Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN MATERI

PENGANTAR HUKUM INDONESIA


Oleh. Prof. Dr. Syahruddin Nawi SH.,MH.
 Pengertian PHI atau Pengantar Hukum Indonesia terdiri dari tiga kata
“Penghantar”, “Hukum”, dan “Indonesia”. Pengantar berarti menantarkan pada tujuan
tertentu. yang Pengantar dalam bahas Belanda
disebut inleiding dan introduction (bahasa inggris) yang berarti memperkenalkan
secara umum atau secara garis besar yang tidak mendalam atas sesuatu hal
tertentu. Pada istilah Pengantar Hukum Indonesia yang diperkenalkan secara umum
atau secara garis besar adalah hukum Indonesia.
 Istilah “Hukum Indonesia” yang dimaksud adalah hukum yang berlaku di Negara
Indonesia pada waktu sekarang. Hukum yang berlaku pada waktu sekarang disuatu
tempat atau wilayah disebut “Hukum Positif”, artinya hukum yang (dipositifkan)
berlaku untuk masyarakat tertentu dan dalam waktu tertentu. Hukum positif juga
disebut ius constitutum, artinya hukum yang sudah ditetapkan untuk diberlakukan
saat ini pada suatu tempat atau Negara tertentu.
 Hukum positif (hukum yang ditetapkan) yaitu hukum yang berlaku saat ini disuatu
tempat baik hukum itu berasal dari hukum yang lama yang masih ditetapkan berlaku
maupun hukum yang baru yang juga ditetapkan berlaku.
 Menurut Soediman Kartohadiprodjo, yang dimaksud dengan “Tata Hukum di
Indonesia” itu ialah “Hukum yang sekarang berlaku di Indonesia”, berlaku berarti
yang memberi akibat hukum kepada peristiwa-peristiwa dalam pergaulan hidup;
sekarang menunjukkan kepada pergaulan hidup pada saat ini, dan tidak pada
pergaulan hidup yang telah lampau, pula tidak pada pergaulan hidup masa yang kita
cita-citakan di kemudian hari; di Indonesia menunjukkan kepada pergaulan hidup
yang terdapat di Republik Indonesia dan tidak di Negara lain. Selanjutnya beliau
menyatakan bahwa hukum positif disebut juga ius constitutum sebagai lawan
dari ius constituendum, yakni kaidah hukum yang dicita-citakan.
 Hukum positif atau stellingsrecht merupakan suatu kaidah yang berlaku
sebenarnya, merumuskan suatu hubungan yang pantas antara fakta hukum dengan
akibat hukum yang merupakan abstraksi dari keputusan-keputusan.
 Ius constitutum adalah hukum positif suatu Negara , yaitu hukum yang berlaku
dalam suatu Negara pada suatu saat tertentu.
 Unsur-unsur lain dari hukum positif, yaitu:
a. Hukum Positif “mengikat secara umum atau khusus”.
Mengikat secara umum adalah aturan hukurn yang berlaku umum yaitu peraturan
perundang-undangan (UUD, UU, PP, Peraturan Daerah), hukurn adat, hukum
yurisprudensi, dan hukum agama yang dijadikan atau diakui sebagai hukum positif
seperti hukurn perkawinan agama (UU No. l Tahun 1974). Khusus bagi yang beragama
Islam ditambah dengan hukum waris, wakaf, dan beberapa bidang hukum lainnya (UU
No. 7 Tahun 1989), Mengikat secara khusus, adalah hukurn yang mengikat subyek
tertentu atau obyek tertentu saja yaitu yang secara keilmuan (Ilmu Hukum Administrasi
Negara) dinamakan beschikkivg.
b. Hukum positif “ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan“.
