Anda di halaman 1dari 115

MANAJEMEN KURIKULUM DI PONDOK PESANTREN

SALAFIYAH AN-NUR RIDHOLLOH NGANJUK

Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Magister
dalam Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Oleh
DEVY PUSPITASARI
NIM : 92401020002

PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) KEDIRI
2022
PERSETUJUAN

Tesis ini telah disetujui untuk diajukan pada ujian tesis Pascasarjana IAIN Kediri

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. H. Nur Ahid, M.Pd 1………………..…..


NIP. 196202091996031001

Dr. Hj. Mu’awanah, M.Pd 2……………..….….


NIP.196806041998032001

Kediri, 09 Juni 2022


PENGESAHAN TIM PENGUJI TESIS

Tesis ini dengan judul “MANAJEMEN KURIKULUM DI PONDOK


PESANTREN SALAFIYAH AN-NUR RIDHOLLOH NGANJUK” ini telah
diperbaiki sebagaimana mestinya dapat disahkan sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) Pascasarjana IAIN Kediri pada
tanggal 07 Juli 2022
Tim penguji:

1. Dr. Mukhammad Abdullah, M.Ag (Ketua Sidang) …………………


NIP. 196202091996031001

2. Dr. H. Anis Humaidi, M.Ag (Penguji Utama) ..……………….


NIP. 197312151999031002

3. Prof. Dr. H. Nur Ahid, M.Ag (Penguji 1) …………………


NIP. 196806041998032001

4. Dr. Hj. Muawanah, M.Pd (Penguji 2) ………………….


NIP. 196806041998032001

Kediri, 08 Juli 2022


Mengetahui
Direktur Pascasarjana IAIN Kediri

(Prof. Dr. H. Moh. Asror Yusuf


M.Ag.)
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:


Nama : Devy Puspitasari
NIM : 92401020002
Program studi : Manajemen Pendidikan Islam
Judul Penelitian : Manajemen Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah
An-
Nur Ridholloh

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa dalam hasil penelitian saya ini tidak
terdapat unsur-unsur penjiplakan karya penelitian atau karya ilmiah yang pernah
dilakukan atau dibuat orang lain kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah
ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar rujukan.
Apabila dikemudian hari ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat unsur-unsur
penjiplakan dan klaim dari pihak lain, maka saya bersedia untuk diproses sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa paksaan
dari siapapun.

Kediri, 07 Juli 2022


Hormat saya,

(Devy Puspitasari)
MOTTO

‫ِإَّن الَّلَه َيْأُمُر ِباْلَعْد ِل َو اِإْل ْح َس اِن َو ِإيَتاِء ِذ ي اْلُقْر َبٰى َو َيْنَه ٰى َعِن اْلَف ْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر‬

‫َو اْلَبْغِي ۚ َيِعُظُك ْم َلَعَّلُك ْم َتَذ َّك ُر ون‬

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, mem-
beri kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.

(Q.S An-Nahl: 90)


PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, serta teriring
sholawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW, kupersembahkan karya
sederhana ini sebagai bukti kasih sayang dan terima kasihku atas semua cinta dan
pengorbanan kepada:
 Kedua Orang Tuaku (Margono dan Sudarmi) yang senantiasa memberikan
dukungan atas semua pilihanku hingga menjadi Magister. Terimakasih atas
perjuangan kalian selama ini, semoga Allah merahmati kalian dengan kese-
hatan dan kebahagiaan.
 Untuk Kakakku tercinta (Beny Hijrah Saputra) yang telah menjadi part-
nerku untuk menyelesaikan setiap masalah hingga aku bisa lulus dengan gelar
Magister.
 Untuk Kiaiku (M. Khasan Rifa’i) yang senantiasa memberikan bimbingan,
ilmu, serta do’a pengiring kesuksesanku.
 Rektor IAIN Kediri (Dr. Wahidul Anam, M.Ag) yang telah memberikan ke-
sempatan penulis menyelesaikan studi di kampus ini.
 Ketua Direksi Pascasarjana (Prof. Dr. H. Moh. Asror Yusuf M.Ag) yang
telah memberikan kesempatan penulis menyelesaikan studi di kampus ini.
 Dosen Pembimbing 1 (Prof. Dr. H. Nur Ahid, M.Pd) yang senantiasa mem-
bimbing penulis menyelesaikan tesis dengan penuh kesabaran.
 Dosen Pembimbing 2 (Dr. Muawanah, M. Pd) yang telah memotivasi dan
sabar membimbing penulis menyelesaikan tesis ini dari awal hingga akhir.
 Keluarga besar Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh yang telah
mendukung, memberikan tempat dan waktu untuk mendukung penyelesaian
tesis ini.
 Teman-teman mahasiswa program studi Pascasarjana Manajamen Pendidikan
Islam Angakatan 2020 yang setia memberikan semangat dan masukan dalam
menyelesaikan tesis ini, semoga kebaikan kalian akan mendapatkan rahmat
dan keberkahan yang besar dari Allah SWT.
 Almamterku Pascasarjana IAIN Kediri Angkatan 2020.
ABSTRAK

DEVY PUSPITASARI, 2022, Manajemen Kurikulum di Pondok Pesantren


Salafiyah An-Nur Ridholloh, Manajemen Pendidikan Islam, IAIN Kediri, Dosen
Pembimbing : 1. Prof. Dr. H. Nur Ahid, M.Ag. 2. Dr. Hj. Mu’awanah, M.Pd

Kata Kunci : Manajemen Kurikulum, Pesantren Salaf.

Kurikulum pesantren sebagai praktik pendidikan yang bisa membuka


peluang sinergis transformatif dan pemberdayaan masyarakat. Pesantren
dinilai mampu melayani kebutuhan pendidikan masyarakat untuk berbagai
golongan umur, realitas ekonomi, sosial, budaya serta masyarakat plural
sehingga penting untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan perumusan
kurikulum pendidikannya. PP. An-Nur Ridholloh Nganjuk telah membuat
kurikulum yang dapat mengakamodir kebutuhan masyarakat sekitarnya.
Fokus penelitian ini adalah (1) Bagaimana perencanaan manajemen
kurikulum di PP. An-Nur, (2) Bagaimana pengorganisasian manajemen
kurikulum di PP. An-Nur, (3) Bagaimana pelaksanaan manajemen kurikulum
di PP. An-Nur, (4) Bagaimana evaluasi manajemen kurikulum di PP. An-Nur.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model studi
kasus dan fenomenologi. Penelitian ini akan memaparkan secara mendalam
tentang manajemen kurikulum mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan hingga evaluasinya. Peneliti memilih jenis penelitian ini karena
akan mengkaji aktivitas secara rinci dan intensif mengenai manajemen
kurikulum berbasis moderasi di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh Nganjuk.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (1) Perencanaan kurikulum
dilakukan dengan merumuskan dasar dan tujuan kurikulum, menetapkan
kurikulum yang dijadikan acuan, mengorganisasikan santri seusui
kebutuhannya, merumuskan jadwal dan program, (2) Pengorganisasian
kurikulum di pesantren ini berjenis Integrated curriculum yang terbagi
menjadi kurikulum inti atau core curriculum, kurikulum yang berdasarkan
proses sosial dan fungsi kehidupan (Social function and persistens situation)
dan kurikulum yang berpusat pada pengalaman dan kegiatan (Experience and
activity curriculum). (3) Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi pelaksanaan
pembelajaran yang meliputi kegiatan kokurikuler, intrakurikuler,
ekstrakurikuler, hidden curriculum serta pelaksanaan program bersama
masyarakat dengan tujuan menanamkan sikap moderat pada mereka, (4) Jenis
evaluasi kurikulum pesantren ini adalah evaluasi sumatif yang dilakukan
langsung oleh kiai dan dewan asaatidz tanpa ada jadwal terstruktur dan tidak
terdokumentasikan.
ABSTRACT

DEVY PUSPITASARI, 2022, Curriculum Management at Pondok Pesantren


Salafiyah An-Nur Ridholloh, Management of Islamic Education, IAIN Kediri,
Supervisor : 1. Prof. Dr. H. Nur Ahid, M.Ag. 2. Dr. Hj. Mu'awanah, M.Pd

Keywords: Curriculum Management, Salaf Islamic Boarding School.

The pesantren curriculum as an educational practice that can open


opportunities for transformative synergies and community empowerment.
Islamic boarding schools are considered capable of serving the educational
needs of the community for various age groups, economic, social, cultural
realities and plural societies so that it is important to be taken into
consideration in the formulation of their educational curriculum. PP. An-Nur
Ridolloh Nganjuk has created a curriculum that can accommodate the needs
of the surrounding community. The focus of this research is (1) How to plan
curriculum management in PP. An-Nur, (2) How to organize curriculum
management in PP. An-Nur, (3) How is the implementation of curriculum
management in PP. An-Nur, (4) How to evaluate curriculum management in
PP. An-Nur.
This research uses a qualitative approach with a case study model and
phenomenology. This research will explain in depth about curriculum
management from planning, organizing, implementing to evaluation. The
researcher chose this type of research because it will examine the activities in
detail and intensively regarding moderation-based curriculum management at
the Salafiyah Islamic Boarding School An-Nur Ridholloh Nganjuk.
The results of the study reveal that: (1) Curriculum planning is carried
out by formulating the basis and objectives of the curriculum, determining the
curriculum that is used as a reference, organizing students according to their
needs, formulating schedules and programs, (2) Organizing the curriculum in
this pesantren is of the Integrated curriculum type which is divided into a core
curriculum. or a core curriculum, a curriculum based on social processes and
life functions (Social function and persistent situation) and a curriculum
centered on experiences and activities (Experience and activity curriculum).
(3) The implementation of the curriculum is divided into the implementation
of learning which includes co-curricular, intra-curricular, extracurricular,
hidden curriculum and program implementation with the community with the
aim of instilling a moderate attitude in them, (4) This type of pesantren
curriculum evaluation is a summative evaluation conducted directly by the
kiai and asaatidz board without any structured and undocumented schedule.
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas diucapkan selain memanjatkan puji syukur


kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah –
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul
“Manajemen Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh
Nganjuk” sebagai kelengkapan guna memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Magister Pendidikan (M. Pd.). Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan tesis ini tidak dapat berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan
dan uluran tangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi –
tingginya kepada Prof. Dr. H. Nur Ahid dan Dr. H. Muawanah, M. Pd. yang
telah membimbing dengan penuh kesabaran sehingga penulisan tesis ini
selesai dengan baik.
Penghargaan yang sama penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Moh.
Asror Yusuf, M.Ag. Selaku direktur Pascasarjana IAIN Kediri, Bapak Dr.
Mukhammad Abdullah, M. Ag selaku Kaprodi Pascasarjana Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam (MPI), seluruh dosen Fakultas Pascasarjana
IAIN Kediri yang telah membantu dalam menyelesaikan seluruh mata kuliah
penempuhan Manajemen Pendidikan Islam (MPI), serta para karyawan
Pascasarjana IAIN Kediri yang membantu seluruh administrasi perkuliahan
mahasiswa Pascasarjana IAIN Kediri.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Khasan Rifa’i
selaku Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh yang telah
memberikan tempat untuk penulis melaksanakan penelitian ini.
Terakhir penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada orang tua
tercinta, Bapak Margono dan Ibu Sudarmi yang selalu memberikan semangat,
do’a dan motivasi. Terimakasih atas perjuangan kalian selama ini, semoga
Allah senantiasa merahmati kalian dengan kesehatan dan kebahagiaan.
Ucapan kasih sayang penulis sampaikan kepada saudaraku Beny Hijrah
Saputra serta keponakanku Agam Abdillah Saputra serta sahabat sahabatku
Mufidatul Isnaini, Wasilatul Choiriah, Dewi Indra, Shiva Oktari, Delfi
Novitasari, Fajar Dilla, Siti Arfia, Senja K, serta seluruh teman teman MPI
Pascasarjana Angkatan 2020 yang memberikan perhatian dalam
menyemangati penulis menyelesaikan penyusunan tesis ini. Tanpa teman,
keluarga dan sahabat tercinta di sekeliling penulis, penyusunan tesis ini tidak
akan terselesaikan.
Penulis sadar bahwa penyusunan tesis ini masih memiliki banyak
kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu, sumbangan, saran, dan kritik
yang membangun sangat dinantikan dengan harapan semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semuanya, Amin.

‫احلمد اهلل رب العلمني‬

Kediri, 09 Dzulqa’dah 1443 H


09 Juni 2022 M

Devy Puspitasari
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................
Persetujuan................................................................................................................i
Pengesahan Tim Penguji Tesis................................................................................ii
Pernyataan Keaslian Tesis......................................................................................iii
Motto.......................................................................................................................iv
Persembahan...........................................................................................................vi
Abstrak....................................................................................................................vi
Kata Pengantar.......................................................................................................vii
Daftar Isi..................................................................................................................x
Daftar Tabel...........................................................................................................xii
Daftar Gambar......................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................14
A. Konteks Penelitian........................................................................................14
B. Fokus Penelitian...........................................................................................18
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................18
D. Manfaat Penelitian........................................................................................18
E. Penelitian Terdahulu.....................................................................................19
F. Sistematika Pembahasan...............................................................................23

BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................24


A. Kurikulum Pesantren Salaf...........................................................................24
1. Definisi Kurikulum Pesantren Salaf....................................................24
2. Tujuan Kurikulum Pesantren Salaf......................................................26
3. Materi Kurikulum atau Bahan Ajar Pesantren Salaf...........................27
4. Manhaj dan Metode Pembelajaran Pesantren Salaf............................28
5. Karakteristik Pesantren Salaf...............................................................30
B. Manajemen Kurikulum Pesantren................................................................32
1. Perencanaan Kurikulum.......................................................................33
2. Pengorganisasian Kurikulum...............................................................36
3. Pelaksanaan Kurikulum.......................................................................43
4. Evaluasi Kurikulum.............................................................................49
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................52
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian...................................................................52
B. Kehadiran Peneliti........................................................................................52
C. Lokasi Penelitian..........................................................................................53
1. Profil Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh.....................................53
2. Visi dan Misi Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh........................54
3. Struktur Organisasi Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh...............55
4. Santri dan Tenaga Pendidik Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh..55
D. Sumber Data.................................................................................................57
E. Prosedur Pengumpulan Data........................................................................57
F. Pengecekan Keabsahan Data........................................................................58
G. Teknik Analisis Data....................................................................................60

BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................................62


A. Paparan Data.................................................................................................62
1. Perencanaan Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh Nganjuk.........................................................................................62
2. Pengorganisasian Kurikulum Pesantren di Pondok Pesantren
Salafiyah An-Nur Ridholloh Nganjuk...........................................................71
3. Pelaksanaan Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh Nganjuk.........................................................................................76
4. Evaluasi Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh
Nganjuk..........................................................................................................79
B. Temuan Penelitian........................................................................................81
1. Perencanaan Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh Nganjuk.........................................................................................81
2. Pengorganisasian Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh Nganjuk.........................................................................................83
3. Pelaksanaan Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh Nganjuk.........................................................................................83
4. Evaluasi Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh Nganjuk.........................................................................................84
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................85
A. Perencanaan Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh Nganjuk.........................................................................................85
B. Pengorganisasian Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh Nganjuk.........................................................................................88
C. Pelaksanaan Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh Nganjuk.........................................................................................90
D. Evaluasi Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh
Nganjuk..........................................................................................................92
BAB VI PENUTUP...............................................................................................94
A. Kesimpulan...................................................................................................94
B. Implikasi Teoritis dan Praktis.......................................................................95
C. Saran.............................................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................97
LAMPIRAN...............................................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Struktur Organisasi Pesantren An-Nur.................................................55


Tabel 3.2.Data Santri Berdasarkan Jenjang Pendidikan Tiga Tahun Terakhir......56
Tabel 3.3.Data Ustadz/Ustadzah Pon-Pes An-Nur Ridholloh...............................56
Tabel 3.4.Data Fisik Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh...................56

Tabel 4.1. Perencanaan Jadwal Pembelajaran Pesantren Salafiyah An-Nur


Ridholloh (Santri Mukim dan Kalong) 69
Tabel 4.2.Perencanaan Jadwal Santri Mukim di Pondok Pesantren Salafiyah An-
Nur Ridholloh........................................................................................................69
Tabel 4.3. Perencanaan Program pesantren bersama masyarakat..........................70
Tabel 4.4. Pengorganisasian Kurikulum : Sebaran Mata Pelajaran Pondok
Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh Nganjuk...................................................72
Tabel 4.5.Pelaksanaan Kurikulum: Jadwal Pengajar Dan Kelas yang diampu.....76
Tabel 4.6. Pelaksanaan Program Pesantren Bersama Masyarakat.........................77
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Profil halaman depan Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh.........53


Gambar 4.1. Perencanaan Kurikulum melalui Pembagian Santri An-Nur sesuai
Kebutuhan..............................................................................................................68
Gambar 4.2. Pelaksanaan Kurikulum berupa Rutinan Senin Pon kajian Kitab
Nashoikhul Ibad.....................................................................................................78
Gambar 4.3. Evalusi Kurikulum Melalui Hafalan.................................................81
Gambar 4.4. Perencanaan Kurikulum: Dasar Pembuatan Kurikulum di Pesantren
Salafiyah An-Nur Ridholloh..................................................................................82
Gambar 4.5. Perencanaan Kurikulum: Prinsip Penyusunan Kurikulum di
Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh..................................................................82
Gambar 4.6.Pengorganisasian Kurikulum Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh
................................................................................................................................83
Gambar 4.7. Pelaksanaan Kurikulum Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh.....84
14

BAB I
PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian
Kurikulum merupakan salah satu aspek penting pada lembaga
pendidikan yang digunakan sebagai acuan untuk mengarahkan proses
Pendidikan, menentukan isi pembelajaran, serta tolak ukut kualitas dan
keberhasilan pendidikan.
Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam tidak
menggunakan istilah kurikulum dalam acuan belajarnya. Namun bukan
berarti pesantren tidak memiliki arah pembelajaran, jika istilah kurikulum
diidentikkan dengan arah pembelajaran maka di lingkungan pesantren
dikenal dengan istilah manhaj (arah pembelajaran tertentu). Maka dapat
disimpulkan kurikulum yang dimiliki pesantren terlihat dari funun kitab-
kitab yang dijarkan kepada santri.1 Hal ini sejalan dengan pernyataan
Nurcholis Madjid yakni penggunaan istilah kurikulum tidak dikenal di
pesantren, terutama pada masa prakemerdekaan, namun materi pendidikan
dan keterampilan sudah ada dan diajarkan di pesantren. Mayoritas pesantren
tidak merumuskan tujuan dan dasar pengajarannya secara eksplisit dalam
bentuk kurikulum. Tujuan pembelajaran ini ditentukan oleh kiai, sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan pesantren tersebut.2
Secara umum pondok pesantren dibedakan menjadi dua bentuk,
yakni pesantren salafiyah dan pesantren khalafiyah. Pesantren salafiyah
cenderung dilabeli lembaga pendidikan yang ketinggalan zaman, eksklusif
dan konservatif. Hal ini dikarenak pesantren salafiyah merupakan pesantren
yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik sebagai inti
pendidikannya. Tidak ada pengajaran terkait pengetahuan umum. Selain itu
pengajarannya masih menggunakan metode klasik seperti sorogan, wetonan
dan bandongan. Kegiatan pembelajaran ini berlangsung tanpa adanya
1
Departemen Agama, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, (Jakarta: Ditjen Kelembagaan
Agama Islam –Proyek Peningkatan Pondok Pesantren, 2001),43.
2
Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997),
59.
15

penjenjangan kelas, dan kurikulum yang ketat, termasuk pemisahan santri


berdasarkan jenis kelamin.3
Selama penyelenggaran pendidikan Islam dan reformasi
kemasyarakatan pola pendidikan pesantren telah banyak memberikan
sumbangsihnya. Khususnya, adanya seorang figur sang kiai dan penggunaan
kitab kuning yang menajdi gagasan islam tradisional yang menjadi warna
asal dan tumbuhnya kesadaran bangsa dan negara.
Zuhri menganalisis kurikulum pesantren sebagai praktik pendidikan
yang bisa membuka peluang sinergis transformatif dan pemberdayaan
masyarakat. Pesantren dinilai mampu melayani kebutuhan pendidikan
masyarakat untuk berbagai golongan umur, sehingga penting untuk
dijadikan sebagai bahan pertimbangan perumusan kurikulum
pendidikannya. Selain itu, realitas ekonomi, sosial, budaya serta masyarakat
plural yang akan dihadapi juga patut dijadikan pertimbangan.4
Lebih lanjut Zuhri menambahkan, bahwa pendidikan pesantren
berbasis masyarakat sudaha ada secara tersirat, yang mendesak adalah
rekonstruksi kurikulumnya. Atas dasar inilah maka diperlukan kajian
manajemen kurikulum untuk menganasilis rekonstruksi kurikulum yang
diperlukan pesantren dengan memperhatikan kepentingan santri,
masyarakat, serta pemangku kebijakan baik secara eksternal maupun
internal.
Penelitian ini mengambil latar di pondok pesantren Salafiyah An-
Nur Ridholloh. pondok pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh merupakan
pondok pesantren yang terletak di desa Gondang Tanjung, Kecamatan
Kertosono, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Berdasarkan observasi yang
telah peneliti lakukan, masyarakat sekitar pesantren majemuk. Dimana
masyarakatnya masih memegang kental budaya jawa (kejawen) seperti
nyadranan, pemberian cok bakal di pematang sawah, piton-piton atau tedak
3
Sulthon Masyhud, et.al, Manajemen Pondok Pesantren, ed. Mundzier Suparta, (Jakarta: Diva
Pustaka, 2005), Cet. II, 3.
4
Saefuddin Zuhri, Pendidikan Pesantren di Persimpangan Jalan dalam Marzuki Wahid dkk.
(Ed). Pesantren Masa Depan, Wacana Transformasi dan Pemberdayaan Pesantren,
(Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), 205.
16

siten, dan tingkeban. Bab delapan SK Nomor 7272 tahun 2019 terkait
moderasi beragama yang diterbitkan oleh Kementerian Agama RI, salah
satu pengalaman implementasi moderasi beragama di nusantara adalah
Islam harus mengakomodasi kearifan lokal.5 Menurut Abdul Moqsith
Ghazali, Islam sangat menghargai kreasi kebudayaan pada masyarakat.
Sejauh tradisi tersebut tidak menodai prinsip kemanusiaan maka tak ada
alasan lain untuk tidak dipertahankan.6
Menurut Kholid yang dikutip oleh Ali Nurdin, pesantren di
Indonesia yang mengembangkan ajaran Islam yang moderat dapat dilhat
dari karakternya yang menghormati tradisi lama yang masih relevan,
progresif, toleran yang tinggi dan membebaskan.7 Pesantren Salafiyyah An-
Nur Ridholloh Nganjuk tidak men-bid’ah-kan tradisi yang dianut
masyarakat disekitarnya. Justru pesantren merangkul masyarakat dan ikut
berbar dengan tradisi yang ada. Karakter ini terlihat pada kegiatan yang
dilakukan di pesantren, dimana pesantren juga mengadakan pengajian
mingguan dengan masyarakat, istighātshah, serta ikut berpartisipasi pada
tradisi warga sekitar, seperti kegiatan tahlilan 8, nyadranan9, tingkeban10 dan
sebagainya.
Santri yang masuk ke pesantren ini juga memiliki latar belakang
yang majemuk. Mereka berasal dari lingkungan keluarga yang tidak
moderat. Ada yang fanatik terhadap budaya Jawa, mantan pecandu, anak-
anak yang dikeluarkan dari pesantren lain karena pernah berbuat salah dan

5
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 7272 Tahun 2019 Tentang Pedoman
Implementasi Moderasi Beragama Pada Pendidikan Islam,” Direktur Jenderal Pendidikan Islam
(2019),100.
6
Absul Moqsith Ghazali, Metodologi Islam Nusantara, (Bandung: Mizan, 2015),98.
7
Ali Nurdin and Maulidatus Syahrotin Naqqiyah, “Model Moderasi Beragama Berbasis Pesantren
Salaf,” ISLAMICA:Jurnal Studi Keislaman 14, no. 1 (2019): 82–102.
8
Tahlilan adalah melakukan doa bersama dengna membaca kalimat Laillaha illallah berkali-kali
disertai pemabcaan sholawat, ayat-ayat Al-Qur’an dan berdo’a yang ditujukan kepada orang yang
telah meninggal. Sutiyono, Benturan Budaya Islam: Puritan dan Sinkretis (PT: Kompas Media
Nusantara: Jakarta, 2010), 358.
9
Nyadran atau Nyadranan merupakan upacara slametan untuk mengirim doa kepada roh setiap
bulan Ruah, Ibid.
10
Tingkeban merupakan slametan bulan ketujuh untuk memperingati usia kandungan anak ke-satu,
Ibid.
17

mantan anak jalanan atau anak punk11. Prinsip pesantren ini adalah
memberikan kesempatan kedua untuk santri lebih mengenal Islam tanpa
mengesampingkan latar belakang mereka yang berbeda-beda.
Latar belakang masyarakat disekitar pesantren yang majemuk, serta
santri yang berasal dari background budaya yang berbeda menjadikan
kurikulum sangat diperlukan untuk memoderatkan santri dan masyarakat.
Pesantren juga bekerjasama dengan warga sekitar untuk
memberdayakan santri dengan dibekali keterampilan seperti menjahit,
beternak serta enterpreneurship dengan diberi modal usaha oleh kiai,
kemudian santri bekerjasama dengan warga dapat mengolahnya bersama,
dan keuntungannya dibagi menjadi dua sesuai kesepakatan bersama.
Seluruh kurikulum pendidikan yang dirancang di pondok pesantren ini
semuanya mengedepankan keseimbangan, mengasah kecerdasan sosial,
serta bermuara pada pembentukan akhlak mulia santri.
Praktik di pesantren ini sesuai dengan penjelasan Akhmadi yang
menyatakan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang
pengembangannya dilakukan dan diberdayakan oleh masyarakat. 12 Hal ini
dikarenakan, pondok pesantren tumbuh secara natural dari budaya
masyarakat Indonesia yang paham akan pentingnya pendidikan bagi orang
pribumi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik meneliti
sistem kurikulum di pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh yang
menurut peneliti program kurikulumnya sangat cocok diterapkan di
Indonesia, karena sistemnya mulitkultural mengedepankan sikap sosial,
toleransi, integritas dan religius. Oleh karen itu peneliti akan mengambil
judul tesis “Manajemen Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-
Nur Ridholloh Nganjuk”.

