Good Corporate Governance 2017
Good Corporate Governance 2017
Pendahuluan ....................................................................................................................................... 1
Dewan Komisaris ................................................................................................................................2
Direksi ............................................................................................................................................... 10
Komite Dewan Komisaris ................................................................................................................. 17
Penerapan Manajemen Risiko .......................................................................................................... 35
Penerapan Fungsi Kepatuhan ..........................................................................................................45
Penerapan Fungsi Audit Intern ....................................................................................................... 49
Penerapan Fungsi Audit Ekstern ..................................................................................................... 51
Rencana Strategis Bank .................................................................................................................... 52
Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait ..........................................................................................58
Penyimpangan Internal (Intern Fraud) ...........................................................................................58
Permasalahan Hukum ......................................................................................................................58
Transaksi Yang Memiliki Benturan Kepentingan ...........................................................................59
Buy Back Shares Dan/Atau Buy Back Obligasi Bank .......................................................................59
Pemberian Dana Untuk Kegiatan Sosial ......................................................................................... 60
Remunerasi ....................................................................................................................................... 61
Kesimpulan Umum Hasil Penilaian Mandiri (Self Assessment) Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bank Tahun 2017 ...........................................................................................................62
Governance process terkait dengan proses penerapan prinsip tata kelola yang baik yang
didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola sehingga menghasilkan
outcome yang sesuai dengan harapan Pemangku Kepentingan. Dengan demikian, governance
outcome mencerminkan sejauh mana penerapan governance process dan dukungan yang
memadai dari governance structure. Sebaliknya, permasalahan pada governance structure
mengakibatkan timbulnya kelemahan pada governance process yang akan berdampak pada
governance outcome.
Komitmen Bank dalam menerapkan corportate governance terlihat dari dimilikinya governance
structure dan governance process yang efektif, sehingga menghasilkan governance outcome yang
memuaskan, sesuai dengan harapan Pemangku Kepentingan. Bank menyadari bahwa melalui
pelaksaan tata kelola yang baik, Bank tidak hanya mendapatkan hasil keuangan yang baik, akan
tetapi juga mampu menghasilkan reputasi yang baik di mata Pemangku Kepentingan.
Keberlangsungan Bank dengan kepercayaan Pemangku Kepentingan, akan senantiasa
meningkatkan kontribusi Bank bagi seluruh masyarakat.
Untuk itu, Bank berkomitmen untuk senantiasa menempatkan tata kelola sebagai fondasi
utama dalam menjalankan kegiatan usahanya, serta untuk mempertahankan eksistensi dalam
menghadapi tantangan dan persaingan usaha di masa-masa mendatang, khususnya di sektor
industri perbankan. Bank senantiasa menerapkan seluruh prinsip tata kelola yaitu Transparency,
Accountability, Responsibility, Independency dan Fairness (TARIF) yang telah disepakati oleh
seluruh Dewan Komisaris, Direksi dan pegawai Bank.
Melalui penerapan tata kelola dengan mengacu pada pedoman dan standar tata kelola
perusahaan yang berlaku, baik secara nasional dan internasional, Bank memiliki cita-cita untuk
menjadi Bank terdepan kebanggaan Indonesia dan mencapai tujuan jangka panjang yang telah
ditetapkan serta senantiasa memberikan kontribusi positif bagi seluruh Pemangku Kepentingan.
Selama periode 2017, komposisi anggota Dewan Komisaris terdiri atas 5 (lima) orang yaitu
1 (satu) orang sebagai Komisaris Utama Independen, 1 (satu) orang sebagai Komisaris dan
3 (tiga) orang sebagai Komisaris Independen.
Nama Jabatan Dasar Pengangkatan Tanggal Efektif
Komisaris Utama Akta RUPS Tahunan nomor 119 tanggal
Klemi Subiyantoro 31 Maret 2015
Independen 31 Maret 2015
Komisaris Utama Akta RUPS Tahunan nomor 140 tanggal
29 Maret 2017
Independen 29 Maret 2017
Akta RUPS Tahunan nomor 119 tanggal
Muhadi Komisaris 31 Maret 2015
31 Maret 2015
Akta RUPS Tahunan nomor 119 tanggal
Rudhyanto Mooduto Komisaris Independen 31 Maret 2015
31 Maret 2015
Akta RUPS Tahunan nomor 119 tanggal
Yayat Sutaryat Komisaris Independen 31 Maret 2015
31 Maret 2015
Akta RUPS Tahunan nomor 61 tanggal 23
Suwarta Komisaris Independen 23 Maret 2016
Maret 2016
Independensi
Dewan Komisaris selalu berupaya untuk memastikan bahwa Bank telah dikelola secara
profesional, sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan Pemangku Kepentingan lainnya.
Dalam menjalankan perannya, Dewan Komisaris senantiasa menjaga obyektivitas dan
independensi. Oleh karena itu, Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan
operasional Bank, kecuali untuk hal-hal yang telah diatur dan ditetapkan dalam Anggaran Dasar
dan peraturan perundang-undangan.
Selain itu, memperhatikan komposisi Dewan Komisaris Bank per 31 Desember 2017 yang
berjumlah 5 (lima) orang, 4 (empat) orang diantaranya merupakan Komisaris Independen yang
berarti 80% anggota Dewan Komisaris Bank merupakan Komisaris Independen. Selain itu juga,
independensi Komisaris Independen diperlihatkan melalui Surat Pernyataan Independensi yang
dibuat dan ditandatangani oleh seluruh Komisaris Independen.
Rekomendasi
Pada periode Januari sampai dengan Desember 2017, Dewan Komisaris melakukan hal-hal
sebagai berikut :
1. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan Bank oleh
Direksi termasuk pengawasan terhadap:
a. Rencana Bisnis Bank 2017-2019;
b. Evaluasi pencapaian Kinerja Bulanan;
c. Ketentuan Anggaran Dasar dan Keputusan RUPS;
d. Peraturan perundang-undangan, untuk kepentingan Bank dan sesuai dengan maksud
dan tujuan bisnis Bank.