Manusia hidup dan diatur, serta tunduk pada berbagai aturan. Selain aturan umum atau
khusus yang telah disebutkan diatas, manusia juga diatur dan tunduk pada aturan adat-
istiadat (hukum kebiasaan), hukum agama (sepanjang belum menjadi hukum positif),
hukum moral. Hukum kebiasaan, hukum agama, hukum moral mempunyai daya ikat
yang kuat bagi seseorang atau suatu kelompok tertentu. Jadi merupakan hukum bagi
mereka, tetapi tidak merupakan (bukan) hukum positif. Ketaatan terhadap hukum
kebiasaan, hukum agama, atau hukum moral tergantung pada sikap orang perorangan
dan sikap kelompok masyarakat yang bersangkutan. Negara, dalam hal ini pemerintah
dan pengadilan tidak mempunyai kewajiban hukum untuk mempertahankan atau
menegakkan hukum tersebut. Tetapi tidak berarti hukum kebiasaan, hukum agama,
atau hukum moral tidak berpehtang mempunyai kekuatan sebagai hukum positif.
c. Hukum positif “berlaku dan ditegakkan di Indonesia“. Unsur ini dimaksudkan
untuk menunjukkan bahwa, hukum positif adalah suatu aturan hukum yang bersifat
nasional, bahkan mungkin lokal. Selain hukum positif Indonesia, akan didapati hukum
positif Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, clan lain-lain negara atau suatu
masyarakat hukum tertentu. Apakah mungkin ada hukum positif yang bersifat supra
nasional, misalnya.dalam lingkungan ASEAN, UNI EROPA, dan lain-lain. Sangat
mungkin, asal dipenuhi syarat ada badan pada tingkat supra nasional yang
bersangkutan yang menegakkan aturan hukum tersebut apabila ada pelanggaran.
 Hukum positif yang mengatur kehidupan masyarakat Indonesia adalah hukum yang
berlaku di Indonesia pada waktu ini. Hukum positif (Indonesia) adalah keseluruhan
asas dan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan manusia dalam masyarakakat.
 Hukum positif adalah terjemahan dari ius positum dari bahasa Latin, yang secara
harafiah berarti “hukum yang ditetapkan” (Gesteldrecht). Jadi, hukum positif adalah
hukum yang ditetapkan oleh manusia, karena itu dalam ungkapan kuno
disebut stellig recht.
 Dari pendapat para ahli hukum tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan
mengenai pengertian atau definisi hukum positif. Pertama, hukum positif (ius
positum) itu ditetapkan oleh manusia atau oleh penguasa (pembuat hukum) yang
berwenang untuk masyarakat tertentu dalam wilayah tertentu. Kedua, hukum positif
(ius positum) identik atau sama dengan ius constitutum, artinya hukum yang telah
dipilih atau ditentukan atau ditetapkan berlakunya untuk mengatur kehidupan
ditempat tertentu pada waktu sekarang. Jika hukum itu masih dicita-citakan (ide) dan
akan berlaku untuk waktu yang akan datang, disebut ius constituendum kebalikan
dari ius constitutum atau ius positum.
 Ius constitutum atau ius positun, selain berbeda dengan ius constituendum juga
berbeda dengan konsep hukum menurut “hukum alam” atau “hukum kodrat” (ius
natural atau natural law) yang bersifat universal karena berlakunya tidak terbatas
oleh waktu dan tempat.
 Ius positum atau ius constitutum atau disebut juga ius operatum, artinya hukum
yang telah ditetapkan atau dipositifkan (positum) atau dipilih atau ditentukan
(contitutum) berlakunya sekarang (operatum) dalam masyarakat atau wilayah
tertentu. Ius operatum mengandung arti bahwa hukum atau peraturan perundang-
undangan telah berlaku dan dilaksanakan di masyarakat.
 Ius constituendum dapat menjadi ius constitutum atau ius positum atau ius
operatum apabila sudah ditetapkan berlaku oleh penguasa yang berwenang, dan
pemberlakuannya memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh hukum
positif lainnya yang mengatur pemberlakuan suatu hukum (undang-undang),
misalnya perundang-undangan harus telah disahkan oleh lembaga pembuat undang-
undang dan diundangkan oleh lembaga yang berwenang.
