Anda di halaman 1dari 39

PERCOBAAN X

ELECTRICAL CONCOLE

(PC 10)

TUJUAN UMUM

- Mempelajari loop pengendalian proses


- Mengetahui dan mampu membedakan pengendalian kontinyu dan tidak
kontinyu
- Mampu melakukan simulasi pengendalian on/off dan memvariasikan variable proses
- Mampu melakukan simulasi pengendali PID dan mevariasikan komponen
proporsional, integrak, dan derivatif

PENDAHULUAN

Perancangan dan pengoperasian yang sukses dari sebuah pabrik memerlukan


pemilihan instrumentasi dan peralatan kontrol yang optimum dan keahlian menginstal,
memonitor, dan memelihara peralatan terasebut. Teknisi dan ahli teknik memerlukan
training dalam bidang instrumen dan kontrol, terutama dengan semakin majunya
teknologi pengendalian dan elektronika saaat ini.

PCT 10 (Electrical Console) merupakan peralatan pengendalian yang


dirancang oleh AMPFIELD, sebuah perusahaan di Inggris yang memberikan
kemudahan pendekatan praktek pengendalian dan pemahaman teknologi pengendalian
proses mulai dari pengendalian sederhana hingga ke tingkat yang lebih komplek.

PCT 10 dapat dipergunakan sendiri sebagai suatu alat untuk mempelajari


konsep – konsep dasar pengendalian dan juga dapat dihubungkan dengan peralatan
aksesoris untuk penerapan pengaturan dan pengendalian variabel – variabel proses,
seperti tekanan (PCT-14) dan temperatur (PCT-13). PCT 10 menyediakan suplai
listrik untuk pompa, katup motor selenoid dan alat lain yang dapat dihubungkan
dengan peralatan ini.

Bagian Utama dari PCT 10 adalah :


1. Proses Kontroler
Proses kontroler adalah bagian dari PCT 10 yang berfungsi sebagai pengendali proses
dan beroperasi seperti layaknya proses kontroler industri menggunakan mikroprosesor.
Proses kontroler memberikan pembacaan SET POINT, dan VARIABEL PROSES
secara kontinyu dan memberikan kemudahan pengesetan parameter operasi
(CONTROLLER SETTING) dari panel.
Kontroler dapat digunakan untuk proses pengendalian secara kontinyu dengan mode
pengendalian Proposional, Integral, dan Derivative dengan output 4-20 mA atau
output relay sebanding waktu : dan untuk pengendalian tak kontinyu (ON/OFF), dua
posisi menggunakan output relay.
Input proses kontroler (2) adalah arus listrik AC 4-20 Ma sedangkan output dapat
berupa arus listrik 4-20 mA melalui soket (+) dan (-) (3), soket lampu indikator 24
VAC, soket 249 VAC (5) dan soket penghubung komunikasi ke katup motor (6)
2. VOLTMETER
Voltmeter (1) sebagai alat pengukur tegangan mempunyai range 0 – 1,999 volt dan
dapat dipergunakan untuk mengukur tegangan dari output pengkondisian sinyal
(SIGNAL CINDITIONER) dari sensor yang berasal dari PCT-13 dan PCT-14,
voltmeter juga dapat menampilkan harga sinyal 4-20 mA dengan menghubungkan
kabel – kabel yang sesuai sehingga loop arus mengalir melalui tahanan (RESISTOR)
50 ohm (2) yang telah tersedia di dalam PCT-10 sendiri sehingga menghasilkan
tegangan 0,200 – 1,000 volt.
3. AMMETER
Ammeter sebagai pengukur kuat arus listrik 4-20 mA, alat ukur ini bukanlah alat yang
presisi sehingga hanya digunakan untuk indikasi arus yang mengalir di loop.
Pengaturan atau kalibrasi SPAN dan ZERO harus dilakukan dengan DIGITAL
VOLTMETER dan PROCESS CONTROLLER.
4. SUPLAI LISTRIK
PCT-10 dilengkapi dengan pemutus arus (CIRCUIT BREAKER) (2) yang dihidupkan
dengan lever ke atas (3). Pemutus arus (4) dan (5) melindungi peralatan didalam PCT-
10 dan suplai listrik keluar dari PCT 10, pemutus arus (4) untuk suplai 240 VAC dan
(5) untuk 24 VAC. Tombol (7) menghidupkan PCT 10 terdapat masing – masing 2
buah soket 240 VAC dan 24 VAC untuk suplai listrik ke pompa, katup motor ataupun
selenoid. Soket – soket ini dalam keadaan hidup (ON) apabila PCT 10 dihidupkan.
5. SIGNAL CONDITIONER
SIGNAL CONDITIONER atau pengkondisian sinyal berjumlah dua buah terletak
dibagian depan PCT 10 menerima sinyal sensor dari PCT 13 atau PCT 14. Sesuai
namanya alat ini (1) mengkondisikan sinyal temperatur (apabila dihubungkan dengan
kabel khusus dari PCT 13) atau sinyal tekanan (dihubungkan dengan kabel khusus dari
PCT 14) menjadi arus 4-20 mA (3) atau tegangan 0 – 1 V (4). Input sensor dari PCT
14 masuk melalui 920 sedangkan input sensor dari PCT 13 masuk melalui (1). Output
4-20 mA ataupun 0 – 1 V kemudian dapat dihubungkan ke process controller atau ke
voltmeter. Pengkalibrasian singal conditioner dilakukan dengan voltmeter.
6. SWITCHED OUTPUT
Switched output atau saklar terdiri dari relai yang terpasang di dalam PCT 10 yang
akan mensensor keadaan on dan off dari kontak saklar dibagian luar (4) dan
mengaktifkan soket 240 VAC (3) dan 24 VAC (2). Kontak yang terjadi adalah kontak
tertutup normal dan kontak terbuka normal. Soket kuning ABC akan menghubungkan
kontak saklar atau sambungan listrik.
7. VAKVE MOTOR POSITIONER
Soket (%) Pin Din (10) untuk motor katup ke PCT 13 terpasang di dalam alat PCT 10.
Input berupa arus 4-20 mA (2) di sisi soket motor, keluarannya berupa output
penggerak kotor yang akan menggerakan katup kontrol pada aliran air pan Heat
Exchanger PCT 13. Pada saat operasi, posisi atau letak katup dapat diukur oleh
potensiometer, posisi ini dibandingkan dengan posisi yang diinginkan dan tegangan
koreksi dimasukkan ke motor hingga di dapat posisi yang diinginkan.
8. SUPLAI MANUAL 4-20 mA
Arus 4-20 mA yang mengalir di alat PCT 10 outputnya dapat diatur secara manual
menggunakan tombol manual (!). Ouput keluar melalui soket (2) dengan polaritas (+)
dan (-). Pengendalian zero (3) dan span (4) dihubungkan dengan VOLTMETER dan
RESISTOR 50 ohm yang tersedia dalam PCT 10 akan mengkalibrasi alat sehingga
didapat pembacaan 0,200 – 1,000 volt.