2. Melakukan tugas yang secara khusus diberikan kepadanya menurut Anggaran Dasar,
perundang-undangan, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan/atau Bank Indonesia serta
keputusan RUPS, diantaranya adalah:
Sebagai bagian dari pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris terus
mendorong pelaksanaan keputusan pengawasan dan penasehatan yang semakin efektif. Selama
2017, Dewan Komisaris telah mengeluarkan beberapa kebijakan, antara lain:
1. Surat Keputusan Dewan Komisaris nomor 01/SK/DK/2017 tanggal 20 Juni 2017 tentang
Persetujuan Atas Revisi Rencana Bisnis PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
Banten Tbk. Tahun 2017 – 2019;
2. Surat Keputusan Dewan Komisaris nomor 02/SK/DK/2017 tanggal 27 September 2017
tentang Pembagian Tugas dan Pelaksanaan Jadwal Kegiatan Dewan Komisaris serta Komite-
Komite;
3. Surat Keputusan Dewan Komisaris nomor 03/SK/DK/2017 tanggal 27 September 2017
tentang Perubahan Pembentukan Komite Tata Kelola Terintegrasi (KTT);
4. Surat Keputusan Dewan Komisaris nomor 04/SK/DK/2017 tanggal 10 November 2017
tentang Pedoman dan Tata Tertib Kerja Komite Audit (KA);
5. Surat Keputusan Dewan Komisaris nomor 05/SK/DK/2017 tanggal 28 November 2017
tentang Persetujuan atas Rencana Bisnis PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
Banten Tbk. Tahun 2018 – 2020;
6. Persetujuan pemberian kredit kepada pihak terkait;
Kepemilikan Saham
Dewan Komisaris telah mengungkapkan kepemilikan sahamnya baik pada Bank maupun pada
Bank lain dan perusahaan lain yang berkedudukan di dalam dan di luar negeri. Kepemilikan
saham Dewan Komisaris dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Lembaga
Perusahaan
Nama Jabatan bank bjb Bank lain Keuangan
Lain
Bukan Bank
Klemi Subiyantoro Komisaris Utama Independen Nihil Nihil Nihil Nihil
Muhadi Komisaris Nihil Nihil Nihil Nihil
Rudhyanto Mooduto Komisaris Independen Nihil Nihil Nihil Nihil
Yayat Sutaryat Komisaris Independen Nihil Nihil Nihil Nihil
Suwarta Komisaris Independen Nihil Nihil Nihil Nihil
Hubungan Afiliasi
Kriteria hubungan afiliasi antara anggota Direksi, Dewan Komisaris dan Pemegang Saham
Pengendali meliputi:
1. Hubungan afiliasi antara anggota Direksi dengan anggota Direksi lainnya.
2. Hubungan afiliasi antara anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris.
3. Hubungan afiliasi antara anggota Direksi dengan pemegang saham utama dan/atau
pengendali.
4. Anggota Komisaris lainnya; dan
Muhadi Komisaris √ √ √ √ √ √ √
Rudhyanto Komisaris
√ √ √ √ √ √ √
Mooduto Independen
Yayat Komisaris
√ √ √ √ √ √ √
Sutaryat Independen
Komisaris
Suwarta √ √ √ √ √ √ √
Independen
Rudhyanto
Komisaris Independen 15 15 100,0% 28 27 96,43%
Mooduto
Yayat
Komisaris Independen 15 15 100,0% 28 27 96,43%
Sutaryat
Di dalam pelaksanaan rapat Dewan Komisaris sepanjang tahun 2017, tidak terdapat pelaksanaan
rapat yang menggunakan teknologi telekonferensi.
Remunerasi
Remunerasi Dewan Komisaris ditetapkan dengan mengacu pada Surat Keputusan Direksi
nomor 277/SK/DIR-CS/2016 tanggal 30 Maret 2016 perihal Pedoman Pengelolaan Tunjangan dan
Fasilitas Bagi Anggota Dewan Komisaris dan Direksi. Pemberian remunerasi bagi anggota
Dewan Komisaris dan Direksi dihitung berdasarkan formula yang ditetapkan oleh RUPS. Setiap
anggota Komisaris dan Direksi berhak menerima sejumlah kompensasi yang diberikan secara
bulanan. Dewan Komisaris dan Direksi berhak mendapatkan tantiem berdasarkan kinerja dan
pencapaian perusahaan dengan besaran yang ditentukan dalam RUPS. Dewan Komisaris dan
Direksi juga berhak mendapatkan tunjangan pada saat mereka telah tidak lagi menjabat sebagai
Dewan Komisaris ataupun Direksi.
3 Bantuan Hukum
Bantuan Perlindungan Hukum Diberikan sesuai Plafon
Kriteria Direksi
Kriteria anggota Direksi mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor
33/POJK.04/2014 tanggal 08 Desember 2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau
Perusahaan Publik. Direksi telah dinyatakan lulus penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and
proper test) sehingga telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria anggota Direksi
berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan yaitu :
1. Direksi harus memenuhi persyaratan yang berlaku sesuai dengan perundang – undangan
serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang berlaku, telah lulus penilaian kemampuan dan
kepatutan (fit and proper test) sesuai ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (fit and proper test), serta berdomisili di
Indonesia;
2. Direksi wajib mengikuti ketentuan Undang – Undang Perseroan Terbatas, peraturan
perundang – undangan di bidang Pasar Modal dan peraturan perundang – undangan yang
terkait dengan kegiatan usaha bank;
3. Direksi adalah warga Negara Indonesia :
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Mempunyai akhlak dan moral yang baik;
c. Setia dan taat kepada Negara dan Pemerintah Republik Indonesia;
d. Tidak terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan pengkhianatan
kepada Negara Republik Indonesia;
e. Sehat jasmani dan rohani;
Independensi
Direksi senantiasa bertindak independen, dalam arti tidak mempunyai benturan kepentingan
yang dapat mengganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugas secara mandiri dan kritis,
baik dalam hubungan satu sama lain maupun hubungan terhadap Dewan Komisaris.
1. Tugas Direksi
a. Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kepengurusan Bank;
b. Direksi wajib mengelola Bank sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya
sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang – undangan yang
berlaku;
c. Direksi mengurus kekayaan Bank sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang
berlaku;
d. Direksi wajib membuat dan melaksanakan Rencana Kerja Tahunan yang harus
disampaikan kepada Dewan Komisaris paling lambat 60 (enam puluh) hari kalender
sebelum dimulainya tahun buku yang akan datang;
Kepemilikan Saham
Perseroan mewajibkan anggota Direksi untuk mengungkapkan kepemilikan sahamnya, baik
pada Bank, Bank lain, Lembaga Keuangan Bukan Bank dan perusahaan lainnya, yang
berkedudukan di dalam dan di luar negeri. Sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan, anggota
Direksi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dilarang memiliki saham melebihi 25%
dari modal disetor pada suatu perusahaan lain.
Lembaga
Perusahaan
Nama Jabatan bank bjb Bank lain Keuangan
Lain
Bukan Bank
*Berdasarkan surat Sdr Benny Santoso tertanggal 27 April 2017, dinyatakan bahwa yang bersangkutan telah mengundurkan diri
sebagai Direktur Perseroan sejak tanggal surat tersebut dan berdasarkan surat Perseroan nomor 560/DIR-CS/2017 tanggal 27 Juli
2017 perihal Pengunduran Diri Pengurus, yang ditujukan kepada OJK, telah dilaporkan pengunduran diri Benny Santoso kepada
OJK dan menindaklanjuti hal tersebut maka sesuai anggaran dasar Perseroan Pasal 15 ayat 18, maka terhitung tanggal 27 Juli
2017, pengunduran diri yang bersangkutan menjadi sah dan telah dilaporkan pada RUPS Tahunan Tahun Buku 2017 tanggal 28
Februari 2018.
Hubungan Afiliasi
Direksi tidak memiliki hubungan keuangan, hubungan kepengurusan, kepemilikan saham
dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau
Pemegang Saham Pengendali atau hubungan dengan Bank, sehingga, dapat melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya secara independen.
Hubungan afiliasi antara anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan Pemegang Saham Utama
dan/atau pengendali, yang meliputi:
1. Hubungan afiliasi antara anggota Direksi dengan anggota Direksi lainnya.
2. Hubungan afiliasi antara anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris.
3. Hubungan afiliasi antara anggota Direksi dengan Pemegang Saham Utama dan/atau
pengendali.