 Ius positum (hukum positif) atau ius constitutum atau ius operatum adalah
hukum yang berlaku pada waktu sekarang di wilayah tertentu, untuk masyarakat
tertentu.
 Secara etimologis, istilah “hukum” (Indonesia) disebut law (Inggris) dan recht
(Belanda dan Jerman) atau droit(Prancis). Istilah recht berasal dari bahasa
latin rectum berarti tuntunan atau bimbingan, perintah atau pemerintahan.
Rectum dalam bahasa romawi adalah rex yang berarti raja atau perintah raja.
Istilah-istilah tersebut (recht, rectum, rex) dalam bahasa inggris menjadi right (hak
atau adil) juga berarti “hukum”.
 Istilah hukum dalam bahasa latin juga disebut ius dari kata iubere, artinya mengatur
atau memerintah atau hukum. Perkataan mengatur dan memerintah bersumber pada
kekuasaan Negara atau pemerintah. Istilah ius(hukum) sangat erat dengan tujuan
hukum, yaitu keadilan atau iustitia. Iustitia atau justitia adalah dewi “keadilan”
bangsa Yunani dan Romawi kuno. Iuris atau juris (Belanda) berarti “hukum” atau
kewenangan (hak), dan jurist(Inggris dan Belanda) adalah ahli hukum atau hakim.
Istilah jurisprudence (Inggris) berasal dari kata iuris merupakan bentuk jamak dari
ius yang berarti “hukum” yang dibuat oleh masyarakat atau sebagai hukum
kebiasaan, atau berarti “hak”, dan “prudensi” berarti melihat ke depan atau
mempunyai keahlian. Dengan demikian. Jurisprudence mempunyai arti ilmu
pengetahuan hukum, ilmu hukum, atau ilmu yang mempelajari hukum.
 Beberapa definisi hukum menurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :
1. Hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa yang diadakan untuk
melindungi kepentingan orang dalam masyarakat.
2. Paul Scholten dalam bukunya Algemeen Deel menyatakan, bahwa hukum itu
suatu petunjuk tentang apa yang layak dikerjakan apa yang tidak, jadi hukum itu
bersifat suatu perintah.
 Dapat disimpulkan, bahwa hukum adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum
yang mengatur hubungan antara manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dan
barangsiapa yang melanggar norma hukum dapat dijatuhi sanksi atau dituntut oleh
pihak yang berwenang atau oleh pihak yang hak-haknya dirugikan.
 Tujuan mempelajari hukum (positif) Indonesia ialah ingin mengetahui :
1. Macam-macam hukum (bentuk,isi) yang berlaku di Indonesia;
2. Perbuatan-perbuatan apa yang dilarang dan yang diharuskan serta yang
diperbolehkan menurut hukum Indonesia;
3. Kedudukan, hak dan kewajiban setiap orang dalam masyarakat dan Negara
menurut hukum Indonesia;
4. Macam-macam lembaga atau institusi pembentuk atau pembuat dan pelaksana
atau penegak hukum menurut hukum Indonesia;
5. Prosedur hukum (acara peradilan dan birokrasi hukum/pemerintahan) apabila
menghadapi masalah hukum dengan setiap orang dan para pelaksana hukum
Indonesia. Dalam hal ini yang ingin diketahui adalah bilamana terjadi sangketa
hukum atau penyelesaian sengketa hukum di pengadilan maupun di luar
pengadilan menurut hukum positi Indonesia.
 Persamaan PIH dengan PHI :
1. PHI dan PIH sama-sama merupakan mata kuliah prasyarat dan pengantar atau
sebagai mata kuliah dasar (basis leervakken) bagi mata kuliah atau studi lanjut
tentang “Hukum” (cabang-cabang hukum positif). Oleh karena
itu, PIH dan PHI bukan mata kuliah jurusan atau pilihan.
