Anda di halaman 1dari 138

PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM PADA

PROGRAM EKSTRAKURIKULER TAEKWONDO DI SDIT


ANDALUSIA CISEENG, KABUPATEN BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh:
Winda Kurniawati
NIM 11170110000031

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

Skripsi yang berjudul Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam pada Program


Ekstrakurikuler Taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor
disusun oleh Winda Kurniawati, NIM 11170110000031, diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah
dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 21 Maret 2022
dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1
(S.Pd) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 21 Maret 2022
Panitia Ujian Munaqosah,
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Drs. Abdul Haris, M.Ag. 29/4/2022 ……………
NIP. 19620901 199503 1 001

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi)


Drs. Rusdi Jamil, M.Ag. 28/4/2022 ……………
NIP. 19621231 199503 1 005

Dosen Penguji I
Dr. Akhmad Sodiq, M.Ag. 20/4/2022 .……………
NIP. 19710709 199803 1 001

Dosen Penguji II
Yudhi Munadi, M.Ag.
NIP. 19701203 199803 1 003
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

iii
iv
ABSTRAK
Winda Kurniawati (NIM: 11170110000031). Penanaman Nilai-Nilai
Pendidikan Islam pada Program Ekstrakurikuler Taekwondo di SDIT
Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan program


ekstrakurikuler taekwondo, penanaman nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat
dalam ekstrakurikuler taekwondo, dan faktor pendukung dan penghambat dalam
penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada program ekstrakurikuler taekwondo
di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik dalam
pengumpulan data pada penelitian ini ialah menggunakan wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Wawancara ini dilakukan kepada kepala sekolah, pelatih
taekwondo, dan anggota taekwondo. Adapun teknik analisis data menggunakan
triangulasi data.
Hasil penelitian yang telah ditemukan menunjukkan bahwa dalam proses
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng,
Kabupaten Bogor ada beberapa tahapan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
oleh pelatih dalam kegiatan ekstrakurikuler yaitu: Tahapan awal yaitu berdo’a dan
pemanasan, tahapan inti yaitu latihan fisik, materi dan praktik, istirahat dan
evaluasi, dan tahapan tindak lanjut yaitu bermain pecing pad. Pada saat bermain
pecing pad gerakan yang dilakukan yaitu gerakan yang telah di evaluasi oleh
pelatih. Adapun dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada
ekstrakurikuler taekwondo, pelatih menggunakan metode diantaranya: Metode
latihan, Metode tanya jawab, Metode diskusi. Adapun nilai-nilai pendidikan Islam
yang terdapat dalam ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng,
Kabupaten Bogor adalah nilai ibadah dan nilai akhlak. Masing-masing nilai tersebut
diusahakan oleh kepala sekolah dengan pelatih untuk senantiasa ditanamkan kepada
para anggota taekwondo. Ada beberapa nilai-nilai yang senantiasa ditanamkan
diantaranya: Nilai ibadah diwujudkan dengan penanaman beberapa perilaku
seperti; berdoa sebelum memulai kegiatan, melaksanakan sholat berjama’ah, serta

v
pelatih mengawasi adzan dan iqomah anggota. Adapun nilai akhlak yang
diwujudkan dengan penanaman melalui beberapa perilaku diantaranya; disiplin,
percaya diri, melarang siswa berkata kotor, saling menghormati, memberi sanksi
atau hukuman yang bertujuan agar anggota tidak mengulangi perkataan kotor lagi
dan dapat terbiasa berbicara dengan perkataan yang baik, adil, rendah hati, dan
amanah. Dari pelaksanaan tentunya terdapat dua faktor pendukung dan
penghmabat. Faktor pendukung yaitu adanya kerja sama antara kepala sekolah,
guru, dan orang tua, serta antusias siswa dalam mengikuti taekwondo dan adanya
fasilitas sekolah. Sedangkan faktor penghambatnya antara lain kedisplinan, kurang
fokusnya anggota dalam mengikuti latihan taekwondo.

vi
ABSTRACT
Winda Kurniawati (NIM: 11170110000031). “Instilling Islamic Educational
Values in the Taekwondo Extracurricular Program at SDIT Andalusia
Ciseeng, Bogor Regency”.

This study aims to determine the process of implementing taekwondo


extracurricular programs, inculcating Islamic educational values contained in
taekwondo extracurriculars, as well as supporting and inhibiting factors in instilling
Islamic educational values in taekwondo extracurricular programs at SDIT
Andalusia Ciseeng, Bogor Regency.
This study used descriptive qualitative method. Data collection techniques in
this study were using interviews, observation, and documentation. These interviews
were conducted with school principals, taekwondo coaches, and taekwondo
members. The data analysis technique used data triangulation.
The results of the research that have been found indicate that in the process of
implementing taekwondo extracurricular activities at SDIT Andalusia Ciseeng,
Bogor Regency, there are several stages. The steps taken by the trainer in
extracurricular activities are: The initial stage is praying and warming up, the core
stage is physical exercise, materials and exercises, rest and evaluation, and the
advanced stage is playing pecing pad. When playing pecing pad, the movements
made are movements that have been evaluated by the coach. As for instilling the
values of Islamic education in taekwondo extracurriculars, the trainer uses methods
including: practice methods, question and answer methods, discussion methods.
The values of Islamic education contained in the taekwondo extracurricular at SDIT
Andalusia Ciseeng, Bogor Regency are the values of worship and moral values.
Each of these values is sought by the principal and coach to always be instilled in
taekwondo members. There are several values that are always instilled, among
others: The value of worship is realized by instilling several behaviors such as;
praying before starting activities, praying in congregation, and supervising the
adhan and iqomah of the members. These moral values are realized by planting
through several behaviors including; discipline, self-confidence, prohibiting

vii
students from saying dirty words, respecting each other, giving sanctions or
punishments with the aim that members do not repeat dirty words again and can get
used to speaking with good, fair, humble, and trustworthy words. From its
implementation, of course, there are two supporting and inhibiting factors. The
supporting factors are the cooperation between the principal, teachers, and parents,
as well as the enthusiasm of students in participating in taekwondo and the existence
of school facilities. While the inhibiting factors include discipline, the lack of focus
of members in participating in taekwondo training.

viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirrabbil ‘alamin, dengan segala puji dan syukur kehadirat Allah
Swt, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin. Shalawat dan salam tak
lupa terlimpahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad saw yang telah membawa
kita dan membimbing kita dengan kesempurnaan akhlak dari zaman jahiliyah
hingga zaman ilmu pengetahuan seperti sekarang.
Penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, dan penulis
menyadari bahwa banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Akan tetapi, berkat
dukungan, doa-doa, serta saran dan kalimat yang membangun dari berbagai pihak
itulah yang membantu penulis untuk terus istiqomah dan bersungguh-sungguh
dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, saya sebagai penulis mengucapkan
terimakasih banyak kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc.,M.A selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
3. Drs. Abdul Haris, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Rusdi Jamil M.Ag selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.
5. Dr. Siti Khadijah, M.A selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan selama proses pembuatan skripsi.
6. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis, semoga senantiasa dalam perlindungan Allah Swt
dan ilmu yang telah diberikan menjadi manfaat untuk penulis.
7. Ibu Oriyansih Andrikas, S.Sos, S.Pd selaku kepala sekolah SDIT Andalusia
Ciseeng, Kabupaten Bogor.

ix
8. Sabeum Mulyadi selaku pelatih taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng,
Kabupaten Bogor.
9. Para atlet Taekwondo SDIT Andalusia yang telah meluangkan waktu untuk
penulis saat penelitian berlangsung.
10. Kedua Orang Tua, Bapak Kusno dan Ibu Parmah atas pengorbanan selama
ini, sejak dalam kandungan sampai usia sekarang ini, yang tidak pernah lelah
dalam mendidik, mendoakan, dan berjuang untuk anak-anaknya.
11. Kakak tercinta Windi Kuswidiyanti yang tak henti-hentinya memberikan
dukungan, doa, semangat, motivasi dan kasih sayangnya hingga saat ini.
12. Kawan-kawan mahasiswa/i Angkatan 2017 yang sudah membantu
kontribusi, memberi dukungan, dorongan, do’a dan semangat.
13. Dan kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun turut
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis mengakui jasa kalian tak dapat terbalaskan oleh apapun, penulis hanya
dapat mendoakan kembali dan semoga menerima balasan dari Allah Swt dengan
kebaikan yang lebih baik di dunia ataupun di akhirat, Aamiin.
Demikianlah bentuk skripsi yang penulis buat. Penulis berusaha dengan sebaik
mungkin dalam mengurangi kesalahan dari segi tulisan ataupun lainnya. Penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi
penulis sendiri dan umumnya bagi siapa saja yang membaca, serta penulis
mengharapkan saran atau kritikan yang membangun dari semua pihak tentunya
sehingga pada akhirnya akan lebih baik lagi penulisan yang dibuat oleh penulis di
masa yang mendatang.

Jakarta, 23 Desember 2021

Penulis

WINDA KURNIAWATI

NIM. 11170110000031

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI....................................................... iii

ABSTRAK .............................................................................................................. v

ABSTRACT ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI....................................................................................... 10

A. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam .................................................. 10


1. Pengertian Nilai .................................................................................... 10
2. Pengertian Pendidikan Islam ................................................................ 13
3. Ruang Lingkup Nilai-nilai Pendidikan Islam ....................................... 16
4. Metode Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam ................................ 24
B. Program Ekstrakurikuler Taekwondo ........................................................ 26
1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler .................................................... 27
2. Pengertian Seni Bela Diri ..................................................................... 30
3. Pengertian Taekwondo ......................................................................... 31

xi
4. Sejarah Taekwondo .............................................................................. 32
5. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam pada Program Ekstrakurikuler
Taekwondo ........................................................................................... 34
C. Penelitian Relevan ...................................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 40

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 40


B. Latar Penelitian (Setting)............................................................................ 40
C. Metode Penelitian....................................................................................... 40
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 41
E. Pemeriksaan atau Pengecekkan Keabsahan Data ...................................... 44
F. Analisis Data .............................................................................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 48

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 48


B. Pembahasan ................................................................................................ 72
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84

LAMPIRAN .......................................................................................................... 90

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Observasi ............................................................................. 41
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ......................................................................... 43
Tabel 4.1 Tabel Guru SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor .................. 50
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor ... 52
Tabel 4.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai-nilai
Pendidikan Islam pada Program Ekstrakurikuler
Taekwondo di SDIT Ciseeng, Kabupaten Bogor ...............................81

xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan amanat dari Allah Swt. sebagai amanat, anak harus
dipelihara, diberi bekal hidup dan dididik agar kelak menjadi manusia yang
dewasa secara fisik dan mental. Anak berhak memperoleh perlindungan dari
semua yang menghambat, apalagi yang merusak perkembangannya secara
jasmani maupun rohani. Orang tua dan masyarakat berkewajiban untuk
memberikan perlindungan kepada anak, sedangkan pemerintah dan masyarakat
wajib menyiapkan sarana pendidikan anak yang dimaksudkan untuk
mengoptimalkan kecerdasan intelektual yang telah dimiliki oleh setiap anak
guna untuk mencapai cita-citanya.1
Dalam konsep dasar Islam bahwa setiap anak lahir dengan dibekali potensi
(bakat) untuk tumbuh agar menjadi manusia sehat, cerdas, baik akhlak, beriman
dan beramal. Ini disebut dengan fitrah, fitrah ialah sifat asal, bakat, pembawaan
dari asal mula kejadian manusia, suci bersih dari dosa, dan sebagainya. Fitrah
ini sebagai anugerah dari Allah Swt. yang diberikan kepada manusia atas
keikhlasan dan kebesaran-Nya, dan khusus, karena Allah telah menjadikan
manusia khalifah di muka bumi-Nya. Pasti Allah tidak mau melihat manusia
gagal dalam peran itu. Dan pasti Allah akan memudahkan
manusia untuk memperoleh kesempurnaan, kecermerlangan sifat, keterampilan
dan iman agar manusia mudah sukses dalam menjalani tugasnya sebagai
khalifah di muka bumi.2
Dalam al-Qur’an, anak disebut sebagai berita baik, hiburan pada pandangan
mata, dan perhiasan hidup. Firman Allah dalam QS. Maryam ayat 7:

‫يٰ َزَك ِراَّيٓ اِ اَّن نُبَ ِش ُرَك بِغُٰل ِمِ م‬


٧ ‫اْسُهُ َمَي ٰ ىي َلم َمن َع مل لاهُ ِم من قَ مب ُل َِْسيًّا‬

1
Ayuhan, “Konsep Pendidikan Anak Salih dalam Perspektif Islam”. (Yogyakarta: Deepublish,
2018). Cet. I, h. 41-42.
2
Ibid., h. 39.
2

Artinya: “Wahai Zakaria, Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan


seorang anak laki-laki yang bernama Yahya yang nama itu tidak pernah Kami
berikan sebelumnya.”
ِ‫الّٰصل‬ ِ ‫اْلٰيوةِ الدُّنمي ۚا والمٰب‬
َ ِ‫ُت ََخ مٌرْي ِِعمن َد ََرب‬
٤٦ ‫َك َثَ َوااًب او ََخ مٌرْي اََمًل‬ ُ ‫ٰح‬
ٰ ٰ ‫ُت‬‫ي‬ٰ
ُ َ َ‫ق‬ َ‫ال َوالمبَ نُ مو َن ِزيمنَةُ م‬
ُ ‫اَلم َم‬
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia”. (QS: al-
Kahfi (18): 46)

Memohon kepada Tuhan agar diberikan anak yang saleh merupakan


tuntunan agama Islam, sebagaimana al-Qur’an menyebutkan doa Nabi Ibrahim.
Dalam QS. Ash-Shaffaat ayat 100:

١٠ ‫ي‬ ِ ِ ٰ ‫ب هب ِِل ِمن‬


ِ
َ ‫الّٰصلٰح م‬ َ ‫ََر َ م م‬
Artinya: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang
termasuk orang-orang yang saleh”.

Anak telah menjadi perhatian ajaran Islam sejak ia belum dilahirkan, bahkan
sejak ia belum terbentuk di rahim Ibu. Dapat dilihat pada prinsip-prinsip agama
Islam tentang perkawinan dan pentingnya memelihara kebersihan keturunan,
memelihara kebersihan keturunan adalah satu dari lima prinsip (al-Qawaid al-
Khamsah) yang dirumuskan oleh ilmu usul fikih tentang tujuan syariat dan
hukum-hukum Islam, yaitu: Pertama, terpeliharanya jiwa, Kedua, terpeliharanya
agama, Ketiga, terpeliharanya keturunan; Keempat, terpeliharanya akal, dan;
Kelima, terpeliharanya harta.3
Pendidikan anak yang pertama dan paling utama dalam Islam adalah
pendidikan dalam keluarga yang berprespektif Islam. Pendidikan dalam
keluarga yang berprespektif Islam adalah pendidikan yang didasarkan pada
tuntunan agama Islam yang diterapkan dalam keluarga yang dimaksudkan untuk
membentuk anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan
Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia yang mencakup etika, moral, budi
pekerti, spiritual atau pemahaman dan pengalaman nilai-nilai keagamaan dalam

3
Ibid., h. 40-41.
3

kehidupan sehari-hari, yang nantinya hal tersebut dapat merupakan sumbangan


penting bagi pembangunan bangsa dan negara.4
Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang
menentukan eksitensi dan perkembangan masyarakat, oleh karena itu
pendidikan merupakan usaha melestarikan dan mengalihkan serta
mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspeknya dan jenisnya
kepada generasi penerus. Demikian pula halnya dengan peranan pendidikan
Islam di kalangan umat Islam merupakan salah satu bentuk manifestasi dari cita-
cita hidup Islam untuk melestarikan, mengalihkan dan menanamkan nilai-nilai
Islam tersebut kepada generasi penerusnya sehingga nilai-nilai kultural-religius
dapat tetap berfungsi dan berkembang dalam masyarakat.
Menurut Zakiah Daradjat, “Pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan
iman dan pendidikan amal. Karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan
tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan
hidup bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan
pendidikan masyarakat.5
Pendidikan Islam sangat diperlukan untuk menghidupkan kembali semangat
pengembangan dan pemberdayaan ilmu berbasis pada visi Islam agar tidak
menjadi semakin terpuruk dan terlupakan oleh peradaban. Merekonstruksi ulang
visi pendidikan Islam sangat membantu dalam mengembangkan pola pendidikan
Islam yang ideal. Dalam merekonstruksi visi pendidikan Islam Al-Faruqi
berpandangan bahwa diperlukan wawasan Islam yang komplit, Al-Faruqi
memberikan gambaran bahwa membentuk visi pendidikan Islam perlu
menghidupkan kembali sekaligus melakukan rehabilitasi terhadap pendidikan.
Pendidikan sebagai ladang perubahan dan pembentuk umat yang baik atau
kuntum khairu ummah perlu untuk dipertimbangkan. Membentuk pendidikan

4
Mufatihatut Taubah, “Pendidikan Anak dalam Keluarga Perspektif Islam”. Jurnal Pendidikan
Agama Islam. Volume 03, Nomor 01, Mei 2015, h. 110-136.
5
Uci Sanusi, dan Rudi Ahmad Suryadi, “Ilmu Pendidikan Islam”. (Yogyakarta: CV Budi
Utama, 2018). Cet. I, h. 7-8.
4

yang ideal sebagai ladang pembentuk umat perlu diteliti dan dicari satu kesatuan
yang membentuk pendidikan ideal.6
Setiap anak memiliki kecerdasan yang bervariasi. Variasi kecerdasan ini
perlu mendapatkan perhatian khusus bagi sekolah selaku pihak yang wajib
mengembangkan potensi yang ada di dalam diri anak. Sekolah tidak hanya fokus
pada mata pelajaran regular sebagai cara mengukur kemampuan anak melalui
tugas, ulangan, dan ujian. Hal-hal tersebut tidak cukup sebagai acuan bahwa
anak dapat dikatakan cerdas jika memperoleh nilai bagus dalam suatu pelajaran
tertentu. Mengacu pada tujuan pendidikan Nasional yang tercantum pada
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3, tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan potensi anak secara optimal agar menjadi manusia seutuhnya.7
Manusia dituntut untuk berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan
kecerdasan, kemampuan, ataupun bakatnya secara mandiri maupun dengan
bantuan orang lain. Sejalan dengan uraian di atas, bahwa manusia mempunyai
berbagai kecerdasan atau sering disebut dengan kecerdasan majemuk. Menurut
Wicaksono, dkk, “Kecerdasan majemuk ialah berbagai keterampilan dan bakat
yang dimiliki peserta didik untuk menyelesaikan persoalan dalam
pembelajaran”.8
Untuk itu agar anak dapat berkembang semaksimal mungkin maka
dibutuhkan usaha-usaha dari pendidik, baik yang diselenggarakan di sekolah
maupun di luar sekolah, seperti keluarga dan masyarakat. Dalam konteks
pendidikan di sekolah, usaha-usaha pendidik dilakukan melalui proses belajar
mengajar secara intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Kecerdasan
kinestetik dapat dikembangkan melalui berbagai cara salah satunya melalui
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan di sekolah
bertujuan untuk mengembangkan potensi, minat, dan bakat peserta didik agar

6
Hairul Huda, dan Khairiyatul Jannah, “Konsepsi Pendidikan Islam Dalam Gagasan Pemikiran
Ismail Raji al-Faruqi”. (Jember: CV Pustaka Abadi, 2021), h. 73-74.
7
Marzuki, “Politik Pendidikan Nasional dalam Bingkai Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional”. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 17, No. 2, Oktober 2012, h. 25.
8
Wicaksono, dkk. “Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan Singkat)”. (Yogyakarta:
Gandhawaca, 2016), h. 254.
5

mereka bisa menjadi manusia yang berkualitas guna menghadapi persaingan


global yang semakin ketat.9
Di era globalisasi sekarang ini. Dunia pendidikan mau tak mau harus
menerima perkembangan zaman dan kemajuan yang penuh sekali dengan
tantangan, dan pendidikan yang semakin berat dengan adanya tuntutan
masyarakat modern yang semakin kompleks. Dampaknya pendidik harus
mengikuti laju perkembangan zaman yang semakin kreatif dan dinamis, namun
tetap mempertahankan nilai-nilai Islami. Maka penanaman nilai-nilai Islami
melalui pendidikan sangat penting sekali untuk anak usia dini. Melihat dari
fenomena kehidupan saat ini yang banyak terjadi di masyarakat, salah satunya
yaitu kebanyakan orang tua yang telah mengenalkan anak-anaknya terhadap
kehidupan yang tidak sesuai dengan dunianya. Seperti games, gadget, dan
televisi, merupakan konsumsi keseharian anak di zaman kini. Hal itu dapat
menimbulkan sikap manja, egois, lemah kepada diri anak, bahkan dapat
membuat anak tidak menghormati orang tuanya.
Dari sisi lain, terlihat pula semakin maraknya kenakalan anak zaman
sekarang, sebagai contoh, hal yang sering terjadi dalam kehidupan saat ini seperti
bullying, narkoba, tawuran, sex bebas dan rusaknya moral bangsa ini menjadikan
keprihatinan yang sangat mendalam. Hal ini dapat dilihat dengan jelas bahwa
semua itu terjadi karena kemerosotan moral, kemerosotan moral tidak hanya
menimpa orang dewasa saja namun telah menghinggapi tunas-tunas bangsa.
Dalam hal ini keberadaan lembaga pendidikan untuk anak usia dini sangat
dibutuhkan sebagai sarana bagi masyarakat dalam membantu mempersiapkan
anak-anak menjadi individu yang berilmu, beramal dan bertaqwa. Dengan itu
pendidik perlu menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam pada anak-anak usia
sekolah dasar yang belum memiliki filter yang baik dalam dirinya, maka dari itu
dibutuhkan penanaman nilai-nilai pendidikan Islam sedini mungkin, terutama di
usianya yang masih sangat muda dan usia emasnya. Anak-anak sangat

9
Ria Yuni Lestari, “Peran Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Mengembangkan Watak
Kewarganegaraan Peserta Didik”. Jurnal UCEJ, Vol. 1, No. 2, Desember 2016. ISSN: 2541-6693,
h. 139-140.
6

membutuhkan fondasi atau dasar-dasar yang baik dalam dirinya terutama


memiliki nilai-nilai keagamaan dan keislaman sebagai pedoman hidupnya yang
tentunya berdasar dari al-Qur’an dan hadis. Nilai-nilai Islami yang tertanam
dalam diri peserta didik diharapkan dapat menjadi dasar dalam setiap
tindakannya sehingga peserta didik tidak dapat tergoyahkan oleh arus zaman
yang berkembang begitu pesat.
Di dalam UUSPN No. 2/1989 pasal 39 ayat (2) ditegaskan bahwa isi
kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat, antara lain
pendidikan agama. Dalam penjelasannya dinyatakan bahwa setiap peserta didik
pada satuan pendidikan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan berhak
mendapatkan pendidikan agama yang sesuai dengan agama yang dianutnya dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama. Pendidikan agama merupakan usaha
untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan
memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan
nasional.10
Pada era globalisasi ini yang sangat erat dengan kemampuan peserta didik
dalam berbagai kegiatan, maka lembaga pendidikan dituntut untuk mampu
menawarkan berbagai kelebihan yang bermanfaat bagi kemajuan yang positif
untuk peserta didik. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, maka
pendidikan menyelenggarakan apapun bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang
harus berlangsung dengan pemindahan ilmu (transfer of knowledge) dan proses
penanaman nilai-nilai (transfer of value) yang positif, terutama nilai-nilai
Islami.11 Nilai-nilai pendidikan Islam ini digunakan sebagai dasar manusia untuk
mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi kepada Allah Swt. Nilai-nilai
tersebut perlu ditanamkan sejak usia dini, karena pada usia dini adalah masa
yang sangat tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik pada anak. Di mana

10
Muhaimin, “Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam
di Sekolah”. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 75.
11
Zulkarnain, “Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam”. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset, 2008), h. 64
7

sangat penting untuk mengajarkan bagaimana cara berakhlak, bersosialisasi dan


beribadah kepada Allah Swt.
Selama ini kegiatan penanaman nilai-nilai pendidikan Islam hanya
dilakukan pada kegiatan rohis. Namun belum adanya upaya penanaman nilai-
nilai pendidikan Islam pada kegiatan-kegiatan selain kegiatan rohis. Justru
penting untuk di teliti apakah kegiatan selain kegiatan rohis, yaitu kegiatan
taekwondo juga ada penanaman nilai-nilai pendidikan Islam. Karena
pembelajaran taekwondo jika tidak di kuatkan pada aspek nilai-nilai pendidikan
Islam akan memberikan pengaruh yang sangat negative pada anak, yang akan
menjadikan anak menjadi sombong, emosional dan lain sebagainya.
Jika penanaman nilai-nilai Islam dapat ditanamkan dengan baik dalam suatu
pendidikan, maka bangsa ini akan memiliki generasi muda yang berilmu dan
beriman. Dengan generasi muda yang berilmu dan beriman maka bangsa ini
akan menjadi maju, aman, tentram dan makmur. Pemuda muslim yang tidak
memiliki ilmu dan takwa maka dia sejatinya mati sebelum ajal menjemputnya,
karena dia tidak mempunyai bekal untuk menyelesaikan serta menghadapi
masalah kehidupan secara solutif. Dengan ilmu dan wawasan yang luas bangsa
muslim akan dapat membaca persoalan serta tantangan dunia di masa kini dan
di masa yang akan datang. Maka untuk itu sangat dibutuhkan ilmu yang sangat
kuat untuk mewujudkan cita-cita bangsa.
Mengingat bahwa pentingnya penanaman nilai-nilai (transfer of value) yang
positif, terutama nilai-nilai Islami yang perlu dikembangkan dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan, maka latar belakang di atas membuat penulis
tertarik untuk meneliti “Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam pada
Program Ekstrakurikuler Taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng,
Kabupaten Bogor”.