4. Hubungan afiliasi antara anggota Dewan Komisaris dengan anggota Dewan Komisaris
lainnya; dan
5. Hubungan afiliasi antara anggota Dewan Komisaris dengan Pemegang Saham Utama
dan/atau pengendali.
Hubungan afiliasi antara anggota Direksi, Dewan Komisaris dan Pemegang Saham Pengendali,
dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah ini:
Hubungan Keuangan Dengan Hubungan Keluarga Dengan
Dewan Direksi Pemegang Dewan Direksi Pemegang Hubungan
Nama Jabatan Komisaris Saham Komisaris Saham Kepengurusan
Pengendali Pengendali
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Direktur
Suartini √ √ √ √ √ √ √
Komersial
Direktur
Fermiyanti √ √ √ √ √ √ √
Konsumer
Remunerasi
Struktur remunerasi anggota Direksi yang mengacu pada Surat Keputusan Direksi nomor
277/SK/DIR-CS/2016 tanggal 30 Maret 2016 perihal Pedoman Pengelolaan Tunjangan dan
Fasilitas Bagi Anggota Dewan Komisaris dan Direksi sebagai berikut:
3 Bantuan Hukum
Bantuan Perlindungan Diberikan sesuai plafon
Hukum
1. Komite Audit
Komite Audit merupakan alat kelengkapan Komisaris yang berfungsi untuk melakukan
pengawasan atas efektivitas sistem pengendalian intern, internal audit dan proses
pelaporan keuangan. Fungsi utama Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris
memenuhi tugas dan tanggung jawabnya dengan menelaah laporan keuangan dan
informasi keuangan lainnya sebelum diberikan Bank kepada Pemangku Kepentingan serta
menelaah sistem pengendalian internal bank, dan efektivitas fungsi audit intern.
Dasar pembentukan Komite Audit Perseroan mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit. Komite Audit merupakan alat kelengkapan Dewan Komisaris yang berfungsi
untuk melakukan pengawasan atas efektivitas sistem pengendalian intern, Internal audit,
proses pelaporan keuangan, sehingga bank dapat dikelola berdasarkan prinsip – prinsip
transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi dan kewajaran.
Pembentukan Komite Audit Perseroan juga berpedoman pada ketentuan sebagai berikut:
a. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara nomor KEP-
117/M-PBUMN/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate
Governance Pada Badan Usaha Milik Negara;
b. Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
Banten, Tbk. Nomor 05/SK/DK/2005 tanggal 17 Mei 2005 Tentang Pembentukan
Komite Audit PT Bank Jabar.
c. Surat Keputusan Dewan Komisaris PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
Banten, Tbk. nomor 07/SK/DK/2015 tanggal 22 April 2015 tentang Pembagian Tugas
dan Pelaksanaan Jadwal Kegiatan Dewan Komisaris Serta Komite-Komite.
d. Surat Keputusan Dewan Komisaris PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
Banten, Tbk. nomor 02/SK/DK/2017 tanggal 27 September 2017 tentang Pembagian
Tugas dan Pelaksanaan Jadwal Kegiatan Dewan Komisaris Serta Komite-Komite.
Berikut disampaikan informasi mengenai keanggotaan, struktur dan keahlian Komite Audit
tahun 2017 :
Nama Jabatan Keterangan Periode Keahlian
Komisaris 23 Maret 2016 s/d tahun ke 4 Akuntansi dan Hukum
Suwarta Ketua
Independen sejak tanggal diangkat
Klemi Komisaris Utama 29 Maret 2017 s/d tahun ke 4 Akuntansi dan Hukum
Anggota
Subiyantoro Independen sejak tanggal diangkat
Pihak Ekonomi dan Manajemen
Erie Febrian Anggota 04 Mei 2017 s/d 03 Mei 2018
Independen Keuangan
Mokhamad Pihak 25 Agustus 2017 s/d 24 Agustus Ekonomi dan Manajemen
Anggota
Anwar Independen 2018 Keuangan
Muhadi 14 10 71,4%
Muhadi 12 10 83,3%
Suwarta 12 6 50%
Muhadi 9 9 100%
Seluruh rapat Komite Nominasi dan Remunerasi telah didokumentasikan dengan baik
dalam notulen rapat dengan memperhatikan jumlah kuorum kehadiran. Anggota Komite
Nominasi dan Remunerasi senantiasa diberikan kesempatan untuk mengikuti seminar
maupun program pelatihan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan terkait dengan
tugas dan tanggungjawabnya
Adapun tanggung jawab Komite Pemantau Bisnis dan Perkreditan adalah sebagai berikut:
a. Dalam melaksanakan tugas, KPBP bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris;
b. Anggota KPBP wajib merahasiakan informasi yang diperoleh sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
c. Anggota KPBP dalam melaksanakan tugasnya wajib mentaati standar etika Bank dan
dilarang mengambil keuntungan pribadi baik secara langsung maupun tidak langsung
Bank melaksanakan penerapan sistem manajemen risiko berdasarkan empat pilar sebagai
berikut:
1. Pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris
Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab atas efektivitas penerapan Manajemen
Risiko Bank. Untuk itu Direksi dan Dewan Komisaris harus memahami Risiko yang
dihadapi oleh Bank dan memberikan arahan yang jelas, melakukan pengawasan dan
mitigasi secara aktif serta mengembangkan budaya Manajemen Risiko dalam organisasi
Bank. Dalam rangka mendukung penerapan Manajemen Risiko secara efektif, Direksi dan
Dewan Komisaris secara aktif terlibat dalam Risk Management Commite (RMC) serta
penyelenggaraan Rapat Dewan Komisaris yang ditunjang pula dengan rapat komite.
Selanjutnya perlu dilakukan pengukuran Risiko yang telah diidentifikasi sesuai dengan
karakteristik dan kompleksitas kegiatan usaha Bank. Atas hasil pengukuran tersebut perlu
dilakukan pemantauan yang dilakukan oleh Risk Taking Unit (RTU) yang berkoordinasi
dengan Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) selaku pihak yang independen dalam
proses pemantauan tersebut. Selain itu, guna mendukung efektifitas penerapan Manajemen
Risiko perlu didukung oleh pengendalian risiko dan sistem informasi manajemen risiko
yang memadai.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan sistem pengendalian intern antara lain:
a. Pelaksanaan sistem pengendalian intern secara efektif dalam penerapan Manajemen
Risiko Bank mengacu pada kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. Penerapan
prinsip pemisahan fungsi (four eyes principle) harus memadai dan dilaksanakan secara
konsisten.