2. PIH dan PHI merupakan ilmu dasar bagi siapa saja yang ingin mempelajari ilmu
hukum secara luas.
3. Objek studi PIH dan PHI adalah “hukum”. PIH dan PHI memperkenalkan
konsep-konsep dasar, pengertian-pengertian hukum, dan generalisasi-
generalisasi tentang hukum dan teori hukum positif (dogmatik hukum)yang
secara umum dapat diaplikasikan.
4. PIH dan PHI memperkenalkan hukum sebagai suatu kerangka yang menyeluruh,
yang dapat dilihat dari sudut pandang tertentu, sehingga orang dapat
memperoleh suatu overzicht atau suatu pemahaman yang umum dan lengkap
tentang hukum. PIH dan PHI menyajikan satu ringkasan yang komprehensif dari
konsep atau teori hukum dalam keseluruhan.
 Perbedaan PIH dengan PHI
1. PHI atau Inleiding tot het positiefrecht van Indonesie (bahasa Belanda)
atau Introduction Indonesian of Law atau Introduction Indonesian Positive
Law (bahasa Inggris) mempelajari hukum positif yang berlaku secara khusus di
Indonesia. Artinya PHI menguraikan secara analisis dan deskriptif mengenai
tatanan hukum dan aturan-aturan hukum, lembaga-lembaga hukum di Indonesia
yang meliputi latar belakang sejarahnya, positif berlakunya, apakah sesuai
dengan asas-asas hukum dan teori-teori hukum positif (dogmatik hukum).
2. PIH atau Inleiding tot de Rechtswetenschap (bahasa Belanda) atau
Introduction of Jurisprudence atau Introduction science of Law (bahasa
Inggris) merupakan pengantar guna memperkenalkan dasar-dasar ajaran
hukum umum (algemeine rechtslehre).
3. PIH mempelajari ilmu hukum secara umum dengan memperkenalkan
pengertian-pengertian dan konsep-konsep dasar tentang hukum pada umumnya
yang tidak hanya berlaku di Indonesia saja tetapi yang berlaku pada masyarakat
hukum lainnya.
4. PIH mempelajari dan memperkenalkan pengertian-pengertian dan konsep-
konsep dasar serta teori-teori hukum secara umum, termasuk mengenai sejarah
terbentuknya lembaga-lembaga hukum maupun pengantar falsafahnya dalam
arti kerohanian kemasyarakatan.
Kesimpulannya PIH membahas atau mempelajari dasar-dasar hukum secara umum
atau yang berlaku secara universal, misalnya mengenai pengertian-pengertian, konsep-
konsep dasar dan teori-teori hukum, serta sejarah terbentuknya hukum dan lembaga-
lembaga hukum dari sudut pandang falsafah kemasyarakatan.
Sedangkan PHI mempelajari konsep-konsep, pengertian-pengertian dasar dan sejarah
terbentuknya hukum dan lembaga-lembaga hukum, aturan-aturan hukum serta teori
hukum positif Indonesia.
 Freemasonry adalah sebuah organisasi persaudaraan yang asal-usulnya tidak jelas
antara akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-17. Freemasonry kini ada dalam
beragam bentuk di seluruh dunia dengan jumlah anggota diperkirakan sekitar 6 juta
orang, termasuk 150000 orang di bawah yurisdiksi Loji Besar Skotlandia dan Loji
Besar Irlandia, lebih dari seperempat juga orang di bawah yurisdiksi Loji Besar
Bersatu Inggris dan kurang dari dua juta orang di Amerika Serikat.
Organisasi Freemasonry tidak memunyai pusat dan setiap negara memunyai
organisasi yang berdiri sendiri. Sekalipun demikian setiap organisasi
Freemasonry di mana pun akan memunyai nomor pendirian dan berhubungan satu
dengan lainnya. Freemasonry merupakan organisasi yang tertutup dan ketat dalam
penerimaan anggota barunya. Organisasi ini bukan merupakan organisasi agama
dan tidak berdasarkan pada teologi apapun. Tujuan utamanya adalah membangun
persaudaraan dan pengertian bersama akan kebebasan berpikir dengan standar
moral yang tinggi.