B. Identifikasi Masalah
Jadi dari latar belakang di atas dapat disimpulkan identifikasi masalahnya
adalah sebagai berikut.
1. Kegiatan ekstrakurikuler taekwondo yang menekankan pada aspek nilai-
nilai pendidikan Islam.
8

2. Maraknya kenakalan anak zaman sekarang, karena kurangnya penanaman


nilai-nilai pendidikan Islam pada kegiatan-kegiatan yang menjadi hobi.
3. Terjadinya kemerosotan pada moral anak zaman sekarang.
4. Kurangnya kegiatan ekstrakurikuler pada anak yang menyebabkan anak
lebih konsterasi hanya pada games, gadget, dan televisi.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah
pada penelitian ini agar lebih jelas dan terarah. Adapun pembatasan masalah
yang akan diteliti yaitu sebagai berikut:
1. Proses pelaksanaan program ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia
Ciseeng, Kabupaten Bogor.
2. Penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada program ekstrakurikuler
taekwondo dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan Islam pada
ruang lingkup nilai ibadah dan nilai akhlak yang telah diterapkan oleh pelatih
taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis
mengambil pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pelaksanaan program ekstrakurikuler taekwondo di SDIT
Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor?
2. Apa saja nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam ekstrakurikuler
taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor?
3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penanaman nilai-
nilai pendidikan Islam pada siswa program ekstrakurikuler taekwondo di
SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan program ekstrakurikuler taekwondo
di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor.
9

2. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam
ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
penanaman nilai-nilai pendidikan agama pada program ekstrakurikuler
taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis:
a. Bagi penulis
Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana
pendidikan (S.Pd) pada program studi pendidikan agama Islam.
b. Bagi lembaga pendidikan
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu,
bahan laporan atau pedoman mengambil kebijakan tentang metode
penanaman nilai-nilai pendidikan Islam dalam proses program
ekstrakurikuler taekwondo.
c. Bagi para pengembang kurikulum
Sebagai pemacu dalam upaya pencarian format pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler yang mengandung nilai-nilai pendidikan Islam
yang sesuai di sekolah.
d. Bagi guru pembina ekstrakurikuler
Sebagai bahan pertimbangan dan sumber daya guna perbaikan dan
peningkatan perannya dalam upaya pelaksanaan kegiatan dan
penanaman nilai-nilai pendidikan Islam di sekolah.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk digunakan
sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya tentang
penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada program ekstrakurikuler
taekwondo. Serta sebagai sumbangan pemikiran ilmiah yang dapat
membantu mengurangi dampak adanya kenakalan anak yang mencemaskan
masyarakat.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam
1. Pengertian Nilai
Kata nilai dalam istilah bahasa Inggris adalah “value”, secara umum
dapat dimaknai sebagai suatu keyakinan seseorang tentang sesuatu hal yang
dianggapnya baik.1 Jadi sesuatu yang bernilai artinya sesuatu yang dianggap
baik atas dasar keyakinan dan pandangan seseorang.
Nilai di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah sifat-sifat yang
penting atau berguna untuk kehidupan manusia.2 Nilai merupakan suatu
realita alam, manusia, dan budaya yang sah dalam aspek kehidupan. 3 Nilai
juga merupakan tolak ukur perilaku manusia di dalam kehidupan untuk
mencapai keteraturan dan menghargai orang lain dalam kehidupan sosial.4
Menurut Chabib Thoha, “Nilai adalah sifat yang sangat erat kaitannya
dengan sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan
subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini). Jadi, nilai adalah
sesuatu yang bermanfaat bagi manusia sebagai acuan tingkah laku manusia
dalam kehidupannya sehari-hari”.5
Beberapa definisi nilai menurut orang barat dipaparkan oleh Gie yang
dikutip oleh Syaiful Sagala, antara lain:
a. Howard Becker dalam bukunya A Dictionary of the Social Sciences
menyatakan nilai menunjuk suatu (any object of any need, attitude, or
desire), yaitu suatu objek yang mempunyai hubungan interaksi secara
nyata dengan berbagai kebutuhan, sikap, atau keinginan manusia.

1
Hartono, “Bimbingan Karier”. (Jakarta: Kencana, 2016), h. 109.
2
Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008), h. 1004.
3
Halimatussa’diyyah, “Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Multikultural”. (Surabaya: CV.
Jakad Media Publishing, 2020), h. 11.
4
Ibid., h. 12.
5
Ahmad Saefulloh, dkk. “Model Pendidikan Islam bagi Pecandu Narkotika”. (Yogyakarta:
CV. Budi Utama, 2019), Cet. I, h. 87.
11

b. Ricard Bender dalam bukunya A Philosophy of Life, nilai merupakan


alat pemuas kebutuhan terpadu yang menunjang kepuasan yang
demikian itu.
c. Henry Pratt Fairchild dalam Dictionary of Sociology and Realated
Sciences, menyatakan nilai dirumuskan sebagai kemampuan yang
dipercayai dari suatu objek untuk memuaskan suatu keinginan manusia
(The believed capacity of any object to satisfy a human desire). Nilai
merupakan suatu realitas psikologis atau soal kepercayaan.
d. Josep Roucek dan Roland Werren dalam Sosiology merumuskan nilai
sebagai kemampuan untuk memuaskan suatu keinginan manusia yang
dipertalikan suatu benda, ide atau isi pengalaman.
e. William Sahakian mengatakan dalam bukunya Sistem of Ethics and
Value Theory nilai dalam makna umum diartikan sebagai minat yang
dapat mendorong terjadinya tindakan-tindakan.
f. George Theodorson dan Achille Theodorson dalam A Modern
Dictionary of Sosiology mendefinisikan nilai sebagai suatu asas
perilaku yang abstrak umum di mana anggota kelompok akan
merasakan suatu keterkaitan positif yang mendalam bernada emosional
dan memberikan suatu standar untuk menilai berbagai tindakan dan
tujuan spesifik, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai dapat dilihat
sebagai tujuan kehidupan manusia.6
Adapun nilai dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang mendorong,
menggerakan dan mengandung manfaat yang luar biasa bagi setiap individu
atau kelompok dalam setiap perbuatan dan ucapan yang berlandaskan ajaran
agama Islam.7 Artinya nilai itu berperan sebagai dasar yang dapat
menentukan kehidupan setiap manusia.
Menurut Berger, manusia berada dalam pengaruh kenyataan obyektif
dan subyektif. Dalam kenyataan obyektif, manusia ditentukan secara sosial,

6
Syaiful Sagala, “Etika dan Moralitas Pendidikan”. (Jakarta: Kencana, 2001), Cet. I, h. 6.
7
Maswardi Muhammad Amin, “Pendidikan Karakter Anak Bangsa”. (Jakarta: Badouse Media
Jakarta, 2011), Cet. I, h. 79.
12

dari saat lahir hingga tumbuh dewasa dan tua. Adanya hubungan timbal
balik antara diri manusia dengan konteks sosial yang membentuk
identitasnya hingga terjadi habitualisasi dalam diri manusia. Sementara itu,
dalam kenyataan subyektif, manusia dipandang sebagai organisme yang
memiliki kecenderungan tertentu dalam diri manusia. Dapat dilihat dari
kenyataan atau dunia kehidupan menyatakan eksistensinya sebagai sesuatu
yang sangat mempengaruhi kesadaran manusia dengan cara yang paling
massif, mendesak, dan mendalam, sehingga sangat sukar bagi manusia
untuk mengabaikannya.8 Tidak lain karena kenyataan itu sudah
diobjektifikasi,9 sedemikian rupa sebagai sesuatu yang telah di tata sebelum
keberadaan seorang individu.
Dalam pemikiran Berger selain masyarakat dipahami sebagai realitas
objektif, masyarakat juga dipahami sebagai kenyataan subjektif yang
dilakukan melalui internalisasi. Internalisasi adalah pemahaman atau
penafsiran individu secara langsung atas peristiwa objektif sebagai
pengungkapan makna.10
Dalam perspektif pemikiran Berger, internalisasi bukan proses mekanis
melainkan konstruktif. Hal ini berdasarkan pandangan antropologi filosofis
yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Riyanto
mengemukakan:11
Manusia adalah makhluk yang memiliki kehendak bebas. Manusia
berbeda dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya, seperti binatang
maupun tumbuhan. Manusia memiliki kapasitas untuk berpikir,
mengartikulasikan makna secara sosial dan memiliki kebebasan untuk
memilih. Manusia bukanlah makhluk yang pasif, oleh karena itu
internalisasi bukan sebagai proses belajar yang mekanis tetapi dinamis
dan konstruktif.

8
Peter L. Berger, “Tafsir Sosial atas Kenyataan: Sebuah Risalah tentang Sosiologi
Pengetahuan”. (Jakarta: LP3ES, 1990), h. 31-32.
9 9
Peter L. Berger, “Langit Suci”. (Jakarta: LP3ES, 1991), h. 5.
10
Agus Suprijono dan Gurniwan Kamil Pasya, “Konstruksi Sosial Remaja Asing Terhadap
Ritus Buyut Cili Sebagai Civic Culture Untuk Pembentukan Jati Diri”. Jurnal UNESA. ISSN 1412-
565 X, h. 188.
11
Ibid.,
13

Internalisasi realitas objektif dan eksternal untuk menjadi objektif ke


dalam kesadaran manusia bukan sesuatu yang taken for granted. Manusia
memiliki kesadaran yang telah aktif sebelum realitas tersebut terbentuk.
Manusia adalah makhluk sosial rasional dan subjektif. Manusia bukanlah
aktor yang melayani kepentingan keteraturan struktur melainkan makhluk
yang juga berupaya memenuhi kepentingan yang subjektif. Manusia
memiliki kemampuan mengkonsepsikan diri dan lingkungannya menurut
potensinya sendiri.
Berdasarkan pengertian nilai di atas maka dapat disimpulkan bahwa
nilai itu merupakan sesuatu yang sifatnya abstrak dan subjektif, ukurannya
terletak pada masing-masing perilaku individu. Namun ada juga nilai-nilai
yang bersifat umum yang diakui sebagai suatu kebenaran oleh semua orang
yang ukurannya tidak terbatas oleh waktu, tempat maupun agama seperti
nilai kejujuran, nilai keadilan dan sebagainya. Dengan adanya nilai maka
manusia akan mendapatkan predikat baik/buruk, sehingga manusia akan
dapat mengintropeksi dirinya sendiri di dalam kehidupannya sehari-hari.
Nilai dapat berfungsi untuk membimbing dan membina supaya manusia
bisa menjadi individu yang baik di hadapan manusia maupun di hadapan
Allah Swt.

2. Pengertian Pendidikan Islam


Secara struktur kaidah bahasa Indonesia pendidikan Islam terdiri dari
dua suku kata yaitu: pendidikan dan Islam. Pendidikan berarti; “proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.12 Kata
“pendidikan” dalam bahasa Arab adalah “ta’lim” dengan kata kerjanya
“allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arab yaitu “tarbiyah
wa ta’lim” sedangkan “pendidikan Islam” dalam bahasa Arab adalah
“tarbiyah Islamiyah”.13

12
Halid Hanafi, dkk, “Ilmu Pendidikan Islam”. (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018), h. 37.
13
Dwi Tri Andiyanto, “Peran Pendidik Agama terhadap Pembentukan Kepribadian Anak Usia
Dini”. Jurnal IJIGAED, Vol. 1 No. 2, Juni 2021. ISSN: 2746-2269, h. 27.
14

Menurut Ki Hajar Dewantara, “Pendidikan yaitu tuntunan di dalam


kehidupan tumbuhnya anak-anak, yang lebih jelasnya pendidikan itu adalah
sesuatu yang menuntun segala kodrat yang ada pada diri anak, agar mereka
tumbuh sebagai manusia dan anggota masyarakat yang dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya”.14 Sedangkan menurut
Agmad D. Marimba, “Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh para pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani yang
terdidik menuju terbentuknya kepribadian anak yang paling utama”.15
Ditegaskan pula di dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif agar
peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlaq mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.16 Hakekat pendidikan adalah bagaimana
mengembangkan seluruh potensi,17 yang dimiliki setiap masing-masing
individu yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan perencanaan yang
matang. Ada dua hal yang menjadi titik tekan dari pendidikan yaitu
dilakukan secara sadar dan direncanakan secara matang serta ada proses
untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki di dalam diri masing-
masing individu.
Dari pengertian di atas, ada sebagian orang yang memahami bahwa arti
pendidikan sebagai pengajaran, karena pendidikan pada umumnya selalu
membutuhkan pengajaran untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.18

14
Tim Dosen PAI, “Bunga Rampai Penelitian Pendidikan Agama Islam”. (Yogyakarta: CV
Budi Utama, 2012). Cet. 1, h. 132.
15
Ibid.,
16
Ibid., h. 133.
17
Arifah Budiarti, dkk. “Pengaruh Model Discovery Learning dengan Pendekatan Scientific
Berbasis E-book pada Materi Rangkaian Induktor terhadap Hasil Belajar Siswa”. Jurnal
Pendidikan Teknik Elektro, Vol. 2, Nomor 2, September 2017. P-ISSN: 2477-8346. E-ISSN: 2477-
8354, h. 21.
18
Imam Mohtar, “Problematika Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat”.
(Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2017). Cet. I, h. 14.
15

Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha yang


dilakukan pendidik untuk menjadikan peserta didik menjadi manusia
seutuhnya dan untuk bekal kehidupannya di masa yang akan datang yang
akan jauh lebih baik sehingga mampu menjadikan manusia yang mandiri di
segala aspek kecerdasannya, keterampilannya dan lebih dari itu menjadi
manusia yang bermartabat dan berakhlak mulia.
Sedangkan Islam berarti; “Agama yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad saw berpedoman pada kitab suci al-Qur’an yang diturunkan ke
dunia melalui wahyu Allah”.19 Islam menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia ialah ajaran yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw dengan
berpedoman pada kitab suci al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui
wahyu Allah Swt atau Islam yang berarti keselamatan.20
Tim penulis dari fakultas Tarbiyah IAIN Semarang menyebutkan
bahwa pendidikan Islam merupakan suatu sistem, sebagai suatu sistem
pendidikan Islam memiliki komponen-komponen yang secara keseluruhan
mendukung terwujudnya sosok muslim yang diidealkan.21 Telah ditegaskan
bahwa Pendidikan Islam ialah pendidikan yang teori-teorinya disusun
berdasarkan al-Qur’an dan Hadits. Pendidikan Islam adalah suatu sistem
akidah dan tata akidah yang dapat mengatur segala kehidupan dan
penghidupan manusia dalam berbagai hubungan, baik hubungan antara
manusia dengan Tuhan-Nya, manusia dengan manusia, dan hubungan
antara manusia dengan alam lainnya.22 Dapat pula diartikan bahwa
pendidikan Islam ialah suatu keyakinan yang harus dijadikan sebagai arahan
dalam sistem kehidupan manusia untuk mewujudkan sikap dan perilaku
manusia yang baik, sehingga dapat meraih kemudahan dalam menghadapi
realitas dan problem sehari-hari di dalam kehidupan sosial.

19
Halid Hanafi, Op.Cit., h. 37.
20
Imam Mohtar, Op.Cit., h. 15.
21
A. Tafsir, dkk. “Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam”. (Bandung: Media Transformasi
Pengetahuan, 2004). Cet. I, h. 1.
22
Endang Saiffudin Anshari, op. cit., h. 39
16

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud


dengan pendidikan Islam ialah pendidikan yang memberikan pengetahuan
yang dapat membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan pada peserta
didik. Pendidikan Islam juga dapat mengarahkan seseorang agar dapat
memahami dan menghayati ajaran-ajaran Islam secara mantap sehingga
dapat mempererat hubungan manusia dengan Allah Swt dan hubungan
manusia dengan sesama, serta menjadikan manusia memiliki kepribadian
yang luhur yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.

3. Ruang Lingkup Nilai-nilai Pendidikan Islam


Islam sebagai agama dan objek akademik yang memiliki cakupan dan
pembahasan ruang lingkup yang luas. Ruang lingkup nilai-nilai pendidikan
agama Islam merujuk kepada ajaran inti Islam yaitu nilai aqidah
(keimanan), nilai ibadah dan nilai akhlak.
a. Nilai Aqidah (keimanan)
Kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu aqada-yakidu, aqdan
yang artinya mengumpulkan atau mengokohkan.23 Kata aqidah tidak
disebutkan di dalam al-Qur’an, namun kata aqidah dijumpai dari akar
kata ‘uqdah, ‘aqadat, ‘uqud, yang artinya ikatan atau pujian.
Dalam istilah agama, aqidah berarti dasar keimanan seseorang
kepada Allah Swt. Dengan kata lain, aqidah adalah sesuatu yang dapat
dipercayai dan diyakini kebenarannya oleh hati seseorang karena aqidah
sesuai dengan ajaran Islam, dan tetap dengan berpedoman pada al-
Qur’an dan hadis-hadis sahih.
Aqidah yang benar adalah aqidah yang berpedoman hanya kepada
al-Qur’an dan hadis-hadis sahih, karena al-Qur’an dan hadis-hadis sahih
mengandung nilai yang murni dan benar. Sedangkan segala macam
kepercayaan dan keyakinan yang tidak bersumber dari al-Qur’an dan
hadis sahih harus dihindari, karena dapat menyesatkan kehidupan

23
Efendi, “Pendidikan Islam Transformatif ala KH. Abdurrahman Wahid”. (Bogor: Guepedia,
2016), h. 172.
17

seseorang bahkan dapat mencelakakannya, baik di dunia maupun di


akhirat.24
Menurut Muhammad Daud Ali, “Pokok-pokok akidah Islam itu
terangkum dalam istilah rukun iman, yaitu: 1) Iman kepada Allah Swt,
2) Iman kepada malaikat, 3) Iman kepada kitab-kitab Allah, 4) Iman
kepada para Nabi dan Rasul, 5) Iman kepada hari akhir, 6) Iman kepada
qadha dan qadhar Allah”.25
Nilai pendidikan aqidah/keimanan merupakan landasan pokok bagi
kehidupan manusia yang sesuai dengan fitrahnya, yaitu secara
keseluruhan manusia membutuhkan dan mengakui Sang Pencipta. Hal
ini sudah tertulis di dalam al-Qur’an atas pengakuan roh manusia pada
saat ditiupkan ke dalam janin. Hingga anak lahir sekalipun status agama
anak masih mengakui Tuhan yang Esa yaitu Allah Swt. Untuk itu,
sangatlah penting melakukan penanaman keimanan secara continue
kepada anak usia dini, agar anak nantinya tidak keliru dalam memahami
agama. Karena hal ini akan berdampak negative kepada jiwa anak ketika
dewasa nanti jika ia tidak diperhatikan penanaman akidah sejak kecil.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat ar-Rum ayat 30:
ِ ‫اّلل ۗ ٰذلَِك‬
ِ ِ ِ ۗ ِ ٰ ‫لدي ِن حنِي ف ۗا فِطمرت‬ ِ ِ ‫فَاَقِم وجه‬
‫الديم ُن‬ َ ٰ ‫ااس َِعلَمي َها ََل تَمبديم َل لَمل ِق‬
‫ن‬ ‫ال‬
َ َ ‫م‬ ‫ر‬َ‫ط‬َ‫ف‬ ِ
‫ِت‬‫اّلل الا‬ َ َ ‫َك ل م َ م‬ َ َ‫م َ م‬
‫ى‬
ِ ‫الم َقيِ ىُم َوٰل ِك ان اَ مكثَ َر الن‬
٣٠ ‫ااس ََل يَ معلَ ُم مو َن‬
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Ayat di atas menunjukan bahwa fitrah manusia adalah yakin


terhadap Allah Swt. Maka dalam hal ini, sudah menjadi tugas bagi orang
tua dan para pendidik untuk memperhatikan sekaligus memberikan

24
Thoyib Sah Saputra dan Wahyudin, “Pendidikan Agama Islam Akidah Akhlak untuk
Madrasah Aliyah Kelas X”. (Semarang: PT Karya Toha Putra, 2014). Cet. I, h. 5-6.
25
Ahmad Saefulloh, dkk. loc. cit., h. 97.
18

pemahaman kepada anak-anak agar tetap menjaga fitrah yang telah


dimilikinya.
Mengenai fitrah manusia Ibnu Maskawaih berpendapat bahwa
adanya manusia bergantung pada kehendak Tuhan, tetapi baik buruknya
manusia diserahkan kepada manusia sendiri dan bergantung pada
kemauannya sendiri. Manusia mempunyai tiga macam pembawaan:
akal, nafsu, dan keberanian. Dalam masalah etika, Ibnu Maskawaih
berpendapat bahwa kebaikan terletak pada segala yang menjadi tujuan,
dan apa yang berguna untuk mencapai tujuan tersebut adalah baik juga.
Kebaikan atau kebahagiaan adalah sesuatu yang relatif dan dapat dicapai
di dunia.26
Dalam hal ini kaitannya dengan penelitian penulis bahwa setiap
orang memiliki hak untuk mengingatkan orang lain akan fitrah manusia
sebenarnya, termaksud kepada anak sejak dini yang belum memiliki
filter yang baik pada dirinya, maka dari itu penanaman nilai aqidah yang
mantap pada diri anak akan membawa anak kepada pribadi yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. Hal yang terpenting dalam
pembinaan aqidah anak adalah anak pada masa usia dini mereka telah
memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki pada masa sesudahnya,
maka orang tua dan pendidik memiliki peluang yang sangat besar dalam
membentuk, membimbing dan membina anak, apapun yang diberikan
dan ditanamkan dalam jiwa anak akan bisa tumbuh dengan subur,
sehingga membuahkan hasil yang bermanfaat.
b. Nilai Ibadah
Ibadah merupakan kewajiban setiap orang yang beragama Islam, dan
ibadah tidak bisa dipisahkan dengan aspek keimanan. Karena keimanan
merupakan dasar, sedangkan ibadah merupakan perwujudan dari
keimanan tersebut. Jadi, Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh

26
Faisal Abdullah. “Konsepsi Ibnu Miskawaih Tentang Moral, Etika dan Akhlak Serta
Relevansinya Bagi Pendidikan Islam”, Journal of Research and Thought of Islamic Education, Vol.
3, No. 1, April 2020, h. 43.
19

apa yang dicintai dan diridhai Allah Swt. Baik berupa ucapan atau
perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Dari ucapan atau perbuatan
tersebut menyatakan bakti manusia kepada Allah yang didasari dengan
ketaatan dalam mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya.27
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
ibadah merupakan ajaran Islam yang tidak dapat dipisahkan dari
keimanan, karena ibadah merupakan bentuk perwujudan dan keimanan.
Hal ini dapat dilihat dari kepatuhan seorang hamba kepada Sang
Pencipta, berupa perwujudan diri terhadap perintah Allah Swt. Maka,
jika keimanan seseorang bagus, akan dapat terlihat dari implikasi
prinsip-prinsip dasar aqidah yang dimilikinya. Dengan demikian, kuat
atau lemahnya ibadah seseorang itu dapat ditentukan oleh kualitas
imannya. Semakin bagus sikap ibadah yang dimiliki seseorang maka
akan semakin tinggi pula keimanannya. Jadi, ibadah adalah cerminan
atau bukti nyata dari aqidah.
Dalam pembinaan ibadah, Allah Swt berfirman di dalam QS. Taha
ayat 132:
ۗ ۗ ۗ
١٣٢ ‫َك َوالم َعاقِبَةُ لِلتا مق ٰوى‬ َ ُ‫اصطَِ مِب َِعلَمي َها ََل نَ مسَل‬
َ ُ‫َك َِرمزقا َمَن ُن نَ مرُزق‬
ِ ‫وأممر اَهلََك ِاًبل ا‬
‫ّٰص ٰلوة َو م‬ َ ‫َ ُم م‬
Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat
dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta
rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu, dan akibat
(yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah Swt memerintahkan manusia


untuk mengerjakan shalat, baik seorang ayah kepada anaknya, seorang
suami kepada istrinya, maupun sesama umat Islam pada umumnya.
Perintah shalat tersebut merupakan bentuk keinginan Allah Swt kepada
manusia dalam membuktikan keimanannya. Maka, shalat adalah salah
satu bentuk ibadah, bentuk sarana manusia dalam membuktikan
keimanannya kepada Allah Swt. Bagi Allah, bentuk shalat yang

27
Ahmad Saefulloh, dkk. Op. cit., h. 98.
20

diinginkan adalah shalat yang sabar dalam pengerjaannya, sabar disini


berarti melaksanakan dengan penuh ikhlas dan khusyuk. Dengan begitu
hakikat shalat sendiri akan terasa dan menjadi salah satu cara manusia
mendekatkan diri kepada Allah dalam rangka menunjukan bukti
keimanan seseorang kepada-Nya.28
Pada dasarnya, ibadah dibagi menjadi dua, yaitu: Pertama, Ibadah
mahdhah. Kedua, Ibadah ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah
ibadah yang tercermin dalam 5 rukun Islam, yakni mengucapkan dua
kalimat syahadat, mendirikan shalat, puasa Ramadhan, membayar
zakat, serta naik haji ke Makkah. Lima ibadah tersebut merupakan
ibadah yang langsung kepada Allah yang dikerjakan berdasarkan syarat
dan ketetapan tertentu. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah ialah sesuatu
ketika ibadahnya hanya ditujukan untuk mencapai keridhoan Allah.29
Salah satu perintah Allah untuk membiasakan ibadah juga terdapat
di dalam kisah Luqman yang senantiasa memberi nasihat kepada para
anak-anaknya. Hal ini tercantum dalam QS. Luqman ayat 17:

‫َك ِم من‬ِ‫ف وانمه ِع ِن المممن َك ِر واصِِب ِع ٰلى مآ اَصاب َۗك اِ ان ٰذل‬
ِ ‫َن اَقِ ِم ال ا‬
َ َ َ َ َ َ ‫ّٰص ٰلوَة َوأم ُم مر ِاًبلم َم مع ُرمو َ َ َ ُ َ م م‬ ‫يٰ بُ َا‬
١٧ ‫َِع مزِم ماَلُُم موَِر‬
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah)”.