b. Sistem pengendalian intern dalam penerapan Manajemen Risiko paling sedikit
mencakup:
1) kesesuaian antara sistem pengendalian intern dengan jenis dan tingkat Risiko yang
melekat pada kegiatan usaha Bank;
2) penetapan wewenang dan tanggung jawab untuk pemantauan kepatuhan
kebijakan dan prosedur Manajemen Risiko serta penetapan limit Risiko;
3) penetapan jalur pelaporan dan pemisahan fungsi yang jelas dari satuan kerja
operasional (risk-taking unit) kepada satuan kerja yang melaksanakan fungsi
pengendalian;
4) struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas tugas dan tanggung jawab
masing-masing unit dan individu;
5) pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat waktu;
6) kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan Bank terhadap ketentuan dan
peraturan perundang-undangan;
7) kaji ulang yang efektif, independen, dan obyektif terhadap kebijakan, kerangka dan
prosedur operasional Bank;
8) pengujian dan kaji ulang yang memadai terhadap sistem informasi manajemen;
9) dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap cakupan, prosedur
operasional, temuan audit, serta tanggapan pengurus Bank berdasarkan hasil
audit; dan
10) verifikasi dan kaji ulang secara berkala dan berkesinambungan terhadap
penanganan kelemahan Bank yang bersifat material dan tindakan pengurus Bank
untuk memperbaiki penyimpangan yang terjadi.
c. Pelaksanaan kaji ulang terhadap penerapan Manajemen Risiko paling sedikit sebagai
berikut:
1) Kaji ulang dan evaluasi dilakukan secara berkala, paling sedikit setiap tahun oleh
SKMR dan SKAI;
2) Cakupan kaji ulang dan evaluasi dapat ditingkatkan frekuensi atau intensitasnya,
berdasarkan perkembangan eksposur Risiko Bank, perubahan pasar, metode
pengukuran, dan pengelolaan Risiko;
Terdapat 8 (delapan) jenis risiko yang harus dikelola dengan baik oleh Bank. Kedelapan jenis
risiko tersebut meliputi Risiko Kredit, Risiko Likuiditas, Risiko Pasar, Risiko Operasional, Risiko
Stratejik, Risiko Kepatuhan, Risiko Hukum dan Risiko Reputasi.
A. Risiko Kredit
Terkait proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko kredit, Bank
telah melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Bank secara berkala melakukan analisa menyeluruh atas aspek internal dan eksternal
bank melalui analisa Root Cause of Credit Risk (RCCR) yang berisi analisa penyebab
penurunan kolektibilitas debitur yang berdampak pada timbulnya Non Performing
Loan (NPL).
b. Bank melakukan perhitungan stress test Risiko Kredit yang disampaikan kepada
Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko. Disamping itu, Bank telah menyusun
B. Risiko Pasar
Adapun upaya pengelolaan Risiko Pasar yang telah dilakukan Bank adalah sebagai berikut:
a. Bank telah memiliki prosedur dan identifikasi risiko suku bunga banking book yang
didukung oleh sistem informasi yang sangat memadai dan adanya pelaporan secara
harian mengenai pergerakan nilai tukar, suku bunga, dan informasi pasar lainnya ke
Direksi termasuk over limit;
b. Terdapat proses mark to market secara harian terhadap transaksi trading bank untuk
mengetahui kerugian/keuntungan bank dan bank pun memiliki metode dalam proses
mark to market-nya termasuk prosedur contingency plan dalam proses mark to market-
nya apabila terjadi kondisi di luar normal;
c. Bank melakukan proses review atau validasi model pengukuran risiko pasar yang
dilakukan secara berkala melalui back testing dimana model pengukurannya masih
valid sesuai hasil back testing. Adapun mengenai validasi dan back testing tersebut
disusun dalam bentuk laporan VaR (Value at Risk) dan validasi model;
d. Bank memiliki prosedur pemantauan limit secara harian sebagai standarisasi
pemantauan Divisi Manajemen Risiko terhadap aktivitas dealing room treasury
termasuk tindak lanjut yang akan dilakukan oleh risk taking unit apabila terjadi
pelampauan dan dilaporkan kepada Direksi;
C. Risiko Likuiditas
Adapun upaya pengelolaan Risiko Likuiditas yang telah dilakukan Bank adalah sebagai
berikut.
a. Bank melakukan analisis terhadap seluruh sumber risiko likuiditas baik dari sisi
internal maupun eksternal seperti produk dan aktifitas perbankan yang mempengaruhi
sumber penggunaan dana secara komprehensif, kecukupan pendanaan melalui pasar,
serta analisis risiko didukung dengan sistem informasi dan kecukupan data yang
memadai;
b. Bank telah memiliki alat pengukuran yang dapat mengkuantifikasi dan
mengidentifikasi risiko likuiditas secara tepat waktu dan komprehensif berdasarkan
indikator internal dan eksternal dalam early warning indicator berupa pengukuran
untuk mengukur risiko inheren mengenai komposisi pendanaan, rasio likuiditas,
proyeksi arus kas, liquidity gap, scenario analysis dan stress testing;
c. Bank telah mengembangkan early warning indicator risiko likuiditas yang merupakan
indikator yang digunakan untuk memprediksi potensi krisis likuiditas di masa datang
sebagai bentuk identifikasi, pengukuran dan pemantauan risiko likuiditas secara harian
yang bertujuan untuk memitigasi sejak dini apabila terdapat potensi krisis likuiditas
dikemudian hari;
d. Bank melakukan pemantauan limit secara harian seperti limit GWM primer, sekunder
dan excess reserve dan (AL+NAB)/NCD terhadap treshold yang telah ditetapkan oleh
regulator termasuk tindak lanjut yang akan dilakukan oleh risk taking unit apabila
terjadi pelampauan dan dilaporkan kepada Direksi.
D. Risiko Operasional
Adapun upaya pengelolaan Risiko Operasional yang telah dilakukan Bank adalah sebagai
berikut.
a. Bank berupaya untuk melakukan penyempurnaan bussiness process terutama untuk
aktivitas perkreditan. Hal tersebut terlihat dari penerapan model bisnis dengan
E. Risiko Hukum
Bank melalui unit kerja hukum senantiasa melakukan penanganan atas kasus hukum yang
terjadi, baik yang dilakukan oleh Bank secara langsung maupun menggunakan jasa
konsultan hukum atas permintaan risk taking unit. Upaya yang dilakukan Bank dalam
mengelola Risiko Hukum yaitu:
a. Unit kerja hukum melakukan pembinaan dalam bidang hukum secara berkala melalui
proses pendampingan perkara hukum, legal session kepada risk taking unit dengan
pembahasan permasalahan-permasalahan hukum yang dihadapi pada Kantor Cabang,
serta melaksanakan review terhadap perjanjian-perjanjian kerjasama yang akan
dilaksanakan guna melindungi kepentingan Bank, namun masih dalam ruang lingkup
yang terbatas;
b. Bank melakukan identifikasi dan pengendalian Risiko Hukum terhadap produk dan
aktivitas baru melalui pengkajian terkait aspek hukum serta menyampaikan informasi
dan pelaporan yang berkaitan dengan mitigasi Risiko Hukum kepada Direksi yang
membidangi unit kerja hukum;
c. Terkait dengan pelaksanaan sistem informasi manajemen Risiko Hukum telah
dilaksanakan dengan baik salah satunya adanya laporan secara berkala terkait dengan
pemantauan dan pencatatan atas pelaksanaan pendampingan perkara hukum serta
penanganan hukum, update perkara hukum yang ditangani oleh Divisi Hukum serta
laporan setiap triwulan disajikan dalam bentuk profil Risiko Hukum.