 Monoteisme Kultural yaitu berketuhanan yang satu.
 Lex Posterior yaitu hukum baru, derogate lex prior yaitu sebelumnya. Lex
posterior derogat legi priori adalah asas penafsiran hukum yang menyatakan
bahwa hukum yang terbaru (posterior) mengesampingkan hukum yang lama (prior).
Asas ini biasanya digunakan baik dalam hukum nasional maupun internasional.
 Rechtsvacuum yaitu kekosongan hukum. “kekosongan hukum” dapat diartikan
sebagai “suatu keadaan kosong atau ketiadaan peraturan perundang-undangan
(hukum) yang mengatur tata tertib (tertentu) dalam masyarakat”, sehingga
kekosongan hukum dalam Hukum Positif lebih tepat dikatakan sebagai “kekosongan
undang-undang/peraturan perundang-undangan”
 Het Recht Hink Achter De Feiten Aan pengertian secara istilah motto hukum
Belanda ini yaitu hukum / undang-undang berjalan dibelakang kejadian/peristiwa
yang muncul di masyaarakat. Undang-undang senantiasa terseok-seok / tertatih-tatih
berupaya mengejar peristiwa / fakta yang seyogianya diaturnya.
 Teori Stufenbau adalah teori mengenai sistem hukum oleh Hans Kelsen yang
menyatakan bahwa sistem hukum merupakan sistem anak tangga dengan kaidah
berjenjang dimana norma hukum yang paling rendah harus berpegangan pada
norma hukum yang lebih tinggi, dan kaidah hukum yang tertinggi (seperti konstitusi)
harus berpegangan pada norma hukum yang paling mendasar (grundnorm).
Menurut Kelsen norma hukum yang paling dasar (grundnorm) bentuknya tidak kongkrit
(abstrak). Contoh norma hukum paling dasar abstrak adalah Pancasila
 Lex Specialist derogat lex generalis adalah asas penafsiran hukum yang
menyatakan bahwa hukum yang bersifat khusus (lex specialis) mengesampingkan
hukum yang bersifat umum (lex generalis). Contohnya, dalam pasal 18 UUD 1945,
gubernur, bupati, dan wali kota harus dipilih secara demokratis. Aturan ini bersifat
umum (lex generalis). Pasal yang sama juga menghormati pemerintahan daerah
yang bersifat khusus (lex specialis), sehingga keistimewaan daerah yang
gubernurnya tidak dipilih secara demokratis seperti Daerah Istimewa Yogyakarta
tetap dipertahankan
 Di Inggris, Yurisprudensi, jurist artinya ahli hukum. Prudence artinya kebijakan,
ketetapan, kehati-hatian.
 Terjadinya Yurisprudensi. Terjadi Rechtsvacuum – dibutuhkan keputusan –
melakukan perundingan – putusan yang adil – dicontoh hakim lain dalam kasus yang
serupa.
 Paul Scholten berpendapat hukum ada didalam Undang-Undang tapi masih harus
diketemukan (ditafsirkan adil atau tidak).
 Politik Hukum Nasional. Politik hukum merupakan policy atau kebijakan Negara
dibidang hukum yang sedang dan akan berlaku dalam suatu Negara. Dengan
adanya politik hukum, Negara dapat menentukan jenis-jenis atau macam-macam
hukum, bentuk hukum, materi, dan/atau sumber hukum yang diberlakukan dalam
suatu Negara pada saat ini dan yang akan datang. Selain itu, dapat diketahuinya
lembaga-lembaga pembuat atau pembentuk hukum (rechtvorming), lembaga
pelaksana dan penegak hukum, lembaga penemu atau penggali dan penafsir hukum
(rechtsvinding) dalam suatu Negara.
