembrono. Supaya titik-titik refleksi itu terefleksi, tata

cara wudhu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, termasuk kesunahan

dalam berwudhu. Misalnya membasuh telapak tangan sebelum melakukan

wudhu. Dalam telapak tangan tersebut terdapat banyak titik refleksi. Oleh

karena itu, membasuh tangan dengan sebaik-baiknya, misalnya dengan

menggosok-gosokkan tangan kanan dengan tangan kiri dan menyela-nyela jari.

Dengan membasuh telapak tangan, merefleksi titik-titik yang berkaitan dengan

organ dalam manusia.

Muhammad Muhyidin, lebih lanjut juga menemukan, “Air yang

mengandung elektrolit-elektrolit akan membuat pembuluh-pembuluh darah

mengalami vasoditalasi (pelebaran) sehingga memperlancar peredarannya.”9

Ketika aliran darah ke daerah seputar wajah, tangan, dan kaki mengalir dengan

lancar, hal ini akan memperingan kerja jantung, sehingga akan mengurangi

8 Sholeh Gisymar, Terapi Wudhu: Kiat Sehat, Murah dan Berkah melalui Hidroterapi dan Pijat Refeleksi.

(Surakarta: NUUN, 2008), h. 53


9Muhammad Muhyidin, Misteri Energi Wudhu: Keajaiban Fadhilah Energi Wudhu terhadap Kekuatan Fisik,

Emosi dan Hati Manusia. (Jogjakarta: DIVA Press, 2007), h. 107


6

resiko terkena penyakit jantung. Lancarnya peredaran darah ini, secara

otomatis juga akan mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Hal ini

dikarenakan sebagian besar penyakit disebabkan oleh kurang lancarnya

sirkulasi darah. Bagian tubuh yang terkena air wudhu adalah bagian tubuh yang

terbuka, yang sering dihinggapi bakteri dan virus yang menyebabkan penyakit,

sehingga bagian itu harus dibersihkan agar terhindar dari berbagai penyakit.

Bahar Azwar, spesialis bedah umum dan supersialis bedah onkologi

dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mengatakan bahwa, ”Wudhu adalah

pembilasan serta pengenceran kuman hingga mengurangi keganasannya, serta

mempermudah regenerasi kulit dan selaput lendir.”10 Dengan mudahnya

regenerasi kulit dan selaput lendir tersebut, tubuh tidak akan mudah terserang

penyakit karena kulit dan selaput lendir yang menjadi gugus depan

perlindungan tubuh, yaitu menghancurkan penyakit yang menggerogoti tubuh.

Oan Hasanuddin, praktisi akupuntur bersertifikat Internasional dari

Guanzhou University of Traditional Chinese Medicine dalam bidang akupuntur

dan akupresur kecantikan mengatakan bahwa: Sapuan terhadap telinga dengan

intensitas tekanan yang optimal, akan meningkatkan imunoglobullin

(kekebalan tubuh), karena terdapat lima titik yang biasa dijadikan terapi

preventif yaitu titik adrenal, internal secretion, subcortex, limpa, dan hati.

Kelima titik tersebut secara klinis dapat mencegah berbagai serangan virus,

seperti virus influenza.11

10Bahar Azwar, Fikih Kesehatan; Dari Ibadah, Pengobatan, sampai Penyakit Flu Burung, (Jakarta: Quantum
Media, 2005), h. 9
11 Ibid
7

Hal ini berarti selain membersihkan debu dan kotoran yang

menyebabkan lemahnya pendengaran, mengusap telinga secara optimal ketika

berwudhu juga membuat tubuh kita menjadi kebal terhadap serangan berbagai

virus yang menyebabkan berbagai penyakit. Ahli syaraf telah membuktikan

dengan air wudhu yang mendinginkan ujung-ujung syaraf jari-jari tangan dan

jari-jari kaki berguna untuk memantapkan konsentrasi pikiran. Stimulus

tersebut akan dihantarkan melalui meridian ke sel, jaringan dan sistim organ

yang bersifat terapi. Stimulus ini dalam kajian lebih dalam dibuktikan

menghasilkan coping positif. 12

Uraian kajian wudhu di atas, jika diterapkan pada pendidikan secara

berkelanjutan berpeluang meningkatkan motivasi belajar. Inilah yang menjadi

ide awal penelitian Hidroterapi wudhu sebagai konstruksi teknik motivasi

belajar mahasiswa. Hidroterapi atau terapi air adalah metode perawatan dan

penyembuhan melalui media air untuk mendapat efek-efek terapis. Hidroterapi

merupakan salah satu metode yang efektif dalam mengurangi rasa nyeri dan

dapat dilakukan dengan mudah. Istilah hidroterapi baru ada sekitar abad ke 19.

Namun, air telah dimanfaatkan sebagai bagian dari metode penyembuhan sejak

beberapa abad yang silam. Di zaman Yunani air dipercaya memiliki kekuatan

penyembuhan dan di zaman keemasan Romawi telah memanfaatkan kolam air

yang luas sebagai bagian kehidupan sehari-hari untuk kesehatan.13

Berdasarkan paparan teori ini, maka disintesakan makna hidroterapi

12Ibid
13 Ganjar Rulianto, dkk, Pengaruh Olahraga Renang Gaya Dada Sebagai Hydro Therapy Terhadap
Penurunan Intensitas Kambuh Pada Penyakit Asma, Jurnal SP, Vol. 1, No. 1, Tahun 2016, h. 80
8

wudhu adalah terapi menggunakan media air untuk menjaga kebersihan

jasmani dan rohani. Untuk mengukur hidroterapi wudhu dalam penelitian ini

menggunakan dimensi pelaksanaan beserta frekuensi berwudhu. Indikator

hidroterapi wudhu adalah: (a) berwudhu lebih baik; (b)tertib; (c)pengetahuan;

(d) Pemahaman.

Dalam ranah pembelajaran, seluruh elemen belajar, baik pendidik

maupun pelajar yang melakukan wudhu sebelum pembelajaran dimulai,

membuka sebuah jalan perubahan yang muncul kepermukaan yang menjadi

kunci suksesi competency-base-instruction. Competence secara umum adalah

“as adequacy for a task” atau “as possession of requaired knowledge, skills,and

abilities”. Competency menekankan pada “ability to do” yang berbeda dengan

pemahaman sebelumnya yang menekankan pada “ability to demonstrate

knowledge.” Model pendekatan sebelum pembelajaran ini memuat tujuan

pembelajaran yang dibangun atas konsep kesadaran ibadah dalam kemampuan

optimalisasi belajar berdasar pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu

pemahaman spesifik terhadap competency-base instruction setidaknya

memiliki dua makna yakni: 1.Adanya tujuan pembelajaran yang tepat, termuat

dalam perilaku dan terma penilaian yang mesti diketahui mahasiswa maupun

dosen, 2. Pencirian bisa dipertanggungjawabkan, 3. Berkarakter personal,

maksudnya setiap mahasiswa memiliki beberapa pilihan dari tujuan

pembelajaran dan aktivitas pembelajaran yang mesti dimilikinya. 14

14 Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, (PT. Bina Ilmu, 2004), hal.65


9

Competency-base-intructional memiliki prioritas goal-orientation-

individualzation. Artinya tujuan pembelajaran dirancang seobjektif mungkin

oleh dosen untuk mahasiswa. Kemudian mahasiswa diwajibkan untuk

mempelajari berbagai aktivitas dan mengembangkan performan skill atau

kompetensi selama proses pembelajaran berlangsung. Kemudian pendekatan

seperti ini disandingkan atau mesti ditopang oleh manajemen yang baik dan

sistem yang memungkinkan terlaksananya pembelajaran seperti ini yang

selanjutnya menjadikan prinsip accountability dapat diterapkan untuk semua

aspek dalam program pembelajaran.15

Competency-base-education sesungguhnya menuntut kemampuan

untuk dapat melakukan sesuatu pekerjaan berdasarkan ilmu pengeatahuan

dalam sebuah pekerjaan tertentu secara tepat sesuai tuntutan persyaratan

sebuah pekerjaan. Dengan kata lain competency-base-education berorientasi

pada kemampuan unjuk kerja secara profesional dalam suatu pekerjaan

tertentu, seseoarang dikatakan memiliki kompetensi dalam melakukan

perbuatan bila dapat melakukannya sesuai dengan standar yang ditetapkan

dalam perbuatan itu, atau setidaknya sesuai dengan kemampuan “generic”

perbuatan yang dilakukan, selanjutnya mengembangkan kemampuan tersebut

dalam konteks dimana itu dilakukan. Elaborasi ini secara simultan memerlukan

tiga fokus perhatian seluruh civitas akademika pada setiap perguruan tinggi

sebagai penyelenggara pendidikan tinggi di Indonesia ini.

15 Ibid
10

Tiga fokus ranah perhatian ini adalah 1.University Value dan

Departement Scientific Vision sebagai Internal Existence Perguruan Tinggi. 2.

pendidikan tinggi dan masyarakat Sebagai mitra kerja perguruan tinggi dan

3.Sistem penjaminan nutu sebagai generator mutu perguruan tinggi.

Salah satu cara membangun University Value diawali oleh motivasi

para civitas akademikanya. Melalui kebiasaan sehari-hari seperti Wudhu,

motivasi ini dibentuk menjadi lebih baik.16 Motivasi belajar merupakan

kegiatan inti dan utama. Dengan motivasi belajar yang baik dapat

mempengaruhi pertumbuhan fisik dan psikis peserta didik yang diwujudkan

dalam tingkah laku sehari-hari. Oleh karena itu motivasi belajar merupakan hal

pokok dalam kehidupan, karena hampir semua perubahan terjadi karena sebuah

motivasi belajar.

Motivasi Belajar dalam pandangan pendidikan Islam, bila dilihat dari

segi kehidupan kultural umat manusia tidak lain adalah merupakan salah satu

alat pembudayaan (enkulturasi) masyarakat terhadap manusia itu sendiri.

Artinya, sebagai suatu alat, motivasi belajar dapat difungsikan untuk

mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia ke titik optimal

kemampuannya. Dalam hal ini, maka kedayagunaan belajar sebagai alat

pembudayaan sangat bergantung pada motivasi dan konsentrasi manusia

tersebut. Ciri khas pendidikan Islam secara umum yaitu sifat moral relegiusnya

yang nampak jelas dalam tujuan-tujuan yang ingin dicapai maupun sarana-

16
Abu, Abdil Muhsidin As-Soronji, Kemudahan dalam Sifat Wudhu’ Nabi, (Madinah: Maktabah Ummu
Salma al-Alsariyah, 2009), H.1-35
11

sarananya. Karena itu Syaikh Azzarnudji mengharuskan setiap mahasiswa

berniat kala belajar.17 Niat dalam konteks ini adalah motivasi seseorang ketika

belajar, sebab niat adalah pokok dari segala amal perbuatan. Tidak bisa

dipungkiri, setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu dimulai dengan

motivasi (niat) sebagaimana sabda Rasulullah SAW.:

،‫ أَ ْو ِإلَى ْام َرأَةٍ يَ ْن ِك ُح َها‬،‫ُصيبُ َها‬


ِ ‫َت هِجْ َرتُهُ ِإلَى د ُ ْنيَا ي‬ ٍ ‫ َو ِإ ﱠن َما ِل ُك ِّل ا ْم ِر‬،ِ‫ِإنﱠ َما اﻷ َ ْع َما ُل ِبال ِّنيﱠات‬
ْ ‫ فَ َم ْن كَان‬،‫ئ َما ن ََوى‬
‫فَ ِهجْ َرت ُهُ إِلَى َما هَا َج َر إِلَ ْي ِه‬

Artinya:“Sesungguhnya setiap amal perbuatan bergantung pada niatnya, dan


bagi setiap orang apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya
karena urusan dunia yang ingin diraihnya atau karena wanita yang
ingin dinikahinya maka hijrahnya sesuai dengan yang ia niatkan.”

Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak yang menjamin kelangsungan dari belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai. Al Qur’an memotivasi manusia

untuk belajar, di antaranya dalam surat Al-An’am ayat 50 dan 160,

‫قل ﻻ أقول لكم عندي خزآئن الله وﻻ أعلم الغيب وﻻ أقول لكم إني ملك إن أتبع إﻻ ما يوحى إلي قل هل‬
‫يستوي اﻷعمى والبصير أفﻼ تتفكرون‬

Artinya: “Katakanlah, Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan


Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak
(pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak
mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah
sama orang buta dengan orang yang melihat?"Maka apakah kamu tidak
memikirkan (nya)”

‫من جاء بالحسنة فله عشر أمثالها ومن جاء بالسيئة فﻼ يجزى إﻻ مثلها وهم ﻻ يظلمون‬

Artinya: “Barang siapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh
kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan yang jahat
maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan
kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya /dirugikan.”

Terkait konsep motivasi, di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

َ ‫فَإِذَا فَ َر ۡغتَ فَٱن‬


٧ ‫ص ۡب‬
17 Azzarnudji, Ta’limul Muta’alim, (Kudus: Syirkah An-Nur Asia, t.t), h. 10.
12

Artinya:“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah


dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Q.S. Al-Insyrah: 7)18

Penjelasan dari Tafsir Al-Azhar tentang ayat tersebut yaitu apabila

selesai suatu rencana telah menjadi kenyataan; Fan-shab artinya bersiaplah

buat memulai pelajaran yang baru. Dengan kesadaran bahwa segala pencapaian

belajar yang telah selesai atau yang akan kita mulai lagi tidaklah terlepas

daripada kesulitan, tapi dalam kesulitan itu kemudahan pun akan turut serta.

Selalu ada ilham yang akan diberikan Allah, jika kita senantiasa menyandarkan

segala urusan itu dengan iman.19

Ajaran Islam menuntut umatnya untuk melakukan sesuatu dengan

efektif dan bersungguh-sungguh. Setelah menyelesaikan urusan, maka ia

menfokuskan konsentrasi pada hal lanjutan. Al-Qur’an memberikan anjuran

bahwa seorang dilihat dari motivasinya dalam surat An-Najm ayat 39:

٣٩ ‫س ِن ِإ ﱠﻻ َما َس َع ٰى‬ ِ ۡ ‫س ِل‬


َ ٰ ‫ﻺن‬ َ ‫َوأَن لﱠ ۡي‬

Artinya: Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya. (Q.S. An Najm: 39).20

Keterangan dari ayat tersebut bahwa: (1) agar tidak meremehkan

proses belajar yang dilakukan; (2) memberi makna pembelajaran; (3) insaf

bahwa belajar adalah mode of existence (bentuk keberadaan manusia); (4)

Belajar, hakikatnya bentuk pengabdian pada Allah yang berimplikasi pribadi.

18 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Pustaka Agung Harapan, 2011) h. 902.
19 Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar (Singapore: Kerjaya Printing Industries Pte Ltd, 2003),
h. 8043.
20 Ibid., h. 766.
13

Usman mengemukakan teknik motivasi dapat dilakukan dengan cara,

(1) berpikir positif, yakni berpikir bahwa apa yang dikerjakan akan mencapai

kesuksesan; (2) menciptakan perubahan yang kuat, perubahan dari keadaan

yang buruk ke arah yang lebih baik; (3) membangun harga diri, harga diri

merupakan suatu prinsip hidup yang diperjuangkan dan dipertahankan; (4)

memantapkan pelaksanaan, konsisten dengan prosedur dan proses untuk

mencapai kesuksesan; (5) membangkitkan orang lemah untuk kuat; (6)

membasmi sikap suka menunda.21

Menurut Hoy dan Miskel dalam buku Educational Administration

yang dikutip Ngalim mengemukakan bahwa motivasi didefinisikan sebagai

kekuatan yang kompleks, dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-

pernyataan ketegangan, atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai

dan menjaga kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan personal.22

Pada dasarnya ada tiga karakteristik pokok motivasi belajar, yaitu: (1)

usaha: menunjuk kepada kekuatan perilaku belajar seseorang atau intensitas

yang ditunjukkan oleh seseorang dalam belajarnya; (2) kemauan yang kuat:

kemauan keras yang ditunjukkan oleh seseorang ketika menerapkan usahanya

kepada tugas-tugas belajar; (3) arah atau tujuan: arah yang dituju oleh usaha

dan kemauan keras yang dimiliki oleh seseorang. Dengan melihat ketiga

karakteristik pokok motivasi belajar di atas maka motivasi dapat didefinisikan

sebagai keadaan di mana usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan kepada

21 Husaini Usman, Op. Cit., h. 301.


22 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 72.
14

pencapaian hasil atau tujuan tertentu. Hasil-hasil yang dimaksud bisa berupa

produktivitas, kehadiran atau perilaku belajar kreatif lainnya.23

Motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan orang berperilaku,

baik dorongan dari dalam dirinya (intrinsic motivation) maupun dorongan yang

berasal dari luar dirinya (extrinsic motivation). Faktor dari dalam adalah nilai-

nilai hidup yang dihayati dengan sepenuh hati, misalnya hidup untuk belajar,

belajar adalah dalam rangka ibadah. Faktor dari luar diri misalnya harapan atau

penghargaan.24

Motivasi belajar terbentuk dari sikap (attitude) individu dalam

menghadapi situasi belajar (situation) di organisasi. Motivasi merupakan

kondisi atau energi yang menggerakkan diri individu yang terarah atau tertuju

untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental pro dan positif terhadap situasi

itulah yang memperkuat motivasi belajarnya untuk mencapai maksimal.25

Maslow dalam Asrori mengemukakan bahwa motivasi seseorang

untuk melakukan aktifitas ialah karena memiliki kebutuhan yang harus

dipenuhi.26 Misalnya, ada seorang Mahasiswa yang mengurung diri berjam-

jam karena akan menempuh ujian dan berharap mendapatkan hasil yang

memuaskan, dan seorang mahasiswa lain yang biasanya kurang rajin belajar,

tiba-tiba rajin belajar karena dosennya menjanjikan hadiah untuk peraih nilai

23 Sopiah, Perilaku Organisasional (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2010), h. 170.


24 Hanif & Darsono Prawironegoro, Sistem Pengendalian Manajemen Konsep dan Aplikasi (Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2009), h. 41.
25 Anwar Prabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Bandung: Refika

Aditama, 2010), h. 164.


26 Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, Cet. II., (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h. 183.
15

terbaik. Dua siswa tersebut termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar

karena adanya suatu kebutuhan yang harus dipenuhi.

Motivasi belajar sesungguhnya berkaitan erat dengan keinginan

mahasiswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Mahasiswa akan

mendengarkan dengan penuh konsentrasi terhadap materi yang disampaikan

guru dengan harapan akan mendapatkan ilmu. Motivasi sangat diperlukan bagi

terciptanya proses pembelajaran secara efektif. Motivasi memiliki peranan

penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun hasil. Seorang yang

memiliki motivasi tinggi, pada umumnya mampu meraih keberhasilan dalam

proses maupun hasil pembelajaran.

Indikator mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah

menurut Asrori adalah: (1) kurangnya perhatian terhadap pelajaran, rendahnya

semangat juang, (2) mengerjakan sesuatu merasa seperti diminta membawa

beban berat, (3) sulit untuk dapat “jalan sendiri” ketika diberi tugas, (4)

memiliki ketergantungan kepada orang lain, (5) individu dapat berjalan jika

sudah “dipaksa”, (6) daya konsentrasi kurang, cenderung menjadi pembuat

kegaduhan, (7) mudah pesimis ketika menghadapi kesulitan.27

Berdasarkan paparan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dapat disintesakan yang dimaksud motivasi belajar adalah dorongan

pembangkit kemauan individu untuk membentuk sikap aktif dalam belajar.

Pengukur motivasi belajar dalam penelitian ini menggunakan dua dimensi

yaitu: (1) instrinsik; dan 2) ekstrinsik. Indikator motivasi instrinsik adalah: (a)

27 Ibid, h. 183-184
16

belajar lebih baik; (b) tanggung jawab; (c) pencapaian; (d) Prestasi. Sedangkan

indikator motivasi ekstrinsik adalah, (a) pengawasan; (b) hubungan; (c)

keamanan; (d) kesempatan.

Dalam ranah pembelajaran, seluruh elemen belajar, baik pendidik

maupun pelajar yang melakukan wudhu sebelum pembelajaran dimulai,

membuka sebuah jalan perubahan yang muncul kepermukaan yang menjadi

kunci suksesi competency-base-instruction. Competence secara umum adalah

“as adequacy for a task” atau “as possession of requaired knowledge, skills,and

abilities”. Competency menekankan pada “ability to do” yang berbeda dengan

pemahaman sebelumnya yang menekankan pada “ability to demonstrate

knowledge.” Model pendekatan sebelum pembelajaran ini memuat tujuan

pembelajaran yang dibangun atas konsep kesadaran ibadah dalam kemampuan

optimalisasi belajar berdasar pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu

pemahaman spesifik terhadap competency-base instruction setidaknya

memiliki dua makna yakni: 1.Adanya tujuan pembelajaran yang tepat, termuat

dalam perilaku dan terma penilaian yang mesti diketahui mahasiswa maupun

dosen, 2.Pencirian bisa dipertanggungjawabkan, 3.Berkarakter personal,

maksudnya setiap mahasiswa memiliki beberapa pilihan dari tujuan

pembelajaran dan aktivitas pembelajaran yang mesti dimilikinya. 28

Competency-base-intructional memiliki prioritas pada goal-

orientation-individualzation. Artinya Tujuan pembelajaran dirancang

seobjektif mungkin oleh dosen untuk mahasiswa. Kemudian mahasiswa

28 Munardji, Op.Cit, h.5


17

diwajibkan untuk mempelajari berbagai aktivitas dan mengembangkan

performan skill atau kompetensi selama proses pembelajaran berlangsung.

Kemudian pendekatan seperti ini disandingkan atau mesti ditopang oleh

manajemen yang baik dan sistem yang memungkinkan terlaksananya

pembelajaran seperti ini yang selanjutnya menjadikan prinsip accountability

dapat diterapkan untuk semua aspek dalam program pembelajaran.29

Competency-base-education sesungguhnya menuntut kemampuan

untuk dapat melakukan sesuatu pekerjaan berdasarkan ilmu pengeatahuan

dalam sebuah pekerjaan tertentu secara tepat sesuai tuntutan persyaratan

sebuah pekerjaan. Dengan kata lain competency-base-education berorientasi

pada kemampuan unjuk kerja secara profesional dalam suatu pekerjaan

tertentu, seseoarang dikatakan memiliki kompetensi dalam melakukan

perbuatan bila dapat melakukannya sesuai dengan standar yang ditetapkan

dalam perbuatan itu, atau setidaknya sesuai dengan kemampuan “generic”

perbuatan yang dilakukan, selanjutnya mengembangkan kemampuan tersebut

dalam konteks dimana itu dilakukan. Elaborasi ini secara simultan memerlukan

tiga fokus perhatian seluruh civitas akademika pada setiap perguruan tinggi

sebagai penyelenggara pendidikan tinggi di Indonesia ini.

Tiga fokus ranah perhatian ini adalah 1.University Value dan

Departement Scientific Vision sebagai Internal Existence Perguruan Tinggi. 2.

Pendidikan Tinggi dan Masyarakat Sebagai Mitra Kerja Perguruan Tinggi dan

3. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi sebagai Generator Mutu

29 Ibid
18

Perguruan Tinggi. Salah satu cara membangun University Value diawali oleh

motivasi para civitas akademikanya. Dalam hal ini penulis menggunakan

pendekatan hidroterapi wudhu sebagai konstruksi motivasi belajar.30

Berdasarkan survei awal penulis di universitas Abdurrab, terdapat 13

jurusan.31 Hal tersebut berdasarkan penelitian awal yang dilakukan peneliti

maka sebagai objek penelitian kali ini adalah :

Tabel 1.1: Hasil Penyebaran Angket Studi Awal Variabel Motivasi Belajar

No Indikator SS % S % R % TS % STS % Total


Motivasi Instrinsik
(a)Belajar lebih baik;
1 (b)Tanggung jawab 23 23 3 3 23 23 0 0 1 1 50
(c) Pencapaian
(d) Prestasi
Motivasi ekstrinsik
(a) pengawasan
2 (b) hubungan 14 14 52 52 8 8 3 3 3 3 80
(c) keamanan
(d) kesempatan
Sumber data: Hasil Angket Studi Pendahuluan (2019)

Kondisi yang sama menggejala pada mahasiswa Universitas

Abdurrab. Berdasarkan wawancara dan pengamatan terhadap mahasiswa,

peneliti mendapatkan data bahwa rendahnya hasil belajar siswa disebabkan

motivasi belajar yang rendah baik secara internal maupun ekternal.6 Secara

internal, di antaranya ialah tidak ada semangat belajar, tidak memiliki tujuan

belajar, tidak ada cita-cita yang jelas, minimnya keinginan untuk mencari tahu,

menunda-nunda tugas mata pelajaran, merasa tidak nyaman di kelas, merasa

tidak dapat konsentrasi saat belajar, merasa keinginannya tidak terpenuhi yang

30
Abu, Abdil Muhsidin As-Soronji, Loc.Cit. h.1-35
31 Dokumen Akademik Universitas Abdurrab, pada tanggal 19 Februari 2019.
19

tidak ada kaitannya dengan akademik. Sedangkan secara eksternal di antaranya

ialah kurangnya penghargaan/reward dari dosen maupun dari orang tua,

lemahnya ketegasan terhadap punishment, merasa tidak cocok, dan merasa

tidak penting adanya persaingan belajar. Kondisi-kondisi psikologis

mahasiswa ini mengganggu efektivitas belajar, sehingga mahasiswa lebih

cenderung menghindar dari kegiatan-kegiatan akademik.32

Adapun mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi,

menjelaskan bahwa ia lebih senang sekolah daripada beraktifitas di rumah,

senang belajar, memiliki pemahaman yang luas, berprestasi, memiliki rasa

ingin tahu yang besar terhadap pelajaran, memilih teman yang pandai,

menghargai waktu, mudah memahami pelajaran, merasa butuh saingan sesama

teman setingkat, cenderung mendapatkan hasil belajar maksimal untuk meraih

cita-citanya.

Paparan temuan awal ini kemudian diidentifikasi peneliti dengan

pendekatan hidroterapi wudhu sebagai teknik konstruksi motivasi belajar.

Konstruksi dimulai dari hasil penemuan penelitian terdahulu dimana Jumlah

total titik zona wudhu dan titik reseptor akupuntur sama yaitu 493 titik.

Perbandingan Anggota wudhu (rukun dan sunat): jumlah titik Akupunktur

adalah sebanding, rinciannya, Wajah 84, Tangan 95, Kepala 64, Telinga 125,

dan Kaki 125.33

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah hidroterapi wudhu dan

motivasi belajar. Hidroterapi wudhu menjadi variabel bebas (dependent

32 Wawancara pendahuluan dengan AA (mahasiswa Abdurrab), pada Maret 2019.


33 Gisymar, Op.Cit, h. 101
20

variable), dan motivasi belajar menjadi variabel terikat (independent variable).

Motivasi belajar dipilih sebagai variabel terikat karena motivasi belajar sangat

dibutuhkan pada suatu lembaga pendidikan, oleh sebab itu dosen sebagai

pengelola kondisi pembelajaran kelas diharapkan memberikan konstruksi

motivasi belajar kepada mahasiswa melalui hidroterapi wudhu demi

terciptanya lingkungan belajar yang kondusif.

Berawal dari fenomena di atas, maka peneliti melakukan kajian dari

masalah tersebut. Peneliti mengumpulkan berbagai sumber kajian, khususnya

hidroterapi wudhu terhadap mekonstruksi motivasi belajar. Uraian di atas

peneliti susun menjadi dengan formasi judul: Hidroterapi Wudhu sebagai

Teknik Konstruksi Motivasi Belajar.

B. Definisi Variabel

Untuk memperjelas makna yang terkandung dalam pembahasan serta

memudahkan dalam memahami judul ini, maka peneliti memberikan defenisi

variabel judul. Yakni sebagai berikut:

1. Defenisi konseptual hidroterapi yaitu metode perawatan dan penyembuhan

dengan menggunakan air untuk mendapatkan manfaat terapis dalam

penanganan penyakit. Proses penyembuhan dengan terapi air merangsang

saraf sensorik, lalu merangsang sel-sel otak. Di dalam air, tekanan tubuh

menjadi lebih ringan, sehingga bisa menguatkan ketahanan otot dan

kepekaan saraf. Anggota tubuh di basuh air akan lebih mudah digerakkan

dan dilatih untuk menguatkan otot-otot, sendi-sendi dan saraf. Hal ini

disebabkan ketersediaan oksigen dalam tubuh menjadi lebih baik, sehingga


21

meningkatkan daya kerja otot dan oksigenasi otak. Hidroterapi

memperlancar sirkulasi darah dan meningkatkan penyerapan oksigen ke

dalam jaringan saraf, mengurangi kekakuan otot, membuat jaringan sendi

lebih lentur, menurunkan rasa nyeri, memberikan efek relaksasi, dan

meningkatkan kemampuan gerak anggota tubuh.

2. Wudhu adalah serangkaian perbuatan (gerakan) membasuh dan mengusap

anggota-anggota tubuh tertentu, yang diawali dengan niat dan tertib yang

dilakukan semata-mata demi mengharap keridhaan Allah SWT.34

3. Motivasi Belajar adalah suatu alasan/dorongan yang menyebabkan

seseorang belajar, menggali potensi atau meraih prestasi.35 Pelaksanaan

hidroterapi wudhu dalam konstruksi motivasi belajar mahasiswa merupakan

salah satu bentuk strategi yang dapat digunakan untuk menumbuhkan

persepsi dan motivasi positif dan mengefektifkan coping, respons emosi

positif (Positive Thinking), serta dapat menghindarkan reaksi stres

mahasiswa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Mahasiswa kelompok eksperimen

diberikan materi hidroterapi dahulu sebelum hari H dan diwaktu hari H

mahasiswa terlebih dahulu berwudhu sebelum belajar. Sedangkan

kelompok kontrol tidak diberikan materi dan treatment tentang hidroterapi

wudhu sebelum belajar.

34 Muhyidin Muhammad, Op.Cit. h. 70


35 Uswah Wardana, Psikologi Umum. (Jakarta : Bina Ilmu, 2009), h. 140
22

C. Permasalahan

1 .Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi:

a. Persentase mahasiswa dengan motivasi tinggi masih rendah.

b. Sebagian mahasiswa lulus dalam penilaian hasil belajar, tetapi masih ada

mahasiswa yang kesulitan belajar, kemudian di hina.

c. Mahasiswa mampu memotivasi dalam mengikuti pembelajaran walaupun

diganggu. Tetapi mudah menyerah bila diberi tugas.

d. Setiap hari mahasiswa berwudhu sebelum proses belajar dimulai, namun

masih ada mahasiswa yang berwudhu tanpa kesungguhan.

2. Pembatasan Masalah

a. Hidroterapi wudhu sebagai teknik konstruksi motivasi belajar dibatasi

sebagai terapi air melalui gerakan wudhu yang dilakukan mahasiswa

dalam menyusun dorongan belajar menuju tingkat yang lebih baik.

b. Model hidroterapi wudhu sebagai teknik motivasi belajar adalah model

tahapan terapi air melalui wudhu menuju kebersihan lahir dan batin dalam

konstruksi motivasi belajar. Model perawatan kebersihan lahir dan batin

melalui media air wudhu ini, dilakukan dengan menggunakan air pada

wajah, tangan, kepala, dan kaki sesuai syariat wudhu6

3. Rumusan Masalah

a. Bagaimana hidroterapi wudhu sebagai teknik konstruksi motivasi belajar?

b. Bagaimana model hidroterapi wudhu sebagai teknik konstruksi motivasi

belajar di Universitas Abdurrab?


23

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui hidroterapi wudhu sebagai teknik konstruksi motivasi belajar

b. Mengetahui model hidroterapi wudhu sebagai teknik konstruksi motivasi

belajar di Universitas Abdurrab

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis. Bahwa hasil penelitian ini dimaksudkan agar bermanfaat

untuk pengembangan khazanah keilmuan serta sebagai bahan masukan dan

tambahan pustaka pada perpustakaan UIN SUSKA Riau.

b. Secara Praktis. Hasil penelitian ini diharapkan membuka ruang

pemberdayaan civitas akademika untuk mengetahui keajaiban wudhu

terutama dalam suksesi belajar dan berupaya untuk berwudhu dengan baik.
24

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teori
1.Hidroterapi
a. Pengertian Hidroterapi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terapi adalah usaha

untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit. Jadi pengertian

terapi air ialah teknik penyembuhan penyakit melalui air.36

Terdapat banyak cara dalam memberikan terapi air. Di antaranya

dalam pengobatan ruqyah, terapi air dilakukan dengan cara memandikan,

menciprat, atau meminumkan air yang telah dibacakan doa untuk pasien.

Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani menjelaskan bahwa As-

Suyuthi mengatakan dalam al-Itqan, bahwa “Ibnu al-Matin mengatakan

bahwa ruqyah (menjampi) dengan mu’awidzat (doa untuk perlindungan)

dan asma-asma Allah merupakan pengobatan yang bersifat ruhani. Hal itu

bisa terjadi pada lisan abrar (orang-orang yang dekat dengan Allah) di

antara para makhluk-Nya. Intinya ialah, kesembuhan itu terjadi dengan

izin Allah. Ketika manusia telah berhasil dalam jenis pengobatan ini, lantas

disarankan pada mereka untuk beralih kepada pengobatan jasmani.37

Selanjutnya As-Suyuthi menyatakan dalam al-Itqan, setelah ia

menukil sebagian penjelasan Ibnu Al-Qayyim tentang fadilah Al-Qur’an

dan Al-Fatihah, An-Nawawi dengan Syarah al-Muhadzdzab membahas

36 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai

Pustaka, 2005., h. 1180


37
Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani, Terapi dengan Asmaul Husna, (judul asli: Sa’adatu ad-Daraini
fi as-Sh.ati ‘ala Sayyidi al-Kaunaini), terj. M. Alwi Fuadi, Yogyakarta: Madania, 2010., h. 113.
25

tentang bagaimana jika Al-Qur’an ditulis dalam sebuah wadah kemudian

orang yang sakit, mandi dari air tersebut dan meminum sebagiannya?”.

Kemudian Hasan al-Basri, Abu Qulabah dan Al-Auza’i menjawab: “tidak

mengapa”, namun An-Nakha’i memakruhkannya”.38 Di dalam buku yang

sama, dijelaskan bahwa: Ibnu al-Haj mengatakan bahwa menghembuskan

nafas setelah menjampi, adapun hukumnya “mustahab” (disenangi).

Faedah hembusan nafas adalah bertabarruk (memohon berkah) dengan

kelembabannya atau hawa dan nafas yang langsung tertuju untuk ruqyah

dan zikir yang utama. Bertabarruk (mencari berkah) dengan membasuh

apa yang ditulis, baik berupa zikir dan asmaul husna.39

Adapun metode terapi air yang digunakan oleh Masaru Emoto40

yakni diberikan dengan cara meminumkan air hado tersebut kepada

pasien. Hal ini dijelaskan di dalam buku The True Power Of Water: untuk

menolong orang sakit terlebih dahulu Emoto memeriksa hado orang itu

dengan alat hado. Selanjutnya menyiapkan air sebagai media menerima

transfer informasi dari instrumen hado. Air bermanfaat untuk memperbaiki

38
Ibid., h. 114
39 Ibid
40
Masaru Emoto adalah seorang peneliti asal Jepang. Masaru Emoto lahir di Yokohama pada Juli 1943.
Ia berhasil menyelesaikan studinya di Universitas Yokohama, Departemen Humanity dan Sains, Jurusan
Hubungan Internasional. Tahun 1986 ia mendirikan IHM Corporation di Tokyo. IHM adalah singkatan
dari Internasional Health Medical (dan sekarang adalah singkatan Internasional Hado Membership. Lihat
Masaru Emoto dalam The Secret Life Of Water h. 71). Pada oktober 1992 ia menerima gelar Doctor of
Alternative Medicine dari International University. Menyusul perkenalannya dengan konsep microcluster
water di Amerika Serikat, serta teknologi Analisis Resonansi, ia kemudian mulai menemukan misteri
tentang air. Masaru emoto telah mengadakan penelitian tentang air yang ada di berbagai belahan dunia.
Penelitian tersebut dilakukan bukan hanya karena ia seorang ilmuwan, melainkan lebih karena ia adalah
seorang pemikir sejati. Pada akhirnya ia mendapat kesimpulan bahwa air mengekspresikan sifat aslinya
dalam bentuk kristal es. Ia terus melanjutkan penelitiannya hingga kemudian menuliskan hasil
penelitiannya tersebut ke dalam beberapa buku yang disambut baik di Jepang, di antaranya buku Messages
From Water yang diterbitkan dalam dua bahasa. Ia menikah dengan Kazuko Emoto, wanita yang selalu
memberinya semangat. Dan telah dikaruniai tiga orang anak. Istrinya memimpin Kyoikusha Publishing,
anak perusahaan IHM Corporation. Masaru Emoto, The True Power of Water, h.191.
26

gelombang tubuh yang terganggu. Air hado yang tercipta akan meresap ke

dalam molekul, atom, dan partikel sub atom, sebagai faktor-faktor

pembentuk tubuh manusia, untuk kemudian menghentikan gangguan

gelombang dalam tubuh orang tersebut. Dengan meminum air hado ini,

orang yang sakit akan mampu memperbaiki gelombang yang terganggu.41

b. Sejarah Hidroterapi

Hidroterapi (hydrotherapy), sebelumnya dikenal sebagai

hidropati (hydropathy), adalah metode pengobatan menggunakan air

untuk mengobati penyakit atau meringankan kondisi yang

menyakitkan. Hidroterapi terkait dengan terapi hidrotermal, yaitu terapi

dengan pengelolaan suhu air untuk menyembuhkan. Metode ini telah

digunakan berabad-abad dalam berbagai kebudayaan seperti Cina,

Jepang, Mesir, Yunani, dan Romawi. Misalnya, orang Yunani

menjadikan mandi sebagai terapi. Begitu pula bangasawan mesir yang

menambahkan bunga dan minyak esensial ke dalam air mandi mereka.

Air dalam sejarah peradapan kuno, merupakan sumber kehidupan, tidak

hanya digunakan untuk minum atau mandi, tetapi juga digunakan dalam

penyembuhan penyakit, dan perawatan kecantikan. Untuk inilah lahir

istilah hidroterapi.42

Saat ini, terdapat berbagai metode yang digunakan dalam

hidroterapi seperti mandi air hangat, mengompres, membilas,

41 Masaru Emoto, The True Power Of Water (A), Op. Cit., h. 34


42 Ibid
27

menggunakan uap air, sauna, dan sebagainya. Hidroterapi juga

digunakan untuk mengobati berbagai masalah tulang belakang,

arthritis, penderita kelumpuhan, stroke, dan luka bakar.

Hidroterapi berasal dari kata hydro (bahasa Yunani artinya

air), sedangkan therapeia yang berarti pengobatan atau penyembuhan.

Sebenarnya manusia telah lama menggunakan air sebagai media untuk

perawatan dan penyembuhan berbagai penyakit. Misalnya pada jaman

Hipocrates, penggunaan air panas dan air dingin secara bergantian

dipakai untuk menyembuhkan penyakit. Dari zaman ke zaman, metode

air sebagai media penyembuhan telah dikembangkan. Penggunaan air

dengan dosis yang tepat tidak hanyak mempertahankan kebugaran dan

kesehatan tubuh, tetapi juga membantu untuk menyembuhkan penyakit

serta menghilangkan semua kotoran dari dalam tubuh. Yang paling

ampuh adalah sebagai media untuk relaksasi.43

c. Air dan Cara Kerjanya

Air merupakan bagian terbesar dari tubuh dan terutama

berfungsi sebagai pelarut bagi komponen tubuh lainnya. Unsur ini

harus ada pada tubuh dalam jumlah cukup, untuk mempertahankan

efisiensi tubuh.44

Tindakan kehidupan adalah tindakan yang mengalir. Pada

konsep terbentuknya manusia, telur yang dibuahi 96%-nya adalah air.

43 Dian Cita Sari, Hidroterapi Islamic Review, Pekanbaru: Univrab Press, 2017, h. 31
44 Maimunah Hasan, Al-Qur’an & Ilmu Gizi, Jogja: Madani Pustaka, 2009. h.21
28

Setelah lahir, 80% tubuh seorang bayi adalah air. Setelah tubuh

manusia berkembang sampai pada saat manusia dewasa, persentase air

berkurang dan menetap sampai batas 70%. Jadi selama ini manusia

hidup sebagai air. Dan sebenarnya manusia adalah air.45 Sama halnya

dengan air, orang harus dibiarkan mengalir dengan leluasa. Jika sebuah

bendungan dibangun untuk menghentikan aliran sungai, sungai itu akan

mengering, mati. Begitu pula bila aliran darah dibendung pada suatu

tempat didalam tubuh, kehidupan pun akan berakhir.46

Melalui interaksi dengan air, seseorang dapat mengirimkan

butiran- butiran cinta dan rasa terima kasih, sebagai bentuk emosi yang

paling kuat kepada setiap orang. Air membawa informasi. Informasi

yang dibawa bisa bermuatan positif atau negatif. Karena manusia

adalah air, sudah pasti tubuh akan merespon informasi yang dibawa

oleh air yang diminum. Jika tubuh mendapat informasi positif dari air,

tubuh menjadi lebih sehat. Namun jika tubuh mendapat informasi

negatif dari air, maka tubuh menjadi sakit.47 Kristal-kristal indah dari

air yang mengalir ke dalam tubuh adalah kata-kata yang mengisi tubuh

dengan perasaan damai yang lembut, sehingga seseorang bisa

mengembangkan diri dan menjalani hari dengan bahagia.48 Air adalah

daya yang menciptakan dan memberikan kehidupan. Tanpa air,

partikel-partikel tidak dapat bercampur atau beredar. Air adalah ibu

45 Masaru Emoto, (A), Op. Cit., h. 17.


46
Masaru, Secret Life of Water(B), h.2
47 Masaru Emoto, (A), Ibid., h. 84.
48 Masaru Emoto, (A), Ibid., h. 17.
29

kehidupan, sekaligus energi untuk kehidupan. Air bukan hanya zat, air

adalah daya hidup alam yang agung. Air mampu membersihkan hidup

bagi semua kehidupan.49

Ketika air dipaparkan pada kata-kata “kamu harus

melakukannya” hasilnya adalah kristal-kristal yang tidak terbentuk

baik. Namun jika kata tersebut diubah menjadi “mari lakukan” maka

kata-kata itu membentuk kristal-kristal indah dari air yang mengalir di

dalam tubuh.50

Air dapat memahami maksud dari kata yang diperlihatkan, saat

air merasakan adanya rasa terima kasih, air kemudian membawa

informasi yang diterima ke dirinya. Saat air sadar bahwa kata yang

diperlihatkan membawa informasi yang baik maka air membentuk

kristal yang indah seperti bunga yang sedang mekar.51 Akan tetapi

jika air diberikan informasi negatif berupa kata hinaan seperti “kamu

bodoh” maka air hanya dapat membentuk pecahan-pecahan kristal. Jadi

kualitas air bergantung pada informasi yang diterimanya.52

Kristal-kristal air hanyalah satu aspek atau wajah alam

semesta. Air mengubah penampilan sekehendaknya dalam usaha untuk

berbicara kepada manusia tentang pembentukan alam semesta. Air

sendiri adalah dunia sementara (temporary world) yang dibentuk dalam

49 Masaru Emoto, The Hidden Messages in Water (C),h.5


50
Masaru Emoto, (A), Op. Cit., h. 17.
51 Masaru Emoto, (A), Op. Cit., h. 16.
52 Masaru Emoto, (A), Op. Cit., h. 14
30

suatu lingkungan yang keras.53

Adapun proses pengambilan gambar kristal air yang dilakukan

oleh Masaru Emoto bersama Ishibashi, ialah: Pertama, Memasukkan

sampel air ke dalam botol gelas, lalu air tersebut diberikan informasi

seperti sebuah kata, gambar atau musik selama beberapa waktu. Kedua,

air tersebut diletakkan dalam 40 buah cawan petri berukuran diameter

5 cm atau 2,5 inci. Cawan-cawan tersebut kemudian dibekukan ke

dalam freezer dengan suhu -25℃ (-13℉) dalam waktu tiga jam. Ketiga,

Cawan-cawan tersebut dikeluarkan dari freezer. Saat cawan yang diisi

air dikeluarkan, terbentuk butir-butir es dengan bagian tengah yang

membulat akibat tekanan permukaan. Ketika air dibekukan, partikel-

partikel air saling mengait membentuk inti kristal, inti ini tumbuh stabil

ke suatu bentuk heksagonal, lalu terbuka dan membentuk sebuah kristal

seperti bunga yang sedang mekar, kemudian meleleh54 Jika informasi

yang didapat bertentang dengan alam, maka air tidak membentuk

kristal, hanya membentuk pecahan kristal yang tidak utuh.55 Hado

membentuk respon air terhadap informasi yang diterima.56

Hado adalah energi, sedangkan kata hado diartikan sebagai

fluktuasi gelombang.57 Tiga kata kunci untuk memahami hado: 1.