G. Risiko Kepatuhan
Upaya pengelolaan Risko Kepatuhan yang dilakukan Bank adalah sebagai berikut:
a. Proses identifikasi, pengukuran, pengendalian serta pemantauan melalui penerapan
compliance sheet, compliance checklist dan terdapat pula pelaporan secara rutin 3 (tiga)
bulan sekali dalam bentuk profil Risiko Kepatuhan serta adanya pemantauan dan
pelaporan mengenai tingkat penyelesaian atas objek pemeriksaan oleh regulator. Selain
itu adanya ketentuan atas penyampaian Laporan Rapat Rutin yang dilaksanakan
sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan dengan materi yang sampaikan
adalah sebagai berikut:
1) Pembahasan ketentuan yang berlaku dalam lingkup masing-masing bidang kerja;
2) Pemantauan pengisian compliance checklist quality assurance dan pelaksanaan
deskripsi pekerjaan yang terkait dengan bidang tugasnya;
3) Pembahasan permasalahan-permasalahan yang timbul di setiap unit kerja masing-
masing.
b. Adanya pemantauan maupun pencatatan terkait Risiko Kepatuhan oleh Divisi
Kepatuhan walaupun masih belum menyeluruh terhadap pelanggaran ketentuan
internal. Hal tersebut masih terbatas kepada pemantauan prinsip kehati-hatian,
pelaporan Bank dan pengkajian aspek kepatuhan dan dilaporkan melalui Pelaksanaan
Tugas dan Tanggung Jawab Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko;
c. Terkait dengan pelaksanaan aktivitas usaha Bank serta produk dan aktivitas baru Bank
beserta pengembangannya, Bank melakukan review dalam hal aspek kepatuhan
terhadap ketentuan atas produk dan aktivitas baru tersebut. Selain itu, Divisi
Kepatuhan melakukan pengkajian yang mencakup review atas seluruh
kebijakan/ketentuan/kegiatan usaha yang dimiliki Bank;
d. Dalam menunjang penerapan manajemen Risiko Kepatuhan yang efektif khususnya
pada tools Risiko Kepatuhan seperti form compliance sheet dan compliance checklist
H. Risiko Reputasi
a. Identifikasi serta pengukuran Risiko Reputasi dilakukan secara berkala yaitu melalui
pemantauan terhadap keluhan nasabah baik melalui call center dan/atau frontliner;
b. Bank melakukan penatausahaan setiap adanya pemberitaan negatif dalam laporan
media monitoring yang terdiri dari judul berita, nama media massa berikut dengan
news value sehingga Bank dapat mengetahui pengaruh dari pemberitaan tersebut;
c. Bank melakukan penatausahaan setiap adanya pengaduan nasabah dalam Laporan
Pengaduan Nasabah yang disampaikan kepada Direksi secara berkala;
d. Terdapat pemantauan atas keluhan nasabah dan penyelesaian pengaduan nasabah
yang sesuai dengan ketentuan/SLA;
e. Terdapat pemantauan atas pemberitaan negatif kepada Bank melalui berbagai media
termasuk search engine optimation untuk meningkatkan citra positif bagi Bank, serta
penilaian profil risiko reputasi melalui pelaporan profil risiko secara triwulanan;
f. Bank melakukan counter terhadap adanya pemberitaan negatif terhadap Bank dengan
berupaya menyebarluaskan pemberitaan positif termasuk advertorial yang
mengedepankan kinerja perbankan serta corporate action yang telah dilakukan bank;
g. Bank dengan segera menindaklanjuti jika terdapat pemberitaan negatif yang memiliki
dampak signifikan bagi Bank baik secara materil maupun imateril dengan
berkoordinasi bersama unit kerja terkait dan Bank tetap menindaklanjuti setiap adanya
pemberitaan negatif yang tidak berdampak signifikan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
h. Bank melakukan sosialisasi kepada customer service untuk senantiasa mengedukasi
nasabah guna meminimalisir potensi Risiko Reputasi yang mungkin timbul atas
kesalahpahaman nasabah terkait penggunaan produk/jasa Bank. Selain itu terdapat
kunjungan ke setiap jaringan kantor Bank mengenai penyesuaian standardisasi layanan
industri perbankan, coaching dan pendampingan kepada Kantor Cabang serta adanya
program service dan budaya dalam rangka meningkatkan kualitas layanan bank;
i. Dalam rangka peningkatan kualitas layanan, Bank juga melakukan survei atas layanan
Bank baik secara internal maupun eksternal untuk meningkatkan kepuasan dan
loyalitas nasabah kepada Bank melalui:
1) Survey Internal:
a) Score kinerja layanan sesuai dengan standar Market Research Indonesia;
b) Monitoring internal yang dilakukan baik oleh Kantor Pusat maupun Kantor
Wilayah terhadap Kantor Cabang;
c) Adanya penilaian layanan secara self assessment oleh seluruh jaringan kantor
Bank serta selain itu terdapat mysterious shopper oleh vendor yang
bekerjasama dengan Bank dalam rangka penilaian layanan Bank secara
independen;
d) Adanya service quality assurance yang berperan melakukan evaluasi, coaching
dan monitoring layanan di Kantor Cabang untuk mendukung tercapainya
service excellence dan pencitraan bank yang baik.
Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan pada Bank berpedoman kepada Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan nomor 46/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017 tentang Pelaksanaan Pelaksanaan Fungsi
Kepatuhan Bank Umum. Bank wajib memiliki Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan
dengan peran sebagai berikut:
1. Fungsi Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan
a. Mewujudkan terlaksananya Budaya Kepatuhan pada semua tingkatan organisasi dan
kegiatan usaha Bank;
b. Mengelola Risiko Kepatuhan yang dihadapi oleh Bank;
c. Memastikan agar kebijakan, ketentuan, sistem dan prosedur serta kegiatan usaha yang
dilakukan oleh Bank telah sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan dan
ketentuan peraturan perundang – undangan, termasuk Prinsip Syariah bagi bank
umum syariah dan unit usaha syariah; dan
d. Memastikan kepatuhan Bank terhadap komitmen yang dibuat oleh Bank kepada
Otoritas Jasa Keuangan dan/atau otoritas pengawas lain yang berwenang.
2. Tugas dan tanggung jawab Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan, paling kurang
mencakup :
a. Merumuskan strategi guna mendorong terciptanya Budaya Kepatuhan Bank;
b. Mengusulkan kebijakan kepatuhan atau prinsip-prinsip kepatuhan yang akan
ditetapkan oleh Direksi;
c. Menetapkan sistem dan prosedur kepatuhan yang akan digunakan di dalam
penyusunan ketentuan dan pedoman internal Bank;
d. Memastikan bahwa seluruh kebijakan, ketentuan, sistem dan prosedur serta kegiatan
usaha yang dilakukan Bank telah sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan dan
ketentuan peraturan perundang – undangan, termasuk Prinsip Syariah bagi bank
umum syariah dan unit usaha syariah;
e. Meminimalkan Risiko Kepatuhan Bank;
f. Melakukan tindakan pencegahan agar kebijakan dan/atau keputusan yang diambil
Direksi Bank atau pimpinan kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri
tidak menyimpang dari ketentuan Otoritas Jasa Keuangan dan ketentuan peraturan
perundang – undangan; dan
g. Melakukan tugas lain yang terkait dengan Fungsi Kepatuhan
Tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas tidak menghilangkan hak dan
kewajiban Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan sebagai anggota Direksi Bank
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang mengenai Perseroan Terbatas, dalam hal diperlukan
keputusan terhadap perbuatan tertentu dari seluruh anggota Direksi Bank
Dalam menjalankan kegiatan usaha, Bank telah memenuhi ketentuan regulator yang terkait
dengan aspek kecukupan modal, pemenuhan ketentuan bidang perkreditan serta pemeliharaan
likuiditas.