Ayat tersebut merupakan bukti perintah Allah Swt kepada Luqman


agar senantiasa memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan ibadah.
Tujuannya ialah agar apa yang dilakukan oleh Luqman dapat di contoh
oleh para orang tua pada zaman sekarang.

28
Ibid., h. 99.
29
Marzuki, “Kemitraan Madrasah dan Orang Tua dalam Menanamkan Kedisiplinan Ibadah
Siswa MA Asy-Syafi’iyah Kendari”, Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 10 No. 2, Juli-Desember 2017, h. 168.
21

Berhubungan dengan pembiasaan aktivitas ibadah sebagai bentuk


penghambaan dirinya kepada Allah Swt. Inti dari pokok bahasan nilai
ibadah ini adalah sebagaimana tujuan akhir dari pendidikan itu sendiri
yaitu untuk menyadari diri manusia bahwa setinggi-tinggi mereka dalam
menuntut ilmu ialah untuk mengabdikan diri kepada Allah Swt. Maka,
segala aktivitas kehidupan akan bernilai ibadah jika dilaksanakan
dengan mengharap ridha dari Allah Swt.30
Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan ibadah merupakan
salah satu aspek pendidikan Islam yang penting dan perlu diperhatikan.
Karena tujuan ibadah dalam Islam yaitu:
1) Untuk memperkuat keyakinan dan pengabdian manusia kepada
Allah.
2) Untuk menguatkan karakter, mendisplinkan diri dan peranannya
sebagai wakil dan hamba yang dapat dipercaya Allah di muka
bumi.
3) Untuk memperkuat tali persaudaraan dan kasih sayang diantara
sesama muslim.
c. Nilai Akhlak
Akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab “Akhlaq”,
akhlaq merupakan bentuk jamak dari kata “khuluq” yang berarti
perangai, tingkah laku, tabi’at. Sedangkan definisi akhlak secara
terminologi berarti sikap atau tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan
yang baik atau mungkin buruk tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan terlebih dahulu.31 Nilai pendidikan akhlak menempati
tempat tersendiri dalam pembinaan setiap pribadi muslim agar tercipta
kehidupan yang harmonis, saling nasihat menasihati dan bantu

30
Ahmad Saefulloh, dkk. op. cit., h. 136.
31
Muhammad Muh Al Jumhuri, “Belajar Aqidah Akhlak: Sebuah Ulasan Ringkas tentang Asas
Tauhid dan Akhlak Islamiyah”. (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2015), h. 14.
22

membantu sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah Swt QS.


al-Ashr ayat 1-3:

‫اص موا ِاًب مْلَ ِق‬ ِ ِ ٰ ‫ اِاَل الا ِذين اٰمنُوا وِع ِملُوا‬٢ ‫اَلنمسا َن لَِفي َخس ىر‬
ِ ِ ِ‫والمع ى‬
‫ە‬ َ ‫الّٰصل ٰٰحُت َوتَ َو‬ َ َ ‫مَ َ م‬ ‫م ُم‬ َ ‫ ا ان م‬١ ‫ّٰصر‬
‫َ َم‬
‫اص موا ِاًبل ا‬
٣ ࣖ ‫ّٰص مِِب‬ َ ‫َوتَ َو‬
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.

Pada ayat di atas menjelaskan bahwa Allah Swt menunjukan


manusia agar memiliki akhlak yang baik, yaitu dengan cara saling
menasihati dan saling mengingatkan dalam kebaikan. Dengan begitu
Allah akan memberikan petunjuk kepada hambanya yang nantinya akan
dirasakan kehadirannya di dalam hati baik berupa rasa tenang, rasa
nyaman, dan kepuasan tersendiri. Karena sesungguhnya di dalam hati
manusia terdapat dua sifat secara fitrah, yaitu sifat fujur dan sifat taqwa.
Sifat fujur berarti dorongan untuk berbuat jahat, sementara sifat taqwa
adalah kebalikannya. Maka, menurut penulis untuk membiasakan sifat
baik atau akhlak baik di dalam kehidupan sehari-hari maka harus
diiringi dengan pembiasaan ibadah yang baik.
Pembahasan mengenai akhlak sangatlah luas, sehingga penulis
membatasi dengan akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama, dan
akhlak kepada lingkungan.
Dari pembahasan di atas, penulis akan merinci pembahasan
mengenai akhlak. Petama, akhlak kepada Allah Swt. Akhlak kepada
Allah dapat diartikan patuh dan taat kepada Allah. Manusia tidak
memiliki hak untuk membuat aturan yang membuat Allah marah.
Artinya, tujuan hidup ini adalah mematuhi perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Apabila manusia tidak mau melaksanakan kewajiban
sebagai makhluk ciptaan Allah Swt berarti ia telah menentang fitrah
sendiri, sebab pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk
23

mengabdi kepada Tuhannya yang telah menciptakan. Tujuan


pengabdian manusia pada dasarnya hanyalah mengharapkan akan
adanya kebahagiaan lahir dan bathin, dunia dan akhirat serta terhindar
dari murka-Nya yang mengakibatkan kesengsaraan diri sepanjang masa.
Dan dalam berkomunikasi dengan khalik-Nya, manusia mesti memiliki
akhlak yang baik kepada Allah Swt, seperti: tidak menyekutukan-Nya,
taqwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ikhlas terhadap segala keputusan-
Nya, bertaubat, bersyukur, berdo’a, beribadah, dan selalu berusaha
mencari keridhoan-Nya.
Kedua, akhlak kepada sesama manusia. Manusia sebagai makhluk
sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan manusia lain. Karena
pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, maka dari itu manusia
tidak dapat memisahkan diri dari masyarakat. Setiap individu senantiasa
selalu membutuhkan dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Agar terciptanya hubungan yang baik dan harmonis dengan masyarakat
tersebut, setiap pribadi harus memiliki sifat-sifat terpuji dan mampu
menempatkan dirinya secara positif di tengah-tengah masyarakat.
Ketiga, akhlak terhadap lingkungan. Lingkungan adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan,
maupun benda-benda yang tidak bernyawa. Manusia sebagai khalifah di
muka bumi ini menuntut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam yang mengandung pemeliharaan
serta bimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
Dengan demikian manusia akan terbiasa melakukan hal-hal yang baik,
indah, mulia, terpuji untuk menghindari hal-hal yang tercela. Jika
manusia melakukan kerusakan terhadap lingkungan maka manusia
harus bertanggung jawab pada kerusakan tersebut. Dengan demikian,
maka terciptalah masyarakat yang aman dan sejahtera.32

32
Ibid., h. 102-105.
24

4. Metode Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam


Metode berasal dari dua kata yaitu meta yang berarti melalui dan hodos
yang berarti cara. Dengan demikian metode berarti cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.33 Tugas dan fungsi metodologi
pendidikan Islam adalah memberikan jalan atau cara yang sebaik mungkin
bagi pelaksanaan oprasional dari pendidikan Islam tersebut.34 Penanaman
nilai-nilai pendidikan Islam pada program ekstrakurikuler taekwondo ini
dilakukan oleh pelatih taekwondo, sedangkan penanaman nilai-nilai
pendidikan Islam ini ditujukan kepada siswa-siswi SDIT Andalusia
Ciseeng, Kabupaten Bogor yang mengikuti ekstrakurikuler taekwondo.
Metode pembelajaran merupakan instrument yang sangat penting
dalam proses pembelajaran yang memiliki nilai teoritis dan praktis, selain
itu metode pembelajaran juga menjadi variabel penting dalam proses
pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Beberapa metode
pembelajaran yaitu antara yaitu:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan cara penyajian pelajaran yang
dilakukan guru dengan menuturkan atau menjelaskan secara lisan
terhadap peserta didik.35
Metode ceramah ini menekankan pada pemberian penyampaian
informasi pada peserta didik. Dalam pelaksanaanya, seorang
pendidik/pelatih bisa menyampaikan materi agama dengan cara
persuasive dan memberikan motivasi.
b. Metode Tanya Jawab (hiwar)
Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran
melalui interaksi antara guru dengan siswa agar diperoleh jawaban
kepastian pada materi. Dalam metode tanya jawab ini guru dan siswa

33
Heri Gunawan, “Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh”. (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2014), h. 255.
34
H. M. Arifin, “Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner”. (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 65.
35
Heri Gunawan, op. cit., h. 274.
25

harus berperan aktif. Siswa dituntut agar mereka tidak tergantung pada
keaktifan guru/pelatih saja.36
Metode tanya jawab dimaksudkan untuk meninjau materi yang
sudah disampaikan sebelumnya agar peserta didik memusatkan
perhatiannya pada pelajaran yang telah dicapai sehingga dapat
melanjutkan pelajaran selanjutnya.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi digunakan dalam pendidikan Islam untuk mendidik
dan mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian
dan sikap pengetahuan mereka terhadap sesuatu masalah.37
Dalam pembelajaran pendidikan Islam, metode diskusi sangat
membantu peserta didik untuk mengetahui lebih banyak tentang Islam
sehingga dapat saling menghargai perbedaan.
d. Metode Latihan
Metode latihan (drill) merupakan metode yang digunakan untuk
memperoleh suatu keterampilan atau ketangkasan terhadap suatu
materi. Dalam pendidikan Islam, materi yang diajarkan menggunakan
metode ini adalah materi yang bersifat pembiasaan, seperti ibadah
sholat, membaca al-Qur’an dan lain-lain.
Pada metode ini peran guru ialah hanya memberikan umpan balik
terhadap respon peserta didik dan memberikan penguatan terhadap
respon peserta didik yang benar dan mengkoreksi tanggapan peserta
didik yang salah.38
e. Metode Moral Reasoning
Metode moral reasoning disebut juga dengan metode mencari nilai
moral. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang mengajak
peserta didik untuk menentukan suatu perbuatan. Dalam metode ini,

36
Muhammad Anas, “Mengenal Metodologi Pembelajaran”. (Pasuruan: CV Pustaka Hulwa,
2014), h. 17.
37
Rahmat, “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Konteks Kurikulum 2013”.
(Yogyakarta: Bening Pustaka, 2019). Cet. I, h. 10.
38
Ibid., h. 26.
26

peserta didik dilatih untuk mendiskusikan suatu perbuatan untuk


menilai baik buruknya perbuatan.39
Menurut Sarwono, “Moral reasoning yaitu salah satu metode yang
mendasarkan pada tindakan atas penilaian baik atau buruknya sesuatu,
karena sifatnya merupakan penalaran”. Maka moral reasoning ini yaitu
mengenai mengapa atau bagaimana seseorang dapat mengatakan suatu
perbuatan itu baik dan buruk, atau salah dan benar.40
Dengan adanya metode ini diharapkan akan muncul berbagai
kegiatan belajar peserta didik, yang sehubungan dengan kegiatan yang
dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, terciptalah suatu hubungan atau
interaktif edukatif. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika
peserta didik aktif. Oleh karena itu, dalam interaksi ini guru berperan
sebagai penggerak atau pembimbing, yang mengarahkan peserta
didiknya agar lebih berkembang dan dapat memosisikan peserta didik
sebagai subjek belajar.

B. Program Ekstrakurikuler Taekwondo


Secara umum program adalah penjabaran dari suatu rencana, dalam hal ini
program merupakan bagian dari sebuah rencana dan sering diartikan sebagai
kerangka dasar dari pelaksanaan suatu kegiatan. Program didefinisikan sebagai
segala kegiatan atau kebijakan yang bertujuan untuk mencapai suatu sasaran,
tujuan, visi, dan misi dalam suatu organisasi yang dituangkan melalui
perencanaan.41 Program ini merupakan unsur yang harus ada demi terciptanya
suatu kegiatan. Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih
terstruktur dan lebih mudah untuk dilaksanakan.

39
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, “Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam”. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), h. 29.
40
An-Nisa Apriyani dan Ruwet Rusiyono, “Pengaruh Metode Moral Reasoning terhadap
Penanaman Karakter Nasionalisme Siswa SD dalam Pembelajaran Tematik”. Jurnal JPSD, Vol. 5
No. 1, 2018. h. 15.
41
Debby Nur Safitri, “Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Melalui Program
Ekstrakurikuler Karawitan di SMK Negeri 2 Wonosari Gunung Kidul”, Thesis UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2019. h. 26.
27

1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
menyatakan bahwa stuktur kurikulum pada setiap satuan pendidikan
memuat tiga komponen, yaitu: mata pelajaran, muatan lokal, dan
pengembangan diri. Komponen pengembangan diri meliputi kegiatan
pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler. Dalam hal ini kegiatan
pengembangan diri merupakan bagian integral dari kurikulum tingkat
satuan pendidikan.42
Menurut Oteng Sutisna, “Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
pelajaran tambahan dan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di
sekolah”.43 Kegiatan ekstrakurikuler ini ditujukan agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi, minat, bakat, kemampuan, kepribadian,
kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka
mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Sedangkan menurut Wiyani, “Kegiatan ekstrakurikuler merupakan
kegiatan yang dilakukan dalam mengembangkan aspek-aspek tertentu dari
apa yang berhubungan dengan bagaimana penerapan sesungguhnya dari
ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh peserta didik sesuai dengan tuntutan
kebutuhan hidup mereka maupun lingkungan sekitarnya”.44
Kegiatan ekstrakurikuler dapat mencakup kegiatan seni, olahraga, dan
pengembangan kepribadian. Kegiatan ekstrakurikuler yang penulis angkat
pada penelitian ini ialah ekstrakurikuler pada kegiatan olahraga Taekwondo.
Kegiatan taekwondo ini merupakan seni beladiri berasal dari Korea. Tujuan
diselenggarakannya latihan taekwondo usia dini di sekolah ialah untuk lebih
meningkatkan pengayaan gerak, menjaga diri dan mengembangkan

42
Moh. Abdullah, dkk. “Pendidikan Islam Mengupas Aspek-aspek dalam Dunia Pendidikan
Islam”. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2019). Cet. I, h. 103-104.
43
Muhamad Syamsul Taufik, dkk. “Manajemen Penjas”. (Indramayu: CV. Adanu Abimata,
2020). Cet. I, h. 147.
44
Novan Ardy Wiyani, “Menumbuhkan Pendidikan Karakter di SD (Konsep, Praktek dan
Strategi)”. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 103.
28

pertumbuhan serta perkembangan peserta didik, baik fisik maupun


psikologis.45
Jadi dapat disimpulkan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan
untuk meningkatkan pengetahuan peserta siswa serta untuk melatih bakat
dan minat siswa yang dilaksanakan di luar jam pelajaran.
Kemudian, fungsi dari ekstrakurikuler dapat dilihat dalam buku
Panduan Pengembangan Diri Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah menjelaskan fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah
sebagai berikut:46
a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai
dengan potensi, bakat dan minat yang ada pada diri mereka.
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik
yang menunjang proses perkembangan. Persiapan karir, yaitu fungsi
kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta
didik.
Adapun prinsip dalam ekstrakurikuler yang tertuang dalam buku
Panduan Pengembangan Diri Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 yang menjelaskan tentang prinsip-prinsip kegiatan
ekstrakurikuler sebagai berikut:47
a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan
potensi, bakat, minat yang ada pada diri masing-masing peserta didik.
b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan
keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik.

45
Devi Tirtawirya, “Perkembangan dan Peranan Taekwondo dalam Pembinaan Manusia
Indonesia”. Jurnal Olahraga Prestasi, Vol. 1 No 2, Juli 2005, h. 32-33.
46
Moh. Abdullah, dkk, op. cit., h. 106-107.
47
Ibid., h. 107.
29

c. Ketertiban aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut


keikutsertaan peserta didik secara penuh.
d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana
yang disukai dan menggembirakan peserta didik.
e. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun
semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.
f. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.
Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut andil dalam meningkatkan
prestasi dalam belajar. Kegiatan ekstrakurikuler bukan termasuk materi
pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, penyampaian materi
pelajaran dapat dilaksanakan di sela-sela kegiatan ekstrakurikuler
dilaksanakan, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari
kurikulum sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler dapat dijadikan wadah untuk
peserta didik untuk menampung minat dan bakatnya. Menurut Karim,
“Melalui ekstrakurikuler siswa dapat diarahkan memiliki karakter yang
abadi dan universal seperti kejujuran, kedisiplinan, menghargai pluralism,
mempunyai empati dan simpati. Semua aspek ini akan sangat menunjang
kesuksesan peserta didik kelak di masa mendatang”.48
Berdasarkan penjelasan teori-teori yang telah disampaikan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat menambah
wawasan siswa mengenai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan
pelajaran di ruang kelas. Melalui kegiatan ekstrakurikuler juga siswa dapat
menyalurkan minat, bakat dan potensi yang ada pada diri mereka. Indikator
yang digunakan pada kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi akademik
adalah individu, pilihan, keterlibatan aktif, etos kerja dan kemanfaatan
sosial.

48
Karim, “Pengaruh Keikutsertaan Siswa dalam Bimbingan Belajar dan Ekstrakurikuler
terhadap Prestasi Belajar Matematika”. JPM IAIN Antasari, Vol. 1 No. 1 Juli-Desember 2013, h.
2.
30

2. Pengertian Seni Bela Diri


Bela diri merupakan salah satu bentuk pertahanan diri seseorang.
Olahraga beladiri dikenal sejak zaman dahulu. Orang yang mempelajari
beladiri mempunyai berbagai alasan baik sebagai proses untuk menjaga
tubuh agar tetap sehat atau untuk penjagaan diri jika mendapat sesuatu yang
tidak diinginkan. Menguasai olahraga beladiri membuat kita siap dengan
jurus pembelaan diri, siap secara fisik dan mental, biasanya dari bentuk
serangan yang akan mengancam keselamatan diri.
Ada berbagai jenis beladiri yang saat ini bisa kita kenal. Beberapa di
antaranya memang sudah ada sejak dahulu sehingga menjadi budaya yang
diturunkan secara turun-temurun. Jangan heran jika beladiri setiap daerah
memiliki ciri khas yang berbeda. Hal tersebut disebabkan oleh
perkembangan kebudayaan setiap daerah yang berbeda, tempat beladiri
tersebut berkembang. Namun, walaupun banyak perbedaan spesifik dari
berbagai jenis beladiri, tujuan dari beladiri itu sama, yaitu untuk
mempertahankan diri dari bahaya.
Pertahanan diri dibutuhkan umat manusia pada masa lampau ketika
keamanan masih belum terjamin seperti sekarang. Beladiri diperlukan sekali
terutama ketika melakukan perjalanan. Melakukan perjalanan pada masa
dahulu merupakan suatu pertaruhan antara hidup dan mati. Bahaya yang
mengancam bisa berupa pertemuan dengan hewan buas atau perampok dan
berbagai situasi yang membahayakan serta tidak dapat diprediksi. Oleh
sebab itu, belajar dan menguasai beladiri menjadi salah satu pilihan yang
harus dimiliki.
Beladiri bukan hanya olahraga untuk menjaga kesehatan tubuh, tetapi
juga memiliki banyak unsur seni. Banyak gerakan beladiri yang begitu
indah dengan nilai-nilai estetis dan filosofis. Beladiri berada di antara
olahraga dan kesenian sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi
penggemarnya.49

49
Muhamad Syahrial, “Buku Jago Beladiri”. (Pamulang: Tim Cemerlang, 2020). Cet. I, h. 1-
2.
31

Maka dari itu olahraga sangatlah penting apalagi jika dilihat dari unsur
tujuan dan manfaatnya, dari segi pendidikan anak usia dini olahraga
memberikan efek positif terhadap anak. Hal ini menunjukkan bahwa
pentingnya olahraga dalam mewujudkan generasi yang kuat jasmaninya.
Sebagaimana Allah menjelaskan dalam QS. Al-Anfal ayat 60:

ِ ٰ ‫الي ِل تُرِهب و َن بِِه ِع ُد او‬


‫اّلل َو َِع ُد اوُك مم َواٰ ََخ ِريم َن ِم من‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫استَطَ معتُ مم م من قُ اوة اوم من َِرَاًبط مَم م ُ م‬ ‫َواَِعد مُّوا ََلُمم اما م‬
ۗ ۚ ۚ
‫ف اِلَمي ُك مم َواَنمتُ مم ََل تُظملَ ُم مو َن‬
‫ُد موِنِِ مم ََل تَ معلَ ُم موَِنُمم اَ ّٰللُ يَ معلَ ُم ُه مم َوَما تُمن ِف ُق موا ِم من َش ميء ِ مف َسبِمي ِل ٰاّللِ يُ َو ا‬

٦٠
Artinya: “Persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka apa yang kamu
mampu, berupa kekuatan (yang kamu miliki) dan pasukan berkuda.
Dengannya (persiapan itu) kamu membuat gentar musuh Allah, musuh
kamu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya,
(tetapi) Allah mengetahuinya. Apa pun yang kamu infakkan di jalan
Allah niscaya akan dibalas secara penuh kepadamu, sedangkan kamu
tidak akan dizalimi”.

Tidak dapat disangka bahwa Rasulullah saw. memerintah umatnya


untuk menjaga kesehatan dan kebugaran fisik melalui pendidikan jasmani,
meskipun tidak dalam pengertian formal sebagaimana yang termuat dalam
kurikulum-kurikulum tentang pendidikan jasmani. Tetapi tujuan akhirnya
yaitu memelihara jasmani, sekaligus rohani yang sehat, adalah sama.
Dalam mengembangkan Islam pada masanya, maka hadis tentang
pentingnya pendidikan jasmani banyak yang terkait dengan pelaksanaan
jihad, dan lebih khusus lagi dengan kebutuhan peperangan. Maka kegiatan
olahraga beladiri sepertinya menjadi prioritas dalam ajaran-ajaran
Rasulullah saw.