 Apabila dihubungkan dengan pengertian “politik hukum” dan “nasional”, maka politik
hukum nasional merupakan policy atau kebijakan dasar penyelenggara Negara
dalam bidang hukum nasional, baik yang sedang berlaku (ius constitutum) maupun
yang akan berlaku (ius constituendum) guna pencapaian tujuan bangsa dan Negara
yang diamanatkan oleh UUD 945.
 Politik Hukum Nasional seyogianya memuat:
1. Pembentukan dan mengkodifikasi hukum nasional yang berwatak nasional untuk
mengganti hukum warisan kolonal;
2. Penataan hukum nasional yang menyeluruh, terpadu, serta mengakui
keberadaan hukum agama dan adat masing-masing;
3. Menciptakan hukum yang responsive yang berkeadilan dan berkepastian
hukum;
4. Menciptakan proses peradilan yang cepat, tepat, mudah (sederhana), murah,
terbuka, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN);
5. Mengembangkan dan meenciptakan kesadaran hukum masyarakat yang
demokratis dan menghormati serta menjunjung tinggi hak asasi manusia;
6. Menciptakan hukum yang mampu meningkatkan kesejahteran atau kemakmuran
untuk rakyat;
7. Meningkatkan profesionalisme pembentuk atau pembuat dan
pelaksana/penegak hukum.
 Idealnya politik hukum nasional (hukum nasional) harus ditekankan pada pencapaian
tujuan atau mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang adil dan makmur
sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan UU 1945 yakni :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
2. Memajukan kesejahteraan umum;
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yan berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
 politik hukum nasional bertujuan meletakkan dasar-dasar Negara Indonesia
sebagai Negara hukum (rechtsstaat) yang demokratis dan berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Hukum merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub sistem hukum yang saling
berkaitan satu sama lainnya dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan hukum,
yakni keadilan (gerechtigkeit), kemanfaatan (zweckmassigkeit), dan kepastian
hukum (rechtssicherheit).
 Berdasarkan kriterianya hukum dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Menurut sumbernya, hukum dibedakan sebagai berikut :
a. Sumber hukum formal, terdiri dari :
1) Hukum undang-undang;
2) Hukum kebiasaan/hukum adat;
3) Hukum traktat (perjanjian);
4) Hukum yurisprudensi;
5) Doktrin hukum (pendapat atau ajaran ahli hukum).
b. Sumber hukum material terdiri dari :
1) Filosofis (menurut filosofi),
2) Sosiologis (hukum yang disesuaikan dengan fakta sosial), dan
3) Historis (dengan mempertimbangkan sejarah).
2. Menurut bentuknya, hukum ini terdiri dari :
a. Hukum tertulis, hukum ini terdiri dari:
1) Hukum tertulis yang dikodifikasikan, misalnya Hukum pidana dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Hukum Perdata dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (WvK).
2) Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan, misalnya Undang-Undang:
Merek, Hak Cipta, Hak Paten, Kepailitan, Arbitrase, Perseroan Terbatas,
Yayasan, Koperasi, Notaris, dan sebagainya.
Kodifikasi adalah membukukan hukum sejenis, secara lengkap,
sistematis menjadi satu dalam satu kitab undang-undang. Berbeda
dengan unifikasi, adalah penyatuan hukum yang berlaku secara
nasional.
b. Hukum tidak tertulis (Hukum Kebiasaan dan Hukum Adat), yaitu hukum
yang tumbuh dan berkembang dari keyakinan dan kesadaran hukum
masyarakat, tetapi tidak tertulis, dan masyarakat menaatinya seperti
halnya menaati undang-undang (hukum tertulis).