Frekuensi. Seluruh alam semesta bergetar pada suatu frekuensi yang

53 Masaru Emoto, (B), Op. Cit., h. 25.


54 Ibid., h. 4
55
Ibid., h. 5
56 Ibid., h. 4
57 Ibid., h. 25.
31

khusus dan unik. Frekuensi dapat dimodelkan sebuah gelombang,

sebuah kenyataan yang didukung oleh mekanika quantum. Semua

benda adalah frekuensi serta partikel. Bahkan kata-kata yang ditulis,

lukisan dan foto memancarkan frekuensi 2. Resonansi. Kecocokan

getaran menghasilkan resonansi. Resonansi membentuk adanya sebuah

pengiriman hado kepada penerima hado. 3. Kemiripan. Kemiripan

memungkinkan dua buah getaran yang sama untuk membentuk sebuah

resonansi.58 Menurut Emoto cara untuk menjalani hidup bahagia adalah

menyelaraskan diri dengan hado kebahagiaan. Hado adalah energi

lembut yang ada di dalam semua hal.59

Jika seseorang memancarkan hado kebahagiaan, maka alam

semesta akan merespon dengan kebahagiaan. Karena semua yang ada

di alam semesta bergetar pada frekuensi yang unik.60

Gambar 2.1. Ragam Kristal Air Hado61

Hado dapat memperbaiki gangguan gelombang dari sumbernya

pada level partikel sub-atom. Air hado, mampu membawa hado hingga

58 Ibid, h. 29
59
Ibid., h. 11
60 Ibid., h. 12
61 Ibid, h.5
32

ke partikel sub-atom terkecil. Hal ini dikarenakan air mempunyai

ukuran yang cocok untuk membawa berbagai macam informasi. Air

juga bisa membawa gelombang yang bermanfaat untuk pengobatan

pada level sub-atom.62

Air bisa membawa seseorang merasakan air yang berada dalam

tubuhnya, hingga ia kembali pada jati dirinya. Seringkali manusia lupa

bahwa dirinya adalah air. Padahal saat kita membiarkan air mengalir

lembut melalui pikiran dan tubuh, maka air menyembuhkan dan

menyapa pusat diri manusia.63 Air adalah bagian dari irama kehidupan.

Air yang mengalir di dalam diri adalah bagian dari air yang mengalir di

alam dan bagian dari irama kehidupan yang dimainkan di seluruh alam

semesta.64 Air memiliki kemampuan untuk memindahkan informasi.

Pada saat air mendapatkan informasi, air akan memindahkannya ke

sistem lain, misalnya: organisme hidup.65 Perjalanan riset kristal air

Masaru Emoto ini, muncul dari hasrat untuk menyembuhkan.

2. Wudhu

a. Pengertian Wudhu

Wudhu secara bahasa berasal dari sighat: ً‫ضا َءة‬


َ ‫ َوض َُؤ ُوض ُْو ًءا َو‬, artinya

bersih.66 Sedangkan Ibrahim Al-Bajuri dalam Al-Bajuri ’Ala Ibn Qasim

mengatakan bahwa, ”Kata wudhu diambil dari kata waḍāah, yang artinya

62 Ibid (A)., h. 84
63 Ibid., h. 33
64 Ibid., h. 34
65
A.R. Hari, Terapi Air., Bandung: Nuansa, 2007., h. 63.
66Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: Pustaka

Progerssif, 2002), h. 1564


33

baik, bersih, atau tidak kecampuran dosa.”67 Demikian juga menurut Supiana

dan M. Karman bahwa, ”Kata al-wuḍūu berasal dari bahasa Arab adopsi dari

kata al- waḍāah yang artinya baik dan bersih.”68

Para pakar bahasa membedakan antara kata al-wuḍūu dengan al-

waḍūu. ”Kata pertama menunjukkan pada perbuatan bersuci karena akan

mendirikan sholat, sedangkan kata kedua berarti air yang digunakan untuk

bersuci”. Pendapat lainnya yang diwakili Sijistani dan Azhari mengartikan

al-waḍūu sebagai ”perbuatan bersuci untuk melaksanakan shalat atau air yang

digunakan untuk keperluan shalat.”69 Sedangkan menurut istilah syara’

wudhu berarti ”membasuh, mengalirkan dan membersihkan dengan

menggunakan air pada setiap bagian dari anggota-anggota wudhu untuk

menghilangkan hadast kecil.”70 Menurut Rachmat Taufiq Hidayah, wudhu

berarti “membasuh anggota badan atau bagian tubuh dengan air sebelum

mengerjakan shalat.”

Menurut Abd Al-Wahhab, sebagaimana yang dikutip oleh Supiana

dan M. Karman dalam bukunya Materi Pendidikan Agama Islam, ”Wudhu

adalah menyengaja membasuh anggota badan tertentu yang telah

disyari’atkan untuk melaksanakan perbuatan yang membutuhkannya, seperti

shalat dan thawaf.”71 Sedangkan menurut para fuqaha, “Wudhu adalah

67Ibrahim Al-Bajuri, Al-Bajuri Ibn Qasim, (Surabaya: Maktabah Hidayah, t.t), h. 45


68Supiana dan M. Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h., 4
69Alie Yafie, dkk., Ensiklopedi Al-Qur’an Jilid I: Bersama Allah, (Jakarta; PT. Kharisma Ilmu, t.t.), h. 153
70Muhammad Akrom, Terapi Wudhu; Sempurna Sh.at, Bersihkan Penyakit, (Yogyakarta: Mutiara

Media,2010), h. 17
71Supiana dan Karman, Op.cit, h. 4
34

pekerjaan menggunakan air yang dibasuhkan pada anggota-anggota badan

tertentu diawali dengan niat.”72

Secara harfiyah wudhu mempunyai makna bersih. Sedangkan

menurut syara’, makna wudhu adalah membersihkan anggota tubuh tertentu

melalui suatu rangkaian aktifitas yang dimulai dengan niat, membasuh wajah,

kedua tangan, dan kaki, serta menyapu kepala. Menurut Wahbah Al-Zuhaili,

Wudhu adalah mempergunakan air pada anggota tubuh tertentu dengan

maksud untuk membersihkan dan menyucikan.

Sesuai dengan makna harfiyah wudhu yakni bersih, maka salah satu

esensinya bertujuan untuk merawat kebersihan yang bermuara kepada

kesehatan. Agar anggota wudhu menjadi bersih, tentu saja gosokan dan

sapuan harus dilaksanakan dengan maksimal, karena bagaimana mungkin

apabila hanya sekedar mengalirkan dan mengusapkan air akan menjadi bersih

yang optimal. Ketika terjadi gosokan dan sapuan itulah, selain membersihkan

anggota tubuh, juga memberi rangsangan terhadap titik-titik akupuntur.

Demikian halnya saat belajar dan merasa stres, sistem syaraf simpatetik

mengaktifkan proses sekresi hormon-hormon stres (noradrenalin dan

adrenalin) yang berdampak:degup jantung dan frekuensi bernapas meningkat,

tekanan darah meninggi, darah mengalir keluar dari bagian frontal lobe otak

kamu, kulit, usus dan perut, lalu masuk kedalam otot tangan dan kaki, proses

berpikir yang terjadi dibagian otak kanan dan otak kiri menjadi amat

terganggu. Ketika sedang stres, motivasi belajar menurun, komunikasi antara

72Nina M.Armando, et. All, Ensiklopdi Islam, (Jakarta: Ichtiar Van Hoeve, 2005), h. 274
35

kedua bagian otak menjadi terganggu. Proses berpikir pun hanya bisa terjadi

disalah satu bagian otak saja.73

Masalah lainnya, stres kronik membuat para mahasiswa menjadi

lebih rentan terhadap penyakit. Dalam sebuah studi Johnson-Brooks,

pengkajian yang dilakukan terhadap para pembelajar persis sebelum waktu

ujian menunjukkan adanya penurunan sistem kekebalan tubuh dan tingkat

sebuah anti bodi penting untuk melawan infeksi yang lebih rendah. Penemuan

semacam itu dapat menjelaskan siklus performa akademik yang buruk yang

cukup familier sebagian besar dari . Berkenaan dengan meningkatnya level

kartisol, beberapa studi baru-baru ini Casolini, menghubungkan stres kronik

dengan tingkat serotonin yang rendah, yang diduga menjadi faktor yang

membawa resiko bagi perilaku kekerasan dan pola-pola perilaku agresif.74

Menghindari reaksi stres dalam belajar dapat di minimalisir dengan

konstruksi ulang motivasi belajar mahasiswa melalui aktivitas religius. Setiap

orang (termasuk mahasiswa) tidak hanya terdiri dari tubuh fisik, tetapi juga

psikis. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, lahiriyah dan batiniyah. Hal-

hal yang bersifat batiniyah sendiri terdiri dari berbagai komponen, antara lain

pikiran, ingatan, perasaan dan kesadaran. Agar proses pembelajaran bisa

berhasil dengan maksimal, pendidik ideal mengakomodasi kedua aspek ini,

yaitu aspek lahiriyah (badan) dan aspek batiniyah (pikiran, ingatan, perasaan

dan kesadaran).75

73 Eva J. Hoffman, Sukses Ujian Tanpa Stres. (Jakarta: Gagas Media, 2009), h.78
74 Eric Jensen, Brain-Based Learning The New Science of Teaching and training. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2008). h. 361
75 H. Hamruni, M.Si, Konsep Edutaiment Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Bidang Akademik, 2010). h. 6
36

Penelitian di Barat menunjukkan bahwa religius dan spiritual sangat

penting dalam kehidupan manusia, apalagi bagi seorang anak. Lindenthal

menemukan bahwa individu yang religius jauh lebih sedikit menderita stres

dalam belajar ketimbang individu yang kurang (tidak) religius. Jika dikaitkan

dengan kecerdasan spiritual, jiwa anak menjadi semakin kuat sehingga

memiliki ketangguhan untuk menghadapi berbagai tantangan dan rintangan

hidup ini.76 Dan aktivitas religius salah satunya adalah dengan wudhu.

Belakangan ini tidak sedikit ditemukan oleh berbagai penelitian

modern yang membuktikan tentang kebenaran dan manfaat praktis ajaran-

ajaran Islam secara ilmiah. Banyak ajaran Islam yang dahulu hanya diyakini

kebenarannya secara normatif namun sekarang bisa diyakini secara empiris

dan hal ini merupakan salah satu bukti bahwa Islam adalah agama yang tidak

bertentangan dengan fitrah manusia.

Penelitian Ilmu moderen yang dilakukan oleh Majda Amir, dosen

bidang kekebalan tubuh di Universitas ‘Ain Syam dan penasehat kedokteran

alternatif, menemukan bahwa wudhu merupakan sarana yang efektif untuk

menghilangkan rasa lelah, selain juga dapat meningkatkan kebugaran

manusia. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa wudhu yang dilakukan

orang muslim dapat mengembalikan keseimbangan energi yang menjalar

diseluruh tubuh dan dapat memperbaiki kerusakan yang terjadi pada energi

setelah seseorang bersih dari dosa dan kesalahan yang dapat mempengaruhi

kondisi fisik dan kejiwaannya. 77

76
Gunawan Triantoro Safari, M.Psi M.Si , Optimistic Quotient. (Yogyakarta: Pyramid, 2007). h. 65
77
Musbikin Imam, Wudlu Sebagai Terapi.(Yogyakarta: Nusa Media,2008), h. 210
37

Wudhu barangkali dipandang sebagai ritual rutin bagi seorang

muslim yang akan menunaikan sholat atau menjadi aktivitas seseorang yang

selalu berusaha menjaga kesucian dan kebersihannya. Karena kerutinannya,

aktivitas wudhu bukan semata-mata alat bersuci untuk melaksanakan ibadah

atau sebagai alat pembersih tubuh saja. Tetapi ada rahasia selain untuk tujuan

ibadah yang terkandung di dalamnya.78 Dari sudut fiqhiyah wudhu adalah

serangkaian perbuatan (gerakan) membasuh dan mengusap anggota-anggota

tubuh tertentu, yang diawali dengan niat dan tertib dilakukan semata-mata

demi mengharap keridhaan Allah SWT.79 Dalam Islam, perintah

melaksanakan wudhu ini bersamaan dengan perintah mengerjakan shalat.

Oleh karena itu, ulama sepakat bahwa wudhu merupakan syarat sahnya

shalat. Perintah melaksanakan wudhu ini terdapat dalam beberapa dalil, di

antaranya adalah dalam al-Qur’an surat Al-Maa’idah ayat 6 berikut ini:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak


mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan
siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki, dan jika kamu junub, maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu
dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”80

Adapun rukun wudhu adalah sebagaimana tertera dalam QS. Al-Maidah

ayat 6 di atas, yaitu:

78Arfah M. HAP, “The Power Of Wudhu: Menyingkap Rahasia Wudhu Rasulullah” dalam
file://localhost/H:/Mase%20Farhan/buku-power-of-wudhu-menyingkap-rahasia.html, diakses 07 Januari 2019
79 Muhyidin Muhammad, Cahaya- Cahaya Air Wudhu. (Jogja: Garailmu, 2009), h. 70
80 Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 158
38

1) Niat. Niat menurut syara’ adalah kehendak sengaja melakukan pekerjaan

atau amal hanya karena Allah SWT. Muhammad Quraish Shihab, dalam

bukunya Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an

menafsirkan ayat “idza quntum ila ash-shalati...” dalam QS. Al-

Maaidah ayat 6 di atas dengan “adanya sebuah tujuan mengerjakan

sesuatu, dan tujuan itu disebut niat.”81 Niat juga merupakan prasyarat

diterima atau tidaknya sebuah ibadah. Hal ini berdasarkan hadis Nabi

SAW. berikut ini:


82
ٍ ‫ َو ِا ﱠن َما ِل ُك ِّل ْام ِر‬,ِ‫اِنَ َما ْاﻻَ ْع َما ُل بِا النِّيَات‬
‫ئ َما ن ََوى‬

“Sesungguhnya segala perbuatan harus disertai dengan niat, dan


sesungguhnya amal seseorang tergantung daripada niatnya.”

Menurut hadis di atas, segala perbuatan baik harus disertai dengan niat,

supaya seseorang mendapatkan apa yang menjadi niatannya. Begitu pula

dengan wudhu. Wudhu tidak sah jika dilakukan tanpa niat. Dengan niat

saat berwudhu, berarti membedakan wudhu dengan ibadah lainnya.

2) Membasuh wajah. Membasuh wajah berarti mengalirkan air ke wajah.

Wahbah al-Zuhaili, sebagaimana yang dikutip oleh Oan Hasanudin dalam

bukunya Mukjizat Berwudhu mengatakan bahwa, “Membasuh berarti

mengalirkan air keatas sesuatu dengan tujuan untuk menghilangkan

kotoran atau sejenisnya.”83 Sedangkan batas wajah yang wajib dibasuh

81 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera

Hati, 2007), h. 35
82 Abu Daud Al-Sijistani, Sunan Abu Daud 2, (Beirut: Dārul b Al-Arabi, t.t.), h. 230
83 Oan Hasanuddin, Mukjizat Berwudhu Untuk Penyembuhan Dan Pencegahan Penyakit, (Jakarta: Qultum

Media, 2007), h. 31
39

ialah dari tempat tumbuh rambut kepala hingga ujung dagu dan bagian

antara dua telinga.

3) Membasuh kedua tangan sampai siku. Bagian tangan yang wajib dibasuh

adalah pergelangan tangan, telapak tangan, sampai siku. Adapun kuku

juga termasuk bagian tangan, maka kuku juga termasuk bagian yang wajib

di basuh. Oleh karena itu, tidak boleh ada yang menghalangi sampainya

air ke kulit dan kuku.

4) Mengusap kepala. Mengusap kepala berarti meletakkan tangan yang basah

ke kepala. Para ulama’ berbeda pendapat mengenai batas usapan kepala,

ada yang mengatakan sebagian saja sudah cukup dan ada yang harus

mengusap seluruh kepala.

5) Membasuh kedua telapak kaki sampai mata kaki. Bagian kaki yang wajib

dibasuh adalah telapak kaki, bagian atas kaki sampai mata kaki. Yang

dimaksud membasuh di sini adalah air harus benar-benar mengalir ke

seluruh bagian kaki yang wajib dibasuh. Bahkan jika perlu harus

menggosok-gosok kulit kaki tersebut.

6) Tertib. Yang dimaksud tertib di sini adalah melakukan gerakan wudhu

sesuai dengan urutan yang terdapat dalam QS. Al-Maidah ayat 6 di atas.

Tidah sah apabila seseorang yang melakukan wudhu tidak sesuai dengan

urutan di atas.

َ ‫ َﻻ‬:‫سلﱠ َم‬
‫ َوﻻَ ُوض ُْو َء‬.ُ‫صﻼَةَ ِل َم ْن ﻻَ ُوض ُْو َء لَه‬ َ ‫صلﱠى اللهُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ِ‫ قَا َل ال ﱠنب‬.َ‫ى اللهُ َع ْنهُ قَال‬
َ ‫ي‬ ِ ‫َع ْن اَبِى ه َُري َْرةَ َر‬
َ ‫ض‬

‫علَ ْي ِه‬ َ ‫ِل َم ْن لَ ْم َيذْ ُك ِر اس َْم الل ِه تَ َع‬


84
َ ‫الى‬

84 Abu Bakar Al-Baihaqi, Al-Sunan Al-Kubrā Jilid I, (Haidhar Abar: Dāsiratul Maārif, 1314 H), h. 41
40

Dari Abu Hurairah r.a. berkata. “Nabi SAW.. bersabda: Tak ada shalat
bagi orang-orang yang tidak berwudhu, dan tak ada wudhu bagi orang
yang tidak menyebut nama Allah untuk mengerjakannya.”

Selain itu, Rasulullah juga bersabda:


85 َ ‫الرحِ ي ِْم فَ ُه َو اَ ْق‬
‫ط ُع‬ ‫ان ﱠ‬ ‫ُك ﱡل اَ ْم ِر ذِى َبا ِل َﻻ َي ْبدَأ ُ فِ ْي ِه ِبس ِْم الل ِه ﱠ‬
ِ ‫الرحْ َم‬

“Setiap perbuatan penting bila tidak diawali bismillahi ar-rahmani ar-


rahim (Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang), maka perbuatannya terputus (dari rahmad Allah)

Dari beberapa dalil di atas dapat dipahami bahwa wudhu merupakan salah
satu syaratsah shalat. Persiapan berjumpa dengan sang khalik.

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari bahasa latin movere yang bermakna

bergerak, mendorong, mengarahkan tingkah laku manusia. Motivasi berpangkal

dari kata motif yang diartikan sebagai daya penggerak di dalam diri seseorang

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.86

James O.Whittaker memberikan pengertian umum mengenai

penggunaan istilah “motivation” di bidang psikologi. Ia mengatakan bahwa

motivasi adalah kondisi-kondisi atau kedaan yang mengaktifkan atau memberi

dorongan kepada mahluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang

ditimbulkan oleh motivasi tersebut.87 Masukan individual dan konteks belajar

merupakan dua faktor kunci yang memengaruhi motivasi. Perilaku termotivasi

secara langsung dipengaruhi kemampuan, pengetahuan keterampilan individu,

85 Ali Hadaruqutni, Sunan Dāruquthni Jilid I, (Beirut: Dārul Ma’rifah, 1966), h. 229
86
Iskandar, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, (Jakarta: Referen. 2012), h. 180.
87
Ibid, h. 184.
41

kombinasi yang memungkinkan dan membatasi faktor konteks belajar. Seperti

dalam gambar berikut ini:

Individual Inputs

Ability, knowledge,
dispositions & trait ,
Emotions, moods & effect
Motivated behavior
belief & values Motivated behavior
Focus: direction, what we do
Motivational proceses Focus: direction, what we
Arousal, Attention, do Intensity:
Intensity: effort, howeffort,
hard we tryhow

Intensity, direction hard we try Quality : task


Quality : task strategies, the way we do it
persistence strategies, the way we do
it Duration:
Duration: persistence,.
persistence, how long we stick
to
Learn contens

Phisical environment, Task


design, Rewards & reinforcement,
Supervisory support and coaching,
Sosial norms, Organizational
Performance
culture

Gambar 2.11. Model of Motivaton.88

Motivasi juga melalui penetapan tujuan. Tujuan memotivasi, meningkatkan

ketekunan, dan mendorong pengembangan strategi pencapaian tujuan.

Gambar 2.12. Hubungan wilayah motivasi, Woo, B.89

88
Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 378
89 https://wikispaces.psu.edu/display/PSYCH484/12.+ Work + and + Organizational+ Commitment By.
Brian Francis Redmond. 2016
42

Berdasarkan model yang digambarkan oleh Woo. B dapat dideskripsikan

bahwa motivasi terdiri dari unsur intirinsik dan ekstrinsik. Teori kebutuhan yang

dikembangkan oleh David McClelland dan kawan-kawannya, menjelaskan bahwa

teori tersebut berfokus pada tiga kebutuhan: pencapaian, kekuatan, dan hubungan.

Pertama, teori pencapaian kebutuhan: Dorongan untuk melebihi, mencapai

standar-standar, berusaha keras dan berhasil. Kedua, teori kebutuhan kekuatan

(need for power): Kebutuhan yang membuat individu lain berperilaku sedemikian

rupa sehingga merka tidak akan berperilaku sebaliknya. Ketiga, teori kebutuhan

hubungan (need for affiation): Keinginan untuk menjalin suatu hubungan antar

personal yang ramah dan akrab.90

Motivasi telah diisyaratkan Allah S.W.T dalam Al-Quran:

َ ‫( فَإِذَا فَ َر ْغتَ فَا ْن‬٦) ‫( ِإ ﱠن َم َع ْالعُس ِْر يُس ًْرا‬٥) ‫فَإِ ﱠن َم َع ْالعُس ِْر يُس ًْرا‬
ْ َ‫( َو ِإلَى َر ِبّكَ ف‬٧) ْ‫صب‬
(٨) ْ‫ارغَب‬

Artinya : 5.karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 6.


Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. 7. Maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain 8. dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Al-Insyroh: 5-8).91

Ayat di atas memberikan isyarat kepada bahwa, kesulitan dalam hidup ini

tidaklah terus kekal menerpa, dibalik kesulitan Allah menyiapkan kemudahan. Ini

merupakan motivasi, terutama dalam hal memberikan motivasi kepada diri sendiri

(intrinsik) atau juga rekan kerja (ekstrinsik). Dengan demikian dapat dirumuskan

sintesisnya bahwa motivasi adalah dorongan untuk mengejar dan meraih tujuan

yang merupakan sasaran yang ditetapkan dengan standar yang tinggi. Motivasi

90 Stephen P. Robbins dan Timothy A.Judge, Periaku Organisasi Edisi 12, (Jakarta: Salemba Empat, 2009),
h. 230
91 Kementerian Agama RI, Op.Cit, h. 902
43

adalah dorongan dalam diri individu untuk melakukan pekerjaan lebih baik

mencapai tujuan.

Chung & Megginson menyatakan bahwa “motivastion is definied as goal-

directid behavior. It concerns the level of effort one exerts in pursuing a goal... it is

closely related to satisfaction and job performance”, (motivasi dirumuskan sebagai

perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha

yang dilakukan oleh diri dalam mengejar suatu tujuan. Motivasi berkaitan erat

dengan kepuasan dan performansi pekerjaan).92

Menurut George. R.Terry mengungkapkan bahwa motivasi dapat diartikan

sebagai mengusahakan supaya seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan dengan

semangat karena ia ingin melaksanakannya.93 Dan dari perspektif manajemen

motivasi adalah usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar supaya

mengarah tercapainya tujuan organisasi.94

Beberapa teori motivasi yang dikembangkan oleh pakar ilmu perilaku

administrasi yang menurut Gibson. Secara umum, yaitu:95

1) Teori isi/kepuasan (Content Theory), yang memusatkan perhatian kepada faktor

dalam diri orang yang menguatkan (energize), mengarahkan (direct),

mendukung (sustain) dan menghentikan (stop) perilaku petugas.

2) Teori proses (Process Theory) menguraikan dan menganalisa bagaimana

perilaku itu dikuatkan, diarahkan, didukung dan dihentikan. Abraham H.

92 Faustino Cardosa Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogayakarta: Andi Offset, 2010), h. 177.
93 George. R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 130.
94 Tubagus Achmad Darodjat, Konsep-Konsep Dasar Manajemen Personalia Masa Kini (Bandung: Refika

Aditama, 2015), h.187.


95 Husaini Usman, Op. Cit., h. 251.
44

Maslow berpendapat bahwa ada kebutuhan internal yang sangat mempengaruhi

motivasi manusia dalam belajar. Maslow berpendapat bahwa kebutuhan itu

tersusun sebagai hierarki yang terdiri atas lima tingkatan kebutuhan.96

Tabel 2.1: Hierarki Kebutuhan Manusia Menurut Maslow

Kebutuhan Indikator Fisik dan Psikologis


Tingkat 5. Keinginan mengembangkan diri secara
Aktualisasi/ realisasi maksimal melalui usaha sendiri, kreativitas, dan
ekspresi diri
Menerima keberhasilan diri, kompetensi,
Tingkatan 4. Rasa hormat keyakinan, rasa diterima orang lain, aspirasi,
rekognisi, dan dignitas/ martabat
Tingkat 3. Rasa disertakan, Rasa bahagia berkumpul dan berserikat,
cinta, dan aktivitas sosial perasaan diterima dalam kelompok, rasa
bersahabat, dan afeksi
Tingkat 2. Rasa aman Menghindari bahaya dan bebas dari rasa takut
atau terancam
Tingkat 1.Fisik/ biologik Lapar, haus, seks, rasa enak, tidur, dan istirahat

Berdasarkan paparan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat

disintesakan yang dimaksud motivasi belajar adalah dorongan yang

membangkitkan kemauan individu dan membentuk sikap aktif dalam bekerja untuk

mencapai tujuan organisasi. Untuk mengukur motivasi belajar dalam penelitian ini

menggunakan dua dimensi yaitu: (1) instrinsik; dan (2) ekstrinsik. Indikator

motivasi instrinsik adalah, (a) bekerja lebih baik; (b) tanggung jawab; (c)

pencapaian; (d) prestasi. Sedangkan indikator motivasi ekstrinsik adalah, (a)

pengawasan; (b) hubungan kerja; (c) keamanan; (d) kesempatan.

96 Sudarwan Danim, Op. Cit., h. 25.


45

Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai motivasi belajar yang telah

dipaparkan, motivasi belajar adalah daya penggerak untuk melakukan kegiatan

belajar, menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman.

b. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta

mengubah kelakuan. Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat tiga fungsi

motivasi, yaitu sebagai berikut:

1) Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi

maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan

kepencapaian tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil.

Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu

perbuatan.97

B. Penelitian yang Relevan

Selama penulis melakukan penelusuran penulis belum menemukan

kajian yang secara khusus membahas hidroterapi wudhu sebagai teknik

konstruksi motivasi belajar. Adapun sumber pada penelitian ini, adalah:

1. Khairunnas Rajab, Che’ Zarrina Saari. Islamic psychotherapy formulation:

considering the Shifaul Qalbi Perak Malaysia psychotherapy model.

10.18326/ijims.v7i2.175-200. penelitian deskriptif kualitatif untuk mengkaji

97 Oemar Hamalik, Op. Cit., h. 161


46

aspek psikologis pasien narkoba. Penelitian ini tidak dimulai dari deduksi

teori, tetapi diawali dari fakta empiris di Syifa’ul Qalbi. Peneliti secara

langsung ke Syifa’ul Qalbi dalam menemukan data yang terjadi secara alami,

untuk kemudian mencatat, menganalisis, menafsirkan dan menarik

kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. Psikoterapi Shifaul Qalbi

adalah Rumah Shiqal yang mengutamakan kesadaran dan keikhlasan bagi

kelangsungan psikoterapi. Dengan kesadaran dan keikhlasan Rumah Shiqal

telah merawat pasien narkoba bersignifikan bebas dari penagihan narkoba.

2. Khairunnas Rajab, Methodology of Islamic psychotherapy in Islamic

boarding school Suryalaya Tasik Malaya. Penelitian ini adalah analisis

model psikoterapi Islam yang diterapkan di pondok pesantren dengan

pendekatan tasawuf untuk penyembuhan pasien yang mengalami gangguan

mental akibat penyalahgunaan narkotika. Melalui pendekatan Tasawuf,

Apabila pasien narkotika menyadari bahwa Allah mengabulkan doa-doa

melalui ibadah, maka perasaan berdosa dan bersalah secara bertahap akan

hilang. Pondok Pesantren Suryalaya selama ini telah menerapkan sebuah

model psikoterapi Islam dengan pendekatan thariqat Qadiriyyah-

Naqsyabandiyyah. Dengan Thariqat Qadiriyyah-Naqsyabandiyah pasien-

pasien narkotika dapat disembuhkan secara sempurna.

3. Khairunnas Rajab, Mas’ud Zein, Yasmaruddin Bardansyah. Buku

Rekonstruksi Psikoterapi Islam. Buku ini adalah telaah Atas Model

Pemulihan Mental Pondok Pesantren dan Rehabilitasi Mental Az-Zainy,

Malang, Jawa Timur, bertujuan untuk mengungkap makna orisinilitas dan


47

ketepatan terhadap fenomena psikologis yang terjadi pada pasien mental

sebagai efek dari penyalahgunaan narkoba. Untuk mencapai tujuan ini,

peneliti berupaya analisis, mengkonstruksi fakta dan gejala melalui deskripsi

detil dan memahami makna yang terdapat pada kondisi psikologis pasien

mental efek narkoba di Pondok Pesantren dan Rehabilitasi al- Zainy Malang.

Psikoterapi Islam adalah sebuah paradigma yang mendeskripsikan nilai-nilai

holistik Islam, sebagai teoretikal-praktikal yang memberi solusi atas

masalah- masalah yang berkenaan dengan kesehatan mental personal.

4. Raof Ahmad Bhat, S.Tariq Murtaza, M. Sharique dan Farkhunda Jabin.

2014. Jurnal International Academic of Sport. ISSN: 2277-3665. Vol. 3.

Masalah. 10. Impact Factor: 1.3205 (UIF). Penelitian ini fokus pada

pemetaan keterpaduan kesehatan melalui yoga dan berwudhu. Di setiap

agama, ada satu tahapan ritual dan mode ibadah. Di dunia Islam, berwudhu

dan sholat adalah tahapan kewajiban fundamental bagi setiap Muslim untuk

melakukan lima kali sehari pada waktu dan kondisi yang ditentukan,

mengikuti urutan yang tepat. Posisi berwudhu dan sholat dalam satu tahapan

ini, memiliki posisi yoga yang serasi, sehingga tujuan utama dari penelitian

ini adalah untuk menganalisis efek terpenting Salah pada efisiensi psiko-

fisiologis dan fisik dari orang-orang yang menawarkan Wudhu secara teratur

sebagaimana disarakan dalam pelatihan yoga. Penelitian ini juga

menunjukkan dalam tahapan ibadah dua agama besar dunia yaitu Hindu &

Islam sebagai Yoga dan Wudhu, memiliki banyak poin yang dapat

menerangi kehidupan kedua komunitas secara positif.


48

5. Kaleem Abbas Dr.Taj afsar. Konsep Kesucian Ritual (Studi Banding antara

Islam dan Hindu). Kemurnian adalah naluri manusia. Ini adalah poros dari

ajaran semua agama. Tujuan mendasar dari makalah ini adalah untuk

mengeksplorasi konsep Al-Quran dan Manu Smriti (1) tentang kemurnian

ritual. Ini adalah masalah yang sangat signifikan antara Muslim dan Hindu.

Para cendekiawan Hindu mengklaim bahwa Hinduisme adalah agama

kemurnian tetapi di sisi lain para cendekiawan Muslim mengklaim bahwa

Islam menyebut kemurnian sebagai setengah dari keyakinannya. Selain itu,

mereka mengklaim bahwa Islam memiliki mekanisme kemurnian dan

kebersihan yang komprehensif dan itu adalah versi final dan lengkap dari

ajaran semua agama. Dalam situasi ini, ayat-ayat Alquran dan ManuSmriti

menuntun pada konsep kemurnian ritual.

6. Lidija Dimitrijević, Marko Aleksandrović, Dejan Madić, Tomislav Okičić,

Dragan Radovanović, Daniel Daly. 2012. Jurnal Human Kinetics volume

32/2012, 167-174. Pengaruh Intervensi Hidrotermapi pada Fungsi Motorik

Kotor dan Keterampilan Hidroteraphy pada Anak-anak dengan Cerebral

Palsy. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh

intervensi akuatik terhadap fungsi motorik kasar dan keterampilan akuatik

anak-anak dengan cerebral palsy (CP). Dua puluh sembilan anak-anak

dengan CP, berusia 5 hingga 14 tahun, direkrut. Empat belas anak

menyelesaikan intervensi akuatik (EG), dan 13 anak bertindak sebagai

kontrol (CG). Dua peserta keluar karena peristiwa (penyakit) yang tidak

terkait dengan intervensi. Intervensi akuatik berlangsung 6 minggu (2 sesi


49

per minggu pada 55 menit per sesi) dengan periode tindak lanjut 3 minggu.

Ukuran hasil adalah Pengukuran Fungsi Motorik Bruto (GMFM) untuk

fungsi motorik dan Tes Orientasi Air Alyn 2 (WOTA 2) untuk penilaian

keterampilan perairan. Peningkatan signifikan diamati pada penilaian

sekunder GMFM dan WOTA 2. Berbeda dengan peningkatan keterampilan

akuatik, perubahan GMFM tidak dipertahankan pada saat tindak lanjut. Hasil

kami menunjukkan bahwa anak-anak dengan CP dapat meningkatkan fungsi

motorik kasar pada lahan kering dan keterampilan akuatik dengan intervensi

air 6 minggu. Periode intervensi terlalu singkat untuk peningkatan

berkelanjutan dalam keterampilan motorik lahan kering setelah intervensi

(tindak lanjut), tetapi waktu cukup untuk mencapai peningkatan

berkelanjutan dalam keterampilan perairan.

7. Fauzilah, Zaharah Dzulkifli, Wan Amalina, Nur Haizal. 2011. Jurnal

Internasional Humaniora dan Ilmu Sosial Vol. 1 No. 4; April 2011. Pengaruh

Motivasi terhadap Kinerja Pekerjaan Pegawai Pemerintah Negara Bagian di

Malaysia. Sebagian besar penelitian sebelumnya tentang kinerja telah

dilakukan di bidang kinerja pekerjaan. Penelitian ini adalah untuk

menyelidiki hubungan antara motivasi terhadap pegawai pemerintah negara

bagian. Menerapkan kesamaan pada motivasi dalam penelitian sebelumnya

pada kinerja pekerjaan, penelitian ini memperluas penelitian ini dengan

menguji hubungan antara kinerja keseluruhan pekerjaan dan dimensi

motivasi dan kinerja pekerjaan mereka. Hubungan positif, yang diukur

dengan memiliki kemajuan gaji tahunan, ditemukan antara motivasi afiliasi


50

dan kinerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi afiliasi dan

kinerja pekerjaan berhubungan positif. Kesimpulannya, strategi manajemen

khususnya dapat dirumuskan sesuai dengan tingkat motivasi karyawan.

8. Manas Ranjan Panigrahi, 2014, Journal International, School Effectiveness

at Primary Level of Education in Relation to Classroom Teaching. Penelitian

ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan Efektifitas organisasi belajar

dengan memperhatikan mengajar di kelas pada tingkat pendidikan dasar.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi sekolah yang lebih efektif

dan kurang efektif; untuk mencari tahu perbedaan antara sekolah yang lebih

efektif dan kurang efektif dalam kaitannya dengan fasilitas fisik, kinerja

Kepala Sekolah dan Guru dan Siswa kinerja; untuk mengetahui hubungan

antara efektivitas sekolah dan pengajaran di kelas.

9. William Glasser, “The Glasser Theory of Classroom Management”. Journal

of Educational and Instruction Studies in The World, yang berjudul

“Effectiveness of students’ academic qualification”. Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui efektivitas pelatihan teori pilihan Glasser bagi guru dalam

rangka meningkatkan kualifikasi akademik siswa. Desain penelitian ini

adalah One Group Pre-Post Test Quasi Experimental Design. Analisis data

menggunakan ANOVA, hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang

signifikan pada nilai siswa. Hasil dari pelatihan teori Pilihan Glasser ini

dapat mempengaruhi dan meningkatkan kualifikasi akademik siswa.

Tulisan Glaser dalam “Manajemen Kelas” efektif untuk membantu guru

meraih lingkungan belajar yang sukses. Teori Glasser membantu siswa


51

dalam membuat pilihan yang baik dan bertanggung jawab atas perilakunya.

13. Raras Sutatminingsih. Pengaruh Terapi Realitas secara Kelompok terhadap

Peningkatan Konsep Diri pada Penyandang Cacat Fisik Usia Dewasa Awal.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas terapi realitas secara

kelompok untuk meningkatkan konsep diri penyandang cacat fisik usia

dewasa awal. Subyek penelitian adalah individu penyandang cacat fisik usia

dewasa awal, yang memiliki konsep diri negatif yang terdaftar sebagai

anggota Yayasan Pembina Cacat Tubuh Karya Jasa Utama, Medan,

Sumatera Utara. Pengambilan sampel didasarkan atas rancangan purposive

sampling. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan TSCS

(Tennessee Self Consept Scale) dari Fitts. Rancangan penelitian yang

digunakan adalah pretest-posttest control group design. Teknik analisis data

yang digunakan adalah uji wilcoxon sign rank test dan analisa deskriptif

data TSCS dari dua subyek penelitian dari kelompok perlakuan yang

memiliki peningkatan konsep diri terendah dan tertinggi.

C. Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian

Variabel adalah perilaku yang memberikan nilai beda terhadap

sesuatu. Jenis variabel mempunyai beragam tipe untuk menjelaskan

penggunaannya dalam penelitian. 98Berikut variabel penelitian ini:

1. Variabel Bebas: Hidroterapi wudhu

98
Widodo, Metodologi penelitian popular dan praktis (Jakarta: Rajawali Press, 2018), h. 33
52

2. Variabel Terikat : Motivasi belajar yaitu suatu dorongan baik dari dalam

(internal) maupun dari luar (eksternal) diri siswa yang menyebabkan

dorongan untuk belajar dengan sungguh-sungguh dengan cara tertentu

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi Belajar dalam

penelitian ini adalah motivasi dalam belajar baik belajar di sekolah

maupun di rumah sebagai variabel bebas kedua.

Tabel 2.3 Hubungan Antar Variabel


Variabel bebas Hidroterapi wudhu
Variabel terikat Motivasi Belajar
Variabel Pengganggu Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan (Jurusan), Kondisi
Fisik, Sistem Pendukung, Spritualitas

Tabel 2.4. Variabel Penelitian


Variabel Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Independen Menerapkan Hidroterapi Tidak Melakukan
Wudhu Hidroterapi Wudhu
Dependen Motivasi Belajar

Skala yang digunakan untuk keperluan penelitian ini berjenis skala

likert. Menurut Sugiyono Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial.99

Pedoman penulis dalam mengembangkan instrumen berpaduan

kepada langkah-langkah yang dijelaskan Djaali dan Muljono. Langkah-

langkah dalam pengembangan instrumen yaitu: (1) mensintesis teori-teori

yang dikaji tentang konsep variabel yang hendak diukur; (2) berdasarkan

konstruk dikembangkan dimensi dan indikator variabel yang hendak diukur;

(3) membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang

memuat dimensi, indikator, nomor butir untuk setiap dimensi dan indikator;

99 Sugiyono, Op. Cit., h. 134.


53

(4) menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalalm satu

rentangan kontinum; (5) menulis butir-butir instrumen yang dapat

berbentuk pertanyaan atau pernyataan.100

Dalam penyusunan kuisioner, alternatif jawaban menetapkan

gradasi dari sangat positif sampai sangat negative. Skala likert menanyakan

responden untuk mengetahui tingkat ketidak setujuan dan persetujuan atau

dengan pilihan ganjil guna menghindari pilihan netral.101 Selanjutnya

pemberian skor dari 1 sampai 5, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-

ragu/ netral, setuju, sangat setuju.

Tabel 2.5: Kaitan Angka Capaian, Kategori dan Skor

SKOR ANGKA CAPAIAN KATEGORI


1 0 % - 20 % Sangat Tidak Setuju
2 21 % - 40 % Tidak Setuju
3 41 % - 60 % Ragu-Ragu
4 61 % - 80 % Setuju
5 81 % - 100 % Sangat Setuju

Penentuan skor setiap jenjang pada skala likert harus disesuaikan dengan
jenis narasi pernyataan, bersifat negative (unfavourable) atau (favourable).
Untuk pernyataan bersifat negatif angka atau skor dibalik.102 Definisi
operasional dalam penelitian ini dijelaskan dalam tabel 2.6103.
Tabel 2.6 Definisi Operasional (lanjutan)
Variabel Independen
HIDROTERAPI Membasuh anggota 1.Tidak Lembar Ordinal
WUDHU tubuh tertentu dengan air melakukan Cheklist
Sesuai tuntunan Nabi SAW. Hidroterapi Observasi
Untuk mengurangi ansietas wudhu
siswa madrasah berturut- 2. melakukan
turut Hidroterapi
wudu

Variabel Dependen

100 Djaali dan Puji Mulyono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan (Jakarta: PPS Universitas Negeri Jakarta,
2014), h. 80.
101 Marianne. et.all, Research Methods in Education Leadership and Management (London: Sage

Publications, 2010), p. 165.


102 Zainal Mustafa, Mengurai Variabel Hingga Instrumenasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 78.
103 Ibid
54

Metode Hidroterapi Wudhu Motivasi


Belajar
Conditioning  Komitmen : Menentukan tujuan, kesepakatan, kebijakan, Pre Test
prosedur dan peraturan kelas bersama antara dosen dan Post Test
mahasiswa.
 Mengatur meja dan kursi seperti bentuk U. Menempatkan
poster ragam cara hidroterapi wudhu, depan sebelah kiri,
dan sebelah kanan.
 menghiasi ruangan dengan poster icon dan poster afirmasi
yang telah dipersiapkan oleh dosen untuk menarik
perhatian, motivasi, dan menguatkan keyakinan siswa
untuk belajar.
 Membentuk kelompok dengan membuat alat bantu berupa
kertas bernomor.
 Menugaskan siswa setiap kelompok untuk membawa alat
dan bahan untuk pembelajaran.
 Meminta yel tiap kelompok.
 Mengatur pencayahaan dan ventilasi udara dengan
menggunakan tirai dan lampu.
 Mendengarkan musik klasik dan instrumenal dengan
suara lembut.
Investigasi  Perumusan masalah : merumuskan masalah dengan tema
“hidroterapi”.
 Mencari data dan informasi melalui buku paket,
penunjang, surat khabar, atau lainnya di perpustakaan.
 Klarifikasi data dan informasi
Diskusi Mahasiswa berkelompok dalam melakukan investigasi dan
dilanjutkan mempresentasi-kannya di depan kelas, diakhiri
dengan pembuatan laporan.

Tabel 2.7. Defenisi Operasional


Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil Skala
Independen Wudhu adalah Menggunakan
Hidroterapi menyengaja lembar petunjukObservasi Mahasiswi
Wudhu membasuh dan (Check List) melakukan
mengusap bagian berisi tata cara gerakan wudhu
tubuh yang menjadi berwudhu sesuai sesuai dengan
anggota wudhu yang dengan petunujuk
suci dan mensucikan pemaparan teori, (Check list)
untuk nass (ayat al- yang buat oleh
menghilangkan Quran dan peneliti
hadast kecil Sunnah)
Dependen Respon motivasi Lembar kuesioner Responden Skoring Rasio
Skor motivasi yang muncul pada diminta mem-
Belajar saat mahasiswi beri tanda pada
belajar garis motivasi
yang berupa
skala dengan
penilaian dari
garis ujung
sebelah kiri ke
kanan dengan
indikasi “tidak
ada motivasi”
55

Motivasi dalam penelitian ini adalah dorongan yang membangkitkan

kemauan individu dan membentuk sikap aktif dalam bekerja untuk mencapai

tujuan organisasi. Motivasi dalam penelitian ini adalah suatu penelitian yang

datanya dikumpulkan dan diungkap melalui angket menggunakan skala likert

yang diisi dengan indikator yaitu: 1) Instrinsik; dan 2) Ekstrinsik. Indikator

motivasi instrinsik adalah, (a) Belajar lebih baik; (b) Tanggung jawab; (c)

Pencapaian; (d) Prestasi. Sedangkan indikator motivasi ekstrinsik adalah, (a)

Pengawasan; (b) Hubungan ; (c) Keamanan; (d) Kesempatan.

D. Kerangka Pikir Penelitian

a. Konstruksi Hidroterapi Wudhu sebagai teknik Motivasi Belajar


56

b. Model Konstruksi Wudhu Sebagai Teknik Motivasi Belajar Di UNIVRAB

Gambar 2.12 Model Hidroterapi Wudhu Sebagai Teknik Kontruksi Motivasi Belajar

E. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau

terkaan tentang apa saja yang diamati dalam usaha memahaminya.104

Ho =Tidak terdapat implikasi Hidroterapi wudhu dengan konstruksi

motivasi belajar mahasiswa universitas Abdurrab

Ha = Terdapat implikasi Hidroterapi wudhu dengan konstruksi motivasi

belajar mahasiswa universitas Abdurrab

104 S. Nasution, Metode Penelitian Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara,2007., h. 39


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimen hidroterapi wudhu sebagai teknik

konstruksi motivasi belajar. Tahapan eksperimen ini terdiri atas tiga bagian.

Bagian pertama dimulai dengan pemetaan karakteristik mahasiswa yang

menjadi objek penelitian. Berdasarkan masukan dan penilaian para praktisi,

dan dilakukan intervensi dan selanjutnya disosialisasikan kepada

mahasiswa universitas Abdurrab yang berlokasi di Provinsi Riau. Tahapan

selanjutnya dilakukan intervensi atau proses perlakuan terhadap peserta

didik. Tahap terakhir adalah mengambil universitas Abdurrab untuk

dijadikan tempat ujicoba terbatas yaitu pelaksanaan proses konstruksi

motivasi belajar melalui hidroterapi wudhu yang dilaksanakan pada saat:

solat berjamaah, kajian dhuha, dan sebelum kelas pembelajaran dimulai.

Penelitian eksperimen didefenisikan “sebagai penelitian yang menguji

secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain dan menguji

hubungan sebab-akibat.”105 Penelitian eksperimen menghasilkan bukti yang

dianggap paling baik mengenai hubungan sebab akibat yang dihipotesiskan.