11
Punk adalah pemuda yang ikut gerakan menentang masyarakat yang mapan, dengan
menyatakannya lewat musik, gaya berpakaian, dan gaya rambut yang khas,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Punk, diakses pada 03 Maret 2022
12
Agus Akhmadi, “Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia Religious Moderation in
Indonesia ’ S Diversity,” Jurnal Diklat Keagamaan 13, no. 2 (2019): 45–55.
18

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian tersebut, maka peneliti menyusun
fokus penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan manajemen kurikulum di Pesantren Salafiyah An-
Nur Ridholloh Nganjuk?
2. Bagaimana pengorganisasian manajemen kurikulum di Pesantren
Salafiyah An-Nur Ridholloh Nganjuk?
3. Bagaimana pelaksanaan manajemen kurikulum di Pesantren Salafiyah An-
Nur Ridholloh Nganjuk?
4. Bagaimana evaluasi manajemen kurikulum di Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh Nganjuk?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan
sesuai fokus penelitian, yakni untuk mendiskripsikan tiga poin dibawah
ini:
1. Mengetahui perencanaan manajemen kurikulum di Pesantren Salafiyah
An-Nur Ridholloh Nganjuk.
2. Mengetahui pengorganisasian manajemen kurikulum di Pesantren
Salafiyah An-Nur Ridholloh Nganjuk.
3. Mengetahui pelaksanaan manajemen kurikulum di Pesantren Salafiyah
An-Nur Ridholloh Nganjuk.
4. Mengetahui evaluasi manajemen kurikulum di Pesantren Salafiyah An-
Nur Ridholloh Nganjuk.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai dua kontribusi, yaitu teoritik
dan praktis.
1. Manfaat teoritis
Memberikan kontribusi akademis di bidang manajemen kurikulum di
lingkungan pesantren salaf.
19

2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan
untuk para praktisi pendidikan, kiai, dan guru di pesantren dalam rangka
kontribusi kajian ilmiah dalam manajemen kurikulum di Pesantren
Salafiyah An-Nur Ridholloh Nganjuk.

E. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa, menemukan dan
mengetahui proses implementasi kurikulum Islam moderat yang ada di
Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh. Penelitian tentang moderasi
beragama telah dilakukan oleh beberapa akademisi, praktisi dan peneliti.
Dalam sub bab ini peneliti akan menyajikan tabel yang berkaitan dengan
variabel penelitian yang akan digunakan peneliti. Adapaun skemanya adalah
sebagai berikut:
Tahun, Nama
Peneliti ,Jenis Persam Perbeda
No Temuan
Penelitian, Judul aan an
Penelitian
1 2018, Mashuri, a. Pesantren Darul Subjek Penelitia
Tesis, Muttaqin menggunakan Peneliti n ini
Manajemen kurikulum formal dan an menggu
Kurikulum non formal berupa nakan
Pesantren di Era b. Mempertahankan Manaje POAC
Globalisasi13 ketradisionalannya dan men
menerapkan sistem Kurikul
manajemen modern. um
c. Terdapat relevansi
akademik dan relevansi
sosial dengan
perkembangan zaman.

2 2018, Siti a. Perencanaan : Mengg Penelitia


Rohmatillah, menentukan visi, misi, unakan n
Artikel Jurnal, tujuan dan penyusunan POAC Rohmati
Manajemen program lah
Kurikulum b. Pengorganisasian: khusus
Program Tahfidz jadwal tersusun jelas, pada
13
Mashuri, “Manajemen Kurikulum Pesantren Di Era Globalisasi (Studi Kasus di Pondok
Pesantren Darul Muttaqin Rumbia Lampung Tengah)”, . (2018), IAIN Metro Lampung.
20

Al Qur’an di dengan target hafalan 3 program


Pondok juz dalam satu tahun. tahfidz,
Pesantren c. Pelaksanaan: monoton penelitia
Salafiyah hanya hafalan dan n ini
Syafi’iyah Al setoran. global
Azhar Mojosari d. Pemantauan: Penilaian pada
Situbondo14 akhir dengan bil lisan seluruh
dan bil ghoib. program
e. Desain Pengembangan pesantre
kurikulumnya n
menggunakan model
inverted Taba.
3 2018, Angki a. Manajemen Kurikulum Subjek Angki
Firmansyah, pesantren Salafiyah sama mengkh
Artikel Jurnal. Kasyiful ‘Ulum kota pesantr ususkan
Manajemen Kendari berpedoman ens pada
Kurikulum pada pesantren pusat, salaf program
Pondok yakni pesantren Al- dakwah
Pesantren Fatah, Temboro, pesantre
Salafiyah dalam Magetan, Jawa Timur. n,
Penyelenggaraan b. Jenjang pendidikannya sedangk
Program Dakwah mulai kelas 1-5, anv
Jamaah Tabligh kemudian mulai kelas 6 penelitia
(Studi Kasus di melanjutkan ke n ini
Pesantren pesantren pusat di Al- mengam
Kasyiful ‘Ulum Fatah, Temboro. bil
Kendari)15 c. Pelaksanaannya berupa seluruh
pengajian kitab kuning. program
pesantre
n.
4 2019, Nanang a. Pembentukan Subjek Nanang
Qosim, Artikel kurikulum melalui dua sama tidak
Jurnal, tahap: 1) Perencanaan pesantr meneliti
Manajemen kuruikulum, 2) en salaf pengorg
Kurikulum Menetapkan kurikulum. anisasian
Pendidikan b. Implementasi kurikulu
Pesantren Salaf kurikulum m,
(Studi PP. Baitus menggunakan metode penelitia
Sholihin Zainul bandonganm halawah, n ini
Hasan Genggong sorogan, dsb. fokus
Probolinggo)16 c. Evaluasi di akhir pada
14
Rohmatillah, S., & Shaleh, M. “Manajemen Kurikulum Program Tahfidz Al-Qur’an Di Pondok
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Al-Azhar Mojosari Situbondo”, (2018), 107–122.
15
Firmansyah, A, “Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Salafiyah Dalam Penyelenggaraan
Program Dakwah Jamaah Tabligh (Studi Kasus di Pesantren Kasyiful ’Ulum Kendari )”, Jurnal
Pemikiran Islam Vol. 4, Issue 1, (2018)..
21

semester berupa: POAC.


Kehadiran santri dan
tenaga pendidik,
pelaksanaan kurikulum
dalam program KBM,
dan hasil belajar peserta
didik.
5 2020, Sadiah a. Pondok Pesantren Al- Subjek Sadiah
Rahmawai, Muawanah merupakan sama fokus
Artikel Jurnal, pesantren salafi pesantr pada
Karakteristik sehingga penggunaan en salaf impleme
Program kurikulumnya sesuai ntasi dan
Kurikulum dengan arahan kiai. perencan
Pondok b. Kurikulumnya dibagi aan.
Pesantren menjadi 3 tingkat, awal, Fokus
menengah dan lanjutan. penelitia
c. Keseluruhan n ini
kurikulumnya pada
menggunakan kajian POAC
kitab kuning.
6 2020, Hasbi Pesantren salaf Hasbi
Indra, Artikel membutuhkan revitalisasi menggu
Jurnal, kurikulum di ere nakan
Revitalisasi perkembangan IPTEK metode
Kurikulum berupa pembekalan skill kajian
Pesantren santri, dengan tetap pustaka.
Salafiyah Era mempertahankan nilai Sedangk
Digital keislamannya. an
penelitia
n ini
menggu
nakan
kualitatif
7 2021, Mufassirul a. Pesantren Darul Falah Penggu
Alam, Fikri menggunakan naan
Aulanaa, Artikel kurikulum berbasis dasar
Jurnal, kompetensi dan POAC
Manajemen kompetisi.
Kurikulum b. Perencanaan:
Pesantren Salaf pembuatan visi, misi
Darul Falah dan penetapan tujuan
“Amtsilati" c. Pengorganisasian :
Jepara17 Penetapan struktur

16
Qosim, “Manajemen Kurikulum Pendidikan Pesantren Salaf (Studi PP. Baitus Sholihin Zainul
Hasan Genggong Probolinggo)”. At-Ta’lim, 5(2), (2019),75–92.
22

(program) kurikulum
dan pembagian tugas
guru
d. Implementasi:
Intrakurikuler,
ekstrakurikuler dan co-
kurikuler
e. Evaluasi: Evaluasi mata
pelajaran dan evaluasi
waktu penyelesaian
pembelajaran.
8 2022, M. Wildan Pengorganisasian Subjek Wildan
dkk, Artikel kurikulum di pesantren ini peneliti dkk hana
Jurnal. secara horizontal adalah an fokus
Organisasi kombinasi antara pesantr pada
Kurikulum kurikulum mata pelajaran en salaf pengorg
Pondok terpisah (separated subject anisasian
Pesantren curriculum) dengan ,
Atsarus kurikulum terpadu sedangk
Salafiyah (integrated curriculum) an
Sampang18 penelitia
n ini
fokus
pada
POAC.

Orisinalitas penelitian ini adalah fokus pada perencanaan,


pengorganisasian, pelaksanaan serta evaluasi kurikulum di Pesantren
Salafiyah An-Nur Ridholloh.

F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang akan peneliti gambarkan pada
penelitian ini terdiri dari tiga bab, yang masing-masing memiliki sub bab
yang berkaitan erat. Berikut penjelasan sistematika proposal tesis, yaitu:

17
Alam, M., & Maulana, “Manajemen Kurikulum Pesantren Salaf Darul Falah “Amtsilati”
Jepara”. IQ (Ilmu Al-Qur’an): Jurnal Pendidikan Islam, 4(02), (2021), 199–220.
https://doi.org/10.37542/iq.v4i02.244
18
Wildan M, Wasith Achamdi, M., Juabdin Sada, H., & Syafak Khoirut Tobib, A. “Organisasi
Kurikulum Pondok Pesantren Atsarus Salafiyah Sampang”, Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan,
4(4), (2022), 5141–5149. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3104
23

BAB I merupakan konteks penelitian yang berisi elaborasi


kesenjangan antara kenyataan dan idealisme yang harusnya terjadi.
Dilanjutkan penekanan pada fokus dan tujuan penelitian. Penjelasan
berikutnya terkait manfaat penelitian dan diakhiri dengan penjabaran
penelitian terdahulu yang berhubungan dengan tema pada tesis ini.
BAB II menjelaskan tentang kajian teori yang memaparkan teori
sesuai fokus masalah yang diteliti. Adapun urainnya berupa perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum pesantren.
BAB III adalah metode penelitian, yang akan berisi tentang profil
lembaga yang merupakan lokasi penelitian, jenis dan pendekatan, kehadiran
peneliti, sumber data, prosedur pengumpulan data, pengecekan keabsahan
data, dan teknik analisis data.
BAB IV adalah hasil penelitian, yang akan dibagi menjadi dua subab
bab, yakni paparan data dan hasil temuan. Pada paparan data peneliti akan
memaparkan data temuan sesuai dengan fokus penelitian. Selanjutnya
peneliti akan menganalisis dan menelaah hasil data dan
mengelompokkannya pada temuan penelitian.
BAB V merupakan pembahasan yang akan membahas temuan
penelitian dengan teori dan temuan sebelumnya yang saling terkait. Teori
dan temuan sebelumnya dapat mendukung ataupun bertolak belakang
dengan hasil temuan penelitian saat ini.
BAB VI sebagai penutup berisi kesimpulan dari keseluruhan
penelitian, implikasi teoritis dan implikasi praktis, serta saran yang
berkaitan dengan hasil pembahasan yang telah dilakukan. Implikasi teoritis
berhubungan dengan kontribusi peneliti bagi perkembangan ilmu
manajemen kurikulum. Implikasi praktis berikatan dengan kontribusi
peneliti terhadap kegunaan di lapangan dalam hal ini manajemen kurikulum.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kurikulum Pesantren Salaf


1. Definisi Kurikulum Pesantren Salaf
Kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
diartikan sebagai perangkat rencana dan pengaturan mengenai bahan
pelajaran, isi dan tujuan termasuk cara atau strategi yang akan digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran guna mencapai
tujuan tertentu.19 Tujuan ini mencakup tujuan pendidikan nasional,
kesesuaian dengan keadaan dan potensi daerah, satuan pendidikan serta
peserta didik.
Kurikulum pesantren menurut Kafrawi yang dikutip Guntur
merupakan nilai-nilai pendidikan yang didapat oleh santri melalui
keseluruhan aktivitasnya di pesantren.20 Pendapat ini mengindikasikan
bahwa definisi kurikulum pesantren tidak terbatas pada materi pelajaran di
ruang kelas, namun juga di luar pelajaran. Namun jika ditinjau dari mata
pelajaran yang diberikan secara formal oleh kiai, maka kurikulum
pesantren dapat dibatasi pada ilmu agama dengan seluruh cabang-
cabangnya.
Regulasi mengenai kurikulum pesantren sendiri telah dirumuskan
oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Agama (PMA) Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 2020 tentang pendidikan pesantren.21 Bagian
ketiga pada KMA ini menjelaskan mengenai kurikulum pesantren, dimana
pada pasal 13 dan 14 menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan
muadalah salafiyah dan pendidikan muadalah muallimin dikembangkan

19
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019
Tentang Penyelenggaraan Ujian Yang Diselenggarakan Satuan Pendidikan Dan Ujian Nasional,
Jakarta: Lembaran Negara RI, 2013.
20
Cahaya Guntur Kesuma, “Pesantren Dan Kepemimpina Kyai,” Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Dasar 1, no. 1 (2014): 99–117.
21
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2020 Tentang Pendidikan
Pesantren,Jakarta: Kementerian Agama RI, 2020.

24
25

pesantren yang dirumuskan oleh Majelis Masyayikh. Oleh karena itu tidak
ada kesamaan mengenai kajian kitab dan juga kurikulum antara pesantren
satu dengan pesantren lain.
Berdasarakan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum
pesantren sangat variatif, dimana kurikulum pesantren satu berbeda
dengan pesantren yang lain. Sehingga ada ciri khas tertentu pada cabang
ilmu yang diunggulkan pada masing-masing pesantren. Fakta ini
menunjukkan bahwa pesantren yang berkembang di Indonesia bersifat
dinamis karena seiring berjalannya waktu pesantren juga bersinggungan
dengan perkembangan zaman sehingga mempengaruhi pola
pendidikannya.
Meskipun kurikulum pesantren tidak dibatasi oleh pemerintah,
namun Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan
Pondok Pesantren (PD Pontren) tetap memberikan pedoman pemetaan
kurikulum pesantren. Melalui Focus Group Discussion yang dilaksanakan
di Jakarta 18 Agustus 2020, Direktur PD Pontren Waryono
mengungkapkan setidaknya kurikulum pesantren harus memiliki tujuh
fungsi, antara lain:
a. Fungsi Kesesuaian
Kurikulum pesantren harus memiliki kesesuaian, yakni sesuai dengan
kebutuhan zaman. Sebagai contoh fiqih tentang toharoh, meski
menggunakan kitab safinah namun harus sesuai dengan kebutuhan
zaman.
b. Fungsi Integrasi
Kurikulum harus menyesuaikan konteks, yakni bisa membantu
memberikan pemahaman dan mendekatkan santri dengan masyarakat.
Karena jika kurikulum tidak mampu membantu santri mengenali
kebutuhan masyarakat, maka akan menjadikan santri berpotensi
terasing dan terkesan eksklusif.
c. Fungsi Diferensiasi
26

Kurikulum harus menjadi pembeda, dimana kurikulum pesantren harus


mengakomodir kekhasan keilmuan Kiainya. Pembeda inilah yang
menjadi keunikan pesantren.
d. Fungsi menyiapkan santri untuk bisa berkiprah dan hidup di
masyarakat.
Kurikulum pesantren harus bisa membantu santri mempersiapkan diri
sebaik mungkin untuk bisa terjun ke masyarakat.
e. Fungsi Pemilihan
Santri bisa memili kurikulum yang disediakan pesantren yang sesuai
dengan dirinya.
f. Fungsi Diagnostik
Kurikulum diharuskan untuk bisa mendiagnosa tranformasi yang terjadi
di masyarakat seiring perkembangan zaman. Fungsi diagnostik ini
penting adanya karena untuk mempersiapkan santri agat bisa
beradaptasi dengan perubahan zaman dan bertahan hidup.
g. Fungsi Dialogis
Kurikulum harus bisa mendialekkan tulisan abad ke 5 Hijriah berupa
kitab kuning dengan peristiwa yang terjadi saat ini.22

2. Tujuan Kurikulum Pesantren Salaf


Tujuan pendidikan pesantren salaf menyesuaikan perkembangan
pesantren yang dirumuskan oleh Kiai sendiri atau dibantu oleh dewan
Masyayikh.23 Pemilihan tujuan secara instingsif merupakan hal yang bisa
mengingat perbedaan kapasistas kiai yang melebihi manusia biasa dalam
hal ilmu dan amal. Selain itu kiai sebagai pendiri pesantren memiliki hak
penuh atas lembaganya, sehingga penentuan tujuan kurikulum yang
instingsif merupakan ciri khas dari pendidikan pesantren.

22
“Kemenag Petakan Kurikulum Pesantren”, https://kemenag.go.id/read/kemenag-petakan-
kurikulum-pesantren-zma0l, 18 Agustus 2020, diakses tanggal 19 Maret 2022.
23
Nurcholish Madjid, “Merumuskan Kembali Tujuan Pendidikan Pesantren, dalam Dawam
Rahardjo, Pergulatan Dunia Pesanten: Membangun dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985), 65.
27

Tujuan utama pesantren menurut Dian Nafi’ adalah mencapai


kebijaksanaan dalam memahami realitas kehidupan serta peran dan
tanggung jawab santri berdasarakan ajaran Islam. 24 Tujuan umum dari
pendidikan pesantren meliputi melatih dan mempertinggi semangat,
mengajarkan perilaku jujur dan bermoral, meninggikan budi perkerti,
menghargai nilai spiritual dan kemanusiaan, serta mempersiapkan santri
untuk hidup sederhana dan membersihkan hati.25 Hal ini mengindikasikan
bahwa tujuan umum pendidikan pesantren adalah mendidik dan
meningkatkan keimanan dan ketakwaaan santri hingag menjadi insan
kamil.26 iInsan kamil yang dimaksud disini adalah menjadikan santri
sebagai manusia yang cerdas sercara intelektual, beriman, beretika,
bertaqwa serta dapat mengikuti perkembangan zaman, budaya dan
masyarakat. Tujuan khusus dari pendidikan pesantren menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi pesantren itu berada. Sehingga tujuan khusus
tiap pesantren berbeda antara satu dengan yang lainnya.