9. LAMPU INDIKATOR 24 VAC


Lampu indikator 24 VAC menyatakan output dari PROCESS CONTROLLER
maupun dari bagian lain PCT 10 dimana terdapat soket sesuai. Lampu menyala
menyatakan arus mengalir (ON).
10. KABEL PENGHUBUNG
Kabel penghubung tersedia dalam beberapa warna, penggunaannya disesuaikan
dengan polaritas yang sesuai.
11. PENGOPERASIAN PCT 10
Kabel dari alat PC 10 dihubungkan ke suplai listrik 220 volt, naikkan level sekring
(pemutus arus) alat dan tekan 2 tombol hitam bertuliskan huruf 2 dan 5 secara
bergantian.
Untuk mematikan alat PC 10 tekan tombol 2 merah kecil dan turunkan lever sekring,
cabut kabel dari suplai listrik. Apabila tombol – tombol atau lever tidak berfungsi
dengan baik terdapat kesalahan hubungan di dalam PCT 10.
12. KESELMATAN KERJA
Sebelum memulai kerja dengan alat PCT 10, yakinkan tempat praktek keringkan dan
bersihkan dari air dan tumpahan zat apapun. Perhatikan semua kabel yang akan
digunakan.
Pada mode operasional normal, layar tampilan (1) berisi harga variabel proses
(PROCESS VARIABLE) yang merupakan input 4-20 mA yang ditampilkan dalam
satuan 0 – 100%. Layar kecil dibawah (4) berisi harga set point dalam range 0 – 100%.
Untuk mengetahui harga daya keluaran (POWER OUTPUT) dari process controller.
Tekan tombol fungsi F satu kali. Apabila layar dibiarkan selama 15 detik pada saat Pr
sedang ditampilkan maka layar akan kembali ke MODE NORMAL secara otomatis.
Penekanan sekali lagi akan mengembalikan layar ke MODE NORMAL. Harga Pr
hanya dapat dilihat dengan menekan tombol F, harga tidak berubah selama
pengendalian.
Mengubah Harga Pengesetan (SET POINT)
1. Tekan tombol D (berulang – ulang apabila diperlukan) sampai angka yang
diinginkan berkedip
2. Tekan tombol ‘ Δ ‘ atau tombol ‘ v ‘ hingga didapat harga yang diinginkan, ulang
No. 1 dan 2 hingga set point yang baru tertampil dilayar
3. Tekan tombol enter, tanpa menekan tombol enter contoller akan mempertahankan
harga lama
MODE OPERASI OTOMATIS/MANUAL
Pada mode operasi normal daya keluar(power output ditentukan oleh contoller
secara OTOMATIS). Namun harga power output tersebut dapat diubah untuk
SETTING-UP atau oleh operator dalam range 0 – 100% dengan mengubah mode
menjadi manual.
1. Tekan tombol F hingga tampilan bacaan Pr, lalu langsung tekan tombol MAN/AUTO,
lampu manual akan MENYALA menunjukkan mode beroperasi secara manual
2. Tekan tombol D dan tombol ‘ Δ ‘ atau tombol ‘ v ‘ seperlunya hingga didapat harga
power output yang diinginkan, setelah selesai tekan enter.
3. Tanpa menekan tombol MAN/AUTO, posisi akan dipertahankan sesuai nyala lampu
PERCOBAAN I : INPUT DAN OUTPUT PENGENDALIAN PROSES