Acuan
Aspek Kepatuhan Pemenuhan Bank
(Ketentuan)
Satuan Kerja Kepatuhan juga ikut memastikan kepatuhan Bank terhadap komitmen yang dibuat
kepada Otoritas Jasa Keuangan serta otoritas pengawas lain yang berwenang. Selama tahun 2017,
Bank telah berupaya untuk melakukan pemenuhan terhadap komitmen-komitmen yang telah
dibuat oleh Bank terhadap otoritas yang berwenang khususnya Otoritas Jasa Keuangan. Hal
tersebut ditunjukkan melalui pemenuhan komitmen yang telah ditindaklanjuti oleh Bank serta
telah disampaikan kepada otoritas jasa keuangan sebesar 95,49%. untuk komitmen yang masih
dalam proses pemenuhan, bank telah menyampaikan progress penyelesaian secara berkala
kepada OJK serta melaksanakan jadwal ulang terhadap pemenuhannya.
Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana dari dan Keluar Negeri (LTKL) 14.026 Laporan
Pengkajian penerapan APU-PPT terkait Aktivitas dan Produk Baru Bank 16 Kajian
Berdasarkan struktur organisasi yang berlaku dan telah disahkan oleh Direksi melalui Surat
Keputusan Direksi nomor 0177/SK/DIR-PS/2017 tanggal 1 Maret 2017 tentang Struktur
Organisasi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk., dimana Divisi Audit
Internal berada dibawah garis komando Direktur Utama dan garis koordinasi Komite Audit.
Dewan Komisaris
Pemimpin Divisi
Grup Audit Umum Grup Audit Teknologi Grup Audit Anti Grup Service Development
Grup Audit Umum & Quality Assurance
Informasi Fraud
Pemimpin Grup
Pemipin Grup Pemimpin Grup Pemimpin Grup Pemimpin Grup
Sesuai dengan Surat Keputusan Direksi nomor 728/SK/DIR-AI/2014 tanggal 10 November 2014
tentang Piagam Audit Internal (Internal Audit Charter) yang menjelaskan visi, misi, fungsi,
peran serta tanggung jawab Divisi Audit Intern dalam rangka Pelaksanaan Audit Internal Bank
yang efektif.
Pada posisi tanggal 31 Desember 2017, DAI memiliki 47 orang pegawai yang terdiri dari 1 orang
pemimpin divisi, 8 orang pemimpin grup, 4 orang manager, 5 orang senior officer, 10 orang
officer, 17 orang staff, dan 2 orang junior staff. Untuk mendukung peran Audit Internal sebagai
mitra bisnis strategis, jajaran pegawai DAI telah memiliki sertifikasi baik yang bertaraf
internasional maupun nasional. Peningkatan jumlah pemegang sertifikasi menjadi salah satu
program utama DAI di tahun 2017 dan akan terus berlanjut pada tahun 2018. Adapun sertifikasi
yang telah dimiliki oleh para auditor internal, antara lain:
Pemegang
No Nama Pelatihan Sertifikasi
Sertifikat
1 BSMR1 14
2 BSMR2 6
3 BSMR3 5
4 BSMR5 1
5 Qualified Internal Auditor (QIA) 2
6 Certified Bank Internal Auditor (CBIA) 1
7 Certified Forensic Audit (CfrA) 2
8 Akuntan 4
9 Brevet A&B 3
10 Certified Internal Auditor (CIA) 1
11 Certified Fraud Examiners (CFE) 1
12 Certified Information System Auditor (CISA) 1
13 Enterprise Risk Management Professional (ERMCP) 1
14 Cisco Certified Network Associate (CCNA) 1
15 Information Technology Infrastucture Library 1
16 Chartered Accountant (CA) 4
Metode Audit
DAI memiliki standar penyelenggaraan audit yang diatur di dalam Kebijakan dan Pedoman
Audit Internal dan ditetapkan dengan Surat Keputusan nomor 729/SK/DIR-AI/2014 tentang
Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Internal Bank (SPFAIB). Penyelenggaraan aktivitas audit
diawali dengan pembuatan rencana kerja audit tahunan (audit plan) yang disusun menggunakan
pendekatan berbasis risiko. Audit universe ditinjau berdasarkan berbagai sudut pandang, baik
unit kerja (entitas bisnis), proses bisnis, atau pun objek audit yang bersifat tematik. Pemilihan
prioritas objek audit dilakukan berdasarkan profil risikonya (risk based internal audit).
Setiap penugasan audit individual dimulai dengan analisa mendalam pada fase persiapan
(preliminary survey) sehingga pelaksanaan audit di lapangan dapat berjalan dengan tepat
sasaran. Berbagai metode telah digunakan dalam penugasan audit, yaitu teknik pengambilan
sampling, data gathering, teknik wawancara, kriteria penyusunan audit evidence dan dituangkan
secara terstandarisasi dalam kertas kerja audit. Untuk mendukung proses analisa, para auditor
dibekali dengan standar perangkat alat kerja yang memadai dan mutakhir, didukung oleh
penggunaan Computer Assisted Audit Technique (CAAT).
Ruang lingkup pemeriksaan selama tahun 2017 tidak terbatas pada audit compliance tetapi juga
meliputi penilaian kecukupan Sistem Pengendalian Intern (SPI), penilaian efektivitas SPI,
penilaian kualitas kinerja, dan penilaian performance objective. Selain melakukan pemeriksaan,
DAI menjalankan tugas untuk menyampaikan laporan pokok-pokok hasil audit dan sebagai
fasilitator untuk audit eksternal. Pada tahun 2017, DAI telah menyampaikan laporan audit
khusus dan laporan pokok-pokok hasil audit kepada Otoritas Jasa Keuangan secara semesteran
dan memfasilitasi pelaksanaan audit Otoritas Jasa Keuangan dan BPK-RI.
Fungsi pengawasan independen terhadap aspek keuangan Bank dilakukan melalui pelaksanaan
pemeriksaan oleh auditor eksternal yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP). Auditor
eksternal yang memeriksa laporan keuangan Bank tahun buku 2016 ditetapkan melalui RUPS
berdasarkan rekomendasi dari Dewan Komisaris dan Komite Audit. Proses pemilihannya
dilakukan sesuai dengan mekanisme pengadaan barang dan jasa yang berlaku di Bank. Untuk
menjamin independensi dan kualitas hasil pemeriksaan, auditor eksternal yang ditunjuk tidak
boleh memiliki benturan kepentingan dengan Bank.