3. Materi Kurikulum atau Bahan Ajar Pesantren Salaf


Kurikulum yang diajarkan di pesantren bersumber dari kitab
kuning atau kitab klasik. Kitab kuning menempati posisi yang istimewa
dalam kurikulum pesantren.27 Adapun kitab klasik ini digolongkan menjadi
delapan kelompok, antara lain ushuf fiqh, fiqh, nahwu dan sharaf, tauhid,
tafsir, hadits,akhlak, tasawuf, balaghah, tarikh atau sejarah.28

24
Darul Abror, Kurikulum Pesantren (Model Integrasi Pembelajaran Salaf Dan Khalaf)
(Yogyakarta: Deepublish, 2020),27.
25
Dhofier Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, Cetakan ke-IV
(Jakarta: LP3ES, 1994),21.
26
Mutohar Ahmad and Anam Nurul, Manifesto Modernisasi Pendidikan Islam Dan Pesantren
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013),88.
27
Mayoritas kitab klasik atau kirab kuning yang diajarkan di pesantren di Madura dan Jawa
memiliki kesamaan, baik jenis kitab penyebaran ilmu, maupun metode yang digunakan, yakni
dengan sistem bandongan atau klasikal dan sorogan atau perseorangan. Persamaan inilah yang
menghasilkan homogenitas kultur, praktik keagamaan dan pandangan hidup santri di Madura dan
Jawa. Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, Cetakan IV,
(Jakarta: LP3ES, 1994), 51.
28
Ibid, 50
28

Dari segi materi kitab kuning yang dijadikan rujukan kurikulum


pesantren dikelompokkan menjadi dua. Pertama, kelompok pelajaran dasar
seperti Al-Qur’an dan Hadits beserta ilmu yang lahir dari keduanya.
Kedua, kelompok kitab kuning yang tidak termasuk ajaran agama Islam,
namun kajiannya merupakan hasil perkembangan sejarah Islam, seperti
kitab yang membahas kebudayaan, metode keilmuan dan lembaga
kemasyarakatan.29
Dalam perspektif sejarah, bahan ajar yang digunakan pada
pesaantren salaf didesain sesuai dengan figur keilmuan kiai serta
kebutuhan santri pada masanya. Mengutip pendapat dhofier
mengemukakan bahwa kitab yang diajarkan di pesantren dibagi
menjaditiga golongan, yakni kitab dasar, menengah dan tingkat tinggi.
Kitab yang diajarkan meliputi nahwu, sharaf, usul fiqh, hadis, fiqh, tafsir,
tauhid, etika dan tasawuf.30 Sedangkan menurut Madjid kitab yang di
ajarkan di pesantren berupa nahwu-sharaf, fiqh, ‘aqaid, tasawuf, tafsir,
hadis, bahasa arab dan fundamentalisme. Di sisi lain, Zainuddin dan
Tuwah mengkategorikan kurikulum pesantren dengan materi
akidah/tauhid, tajwid, al qur’an (tafsir), ilmu tafsir, hadis, ilmu hadis dan
tarikh.
Abror menambahkan jika masing-masing komponen kitab biasanya
sudah disesuaikan dengan jenjang dengan memperhatikan pengusaan
agama secara menyeluruh, sehingga dalam implementasinya setidaknya
memperhatikan fleksibilitas program pembelajaran, berorientasi pada
tujuan,efektif dan efisien, serta kontinuitas.31

4. Manhaj dan Metode Pembelajaran Pesantren Salaf


Kurikulum pesantren berbeda dengan kurikulum pendidikan
formal. Jika kurikulum yang dimaksud sebagaimana definisi kurikulum
pendidikan formal maka di pesantren lebih dikenal sebagai manhaj atau
29
Abror, Kurikulum Pesantren: Model Integrasi Pembelajaran Salaf Dan Khalaf),51.
30
Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai,88.
31
Abror, Kurikulum Pesantren: Model Integrasi Pembelajaran Salaf Dan Khalaf,51.
29

arah pembelajaran, yakni berupa pembelajaran yang diambil dari funun


kitab-kitab yang diajarkan pada santri. Menurut Hasbullah yang dikutip
oleh Abror muatan manhaj pesantren lebih merujuk pada ilmu agama,
seperti bahasa arab, hukum Islam, hadits, tafsir, teologi, tasawuf, tarikh
dan retorika.32
Manhaj yang digunakan di pesantren dilakukan dengan
memberikan pengajaran kitab kuning, dimana akhir pembelajaran
berstandar pada tamatnya kitab yang dipelajari, bukan pada pemahaman
secara tuntas untuk suatu topik tertentu (maudhlu’i). Sedangkan penamaan
penjenjangan tiap pesantren berbeda, seperti marhalah, sanah dan lainnya.
Ada juga yang menemai penjenjangannya menyerupai pendidikan di
madrasah formal, seperti Ula, Wustha dan ‘Ulya atau menggunakan istilah
Ibtida’i, Tsanawy dan ‘Aly.
Metode pembelajaran yang diterapkan di kalangan pesantren salafi,
secara rinci dapat meliputi beberapa metode. Dalam hal ini, metodologi
pembelajaran pada Pesantren Salaf meliputi (1) Sorogan, (2) Wetonan atau
bandongan, (3) Halaqoh, (4) Hafalan atau tahfiz, (5) Hiwar atau
musyawarah, (6) Bahtsu al-masa‟il (Mudzakaroh), (7) Fathul Kutub, (8)
Muqoronah dan (9) Muhawarah / Muhadasah.33 Berikut tabel penjelasan
singkat terkait metode pembelajaran pesantren.
No Metode Pendidikan Keterangan
Pesantren Salafi
1 Wetonan Metode mengajar dimana santri mengikuti
pelajaran dengan duduk disekeliling kiai yang
menerangkan pelajaran
2 Sorogan Metode dimana santri menghadap kiai seorang
demi seorang dengan membawa kitab yang
akan dipelajarinya
3 Hafalan Metode dimana santri menghafal teks atau
kalimat terntentu dari kitab yang dipelajarinya

32
Abror.,39.
33
Metode-metode pembelajaran tersebut tentunya belum mawakili keseluruhan dari metode-
metode pembelajaran yang ada di pondok pesantren, tetapi setidaknya paling banya diterapkan
pada lembaga pendidikan tersebut.Ali Ridlwan Nurma, Manajemen Pondok Pesantren : Upaya
Preventivisasi Kemunculan Dan Merebaknya Aliran Keagamaan Menyimpang (Yogyakarta:
Lontar Mediatama, 2018),45.
30

4 Halaqah Dikenal juga dengan istilah munazharah sistem


ini merupakan kelompok kelas dari sistem
bandongan
5 Hiwar Hampir sama dengan metode diskusi yang
umum kita kenal selama ini. Bedanya metode
hiwar ini dilaksanakan dalam rangka
pendalaman atau pengayaan materi yang
sudah ada pada santri
6 Bahtsul Masa’il Merupakan pertemuan ilmiah, yang membahas
masalah diniyah, seperti ibadah, aqidah dan
masalah agama pada umumnya
7 Fathul Kutub (Cara memahami kitab) merupakan latihan
membaca kitab (terutama kitab klasik), sebagai
wahana menguji kemampuan mereka setelah
mensantri
8 Muqaranah Sebuah metode yang terfokus pada kegiatan
perbandingan, baik perbandingan materi,
pemahaman, metode maupun perbandingan
kitab
9 Muhadatsah Latihan bercakap-cakap dengan menggunakan
bahasa arab
10 Lalaran Membaca pelajaran atau nadlom-nadlom yang
sudah dipelajari dengan menggunakan lagu-
lagu sehingga mudah dihafal

5. Karakteristik Pesantren Salaf


Pesantren salaf sebagai lembaga pendidikan memiliki karakteristik
yang unik dan berbeda dengan lembaga pendidikan pada umumnya.
Karakteristik pesantren salaf dapat dilihat dari a) Pendidikan pesantren
identik dengan ngalap barokah kiai; b) Kitab kuning dominan sebagai
bahan rujukan; c) Metode klasik implementatif yang istiqamah; serta d)
Pengembangan life skills santri.
Belajar di pesantren bukan hanya sekedar mencari ilmu, namun
juga mengharap berkah dari kiai. Mastuhu mengungkapkan bahwa kiai
merupakan figur sentral atas maju atau mundurnya sebuah pesantren, baik
dalam bidang pendidikan, penguasaan, pengetahuan santri atau
pengetaguan keagamaan masyarakat sekitar pesantren.34

34
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),255.
31

Praktik pendidikan di pesantren tidak luput dari “ngalap barokah


kiai”. Menurut Bakri barokah dapat diartikan sebagai berkat atau selamat.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berkah diarikan
sebagai karunia Tuhan yang mendatangkan berkah. Ngalap berkah dapat
diartikan sebagai kegiatan untuk mencari manfaat dan kebaikan yang
dicari manusia.35
Seorang santri akan merasa bahagia dan bangga ketika disuruh atau
diajak bersama kiainya. Bahkan hukuman dari kiai diinsadi sebagai
barokah dan wujud kepedulian kiai terhadap santri. Barokah kiai
dianggap lebih penting daripada ilmu yang diterima santri. Ilmu tanpa
barokah dipercaya akan menjadi ilmu yang kurang bermanfaat, dan
sebaliknya.36 Mastuhu menambahkan bahwa barokah kiai didapatkan
ketika membantu kiai, baik menjadi lurah pondok, santri senior, serta para
khadam yang mengabdikan dirinya di pesantren. Kesabaran dan keuletan
dalam menyelesaikan masalah adalah salah satu ciri khas yang harus
dimiliki oleh santri guna mendapat barokah kiai. Hal ini tidak dapat
dipisahkan dari unsur kekharismatikan sang kiai.37
Pesantren salaf memiliki budaya berbeda yang dijadikan salah satu
pemberdaya potensi dan etos santri dalam mencari ilmu. Keterampilan
santri di pesantren tumbuh karen amotivasi, etos dan budaya yang telah
ada di pesantren itu sendiri. Mulai dati penciptaaan aktivitas non
teknologis maupun aktivitas full teknologi. Seperti mengelola ternak
pesantren, sawah, menjahit, membantu di dapur pesantren, ikut membantu
pembangunan pondok dan sebagainya. Selain itu, pesantren tidak
ketinggalan dengan mengasah otak dan kemampuan santri dengan
menanfaatkan teknologi, seperti yang dilakukan pesantren Lirboyo Kediri,
yakni menerbitkan majalah bulanan Misykat. Hal ini menjadi bukti bahwa

35
Abror, Kurikulum Pesantren (Model Integrasi Pembelajaran Salaf Dan Khalaf),49.
36
Ibid.
37
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai
Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS,1994), 32.
32

pesantren salaf tidak ketinggalan zaman dan siap terjun di era global
dengan tetap mengedepankan akhlakul karimah-nya.38
Keterampilan santri juga tumbuh subur dalam bidang bisnis. Hal
ini dapat diamati dari adanyabentuk komunikasi antara pesantren dengan
masyarakat yang saling membutuhkan dalam konteks ekonomi, sehingga
keterampilan bisnis santri dapat terasah. Dengan demikian, pesantren
saalaf memberikan peluang bagi santrinya untuk berkarya sesuai potensi
yang dimilki santri dengan tetap membangun komunikasi efektif dengan
masyarakat sekitar. Ketermpilan yang diperoleh santri ini dipersiapkan
untuk menjadi bekal mereka ketika lulus, sehingga kelak ketika mengabdi
di masyarakat dengan mengamalkan ilmu agamanya, mereka juga dapat
survive untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.39

B. Manajemen Kurikulum Pesantren


Manajemen kurikulum berkenaan dengan bagaimana kurikulum
dirancang, diimplementasikan dan dievaluasi kemudian disempurnakan,
oleh siapa, kapan dan dalam lingkup mana. Manajemen kurikulum juga
berkaitan dengan pemberian wewenang kepada siapa yang diamanatkan
tugas dan tanggung jawab dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan kurikulum.40
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang
diselenggarakan secara tradisional. Seluruh kegiatan pembelajarannya
bertujuan untuk mengajarkan kepada santri mengenai Islam sebagai cara
hidup. Secara substansif pendidikan pesantren telah memuat ajaran-ajaran
mengenai moderasi beragama.
Regulasi mengenai moderasi agama telah dirumuskan melalui
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 7272 tahun
2019 tentang pedoman implementasi moderasi beragama pada pendidikan

38
Ibid, 55.
39
Ibid.
40
Teguh Triwiyanto, Manaemen Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2015. 25.
33

Islam.41 Muatan moderasi beragama dalam proses pendidikan di pesantren


sebenarnya hampir dipastikan tidak ada masalah. Ajaran mengenai
moderasi beragama ini berkaitan dengan cara pandang yang mendalam
mengenai agama. Sedangkan di pesantren, santri sudah memperoleh
pengajaran agama yang lebih baik. Moderasi beragama melekat didalam
tata cara pengajaran ilmu-ilmu keislaman yang diajarkan dan
diimplementasikan di lingkungan pesantren. Implementasi moderasi
beragama di lingkungan pesantren lebih ditekankan pada aspek konsistensi
pada penerapan standar pengajaran yang ada.
Sehingga manajemen kurikulum sebenarnya sudah
terimplementasikan dalam tubuh kurikulum pesantren itu sendiri, dimana
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga pengawasannya harus
berdasarkan prinsip-prinsip dalam moderasi beragama.42 Adapun prinsip-
prinsip moderasi beragama ini meliputi mengambil jalan tengah atau
tawassuth, berkeseimbangan atau tawāzun, lurus dan tegas atau i'tidāl,
toleransi atau tasāmuh, egaliter atau musāwah, musyawarah atau syurā.43
1. Perencanaan Kurikulum
Perencanaan menurut Su’ud dan makmun yang dikutip Dinn
Wahyudin merupakan rangkaian proses sistematis penyiapan keputuasan
mengenai apa yang diharapkan akan terjadi dan apa yang akan dilakukan.44
Beane menyatakan “curriculum planning is a process in which
participants at many levels make decitions about what teh purpose of
learning oght to be, how the purpose might be carried put through
teaching-learning situation, and whether the purposes and means are both
appropriate and affective.

41
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 7272 Tahun 2019 Tentang Pedoman
Implementasi Moderasi Beragama Pada Pendidikan Islam, Jakarta: Kementerian Agama Republik
Indonesia,2019.
42
Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, 1st ed. (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2019),100.
43
Suprapto Suprapto, “Integrasi Moderasi Beragama Dalam Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam,” EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Dan Keagamaan 18,
no. 3 (2020): 355, https://doi.org/10.32729/edukasi.v18i3.750.
44
Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014),81.
34

Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan untuk memperoleh


hasil optimal dari sebuah kurikulum diperlukan perencanaan yang matang,
mulai dari desain, pelaksanaan, pengorganisasian hingga pengawasannya.
Perencanaan kurikulum harus memperhatikan beberapa hal, seperti
siapa penanggung jawab perencanaan dan bagaimana perencanaan
kurikulum tersebut dilaksanakan secara profesional.45
Masalah yang pertama, siapa penanggung jawab perencanaan
kurikulum dapat dilihat dari pendekatan yang digunakan dalam
perencanaan kurikulum. Pendekatan dalam perencanaan kurikulum sendiri
memiliki dua bentuk. Pendekatan pertama bersifat administrative
approach atau lebih dikenal sebagai from top to down yakni perencanaan
kurikulum dilakukan oleh atasan kemudian diserahkan pada instansi-
instansi bawahan sampai kepada guru. Pendekatan ini tidak melibatkan
guru sebagai perencana, mereka hanya sebagai penerima pasif serta
pelaksana semua gagasan, ide dan inisatif yang berasal dari atasan. 46
Pendekatan yang kedua adalah grass roots approach, merupakan
kebalikan dari administrative approach. Perencanaan di pendekatan ini
dimulai dari bawah, yakni semua guru atau sekolah secara individual yang
kemudian dapat meluas ke sekolah lainnya. Guru bersama kepala sekolah
merancang kurikulum dengan melihat kekurangan dan kelebihan dari
kurikulum yang ada. Kemudian mengembangkan ide-ide baru untuk
diterapkan di sekolah mereka guna meningkatkan mutu pembelajaran. Hal
ini berdasarkan pandangan dari J.G Owen yang menekankan perlunya
ketelibatan guru dalam perencanaan kurikulum atau the techer as
manager.
Masalah yang kedua, tentang bagaimana perencanaan kurikulum
secara profesional, J.G Owen mengarahkan pada bagaimana menganalisis
faktor yang mempengaruhi perencanaan kurikulum. 47 Faktor yang

45
Komariah Nur, Pengantar Manajemen Kurikulum, I (Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani,
2021),110.
46
Ibid., 111
47
Ibid
35

mempengaruhi perencanaan kurikulum berupa faktor filosofis, psikologis,


sosial budaya, teknologi, politis, sumber daya alam dan sumber daya
manusia juga perlu dipertimbangkan.48
Menurut Dakir yang dikutip oleh Dinn Wahyudin, perencanaan
kurikulum harus memperhatikan landasan dasar sebagai berikut:
a. Landasan filosofis
Perencanaan kurikulum hendaknya menyesuaikan falsafah yang dianut
oleh negara dan bangsanya, atau dalam arti praktisnya merupakan
pandangan hidup.
b. Landasan psikologis
Pertimbangan terhadap aspek psikologis peserta didik dalam proses
perencanaan kurikulum sangat penting untuk dilakukan. Maksudnya
adalah dengan memperhitungkan hal yang berkaitan dengan tahap
perkembangan kejiwaan peserta didik.
c. Landasan sosiologis
Gejala sosial budaya di suatu masyarakat meliputi keadaan maysarakat,
kebudayaan beserta perkembangan dan perubahannya menjadi salah satu
pertimbangan penting dalam perencanaan kurikulum.
d. Landasan ilmu pengerahuan dan teknologi
Pertimbangan terakhir adalah perkembangan IPTEK, hal ini bertujuan agar
kurikulum yang dihasilkandapat menyesuaikan, mengakomodasi dan
mengikuti perkembangan IPTEK sesuai kebutuhan zaman.49
Rusman menambahkan, pada perumusan tujuan kurikulum terdapat
tigasumber yang mendasarinya, yakni (a) sumber empiris, berkaitan
dengan tuntunan hidup masa kini, (b) sumber filosofis, acuan dalam
mencari jawaban tentang apa yang harus dilakukan sehingga dapat
menjembatani keberhasilan peserta didik, acuan menganalisis,
pengambilan pertimbangan dan keputusaan, serta merumuskan hasil yang
dikehendaki sesuai kondisi yang ada, (c) sumber bahan pelajaran, sumber

48
Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014),83.
49
Ibid.,82.
36

yang umum digunakan untuk merumuskan tujuan kurikulum, berupa


pelibatan ahli disiplin ilmu dalam merumuskannya.50
Hafni Ladjid mengemukakan bahwa kegiatan pengembangan
kurikulum pada lembaga dibagi menjadi 3 tahapan, yakni : (a) perumusan
tujuan institusional, (b) tahap pengembangan setiap bidang studi, (c)
pengembangan program pengajaran di kelas.51
Dalam perencanaan kurikulum, terdapat aspek yang menjadi
karaktiristik perencanaan, antara lain:
a. Kurikulum harus direncakan berdasarkan konsep yang jelas dengan
memperhatikan kondisi masyarakat sekarang, masa depan, kebutuhan
dasar manusia sehingga dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik.
b. Kurikulum harus direncakan dan dibuat dalam kerangka kerja yang
komprehensif, mengoordinasi dan mempertimbangkan unsur esensial
belajar mengajar yang efektif.
c. Perencanaan kurikulum harus bersifat antisipatif dan responsif terhadap
kebutuhan peserta didik.
d. Tujuan pendidikan harus mencakup kebutuhan dan minat individu dan
masyarakat.
e. Rumusan harus konkrit, guna menghindari kesalahan persepsi dan
kontradiktif.
f. Evaluasi secara berkelanjutan diperlukan dalam perencanan kurikulum.
g. Perlunya merespon dan mengakomodasi perubahan, perkembangan dan
pertumbuhan peserta didik pada setiap jenjang sekolah.52
2. Pengorganisasian Kurikulum
Organisasi kurikulum, yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran
disusun dan disampaikan kepada murid-murid, merupakan suatu dasar
yang penting sekali dalam pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan
tujuan program pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum
50
Muhammad Kristiawan, Dian Safitri, dan Rena Lestari, Manajemen Pendidikan, 1st ed.
(Yogyakarta: Deepublish, 2017),87.
51
Ladjid Hafni, Pengembangan Kurikulum (Tangerang: Quantum Teaching, 2005),16.
52
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, IV (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010).
37

turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara menyajikannya


kepada murid-murid.53
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang
berupa kerangka umum program-pengajaran-pengajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didik. Adapun dalam penyusunan
pengorganisasian kurikulum harus memperhatikan faktor-faktor berikut:
a. Ruang lingkup (Scope)

Merupakan keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang

harus dipelajari siswa. Ruang lingkup bahan pelajaran sangat tergantung

pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai.

b. Urutan bahan (Sequence)

Berhubungan dengan urutan penyusunan bahan pelajaran yang

akan disampaikan kepada siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan

lancar. Urutan bahan meliputi dua hal yaitu urutan isi bahan pelajaran dan

urutan pengalaman belajar yang memerlukan pengetahuan tentang

perkembangan anak dalam menghadapi pelajaran tertentu.

c. Kontinuitas

Berhubungan dengan kesinambungan bahan pelajaran tiap mata

pelajaran, pada tiap jenjang sekolah dan materi pelajaran yang terdapat

dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat

kuantitatif dan kualitatif .

d. Keseimbangan

Adalah faktor yang berhubungan dengan bagaimana semua mata

pelajaran itu mendapat perhatia yang layak dalam komposisi kurikulum


53
Arfandi and Munif Shaleh, “Tahapan-Tahapan Dalam Manajemen Kurikulum Pada Lembaga
Pendidikan Islam,” Edupedia 2, no. 2 (2018): 63–71, https://doi.org/10.35316/edupedia.v2i2..332.
38

yang akan diprogramkan pada siswa. Keseimbangan dalam kurikulum da-

pat ditinjau dari dua segi yakni keseimbangan isi atau apa yang dipelajari,

dan keseimbangan cara atau proses belajar.

e. Integrasi atau keterpaduan

Berhubungan dengan bagaimana pengetahuan dan pengalaman

yang diterima siswa mampu memberi bekal dalam menjawab tantangan

hidupnya, setelah siswa menyelesaikan program pendidikan disekolah.54

Komariah membagi organisasi kurikulum menjadi empat bentuk,


antara lain :
a. Separated Subject Curriculum (Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran

Terpisah)

Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan pelajaran


disajikan dalam subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah. Sehingga
banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah
mata pelajaran yang diberikan cukup bervariasi bergantung pada tingkat
dan jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam praktek penyampaian
pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-masing guru atau
pendidik yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.
Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat
subject centered, berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered
yang berpusat pada minat dan kebutuhan anak. Dari segi ini jelas
kurikulum bentuk terpisah sangat menekankan pembentukan intelektual
dan kurang mengutamakan pembentukan kepribadian anak secara
keseluruhan.
Zainal Arifin yang dikutip oleh Lismina memberikan ciri-ciri
organisasi kurikulum jenis mata pelajaran terpisah, antara lain:

54
Teguh Triwiyanto, “Manajemen Kurikulum Dan Pembelajaran” (Jakarta: Bumi Aksara,
2015),89.
39

1) Masing – masing mata pelajaran berdiri sendiri dan terdiri dari


sejumlah mata pelajaran terpisah.
2) Setiap mata pelajaran diberikan pada waktu yang telah direncakan.
3) Tujuan utamanya adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan
mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku lainnya.
4) Kurikulum dikelompokkan tidak berdasarkan pada minat, kebutuhan
dan masalah yang dihadapi peserta didik.
5) Bentuk kurikulumnya tidak memperhatikan masalah, tuntutan dan
kebutuhan dalam masyarakat.
6) Metode mengajar menggunakan sistem penuangan sehingga
menimbulkan perbedaan individual di kalangan peserta didik.
7) Siswa pasif dan guru berperan aktif.
8) Siswa tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum kooperatif
9) Pelaksanaan penilaian mayoritas menggunakan tes dengan berfokus
pada dimensi koginitif peserta didik.55
Menurut Suryobroto keunggulan separated subject curriculum
berupa:
1) Penyajian bahan ajar yang sistematis dan logis.
2) Pengorganisiasian yang bersifat sederhana sehingga memudahkan
untuk mengurangi atau menambahkan mata pelajaran sesuai yang
dibutuhkan.
3) Mudah untuk melakukan tes dan evaluasi.
4) Bisa diterapkan pada semua jenjang.
5) Sudah menjadi tradisi lama.
6) Mudah diaplikasikan oleh pendidik.
7) Memudahkan perubahan
8) Penyusunan sistematis.56

55
Lismina, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah Dan Perguruan Tinggi (Ponorogo: Wais
Inspirasi Indonesia, 2018), 96-97.
56
Komariah Nur, Pengantar Manajemen Kurikulum, I (Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani,
2021),40.
40