3. Pengertian Taekwondo
Tae Kwon Do merupakan olahraga beladiri modern yang berakar dari
beladiri tradisional Korea. Taekwondo terdiri dari 3 kata yaitu: Tae berarti
menyerang menggunakan kaki dengan teknik tendangan, Kwon berarti
memukul/menghantam dan mempertahankan diri dengan teknik tangan,
serta Do yang berarti seni/cara mendisplinkan diri. Jadi jika diartikan secara
32

sederhana, Taekwondo adalah seni atau cara mendisplinkan diri/seni


beladiri yang menggunakan teknik kaki dan tangan kosong.50
Kata taekwondo sendiri merupakan kegiatan beladiri yang
menggunakan serangan dengan kaki, di mana serangan dalam tendangan
taekwondo adalah ke arah badan dan kepala. Tendangan dalam taekwondo
terdiri berbagai macam tendangan. Setiap teknik tendangan memerlukan
power, kecepatan dan yang terutama keseimbangan dalam melakukannya.
Para atlet taekwondo atau taekwondoin rata-rata adalah orang yang
rendah hati, karena konsep yang harus diresapi dan dimiliki oleh para atlet
taekwondo/taekwondoin ialah etika (seperti seperti cara berbicara, masuk
ruangan/lapangan, meninggalkan ruangan/lapangan, dan lain-lain),
bersahaja, tekun, kontrol diri yang kuat, serta spirit/semangat yang tinggi.51
Manfaat belajar taekwondo tidak sekedar untuk menjadi atlet saja tetapi
akan memberikan rasa aman pada diri seseorang yang menguasai ilmu
beladiri. Menguasai ilmu beladiri taekwondo berarti mempunyai pertahanan
diri menggunakan tangan kosong yang sewaktu-waktu dapat digunakan
dalam keadaan darurat untuk mengamankan diri. Mempunyai keahlian
beladiri seperti membawa senja yang bisa dibawa ke mana-mana.

4. Sejarah Taekwondo
Taekwondo adalah suatu ungkapan fisik dari kehendak manusia untuk
beradaptasi dengan lingkungan dan juga suatu aktivitas untuk memenuhi
keinginan rohani dari seseorang. Pada dasarnya semua tindakan yang ada di
dalam aktivitas taekwondo ini dikembangkan dari naluri manusia untuk
pertahankan diri diperkuat dengan unsur-unsur yang positif, dan pada
akhirnya dapat menjangkau status yang absolut untuk mengalahkan ego dan

50
Adinda Rarasti dan Zulfan Heri, “Pengembangan Alat Bantu Latihan Samsak Berbasis Traffic
Light terhadap Kecepatan Reaksi Tendangan pada Atlet Taekwondo Tahun 2018” Jurnal Ilmu
Keolahragaan, Vol. 18 No. 1, Januari-Juni 2019, h. 25.
51
Ria Listina, “Dr. Olahraga Mengajarkan Taekwondo”. (Jakarta: PT Balai Pustaka (Pesero),
2012). Cet. I, h. 1-7.
33

tiba pada suatu kesempurnaan, dengan demikian memberi olahraga suatu


philosophical dimensi.52
Taekwondo mempunyai sejarah yang sangat panjang dengan perjalanan
sejarah bangsa Korea. Sebutan taekwondo itu sendiri baru dikenal sejak
tahun 1954, merupakan modifikasi dan penyempurnaan dari berbagai
beladiri tradisional Korea.53
Seiring dengan kemerdekaan Korea dari penjajahan Jepang, konsep
baru tentang kebudayaan dan tradisi mulai bangkit. Banyak para ahli seni
beladiri mendirikan sekolah/perguruan beladiri. Dengan meningkatnya
populasi dan hubungan kerjasama yang baik antar perguruan beladiri,
akhirnya diputuskan untuk menyatukan berbagai nama seni beladiri Korea
dengan sebutan: Taekwondo, pada tahun 1954. Pada tanggal, 16 September
1961 sempat berubah menjadi Taesoodo namun kembali menjadi
Taekwondo dengan organisasi nasionalnya bernama Korea Taekwondo
Association (KTA).
Pada tanggal 5 Agustus 1965, dan menjadi anggota Korean Sport
Council, dan pada era tahun 1965 sampai 1970-an, KTA banyak
menyelenggarakan berbagai acara pertandingan dan demonstrasi untuk
berbagai kalangan pada skala nasional.
Taekwondo berkembang dan menyebar diberbagai kalangan, hingga
diakui sebagai disiplin/program resmi oleh pertahanan nasional Korea,
menjadi olahraga wajib bagi tentara dan polisi. Tentara Korea yang
berpartisipasi dalam perang Vietnam dibekali keahlian taekwondo, saat
itulah taekwondo mendapatkan perhatian besar dunia. Nilai lebih ini
menjadikan taekwondo dinyatakan sebagai olahraga nasional di Korea.
Pada tahun 1972, Kukkiwon didirikan, sebagai markas besar
taekwondo, hal ini menjadi penting bagi pengembangan taekwondo ke
seluruh dunia. Kejuaraan dunia yang pertama diadakan pada tahun 1973 di

52
Devi Tirtawirya, op. cit., h. 198.
53
Maureen Eman, dkk. “Perancangan Buku Panduan Pembelajaran Taekwondo untuk Anak
Usia 8-12 Tahun”. (Yogyakarta: Institut Seni Indonesia, t.t), h. 4
34

Kukkiwon, Seoul, Korea Selatan dan hingga sampai saat ini kejuaraan dunia
rutin dilaksanakan setiap 2 tahun sekali.
Untuk meningkatkan kualitas instruktur taekwondo di seluruh dunia,
Kukkiwon membuka Taekwondo Academy, mulai tahun 1998 telah
membuka Program pelatihannya bagi instruktur taekwondo dan seluruh
dunia. Kukkiwon, sebagai markas besar taekwondo dunia, pusat sekretariat
promosi ujian tingkat internasional.
Pada tanggal, 28 Mei 1973 didirikan The World Taekwondo Federation
(WTF), dan sekarang mempunyai 156 negara anggota, taekwondo telah
dipraktekkan oleh lebih dari 50 juta orang di seluruh penjuru dunia, dan
angka ini masih akan terus bertambah seiring perkembangan taekwondo
yang semakin maju dan populer, hingga sampailah ke Indonesia dan
berkembang sekitar tahun 1970.
Taekwondo telah dipertandingkan diberbagai pertandingan baik
nasional maupun internasional di seluruh dunia, dan telah dipertandingkan
sebagai ekshibisi pada Olympic Games 1988 Seoul dan telah
dipertandingkan sebagai cabang olahraga resmi di Olympic Games tahun
2000 di Sydney. Pada Olympic Games di Athena tahun 2004 para atlet
Indonesia belum beisa menyumbangkan medali, dan harus belajar banyak
untuk mewujudkan medali di pesta olahraga.54

5. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam pada Program Ekstrakurikuler


Taekwondo
Penanaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu
proses, cara, perbuatan menanam, menanami atau menanamkan.55 Salah
satu pendidikan yang paling penting ditanamkan pada peserta didik adalah
pendidikan Islam, karena pendidikan Islam sangat berperan dalam
pembentukan etika dan kepribadian yang baik bagi anak.

54
Devi Tirtawirya, op. cit., h. 198-199.
55
Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., h. 1435.
35

Penanaman nilai-nilai pendidikan Islam adalah usaha sadar dan


terencana dalam rangka menanamkan nilai-nilai Islam yang berlandaskan
al-Qur’an dan hadis melalui kegiatan pembelajaran, latihan, bimbingan
serta pengalaman agar dapat memahami dan juga menghayati ajaran Islam
secara menyeluruh sehingga mampu mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Penanaman ajaran Islam harus diberikan sejak dini, mulai dari usia
kanak-kanak, remaja, bahkan sampai dewasa. Dalam Islam dikenal dengan
istilah pendidikan sepanjang hayat (long life education). Artinya selama ia
hidup tidak akan lepas dari pendidikan, karena setiap langkah hidup
manusia hakikatnya adalah belajar, baik langsung maupun tidak langsung.
Pendidikan Islam mutlak harus diberikan, karena pada jenjang sekolah
dasar dan menengah itulah proses terjadinya pembentukan kepribadian,
pembiasaan untuk menguasai konsep-konsep Islam, dan mengamalkannya
dalam kehidupan. Pada anak usia dini, Islam harus dijadikan landasan bagi
pembelajaran, hingga generasi ke depan benar-benar menjadi generasi Islam
yang berkualitas. Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus
terhapuskan kesan ajaran Islam eksklusif, kejam, dan kesan-kesan negatif
lainnya. Hal tersebut sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahpahaman
yang dapat menimbulkan berbagai friksi dan aliansi yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Seperti sekarang ini muncul berbagai aliran-aliran
sesat dan menyesatkan yang menimbulkan friksi, yang mengguncang
keutuhan Islam sebagai agama yang sempurna. Berkaitan dengan hal itu,
peran dan fungsi pendidikan Islam dalam membangun manusia sangatlah
penting keberadaannya, karena melalui pendidikan Islam inilah diharapkan
muncul generasi muda Islam yang kaffah.
Jadi penanaman nilai-nilai pendidikan Islam menurut penulis adalah
salah satu proses/cara menanamkan pendidikan yang paling penting untuk
peserta didik. Karena, dengan ditanamkannya pendidikan Islam sejak dini
akan membentuk etika dan kepribadian yang baik bagi peserta didik dan
akan dapat diamalkan dalam kehidupannya sehari-hari.
36

Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di


luar jam belajar intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, dibawah
bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan yang bersangkutan. Tujuan
dari diselenggarakannya kegiatan ekstakurikuler ini adalah untuk
mengembangkan potensi, minat, bakat, kemampuan, kepribadian,
kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka
mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.56
Sedangkan ekstrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang
dilakukan di luar jam pelajaran sekolah. Tujuan dari program
ekstrakurikuler sendiri adalah untuk mengembangkan minat, bakat dan
potensi yang ada diri peserta didik.
Jadi berdasarkan pemaparan di atas, penanaman nilai-nilai pendidikan
Islam melalui kegiatan ekstrakurikuler Taekwondo yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah proses penanaman nilai-nilai pendidikan Islam yang
dilakukan oleh pelatih untuk membentuk kepribadian dan etika yang baik
serta dapat mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-harinya.

C. Penelitian Relevan
Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti
Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam pada Program Ekstrakurikuler
Taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor. Penulis juga
melakukan tinjauan pustaka sebagai berikut:
1. Skripsi yang ditulis oleh Rheviana Dian Miranti dari Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan judul penelitian “Penanaman
Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada Siswa Program Ekstrakurikuler
Tapak Suci Putera Muhammadiyah di MTS Negeri 6 Sleman”. Penelitian ini
menggunakan metodologi kualitatif deskriptif. Dalam skripsinya
menjelaskan bahwa penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam melalui
kegiatan ekstrakurikuler Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang dimaksud

56
https://www.dadangjsn.com/2018/09 diakses pada tanggal 22 Maret 2021 pukul 23:56 WIB.
37

dalam penelitian ini adalah proses penanaman nilai-nilai pendidikan agama


Islam yang dilakukan oleh pelatih untuk membentuk kepribadian dan etika
yang baik serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.57
Penelitian Rheviana Dian Miranti memiliki persamaan dengan milik
penulis. Yakni sama-sama membahas penanaman nilai-nilai pendidikan
Islam dan sama-sama meneliti ekstrakurikuler dalam cabang olahraga
beladiri. Di dalam penelitian Rheviana Dian Miranti pun memiliki
perbedaan dengan milik penulis yaitu pada ekstrakurikuler yang diteliti oleh
Rheviana Dian Miranti yaitu ekstrakurikuler tapak suci, sedangkan
ekstrakurikuler yang penulis teliti yaitu ekstrakurikuler taekwondo.
2. Skripsi yang ditulis oleh Azriyah dari Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Dengan judul penelitian “Penanaman Nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam dalam Ekstrakurikuler Pendidikan Olahraga
Renang dan Panahan di Kelas II dan III SD Teladan Yogyakarta”. Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan mengambil lokasi
penelitian di SD Teladan Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini
dilakukan bertujuan untuk: 1) Mengetahui pelaksanaan ekstrakurikuler
Pendidikan Olahraga Renang dan Panahan (PORP) di kelas II dan III SD
Teladan Yogyakarta, 2) Mengetahui apa saja nilai-nilai Pendidikan Agama
Islam (PAI) yang terdapat dalam ekstrakurikuler Pendidikan Olahraga
Renang dan Panahan (PORP) di kelas II dan III SD Teladan Yogyakarta, 3)
Mengetahui penanaman nilai-nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
ekstrakurikuler Pendidikan Olahraga Renang dan Panahan (PORP) di kelas
II dan III SD Teladan Yogyakarta. Hasil dari pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler tersebut menunjukan terjadinya proses penanaman nilai-nilai
pendidikan agama Islam yang berjalan efektif. Adapun hasil penelitian ini

57
Rheviana Dian Miranti. “Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada Siswa
Program Ekstrakurikuler Tapak Suci Putera Muhammadiyah di MTs Negeri 6 Sleman”. Skripsi
pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2020. h. 26.
38

adalah 1) Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PORP yaitu pengkondisian


siswa, pembukaan, pemberi materi, pemanasan, praktek di lapangan,
pendinginan, evaluasi dan penutup, 2) Nilai-nilai yang ada di dalam kegiatan
ekstrakurikuler PORP yaitu meliputi akidah, syariat, dan akhlak, 3) Metode
penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam melalui beberapa metode
yaitu metode kisah, metode keteladanan, metode pembiasaan, metode
targhib dan tarhib, metode pemberian nasihat dan metode bimbingan.58
Penelitian Azriyah memiliki persamaan dengan milik penulis yaitu
sama-sama membahas tentang penanaman nilai-nilai pendidikan Islam.
Adapun perbedaan dari penelitian milik Azriyah dengan penulis yaitu
kegiatan ekstrakurikuler yang diteliti berbeda. Kegiatan ekstrakurikuler
yang Azriyah teliti yaitu kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Olahraga dan
Renang Panahan (PORP). Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang penulis
teliti yaitu kegiatan ekstrakurikuler taekwondo.
3. Skripsi yang ditulis oleh Usni dari Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Raden Fatah Palembang. Dengan judul penelitian “Penanaman Nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam pada Siswa Melalui Kegiatan PAI Terpadu Kelas
XII di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Palembang”. Jenis penelitian yang
digunakan adalah kualitatif dengan metode yang digunakan ialah observasi,
wawancara dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini ialah 3 guru PAI
Terpadu dan 10 siswa/I kelas XII SMA Negeri 6 Palembang. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah penanaman nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam terhadap kegiatan PAI terpadu. Hasil dari
penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penanaman nilai-nilai
pendidikan agama Islam pada siswa melalui kegiatan PAI terpadu kelas XII
di SMA Palembang sudah cukup baik.59

58
Azriyah. “Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Ekstrakurikuler
Pendidikan Olahraga Renang dan Panahan di Kelas II dan III SD Teladan Yogyakarta”. Skripsi
pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019. h. 6.
59
Usni. “Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada Siswa Melalui Kegiatan PAI
Terpadu Kelas XII di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Palembang”. Skripsi pada Jurusan
39

Penelitian Usni memiliki persamaan dengan milik penulis, yakni sama-


sama membahas penanaman nilai-nilai pendidikan Islam. Adapun
perbedaan dari penelitian milik Usni dengan penulis yaitu lokasi penelitian
dan kegiatan yang diteliti. Lokasi penelitian yang penulis teliti berlokasi di
SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor dan kegiatan yang penulis teliti
yaitu kegiatan ekstrakurikuler taekwondo, sedangkan kegiatan yang Usni
teliti yaitu kegiatan PAI terpadu kelas XII di SMA Palembang.

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Raden Fatah Palembang, 2018. h. 11.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul “Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam pada
Program Ekstrakurikuler Taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten
Bogor” ini dilaksanakan di SDIT Andalusia, yang beralamat di Jl. H. USA Kp.
Cibogo RT 03 RW 03, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat. Adapun waktu yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan objek penelitian yaitu pada bulan September 2021 –
November 2021.

B. Latar Penelitian (Setting)


Pada penelitian ini peneliti mengambil objek penelitian di SDIT Andalusia
Ciseeng, Kabupaten Bogor, merupakan sekolah alam. Sekolah ini memiliki satu
jenjang pendidikan, yaitu SD.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program
ekstrakurikuler taekwondo dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam serta
faktor pendukung dan penghambat dalam proses penanaman nilai-nilai
pendidikan Islam pada program ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia
Ciseeng, Kabupaten Bogor.

C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan suatu strategi penyeledikan yang menekankan
pada pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, symbol,
ataupun deskripsi suatu fenomena, yang bersifat alami dan holistik,
mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa cara serta disajikan secara
naratif.1 Jadi, penelitian kualitatif ini untuk menemukan jawaban terhadap suatu
fenomena dengan mendeskripsikan secara kritis atau menggambarkan peristiwa
interaksi sosial dalam masyarakat untuk mencari makna yang ada sesungguhnya.

1
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. (Jakarta:
Kencana, 2017). Cet. IV, h. 329.
41

Menurut Jacob, “Penelitian kualitatif ialah ethologi kemanusiaan atau


human ethology adalah suatu metode kualitatif yang bertujuan untuk
mempelajari perilaku manusia dalam kondisinya yang alamiah. Ada suatu
keyakinan dasar bahwa perilaku manusia akan selalu berkembang dan dinamis.
Hal ini disebabkan karena tempat dan lingkungan di mana manusia itu berada
akan berubah dan berkembang”.2 Penelitian kualitatif ini menekankan pada
kedalaman data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin dalam dan detail data
yang didapatkan, maka semakin baik kualitas dari penelitian kualitatif ini.
Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan
metode deskriptif. Pemilihan penelitian kualitatif ini dikarenakan proses
pengumpulan data yang dihasilkan berbentuk deskriptif yang berasal dari lisan
ataupun perilaku yang diamati oleh peneliti.

D. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang sesuai dalam menunjang keberhasilan
penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik penelitian sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui pengamatan secara langsung terhadap sebuah objek penelitian yang
dilaksanakan. Dalam observasi ini peneliti lebih banyak menggunakan salah
satu dari pancaindranya yaitu indra penglihatan.3 Pelaksanaan kegiatan
observasi ini dapat dilakukan dengan partisipasi maupun non-partisipasi.4
Adapun pedoman penelitian dalam pengumpulan data observasi,
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pedoman Observasi
No Objek Pengamatan Indikator
1. Sekolah a. Gambaran umum SDIT
Andalusia

2
J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010),
h. 34.
3
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 78.
4
Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2016), Cet. I, h. 87.
42

b. Keadaan Guru
2. Program pelaksanaan program a. Langkah-langkah program
ekstrakurikuler taekwondo kegiatan ekstrakurikuler
taekwondo
3. Penanaman nilai-nilai pendidikan a. Nilai Ibadah
Islam pada program b. Nilai akhlak
ekstrakurikuler taekwondo
4. Faktor pendukung dan faktor a. Faktor peserta didik
penghambat dalam proses b. Faktor guru
penanaman nilai-nilai pendidikan c. Faktor fasilitas sekolah
Islam pada siswa program
ekstrakurikuler taekwondo

2. Wawancara
Pada teknik wawancara ini peneliti akan saling berhadapan muka secara
langsung dengan responden atau subjek yang diteliti.5 Wawancara disebut
juga sebagai proses interaksi dan komunikasi. Oleh karena itu, antara
pewawancara dengan yang diwawancara harus dapat berkomunikasi dengan
bahasa yang baik agar dapat saling dimengerti. Sedangkan interaksi sosial
harus sangat diperhatikan baik situasi maupun topik ketika wawancara,
karena akan mempengaruhi kualitas perolehan data yang didapat.6 Adapun
macam-macam wawancara ialah:7
a. Wawancara terencana-terstruktur adalah suatu bentuk wawancara, di
mana pewawancara menyusun terlebih dahulu secara terinci pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan menurut pola tertentu dengan
menggunakan format yang standar. Pedoman itu akan mengarahkan,
menuntut, dan membimbing pewawancara dalam mencapai tujuan
wawancara. Dengan begitu, peneliti hanya membacakan pertanyaan

5
Sukardi, op.cit., h. 79.
6
Mamik, Metodologi Kualitatif. (Sidoarjo: Zifatama, 2015), Cet. I, h. 109.
7
A. Muri Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan: Pilar Penyedia dan Kegiatan Mutu
Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2015), Edisi I, h. 109-110.
43

yang telah disusun peneliti kemudian mencatat jawaban dari sumber


informasi.
b. Wawancara terencana-tidak terstruktur adalah suatu bentuk wawancara,
di mana pewawancara menyusun rencana dan menyiapkan materi, tetapi
tidak menggunakan format dan urutan yang baku.
c. Wawancara bebas merupakan suatu bentuk wawancara yang dilakukan
secara alami, di mana pewawancara tidak diikat atau diatur oleh suatu
pedoman tertentu.
Adapun teknik wawancara yang dilakukan oleh peneliti ialah terencana-
terstruktur. Dengan begitu peneliti hanya membacakan pertanyaan sesuai
dengan pedoman yang telah dibuat. Adapun pedoman wawancara ini
ditujukan kepada kepala sekolah, pelatih taekwondo dan siswa yang
mengikuti kegiatan taekwondo. Berikut ini adalah pedoman wawancara
penelitian dalam pengumpulan data wawancara:
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara
No Objek Penelitian Indikator
1. Sekolah a. Sejarah SDIT Andalusia
b. Keadaan guru
2. Program pelaksanaan program a. Tahapan awal
ekstrakurikuler taekwondo b. Tahapan inti
c. Tahapan tindak lanjut
3. Penanaman nilai-nilai pendidikan a. Penanaman nilai-nilai
Islam pada program pendidikan Islam yang ada
ekstrakurikuler taekwondo pada kegiatan
ekstrakurikuler
b. Metode pelatih dalam
menanamkan nilai-nilai
pendidikan Islam
44

3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda, dan sebagainya. Dokumen-dokumen ini dapat
mengungkapkan bagaimana subjek dapat mendefinisikan dirinya sendiri,
lingkungan dan situasi yang dihadapinya.8 Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode dokumentasi untuk memperoleh sebuah data tentang
penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada program ekstrakurikuler
taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor. Peneliti mencari
data-data yang berkaitan dengan penelitian, baik berupa data tertulis maupun
yang lainnya dan dikumpulkan menjadi satu sehingga akan memperoleh data
yang lengkap dan akurat.

E. Pemeriksaan atau Pengecekkan Keabsahan Data


Untuk melakukan pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini, maka
peneliti menggunakan uji kredibilitas. Uji kredibilitas ini digunakan untuk
membuktikan apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang terjadi di
lapangan. Teknik yang digunakan adalah tringulasi, tringulasi ialah teknik
pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data.9 Menurut
Sugiyono, triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada. Macam-macam dari triangulasi antara lain:
1. Triangulasi Sumber
Cara meningkatkan kepercayaan penelitian adalah dengan mencari data
dari sumber yang beragam yang memiliki keterkaitan antara satu dengan
yang lain. Peneliti perlu melakukan eksplorasi untuk mengecek kebenaran
data dari beragam sumber. Sebagai contoh dalam penelitian kepemimpinan

8
Sutiah, Pengawas Pendidikan Agama Islam sebagai Quality Control Implementasi Kurikulum
dalam Pengingkatan Mutu Pendidikan di Madrasah. (Sidoarjo: Nizmia Learning Center, 2016), h.
53.
9
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisaan
Skripsi. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2015), h. 74.
45

kepala sekolah, maka peneliti dapat menggali data dari kepala sekolah itu
sendiri lalu triangulasi terhadap para wakil kepala sekolah, lalu meluas ke
bagian tata usaha dan guru lalu ke para siswa.10
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik adalah penggunaan beragam teknik pengungkapan
data yang dilakukan kepada sumber data. Menguji ungkapan data yang
dilakukan kepada sumber data. Menguji kredibilitas data dengan triangulasi
teknik yaitu mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Triangulasi teknik ini dapat dilakukan dengan menggabungkan
teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.11 Misalnya setelah
memperoleh data melalui wawancara, lalu dicek lagi data tersebut melalui
observasi atau dokumentasi. Bila menghasilkan data yang berbeda, maka
peneliti harus melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan atau yang lainnya. Hal itu dilakukan untuk memastikan data
mana yang benar,
3. Triangulasi Waktu
Waktu sering mempengaruhi kredibilitas data. Maka, peneliti dapat
mengecek konsistensi, kedalaman, dan ketepatan atau kebenaran suatu data
dengan melakukan triangulasi waktu. Menguji kredibilitas data dengan
triangulasi waktu dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada waktu
yang berbeda. Peneliti yang melakukan wawancara di sore hari, dapat
dilakukan berulang-ulang di pagi hari, dan mengeceknya di siang hari atau
sebaliknya.12 Bila hasil uji berbeda, maka lakukan secara berulang-ulang
sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

F. Analisis Data
Setelah memperoleh data baik hasil wawancara, observasi dan dokumentasi,
maka data dianalisis. Adapun teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian

10
Helaluddin dan Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori & Praktik.
(Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2019), h. 94.
11
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, op. cit, h. 95.
12
Ibid., h. 95-96.
46

ini melalui tiga tahapan, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan:13
1. Reduksi Data
Penulis memilih data yang diperoleh dari lapangan berupa hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi mengenai dinamika latihan yang
ada seperti bagaimana penanaman nilai-nilai pendidikan Islam yang
dilakukan oleh pelatih, respon dan hasil dari latihan yang dilakukan oleh
anggota. Data yang direduksi akan mempermudah peneliti dalam melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
2. Sajian Data
Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisis data
adalah penyajian data di mana peneliti mengelompokkan hal-hal yang serupa
menjadi kategori. Data-data yang diklasifikasikan berdasarkan tema-tema
inti pada proses penyajian data ini.14 Data yang disajikan bisa dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, atau teks yang berbentuk
narasi. Data yang disajikan dalam penelitian ini adalah cara penanaman nilai-
nilai pendidikan Islam oleh pelatih, dan respon serta hasil latihan yang di
dapat oleh atlet. Data-data yang diperoleh, kemudian penulis susun secara
berurutan. Serta menyederhanakan data-data yang memang penting untuk
dijadikan bahan analisis.
3. Penarikan Kesimpulan
Tahap terakhir merupakan penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang
telah di ambil bersifat kredibel apabila didukung dengan bukti-bukti yang
sesuai dengan konsistensi.15 Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi
yaitu dilakukannya uji kesesuaian hasil wawancara antara informan yang
satu dengan yang lainnya serta akan dicocokkan dengan hasil observasi yang
ada di Taekwondo SDIT Andalusia.