Mengingat berbagai pertimbangan dan kondisi populasi, penelitian ini

105 Masganti Sitorus, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam (Medan : IAIN Press, cet.1, 2011), h. 111.
58

menggunakan bentuk Intact-Group Design Comparison. Penelitian ini

menggunakan rancangan eksperimen semu (quasy experiment) dengan pre-

post test with control group design, yaitu membagi responden penelitian

menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan diberikan pre-

test dan post-test. Design ini dapat digambarkan berikut:

Tabel 3.1. Desain non-equivalent control group


Subjek Pra Intervensi Pasca Tes
K-I O1 I O2
K-K O1 - O2
Keterangan:
KI : Kelompok intervensi
KK : Kelompok kontrol
O1 : Tes awal (sebelum intervensi)
I : Intervensi (berwudhu)
O2 : Tes akhir (setelah intervensi)

Berdasarkan desain tersebut, kedua kelompok diberi intervensi yang

berbeda, yakni kelompok intervensi melakukan terapi berwudhu sedangkan

kelompok kontrol tidak melakukan intervensi namun diberikan leaflet

tentang tata cara berwudhu dan manfaat wudhu terhadap motivasi belajar,

serta tetap dilakukan pretest dan posttest.


59

B. Subyek dan Obyek penelitian

Penelitian ini adalah pengkajian mengenai hidroterapi wudhu sebagai

teknik konstruksi motivasi belajar. Proses eksperimen ini terdiri atas tiga tahap

dengan subjek yang beragam. Pada studi pendahuluan, subjek adalah mahasiswa

universitas Abdurrab di provinsi Riau. Berdasarkan masukan dan penilaian para

praktisi melalui diskusi, kemudian perangkat rekonstruksi motivasi belajar melalui

hidroterapi wudhu, direvisi dan selanjutnya disosialisasikan kepada mahasiswa

universitas Abdurrab di Provinsi Riau. Tahap terakhir adalah mengambil

universitas Abdurrab untuk dijadikan tempat ujicoba terbatas yaitu pelaksanaan

proses rekonstruksi motivasi belajar melalui hidroterapi wudhu yang dilaksanakan

pada saat: solat berjamaah, kajian dhuha, dan sebelum kelas pembelajaran dimulai.

C. Lokasi Penelitian: Universitas Abdurrab

D. Waktu Penelitian: November 2018- Maret 2019

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam metode penelitian, Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang

ingin diteliti/ subjek penelitian.106 Wilayah generalisasi ini terdiri dari objek dan

subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu.107 Hal ini ditetapkan

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.108

2. Sampel

106 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta : Rineka Cipta, cet. 13, 2006),

h. 130.
107
Ibid
108Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analisis (Analisis
Jalur), (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 37.
60

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.109 Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti.

Oleh karena itu, sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi

dan bukan populasi itu sendiri.110 Sampel penelitian merupakan suatu faktor

penting yang mencerminkan dan menentukan seberapa jauh sampel dapat

bermanfaat bagi kesimpulan penelitian.111

Stratified random sampling adalah sampel yang ditarik dengan memisahkan

elemen-elemen populasi dalam kelompok yang tidak overlapping yang disebut

strata. Teknik pupulasi dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling

apabila sebagai suatu keseluruhan yang homogen, dan antara sub populasi tidak

tumpang tindih, kemudian memilih sebuah sampel secara random dari setiap

stratum.112 Memperhatikan uraian tersebut, diperoleh sampel penelitian yaitu,

fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik, dan Fakultas Ilmu sosial.

Penelitian yang tidak dapat menjangkau keseluruhan populasi karena suatu

keterbatasan, maka dilakukan pengambilan sampel. “Sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti.”113 Sampel merupakan sebagian dari populasi yang

dipilih secara representative, artinya segala karakteristik populasi tercermin dari

sampel yang diambil. Dengan demikian” sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi.”114

109 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Bandung:
Alfabeta, 2015), h. 81.
110 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, Teori dan Aplikasi (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2010), h. 119.


111 Punadji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan (Jakarta: Kencana Prenada Media,

2010), h. 169.
112 Nazir, Metode Penelitian, Cet. ke-6 (Bogor: Gh.ia Indonesia, 2015), h. 291.
113 Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 131
114 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung :

Alfabeta, cet.16, 2013), h. 118


61

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel cluster random

sampling, karena pengambilan sampel dengan kelompok bukan individu, subjek

yang diteliti secara alami berkelompok atau cluster. Pengambilan sampel ini dibuat

dengan menggunakan teknik undian dengan mengikuti langkah sebagai berikut :

1) Menuliskan nama kelas pada lembar kertas kecil dan digulung.

2) Memasukkan gulungan kertas kecil tersebut dalam kotak untuk diundi.

3) Melakukan pencabutaan pertama satu buah gulungan kertas yang

ditentukan sebagai kelas eksperimen dan kontrol

4) Hasil pengundian yaitu menenentukan 2 (dua) kelas sampel kontrol &

eksperimen

F. Instrumen penelitian

1.Observasi

Observasi digunakan sebagai penunjang dalam melakukan

penelitian, metode ini digunakan untuk mengamati bagaimana

tingkat keberhasilan/efektivitas hidroterapi wudhu sebagai teknik

rekonstruksi motivasi belajar yang diterapkan selama proses

pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2.Angket

Dalam penelitian digunakan dua angket, yaitu: Angket

pertama, untuk mengukur skala motivasi mahasiswa (diberikan

sebelum dan sesudah treament). Angket kedua, untuk mengetahui


62

respon dosen terhadap kegiatan hidroterapi wudhu diberi pada

Dosen setelah proses pembelajaran.

3. Metode Tes (Pre Test)

Tes yaitu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok.115 Tes hasil belajar pada penelitian ini adalah pre-test

dan post-test. Pre-test merupakan tes awal sebelum dilakukan

eksperimen pada sampel penelitian dan menjadi langkah awal

dalam penyamaan kondisi antara kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen.

4. Metode Tes (Post Test)

Post-test digunakan untuk uji akhir eksperimen dengan tujuan

untuk mendapatkan nilai sampel pada kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan.

Teknik tes yang digunakan menggunakan bentuk tes objektif.

Hal ini disebabkan antara lain; luasnya bahan pelajaran di uji dalam

tes dan untuk mempermudah proses penilaian.

5.Interview/ Wawancara

Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap

115
Suharsimi Arikunto, Dasar‐Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h.32
63

muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang

diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman

wawancara.116

G. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen

Tujuannya untuk memperkecil pengaruh terhadap validitas, baik

validitas internal maupun validitas eksternal. Dalam penelitian ini

pengontrolnya adalah:

1.Validitas Internal

Adalah hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari tindakan atau perlakuan

yang diberikan pada kelompok eksperimen.Validitas internal meliputi :

a) Pengaruh kehilangan peserta eksperimen dikontrol dengan tidak

adanya mahasiswa yang absen selama pelaksanaan penelitian.

Absensi dilakukan dengan ketat.

b) Pengaruh instrumen. Instrumen yang dipergunakan memiliki

tingkat validitas dan realibilitas yang tinggi dengan memenuhi

standar. Sebelum dipergunakan terlebih dahulu diujicobakan

untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitasnya.

c) Pengaruh kontaminasi antar kelas eksperimen dikontrol dengan

tidak mengatakan apa-apa terhadap peserta penelitian, tidak

membahas kemungkinan yang dapat diperoleh sebagai hasil

penelitian.

116 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta : PT Rineka Cipta,

2006), h. 227
64

d) Pengaruh regresi statistik dikontrol dengan tidak menyertakan

siswa yang memiliki skor ekstrim.

e) Pengaruh pemilihan objek yang berbeda dikontrol dengan

membuat pasangan mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang

relatif sama pada kelompok yang berbeda.

Validitas Eksternal

a) Validitas Populasi dikontrol dengan cara mengambil sampel secara

cluster random sampling dan menentukan hidroterapi wudhu .dalam

rekonstruksi motivasi belajar mahasiswa

b) Validitas Ekologi, dikontrol dengan tujuan menghidari pengarus

reaksi prosedur penelitian, yaitu pengontrolan terhadap hal yang

berkaitan penggeneralisasian hasil penelitian kepada hasil

eksperimen memeberlakukan kelas sama dengan peristiwa sehari

hari, memberi perlakuan situasi kondisi yang sesuai keberadaan

sehari-hari.

2. Realibitas

Menurut Muhidin117, “Suatu instrumen dikatakan reliabel jika

pengukurannya konsisten dan cermat akurat”. Hasil pengukuran dapat

dipercaya, jika dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap

kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Relatif

sama yang dimaksud adalah tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-

perbedaan kecil di antara hasil beberapa kali pengukuran. Uji reliabilitas

117M. Abdurahman dan Muhidin, SA, Op. Cit., h. 37.


65

dilakukan setelah dilakukannya uji validitas dan hanya pada pertanyaan-

pertanyaan yang telah dianggap valid. Untuk penelitian ini digunakan

pendekatan konsistensi internal (internal consistency).

H. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan data kualitatif

yang digunakan secara terpadu dan saling mendukung. Data yang berupa

kualitatif yaitu kebutuhan yang digunakan untuk mengkaji kebutuhan metode

hidroterapi wudhu. Sementara, data kuantitatif yaitu untuk mengetahui

konstruksi motivasi belajar. Pada tataran teknis dilakukan sebagai berikut:

metode analisis deskriptif, metode partisipasi kolaboratif dan metode

eksperimen Pre-test and Post-tes Group.

I. Teknik Analisis Data

1. Instrumen

Setelah instrumen disusun, kemudian diujicobakan untuk dianalisis validitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal.

1) Uji validitas

Validitas suatu tes sebagai alat ukur jika tes benar-benar dapat mengukur

apa yang seharusnya diukur. Untuk mendapatkan ”validitas tes perlu

membandingkan skor siswa yang didapat dalam tes dengan skor yang dianggap

sebagai nilai baku. Validitas suatu tes erat kaitannya dengan tujuan

penggunaan tes tersebut.”118

118 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran : Prinsip, Teknik, Prosedur. (Bandung : Remaja Rosdakarya, cet.

6, 2014), h. 247.
66

Untuk menguji tingkat validitas tes ini, peneliti melakukan uji coba

instrumen tes yang sama terhadap mahasiswa yang berbeda, kelas kontrol dan

kelas eksperimen. Berdasarkan skor hasil uji coba tersebut, maka tingkat

validitas diukur menggunakan rumus Product moment of correlation ini :

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai ( r ) sebesar 0,77. Nilai tersebut

menunjukan bahwa korelasi antara dua kelompok skor tersebut cukup baik, yaitu

berada pada klasifikasi tinggi, sehingga tes memiliki tingkat validitas yang tinggi.

Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes.

Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki

tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang

memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya

digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah. Dalam

konstruksi tes, tingkat kesukaran butir soal sangat penting, karena tingkat kesukaran

butir dapat: (1) mempengaruhi karakteristik distribusi skor (mempengaruhi bentuk

dan penyebaran skor tes atau jumlah soal dan korelasi antar-soal), (2) berhubungan

dengan reliabilitas (akan dibahas pada bahasan berikut). Semakin tinggi korelasi

antar-soal, semakin tinggi reliabilitas. Tingkat kesukaran butir soal juga dapat

digunakan untuk memprediksi alat ukur itu sendiri (soal) dan kemampuan peserta

didik dalam memahami materi yang diajarkan guru. Misalnya satu butir soal

termasuk kategori mudah, maka prediksi terhadap informasi ini adalah sebagian

besar peserta didik menjawab benar butir soal itu, artinya bahwa sebagian besar
67

peserta didik telah memahami materi yang ditanyakan, dengan kata lain peserta

telah mengindikasikan penguasaan kompetensi. Jika soal berbentuk pilihan ganda,

berarti pengecoh butir soal itu tidak berfungsi.

2) Daya Pembeda

Untuk menentukan daya beda (D) terlebih dahulu skor dari siswa diurutkan

dari skor tertinggi sampai skor terendah. Setelah itu diambil 50 % skor teratas

sebagai kelompok atas dan 50 % skor terbawah sebagai kelompok bawah. Untuk

menentukan daya beda digunakan rumus. 119

Ba Bb
D= 
Ja Jb

Keterangan:

Ja = banyaknya peserta kelompok atas

Jb = banyaknya peserta kelompok bawah

Ba = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

Bb = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

Tabel 3.11 Kriteria Penentuan Daya Pembeda

Interval Daya Pembeda Kriteria


D  0,00 Daya pembeda jelek sekali
0,00 < D  0,20 Daya pembeda jelek
0,21 < D  0,40 Daya pembeda cukup
0,41 < D  0,70 Daya pembeda baik
0,71 < D  1,00 Daya pembeda baik sekali

Perangkat Hidroterapi Wudhu Sebagai Teknik Konstruksi Motivasi

119 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian , h. 200


68

Kriteria kevalidan dan keefektifan dijabarkan sebagai berikut:

a. Kevalidan

Kevalidan dalam penelitian ini merupakan validitas isi, dan untuk

menentukannya peneliti meminta pertimbangan maupun penilaian para ahli.

Menurut kriteria kevalidan perangkat pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 3.12 Validitas Isi penilaian ahli


Interval rata-rata penilaian ahli Kriter
ia
1 ≤ Va < tidak
2 valid
2 ≤ Va < 3 kurang
valid
3 ≤ Va < 4 cukup
valid
4 ≤ Va < 5 Valid
Va ≥ sangat
5 valid

b. Keefektifan Metode Hidroterapi wudhu terhadap konstruksi motivasi belajar

Indikator untuk keefektifan ini adalah: (1) aktivitas belajar, (2) hasil belajar.

Kriteria keefektifan sebagai berikut: (1) adanya peningkatan aktivitas belajar, (2)

terdapat 75% mahasiswa yang tuntas belajar secara klasikal.

c. Peningkatan skor rata-rata pre-test dan post-test

Untuk mengetahui efektivitas Hidroterapi wudhu terhadap rekonstruksi

motivasi belajar yang telah dikembangkan digunakan analisis g-faktor. Yaitu

dengan menganalisis peningkatan skor rata-rata pre-test dan post-test yang dihitung

dengan menggunakan rumus gain rata-rata ternormalisasi, yaitu perbandingan gain

rata-rata aktual dengan gain rata-rata maksimum.


69

Rumus gain yang sering disebut faktor-g adalah sebagai berikut:

S post  S pre
g 
100%  S pre

(Hake, 1999)

Keterangan:
Spost = Skor post test
S pre = Skor pre test
Besarnya faktor g dikategorikan sebagai berikut.

Tabel 3.13 Kriteria Gain yang dinormalisasi


G Kriteria
g > 0,7 atau g >70 % Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 atau 30% ≤ g < 70% Sedang
g < 0,3 atau g < 30% Rendah

Pengujian signifikansi dari peningkatan motivasi belajar mahasiswa dapat

dilihat dari hasil uji paired sample t test.120

MD
t
 d2
N N - 1

Apabila nilai thitung > ttabel dengan dk = n-1, yang berarti bahwa ada peningkatan

motivasi belajar yang signifikan.

Indikator Keberhasilan

a. Tersusunnya perangkat hidroterapi wudhu untuk rekonstruksi motivasi belajar

mahasiswa.

120 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian , h. 192


70

b. Perangkat dikatakan valid jika Va (rata-rata penilaian ahli) mendapat skor 4

dalam kriteria Valid.

c. Perangkat dikatakan efektif untuk mendukung proses hidroterapi wudhu jika:

1) Motivasi belajar mengalami peningkatan yang signifikan.

2) Aktivitas belajar rata-rata baik yaitu dalam kategori nilai 60-80.

3) Perangkat dikatakan berhasil jika 80% atau lebih dosen merespon positif

hidroterapi wudhu untuk rekonstruksi motivasi belajar mahasiswa.

Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam

penelitian. Analisis data penelitian bertujuan menyempitkan dan membatasi

penemuan-penemuan hingga menjadi data yang teratur, tersusun serta lebih

berarti. Dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif.

Tehnik ini digunakan untuk menghitung data-data yang bersifat

kuantitatif atau dapat diwujudkan dengan angka-angka yang didapat dari

lapangan. Analisis data yang dilakukan adalah analisis statistik Independent

Sample t-test dengan menggunakan bantuan program SPPS. Rumus yang

digunakan rumus Uji t. Uji t dipengaruhi oleh hasil uji kesamaan dua varians.

Apabila kedua kelompok mempunyai varians yang sama, maka rumus

yang digunakan adalah sebagai berikut:121

t x x
1 2
=
1 1
s 
n n 1 2

121 Sudjana, Metode Statistika. (Bandung: Tarsito, 1996), h. 239


71

Keterangan:

x 1

x 2

Kriteria yang digunakan adalah Ha diterima apabila t hitung ≥ t tabel

dengan derajad kebebasan untuk tabel distribusi t adalah (n1 + n2 - 2) dengan

peluang (1 - α), taraf signifikansi (α) = 5%. Jika berdasarkan Sig. atau

signifikansi Ha diterima.
BAB IV

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Abdurrab Riau. Adapun yang

diteliti adalah mengenai Hidroterapi wudhu sebagai teknik rekonstruksi

motivasi belajar mahasiswa. Oleh karena itu untuk mendapatkan gambaran

yang jelas tentang obyek penelitian, peneliti mendeskripsikan Universitas

Abdurrab.

1. Visi, Misi, Tujuan


a. Visi : Menjadi pusat pengembangan SDM yang menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi,agamis, integritas, profesional yang terampil,
mandiri melalui proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat di Sumatera Bagian Tengah
b. Misi :
1) Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang bermutu guna

menghasilkan lulusan yang agamis, integritas, profesional, yang

terampil dan mandiri.

2) Mengembangkan penelitian dan pengabdian masyarakat yang

bermutu untuk memajukan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

guna peningkatan kesejahteraan umat manusia.

3) Menyelenggarakan pelayanan pendidikan yang bermutu dengan

menerapkan teknologi mutakhir untuk peningkatan efisiensi di segala

bidang dan sistem etika yang agamis


73

4) Membina, memperkuat, dan memperluas jaringan kerjasama

institusional dalam rangka mengembangkan temuan ilmu

pengetahuan dan teknologi

c. Tujuan Pendidikan:

1) Penghasil lulusan yang bermutu di bidang pendidikan, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat yang agamis, integritas, profesional,

yang terampil dan mandiri

2) Pengembangan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat

3) Pelayanan prima (execelent service) Pendidikan

4) Jaringan kerjasama yang luas dan bermanfaat bagi kemajuan institusi

2. Program Pokok

1. Akademik sesuai Kurikulum

2. Al Qur'an (Baca, Tulis, Tahsin, Tarjim dan Tafsir)

3. Aqidah untuk pemurnian agar tidak syirik

4. AkhIak agar berbudi pekerti

5 Keterampilan (life skill)

3. Profil Dosen dan Mahasiswa Univrab

1. Mencintai anak dan dunia pendidikan

2. Mampu dan terbiasa membaca al Qur'an dengan tartil sesuai kaidah ilmu

tajwid dengan demikian harus menguasai teori ilmu tajwid.

3. Melatih diri untuk mampu mentarjim al Quran dan tafsir al Qur'an

4. Menguasai metode pembelajaran dengan pendekatan aktif learning


74

5. Menutup aurat baik di lingkungan kampus maupun di lingkungan umum.

6. Bebas narkoba dan kemaksiatan dalam berbagai bentuk dan tipe

7. Mampu sebagai figur teladan baik di lingkungan kampus, rumah dan

masyarakat dengan ditandai kepribadian berakhlakul karimah

4. Kurikulum dan Program Pembelajaran

1. Kurikulum terpadu yaitu Integrasi nilai Islam dalam bidang studi

2. Menekankan pada pendidikan dari pada pengajaran

3. Memberi pengayaan pada mahasiswa yang maju dan melaksanakan

remidi bagi mahasiswa yang kurang

4. Menekankan pada kemandirian belajar (Aktif Learning)

5. Memberikan keterampilan belajar

6. Menghargai Kemampuan Individu

7. Pembentukan Perilaku melalui Pembiasaan

5. Data Kelembagaan

1. Yayasan Fajar

a. Nama Yayasan: Yayasan bernama Fajar

b. Alamat Yayasan: Jl. Riau ujung No. 73 Pekanbaru

2. Lembaga Pendidikan Fajar

a. Perjalanan Sejarah

Universitas Abdurrab adalah bermula dari chest clinic yang

merupakan cikal-bakal dari Rumah Sakit Prof. Tabrani pada tahun

1979. Selanjutnya berturut-turut pada tahun 1996 dibuka Akademi

Perawatan (AKPER), Akademi Analis Farmasi & Makanan


75

(AKAFARMA) tahun 1999, Akademi Fisloterapi (AKFIS) tahun

2002 dan Akademi Kebidanan (AKBID) tahun 2002 oleh Yayasan

Abdurrab. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional RI No. 75/D/O/2005 secara resmi berdirilah Universitas

Abdurrab. Berdasarkan surat Dirjen Dikti Depdiknas RI No.

2128/D/T/2008 tanggal 11 Juli 2008 secara resmi keluar Ijin

Penyelenggaraan Program Studi S1 Pendidikan Dokter pada

Universitas Abdurrab.Tanggal 7 Juni ditetapkan sebagai Milad

Universitas Abdurrab. Universitas ini bernama Universitas

Abdurrab dan disingkat Univrab yang berkedudukan di Jl. Riau

Ujung No. 73 Tampan Pekanbaru 28292 Riau–IndonesiaTelp.

(0761) 38762, 859839,7098153, 839036, Fax. (0761) 859839,

7098153. Website: www.Universitas Abdurrab.ac.id. Email:

info@Universitas Abdurrab.ac.id

B. Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Universitas Abdurrab dengan

mengambil populasi seluruh mahasiswa. Sedangkan sampel dalam

penelitian ini berjumlah 36 mahasiswa. Kemudian peneliti membagi 2

kelas tersebut menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen karena penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui rekonstruksi hidroterapi wudhu terhadap

motivasi belajar mahasiswa dengan cara memberi perlakuan-perlakuan

tertentu pada beberapa kelompok eksperimental.


76

1. Hasil Konstruksi Motivasi Belajar Menggunakan Hidroterapi Wudhu

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian diketahui bahwa hasil

rekonstruksi motivasi belajar yang dibelajarkan dengan pendekatan hidroterapi

wudhu diperoleh skor tertinggi 95, skor terendah 58, nilai rata-rata 79,86, nilai

modus 81,50, median 73,86, varians 75,31 dan standar deviasi 8,68. Berdasarkan

nilai rata-rata diketahui 11 orang atau 30,56% berada pada skor rata-rata motivasi

belajar dan sebanyak 15 orang atau 41,67% berada di atas skor rata-rata motivasi

belajar dan sebanyak 10 orang atau 27,78% berada di bawah rata-rata skor motivasi

belajar. Unutk lebih jelasnya data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Rekonstruksi Motivasi

Belajar Menggunakan Hidroterapi Wudhu

No Interval fabsolut Frelatif


1 58 – 63 1 2,78 %
2 64 – 69 3 8,33 %
3 70 – 75 6 16,67 %
4 76 – 81 11 30,56 %
5 82 – 87 7 19,44 %
6 88 – 93 6 16, 67 %
7 94 – 99 2 5, 56 %
Jumlah 36 100,00 %

Berdasarkan tabel di atas tentang distribusi frekuensi skor hasil hasil rekonstruksi

motivasi belajar yang dibelajarkan dengan pendekatan hidroterapi wudhu dapat

digambarkan sebagai berikut :


77

Frekuensi

14

12

10

0
Skor
57,5 63,5 69,5 75,5 81,5 87,5 93,5 99,5

Gambar 4.2. Hasil Rekosntruksi Motivasi Belajar Dengan Hidroterapi Wudhu

2. Mahasiswa Memiliki Motivasi Tinggi

Dari data penelitian yang diperoleh diketahui bahwa skor tes motivasi belajar siswa

yang memiliki motivasi tinggi, skor tertinggi 95, skor terendah 63, nilai rata-rata

adalah 79,99, nilai modus 80,50, median 75,00, varians 58,33, dan standar deviasi

7,64. Berdasarkan nilai rata-rata diketahui 9 orang atau 24, 32% berada pada skor

rata-rata motivasi belajar, sebanyak 14 orang atau 37,84% berada di atas skor rata-

rata motivasi belajar dan sebanyak 14 orang atau 37,84% berada di bawah rata-rata

skor motivasi belajar. Untuk lebih jelasnya data tersebut dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut :
78

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Mahasiswa Yang memilki Motivasi Tinggi

No Interval fabsolut Frelatif


1 63 – 67 2 5,41%
2 68 – 72 4 10,81%
3 73 – 77 8 21,62%
4 78 – 82 9 24,32%
5 83 – 87 8 21,62%
6 88 – 92 4 10,81%
7 93 – 97 2 5,41%
Jumlah 37 100,00 %

Berdasarkan tabel di atas tentang distribusi frekuensi skor mahasiswa yang

memiliki motivasi tinggi dapat digambarkan sebagai berikut :

Frekuensi

14

12

10

0
Skor
62,5 67,5 72,5 77,5 82,5 87,5 92,5 97,5

Gambar 4.3 Histogram Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi


79

4. Mahasiswa yang Memiliki Motivasi Rendah

Dari data penelitian yang diperoleh diketahui bahwa skor tes mahasiswa yang

memiliki motivasi rendah, skor tertinggi 89, skor terendah 58, nilai rata-rata adalah

75,84, nilai modus 77,50, median 70,31, varians 71,13, dan standar deviasi 8,43.

Berdasarkan nilai rata-rata diketahui 8 orang atau 22, 86% berada pada skor rata-

rata motivasi belajar, sebanyak 14 orang atau 40,00% berada di atas skor rata-rata

motivasi belajar dan sebanyak 13 orang atau 37,14% berada di bawah rata-rata skor

motivasi belajar. Untuk lebih jelasnya data tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut :

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi MahasiswaYang Memiliki Motivasi Rendah

No Interval fabsolut Frelatif


1 58- 62 2 5,71%
2 63- 67 5 14,29%
3 68– 72 6 17,14%
4 73– 77 8 22,86%
5 78– 82 6 17,14%
6 83– 87 5 14,29%
7 88– 92 3 8,57%
Jumlah 35 100,00 %

Berdasarkan tabel di atas tentang distribusi frekuensi skor mahasiswa yang

memiliki motivasi belajar rendah dapat digambarkan sebagi berikut


80

Frekuensi

14

12

10

Skor
57,5 62,5 67,5 72,5 77,5 82,5 87,5
92,5

Gambar 4. 4 Histogram Mahasiswa yang Memiliki Motivasi Rendah

5. Mahasiswa Yang Memiliki Motivasi Tinggi dengan Menggunakan

Hidroterapi Wudhu

Dari data penelitian yang diperoleh diketahui bahwa skor tes belajar
mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi yang menggunakan hidroterapi
wudhu skor tertinggi 95, skor terendah 68, nilai rata-rata adalah 84,40, nilai
modus 88,50, median 80,17, varians 51,42, dan standar deviasi 7,17.
Berdasarkan nilai rata-rata diketahui 6 orang atau 30,00% berada pada skor
rata-rata tes belajar, sebanyak 6 orang atau 30,00% berada di atas skor rata-
rata tes belajar dan sebanyak 8 orang atau 40,00% berada di bawah rata-rata
skor belajar. Untuk lebih jelasnya data tersebut dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :
81

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Mahasiswa Yang Memiliki Motivasi Tinggi


melalui Hidroterapi wudhu
No Interval fabsolut Frelatif
1 68 – 72 1 5,00%
2 73 – 78 3 15,00%
3 79 – 83 4 20,00%
4 84 – 88 6 30,00%
5 89 – 93 4 20,00%
6 94 – 98 2 20,00%
Jumlah 20 100,00 %
Digambarkan sebagai berikut :

Frekuensi

14

12

10

0
Skor
72,5 78,5 83,5 88,5 93,5 98,5

Gambar 4. 5 Histogram Mahasiswa Yang Memiliki Motivasi Tinggi melalui


Hidroterapi wudhu
82

C. Hipotesis

Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu rnenghitung total skor dan

rata-rata skor tiap kelompok menggunakan menurut tabel yang selanjutnya dapat

digunakan sebagai dasar keputusan statistik untuk pengujian hipotesis, seperti tabel:

Tabel 4.6. Data Induk Penelitian

Konstruksi Motivasi
Motivasi Belajar TOTAL
Hidroterapi Tanpa-Hidro
Wudhu Terapi Wudhu
N 20 16 36
∑X 1687 1284 2972
∑X2 143408 97786 241194
Tinggi -
X 84,36 75,55 79,95
S2 57,46 46,40 51,93
N 20 16 36
∑X 1206 1451 2657
∑X2 92055 112350 204405
Rendah -
X 75,35 76,38 75,86

S2 81,11 84,18 82,64


TOTAL N 36 36 72

Secara keseluruhan hasil perhitungan untuk pengujian hipotesis diketahui:

Tabel 4.7. Rangkuman Hasil Perhitungan

Sumber Varians Dk JK RJK Fhitung Ftabel Keterangan


Hidroterapi Wudhu(A) 1 342,81 342,81 5,11 3,98 Signifikan
Motivasi Belajar (B) 1 348,96 348,96 5,20 Signifikan
Interaksi (AxB) 1 378,16 378,16 5,63 Signifikan
Antar Kelompok 3 1069,93 -
Galat 68 4565,94 67,15
83

Hasil Motivasi Belajar Mahasiswa menggunakan Hidroterapi Wudhu dan

yang tidak menggunakan hidroterapi wudhu

Pengujian hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut, pernyataan hipotesis


statistik yang diuji adalah:
Ho : μA1 ≤ μA2
Ha : μA1 > μA2
Pernyataan hipotesisnya adalah :
Ho = Tidak terdapat perbedaan hasil Motivasi Belajar Mahasiswa menggunakan
Hidroterapi Wudhu
Ha = Terdapat perbedaan hasil Motivasi Belajar Mahasiswa menggunakan
Hidroterapi Wudhu

Berdasarkan data di atas, hasil motivasi belajar mahasiswa menggunakan

hidroterapi wudhu memperoleh rata-rata nilai hasil belajar sebesar 79,86,

sedangkan tanpa menggunakan hidroterapi wudhu memperoleh rata-rata nilai hasil

sebesar 75,97. Hasil analisis varians untuk kedua pendekatan pembelajaran

menunjukkan harga fh sebesar 5,11 lebih besar dan harga ft sebesar 3,98 pada taraf

signifikan α=0,05 sehingga Ho ditolak pada taraf signifikan α = 0,05. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil motivasi belajar

mahasiswa yang menggunakan hidroterapi wudhu dengan hasil motivasi belajar

mahasiswa yang tanpa hidroterapi wudhu.

Perbedaan Hasil Hidroterapi wudhu Mahasiswa yang memilki Motivasi

Tinggi dan Motivasi Rendah

Pengujian hipotesis statistik untuk motivasi tinggi dan motivasi rendah adalah
sebagai berikut: Pernyataan hipotesis statistik yang diuji adalah,
Ho : µB1 ≤ µB2
Ha : µB1 > µB2
Pernyataan hipotesisnya adalah :
Ho = Tidak terdapat perbedaan hasil Hidroterapi wudhu Mahasiswa yang memilki
motivasi Tinggi & Mahasiswa yang memiliki motivasi Rendah
Ha = Terdapat perbedaan hasil Hidroterapi wudhu Mahasiswa yang memilki
motivasi Tinggi & Mahasiswa yang memiliki motivasi Rendah
84

Berdasarkan hasil perhitungan data dapat diketahui bahwa mahasiswa

memiliki motivasi tinggi memperoleh nilai rata-rata = 79,99, sedangkan mahasiswa

yang memiliki motivasi rendah memperoleh nilai rata-rata 75,84. Hasil analisis

varians untuk kedua pendekatan motivasi belajar menunjukkan harga fh sebesar

5,20 lebih besar dan harga ft sebesar 3,98 pada taraf signifikan α = 0,05 sehingga

Ho ditolak pada taraf signifikan α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan hasil hidroterapi wudhu mahaswa yang memiliki

motivasi tinggi dengan memiliki motivasi rendah.

3. lnteraksi Antara Hidroterapi dan Motivasi Belajar

Pernyataan hipotesis statistik yang diuji adalah:


Ho : A x B = 0
Ha : A x B ≠ 0
Pernyataan hipotesisnya adalah:
Ho =Tidak terdapat interaksi hasil Hidroterapi wudhu dengan motivasi belajar
Ha=Terdapat interaksi hasil Hidroterapi wudhu dengan motivasi belajar mahasiswa

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas diperoleh fh =5,63 dan nilai

kritik ft = 3,98 dengan dk (1,68) pada taraf α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa

fh = 5,63 > ft = 3,98 sehingga hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa terdapat

interaksi antara penggunaan hidroterapi wudhu dan motivasi belajar dalam

memberikan pengaruh yang teruji kebenarannya.

Karena ada interaksi antara hidroterapi wudhu dalam mempengaruhi

motivasi belajar mahasiswa, maka perlu dilakukan uji lanjutan (post hoc test), untuk

mengetahui rata-rata motivasi sampel mana yang berbeda. Untuk melihat bentuk

interaksi antara hidroterapi dan wudhu dalam mempengaruhi motivasi belajar

mahasiswa dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Scheffe, hasil


85

perhitungan menggunakan Uji Scheffe dapat dikemukakan melalui ringkasan pada

tabel sebagai berikut:

Tabel 4.19. Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Scheffe

No Interaksi Fhitung Ftabel (α = 0,05)


1 µA1B1 dengan µA2B1 3,260 2,750
2 µA1B1 dengan µA2B2 3,280 2,750
3 µA1B1 dengan µA1B2 3,040 2,750
4 µA1B2 dengan µA2B1 0,070 2,750
5 µA1B2 dengan µA2B2 0,300 2,750
6 µA2B2 dengan µA2B1 0,350 2,750

Kriteria penerimaan jika Fhitung > Ftabel maka teruji secara signifikan.

Berdasarkan hasil uji scheffe pada tabel di atas dapt dilihat bahwa terdapat 6 (enam)

pasang hipotesis statistik, yakni:

a. Dan hasil perhitungan dengan menggunakan uji scheffe pada tabel di atas

rnenunjukkan Fhitung = 3,260 > Ftabel = 2,720, sehinga memberikan keputusan

menolak hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan

demikian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada perbedaan hasil

hidroterapi wudhu mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi dengan tanpa

hidroterapi wudhu mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi teruji

kebenarannya.

b. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji scheffe pada di atas

menunjukkan Fhitung = 3,280 > Ftabel = 2,72, sehingga memberikan keputusan

menolak hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan hidroterapi wudhu


86

mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi dengan mahasiswa yang memiliki

motivasi rendah teruji kebenarannya.

c. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji scheffe pada tabel di atas

menunjukkan Fhitung = 3,040 > Ftabel= 2,72, sehingga memberikan keputusan

menolak hipotesis altenatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan hidroterapi wudhu

mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi dengan mahasiswa yang memiliki

motivasi rendah teruji kebenarannya.

d. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji scheffe pada tabel di atas

menunjukkan Fhitung = 0,070 < Ftabel = 2,720, sehingga memberikan keputusan

menolak hipotesa nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan hidroterapi wudhu

mahasiswa yang memiliki motivasi rendah dengan tanpa hidroterapi wudhu

mahasiswa yang rnemiliki motivasi tinggi tidak teruji kebenarannya.

e. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji scheffe pada tabel di atas

menunjukkan Fhitung = 0.300 < Ftabel = 2,720, sehingga memberikan keputusan

menolak alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) diterima. Dengan demikian

hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan hidroterapi wudhu mahasiswa

yang memiliki motivasi rendah dengan tanpa hidroterapi wudhu mahasiswa

yang rnemiliki motivasi rendah tidak teruji kebenarannya.

f. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji scheffe pada tabel di atas

menunjukkan Fhitung = 0,350 < Ftabel = 2,72, sehingga memberikan keputusan

menolak nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Untuk melihat dengan
87

jelas adanya interaksi antara penggunaan hidrotterapi wudhu dan motivasi

belajar ditunjukkan garnbar berikut:

Hidroterapi Wudhu

84,36 Hidroterapi
75,55 Tanpa
Hidroterapi
80

70

60

50

40

30

20

10
Motivasi Rendah Motivasi Tinggi

Gambar.4.7. Pola Garis Interaksi antara Hidroterapi & Motivasi Belajar


88

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkann hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh

hasil penelitian yang membukitkan beberapa hipotesis penelitian. Pada masing

masing hasil penelitian tersebut, dikemukakan pembahasan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kondisi belajar mahasiswa menggunakan

hidroterapi wudhu dengan tidak menggunakan hidroterapi wudhu.

Hasil analisa data penelitian melalui uji anava dua jalur

diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini menunjukkan

bahwa kondisi belajar mahasiswa yang mengunakan hidroterapi wudhu

lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak menggunakan

hidroterapi wudhu. Hasil kondisi belajar mahasiswa yang

menggunakan hidroterapi wudhu memperoleh nilai rata-rata sebesar

79,86 dan tanpa menggunakan memperoleh nilai rata-rata sebesar

76,97.

Hasil ini disebabkan bahwa berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa. Faktor tersebut dapat

berasal dari diri mahasiswa sendiri seperti kecerdasan dan dapat juga

berasal dan luar diri mahasiswa seperti efek terapi wudhu yang

dirancang oleh memberi kedamaian ruhiyah dan jasadiyah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa

ini terbentuk dari tiga macam yaitu faktor internal, faktor eksternal dan

faktor pendekatan belajar. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari

dalam mahasiswa contohnya kecerdasan, motivasi, Faktor eksternal


89

adalah faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa seperti lingkungan

kampus, fasilitas belajar dan waktu belajar. Faktor yang juga

menentukan yaitu faktor pendekatan belajar. faktor ini berkaitan

dengan segala cara dan strategi yang digunakan dosen dan mahasiswa

dalam menunjang keefektifan dan efesiensi proses mernpelajari materi.

Untuk mendapatkan motivasi belajar harus melalui proses

tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri sendiri individu

dan dari luar individu. Noehi Nasution, dan kawan-kawan memandang

belajar itu bukan suatu aktivitas yang berdiri sendiri. Mereka

berkesimpulan ada unsur-unsr lain yang ikut terlibat langsung di

dalamnya, yaitu raw input, teaching process, output, inviromental

input, dan instrumenal input.122

Gambar.4.8. Unsur Motivasi Belajar123

122 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, cet. 3, 2011), h. 175-176.
123
Ibid
90

Dalam gambaran di atas disajikan gagasan, bahwa masukkan

mentah (raw input) merupakan bahan pengalaman belajar tertentu dalam

proses belajar mengajar (teaching process) dengan harapan dapat berubah

menjadi keluaran (output) dengan kualifikasi tertentu. Di dalam proses

belajar mengajar itu ikut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan, yang

merupakan masukan dari lingkungan (environmental input) dan sejumlah

faktor instrumenal (instrumenal input) yang dengan sengaja dirancang dan

di manipulasikan guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki.

Di Iingkungan kampus tentu mahasiswa akan mengikuti hidroterapi

wudhu yang telah dirancang oleh dosen yang mengajarnya. OIeh karena itu,

setiap dosen perlu memperhatikan dan mempersiapkan hidroterapi wudhu

yang menunjang efektifitas dan efesiensi proses pembelajaran di kelas.

Materi pembelajaran merupakan salah satu dasar pemikiran yang

dijadikan pertimbangan seorang dosen untuk memilih strategi

pembelajaran. Cakupan aspek yang diperhitungkan dapat meliputi, sifat

materi, kedalaman materi dan banyaknya materi yang akan disampaikan.

Materi yang sifatnya hafalan mungkin sudah cukup efektif jika hanya

disampaikan dengan metode ceramah. Sebaliknya materi yang sifatnya

pemahaman aplikasi sehari-hari perlu disampaikan dengan cara yang

berbeda, misalnya dengan praktikum. Demikian pula kedalaman materi dan

jumlah materi yang akan disampaikan juga akan menjadi pertimbangan

dalam menentukan filosofi hidroterapi wudhu seperti apa yang akan

digunakan seorang dosen di dalam kelas.


91

Dalam belajar di Perguruan tinggi, faktor dosen dan kondisi

mahasiswanya merupakan faktor yang sangat penting artinya, penguasaan

dosen terhadap hidroterapi wudhu dalam pembelajaran sangat diperlukan

untuk meningkatkan kemampuan profesional dosen, oleh sebab itu dosen

harus dapat merekonstruksi motivasi belajar mahasiswa dengan tahapan

hidroterapi wudhu yang paling tepat dan sesuai dengan tujuan, karakteristik

mahasiswa serta materi yang akan disampaikannya.

Pada asasnya, fungsi atau peran penting dosen dalam proses

mengajar belajar ialah sebagai “director of ” (direktur belajar). Artinya,

setiap dosen diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar

mahasiswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik)

sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan mengajar.

Dengan demikian, peranan pendidik dalam dunia pendidikan modern

seperti sekarang meningkat dari pengajar menjadi direktur belajar.124

Perluasan tugas dan tanggung jawab dosen tersebut membawa

konsekuensi timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian integral

(menyatu) dalam kompetensi profesionalisme pendidik yang disandang.

Menurut Gagne, setiap pendidik berfungsi sebagai :

1) Designer of instruction (perancang pengajaran);

2) Manager of instruction (pengelola pengjaran);

124 Ibid, h. 175-176.


92

3) Evaluator of student (penilai prestasi belajar mahasiswa);125

Konstruksi motivasi belajar menggunakan hidroterapi wudhu harus

mempertimbangkan karakteristik materi, seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya. konstruksi ini yang erat hubungannya dengan kehidupan

sehari-hari akan sangat mudah dipahami mahasiswa jika strategi

hidroterapi wudhu yang digunakan langsung menuntut mahasiswa untuk

aktif melakukan pengamatan. Pendidik harus kreatif untuk memadukan

metode yang mendukung dalam menciptakan suasana menyenangkan

sehingga pembelajaran dengan mudah dipahami mahasiswa. Selain sifat

dan materi hiroterapi wudhu, salah satu dasar pemikiran lain yang

digunakan pendidik sebagai pertimbangan dalam motivasi belajar adalah

karakteristik mahasiswa. Karakteristik mahasiswa merupakan salah satu

hal yang perlu di identifikasi oleh pendidik untuk digunakan sebagai

petunjuk dalam mengembangkan pembelajaran. Setiap mahasiswa

memiliki potensi dan karakteristik yang berbeda-beda. Seorang pendidik

harus berusaha mengakomodir potensi mahasiswa secara maksimal dalam

strategi pembelajaran yang diterapkan di kelas. Karakteristik mahasiswa

seperti motivasi, rninat, bakat, kecerdasan, kecerdasan emosi, kepribadian

emosi, perasaan, pikiran, dan metakognisi perlu dipertimbangkan dan

diintegrasikan dalam hidroterapi wudhu yang dirancang.

125 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan : Dengan Pendekatan Baru (Bandung : Remaja Rosdakarya, cet.

15, 2010), h. 249


93

Setiap jenis suara memiliki efek doa dalam penyembuhan.126

Jika musik dapat membuat air merasa bahagia, pastilah perasaan

bahagia ini juga mampu mempengaruhi sel tubuh manusia yang

sejatinya terbuat dari air.127 Musik dan kata-kata adalah getaran,

keduanya mudah dimengerti dan diartikan oleh setiap orang.128

Kemampuan kata-kata verbal untuk memberi kehidupan jauh

lebih hebat. Kata-kata ibarat tombol yang menyalakan atau mematikan

getaran dari segala sesuatu, sebagai remote control yang dayanya

sanggup mencapai sampai kemana pun.129

Suara seperti doa berulang-ulang telah menciptakan frekuensi

penyembuhan.130 Kata-kata yang ditulis pada secarik kertas dan

ditunjukkan kepada air, direspon melalui terbentuk atau tidaknya

sebuah kristal air. Ini bisa terjadi karena sebenarnya kata-kata yang

tertulis memancarkan getaran yang mampu dirasakan air. Melalui

getaran tersebut air mencerminkan getaran yang diciptakan dunia, dan

mengubah getaran itu ke dalam bentuk yang dapat dilihat mata

manusia. Ketika air ditunjukkan pada sebuah kata tertulis, air

menerimanya sebagai getaran dan mengungkapkan pesannya secara

spesifik.131

126 Masaru Emoto, (B), Op. Cit., h. 102.


127 Masaru Emoto, (A), Op. Cit., h. 143.
128 Masaru Emoto, (C), Op. Cit., h. 11
129
Masaru Emoto, (B), Op. Cit., h. 18.
130 Masaru Emoto, (C), Op. Cit., h. 11
131 Masaru Emoto, (B), Op. Cit., h. 20.
94

Manusia, sebagai salah satu makhluk yang bisa menggunakan

kata-kata, akan secara alami, bisa menyelaraskan panjang gelombang

yang dikeluarkan oleh setiap kata-kata dengan apa pun dan segala

sesuatu yang ada di alam semesta. Hal tersebut berlangsung secara

instan. Kata-kata dan pikiran bisa pergi kemanapun dan kepada

siapapun pada saat bersamaan dengan kemunculannya. Pikiran dan

kata-kata mampu menembus batasan ruang dan waktu. Getaran pikiran

memiliki efek tertentu pada dunia.132 Manusia memiliki kemampuan

untuk beresonansi dengan semua ciptaan dan benda di alam. Manusia

bisa berbicara dengan segala yang ada disemesta. Manusia juga dapat

memberikan energi dan menerima energi.133 Menurut Masaru Emoto,

manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat menyelaraskan diri

dengan kebahagiaan.134 Tubuh manusia memiliki 60 triliun sel terdiri

atas banyak organ, yang terbentuk dari berbagai sel. Sel-sel ini

terbentuk dari molekul-molekul, dan molekul terbentuk dari atom-

atom, sedangkan atom terbentuk dari partikel-partikel sub-atom.135

Partikel-partikel sub-atom ini mempunyai hado intrinsik tersendiri.