Dalam penggunaan auditor eksternal, Bank mengacu pada ketentuan Peraturan Pemerintah
Nomor 20 Tahun 2015 tentang Praktik Akuntan Publik dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 13/POJK.03/2017 tentang Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik
Dalam Kegiatan Jasa Keuangan, dimana hasil review ketentuan di atas disebutkan bahwa tidak
terdapat pembatasan masa pemberian jasa audit dari Kantor Akuntan Publik namun terdapat
pembatasan masa pemberian jasa audit oleh Seorang Akuntan Publik. Bank selalu berupaya
meningkatkan komunikasi antara Kantor Akuntan Publik, Komite Audit dan Manajemen untuk
dapat meminimalisir kendala-kendala yang terjadi selama proses audit berlangsung. Agar proses
audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan serta perjanjian kerja dan ruang lingkup audit
yang telah ditetapkan dan selesai sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan, secara rutin
dilakukan pertemuan–pertemuan yang membahas beberapa permasalahan penting yang
signifikan
Penunjukan Kantor Akuntan Publik dan biaya audit dilaksanakan sesuai dengan keputusan
RUPS dan KAP yang ditetapkan serta merupakan Akuntan Publik (partner in-charge) yang
terdaftar di Bank Indonesia/Otoritas Jasa Keuangan. Audit Laporan Keuangan Bank yang
berakhir 31 Desember 2017 dilaksanakan kepada KAP Purwantono, Sungkoro & Surja dengan
biaya audit sebesar Rp. 2.350.000.000,- (dua milyar tiga seratus lima puluh juta rupiah)
(termasuk Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan Out-of-Pocket (OPE)). Adapun daftar KAP yang
telah mengaudit laporan keuangan Bank selama 5 (lima tahun) terakhir adalah sebagai berikut:
Benyanto
2013 Ernst & Young Purwantono, Suherman & Surja
Suherman
Strategi jangka pendek untuk tahun 2017 yang telah dilakukan oleh Bank adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan momentum pertumbuhan kredit berkualitas (quality growth), dengan
langkah-langkah yang ditempuh yaitu:
a. Mempertahankan dan memperluas market share kredit berpenghasilan tetap (KGB)
serta peningkatan pangsa pasar kredit pensiunan (purna bhakti) sebagai champion
product;
b. Peningkatan pertumbuhan portofolio kredit konsumer melalui review pricing dan fitur
produk yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar pada Kantor Wilayah dan Kantor
Cabang;
c. Peningkatan portofolio kredit kelolaan dengan fokus penyaluran pada perusahaan
BUMN/BUMD strategis dan badan usaha Penanaman Modal Asing atau perusahaan
yang telah go-public dan dikenal luas;
d. Optimalisasi penyaluran kredit korporasi dan komersial melalui:
1) Kredit komersial dengan review pricing baik cash loan maupun non-cash loan;
2) Kredit segmen korporasi dengan melakukan diversifikasi sektor industri
pembiayaan;
3) Penggalian potensi product holding debitur kelolaan;
4) Mengembangkan aliansi bisnis yang berbasis cross selling guna mengembangkan
potensi value chain dari nasabah;
e. Memperkuat sinergitas dengan BPR dan LKM melalui kegiatan pemasaran berbasis
komunitas, pengembangan produk dan layanan dengan memanfaatkan Teknologi
Informasi (TI);
f. Meluncurkan produk baru untuk penetrasi pasar segmen Usaha kecil & Menengah
(UKM);
g. Meningkatkan fungsi pembinaan terhadap masyarakat (debitur dan calon debitur)
dengan program PESAT (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Terpadu) sehingga
mampu menciptakan engagement dengan Bank;
h. Meningkatkan akselerasi pertumbuhan kredit KPR dan KKB melalui percepatan SLA
proses kredit, fokus pada produk dengan tujuan pembelian KPR dan KKB;
i. Memastikan kecukupan infrastruktur pendukung penyaluran kredit yang berkualitas
agar memudahkan dalam mengelola dan mengendalikan risiko.
2. Pengelolaan likuiditas dengan memprioritaskan peningkatan CASA melalui pendekatan
bisnis human to human, antara lain :
a. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
1) Peningkatan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga yang diprioritaskan untuk
meningkatkan CASA melalui peningkatan layanan serta kerjasama strategis
(aliansi strategik) baik dengan BUMN, BUMD maupun dengan institusi lainnya
(business to government);
2) Melakukan dan mengembangkan kerjasama bisnis dengan nasabah dan prospek
potensial nasabah institusi (business to business);
3) Pengembangan layanan berbasis transaksi untuk mendorong pengendapan dana.
Adapun strategi jangka panjang Bank (corporate plan) adalah sebagai berikut:
1. Strategi Utama
a. Strategi menggunakan kekuatan untuk menangkap peluang (strength and opportunities
strategy) dengan mereplikasi pola hubungan Bank dengan Pemerintah Provinsi Jawa
Barat dan Banten ke provinsi-provinsi lain.
b. Memperkuat dan mengembangkan bisnis di berbagai daerah Indonesia
2. Strategi Tambahan
a. Pengelolaan dan pemanfaatan data untuk pengembangan bisnis Bank;
b. Cross selling antar bagian untuk meningkatkan volume bisnis dengan biaya yang lebih
efisien;
c. Strategi pertumbuhan anorganik:
1) Strategi diversifikasi terkonsentrasi: merger dan/atau akuisisi terhadap lembaga
keuangan
2) Untuk pertumbuhan anorganik Bank perlu melakukan peningkatan modal dengan
cara:
a) Menerbitkan saham baru (PMT HMETD/HMETD);
b) Menerbitkan obligasi subordinasi untuk memperkuat struktur pendanaan
serta memenuhi kebutuhan likuiditas dari pasar modal;
c) Meningkatkan profitabilitas;
d) Dividend Payout Ratio.
Telah Diselesaikan - - 4 4 - -
Jumlah kasus fraud yang telah diselesaikan melalui proses internal adalah sebanyak 10
(sepuluh) kasus dengan 2 (dua) diantaranya ditindaklanjuti melalui proses hukum. Daftar
diatas merupakan kasus fraud yang berpotensi merugikan Bank lebih dari Rp 100.000.000,-
(seratus juta rupiah). Bank telah meningkatkan fungsi reward dan punishment terhadap
proses bisnis yang terjadi karena fraud, guna meningkatkan fungsi SKAI, kedisiplinan
pegawai serta kualitas proses bisnis.
PERMASALAHAN HUKUM
Jumlah
Permasalahan Hukum *)
Perdata Pidana
Telah selesai (telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap) 26 Nihil
Dalam proses penyelesaian 48 Nihil
Total 74 Nihil
Selama tahun 2017, tidak terdapat transaksi yang mengandung benturan kepentingan di dalam
kegiatan usaha bank.
Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, sepanjang tahun 2017 Bank telah
menyalurkan dana CSR (Corporate Social Responsibility) sebesar Rp. 116.889.226.922,- (Seratus
enam belas miliar delapan ratus delapan puluh sembilan juta dua ratus dua puluh enam ribu
sembilan ratus dua puluh dua) yang terserap di berbagai kegiatan meliputi kegiatan bidang
prasarana dan sarana umum yaitu sebanyak 34% atau sebesar Rp 39.3 miliar, bidang keagamaan
yaitu sebanyak 16% atau sebesar Rp 18.78 miliar, bidang kesehatan yaitu sebanyak 14% atau
sebesar Rp 16.14 miliar, bidang pendidikan yaitu sebanyak 20% atau sebesar Rp 23.46 miliar.