13
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2014), Cet. III, h. 330.
14
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 192.
15
M. Jamal, Paradigma Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 149.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor
a. Profil Sekolah
Nama Satuan : SDIT Andalusia
NSS : 102020233073
NPSN : 69897165
Bentuk Pendidikan : SD
Status Sekolah : Swasta
Status Kepemilikan : Lainnya
SK Izin Operasional : 421.2/617-Disdik/2015
Tanggal SK : 2015-05-29
Alamat : Jl.H.Usa Kp.Cibogo RT 03 RW 03
Desa Ciseeng Kecamatan Ciseeng
Bogor
Desa/Kelurahan : Ciseeng
Kecamatan : Ciseeng
Kabupaten/Kota : Bogor
Provinsi : Jawa Barat
RT/RW : 03/03
Nama Dusun : Ciseeng
Kode Pos : 16120
Lintang/Bujur : -6.483569000000/106.689110000000
Layanan Kebutuhan Khusus : Tidak Ada
SK Pendirian : 01/Y-IMAN/SK/VII/2014
Tanggal SK : 2014-07-14
No. Rekening BOS : 0078032596001
Nama Bank : BJB
Nama KCP/Unit : Parung
Atas Nama : SDIT ANDALUSIA
49

MBS : Tidak
Luas Tanah Milik : 1436 m
Luas Tanah Bukan Milik :0m

b. Sejarah Singkat Sekolah


SDIT Andalusia Ciseeng berdiri sejak tahun 2015. Sekolah ini
merupakan sekolah alam. Berdirinya sekolah ini berawal dari seorang
pengusaha yang berasal dari Balikpapan bernama Bapak Indiana Satrio
Nagara, beliau ingin mendirikan sekolah tahfidz yang lebih
mengembangkan karakter anak. Kedatangan Bapak Indiana Satrio
Nagara di sambut dengan Yayasan Insan Mandiri.1
c. Visi dan Misi Sekolah
Adapun Visi dan Misi SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor
sebagai berikut:2
1) Visi
Visi SDIT Andalusia Ciseeng Bogor adalah “Terbentuknya
generasi Rabbani berakhlaq Qur’ani, berbudaya dan berkarakter
yang berwawasan kebangsaan di tahun 2025”
Indikator ketercapaian visi di atas adalah sebagai berikut:
a) Meningkat dalam nilai raport pada bidang akademis dan non
akademis.
b) Meningkat dalam nilai Ujian Sekolah
c) Meningkatnya proporsi lulusan yang dapat diterima di SMP
Favorit.
d) Meningkat dalam kegiatan berbagai lomba baik tingkat
kecamatan kabupaten, maupun provinsi.
e) Meningkat dalam hasil pekan olahraga, bahasa, seni budaya,
dan keterampilan.

1
Wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT Andalusia, tanggal 23 September 2021 pukul 09:01
WIB.
2
Dokumen 1 KTSP, Kurikulum Sekolah 2013 Masa Pandemi Covid-19, SD Islam Terpadu
Andalusia Tahun Pelajaran 2021/2022, Pemerintah Kabupaten Bogor Dinas Pendidikan, disahkan
pada tanggal 6 Juli 2021, h. 21-22. Didapatkan tanggal 23 September 2021 pukul 08:55 WIB.
50

f) Meningkat dalam kegiatan keagamaan, kepanduan, dan


kedisiplinan sekolah.
g) Meningkat dalam berperilaku sopan dan berbudi pekerti luhur.
2) Misi
Mengacu pada visi sekolah di atas maka misi SDIT Andalusia
Ciseeng Bogor sebagai berikut:
a) Membentuk peserta didik yang tangguh dan mandiri serta
berakhlak mulia.
b) Menciptakan peserta didik yang bertaqwa, berprestasi dan
berbudaya.
c) Membentuk peserta didik yang berintelegensi muslim dan
berwawasan IT (Informasi Teknologi).
d) Mewujudkan peserta didik yang cerdas berkarakter yang
berwawasan kebangsaan.
e) Menghasilkan lulusan yang cerdas berkarakter yang
berwawasan kebangsaan serta dapat melanjutkan ke jenjang
pendidikan berikutnya.
d. Guru SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor
Daftar nama guru SDIT Andalusia tahun ajaran 2021/2022, sebagai
berikut:3
Tabel 4.1 Tabel Guru SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor
NO KELAS WALI KELAS GURU QUR’AN
1 lA Ida Farida, S.Pd. Nurazizah Tanjung
2 lB Riana Zulvyanti, S.Pd.SD Rifdah Mahdiyyah
3 ll A Agustini, S.Pd Rama Abdillah
4 ll B Yohana Tusaadah, S.Pd Lena Nurhasanah
5 lll A Yuliansah, S.Pd Putri Mujahidah
6 lll B Nurkholifah, S.Sos M. Arief Muhyyidin
7 lV A Nurkholifah, S.Sos Ust Mukhroji
8 lV B Bonin, S.Pd Nursyidah

3
Dokumentasi, data guru SDIT Andalusia, didapatkan tanggal 23 September 2021 pukul 09:01
WIB.
51

9 VA Mulyadi, S.Pd Ustzh Siti Suryani


10 VB Fachri Renaldi, S.Pd Mulia Citra Insani, S.Pd
11 Vl Siti Nuraeni, S.Pd Ust Rozak
GURU BIDANG STUDI
1 Olah Raga Thaariq Subkhan Nafi, S.Pd
2 Bahasa Inggris Rini Farida, S.Th.I
3 Bahasa Sunda Erna Sari, S.Pd.SD
4 PAI kelas atas M. Taufik, S.Pd.l
5 PAI kelas Oriyansih Andrikas, S.Sos., S.Pd
bawah
6 Bendahara Sri Wahyudi, S.Pd

e. Tujuan Sekolah
Tujuan Sekolah secara umum dibagi dua, yaitu sebagai berikut:4
1) Tujuan Jangka Pendek (3 tahun ke depan)
a) Nilai raport kelas I s.d. VI rata-rata mencapai 7,50.
b) Nilai Ujian Sekolah bagi siswa kelas VI rata-rata mencapai
8,00.
c) Proporsi lulusan yang diterima di SMP Favorit mencapai 50%.
d) Mempersiapkan peserta didik agar dapat mencapai standar
kelulusan belajar minimal/kriteria ketuntasan minimal yang
ditentukan sekolah.
e) Setiap kegiatan lomba dapat masuk 5 besar di tingkat
kecamatan.
2) Tujuan Jangka Menengah (3-6 tahun)
a) Nilai rapor kelas I s.d. kelas VI rata-rata mencapai 7,50.
b) Nilai Ujian Sekolah dan Ujian Nasional rata-rata mencapai
8,00.
c) Setiap kegiatan lomba dapat masuk 3 besar di tingkat
kecamatan.

4
Dokumen 1 KTSP, Kurikulum Sekolah 2013 Masa Pandemi Covid-19, SD Islam Terpadu
Andalusia Tahun Pelajaran 2021/2022, Pemerintah Kabupaten Bogor Dinas Pendidikan, disahkan
pada tanggal 6 Juli 2021, h. 23. Didapatkan tanggal 23 September 2021 pukul 08:55 WIB.
52

d) Terciptanya budaya Islami di lingkungan sekolah.


e) Memiliki laboraturium multimedia sebagai sarana
pengembangan ilmu teknologi dan komunikasi.
3) Jangka Panjang (5 tahun ke depan)
a) Mewujudkan lembaga pendidikan Islam dengan
mengedepankan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual.
b) Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c) Membentuk kader-kader agama dan bangsa yang mantap
aqidahnya, cerdas otaknya, mulia akhlaknya, bugar badannya,
cekatan cara kerjanya, serta tinggi kepedulian sosialnya.
f. Fasilitas Sekolah
SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor terdapat beberapa
sarana dan prasarana di antaranya yaitu sebagai berikut:5
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana SDIT Andalusia Ciseeng,
Kabupaten Bogor.
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Ruang Kelas 9
2. Ruang Pimpinan 1
3. Ruang Guru 1
4. Ruang Ibadah 1
5. Ruang Toilet 2
6. Ruang Gudang 1
7. Tempat Bermain/Olahraga 1
8. Ruang TU 1
9. Ruang Konseling 1
10. Ruang OSIS 1

5
Dokumentasi, https://dapo.kemdikbud.go.id/sekolah/7E74272456252E6D2596, diakses
tanggal 13 Oktober 2021 pukul 14:38 WIB.
53

2. Profil Ekstrakurikuler Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng,


Kabupaten Bogor
a. Dasar Pemikiran Pembentukan Organisasi Beladiri Taekwondo
1) Menurut GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) pada dasarnya
pembangunan meliputi pembentukan manusia Indonesia seutuhnya,
artinya pembangunan tersebut berusaha mencapai kemajuan serta
kebutuhan fisik dan spirit masyarakat Indonesia.
2) Kebutuhan fisik ini bisa dicapai melalui pembangunan ekonomi dan
teknologi yang maju, sehingga sandang, pangan, dan papan
tercukupi dengan sebaik-baiknya.
3) Untuk mencapai kemajuan spiritual, umumnya dilakukan melalui
pembangunan politik, sosial dan budaya (yang didalamnya tentu
saja termasuk agama) jenis pembangunan ini akan memperkuat
mentalitas bangsa, mempertinggi kedisiplinan dan ketakwaan kita
pada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan Pancasila, sebagai dasar
negara republik Indonesia.
4) Ilmu beladiri merupakan salah satu bagian dari budaya Indonesia
yang patut mendapat perhatian luas, alasan yang bisa dikemukakan.
Pertama, begitu banyaknya masyarakat Indonesia yang mendalami
ilmu beladiri. Hal ini bisa dilihat di tingkat pendidikan baik di
sekolah dan universitas ataupun di tempat lainnya. Kedua, ilmu
beladiri ini bukan saja mengajarkan bagaimana cara bertarung,
tetapi juga turut membina mental keindahan seni beladiri itu sendiri
dan sisi spiritual para pengikutnya.
5) Beladiri taekwondo, dalam sejarah awalnya merupakan ilmu
keperkasaan yang dipelajari oleh para pengikut prajurit negara
Korea, salah satu gunanya adalah untuk menyatukan negara mereka
yang pada waktu itu terpecah belah. Selain mengajarkan cara
bertarung, ilmu beladiri ini juga turut membina kedisiplinan,
mentalitas yang kuat dan nasionalisme yang tinggi. Kiranya hal ini
54

sangat cocok bagi pembangunan di Indonesia yang ingin mencapai


manusia Indonesia seutuhnya.
6) Kumpulan manusia Indonesia yang sangat besar potensinya adalah
mereka yang baru memulai mempelajari suatu beladiri untuk
melindungi diri maupun orang lain yang membutuhkan
pertolongan/bantuan.
7) Menyatukan para siswa-siswi di bawah panji taekwondo Indonesia
Flash Club.
8) Siswa dan siswi adalah bagian dari manusia Indonesia yang
potensial. Mereka juga merupakan obyek dari pembangunan
manusia Indonesia yang seutuhnya. Disinilah beladiri taekwondo
memiliki peran yang sangat penting untuk membantu pembangunan
manusia Indonesia yang seutuhnya, beladiri taekwondo aktifitasnya
sangat sesuai dengan semboyan yang sangat sering didengungkan
oleh masyarakat dan pemerintah yaitu:
 Memasyarakatkan olahraga dan mengolah ragakan masyarakat.
 Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
b. Janji Taekwondo Indonesia
Atlet taekwondo Indonesia wajib menerapkan isi dan makna dari
janji taekwondo yang telah baku, agar terciptanya kedisiplinan bagi
para atlet taekwondo, adapun isi dan janji taekwondo tersebut ialah
sebagai berikut:6
1) Menjunjung tinggi nama bangsa dan negara republik Indonesia
yang berlandaskan UUD 1945.
2) Menaati azas-azas taekwondo Indonesia.
3) Menghormati pengurus, pelatih, senior dan sesama taekwondoin
dalam mengembangkan taekwondo.

6
Marciano Norman, “Buku Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga”
(https://ww.pbti.info/1/images/sampledata/pdf/AD-ART-SCAN.pdf, diakses pada tanggal 7
Desember 2021 pukul 23:13)
55

4) Selalu berlaku jujur dan bertanggung jawab dalam menjaga nama


baik taekwondo Indonesia.
5) Menjadi pembela keadilan dan kebenaran.
c. Tujuan Organisasi Beladiri Taekwondo
1) Membantu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya sesuai
dengan Pancasila.
2) Membantu para anggota menjadi masyarakat sesuai yang dicita-
citakan oleh asas-asas taekwondo Indonesia yaitu:
a) Berbudi pekerti yang baik dan berakhlak mulia
b) Jujur dan bertanggung jawab
c) Tabah dalam menghadapi cobaan
d) Penguasaan diri yang baik
e) Semangat pantang mundur (semangat juang yang tinggi)
f) Bermental baik
g) Memiliki rasa sosial dan setia kawan yang tinggi
h) Memiliki disiplin yang tinggi
i) Peduli terhadap lingkungan
3) Membina keahlian para anggota untuk bertarung/bertanding sesuai
dengan teknik-teknik beladiri taekwondo
4) Mencapai prestasi dengan membawa nama baik sekolah dan
taekwondo Flash Club
5) Menjaga keseimbangan dan kesehatan jasmani dan rohani.
d. Rencana Jangka Panjang
Membentuk mental yang baik bagi siswa/siswi, memiliki rasa
sosial dan solidaritas sesama teman yang baik, mencari bibit-bibit atlet
Tae Kwon Do yang sangat potensial yang dapat diikut sertakan dalam
Ivent kejuaraan baik tingkat cabang, tingkat daerah, maupun tingkat
Nasional dan Internasional yang selalu membawa nama baik Sekolah
dan Perguruan, maupun nama bangsa dan negara republik Indonesia.
Juga untuk meningkatkan disiplin serta ketangguhan dalam hal
menghadapi orang-orang yang tidak bertanggung jawab, memperkuat
56

dan memperkokoh barisan dalam mempertahankan tempat belajar guna


membawa nama baik dan menjaga keamanan, kenyamanan dan
stabilitas di lingkungan sekolah.
e. Bentuk Kegiatan
1) Latihan teknik, fisik dan mental, serta latihan pertarungan/teknik
fight
2) Latihan pernafasan
3) Ujian kenaikan tingkat sabuk
4) Ujian fisik dan mental (Gashuku)
5) Mengikuti kejuaraan Pra Junior dan Senior
6) Mengikuti kejuaraan Open Turnament
7) Dan lain-lain.
f. Struktur Organisasi Tae Kwon Do Flash Club
1) Penanggung jawab : Pengurus Besar Tae Kwon Do Indonesia
(PBTI), dan Tae Kwon Do Flash Club.
2) Penasehat : Sabeum Nim A.R. Hasibuan / DAN VI
Kukkiwon
3) Ketua umum : Sabeum Mulyadi/ Dan IV Kukkiwon
4) Ketua harian : Shopiya Ahadiyah/ DAN I Kukkiwon
5) Bendahara : Winda Kurniawati/ DAN I Kukkiwon
6) Sekretaris : Windi Kuswidiyanti/ DAN I Kukkiwon

3. Proses Pelaksanaan Program Ekstrakurikuler Taekwondo di SDIT


Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor
Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sangat berguna untuk
pengembangan hobi, minat dan bakat yang ada pada peserta didik. Seperti
pendidikan pada umumnya prosesi kegiatan ekstrakurikuler taekwondo di
SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor diawali dengan cara
menentukan tujuan dari kegiatan tersebut. Berdasarkan dari hasil
wawancara dengan pelatih taekwondo, beliau menerangkan tujuan
ekstrakurikuler taekwondo ialah sebagai berikut:
57

“Kegiatan ekstrakurikuler taekwondo ini bertujuan untuk mewujudkan


Visi dan Misi sekolah selain itu juga bertujuan untuk mefasilitasi minat
dan bakat yang ada pada diri siswa. Contohnya, mengembangkan
potensi, mengasah kemampuan, melatih siswa dalam kegiatan suatu
lomba tingkat Nasional, Internasional, dll serta sebagai pembiasaan
dalam penguatan pendidikan karakteristik siswa”.7
Senada dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah SDIT
Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, beliau menerangkan bahwa:
“Pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler taekwondo ini berlatar
belakang oleh Visi dan Misi yang diterapkan oleh sekolah untuk
meningkatkan penguatan pendidikan serta mewujudkan Visi dan Misi
sekolah dalam membentuk siswa-siswi yang berakhlaq Qur’ani,
berbudaya dan berkarakter yang berwawasan kebangsaan yang
berakhlakul karimah, serta mengembangkan potensi yang dimiliki
siswa/i yang melalui kegiatan program ekstrakurikuler taekwondo”.8

Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa tujuan dari kegiatan


taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor yakni untuk
mewujudkan visi dan misi sekolah. Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam
program ekstrakurikuler yang didasari atas tujuan dari pada kurikulum
sekolah.
Untuk tercapainya tujuan tersebut, maka harus dilaksanakannya suatu
proses program ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng,
Kabupaten Bogor. Kegiatan taekwondo ini sudah dilaksanakan kurang lebih
tujuh tahun. Sebagaimana yang mana yang di sampaikan oleh pelatih
taekwondo, beliau mengatakan bahwa:
“Saya sudah mulai melatih taekwondo dari sejak tahun 1997 dan mulai
menjadi pelatih taekwondo di SDIT Andalusia sejak tahun 2015 sampai
sekarang”.9

Selanjutnya, pelaksanaan ekstrakurikuler taekwondo di SDIT


Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor ini dilaksanakan pada hari rabu pukul
14:00 s/d 16:00. Kegiatan ekstrakurikuler untuk hari rabu merupakan latihan

7
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
8
Wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal 23
September 2021.
9
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
58

wajib, sedangkan untuk tambahan latihan siswa bisa mengikuti latihan yang
biasanya dilaksanakan pada hari minggu di aula sekolah Al-Mukhlishin. Hal
tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan pelatih taekwondo, beliau
menerangkan bahwa:
“Penjadwalan kegiatan latihan biasanya di utamakan di jam sekolah yaitu
di hari Rabu pukul 14:00 s/d 16:00. Latihan di sekolah di adakan
seminggu sekali, dan jika anak-anak ingin latihan seminggu 2x maka di
hari minggu anak-anak di ajak untuk mengikuti latihan gabungan dengan
unit lain. Jika ada yang berminat untuk mengikuti latihan gabungan
silahkan gabung”.10

Kegiatan ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng,


Kabupaten Bogor merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang
paling berprestasi di sekolah. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara
dengan Kepala Sekolah SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, beliau
mengatakan bahwa:
“Alhamdulillah ekstrakurikuler taekwondo adalah ekstrakurikuler yang
paling berprestasi di Andalusia. Kejuaraan sampai tingkat Nasional yang
menjadikan siswa kita menjadi atlet Nasional dan pokoknya pada
beberapa kali kejuaraan taekwondo itu alhamdulillah Sabeum Mulyadi
bisa mengarahkannya yang bisa menjadikan siswa kami menjadi
berprestasi”.11

Hasil wawancara menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler


taekwondo mampu berprestasi dalam kegiatan positif meski masih belia.
Kejuaraan-kejuaraan ini sangatlah penting untuk membina generasi muda
Indonesia dalam usaha untuk meningkatkan prestasi bela diri sehingga bisa
membela dirinya sendiri, keluarga dan dalam konteks besar membela tanah
airnya.
Pada pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler taekwondo di SDIT
Andalusia pelatih selalu memberikan motivasi berupa bebas
administrasi/SPP kepada siswa yang rajin dan aktif dalam kegiatan

10
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
11
Wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal 23
September 2021.
59

taekwondo. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan pelatih


taekwondo, beliau mengatakan bahwa:
“Iya, biasanya penghargaan yang diberikan itu berupa bebas biaya
administrasi/SPP untuk anak-anak yang rajin dalam mengikuti latihan”.12

Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa kegiatan


ekstrakurikuler taekwondo ini mampu memberikan motivasi kepada siswa
agar mereka bisa lebih rajin lagi dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
taekwondo. Maka dari itu pelatih taekwondo tak segan-segan untuk
memberikan penghargaan kepada siswa berupa bebas administrasi.
Dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler taekwondo di SDIT
Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor ada beberapa tahapan. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan oleh pelatih dalam kegiatan
ekstrakurikuler yaitu:
a. Tahapan Awal
1) Berdo’a
Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, pada
tahapan awal kegiatan ekstrakurikuler taekwondo ini diawali
dengan berdo’a bersama terlebih dahulu yang dipimpin oleh pelatih
taekwondo. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan
pelatih taekwondo, beliau mengatakan bahwa:
“Kegiatan ekstrakurikuler taekwondo ini seperti yang kamu
tahu bahwa diawali dengan berdo’a terlebih dahulu. Setelah
berdo’a lalu di lanjutkan dengan salam/hormat kepada
pelatih”.13

Dari hasil wawancara tersebut dapat kita ketahui bahwa


kegiatan latihan diawali dengan membaca do’a bersama. Bacaan
do’a yang dipanjatkan yaitu dengan membaca surat al-fatihah.
Lalu dilanjutkan dengan salam atau penghormatan kepada pelatih
dan senior.