Selama sel-sel ini memainkan peranannya secara harmonis, tubuh

menjadi sehat. Ketika semua gelombang berjalan dengan baik maka

tubuh sebagai zat yang dibentuk, dapat bekerja seperti orkestra.

Gangguan pada gelombang, mengakibatkan ketidakharmonisan.

132 Op.Cit (C), h. 18.


133 Op.Cit (B), h. 23.
134 Op.Cit (A), h. 39.
135 Ibid., h. 83.
95

Air adalah cerminan jiwa. Air memiliki banyak wajah, dibentuk

dengan menyelaraskan diri dengan kesadaran manusia. Yang

menyebabkan air dapat mencerminkan kondisi jiwa seseorang, ialah

dikarenakan adanya getaran. Jika seseorang berkata “terima kasih”

kepada air, kata itu dipantulkan kembali oleh air dalam bentuk kristal-

kristal yang indah, berlimpah dengan rasa syukur.136 Ketika air

dipaparkan pada kata “cinta dan syukur” air membentuk Kristal-kristal

yang indah. Hal ini dikarenakan kata-kata itu adalah sebentuk doa.

Ketika sesuatu selaras dengan prinsip alam dan sesuatu itu berinteraksi

dengan air, hasilnya adalah pembentukan kristal yang indah.

Berdasarkan teori Masaru Emoto yang mengatakan bahwa air

dapat membawa informasi. Maka peneliti bermaksud untuk

menggunakan air sebagai media terapi (dalam bentuk hidroterapi

wudhu) untuk mekonstruksi motivasi belajar. Pertama, air dibacakan

doa berwudhu, yang didalam teori Masaru Emoto hal itu disebut

sebagai pemberiaan hado. Selanjutnya air yang telah dibacakan doa niat

berwudhu tersebut dibasuh perlahan menggunakan urutan wudhu

untuk memberi stimulus titik saraf pada anggota wudhu yang berguna

memperbaiki sel-sel dalam tubuh, khususnya sel-sel yang pada syaraf

otak pada mahasiwa. Telah dijelaskan bahwa air mempunyai ukuran

yang cocok untuk membawa informasi. Oleh karena itu air dapat

membawa berbagai macam informasi, termasuk di antaranya membawa

136 Ibid (B)., h. 113.


96

gelombang yang bermanfaat untuk pengobatan. Secara khusus teori

Emoto menjelaskan bahwa air hado dapat membawa hado hingga ke

partikel sub-atom terkecil.

Berkaitan dengan teori motivasi maslow yang menyebutkan

bahwa terdapat kenyamanan fisiologi menuju pribadi yang sukses.

Maka dimungkinkan bahwa air hado (air yang telah dibacakan doa)

mampu memperbaiki fungsi otak yang belum bekerja maksimal.

Masaru Emoto menjelaskan bahwa herediter adalah segala

informasi pada tubuh seseorang yang telah diberikan oleh ayah, ibu,

atau nenek moyang. Informasi itu tertulis pada gen. Informasi tersebut

bisa bermanfaat atau tidak bermanfaat. Untuk konteks penyakit, emosi

negatif dari nenek moyang diturunkan sebagai informasi negatif, yang

muncul secara fisik. Informasi dari nenek moyang ini tersimpan pada

lapisan kulit luar.137

Menangani kasus-kasus yang disebabkan oleh virus maupun

gelombang elektromagnetik, Masaru Emoto memerlukan waktu yang

lebih lama untuk mengobatinya dengan metode pengobatan hado.

Kendala dalam lamanya proses pengobatan yang dilakukan oleh

Masaru Emoto disebabkan, karena ia harus benar-benar memahami

informasi genetis pasien dan mengatasi gangguan gelombang dari

informasi tersebut satu per satu. Emoto bahkan menulis bahwa untuk

mendapatkan informasi genetis penyebab penyakit yang diderita oleh

137 Masaru Emoto, (A), Op. Cit., h. 100.


97

pasien tersebut, Emoto harus memeriksa satu per satu lapisan kulit

pasiennya terlebih dahulu.138

Pada Buku The True Power Of Water, di kisahkan seorang anak

perempuan berusia empat belas tahun yang sedang menderita Leukemia

Myelocytic akut. Masaru Emoto kemudian mengecek informasi genetik

anak perempuan tersebut. Hasil pemeriksaan menggambarkan ketakutan

yang luar biasa terhadap kanker. Jenis emosi tersebut memberikan

pengaruh negatif terhadap kelenjar limpa. Setelah melakukan pemeriksaan

yang lebih lanjut, Emoto menemukan jenis emosi lain yang ikut memberi

pengaruh negatif pada limpa. Dalam pemeriksaan ini Emoto menemukan

tujuh belas jenis emosi yang hasilnya cukup serius. Singkat cerita setelah

selesai memeriksa informasi genetik anak tersebut, Emoto lalu

menyiapkan air hado dan memberikannya kepada orang tua anak tadi. Dan

pada waktu yang sama, Emoto merekomendasikan orang tua anak tersebut

untuk membawa putrinya ke rumah sakit guna melakukan perawatan,

dikarenakan kondisinya serius.139

Keesokan harinya, anak tersebut dibawa ke rumah sakit oleh

orang tuanya. Anak tersebut juga disarankan oleh Emoto untuk meminum

air hado yang telah dibuatnya. Setelah meminum air hado, anak itu

mengalami kesulitan bernafas.140 Kondisi ini biasa terjadi setelah

meminum air hado, ini tanda hado sedang bekerja mengembalikan tubuh

138 Ibid., h. 101


139
Ibid., h. 90
140 Ibid., h. 91
98

menjadi lebih baik. Emoto kemudian melakukan pemeriksaan kembali

atas anak ini, diperoleh hasil bahwa penyakit yang dideritanya akibat

ketakutan dan kesedihan yang luar biasa. Kemudian Emoto membuat air

hado untuk mengatasi kedua jenis emosi tersebut, dan memintanya untuk

meminum air hado itu sebanyak lima kali sehari. Karena anak perempuan

ini tidak mampu meminum dengan gelas, maka orang tuanya memberikan

air hado tersebut dengan memasukkan satu mililiter air hado di bawah

lidahnya dengan menggunakan jarum suntik. Setelah meminum air hado,

disertai perawatan medis di rumah sakit keadaan anak perempuan tadi

semakin membaik dengan cepat.141

Emoto percaya bahwa kondisi anak tadi membaik disebabkan

oleh gabungan kedua cara pengobatan tersebut.142 Emoto juga

menyebutkan bahwa apabila pasiennya dapat meminum air, biasanya ia

meminta pasien tersebut untuk mengencerkan air hado itu terlebih dahulu

lalu meminumnya lima kali sehari sehingga jumlah total air hado yang

diminum oleh pasiennya menjadi 800 sampai 1.000 ml per hari.143

Di dalam buku yang sama diceritakan pula seorang anak

perempuan yang mengalami gangguan. Anak perempuan tersebut telah

berobat selama sepuluh tahun ke psikiater di rumah sakit sebuah

universitas. Berulangkali ia dirawat, dan menjalani berbagai pemeriksaan

intensif, namun penyebab penyakitnya tidak ditemukan. Singkat cerita,

141 Ibid., h. 93
142 Ibid., h. 94
143 Ibid
99

seseorang membawa sehelai rambut milik anak tersebut kepada Masaru

Emoto. Kemudian oleh Masaru Emoto, sehelai rambut tersebut diperiksa

menggunakan alat hado. Hasil pemeriksaan tersebut menyebutkan bahwa

timah hitam yang kuat terdeteksi dalam tubuh anak tersebut. Selanjutnya,

Emoto membantu keluarga tersebut dalam menahan hado racun timah

hitam yang terkandung dalam tubuh sang anak, dengan cara membuat air

hado yang dapat menghilangkan racun timah hitam. Emoto menyebutkan

bahwa untuk mengobati struktur molekul, ia dapat menggunakan air biasa.

selanjutnya ia membuat air biasa tersebut membawa gelombang yang

bermanfaat untuk pengobatan pada level partikel sub-atom. Selanjutnya

air tersebut diberikan kepada keluarga anak perempuan tadi. Dengan

sungguh-sungguh, anak perempuan tersebut lalu meminum air hado

selama dua bulan. Setelah meminum air hado tersebut, anak perempuan

tadi tidak bisa tidur selama empat sampai lima malam, hal ini dikarenakan

reaksi atas penurunan jumlah racun timah hitam. Dan dalam beberapa

waktu kemudian kesehatan anak perempuan tersebut berangsur-angsur

membaik.144

Pada uraian sebelumnya dijelaskan tentang kemampuan air dalam

menyampaikan informasi serta kemampuan air dalam memberikan manfaat

untuk kehidupan. Sesungguhnya penjelasan yang berkaitan dengan kegunaan

atau manfaat yang dapat diberikan oleh air telah dijelaskan pula dalam Al-

144 Ibid., h. 82-83.


100

qur’an (QS. al-Anbiya, 21:30), yaitu:

Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya


langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman?.145

Di dalam Tafsir al-Misbah Vol. 8 disebutkan bahwa firman Allah

yang berbunyi wa ja’alnā min al-mā’i kulli syai’in ḥayyin, kami jadikan dari

air segala sesuatu yang hidup. Ada yang memahaminya dengan arti bahwa

segala yang hidup membutuhkan air. Sebagian lain memahaminya dengan

sulbi (sperma). Dengan pemahaman bahwa kami jadikan dari cairan yang

terpancar dari sulbi (sperma) segala yang hidup ialah dari jenis binatang.146

Di dalam buku tersebut dijelaskan pula bahwa ayat tersebut telah dibuktikan

kebenarannya melalui penemuan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan.

Di dalam ilmu sitologi (ilmu tentang susunan dan fungsi sel)

dinyatakan bahwa air adalah komponen yang terpenting dalam pembentukan

sel yang merupakan satuan bangunan pada setiap makhluk hidup, baik

tumbuhan maupun hewan. Sedangkan ilmu biokimia menyatakan bahwa air

adalah unsur yang sangat penting pada setiap interaksi dan perubahan yang

terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Air dapat berfungsi sebagai media,

faktor pembantu, bagian dari proses interaksi, serta hasil dari proses interaksi

itu sendiri. Dan ilmu fisiologi menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan agar

masing-masing organ dapat berfungsi dengan baik. Hilangnya fungsi itu

145Departemen Agama RI, op. cit., h. 325.


146 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 8, Jakarta:
Lentera Hati, 2002., h. 43.
101

menyebabkan gangguan.147

Dari tafsir ayat di atas dapat dipahami bahwa sesungguhnya air

mempunyai peran yang sangat besar dan sangat penting bagi kehidupan

seluruh makhluk hidup di alam semesta ini.

Pada konsep terbentuknya manusia, telur yang dibuahi 96%-nya

adalah air. Setelah lahir, 80% tubuh seorang bayi adalah air. Setelah tubuh

manusia berkembang sampai pada saat manusia dewasa, prosentase air

berkurang dan menetap sampai batas 70%. Air atau zat cair, tidak bisa

dipisahkan dari jati diri dan kehidupan manusia. Janin manusia bermula dari

air (sperma), dan akan berakhir (hancur) menjadi zat (air). Jadi selama ini

manusia hidup sebagai air.Dan sebenarnya manusia adalah air.148 Demikianlah

pendapat Emoto mengenai hubungan antara manusia dan air.

Air mempunyai ukuran yang cocok untuk membawa berbagai macam

informasi, termasuk di antaranya membawa gelombang yang bermanfaat

untuk pengobatan.149 Sebagai contoh, seorang paramedik dan konselor

mempunyai kemampuan untuk mengirim gelombang yang baik, sehingga

bentuk gelombang abnormal pada pasien dapat diperbaiki.150 Apabila

seseorang meminum air hado maka energi yang terkandung dalam air hado

tersebut akan disebarkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Air hado

kemudian meresap ke dalam molekul, atom, dan partikel sub-atom, sebagai

faktor-faktor pembentuk tubuh manusia, dan menghentikan gangguan

147 Ibid., h. 44.


148 Masaru Emoto, ,Op. cit., h. 17.
149 Ibid.(A), h. 42.
150 Ibid (A)., h. 30.
102

gelombang dalam tubuh orang yang meminumnya. Dengan meminum air

hado ini orang yang sakit akan mampu memperbaiki gelombang yang

terganggu.151 Demikian landasan teori milik Masaru Emoto yang digunakan

peneliti sebagai dasar penelitian metode terapi air.

George Boeree menjelaskan bahwa: terapi melibatkan penggunaan

pengaruh alami seseorang untuk mengendalikan hidup mereka sendiri serta

bebas mengaktualisasikan potensi-potensi diri.152

Amin Syukur mengatakan: terapi adalah suatu proses upaya

penyembuhan suatu penyakit yang diderita seseorang. Ketika seseorang

melakukan zikir atau seremoni, dengan menggunakan jubah, duduk dalam

posisi tertentu, mengambil tasbih, dan mengulang-ulang suatu kata. Maka ia

menciptakan sebuah intense untuk menimbulkan dan mempengaruhi atmosfir

tempat tersebut, sehingga ia mampu menarik energi. Selama proses ini, kita

dapat menerima, menghasilkan, serta dapat bekerja dengan energi yang ada

pada tataran yang lebih mendalam.153

Omar Ali-Shah juga menyebutkan bahwa di dalam proses terapi,

terapis berfungsi sebagai katalisator kekuatan vital seseorang, yang diterapi

karena berhenti berfungsi secara normal disebabkan tiadanya keseimbangan

dan kontak dengan harmoni batin dirinya sendiri.154

Adapun menurut In’amuzzahidin, kata utama yang digunakan dalam

151 Ibid (A)., h. 34


152 C. George Boeree, “Dasar-dasar Psikologi Sosial”, (Tanpa Judul Asli), terj. Ivan Taniputera,
Jogjakarta: Prisma Shophie, 2006., h. 274.
153. Amin Syukur, Penelitian Individual Sufi Healing (Terapi Dalam Literatur Islam), Semarang:

Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, 2010., h. 45.


154 Omar Ali-shah, Tasawuf Sebagai Terapi, (judul asli: Sufism As Therapy), terj. Abdullah Ali,

Bandung: Pustaka Hidayah, 2002., h. 116


103

terapi, hendaknya: kata “Allāh”, hal ini mengacu pada penjelasan Ibn

‘Athā’Allah bahwa kata “Allāhu Akbar” mengandung lima makna.155

Fereydoon Batmanghelidj seorang dokter asal Iran yang mengobati ragam penyakit
pasiennya melalui terapi air, berpendapat bahwa beberapa kondisi dari penyakit
sistem syaraf seperti: Parkinson, Alzheimer, Penyakit Lou Gehrig, Sklerosis
mutipel, Hemiplegia, Quadripledia, Afasia, Autisme, Gangguan Kekurangan
Perhatian dan Epilepsi, di antaranya disebabkan oleh dehidrasi akut yang terjadi
pada tubuh.156 Ia menambahkan bahwa kondisi-kondisi yang dimaksud di atas
bukanlah kondisi yang disebabkan oleh terjadinya cedera atau kecelakaan. Namun
yang dimaksud F.Batmanghelidj ialah kondisi yang disebabkan oleh terjadinya
degeneratif secara bertahap. Gangguan otak yang terjadi secara degeneratif
bertahap ini dapat dicegah dengan cara menjaga kondisi otak tetap pada posisi tidak
terdehidrasi. Tindakan ini berfungsi untuk meningkatkan efisiensi otak memproses
informasi. Otak mengandung 85% air, sementara sel-sel jaringan lunak lainnya
mengandung 75% air. Otak sangat peka terhadap kekurangan air. Bahkan otak
tidak dapat menoleransi kekurangan air meski 1% saja. Jika otak mengalami
dehidrasi sampai pada 84% pada waktu yang lama, maka otak tidak akan berfungsi
dengan normal.157 Hal ini bisa terjadi karena sel syaraf tidak melahirkan sel-sel
baru seperti sel lainnya, Batmanghelidj juga mengatakan bahwa sel- sel syaraf di
otak adalah unit-unit yang hidup satu kali seumur hidup. Menurutnya dehidrasi
yang mempengaruhi satu sel otak dapat menimbulkan terjadinya kerusakan otak
yang pada akhirnya meninggalkan bekas yang menetap.158 Dehidrasi menyebabkan
malfungsi otak karena bahan-bahan mentah yang dibutuhkan otak menjadi tidak
tersedia.159

155
Lima makna ini dijelaskan di dalam buku yang ditulis oleh Ibn ‘Athā’ Allah yang berjudul Allah
al-Qashd al-Mujarrad, yaitu: Pertama, Dzikir Allah serta tauhid dan pengagungan-Nya akan diri-Nya
sendiri lebih besar dan lebih agung daripada dzikir dan tauhid makhluk-Nya yang lemah dan fakir, sebab
Dia Maha Kaya dan Maha Terpuji. Kedua, dzikir dengan nama ini lebih agung daripada dzikir dengan
nama-Nya yang lain. Ketiga, dzikir Allah terhadap hamba-Nya di alam azali lebih agung dan lebih besar
daripada dzikir hamba saat ini, di samping lebih dahulu, h. ini disebutkan dalam Al- Qur’an (Q.S.Al-
Ankabut (29): 45). Keempat, dzikir dalam sh.at menyaksikan Dzat yang diingat dalam sh.at lebih agung,
lebih sempurna, dan lebih besar daripada sh.at itu sendiri. Kelima, dzikir Allah terhadap hamba-Nya
dengan karunia dan nikmat-Nya yang besar serta ajakan-Nya kepada mereka untuk menanti-Nya lebih
besar daripada dzikir mereka kepada-Nya dengan mengingat karunia-Nya. Itu karena mereka tidak
mampu mensyukuri nikmat-Nya secara sepadan. Nabi S.A.W. pun berkata: “aku tidak mampu
memberikan pujian sempurna kepada-Mu. Engkau Sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri”. Muh.
In’amuzzahidin, Disertasi Mukasyafah Dalam TaSAW.uf: Studi Pemikiran Ibn ‘Athā’ Allah Al-Sakandarī,
Jakarta: UIN Hidayatullah, 2010., h. 164.
156
F. Batmanghelidj, Air untuk Kesehatan, Penyembuhan dan Kehidupan, (judul asli: Water For
Health), terj. Susi Purwoko, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2007., h.171.
157 Ibid
158 Ibid
159 Ibid., h. 172.
104

Dehidrasi menjadi penyebab darah ke otak terhambat. Setiap

kegagalan itu mengganggu keutuhan fungsi otak. Batmanghelidj berpendapat

bahwa dehidrasi yang mengganggu perisai perlindungan darah ke otak adalah

penyebab utama dari sebagian besar penyakit pada sistem syaraf pusat. Ketika

penghalang ini terganggu, maka produk sisa padat dari pendarahan

mikroskopis ini berubah menjadi plak yang merupakan ciri utama dari sebagian

besar kelainan persyarafan.160 Dari beberapa kajian teori di atas, akhirnya

peneliti menyimpulkan bahwa di sinilah letak kesinambungan peran antara air

dengan sel-sel syaraf, khususnya pada gangguan sistem syaraf otak. Kaitannya

dalam hal ini ialah sistem syaraf otak yang menyebabkan faktor terjadinya

gangguan motivasi belajar.

a. Manfaat

Air adalah gizi utama bagi semua fungsi otak dan transmisi informasi.

Selain oksigen, air merupakan bahan lain yang paling esensial untuk kerja

otak yang efisiensi.161 Air digunakan sebagai bahan pembangun pada setiap sel

tubuh. Fungsi air di dalam tubuh, ialah sebagai pelarut, bahan pelumas,

pereaksi kimia, membantu mengatur suhu tubuh, membantu memelihara

bentuk dan susunan tubuh. Air tersebut disalurkan dalam sel (cairan intra

seluler) serta disalurkan pula kedalam cairan ekstra seluler yang terletak di

antara sel dan organ.162

Menurut Batmanghelidj saluran-saluran mikro yang terdapat pada

160 Ibid., h. 182.


161 Ibid., h. 187
162 Maimunah Hasan, Op. Cit., h. 31.
105

saluran air disemua sel, termasuk sel syaraf yang panjang, ialah terdiri atas

pompa-pompa kation yang merekat bersama. Pompa-pompa kation ini

berfungsi menjaga keseimbangan interior sel-sel tubuh. Pompa tersebut

menggunakan energi hidroelektrik untuk mengambil beberapa unsur diluar sel

dan membantu pemindahan unsur-unsur yang dibutuhkan ke dalam sel. Energi

hidroelektrik tercipta melalui turbin-turbin mini yang dibangkitkan oleh aliran

air dalam tubuh. Selanjutnya pompa kation memberi energi pada setiap sel,

dengan membuat daya yang lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk

melakukan tugasnya sendiri. Ekstra energi ini disimpan untuk penggunaan di

lain waktu. Ekstra energi ini hanya dibuat jika pasokan air dan tekanannya

memadai. Semua fungsi otak sangat bergantung pada energi ini. Air merupakan

unsur yang sangat penting untuk efisiensi kerja otak. 163

Dalam eksperimen ini, peneliti menggunakan air sebagai metode

hidroterapi wudhu untuk konstruksi motivasi belajar mahasiswa. Pemberian

terapi air ditujukan untuk menjaga kondisi otak tetap pada kondisi tidak

terdehidrasi. Adapun tujuan utama dari pemberian terapi air ialah untuk

meningkatkan efisiensi otak dalam memproses informasi. Berlandaskan teori

air milik Masaru Emoto yang menyebutkan bahwa air dapat memahami

informasi yang diberikan. Air juga dapat membawa informasi yang berguna

dalam penyembuhan. Saat air sadar bahwa ia diperlihatkan pada informasi

yang baik, maka air akan mengubah informasi tersebut kedalam bentuk

gelombang (energi). Ketika air hado tersebut diminum, maka air akan

163 F. Batmanghelidj, Op. Cit., h. 187


106

mengirimkan informasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Pada terapi ini,

subjek diinstruksikan membaca doa dengan khusyu terlebih dahulu sebelum

berwudhu. Maksud dari pembacaan doa ini ialah untuk mengirimkan energi

(hado) kepada air yang digunakan berwudhu oleh seluruh subjek penelitian.

Hado tersebut ialah berupa doa wudhu yang dibaca khusyu,

dan diikuti oleh seluruh subjek penelitian. Hado berguna untuk

memperbaiki gangguan gelombang yang terdapat pada fungsi otak

mahasiswa dengan motivasi belajar rendah. Hado yang dipergunakan

dalam eksperimen ini ialah doa yang diambil dari tuntunan berwudhu

sunnah Rasulullah S.AW. Alasan yang melatarbelakangi peneliti

menggunakan doa wudhu ialah untuk mempermudah subjek penelitian

dalam mengikuti bacaan doa yang diinstruksikan. Oleh karena itulah

peneliti menggunakan doa sebagai bentuk pemberian hado (informasi

positif) yang dikirimkan keseluruh tubuh melalui media air yang

digunakan berwudhu oleh subjek penelitian. Informasi ini ditujukan

untuk membantu memperbaiki tingkat motivasi belajar mahasiswa.

Manfaat utama dari pemberian terapi ini yaitu ditujukan sebagai terapi

yang dapat digunakan dalam mekonstruksi motivasi belajar. Penelitian

ini ditujukan untuk melihat efek signifikan dari pemberian hidroterapi

wudhu dalam mempengaruhi variabel dependen (motivasi belajar

mahasiswa). Sehingga yang ditekankan peneliti dalam penelitian ini

ialah efek signifikan terapinya, bukan pada signifikansi statistik. Terapi

air dipergunakan pertama kali pada zaman Mesir kuno. Selain itu,
107

peradaban Yunani dan Romawi juga melakukan hal yang sama.

Penduduk Mesir menggunakan air dan minyak esensial bunga untuk

menyembuhkan berbagai penyakit. Sementara bangsa Romawi dan

Yunani mempunyai kebiasaan berendam air, untuk rekreasi sekaligus

terapi (roman baths). Pada abad 19 mulai dikenal kegunaan daya apung

air (buoyancy) yang bermanfaat untuk terapi latihan dalam air. Bangsa

Yunani bahkan membuat undang-undang yang mewajibkan mandi air

dingin bagi masyarakatnya dengan berbagai cara dikaitkan dengan

mitologi mereka.164 Air sebagai bagian terapi sudah dipergunakan oleh

Hipocrates dengan penggunaan air sebagai modalitas pada tahun 500

SM. Hipocrates tercatat sebagai pemikir besar yang sudah menyadari

sifat-sifat fisiologis air, baik air panas maupun dingin, dapat digunakan

dalam perawatan sakit demam, tukak lambung, perdarahan dan dalam

penyakit-penyakit operasi serta medis. Hipocrates memahami

fenomena reaksi bahwa setelah seseorang mandi air dingin, tubuhnya

dengan cepat mengembalikan panasnya dan tetap hangat. Pada tahun

1826, Prisnitz mengembangkan pusat terapi air pertama di Grafenberg.

Oleh sebab itu, ia dikenal sebagai pendiri terapi air (hydro-therapy).

Terapi air merupakan metode paling klasik dalam perawatan penyakit

dan sudah dipergunakan sejak ras-ras primitif.165

Hidroterapi juga mudah dilakukan karena prosesnya juga

sangat sederhana dan alami, tidak menimbulkan rasa sakit, tidak

164 Ibid, h. 40
165 Ibid, h.41
108

berbahaya, dan tidak memiliki efek samping yang perlu di khawatirkan.

Biaya hidroterapi murah dan bisa dilakukan dimana saja.

Sumber lain menjelaskan bahwa Hidroterapi merupakan

sebuah bentuk pelayanan medikal spa yang menggunakan air sebagai

media terapinya. Bentuk terapi fisik ini dapat membantu penderita

untuk melenyapkan berbagai keluahan. Dalam beberapa rumah sakit

besar bagian departemen terapi fisik, hidroterapi digunakan untuk

mengobati berbagai kondisi yang menyebabkan kelemahan otot, nyeri

atau kelumpuhan yang membatasi gerakan. Tugas ahli hidroterapi ini

bertugas untuk mengawasi pengobatan. Namun, hidroterapi memiliki

beberapa modifikasi seperti kerekan mekanis untuk mengangkat dan

menurunkan penderita, palang untuk berjalan dan palang khusus, yang

semuanya dirancang untuk membantu orang yang sulit atau nyeri waktu

bergerak.

Hidroterapi wudhu yang mengakomodir potensi mahasiswa di

dalam penerapannya akan memperbesar peluang mahasiswa untuk

memahami dan menyerap materi pelajaran yang disarnpaikan dengan

lebih mudah. Sehingga semakin mudah pula tujuan pembelajaran akan

tercapai, Semakin banyak potensi mahasiswa yang diakomodir dalam

hidroterapi wudhu maka peluang untuk tercapainya tujuan

pembelajaran juga semakin besar. Jika melihat pertimbangan dalam

pemilihan hidroterapi wudhu berdasarkan sifat materi dan karakteristik

mahasiswa, maka hidroterapi wudhu merupakan salah satu strategi


109

rekonstruksi motivasi belajar mahasiswa. pembelajaran kooperatif

hidroterapi wudhu mencoba memaksimalkan dan mengakomodir

potensi-potensi yang ada dalam diri mahasiswa. sehingga menjadi

hidroterapi wudhu yang memiliki banyak variasi metode pembelajaran

di dalamnya. Hal ini menjadikan pembelajaran kooperatif hidroterapi

wudhu mampu menciptakan suasana yang dinamis sehingga

memotivasi mahasiswa belajar.

Ketika tubuh sedang stres atau sakit, perubahan kimia terjadi

yang mengakibatkan denyut nadi dan tekanan darah meningkat.

Hidroterapi mampu meringankan kondisi tersebut dengan mengurangi

tingkat stres dan memperbaiki pembengkakan sendi. Hal ini pada

gilirannya membantu individu untuk santai yang selanjutnya membantu

mengurangi rasa sakit. 166

Hidroterapi mengurangi rasa sakit dengan merangsang

produksi endorfin, yang merupakan zat kimia saraf yang memiliki sifat

analgesik. Terapi ini juga membantu meningkatkan sirkulasi darah

dengan memperlebar pembuluh darah hingga lebih banyak oksigen

dipasok ke jaringan yang mengalami pembengkakan. Perbaikan

sirkulasi darah juga memperlancar sirkulasi getah bening sehingga

membersihkan tubuh dari racun. Oleh karena itu, orang-orang yang

menderita berbagai penyakit seperti rematik, radang sendi, linu

panggul, sakit punggung, insomnia, kelelahan, stres, sirkulasi darah

166 Ibid
110

yang buruk, nyeri otot, kram, kaku, hidroterapi bisa digunakan untuk

meringankan masalah tersebut.167

Hidroterapi adalah pengobatan yang menggunakan sifat air.

Banyak sekali sifat air yang menguntungkan. Beberapa sifat air yang

dapat digunakan dalam proses terapi air adalah daya apung

(dimanfaatkan tubuh untuk bagian jantung, besarnya daya yang terjadi

sebanding dengan besar bagian tubuh yang masuk serta densitasnya);

tekanan hidrostatik (air mempunyai tekanan hidrostatik sehingga

menimbulkan tekanan ke segala arah dengan kekuatan yang sama

sesuai dengan kedalaman dan tekanan cairan); pergerakan air (aliran

turbulensi air dapat memberikan manfaat yaitu memberikan tahanan

pada tubuh dan efek latihan dapat dipercepat); energi panas (air berubah

wujud pada suhu yang panas atau dingin hingga air dapat digunakan

untuk terapi kompres hangat atau dingin). Hal penting dalam

hidroterapi yang bersifat fisiologis:168

1) Bouyancy. Yaitu tendensi obyek untuk terapung atau muncul di perrmukaan

pada saat tubuh berada dalam air. Saat tubuh secara bertahap masuk dalam air,

air memberikan tenaga buoyancy, secara progresif menghilangkan beban pada

sendi yang terendam tubuh berada dalam air.

2) Tekanan hidrostatik. Gaya tekan air pada permukaan tubuh saat istirahat.

Tekanan hidrostatik terbesar adalah berada pada dasar kolam. Maka, ketika

anggota gerak bawah berada dalam air maka gaya kompresi diberikan pada

167 Ibid
168 Dian Cita Sari, Op. Cit., h.42
111

seluruh permukaan anggota gerak bawah. Ini seperti memberi pembungkusan

torniquet atau bandage ke kaki bila berada di darat. Kasus: edema, cloting

paska bedah, propriosepsi sendi, membantu penguatan otot pernafasan

3) Suhu Air. Panas/dingin dalam air dipindahkan melalui 2 mekanisme: konduksi

dan konveksi. Efek panas/dingin pada hidroterapi lebih besar dari efek terapi

panas/dingin lokal karena didapati efek yang lebih sistemik. Ekstremitas yang

edema memiliki kandungan air lebih banyak dan cairan ini lebih ringan

daripada jaringan otot, sehingga bagian tubuh yang edema ini memiliki

densitas yang lebih rendah dan cenderung mengapung relatif.

4) Densitas Relatif. Yaitu relasi dari suatu massa obyek dengan massa dari air

pada suhu dan tekanan tertentu. Jika suatu obyek lebih padat dari air, maka

akan tenggelam. Walaupun tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, tubuh

manusia densitas sedikit lebih rendah dibanding air. Otot yang paralisis karena

polio memiliki densitas yang lebih rendah dan cenderung mengapung.

5) Viskositas. Tahanan di air memberi kondisi baik untuk latihan keseimbangan.

Di darat tahanan hanya didapatkan pada satu arah, yang dapat mempengaruhi

perkembangan otot di satu bagian tertentu sedangkan otot bagian lain kurang

terlatih. Dengan adanya tahanan air meningkatkan sensory awareness dan

peluang bagi pasien untuk latihan mempertahankan keseimbangan di air.

Terdapat beberapa perbedaan terkait cara pelaksanaan hidroterapi, seperti

jumlah yang terlibat, penjadwalan, lamanya terapi dan lainnya.

1) Jumlah klien. Hidroterapi individual merupakan bentuk hidroterapi yang

paling mendasar dan paling tua, tetapi dapat pula di dalamnya terdapat
112

lebih dari satu klien.169

2) Jumlah terapis. Pada prinsipnya satu orang klien bisa ditreatment lebih dari

satu terapis. Misalnya satu terapis sebagai pengamatan dan terapis lain

sebagai interpreter.Keuntungan dari bentuk seperti ini adalah setiap terapis

dapat mengisi peran yang berbeda. Tetapi dalam prakteknya jumlah terapi

yang lebih dari satu jelas akan makin mahal biayanya.

3) Lamanya terapi. Terapis memerlukan waktu 50 menit untuk melakukan

terapi individual dalam tiap sesinya. Namun bagaimanapun, tidak ada

ketentuan baku dalam hal ini dan seorang terapis kadang melakukan

terapinya lebih singkat atau kadang juga lebih lama dari waktu tersebut.

Sedangkan waktu yang digunakan dalam terapi kelompok biasanya

berkisar antara 90 menit hingga 2 jam per unit sesinya, dengan

pertimbangan durasi lebih panjang untuk melakukan pemanasan dan

langkah-langkah penyatuan sejumlah orang yang menjadi anggota terapi

kelompok.

4) Durasi terapi. Sebuah terapi yang terlaksana mulai satu sesi hingga belasan

sesi bahkan ratusan sesi. Jika dipandang melibatkan perubahan dramatic

dalam struktur karakter dasar kepribadian, maka rangkaian terapi yang

panjang dapat direncanakan; namun jika distress yang menjadi

penekaannya maka ditempuh program yang pendek. Bentuk terapi

disesuaikan dengan kondisi klien.

169 Ardi Ardani, Hidroterapi, (Malang: UIN Malang Press, 2009), h. 286
113

b. Tahapan Hidroterapi

1) Wawancara awal

Dari wawancara awal diharapkan akan diketahui apa yang menjadi

permasalahan atau keluhan klien. Dalam tahap pertama ini perlu

dirumuskan tentang rincian kejadian selama terapi berlangsung. Aturan-

aturan yang perlu diketahui oleh klien. Apa yang dilakukan terapi dan apa

yang diharapkan dari klien perlu diungkap. Dalam tahap ini, dibina rapport

yaitu hubungan keyakinan klien bahwa ia akan dapat ditolong.

Pengembangan terhadap keseriusan dan tingkat komitmen pada klien

sangat diperlukan sebagai sikap dan bentuk akomodatif untuk dijalankan

perannya sebagai klien. Ia bersedia membuka pikiran dan perasaan tanpa

diseleksi, mengkomunikasikan pengalaman sekaligus mengkajinya.

Kerjasama yang baik antara klien dan terapis perlu dibina. Kontrak

terapiutik ada di tahap ini.170

2) Proses terapi

Pada tahap ini terapis memberikan intervensi. Agar terjadi komunikasi

yang baik perlu dilakukan beberapa hal yaitu mengkaji pengalaman klien,

menggali pengalaman masa lalu kalau itu relevan dengan keluhan klien.

Hal yang tidak kalah penting adalah mengkaji hubungan antara terapis dan

klien saat ini dan di sini. Juga dilakukan pengenalan, penjelasan dan

pengartian perasaan dan arti-arti pribadi pengalaman klien.171 Rincian

170
Tri Rahayu, Psikoterapi Perspektif Islam & Psikologi Kontemporer, (Malang:UIN Malang Press, 2009),
h. 206.
171
Ibid.. h. 207
114

prosesnya, meliputi: membuat hubungan yang baik dengan klien,

menggali pengalaman terdahulu, mendalami perasaan klien apabila ia

menceritakan permasalahan yang dilalui.

3) Pengertian ke tindakan

Tahap ini dilaksanakan pada saat menjelang terapi berakhir. Di sini terapis

mengkaji bersama klien tentang apa yang telah dipelajari klien selama

terapi. Kemudian apa yang telah diketahui klien akan diterapkan dalam

kehidupannya nanti. Apakah pengetahuannya ini diterapkan ke dalam

perilakunya sehari-hari perlu didiskusikan dengan klien dalam tahap ini.

Hal ini sangat penting dilakukan supaya tujuan terapi yang telah disepakati

bersama dengan jelas dapat tercapai.172 Dalam pernyataan di atas, dapat

dipahami bahwa setelah klien melakukan sesi terapi, klien haruslah

mempraktek semula apa yang telah dipelajari selama sesi terapi berjalan,

ini karena untuk mengingatkan kembali apa yang telah dipelajari sebelum

ini dan berguna untuk mengembalikan kondisi klien.

4) Mengakhiri terapi

Terapi dapat berakhir kalau tujuan telah disepakati. Tetapi terapi dapat

pula berakhir kalau klien tidak melanjutkan terapi. Demikian pula terapis

dapat mengakhiri terapi kalau ia tidak dapat menolong kliennya. Ia

mungkin perlu merujuk pada ahli lain. Beberapa pertemuan sebelum

pengakhiran terapi, klien perlu diberitahu. Hal ini penting karena klien

172
Tri Rahayu, terapi Perspektif Islam & Psikologi Kontemporer, (Malang:UIN Malang Press, 2009), h.
207.
115

akan menghadapi lingkungannya tanpa bantuan terapis.

Ketergantungannya kepada terapis selama ini sedikit demi sedikit harus

dihilangkan dengan menumbuhkan kemandirian klien.173 Kesimpulan

pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa terapi dapat berakhir jika tujuan

telah disepakati. Selain itu, terapi ini juga dapat berakhir jika klien sendiri

yang tidak melanjutkan proses terapi tersebut. Jika klien tidak dapat terapi

yang cocok, maka klien tersebut boleh merujuk ke ahli lain yang mungkin

boleh menolong klien ini.

Bagian-bagian tubuh yang terkena air wudhu adalah bagian tubuh

terbuka. Bagian inilah yang sering kali dihinggapi berbagai kuman

penyakit. Menurut ilmu bacteria (mikro bacteriology), 1cm persegi dari

kulit yang terbuka bisa dihinggapi lebih dari 5 juta bakteri yang beragam.

Perkembangan bakteri di kulit sangat cepat. Faktor yang memengaruhi

perkembangannya adalah keseimbangan asam basa (pH), dimana pH

permukaan kulit yang melindungi tubuh dan membatasi perkembangan

kuman yang menimbulkan penyakit. Ketika membasuh kulit dengan

wudhu, maka langsung akan memengaruhi kesimbangan pH dan

kelembaban sehingga sel kulit kembali normal. Manfaat wudhu bagi

kesehatan sudah banyak mendapatkan perhatian ahli-ahli kesehatan. Salah

satu pakar kesehatan yang melakukan kajian ilmiah tentang wudhu adalah

Magomedov dari lembaga kesehatan umum dan ekologi di Daghestan

State Medical Academy. Menurut Magomedov, wudhu menstimulasi/

173Ibid, h. 208
116

merangsang irama tubuh alam, khususnya pada area yang disebut

Biological Active Spots (BASes) atau titik-titik aktif biologis. Menurut riset

ini, titik-titik aktif biologis sama dengan titik refleksologi Cina.

Durasi belajar titik-titik refleksi Cina tuntas dalam waktu 15-20

tahun, maka menurut Magamedov, melalui praktek berwudhu

pembelajaran titik refleksi ini bisa diselesaikan dengan cepat dan

sederhana. Keunggulan titik refleksi dengan wudhu adalah mampu

menyembuhkan penyakit, sekaligus mencegah masuknya penyakit. Ketika

seseorang melakukan wudhu, puluhan titik refleksi merupakan bagian-

bagian yang terkena basuhan wudhu. Titik-titik tersebut merupakan saraf-

saraf yang berhubungan dengan organ-organ tubuh manusia yang sering

menimbulkan penyakit akut seperti ginjal, jantung, paru-paru,darah tinggi,

dan kanker. Ketika melakukan wudhu, titik ini akan reflektif sehingga bisa

mengobati dan mencegah terjadinya beragam penyakit akut. 174

Dalam pengobatan, modern guyuran air wudhu disertasi

pemijatan, sama dengan mekanisme pengobatan hidroterapi yang

memanfaatkan air sebagai media penyembuhan. Ketika seseorang sedang

berwudhu dan kemudian membasuh wajah, misalnya, hal ini akan

memberi efek positif pada usus, ginjal, sistem saraf maupun reproduksi.

Membasuh kaki kiri berefek positif pada kelenjar pituiri dan otak yang

mengatur fungsi-fungsi kelenjar endokrin. Di telinga terdapat ratusan titik

biologis yang akan menurunkan tekanan darah dan mengurangi sakit.175

174 Oan Hasanuddin, Mukjizat berwudhu. Jakarta: Qultum Media, 2007, h.60-61
175 Ibid
117

Penelitian Ilmu modern yang dilakukan oleh Majda Amir, dosen

bidang kekebalan tubuh di Universitas ‘Ain Syam dan penasehat

kedokteran alternatif, menemukan bahwa wudhu adalah sarana efektif

untuk menghilangkan rasa lelah, selain itu juga dapat meningkatkan

kebugaran manusia. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa wudhu yang

dilakukan orang muslim dapat mengembalikan keseimbangan energi yang

menjalar diseluruh tubuh manusia dan dapat memperbaiki kerusakan yang

terjadi pada energi setelah seseorang bersih dari dosa dan kesalahan yang

dapat mempengaruhi kondisi fisik dan kejiwaannya.

Gambar 4.9. Refleksi hikmah berwudhu pada bagian Anggota Wudhu176

Secara harfiyah wudhu mempunyai makna bersih. Sedangkan

menurut syara’, makna wudhu adalah membersihkan anggota tubuh

176 Departemen Agama RI, Al-Qur’an., h. 325


118

tertentu melalui suatu rangkaian aktifitas yang dimulai dengan niat,

membasuh wajah, kedua tangan, dan kaki, serta menyapu kepala. Agar

anggota wudhu menjadi bersih, tentu saja gosokan dan sapuan harus

dilaksanakan dengan maksimal, karena bagaimana mungkin apabila hanya

sekedar mengalirkan dan mengusapkan air akan menjadi bersih yang

optimal. Ketika terjadi gosokan dan sapuan itulah, selain membersihkan,

juga memberi rangsangan terhadap titik-titik akupuntur.

Dampak wudhu terhadap kesehatan. Ada tujuh titik biologis yang

dibasuh ketika berwudhu, yaitu kepala, mata, telinga, hidung, mulut,

tangan, dan kaki. Ketujuh bagian tersebut adalah titik energi tubuh

manusia. Para ahli saraf (Neurolog) telah membuktikan bahwa air wudhu

dapat mendinginkan dan melonggarkan otot dan saraf tubuh. Ujung saraf

jari-jari tangan dan kaki berguna untuk memantapkan konsentrasi pikiran.

Wudhu memiliki dua efek positif, pencegahan dan pengobatan. Kendati

sederhana tapi manfaat wudhu sangatlah besar. Itulah yang dibuktikan

oleh para ahli kesehatan dunia. Salah satunya adalah Leopold Werner Von

Ehrenfels, seorang psikiater sekaligus Neurolog berkebangsaan austria.

Dia menemukan sesuatu yang menakjubkan dalam wudhu; yaitu mampu

merangsang pusat saraf dalam tubuh manusia. Karena keselarasan air

dengan wudhu dan titik-titik saraf, maka kondisi tubuh senantiasa sehat.177

Anggota badan yang terkena wudhu terdapat ratusan titik-titik

177
Leopold Werner Von Ehrenfels. Solving the Mystery of a Strange and
Dangerous Life. New York: Random House. 2005. h. 121-122
119

akupuntur yang bersifat reseptor terhadap stimulus berupa basuhan,

gosokan, usapan, dan tekanan ketika berwudhu. Stimulus tersebut akan

dihantarkan melalui meredian ke sel, jaringan, organ, dan sistem organ

yang bersifat terapi. Hal ini terjadi karena adanya sistem regulasi yaitu

sistem syaraf dan hormon yang bekerja untuk mengadakan

Homeostasis (keseimbangan). Ditemukan ser 493 titik-titik reseptor

dalam wudhu, di antaranya: Wajah 84 titik, Tangan 95 titik, Kepala 64

titik, Telinga 125 titik, dan Kaki 125 titik.

Eksperimentasi Metode hidroterapi wudhu dalam pembelajaran,

berkesimpulan 1) Hasil penerapan metode hidroterapi wudhu lebih

meningkatkan kreatif mahasiswa pada setiap pertemuan. 2) Terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil motivasi belajar Mahasiswa

yang menggunakan hidroterapi wudhu pada kelompok eksperimen dan

metode konvensional pada kelompok kontrol.

Faktor dinamisasi belajar juga mempengaruhi motivasi. Makin

dinamisasi suasana belajar, maka cenderung akan semakin memberi

motivasi yang kuat dalam proses pembelajaran. 178

Setiap mahasiswa akan belajar lebih optimal jika hidroterapi

wudhu yang digunakan mengakomodir cara belajar yang paling

nyaman digunakan mahasiswa. Mahasiswa lebih termotivasi dan fokus

perhatiannya terhadap pelajaran tetap terjaga.

178 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor : Ghia Indonesia, cet. 1, 2010),

h. 55.
120

Dalam strategi ini, pembuka dan penutup adalah hal yang penting.

Pada bagian pembuka, pendidik harus mempersiapkan mahasiswa dalam

keadaan siap untuk menerima pelajaran dengan terlebih dahulu melakukan

hidroterapi wudhu. Untuk mendapatkannya, para mahasiswa dikondisikan

untuk merasa nyaman dengan suasana belajar, kemudian mahasiswa

mengetahui untuk apa ia mempelajari materi tersebut, gambaran besarnya

seperti apa dan menetapkan tujuan yang ingin dicapai di akhir

pembelajaran. Sehingga di awal pembelajaran mahasiswa sudah

mempersiapkan dan merencanakan kegiatan belajarnya.

Dalam strategi ini, pembuka dan penutup adalah hal yang penting.