3. Menurut tempat berlakunya, hukum dibedakan sebagai berikut.
a. Hukum nasional, yaitu hukun yang berlaku dalam suatu Negara.
b. Hukum internasionl, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antara
Negara dan/atau antara organisasi/lembaga internasional).
c. Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku di Negara lain atau Negara asing.
d. Hukum gereja (Kanonik), yaitu hukum yang ditetapkan oleh gereja (katolik
Roma) berlaku untuk anggotanya.
e. Hukum Islam, yaitu hukum yang berlaku untuk orang-orang yang beragama
Islam.
4. Menurut waktu berlakunya hukum dibagi dalam:
1. Ius Constitutum (ius positum/ius operatum), yaitu hukum yang
berlaku pada waktu sekarang dalam suatu masyarakat di wilayah
tertentu;
2. Ius constituendum, yaitu hukum yang diterapkan berlaku untuk
waktu yang akan datang atau hukum yang dicita-citakan;
3. Hukum asasi (kodrat), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dan
kapan aja tidak terbatas oleh ruang waktu dan tempat. Hukum
asasi ini berlaku untuk semua bangsa dan bersifat abadi.
5. Menurut fungsinya atau cara mempertahankannya, dibedakan sebagai berikut.
1. Hukum material (materiel recht atau substantive law), yaitu
keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur
hubungan hukum antar subjek hukum yang satu dengan subjek
hukum yang lain yang mengutamakan kepentingan tertentu.
2. Hukum formal atau (formeelrecht/procesrecht/ajective law) atau
hukum acara, yaitu keseluruhan peraturan atau norma hukum yang
mengatur cara melaksanakan dan mempertahankan hukum
material, misalnya Hukum Acara Pidana.
3. Menurut sifatnya, hukum dibedakan sebagai berikut.
4. Hukum yang memaksa atau hukum imperaktif (dwingendrecht),
yaitu peraturan atau norma hukum yang dalam keadaan konkret
tidak dapat dikesampingkan oleh para pihak yang bersengketa atau
harus ditaati secara mutlak.
5. Hukum pelengkap atau hukum yang bersifat mengatur (hukum
fakultatif), yaitu peraturan atau norma hukum yang dalam keadaan
konkret dapat dikesampingkan oleh para pihak yang mengadakan
perjanjian, seperti tentang bentuk perjanjian boleh tertulis dan
boleh tidak tertulis, boleh dilakukan atau dibuat dihadapan notaris
atau di bawah tangan.
6. Menurut isinya, hukum dibedakan sebagai berikut :
a. Hukum publik (public law/recht), yaitu keseluruhan peraturan atau
norma hukum yang mengatur hubungan hukum antara Negara dengan
orang dan atau badan yang mengutamakan kepentingan umum,
seperti Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara/Hukum
Administrasi Negara/Hukum Tata Pemerintahan, Hukum Pidana,
Hukum Internasional (Publik) dan Hukum Acara (Pidana, Tata Usaha
Negara, dan Mahkamah Konstitusi).
b. Hukum privat atau hukum sipil (private law/privaatrecht), yaitu
keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur hubungan
hukum antara perseorangan dan/atau badan pribadi yang
mengutamakan kepentingan pribadi, atau keseluruhan peraturan
hukum yang mengatur hubungan hukum antara perseorangan yang
satu dengan perseorangan yang lain untuk kepentingan pribadi,
seperti Hukum Dagang dalam (WvK).
 Sumber-sumber Hukum, sumber hukum ialah “asal mulanya hukum” segala seuatu
yang dapat menimbulkan aturan-aturan hukum sehingga mempunyai kekuatan
mengikat. Yang dimaksud “segala sesuatu” tersebut adalah factor-faktor yang
mempengaruhi terhadap timbulnya hukum, dari mana hukum ditemukan atau dari
mana berasalnya norma hukum.
 Sumber hukum material adalah faktor-faktor yang menentukan kaidah hukum,
tempat dari mana berasalnya isi hukum, atau faktor-faktor yang menentukan isi
hukum yang berlaku.