Disamping kelebihan ada pula kelemahannya,antara lain : (1)


pemisahan mata pelajaran tidak akan sesuai dengan kondisi realitas yang
dihadapi peserta didik, (2) mata pelajaran yang hanya berpedoman pada
teks saja tidak memperhatikan masalah faktual peserta didik, (3) kurang
diperhatikannya aspek psikologis peserta didik, (4) kurikulum yang
berpusat pada pengembangan intelektual sehingga kurang memperhatikan
perkembangan emosional dan pertumbuhan jasmani peserta didik, (5)
mengutamakan penguasaan materi melalui hafalan dari padda
pengembangan kemampuan berfikir, (6) kurikulum tidak inovatif. 57
b. Correlated Curriculum (Kurikulum Mata Pelajaran Terhubung)

Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang


menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan
mata pelajaran lainnya, Tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap mata
pelajaran tersebut. Menurut Wahyudin hubungan antar mata pelajaran
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Pertama, insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar
mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata
pelajaran PAI disinggung tentang mata pelajaran psikologi dan
sebagainya.
Kedua, menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok
bahasan yang dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya
masalah moral dan etika dibicarakan dalam mata pelajaran agama.
Ketiga, batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan
menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran. Penggabungan
antara beberapa mata peajaran menjadi satu disebut sebagai broad field.
Misalnya mata pelajaran bahasa merupakan peleburan dari mata pelajaran
membaca, tata bahasa, menulis, mengarang,menyimak dan pengetahuan
bahasa.58

57
Komariah Nur, Pengantar Manajemen Kurikulum, I (Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani,
2021), 41.
58
Nur Wahyudin Nasution, Strategi Pembelajaran, ed. Asrul Daulay (Medan: Perdana Publishing,
2017), https://doi.org/10.35542/osf.io/cr96u..98.
41

Lismina menambahkan ada tiga jenis korelasi yang sifatnya


bergantung jenis mata pelajarannya. Pertama, korelasi faktual, conthnya
korelasi pelajaran sejarah dengan kesusastraan, dimana fakta dalam sejarah
disajikan melalui tulisan karangan. Kedua, korelasi deskriptif, korelasi ini
dapat diamari dari penggunaan generalisasi untuk dua ata lebih mata
pelajaran yang diberlakukan. Contoh, mata pelajaran psikologi dapat
dikorelasikan dengan sosiologi. Ketiga, korelasi normatif, korelasi ini
hampir sama dengan korelasi desktiptif namun menekankan pada
penggunaan prinsip moral sosial. Contoh sejarah dan kesusastraan dapat
dikorelasikan dengan prinsip moral sosial dan etika.59
Kelebihan penggunaan kurikulum ini adalah penghubungan antar
mata pelajaran memudahkan peserta didik untuk memahami materi.
Sementara kelemahan dari kurikulum ini adalah sulitnya menghubungkan
mata pelajaran dengan masalah faktual di kehidupan sehari-hari, sehingga
kurikuulum jenis ini dianggap tidak cukup untuk membekali peserta didik
menempuh pendidikan di perguruan tinggi.60

c. Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu)

Kurikulum terpadu merupakan kurikulum yang menyajikan bahan


ajar secara unit dan keseluruhan tanpa pemisah antar mata pelajaran.
Lismina mencirikan integrated curriculum menjadi lima, antara lain: (1)
semua hal yang dipelajari peserta didik merupakan satu kesatuan fakta
yang berhubungan erat satu sama lain, (2) Pengetahuan yang diberikan
kepada peserta didik dipadukan dengan persoalan yang dihadapi di
kehidupan bermasyarakat, (3) Membuka kesempatan warga sekolah untuk
membangun hubungan yang erat dengan masyarakat, (4) Menuntut peserta
didik unutk bekerja dan berfikir secara aktif baik secara individu atau
kelompok, (5) Mudah menyesuaikan kurikulum dengan bakat, minat dan
kemampuan peserta didik.61
59
Lismina, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah Dan Perguruan Tinggi,101.
60
Komariah, Pengantar Manajemen Kurikulum,43.
61
Lismina, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah Dan Perguruan Tinggi, 81-82.
42

Integrated curriculum dibagi menjadi beberapa bentuk, yakni:


1) Core Curriculum (Kurikulum Inti)
Kurikulum inti merupakan kurikulum yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan atas kebutuhan peserta diidik, mengembangkan
integrasi, meningkatkan keaktifan belajar serta hubungan antar
kehidupan dan belajar peserta didik.62 Kurikulum inti memiliki ciri
khusus.
Pertama, penekanan pada nilai sosial dari universalitas
kebudayaan.63 Kurikulum inti harus bersifat normatif serta mampu
merefleksikan keperluan utama dari sistem sosial.
Kedua, struktur kurikulum inti ditentukan dari masalah sosal
dan peri kehidupan sosial. Struktur kurikulum ditentukan dari hasil
penelitian dan penjelasan kondisi sosial. Aktivitas kurikulum ditentukan
oleh minat peserta didik. Pada akhirnya kurikulum inti ditentukan oleh
pengelompokan masalah sosial yang berdasarkan aktivitas sosial. 64
Lisma menambahkan karakteristik kurikulum inti adalah perencanaan
dilakukan secara berkelanjutan dan direncakan secara terus menerus.
Kemudian isi kurikulum difokuskan untuk semua peserta didik, mamun
substansinya bersifat pribadi, problema dan sosial. Isi kurikulum
dikembangkan berdasarkan kumpulan pengalaman yang saling
berkaitan baik pengalaman sosial maupun pribadi.
2) Kurikulum yang berdasarkan proses sosial dan fungsi kehidupan
(Social function and persistens situation)
Pengorganisasian kurikulum yang dikembangkan berdasarkan
lingkungan sosial peserta didik. Tujuannya agar apa yang dipelajari
peserta didik memiliki kebermanfaatkan secara langsung dalam
kehidupan sehari-harinya.65
62
Lismina,104.
63
Unsur universalitas dalam kebudayaan memberikan kestabilan dan sebagai pemersatu
masyarakat, inti dari universalitas merupakan nilai norma dan asasi yang mengendalikan aktivitas
manusia. Sudjana Nana, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah (Bandung: Sinar
Baru Algesindo, 2005),68.
64
Nana, 69.
65
Komariah, Pengantar Manajemen Kurikulum,46.
43

3) Kurikulum yang berpusat pada pengalaman dan kegiatan (Eperience


and activity curriculum)
Pengembangan kurikulum dengan cara ini adalah menggali
potensi peserta didik guna membentuk sejumlah pengalaman untuk
membentuk kemampuan yang terpadu dengan lingkungan sosial peserta
didik.66
d. Broad Fields Curriculum (Fusi Mata Pelajaran)

Fusi mata pelajaran merupakan jenis organisasi kurikulum yang


menyatukan mata pelajaran dengan menghilangkan batasnya sehingga
memiliki kesatuan erat satu sama lain. 67 Contohnya mata pelajaran IPS
merupakan peleburan dari sejarah, geografi, sosiologi, ekonomi,
antropologi, dan sejenisnya. Kelebihan dari fusi mata pelajaran adalah (1)
membantu guru mengintegrasikan materi pelajaran, (2) membantu guru
memberikan pengetahuan fungsional kepada peserta didik, (3) memu-
ngkinkan untuk memberikan materi pelajaran lebih banyak kepada peserta
didik, (4) menekankan pada generalisasi dan prinsip dasar daripada infor-
masi dan fakta, (5) menghindari metode menghafal.

3. Pelaksanaan Kurikulum
Langkah selanjutnya setelah melakukan perencanaan kurikulum
adalah pelaksanaan kurikulum. Oxford advance learner dictionary
mendefinisikan implementasi sebagai menerapkan sesuatu yang
memberikan dampak. Menurut Joko Susiolo yang dikutip oleh Komariah
mendefinisikan pelaksanaan merupaka suatu penerapan konsep, ide,
inovasi dan kebijakan pada suatu tindakan praktis yang memberikan
dampak baik berupa nilai, pengetahuan, ketempilan maupun sikap. Secara
singkat pelaksanaan kurikulum adalah proses mengimplementasikan
kurikulum dalam pembelajaran sekolah.68 Berdasarkan definisi tersbut
dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kurikulum merupakan proses
66
Komariah,46.
67
Ibid.
68
Komariah, Pengantar Manajemen Kurikulum,133.
44

implementasi konsep, ide, kebijakan dan inovasi dalam aktivitas


pembelajaran yang berdampak pada penguasaan peserta didik pada
kompetensi tertentu, baik berupa nilai, pengetahuan maupun keterampilan
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Oemar Hamalik pelaksanaan kurikulum mencakup tiga
kegiatan pokok, antara lain:
a. Pengembangan program kurikulum yang mencakup pengembangan
program harian hingga tahunan, pengembangan remedial, serta
bimbingan dan konseling untuk siswa.
b. Pelaksanaan pembelajaran dimana guru sebagai fasilitator siswa harus
mampu mengkondisikan lingkungan belajar yang baik untuk
menunjang perubahan perilaku sesuai tujuan utama kurikulum.
c. Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakn sepanjang proses pelaksanaan
kurikulum berjalan. Evaluasi ini meliputi penilaian kelas, tes
kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertfikat,
bench marking serta penilaian program.69
Oemar Hamalik juga menambahkan setidaknya ada tiga faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum, antara lain:
a. Karakteristik kurikulum, yakni mencakup bahan ajar, fungsi, sifat,
tujuan dan ruang lingkup.
b. Strategi pelaksanaan/implementasi, yaitu cara yang digunakan dalam
pelaksanaan kurikulum seperti penataran, lokakarya, sikusi profesi,
semianr, penyediaan buku dan berbagai kegiatan yang lainnya.
c. Karakteristik penggunaan kurikulum, meliputi pengetahuan,
keterampilan dan nilai serta sikap guru terhadap kurikulum hingga
kemampuannya dalam merealisasikan kurikulum dalam proses belajar
mengajar.70
Mulyasa juga menegaskan bahwa guru diharuskan untuk secara
profesional merancang pembelajaran yang bermaksa sekaligus efektif,
69
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, IV (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010), 238.
70
Ibid.,239.
45

melakukan pengorganisasian pembelajaran, mengatur pendekatan yang


akan digunakan serta membentuk kompetensi secara aktif dan menerapkan
kriteria keberhasilan kepada siswa.71 Pendapat Mulyasa ini juga sejalan
dengan teori yang dikemukakan Marsh yang menyatakan ada tiga faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum, yakni dukungan kepala
sekolah, dukungan rekan sejawat guru serta dukungan internal dalam
kelas. Berbagai faktor yang dikemukan oleh tokoh-tokoh tersebut
memperlihatkan bahwa guru merupakan tokoh kunci dalam keberhasilan
pelaksanaan kurikulum.
Dalam pelaksanaan kurikulum setidaknya para pemangku
kebijakan harus memperhatikan beberapa prinsip yang jadi acuannya.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen
kurikulum adalah:
a. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum
harus sangat diperhatikan. Output (peserta didik) harus menjadi
pertimbangan agar sesuai dengan rumusan tujuan manajemen
kurikulum.
b. Demokratisasi, proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas
demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik
pada posisi yang seharusnya agar dapat melaksanakan tugas dengan
sebaikbaiknya dan penuh tanggung jawab.
c. Kooperatif, agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat tercapai
dengan maksimal, maka perlu adanya kerjasama yang positif dari
berbagai pihak yang terkait.
d. Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat
mencapai tujuan dengan pertimbangan efektif dan efisien, agar kegiatan
manajemen kurikulum dapat memberikan manfaat dengan
meminimalkan sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.

71
Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), 99.
46

e. Mengarahkan pada pencapaian visi, misi, dan tujuan yang sudah


ditetapkan.72
Selanjutnya, Komariah mengutip pendapat dari Hamid Syarif
mengenai prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksaan
kurikulum, meliputi:
a. Perolehan kesempatan yang sama. Setiap peserta didik berhak
diberdayakan dengan cara yang demokratis dan adil. Pemberdayaan ini
tidak memandang status ekonomi, sosial maupun budaya mereka.
Mereka yang kurang mampu secara ekonomi berhak memperoleh
kesempatan yang sama dengan yang mampu secara ekonomi. Mereka
yang berbakat dan unggul juga berhak menerima pendidikan sesuai
kemampuannya.
b. Berpusat pada anak. Pelaksaan kurikulum harus menjadikan anak
sebagai pusat pembelajaran. Kurikulum harus mampu menjadikan anak
mandiri untuk bekerjasama, belajar hingga mampu menilai diri sendiri.
Sehingga penting untuk diadakannya penialai yang komprehensif dan
berkelanjutan guna menunjang keberhasilan pelaksanaan kurikulum.
c. Pendekatan dan kemitraan. Pendekatan yang digunakan dalam
pengorganisasian pengalaman belajar peserta didik berfokus pada
kebutuhan peserta didik yang bervariasi dengan mengintegrasikan
berbagai disiplin ilmu. Sedangkan kemitraan dan tanggung jawab
bersama dari peserta didik, guru, sekolah, orang tua, masyarakat, dunia
kerja hingga perguruan tinggi menjadi faktor penunjang keberhasilan
pencapaian pengalaman belajar peserta didik.
d. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan.
Kurikulum yang sudah dirumuskan oleh pemerintah pusat selanjutnya
diserahkan kepada sekolah, selanjutnya untuk pelaksanaannya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan dari masing-masing
sekolah.73

72
Komariah, Pengantar Manajemen Kurikulum.,87.
73
Komariah,82.
47

Pelaksanaan kegiatan dan pengalaman belajar di pesantren dapat di


peroleh melalui kegiatan kokurikuler, intrakurikuler, eksertrakurikuler dan
hidden curriculum.
a. Kokurikurikuler
Kegiatan kokurikuler merupakan kegiatan yang menunjang
kegiatan intrakurikuler. Pelaksanaannya diluar jadwal intrakurikuler
dengan tujuan agar santri bisa memahami dan memperdalam materi yang
disajikan di intrakurikuler. Kegiatan ini dapat berupa pekerjaan rumah,
penugasanatau tindakan lain yang terkait dengan materi di intrakurikuler
yang harus dicapai oleh santri.
b. Intrakurikuler
Kegiatan intrakurikuler merupakan kegaitan belajar mengajar
terjadwal. Kegiatan ini bertujuan untuk meraih tujuan minimal pada
masing-masing materi yang diajarkan. Karena terjadwal maka kegaitan ini
bersifat mengikat dan wajib diikuti oleh setiap santri. Program ini berisi
berbagai kemampuan minimal dan dasar yang harus dimiliki oleh santri
pada setiap tingkatan. Sehingga keberhasilan pendidikan ditentukan oleh
ketercapaian tujuan kegiatan intrakurikuler ini.
c. Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan dalam bentuk off-class session. Kegaitan ini bertujuan
untuk menyalurkan dan mengembangkan bakat dan minat santri dalam
berbagai bidang. Santri bisa memilih kegiatan ekstrakurikuler mereka
dengan ditak mengesampingkan tugas belajar mereka pada kegiatan
kokurikuler dan intrakurikuler. Kegiatan ini bertujuan memperluas
pengetahuan santri, menunjang pencapaian tujuan institusional pesantren,
menyalurkan bakat dan minat, serta membina santri secara paripurna.
Kegiatan ekstrakurikuler pesantren salafi antara lain jam’iyah al-qurra,
pidato, kesenian dan sebagainya.
d. Hidden Curriculum
48

Hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi merujuk pada


kegaitan yang dapat mempengaruhi berlangsungnya kegaita pengajaran
dan pendidikan. Dalam hal ini bisa meningkatkan bahkan melemahkan
usaha pencapaian tujuan pendidikan. Konsep hidden curriculum merujuk
pada praktik dan hasil persekolah yang tidak diuraikan dalam program
kurikulum.74
Hidden curriculum merupakan kurikulum yang tidak direncanakan.
Subandijah yang mengutip dari Hilda Taba menyatakan “curriculum i a
plan for learning”, aktivitas dan pengalaman anak di sekolah direncakan
sedemikian rupa hingga menjadi kurikulum.75
Kurikulum di pesantren salafi bukanlah sekedar susunan mata
pelajaran, namun merupakan seluruh program pendidikan baik yang
terencana maupun tidak direncanakan (hidden curriculum). Hal ini
mengindikasikan bahwa tujuan pendidikan di pesantren salafi bukan
berdiri sendiri, tetapi seccara integral terhubung dengan tujuan pendidikan
secara keseluruhan, yakni mencetak generasi ulama’ yang bukan hanya
sekedar tahuagama tetapi juga salhe, alim dan dapat mengayomi
masyarakat. Perwujudan ini semua dapat dibentuk dari kegiatan pesantren
berupa pembiasaan kemandirian dan jiwa sosialnya yang merupakan
bentukan dari kurikulum tersembunyi.

4. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum merupakan usaha sistematik menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar,
menentukan dan mengukur deviasi-deviasi dan mengambil tindakan
koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah
dipergunakan dengan efektif dan efisien.76

74
Ruslan, “Manajemen Implementasi Kurikulum 2013,” Jurnal Cakrawala Pendidikan 1, no. 1
(2014): 119–32.
75
Nasbi, Manajemen Kurikulum: Sebuah Kajian Teoritis, I.36 (2017), 318–30.
76
Komariah, Pengantar Manajemen Kurikulum,147.
49

Tahap evaluasi dapat mempengaruhi proses perencanaan


manajemen yang akan datang, karena dengan pengawasan berarti
dilakukannya evaluasi untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan yang
terjadi agar dapat diperbaiki pada proses manajemen ke depan. Karena itu,
pengawasan harus dilakukan sebaik-baiknya agar tujuan yang dicapai
dapat direalisasikan.77
Menurut Scriven yang dikurip oleh Komariah fungsi evaluasi
dibagi menjadi dua, yakni fungsi formatif dan sumatif. Evaluasi memiliki
fungsi formatid ketika diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentudari
kurikulum yang sedang dikembangkan. Sedangkan berfungsi secara
sumatif ketika kurikulum sudah dianggap selesai pengembangannya atau
evaluasi terhadap hasil.
Disisi lain Komariah sendiri membagi evaluasi menjadi empat
jenis, yakni : fungsi formatif, fungsi diagnostik, fungsi sumatif dan fungsi
penempatan penilaian hasil belajar. Evaluasi memiliki fungsi formatif jika
bertujuan untuk perbaikan sistem pembelajaran. Berfungsi diagnostik
ketika evaluasi bertujuan mengetahui faktor kesulitan belajar siswa dalam
proses pembelajaran. Fungsi sumatif adalah ketika evaluasi dilakukan
untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik. Fungsi penempatan
penilaian hasil belajar adalah ketika evaluasi mempermasalahkan
bagaimana pengajar dapat mengetahui sejauh mana tujuan dan hasil
belajar peserta didik telah tercapai.78
Abdul Majir membagi tujuan evaluasi kurikulum menjadi dua,
antara lain sebagai penilai efektivitas, efisiensi dan relevansi program.
Serta sebagai alat bantu dalam pelaksanaan kurikulum atau pembelajaran.
Sebagai alat bantu, evaluasi berfungsi sebagai upaya perbaikan program
dan penetuan tindak lanjut pengembangan kurikulum. 79 Disisi lain
Komariah membag tujuan kurikulum dalam enam aspek, (a) membantu

77
Ibrahim Nasbi, “Manajemen Kurikulum: Sebuah Kajian Teoritis,” Idaarah: Jurnal Manajemen
Pendidikan 1, no. 2 (2017): 318–30, https://doi.org/10.24252/idaarah.v1i2.4.274.
78
Komariah, Pengantar Manajemen Kurikulum,150.
79
Majir Abdul, Dasar Pengembangan Kurikulum (Yogyakarta: Deepublish, 2017),134.
50

menentukan efektivitas program, (b) menentukan keunggulan dan


kelemahan program, (c) menentukan tingkat pencapaian atau keberhasilan
hasil belajar peserta didik, (d) menetukan masukan guna memperbaiki
program, (e) mendeskripsikan kondisi pelaksanaan kurikulum, (f)
menetapkan keterkaitan antra komponen kurikulum.80
Lebih lanjut, Lismina menambahkan tujuan dari evaluasi
kurikulum adalah untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan,
baik dari aspek relevansi, efektivitas, efisiensi hingga kelayakan dari
program yang dilakukan.81
Prinsip evaluasi dibagi menjadi (a) tujuan tertentu, setiap program
evaluasi teraarah pada tujuan yang jelas dan spesifik, (b) bersifat objektif,
harus sesuai kenyataan dan diperoleh dari instrumen yang benar, (c)
bersifat komprehensif, mencakup semua dimensi yang terdapat dalam
lingkup kurikulum, (d) kooperatif dan bertanggung jawab dalam
perencanaan, pelaksanaan dan keberhasilan program, (e) efisien dalam
penggunaan tenaga, biaya, waktu dan peralatan penunjang lainnya namun
dengan hasil yang maksimal, (f) berkesinambungan, berkaitan dengan
adanya perbaikan kurikulum setelah dilakukan evaluasi.82
Jenis evaluasi kurikulum terbagi atas evaluasi reflektif, evaluasi
rencana, evaluasi proses dan evaluasi hasil. Pertama evaluasi reflektif,
merupakan evaluasi yang memusatkan perhatiannya terhadap dimensi
kurikulum sebagai ide. Kajian evaluasi ini adalah ide yang dijadikan
landasan dan dikembangkan bagi kurikulum. Evaluasi ini dapat
dilaksanakan dengan berbagai kemungkinan, antara lain (a) saat pertama
kali ide ditemukan, (b) ketika kurikulum sebagai rencana akan
dikembangkan, (c) saat kutikulum sebagai renvana telah selesai ditulis, (d)
saat kurikulum sebagai kegiatan sedang dikembangkan.

80
Komariah, Pengantar Manajemen Kurikulum,149.
81
Lismina, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah Dan Perguruan Tinggi,145.
82
Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),25.
51

Kedua, evaluasi rencana dilaksanakan ketika inovasi mulai


diperkenalkan dalam pengembangan kurikulum dan setelah
pengembangan kurikulum menghasilkan format tertentu.
Ketiga, evaluasi proses atau evaluasi implementasi kurikulum.
Evaluasi ini fokus pada dimensi kurikulum sebagai kegiatan termasuk
faktir yang mempengaruhinya, seperti sarana dan prasarana, sistem
supervisi, lingkungan, orang tua, peserta didik, guru hingga kepala
sekolah.
Keempat, evaluasi hasil berupa evaluasi hasil belajar. Dalam hal ini
domain evaluasi hasil belajar mencakup pengetahuan, keterampilan dan
sikap.83

83
Komariah, Pengantar Manajemen Kurikulum,154-156.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Tesis ini akan menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan
menggambarkan dan menganalisis fenomena-fenomena implementasi
moderasi beragama di pesantren. Sedangkan jenis penelitiannya adalah
penelitian deskriptif yang akan mendeskripsikan fenomena yang terjadi
secara mendalam.84
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model
studi kasus dan fenomenologi. Penelitian ini akan memaparkan secara
mendalam tentang manajemen kurikulum mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan hingga pengevaluasiannya. Peneliti memilih
jenis penelitian ini karena akan mengkaji aktivitas secara rinci dan intensif
mengenai manajemen kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh Nganjuk.

B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti sebagai intrumen utama harus berhubungan
langsung dengan informan dan narasumber agar dapat memahami kenyataan
di lingkungan penelitian secara menyeluruh.85
“Peneliti merupakan instrumen kunci dalam menangkap makna dan
sekaligus alat pengumpul data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya
sebagai pelapor hasil penelitian serta bertindak sebagai partisipan penuh dari
sekolah yang diamati.” Dengan demikian peneliti mendapat beragai informasi
yang dibutuhkan.86 Dalam hal ini peneliti hadir sebagai pengamat selama 6
bulan guna melihat dan mengamati objek dan subjek penilitian secara lebih
mendalam.