Pada bagian pembuka, pendidik harus mempersiapkan mahasiswa dalam

keadaan siap untuk menerima pelajaran dengan terlebih dahulu melakukan

hidroterapi wudhu. Untuk mendapatkannya, para mahasiswa dikondisikan

untuk merasa nyaman dengan suasana belajar, kemudian mahasiswa

mengetahui untuk apa ia mempelajari materi tersebut, gambaran besarnya

seperti apa dan menetapkan tujuan yang ingin dicapai di akhir

pembelajaran. Sehingga di awal pembelajaran mahasiswa sudah

mempersiapkan dan merencanakan kegiatan belajarnya.

Ada tujuh titik biologis yang dibasuh ketika berwudhu, yaitu

kepala, mata, telinga, hidung, mulut, tangan, dan kaki. Ketujuh bagian

tersebut adalah titik energi tubuh manusia. Para ahli saraf (Neurolog) telah

membuktikan bahwa air wudhu dapat melonggarkan otot dan saraf tubuh.

Wudhu memiliki dua efek positif, pencegahan dan pengobatan.


121

Manfaat wudhu telah dibuktikan oleh Leopold Werner Von

Ehrenfels, psikiater dan Neurolog berkebangsaan Austria. Dia

menemukan sesuatu yang menakjubkan dalam wudhu; yaitu mampu

merangsang pusat saraf dalam tubuh manusia. Karena keselarasan air

dengan wudhu dan titik-titik saraf, maka kondisi tubuh senantiasa sehat.

Anggota badan yang terkena wudhu terdapat ratusan titik-titik akupuntur

yang bersifat reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan, usapan,

dan tekanan ketika berwudhu. Stimulus tersebut akan dihantarkan melalui

meredian ke sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang bersifat terapi. Hal

ini terjadi karena adanya sistem regulasi yaitu sistem syaraf dan hormon

yang bekerja untuk mengadakan Homeostasis (keseimbangan).

Ditemukan sekitar 493 titik-titik reseptor dalam wudhu, di antaranya:

Wajah 84 titik, Tangan 95 titik, Kepala 64 titik, Telinga 125 titik, Kaki

125 titik. Seperti pada gambar berikut:

Gambar 4.8. Titik Anggota wudhu dan kandungan Air dalam Tubuh179

179Arfah M. HAP, “The Power Of Wudhu: Menyingkap Rahasia Wudhu Rasulullah” dalam

file://localhost/H:/Mase%20Farhan/buku-power-of-wudhu-menyingkap-rahasia.html, diakses 07 Januari 2019


122

Pada hakikatnya, disamping untuk syarat sah beribadah, tutunan

berwudhu adalah juga memiliki hikmah memelihara kesehatan.

Beberapa aspek yang berdampak dalam wudhu, yaitu: 1) Psikis. Wudhu

memberikan ketenangan jiwa yang mampu menerapi segala kegundahan

masalah dan ketegangan saraf. Ada qoul yang mengatakan bahwa jika

seseorang sedang marah, maka suruhlah berwudhu karena wudhu

mampu meredamnya. Sebab air wudhu yang suci akan meresap masuk

kedalam akal dan hati, sehingga dapat menata emosi dengan baik.

Wudhu dapat mengosongkan emosi dari pengaruh-pengaruh yang buruk,

sekaligus dapat melesatkan emosi positif diri. 2) Fisik. Secara medis,

wudhu mampu memberikan nutrisi kesehatan yang dibutuhkan oleh

manusia. Ulama fikih mengungkapkan bahwa manfaat wudhu adalah

upaya memelihara kesehatan tubuh. Daerah yang dibasuh dalam wudhu

memang paling banyak bersentuhan dengan benda-benda asing,

termasuk kotoran. Karena itu wajar kalau daerah itu yang harus dibasuh.

Menurut Magomedov, wudhu mampu melakukan dua hal penting bagi

kesehatan manusia, yaitu wudhu mampu mencegah datangnya penyakit

maupun mengobati penyakit. Diriwayatkan dari Rafi’ bin Khadij r.a

katanya: aku mendengar Rasulullah SAW.bersabda:sesungguhnya

kepanasan demam itu adalah panas dari uap neraka jahanam, maka

dinginkanlah dengan air.” (HR. Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Ad-Darimi).

Melihat hadis Rasulullah mengenai berwudhu dan menganjurkan

untuk membiarkan air wudhu sampai kering, selanjutnya dikaitkan


123

dengan hadis Rasulullah: “demam adalah panas dari uap neraka jahanam,

maka dinginkanlah dengan air”. Maka melakukan wudhu bagi orang

yang terserang demam, merupakan cara yang paling tepat untuk

mengatasi suhu tubuh yang tinggi tanpa harus merendam di air atau

mengompres dengan air dingin, karena hal tersebut merupakan tindakan

yang tidak efektif; apalagi sampai mendapatkan hasil positif. Bagi

mereka yang sering melakukan wudhu secara ikhlas, terbiasa, tepat, dan

kontinu, baginya memperoleh manfaat positif dari wudhu yang

dilakukannya. Sebab orang yang menjalankan wudhu akan mampu

beradaptasi dan mempunyai coping yang efektif, maka perubahan irama

sirkadian dapat diterima sebagai stimulator untuk berprestasi, yakni

bermanfaat bagi kesehatan fisik dan psikis.

b. Keajaiban dari Gerakan-Gerakan Wudhu

Gerakan Wudhu, meliputi:180

2) Membasuh kedua telapak tangan 3x

3) Berkumur 3x

4) Isap air ke hidung dan membasuh 3x

5) Niat wudhu lalu membasuh muka 3x

6) Cuci tangan hingga siku 3x (Mendahulukan tangan kanan)

7) Usap kepala dengan kedua telapak tangan dari ujung muka hingga ujung

tekuk dan dikembalikan kepermulaan, kemudian usap telinga

8) Membasuh kaki dimulai dari kedua mata kaki sampai ke ujung jari.

180 Ariany Syurfah, Multiple Intelligences for Islamic Teaching. (Symil Publising: Bandung, 2007), h. 110
124

Jika dilihat secara seksama gerakan wudhu adalah gerakan membasuh

dan mengusap anggota tubuh baik bagian kanan maupun anggota tubuh

bagian kiri. Adapun hikmah setiap gerakan wudhu sebagai berikut:

Hikmah Membasuh Wajah. Seperti yang telah diuraikan pada kajian

tentang wudhu bahwa membasuh wajah wajib hukumnya. Dalil-dalil yang

mewajibkan telah diketahui. Yang belum banyak diketahui, hal ini

merupakan rahasia besar dibalik perintah Allah SWT adalah manfaat pada

pencegahan ataupun pengobatan penyakit. Ketika seseorang sedang

membasuh wajah, kurang lebih telah menyentuh empat titik-titik refleksi.

Keempat titik-titik reflkeksi ini ternyata berhubungan dengan

berbagai penyakit yang sering diderita oleh manusia. Oleh karena itu,

ketika empat titik-titik ini medapatkan sentuhan maka tidak hanya bisa

mencegah penyakit, melainkan juga dapat menyembuhkannya. Wajah

merupakan bagian tubuh yang sangat sensitif terhadap benda luar. Wajah

memiliki bagian-bagian yang juga harus dibasuh ketika wudhu, di

antaranya dahi, mata, hidung, dagu, dan pipi. Secara lengkap bagian wajah

yang dibasuh ketika wudhu adalah: Bagian vertikal (dari dagu/janggut

sampai tumbuhnya rambut atas), dan Bagian horizontal:dari telinga kanan

sampai telinga kiri.

Dari sudut pandang pengobatan, wajah adalah bagian sensitif yang

selalu berhubungan dengan dunia luar. Sehingga wajah sering terkena

debu, mudah terserang penyakit, terkena sinar matahari, dan polusi. Salah

satu terapi membersihkan wajah adalah berwudhu. Menurut koridor Islam,


125

membasuh muka bermanfaat untuk membersihkan kotoran dan

mengencangkan kulit wajah sehingga mampu mencegah penyakit kulit.

Wajah merupakan bagian panca indra yang sangat penting dan juga paling

banyak beraktifitas. Mata setiap hari memandang, hidung setiap detik

menghirup udara, mulut selalu bertutur kata, bibir, pipi, dan janggut selalu

dipamerkan kerupawanan bentuknya. Artinya, membasuh wajah adalah

simbol menyucikan wajah dari noda dosa.

ْ َ‫ت أ‬
ِ َ‫ظف‬
‫ار ِه‬ ِ ْ‫س ِد ِه َحتﱠ ت َْخ ُر ُج ِم ْن تَح‬
َ ‫طا يَاهُ ِم ْن َج‬ َ ْ‫ضأ َ فَأ َ ح‬
ْ ‫سنَ اْ ُلوض ُْو َء خ ََر َج‬
َ ‫ت َخ‬ ّ ‫َم ْن ت ََو‬

“Barang siapa yang berwudhu dengan sempurna, maka keluarlah dosa-dosa


dari dalam tubuhnya hingga dari bawah kuku-kukunya (HR. Bukhari)”

Setidaknya ada tiga pendekatan penting yang diungkapkan untuk

menjelaskan tentang manfaat wudhu bagi kesehatan mata. Pertama, air

yang digunakan untuk wudhu. Air wudhu yang dibasuhkan ke wajah dapat

menyegarkan kulit wajah dan lebih jauh hal ini akan berpengaruh pula pada

mata sehingga menjadi lebih fresh dan tidak merasa melelahkan. Kedua,

gerakan wudhu. Bila diperhatikan secara seksama, ditemukan gerakan-

gerakan wudhu terutama ketika membasuh wajah, tangan, telinga, ataupun

mengusap kepala (rambut), tak ubahnya dengan gerakan akupresur; yaitu

telapak tangan atau jari-jari ketika sedang memberikan usapan, sentuhan

atau pijatan di ser wajah yang efeknya ternyata sangat bermanfaat bagi

kesehatan mata. Ketiga, pendekatan psikologi. Seperti uraian di awal tulisan

ini bahwa Junaid Al-Baghdad pernah satu hari mengalami sakit mata dan

sembuh berkat ia menjalankan wudhu.

Kajian tentang wudhu bahwa membasuh wajah wajib hukumnya.


126

Dalil-dalil yang mewajibkan telah diketahui. Yang belum banyak diketahui,

hal ini merupakan rahasia besar dibalik perintah Allah SWT adalah manfaat

pada pencegahan ataupun pengobatan penyakit. Ketika seseorang sedang

membasuh wajah, kurang lebih telah menyentuh empat titik-titik refleksi.

Keempat titik-titik reflkeksi ini ternyata berhubungan dengan berbagai

penyakit yang sering diderita oleh manusia. Oleh karena itu, ketika empat

titik-titik ini medapatkan sentuhan maka tidak hanya bisa mencegah

datangnya penyakit, tapi juga menyembuhkannya.

Wajah merupakan bagian tubuh yang sangat sensitif terhadap

benda luar. Wajah memiliki bagian yang harus dibasuh ketika wudhu, di

antaranya dahi, mata, hidung, dagu, dan pipi. Secara lengkap bagian wajah

yang dibasuh ketika wudhu adalah: Bagian vertikal (dari dagu/janggut

sampai tumbuhnya rambut atas), Bagian horizontal: dari telinga kanan

sampai kiri.

Dari sudut pandang medis, wajah adalah bagian sensitif yang

selalu berhubungan dengan dunia luar. Sehingga wajah sering terkena debu,

mudah terserang penyakit, terkena sinar matahari, dan polusi. Salah satu

terapi membersihkan wajah adalah berwudhu. Menurut koridor Islam,

membasuh muka bermanfaat untuk bersihkan kotoran, mengencangkan

kulit wajah sehingga mampu mencegah penyakit kulit. Dengan sering

membasuh, wajah bercahaya dan bersih. Berikut hikmah membasuh wajah:

a) Pintu pengeluaran dosa. Wajah adalah bagian pertama yang dibasuh saat

berwudhu. Wajah merupakan bagian panca indra yang sangat penting


127

dan juga paling banyak beraktifitas. Mata setiap hari memandang, hidung

setiap detik menghirup udara, mulut selalu bertutur kata, bibir, dan pipi,

selalu dipamerkan kerupawanan bentuknya. Ketahuilah, saat bagian-

bagian wajah tersebut banyak beraktifitas, semakin banyak pula

melakukan kemaksiatan, jika tidak mampu dijaga dan ditahan. Seiring

dengan itu, saat seseorang tidak mampu menahan kemaksiatan wajah, dia

butuh suatu terapi untuk membeningkan kembali bagian-bagian tersebut.

Ulama tasawuf mengatakan hikmah positif wudhu adalah membersihkan

dan menyucikan daerah yang sering melakukan dosa.Artinya, membasuh

wajah adalah simbol menyucikan wajah dari noda dosa.

b) Mencegah munculnya jerawat. Membasuh wajah dengan air ketika

wudhu, insya Allah juga akan mencegah munculnya jerawat pada diri

seseorang. Jerawat terkadang muncul secara tiba-tiba dan tidak dapat

dihindari, terutama bagi mereka yang berjenis kulit wajah kering dan

berminyak. Sehingga begitu terkena panas terik matahari seperti

berjemur di pantai, jerawat pun langsung muncul. Oleh karena itu,

dengan membasuh air ke wajah setiap wudhu akan membuat kulit muka

tidak terlalu kering dan bersih dari kotoran. Kini semakin banyak

perempuan juga lelaki usia dewasa (20 tahun ke atas) yang jerawatan.

Bahkan menurut survei yang dilakukan Johnson di Amerika Serikat pada

tahun 2004 menyebutkan, 71% perempuan usia 25-49 tahun masih

berjerawatan. Secara medis jerawat yang diderita pada usia dewasa

tidaklah berbeda dengan jerawat remaja; yakni terjadi karena kelenjar


128

minyak yang keluar bercampur kotoran dikulit serta sel kulit mati. Akibat

dari hal ini, tumpukan sel kulit mati lebih lama berada di kulit dan

akhirnya timbullah jerawat, baikyang berbentuk noda hitam (blackhead)

maupun yang memiliki “mata” berwarna putih (white head). Untuk

mencegah jerawat yang disebabkan faktor dalam seperti faktor keturunan

dan hormon, langkah yang paling tepat adalah berobat ke dokter ahli

kulit. Sedangkan bila penyebabnya faktor luar, untuk mencegah jerawat

adalah rajin membersihkan wajah. Di sinilah membasuh wajah setiap kali

berwudhu termasuk di antara salah satu cara praktis untuk menjauhkan

diri dari jerawat.

c) Manfaat wudhu bagi kesehatan mata. Setidaknya ada tiga pendekatan

penting yang ungkapkan yaitu: untuk menjelaskan tentang manfaat

wudhu bagi kesehatan mata. Pertama, air yang digunakan untuk wudhu.

Air wudhu yang dibasuhkan ke wajah dapat menyegarkan kulit wajah

dan lebih jauh berpengaruh pada mata sehingga menjadi lebih fresh dan

tidak melelahkan. Kedua, gerakan wudhu. Bila diperhatikan secara

seksama, akan ditemukan gerakan-gerakan wudhu terutama ketika

membasuh wajah, tangan, telinga, ataupun mengusap kepala (rambut),

tak ubahnya dengan gerakan akupresur; yaitu telapak tangan atau jari-jari

ketika sedang memberikan usapan, sentuhan atau pijatan di ser wajah

yang efeknya ternyata sangat bermanfaat bagi kesehatan mata. Ketiga,

pendekatan psikologi. Seperti telah uraian awal tulisan ini bahwa Junaid

Al-Baghdad pernah satu hari mengalami sakit mata dan sembuh berkat
129

ia menjalankan wudhu. Dari sudut pandang psikologi kejadian ini

hendaknya di cermati, dimana setiap penyakit secara jasmani bisa

muncul, dengan suatu rangkaian yang berawal dari faktor psikis.

Sehingga antara fisik dan psikis memiliki hubungan erat.

Hikmah Membasuh Tangan

Gambar 4.9 Titik Saraf Tangan pada kesehatan tubuh181

Membasuh titik saraf tangan saat mencuci tangan hingga siku-

siku saat berwudhu sangat berguna bagi kesehatan diri dan mampu

menghindarkan manusia dari berbagai penyakit berbahaya. Great

Lakes Recruits Command Center, angkatan laut Amerika Serikat di

Illionis, meneliti bahwa mencuci tangan secara teratur mampu

menurunkan laju penyebaran virus penyakit dan penularan infeksi,

seperti infeksi pernafasan. Penelitian ini termasuk dalam program

Operation stop Cough yang dilaksanakan untuk meningkatkan

kesehatan di lokasi objek penelitian ini. Penelitian dilakukan dengan

181 Arfah M. HAP, “The Power Of Wudhu: Menyingkap Rahasia Wudhu Rasulullah” dalam file: buku-power-

of-wudhu-menyingkap-rahasia.html, diakses 07 Januari 2019


130

memberikan perintah kepada orang-orang yang menjalani proses

rekruitmen untuk mencuci tangan lima kali dalam sehari.182 Fakta yang

ditemukan di lapangan, setelah hal ini di terapkan, terjadi penurunan

jumlah kunjungan pasien ke klinik dan rumah sakit sekitar 45%.

Padahal, sebelumnya penyakit infeksi pernafasan senantiasa terjadi,

seperti telah menjadi penyakit sehari-hari. Secara ilmiah dibuktikan

bahwa mikroba yang paling berbahaya dan bakteri penyakit serta telur

ulat yang menyebabkan penyakit bagi manusia masuk dengan cara

membelah kulit. Anak-anak ulat (setelah telurnya menetas) juga masuk

dengan cara menyelusup ke kulit manusia. Salah satu penyakit yang

terjadi dari dampak perpindahan bakteri melalui tangan adalah penyakit

disentri, radang lever, dan lainnya. Karena itu, sungguh besar hikmah

membasuh tangan ketika wudhu bagi kesehatan.

Tangan merupakan anggota tubuh kedua yang harus dibasuh

Ketika berwudhu. Batas membasuh tangan yang sempurna dimulai dari

ujung jemari hingga pergelangan siku-siku. Demikian halnya dengan

membasuh wajah, membasuh tangan sampai siku juga diwajibkan. Hal

ini bukan saja syarat wudhu seseorang menjadi sah, tetapi juga terdapat

rahasia Allah yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia.

Anggota tubuh yang paling rentan terkena penyakit adalah

kedua telapak tangan, seperti ketika bersalaman dengan orang lain atau

ketika memindahkan sesuatu yang terkena polusi. Atau terkena bahan-

182 Ibid
131

bahan kimia dan kotoran ketika membuang sampah atau ketika

membuang sesuatu yang tercemar, seperti saat buang air besar.

perhatikan, bahwa sebagian besar bakteri bersembunyi di bawah kuku

dan di antara jari-jari tangan. Terlebih lagi telur-telur ulat yang

ukuranya ser 1-½ milimeter berpeluang masuk ke dalam perangkat

pencernaan dengan sangat mudah.

Ketika kedua telapak tangan itu tidak dibasuh, maka ia akan

berkembang biak dan menimbulkan penyakit bagi manusia. Secara

ilmiah dapat dibuktikan bahwa mikroba yang paling berbahaya dan

bakteri penyakit serta telur ulat yang menyebabkan penyakit bagi

manusia masuk dengan cara membelah kulit. Dan anak-anak ulat

(setelah telurnya menetas) juga masuk dengan cara menyelusup ke kulit

manusia dan penyakit yang timbul akibat perpindahan bakteri melalui

tangan adalah penyakit disentri, radang lever, dan lainnya. Karena itu,

sungguh besar sekali hikmah membasuh tangan ketika wudhu bagi

kesehatan.

Membasuh tangan ketika wudhu akan menghilangkan kotoran

yang ada pada tangan. Yang demikian ini tentu sangat besar sekali

manfaatnya dalam rangka untuk menghilangkan debu, mikroba, atau

berbagai macam bibit penyakit. Sebab banyak sekali penyakit “besar”

yang sering dialami oleh seseorang, seperti; penyakit kulit hingga diare

(mencret) berawal dari kotoran yang ada pada tangan. Misalnya diare,

penyakit ini sangat mudah sekali menjangkiti seseorang terutama ketika


132

musim penghujan tiba.

Bertumpuknya sampah yang telah dibasahi oleh guyuran air

hujan akan menjadi beragam ancaman, mulai ancaman penderita sakit

perut, khususnya diare. Hal ini dikarenakan banyaknya sampah yang

basah merupakan salah satu lokasi terbaik dalam pertumbuhan

sejumlah kuman, antara lain keluarga Enterobaccilus, Semonella,

Shigella, Vibrio, dan laiinya. Apabila kuman-kuman menempel di

tangan dan kemudian makan (dengan menggunakan tangan), maka

menjadikan perut sakit dan puncaknya adalah diare. Karenanya,

membersihkan tangan dalam berwudhu secara tidak langsung menjadi

salah satu cara praktis untuk menghindarkan diri dari penyakit diare

yang di sebabkan masuknya berbagai kuman lewat tangan. Oleh karena

itu membasuh tangan hingga tiga kali ketika wudhu merupakan salah

satu cara untuk menghindarkan seseorang dari penyakit diare.

Hikmah Mengusap Kepala. Urutan berwudhu berikutnya adalah

membasuh kepala. Wilayah kepala yang harus dibasuh adalah rambut

yang ada di sekitar kepala. Menyapu sebagian kepala baik sedikit atau

banyak, diperbolehkan sepanjang masih dalam pengertian yang benar.

Dalam buku yang berjudul At-Tadawi bi Ash-Shalah, Ahmad

bin Salim Baduweilan menyebutkan bahwa di antara manfaat wudhu

bagi kesehatan adalah mampu mengurangi tekanan darah atau

hipertensi. Sebab air dingin yang diusapkan ke kepala akan memiliki

pengaruh yang baik untuk aktifitas dan kebugaran seseorang. Manfaat


133

lain dari wudhu, terutama ketika mengusap kepala, adalah membuat

rambut menjadi bersih dan terasa segar.

Gambar 4.10. Titik Saraf Kepala183

Ada tiga cara mengusap kepala: Pertama, Mengusap dengan dua

tangan dimulai dari bagian depan, terus ke belakang, kemudian diteruskan ke

depan dan memasukkan jari telunjuk ke dalam kedua telinga, sedangkan ibu

jari menggosok telinga luar. Kedua, Apabila mengenakan serban, maka cukup

membasuh serbannya. Ketiga, Membasuh ubun-ubun dan serban sekaligus.

Manfaat membasuh kepala di antaranya bisa mengurangi hipertensi.

Hipertensi juga dikenal dengan istilah penyakit darah tinggi yang merupakan

penyakit tren abad modern. R. P. Sidabutar, dari sub bagian ginjal dan

hipertensi, bagian ilmu penyakit dalam FKUI RSCM di Jakarta mensinyalir

penduduk yang terkena hipertensi cenderung meningkat sejalan dengan

perubahan gaya hidup pola negara industri.

183 Arfah M. HAP, “The Power Of Wudhu: Menyingkap Rahasia Wudhu Rasulullah” dalam

file://localhost/H:/Mase%20Farhan/buku-power-of-wudhu-menyingkap-rahasia.html, diakses 07 Januari 2019


134

Hikmah Membasuh kaki. Bagian kaki yang harus dibasuh dimulai dari

jari-jari kaki sampai pergelangan kaki, disunahkan sampai pergelangan kaki

atas jika memungkinkan.

Gambar 4.11. Titik Saraf Kaki pada kesehatan tubuh184

Beberapa penelitian memuktikan bahwa efek pijatan saat berwudhu

berpotensi dalam hubungan produktivitas produksi sejenis hormon yang dinamakan

serotonin. Saat dilakukan pemijatan, serotonin ini kemudian memberi dampak

simultan pada bagian otak lain dan menimbulkan perasaan gembira dan rileks.

Proses pemijatan perlahan saat berwudhu ini menyebabkan peredaran darah pada

ujung kedua telapak tangan serta ujung kedua telapak kaki dan betis lebih lemah

dibanding peredaran darah pada anggota tubuh yang lain. Hal ini dikarenakan ujung

kedua telapak tangan dan lengan serta ujung kedua telapak kaki betis adalah

anggota tubuh yang paling jauh dari pusat peredaran darah, yaitu jantung. Oleh

karena itu, membasuh semua ujung-ujung anggota tubuh ini pada setiap fase

berwudhu dan memijatnya dengan baik turut memperlancar peredaran darah

184 Arfah M. HAP, “The Power Of Wudhu: Menyingkap Rahasia Wudhu Rasulullah” dalam

file://localhost/H:/Mase%20Farhan/buku-power-of-wudhu-menyingkap-rahasia.html, diakses 07 Januari 2019


135

sehingga mampu meningkatkan aktifitas dan kebugaran tubuh. Dengan memijat

kaki sewaktu berwudhu secara tidak langsung telah memijat syaraf yang

menghubungkan tubuh. Jika dilihat secara seksama gerakan wudhu adalah gerakan

membasuh anggota tubuh, bagian kanan maupun anggota tubuh bagian kiri. Wudhu

menyentuh otak, wajah, reseptor kulit mengantarkan neotransmitter ke otak untuk

menenangkan.

Sistem kerja otak kanan dan kiri memiliki hubungannnya hidroterapi wudhu.

a) Educational kinesiologi

Educational kinesiologi merupakan ilmu mengenai gerakan tubuh

manusia dengan fungsi untuk menolong para pelajar agar mampu

mendayagunakan semua potensi belajar secara alami melewati gerakan

tubuh dan teknik sentuhan.185 Gerakan-gerakan ini membangun semacam

respon yang mengantarkan setiap pelajaran menjadi lebih rileks Ketika di

serap, dan terutama sangat bermanfaat bagi peningkatan kapsitas akademik.

Kata education berasal dari kata Latin educare, yaitu bermakna: menarik

keluar. Kinesology dikutip dari bahasa Yunani: kinesis, di defenisikan

sebagai gerakan dan tahapan pelajaran gerakan tubuh manusia.186 Cara

paling praktis untuk melawan stres dari dislokasi otot, menurut ilmu

educational kinesiologi adalah adalah melalui peregangan, bernapas dalam,

relaksasi dam gerak tubuh serta keseimbangan yang baik.187

185 Moch Masykur Ag dan Abdul H.im Fathani, Mathematical Intelligence..., h. 24


186 Paul E. Dennison, Ph.D. Brain Gym Teacher’s Edition revised Senam Otak Buku Panduan Lengkap.
(Jakarta: PT Grasindo, 2005), h.1
187 Scoot W. Donkin dan Gerard Meyer. Total Body Management. (Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer, 2002),

h. 114
136

Jika diperhatikan secara mendalam, gerakan wudhu meliputi

gerakan membasuh dan mengusap anggota tubuh, mulai dari anggota tubuh

bagian kanan hingga anggota tubuh bagian kiri. Belahan otak kanan

mengontrol sisi kiri tubuh dan daya tanggap mata dan telinga kiri.

Sebaliknya, belahan otak kiri berperan menguasai (memerintah) sisi kanan

tubuh, dari mata hingga telinga kanan. Rangkaian urat saraf dari otak hingga

otot-otot dan jaringan organ pancaindera tersusun saling bersilangan, yaitu

dari belahan otak yang mengontrol ke sisi sebelah (bertolak belakang). Jika

suatu sisi otak aktif, belahan otak di sisi lain melaksanakan salah satu dari

kerjasama koordinasi gerakan yang berlawanan dengan belahan otak yang

sedang mengontrol atau memadamkan aktivitas (switched off) serta

menghambat integrasinya.188

Palmer menjelaskan “Saat mencermati anak-anak bermain,

bergerak, menari dan melakukan kegiatan fisik, gerakan-gerakan itu bukan

hanya mengembangkan otot-otot para anak, tetapi juga merupakan aktivitas

perangsangan otak, dimana peningkatan aktivitas motoric telah menjadi

sensor pada otak, dan secara simultan mengubah sel-sel otak. Perubahan ini

berpotensi membangun level kemampuan dan keterampilan yang lebih

tinggi pada anak-anak. Kemampuan dalam hal yang dimaksudkan disini

adalah kemampuan indrawi, seperti melihat dan mendengar. Sedangkan

keterampilan yang dimaksud yaitu kemampuan untuk menangani tugas

188 Paul E. Dennison, Ph. D. Gail E. Dennison, Edu-K for Kids.(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,

2003), h. 66
137

sekolah.189 Demikian halnya dalam berwudhu, yang membantu kesembuhan

mental para lansia. Kesembuhan mental berpengaruh pada kesembuhan

secara fisik, itu semua dimulai sejak berwudhu. Wudhu menyentuh otak,

wajah, reseptor kulit akan mengantarkan neotransmitter ke otak untuk

menenangkan.190

Penemuan Roger Sperry, yang mendapatkan bahwa dua belahan

otak itu menghasilkan dua macam pikiran. Satu pikiran rasional, satunya

lagi pikiran intuitif-kreatif. Yang pertama, bekerja secara serial, berurutan

dan sangat mementingkan hal-hal konkret dan bersifat realistis. Stephen

Covey, menambahkan dunia otak kiri adalah dunia yang mengandalkan

kata-kata dan logika, atau menyimpan dua kecerdasan matematika dan

berbahasa. Sementara yang kedua (otak kanan), bekerja secara paralel, tidak

berpola, mengutamakan hal-hal abstrak dan cenderung bersifat ideal

(intuitif-metafisik).191

Otak belahan kanan mengendalikan bagian tubuh sebelah kiri,

sedangkan otak belahan kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan.

Misalnya, ketika menulis dengan tangan kanan berarti yang aktif adalah

otak belahan kiri. Begitu juga sebaliknya. Selain itu, masing-masing

belahan otak juga berurusan dengan wilayah mental yang berbeda.

Otak kiri berhubungan dengan kata-kata, logika, angka, urutan,

linearitas, analisis dan daftar. Sedangkan otak kanan berkaitan dengan

189 Abdul Ghofar, Gaya Belajar yang Tepat untuk Merangsang Otak Kanan. (Jogjakarta : Diglossia

Printika,2009), h. 10
190 Abu Sangkan, “Tren Terapi Sholat Untuk Kesehatan”, dalam Nurani, juli 2009, h. 6
191 Ibid
138

irama, kesadaran ruang, kesadaran holistik, daya khayal, melamun, warna

dan dimensi. Artinya, ketika mengerjakan soal matematika, belajar bahasa

atau membuat daftar, yang aktif adalah otak kiri. Sementara ketika sedang

menikmati musik, membayangkan bentuk sesuatu berarti yang sedang sibuk

adalah otak belahan kanan.

Seseorang yang memiliki kemampuan otak kiri kuat akan lebih

mudah belajar atau menyerap informasi jika informasi itu disajikan dengan

urutan logis dan linear. Sedangkan orang yang didominasi otak kanan akan

lebih mudah belajar atau menyerap informasi jika diberikan gambaran

keseluruhannya terlebih dulu. Orang-orang dengan otak kanan menyukai

cara belajar yang melibatkan visualisasi, imajinasi, musik, seni dan intuisi.

Semua organ gerak dan bagian tubuh sebelah kiri dikontrol oleh otak

sebelah kanan. Sebaliknya, organ gerak kanan dan bagian tubuh sebelah

kanan termasuk tangan, diatur dan diawasi oleh otak sebelah kiri. Kontrol

yang terjadi melalui serabut-serabut saraf yang berjalan hilir mudik pada

tulang belakang berlangsung sepanjang waktu. Tepat di tulang bagian leher,

kira-kira setinggi lekukan yang dilewati garis imajiner yang

menghubungkan bagian terbawah kedua daun telinga, serabut saraf tersebut

berjalan menyilang. Ahli saraf menyebutkan decucasio. Kontrol berlawanan

terjadi setelah penyilangan serabut saraf ini. Fakta-fakta di atas itu tidak saja

penting dari segi organisasi otak, tetapi juga sangat penting dalam

pengembangan belahan-belahan otak. Dengan melatih organ-organ gerak,

misalnya melalui gerakan teratur dan rutin, mengembangkan otak kearah


139

aktualisasi optimal. Seperti dengan menyeimbangkan kedua belahan tangan

dan kaki dalam bergerak, akan dapat mengoptimalkan kedua belahan otak.

Jika kekuatan kedua belahan otak itu sama-sama dikembangkan dan

digabungkan, akan mudah mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang

lain, seperti kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.192

Senam otak menjadi bagian dari educational kinesologi yaitu ilmu

tentang gerakan tubuh yang bertujuan untuk mendukung para mahasiswa

agar terampil memanfaatkan segenap potensi belajar alamiah melalui gerak

tubuh dan sentuhan.193 Sama ketika berwudhu melakukan gerakan dan

sentuhan pada tubuh, ahli syaraf atau neurologist telah membuktikan

dengan hidroterapi wudhu mampu mendinginkan ujung-ujung syaraf jari-

jari tangan dan jari-jari kaki berguna untuk memantapkan konsentrasi

pikiran.194 Kajian ilmiah terdahulu menegaskan bahwa proses pemijatan

yang dilakukan pada anggota tubuh ketika berwudhu dapat mengembalikan

vitalitas dan kesegaran. Lebih dari itu bahkan proses pemijatan membantu

memperbarui jaringan otak dan secara kontinu membantu memperlancar

peredaran darah.

b). Gelombang Otak

Para ahli saraf menemukan empat level gelombang otak. Melalui serangkaian

eksperimen dan alat ukur yang bernama EEG (Electro Encephalo Gram), mereka

192 Moch Masykur Ag dan Abdul H.im Fathanni, Op.cit, h. 117


193 Ibid., h. 24
194Jennisari, “Rahasia terapi Wudhu” dalam file://localhost/H:/Mase%20Farhan/ Rahasia
%20terapi%20wudhu.htm diakses 07 Jan 2019
140

menemukan empat level getaran otak. Berikut empat gelombang kesadaran itu:

1) Beta (14 – 100 Hz). Dalam frekuensi ini otak tengah berada pada kondisi aktif

terjaga, sadar penuh dan didominasi oleh logika. Otak berada pada frekuensi ini

ketika bekerja, berkonsentrasi, berbicara, berpikir tentang masalah yang hadapi,

dan lainnya. Dalam frekuensi ini kerja otak cenderung memantik munculnya

rasa cemas, khawatir, stres dan marah.

Gambar 4.12 Gelombang otak dalam kondisi Beta

2) Alpha (8 – 13.9 Hz). Ketika otak berada dalam getaran frekuensi ini, diri akan

berada pada posisi khusyu’, relaks, meditatif, nyaman dan ikhlas. Dalam ini

kerja otak mampu menyebabkan diri merasa nyaman, tenang, dan bahagia. Otak

dalam keadaan rileks tetapi waspada, misal membaca, menulis, melihat,

memikirkan jalan keluar suatu masalah. Saat yang paling tepat untuk belajar,

karena neuron berada dalam suatu harmoni, melakukan tembakan impuls listrik

bersamaan dan beristirahat juga bersamaan. Hal ini menunjukan terjadi efisiensi

pada jalur saraf.

Gambar 4.13 Gelombang otak dalam kondisi Alpha


3) Theta (4 – 7.9 Hz). Dalam frekuensi yang rendah ini, seseorang akan berada

pada kondisi sangat khusyu’, keheningan yang mendalam, deep-meditation,

dan “mampu mendengar” nurani bawah sadar. Inilah kondisi yang diraih
141

oleh para ulama saat melantunkan doa ditengah Qiyamulail.

Gambar 4.14 Gelombang otak dalam kondisi Theta

4) Delta (0,1 – 3,9 Hz). Frekuensi terendah ini terdeteksi ketika orang tengah tertidur

pulas tanpa mimpi. Bila seseorang tidur dalam keadaan delta yang stabil, kualitas

tidurnya sangat tinggi. Meski tidurnya sebentar,ia bangun dengan tubuh tetap segar.

Gambar 4.15 Gelombang otak dalam kondisi Delta

Penyelidikan menunjukkan bahwa proses penumbuhan keyakinan positif

dalam pikiran akan berlangsung dengan optimal jika otak tengah berada pada

kondisi Alpha (atau juga kondisi Theta). Dalam frekuensi inilah, injeksi energi

positif dalam setiap sel saraf berjalan mulus.

Fakta Ilmiah Wudhu

Perintah berwudhu bagi umat muslim, adalah syari’at yang dibebankan

penuh dengan hikmah dan fakta ilmiah. Allah memerintahkan berwudhu, bahkan

dianjurkan untuk setiap saat dalam kondisi berwudhu. Semua perintah Allah ini

tidak ada yang sia-sia. Semua penuh rahasia manfaat, baik di dunia maupun di

akhirat. Manfaat utama yang dirasakan umat Islam karena berwudhu, di

antaranya memberikan efek rileksasi, perilaku hidup bersih, penjagaan lahir dan

batin dari perbuatan tercela, senantiasa dalam kondisi suci untuk menjalankan

perintah Allah, serta menjadikan diri lebih positif. Selain memberikan perintah
142

melakukan sebelum shalat, secara tersirat juga mengajarkan untuk selalu hidup

bersih dan suci, karena pada hakikatnya manusia itu tidak luput dari kotoran,

kesalahan dan dosa. Dengan berwudhu, selain bisa membersihkan diri dari

kotoran, bakteri, dan kuman yang menyebabkan berbagai penyakit, juga bisa

membersihkan diri dari kesalahan dan dosa.

Menurut Oan Hasanudin, dalam bukunya Mukjizat Berwudhu ayat

tersebut berarti dua hal: Pertama, untuk pembersihan diri dan penyempurnaan

nikmat Allah SWT yang diberikan kepada manusia. Kedua, wudhu tersebut

yaitu kesucian atau kebersihan dan penyempurnaan nikmat berkolerasi dengan

kesehatan secara holistik, jasmani dan rohani.195

Hal ini berarti, wudhu merupakan kegiatan pembersihan diri yang

berkorelasi dengan kesehatan jasmani dan rohani manusia sebagai

penyempurnaan atas nikmat Allah yang diberikan kepada manusia, baik di dunia

maupun di akhirat.

Kesehatan sendiri berasal dari kata sehat yang menurut Organisasi

Kesehatan sedunia atau (Word Health Organization) adalah “suatu keadaan yang

sempurna dari badan, jiwa (mental), dan sosial.”196 Sedangkan dalam UU No.

23 tahun 1992 tentang kesehatan Bab I Pasal I disebutkan bahwa kesehatan

berarti: “keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan

setiap kita hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.197 Dari pengertian di

atas dapat di pahami bahwa kesehatan merupakan suatu keadaan dimana

195 Oan Hasanuddin, Mukjizat Berwudhu. (Jakarta: Qultum Media, 2007), h. 58-59
196 M. Thohir, Kesehatan dalam Pandangan Islam, (Surabaya: PT Bina Ilmu, t.t.), h. 4
197 Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, h. 2
143

seseorang dapat memfungsikan semua organ tubuhnya dengan baik. Dalam

artian, empat aspek kesehatan, yakni kesehatan badan (fisik), mental

(jiwa/rohani), sosial dan ekonomi dapat berjalan dengan baik, sehingga

seseorang dapat hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi. Kemudian

ayat di atas ditutup dengan kalimat “Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi

Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,

supaya kamu bersyukur.” Hal ini menerangkan kepada bahwa semua perintah

Allah itu ada tujuannya, yang tidak lain hanyalah untuk kemaslahatan umat

manusia sendiri, sehingga ketika manusia mengetahui hikmah dari perintah

Allah itu manusia akan bersyukur dan kemudian mengerjakan perintah Allah

dengan ikhlas dan penuh kesadaran.

Jika melihat wajah Fiqh mengenai wudhu ini, terdapat perbedaan

persepsi atau pandangan dari para ulama’ tentang wudhu. Sebagai misal,

sebagian ulama’ mengatakan bahwa kaki itu wajib dibasuh, sedangkan ulama’

yang lain mengatakan kaki itu wajib diusap. Contoh lagi, sebagian ulama’

mengatakan bahwa mengusap sebagian kepala saja sudah cukup, sedangkan

ulama’ lain mengatakan bahwa wajib mengusap seluruh kepala.

Perbedaan persepsi itu tidak akan ada habisnya jika dibicarakan karena

masing masing ulama’ tersebut mempunyai dalil untuk memperkuat

pandangannya itu. Jika perbedaan pendapat itu sampai kepada orang awam,

masing-masing dari mereka akan mengklaim wudhu merekalah yang paling

benar. Padahal kebanyakan dari mereka hanya mengikuti ajaran dari buku yang
144

mereka baca, guru, atau orang tua mereka tanpa mengetahui alasan atau hikmah

dibalik wudhu tersebut.

Berawal dari fenomena di atas, maka penulis ingin mengkaji dimensi lain

dari masalah wudhu tersebut agar tidak hanya terpaku pada masalah-masalah

wudhu yang menjadi perdebatan para ulama’. Penulis akan melihat wudhu dari

segi manfaatnya, khususnya manfaat terhadap kesehatan. Penulis akan lebih

fokus terhadap manfaat wudhu dari segi kesehatan fisik (jasmani) karena

kesehatan fisik (jasmani) merupakan kesehatan yang paling mudah diamati oleh

seseorang. Kesehatan jasmani juga merupakan salah satu aset yang paling

berharga dari manusia dan modal agar seseorang dapat melaksanakan

pekerjaannya dengan baik, termasuk memperoleh kesehatan mental (rohani),

sosial dan ekonomi.

Wudhu mempunyai banyak manfaat terhadap kesehatan jasmani. Media

yang digunakan untuk berwudhu adalah air. Air bersifat membersihkan,

menyejukkan, dan syifa’ (terapis). Air dalam kaitannya dengan kesehatan

banyak sekali manfaatnya, baik sebagai media bagi obat-obatan maupun air itu

sendiri dijadikan sebagai media pengobatan.

Sholeh Gisymar, ahli terapi alternatif, mengatakan bahwa: “Ketika air

wudhu membasuh anggota wudhu, secara langsung akan membuat darah

bereaksi sehingga bisa bekerja lebih cepat dan gesit mengalirkan darah ke

seluruh tubuh. Hal ini bisa terjadi karena ketika air wudhu mengenai tubuh akan

menyebabkan normalisasi suhu tubuh sebagai akibat bertemunya suhu panas

dalam tubuh dengan dinginnya guyuran air wudhu. Saat itu juga darah mengalir
145

ke daerah seputar wajah, kedua tangan dan telapak kaki dengan sangat

lancar”.198

Selain itu, menurut Muhammad Muhyidin, “Air yang mengandung

elektrolit-elektrolit akan membuat pembuluh-pembuluh darah mengalami

vasoditalasi (pelebaran) sehingga memperlancar peredarannya.”199 Ketika aliran

darah ke daerah seputar wajah, tangan, dan kaki mengalir dengan lancar, hal ini

akan memperingan kerja jantung, sehingga akan mengurangi resiko terkena

penyakit jantung. Lancarnya peredaran darah ini, secara otomatis juga akan

mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan sebagian besar

penyakit disebabkan oleh kurang lancarnya sirkulasi darah.

Bagian tubuh yang terkena air wudhu adalah bagian tubuh yang terbuka,

yang sering dihinggapi bakteri dan virus yang menyebabkan penyakit, sehingga

bagian itu harus dibersihkan agar terhindar dari berbagai penyakit. Bahar Azwar,

spesialis bedah umum dan supersialis bedah onklogi dari Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo mengatakan bahwa, ”Wudhu adalah pembilasan serta

pengenceran kuman hingga mengurangi keganasannya, serta mempermudah

regenerasi kulit dan selaput lendir.”200 Dengan mudahnya regenerasi kulit dan

selaput lendir tersebut, tubuh tidak akan mudah terserang penyakit karena kulit

dan selaput lendir yang menjadi gugus depan perlindungan tubuh dapat

198 Sholeh Gisymar, Terapi Wudhu: Kiat Sehat, Murah dan Berkah melalui Hidroterapi dan Pijat Refeleksi.
(Surakarta: NUUN, 2008), h. 53
199 Muhammad Muhyidin, Misteri Energi Wudhu: Keajaiban Fadhilah Energi Wudhu terhadap Kekuatan

Fisik, Emosi dan Hati Manusia. (Jogjakarta: DIVA Press, 2007), h. 107
200 Bahar Azwar, Fikih Kesehatan; Dari Ibadah, Pengobatan, sampai Penyakit Flu Burung, (Jakarta:

Quantum Media, 2005), h. 9


146

menjalankan tugasnya dengan baik, yaitu menghancurkan penyakit yang akan

menggerogoti tubuh.

Dalam kayfiat wudhu juga terdapat manfaat bagi kesehatan, misalnya

saja berkumur ketika wudhu akan membuat mulut terasa basah. Karena menurut

suatu penelitian yang dilakukan para dokter gigi dari Academy of General

Denistry, Amerika Serikat, “Mulut kering menjadi pemicu terjadinya radang

gusi”. Menurut mereka, “kurangnya air liur akibat mulut kering mengakibatkan

menempelnya plak pada gigi dan gusi sehingga memperbesar kemungkinan

terjadinya radang gusi.”201 Dengan berkumur saat berwudhu, berarti telah

menjaga kesegaran mulut, sehingga dapat mencegah terjadinya radang gusi.

Selain itu, istinsyaq dan istintsar juga dapat menjaga kesehatan. Hal ini

dibuktikan oleh sekelompok peneliti dari Fakultas kedokteran di Iskandariah

Mesir bekerja sama dengan kelompok peneliti kesehatan dan obat-obatan pada

Lembaga Penelitian Ilmiah dan Teknologi yang melakukan penelitian untuk

mengungkap hubungan aktifitas berwudhu dilihat dari kesehatan. Mereka

berhasil mengungkapkan bahwa:

Hidung bagian dalam yang tidak dibasuh air, pada umumnya berwarna

pucat, berminyak serta penuh dengan debu dan kotoran. Sedangkan pintu hidung

yang tampak bagian luar berwarna cerah dan terdapat bulu hidung padanya. Bulu

hidung umumnya rentan dihinggapi oleh debu dan kotoran. Kaum muslimin

yang disiplin melakukan wudhu memiliki langit-langit hidung yang bersih,

terbebas dari debu dan kotoran serta indah dipandang. Bahkan bulu hidungpun

201 Imam, Musbikin, Wudhu sebagai Terapi; Upaya Memelihara Kesehaatn Jasmani dengan Perawatan

Rohani, (Yogyakarta: Nusa Media, 2008), h. 14-15


147

bersih dan terbebas dari kotoran yang melekat padanya.202 Dengan demikian,

dalam penelitian ini disimpulkan bahwa selain membersihkan debu, bakteri dan

virus yang bersarang di hidung, wudhu juga dapat mencegah berbagai penyakit

yang masuk melalui hidung seperti influenza, poliomyclitis, dan lain-lain.