 Faktor-faktor yang menentukan isi hukum dapat dikelompokkan atas “faktor ideal
(filosofis), faktor sejarah (historis) dan faktor kemasyarakatan (Sosiologis)”.
 Sumber Hukum Formal ialah tempat dari mana dapat ditemukan atau diperoleh
aturan-aturan hukum yang berlaku yang mempunyai kekuatan mengikat masyarakat
dan pemerintah sehingga ditaati.
 Sumber hukum formal (van Apeldoorn) adalah dari mana timbulnya hukum yang
berlaku (yang mengikat hakim dan penduduk). Sumber hukum formal adalah yang
menjadi determinan formal membentuk hukum (formele detrminanten van de
rechtsvorming), menentukan berlakunya hukum.
 Bentuk sumber-sumber hukum formal ialah
1. Undang-Undang. Undang-undang dalam arti material (wet in materiele zin)
adalah “setiap keputusan atau peraturan yang dibuat oleh pemerintah atau
penguasa yang berwenang yang isinya mengikat secara umum” atau setiap
“keeputusan atau ketetapan pemerintah atau penguasa yang berwenang yang
memuat ketentuan-ketentuan umum” atau “peraturan-peraturan umum yang
dibuat oleh penguasa yang berwenang”.
Undang-undang dalam arti “formal” (wet in formale zin) ialah “setiap keputusan
pemerintah atau penguasa yang berwenang yang karena prosedur terjadinya atau
pembentukannya dan bentuknya dinamkan “undang-undang”.
1. Kebiasaan ialah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang tetap, dilakukan
berulang-ulang dalam rangkaian perbuatan yang sama dan dalam waktu yang
lama.
2. Yurisprudensi, berasal dari kata jurisprudential (bahasa latin) yang berarti
“pengetahuan hukum” (rechtsgeleerdheid), dalam bahasa inggris jurisprudence
artinya ilmu hukum atau ajaran hukum umum atau teori hukum umum
(algemene rechtsleer atau general theory of law).
3. Traktat atau treaty atau perjanjian internasional dipergunakan sebgai sumber
hukum dalam arti formal, karena itu harus memenuhi persyaratan tertentu untuk
dapat dinamakan perjanjian internasional.
4. Doktrin Hukum, doktrin atau ajaran-ajaran atau pendapat para ahli
hukum/sarjana hukum terkemuka dan berpengaruh, besar pengaruhnya
terhadap hakim dalam mengambil putusan.
 Konflik Antarumber Hukum, konflik dapat terjadi antara sumber hukum formal,
misalnya sebagai berikut.
a) Lex specialis derogate lex generalis, yaitu apabila terjadi konflik antar undang-
undang yang bersifat khusus dengan undang-undang yang bersifat umum, maka
undang-undang yang bersifat umum harus dikesampingkan.
b) Lex superiori derogate lex inferiori, yaitu apabila ada dua undang-undang yang
tidak sederajat tingkatannya mengatur objek yang sama dan saling bertentangan, maka
undang-undang yang lebih tinggi tingkatannya mengesampingkan undang-undang yang
tingkatannya dibawahnya.
c) Lex posteriori derogate lex priori, yaitu undang-undang atau peraturan yang
berlaku belakangan (baru) mengesampingkan undang-undang atau peraturan terdahulu
(lama).
 Konflik antara undang-undang dengan kebiasaan, apabila terjadi konflik antara
undang-undang dengan kebiasaan maka pada prinsipnya undang-undang yang
harus diberlakukan atau dipergunakan, terutama undang-undang yang bersifat
memaksa.
 Konflik antara undang-undang dengan putusan pengadilan, apabila terjadi
konflik antara undang-undang dengan putusan pengadilan dapat diselesaikan
dengan asas res judicata pro veritate habetur, artinya “putusan hakim
(pengadilan) adalah benar”.

---ooo000ooo---

Anda mungkin juga menyukai