I. TUJUAN PERCOBAAN :

Setelah melakukan praktikum mahasiswa dapat :


1. Mendemontrasikan rangkaian kalibrasi voltmeter dan Process Controller
2. Menentukan input dan output yang terdapat di alat PC 10
3. Mendempntrasikan pengubahan CONTROLLER SETTING

II. DASAR TEORI

Input atau masukkan adalah efek dari lingkungan ke suatu proses kimia,
sedangkan output atau keluaran adalah efek dari proses kimia ke lingkungan.
Dalam suatu pengendalian hubungan antara input, proses dan output merupakan satu
loop (siklus yang utuh). Output merupakan keluaran dari proses yang menerima input.

Input dapat dibagi dua yaitu :


1. Variabel yang dimanipulasi (diubah) : apabila harga input tersebut berasal dari
operator atau pengendali (controller)
2. Gangguan : apabila harga input tersebut berasal dari lingkungan dan bukan berasal
dari pengendalian atau operator.

Output dibagi dua yaitu :


1. Output terukur : apabila harga output tersebut dapat diukur
2. Output tak terukur : apabila harganya tidak dapat atau tak bisa diukur
Pada alat PC-10 terdapat lebih dari satu input dan lebih dari satu output, masing –
masing dapat dinilai dari tulisan yang terdapat dibagian soket merah/hitam (polarisasi
arus). Satu input dapat memberikan beberapa output, seperti yang terdapat pada
process controller, atau beberapa input menghasilkan satu output.
Konfigurasi adalah susunan informasi yang digunakan untuk menghubungkan
pengukuran kepada variabel yang dimanipulasi. Pada alat PC-10 konfigurasi dapat
dilihat pada PROCESS CONTROLLER, dimana pada bagian ini terdapat pengaturan
process controller (CONTROLLER SETTING) yang berisi ketentuan yang diset oleh
operator agar controller menjalankan konfigurasi yang telah diset. Dari hasil
pengaturan controller, maka input proses controller menjadi harga pengukuran yang
kemudian dievaluasi sesuai setting didalam controller dan menghasilkan output
pengendalian berupa sinyal untuk mengubah variabel yang dimanipulasi.
Contoh pada setting ON/OFF dengan histeritis 25% dan set point 50%, maka apabila
input ke process controller < 50% maka controller akan menghidupkan lampu
indikator 24 VAC menunjukkan variabel yang dimanipulasi (arus listrik) disambung.
Pada saat input ke controller > 50% +2% maka controller akan memutuskan arus
listrik.