“Dalam bagian tubuh yang terkena basuhan air wudhu juga terdapat 61
dari 65 titik refleksi yang ada dalam tubuh manusia. Titik- titik tersebut
merupakan syaraf-syaraf yang berhubungan dengan organ-organ tubuh
manusia yang seringkali menimbulkan penyakit akut seperti ginjal,
jantung, paru-paru, darah tinggi, dan kanker. Ketika melakukan wudhu,
titik tersebut akan terefleksi sehingga selain bisa mengobati, juga bisa
mencegah terjadinya penyakit akut tersebut”.203

Terefleksinya titik-titik refleksi ini tidak terjadi begitu saja, apalagi jika

melakukan wudhu dengan asal-asalan. Supaya titik-titik refleksi itu terefleksi,

harus dilaksanakan tata cara wudhu dengan benar, termasuk kesunahan dalam

berwudhu. Misalnya membasuh telapak tangan sebelum melakukan wudhu.

Dalam telapak tangan tersebut terdapat banyak titik refleksi. Oleh karena itu,

pembasuhan tangan harus tepat, misalnya dengan menggosok-gosokkan tangan

kanan dengan tangan kiri dan menyela-nyela jari. Membasuh telapak tangan,

selain membersihkan debu, kotoran dan virus yang berada di tangan, juga dapat

merefleksi titik-titik refleksi yang berkaitan dengan organ dalam manusia.

Oan Hasanuddin praktisi akupuntur berijazah Nasional dan bersertifikat

Internasional dari Guanzhou University of Traditional Chinese Medicine dalam

bidang akupuntur dan akupresur kecantikan mengatakan bahwa: Sapuan

terhadap telinga dengan intensitas tekanan yang optimal, akan meningkatkan

imunoglobullin (kekebalan tubuh), karena terdapat lima titik yang biasa

202 Ahsin W. Al-hafidz, Fikih Kesehatan, (Jakarta: Amzah, 2007), h. 63


203 Gisymar, Op.cit., h. 51
148

dijadikan terapi preventif yaitu titik adrenal, internal secretion, subcortex, limpa,

dan hati. Kelima titik tersebut secara klinis dapat mencegah berbagai serangan

virus, seperti virus influenza.204 Wudhu yang dijalankan dengan penuh

kesungguhan, khusu’, tepat, ikhlas, dan kontinu, diduga menumbuhkan presepsi

positif yang dapat menghasilkan hasil positif pula bagi tubuh. Bagian–bagian

tubuh yang terkena air wudhu adalah bagian tubuh yang terbuka. Bagian inilah

yang sering dihinggapi berbagai kuman penyakit, sehingga kehadiran kuman–

kuman ini akan menambah kuman yang memang sudah di kulit. Menurut ilmu

bakteri (Microbacteriology), 1cm persegi dari kulit yang terbuka bisa dihinggapi

lebih dari 5 juta bakteri yang beragam. Manfaat wudhu bagi kesehatan sudah

banyak mendapatkan perhatian ahli-ahli kesehatan. Salah satu pakar kesehatan

yang mengkaji ilmiah wudhu adalah Magomedov, asisten lembaga General

Hygiene and Ecology di Daghestan State Medical Academy. Menurut

Magomedov, wudhu dapat stimulasi/merangsang irama dalam tubuh, khususnya

pada area yang disebut Biological Active Spots (BASs) atau titik-titik aktif

biologis. Menurut riset ini, BASs mirip titik-titik refleksologi Cina.

Ketika seseorang melakukan wudhu, 61 dari 65 titik refleksi merupakan

bagian yang terkena basuhan air wudhu. Titik-titik tersebut merupakan saraf-

saraf yang berhubungan dengan organ-organ tubuh manusia yang seringkali

menimbulkan penyakit akut seperti ginjal, jantung, paru-paru, darah tinggi, dan

kanker. Ketika melakukan wudhu, titik tersebut akan terekflesi, sehingga selain

bisa mengobati bisa juga mencegah terjadinya penyakit-penyakit akut tersebut.

204 Hasanuddin, Op.cit, h. 133


149

Dari sini diketahui tentang manfaat wudhu bagi kesehatan. Hal ini seperti

pemain sirkus berjalan di atas bara api dan paku, karena kemampuan ini dimulai

dari belajar dan beradaptasi. Dengan belajar dan beradaptasi dengan lingkungan,

seorang pemain sirkus bisa berjalan di atas bara api dan paku dengan sangat

mengagumkan. Karena itu bila ingin memperoleh manfaat kesehatan dari

wudhu, maka tak lain caranya adalah belajar dan beradaptasi. Berikut Fakta

ilmiah Wudhu:

1) Manfaat Memijat Ketika berwudhu. Kajian ilmiah yang dilakukan oleh

Pusat Akademi Amerika yang baru-baru ini dipublikasikan menegaskan

bahwa proses pemijatan yang dilakukan pada anggota tubuh ketika

berwudhu untuk melaksanakan sholat dapat mengembalikan vitalitas dan

kesegaran. Lebih dari itu bahkan proses pemijatan dapat membantu

memperbarui jaringan otak dan secara kontinu membantu memperlancar

peredaran darah. Demikianlah tulisan Ahmad bin Salim Baduweilan dalam

bukunya yang berjudul At-Tadwai bi ash-shalah (Dar Raudhah li An-Nasyr

wa At-Tauzi’: 1425 H/2005)

2) Wudhu Merupakan Pijat Refleksi dan Akupresur. Wudhu yang disertai

dengan pijatan tak ubahnya dengan terapi refleksi yang mengandung

banyak manfaat bagi kesehatan. Demikian pula sentuhan-sentuhan lembut

tangan anda kebagian tubuh serta bagian kepala dan wajah, hal itupun

merupakan sentuhan yang menyehatkan. Sentuhan-sentuhan seperti itulah

yang bisa sebut dengan akupresur. Akupresur adalah cara penyembuhan

yang berasal dari Cina dengan menggunakan jari tangan untuk menekan
150

titik-titk tertentu secara lembut pada anggota tubuh serta pada bagian kepala

dan wajah. Cara ini dinyakini mampu menstimulasi atau merangsang organ

tertentu dan karenanya mampu juga menstimulasi kemampuan alami tubuh

untuh menyembuhkan diri. Ketika titik-titik tertentu ini ditekan, ketegangan

yang ada pada otot akan mengendur dan aliran darahpun menjadi lebih

lancar sehingga tubuh terasa lebih segar dan bugar. Pemijatan ataupun

usapan anda ketika membasuh muka saat berwudhu pun juga bisa

mengandung terapi untuk kesehatan. Sebab dengan melakukan pemijatan

bagian-bagian yang ada diwilayah muka saat berwudhu di antaranya bisa

meringankan ketegangan dan ketenangan jiwa, meningkatkan konsentrasi.

Sebagai contoh, ketika kedua telapak tangan anda membasuh muka

dengan posisi telapak tangan menutup muka, kondisi itu mampu

meningkatkan konsentrasi. Sementara itu tatkala anda memegang atau

menyentuh pelipis anda, maka hal itu dapat mengurangi rasa sakit kepala.

Saat jari-jari memberi tekanan pada pelipis dan melakukan gerakan

pemijatan dengan gerakan memutar, disertai mata memejam dan aturan

pernapasan, insyaallah akan memberikan efek yang menenangkan sekaligus

memberi rasa lega. “Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari

itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan

hati” (QS. Al-Insan :11)

Ketenangan pikiran itu akan semakin anda peroleh apabila saat

anda mulai mengambil air wudhu menyatukan kedua jari ataupun ketika

membasuh tangan. Dengan tekanan pada ujung jari anda dapat menemukan
151

kembali ketenangan pikiran. Karena itu bila pikiran anda sudah mulai

tegang, maka pertemukan ujung-ujung jari tangan satu dengan yang lain,

pejamkan mata dan lakukan latihan pernapasan.

Selain dapat memperlancar peredaran darah, ternyata pemijatan

yang dilakukan ketika berwudhu dapat mebuat perasaaan menjadi tenang.

Sebagai contoh ketika membasuh kedua telapak kaki dengan memijat secara

baik, hal itu dapat mendatangkan perasaan tenang dan nyaman, karena

telapak kaki merupakan cerminan seluruh perangkat tubuh. Orang yang

berwudhu seakan-akan memijat seluruh tubuhnya satu persatu, padahal ia

hanya membasuh kedua telapak kakinya dengan air dan memijatnya dengan

baik. Ini merupakan salah satu rahasia timbulnya perasaan nyaman yang

dirasakan oleh seorang muslim setelah berwudhu.

Beberapa penelitian menemukan bahwa efek pijatan itu mungkin

bisa dihubungkan denngan diproduksinya sejenis hormon yang dinamakan

serotonin ketika seseoranng dipijat. Serotonin ini mempengaruhi bagian

otak lain dan menimbulkan perasaan gembira dan rileks.

Penelitian ilmiah membuktikan bahwa peredaran darah pada ujung

kedua telapak tangan serta ujung kedua telapak kaki dan betis lebih lemah

dibanding peredaran darah pada anggota tubuh yang lain, karena ujung

kedua telapak tangan dan lengan serta ujung kedua telapak kaki betis adalah

anggota tubuh yang paling jauh dari pusat peredaran darah, yaitu jantung.

Oleh karena itu, membasuh semua ujung ujung anggota tubuh yang

disebutkan tadi pada setiap kali wudhu dan memijatnya dengan baik akan
152

memperkuat peredaran darah sehingga dapat menambah aktivitas dan

kebugaran tubuh. Contohnya, membasuh kedua telapak kaki ketika

berwudhu dengan memijat, insyaallah akan mendatangkan perasaan tenang

dan nyaman, karena telapak kaki merupakan cerminan perangkat tubuh.205

3) Mengefektifkan Transendental Coping. Wudhu yang dilakukan dengan

penuh kesungguhan, khusyu’, tepat, ikhlas dan kontinu dapat

menumbuhkan persepsi dan motivasi positif dan mengefektifkan coping,

respons emosi positif (Positive Thingking), serta dapat menghindarkan

reaksi stres.206 Transendental coping adalah sebuah bentuk sikap

pemecahan masalah dengan cara mentransendensikan diri kepada Tuhan.

Di dalamnya tercangkup penyerahan diri, pengharapan diri dan doa untuk

mendapatkan pencerahan agar dapat memecahkan masalah. Asumsinya

adalah, betapapun tegarnya seorang, ia tetap makhluk yang memilki

keterbatasan. Ia membutuhkan kekuatan spiritual untuk menguatkan jiwa

dalam menghadapi tantangan dunia yang kejam, maka ia diharapkan

menyadari bahwa ada kekuatan maha dahsyat alam semesta, yaitu Tuhan.

Beberapa penelitian telah dilakukan di Indonesia, salah satunya

Khisbiyah yang menemukan bahwa tingkat religiusitas yang tinggi

memilki dampak yang positif terhadap peningkatan makna hidup.

Semakin tinggi tingkat religiusitas, semakin tinggi tingkat kebermaknaan

hidup. Pemecahan masalah dan penyesuaian diri terhadap stres, depresi,

frustasi dan kekecewaan dengan mendekatkan diri kepada Tuhan

205 Musbikin Imam, Op.cit, h. 180


206 Ibid., h. 2
153

(Transendental Coping) akan membawa dampak positif ketimbang

sekedar menanggulanginya dengan obat-obatan. Hal ini dapat

meringankan beban psikologis, memunculkan optimisme dan semangat,

sehingga persoalan dapat teratasi. Begitu pula anak, jika anak mampu

mengembangkan kecerdasan spiritual, ia juga lebih mampu menggunakan

pola pemecahan masalah dengan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Jiwanya akan semakin kuat dan tangguh dalam menghadapi berbagai

tantangan hidupnya.207

Dalam buku yang berjudul: Shalat, Olahraga untuk Jasmani dan

Rohani, Mokhtar Salem berpendapat hal yang sama dengan Magamedov.

Menurutnya, wudhu bisa menjadi alat paling efektif untuk mencegah

terjadinya kanker kulit. Dari hasil penelitian medis kanker kulit

disebabkan oleh berbagai bagan kimia-baik zat-zat hasil pembuangan

limbah industri maupun kosmetika-yang kemudian menempel pada kulit.

Selama ini belum ditemukan cara paling jitu untuk menghindari penyakit

itu. Yang sering kali dianjurkan dokter kulit baru sebatas pencegahannya,

yaitu dengan membersihkan kulit secara rutin. Dan dengan wudhu anjuran

dokter tersebut dapat terlaksana karena setiap hari paling tidak umat Islam

melakukan wudhu lima kali dalam sehari. Berkaitan dengan kanker kulit,

selain menguraikan bahwa air yang membasuh wajah ketika berwudhu

akan dapat meremajakan sel-sel kulit muka dan membantu mencegah

munculnya keriput.

207 Gunawan Triantoro Safari, M.Psi M.Si, Op.cit, h. 62


154

Selain itu, wudhu juga meremajakan selaput lendir yang menjadi

gugus depan pertahanan tubuh. Proses ini penting karena salah satu tugas

utama lendir adalah membawa zat-zat asing yang masuk kepada sel

pelindung manusia, yaitu limfosit T (sel T) dan limfosit B (sel B).

keduanya bersiaga dijaringan limfoid dan system gatah bening serta

mampu menghancurkan penyakit yang akan menggerogoti tubuh. Maka

jika fungsi terganggu tubuh akan mendapat ancaman yang besar karena

kehilangan kekebalan alaminya. Dan dengan melakukan wudhu fung

tersebut bisa ditingkatkan daya kerjanya.

Satu lagi bagian tubuh yang mendapatkan perhatian ketika

berwudhu adalah lubang hidung yang merupakan tempat keluar masuk

udara. Udara yang tidak bersih tersebut menyebabkan berbagai penyakit

seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), TBC dan kanker. Dengan

membersihkan saluran hidung dengan air ketika wudhu maka akan

melakukan pencegahan dini terhadap penyakit-penyakit tersebut. Selain

sebagai pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit, wudhu juga bisa

memperlancar aliran darah. Ketika air wudhu membasuh anggota wudhu,

secara langsung membuat darah bereaksi sehinga bekerja bisa lebih cepat

dan gesit mengalirkan darah keseluruh tubuh. Hal ini bisa terjadi karena

air wudhu mengenai tubuh akan menyebabkan normalisasi suhu tubuh

sebagai akibat bertemunya suhu panas dalam tubuh dengan dinginnya

guyuran air wudhu. Saat itu juga darah mengalir kedaerah seputar wajah,

kedua tangan dan telapak kaki dengan sangat lancar.


155

Gambar 4.16. Unsur Aktivitas Wudhu208

Jika unsur aktivitas wudhu diatas di laksanakan setiap

tahapannya, maka hal ini akan menjadikan kegiatan belajar lebih

terarah dan bermakna. Selanjutnya di akhir pelajaran, hidroterapi

wudhu menekankan pada proses pengulangan dan umpan balik yang

segera. Proses aktivasi dan demonstrasi adalah proses dimana

mahasiswa menguji dan menunjukkan penguasaannya terhadap materi

yang baru dipelajari. Pada tahap ini pendidik memberikan umpan balik

208
Abu, Abdil Muhsidin As-Saronji, Kemudahan dalam Sifat Wudhu Nabi (Madinah: Maktabah
Ummu Salma Al-Asariyah, 2009), h. 36
156

langsung terhadap pekerjaan mahasiswa dan kemudian langkah terakhir

mahasiswa menarik kesimpulan terhadap apa yang telah dipelajari.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa motivasi belajar

mahasiswa lebih tinggi dibandingkan sebelumnya setelah melalui

hidroterapi wudhu. Hidroterapi wudhu mudah dilakukan karena

prosesnya juga sangat sederhana dan alami, tidak menimbulkan rasa

sakit, tidak berbahaya, dan tidak memiliki efek samping yang perlu di

khawatirkan. Biaya hidroterapi murah dan bisa dilakukan dimana saja.

Semua jenis air bisa digunakan sebagai terapi, baik itu air ledeng, air

kolam, air sumur, maupun air alam, yang terpenting adalah air tersebut

bersih. Ahli hidroterapi bertugas untuk mengawasi pengobatan.

Namun, hidroterapi memiliki beberapa modifikasi seperti kerekan

mekanis untuk mengangkat dan menurunkan penderita, palang untuk

berjalan dan palang khusus, yang semuanya dirancang untuk membantu

bagian yang nyeri waktu bergerak.

Terdapat perbedaan hasil hidroterapi wudhu mahasiswa yang


memiliki motivasi tinggi dengan mahasiswa motivasi rendah

Hasil analisa data penelitian melalui uji anava dua jalur diputuskan

untuk menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini menunjukkan bahwa

hidroterapi wudhu mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi

lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang memiliki motivasi belajar

rendah. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi memperoleh nilai

rata-rata sebesar 79,99 dan mahasiswa yang memiliki motivasi rendah


157

memperoleh nilai rata-rata sebesar 75,84. Hasil ini terjadi karena

pelaksanaan pembelajaran dipengaruhi oleh faktor siswa itu sendiri

seperti kesiapan, daya serap, kecerdasan, dan motivasi belajar, juga

mempengaruhi hasil hidroterapi wudhu yang akan diperolehnya. Salah

satu karakteristik mahasiswa yang hanya dikaji oleh para ahli dan

dikelompokkan berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda adalah

motivasi belajar. Pengetahuan tentang karakteritik mahasiswa yang

paling membantu seorang pendidik dalam memahami mahasiswa

adalah motivasi beiajar.

Untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an

essential condition. Hasil belajar akan menjadi optimal, jika

termotivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil

pula pelajaran itu. Jadi motivasi senantiasa menentukan intensitas usaha

belajar mahasiswa. 209 Seorang mahasiswa yang akan menghadapi ujian

dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan

tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain, sebab tidak serasi

dengan tujuan. Selain itu ada juga fungsi lain yaitu, motivasi dapat

berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi, karena

secara konseptual motivasi berkaitan dengan prestasi dan hasil belajar.

Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang

baik. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari

adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat

209 Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : RajaGrafindo Persada, cet. 19, 2011.
158

melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang akan sangat

menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

Ada berbagai cara dalam dunia pendidikan untuk membantu mahasiswa

untuk meningkatkan motivasi belajar. Selain dalam hal pengembangan

kurikulum, inovasi pembelajaran serta pemenuhan sarana dan

prasarana pendidikan, salah satunya adalah dengan melakukan Brain

Gym (senam otak). Melakukan senam otak memudahkan kegiatan dan

memperbaiki konsentrasi belajar siswa, meningkatkan rasa percaya diri

dan membuat siswa lebih mampu mengendalikan stres. Tujuan

akhirnya adalah untuk mengoptimalkan kemampuan belajar siswa,

sehingga siswa dapat mengatasi hambatan belajar dan memperbaiki

perilaku serta prestasinya. Berdasarkan fungsi tersebut, adanya

motivasi yang baik menunjukkan hasil belajar yang baik pula. Intensitas

motivasi belajar sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi.

Motivasi belajar yang mengalami kenaikan setelah hidroterpi wudhu

memiliki ciri-ciri sebagai berikut: tekun bertugas (bekerja dalam waktu

lama, tanpa henti hingga usai), ulet menghadapi kesulitan. Tidak

memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi (tidak cepat puas

dengan prestasi yang telah dicapainya), menunjukkan minat terhadap

berbagai macam masalah, lebih sering kerja mandiri, dapat

mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu), tidak


159

mudah melepaskan hal yang diyakininya itu, dan senang mencari dan

memecahkan masalah.210

Selain pertimbangan kondisi sebelum dan sesudah, peneliti juga mendata

karateristik peserta didik berdasarkan jenis-jenis motivasi belajar yang

mereka miliki, berikut jenis motivasi yang dimilikinya:

1) Motivasi Intrinsik. Yaitu motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan

memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan mahasiswa. Motivasi ini sering juga

disebut motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya yang timbul dalam diri

mahasiswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan

tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap

untuk berhasil, menyenangi kehidupan, menyadari sumbangannya terhadap

usaha kelompok, keinginan diterima oleh orang lain. Jadi motivasi ini

timbul tanpa pengaruh dari luar. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang

hidup dalam diri mahasiswa dan berguna dalam situasi fungsional.211

2) Motivasi ekstrinsik. Yaitu motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari

luar situasi belajar. Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan di kelas, sebab

pengajaran tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan

mahasiswa. Ada kemungkinan pelajar belum menyadari makna pelajaran

yang disampaikan212

Berdasarkan kerangka pendidikan formal, motivasi belajar

merupakan jaringan rekayasa pedagogik pendidik. Dengan tindakan

210
Hasil observasi setelah pelaksanaan hidroterapi wudhu oleh peneliti
211 Oemar Hamalik, Op. Cit., h. 162.
212 Ibid. h. 163.
160

persiapan mengajar pelaksanaan belajar-mengajar, maka pendidik

menguatkan motivasi belajar mahasiswa. Unsur-unsur yang dapat

mempengaruhi motivasi belajar berdasarkan rekayasa pedagogic pendidik,

sebagai berikut: cita-cita atau aspirasi mahasiswa, kemampuan mahasiswa,

kondisi mahasiswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani, kondisi

lingkungan mahasiswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,

pergaulan sebaya, dan kehidupan masyarakat, unsur-unsur dinamis belajar

seperti perasaan, perhatian, kemauan, ingatan yang mengalami perubahan

berkat pengalaman, upaya pendidik dalam mengajar213

Dalam hal ini suksesi hidroterapi wudhu sebagai teknik konstruksi

motivasi belajar juga ditentukan oleh kemampuan rekayasa pedagogik

pendidik atau pengampu mata kuliah di setiap kelas yang di ikuti

mahasiswa. Konstruksi motivasi belajar pada tahapan ini mempunyai

peranan strategis dalam aktivitas belajar di kelas. Agar peran motivasi lebih

optimal, maka prinsip-prinsip motivasi belajar harus diterapkan dalam

aktivitas belajar mengajar, yaitu: motivasi sebagai dasar penggerak yang

mendorong aktivitas belajar, motivasi intrinsik lebih utama dari motivasi

ekstrinsik dalam belajar, motivasi berupa pujian lebih baik dari pada

hukuman, motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar,

motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar, dan motivasi

melahirkan prestasi dalam belajar.214 Hakekat dari motivasi belajar adalah

213
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta. 2006), h.97.
214
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., h. 152.
161

dorongan yang berasal dari dalam dan luar diri mahasiswa yang sedang

belajar untuk melakukan perubahan pada tingkah laku pada umumnya dan

semangat atau keinginan untuk belajar lebih semangat lagi. Indikator atau

petunjuk yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi motivasi belajar adalah:

1) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar.

2) Adanya keinginan, semangat dan kebutuhan dalam belajar.

3) Memiliki harapan dan cita-cita masa depan.

4) Adanya pemberian penghargaan dalam proses belajar.

5) Adanya lingkungan yang kondusif untuk belajar dengan baik.215

Indikator lain mengenai motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

4) Adanya penghargaan dalam belajar.

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6) Ada lingkungan belajar yang kondusif.216

Motivasi ada tiga unsur yang berkaitan, yaitu sebagai berikut:

1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-

perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di

dalam sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya karena

215 Iskandar, Op. Cit., h. 184


216 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara. 2011), h. 23
162

terjadi perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar. Tapi

ada juga perubahan energi yang tidak diketahui.

2) Motivasi ditandai timbulnya perasaan (affective arousal). Merupakan

ketegangan psikologis, berlanjut ke suasana emosi yang menimbulkan

kelakuan yang bermotif. Perubahan ini tampak dalam perbuatan. Seorang

terlibat dalam suatu diskusi. Karena merasa tertarik pada masalah yang

dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan

lancar dan cepat keluar.

3) Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi

yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah suatu

tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan yang

disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons

merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan.Oleh sebab itulah

mengapa setiap manusia membutuhkan motivasi khususnya dalam

kehidupan. 217

Motivasi belajar adalah hasil dari kumpulan kekuatan internal dan

eksternal yang menyebabkan seseorang memilih jalan bertindak yang

sesuai dan menggunakan perilaku tertentu. Idealnya, perilaku ini akan

diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi. Sementara itu, Newstrom

mengemukakan bahwa indikator motivasi adalah:218

217
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar….h. 159
218 Wibowo, Perilaku Dalam Organisasi, Cet. Ke-4 (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016), h. 110.
163

1) Engagement. Merupakan janji mahasiswa untuk menunjukkan tingkat

antusiasme, inisiatif, dan usaha untuk meneruskan.

2) Commitment. Merupakan suatu tingkatan dimana mahasiswa mengikat

dengan organisasi dan menunjukkan tindakan organizational citizenship.

3) Satisfaction. Kepuasan merupakan refleksi pemenuhan kontrak psikologis

dan memenuhi harapan ditempat belajar.

4) Turnover. Turnover merupakan kehilangan mahasiswa yang dihargai.

Kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi intrinstik dan ekstrinsik

sangat diperlukan. Motivasi mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dan

memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Diketahui bahwa

cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk

motivasi ekstrinsik,pendidik harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi

motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab memberikan motivasi

tetapi justru tidak menguntungkan belajar siswa. Ada beberapa bentuk dan cara

untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar:

1) Memberi angka. Umumnya setiap mahasiswa ingin mengetahui hasil

pekerjaannya, yakni berupa angka yang telah diberikan oleh dosen.

Mahasiswa yang memperoleh nilai baik, akan mendorong motivasi

belajarnya menjadi lebih besar.

2) Memberi hadiah. Cara ini dapat juga dilakukan oleh dosen dalam batas-

batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para

mahasiswa yang menunjukkan hasil belajar yang baik.


164

3) Saingan/kompetisi. Kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-

motif sosial kepada mahasiswa. Persaingan individual akan menimbulkan

pengaruh yang tidak baik, seperti: rusaknya hubungan persahabatan,

perkelahian, persaingan antar kelompok belajar.

4) Ego–involvement. Memberi ulangan Penilaian secara kontinu.

5) Pujian seimbang juga dengan Hukum/ sanksi219

Untuk mencapai motivasi belajar sebagaimana yang diharapkan, maka perlu

diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain: faktor yang

terdapat dalam diri mahasiswa (faktor intern) dan faktor yang terdiri dari luar

mahasiswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri, bersifat

biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri antara lain: faktor

keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

1) Faktor Intern. Adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu

sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu

kecedersan/ intelegensi, bakat dan minat.

a) Kecerdasan/ intelegensi. Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai

kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.

Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi

yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat

perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh

kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang

219
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan,(Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya, 2002 ). h. 164
165

lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki

tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan

sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan

suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.

b) Bakat. Adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai

kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang

dikemukakan oleh Ngalim Purwanto bahwa “bakat dalam hal ini lebih

dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu

mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.” Menurut Muhibbin;

“bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas

tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”Dari

pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada

seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan

dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar

bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat

keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu

hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua

memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan

bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.

c) Minat. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang

diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut

Winkel minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk


166

merasa tertarik pada bidang/ hal tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto mengemukakan

bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang,

diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.” Bahkan pelajaran

yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari. Untuk menambah

minat seorang di dalam menerima pelajaran diharapkan dapat

mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri.

2) Faktor Ekstern. Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu

beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sernya

dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan

tidak memberikan paksaan kepada individu. Faktor ekstern yang

mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan

lingkungan masyarakat.

a) Keadaan Keluarga. Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam

masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana

yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga

pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk

pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu

pendidikan bangsa, negara dan dunia.” Adanya rasa aman dalam

keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara
167

aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari

luar yang menambah motivasi untuk belajar. Dalam hal ini Keluarga

merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga

inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan,

sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah

sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup

keagamaan. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa

pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan

pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga

formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru

sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan

kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh

perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang

tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat

belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan

keadaan yang baik untuk belajar.

b) Keadaan Sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal

pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar

siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk

belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian

pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan

kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan

mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Pendidik dituntut untuk menguasai


168

bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang

tepat dalam mengajar. Oleh sebab itu, pendidik harus dituntut untuk

menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang

tepat dalam mengajar.

c) Lingkungan Masyarakat. Di samping orang tua, lingkungan juga

merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap

hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena

lingkungan alam ser sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan

pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak banyak bergaul

dengan lingkungan dimana anak itu berada.

Dalam hal ini lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran

belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak

yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan

terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di

sernya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada

menentukan anakpun dapat terpengaruh pula. Dengan demikian dapat

dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam

pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya

dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila

seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin

belajar maka kemungkinan besar membawa pengaruh pada dirinya,

sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.220

220 Ridwan , “Prestasi Belajar” dalam http:\Au Mase Farhan/ « Dunia Ilmu.htm, diakses 8 April 2019
169

Menurut Oemar Hamalik ada beberapa faktor yang mempengaruhi

motivasi, motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik di antaranya:

1) Tingkat kesadaran siswa akan kebutuhan yang mendorong tingkah laku

dan kesadaran atas tujuan belajar yang hendak dicapai.

2) Sikap dosen terhadap kelas, dosen yang bijak dan selalu merangsang

untuk berbuat kearah tujuan yang jelas dan bermakna.

3) Pengaruh kelompok mahasiswa. Bila pengaruh kelompok terlalu kuat

maka motivasinya lebih cenderung ke sifat ekstrinsik.

4) Suasana kelas juga berbengaruh terhadap muncul sifat tertentu pada

motivasi belajar mahasiswa.221

Belajar suatu tugas yang sangat erat dengan pelajar namun belum

tentu hasil yang diperoleh pelajar setingkat dengan hasil yang sama. Hal ini

menunjukkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi pelajar di

antaranya menurut Sumadi Suryobroto adalah: faktor-faktor yang berasal

dari luar diri si pelajar (yaitu : faktor-faktor non sosial, Faktor-faktor sosial),

dan Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar (Faktor-faktor

fisiologis, Faktor-faktor psikologis). Untuk rinciannya faktor-faktor, yaitu :

a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri si pelajar, yaitu :

1) Faktor non sosial. Kelompok faktor ini misalnya: keadaan udara,

suhu, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar.

2) Faktor sosial adalah faktor manusia (sesama manusia), baik hadir

maupun kehadirannya itu dapat dideteksi.

221
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.121
170

b. Faktor yang berasal dari dalam diri, yaitu:

1) Faktor- faktor fisiologis: Jasmani pada umumnya.

2) Faktor-faktor psikologis

Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong

seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut:

1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas

2) Adanya sifat yang kreatif dan berkeinginan untuk selalu maju.

3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari lingkungan

4) Adanya keinginan untuk rasa aman bila menguasai pelajaran.222

Menurut Bimo Walgito, faktor yang mempengaruhi belajar adalah:

1) Faktor anak atau individu belajar

2) Faktor lingkungan

3) Faktor bahan / materi yang dipelajari223

Faktor-faktor tersebut di atas diperhatikan guna memperoleh hasil yang

sebaik-sebaiknya.Untuk lebih jelasnya penulis jelaskan faktor-faktor

menurut Bimo Walgito tersebut yaitu:

1) Faktor anak/ individu belajar, yang termasuk dalam faktor ini adalah,

kecerdasan, kesehatan dan kemampuan untuk belajar, hal ini dapat

mempengaruhi dalam proses belajar mengajar.

2) Faktor lingkungan besar pengaruhnya terhadap proses belajar

mengajar, seperti alat belajar, letak geografis, lingkungan, dan keadaan

keluarga dan sebagainya. Untuk itu harus termasuk dalam perhitungan

222 Sardiman.A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (PT. Raja Grafindo, jakarta 2010), h.221
223 Ibid
171

masalah lingkungan. Lingkungan harus diciptakan dalam tujuan

pendidikan

3) Bahan atau materi pelajaran akan menentukan cara atau metode

mempelajari antara bidang studi dengan demikian dibutuhkan metode

yang berbeda, dengan pertimbangan antara minat, kesungguhan,

semangat dan percaya diri.

Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan, bila salah satu belum terpenuhi,

maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik.

Sehubungan dengan motivasi, tiga hal yang perlu diperhatikan untuk

meningkatkan proses belajar :

1) Motivasi jangka panjang. Seorang yang belajar secara tekun guna

menghadapi ulangan umum atau ujian akhir, mempunyai motivasi jangka

panjang. Setiap kali ia selalu memaksa diri untuk dapat mengerti hal yang

dijelaskan oleh pengajarnya. Motivasi seperti ini mempunyai arti sama

pentingnya dengan inteligensi yang baik.224

2) Motivasi jangka pendek. Motivasi jenis ini merupakan minat saat itu, yang

dibutuhkan agar para pendengar mengerti penjelasan pengajar. Motivasi

ini dipengaruhi oleh motivasi jangka panjang.

3) Kadar surut ingatan (regresi), yaitu proses melemahnya ingatan seseorang

akan sesuatu,terutama materi yang dijelaskan oleh pengajar. Seorang dapat

memperkecil regresi dengan jalan menanamkan motivasi, baik motivasi

224 Ad. Rooijakkers, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: PT Gramedia , 2006 ), h.1
172

jangka panjang ataupun motivasi jangka pendek. Tetapi regresi juga dapat

berkurang apabila seorang mahasiswa memiliki banyak kepentingan

dengan hal yang di ajarkan dapat perkuat motivasi seseorang. 225

Penelitian psikologi banyak menghasilkan teori-teori motivasi tentang

perilaku. Subjek terteliti dalam motivasi ada yang berupa hewan dan ada yang

berupa manusia. Peneliti yang mengunakan hewan adalah tergolong peneliti

biologis dan behavioris. Peneliti yang menggunakan terteliti manusia adalah

peneliti kognitif. Temuan ahli-ahli tersebut bermanfaat untuk bidang industri,

tenaga kerja, urusan pemasaran, rekruting militer, konsultasi, dan pendidikan.

Para ahli berpendapat bahwa motivasi perilaku manusia berasal dari kekuatan

mental umum, insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan interaksi.

Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja. Belajar

menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu

yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi

bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat. Kedua motivasi tersebut

perlu dimiliki oleh mahasiswa. Sedangkan tugas seorang pendidik dituntut

memperkuat motivasi mahasiswa. Motivasi belajar penting bagi mahasiswa dan

dosen. Bagi mahasiswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:

(1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir;

contohnya, setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan,

dibandingkan dengan temannya sekelas yang juga membaca bab tersebut;

ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi.

225 Ibid
173

(2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, dibandingkan dengan

teman sebaya; sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar seorang

mahasiswa belum memadai,

(3) mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi, setelah ia ketahui bahwa

dirinya belum belajar secara serius, terbukti banyak bersenda gurau

misalnya, maka ia akan mengubah perilaku belajarnya.

(4) membesarkan semangat belajar, sebagai ilustrasi, jika ia telah menghabiskan

dana belajar dan masih ada adik yang dibiayai orang tua, maka ia berusaha

agar cepat lulus.

(5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja(di

sela-selanya adalah istirahat atau bermain) yang berkesinambungan;

individu dilatih untuk menggunakan kekuatanya sedemikian rupa sehingga

dapat berhasil.226 Sebagai ilustrasi, setiap hari mahasiswa diharapkan untuk

belajar di rumah, membantu pekerjaan orang tua, dan bermain dengan teman

sebaya; apa yang dilakukan diharapkan dapat berhasil memuaskan. Kelima

hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi tersebut di sadari oleh

pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka sesuatu

pekerjaan, dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.

Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada mahasiswa

bermanfaat bagi dosen, manfaat itu sebagai berikut:

226Ibid, h.162
174

(1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk

belajar sampai berhasil; membangkitkan, bila mahasiswa tak bersemangat;

meningkatkan bila semangat belajarnya timbul tenggelam; memelihara, bila

semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hala ini,

hadiah, pujian dorongan, atau pemicu semangat dapat digunakan untuk

mengobarkan semangat belajar.

(2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar mahasiswa di kelas bermacam-

ragam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tak memusatkan perhatian, ada

yang bermain, di samping yang bersemangat untuk belajar. Macam

ragamnya motivasi belajar tersebut, maka guru dapat menggunakan

bermacam-macam strategi belajar-mengajar.

(3) Meningkatkan dan menyadarkan dosen untuk memilih satu di antara

bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur,

teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. Peran

pedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai dengan perilaku mahasiswa.

(4) Memberi peluang dosen untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis. Tugas

dosen adalah membuat semua mahasiswa belajar sampai berhasil.

Tantangan profesionalnya justru terletak pada “mengubah” mahasiswa tak

berminat menjadi bersemangat belajar.227

Wudhu merupakan kegiatan bersuci dari hadas kecil dengan cara

membasuh anggota badan tertentu dengan air yang suci dan mensucikan

disertai dengan niat. Media yang digunakan untuk berwudhu adalah air.

227
Ad. Rooijakkers, Op.Cit, h. 162.
175

Penggunaan air dalam berwudhu mengandung beberapa hikmah dan alasan

mengapa Allah mensyari’atkan berwudhu dengan menggunakan air.

Air bersifat membersihkan, menyejukkan, dan syifa’ (terapis).

Dalam kaitannya dengan kesehatan, air mempunyai banyak manfaat, baik

sebagai media bagi obat-obatan maupun air itu sendiri dijadikan sebagai

media pengobatan. M. Irfan el-Firdausy dalam bukunya Keajaiban Air

menyebutkan manfaat air untuk terapi kesehatan, baik dengan cara

diminum, untuk berkumur, mandi, maupun sebagai kompres. Beliau juga

memberikan contoh beberapa penyakit yang dapat diobati dengan air,

misalnya stroke, sakit persendian, tumor kelopak mata, batu ginjal, kanker,

radang mulut dan gigi, perut mulas dan lain-lain. Dari sini, dapat diketahui

bahwa air sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya untuk

menjaga kesehatan dan menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Selain itu, dalam tradisi Islam, air yang didoakan juga bisa

digunakan untuk mengobati orang yang sakit. Rasulullahpun pernah

menyuruh orang yang sedang sakit demam untuk mengobatinya dengan air.

Sekarang ini juga telah banyak dikembangkan metode pengobatan dengan

menggunakan air sebagai media pengobatan, yang disebut dengan terapi air

atau hidroterapi. Sebenarnya semenjak dahulu manusia sudah mengenal

khasiat air walaupun belum didukung penelitian. Bangsa Romawi misalnya,

sudah mengenal khasiat air bagi kesehatan berabad-abad sebelum Masehi.

Ketika mandi mereka akan berendam di kolam yang dilengkapi dengan

pancuran dan wewangian. Putri-putri kerajaan biasanya juga berendam di


176

air yang ditaburi bunga. Tujuannya agar tubuh bersih, sehat dan selalu segar.

Dari sinilah dikenal istilah hidroterapi.

Istilah hidroterapi sendiri berasal dari bahasa Yunani, hydro artinya

air, therapiea berarti pengobatan. Jadi hidroterapi adalah pengobatan yang

menggunakan air. Adapun model atau bentuk terapi dengan air beragam

caranya.228 Di Jerman misalnya, dikembangkan terapi air dengan cara

memindahkan seseorang yang terkena penyakit dari air hangat ke air dingin.

Lalu setelah itu si pasien diminta untuk jalan agar berkeringat lagi, dan

kembali mandi dengan air dingin.229 Terapi air model ini sengaja

memanfaatkan pertukaran suhu dari panas ke dingin guna memperlancar

aliran darah.

Hidroterapi bisa merangsang sirkulasi ke kulit sehingga zat-zat kotor

bisa dibuang dengan lebih efisien dan membantu membersihkan kendala-

kendala yang disebabkan oleh sel-sel kulit mati dan pecahan-pecahan kulit

pada permukan.230 Pembuangan dan pembersihan zat-zat kotor dari sel-sel

kulit mati dan pecahan-pecahan kulit pada permukaan ini mengakibatkan

pori-pori terbuka dan memungkinkan mereka berfungsi dengan lebih

efisien.

Hasanuddin mengutip pendapat Amin Ruwaihah, seorang dokter

muslim berkebangsaan Arab yang telah menyusun satu buku yang khusus

228 Ahmad Fathoni El-Kaysi, Berobat dengan Wudlu; Mencegah dan Mengobati Berbagai Penyakit dengan

Wudlu, (Yogyakarta: Cakrawala, 2010), h. 55


229 Gisymar, Op.Cit, h. 64
230 Leon Chaitow, Hydrotherapy, Water Therapy, for Health dan Beautiful (Terapi Air Untuk Kesehatan dan

Kecantikan), terj. Sudarmaji, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2002), h. 65


177

membahas tentang pengobatan dengan air, berjudul al-Tadawy bi al-Ma,

bahwa: Lebih dari seratus metode pengobatan dengan media air dapat

digunakan untuk mengobati lebih dari seratus jenis penyakit. Bermacam

penyakit dapat diobati dengan air melalui beberapa metode, antara lain

dengan cara merendam, mencurahkan, membalut, menyelimuti,

mengompres, dan meminum. Adapun dari sejumlah penyakit yang dapat

diobati dengan air antara lain penyakit kulit, rematik, kepala, telinga,

jantung, dan perut.231

Seorang pemuka agama Jerman, Knibe, mengemukakan tentang

pengobatan dengan air. Semua itu diawali saat dia menderita TBC di usia

28 tahun. Ia menggunakan terapi mandi air di sungai atau danau yang

bersalju. Penyakitnya berangsur-angsur membaik hingga ia merasa sembuh

total. Ia menyebutnya dengan terapi air. Setelah itu ia sering menyirami

tubuhnya dengan air dingin dan hangat-hangat kuku guna merangsang

sirkulasi darah serta mengencangkan otot.232

Berkaitan dengan hal itu, Ahmad Fathoni El-Kaysi mengutip

pendapat Simon Barunch, yang memiliki teori yang disebut Hukum

Barunch. Beliau mengemukakan bahwa “Air memiliki daya penenang jika

suhu air sama dengan suhu kulit. Sedangkan bila suhu air lebih tinggi atau

rendah dengan suhu tubuh maka akan memberikan efek stimulasi

231 Hasanuddin, Op.Cit, h.64


232 M. Irfan El-Firdausy, Keajaiban Air, (Klaten: One Books, t.t.), h. 63-64
178

(merangsang).”233 Selain itu, Effendy juga mengemukakan bahwa terapi air

memiliki efek pengobatan terhadap tubuh, yaitu:

1) Berendam di dalam air hangat atau mandi pancuran air hangat, berkhasiat

menghilangkan rasa lelah dan ketegangan.

2) Berendam atau menyeka tubuh dengan air dingin, berefek mendinginkan

dan merangsang tubuh atau bagian tubuh, khususnya jika diikuti dengan

pijatan-pijatan. Air yang dingin juga akan mengerutkan pembuluh

kapiler.

3) Menyeka dengan air dingin dan air hangat secara bergantian, akan

merangsang sistem kardiovaskuler.

4) Berendam dalam air atau mandi di pancuran air hangat akan berkhasiat

melemaskan semua otot tubuh.

5) Mandi air hangat akan melemaskan jaringan dan berefek pada kapiler-

kapiler kulit. Hal ini terjadi karena banyak darah dari jaringan yang akan

ditarik menuju kulit. Selain itu, dapat pula menghilangkan rasa nyeri.

6) Mandi serta menyeka dengan air dingin dan air hangat akan menjinakkan

syaraf kulit dan syaraf organ-organ intern, yaitu organ yang

berkoresponden secara syarafi dengan kulit yang dihangati.234

Begitulah manfaat terapi air bagi kesehatan tubuh. Banyaknya

manfaat terapi air ini hingga peneliti, sekaligus dokter spesialis penyakit

dalam dan jantung dari London, Ahmad Syauqy Ibrahim mengatakan,

“Para pakar kedokteran sampai pada kesimpulan bahwa pencelupan

233 El-Kaysi, Op.Cit, h. 55-56


234 Ibid
179

anggota tubuh ke air mengembalikan tubuh yang lemah menjadi kuat,

mengurangi kekejangan pada syaraf dan otot, menormalkan detak

jantung, kecemasan, dan insomnia.”235

Dalam Islam, hidroterapi ini dilakukan paling tidak lima kali sehari,

yakni ketika berwudhu sebelum melaksanakan shalat lima waktu.

Sebagai hidroterapi, wudhu hampir memijat seluruh bagian tubuh yang

merupakan bagian yang kaya dengan titik syaraf, yaitu wajah, telapak

tangan, kepala, kaki, dan telinga. Di sinilah letak relevansi dari sunnah

Rasulullah S.A.W bahwa membasuh anggota wudhu dilakukan sebanyak

tiga kali agar efek pemijatan tersebut bisa bekerja secara efektif.

Leon Chaitow, osteopath dan naturalpath, mengungkapkan bahwa:

Penggunaan air dingin dalam waktu singkat (kurang dari 1 menit) akan

mengakibatkan kontraksi-kontraksi pembuluh darah lokal. Ini memiliki

efek terjadinya dekongesi pada jaringan-jaringan tubuh dan dengan cepat

diikuti oleh sebuah reaksi dimana pembuluh-pembuluh darah terbuka

dan jaringan dibersihkan dengan darah yang banyak mengandung

oksigen segar.236

Seperti halnya dengan wudhu, ketika air wudhu membasuh anggota

wudhu, pembuluh-pembuluh darah akan terbuka dan jaringan-jaringan

dibersihkan dengan darah yang masih banyak mengandung oksigen. Hal

ini akan berpengaruh positif pada kesehatan jaringan dan tubuh.