84
J. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012).
85
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2006).306.
86
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2002),64.

52
53

C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
Pondok Pesantren Salafiyyah An-Nur
Ridholloh yang berlokasi di Jl. Muria
RT.12 RW.06, Ds. Gondang
Tanjung, Kec. Kertosono, Kab.
Nganjuk, Jawa Timur.
Secara garis besar pondok
pesantren dapat dikategorikan
menjadi tiga bentuk, yakni pondok
pesantren salaf, pondok pesantren
khalafiyah dan pondok pesantren
campuran atau kombinasi. Sesuai
namanya Pondok Pesantren Salafiyah
An-Nur Ridholloh merupakan
pondok pesantren bentuk yang
Gambar 3.1. Profil halaman depan pertama. Kata salaf sendiri bermakna
Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh
lama, dahulu atau tradisional.
Pesantren salafiyah merupakan pondok pesantren yang penyelenggaraan
pembelajarannya menggunakan pendekatan tradisional, sebagaimana yang
berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Pembelajaran dilakukan secara
individu atau kelompok dengan konsentrasi pada kitab klasik berbahasa
Arab. Penjenjangan tidak didasarkan pada satu waktu, akan tetapi
berdasarkan tamatnya kitab yang dipelajari.87
1. Profil Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh
Pesantren An-Nur merupakan pesantren salaf Nahdatul Ulama
dengan paham Ahlusunnah wal Jama’ah. Menurut penuturan bapak M.
Khasan Rifa’i sebagai pengasuh generasi ke-2 Pondok Pesantren
Salafiyah An-Nur Ridholloh bahwasanya pesantren ini didirikan pada
87
Ahmad Saifuddin, “Eksistensi Kurikulum Pesantren Dan Kebijakan Pendidikan Ahmad
Saifuddin (Dosen Stai Darussalam Krempyang Nganjuk),” Pendidikan Agama Islam 3, no. 1
(2015): 208–34.
54

Selasa Wage 9 Juni 1992 atau dalam tanggal Hijriah 08 Dzul Hijjah 1412
oleh ayah beliau Kiai Nur Salim bin Imam Subhari. Sejak awal
berdirinya pesantren ini memang diperuntukkan bagi masyarakat desa
Gondang Tanjung dan sekitarnya. Awal berdirinya pesantren ini hanya
terbagi menjadi 2 program, yakni Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)
dan Diniyah. Kemudian sejak tahun 2002 terjadilah pergantian
kepemimpinan dari Kiai Nur Salim kepada putra sulungnya yakni Kiai
M.Khasan Rifa’i. Semenjak itu pula program pendidikan pesantren di
merger menjadi pesantren saja, bukan TPA dan Diniyah.
Jika dilihat dari jumlah santri mengalami perbedaan setiap tahun.
Dekade pertama pendirian pesantren tidak memiliki banyak santri, hanya
sekitar 50 santri dari berbagai desa sekitar pesantren. Berlanjut ke dekade
ke dua pendirian pesantren jumlah santri meningkat enam kali lipat
menjadi 300 santri, bahkan hingga kegiatan belajar mengajar di keloter
karena kekurangan kelas. Kelas dimulai pukul 14.00 dan berakhir pukul
21.00. Pada dekade ketiga pendirian pesantren atau tepatnya saat ini
jumlah santri mengalami penurunan, kembali seperti dekade awal. Hanya
sekitar 150 santri.

2. Visi dan Misi Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh


Menururut peraturan ddari Kiai M.Khasan Rifa’i bahwa Pesantren
Salafiyah An-Nur Ridholloh memiliki visi dan misi sebagai berikut:
Visi : Mempersiapkan alumni yang tangguh dalam menyongsong era
globalisasi
Misi :
a) Meningkatkan pendidikan kitab-kitab salafiyah sesuai dengan ajaran
Ahlusunnah wal Jama’ah
b) Mensyiarkan ajaran pondok pesantren sesuai kebutuhan masyarakat
c) Meningkatkan pengenalan tholabul ilmi pada lingkungan, sesuai
sistem nilai, adat istiadat dan budaya tanpa ketinggalan zaman
d) Membiasakan kejujuran dan rasa tanggung jawab
55

3. Struktur Organisasi Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh


Tabel 3.1. Struktur Organisasi Pesantren An-Nur
Pengasuh : K. Muhammad Khasan Rifa’i
Kepala Pengurus I : Muhammad Burhanuddin
Kepala Pengurus II : Amar Ma’ruf
Sekretaris : Muhammad Mukhlis
Bendahara : Samino
Humas : Mujiantro
Dewan Asa’atidz : M. Burhanuddin
Susiatin
Siti Zulaikhah
Lailatul Inayah
Laili Roikhatul Jannah
Kiki Indah Sari
Amirotuz Zuhriyah
Devy Puspitasari
Imamum Mubin

4. Santri dan Tenaga Pendidik Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh


Santri merupakan sebutan bagi pelajar yang mendalami ilmu
agama di pondok pesantren. Dalam lingkungan pesantren dikenal dua
bentuk santri, yakni santri mukim dan santri kalong. Santri mukim
merupakan santri yang tinggal di pondok atau asrama, sedangkan santri
kalong merupakan santri yang tidak tinggal di lingkungan pondok namun
mengikuti kegiatan pembelajaran di pesantren. Biasanya santri kalong
bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi pesantren.
Santri yang belajar di Pesantren An-Nur ini tidak diseleksi sama
sekali. Bagi siapa saja yang memiliki kemauan untuk belajar ilmu agama
dipersilahkan untuk mendaftar sebagai santri.
Pondok pesantren An-Nur merupakan pondok salafi yang murni
mengajarakan pendidikan kitab kuning dengan satu tambahan pendidikan
bahasa inggris. Santri yang belajar di pondok pesantren ini berasal dari
berbagai daerah di pulau jawa. Pembagian jenjangnya mulai dari al-Ula
untuk kelas awal, al-Wustho untuk kelas tengah, al-Ulya untuk kelas
56

menengah atas dan Ma’had Aly untuk pendidikan tinggi. Berikut data
santri beserta jenjannya
Tabel 3.2.Data Santri Berdasarkan Jenjang Pendidikan Tiga Tahun Terakhir

Tahun Ula Wustho Ulya Aly Kelas Jumlah


Khusus
2019 50 33 30 33 40 186
2020 45 48 32 28 60 213
2021-2022 40 45 47 30 50 212

Kelangsungan kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren


Salafiyah An-Nur Ridholloh tidak terlepas dari pesan para ustadz dan
ustadzahnya. Sebagian besar pengajarnya merupakan alumni dari Pondok
Pesantren An-Nur Ridholloh, dan sisanya diambil dari lulusan pesantren
satu almamater dengan kiai pondok. Berikut peneliti sajikan data
pengajar di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh:
Tabel 3.3.Data Ustadz/Ustadzah Pon-Pes An-Nur Ridholloh

No Almamater Asal Ustadz Ustadzah


1 Alumni Pesantren 1 5
2 Perguruan Tinggi Negeri 1 1
3 Perguruan Tinggi Swasta - 1
Jumlah 2 7

5. Kondisi Lingkungan Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh


Kondisi lingkungan Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh yang
peneliti paparkan mencakup sarana dan prasarana fisik yang disediakan
bagi tamu yang berkepentingan maupun untuk santri sendiri. Berikut
sarana fisik yang tersedia di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh
Tabel 3.4.Data Fisik Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh

No Sarana Jumlah
1 Masjid 1
2 Ruang Belajar 4
3 Aula 1
4 Asrama Putra 1
5 Asrama Putri 1
6 Kantin 2
57

7 Kamar mandi dan WC 8


8 Dapur 2
9 Gudang 1

D. Sumber Data
Sumber data primer penelitian kualitatif adalah tindakan dan kata-
kata, selebihnya adalah data tambahan berupa dokumen. Dalam penelitian
ini data yang akan diambil dari dua sumber, yaitu :
1. Narasumber atau informan meliputi kiai, katib (sekretaris), mustahiq
dan munawib (pengajar).
2. Peristiwa atau aktivitas data atau informasi melalui pengamatan
berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dalam hal ini peristiwa yang
atau aktivitas yang dimaksud adalah manajemen kurikulum di pesantren
Salafiyah An-Nur Ridholloh.
3. Dokumen atau arsip yang dibutuhkan peneliti adalah dokumen tertulis
berkenaan dengan buku pedoman, profil pesantren, visi, misi dan tujuan
pesantren, program kerja pesantren dan data-data relevan dengan
manajemen kurikulum pesantren.

E. Prosedur Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif sekuler. Berikut ini cara yang digunakan untuk pengumpulan data.
1. Pengamatan berperan serta (participant observation).“Peneliti
melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti.”
Penelitian akan dilaksanakan selama 6 bulan dengan penjadwalan
khusus.
2. Wawancara mendalam dan bebas terpimpin untuk mendapatkan data
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum di
Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh.
3. Dokumentasi. Penelitian melakukan pengkajian dan menganalisis
berbagai dokumen yang sesuai dengan konteks penelitian baik tertulis
maupun tidak tertulis.
58

F. Pengecekan Keabsahan Data


Pemeriksaan keabsahan data dilakukan guna menunjukkan
penelitian yang dilakukan merupakan penelitian saintifik sekaligus
mengevaluasi data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian
kualitatif meliputi “uji credibility, transferability, dependability, dan
confirmability.” Pengecekan pada keabsahan data bertujuan untuk
menjawab prasangka pada peneliti kualitatif yang dianggap tidak ilmiah. 88
Adapun uji keabsahan data yang dapat dilaksanakan:
1. Uji Credibility
Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan pada data
penelitian dilakukan untuk menolak keraguan dari karya ilmiah yang
dibuat.
a. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan dilakukan dengan cara peneliti
kembali ke lapangan, melakukan pengamatan dan wawancara lagi
dengan sumber data yang ditemui maupun sumber data yang lebih baru.
Pengamatan pada penelitian akan dilakukan selama 6 bulan,
dengan meneliti bagaimana implementasi moderasi beragama di
pesantren ini. Melihat dari indikator moderasi yang telah diterapkan dan
yang belum.
b. Meningkatkan kecermatan dalam penelitian
Meningkatkan kecermatan dalam penelitian dilakukan secara
bekelanjutan, sehingga urutan kronologis dan kepastiandata dapat
direkam dengan sistematis.
Peneliti akan mencermati data administratif yang telah diberikan
sekolah kemudian mencocokkannya dengan realitas yang ada. Serta
memastikan penelitian tetap telah berjalan sesuai pedoman penelitian.
c. Triangulasi

88
J. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),76.
59

Menurut Wiliam Wiersma, triangulasi dalam penelitian


dimaknai sebagai penelaahan data kembali dari berbagai sumber dan
dari berbagai waktu. Oleh karena itu terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu. Berikut
pembagiannya:
1) Triangulasi Sumber
Pengujian kredibilitas data dapat dilakukan memalui
pengecekan kembali data yang diperoleh dari berbagai sumber.
Kemudian data dievaluasi oleh peneliti sehingga menghasilkan
kesimpulan, selanjutnya dilakukan member check (kesepakatan) dari
tiga sumber data.
Triangulasi sumber pada penelitian ini dilakukan dengan
mewawancarai , katib (sekretaris), dewan asaatidz (pengajar) dengan
instrumen penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun
tujuan pemilihan sumber telah peneliti jelaskan pada sub pemilihan
sumber data;
2) Triangulasi Waktu
Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan pada pagi,
sore atau malam hari ketika narasumber selesai melakukan kegiatan
pesantren. Kemudian dilakukan pengecekan lagi pada waktu dan
situasi yang berbeda asalkan tetap pada jam efektif kerja. Jika nanti
hasil datanya berbeda, maka akan dilakukan pengujian berulang
hingga ditemukan kepastian data yang diperoleh.89
d. Menggunakan Bahan Referensi
Referensi merupakan bahan pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti, yakni berupa foto dan
dokumen dokumen pendukung lain yang dapat dipertanggungjawabkan
kredibilitasnya.
2. Transferability

89
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan.,273.
60

Validitas eksternal dalam penelitian kualitatif dapat disebut sebagai


Transferability.90 Bagi peneliti nilai transfer bergantung pada pengguna,
oleh karena itu ketika penelitian digunakan pada keadaan yang berbeda
dan situasi yang berbeda pula validitas nilai transfer masih dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Dependability
Sebuah penelitian dikatakan dependent atau reliabel ketika
penelitian dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama
akan menghasilkan hasil yang sama pula. Pengujian dependability dalam
penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan audit pada keseluruhan
proses penelitian.
Audit dilakukan dengan cara pembimbing yang independen
mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam
melakukan penelitian.“Dimulai ketika saat peneliti mulai menentukan
masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber data, melaksanakan analisis
data, melakukan uji keabsahan data, sampai pada pembuatan laporan hasil
pengamatan.”Dalam konteks ini auditor peneliti adalah dosen pembimbing
tesis yang diberi kewenangan langsung oleh pihak kampus.
4. Confirmability
Uji confirmability penelitian merupakan objektivitas pengujian
kualitatif.“Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah
disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji confirmability
berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah
dilakukan.” Pengujian hasil penelitian ini akan dilaksanakan dalam sidang
laporan tesis sesuai jadwal yang telah ditetapkan kampus.
G. Teknik Analisis Data
Analisa“data adalah rangkaian kegiatan penelaahan,
pengelompokan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah

90
Ibid., 276.
61

fenomena memiliki nilai sosial, akademis, dan ilmiah. 91 ”Adapun langkah


analisisnya sebagai berikut:
1. Reduksi data adalah penyederhanaan dan pemilihan data kasar yang
diperoleh peneliti, hingga tersaring data data yang relevan sesuai
kebutuhan peneliti. Reduksi data pada penelitian ini akan lakukan selama
proses penelitian sampai dengan tersusunnya laporan akhir penelitian;
2. Penyajian data,“merupakan sekumpulan informasi dalam teks naratif.
Penyusunan informasi tersebut dilakukan sistematis dalam bentuk tema-
tema pembahasan sehingga mudah difahami makna yang terkandung
didalamnya.
3. Menarik kesimpulan atau“verifikasi merupakan suatu kegiatan
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan tersebut diverifikasi
dalam penelitian yaitu meninjau ulang pada catatan-catatan lapangan.92”

91
Suprayogo Imam and Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001),191.
92
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,91-99.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data
Pembahasan di bab ini akan memaparkan data yang sesuai dengan
hasil peelitian. Peneliti akan memaparkan hal-hal yang berkaitan erat
dengan variabel manajemen kurikulum di Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh Nganjuk.
1. Perencanaan Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh Nganjuk
Kurikulum yang ada di pesantren An-Nur seluruhnya dilakukan oleh
kiai, kemudian dewan asaatidz bertugas untuk melaksanakan pengajaran
sesuai pengarahan dari kiai. Dasar pembuatan kurikulum ini adalah
kebutuhan masyarakat sekitar pondok. Hal ini juga telah tercantum pada
misi pesantren. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengasuh pondok Kiai
M. Khasan Rifa’i sebagai berikut:
“Pada dasarnya ada tiga hal yang mendasari pembuatan kurikulum
di pondok ini, pertama kebutuhan masyarakat. Itu juga yang
mendasari pembuatan misi pondok ini, yaitu mensyiarkan ajaran
pondok pesantren sesuai kebutuhan masyarakat. Saya melihat
masyarakat di sekitar pesantren membutuhkan pendidikan agama
yang baik. Awal pendirian pesantren ini masyarakatnya sekitar
pesantren majemuk. Dimana masyarakatnya masih memegang
kental budaya jawa (kejawen) seperti nyadranan, pemberian cok
bakal di pematang sawah, piton-piton atau tedak siten, dan
tingkeban. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan budaya itu,
hanya saja karena kurangnya pemahaman akhirnya menimbulkan
permusuhan di masyarakat. Untuk itulah selain mendidik santri

62
63

saya juga berusaha mengajak masyarakat untuk memahami agama


dengan lebih baik melalui kajian rutin yang sudah terjadwal.93”

Berdasarkan paparan hasil wawancara ini dapat dipahami bahwa


yang menjadi faktor mendasar pembuatan kurikulum di Pesantren
Salafiyah An-Nur Ridholloh adalah untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan masyarakat. Masyarakat yang majemuk menimbulkan konflik
yang harus diselesaikan. Jadi yang menjadi landasan awal pembuatan
kurikulum ini adalah kebutuhan masyarakat serta mempersiapkan santri
untuk menjadi masyarakat yang diharapkan. Lebih lanjut beliau
menjelaskan alasan kedua pembentukan kurikulum ini
“Alasan kedua yang mendasari pembuatan kurikulum di pesantren
ini dengan berbagai kitab yang disiapkan disetiap jenjangnya
adalah terinspirasi dari tiga pondok rujukan saya. Dimana ketiga
pondok ini merupakan tempat saya pernah menimba ilmu, yakni
pesantren Lirboyo di Kediri, Pesantren Krempyang di Nganjuk dan
Pesantren Tegal Dlimo di Banyuwangi. Keseluruhan ilmu yang
sudah saya terima dari kiai-kiai keseluruhannya mengajarkan untuk
bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Alangkah lebih baik jika bisa
mendidik masyarakatnya dengan ilmu agama, tetapi tidak boleh
dilakukan secara radikal. Caranya dengan tetap merangkul
masyarakatnya dengan tidak melanggar sistem nilai, adat istiadat
dan budayanya, dengan catatan syari’at tetap menjadi pedoman
utama.94”

Peparan pengasuh ini mengindikasikan bahwa pembuatan kurikulum


di Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh tidak terlepas dari kemampuan
keilmuan kiai, latar belakang pendidikan dan prinsip sang kiai sebagai
perumus kurikulum. Cara yang dilakukan beliau untuk mendidik masyarakat
adalah dengan merangkul mereka menyesuaikan sistem nilai, adat istiadat
dan budayanya namun tetap berpedoman pada prinsip syari’at. Perencanaan
kurikulum di pesantren An-Nur dilakukan seluruhnya oleh kiai sebagai
pengasuh pondok kemudian kurikulum di delegasikan kepada seluruh
dewan asaatidz.
93
M. Khasan Rifa’i, Pengasuh Pesantren An-Nur, Ponpes An-Nur Ridholloh Nganjuk, 04 Maret
2022.
94
M. Khasan Rifa’i, Pengasuh Pesantren An-Nur, Ponpes An-Nur Ridholloh Nganjuk, 04 Maret
2022.
64

Lebih lanjut terkait prinsip yang digunakan untuk menyusun


kurikulum di pesantren ini didapatkan dari hasil wawancara dengan Kiai
M. Khasan Rifa’i yang dikemukakan sebagai berikut:
“Pada prinsipnya saya mengharapkan santri saya menjadi manusia
yang berakhlak mulia dan bermoral. Tidak mudah membid’ahkan
atau mengkafirkan orang lain. Tau bagaimana caraya bersosialisasi
dengan lingkungan. Untuk urusan cerdas atau tidaknya biar Allah
Swt. yang menentukan. Namun bukan berarti perbekalan ilmu
pengetahuannya tidak di openi (dirawat), tetap di jaga dengan
memberikan kitab sesuai kemampuannya. Selain itu pesantren juga
membekali santri dengan keterampilan hidup. Pesantren
memberikan kebebasan santri untuk memilih ekstrakurikulernya,
ada yang belajar menjahit, pencak silat dan berdagang. Kalau untuk
urusan berdadang pesantren memfasilitasi santri dengan menjual
air mineral, teh herbal dan kopi produksi pesantren. Tentunya
dengan label yang sudah dipatenkan. Untuk laba seluruhnya
diambil oleh santri sendiri. Untuk uang saku mereka selama di
pesantren. Karena kebanyakan santri yang mondok disini anak-
anak yatim dan kurang mampu. Jadi selain menggeratiskan biaya
pendidikan, pesantren juga membantu mereka dengan membekali
keterampilan yang mereka sukai. Agar kelak ketika mereka lulus
dari pesantren bukan hanya kitab yang dibawa pulang, tetapi juga
keterampilan yang bisa membantu mereka bertahan hidup di
masyarakat.95 ”
Berdasarkan paparan di atas dapat dipahami bahwa prinsip
penyusunan kurikulum di Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh adalah
membentuk karakter santri yang berakhlak mulia dan bermoral,
mengembangkan potensi yang dimiliki santri, baik secara keilmuaan,
pembiasaan serta pembekalan keterampilan hidup.
Proses perencanaan kurikulum di Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh dilakukan melalui beberapa hal sebagai berikut:

a. Menentukan Tujuan
Secara spesifik tujuan diterapkannya diantaranya sebagai berikut:
1) Akhlak
Religius, berakhlakul karimah. jujur dan bertanggung jawab serta
menanamkan nilai-nilai Ahlusunnah wal Jama’ah.
95
M. Khasan Rifa’i, Pengasuh Pesantren An-Nur, Ponpes An-Nur Ridholloh Nganjuk, 04 Maret
2022.
65

2) Akademik
Memperoleh materi esensi berupa kitab-kitab salafiyah sesuai
ajaran Ahlusunnah wal Jama’aah dan susuai jenjang kelas. Mampu
menjadi alumni yang dapat memanfaatkan ilmunya pada
lingkungan, sesuai sistem nilai, adat istiadat dan budaya setempat
menyesuaikan kebutuhan zaman.
b. Mengorganisasikan santri sesuai kebutuhan
Pondok pesantren An-Nur merupakan pondok salafi yang
murni mengajarakan pendidikan kitab kuning dengan satu tambahan
pendidikan bahasa inggris. Santri yang belajar di pondok pesantren ini
berasal dari berbagai daerah di pulau jawa. Pembagian jenjangnya
mulai dari al-Ula untuk kelas awal, al-Wustho untuk kelas tengah, al-
Ulya untuk kelas menengah atas dan Ma’had Aly untuk pendidikan
tinggi. Data terkait bisa dilihat pada tabel 1 di BAB III poin C lokasi
penelitian.
Santri di lingkungan pesantren dikenal dalam dua bentuk,
yakni santri mukim dan santri kalong. Santri mukim merupakan santri
yang tinggal di pondok atau asrama, sedangkan santri kalong
merupakan santri yang tidak tinggal di lingkungan pondok namun
mengikuti kegiatan pembelajaran di pesantren. Biasanya santri kalong
bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi pesantren. Santri yang belajar
di Pesantren An-Nur ini tidak diseleksi sama sekali. Bagi siapa saja
yang memiliki kemauan untuk belajar ilmu agama dipersilahkan untuk
mendaftar sebagai santri. Karena sikap keterbukaan ini,kiai tidak
pernah melihat latar belakang santri. Kiai menerima santri dari latar
belakang apapun, baik mereka yang putus sekolah, yatim dikeluarkan
dari pesantren lain karena berkasus, kriminal, pecandu miras atau
narkoba hingga gangguan jiwa.
“Saya tidak pernah menolak santri dari latar belakang apapun. Saya
malah senang kalau mereka masih ada keinginan untuk belajar
agama. Ibaratnya jika diluar dianggap sampah masyarakat, disini
justru diterima. Saya melabeli pondok ini sebagai bengkel moral.
66

Kalau mereka ingin berubah kenapa harus ditolak. Kalau bukan kita
yang menolong lalu siapa lagi?.96”