III. PERALATAN
1. Satu set PC-10 + trimtool
2. Lampu indikator 24 VAC
3. 2 kabel ukuran pendek
4. 2 kabel ukuran panjang

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


I. KALIBRASI VOLTMETER
1. Hidupkan alat PC-10 dengan menaikkan lever sekring keatas dan menekan tombol
hitam 2&5
2. Sambung kabel dan tombol manual output ke voltmeter sesuai dengan gambar
rangkaian kalibrasi perhatikan loop arus yang menuju ke sambungan resistor 50 ohm
3. Tombol output posisikan pada 4 mA, bila voltmeter tidak terbaca 0,200 volt
gunakan trimtool, masukkan trimtool pada zero untuk menaikkan harga putar trimtool
searah jarum jam dan sebaliknya untuk menurunkan harga pada voltmeter putar
trimtool berlawanan jarum jam, toleransi harga di voltmeter ± 0,002 volt
4. Putar tombol manual output ke kanan hingga maksimal untuk mendapatkan
pembacaan voltmeter 1,000 volt, gunakan trimtool apabila harga voltmeter tidak 1,000
volt dengan cara memasukkan trimtool pada SPAN
II. KALIBRASI PROCESS CONTROLLER
1. Hubungkan kabel dari manual output PC-10 ke soket input process controller pada
bagian kiri depan alat, perhatikan hubungan (+) dan (-)
2. Lakukan pengaturan harga process controller untuk kalibrasi seperti pada tabel
kalibrasi. Untuk mensetting di process controller dapat dilakukan dengan cara
menekan tombol konfigurasi ‘ c ‘ hingga angka digit layar berkedip, kemudian tekan F
1x, maka pada layar variabel proses sebelah atas akan tampil tulisan “ Pr “ yang berarti
power output (keluaran pada proses controller), harga Pr hanya diatur pada posisi
manual
3. Tekan tombol F 1x akan menampilkan Prop, masukkan harga prop 20% (yang
berarti 100% secara aktual, karena untuk Prop harga tertulis x faktor 5). Tekan tombol
enter, ulangi hingga seluruh harga pada tabel terinput dengan baik, tekan tombol F 1x
untuk pindah ke variabel lain. Jangan lupa untuk menekan tombol ENTER setelah
menginput harga baru. Apabila tombol enter tidak ditekan, maka process controller
akan tetap memakai harga yang lama
4. Saat SPAN terbaca di layar variabel proses, putar tombol manual output 4-20 mA
berlawanan searah jarum jam ke 20 mA, kemudian masukkan harga 100 dengan
menekan tombol digit. Jangan menekan tombol ENTER, tekan tombol F 1x
5. Saat ZERO terbaca di layar variabel proses, putar tombol manual output 4-20 mA
berlawanan dengan arah jarum jam ke 4 mA, kemudian masukkan harga 0 dengan
menekan tombol digit, tekan tombol ENTER. Tunggu hingga layar stabil dan periksa
harga yang terbaca di layar variabel proses
6. Putar tombol manual output 4-20 mA ke 4 mA dan amati pembacaan di layar
variabel proses menunjukkan 100% dan jika ke 4 mA, layar menampilkan 0%. Ulangi
prosedur diatas jika pada saat diperiksa tidak menampilkan 100% dan 0%
KONFIGURASI KALIBRASI PROCESS CONTROLLER

Pengaturan Controller Kode Nilai Satuan


Set point - 50 %
Proposional band Prop 20 %
Intergral time Int 1,0 Menit
Derivatif time Der 20 Detik
Waktu siklus (cycle time) Cy-t 10 Detik
Histeritis HYST 5 %
Batas daya (power limit) Pr-1 100 %
Batas set point (set point limit) SP-1 100 %
Rentang (range) CS-1 -58- -
Aksi kontrol (control action) CS-2 -r- -
CS-3 ALAH -

KALIBRASI
SPAN SPAN 100% pada 20 mA
ZERO ZERO 0% pada 4 mA
V. DATA PENGAMATAN

5.1 Tabel Kalibrasi Voltmeter


Percobaan 1

Bebas Ampere Voltmeter


Zero 4 mA 0,199 volt
Span 20 mA 0,998 volt
Percobaan 2

Bebas Ampere Voltmeter


Zero 4 mA 0,199 volt
Span 20 mA 0,999 volt
5.2 Tabel Kalibrasi Process Controller
Percobaan 1