12
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
13
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
60

2) Pemanasan
Setelah salam atau hormat dilanjutkan dengan pemanasan.
Seperti yang disampaikan oleh pelatih taekwondo:
“Setelah itu lalu dilanjutkan dengan stracing atau pemanasan
untuk melemaskan otot sebelum memulai latihan yang terdiri
dari pelemasan leher, tangan, kaki, pinggang”.14
Kegiatan pemanasan dipimpin langsung oleh pelatih
taekwondo. Namun ketika pelatih belum datang atau berhalangan
untuk hadir, maka akan dipimpin oleh salah satu anggota senior. Hal
tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan pelatih taekwondo,
beliau menerangkan bahwa:
“Biasanya ketika saya belum datang atau berhalangan untuk
hadir latihan, saya akan meminta bantuan kepada anggota
taekwondo senior untuk membantu saya menghandle kegiatan
latihan tersebut”. 15
b. Tahapan Inti
1) Latihan Fisik
Latihan fisik ini selain untuk menjaga kesehatan dan kebugaran
anggota, juga berfungsi untuk melatih fisik anggota agar menjadi
taekwondoin yang tangguh, sehingga ketika menghadapi
perlombaan dapat tampil secara maksimal. Hal tersebut sesuai
dengan hasil wawancara dengan pelatih taekwondo, beliau
menerangkan bahwa:
“Habis pemanasan itu kadang kita latihan fisik, seperti push up,
sit up dan back up”.16
Dari hasil wawancara yang didapat diketahui bahwa kegiatan
latihan fisik dilakukan dengan beberapa gerakan. Ada beberapa
gerakan dasar yang biasa digunakan seperti push up, sit up dan back
up. Push up banyak sekali macamnya, tetapi push up yang biasa

14
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
15
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
16
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
61

dilakukan diantaranya adalah push up biasa, push up 5 jari dan push


up mengepal. Push up tersebut dilakukan tidak lain karena untuk
melatih otot tangan.
2) Materi dan Praktik
Pada materi dalam kegiatan ekstrakurikuler taekwondo. Pelatih
taekwondo menjelaskan bahwa:
“Setelah latihan fisik langsung masuk ke materi. Ada tiga materi
dalam berlatih taekwondo ini, yaitu: Poomsae, kyupa, dan
kyourugi”. Untuk jurusnya diajarkan sesuai dengan tingkatan
sabuknya. Untuk sabuk putih diajarkan gibon 1, sabuk kuning
diajarkan gibon 2 dan 3, sabuk hijau diajarkan teugeuk 2, sabuk
biru diajarkan taeguk 4, sabuk merah diajarkan taeguk 6”.17

Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa dalam


ekstrakurikuler taekwondo ini ada tiga macam materi dalam
berlatih, yaitu: Poomsae atau jurus-jurus adalah teknik gerakan
dasar dan pertahanan diri. Kyupa atau pemecahan adalah latihan
teknik dengan memakai sasaran yang dipakai antara lain papan,
genting dan lain-lain. Kyourugi atau pertarungan adalah latihan
mengaplikasikan teknik gerakan dasar, di mana dua orang yang
bertarung saling mempraktekkan teknik serangan dan teknik
mempertahankan diri.
3) Istirahat sekaligus evaluasi
Peneliti mengamati bahwa kegiatan latihan dilanjutkan dengan
istirahat sejenak sekitar 10-15 menit sekaligus evaluasi. Hal
tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan pelatih taekwondo,
beliau menerangkan bahwa:
“Habis materi dan praktik selesai, lalu istirahat sebentar
sekaligus evaluasi”.18

17
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
18
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
62

Dari hasil wawancara di atas setelah selesai materi dan praktik,


lalu dilanjutkan dengan istirahat sejenak sekaligus evaluasi.
Peneliti juga mengamati evaluasi tersebut dilakukan oleh pelatih
guna memperbaiki gerakan anggota dan juga perilaku anggota jika
ada yang tidak sesuai dengan penanaman nilai-nilai agama Islam
seperti anggota yang kurang disiplin saat latihan, anggota yang
berkata kotor di tempat latihan dan lain sebagainya. Perilaku yang
tidak baik akan ditegur oleh pelatih yang bertujuan agar anggota
tidak terbiasa dalam hal tersebut.
Dalam mengevaluasi gerakan anggota tidak hanya
memberitahukan gerakan mana yang belum dikuasai anggota,
tetapi juga pelatih memberikan contoh gerakan yang benarnya
seperti apa. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara pelatih
taekwondo, beliau menjelaskan bahwa:
“Iya diberikan contoh gerakan. Terkadang anak-anak juga di
suruh memperhatikan video di youtube untuk menghafal
gerakan lalu nanti di praktikkan”.19
c. Tahapan Tindak Lanjut
Pada tahapan ini pelatih memanggil anggota untuk kembali latihan.
Latihan yang terakhir sebelum penutupan ini yaitu latihan dengan
menggunakan pecing pad. Gerakan yang biasa dilakukan oleh anggota
saat bermain pecing pad yaitu gerakan yang tadi di evaluasi oleh
pelatih. Hal tesebut sesuai dengan hasil wawancara dengan pelatih
taekwondo, beliau mengatakan bahwa:
“Setelah beristirahat serta evaluasi, kegiatan latihan terus dilanjut
dengan latihan menggunakan pecing pad”.20
Setelah latihan menggunakan pecing pad selesai, lalu kegiatan
diakhiri dengan membaca berdo’a bersama dan salam atau hormat.
Do’a dan salam atau hormat dilakukan seperti halnya do’a dan salam

19
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
20
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
63

yang dilakukan seperti di awal latihan. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan pelatih taekwondo, beliau mengatakan bahwa:
“Setelah selesai berlatih menggunakan pecing pad, kegiatan
taekwondo ini diakhiri dengan do’a dan salam atau hormat sebagai
penutup dari kegiatan latihan taekwondo”.21
4. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Ekstrakurikuler
Taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor
Penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada ekstrakurikuler bela diri
sangatlah penting. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan
Kepala Sekolah SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, beliau
mengatakan bahwa:
“Penting, karena ekstrakurikuler itu juga kan menunjang pelajaran.
Menunjang dalam pembentukan karakter anak. Jadi tidak bisa tuh jika
intrakurikuler saat pembelajaran biasanya kita sudah menerapkan nilai-
nilai keislaman, kemudian pas ekstrakurikuler itu ternyata los dalam hal
itu. Jadi memang harus sejalanlah, baik intrakurikuler maupun
ekstrakurikuler itu harus sejalan”.22

Selanjutnya hasil wawancara dengan pelatih taekwondo, beliau


menerangkan bahwa:
“Iya penting, karena pendidikan Islam itu sesuatu yang sangat penting
dalam pembentukan karakter seseorang. Pendidikan Islam ditanamkan
pada diri siswa agar tidak menjadikan siswa memiliki sifat sombong.
Bisa memberikan arahan dan bimbingan serta pengertian kepada teman-
teman yang lain. Misalnya mengingatkan teman-temannya untuk
sholat”.23

Dari hasil wawancara dengan dua narasumber tersebut menunjukkan


bahwa pendidikan Islam sangatlah penting ditanamkan pada ekstrakurikuler
yang ada di sekolah. Karena proses pembelajaran pendidikan Islam tidak
bisa hanya tertumpu pada kegiatan intrakurikuler saja, tetapi juga harus

21
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
22
Wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal 23
September 2021.
23
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
64

didukung oleh kegiatan-kegiatan lain seperti kegiatan kokurikuler dan


ekstrakurikuler.
Dalam proses penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada program
ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia pelatih menggunakan metode
tanya jawab, metode diskusi, dan metode latihan, hal tersebut sesuai dengan
hasil wawancara dengan pelatih taekwondo, beliau menjelaskan:
“Iya, ekstrakurikuler taekwondo ini menggunakan metode latihan yang
bersifat pembiasaan seperti melakukan sholat. Terkadang juga
penanaman nilai pendidikan agama juga dilakukan melalui metode
diskusi yang dilakukan setelah seluruh latihan selesai, lalu pada saat
diskusi, diadakanlah metode tanya jawab bagi yang ingin bertanya.
Berkumpul dan berdiskusi seperti itu akan dapat membentuk
karakteristik kekeluargaan, saling bertanya, saling menyapa, dan saling
memberikan arahan, pengertian antara satu dengan yang lain”.24

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa kegiatan pada


ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor
ini menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam melalui metode-metode
tersebut agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Selanjutnya, berdasarkan pengamatan peneliti, terdapat nilai-nilai
pendidikan Islam pada kegiatan ekstrakurikuler taekwondo di SDIT
Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor. Nilai-nilai pendidikan Islam tersebut
terdiri dari:
a. Nilai Ibadah
1) Berdoa sebelum kegiatan latihan dimulai
Doa sebelum memulai segala sesuatu merupakan salah satu
bentuk bagian dari penanaman nilai pendidikan Islam pada siswa di
lapangan. Seperti ketika akan memulai latihan, anggota dan pelatih
ekstrakurikuler akan memulai kegiatan dengan membaca surat al-
fatihah.. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan pelatih
taekwondo, beliau mengatakan bahwa:

24
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
65

“Seperti yang kamu tahu bahwa biasanya diawali dengan berdo’a


terlebih dahulu…”25
Kemudian AA sebagai anggota taekwondo menguatkan pernyataan
tersebut dengan menyatakan bahwa:
“Iya, contohnya sebelum memulai kegiatan pelatih selalu
menyuruh kami untuk berdo’a terlebih dahulu”.26
2) Melaksanakan sholat berjamaah
Pada kegiatan ekstrakurikuler ini pelatih akan selalu menasehati
dan mengajak para anggota untuk tidak melupakan apa yang telah
menjadi kewajiban seorang muslim yaitu sholat. Hal tersebut sesuai
dengan yang disampaikan pelatih taekwondo, beliau mengatakan
bahwa:
“Sebelum pandemic itu latihan di mulai dari jam 2 sampai jam 3
atau sampai adzan ashar. Kalau sudah adzan ashar anak-anak
diingatkan untuk melakukan sholat ashar berjamaah”.27

3) Adzan dan Iqomah


Kegiatan ini dilakukan ketika waktu sholat akan tiba. Di mana
pelatih menunjuk atau menyuruh anggota untuk adzan dan iqomah.
Adzan dan iqomah pun diawasi oleh pelatih. Hal tersebut dilakukan
agar anggota bisa berani dan percaya diri. Seperti yang disampaikan
oleh pelatih taekwondo:
“Ketika sudah masuk waktu sholat saya mengajak anak-anak
untuk sholat berjama’ah dan mengawasi anak-anak untuk
mengumandangkan adzan, iqomah”.28
b. Nilai Akhlak
1) Disiplin
Pada ekstrakurikuler taekwondo ini mengajarkan para anggota
untuk dapat disiplin waktu. Karena kedisiplinan ini pun tercantum

25
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
26
Wawancara dengan Anggota Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor,
tanggal 17 Oktober 2021.
27
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
28
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
66

dalam asas-asas taekwondo Indonesia. Seperti yang disampaikan


pelatih taekwondo:
“Disiplin, tepat waktu, patuh terhadap intruksi pelatih,
menghormati (pelatih senior dan sesama taekwondoin), kerja
keras, pantang menyerah”.29

Kemudian HF sebagai anggota taekwondo menyatakan bahwa:


“Menjadi jati diri yang lebih mandiri, berani, serta disiplin dan
bertanggung jawab”.30

2) Percaya diri
Sikap percaya diri ini sangatlah penting ditanamkan sedini
mungkin. Percaya diri ini masuk ke dalam sikap dasar seorang
pemimpin. Seperti yang disampaikan oleh pelatih taekwondo:
“Sikap yang ditanamkan pada kegiatan taekwondo yaitu
menanamkan sikap dasar yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Karena terkadang siswa SD itu kebanyakan yang takut
untuk menjadi seorang pemimpin, makanya kita harus bisa
membentuk anak-anak yang mengikuti latihan untuk menjadi
seorang pemimpin”.31

Penanaman sikap kepemimpinan yang dilakukan pelatih kepada


para anggota tersebut bagus untuk dilakukan karena hal tersebut
dapat membangun rasa percaya diri pada para anggota. Dari
kebiasaan tersebut adanya perubahan pada para anggota. Seperti
yang disampaikan pelatih taekwondo:
“Banyak sekali perubahannya. Contohnya, awal-awal anak-anak
yang susah sekali untuk diajak sholat dan susah sekali untuk
disuruh adzan dan iqomah. Tapi sekarang malah berani
mengacungkan tangannya untuk mengumandangkan adzan
ketika waktu sholat tiba. Itulah salah satu ciri jiwa-jiwa pemimpin
yang berani mengacungkan jempolnya”.32

29
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
30
Wawancara dengan Anggota Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor,
tanggal 04 November 2021.
31
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
32
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
67

3) Melarang siswa berkata kotor


Pada kegiatan ekstrakurikuler taekwondo ini pelatih selalu
mengawasi lisan para anggota ketika di tempat latihan. Seperti yang
disampaikan oleh pelatih taekwondo:
“Iya, ketika anak-anak berkata kotor saya sebagai pelatih akan
menegurnya dan mereka diberi hukuman berupa penghafalan
teknik taekwondo”.33

Pernyataan tersebut diperkuat dengan HF sebagai anggota


taekwondo yang menyatakan bahwa:
“Iya, siswa yang tidak bisa menjaga lisannya (bicara kotor) selalu
diberi teguran/hukuman”.34

4) Saling menghormati
Kegiatan ekstrakurikuler taekwondo merupakan kegiatan yang
saling menghormati satu sama lain. Seperti yang disampaikan oleh
pelatih taekwondo:
“…setelah berdo’a lalu di lanjutkan dengan salam/hormat kepada
pelatih”.35

Dari pengamatan penulis, anggota melakukan penghormatan


kepada pelatih, senior dan sesama taekwondo dengan cara
membungkukan badan sebagai bentuk hormat. menghormati pelatih
masuk ke dalam janji taekwondo Indonesia.

5) Memberi sanksi atau hukuman kepada siswa


Pernyataan dari pelatih taekwondo:
“Iya, ketika anak-anak berkata kotor saya sebagai pelatih akan
menegurnya dan mereka diberi hukuman berupa penghafalan
teknik taekwondo”.36

33
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
34
Wawancara dengan Anggota Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor,
tanggal 04 November 2021.
35
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
36
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
68

Pernyataan tersebut diperkuat dengan HF sebagai anggota


taekwondo yang menyatakan bahwa:
“Iya, siswa yang tidak bisa menjaga lisannya (bicara kotor) selalu
diberi teguran/hukuman”.37

Dari pernyataan dari dua narasumber di atas, penerapan


hukuman yang diberikan pelatih kepada para anggota bertujuan agar
anggota tidak mengulangi perkataan kotor lagi dan anggota dapat
terbiasa berbicara dengan perkataan yang baik.

6) Adil dalam memberikan hukuman


Pada kegiatan taekwondo ini pelatih selalu memandang sama
para anggota yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Pelatih tidak
membeda-bedakannya, karena semua dianggap sama. Dari sini juga
akan timbullah nilai lain yaitu nilai keadilan. Sikap adil tersebut
digambarkan ketika ada anggota taekwondoin yang telat mengikuti
latihan, maka akan mendapatkan hukuman. Hukuman tersebut
berlaku untuk semua anggota yang telat mengikuti latihan dan semua
itu sesuai dengan kesepakatan bersama, dan tidak ada yang dibeda-
bedakan. Seperti yang disampaikan oleh pelatih taekwondo:
“…untuk anak yang telat, anak yang telat akan diberikan
hukuman berupa push up sebanyak menit yang dia lewati.
Misalnya anak tersebut tertinggal latihan 10 menit maka anak
tersebut harus push up 10 kali”.38

7) Rendah hati
Pernyataan dari pelatih taekwondo:
“Rendah hati juga saya tanamkan dalam taekwondo, agar anak
tidak sombong saat memenangkan kejuaraan”.39

37
Wawancara dengan Anggota Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor,
tanggal 04 November 2021.
38
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
39
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
69

Dari pernyataan pelatih taekwondo, sikap rendah hati diajarkan


di dalam kegiatan taekwondo agar anggota tidak sombong ketika
mereka menang dalam suatu kejuaraan.

8) Amanah
Pernyataan dari pelatih taekwondo:
“Biasanya ketika saya belum datang atau berhalangan untuk hadir
latihan, saya akan meminta bantuan kepada anggota taekwondo
senior untuk membantu menghandle kegiatan latihan tersebut”.40
Berdasarkan hasil pengamatan, pelatih taekwondo memang
menerapkan sikap amanah ini kepada para anggota. Pelatih selalu
memberikan amanah ketika pelatih datang terlambat, atau pelatih
berhalangan untuk hadir, maka latihan akan di alihkan kepada
anggota senior untuk memimpin latihan agar latihan tetap berjalan.

5. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Penanaman Nilai-


nilai Pendidikan Islam pada Program Ekstrakurikuler Taekwondo di
SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor
Penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada program ekstrakurikuler
di sekolah tidak lepas dari faktor pendukung dan penghambat. Berikut
adalah faktor pendukung dan penghambat yang ditemukan:
a. Faktor Pendukung
1) Adanya kerja sama antara kepala sekolah, guru dan orang tua
Suatu tujuan tidak akan tercapai jika tidak adanya kerja sama
antara satu dengan yang lainnya. Kerja sama antar kepala sekolah,
guru, dan orang tua sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan dari
penanaman nilai-nilai pendidikan Islam, karena pihak-pihak terkait
memiliki tanggung jawab tersendiri. Kepala sekolah, dan guru
berperan penting dalam penanaman nila-nilai pendidikan Islam di
sekolah, sedangkan orang tua berperan penting saat di rumah.

40
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
70

Sehingga perlu adanya kerja sama agar penanaman nilai-nilai


pendidikan Islam dapat terlaksana dengan baik. Seperti pernyataan
dari kepala sekolah SDIT Andalusia:
“Pada setiap ekstrakurikuler di sekolah pastinya ya perlu adanya
dukungan dari seluruh guru dan orang tua. Pada ekstrakurikuler
taekwondo ini, alhamdulillah pelatihnya enak bisa di ajak kerja
sama, dan saya sampaikan kepada pelatih “Sabeum ini kan
sekolah Islam ya, saya minta tolong nanti seperti waktu sholat,
kemudian untuk akhlak juga di bantu untuk bisa di jaga di dalam
ekstrakurikuler taekwondo”.41

2) Antusias siswa dalam mengikuti taekwondo


Pernyataan dari kepala sekolah SDIT Andalusia:
“Alhamdulillah untuk ekstrakurikuler ini cukup banyak
peminatnya. Tapi untuk saat ini karena masih situasi pandemic,
kegiatan ekstrakurikuler belum berjalan secara maksimal untuk di
sekolah, tetapi untuk ekstrakurikuler taekwondo ini saya dengar
anak-anak SDIT Andalusia berlatih taekwondo dengan
pelatihnya di luar sekolah yaitu dengan bergabung bersama unit
lain”.42

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan, bahwa kegiatan


ekstrakurikuler taekwondo ini memang banyak sekali peminatnya,
terutama bagi siswa jenjang SD. Ekstrakurikuler taekwondo ini
sangat banyak manfaatnya bagi tumbuh kembang anak, salah
satunya yaitu dapat melatih sikap disiplin, tepat waktu, dan sikap
mandiri serta bertanggung jawab.

3) Fasilitas sekolah
Pernyataan dari kepala sekolah SDIT Andalusia:
“Iya untuk mendukung kegiatan tersebut di sekolah ini sudah
tersedianya lapangan, kemudian adanya alat-alat latihan
taekwondo seperti pecing pad, body protector, dan matras”.43

41
Wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal 23
September 2021.
42
Wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal 23
September 2021.
43
Wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal 23
September 2021.
71

Pernyataan tersebut di perkuat oleh pelatih taekwondo:


“Iya, seperti yang dapat kamu lihat bahwa sarana dan prasarana
untuk mendukung kegiatan taekwondo ini sudah cukup
lengkap”.44

Dari hasil wawancara dari dua narasumber di atas, maka dapat


disimpulkan bahwa sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan
ekstrakurikuler taekwondo sudah cukup lengkap dengan tersedianya
lapangan, dan alat-alat latihan taekwondo seperti pecing pad, body
protector, dan matras.

b. Faktor Penghambat
Semua pelaksanaan kegiatan di mana pun tidak akan pernah lepas
dari hambatan yang menghalanginya. Termasuk dalam pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng,
Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil wawancara dengan pelatih
taekwondo beberapa hambatan yang dialami terkait pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler ini.
Hambatan pertama yang dialami adalah terkait kedisiplinan
anggota taekwondo. Karena terkadang masih banyak anggota yang
datang terlambat dalam mengikuti latihan. Hal tersebut sesuai dengan
hasil wawancara dengan pelatih taekwondo, beliau mengatakan:
“Kadang anak-anak masih sering telat untuk datang latihan”.45

Hambatan kedua yang dihadapi adalah terkait anak-anak yang


kurang fokus dalam mengikuti latihan taekwondo. Hal tersebut sesuai
dengan hasil wawancara dengan pelatih taekwondo, beliau
mengatakan:

44
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
45
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
72

“Anak-anak kurang fokus dalam mengikuti latihan, karena


terkadang jika lapangan kita pakai untuk latihan lalu ada anak-anak
lain yang ikut bermain di lapangan untuk bermain bola”.46

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang terkumpul selama di SDIT Andalusia
Ciseeng, Kabupaten Bogor dengan melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi maka selanjutnya penulis akan melakukan analisis data untuk
menjelaskan lebih detail dari hasil penelitian sesuai dengan hasil analisis data
yang dipilih oleh penulis yaitu menggunakan analisis deskriptif.
1. Proses Pelaksanaan Program Ekstrakurikuler Taekwondo di SDIT Andalusia
Ciseeng, Kabupaten Bogor
Menurut Abuddin Nata, “Pendidikan Islam ialah upaya membimbing,
mengarahkan, dan membina peserta didik yang dilakukan secara sadar dan
terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam.47 Dari aktivitas memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan)
agama Islam itu dapat bertujuan untuk membantu seseorang atau sekelompok
anak didik dalam menanamkan dan menumbuhkembangkan ajaran Islam dan
nilai-nilai untuk dijadikan sebagai pandangan hidupnya. Kegiatan
ekstrakurikuler taekwondo yang diadakan di SDIT Andalusia Ciseeng,
Kabupaten Bogor bertujuan untuk mewujudkan visi dan misi sekolah.
Kegiatan yang diadakan dalam program ekstrakurikuler didasari atas tujuan
dari pada kurikulum sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler ini siswa akan
dapat mengembangkan minat dan bakat yang ada pada diri siswa. Selain itu
ekstrakurikuler mampu membuat anak berprestasi pada ekstrakurikuler yang
mereka minati. Ekstrakurikuler taekwondo ini memiliki tujuan, yakni
membentuk siswa dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik tidak lain
adalah sebagai upaya mewujudkan tujuan dari pendidikan Islam. Hal tersebut
dikarenakan di dalam kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya diajarkan jurus-

46
Wawancara dengan Pelatih Taekwondo SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, tanggal
03 Oktober 2021.
47
Abuddin Nata, “Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran”, (Jakarta: Kencana, 2009),
h. 340.
73

jurus taekwondo saja, akan tetapi juga dapat menumbuhkan dan


meningkatkan keimanan melalui pemberian, pemupukan, penghayatan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam.
Sebagai bentuk ikhtiar dalam mewujudkan pendidikan Islam, kegiatan
ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor
dilaksanakan pada hari rabu pukul 14:00 s/d 16:00. Kegiatan ekstrakurikuler
taekwondo ini untuk hari rabu merupakan latihan wajib, sedangkan untuk
tambahan latihan siswa bisa mengikuti latihan yang biasanya dilaksanakan
pada hari minggu di aula sekolah Al-Mukhlishin. Kegiatan ekstrakurikuler ini
sudah diadakan sejak tahun 2015. Kegiatan ekstrakurikuler taekwondo ini
memiliki tujuan yakni membentuk siswa dari segi kognitif, afektif dan
psikomotorik. Segi kognitif meningkatkan dan memantapkan pengetahuan
siswa, sehingga siswa memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang olahraga
taekwondo. Pada segi afektif yaitu pembinaan pribadi siswa agar memiliki
sikap yang sesuai dengan yang dicita-citakan oleh asas-asas taekwondo
Indonesia. Asas-asas taekwondo Indonesia, yaitu:
a. Berbudi pekerti yang baik dan berakhlak mulia
b. Jujur dan bertanggung jawab
c. Tabah dalam menghadapi cobaan
d. Penguasaan diri yang baik
e. Semangat pantang mundur (semangat juang yang tinggi)
f. Bermental baik
g. Memiliki rasa sosial dan setia kawan yang tinggi
h. Memiliki disiplin yang tinggi
i. Peduli terhadap lingkungan
Adapun terkait pelaksanaan dari kegiatan ekstrakurikuler taekwondo di
SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor ada beberapa tahapan. Adapun
langkah-langkah yang dilakukukan oleh pelatih dalam pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler taekwondo yaitu:
74

a. Tahapan Awal
Tahapan awal merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menciptakan suasana agar siswa dapat memfokuskan dirinya agar mampu
mengikuti proses pembelajaran dengan baik.48 Kegiatan yang dilakukan
di awal kegiatan pada ekstrakurikuler taekwondo diantaranya yaitu
dengan pembacaan do’a bersama sebelum dimulainya latihan. Bacaan
do’a yang dipanjatkan yaitu dengan membaca surat al-fatihah. Setelah
berdo’a dilanjutkan dengan salam atau hormat. Penghormatan kepada
pelatih dan senior dilakukan dengan cara membungkukan badan sebagai
bentuk hormat.
Selanjutnya dilanjutkan dengan pemanasan yang dipimpin oleh
pelatih. Namun ketika pelatih belum datang atau berhalangan untuk hadir,
maka akan dipimpin oleh salah satu anggota senior. Kegiatan pemanasan
ini dilakukan seperti kegiatan olah raga lainnya yang dimulai dari tubuh
bagian atas seperti kepala, kemudian tubuh bagian tengah seperti tangan,
dan tubuh bagian bawah seperti kaki. Setelah pemanasan, kegiatan
dilanjutkan dengan berlari kecil di sekitar tempat latihan dengan lima kali
putaran.
b. Tahapan Inti
Tahapan ini merupakan kegiatan yang difokuskan pada kegiatan-
kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan.49 Tahapan
inti pada ekstrakurikuler taekwondo ini diawali dengan latihan fisik.
Latihan fisik ini selain untuk menjaga kesehatan dan kebugaran anggota,
juga berfungsi untuk melatih fisik anggota agar menjadi kuat dan tangguh,
sehingga ketika menghadapi perlombaan atau kejuaraan anggota dapat
tampil secara maksimal. Ada beberapa gerakan dasar yang biasa
digunakan seperti push up, sit up dan back up. Push up banyak sekali
macamnya, tetapi push up yang biasa dilakukan diantaranya adalah push

48
Zaki Mubarak, “Problematika Pendidikan Kita Masalah-masalah Pendidikan Faktual dari
Guru, Desain Sekolah dan Dampaknya”. (Depok: Ganding Pustaka, 2019). Cet. I, h. 79.
49
Ibid.,
75

up biasa yang biasanya dilakukan oleh anggota perempuan, push up 5 jari


dan push up mengepal yang biasa dilakukan oleh anggota laki-laki. Push
up ini dilakukan untuk melatih otot tangan.
Setelah latihan fisik pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler taekwondo
di lanjut dengan materi dan praktik. Pada setiap bela diri tentunya
mempunyai jurus latihan masing-masing. Untuk materi taekwondo ini ada
tiga macam materi, yaitu: Poomsae atau jurus-jurus adalah teknik gerakan
dasar dan pertahanan diri. Kyupa atau pemecahan adalah latihan teknik
dengan memakai sasaran yang dipakai antara lain papan, genting dan lain-
lain. Kyourugi atau pertarungan adalah latihan mengaplikasikan teknik
gerakan dasar, di mana dua orang yang bertarung ini saling
mempraktekkan teknik serangan dan teknik mempertahankan diri. Untuk
jurusnya itu diajarkan sesuai dengan tingkatan sabuknya. Sabuk putih
diajarkan gibon 1, sabuk kuning diajarkan gibon 2 dan 3, sabuk hijau
diajarkan taegeuk 2, sabuk biru diajarakan taeguk 4, sabuk merah
diajarkan taeguk 6.
Kemudian, setelah pemberian materi serta praktik selesai dilanjutkan
dengan beristirahat sejenak sekitar 10-15 menit sekaligus evaluasi. Ketika
istirahat para anggota dilarang untuk membeli minuman dingin dan
dianjurkan untuk membawa air minum dari rumah. Evaluasi yang
dilakukan oleh pelatih pada saat beristirahat. Evaluasi dilakukan guna
memperbaiki gerakan anggota dan juga perilaku anggota jika ada yang
tidak sesuai dengan penanaman nilai-nilai pendidikan Islam seperti
anggota yang kurang disiplin saat latihan, anggota yang berkata kotor di
tempat latihan dan lain sebagainya. Evaluasi gerakan dan perilaku ini
dilakukan bertujuan agar para anggota dapat memperbaiki gerakan dan
perilakunya.
c. Tahapan Tindak Lanjut
Tahapan tindak lanjut atau evaluasi pada ekstrakurikuler taekwondo
ini dilakukan dengan latihan menggunakan pecing pad. Pecing pad ini
merupakan alat yag digunakan sebagai sasaran saat melakukan berbagai
76

latihan teknik baik pukulan maupun tendangan. Dengan menggunakan


pecing pad ini pelatih akan dapat merasakan seberapa kuat power
tendangan atau pukulan yang anggota miliki.50
Setelah evaluasi selesai lalu kegiatan diakhiri dengan berdo’a dan
salam atau hormat. Do’a dan salam atau hormat dilakukan seperti halnya
do’a dan salam yang dilakukan seperti awal akan dimulainya latihan.