Santri mukim secara umum bisa dikategorikan menjadi dua


macam, yakni santri pelajar dan nonpelajar. Santri pelajar adalah
santri yang datang untuk mengaji di pesantren sambil mengikuti
pendidikan formal di luar pesantren, mulai dari TK hingga Perguruan
Tinggi. Sedangkan santri nonpelajaradalah santri yang berniat
menimba ilmu agama saja di pesantren tanpa mengikuti pendidikan
formal. Santri nonpelajar ini dibagi lagi menjadi dua, yakni santri
pasien dan nonpasien. Santri pasien adalah santri yang sejak awal
berniat untuk berobat atau rehabilitasi melalui terapi sembari menimba
ilmu agama. Santri pasien ini dikategorikan menjadi dua lagi, yakni
pasien pecandu narkoba atau miras dan gangguan jiwa. Sebaliknya,
santri nonpasien merupakan santri yang menimba ilmu agama di
pesantren tanpa ada niatan lainnya. Santri nonpasien tidak memiliki
latar belakang khusus, seperti kriminal, pecandu miras, maupun
gangguan jiwa.
Dari segi usia kiai juga tidak membeda-bedakan, baik usia
pendidikan dasar hingga dewasa. Semua diterima secara terbuka.
Bahkan ada santri yang tidak memiliki keluarga atau memiliki
keluarga tetapi tidak jelas tanggung jawabnya kemudian menetap di
pesantren. Kiai juga menerima santri yang tidak mampu secara
ekonomi. Apalagi pesantren ini memang tidak dipungut biaya sama
sekali. Namun meski begitu wali santri yang masih mampu
membiayai ikut membantu administratif pesantren dengan berdonasi.97
Berdasarkan kategori moderasi beragama, santri An-Nur
digambarkan berdasarkan tingkat pendidikan, asal-usul daerah,
bahasa, kesehatan dan jenis kelamin. Yang menarik dari An-Nur
adalah adanya tipe santri pasien dan nonpasien. Keunikan lainnya
96
M. Khasan Rifa’i, Pengasuh Pesantren An-Nur, Ponpes An-Nur Ridholloh Nganjuk, 04 Maret
2022.
97
Observasi, di Ponpes An-Nur Ridholloh Nganjuk, 04 Maret 2022.
67

kamar atau asrama mereka tidak dipisah, melainkan membaur seperti


santri yang normal. Meski membaur mereka tampak harmonis dan
tidak ada benturan satu sama lain. Bahkan santri nonpasien secara
aktif ikut membantu keberhasilan rehabilitasi santri pasien.
68

Santri An-Nur

Santri Kalong Santri Mukim

Kesehatan/
Pendidikan
Kejiwaan

Normal/ Pasien/Berkebutuhan
Pelajar Non Pelajar
Nonpasien Khusus

Pendidikan Pendidikan Pecandu Mantan


Dewasa Putus Sekolah
Dasar Menengah narkoba/miras Kriminal

Pendidikan Gangguan
Tinggi Jiwa

Jenis Kelamin Daerah

Laki-laki Perempuan Jawa Timur Jawa Tengah

Jakarta

Gambar 4.1. Perencanaan Kurikulum melalui Pembagian Santri An-Nur sesuai Kebutuhan
69

c. Merumuskan Jadwal Kegiatan Rutin Pesantren Salafiyah An-Nur


Ridholloh
Pembelajaran di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh berlangsung selama 6 hari, Mulai dari Senin sampai Ahad,
dan libur di hari Jum’at. Berikut peneliti sajikan jadwal pembelajaran
di pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh:
Tabel 4.1. Perencanaan Jadwal Pembelajaran Pesantren Salafiyah An-
Nur Ridholloh (Santri Mukim dan Kalong)

Jenis Mata
Waktu Hari
Pelajaran
Kitab 05.00-06.00
Senin, Selasa, Rabu,
Kitab 16.00-18.00
Kamis, Sabtu, Ahad
Kitab 18.30-20.00

Tabel 4.2.Perencanaan Jadwal Santri Mukim di Pondok Pesantren


Salafiyah An-Nur Ridholloh

No Waktu (WIB) Kegiatan


1 03.30-04.00 Bangun Tidur
2 04.00-05.00 Shalat Subuh
3 05.00–06.00 Kajian Kitab Kuning
4 06.00-07.00 Mandi dan persiapan sekolah
5 07.00-13.00 Sekolah
6 13.00-15.00 Shalat Dzuhur dilanjutkan istirahat
7 15.00-16.00 Shalat Ashar dan tahsin
8 16.00-17.30 Kajian Kitab Kuning
9 17.30-18.00 Shalat Maghrib
10 18.00-19.30 Kajian Kitab Kuning
11 19.30-20.00 Shalat Isya’
12 20.00-22.00 Mudzakarah
13 22.00-03.30 Tidur
70

Tabel 4.3. Perencanaan Program Pesantren bersama Masyarakat

Jenis Program Deskripsi Program


Majelis Sholawat Nariyah Majlis rutin yang diadakan pesantren
dan Al Waqia’ah sejak 2011. Kegiatan yang dilakukan
(MASHNA) adalah pembacaan tahlil, istighotsah,
sholawat nariyah dan surat Al-
Waqi’ah. Sebelum acara dimulai
jama’ah mengumpulkan selebaran
kertas berisi daftar nama ahli kubur
yang akan dikirim doa dan hajat
mereka.
Rutinan Ekslusif Senin Pon Kajian rutin yang diadakan pesantren
(RESPON) Kajian kitab sejak 2018. Kegiatan yang dilakukan
Nasoiqul ‘Ibad adalah kajian kitab Nasoiqul ‘Ibad
yang dikaji oleh Gus Tatmi’un Ni’am.
Kegitan diawali dengan pembacaan
tahlil, dilanjutkan kajian kitab dan
diakhiri dengan sesi tanya jawab
dengan jama’ah.
Safari Sholawat Pasopati Bekerja sama dengan pondok
(Pasukan Sholawat Paling Hidayatul Qur’an pesantren An-Nur
Tertib) membuat kegiatan safari sholawat
diiringi al banjari dengan
memberdayakan santri dari kedua
pondok ini. Kegiatan safari sholawat
ini rutin dilaksanakan ketika ramadhan
minimal seminggu sekali, kemudian
diluar bulan ramadhan kegiatan
dilakukan sesuai dengan undangan
ketika ada acara tertentu. Pengundang
bisa dari berbagai kalangan dan
daerah.
Khataman Al-Qur’an Kegiatan membaca Al-Qur’an dari
awal hingga akhir. Didirikan sejak
2011, dengan anggota khusus ibu ibu
sekitar area pesantren. Kegiatan
dimulai pukul 05.00 WIB atau ba’da
shalat subuh dibuka oleh santri mukim,
kemudian dilanjutkan oleh anggota
majlis (ibu-ibu) hingga khatam,
biasanya berakhir pukul 12.00 WIB.
71

Gambar 4.2. Perencanaan Kurikulum: Perencanaan Pengembangan Rutinan


Sholawat Pasopati

2. Pengorganisasian Kurikulum Pesantren di Pondok Pesantren Salafiyah


An-Nur Ridholloh Nganjuk
Pengorganisasian kurikulum merupakan kerangka umum program
pengajaran yang tersusun dalam pola tertentu yang bertujuan untuk
memudahkan peserta didik mengikuti kegaitan pembelajaran secara efektif
dan efisien.98 Bentuk pengorganisasian kurikulum di pesantren An-Nur
merupakan kurikulum terpadu atau integrated curriculum dengan basis
moderasi beragama.
Berdasarkan pengamatan peneliti bentuk pengorganisasian
integrated curriculum terbagi menjadi kurikulum inti atau core curriculum,
kurikulum yang berdasarkan proses sosial dan fungsi kehidupan (Social
function and persistens situation) dan kurikulum yang berpusat pada
pengalaman dan kegiatan (Experience and activity curriculum).
Bentuk kurikulum terpadu di pesantren An-Nur dapat dilihat dari
sebaran mata pelajaran serta program pesantren bersama masyarakat.
Bentuk dari kurikulum terpadu ini terbagi menjadi tiga. Pertama, kurikulum
inti atau core curriculum. Penentuan sebaran ini akan memudahkan

98
Komariah, Pengantar Manajemen Kurikulum, 36.
72

pendidik untuk memetakan materi yang hendak disampaikan kepada santri.


Berikut sebaran kurikulum Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh
Nganjuk.
Tabel 4.4. Pengorganisasian Kurikulum : Sebaran Mata Pelajaran Pondok
Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh Nganjuk

Jenjang Al-Ula
No Mata Pelajaran Kitab
1 Ilmu Tauhid Aqidatul Awam Tsani
Kifayatul Awam
Tauhid
Mu’taqod
2 Fiqih Mabadil Fiqh
Durotun Dahab
Safinatun Sholat
Fasholatan
3 Ilmu Nahwu Lughotul Arobiyah
4 Tarikh Tarikhun Nabi
Tarikh Nabi Tsani
5 Ilmu Al Qur’an dan Iqro’
Tajwid Al Qur’an
Tanwirul Qori’
6 Ilmu Akhlak Alhlaqu Lil Banat/Lil Banin
Washoya
Alala
7 Hadis Hadits Syarifah
Jenjang Al-Wustho
1 Hadits Arba’in Nawawiyah
Hadits Syarifah
2 Ilmu Balaghah Tashrif
Nahwu dan Shorof Maqsud Awal
Qowa’idul I’lal
Qowa’idul I’rob
Nahwu Jurumiyah
Nahwu Al Imrithi
3 Fiqih Mabadil Fiqih
Masa’ilin Nisa’
I’anatun Nisa’
Targhib
Arba’i Rosa’il
Risalatul Mahaid
4 Ilmu Akhlak Taisirul Kholaq
Mar’atus Sholihah
Washoya
Ayyuhal Walad
73

Tanhiqul Qoul
Ta’lim Muta’alim
Durorul Bahiyah
Aqidatul Islamiyah
5 Al-Qur’an dan Tajwid Hidayatus Shibyan
Hidayatul Mustafid
6 Ilmu Tauhid Sulam Taukhid
Nurul Yaqin
Jawahirul Kalamiyah
Tijan Durori
Jenjang Ulya
1 Al Qur’an dan Tafsir Tafsir Jalalain
Tafsir Al Ibriz
Tafsir Yasin
Fatkhul Manan
2 Hadis Bulughul Marom
Jauharul Bukhori
3 Nahwu Nahwu Mutamimah
Al Imrithi
Alfiyah Ibnu Malik
Maqsud Tsani
4 Fiqih Fatkhul Qorib
Bughyatul Murtasyiddin
Riyadul Badi’ah
Hasyiah Al Bajuri
Nadhomul Waroqot
5 Ilmu Aqidah dan Uqudul Jain
Akhlak Qurrotul Uyun
Nashoikhud Diniyah
Riyadus Sholihin
Risalatu Taubat
Syurutu Du’a
Ahaditsun Nikah
6 Tauhid Tanwirul Qulub
Sulam Taufiq
Tanwirul Khalaq
7 Tarikh Naba’ul Hadir
Qishosu At-Tawabin
8 Mustolah Hadis Jami’us Shoghir
Jenjang Aly
1 Ilmu Hikmah dan Qomi’ut Tughyan
Tauhid Durrotun Nasihin
Daqo’iqul Akbar
Risalatul Mu’awanah
Bidayatul Hidayah
Minhaju Al-Abidin
74

Dala’il Al-Khoirot
Al Ushfuriyah
Ihdaya’ Ulumuddin
Al Hikam
Hikmatu At-Tasyri wa Falsafatuhu
2 Akidah dan Akhlak Tanbihul Ghofilin
3 Fiqih Fath al-Mu’in
Irsyadul Ibad
Durusul Falakiyah
Umdatul Masalik
4 Hadits Sunan Ibnu Majah
Al Iqna’
5 Nahwu dan Shorof Ibnu Aqil
Tarikh Qishosu Al-Anbiya’
6 Tafsir Tafsir Ibnu Katsir
7 Kitab Khusus Thibbun Nabawi
Sirrul Jalil
Khozinatul Asror
Jam’us Sholawat
Al-Aufaq
Abu Ma’syar
Syamsul Ma’arif
Silakhul Mu’minin
Al Mujarobah
Nailul Manahil

Kedua, kurikulum yang berdasarkan proses sosial dan fungsi sosial


(social functional and persistens situation). Pengorganisasian kurikulum ini
dikembangkan berdasarkan lingkungan sosial peserta didik. Tujuannya agar
apa yang dipelajari peserta didik memiliki kebermanfaatkan secara langsung
dalam kehidupan sehari-harinya.99 Bentuknya berupa penambahan kajian
kitab khusus yang bisa dipilih santri dan program pesantren bersama
masyarakat.
Kajian kitab khusus apat diikuti oleh santri umum, baik santri
mukim, santri kalong maupun masyarakat sekitar pesantren. Kelas ini
dilaksanakan seminggu tiga kali dimulai pukul 21.00 dan berakhir pukul
23.00. Sejauh ini kelas khusus tersebut hanya diisi oleh santri laki-laki
tanpa ada santri perempuan. Hal ini memungkin terjadi mengingat waktu

99
Komariah, Pengantar Manajemen Kurikulum,46.
75

pelaksanaan kajian kitab yang relatif malam sehingga jarang perempuan


yang mengikuti kajian tersebut. Pernyataan ini dikutakan oleh bapak
Burhanudin sebagai kepala pengurus sekaligus santri kelas khusus,
sebagaimana berikut:
“Pesantren memberikan kesempatan santri untuk memilih kitab
khusus sesuai kesepakatan yang akan dikaji menyesuaikan jadwal
kiai. Seperti Thibbun Nabawi, Sirrul Jalil, Khozinatul Asror dan
berbagai kitab yang lain. Biasanya kajian dilakukan di malam hari
diluar jam wajib belajar. Yakni dimulai pukul 21.00 dan berakhir
pukul 23.00. Mereka yang mengikuti kajian khusus ini mayoritas
adalah alumni dan masyarakat sekitar. Namun tidak menutup
kemungkinan santri santri mukim juga mengikutinya. Kajiannya
dilakukan di aula pondok, mengingat santri yang mengikuti kajian
berasal dari berbagai jenjang dengan jumlah yang cukup banyak.
Tujuan dari pengembangan ini adalah memperluas wawasan santri
terkait ilmu keagamaan, selain itu membantu santri memahami
masalah dari semua aspek ilmu serta mengembangkan minat santri.
Selain itu pesantren juga memberikan kesempatan santri untuk
dapat berinteraksi dengan masyarakat melalui program pesantren
bersama masyarakat, seperti respon, mashna, qotmil qur’an dan
sebagainya.100”

Berdasarkan paparan bapak Burhanudin tersebut dapat disimpulkan


bahwa selain kurikulum wajib di setiap jenjang, Pesantren An-Nur juga
memberikan kesempatan santri untuk mimilih kitab khusus sesuai dengan
kecenderungannya. Hal ini bertujuan untuk memperluas wawasan
keilmuan santri, memahami masalah keagamaan dari berbagai aspek ilmu
dan mengembangkan minat santri.
Ketiga, kurikulum yang berpusat pada pengalaman dan kegiatan
(Experience and activity curriculum). Pengembangan kurikulum dengan
cara ini adalah menggali potensi peserta didik guna membentuk sejumlah
pengalaman untuk membentuk kemampuan yang terpadu dengan
lingkungan sosial peserta didik.101 Bentuk kegiatannya berupa
ekstrakurikuler yang dapat diikuti santri sesuai dengan minat dan bakat
mereka. Ekstrakurikuler yang mereka geluti ini selanjutnya bisa menjadi

100
Burhanudin, Kepala Pengurus 1, Ponpes An-Nur Ridholloh Nganjuk, 12 Maret 2022.
101
Komariah,46.
76

bekal mereka untuk mengasah kemampuan yang dimiliki. Seperti


menjahit, silat, seni al banjari yang selanjutnya terwadahi dalam safari
sholawat pasopati dan wirausaha. Selain itu kegiatan santri nonpasien
ketika ikut membantu merawat santri pasien juga bisa memberi
pembelajaran dan pengalaman merawat saudara sesama muslim bagi santri
non pasien serta menumbuhkan sikap saling peduli satu sama lain.
3. Pelaksanaan Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh Nganjuk
Pelaksanaan kurikulum di pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh
dilakukan setiap hari melalui pembelajaran di kelas dan di luar kelas.
Adapun jadwal pelajaran yang berlaku di Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh tertera pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5.Pelaksanaan Kurikulum: Jadwal Pengajar Dan Kelas yang
diampu
Hari Ba’da Subuh Ba’da Ashar Ba’da Maghrib
(05.00-06.00) (16.00-17.00) (18.00-19.30)
Kelas Al Ulya dan Kelas Al Ula dan Al Kelas Al Ula, Al Wustho
Aly Wustho dan Aly
Senin M. Khasan Rifa’i Lailatul Inayah M. Khasan Rifa’i
Laili Roikhatul J. M. Burhanudin
Devy Puspitasari
Selasa M. Khasan Rifa’i Lailatul Inayah M. Khasan Rifa’i
Laili Roikhatul J. M. Burhanudin
Devy Puspitasari
Rabu M. Khasan Rifa’i Lailatul Inayah M. Burhanudin
Laili Roikhatul J. Devy Puspitasari
Amirotuz Z
Kamis M. Khasan Rifa’i Lailatul Inayah Tahlil
Kiki Inda S.
Jum’at - Susiatin Muthola’ah Bersama
Sabtu M. Khasan Rifa’i Kiki Indah Sari
M. Khasan Rifa’i
Laili Roikhatul J.
M. Burhanudin
Amirotuz Z.
Ahad M. Khasan Rifa’i Laili Roikhatul J. M. Khasan Rifa’i
Kiki Indah S. M. Burhanudin
Amirotuz Z.
Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh juga memiliki
program kajian bersama masyarakat. Adapun programnya peneliti sajikan
dalam bentuk tabel berikut:
77

Tabel 4.6. Pelaksanaan Program Pesantren Bersama Masyarakat

Jenis Program Waktu Pelaksanaannya


Majelis Sholawat Nariyah Setiap Malam Ahad Legi (Kalender
dan Al Waqia’ah Jawa)
(MASHNA) Pukul : 19.00-21.00 (WIB)
Rutinan Ekslusif Senin Pon Setiap Senin Pon (Kalender Jawa)
(RESPON) Kajian kitab Pukul : 19.30-21.00 (WIB)
Nasoikhul ‘Ibad
Safari Sholawat Kondisional
Khataman Al-Qur’an Setiap Ahad Kliwon (Kalender
Jawa)
Pukul : 05.00 – 12.00 (WIB)
Tujuan dibentuknya program pesantren bersama masyarakat ini
adalah untuk membantu masyarakat memahami agama Islam lebih
mendalam, selain itu agar masyarakat tidak tenggelam dalam kejumudan,
tidak mudah membid’ahkan kelompok lain.
Masyarakat disini kalau disuruh kumpul pengajian ya mau, tapi
kalau pengajiannya saklek, tidak ada guyonannya pasti datang
sekali dan tidak akan mau kembali lagi. Nah kalau pengajian
setahun sekali seperti maulidan itu kan sudah biasa, sedangkan
ruhnya manusia itu butuh makan ilmu agama setiap saat. Orang
kalau tidak berada di majlis ilmu atau kumpul sama orang alim
selama 40 hari nanti hatinya bisa mati. Kalau hatinya mati susah
nanti dibenerin. Jadi saya membuat rutinan ini sebulan sekali, tapi
karena rutinannya banyak jadinya ya seminggu sekali dengan
konsep yang berbeda. Ada sholawatan, ngaji kitab, khataman quran
juga. Tapi semua menyesuaikan dengan kesukaannya orang-orang.
Ya ngaji, ya ada selipan guyonnya, ada pelajaran fiqih dan
tasawufnya. Pengisi acaranya juga beda-beda, saya kerjasama
dengan teman-teman kiai yang lain, buat mengisi kegiatan biar
tidak monoton. Alhamdulillah sekarang masyarakatnya lebih
terbuka, bisa rukun.
78

Gambar 4.2. Pelaksanaan Kurikulum berupa Rutinan Senin Pon kajian


Kitab Nashoikhul Ibad

Berdasarkan paparan data ini dapat dilihat bahwa kegiatan


intrakurikuler pesantren meliputi mata pelajaran yang sudah terjadwal.
Sedangkan kokurikulernya berupa belajar bersama, shalat berjama’ah,
istighasah, zikir, ro’an. Ekstrakurikuler santri di pesantren ini berupa seni
qasidah al banjari, pencak silat, menjahit dan berwirausaha.
Selain kurikulum yang sudah direncakan dan tertulis terdapat pula
hidden curriculum yang ikut terlaksana dan mempengaruhi tercapainya
tujuan pembelajaran. Berkenaan dengan hidden currriculum di Pesantren
Salafiyah An-Nur Ridholloh teradapat beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh pengasuh dan kepala pengurus pondok.
Pertama, wawancara dengan pengasuh pesantren K. M. Khasan
Rifa’i menyatakan bahwa kehidupan santri di pesantren dengan berbagai
karakter, suku, asal dan latar belakang yang berbeda merupakan prototipe
atau simulasi kehidupan di masyarakat di luar sana. Hal ini memungkinkan
santri untuk bisa saling menghargai dan menghormati. Menjadikan mereka
manusia yang moderat dan tidak mudah mengkafirkan orang lain yang
berbeda dengan mereka.102
Kedua, wawancara dengan bapak Burhanudin selaku kepala
pengurus pertama menyatakan bahwa ketika santri ikut andil dalam
kegiatan pesantren bersama masyarakat berupa kajian rutin, santri juga
belajar bagaimana cara menghormati orang yang lebih tua, ikut mengenal
karakter mereka serta belajar bahwa ilmu yang didapat di pesantren harus

102
M. Khasan Rifa’i, Pengasuh, Ponpes An-Nur Ridholloh Nganjuk, 04 Maret 2022.
79

diamalkan agar mendapat berkah, bukan hanya untuk disimpan untuk diri
sendiri. Karena sejatinya, manusia yang terbaik adalah mereka yang
bermanfaat untuk orang lain.103
Ketiga, wawancara dengan bapak Amar Ma’ruf selaku kepala
pengurus kedua, beliau mengungkapkan bahwa bekal yang diberikan
kepada santri berupa kemampuan pertukangan, berdagang, mengatur acara
kajian, menjahit dan sebagainya merupakan bentuk pendidikan pesantren
untuk mengajarkan santri hidup mandiri, sederhana, gotong royong dan
religius. Karena hakikatnya menjadikan santri yang berakhlak mulia, ber
unggah-ungguh dan tahu porsinya sebagai seorang hamba yang juga
bagian dari masyarakat merupakan bagian dari kurikulum pesantren itu
sendiri.104
Berdasarkan ketiga paparan ini dapat dipahami bahwa hidden
curriculum tercermin dari aktivitas keseharian santri. Jadi kurikulum
pesantren bukan sekedar susunan kitab kuning yang dipelajari, namun
keseluruhan program pendidikan yang terencana maupun tidak
direncanakan. Pada akhirnya tujuan utama pendidikan pesantren Salafiyah
An-Nur Ridholloh adalah menjadikan santri sebagai manusia yang
beradab, berakhlak baik dan bermoral.