Bebas Ampere Variabel Process


Zero 4 mA 0%
Span 20 mA 100%
Percobaan 2

Bebas Ampere Variabel Process


Zero 4 mA 0%
Span 20 mA 100%
Percobaan 3

Bebas Ampere Variabel Process


Zero 4 mA 0%
Span 20 mA 100%
Percobaan 4

Bebas Ampere Variabel Process


Zero 4 mA 0%
Span 20 mA 100%
VI. ANALISA

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kalibrasi


merupakan suatu prosedur yang wajib dilakukan sebelum mulai menggunakan suatu
peralatan, kalibrasi bertujuan agar alat yang nantinya hendak kita gunakan dipastikan
dalam kondisi baik sehingga tidak terdapat kesalahan dalam pembacaan hasil
pengukuran. Pada saat mengkalibrasi harus dicermati bagian mana yang akan
dihubungkan yaitu bagian input dan output dengan memasang kabel dengan benar.
Dalam melakukan kalibrasi voltmeter dapat diketahui bahwa terdapat 3 buah
input yaitu input teganan PLN 220 V, input pada bagian yang diberi hambatan dan
input ke alat voltmeter. Begitu pula dengan output terdapat 3 buah output yaitu output
manual 4-20 mA, output yang keluar dari bagian yang diberi hambatan dan output
berupa pembacaan display pada voltmeter.
Sedangkan pada kalibrasi Process Controller terdapat 2 input dan 2 output.
Yaitu input pertama yang berasal dari PLN berupa tegangan 220 volt dan input ke-2
berupa input yang masuk ke alat PC, sedangkan output pertama yaitu output yang
keluar dari manual sebesar 4-20 mA dan output yang ke-2 yaitu output berupa % Pr
yang tampil pada display alat PC. Dalam melakukan kalibrasi sumber input 4-20 mA
ini dilakukan secara berulang – ulang sampai hasil pembacaan sudah selesai dengan
yang dikehendaki dan bersifat stabil.
Pada kalibrasi voltmeter dan juga kalibrasi process controller ini menggunakan
alat yang disebut trimtool yang berfungsi sebagai alat memutar sekrup pada soket span
dan zero agar hanya volt dapat dikendalikan. Dalam melakukan kalibrasi seringkali
terdapat kesulitan dalam menyesuaikan harga variabel process controller yang sudah
cukup tua sehingga ketepatannya mulai berkurang.
Pada alat PC-10 ini terdapat suatu proses dimana tegangan dari PLN 220 volt
dapat diubah menjadi bentuk arus listrik menggunakan prinsip hukum ohm. Jika suatu
tegangan dilewatkan pada suatu rangkaian yang terdapat hambatan maka akan timbul
arus listrik yang besarnya sebanding dengan harga tegangan dibagi harga hambatan.
Dapat dilihat dari hasil praktikum bahwa pada alat sebesar 50 ꭥ.
Pada kalibrasi voltmeter, keluaran dari manual output dihubungkan ke input
voltmeter yang melewati resistor 50 ꭥ dimana arus keluaran minimalnya ialah 4 mA
dan arus maksimalnya 20 mA. Kemudian tegangan yang akan terukur di voltmeter
seharusnya minimal 0,2 volt pada process controller, maka untuk mengaturnya ke 0,2
volt menggunakan trimtool. Untuk memperbesar angka maka diputar ke kanan dan
untuk memperkecil angka diputar ke kiri. Sedangkan untuk angka maksimal 20 mA
tidak terukur pada 1 volt maka bisa diatur juga menggunakan trimtool ke kiri atau ke
kanan pada span. Selain itu, loops pada voltmeter harus berhubungan, agar nilainya
dapat terbaca. Untuk kalibrasi process controller, menghubungkan kabel dari manual
output ke process controller dan menghubungkan kabel dari output ke process
controller ke input ammeter. Ammeter ini berfungsi untuk menunjukkan arus yang
dikonversi dari process controller. Pada controller setting, untuk mengubah angka
menggunakan symbol D (Digit) dan menyesuaikan dengan tabel controller setting.
Pada CS-2, apabila rang pengaturan di set r (reverse) maka arah jarum ammeter akan
berlawanan dengan % range yang diatur, misalnya pada keadaan 0% maka jarum akan
menunjuk ke 20 mA dan untuk 100% jarum akan menunjuk ke 4 mA. Apabila proses
tersebut di set d (direct) maka akan terjadi pengukuran secara langsung (tidak
berlawanan)

VII. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Pengukuran 4-20 mA akan sebanding dengan 0,2 – 1 volt dan akan sebanding
dengan 0% - 100% pada process controller
2. Pengendalian ON/OFF manual pada PC-10 dilakukan pada area switched output
3. Salah satu faktor pengkalibrasian alat ini dipengaruhi oleh usia dan keadaan kabel
penyambung

VIII. DAFTAR PUSTAKA


- Jobsheet Penuntun Praktikum Instrumentasi dan Kontrol.2021/2022.Electerical
Concole (PC 10).Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya
PERCOBAAN II : PENGENDALIAN ON/OFF

I. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Mendemontrasikan pengendali ON/OFF
2. Mendemontrasikan output relay ON/OFF menggunakan process controller