Pelaksanaan kegiatan ektrakurikuler tersebut selain sebagai bentuk


ikhtiar dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam, pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler taekwondo juga dapat membuat orang yang menguasai ilmu
bela diri mempunyai rasa aman. Menguasai ilmu bela diri taekwondo berarti
mempunyai pertahanan diri menggunakan tangan kosong yang sewaktu-
waktu dapat digunakan dalam keadaan darurat untuk mengamankan diri.51
2. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam pada Program Ekstrakurikuler
Taekwondo
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa kegiatan
ekstrakurikuler merupakan salah satu komponen dari pengembangan diri
yang terprogram. Artinya, kegiatan tersebut sudah direncanakan secara
khusus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik karena program
ekstrakurikuler merupakan wadah untuk mengeksplorasi potensi peserta
didik berdasarkan pengembangan minat dan bakat yang dimiliki peserta
didik.52
Proses penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada ekstrakurikuler
dinilai sangatlah penting ditanamkan semenjak anak usia dini, karena anak
usia belia masih sangat mudah untuk diarahkan dan dibentuk karakternya.
Pada kegiatan ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng,
Kabupaten Bogor terdapat nilai-nilai pendidikan Islam yang baik yang dapat
berguna bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai ini diajarkan, dilatih, dan

50
Suci Cahyati, “Martial Arts Hapkido Basic For Beginner”. (Yogyakarta: UNY Press, 2019),
Edisi I, h. 13.
51
Devi Tirtawijaya, op. cit., h. 200-201.
52
Muh Hambali dan Eva Yulianti, “Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap Pembentukan
Karakter Relegius Peserta Didik di Kota Majapahit”. Jurnal Pedagogik, Vol. 05, 2018. h. 197-198.
77

dikembangkan melalui pendidikan Islam. Hal tersebut merupakan pengaruh


dari pendidik, karena pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah
orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi, baik afektif, kognitif maupun
psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.53 Sebagaimana yang
dilakukan oleh pelatih taekwondo di SDIT Andalusia yang diaplikasikan
melalui latihan.
Penanaman nilai-nilai pendidikan Islam tidak hanya mengandalkan guru
mata pelajaran di sekolah saja, melainkan juga melibatkan beberapa pihak
terkait. Dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada ekstrakurikuler
taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, pelatih juga
bekerja sama dengan orang tua, kepala sekolah, dan guru. Dalam hal ini yang
paling berperan penting dalam keberhasilan penanaman nilai-nilai pendidikan
Islam pada anak adalah orang tua. Karena pendidikan yang utama dan
pertama adalah pendidikan dalam keluarga, terutama seorang ibu, menjadi
seorang ibu harus menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif, yang dapat
mengarahkan mereka terhadap ajaran agama, serta menciptakan kepribadian
yang baik.54 Dalam hal ini persoalan pendidikan Islam pada anak didukung
oleh tanggung jawab keluarga, masyarakat dan sekolah.55
Dalam proses penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada
ekstrakurikuler taekwondo, pelatih menggunakan metode diantaranya:
a. Metode Latihan
Metode latihan (drill) merupakan metode yang digunakan untuk
memperoleh suatu keterampilan atau ketangkasan terhadap suatu materi.
Dalam pendidikan Islam, materi yang diajarkan menggunakan metode ini
adalah materi yang bersifat pembiasaan, seperti ibadah sholat dan lain-lain.

53
M. Indra Saputra, “Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam”. Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 6, 2015, h. 82.
54
Danny Abrianto, “Menjadi Pendidik Profesional”. (Medan: Umsu Press, 2021), Cet. I, h. 86
55
Suherman Saleh, dkk. “Arus Baru Pemikiran Islam Catatan Kritis dari Gang Buni Ciputat”.
(Serang: A-Empat, 2021), Edisi I, h. 32
78

b. Metode tanya jawab


Metode tanya jawab yang dimaksudkan ini untuk meninjau pelajaran
sejauh mana peserta didik ini paham, sehingga dapat melanjutkan pada
pelajaran-pelajaran selanjutnya.
c. Metode diskusi
Pada metode diskusi ini sangat membantu peserta didik untuk lebih
banyak tentang Islam dan dapat saling menghargai satu sama lain. Dalam
metode ini juga dapat membentuk nilai kekeluargaan.
Penanaman nilai-nilai pendidikan Islam sangat penting, karena dapat
memberikan pemahaman dan kesadaran bahwa nilai agama tidak hanya
berhenti pada teori, melainkan juga diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Ada dua nilai pendidikan Islam yang diajarkan dalam kegiatan
ekstrakurikuler taekwondo ini diantaranya:
a. Nilai ibadah
Tanggung jawab guru tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi
bertanggung jawab untuk membentuk peserta didik agar memiliki
kepribadian religius.56 Seperti yang dilakukan pelatih ekstrakurikuler
taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor dalam
menanamkan nilai ibadah yang bertujuan agar peserta didik dapat
terbiasa menjalankan ibadah yang memang diwajibkan bagi kaum
muslim. Program ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia
diawali dengan mewajibkan anggota untuk membaca doa terlebih
dahulu yang dipimpin oleh pelatih, berdoa sebelum memulai kegiatan
bertujuan agar diberikan kemudahan dalam memahami materi serta di
lindungi Allah Swt dari bahaya dan juga cidera. Sholat ashar
berjama’ah yang tidak hanya di wajibkan dilaksanakan oleh anggota
saja melainkan pelatih juga, sehingga anggota dapat mencontoh
keteladanan dari pelatih. Adzan dan iqomah yang dilakukan oleh
anggota dengan menggunakan suara yang lantang dengan diawasi oleh

56
Nurhadi dan Muhammad Irhamuddin Harahap. “Konsep Tanggung Jawab Pendidik dalam
Islam”. (Pekanbaru: Guepedia, 2020), h. 125
79

pelatih, yang bertujuan agar anggota dapat memiliki keberanian untuk


menjadi seorang pemimpin.
b. Nilai akhlak
Akhlak merupakan keadaan jiwa manusia yang dapat
menimbulkan perbuatan yang dibiasakan sehingga menjadi
kebiasaan.57 Dalam penanaman nilai akhlak pada ekstrakurikuler
taekwondo di SDIT Andalusia, Ciseeng Kabupaten Bogor ini
dilakukan dengan mewajibkan para anggota untuk disiplin waktu,
karena taekwondo sangat menekankan aspek disiplin, aspek displin ini
bertujuan agar tetap fokus dan konsisten pada tujuan serta konsisten
dalam tindakan mencapai tujuan.
Nilai akhlak selanjutnya yaitu pelatih menanamkan sikap percaya
diri pada anggota dengan tujuan membentuk karakter pribadi yang
lebih tangguh. Pelatih melarang anggota untuk berkata kotor saat
berada di tempat latihan, larangan tersebut juga tercantum dalam etika
dan moral berlatih taekwondo, larangan tersebut bertujuan agar anak
dapat terbiasa berbicara dengan kata-kata yang baik dalam setiap
kesehariannya. Serta saling menghormati juga terdapat dalam etika dan
moral berlatih taekwondo, yang bertujuan untuk memperkuat tali
silaturahmi antar sesama taekwondoin.
Nilai akhlak selanjutnya yaitu pelatih memberi sanksi atau
hukuman kepada siswa dan saat memberikan sanksi atau hukuman
pelatih selalu adil dalam memberikan hukuman. Dalam hal ini nilai
keadilan digambarkan ketika ada anggota yang telat mengikuti latihan,
maka hukuman bagi setiap anggota adalah sama sesuai dengan
kesepakatan bersama, tidak dibeda-bedakan. Hukuman ini merupakan
upaya pendidik untuk meningkatkan motivasi dalam belajar. Dengan

57
Ainul Yaqin, “Pendidikan Akhlak-Moral Berbasis Teori Kognitif”. (Depok: Rajawali Pers,
2020), Cet. I, h. 22
80

melalui hukuman ini diharapkan dapat menumbuhkan meningkatkan


semangat belajar.58
Nilai yang selanjutnya adalah rendah hati, merupakan dasar
pembentukan kepercayaan pada diri sendiri.59 Dalam kegiatan
ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten
Bogor ini pelatih menanamkan sikap rendah hati kepada para anggota,
bertujuan agar anggota tidak sombong ketika mereka memenangkan
suatu kejuaraan. Selanjutnya adalah dapat dipercaya (amanah),
merupakan sifat dan unsur nilai dasar dari kejujuran, karena orang
yang jujur akan dapat dipercaya dalam kehidupan.60 Dalam kegiatan
ekstrakurikuler ini pelatih mengajarkan anggota untuk amanah yaitu
ketika pelatih belum datang atau berhalangan untuk hadir latihan,
maka kegiatan tersebut dialihkan kepada senior untuk menghandle
kegiatan tersebut. Hal ini pun dapat membangun rasa percaya diri yang
tinggi pada anggota.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penanaman Nilai-nilai
Pendidikan Islam pada Program Ekstrakurikuler Taekwondo
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang
peneliti dapatkan dari penanaman nilai-nilai pendidikan Islam di SDIT
Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, terdapat faktor pendukung dan
penghambat dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada program
ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor.
Berikut ini adalah tabel faktor pendukung dan penghambat yang telah
dirangkum oleh peneliti, sebagai berikut:

58
Beny Prasetiya, dkk. “Metode Pendidikan Karakter Religius Paling Efektif di Sekolah”.
(Lamongan: Academia Publication, 2021), Cet. I, h. 62
59
Ria Listina, op.cit., h. 58
60
Kiki Sajidah, dkk. “Strategi Kepemimpinan dalam Islam”. (Serang: Guepedia, 2021), h. 48
81

Tabel 4.3 Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penanaman


Nilai-nilai Pendidikan Islam pada Program Ekstrakurikuler
Taekwondo di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor
No Faktor Pendukung Fakor Penghambat
1. Adanya kerja sama antara Kedisiplinan
kepala sekolah, guru dan orang
tua.
2. Antusias siswa dalam Anak-anak yang kurang fokus
mengikuti taekwondo dalam mengikuti latihan
taekwondo.
3. Fasilitas sekolah

Adapun bentuk upaya yang dilakukan pelatih untuk mengurangi


hambatan-hambatan yang terjadi pada saat penanaman nilai-nilai
pendidikan Islam yaitu memberikan hukuman kepada siswa yang telat, dan
siswa yang tidak fokus pada saat latihan. Hakikat hukuman ini diberikan
kepada siswa dengan harapan agar mereka jera dan tidak akan mengulangi
perbuatannya lagi. Tetapi hukuman yang diberikan sebaik mungkin
menghindari hukuman fisik.
82

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas yang merupakan hasil
dari perpaduan kajian teoritis dengan hasil penemuan di lapangan, maka
kesimpulan yang peneliti peroleh ialah sebagai berikut:
1. Dalam proses pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler taekwondo di SDIT
Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor ada beberapa tahapan. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan oleh pelatih dalam kegiatan
ekstrakurikuler yaitu: Tahapan awal yaitu berdo’a dan pemanasan, tahapan
inti yaitu latihan fisik, materi dan praktik, istirahat dan evaluasi, dan
tahapan tindak lanjut yaitu bermain pecing pad. Pada saat bermain pecing
pad gerakan yang dilakukan yaitu gerakan yang telah di evaluasi oleh
pelatih.
2. Dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada ekstrakurikuler
taekwondo, pelatih menggunakan metode diantaranya: Metode latihan,
Metode tanya jawab, Metode diskusi. Adapun nilai-nilai pendidikan Islam
yang terdapat dalam ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia
Ciseeng, Kabupaten Bogor adalah nilai ibadah dan nilai akhlak. Masing-
masing nilai tersebut diusahakan oleh kepala sekolah dengan pelatih untuk
senantiasa ditanamkan kepada para anggota taekwondo. Ada beberapa
nilai-nilai yang senantiasa ditanamkan diantaranya: Nilai ibadah
diwujudkan dengan penanaman beberapa perilaku seperti; berdoa sebelum
memulai kegiatan, melaksanakan sholat berjama’ah, serta pelatih
mengawasi adzan dan iqomah anggota. Adapun nilai akhlak yang
diwujudkan dengan penanaman melalui beberapa perilaku diantaranya;
disiplin, percaya diri, melarang siswa berkata kotor, saling menghormati,
memberi sanksi atau hukuman yang bertujuan agar anggota tidak
mengulangi perkataan kotor lagi dan dapat terbiasa berbicara dengan
perkataan yang baik, adil, rendah hati, dan amanah.
83

3. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penanaman nilai-nilai


pendidikan Islam pada program ekstrakurikuler taekwondo di SDIT
Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor, dalam faktor pendukung berasal
dari adanya kerja sama antara kepala sekolah, guru, dan orang tua, serta
antusias siswa dalam mengikuti taekwondo dan adanya fasilitas sekolah.
Adapun faktor penghambatnya antara lain kedisplinan, kurang fokusnya
anggota dalam mengikuti latihan taekwondo.
B. Saran
Setelah penulis melakukan penelitian di SDIT Andalusia Ciseeng,
Kabupaten Bogor, secara umum program yang telah dirancang dan disusun
sudah cukup baik. Namun sebagai proses agar menjadi sekolah yang lebih baik
dan baik lagi terdapat beberapa saran, diantaranya adalah:
1. Bagi kepala sekolah hendaknya
a. Meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan agar semakin baik dan
berkualitas. Untuk program yang telah mencapai hasil terbaik tetap
dipertahankan, serta untuk kegiatan yang masih perlu dievaluasi lalu
ditingkatkan lagi secara lebih optimal.
b. Senantiasa meningkatkan kualitas kegiatan ekstrakurikuler yang ada
di SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor.
c. Senantiasa mengembangkan dan mengeksplore bakat yang dimiliki
siswa-siswi SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten Bogor.
2. Bagi pelatih hendaknya lebih meningkatkan kualitas latihannya sehingga
mampu melahirkan lebih banyak lagi taekwondoin yang berprestasi, serta
diharapkan pelatih senantiasa selalu menanamkan nilai-nilai pendidikan
Islam dalam latihannya dan juga harus lebih sering memberikan motivasi-
motivasi kepada anggota ekstrakurikuler taekwondo supaya siswa lebih
bersemangat dalam latihan.
3. Bagi siswa hendaknya lebih meningkatkan semangatnya dalam latihan dan
menjadikan ekstrakurikuler ini sebagai wadah untuk mengembangkan bakat
dan minat yang dimiliki anak.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdullah, Moh, dkk. 2019. Pendidikan Islam Mengupas Aspek-aspek dalam Dunia
Pendidikan Islam. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Cet. I.
Abrianto, Danny. 2021. Menjadi Pendidik Profesional. Medan: Umsu Press. Cet. I.
Al-Jumhuri, Muhammad Asroruddin. 2015. Belajar Aqidah Akhlak: Sebuah
Ulasan Ringkas tentang Asas Tauhid dan Akhlak Islamiyah. Yogyakarta:
Deepublish Publisher.
Amin, Maswardi Muhammad. 2011. Pendidikan Karakter Anak Bangsa. Jakarta:
Badouse Media Jakarta. Cet. I.
Anas, Muhammad. 2014. Mengenal Metodologi Pembelajaran. Pasuruan: CV
Pustaka Hulwa.
Arifin, H. M. 2003. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis
berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.
Ayuhan. 2018. Konsep Pendidikan Anak Salih dalam Perspektif Islam. Yogyakarta:
Deepublish. Cet. I.
Berger, Peter L. 1990. Tafsir Sosial atas Kenyataan: Sebuah Risalah tentang
Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES.
Berger, Peter L. 1991. Langit Suci. Jakarta: LP3ES.
Cahyati, Suci. 2019. Martial Arts Hapkido Basic For Beginner. Yogyakarta: UNY
Press. Edisi I.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa.
Efendi. 2016. Pendidikan Islam Transformatif ala KH. Abdurrahman Wahid.
Bogor: Guepedia.
Eman, Maureen, dkk. t.t. Perancangan Buku Panduan Pembelajaran Taekwondo
untuk Anak Usia 8-12 Tahun. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015.
Pedoman Penulisaan Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
85

Halimatussa’diyyah. 2020. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Multikultural.


Surabaya: CV. Jakad Media Publishing.
Hanafi, Halid, dkk. 2018. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Hartono. 2016. Bimbingan Karier. Jakarta: Kencana.
Helaluddin dan Hengki Wijaya. 2019. Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan
Teori & Praktik. Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray.
Huda, Hairul dan Khairiyatul Jannah. 2021. Konsepsi Pendidikan Islam Dalam
Gagasan Pemikiran Ismail Raji al-Faruqi. Jember: CV Pustaka Abadi.
Jamal, M. 2015. Paradigma Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Listina, Ria. 2012. Dr. Olahraga Mengajarkan Taekwondo. Jakarta: PT Balai
Pustaka (Pesero). Cet. I.
Mamik. 2015. Metodologi Kualitatif. Sidoarjo: Zifatama. Cet. I.
Mohtar, Imam. 2017. Problematika Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada
Masyarakat”. (Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia. Cet. I.
Mubarak, Zaki. 2019. Problematika Pendidikan Kita Masalah-masalah Pendidikan
Faktual dari Guru, Desain Sekolah dan Dampaknya. Depok: Ganding
Pustaka. Cet. I.
Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasih, Ahmad Munjin dan Lilik Nur Kholidah. 2009. Metode dan Teknik
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Refika Aditama.
Nata, Abuddin Nata. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Kencana.
Nurhadi dan Muhammad Irhamuddin Harahap. 2020. Konsep Tanggung Jawab
Pendidik dalam Islam. Pekanbaru: Guepedia.
Prasetiya, Beny, dkk. 2021. Metode Pendidikan Karakter Religius Paling Efektif di
Sekolah. Lamongan: Academia Publication. Cet. I.
Raco, J. R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Rahmat. 2019. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Konteks Kurikulum
2013. Yogyakarta: Bening Pustaka. Cet. I.
86

Saefulloh, Ahmad, dkk. 2019. Model Pendidikan Islam bagi Pecandu Narkotika.
Yogyakarta: CV. Budi Utama. Cet. I.
Sagala, Syaiful. 2001. Etika dan Moralitas Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2001.
Cet. I.
Sajidah, Kiki, dkk. 2021. Strategi Kepemimpinan dalam Islam. Serang: Guepedia.
Saleh, Suherman, dkk. 2021. Arus Baru Pemikiran Islam Catatan Kritis dari Gang
Buni Ciputat. Serang: A-Empat. Edisi I.
Sanusi, Uci dan Rudi Ahmad Suryadi. 2018. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta:
CV Budi Utama, 2018. Cet. I.
Saputra, Thoyib Sah dan Wahyudin. 2014. Pendidikan Agama Islam Akidah Akhlak
untuk Madrasah Aliyah Kelas X. Semarang: PT Karya Toha Putra. Cet. I.
Sudaryono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana. Cet. I.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta. Cet. III.
Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sutiah. 2016. Pengawas Pendidikan Agama Islam sebagai Quality Control
Implementasi Kurikulum dalam Pengingkatan Mutu Pendidikan di
Madrasah. Sidoarjo: Nizmia Learning Center.
Syahrial, Muhamad Syahrial. 2020. Buku Jago Beladiri. Pamulang: Tim
Cemerlang. Cet. I.
Tafsir, A, dkk. 2004. Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Media
Transformasi Pengetahuan.
Taufik, Muhamad Syamsul, dkk. 2020. Manajemen Penjas. Indramayu: CV. Adanu
Abimata. Cet. I.
Tim Dosen PAI. 2012. Bunga Rampai Penelitian Pendidikan Agama Islam.
Yogyakarta: CV Budi Utama. Cet. 1.
Wicaksono, dkk. 2016. Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Catatan Singkat).
Yogyakarta: Gandhawaca.
Wiyani, Novan Ardy. 2013. Menumbuhkan Pendidikan Karakter di SD (Konsep,
Praktek dan Strategi). Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
87

Yaqin, Ainul. 2020. Pendidikan Akhlak-Moral Berbasis Teori Kognitif. Depok:


Rajawali Pers. Cet. I.
Yusuf, A. Muri. 2015. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan: Pilar Penyedia dan
KegiataPrasetiyan Mutu Pendidikan. Jakarta: Kencana. Edisi I.
Yusuf, A. Muri. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana. Cet. IV.
Zulkarnain. 2008. Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Jurnal
Abdullah, Faisal. 2020. Konsepsi Ibnu Miskawaih Tentang Moral, Etika dan
Akhlak Serta Relevansinya Bagi Pendidikan Islam. Journal of Research and
Thought of Islamic Education. Vol. 3, No. 1.
Andiyanto, Dwi Tri. 2021. Peran Pendidik Agama terhadap Pembentukan
Kepribadian Anak Usia Dini. Jurnal IJIGAED. Vol. 1 No. 2. ISSN: 2746-
2269.
Apriyani, An-Nisa dan Ruwet Rusiyono. 2018. Pengaruh Metode Moral Reasoning
terhadap Penanaman Karakter Nasionalisme Siswa SD dalam Pembelajaran
Tematik. Jurnal JPSD. Vol. 5, No. 1.
Budiarti, Arifah, dkk. 2017. Pengaruh Model Discovery Learning dengan
Pendekatan Scientific Berbasis E-book pada Materi Rangkaian Induktor
terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Vol. 2,
Nomor 2. P-ISSN: 2477-8346. E-ISSN: 2477-8354.
Hambali, Muh dan Eva Yulianti. 2018. Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap
Pembentukan Karakter Relegius Peserta Didik di Kota Majapahit. Jurnal
Pedagogik. Vol. 05.
Karim. 2013. Pengaruh Keikutsertaan Siswa dalam Bimbingan Belajar dan
Ekstrakurikuler terhadap Prestasi Belajar Matematika. JPM IAIN Antasari.
Vol. 1 No. 1.
Lestari, Ria Yuni. 2016. Peran Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Mengembangkan
Watak Kewarganegaraan Peserta Didik. Jurnal UCEJ. Vol. 1, No. 2. ISSN:
2541-6693.
88