Adapun penyaluran dana CSR yang telah dilaksanakan, antara lain meliputi:
No Kegiatan Rincian Kegiatan Nominal (Rp)
1 Bidang Prasarana dan Pembangunan MCK 39.179.800.089
Sarana Umum Pembangunan TPU
Pembangunan Tugu Kota
Pembangunan Saung Teater
Pembangunan jalan
Pembangunan Jembatan
2 Bidang Sosial Bantuan bagi korban banjir 19.309.353.093
Kemasyarakatan Bantuan bagi korban tanah longsor dan gempa
Pembangunan asrama kejiwaan dan asrama penanggulangan
pengguna narkoba
Pemberian santunan kepada anak yatim dan kaum dhuafa
3 Bidang Keagamaan Pembangunan dan renovasi masjid 18.785.051.900
Pengadaan perlengkapan masjid
Pelaksanaan kegiatan keagamaan
4 Bidang Kesehatan Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis 16.171.274.335
Khitanan massal
Kegiatan donor darah
Program kampung bjb sehat dan bantuan keanggotaan BPJS
5 Bidang Pendidikan Pemberian beasiswa kepada pelajar kurang mampu 23.443.747.505
Kegiatan Story Telling
Remunerasi tidak dapat dipisahkan dari kebijakan dalam suatu perusahaan, karena
dilatarbelakangi oleh kesadaran serta komitmen manajemen dalam mewujudkan tata kelola
perusahaan yang baik. Bank telah menerapkan kebijakan sistem remunerasi dengan
berpedoman pada konsep Merit System Bank juga selalu memastikan telah mentaati seluruh
aturan yang berlaku yang terkait dengan sistem remunerasi sesuai dengan Surat Keputusan
Direksi nomor 148/SK/DIR-HC/2018 tanggal 1 Maret 2018 Tentang Pedoman Pengelolaan
Penghasilan dan Fasilitas Kepegawaian. Saat ini Bank sedang melakukan pengkinian terhadap
Ketentuan Remunerasi Bank dengan berpedoman pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
(POJK) nomor 45/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola Dalam Pemberian Remunerasi
Bagi Bank Umum yang penyusunannya melibatkan konsultan independen yaitu Willis Towers
Watson. Terkait dengan remunerasi, Bank senantiasa berupaya agar tidak terjadi gap
remunerasi terlalu tinggi. Rasio gaji tertinggi dan terendah selama 2017 adalah sebagai berikut:
Uraian Rasio
Jumlah Direksi, Dewan Komisaris dan Pegawai yang menerima remunerasi yang bersifat variabel
selama 1 (satu) tahun dan total nominal sebagaimana dalam tabel di bawah ini :
Jumlah Diterima dalam 1 (satu) tahun
Remunerasi yang Bersifat Variable Pegawai
Orang Juta Rp
Total 7806 419.990
Adapun jumlah pegawai yang terkena pemutusan hubungan kerja dan total nominal pesangon
yang dibayarkan sebagaimana dalam tabel di bawah ini :
Jumlah nominal pesangon yang dibayarkan per Orang dalam 1
Jumlah Pegawai
(satu) Tahun
Di atas Rp. 1 Miliar Nihil
Di atas Rp. 500 juta s.d. Rp. 1 Miliar Nihil
Rp. 500 juta ke bawah Nihil
Ket: Berdasarkan penjelasan Pasal 28 huruf o POJK 45/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola Dalam Pemberian Remunerasi
Bagi Bank Umum yang dimaksud dengan “pemutusan hubungan kerja adalah pemutusan hubungan kerja yang terjadi bukan
karena permintaan dari Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau Pegawai yang bersangkutan namun karena adanya kebijakan Bank
seperti adanya merger, konsolidasi, akuisisi atau perampingan struktur organisasi. Tidak termasuk dalam pengertian pemutusan
hubungan kerja pada ayat ini adalah pemutusan hubungan kerja yang disebabkan karena pelanggaran ketentuan atau fraud.
Kesimpulan:
Berdasarkan analisis terhadap seluruh kriteria/indikator penilaian tersebut di atas,
disimpulkan bahwa :
a. Governance Structure
Faktor-faktor positif aspek governance structure Bank adalah:
Sampai dengan Triwulan IV 2017, pengurus Bank terdiri dari 5 (lima) orang
Dewan Komisaris serta 6 (enam) orang Direksi yang memiliki integritas,
kompetensi dan reputasi keuangan yang baik. Hal tersebut dapat dilihat melalui
hasil penilaian kemampuan dan kepatutan oleh Otoritas Jasa Keuangan dimana
seluruh anggota Dewan Komisaris dan Direksi Bank telah dinyatakan lulus.
Posisi Direktur Operasional telah dipenuhi berdasarkan Surat Keputusan
Pembagian Tugas Direksi yang baru, yaitu Surat Keputusan Direksi nomor
1140/SK/DIR-CS/2017 tanggal 20 Desember 2017 Tentang Pembagian Tugas dan
Wewenang Direksi.
Posisi Direktur Mikro yang membawahi Divisi Penyelamatan & Penyelesaian
Kredit (PPK) tidak mengurangi independensi Direktur Mikro karena setiap
keputusan hapus buku sudah melalui mekanisme rapat komite yang melibatkan
unit kerja lain sebagaimana Surat Keputusan Direksi nomor 843/SK/DIR-
PPK/2015 tanggal 11 November 2015 Tentang Limit dan Kewenangan Memutus
Hapus Buku Kredit Non Klaim.
Anggota Dewan Komisaris dan Direksi Bank tidak melaksanakan rangkap
jabatan kecuali terhadap hal-hal yang telah ditetapkan dalam Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum serta ketentuan
lainnya;
Seluruh anggota Dewan Komisaris dan Direksi Bank tidak saling memiliki
hubungan keluarga sampai derajat kedua dengan sesama anggota Dewan
Komisaris dan/atau Direksi;
c. Governance Outcome
Faktor-faktor positif aspek governance outcome Bank adalah:
Dewan Komisaris beserta komite-komite dibawah Dewan Komisaris telah
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai fungsi pengawasan dengan
baik. Hal ini dapat terlihat dengan adanya pengawasan atas pencapaian
target/realisasi Rencana Bisnis Bank;
Komite-komite yang berada dibawah Dewan Komisaris telah memberikan
analisa dan rekomendasi kepada Dewan Komisaris. Analisa dan Rekomendasi
tersebut menjadi pertimbangan Dewan Komisaris dalam rangka melaksanakan
fungsi pengawasan terhadap Direksi;
Direksi telah mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada
pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan seluruh
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi untuk tahun buku 2016 telah
diterima oleh para pemegang saham;
Bank telah menyampaikan laporan pokok pelaksanaan tugas Direktur yang
membawahkan Fungsi Kepatuhan kepada Otoritas Jasa Keuangan secara berkala
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
Satuan Kerja Audit Internal melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan RKAT
tahun 2017 dan pemantauan hasil audit dilakukan secara berkesinambungan dan
penyelesaian komitmen tindaklanjut per Desember 2017 sebesar 100%;