II. DASAR TEORI

Pengendali tidak kontinyu atau disebut pengendali ON/OFF mempunyai dua


gerakan output yaitu on (hidup) dan off (mati) terhadap input diberikan kepada proses.
Pengendali tidak kontinyu terbagi dua atas gerakan pengendalinya, yaitu manual dan
otomatis. Manual karena bertindak sebagai pengendali dan menentukan tindakan ke
variabel dinamis adalah manusia.
Saklar terbuka normal (N/O) ; kontak yang terjadi letaknya terpisah (soket A
dan C) dan tidak menghantarkan listrik saat soket A dan C tidak dihubungkan. Kontak
tertutup normal (N/C) ; kontak tersambung walaupun soket A dan C tidak terhubung.
Saklar pada posisi (N/O) / (N/C) tergantung dari penggunaannya, apabila
diinginkan output pada posisi ON tanpa perlu menggunakan kabel antara soket A dan
C, maka posisi yang dipilih adalah NORMALLY CLOSEE CONTACT (N/C).
Sedangkan apabila diinginkan output dalam posisi ON memerlukan penyambungan
kabel di soket A dan C, maka posisi saklar adalah NORMALLY OPEN CONTACT
(N/O), begitu juga sebaliknya untuk posisi OFF.
Normally open berarti katup positif dan katup negatif tidak terhubung dalam
kondisi normal, aliran listrik tidak dapat mengalir dalam 1 loop. Ini dibuktikan dengan
lampu VAC terpasang tidak menyala saat saklar pada posisi N/O tersebut. Apabila
saat A dihubungkan ke soket B / soket C, maka katup positif menjadi terhubung
dengan katup negatif, sehingga arus listrik dapat mengalir, lampu 24 VAC terpasang
akan menyala.
Normally close berarti katup positif dan katup negatif terhubung dalam
keadaan normal, aliran listrik mengalir dalam 1 loop, ini dibuktikan dengan lampu 24
VAC terpasang nyala saat saklar pada posisi N/C. Apabila soket A dihubungkan ke
soket B / soket C, hubungan pendek terjadi, akibatnya arus listrik berhenti mengalir,
lampu 24 VAC terpasang mati.
Pengendali ON/OFF secara otomatis berarti pengendali dilakukan oleh sebuah
controller yang akan menggantikan tindakan operator menghidupkanataupun
mematikan suatu proses. Pengendali secara otomatis ini diatur berdasarkan histeritis ;
kecendrungan instrumen untuk memberikan output berbeda terhadap input yang sama.
Histeritis ini memberikan daerah netral pengendali berdasarkan daerah netral adalah 2
kali besar harga histeritis.
Harga output pada pengendali ON/OFF hanya 2, yaitu ON (hidup terbuka) dan
OFF (mati atau tertutup). ON dinyatakan dalam nilai %P = 100% sedangkan OFF
dalam SP = 0%. Nilai % Pini tergantung dari error, yaitu selisih antara harga
pengukuran (Cp) terhadap harga set point (Csp).
% error = (harga pengukuran – harga set point) / rentang pengukuran x 100%
% P = 100% apabila % error > 0%
% P = 0% apabila % error < 0%
Hubungan diatas menunjukkan saat harga variabel proses (harga pengukuran) melebihi
set point maka akan didapat % error > 0% maka output controller adalah 100%,
sedangkan saat harga variabel proses lebih kecil dari set point maka akan didapat %
error < 0%.
Apabila dipasang lampu indikator 24 VAC pada soket di process controller pada saat
output 100% lampu akan menyala yang berarti arus listrik mengalir, dan pada saat
output menunjukkan 0% lampu akan mati yang berarti arus listrik terputus. Hal ini
juga akan berakibat sama pada soket 24 VAC apabila dihubungkan ke pemanas atau
heater.

III. PERALATAN
1. Satu set PC-10 + trimtool
2. Kabel
3. Lampu indikator 24 VAC
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
I. PENGENDALIAN ON/OFF DENGAN SAKLAR PEMILIH
1. Pehatikan bagian saklar pemilih pada alat PC-10 (SWITCHED OUTPUT) posisi
saklar pada kontak terbuka (N/O) dan pasang lampu 24 VAC di soket 24 VAC, amati
lampu dalam keadaan hidup atau mati
2. Pindahkan saklar ke N/C (kontak tertutup), amati bahwa lampu menjadi mati
3. Ambil sebuah kabel, hubungkan dari soket A ke soket C pada posisi N/O catat
keadaan lampu, ubah saklar ke N/C, catat perubahan
4. Ulangi langkah 3 dengan menghubungkan A – B dan B – C
5. Buat tabel data