Marzuki. 2012. Politik Pendidikan Nasional dalam Bingkai Undang-undang Sistem


Pendidikan Nasional. Jurnal Penelitian Humaniora. Vol. 17, No. 2.
Marzuki. 2017. Kemitraan Madrasah dan Orang Tua dalam Menanamkan
Kedisiplinan Ibadah Siswa MA Asy-Syafi’iyah Kendari. Jurnal Al-Ta’dib.
Vol. 10, No. 2.
Rarasti , Adinda dan Zulfan Heri. 2019. Pengembangan Alat Bantu Latihan Samsak
Berbasis Traffic Light terhadap Kecepatan Reaksi Tendangan pada Atlet
Taekwondo Tahun 2018. Jurnal Ilmu Keolahragaan. Vol. 18 No. 1.
Saputra, M. Indra. 2015. Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan
Islam. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 6.
Suprijono, Agus dan Gurniwan Kamil Pasya. Konstruksi Sosial Remaja Asing
Terhadap Ritus Buyut Cili Sebagai Civic Culture Untuk Pembentukan Jati
Diri. Jurnal UNESA. ISSN 1412-565 X.
Taubah, Mufatihatut Taubah. 2015. Pendidikan Anak dalam Keluarga Perspektif
Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Volume 03, Nomor 01.
Tirtawirya, Devi. 2005. Perkembangan dan Peranan Taekwondo dalam Pembinaan
Manusia Indonesia. Jurnal Olahraga Prestasi. Vol. 1 No 2.
Skripsi
Azriyah. 2019. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam
Ekstrakurikuler Pendidikan Olahraga Renang dan Panahan di Kelas II dan
III SD Teladan Yogyakarta”. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Miranti, Rheviana Dian. 2020. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
pada Siswa Program Ekstrakurikuler Tapak Suci Putera Muhammadiyah di
MTs Negeri 6 Sleman. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Usni. 2018. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada Siswa Melalui
Kegiatan PAI Terpadu Kelas XII di Sekolah Menengah Atas Negeri 6
Palembang”. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
89

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah


Palembang.
Situs Online
https://dapo.kemdikbud.go.id/sekolah/7E74272456252E6D2596
https://ww.pbti.info/1/images/sampledata/pdf/AD-ART-SCAN.pdf
https://www.dadangjsn.com/2018/09
Thesis
Safitri, Debby Nur Safitri. 2019. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
Melalui Program Ekstrakurikuler Karawitan di SMK Negeri 2 Wonosari
Gunung Kidul. Thesis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
LAMPIRAN
91

Lampiran 1

Lembar Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

Nama Informan :
Hari/Tanggal Wawancara :
Jabatan :
Tempat Wawancara :

1. Apa saja ekstrakurikuler yang ada di SDIT Andalusia?


2. Apakah tujuan terbentuknya ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia?
3. Bagaimana menurut Ibu, seberapa pentingkah penanaman nilai-nilai
pendidikan Islam pada ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia?
4. Apakah ada dukungan dari pihak sekolah dalam penanaman nilai-nilai
pendidikan Islam pada program ekstrakurikuler taekwondo ini
5. Apakah di sekolah menyediakan sarana dan prasarana pendukung dalam
melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler taekwondo?
6. Apakah pada program ekstrakurikuler taekwondo ini banyak peminatnya?
7. Bagaimana pendapat Ibu mengenai kegiatan ekstrakurikuler taekwondo ini di
SDIT Andalusia?
92

Lampiran 2

Lembar Pedoman Wawancara Pelatih Taekwondo

Nama Informan :
Hari/Tanggal Wawancara :
Jabatan :
Tempat Wawancara :

1. Berapa lama sabeum sudah menjadi pelatih taekwondo di SDIT Andalusia?


2. Apakah tujuan dibentuknya ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia?
3. Bagaimana proses pelaksanaan ekstrakurikuler taekwondo dari kegiatan awal
sampai akhir di SDIT Andalusia?
4. Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler taekwondo ketika pelatih
tidak hadir?
5. Bagaimana penjadwalan kegiatan ekstrakurikuler taekwondo di SDIT
Andalusia?
6. Bagaimanakah menurut sabeum, seberapa pentingkah penanaman nilai-nilai
pendidikan Islam pada ekstrakurikuler taekwondo?
7. Apa saja nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam kegiatan
ekstrakurikuler taekwondo ini?
8. Apakah sabeum menanamkan sikap dasar seorang pemimpin pada siswa/i
taekwondo?
9. Apakah penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada ekstrakurikuler
taekwondo ini menggunakan metode? Metode apa sajakah yang digunakan
dalam penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam pada ekstrakurikuler
taekwondo?
10. Apakah ada perbedaan pada diri siswa/i setelah sabeum menanamkan nilai-
nilai pendidikan Islam pada ekstrakurikuler taekwondo?
11. Bagaimana tingkat partisipasi siswa/i dalam kegiatan ekstrakurikuler
taekwondo di SDIT Andalusia?
93

12. Apakah sabeum selalu memberikan bimbingan dalam proses penanaman


nilai-nilai pendidikan Islam kepada siswa/i yang ikut ekstrakurikuler
taekwondo?
13. Apakah sabeum selalu memberikan contoh atau model gerakan kepada
siswa/i yang mengikuti ekstrakurikuler taekwondo?
14. Apakah sabeum pernah memberikan teguran dan hukuman kepada siswa/i
yang mengikuti taekwondo?
15. Apakah sabeum memberikan penghargaan kepada siswa/i yang rajin dan
antusias dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler taekwondo?
16. Apakah di sekolah SDIT Andalusia tersedia sarana dan prasarana dalam
mendukung kegiatan ekstrakurikuler taekwondo?
17. Apakah ada prestasi yang sudah dicapai oleh siswa/i SDIT Andalusia yang
mengikuti ekstrakurikuler taekwondo?
18. Apakah ada faktor penghambat dalam penanaman nilai-nilai pendidikan
Islam pada program ekstrakurikuler taekwondo di SDIT Andalusia?
19. Apa harapan sabeum sebagai pelatih kepada siswa/i yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler taekwondo?
94

Lampiran 3

Lembar Pedoman Wawancara Anggota Taekwondo

Nama Informan :
Hari/Tanggal Wawancara :

1. Apa alasan kamu mengikuti ekstrakurikuler taekwondo? Sudah berapa lama


kamu ikut ekstrakurikuler taekwondo?
2. Apa saja yang sudah kamu dapatkan dari ekstrakurikuler taekwondo?
3. Apakah ada motivasi yang kamu dapatkan dari orang tua dan dari pelatih?
4. Apakah saat latihan pelatih selalu memberikan bimbingan berupa penanaman
nilai-nilai pendidikan Islam?
5. Apakah pada saat latihan taekwondo pelatih selalu memberikan nasehat
terkait penanaman nilai-nilai pendidikan Islam?
6. Apakah pada saat latihan pelatih selalu menegur dan memberikan hukuman
kepada siswa yang tidak bisa menjaga lisannya?
7. Apakah pelatih selalu memberikan contoh/model gerakan kepada siswa/i
yang mengikuti taekwondo?
95

Lampiran 4

HASIL WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

Nama Informan : Ibu Oriyansih Andrikas, S.Sos, S.Pd


Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 23 September 2021
Jabatan : Kepala Sekolah
Tempat Wawancara : Ruang Kepala Sekolah SDIT Andalusia

No Pertanyaan Jawaban
1. Apa saja ekstrakurikuler yang Ekstrakurikuler di SDIT Andalusia
ada di SDIT Andalusia? itu ada:
1. Pramuka (ekskul wajib)
2. Taekwondo, ekskul taekwondo
ini sudah cukup lama.
3. Futsal
4. Menari
5. Marawis
2. Apakah tujuan terbentuknya Pelaksanaan program kegiatan
ekstrakurikuler taekwondo di ekstrakurikuler taekwondo ini
SDIT Andalusia? berlatar belakang oleh Visi dan Misi
yang diterapkan oleh sekolah untuk
meningkatkan penguatan pendidikan
serta mewujudkan Visi dan Misi
sekolah dalam membentuk siswa-
siswi yang berakhlaq Qur’ani,
berbudaya dan berkarakter yang
berwawasan kebangsaan yang
berakhlakul karimah, serta
mengembangkan potensi yang
96

dimiliki siswa/i yang melalui kegiatan


program ekstrakurikuler taekwondo.
3. Bagaimana menurut Ibu, Penting, karena ekstrakurikuler itu
seberapa pentingkah penanaman juga kan menunjang pelajaran.
nilai-nilai pendidikan Islam pada Menunjang dalam pembentukan
ekstrakurikuler taekwondo di karakter anak. Jadi tidak bisa tuh jika
SDIT Andalusia? intrakurikuler saat pembelajaran
biasanya kita sudah menerapkan
nilai-nilai keislaman, kemudian pas
ekstrakurikuler itu ternyata los dalam
hal itu. Jadi memang harus
sejalanlah, baik intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler itu harus
sejalan.
4. Apakah ada dukungan dari pihak Pada setiap ekstrakurikuler di sekolah
sekolah dalam penanaman nilai- pastinya ya perlu adanya dukungan
nilai pendidikan Islam pada dari seluruh guru dan orang tua. Dan
program ekstrakurikuler pada ekstrakurikuler taekwondo ini,
taekwondo ini? alhamdulillah pelatihnya enak bisa di
ajak kerja sama, dan saya sampaikan
kepada pelatih “Sabeum ini kan
sekolah Islam ya, saya minta tolong
nanti seperti waktu sholat, kemudian
untuk akhlak juga di bantu untuk bisa
di jaga di dalam ekstrakurikuler
taekwondo.
5. Apakah di sekolah menyediakan Iya tersedianya lapangan, kemudian
sarana dan prasarana pendukung adanya alat-alat latihan taekwondo
dalam melaksanakan kegiatan seperti pecing pad, body protector,
ekstrakurikuler taekwondo? dan matras.
97

6. Apakah pada program Alhamdulillah untuk ekstrakurikuler


ekstrakurikuler taekwondo ini ini cukup banyak peminatnya. Tapi
banyak peminatnya? untuk saat ini karena masih situasi
pandemic, kegiatan ekstrakurikuler
belum berjalan secara maksimal
untuk di sekolah, tetapi untuk
ekstrakurikuler taekwondo ini saya
dengar anak-anak SDIT Andalusia
berlatih taekwondo dengan
pelatihnya di luar sekolah yaitu
dengan bergabung bersama unit lain.
7. Bagaimana pendapat Ibu Alhamdulillah ekstrakurikuler
mengenai kegiatan taekwondo adalah ekstrakurikuler
ekstrakurikuler taekwondo ini di yang paling berprestasi di Andalusia.
SDIT Andalusia? Kejuaraan sampai tingkat Nasional
yang menjadikan siswa kita menjadi
atlet Nasional. Dan pokoknya pada
beberapa kali kejuaraan taekwondo
itu Alhamdulillah Sabeum Mulyadi
bisa mengarahkannya yang bisa
menjadikan siswa kami mereka
menjadi berprestasi.
98

Lampiran 5

HASIL WAWANCARA PELATIH TAEKWONDO

Nama Informan : Mulyadi


Hari/Tanggal Wawancara : Minggu, 03 Oktober 2021
Jabatan : Pelatih Taekwondo
Tempat Wawancara : Aula Al-Mukhlishin

No Pertanyaan Jawaban
1. Berapa lama sabeum sudah Saya sudah mulai melatih taekwondo
menjadi pelatih taekwondo di dari sejak tahun 1997 dan mulai
SDIT Andalusia? menjadi pelatih taekwondo di SDIT
Andalusia sejak tahun 2015 sampai
sekarang.
2. Apakah tujuan dibentuknya Kegiatan ekstrakurikuler taekwondo
ekstrakurikuler taekwondo di ini bertujuan untuk mewujudkan Visi
SDIT Andalusia? dan Misi sekolah selain itu juga
bertujuan untuk mefasilitasi minat
dan bakat yang ada pada diri siswa.
Contohnya, mengembangkan potensi,
mengasah kemampuan, melatih siswa
dalam kegiatan suatu lomba tingkat
Nasional, Internasional, dll dan juga
sebagai pembiasaan dalam penguatan
pendidikan karakteristik siswa.
3. Bagaimana proses pelaksanaan Kegiatan ekstrakurikuler taekwondo
ekstrakurikuler taekwondo dari ini seperti yang kamu tahu bahwa
kegiatan awal sampai akhir di diawali dengan berdo’a terlebih
SDIT Andalusia? dahulu. Setelah berdo’a lalu
99

dilanjutkan dengan salam/hormat


kepada pelatih. Setelah itu lalu
dilanjutkan dengan stracing atau
pemanasan untuk melemaskan otot
sebelum memulai latihan yang terdiri
dari pelemasan leher, tangan, kaki,
pinggang. Habis pemanasan itu
kadang kita latihan fisik, seperti push
up, sit up dan back up. Setelah latihan
fisik langsung masuk ke materi. Ada
tiga materi dalam berlatih taekwondo
ini, yaitu poomsae, kyupa, dan
kyourugi. Untuk jurusnya diajarkan
sesesuai dengan tingkatan sabuknya.
Untuk sabuk putih diajarkan gibbon
1, sabuk kuning diajarkan gibbon 2
dan 3, sabuk hijau diajarkan teugeuk
2, sabuk biru diajarkan taeguk 4,
sabuk merah diajarkan taeguk 6.
Habis materi dan praktik selesai, lalu
istirahat sebentar sekaligus evaluasi.
Setelah beristirahat serta evaluasi,
kegiatan latihan terus dilanjut dengan
latihan menggunakan pecing pad.
Setelah selesai berlatih menggunakan
pecing pad, kegiatan taekwondo ini
diakhiri dengan do’a dan salam atau
hormat sebagai penutup dari kegiatan
latihan taekwondo.
Latihan di anjurkan untuk tepat
waktu (disiplin), kalau sebelum
100

pandemic itu di latihan di mulai dari


jam 2 sampai jam 3 atau sampai adzan
ashar. Kalau sudah adzan ashar anak-
anak diingatkan untuk melakukan
sholat ashar berjamaah.
4. Bagaimana pelaksanaan kegiatan Biasanya ketika saya belum datang
ekstrakurikuler taekwondo ketika atau berhalangan untuk hadir latihan,
pelatih tidak hadir? saya akan meminta bantuan kepada
anggota taekwondo senior untuk
membantu saya menghandle kegiatan
latihan tersebut.
5. Bagaimana penjadwalan kegiatan Penjadwalan kegiatan latihan
ekstrakurikuler taekwondo di biasanya di utamakan di jam sekolah
SDIT Andalusia? yaitu di hari Rabu. Latihan di sekolah
di adakan seminggu sekali. Dan jika
anak-anak ingin latihan seminggu 2x
maka di hari minggu anak-anak di
ajak untuk mengikuti latihan
gabungan dengan unit lain. Jika ada
yang minat untuk mengikuti latihan
gabungan silahkan.
6. Bagaimana menurut sabeum, Iya penting, karena pendidikan Islam
seberapa pentingkah penanaman itu sesuatu yang sangat penting dalam
nilai-nilai pendidikan Islam pada pembentukan karakter seseorang.
ekstrakurikuler taekwondo? Pendidikan agama Islam ini
ditanamkan pada diri siswa agar tidak
menjadikan siswa memiliki sifat
sombong. Bisa memberikan arahan
dan bimbingan serta pengertian
kepada teman-teman lain. Misalnya
101

mengingatkan teman-temannya untuk


sholat.
7. Apa saja nilai-nilai pendidikan Disiplin, tepat waktu, patuh terhadap
Islam yang terdapat dalam kegiatan intruksi pelatih, menghormati (pelatih
ekstrakurikuler taekwondo? senior dan sesama taekwondoin),
kerja keras, pantang menyerah, dan
rendah hati juga saya tanamkan dalam
taekwondo, agar anak tidak sombong
saat memenangkan kejuaraan.
Kemudian juga nilai-nilai ibadah juga
diajarkan sedikit-sedikit. Ketika
sudah masuk waktu sholat saya
mengajak anak-anak untuk sholat
berjama’ah dan mengawasi anak-
anak untuk mengumandangkan
adzan, iqomah.
8. Apakah sabeum menanamkan Iya. Sikap yang ditanamkan pada
sikap dasar seorang pemimpin kegiatan taekwondo yaitu
pada anggota taekwondo? menanamkan sikap dasar yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin.
Karena terkadang siswa SD itu
kebanyakan yang takut untuk menjadi
seorang pemimpin, makanya kita
harus bisa membentuk anak-anak
yang mengikuti latihan untuk menjadi
seorang pemimpin.
9. Apakah penanaman nilai-nilai Iya, ekstrakurikuler taekwondo ini
pendidikan Islam pada menggunakan metode latihan yang
ekstrakurikuler taekwondo ini bersifat pembiasaan seperti
menggunakan metode? Metode melakukan sholat. Terkadang juga
102

apa sajakah yang digunakan dalam penanaman nilai pendidikan Islam


penanaman nilai-nilai pendidikan juga dilakukan melalui metode
Islam pada ekstrakurikuler diskusi yang dilakukan setelah
taekwondo? seluruh latihan selesai, lalu pada saat
diskusi, diadakanlah metode tanya
jawab bagi yang ingin bertanya. Hal
tersebut dapat membentuk
karakteristik kekeluargaan.saling
bertanya, saling menyapa, dan saling
memberikan arahan, pengertian
antara satu dengan yang lain.
10. Apa ada perubahan pada diri Iya ada. Banyak sekali perubahannya.
anggota setelah sabeum Contohnya, awal-awal anak-anak
menanamkan nilai-nilai susah untuk diajak sholat dan susah
pendidikan Islam pada sekali untuk disuruh adzan dan
ekstrakurikuler taekwondo? iqomah. Tapi sekarang malah berani
mengacungkan tangannya untuk
mengumandangkan adzan ketika
waktu sholat tiba. Itulah salah satu
ciri jiwa-jiwa pemimpin yang berani
mengacungkan jempolnya.
11. Bagaimana tingkat partisipasi Antusias. Kalau di kalangan SD itu
siswa/i dalam kegiatan antusias karena membentuknya itu
ekstrakurikuler taekwondo di dari awal, membentuk karakteristik
SDIT Andalusia? menjadi seorang pemimpin yang
berakhlak dan beriman. Kalau untuk
kalangan SMA sudah sulit di
bentuknya karena jika dibilangin
kesini dia malah kesana. SD SMP
masih mudah untuk di bentuk.
103

12. Apakah sabeum selalu Iya


memberikan bimbingan dalam
proses penanaman nilai-nilai
pendidikan Islam kepada siswa/i
yang ikut ekstrakurikuler
taekwondo?
13. Apakah sabeum selalu Iya diberikan contoh gerakan.
memberikan contoh/model Terkadang anak-anak juga di suruh
gerakan kepada siswa/i yang memperhatikan video di youtube
mengikuti ekstrakurikuler untuk menghafal gerakan lalu nanti di
taekwondo? praktikkan
14. Apakah sabeum pernah Iya, ketika anak-anak berkata kotor
memberikan teguran dan hukuman saya sebagai pelatih akan
kepada siswa/i yang mengikuti menegurnya dan mereka diberi
taekwondo? hukuman berupa penghafalan teknik
taekwondo. Dan hukuman berlaku
untuk anak yang telat, anak yang telat
akan diberikan hukuman berupa push
up sebanyak menit yang dia lewati.
Misalnya anak tersebut tertinggal
latihan 10 menit maka anak tersebut
harus push up 10 kali.
15. Apakah sabeum memberikan Iya, biasanya penghargaan yang
penghargaan kepada siswa/i yang diberikan yaitu bebas biaya
rajin dan antusias dalam mengikuti administrasi untuk anak yang rajin
kegiatan ekstrakurikuler mengikuti latihan.
taekwondo?
16. Apakah di sekolah SDIT Andalusia Iya, seperti yang dapat kamu lihat
tersedia sarana dan prasarana bahwa sarana dan prasaran untuk
104

dalam mendukung kegiatan mendukung kegiatan taekwondo ini


ekstrakurikuler taekwondo ini? sudah cukup lengkap.
17. Apakah ada prestasi yang sudah Iya ada
dicapai oleh siswa/i SDIT
Andalusia yang mengikuti
ekstrakurikuler taekwondo?
18. Apakah ada faktor penghambat Hambatanya itu kadang anak-anak
dalam penanaman nilai-nilai masih sering telat untuk datang
pendidikan Islam pada program latihan, dan terkadang anak-anak
ekstrakurikuler taekwondo di kurang fokus dalam mengikuti latihan
SDIT Andalusia? dikarenakan terkadang jika lapangan
kita pakai untuk latihan lalu ada anak-
anak yang ikut bermain di lapangan
untuk bermain bola.
19. Apa harapan sabeum sebagai Saya berharap agar mereka bisa
pelatih kepada siswa/i yang meneruskan apa yang sudah saya
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ajarkan. Terutama mereka
taekwondo? berolahraga untuk dirinya sendiri, dan
membagikan ilmunya kepada orang
lain dengan membuka unit untuk
memberikan ilmu yang telah di dapat.
105

Lampiran 6

HASIL WAWANCARA ANGGOTA TAEKWONDO

Nama Informan : Achda Ayuningtias


Hari/Tanggal Wawancara : Minggu, 17 Oktober 2021

No Pertanyaan Jawaban
1. Apa alasan kamu mengikuti Awalnya karena disuruh orang tua
ekstrakurikuler taekwondo? Sudah tetapi lama kelamaa malah
berapa lama kamu mengikuti menjadi hobi. Saya mengikuti
taekwondo? taekwondo sudah 6 tahun.
2. Apa saja yang kamu dapatkan Saya mendapatkan teman, cara
ketika mengikuti latihan membela diri, piagam, dan
taekwondo? keberanian.
3. Apakah ada motivasi yang kamu Motivasi yang saya dapatkan yaitu
dapatkan dari orang tua dan dari selalu bekerja keras, pantang
pelatih kamu? menyerah, berani, mandiri, dan
tidak takut untuk mencoba hal
baru.
4. Apakah saat latihan pelatih selalu Iya.
memberikan bimbingan berupa
penanaman nilai-nilai pendidikan
Islam?
5. Apakah pada saat latihan Iya.
taekwondo pelatih selalu
memberikan nasehat terkait
penanaman nilai-nilai pendidikan
Islam?
106

6. Apakah pada saat latihan pelatih Iya, contohnya sebelum memulai


selalu menegur dan memberikan kegiatan pelatih selalu menyuruh
hukuman kepada siswa yang tidak kami untuk berdo’a terlebih
bisa menjaga lisannya? dahulu
7. Apakah pelatih selalu memberikan Iya.
contoh/model kepada siswa yang
mengikuti taekwondo?
107

Lampiran 7

HASIL WAWANCARA ANGGOTA TAEKWONDO

Nama Informan : Helsi Fatira


Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 04 November 2021

No Pertanyaan Jawaban
1. Apa alasan kamu mengikuti Awalnya karena suruhan orang
ekstrakurikuler taekwondo? Sudah tua, tapi lama kelamaan jadi hobi
berapa lama kamu mengikuti sendiri. Saya sudah 5 tahun
taekwondo? mengikuti taekwondo
2. Apa saja yang kamu dapatkan Saya mendapatkan banyak teman,
ketika mengikuti latihan piagam dan ilmu bela diri
taekwondo?
3. Apakah ada motivasi yang kamu Menjadi jati diri yang lebih
dapatkan dari orang tua dan dari mandiri, berani, serta disiplin dan
pelatih kamu? bertanggung jawab
4. Apakah saat latihan pelatih selalu Iya.
memberikan bimbingan berupa
penanaman nilai-nilai pendidikan
Islam?
5. Apakah pada saat latihan Iya
taekwondo pelatih selalu
memberikan nasehat terkait
penanaman nilai-nilai pendidikan
Islam?
6. Apakah pada saat latihan pelatih Iya, siswa yang tidak bisa menjaga
selalu menegur dan memberikan lisannya (bicara kotor) selalu
diberi teguran/hukuman
108

hukuman kepada siswa yang tidak


bisa menjaga lisannya?
7. Apakah pelatih selalu memberikan Iya
contoh/model kepada siswa yang
mengikuti taekwondo?
109

Lampiran 8
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120

Lampiran 9

Surat balasan permohonan penelitian dari SDIT Andalusia Ciseeng, Kabupaten


Bogor
121

Lampiran 10

DOKUMENTASI
 Lingkungan Sekolah

 Pelaksanaan kegiatan latihan gabungan siswa/i SDIT Andalusia dengan


unit lain di Al-Mukhlishin
122

Berkumpul dan berdo’a sebelum latihan dimulai

Materi Poomsae

Teknik Tendangan
123

Beristirahat dan evaluasi

Hasil Perolehan Kejuaraan The Best Taekwondo Championship Koni di


POPKI Cibubur Jaktim
124

Foto bersama siswa/i taekwondo SDIT Andalusia

Foto bersama kepala sekolah SDIT Andalusia setelah dilakukannya wawancara


125

Foto saat wawancara dengan pelatih taekwondo

Anda mungkin juga menyukai