Menurut Sholeh Gisymar, “Ketika air wudhu membasuh anggota

235 Akrom, Ibid, h. 83


236 Chaitow, Ibid, h. 16-17
180

wudhu, secara langsung juga akan membuat darah bereaksi sehingga bisa

bekerja lebih cepat dan gesit mengalirkan darah ke seluruh tubuh.”237 Hal

ini bisa terjadi karena ketika air wudhu mengenai tubuh terjadi

normalisasi suhu sebagai akibat bertemunya suhu panas dalam tubuh

dengan dinginnya guyuran air wudhu.

Selain itu, menurut Muhyidin, “Air yang mengandung elektrolit-

elektrolit akan membuat pembuluh-pembuluh darah mengalami

vasoditalasi (pelebaran).”238 Pelebaran pembuluh darah memperlancar

peredaran darah dan mencegah tersumbatnya aliran darah, sehingga akan

mencegah dari gangguan kesehatan. Karena tersumbatnya aliran darah

dalam beberapa detik saja akan membahayakan kesehatan .

Sementara itu menurut Sholeh, ahli terapi dengan shalat tahajud,

mengungkapkan bahwa: Air wudhu yang menyiram anggota wudhu akan

merangsang dan menguatkan kulit, mengencerkan darah sehingga

diperoleh kekentalan yang tepat, mengeluarkan racun dalam bentuk yang

terevaporasi, menormalkan fungsi ginjal, dan meningkatkan kerja usus

besar.239

Smedley, seorang ahli terapi air, mengatakan bahwa, “Membasuh

tangan sampai siku dalam wudhu sangat bermanfaat untuk mengatasi

kondisi pembengkakan di daerah lengan dan bahu di samping akan

memulihkan fisik yang kelelahan.240 Hilmi Al-Khuli mengutip pendapat

237 Gisymar, Ibid, h. 53


238 Muhyidin, Ibid, h. 107
239 Sholeh, Ibid, h.185
240 El-Bantanie, Ibid, h. 67
181

Muwaffaq Asy-Syathi, yang mengatakan bahwa: Dengan membasuh

bagian-bagian yang terbuka dengan wudhu, akan memperlancar kencing,

mengeluarkan racun-racun, menambah nafsu makan, mengaktifkan

pencernaan, merangsang otot kulit, dan otot sendi. Rangsangan ini

berpindah menuju ke seluruh otot urat leher, paru-paru, perut, kemudian

diteruskan kepada seluruh anggota tubuh dan kelenjar-kelenjar.241

Dengan demikian terbuktilah bahwa wudhu dengan menggunakan

air sangat bermanfaat untuk kesehatan. Wudhu sama dengan hidroterapi,

pengobatan yang banyak dikembangkan saat ini. Wudhu akan

membantu dan memperlancar kerja organ-organ tubuh manusia,

sehingga kesehatanpun akan diperoleh. Dengan melakukan wudhu

secara benar seseorang tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk

melakukan hidroterapi di tempat tertentu.

Kulit mempunyai peranan yang besar, yaitu ser 15% dari kadar

tubuh secara keseluruhan. Luas kulit manusia adalah 1,50-1,75 m². Rata-

rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal 6 mm ada di telapak tangan dan kaki.

Sedangkan paling tipis 0,5 di penis.242 Ketebalan kulit yang beragam ini

disesuaikan dengan fungsinya.

Jabron A. Nevelmaand mengatakan bahwa: “Kulit merupakan organ

yang fungsi utamanya untuk membungkus tubuh serta melindungi tubuh

dari berbagai ancaman kuman, racun, radiasi, juga mengatur suhu tubuh,

241 Hilmi Al-Khuli, Menyingkap Rahasia Gerakan-Gerakan Sholat; Keajaiban Gerakan-Gerakan Sholat
terhadap Kesehatan Psikologis dan Fisik Manusia, (Yogyakarta: DIVA Press, 2008), h. 81-82
242 Marwali Harahap, (ed), Penyakit Kulit, (Jakarta: PT Gramedia, 1990), h. 1
182

ekskresi, dan media komunikasi antar sel syaraf untuk merangsang nyeri,

panas, dan sentuhan serta tekanan.”243

Sementara itu, Abdul Wahid Al-Wakil, Pakar Ilmu Kesehatan dan

Pencegahan Penyakit dari Universitas Kairo, dalam bukunya yang

berjudul Ilm As-Shihhah (Ilmu Kesehatan) mengatakan: Kulit

menjalankan fungsi yang sangat penting bagi tubuh, yaitu mengeluarkan

keringat yang berasal dari ribuan kelenjar keringat yang ada. Keringat

mengandung zat-zat minyak dan garam. Bila air menguap tersisalah

garam dan zat-zat minyak, lalu menumpuk pada kulit. Bila kulit terdapat

sejumlah tumpukan garam dan zat-zat minyak, maka tertutuplah pori-

pori kelenjar keringat. Akibatnya, proses keluarnya keringat tidak

berjalan dengan baik. Kotoran yang terdapat pada kulit dapat

menyebabkan terjadinya penularan penyakit.244

Untuk itu, kulit harus dibersihkan agar pori-pori kelenjar keringat

terbuka, sehingga proses keluarnya keringat dapat berjalan dengan baik.

Pembersihan kulit ini paling baik adalah dengan menggunakan air,

karena air merupakan zat netral yang tidak berbahaya bagi kesehatan

tubuh. Selain itu, pembersihan dengan air juga dapat membersihkan

kotoran pada kulit yang menyebabkan terjadinya penularan penyakit.

Pada akhir abad ke-20, kalangan ilmuan berhasil menemukan fakta

bahwa sistem peredaran darah di kulit memiliki dua tugas penting, yakni

243Jabron A.Yahya Nevelmaand, Dahsyatnya Khasiat Wudhu, Sh.at & Puasa; Inspirasi Kesehatan Jasmani
& Rohani Anda, (Blora: Syura Media Utama, 2010), h. 12-13
244 Al-Khuli, Menyingkap Rahasia Gerakan..., h. 82
183

memberi asupan nutrisi (gizi) makanan pada sel-sel kulit dan

menyemburkan hawa panas yang berasal dari bagian dalam segenap

anggota tubuh ke permukaan kulit yang kemudian diteruskan ke luar

tubuh dan menguap di alam bebas.245 Dengan kata lain, sistem ini juga

sebagai pengatur suhu tubuh.

Lebih lanjut, Muhammad Akrom menjelaskan bahwa: Tugas

kelenjar kulit adalah menyedot darah-darah kotor dan membuangnya

keluar tubuh melalui pembuluh-pembuluh halus yang terletak di

permukaan kulit. Begitu darah kotor itu keluar, air wudhu akan langsung

membersihkannya. Efek dari proses ini adalah kulit di ser wajah dan

bagian tubuh yang lain akan tampak segar dan berseri-seri.246

Sholeh Gisymar juga menambahkan bahwa, “Proses pembuangan

darah kotor lewat permukaan kulit tersebut juga akan membantu fungsi

ginjal.”247 Ginjal adalah organ tubuh yang bertugas membuang zat-zat

racun lewat kencing. Ketika tugas ini telah dibantu oleh pembuluh darah,

maka tugas ginjal akan berkurang. Hal ini akan meminimalisir resiko

terkena penyakit ginjal.

Basuhan air di permukaan kulit pada anggota wudhu juga

menyebabkan normalisasi suhu tubuh karena bertemunya suhu panas

dalam tubuh dengan suhu dingin air. Tubuh menjadi sejuk dan membuat

245 Muhammad As-Sayyid Yusuf dan Ahmad Durrah, Pustaka Pengetahuan Al-Qur’an Jilid 6, terj. Abu

Bakar Ahmad, (t.t.p.: PT Reh. Publika, t.t.), h. 117-118


246 Akrom, Op.Cit, h. 111
247 Gisymar, Op.Cit, h. 54
184

peredaran darah lancar.248 Dengan lancarnya peredaran darah, maka

kerja jantung terbantu, sehingga akan menghindarkan resiko penyakit.

Anis Maftuhin dalam bukunya Rahasia-Rahasia Besar di Balik

Perintah Wudhu juga mengatakan bahwa: Pada kulit terdapat lapisan

yang disebut dengan epidermis atau kulit ari (lapisan kulit yang paling

luar). Lapisan ini mudah sekali mengalami luka dan menyisakan sel-sel

kulit mati. Itulah yang menyebabkan kulit tampak kusam. Selain itu, sel-

sel kulit mati ini akan mengelupas dan menyumbat pori-pori yang juga

bermuara pada lapisan epidermis. Hal inilah yang dapat menimbulkan

penyakit pada kulit.249

Dengan membasuh kulit setiap berwudhu, maka sel-sel kulit mati

akan dibersihkan oleh guyuran air wudhu, sehingga pori-pori terbuka.

Hal ini akan mencegah terkena penyakit kulit. Senada dengan hal ini

Abdul Aziz Ismail mengatakan bahwa, Membasuh anggota tubuh yang

kelihatan beberapa kali dalam sehari adalah pencegahan terbaik terhadap

penyakit kulit dan peradangan.”250

Menurut ilmu bakteria (Micro bacteriologi), 1 cm persegi dari kulit

saja yang terbuka, maka kulit dapat dihinggapi lebih dari 5 juta bakteri.

Perkembangan dari setiap bakteri tersebut berlangsung begitu cepat

sehingga keseimbangan asam basa (pH) pada kulit pun terganggu.251

248 El-Bantanie, Op.Cit, h. 59-60


249 Anis Maftuhin, Rahasia-Rahasia Besar di Balik Perintah Wudhu; Hikmah, Manfaat, dan Faedah,
(Jakarta: Rabitha Press, 2006), h. 87-88
250 Al-Khuli, Op.Cit, h. 81
251 Akrom, Op.Cit, h. 113
185

Bahar Azwar, spesialis bedah umum dan supersialis bedah onkologi

dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mengatakan bahwa, “Wudhu

adalah pembilasan serta pengenceran kuman hingga mengurangi

keganasannya, serta mempermudah regenerasi kulit dan selaput

lendir.”252

Mochtar salem dalam bukunya “Prayers a Sport for Body and soul”

(Shalat: Olahraga untuk Jasmani dan rohani) menjelaskan bahwa:

Wudhu dapat mencegah kanker kulit. Jenis kanker ini lebih banyak

disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang setiap hari menempel dan

terserap kulit. Cara yang paling efektif untuk mengenyahkan resiko

kanker ini adalah membersihkannya secara rutin dan setiap saat, yakni

dengan berwudhu.253 Penelitian ilmiah membuktikan “Sinar matahari

dapat menyebabkan kanker kulit terutama sinar ultra violet.”254 Faktor

pemicu kanker kulit yang lain adalah karena kulit banyak menyerap zat

kimiawi yang berasal dari keringat dan bercampur dengan debu.255

Dengan berwudhu, potensi terkena kanker kulit semakin tipis karena

kulit selalu basah dengan air, apalagi pada daerah-daerah yang sering

terkena sinar matahari sehingga memberikan peluang kepada jaringan

kulit pada lapisan permukaan dan lapisan dalam untuk melindungi kulit

dari pengaruh buruk yang timbul dari sinar matahari. Penelitian ilmiah

252 Azwar, Op.Cit, h. 9


253 Akrom, Op.Cit, h. 106-107
254 Ahmad Bin Salim Baduewilan, Misteri Pengobatan dalam Sh.at; Mengungkap Rahasia Pengobatan dan

Kesehatan Ibadah Sh.at, terj. Nasrullah Djasam, (Jakarta: Mirqat Publishing, 2008), h. 32
255 Al-Hafidz, Op.Cit, h. 85
186

juga menjelaskan bahwa, “Kanker kulit merupakan penyakit yang

banyak terjadi pada pria di negara-negara Barat, khususnya Australia dan

Amerika.”256 Jika perhatikan, ternyata kanker kulit jarang menyerang

negara Islam. Hal ini dikarenakan umat Islam terbiasa merawat kulit

dengan berwudhu minimal lima kali sehari.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa hidroterapi wudhu sebagai

teknik konstruksi motivasi belajar mempunyai mekanisme yang sama

seperti ketika hidroterapi wudhu membersihkan tubuh dari

kotoran/bakteri/virus penyebab berbagai penyakit, menyeimbangkan pH

yang memproteksi tubuh, membatasi perkembangan kuman penyebab

penyakit, mempermudah regenerasi kulit dan selaput lendir serta

mencegah kanker kulit. Pendekatan Hidroterapi Wudhu sebagai teknik

konstruksi motivasi belajar diawali dengan melakukan aktifitas khusus,

terdiri dari upaya-upaya: (a).Peningkatan dan pencegahan (promotif dan

preventif), Hidroterapi ini dilakukan pada lembaga pendidikan.

(b).Penyembuhan dan pemulihan (Kuratif dan Rehabilitatif), hidroterapi

dilakukan pada sekolah.

Terdapat perbedaan hidroterapi wudhu mahasiswa yang memiliki


motivasi tinggi dengan yang motivasi rendah

Hasil analisa data penelitian melalui uji anava dua jalur diputuskan

untuk menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini menunjukkan bahwa hasil

belajar mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi lebih tinggi dibandingkan

256 Baduewilan, Op.Cit, h. 32


187

hasil belajar siswa yang memiliki motivasi rendah dengan menggunakan

hidroterapi wudhu. Hasil belajar siswa menggunakan hidroterapi wudhu

memiliki motivasi tinggi sebesar 84,40 dan motivasi rendah sebesar 75,31.

Hasil ini terjadi karena pelaksanaan pembelajaran dipengaruhi

berbagai faktor terutama dalam diri mahasiswa sendiri terkait dengan

motivasi belajarnya baik motivasi tinggi maupun motivasi rendah.

Penggunaan kooperatif hidroterapi wudhu dapat mekonstruksi motivasi

belajar mahasiswa.

Hal ini disebabkan bahwa dalam pembelajaran, terdapat dua faktor

utama yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa, yaitu kualitas

pembelajaran dan karakteristik mahasiswa. Kualitas pembelajaran

merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi belajar, di antaranya

seperti strategi, metode, media, dan sebagainva, Karakteristik mahasiswa

rnerupakan faktor internal, di antaranya motivasi belajar, gaya belajar, gaya

berpikir, dan kreativitas. Dengan demikian, kedua faktor tersebut tidak

dapat diabaikan karena saling berinteraksi satu dengan yang lainnya.

Motivasi dalam hal ini merupakan interaksi motif yang diartikan sebagai

daya upaya yang mendorong mahasiswa untuk melakukan sesuatu. Motif

dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek

untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.257

Motivasi dengan dorongan besar telah menggerakkan mahasiswa

257
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) Cet. Ke 7, h.1
188

bertingkah laku.258 Menurut Sumadi Suryabrata, seperti yang dikutip oleh

H. Djaali, motivasi merupakan keadaan yang terdapat dalam diri seseorang

yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna pencapaian

suatu tujuan.259

Motivasi sangat berperan dalam belajar, mahasiswa yang dalam

proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan

berhasil belajarnya. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil

pelajaran itu. Maka motivasi senantiasa akan menentukan intensitas usaha

belajar bagi mahasiswa. Adapun fungsi motivasi ada tiga, yaitu :

1) Mendorong berperan aktif, sebagai motor yang melepaskan energi.

2) Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

3) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dijalankan serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyisihkan

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.260 Kemampuan

intelektual mahasiswa sangat menentukan keberhasilan mahasiswa

dalam berprestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam

belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui

prestasi yang diperoleh mahasiswa setelah proses belajar mengajar

berlangsung. Winkel mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu

bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang dalam melakukan

kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapai.” Kesempurnaan

258 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2001), h.71
259 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke 3, h.101
260 Sardiman A.M, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta : C.V. Rajawali, 1990), h.

87
189

yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi

belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif,

affektif dan psikomotor,

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal

tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk

melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah

bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian

pula dalam kegiatan belajar mengajar mahasiswa akan berhasil jika

mempunyai motivasi untuk belajar. Nasution mengatakan motivasi

adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu.” Sedangkan Sardiman mengatakan bahwa “motivasi adalah

menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan

sesuatu.”Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan

jasmani untuk berbuat. Sehingga motif tersebut merupakan driving force

yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan di dalam

perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Bernard Berelson dan Gary

A. Steiner motivasi dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap

mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan, dan

mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan

yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.261

Sehubungan dengan motivasi ini dapat dipahami salah satunya di dalam

surat Ali Imron:

261 Siswanto, Op. Cit, h. 119.


190

َ ‫صدَقَ ُك ُم ٱللﱠهُ َو ۡعدَ ٓۥهُ ِإ ۡذ تَ ُحسﱡونَ ُهم بِإِ ۡذ ِن ِۖۦه َحتﱠ ٰ ٓى إِذَا فَش ِۡلت ُ ۡم َوتَ ٰنَزَ ۡعت ُ ۡم فِي ۡٱﻷَمۡ ِر َو َع‬
ٓ ‫ص ۡيتُم ِ ّم ۢن بَعۡ ِد َما‬ َ ‫َولَقَ ۡد‬

َ ‫ﱡونَ ِمن ُكم ﱠمن ي ُِريدُ ٱلد ۡﱡن َيا َو ِمن ُكم ﱠمن ي ُِريدُ ۡٱﻷ ٓ ِخ َر ۚةَ ث ُ ﱠم‬
‫ص َرفَ ُك ۡم َع ۡن ُه ۡم ِل َي ۡبتَ ِل َي ُك ۡ ۖم َولَقَ ۡد َعفَا‬ ۚ ‫أَ َر ٰى ُكم ﱠما ت ُ ِحب‬

١٥٢ َ‫علَى ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِين‬ ۡ َ‫َعن ُك ۡۗم َوٱللﱠهُ ذُو ف‬


َ ‫ض ٍل‬

Artinya: “Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu,


ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat
kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai
perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa
yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia
dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.
Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji
kamu, dan sesunguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah
mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang
beriman. (Q.S. Ali Imron: 152)262

Ayat di atas menjelaskan tentang motivasi jihad orang-orang

Islam ketika di dalam peperangan uhud, yang mana di antara mereka ada

yang tulus karena Allah, namun ada pula yang motivasinya untuk

duniawi yakni tergiur untuk mendapatkan harta Ghonimah/harta

rampasan perang. Orang-orang yang lupa akan tugasnya, atau melalaikan

tugas dengan sengaja, karena melihat harta, itulah orang yang bejuang

karena hanya menginginkan dunia. Peperanganya hingga itulah. Dan

orang yang setia, tetap berdiri pada posnya, karena taat pada perintah

panglima perang, yaitu orang yang berjuang karena akhirat.

Pengalaman di dalam perjuangan menegakkan kemerdekaan

tanah air Indonesia sejak tahun 1945 menambah mendalam pengertian

terhadap ayar ini. Memang ada orang yang berjuang mati-matian

sebelum menampak harta benda, emas, perak dan pangkat. Kelemahan

262 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op. Cit., h. 87.
191

inilah yang selalu diperhatikan oleh musuh. Banyak orang yang

menyeberang, karena yang diperjuangkanya hanyalah perut atau

kedudukan. Maka ayat ini memberi peringatan kepada setiap pejuang

menegakkan jalan Allah, agar mengoreksi niat sejak mulai perjuangan,

sampai setelah perjuangan berkecamuk, bahkan sampai kepada masa

selesainya perjuangan.263 Dalam sebuah hadis diterangkan:

‫ َوه َُو َعلَى‬,َ‫سلﱠ َم قَال‬ َ ‫صلﱠى اللهُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫س ْو ُل الل ِه‬ ُ ‫أن َر‬ ‫ ﱠ‬:‫ي الله ُ َع ْن ُه َما‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع َم َر َر‬ُ ‫َع ْن َع ْب ِد الل ِه ب ِْن‬
ُ,‫ِي ْال ُم ْن ِفقَة‬ ْ ْ ْ َ
َ ‫ فَاليَد ُ العُليَا ه‬,‫سفلى‬ ْ ْ ْ ْ ْ َ َ ْ
‫ف َوال َم ْسألة )اَليَدُ العُليَا َخي ٌْر ِمنَ اليَ ِد ال ﱡ‬ ‫ﱡ‬ ْ َ
َ ‫صدَقَة َوالـتﱠ َعف‬‫ َوذَ ك ََر ال ﱠ‬,‫ْال ِم ْنبَ ِر‬
﴾ ‫ ﴿ رواه البخاري فى كتاب الزكاة‬.(ُ‫ِي السﱠائِلَة‬ َ ‫س ْفلَى ه‬ ‫َوال ﱡ‬

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra. Bahwasanya Rasulullah SAW..


Bersabda saat beliau di atas mimbar, beliau menyebutkan tentang shodaqoh,
menjaga kehormatan diri, dan perihal meminta: “Tangan di atas lebih baik
daripada tangan di bawah. Tangan di atas adalah orang yang memberi, dan
tangan di bawah adalah orang yang meminta”. (HR. Bukhori).264

Dalam konstruksi motivasi belajar melalui hidroterapi wudhu ini,

pendidik harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk

mengarahkan perhatian diri kepada sasaran tertentu. Dengan adanya

dorongan ini dalam diri akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa

mahasiswa menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada

mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak

sendiri dan belajar aktif.

Dari pengertian motivasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

secara harfiah motivasi berarti dorongan, alasan, kehendak atau

263 Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Op. Cit., h. 954.


264
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, juz I (Beirut: Dar al-Kutub al-
Islamiyah, 2008), h. 497.
192

kemauan, sedangkan secara istilah motivasi adalah daya penggerak

kekuatan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan

aktivitas tertentu, memberikan arah dalam mencapai tujuan, baik yang

didorong atau dirangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Untuk

memahami motif manusia perlu kiranya ada penilaian terhadap

keinginan dasar yang ada pada semua manusia yang normal.

Sebagai bantuan terhadap proses perkembangan sejak lahir dan

seterusnya, tingkah laku manusia itu dipengaruhi oleh sekumpulan

keinginan dan cita-cita yang potensial yang bekerja sebagai daya-

pendorong dan penggerak dalam kegiatan-kegiatan hidupnya. Menurut

Mc. Donald yang dikutip Oemar Hamalik mengatakan bahwa:

Motivation is an energy change within the person characterized by

affective arousal and anticipatory goal reaction265 Pendapat ini

menunjukkan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak

yang tumbuh dalam diri seseorang untuk melaksanakan sesuatu guna

mencapai tujuan yang diinginkan. Artinya motivasi adalah perubahan

energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan

dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Belajar dimaknai sebagai usaha penguasaan materi pengetahuan

yang berupa kegiatan menuju keterbentukan kepribadian seutuhnya

dengan penambahan pengetahuan. Penggabungan kedua kata di antara

motivasi dan belajar mempunyai pengertian bahwa motivasi belajar

265 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 106
193

adalah daya upaya dalam diri yang mendorongnya untuk menguasai

pengetahuan demi keberhasilan yang dicitakannya.

Menurut James O.Whittaker, motivasi adalah kondisi pengaktifan

tingkah laku dalam mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi

tersebut, sedangkan belajar sebagai proses dimana tingkah laku diubah

melalui latihan atau pengalaman. Menurut Slameto, pengertian belajar

yaitu suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

perubahan tingkah laku secara keseluruhan dalam interaksi dalam

lingkungan. Menurut Lylee Bairae, belajar adalah perubahan tingkah

laku yang relatif tetap diakibatkan oleh pengalaman dan latihan.

Sedangkan menurut Mustofa Fahmi, belajar yaitu ungkapan yang

menunjukkan aktifitas untuk menghasilkan perubahan tingkah laku atau

pengalaman.266 Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif

dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek

untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu

tujuan.267 Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang

bertingkah laku.268 Menurut Sumadi Suryabrata, seperti yang dikutip

oleh Djaali, motivasi diartikan sebagai keadaan yang terdapat dalam diri

seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna

pencapaian suatu tujuan.269

266 Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h.20


267
Ibid, h. 73
268
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) Cet. Ke 7, h.1
269 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke 3, h. 101
194

Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa motivasi dapat diartikan

sebagai daya penggerak yang tumbuh dalam diri untuk melaksanakan

sesuatu guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Belajar, menurut Sardiman dimaknai sebagai usaha penguasaan

materi pengetahuan yang merupakan kegiatan menuju keterbentukan

kepribadian utuh dengan penambahan pengetahuan.270 Jadi bila

digabungkan kedua kata, maka motivasi belajar adalah daya upaya dalam

diri yang mendorongnya untuk menguasai pengetahuan demi keberhasilan

yang dicita-citakan. Pendidik dituntut untuk berupaya sungguh-sungguh

mencari cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memelihara

motivasi belajar dan berupaya supaya mahasiswa memiliki motivasi sendiri

(self motivation) yang baik, sehingga keberhasilan belajar akan tercapai.

Menurut Mc.Donald, motivasi belajar adalah perubahan energi

dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan

reaksi untuk mencapai tujuan.271 Menurut Winkels, motivasi belajar

merupakan motivasi yang diterapkan dalam kegiatan mengajar dengan

keseluruhan penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, menjamin kelangsungan belajar dalam mencapai satu tujuan 272.

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan

menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang

belajar. Beberapa peranan penting dari motivasi belajar dan pembelajaran,

270
Sardiman, A.M., Op cit, h.20
271
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta.
2006), h. 205.
272 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara. 2013), h. 158
195

antara lain: (a) menentukan hal-hal penguat belajar, (b) memperjelas tujuan

belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ketekunan belajar.

Motivasi berperan aktif dalam penguatan belajar, apabila seorang

yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan,

dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

Erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk

belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau

dinikmati manfaatnya bagi seseorang. Seorang yang telah termotivasi untuk

belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun,

dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa

motivasi belajar menyebabkan seorang tekun belajar.

Motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di

dalam diri orang itu sendiri yang diakibatkan oleh faktor intrinsik maupun

oleh faktor di luar individu orang tersebut yang disebut faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik berupa kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan atau

berbagai harapan. Sedangkan faktor ekstrinsik timbul karena berbagai

sumber seperti pengaruh pendidik, kolega, atau faktor lain lebih kompleks.

Tetapi faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik dapat timbul karena adanya

rangsangan. Hal ini dipertegas oleh George, definisi motivasi adalah sebagai

membuat seseorang menyelesaikan pekerjaan dengan semangat, karena

orang itu ingin melakukannya.273

273 George R. Terry leslie W. R, Dasar – Dasar Manajemen, Jakarta: PT Bumi Aksara h.168
196

Pernyataan di atas diperkuat oleh pendapat McClelland dengan

mengembangkan tiga dorongan yang dominan dalam motivasi seseorang

yaitu motivasi berprestasi; motivasi afiliasi, dan motivasi kekuasaan.

Pertama, motivasi berprestasi yaitu dorongan untuk menjadi yang

terbaik, untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan, dan untuk berjuang demi kesuksesan. Seseorang dengan

dorongan ini berharap untuk meraih sasaran dan melampaui dan

mengembangkan keberhasilannya (prestasi). Prestasi dilihat sebagai hal

yang penting bagi diri pribadi, bukan hanya berdasarkan penghargaan yang

diterima.

Kedua, motivasi afiliasi yaitu keinginan untuk memiliki hubungan-

hubungan persahabatan atau hubungan-hubungan antar manusia secara

dekat. Seseorang yang memiliki motivasi afiliasi akan bekerja dengan baik

ketika ia dipuji, karena sikapnya dan kerjasama yang baik. Sehingga orang

yang termotivasi secara afiliasi akan memilih teman-teman di semya karena

mereka akan menerima kepuasan diri dari persahabatan dan dari kebebasan

mereka mengembangkan hubungan.

Ketiga, motivasi kekuasaan, yaitu kebutuhan untuk mempengaruhi

orang lain dan mengarahkan orang lain berperilaku dengan cara-cara yang

kehendaki. Dengan motivasi kekuasaan ini seseorang berharap untuk

menciptakan suatu dampak kepada organisasinya dan berkeinginan untuk

mengambil resiko ketika melakukan hal tersebut.274 Asumsi pada orang

274 James A.F. Stoner dkk, Op.Cit. h.143


197

yang mempunyai motivasi tinggi selalu berusaha keras untuk hasil

memuaskan.

Ini merupakan rangkaian mekanisme psikologi yang mendorong

seseorang atau kelompok untuk mencapai prestasi tertentu sesuai yang

dikehendakinya. Dalam arti kognitif, motivasi diasumsikan sebagai

aktivitas untuk menentukan kerangka dasar tujuan dan penentuan perilaku

untuk mencapai tujuan itu. Dalam arti afektif, motivasi bermakna sikap dan

nilai dasar yang dianut untuk bertindak atau tidak bertindak. Istilah motivasi

paling tidak memuat tiga unsur esensial. Pertama, faktor pendorong atau

pembangkit motif, baik internal maupun eksternal. Kedua, tujuan yang ingin

dicapai. Ketiga, strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk

mencapai tujuan.275 Sedangkan Colquitt, Lepine, dan Wesson memberikan

definisi motivasi sebagai sekumpulan kekuatan energik yang dimulai baik

dari dalam maupun diluar pekerja, dimulai dari usaha yang berkaitan dengan

pekerjaan, dan mempertimbangkan arah, intensitas dan ketekunannya.

Motivasi adalah pertimbangan kritis karena kinerja yang efektif sering

memerlukan baik kemampuan dan motivasi tingkat tinggi.276

Motivasi belajar adalah prakondisi bagi individu untuk berperilaku

di dalam pembelajaran yang dia tekuni. Motivasi yang tinggi cenderung

menghasilkan prestasi yang tinggi dan motivasi yang rendah cenderung

menghasilkan prestasi yang rendah, demikian juga dalam penghargaan.

275
Sudarwan Danim, Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 2.
276
Jason A. Colquitt, Jeffery A. LePine, and Michael J. Wesson, Organizational Behavior (New York:
McGraw-Hill, 2011), h. 179.
198

Efek dari penghargaan itu dapat berupa kepuasan atau ketidakpuasan.

Kepuasan dan ketidak puasan akan memberikan umpan balik terhadap

motivasi berikutnya.277 Kemampuan intelektual mahasiswa sangat

menentukan keberhasilan mahasiswa dalam berprestasi. Untuk mengetahui

berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu

evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh mahasiswa

setelah proses belajar mengajar berlangsung. Winkel mengatakan bahwa

“prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan

seseorang dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang

dicapai.” Menurut S.Nasution prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang

dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar

dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif

dan psikomotor, sebaliknya prestasi kurang memuaskan jika seseorang

belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa belajar

merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki mahasiswa dalam menerima,

menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses

belajar mengajar. Motivasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat

keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan

dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses

belajar mengajar.

277 Ibid., h. 12.


199

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut

merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.

Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur

agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar

mengajar anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

Motivasi merupakan segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu. Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik

dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang

atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar.

Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya

dari luar diri yang menyebabkan ia melakukan kegiatan belajar. Pemberian

motivasi seorang harus diperjuangkan dengan segala kemampuan yang ada

untuk mengarahkan potensi kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan

dalam diri akan timbul inisiatif. Dalam arti kognitif, motivasi diasumsikan

sebagai aktivitas untuk menentukan kerangka dasar tujuan dan penentuan

perilaku untuk mencapai tujuan itu. Dalam arti afektif, motivasi bermakna sikap

dan nilai dasar yang dianut untuk bertindak atau tidak bertindak.

Para ahli berpendapat bahwa motivasi perilaku manusia berasal dari

kekuatan mental umum, insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan

interaksi. Menurut Stokes yang dikutip oleh Kadarisman mengemukakan

motivasi belajar adalah faktor yang membuat perbedaan antara sukses dan

sesuatu pembelajaran baru. Maka motivasi belajar adalah penggerak atau


200

pendorong dalam diri seseorang untuk mau berperilaku dan belajar dengan giat

dan baik sesuai dengan tugas dan kewajiban yang telah diberikan kepadanya.278

Ada dua faktor yang mempengaruhi kondisi belajar seseorang, yaitu

faktor pemuas (motivation factor) yang disebut juga dengan satisfier atau

instrinsic motivation dan faktor kesehatan (hygienes) yang juga disebut

disatisfier atau extrinsic motivation. Teori Herzberg ini melihat ada dua

faktor yang mendorong seseorang termotivasi yaitu faktor intrinsik yaitu

daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor

ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang.279

Keterkaitan antara hidroterapi wudhu dan motivasi belajar mahasiswa

adalah hal yang perlu diperhatikan sesuai dengan karakteristik mahasiswa.

Sanjaya memgemukakan bahwa, pendidik perlu memahami prinsip-prinsip

umum penggunaan pembelajaran sebagai berikut: (1) berorientasi pada tujuan,

tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan

guru, (2) aktivitas, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas

siswa (3) individualitas, strategi pembelajaran bertujuan mengembangkan

setiap individu mahasiswa (4) integritas, strategi pembelajaran harus dapat

mengembangkan seluruh aspek kepribadian mahasiswa secara integritas.280

3. altematif cara sehingga tetap dapat mengakomodasikan setiap pendekatan

dalam hidroterapi wudhu yang di rancang.

278 Kadarisman, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013),
h. 278.
279 Wirawan, Op. Cit., h. 680-681.
280 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada

Media, cet. 8, 2011), h. 131-133.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dapat dikemukakan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan skor motivasi belajar yang bermakna pada

kelompok perlakuan (Melalui Hidroterapi Wudhu) dibandingkan

kelompok kontrol. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian dapat

disimpulkan bahwa hidroterapi wudhu efektif digunakan untuk

meningkatkan motivasi belajar. Hal ini dilihat pada out-put perhitungan

statistik pada pre-test dan post-test kelompok perlakuan, data Asymp

Sig.(2-tailed) < 0,05, artinya skor motivasi belajar mengalami peningkatan

dari sebelum diberi treatment kepada sesudah diberi treatment. Sedangkan

pada kelompok kontrol tidak ada peningkatan yang signifikan antara skor

pre-test dan post-test, melihat out-put perhitungan pre-test dan post-test

kelompok kontrol, data Asymp Sig.(2-tailed) > 0,05.

2. Model hidroterapi wudhu sebagai teknik konstruksi motivasi belajar di

Universitas Abdurrab, yaitu meliputi empat pertimbangan: Hidroterapi

Wudhu, kondisi dan kebutuhan belajar, dan karateristik mahasiswa.

Hidroterapi Wudhu sebagai teknik konstruksi motivasi belajar

ditemukan berperan efektif.


B. Saran

1. Bagi Mahasiswa. Hendaknya tetap menjaga motivasi belajar secara internal,

tanpa menunggu adanya motivasi eksternal yang sifatnya sementara.

Mahasiswa dapat meningkatkan motivasi belajarnya dengan menggunakan

hidroterapi wudhu.

2. Bagi Dosen

a. Dosen melakukan konstruksi hidroterapi wudhu dalam bangun motivasi belajar

b. Dosen memberi layanan tindak lanjut berupa hidroterapi wudhu individual untuk

mahasiswa yang belum mengalami peningkatan motivasi belajar.

c. Dosen mencermati motivasi belajar mahasiswa yang sudah meningkat.

Hendaknya hidroterapi wudhu dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini berfungsi

sebagai tindakan preventif terhadap penurunan motivasi belajar.

3. Bagi Perguruan Tinggi

Pimpinan Perguruan Tinggi melaksanakan koordinasi dan pengembangan

kolaborasi antara dosen pengampu mata kuliah, untuk memperhatikan gejala-gejala

yang menandakan penurunan motivasi belajar mahasiswa berbasis kelas, dan segera

melakukan tindakan secara koordinatif dan kolaboratif antar komponen perguruan

tinggi sehingga permasalahan tersebut segera terselesaikan.


4. Bagi Penelitian selanjutnya

a. Bagi peneliti selanjutnya jika tertarik dengan penelitian hidroterapi wudhu,

disarankan untuk meneliti di tempat yang berbeda dan diharapkan dengan

subyek yang lebih dinamis sehingga menghasilkan penelitian yang signifikan

b. Hendaknya mengintegrasi dan menginterkoneksikan teori motivasi dan teknik

hidroterapi wudhu dengan kajian Islam sebagai ciri khas pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad Jilid I, Kairo: Muassasah Qardafa, t.t.

-------- Musnad Imam Ahmad Jilid 44, t.t.p.: Muassasah Al-Risalah, 1999

Akrom, Muhammad, Terapi Wudhu; Sempurna Shalat, Bersihkan Penyakit, Yogyakarta:


Mutiara Media, 2010

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka


Cipta, 2006

Armando, Nina M., et. All. (ed.), Ensiklopdi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005

Azwar, Bahar, Fikih Kesehatan; Dari Ibadah, Pengobatan, sampai Penyakit Flu Burung,
Jakarta: Quantum Media, 2005

-------- Ketika Dokter Memaknai Shalat; Manfaat Mendirikannya Dipandang dari Sudut Ilmu
Kesehatan, t.t.p.: PT Kawan Pustaka, 2004

Bantanie, Muhammad Syafi`ie el. Dahsyatnya Terapi Wudhu. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, 2010.

Baduewilan, Ahmad Bin Salim, Misteri Pengobatan dalam Shalat; Mengungkap Rahasia
Pengobatan dan Kesehatan Ibadah Shalat, terj. Nasrullah Djasam, Jakarta: Mirqat
Publishing, 2008

Bakar Al-Baihaqi, Abu, Al-Sunan Al-Kubrā Jilid I, Haidhar Abar: Dāsiratul Maārif, 1314 H

Bisri, Cik Hasan, Model Penelitian Fiqh: Paradigma Penelitian Fiqh dan Figh Penelitian Jilid
I, Bogor: Kencana, 2003

Chaitow, Leon, Hydrotherapy, Water Therapy, for Health dan Beautiful (Terapi Air Untuk
Kesehatan dan Kecantikan), terj. Sudarmaji, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2002

Dahlan, M. Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika,
2011.

Daud Al-Sijistani, Abu, Sunan Abu Daud Jilid I, Beirut: Dārul Kitab Al-Arabi, t.t

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: CV.Toha


Putra, 2009

Dennison, Paul E, Gail E. Dennison, Edu-K for Kids, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2013.

Donkin, Scoot W. dan Meyer, Gerard, Total Body Management, Jakarta : PT Bhuana Ilmu
Populer, 2012.

Emoto, Masaru, The Miracle of Water (Mu’jizat Air), terj. Susi Purwoko, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2009
Emoto, Masaru, The Hidden Messages in Water, terj. Susi Purwoko, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2009

Emoto, Masaru, Secret Life of Water terj. Susi Purwoko, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2009

Emoto, Masaru, The True Power of Water, terj. Susi Purwoko, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2009

Fahmi, Muhammad Abdul Baqy, Al-Yad fi Dhauil Qur’an was Sunnah, wa Dhamir Al- Insany,
‘Ajaib wa Gharaib (Keajaiban Tangan), terj. Andi Subarkah, Bandung: Pustaka
Hidayah, 2009

Fathoni El-Kaysi, Ahmad Berobat dengan Wudlu; Mencegah dan Mengobati Berbagai
Penyakit dengan Wudlu, Yogyakarta: Cakrawala, 2010

Giardino, Nicholas D. et al. Anxiety, Respiration and Cerebral Blood Flow: Implications
Functional Brain Imaging. Comprehensive Psychiatry, 48 (103-112), 2007.

Gisymar, Sholeh,Terapi Wudhu: Kiat Sehat, Murah dan Berkah Melalui Hidroterapi dan Pijat
Refeleksi. Surakarta: NUUN, 2008

Goodman, H. Goodman. Basic Medical Endocrynology, Fourth Edition. California: Elseiver


Inc, 2010.

Hamruni, H., Konsep Edutaiment dalam Pendidikan Islam, Yogyakarta: Bidang Akademik,
2008.

HAP, Arfah M, “The Power Of Wudhu: Menyingkap Rahasia Wudhu Rasulullah” dalam
file://localhost/H:/Mase%20Farhan/buku-power-of-wudhu-menyingkap-
rahasia.html,diakses 07 Januari 2019.

Hastono, Luknis Sabri. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Homma, Ikuo dan Yuri Masako. Breathing Rhythms and Emotions. Exp Physical, 93 (1011-
1021), 2008.

Hadaruquthni, Ali, Sunan Dāruquthni Jilid I, Beirut: Dārul Ma’rifah, 1966

Hadi, Amirul, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2008

Hadi, Sutrisno, Metode Research, Yogyakarta: YPFP UGM, 2013

Harahap, Marwali, (ed), Penyakit Kulit, Jakarta: PT Gramedia, 2010

Hasanuddin, Oan, Mukjizat Berwudhu. Jakarta: Qultum Media, 2017

Hidayat, Rachmad Taufiq, Khazanah Istilah Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2015


Hilmi Al-Khuli, Menyingkap Rahasia Gerakan-Gerakan Sholat; Keajaiban Gerakan-Gerakan
Sholat terhadap Kesehatan Psikologis dan Fisik Manusia, Yogyakarta: DIVA Press,
2008
Ibrahim Al-Bajuri, Al-Bajuri ‘Ala Ibn Qasim, Surabaya: Maktabah Hidayah, t.t.

Isran, A. M., Pedoman Sehat tanpa Obat dengan Shalat dan Pijat, Bandung: t.p., 2002
Kelola, Akbar, Nikmatnya Shalat Bersama Rasulullah, Yogyakarta: Elangit7, 2008

Kardjono, Moehari. Kedahsyatan Wudhu Penghapus Dosa. Yogyakarta: Penerbit Best


Publisher, 2009.

Khairunnas Rajab, Psikologi Ibadah. Jakarta: Amzah. 2018

Khairunnas Rajab, Mas’ud Zein, Y.Bardansyah, Rekonstruksi Psikoterapi Islam. Pekanbaru.


Cahaya Firdaus. 2016

Kusuma, Afandi, “Pengertian Sehat”, dalam http://afand.abatasa.com/post/detail/


2456/pengertian-sehat , diakses tanggal 23 maret 2019

Maftuhin, Anis, Rahasia-Rahasia Besar di Balik Perintah Wudhu; Hikmah, Manfaat, dan
Faedah, Jakarta: Rabitha Press, 2006

Malik Ibn Anas Abu Abdillah, Muwatta’Al-Imam Malik Jilid I, Darul Qalam, 1991

Mardallis, Metode Penelitian Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 1999

Macdougall, Rovert C. Drugs & Media: New Perspectives on Communication, Consumption,


and Consciousness. New York: Bloomsburry Publish USA, 2011.

Meltzer, Lynn. Promoting Executive Functioning in The Classroom. New York: The Guildford
Press, 2010.

Melk, Magdalena. Nursing Students’ Learning Experiences in Clinical Setting: Stress, Anxiety
and Coping. Tesis Master Pendidikan. Canada: Universitas Concordia, 2011.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Rosdakarya, 2007

Muhammad Ibn Isa Abu At-Tirmdzi al-Silmi, Al-Jami’ al- Shahih Sunan Al-Tirmidzi Jilid I,
Beirut: Dār Ihyā’ al-Tirots Al-‘Arabi, t.t.

Muhyidin, Muhammad, Misteri Energi Wudhu: Keajaiban Fadhilah Energi Wudhu terhadap
Kekuatan Fisik, Emosi dan Hati Manusia. Jogjakarta: DIVA Press, 2007

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Yogyakarta:


Pustaka Progerssif, 2002

Musbikin, Imam, Wudhu sebagai Terapi; Upaya Memelihara Kesehaatn Jasmani dengan
Perawatan Rohani, Yogyakarta: Nusa Media, 2008

Muslim Ibnu Al-Hajjaj Al-Qusyairi Linisaburi, Al-Imam Abi Husain, Shahih Muslim, Kairo:
Dār Al-Hadits, 2006

Muslimah. Terapi Mandi Terhadap Pecandu Narkotika Di Pondok Pesantren Al- Qodir
Cangkringan Sleman Yogyakarta. Skripsi S1 Bimbingan dan Konseling Islam.
Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014.

Nevelmaand, Jabron A Yahya, Dahsyatnya Khasiat Wudhu, Shalat & Puasa; Inspirasi
Kesehatan Jasmani & Rohani Anda, Blora: Syura Media Utama, 2010

Pranata, Andi Eka dan Mahmud Ady Yuwanto. Pengaruh Hidroterapi (Rendam Kaki Air
Hangat) Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di Desa Sumbersari
Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso. Penelitian. Jember: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan dr. Soebandi, 2014.

Purfeerst, Christina R. Decreasing Anxiety in Nursing Students. Tesis Pendidikan Keperawatan.


St. Ctehrine University, 2011.

Purwanti, Mutia, “Pengobatan Timur, SEFT dan Terapy Hati”, dalam


http://terapyhati.com/artikel-kesehatan/ diakses 20 Maret 2019

Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam; Hukum Fiqh Lengkap, Bandung: Sinar Algesindo, 2007

Sagiran, Mukjizat Gerakan Shalat, Jakarta: Qultum Media, 2007

Seaward, Brian Luke. Managing Stress: Principles and Strategies for Health and Well-Being,
7rd Ed. Jones & Bartlett Learning, 2012.

Sevilla, Conselo G., dkk, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: UI Pers, 2013

Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem, Ed. 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2012.

Shihab, Muhammad Quraish, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Jakarta: Lentera Hati, 2007

-------- Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: PT
Mizan Pustaka, 2007

Sholeh, Moh., Pelatihan Shalat Tahajud, Solusi Praktis Menyembuhkan Berbagai Penyakit,
Jakarta: Hikmah, 2008

Sholeh, Moh. dan Imam Musbikin, Agama sebagai Terapi; Telaah menuju Ilmu Kedokteran
Holistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005

Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian; Suatu Pemikiran dan Penerapan, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1999

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2008

Sunyoto, Pijat Refleksi I, Semarang: Dahara Prize, 2006

Supiana dan M. Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004

Surbakti, Ramlan, Metode Penelitian, Surabaya: Fisip Unair, 2007


Stevenson, Angus. Definition Of Water Cure. Oxford University Press, 2007.