4. Evaluasi Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur


Ridholloh Nganjuk
Evaluasi merupakan usaha sistematik menetapkan standar
pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar,
menentukan, mengukur dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin
bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan
efektif dan efisien.
Evaluasi di pesantren An-Nur dilakukan langsung oleh kiai sebagia
pengasuh pondok. Berdasarkan ungkapan kiai M.Khasan Rifa’i melalui
103
Burhanudin, Kepala Pengurus 1, Penpes An-Nur Ridholloh Nganjuk, 12 Maret 2022.
104
Amar Ma’ruf, Kepala Pengurus 2, Ponpes An-Nur Ridholloh Nganjuk, 11 Maret 2022.
80

wawancara tentang evaluasi di Pesantren Salafiyah An-Nur Ridhollloh


Nganjuk beliau menyatakan:
“Evaluasi ini di pesantren tidak dilakukan secara terencana atau
terjadwal. Tidak seperti di madrasah yang setiap memiliki jadwal
evaluasi tiap semester. Pesantren salafi memiliki cara tersendiri
untuk melakukan pengawasan. Bisa dibilang setiap kegiatan belajar
santri selalu dievaluasi, walau tidak secara formal. Kiai dibantu
oleh dewan asaatidz melakukan itu setiap hari. Caranya sebelum
kajian kitab dimulai santri ditunjuk untuk membacakan materi
terakhir yang diajarkan kemarin, melakukan hafalan atau disuruh
menjelaskan materi yang telah dipelajari.105 ”
Berdasarkan hasil wawancara pengawasan dan evaluasi terhadap
santri dilakukan setiap pembelajaran dan langsung oleh kiai dibantu dewan
asaatidz yang bertugas mengajar.
Lebih lanjut untuk pengawasan atau evaluasi dewan asa’atidz
dilakukan langsung oleh kiai, sebagaimana pernyataan ibu Laila berikut:
“Pengawasan pada dewan asaatidz dilakukan oleh kiai sendiri.
Kinerja kami akan terlihat dari bagaimana tingkat disiplin dan
kemampuan santri didikan dalam memahami kitab yang diajarkan.
Jika ada yang kurang pas dari cara mengajarnya biasanya kiai
sendiri yang langsung menegur dan mengarahkan. Sedangkan
untuk rapat tahunan tidak pernah kami lakukan. Namun rapat atau
rembukan terkait pelaksanaan pembelajaran dilakukan menjelang
ramadhan untuk memilih kitab khusus yang akan dikaji dan pada
waktu tertentu ketika memang dibutuhkan musyawarah. Jadi tidak
ada jadwal formal terkait pengawasan dan evaluasi di
manajemennya.106.”

Dari pendapat yang dikemukakan oleh pengasuh pondok pesantren


An-Nur dapat disimpulkan bahwa evaluasi pada kurikulum pesantren tidak
dilakukan secara formal. Baik pada santri maupun pada dewan gurunya.
Namun bukan berati tidak ada pengawasan sama sekali. Pengawasan atau
evaluasi tetap dilakukan oleh kiai dengan cara tersendiri. Bisa dilakukan
sewaktu waktu tanpa terikat jadwal maupun prosedur khusus. Berdasarkan
paparan ini maka evaluasi di pesantren An-Nur dapat digolongkan sebagai
dan evaluasi sumatif atau evaluasi hasil belajar.

105
M. Khasan Rifa’i, Pengasuh Pesantren An-Nur, Ponpes An-Nur Nganjuk, 04 Maret 2022.
106
Kiki Indah Sari, Ustadzah, Ponpes An-Nur Ridholloh Nganjuk, 19 Maret 2022.
81

B. Temuan Penelitian
Kurikulum yang dibentuk oleh pesantren ini merupakan kurikulum
menyesuaikan kebutuhan santri dan masyarakat. Hal ini sesuai misi
pesantren yakni mensyiarkan ajaran pondok pesantren sesuai kebutuhan
masyarakat serta meningkatkan pengenalan tholabul ilmi pada lingkungan,
sesuai sistem nilai, adat istiadat dan budaya tanpa ketinggalan zaman.

1. Perencanaan Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur


Ridholloh Nganjuk
Berdasarkan paparan data terkait perencanaan kurikulum peneliti
menemukan
a. Merumuskan dasar dan tujuan kurikulum, menetapkan kurikulum yang
dijadikan acuan dalam kegiatan pembelajaran dan mengorganisasikan santri
sesuai kebutuhannya.
b. Menentukan program yang akan dijalankan, mengatur jadwal dan
pelaksanaanya.
82

Perencanaan kurikulum dilakukan oleh kiai dengan pendekatan


administrative approach. Dasar pembuatan kurikulum dilakukan atas
kebutuhan masyarakat serta sesuai dengan kompetensi, latar belakang dan
prinsip dari sang kiai. Tujuan pembuatan kurikulum disusun untuk
membentuk santri yang berakhlak mulia dan bermoral, menjadikan santri
moderat, membekali santri dengan ilmu pengetahuan agama serta
mengembangkan potensi santri.
Ketauhidan
Kebutuhan
Dasar Masyarakat
Pembuatan Ibadah
Kompetensi, Latar Menanamkan
Kurikulum sikap moderat
Belakang Pendidikan
dan Prinsip Kiai
Muamalah

Gambar 4.4. Perencanaan Kurikulum: Dasar Pembuatan Kurikulum di


Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh

Menjadikan santri lulusan


yang berakhlak mulia dan
bermoral
Prinsip Penyusunan
Kurikulum Pesantren Membekali santri dengan
Salafiyah An-Nur ilmu pengetahuan agama
Ridholloh

Mengembangkan potensi
santri

Gambar 4.5. Perencanaan Kurikulum: Prinsip Penyusunan Kurikulum di


Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh

2. Pengorganisasian Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur


Ridholloh Nganjuk
Berdasarkan paparan bentuk pengorganisasian kurikulum di
pesantren An-Nur adalah Integrated curriculum atau kurikulum terpadu,
yang terbagi menjadi kurikulum inti atau core curriculum, kurikulum yang
83

berdasarkan proses sosial dan fungsi kehidupan (Social function and


persistens situation) dan kurikulum yang berpusat pada pengalaman dan
kegiatan (Experience and activity curriculum).
Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan pada gambar berikut:

Core Curriculum
Pengorganisasian
Kurikulum
Pesantren Integrated Social function and
Salafiyah An-Nur Curriculum persistens situation
Ridholloh
Experience and
activity curriculum

Gambar 4.6.Pengorganisasian Kurikulum di Pesantren Salafiyah An-Nur


Ridholloh

3. Pelaksanaan Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur


Ridholloh Nganjuk
Berdasarkan paparan data peneliti menemukan bahwa pelaksaan
kurikulum di Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh mencakup dua kegiatan
pokok, antara lain:
1. Pelaksanaan pembelajaran santri, yang meliputi kegiatan korikuler,
intrakurikuler, ekstrakurikuler dan hidden curriculum.
2. Pelaksanaan program kegiatan bersama masyarakat untuk menanamkan
nilai moderat pada mereka.

Kokurikulum

Kurikulum Intrakurikulum
terencana
Pelaksanaan
Pelaksanaan Pembelajaran Hidden
Kurikulum curriculum Ekstrakurikulum
di Pesantren (kurikulum
Salafiyah Pelaksanaan tersembunyi)
An-Nur program kegiatan
Ridholloh bersama
84

4. Evaluasi Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur


Ridholloh Nganjuk
Temuan penelitian terkait evaluasi di Pesantren An-Nur yakni jenis
evaluasi kurikulummya adalah evaluasi sumatif. Evaluasi dilakukan
sewaktu-waktu dan jika diperlukan. Sedangkan untuk santri evaluasi
dilakukan setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh kiai atau
ustadz/ustadzah mereka. Evaluasi dilakukan baik dengan memanggil santri
untuk hafalan, membaca kitab atau metode lainnya. Sedangkan untuk kiai
sendiri tidak ada supervisor yang mengawasi kiai.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Perencanaan Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur


Ridholloh Nganjuk
Perencanaan kurikulum di pesantren An-Nur terbagi menjadi dua
tahap, antara lain:
1. Merumuskan dasar dan tujuan kurikulum, menetapkan kurikulum yang
dijadikan acuan dalam kegiatan pembelajaran dan mengorganisasikan santri
sesuai kebutuhannya.
2. Menentukan program yang akan dijalankan, mengatur jadwal dan
pelaksanaannya.
Perumusan kurikulum di pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh
seluruhnya dilakukan oleh kiai, kemudian dewan asaatidz bertugas untuk
melaksanakan pengajaran sesuai pengarahan dari kiai. Hal ini merupakan
pendekatan kurikulum yang bersifat admisnistrative approach dimana
kurikulum direncanakan oleh pihak atasan kemudian diserahkan kepada
guru-guru. Jadi from top to down, dari atas ke bawah atas inisiatif
administrator.107 Pasifnya dewan asaatidz dalam perencanaan kurikulum di
pesantren ini dipengaruhi oleh pola hubungan yang otoriter-paternalistik.
Mastuhu mengungkapkan pola hubungan otiriter-paternalistik.
Dicirikan dengan hubungan antara pimpinan yang lebih dominan dibanding
bawahan. Bawahan dalam konteks manajemen kurikulum ini merupakan
pemangku kebijakan di pesantren dibawah asuhan kiai, seperti pengurus
dan dewan guru. Bawahan pada umumnya memiliki peran sangat kecil
bahkan hampir tidak ada. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari unsur
kekharismatikan sang kiai.108

107
Komariah, Pengantar Manajemen Kurikulum,110.
108
Kondisi ini terjadi saat guru-guru tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum. Karena posisi
guru hanya bersifat pasif sebagai penerima dan pelaksana di lapangan. Sedangkan seluruh gagasan
dan inisiatif kurikulum berasal dari pihak atasan. Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan
Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta:
INIS,1994), 32.

85
86

Temuan selanjutnya terkait dasar pembuatan kurikulum pesantren


adalah kebutuhan masyarakat serta kompetensi, latar belakang pendidikan
dan prinsip dari sang kiai. Dalam konteks ini kurikulum pesantren secara
konkrit sudah dapat dianggap sesuai dengan kepentingan masyarakat.
Sebagaimana menurut Azra bahwa pesantren dipersiapkan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat bukan saja dalam masalah transformasi agama
namun juga sebagai culture brokers di masyarakat pada umumnya.109
Salah satu kebutuhan masyarakat lingkungan pesantren An-Nur
adalah ketauhidan, ibadah serta muamalah serta menanamkan pemahaman
moderat kepada mereka, yang kemudian kebutuhan ini dijawab oleh
pesantren melalui pemberdayaan progam kurikulumnya. Sebagai pesantren
berbasis Nahdatul Ulama dengan paham Ahlusunnah wal Jama’ah,
pesantren An-Nur telah memenuhi tugasnya untuk memberdayakan umat,
sebagaimana pesan pendirinya yakni Syaikh Hasyim Asy’ari. Zuhairi
menyatakan moderasi NU bukanlah moderasi pasif yang hanya berhenti
pada tataran ide, namun menyediakan jalan alternatif untuk tujuan
pemberdayaan dan penguatan masyarakat sipil.110
Dasar penyusunan kurikulum atas kebutuhan masyarakat ini juga
sesuai dengan landasan sosiologis yang dikemukakan oleh Dakir yang
dikutip oleh Dinn Wahyudin. Gejala sosial masyarakat berupa keadaan,
budaya serta perkembangan dan perubahannya harus manjadi salah satu
pertimbangan dalam perencanaan kurikulum.111
Tujuan penyusunan kurikulum pesantren ini adalah untuk
membentuk santri yang berakhlak mulia dan bermoral, membekali santri
dengan ilmu pengetahuan agama serta mengembangkan potensi santri.
Mengutip pendapat dari Nurma bahwa tujuan utama pesantren adalah

109
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, (Jakarta:
Kalimah, 2001),108.
110
Misrawi Zuhairi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari : Moderasi, Keumatan, Dan Kebangsaan
(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010), 20.
111
Wahyudin, Manajemen Kurikulum,45.
87

mencapai kebijaksanaan dalam memahami realitas kehidupan serta peran


dan tanggung jawab santri berdasarakan ajaran Islam.112
Tujuan umum dari pendidikan pesantren adalah melatih dan
mempertinggi semangat, mengajarkan perilaku jujur dan bermoral,
meninggikan budi perkerti, menghargai nilai spiritual dan kemanusiaan,
serta mempersiapkan santri untuk hidup sederhana dan membersihkan
hati.113 Hal ini mengindikasikan bahwa tujuan umum pendidikan pesantren
adalah mendidik dan meningkatkan keimanan dan ketakwaaan santri
hingag menjadi insan kamil.114 Tujuan khusus dari pendidikan pesantren
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pesantren itu berada. Sehingga
tujuan khusus tiap pesantren berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Pengelompokan santri di pesantren An-Nur dibedakan dari posisi
santri (mukim atau kalong), jenjang pendidikan, jenis kelamin, daerah dan
kesehatan (pasien dan non-pasien). Kondisi ini menjadikan lingkungan
pesantren ditinggali oleh santri yang majemuk (plural). Walaupun mereka
berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda namun mereka tetap
rukun, bahkan saling mengayomi. Sebagai contoh untuk asrama santri hanya
dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, sedangkan untuk santri pasien dan
non-pasien tetap dalam satu asrama, tidak ada pembeda. Bahkan santri non-
pasien juga ikut andil dalam rehabilitasi santri pasien. Keadaan ini senada
dengan pendapat Ngainun Naim, pluralitas seyogyanya diletakkan dalam
kerangka akhlak mulia, melihat mereka dalam bingkai yang optimis-positif.
Hasilnya pluralisme harusnya bisa membuat seseorang menghargai
perbedaan agama sehingga terbangun kehidupan yang rukun dan damai.115

112
Nurma, Manajemen Pondok Pesantren : Upaya Preventivisasi Kemunculan Dan Merebaknya
Aliran Keagamaan Menyimpang,98.
113
Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai,21.
114
Insan kamil yang dimaksud disini adalah menjadikan santri sebagai manusia yang cerdas
sercara intelektual, beriman, beretika, bertaqwa serta dapat mengikuti perkembangan zaman,
budaya dan masyarakat. Ahmad and Nurul, Manifesto Modernisasi Pendidikan Islam Dan
Pesantren,88.
115
Ngainun Naim, Islam Dan Pluralisme Agama, Cetakan ke- III (Yogyakarta: Aura Pustaka,
2015),127.
88

B. Pengorganisasian Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur


Ridholloh Nganjuk
Secara spesifik pengorganisasian kurikulum di Pesantren Salafiyah
An-Nur Ridholloh berbentuk Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu).
Bentuk pengorganisasian kurikulum terpadu atau integrated curriculum.
Pelabelan ini sesuai dengan pendapat Lismina terdapat lima ciri kurikulum
terpadu, antara lain : (1) Semua hal yang dipelajari peserta didik merupakan
satu kesatuan fakta yang berhubungan erat satu sama lain, (2) Pengetahuan
yang diberikan kepada peserta didik dipadukan dengan persoalan yang
dihadapi di kehidupan bermasyarakat, (3) Membuka kesempatan warga
sekolah untuk membangun hubungan yang erat dengan masyarakat, (4)
Menuntut peserta didik untuk bekerja dan berfikir secara aktif baik secara
individu atau kelompok, (5) Mudah menyesuaikan kurikulum dengan bakat,
minat dan kemampuan peserta didik.116 Kurikulum terpadu ini dibagi lagi
menjadi tiga bentuk, antara lain:
1. Kurikulum inti atau core curriculum.
Kurikulum inti dari pesantren ini berupa kitab kuning dengan serbaran
mata pelajaran berjenjang sesuai kelasnya. Pesantren An-Nur merupakan
pesantren salaf yang mengintegrasikan materi pembelajaran sesuai kebutuh,
menjunjung tinggi kemurnian kitab kuning dengan menggunakannya sebagai
rujukan kajian ilmu Islam. Hal ini dapat dilihat dari sebaran kitab kuning
disetiap jenjangnya, dimulai dari kitab Safinah hingga Fath Al-Qarib
tingkatan diatasnya ada Fath Al-Mu’in, Umdatul Masalik dan secara terus
menerus dikembangkan sesuai kebutuhan. Kitab kitab fiqh yang menjadi
rujukan materi di pesantren ini bermaszhab Syafi’i.
Menurut Najid yang dikutip oleh Mujamil Qomar pemilihan Imam
Syafi’i sebagai mayoritas kajian fiqh di Indoneisa atas pertimbangan bahwa
pandangan dan penafsirannya terhadap ajaran Islam sangat hati-hati. Mazhab
Syafi’i merupakan mazhab yang paling moderat. Moderasi itu menonjolkan
sikap kehati-hatian. Kelebihan dari sikap hati hati ini dapat menjaga

116
Lismina, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah Dan Perguruan Tinggi, 81-82.
89

pemahaman Islam tradisional dan normatif, walaupun berakibat memperkuat


ketergantungan.117
Selain itu para santri juga dikenalkan dengan keragaman pendapat
diluar pendapat madzhab Syafi’i kemudian mengintegrasikannya sesuai
dengan konteks perubahan zaman. Pembahasan secara mendalam terkait kitab
yang dikaji serta penerapan pada permasalahannya dikenal sebagai
mudzakarah. Mudzakarah di pesantren An-Nur wajib diikuti oleh semua
santri setiap hari selepas kajian, dimulai pukul 20.00 – 22.00 WIB.
Mudzakarah yang dilakukan santri ini melatih mereka untuk mengedepankan
prinsip moderat yakni musyawarah atau syura’.118 Hal serupa dilaporkan oleh
Ali Nurdin pada peneliannya di pesantren Al-Anwar, dimana pesantren ini
menggunakan kurikulum salaf sebagai model moderasi beragama yang
ditanamkan kepada santri dan masyarakat melalui semua materi
pembelajaran yang berpusat pada kitab kuning.119
2. Kurikulum yang berdasarkan proses sosial dan fungsi sosial (social
functional and persistens situation). Pengorganisasian kurikulum ini
dikembangkan berdasarkan lingkungan sosial peserta didik. Tujuannya agar
apa yang dipelajari peserta didik memiliki kebermanfaatkan secara langsung
dalam kehidupan sehari-harinya.120 Bentuknya berupa penambahan kajian
kitab khusus yang bisa dipilih santri dan program pesantren bersama
masyarakat.
3. Kurikulum yang berpusat pada pengalaman dan kegiatan (Experience and
activity curriculum). Pengembangan kurikulum dengan cara ini adalah
menggali potensi peserta didik guna membentuk sejumlah pengalaman untuk
membentuk kemampuan yang terpadu dengan lingkungan sosial peserta
didik.121 Bentuk kegiatannya berupa ekstrakurikuler yang dapat diikuti santri
sesuai dengan minat dan bakat mereka. Ekstrakurikuler yang mereka geluti

117
Mujamil Qomar, Moderasi Islam Indonesia, Rusdianto (Yogyakarta: IRCiSoD, 2020),239.
118
Agus dan Sigit, Jalan Menuju Moderasi: Modul Penguatan Moderasi Beragama Bagi
Guru,40.
119
Nurdin, “Model Moderasi Beragama Berbasis Pesantren Salaf.”.,98.
120
Komariah, Pengantar Manajemen Kurikulum,46.
121
Ibid.,46.
90

ini selanjutnya bisa menjadi bekal mereka untuk mengasah kemampuan yang
dimiliki. Seperti menjahit, silat, seni qasidah al banjari yang selanjutnya
terwadahi dalam safari sholawat pasopati dan wirausaha. Selain itu kegiatan
santri nonpasien ketika ikut membantu merawat santri pasien juga bisa
memberi pembelajaran dan pengalaman merawat saudara sesama muslim
bagi santri non pasien serta menumbuhkan sikap saling peduli satu sama lain.

C. Pelaksanaan Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur


Ridholloh Nganjuk
Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kurikulum
di Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh mencakup tiga kegiatan pokok,
yakni pelaksaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan
program kurikulum. Ketiga pokok kegiatan ini sesuai dengan teori Oemar
Hamalik yang menyatakan pelaksanaan kurikulum mencakup tiga kegiatan
pokok, yakni pengembangan program kurikulum, pelaksanaan pembelajaran
dan evaluasi kurikulum
Pada ranah pengembangan program kurikulum Pesantren An-Nur
melakukan pengembangan melalui penambahan kitab khusus yang
diperuntukkan bagi kalangan umum. Selain itu pesantren juga
mengembangkan kegiatan kajiannya dengan menggandeng masyarakat
melalui empat program rutinan, dimana kajian ini mengintegrasikan
keagamaan dengan tradisi lingkungan. Hal ini sesuai dengan prinsip dalam
moderasi beragama yakni akomodatif terhadap budaya lokal, dimana
pesantren mampu menerima praktik keagamaan yang terakomodasi dengan
kebudayaan lokal dan tradisi lingkungan.122 Catatan Ellya Rosa menguatkan
pandangan ini, Islam Indonesia telah mampu bergaul secara akrab dengan
adat lokal hingga mengendalikannya. Rosa mengungkapkan “Syarak
mengata, adat memakai”, bermakna apa yang diajarkan syara’, maka itulah

122
Kementerian "Agama Republik Indonesia, Implementasi Moderasi Beragama Dalam
Pendidikan Islam, Kelompok Kerja Implementasi Moderasi Beragama Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia Bekerjasama Dengan Lembaga Daulat
Bangsa, 2019, 23.
91

yang diikuti dan dilaksanakan adat. Hal ini jelas membuktikan bahwa
kedudukan syara’ dapat mempengaruhi, mengendalikan dan memerintahkan
adat.123 Dampak dari program ini adalah kedekatan yang harmonis antara
pesantren An-Nur dengan masyarakat sekitar. Sutiyono mengungkapkan
bahwa aspek keharmonisan inilah yang membuat masyarakat pedesaan
merasa dengan kelompok Islam sinkretis. Hal ini yang menjadikan mereka
mempertahankan upacara tradisional seperti slametan, ziarah dan
sebagainya.124
Perolehan pengalaman belajar di pesantren An-Nur terimplementasi
menjadi empat bentuk, yakni pada kegiatan kokurikur, intrakurikuler,
ekstrakurikuler dan hidden curriculum. Kegiatan intrakurikuler pesantren
meliputi mata pelajaran yang sudah terjadwal. Sedangkan kokurikulernya
berupa belajar bersama, shalat berjama’ah, istighasah, zikir, ro’an.
Ekstrakurikuler santri di pesantren ini berupa seni qasidah al banjari, pencak
silat, menjahit dan berwirausaha. Pada ranah hidden curriculum para santri
memperoleh banyak nilai hidup, baik gotong royong, kerukunan, saling
menghargai, musyawarah, adil, dan toleran. Keseluruhan nilai ini bermuara
pada pembentukan sikap moderat bagi santri.125 Hal serupa diungkapkan oleh
Saddam Husein pada penelitiannya nilai-nilai moderasi Islam di pesantren,
dimana hidden curriculum yang berkaitan dengan pembiasaan sikap moderat
mahasantri terbentuk dari lingkungan pesantren dan didukung oleh
keteladanan gurutta atau anregurutta di pesantren.126

123
Ellya Rosa, Sejarah Tamadun Melayu (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016),190.
124
Islam sinkretis merupakan genre keagamaan atau sistem budaya yang menggambarkan
percampuran antara budaya Islam dengan budaya lokal.Sutiyono, Benturan Budaya Islam :
Puritan Dan Sinkretis (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010),6.
125
Agus dan Sigit, Jalan Menuju Moderasi: Modul Penguatan Moderasi Beragama Bagi Guru,17.
126
Anre gurutta merupakan panggilan masyarakat Bugis untuk menyebut Kiai. Dalam tardisi
Makassar disebut Anreguru. Anregurutta adalah panggilan tertinggi yang disematkan kepada
sosok ulama yang kharismatik yang biasa dalam penulisan disingkat AG. Selain, Anregurutta
panggilan kepada ulama Bugis miliki drajat pengakuan yang lebih tinggi dari istilah Gurutta.
Husain, Nilai-nilai Moderasi Islam di Pesantren,129.
92