Stipanuk, Martha H. dan Marie A. Caudill. Biochemical, Physiological, and Molecular Aspect
Human Nutrition. Canada: Elseiver, 2013.

Tairas, J.H. Tarumertor, Refleksiologi, Penyembuhan Penyakit Dengan Pijat Pembuluh Darah
dan Pusat Syaraf, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000

Tohirin, 2012, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling Jakarta:
Rajawali Pers.

Umar, Husein. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia, 2006.

Umar, Nasaruddin, “Manfaat Luar Biasa dari Wudhu”, dalam


http://www.lintasberita.com/go/1077108, diakses tanggal 16 Maret 2019

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Surabaya:


ARKOLA, t.t

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dalam


http://askep-askeb.blogspot.com/2018/10/undang-undang-kesehatan.htm, diakses
tanggal 27 Januari 2019

Wangsa, Teguh G.H.W, Stres dan Depresi, Yogyakarta: Tugu, 2009.

Wardana, Uswah, Psikologi Umum, Jakarta : Bina Ilmu, 2004.

Wijayakusuma, M. Hembing, 10 Menit Menuju Sehat dengan Terapi Refleksi Telapak Tangan,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2012

W. Al-Hafidz, Ahsin, Fikih Kesehatan, Jakarta: Amzah, 2007

Yafie, Alie, dkk., Ensiklopedi Al-Qur’an Jilid I: Bersama Allah, Jakarta; PT Kharisma Ilmu,
t.t.

Yusuf, Muhammad As-Sayyid dan Ahmad Durrah, Pustaka Pengetahuan Al-Qur’an Jilid 6,
terj. Abu Bakar Ahmad, t.t.p.: PT Rehal Publika, t.t.
LEMBAR INSTRUMEN RISET
HIDROTERAPI WUDHU SEBAGAI TEKNIK
REKONSTRUKSI MOTIVASI BELAJAR
Disusun
DIAN CITA SARI
31594206047
PROGRAM STUDI DOKTORAL PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF QASIM RIAU

FORMULIR PERSETUJUAN SUBYEK PENELITIAN

(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Alamat :

Menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian tentang “HIDROTERAPI WUDHU


SEBAGAI TEKNIK REKONSTRUKSI MOTIVASI BELAJAR” secara sukarela, setelah
mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian ini.

Pekanbaru , 2019
Pelaksana Penelitian Responden

(Dian Cita Sari) (…………..…………….)


Nama Mahasiswi: No Responden:

Skor nilai: 0 = tidak dilakukan 1 = dilakukan tapi kurang tepat 2 = dilakukan


dengan Tepat

FORMAT OBSERVASI WUDHU


N0 URAIAN KEGIATAN NILAI
0 1 2
1. Membaca Bismillahirrahmanirrahim
2. Mengikhlaskan niatnya karena Allah SWT
3. Membasuh telapak tangan tiga kali
4. Hisaplah air dari telapak tangan melalui hidung dan
berkumurlah tiga kali
5. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua
sudut mata dan lebihkanlah membasuhnya
6. Basuhlah kedua tangan beserta dua siku dengan
digosok tiga kali dan selah-selah jari mulai dari
sebelah kanan kemudian sebelah kiri
7. Mengusap ubun-ubun kepala dengan menjalankan
kedua telapak tangan dari ujung muka kepala hingga
tengkuk dan dikembalikan lagi pada permulaan
8. Mengusap kedua telingamu sebelah luarnya dengan
dua ibujari dan sebelah dalamnya dengan kedua
telunjuk.
9. Membasuh kedua kakimu beserta kedua mata kaki,
dengan digosok tiga kali dan selah-selah jari kaki.
Mulailah dari yang kanan kemudian sebelah kiri dan
sempurnakan dengan membasuh kedua kaki itu.
10. Kemudian ucapkan “Ashadualla-ila-ha illalla-h
wahdahu-la- syari-kalah, wa asyahadu anna
Muhammadan `abduhu-wa rasuluh”.

FORMAT OBSERVASI MOTIVASI BELAJAR

N0 URAIAN KEGIATAN NILAI


0 1 2
1. Memulai belajar dengan semangat dan Fisik yang sehat
2. Antusiasme pada pendekatan psikologis motivasi belajar
3. Suksesi pembelajaran kelas penuh atmosfer akademik
4. Kondisi Ruangan Kelas, Meningkatkan motivasi belajar
5. Letak rumah responden, mendukung motivasi belajar
6. Alat dan sumber belajar responden memicu motivasi
7. Menjaga Keluarga, atau sumber yang menjadi memotivasi
8. Pilihan Waktu belajar, displin pola makan, tidur, dan ibadah
9. Lingkungan memberi inspirasi dan kooperatif ruang belajar
10 Apresisasi diri terhadap pencapaian peningkatan motivasi
FORMAT OBSERVASI HIDROTERAPI

SESI PROTOKOL SETTING Hasil Observasi


0 1 2
Sesi 1 Problem utama dan Pada tahap ini, Responden Mempunyai bina-rapot
target masalah (Ask yang baik. Responden terbuka mengenai
for a problem, define pengalaman perilaku, frekuensi wudhu, sumber
and agree on target motivasi, dan merespon proses penelitian. Terlihat
problem) pendekatan kognitif.Mampu identifikasi anggapan
mal-adaptiv, mampu merumuskan kesepakatan
masalah apa yang sedang dihadapi. Masalah
dirumuskan dalam terminologi yang jelas.
Sesi 2 Pemeriksaan Basic Pada tahap ini, Responden menginterpretasikan
(Asses Consequence mengenai masalah dan akibat yang timbul dalam
and Asses Activating belajar dan berwudhu. Dilakukan penjelasan atau
Event) klarifikasi lebih lanjut hidroterapi dalam
rekonstruksi pandangan mahasiswa & Dosen.
Sesi 3 Identifikasi problem Responden mampu identifikasi masalah
emosional sekunder tambahan. Responden menginterpretasikan
&Rekonstruksi rekonstruksi motivasi melalui Hidroterapi.
klarifikasi, reformulasi dan aktifasi nilai.
Sesi 4 Pemeriksaan Proses Responden mampu interpretasi mengenai sistem
(Asses Beliefs) keyakinan dalam belajar hidroterapi yang timbul
sebagai akibat persepsi yang salah. Dilakukan
klarifikasi, reformulasi, pengesahan empatik.
Sesi 5 Connecting Responden mampu identifikasi hidroterapi yang
pemeriksaan basic & maladaptiv. Dilakukan klarifikasi, reformulasi,
proses pengesahan empatik.
Sesi 6 Menggoyahkan Responden diminta menggoyahkan dan
motivasi lama menyusun kembali sistim motivasi belajar setelah
menjalani hidroterapi wudhu.
Sesi 7 Mempersiapkan Responden Mempertegas dan memperkuat sistem
Motivasi baru motivasi belajar yang rasional.Melakukan
hidroterapi wudhu berkala.
Sesi 8 Mendorong praktek Responden menmahami edukasi baru Teknik
Hidroterapi hidroterapi yang berguna untuk membantu
dengan tugas melewati masa sulit dalam belajar.
Sesi 9 Evaluasi, cek tugas Peneliti memeriksa dan memberi motivasi
pekerjaan rumah responden yang masih lemah pelaksanaan tugas
hidroterapi yang diberikan.
Sesi 10 Memfasilitasi Merekomendasikan agar selalu melakukan
proses hidroterapi hidroterapi wudhu dalam setiap aktivitas dan
bila sedang tidak fit.
INSTRUMEN INTERVIEW MAHASISWA

1. Pedoman Interview
a. Mahasiswa terhadap Pimpinan PT
1. Penerapan Wudhu dilingkungan kampus
2. Pengadaan fasilitas hidroterapi wudhu
3. Pemantapan dan pelatihan terhadap personil dan peserta didik
4. Kompensasi terhadap personil dan motivasi peserta didik
5. Pengintegrasian wudhu dalam PBM peserta didik
6. Pemeliharaan fasilitas wudhu
b. Mahasiswa terhadap Dosen
1. Pemeliharaan Nilai Wudhu terhadap peserta didik
2. Urgensi berwudhu dalam PBM bagi peserta didik
3. Pemeliharaan Hidroterapi wudhu peserta didik
2. Pedoman Dokumen
Denah Universitas, Struktur organisasi, Tugas struktur dan staf, Jumlah mahasiswa
Sarana dan prasarana, Profil.dan Program kelas
3. Rincian Pertanyaan
A. Pertanyaan Pokok Wawancara Mahasiswa
1. Mengapa pentingnya hidroterapi wudhu dalam meningkatkan motivasi
Belajar?
2. Bagaimana tahapan belajar anda terkait pelaksanaan Hidroterapi Wudhu
sebagai teknik rekonstruksi motivasi belajar? siapa yang terlibat dalam suksesi
penatalaksanaan ini?
3. Bagaimana hubungan hidroterapi wudhu dalam konstrusi motivasi
belajar di kelas?
4. Bagaimana aktivasi efektivitas hidroterapi wudhu dalam psikologis motivasi
anda?
5. Apakah evaluasi strategi hidroterapi wudhu dalam konstrusi motivasi
belajar di kelas diperlukan jika faktor eksternal dan internal tidak berubah
secara signifikan?
6. Apa faktor pendukung dan penghambat serta strategi hidroterapi wudhu
dalam rekonstrusi motivasi belajar di kelas?
7. Bagimanakah dampak implementasi hidroterapi wudhu dalam rekonstrusi
motivasi belajar di kelas?
INSTRUMEN ANGKET DOSEN

Nama Dosen :
Jabatan/Golongan :
Masa kerja :
Tempat :
Hari/tanggal :
Waktu :

Skor nilai: 1= Tidak Baik 2=Kurang Baik 3=Baik


4=Sangat Baik

NO PERNYATAAN 1 2 3 4
1 Pembelajaran dengan menggunakan metode Hidroterapi Wudhu

sebagai teknik rekonstruksi motivasi belajar

Pembelajaran dengan Hidroterapi Wudhu sebagai rekonstruksi

2 motivasi belajar lebih efektif mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran dengan Hidroterapi Wudhu sebagai teknik

3 rekonstruksi motivasi belajar menuntut kemampuan dosen dalam

menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan.

Pembelajaran dengan Hidroterapi Wudhu sebagai teknik rekons-

4 truksi motivasi dapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa

Pembelajaran dengan Hidroterapi Wudhu sebagai teknik

5 rekonstruksi motivasi menumbuhkan kepercayaan diri mahasiswa

Pembelajaran dengan Hidroterapi Wudhu sebagai teknik

rekonstruksi motivasi belajar secara langsung mengidentifikasi

6 kegiatan sehari-hari yang terjadi di lingkungan mahasiswa akan

bermakna dalam membantu mahasiswa belajar.

Pembelajaran dengan Hidroterapi Wudhu sebagai teknik

7 rekonstruksi motivasi belajar bisa menumbuhkan respon

mahasiswa dan dosen saling terbuka pada sinergi interaksi belajar


INSTRUMEN ANGKET MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

Petunjuk
Berikan penilaian dengan tanda silang (X) pada kolom nilai, sesuai ketentuan berikut:
1 = Selalu
2 = Sering
3 = Jarang
4 = Pernah
5 = Tidak Pernah

No NILAI
SLL SR JR P TP
A HARAPAN 1 2 3 4 5
1 Prestasi saya dihargai
2 Saya belajar dengan kondisi yang baik dan menyenangkan
3 Kondisi lingkungan belajar saya kondusif
4 Saya merasa warga belajar menghargai prose belajar saya
5 Dosen dan teman sekelas peduli dengan keadaan saya
6 Dosen proporsional dalam memberi tugas
7 Dosen melibatkan mahasiswa dalam pengambilan keputusan
B KEBUTUHAN
8 Belajar ini penting bagi saya
9 Penghargaan mendorong semangat untuk berprestasi
10 Bebas dalam berkreasi dan berinovasi
C TANGGUNG JAWAB
11 saya mampu memikul kewajibanya sebagai seorang mahasiswa
12 saya mampu memikul kewajiban dalam melakukan hidroterapi
13 saya menumbuhkan rasa tanggung jawab yang tinggi kepada diri
saya sendiri dalam melaksanakan tugas
14 saya mengembangkan rasa kebersamaan dan berbagai tanggung
jawab kepada rekan kerja
15 Tidak menunda-nunda pekerjaan
16 Capaian target harus terwujud
17 Tekun dalam bekerja
18 Semangat dalam bekerja
19 Rela berkorban demi tercapainya target organisasi
D KEPUASAN
20 Belajar disini menyenangkan bagi saya
21 Ruang Belajar ini merupakan rumah kedua bagi saya
22 Hidroterapi wudu merekonstruksi motivasi saya untuk berkarya
23 Tidak ada tekanan dari rekan kerja dalam melaksanakan tugas
E IMBALAN
24 Saya merasa puas dengan perhatian dosen terhadap belajar saya
25 Saya berusaha berprestasi agar meraih masa depan yang cerah
F PENGHARGAAN DARI TEMAN & DOSEN
26 Sesama anggota ini saling peduli dan bekerjasama dengan baik
27 Pendapat disampaikan dengan bahasa yang sopan dan halus
28 Tutur sapa yang sopan dengan rekan kerja dan atasan
29 Saling memberi informasi, baik informasi kemajuan maupun
permasalahan yang ada kepada rekan kerja maupun pimpinan
30 Penghargaan penting bagi saya walaupun hanya ucapan terima
kasih
Universitas Abdurrab
Kampus: Jl. Riau Ujung No. 73 Pekanbaru 28292 Riau-Indonesia
Telp. (0761) 38762 (Hunting) 839036 Fax (0761) 7054605-859839
Website : www.unirab.ac.id Email:info@unirab.ac.id
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------
TEST PENELITIAN HIDROTERAPI WUDHU SEBAGAI TEKNIK MOTIVASI
BELAJAR
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------
1.Berdasarkan manfaat penggunaannya, Hidroterapi terbagi menjadi:
a. Hidrostatis, Hidrodinamic, dan Hidrothermal
b. Hidrostatis, Hidrocinetic, dan Hidrothermal
c. Hidrochemis, Hidrothermal, dan Hidrocinetic
d. Hidrochemis, Hidrodinamic, Hidrothermal
e. Hidrochemis, Hidrocinetic, dan Hidrothermal
2. Dibawah ini adalah prinsip dasar Hidroterapi yang dimanfaatkan pada intervensi, kecuali:
a. Hukum Boyle d. Hukum Pascal
b. Hukum Snellius e. A dan C
c. Hukum Archimedes

3. Standarisasi Hidroterapi wudhu adalah sebagai berikut, kecuali:


a. Tertib sesuai Al Qur’an d. Suhu normal air: 33 -360 C
b. Frekuensi Wudhu minimal 5x e. B dan D
c. Membasuh diiringi refleksi

4. Gambar disamping adalah contoh


beberapa peralatan yang digunakan untuk
intervensi Hidro.
Berikut ini adalah peralatan yang digunakan
untuk Hidrotherapy, kecuali:
a. Floating noodles / floating water
b. Barbel & Kick Boards
c. Waist belt / aquatic jogger
d. Anti Radiation Glasses
e. Pelampung
5. Pembagian Intervensi berdasarkan sumber fisis nya adalah:
1. Panas 3.Dingin
2. Hidroterapi 4.Aktinoterapi
A = Jika pernyataan nomor 1,2, dan 3 BENAR
B = Jika pernyataan nomor 1 dan 3 BENAR
C = Jika pernyataan nomor 2 dan 4 BENAR
D = Jika pernyataan nomor 4 BENAR
E.Jika SEMUA pernyataan BENAR atau semua SALAH
SATUAN ACARA PELATIHAN HIDROTERAPI WUDHU

A. Topik: Latihan relaksasi hidroterapi wudhu


B. Sasaran: Kelompok perlakukan (intervensi) penelitian, yaitu 20 orang.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum: Setelah diberikan pelatihan selama 20 menit seluruh anggota
kelompok Perlakuan mengerti cara melakukan hidoterapi wudhu.
2. Tujuan Khusus: Setelah diberikan pelatihan selama 20 menit seluruh anggota
kelompok mampu;
a. Menjelaskan apa pengertian dan manfaat wudhu
b. Memperagakan kembali tehnik relaksasi hidroterapi wudhu dengan benar
D. Materi
Materi pelatihan yang akan diberikan meliputi;
1. Landasan Berfikir
Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 6 yang artinya “Hai Orang-orang
beriman! Jika kamu hendak berdiri melakukan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai kesiku, lalu sapulah kepalamu dan basuh kakimu hingga dua-mata kaki”. Allah
menyukai orang-orang yang menyucikan diri. Mendekat kepada Allah berarti mendekat
kepada Dzat Yang Maha Suci. Karena, Allah adalah pemilik nama Al-Quddus (Maha
Suci). Maka sepatutnya untuk menyucikan diri. Jika kita sudah dekat dengan Allah,
maka hidup ini akan berjalan indah, damai, berkah dan bahagia. Tidak aka nada masalah
apapun yang membuat diri ini risau dan cemas. Karena merasa yakin Allah SWT
senantiasa bersama kita. Oleh karena itu penting sekali untuk mendekatkan dir kepada
Allah (Bantanie, 2010).
2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hidroterapi wudhu sebagai teknik
rekonstruksi motivasi belajar mahasiswa universitas Abdurrab.
3. Wudhu
Wudhu, secara bahasa berasal dari kata al-wadha`ah, yang berarti bersih, cerah,
dan indah. Sedangkan menurut istilah syarak, wudhu adalah menyengaja membasuh dan
mengusap bagian tubuh yang menjadi anggota wudhu yang suci dan mensucikan untuk
menghilangkan hadas kecil (Bantanie, 2010). Tehnik dasar relaksasi dilakukan sebelum
memulai zikir, yaitu dengan memposisikan tubuh pada kondisi senyaman mungkin.
Selanjutnya yaitu gerakan inti.
Sedemikian pentingnya wudhu bagi kehidupan kaum muslim, sehingga air yang
digunakanpun tidak boleh sembarangan air. Air yang boleh digunakan untuk berwudhu,
haruslah air yang termasuk kategori air suci yang mensucikan. Secara ringkas air yang
sah untuk bersuci ada dua macam, yaitu air turun dari langit dan air keluar dari perut
bumi. Namun secara lebuh luas ada tujuh macam air yang sah untuk bersuci yaitu: air
hujan, air embun, air laut, air sungai, air sumber (mata air), air sumur, dan air es
(Kardjono, 2009).
Tata cara berwudhu (Sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah)
1. Membaca Bismillahirrahmanirrahim
2. Mengikhlaskan niatnya karena Allah SWT
3. Basuhlah telapak tanganmu tiga kali
4. Hisaplah air dari telapak tangan sebelah dan berkumurlah tiga kali
5. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua sudut mata dan lebihkanlah
membasuhnya.
6. Basuhlah kedua tangan beserta dua siku dengan digosok tiga kali dan selah-selah
jari mulai dari kanan
7. Mengusap ubun-ubun kepala dengan menjalankan kedua telapak tangan dari
ujung muka kepala hingga tengkuk dan dikembalikan lagi pada permulaan,
8. Kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua ibujari dan
sebelah dalamnya dengan kedua telunjuk.
9. Basuh kedua kakimu beserta kedua mata kaki, dengan digosok tiga kali dan
selah-selah jari kaki. Mulailah dari yang kanan dan sempurnakan dengan
membasuhkedua kaki itu.
10. Kemudian ucapkan “Ashadualla-ila-ha illalla-h wahdahu-la-
syari- kalah, wa asyahadu anna Muhammadan `abduhu-wa rasuluh.
E. Metode: Metode yang digunakan pada pelatihan ini adalah ceramah, simulasi dan
tanya jawab.
F. Media: Media yang digunakan pada pelatihan ini adalah air, prin-out materi dan
Lcd.
G. Waktu Pelaksanaan: Hari............/ Tanggal....................../Pukul;............/Alokasi:
30 Menit
No Waktu Kegiatan pelatihan Kegiatan peserta
1 5 menit Pembukaan  Menjawab salam
 Salam pembuka  Menperhatikan penyaji
 Menjelaskan topik dan tujuan
pelatihan
2 5 menit Pelatihan
 Menjelaskan materi tujuan berwudhu.  Memperhatikan materiyang
 Menjelaskan materi tentang Wudhu. dijelaskan
 Memberi kesempatan bertanya  Mengajukan pertanyaan bila kurang
mengerti
3 10 menit Simulasi  Memperagakan kembali tehnik
 Memperagakan tehnik Berwudhu relaksasi napas dalam
 Memperagakan kembali tehnik
dzikir
4 5 menit Penutupan
 Mengevaluasi melalui pertanyaan  Menjawab pertanyaan pemateri
 Menyimpulkan materi yang diberi  Bertanya jika kurang jelas
 Memberikan kesempatan kepada  Menjawab salam
peserta, bertanya kembali jika dirasa
kurang jelas
 Salam penutup
LEMBAR VALIdAToR I
HIDROTERAPI WUDHU SEBAGAI
TEKNIK REKONSTRUKSI BELAJAR
DIAN CITA SARI (NIM: 31594206047)

A. Identitas Validator I
1 Nama Lengkap Ayu Permata, SST.FT, M.Fis
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Ketua Prodi Fisioterapi Univrab
4 NIK 114011108004
5 NIDN 1003038803
6 TTL Bangkinang, 03 Maret 1988
7 E-mail ayu.permata@univrab.ac.id
8 Alamat Kantor Jl. Riau Ujung No.73 Pekanbaru 28292
9 Nomor Telepon/Faks (0761) 38762, 839036
10 Lulusan yang Dihasilkan D-III = 62 orang; S-2 = - orang; S-3 = - orang
11 Mata Kuliah yang Diampu 1. Fisioterapi Neuromuskuler dan Perilaku
2. Neurologi
3. Massage
4. Hidroterapi

B. Riwayat Pendidikan
No Jenjang Fakultas/ Nama Institusi Tahun
1 S1 Fisioterapi Poltekkes Dr Rusdi Medan 2012
2. S2 Fisioterapi Universitas Udayana Bali 2014

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar. Demikian
biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi pengisian lembar validasi ini.

Validator

Ayu Permata, SST.FT, M.Fis


Lampiran

LEMBAR PENILAIAN VALIDATOR TERHADAP METODE

A. Petunjuk
1. Mohon kepada Bapak/Ibu berkenan memberikan penilaian validasi Metode
Hidroterapi Wudhu dalam teknik rekonstruksi motivasi belajar untuk merevisi apa
yang peneliti susun.
2. Metode sebagai acuan stadar operasional prosedur. Pada penelitian ini memuat:
a) Identitas Hidroterapi Wudhu sebagai teknik rekonstruksi motivasi belajar
b) Lingkup Hidroterapi Wudhu sebagai teknik rekonstruksi motivasi belajar
c) Tingkat pencapaian Hidroterapi Wudhu-teknik rekonstruksi motivasi belajar
d) Indikator pencapaian Hidroterapi Wudhu-teknik rekonstruksi motivasi belajar
e) Kegiatan: Alokasi waktu, Sumber belajar, Media pembelajaran & Penilaian
3. Dimohon Bapak/Ibu memberi penilaian pada butir-butir Hidroterapi Wudhu sebagai
teknik rekonstruksi motivasi belajar dengan cara melingkari angka pada kolom nilai
4. Untuk saran-saran yang Bapak/Ibu berikan, mohon ditulis pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran yang telah disediakan.
B. Penilaian ditinjau dari beberapa Aspek
NO Aspek yang dinilai Nilai
1  Identitas: Hidroterapi Wudhu sebagai teknik rekonstruksi 1 2 3 4
motivasi belajar
2  Lingkup Lingkup ini merupakan kemampuan kognitif 1 2 3 4
mahasiswa memahami Hidroterapi wudu sebagai teknik
rekonstruksi motivasi belajar
3  Tingkat pencapaian: Kompetensi dasar yang diserap 1 2 3 4
mahasiswa dalam Hidroterapi Wudhu-teknik rekonstruksi
motivasi.
4  Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja 1 2 3 4
operasional yang dapat diamati dan diukur.
5  Kegiatan Pembelajaran: Melalui kegiatan percobaan dan 1 2 3 4
pengamatan, Mahasiswa dapat mengenal tentang konsep
Hidroterapi Wudhu-teknik rekonstruksi motivasi belajar
JUMLAH

C. Indikator Skor
Skor Perolehan Kriteria
5 ≤ n < 10 Tidak baik
10 ≤ n < 15 Cukup baik
15 ≤ n < 20 Baik
n = 20 Sangat Baik
D. Komentar dan Saran Perbaikan

E. Simpulan penilain terhadap Metode.


Setelah mengisi tabel penilaian validasi, Silakan melingkari huruf di bawah.
1. Tidak baik, sehingga belum dapat dipakai dan memerlukan konsultasi
2. Cukup baik, tetapi dapat dipakai dengan banyak revisi terlebih dahulu
3. Baik, sehingga dapat dipakai tetapi dengan sedikit revisi
4. Sangat baik, sehingga dapat dipakai tanpa revisiPekanbaru, 20 Maret 2019
Validator

Ayu Permata, SST.FT, M.Fis


Lampiran

LEMBAR PENILAIAN VALIDATOR TERHADAP INSTRUMEN

A. Petunjuk
1. Mohon bapak/ibu berkenan memberikan penilaian terhadap Instrumen yang telah saya
susun. Penilaian instrumen meliputi: 1) kelengkapan, 2) perencanaan tujuan penelitian,
3) perencanaan pengelolaan riset, 4) perencanaan penggunaan sumber penelitian, 5)
perencanaan penggunaan standar proses, 6) perencanaan skenario, 7) perencanaan
penilaian, dan 8) penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar.
2. Dimohon Bapak/Ibu memberi penilaian pada butir-butir Hidroterapi Wudhu sebagai
teknik rekonstruksi motivasi belajar dengan cara melingkari angka pada kolom nilai
3. Untuk saran-saran yang Bapak/Ibu berikan, mohon ditulis pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran yang telah disediakan.
B. Penilaian ditinjau dari beberapa Aspek
NO Aspek yang dinilai Nilai
1 Kelengkapan komponen Penelitian 1 2 3 4
2 Perencanaan rumusan tujuan penelitian 1 2 3 4
3 Perencanaan pengelolaan penelitian 1 2 3 4
4 Perencanaan penggunaan sumber penelitian 1 2 3 4
5 Perencanaan penggunaan standar proses 1 2 3 4
6 Perencanaan skenario
1. Perencanaan kegiatan pendahuluan 1 2 3 4
2. Perencanaan kegiatan inti 1 2 3 4
3. Perencanaan kegiatan penutup 1 2 3 4
7 Perencanaan penilaian 1 2 3 4
8 Bahasa yang digunakan dalam instrumen 1 2 3 4
JUMLAH

C. Indikator Skor
Skor Perolehan Kriteria
10 ≤ n < 20 Tidak baik
20 ≤ n < 30 Cukup baik
30 ≤ n < 40 Baik
n = 40 Sangat Baik

D. Komentar dan Saran Perbaikan

E. Simpulan penilain terhadap Instrumen.


Setelah mengisi tabel penilaian validasi, Silakan melingkari huruf di bawah.
1. Tidak baik, sehingga belum dapat dipakai dan memerlukan konsultasi
2. Cukup baik, tetapi dapat dipakai dengan banyak revisi terlebih dahulu
3. Baik, sehingga dapat dipakai tetapi dengan sedikit revisi
4. Sangat baik, sehingga dapat dipakai tanpa revisi
Validator

Ayu Permata, SST.FT, M.Fis


Lampiran V.3

LEMBAR PENILAIAN VALIDATOR TERHADAP PENILAIAN

A. Petunjuk
1. Mohon bapak/ibu berkenan memberikan penilaian terhadap Lembar Penilaian
2. Hasil motivasi belajar mahasiswa melalui rekonstruksi Hidroterapi Wudhu yaang
meliputi kemampuan memahami; a) kisi-kisi tes, b) identitas, c) butir soal, d) lembar
jawaban, dan e) pedoman penilaian.
3. Dimohon Bapak/Ibu memberi penilaian pada butir-butir Lembar Penilaian
4. Dengan cara melingkari angka pada kolom nilai (1, 2, 3, 4) sesuai dengan kriteria
5. Untuk saran-saran yang Bapak/Ibu berikan, dimohon langsung ditulis pada naskah
yang perlu direvisi atau dituliskan pada lembar saran yang telah disediakan.
B. Penilaian ditinjau dari beberapa aspek
NO Aspek yang dinilai Nilai
1 Kelengkapan 1 2 3 4
2 Kisi-kisi soal 1 2 3 4
3 Butir soal 1 2 3 4
4 Lembar jawaban 1 2 3 4
5 Soal hasil belajar 1 2 3 4
6 Pedoman penilaian 1 2 3 4
JUMLAH

C. Indikator Skor
Skor Perolehan Kriteria
6 ≤ n < 12 Tidak baik
12 ≤ n < 18 Cukup baik
18 ≤ n < 24 Baik
n = 24 Sangat Baik

D. Komentar dan Saran Perbaikan

E. Simpulan penilain terhadap Instrumen.


Setelah mengisi tabel penilaian validasi, Silakan melingkari huruf di bawah.
1. Tidak baik, sehingga belum dapat dipakai dan memerlukan konsultasi
2. Cukup baik, tetapi dapat dipakai dengan banyak revisi terlebih dahulu
3. Baik, sehingga dapat dipakai tetapi dengan sedikit revisi
4. Sangat baik, sehingga dapat dipakai tanpa revisi

Pekanbaru, 20 Maret 2019


Validator

Ayu Permata, SST.FT, M.Fis


LEMBAR VALIdAToR II
HIDROTERAPI WUDHU SEBAGAI
TEKNIK REKONSTRUKSI BELAJAR
DIAN CITA SARI (NIM: 31594206047)

A. Identitas Validator II
1 Nama Lengkap Rini Hartati, S.Psi, M.Psi
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Wakil Dekan Psikologi Univrab
4 NIK 73.201.0113076
5 NIDN 1011128301
6 TTL Bukit Tinggi, 11 November 1983
7 E-mail rini.hartati@univrab.ac.id
8 Alamat Kantor Jl. Riau Ujung No.73 Pekanbaru 28292
9 Nomor Telepon/Faks (0761) 38762, 839036
10 Lulusan yang Dihasilkan D-III = - orang; S-1= 22 orang; S-2= - orang
11 Mata Kuliah yang Diampu 1. Psikologi Konseling
2. Tes Kepribadian
3. Seminar Psikologi Klinis
4. Kode Etik Psikologi

B. Riwayat Pendidikan
No Jenjang Fakultas/ Nama Institusi Tahun
1 S1 Psikologi UPI YPTK Padang 2006
2. S2 Psikologi Klinis Universitas Islam Bandung 2012

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar. Demikian
biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi pengisian lembar validasi ini.

Pekanbaru, 20 Maret 2019


Validator

Rini Hartati, S.Psi, M.Psi


Lampiran

LEMBAR PENILAIAN VALIDATOR TERHADAP METODE

A. Petunjuk
1. Mohon kepada Bapak/Ibu berkenan memberikan penilaian validasi Metode
Hidroterapi Wudhu dalam teknik rekonstruksi motivasi belajar untuk merevisi apa
yang peneliti susun.
2. Metode sebagai acuan stadar operasional prosedur. Pada penelitian ini memuat:
a. Identitas Hidroterapi Wudhu sebagai teknik rekonstruksi motivasi belajar
b. Lingkup Hidroterapi Wudhu sebagai teknik rekonstruksi motivasi belajar
c. Tingkat pencapaian Hidroterapi Wudhu-teknik rekonstruksi motivasi belajar
d. Indikator pencapaian Hidroterapi Wudhu-teknik rekonstruksi motivasi belajar
e. Kegiatan: Alokasi waktu, Sumber belajar, Media pembelajaran & Penilaian
3. Dimohon Bapak/Ibu memberi penilaian pada butir-butir Hidroterapi Wudhu sebagai
teknik rekonstruksi motivasi belajar dengan cara melingkari angka pada kolom nilai
4. Untuk saran-saran yang Bapak/Ibu berikan, mohon ditulis pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran yang telah disediakan.
B. Penilaian ditinjau dari beberapa Aspek
NO Aspek yang dinilai Nilai
1  Identitas: Hidroterapi Wudhu sebagai teknik rekonstruksi 1 2 3 4
motivasi belajar
2  Lingkup Lingkup ini merupakan kemampuan kognitif 1 2 3 4
mahasiswa memahami Hidroterapi wudu sebagai teknik
rekonstruksi motivasi belajar
3  Tingkat pencapaian: Kompetensi dasar yang diserap 1 2 3 4
mahasiswa dalam Hidroterapi Wudhu-teknik rekonstruksi
motivasi.
4  Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja 1 2 3 4
operasional yang dapat diamati dan diukur.
5  Kegiatan Pembelajaran: Melalui kegiatan percobaan dan 1 2 3 4
pengamatan, Mahasiswa dapat mengenal tentang konsep
Hidroterapi Wudhu-teknik rekonstruksi motivasi belajar

JUMLAH

C. Indikator Skor
Skor Perolehan Kriteria
5 ≤ n < 10 Tidak baik
10 ≤ n < 15 Cukup baik
15 ≤ n < 20 Baik
n = 20 Sangat Baik

D. Komentar dan Saran Perbaikan

E. Simpulan penilain terhadap Metode.


Setelah mengisi tabel penilaian validasi, Silakan melingkari huruf di bawah.
1. Tidak baik, sehingga belum dapat dipakai dan memerlukan konsultasi
2. Cukup baik, tetapi dapat dipakai dengan banyak revisi terlebih dahulu
3. Baik, sehingga dapat dipakai tetapi dengan sedikit revisi
4. Sangat baik, sehingga dapat dipakai tanpa revisi
Validator

Rini Hartati, S.Psi, M.Psi


Lampiran

LEMBAR PENILAIAN VALIDATOR TERHADAP INSTRUMEN

A. Petunjuk
1. Mohon bapak/ibu berkenan memberikan penilaian terhadap Instrumen yang telah saya
susun. Penilaian instrumen meliputi: 1) kelengkapan, 2) perencanaan tujuan penelitian,
3) perencanaan pengelolaan riset, 4) perencanaan penggunaan sumber penelitian, 5)
perencanaan penggunaan standar proses, 6) perencanaan skenario, 7) perencanaan
penilaian, dan 8) penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar.
2. Dimohon Bapak/Ibu memberi penilaian pada butir-butir Hidroterapi Wudhu sebagai
teknik rekonstruksi motivasi belajar dengan cara melingkari angka pada kolom nilai
3. Untuk saran-saran yang Bapak/Ibu berikan, mohon ditulis pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran yang telah disediakan.
B. Penilaian ditinjau dari beberapa Aspek
NO Aspek yang dinilai Nilai
1 Kelengkapan komponen Penelitian 1 2 3 4
2 Perencanaan rumusan tujuan penelitian 1 2 3 4
3 Perencanaan pengelolaan penelitian 1 2 3 4
4 Perencanaan penggunaan sumber penelitian 1 2 3 4
5 Perencanaan penggunaan standar proses 1 2 3 4
6 Perencanaan skenario
1. Perencanaan kegiatan pendahuluan 1 2 3 4
2. Perencanaan kegiatan inti 1 2 3 4
3. Perencanaan kegiatan penutup 1 2 3 4
7 Perencanaan penilaian 1 2 3 4
8 Bahasa yang digunakan dalam instrumen 1 2 3 4

JUMLAH

C. Indikator Skor
Skor Perolehan Kriteria
10 ≤ n < 20 Tidak baik
20 ≤ n < 30 Cukup baik
30 ≤ n < 40 Baik
n = 40 Sangat Baik
D. Komentar dan Saran Perbaikan

E. Simpulan penilain terhadap Instrumen.


Setelah mengisi tabel penilaian validasi, Silakan melingkari huruf di bawah.
1. Tidak baik, sehingga belum dapat dipakai dan memerlukan konsultasi
2. Cukup baik, tetapi dapat dipakai dengan banyak revisi terlebih dahulu
3. Baik, sehingga dapat dipakai tetapi dengan sedikit revisi
4. Sangat baik, sehingga dapat dipakai tanpa revisi

Pekanbaru, 20 Maret 2019


Validator

Rini Hartati, S.Psi, M.Psi


Lampiran V.3

LEMBAR PENILAIAN VALIDATOR TERHADAP PENILAIAN

A. Petunjuk
1. Mohon bapak/ibu berkenan memberikan penilaian terhadap Lembar Penilaian
2. Hasil motivasi belajar mahasiswa melalui rekonstruksi Hidroterapi Wudhu yang
meliputi kemampuan memahami; a) kisi-kisi tes, b) identitas, c) butir soal, d) lembar
jawaban, dan e) pedoman penilaian.
3. Dimohon Bapak/Ibu memberi penilaian pada butir-butir Lembar Penilaian
4. Dengan cara melingkari angka pada kolom nilai (1, 2, 3, 4) sesuai dengan kriteria
5. Untuk saran-saran yang Bapak/Ibu berikan, dimohon langsung ditulis pada naskah yang
perlu direvisi atau dituliskan pada lembar saran yang telah disediakan.
B. Penilaian ditinjau dari beberapa aspek
NO Aspek yang dinilai Nilai
1 Kelengkapan 1 2 3 4
2 Kisi-kisi soal 1 2 3 4
3 Butir soal 1 2 3 4
4 Lembar jawaban 1 2 3 4
5 Soal hasil belajar 1 2 3 4
6 Pedoman penilaian 1 2 3 4
JUMLAH

C. Indikator Skor
Skor Perolehan Kriteria
6 ≤ n < 12 Tidak baik
12 ≤ n < 18 Cukup baik
18 ≤ n < 24 Baik
n = 24 Sangat Baik

D. Komentar dan Saran Perbaikan

E. Simpulan penilain terhadap Instrumen.


Setelah mengisi tabel penilaian validasi, Silakan melingkari huruf di bawah.
1. Tidak baik, sehingga belum dapat dipakai dan memerlukan konsultasi
2. Cukup baik, tetapi dapat dipakai dengan banyak revisi terlebih dahulu
3. Baik, sehingga dapat dipakai tetapi dengan sedikit revisi
4. Sangat baik, sehingga dapat dipakai tanpa revisi

Pekanbaru, 20 Maret 2019


Validator

Rini Hartati, S.Psi, M.Psi


Lampiran Dokumentasi Penelitian

Penelitian eksperimen wudhu ini selain didukung oleh pihak Lembaga Pendidikan
terkait. Pelaksanaan wudhu dalam suksesi pembelajaran memerlukan dukungan sarana-
Prasarana penunjang penelitian. Dalam hal ini peneliti akan dibantu oleh dua institusi,
Universitas Abdurrab, tempat peneliti bertugas sebagai dosen dan UIN, tempat peneliti
Mengembangkan hasil belajar sebagai mahasiswa doktoral. Adapun Rincian Sarana prasana
yang disediakan:

Luaran Penelitian Tingkat Nasional


Luaran Penelitian Tingkat Internasional

Jurnal Ilmiah Internasional Terindeks Scopus (Under Review)


BIODATA RINGKAS PROMOVENDUS

Nama : DIAN CITA SARI

Tempat/Ttl. : Pekanbaru, 2 Oktober 1988

Alamat : Jl, Segar Riau

Orang Tua : 1. Ayah : Sudirman

2. Ibu : Arum Wibawani

3. Saudara : Amelia setiani dan Adi Suardiman

Istri/Suami :-

Anak :-

Pendidikan : 1. SD Negeri 008 Pekanbaru

2. SMP Negeri 8 Pekanbaru

3. SMK Negeri 2 Pekanbaru

4. S 1 (Starata Satu) UIN Sultan Syarif Kasim

5. S2 (Starata Dua) UIN Maulan Malik Ibrahim Malang

Karya Ilmiah :

1. Dian Cita Sari. Implikasi Hydoterapy Wudhu terhadap Suksesi Pendidikan Vokasi.
2. Dian Cita Sari, Pengaruh Fisioterapi wudhu pada siswa Tuna Daksa di SLB Negeri Pembina
Pekanbaru.
3. Dian Cita Sari. Illam Sarima Lubis. Buku. Digital Muslim Literacy (Budaya Ilmiah Pembelajar
Muslim Era Digital) ISBN:978-602-61188-5-1. Penerbit Universitas Abdurrab. 2017
4. Dian Cita Sari dkk. Buku. Hydroterapi Islamic Review. ISBN: 9786026118844. Penerbit
UNIVRAB. 2018
5. Dian Cita Sari. Buku. Integrasi Ilmu Universitas Islam. Penerbit Universitas Abdurrab. 2018
6. Dian Cita Sari, Buku. Urgensi Nilai Tradisi Melayu, Penerbit Universitas Abdurrab. 2018
7. Peranan Fisioterapi Wudhu sebagai layanan kesehatan mental berbasis Sekolah Luar Biasa di
Pekanbaru, Prosiding Seminar Nasional UPP ISBN: 9786027493216 dan Certificate Best Presenter
8. Wudhu sebagai Islamic Hydroterapi, Prosiding Seminar Nasional SHPPA. ISBN: 9786026118813
9. The Malay Value in organizational behaviour and implication for Islamic Education Management,
Proceeding International Seminar: The Dynamics of Malay Islamic World In Responding to
Contemporary Global Issues, ISBN:978602717034.
10. Model of Multicultural Curiculum at Al Ihsan Boarding School, International Seminar Islam and
Trans-Cultural In Education. piagam pemakalah terbaik.
11. Pendidikan Indonesia berkeadilan Tanpa Diskriminasi & Gagasan Paradigma Baru, Seminar
Nasional UTCC.
12. Implikasi Perencanaan Strategis Pendidikan Islam berbasis Hafiz pada Budaya Organisasi Perguruan
Tinggi Seminar Nasional UIN Suska Riau.
13. Wudhu, Core Identifikasi Peran Pentahelix Stakeholders Suksesi Revolusi Mental, Prosiding
Seminar Nasional Ikatan Dosen Replubik Indosnesia. ISSN: 2598-7577.
14. Analisis Nilai Pada Naskah Melayu (Hikayat Puteri Jauhari Manikam, Syair Puteri Akal,
dan Syair Ratu Juita).
15. Literacy Ablution For Learning Mathematic Revolution Proceeding International
Conference on Education Science. ISBN 978-979-79277-4-5.
16. Ablution philosophy as identification of pentahelix stakeholders success education,
Proceeding Abstract : The 17th Annual Confrence on Islamic Studies. Chair of Panelis in
AICIS 2017
17. The Effect Of Physioteraphy Wudhu on Motivation Students (Poster seminar
Internasional IC-HSSM, 2017)
18. Surau, Bentuk Awal Lembaga Pendidikan Al Quran Di Masyarakat Melayu. Forum
Dialog Lintas budaya. 2017
19. Implikasi konsep manajemen komunikasi Islam dalam Budaya Organisasi
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/cmv/issue/view/48 Jurnal Communiverse. Vol.1
No.1 2016. ISSN: 2477-4951. Januari 2016
20. Peranan Hydroteraphy Wudhu Pada Anak Cerebral Palsy Jurnal Ilmiah Fisioterapi
Univrab. ISSN:2614-1490. Februari 2018, h.26-32
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/324
21. Academic Culture in Al Azhar, Egypt.Jurnal Visioner. ISSN:2460-1497
22. Kekerasan Anak: Perspektif HAM Jurnal Psikologi. ISSN: 2614-5227
23. Pengaruh Pemberian PLB-SMWT Infrared Guna Meningkatkan Kualitas Hidup pada
kondisi PPOK Jurnal Ilmiah Fisioterapi. Vol.1 No.1.2018. ISSN: 2620-6773 Februari
2018, h.26-32 http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jif/article/view/324
24. Pengetahuan Hydroterapi Wudhu Pada Perkembangan Anak di Puskesmas Kabun. Jurnal
JPMA Vol.2 no.1. 2018. ISSN: 2614-7106. F, h. 58-65.
jurnal.univrab.ac.id/index.php/jpm/article/view/455
25. Wudhu as a Succession Mental Revolution for future generation. DOI:
http://dx.doi.org/10.26858/est.v4i1.377 EST Journal. Vol 4.N0.2 2018
26. Development of Islamic Medicine Integration in Revolution 4.0
http://jurnal.kedokteran.ac.id/index.php/cmj/article/view/525 Junal Kedokteran CMJ
Vol. 4 No.1 ISSN: 2513 -7522, Jan 19. halaman 1-10
27. Perencanaan Strategis Pendidikan Islam pendekatan budaya organisasi. Jurnal Idarah
Lhoksemawe Aceh. Vol.1 No.1 Januari 2019,
ejurnal.iainlhokseumawe.ac.id/index.php/idarah/article/view/263
28. Edukasi Hydroterapi Wudhu Siswa Vokasi. Jurnal Dedication Vol.2 No.1
2018.jurnal.ikipjember.ac.id/index.php/dedication/article/view/46
29. Islamic Empowerment Healthy Program. JPMA Vol.2 no.1. 2019.ISSN: 2614-7106
jurnal.univrab.ac.id/index.php/jpm/article/view/711
30. Edukasi Kasus LBP Myogenik Siswa Dengan Modalitas Infrared dan Wiliam Exercises.
Jurnal JPMA Vol.2 no.1. 2019. ISSN: 2614-7106. Februari 2019,
jurnal.univrab.ac.id/index.php/jpm/article/view/725

Pengalaman Perkerjaan : Relawan, Penulis, Pendidik

Organisasi :1)Ikatan Ilmuwan Internasional Indonesia,


2)Relawan Jurnal Ilmiah Indonesia,
3) Forum Eco-Mesjid Indonesia
4) Asosiasi Dosen Pendidikan Agama Islam
5) Asosiasi Dosen PKM Indonesia,
6) Ikatan Dosen Replubik Indonesia
7) UI Greenmetric,

Anda mungkin juga menyukai