D. Evaluasi Kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh


Nganjuk
Berdasarkan temuan penelitian jenis pengawasan kurikulum di
pesantren Intern, dimana evaluasi dilakukan oleh orang dari instansi di dalam
lingkungan unit tersebut, yakni oleh kiai sendiri, tidak ada lembaga luar yang
melakukan pengawasan pada kurikulum pesantren. Namun pada praktiknya
tidak ada penjadwalan secara formal terkait waktu dan bentuk
pengawasannya. Bentuk pengawasannya pun tidak terdokumentasi secara
formal, pengawasan yang dilakukan murni berdarkan subjektifitas kiai
sebagai supervisor. Hal ini bertentangan dengan idealitas prinsip evalusi
kurikulum, dimana idealnya evaluasi dilakukan secara objektif sebagaimana
pendapat Hamid Hasan yang menyatakan bahwa evaluasi harus dilakukan
secara objektif. Artinya harus sesuai kenyataan yang ada serta data yang
diperoleh sesuai dengan instrumen yang benar.127
Seperti umumnya pesantren salaf, kiai secara langsung menjadi
evaluator/supervisor/pengawas dalam manajemen kurikulum. Tidak
formalnya pengawasan ini dipengaruhi oleh pola hubungan kiai dan santri,
meminjam istilah Mastuhu yakni pola hubungan laissez faire. Mastuhu
mengungkapkan. Laissez faire merupakan hubungan kiai dan santri yang
tidak didasarkan pada tatanan organisasi yang jelas. Semuanya didasarkan
pada konsep ikhlas, ibadah dan barakah sehingga pembagian kerja antar unit
tidak dipisahkan secara jelas dan tajam. Artinya selama bawahan sudah
memperoleh restu kiai maka pekerjaan bisa dilaksanakan dan sebaliknya.128
Jenis evaluasi kurikulum di pesantren An-Nur adalah sumatif.
Evaluasi yang dilakukan pesantren An-Nur dilakukan untuk mengetahui
tingkat kemampuan peserta didik, yang dilakukan setiap pembelajaran.
Sebagaimana pendapat Komariah yang menyatakan bahwa evaluasi sumatif
127
Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),25.
128
Pola hubungan laissez faire pada akhirnya akan dihadapkan pada pola hubungan birokratik.
Dimana pembagian kerja dan fungsi dalam lembaga pendidikan pesantren sudah diatur dalam
struktur organisasi yang jelas. Dari sini dapat dipahami bahwa kharisma yang melekat pada kiai
menyebabkannya memiliki peran kepemimpinan yang besar sehingga pengawasan kepada kiai
tidak memungkinkan untuk dilakukan. Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu
Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS,1994), 32.
93

dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik. Hal


ini didukung pendapat Scriven bahwa evaluasi sumatif berfungsi ketika
kurikulum sudah dianggap selesai pengembangannya atau disebut juga
evaluasi terhadap hasil.129 Pada ranah evaluasi hasil belajar Hamalik
menyatakan pelaksanaan evalusi meliputi penilaian kelas, tes kemampuan
dasar, penilaian akhir satuan pendidikan, becnhmarking serta penilaian
program. Sedangkan di pesantren ini sebagaimana pesantren salaf pada
umumnya evaluasi hanya dilakukan berupa tes kemampuan dasar melalui
metode sorogan, hafalan, hiwar, fathul kutub, muhadatsah dan bathsul
masail. Tidak ada penilaian kelas hingga penilaian program.

129
Komariah, Pengantar Manajemen Kurikulum,150.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil paparan data, temuan dan pembahasan penelitian,
maka peneliti mengambil kesimpulan berikut:
1. Perencanaan kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh
Nganjuk dilakukan melalui beberapa tahap, anatara lain: (a) Merumuskan
dasar dan tujuan kurikulum, menetapkan kurikulum yang dijadikan acuan
dalam kegiatan pembelajaran dan mengorganisasikan santri sesuai
kebutuhannya, (b) Menentukan program yang akan dijalankan, mengatur
jadwal dan pelaksanaanya. Perencanaan kurikulum dilakukan oleh kiai
dengan pendekatan administrative approach. Dasar pembuatan kurikulum
dilakukan atas kebutuhan masyarakat serta sesuai dengan kompetensi, latar
belakang dan prinsip dari sang kiai. Tujuan pembuatan kurikulum disusun
untuk membentuk santri yang berakhlak mulia dan bermoral, menanamkan
sikap moderat, membekali santri dengan ilmu pengetahuan agama serta
mengembangkan potensi santri.
2. Pengorganisasian kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur
Ridholloh Nganjuk adalah Integrated curriculum atau kurikulum terpadu,
yang terbagi menjadi kurikulum inti atau core curriculum, kurikulum yang
berdasarkan proses sosial dan fungsi kehidupan (Social function and
persistens situation) dan kurikulum yang berpusat pada pengalaman dan
kegiatan (Experience and activity curriculum).
3. Pelaksanaan kurikulum di Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh
Nganjuk dilakukan melalui: (a) Pelaksanaan pembelajaran santri, yang
meliputi kegiatan korikuler, intrakurikuler, ekstrakurikuler dan hidden
curriculum. (b) Pelaksanaan program kegiatan bersama masyarakat untuk
menanamkan nilai moderasi beragama.

94
95

4. Evaluasi kurikulum di Pesantren An-Nur yakni jenis evaluasi


kurikulummya adalah evaluasi sumatif. Evaluasi dilakukan sewaktu-
waktu dan jika diperlukan. Sedangkan untuk santri evaluasi dilakukan
setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh kiai atau
ustadz/ustadzah mereka. Evaluasi dilakukan baik dengan memanggil santri
untuk hafalan, membaca kitab atau metode lainnya. Sedangkan untuk kiai
sendiri tidak ada supervisor yang mengevaluasi kiai.

B. Implikasi Teoritis dan Praktis


Berdasarkan kesimpulan diatas, penelitian ini berimplikasi secara
teoritis dan praktis, berikut penjabarannya:
1. Implikasi teoritis
Penelitian ini memberikan implikasi teoritis terkait manajemen
kurikulum pesantren yang dikembangkan melalui kebijakan Kementerian
Agama yakni moderasi beragama. Lebih lanjut, penelitian ini juga
memberikan sumbangsih dalam pengetahuan tentang manajemen
kurikulum pesantren yang menciptakan santri dan masyarakat sekitar
yang moderat.
2. Implikasi praktis
Implikasi praktis dari penelitian ini adalah memberikan kontribusi pada
bentuk manajemen kurikulum pesantren salaf.

C. Saran
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen kurikulum
dengan basis moderasi beragama dapat menjadi sarana lembaga pendidikan
untuk menanamkan nilai-nilai moderat sehingga terbentuk santri dan
masyakarat yang moderat. Oleh karena itu peneliti dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi pesantren salaf, untuk menghasilkan lulusan yang kompeten di
bidang agama, berakhlak, moderat, tidak ekstrem dan radikal sebaiknya
mengatur kurikulum sebaik mungkin. Mulai dari perencanaan yang
96

matang, pengorganisasian yang terstruktur, pelaksanaan yang baik serta


evaluasi yang berkelanjutan. Keseluruhannya didokumentasikan secara
baik agar dapat menjadi acuan perbaikan dan pengembangan kurikulum
kedepannya. Selain itu juga dapat meminimalisir kemunduran pendidikan
jika terjadi pergantian kepemimpinan pesantren.
2. Bagi peneliti selanjutnya, mengingat penelitian ini hanya terfokus pada
formulasi manajemen kurikulum di lingkup pesantren salaf, sehingga
model kurikulum pesantren ini bisa dibandingkan dengan penelitian
manajemen kurikulum pesantren lainnya, pada akhirnya bisa menambah
pengembangan kelembagaan di lingkungan Kementerian Agama RI.
DAFTAR PUSTAKA

Abror, Darul. Kurikulum Pesantren (Model Integrasi Pembelajaran Salaf Dan


Khalaf). Yogyakarta: Deepublish, 2020.

Agus, Muhammad, and Muryono Sigit. Jalan Menuju Moderasi: Modul


Penguatan Moderasi Beragama Bagi Guru. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2021.

Akhmadi, Agus. “Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia.” Jurnal


Diklat Keagamaan 13, no. 2 (2019): 45–55.

———. “Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia Religious Moderation


in Indonesia ’ S Diversity.” Jurnal Diklat Keagamaan 13, no. 2 (2019): 45–
55.

Alif, Bayu, and Ahmad Yasin. “Moderasi Pendidikan Islam Dan Tantangan Masa
Depan” 14, no. 2 (2020): 137–49.

Anwar, Ali. Pemabruan Pendidikan Di Pesantren Lirboyo Kediri. Kediri: IAIT


Press, 2008.

Arfandi, and Munif Shaleh. “Tahapan-Tahapan Dalam Manajemen Kurikulum


Pada Lembaga Pendidikan Islam.” Edupedia 2, no. 2 (2018): 63–71.
https://doi.org/10.35316/edupedia.v2i2.332.

Asrori, Saifudin. “Lanskap Moderasi Kegamaan Santri, Refleksi Pola Pendidikan


Pesantren.” Jurnal Ilmu Sosial Indonesia 1, no. 1 (2020): 16–26.
https://doi.org/10.15408/jisi.v1i1.17110.

Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia, 2002.

Ghazali, Abdul Moqsith. Metodologi Islam Nusantara. Bandung: Mizan, 2015.

Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum. IV. Bandung: PT.

97
Remaja Rosdakarya, 2010.

Hamid, Hasan. Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Husain, S. “Nilai-Nilai Moderasi Islam Di Pesantren: Studi Kasus Pada Ma’had


Aly As’ Adiyah Sengkang Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan.”
Repository.Uinjkt.Ac.Id, 2020.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/54381.

Husnul, Khotimah. “Internalisasi Moderasi Beragama Dalam Kurikulum


Pesantren,” 1384, 62–68.

Iffati, Zamimah. “Moderatisme Islam Dalam Konteks Keindonesiaan (Studi


Penafsiran Islam Moderat M. Quraish Shihab).” Al-Fanar : Jurnal Ilmu Al-
Qur’an Daan Tafsir 1, no. 1 (2018).

Imam, Suprayogo, and Tobroni. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2001.

Indonesia, Menteri Agama Republik. Peraturan Menteri Agama Republik


Indonesia Nomor 31 Tahun 2020 Tentang Pendidikan Pesantren (2020).

Kementerian Agama Republik Indonesia. Implementasi Moderasi Beragama


Dalam Pendidikan Islam. Kelompok Kerja Implementasi Moderasi
Beragama Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama
Republik Indonesia Bekerjasama Dengan Lembaga Daulat Bangsa, 2019.

———. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 7272 Tahun 2019
Tentang Pedoman Implementasi Moderasi Beragama Pada Pendidikan Islam,
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, (2019).

Kementerian Agama RI. Moderasi Beragama. 1st ed. Jakarta: Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI, 2019.

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. “Peraturan Menteri Pendidikan Dan

98
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 Tentang
Penyelenggaraan Ujian Yang Diselenggarakan Satuan Pendidikan Dan Ujian
Nasional.” Lembaran Negara RI 53, no. 9 (2013): 1689–99.

Kesuma, Cahaya Guntur. “Pesantren Dan Kepemimpina Kyai.” Jurnal


Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar 1, no. 1 (2014): 99–117.

Khotimah, Husnul. “Internalisasi Moderasi Beragama Dalam Kurikulum


Pesantren” 148 (n.d.): 148–62.

Komariah, Nur. Pengantar Manajemen Kurikulum. I. Yogyakarta: Bintang


Pustaka Madani, 2021.

Kristiawan, Muhammad, Dian Safitri, and Rena Lestari. Manajemen Pendidikan.


1st ed. Yogyakarta: Deepublish, 2017.

Ladjid, Hafni. Pengembangan Kurikulum. Tangerang: Quantum Teaching, 2005.

Lismina. Pengembangan Kurikulum Di Sekolah Dan Perguruan Tinggi.


Ponorogo: Wais Inspirasi Indonesia, 2018.

Majir, Abdul. Dasar Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Deepublish, 2017.

Mashadi, Imron. Reformasi Pendidikan Agama Islam Di Era Multikultural.


Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2009.

Mastuhu. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana


Ilmu, 1999.

Misrawi, Zuhairi. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari : Moderasi, Keumatan, Dan


Kebangsaan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010.

Moleong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2012.

Mulyasa. Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT

99
Remaja Rosdakarya, 2014.

Mutohar, Ahmad, and Nurul Anam. Manifesto Modernisasi Pendidikan Islam


Dan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.

Naim, Ngainun. Islam Dan Pluralisme Agama. III. Yogyakarta: Aura Pustaka,
2015.

Nasbi, Ibrahim. “Manajemen Kurikulum: Sebuah Kajian Teoritis.” Idaarah:


Jurnal Manajemen Pendidikan 1, no. 2 (2017): 318–30.
https://doi.org/10.24252/idaarah.v1i2.4274.

Nasution, Nur Wahyudin. Strategi Pembelajaran. Edited by Asrul Daulay.


Medan: Perdana Publishing, 2017. https://doi.org/10.35542/osf.io/cr96u.

Nurdin, Ali. “Model Moderasi Beragama Berbasis Pesantren Salaf.” ISLAMICA:


Jurnal Studi Keislaman 148, no. September 2019 (2019): 148–62.

Nurdin, Ali, and Maulidatus Syahrotin Naqqiyah. “Model Moderasi Beragama


Berbasis Pesantren Salaf.” ISLAMICA:Jurnal Studi Keislaman 14, no. 1
(2019): 82–102.

Online, Kbbi. “Moderasi,” n.d. https://kbbi.web.id/moderasi.

Prasetiawati, Eka. “Menanamkan Islam Moderta Upaya Menanggulangi


Radikalisme Di Indonesia.” Fikri 2, no. 2 (2017): 523–70.

Qomar, Mujamil. Moderasi Islam Indonesia. Rusdianto. Yogyakarta: IRCiSoD,


2020.

Rahayu, luh riniti, and putu surya wedra Lesmana. “Moderasi Beragama Di
Indonesia.” Intizar 25, no. 2 (2019): 95–100.

Ridlwan, Nurma Ali. Manajemen Pondok Pesantren : Upaya Preventivisasi


Kemunculan Dan Merebaknya Aliran Keagamaan Menyimpang.
Yogyakarta: Lontar Mediatama, 2018.

100
Rosa, Ellya. Sejarah Tamadun Melayu. Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016.

Ruslan. “Manajemen Implementasi Kurikulum 2013.” Jurnal Cakrawala


Pendidikan 1, no. 1 (2014): 119–32.

Rustam, Ibrahim. “Eksistensi Pesantren Salaf Di Tengah Arus Pendidikan


Modern.” Analisa: Journal of Social Science and Religion 21 (2014): 253.

Saifuddin, Ahmad. “Eksistensi Kurikulum Pesantren Dan Kebijakan Pendidikan


Ahmad Saifuddin (Dosen Stai Darussalam Krempyang Nganjuk).”
Pendidikan Agama Islam 3, no. 1 (2015): 208–34.

Soleh, Badrus, and Iswatul Hasanah. “Manajemen Pendidikan Pesantren Al-Ulum


Wal-Althof Dalam Menguatkan Sikap Moderasi Beragama Santri” 4, no. 1
(1384): 34–47.

———. “Manajemen Pendidikan Pesantren Al-Ulum Wal-Althof Dalam


Menguatkan Sikap Moderasi Beragama Santri” 4, no. 1 (2021).
https://doi.org/https://doi.org/10.19105/re-jiem.v4i1.4733.

Sudjana, Nana. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Bandung:


Sinar Baru Algesindo, 2005.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006.

Suprapto, Suprapto. “Integrasi Moderasi Beragama Dalam Pengembangan


Kurikulum Pendidikan Agama Islam.” EDUKASI: Jurnal Penelitian
Pendidikan Agama Dan Keagamaan 18, no. 3 (2020): 355.
https://doi.org/10.32729/edukasi.v18i3.750.

Sutiyono. Benturan Budaya Islam : Puritan Dan Sinkretis. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, 2010.

Triwiyanto, Teguh. “Manajemen Kurikulum Dan Pembelajaran.” Jakarta: Bumi


Aksara, 2015.

101
Wahid, Abdurrahman. Menggerakkan Tradisi : Esai-Esai Pesantren. Yogyakarta:
LKIS, 2001.

Wahyudin, Dinn. Manajemen Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


2014.

Wulandari, Ade Putri. “Pendidikan Islam Berasaskan Moderasi Beragama.” UIN


Sunan Kalijaga. UIN Sunan Kalijaga, 2020.

Zamakhsyari, Dhofier. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai.


IV. Jakarta: LP3ES, 1994.
Alam, M., & Maulana, F. (2021). Manajemen Kurikulum Pesantren Salaf Darul
Falah “Amtsilati” Jepara. IQ (Ilmu Al-Qur’an): Jurnal Pendidikan Islam,
4(02), 199–220. https://doi.org/10.37542/iq.v4i02.244
Firmansyah, A. (2018). Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Salafiyah
Dalam Penyelenggaraan Program Dakwah Jamaah Tabligh (Studi Kasus di
Pesantren Kasyiful ’Ulum Kendari ). In Jurnal Pemikiran Islam (Vol. 4, Issue
1).
Hasbi Indra. (2020). Revitalisasi Kurikulum Pesantren Salafiyah Era Digital 4.0
Hasbi lndra. Fikrah: Journal of Islamic Education, 4(1), 22–41.
Mashuri. (2018). MANAJEMEN KURIKULUM PESANTREN DI ERA
GLOBALISASI (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Rumbia
Lampung Tengah). IAIN Metro Lampung.
Qosim, N. (2019). Manajemen Kurikulum Pendidikan Pesantren Salaf (Studi PP.
Baitus Sholihin Zainul Hasan Genggong Probolinggo). At-Ta’lim, 5(2), 75–
92.
Rahmatwati, S. (2020). Karakteristik Program Kurikulum Pondok Pesantren.
Jurnal Al-Mau’izhoh, 2(1), 1–9.
Rohmatillah, S., & Shaleh, M. (2018). Manajemen Kurikulum Program Tahfidz
Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Al-Azhar Mojosari
Situbondo. 3(1), 107–122.

102
Wildan M, Wasith Achamdi, M., Juabdin Sada, H., & Syafak Khoirut Tobib, A.
(2022). Organisasi Kurikulum Pondok Pesantren Atsarus Salafiyah Sampang.
Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5141–5149.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3104

Departemen Agama. Pola Pengembangan Pondok Pesantren.(Jakarta: Ditjen


Kelembagaan Agama Islam –Proyek Peningkatan Pondok Pesantren, 2001).
Madjid, Nurcholis. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan.(Jakarta:
Paramadina, 1997).
Masyhud, Sulthon. Manajemen Pondok Pesantren, ed. Mundzier Suparta. (Jakarta:
Diva Pustaka, 2005), Cet. II, 3.
Zuhri, Saefuddin. Pendidikan Pesantren di Persimpangan Jalan. Dalam
Marzuki Wahid dkk. (Ed). Pesantren Masa Depan, Wacana Transformasi
dan Pemberdayaan Pesantren, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999).

103
LAMPIRAN
KEGIATAN PESANTREN BERSAMA MASYARAKAT

Gambar 1.MASHNA (Majlis Al-Waqi'ah dan Sholawat Nariyah)

104
Gambar 2.Safari Sholawat Pasopati

INSTRUMEN PENELITIAN
MANAJEMEN KURIKUM DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH AN-
NUR RIDHOLLOH NGANJUK
A. Pedoman Wawancara
1. Informan : Kiai, pengurus, dewan asaatidz (pengajar)
Tanggal :
Waktu :
Tempat : Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh Nganjuk

Tabel 1. Intrumen Penelitian

No Fokus Sub Fokus Instrumen/Daftar


Penelitian Penelitian Pertanyaan
Perencanaan Siapa pihak yang terlibat
manajemen dalam perencanaan kurikulum
kurikulum di di pesantren?
Pesantren Salafiyah Apa landasan dasar yang
An-Nur Ridholloh digunakan dalam perencanaan
Nganjuk kurikulum di pesantren?
1 Bagaimana perumusan tujuan
kurikuum yang mendasari
perencaan kurikulum di
pesantren?
Bagaimana bentuk kerangka
kerja perencanaan kurikulum
Manajemen
di pesantren?
Kururikulum
Pengorganisasian Bagaimana bentuk
manajemen pengorganisasian kurikulum di
kurikulum di pesantren?
Pesantren Salafiyah Bagaimana struktur kurikulum
An-Nur Ridholloh di pesantren?
2
Nganjuk Apa saja faktor yang
mempengaruhi pemilihan
struktur dan bentuk
pengorganisasian kurikulum di
pesantren?
Pelaksanaan Siapa saja pihak yang terkait
3
manajemen dalam pelaksanaan manajemen

105
kurikulum di kurikulum di pesantren?
Pesantren Salafiyah Bagaimana tahap-tahap
An-Nur Ridholloh pelaksanaan manajemen
Nganjuk kurikulum di pesantren?
Bagaimana administrasi
pelaksanaan manajemen
kurikulum di pesantren?
Evaluasi Apa tujuan evaluasi kurikulum
manajemen di pesantren?
kurikulum di Siapa evaluator/supervisor
Pesantren Salafiyah kegiatan evaluasi kurikulum di
An-Nur Ridholloh pesantren?
4
Nganjuk Siapa sasaran evaluasi
kurikulum di pesantren?
Bagaimana cara pelaksanaan
evaluasi kurikulum di
pesantren?

106
SURAT KETERANGAN PENELITIAN

107
108
109
110
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis tesis ini bernama Devy Puspitasari, lahir

di Nganjuk pada tanggal 15 Desember 1996, merupakan

anak kedua dari 2 bersaudara. Saat ini bertempat tinggal

di Jl. Salak RT/RW 11/06 Ds. Gondang Tanjung Kec.

Kertosono, Kab Nganjuk, Jawa Timur.

Penulis mengawali pendidikannya di RA (Raudhatul Athfal) Sabillah

pada tahun 2003-2005. Melanjutkan sekolah dasar di SDN Tanjung 1

Kertosono dan lulus pada tahun 2010. Kemudian melanjutkan di SMPN 1

Kertosono hingga 2012. Pada tahun 2015 lulus dari SMAN 1 Kertosono dan

melanjutkan ke UIN Sunan Ampel Surabaya Program S1 Manajemen

Pendidikan Islam. Kemudian mutasi pada 2016 ke IAIN Kediri Program S1

Pendidikan Agama Islam dan lulus pada tahun 2020.

Tahun 2020 penulis menajutkan pendidikan di Pascasarjana IAIN

Kediri dengan studi konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam. Tahun

berikutnya pada 2021 hingga sekarang, penulis bekerja sebagai staf pengajar

di SMK Bhakti Norma Husada Ngronggot sebagai guru Pendidikan Agama

Islam. Selain itu, sejak 2017 penulis juga melakukan pengabdian di Pondok

Pesantren Salafiyah An-Nur Ridholloh Nganjuk.

111
LAYANAN TURNITIN, HARI KAMIS – TANGGAL 9 JUNI 2022
By : MUHAMMAD BAHTIAR AMAN, SE
HASIL CHEK : 26%

112
113
114

Anda mungkin juga menyukai