II. PENGENDALIAN ON/OFF DENGAN PROCESS CONTROLLER


1. Pada process controller, tekan ‘c’ (untuk masuk ke sistem konfigurasi) setelah digit
pada layar variabel proses berkedip, tekan tombol F 1x kemudian atur Prop, Int dan
Der pada harga nol (0), harga siklus time (Cyt) pada harga 10 detik, set harga histeritis
pada 2% dan harga set point 50% harga variabel yang lain tetap
2. Pastikan harga aksi control (Cs-2) adalah ‘r’ (reverse). Biarkan harga span dan zero
3. Pasang kabel dari manual output ke input pada process controller (4-20 mA) dan
letakkan lampu indikator pada soket 24 VAC dibagian bawah process controller
4. Atur input pada process controller dengan memutar tombol manual output 4-20 mA
5. Amati bahwa output relay pada soket lampu indikator 24 VAC akan menyalakan
lampu ketika input dibawah set point 50% dan akan mematikan lampu ketika input
diatas set point. Histeritis 2% berarti lampu akan hidup hingga 52% dan mati saat <
48%
6. Ulangi percobaan dengan memvariasikan harga histeritis menjadi 3% dan 5%
dengan memvariasikan set point 40% dan 70%
V. DATA PENGAMATAN
1. Pengendalian ON/OFF dengan Saklar Pemilih

Soket Lampu ON/OFF


N/O N/C
Tak terhubung Off On
A-B Off On
B-C Off On
A-C On Off
2. Pengendali ON/OFF dengan Process Controller
HYST = 2 %
Setpoint = 50%

Nilai Variabel Proses (%) Lampu ON/OFF


Teori Praktek
0 - 48 On On
48 - 51 On Off
52 - 100 Off Off
100 - 52 Off Off
52 - 48 On On
48 - 0 On On
HYST = 3 %
Setpoint = 40%

Nilai Variabel Procses (%) Lampu ON/OFF


Teori Praktek
0 - 37 On On
37 - 43 On Off
43 - 100 Off Off
100 - 43 Off Off
43 - 37 On On
37 - 0 On On
HYST = 3 %
Setpoint = 70%

Nilai Variabel Proses (%) Lampu ON/OFF


Teori Praktek
0 - 67 On On
67 - 73 On Off
73 - 100 Off Off
100 - 73 Off Off
73 - 67 On On
67 - 0 On On
HYST = 5 %
Setpoint = 40%

Nilai Variabel Proses (%) Lampu ON/OFF


Teori Praktek
0 - 35 On On
35 - 45 On Off
45 - 100 Off Off
100 - 45 Off Off
45 - 35 On On
35 - 0 On On
HYST = 5 %
Setpoint = 70%

Nilai Variabel Proses (%) Lampu ON/OFF


Teori Praktek
0 - 65 On On
65 - 75 On Off
75 - 100 Off Off
100 - 75 Off Off
75 - 65 On On
65 - 0 On On
VI. ANALISA
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa alat PCT-10
dilakukan kalibrasi voltmeter dengan cara keluaran dari manual output dihubungkan
ke input voltmeter melewati resistor 50 ꭥ. Dimana arus keluaran minimal 4 mA dan
arus maksimalnya 20 mA, maka tegangan yang akan terukur di voltmeter seharusnya
minimal 0,2 volt dan maksimal 1 volt berdasarkan rumus V = I . R
Jika pada 4 mA tidak terukur 0,2 volt pada process controller maka untuk
mengatur ke 0,2 volt menggunakan trimtool, dimana alat ini semacam obeng kecil
untuk memutar ke kiri dan ke kanan pada zero. Untuk memperbesar angka diputar ke
kanan dan untuk memperkecil angka diputar ke kiri. Sedangkan untuk angka maksimal
20 mA tidak terukur pada 1 volt maka bisa datur juga menggunakan trimtool.
Dalam percobaan ini, dilakukan percobaan dengan menggunakan dua jenis
pengendali on/off secara manual, dan secara otomatis. Secara manual disini
menggunakan saklar pemilih dan secara otomatis dengan menggunakan process
controller. Pada pengendalian on/off yang menggunakan saklar pemilih, manusia
bertindak sebagai controller sedangkan pengendalian on/off menggunakan process
controller sebagai controller yang bertindak secara otomatis, karena sudah dilakukan
konfigurasi pada sistem pengendalian system percobaan dimulai.
Pengendalian on/off secara manual menggunakan saklar pemilih N/O
(Normally Open) dan saklah pemilih N/C (Normally Close). Saklar pemilih (Normally
Open) bertindak sebagai pemutus arus karena pada saat operator mengalihfungsikan
saklar ke N/O, lampu 24 VAC pun mati, ini disebabkan karena saklar pemilih N/O
dirancang sedemikian rupa dengan kutup positif dan kutub negatif tidak terhubung
secara manual, sehingga tidak ada arus yang dapat mengalir. Namun, jika soket A
terhubung dengan soket, lampu dapat hidup pada saat posisi saklar masih dalam
keadaan Normally Open, karena kutub positif dan negatif terhubung sehingga arus
mengalir dalam satu loop. Saklar pemilih N/C bertindak dalam penyambung arus
karena di dalam keadaan normal, kutub positif dan negatif terhubung dalam posisi
saklar ini, sehingga arus mengalir dalam satu loop rangkaian. Namun, jika soket A
dihubungkan dengan soket C, lampu 24 VAC mati, ini karena terjadinya hubungan
pendek (short circuit) yang menyebabkan arus berhenti mengalir.
Pada pengendalian on/off menggunakan process controller dilakukan oleh
sebuah controller yang menggantikan operator dalam mematikan/menghidupkan suatu
proses. Berdasarkan percobaan proses yang dilakukan diatur dalam suatu nilai
histeritis. Histeritis disini meberikan daerah netral pengendalian dan batasan - batasan
dalam suatu proses. Pada percobaan menggunakan nilai histeritis 2% dan set point
50% maka dalam rentang 0 - 100%, nilai variabel proses yang didapat ialah 0 – 48%,
48 – 52%, dan seterusnya. Dalam suatu percobaan yang telah dilakukan menggunakan
lampu 24 VAC, lampu akan hidup pada rentang 0 – 48% dan seharusnya 48 – 52%
lampu 24 VAC juga hidup. Namun pada praktek lampu tersebut mati. Salah satu
faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut adalah telah lamanya alat PC-10 tersebut.
Sehingga, yang seharusnya pada interval 48 – 52% arus dapat mengalir yang
menyebabkan lampu hidup, namun karena terjadi error pada pengendalian diduga
karena hubungan arus pendek, maka lampu tersebut mati. Begitu juga dengan
percobaan set point 40% dan HYST 3%, salah satu range pada percobaan tersebut
menunjukkan perbedaan antara teori dengan hasil praktek. Dimana pada range 37 –
43% lampu 24 VAC menjadi mati, yang seharusnya hidup karena masih berada di
daerah netral. Namun, karena terjadi error pada sistem pengendali otomatis, lampu
menjadi mati.

VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai histeritis cendrung mengatur pengendalian proses secara otomatis
2. Untuk system N/O, lampu indikator akan menyala apabila kabel soket A dan C
dihubungkan dan lampu tidak menyala apabila kabel A dan C tidak dihubungkan
3. Untuk system N/C, lampu indikator tidak menyala apabila kabel A dan C
dihubungkan, dan lampu indikator akan menyala apabila kabel soket A dan C tidak
dihubungkan
VIII. TUGAS
1. Analisis perbedaan antara kedua jenis on/off, jelaskan pengertian histeritis dan
hubungannya dengan arus listrik yang mengalir
Jawab = Jenis on/off ada 2 yaitu pengendalian on/off secara manual dan secara
otomatis. Secara manual menggunakan saklar pemilih dan secara otomatis
menggunakan process controller. Pada pengendalian on/off yang menggunakan saklar
pemilih manusia bertindak sebagai controller. Sedangkan pengendalian on/off
menggunakan process controller yang bertindak secara otomatis. Histeritis adalah
interval yang dikehendaki dengan salah satu batas level / toleransi set point. Misal set
point 50%, histeritis 2% maka daerah netral 2% diatas dan dibawah 50% yaitu 48% -
52%. Hubungan histeritis dengan arus listrik yang mengalir adalah jika arus mengalir
pada range histeritis maka mengakibatkan lampu menyala / dapat dikatakan terdapat
arus listrik, namun jika diluar range histeritis terhadap set point maka akan terjadi
hubungan pendek yang berarti arus berhenti mengalir, yang ditandai lampu mati.

IX. DAFTAR PUSTAKA


- Jobsheet Penuntun Praktikum Instrumentasi dan Kontrol. 2021/2022. Electrical
Concole (PC 10) : Pengendalian On/Off.Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya
PERCOBAAN III : PENGENDALIAN KONTINYU

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mendemontrasikan pengendalian secara kontinyu P, PI, PD, dan PID
2. Mengubah setting variabel pada process controller

II. DASAR TEORI


Berlawanan dengan mode pengendalian tidak kontinyu (ON/OFF) yang
memberikan harga output dalam keadaan terputus – putus dan tidak halus : 0%
→ 100% → 0% secara berulang, maka mode pengendali kontinyu memberikan harga
output perubahan yang mulus pada setiap perubahan beban (error).

Mode pengendalian kontinyu pada dasarnya terbagi 3 jenis yaitu :


1. Mode Pengendali Proposional
2. Mode Pengendali Integral
3. Mode Pengendali Derivatif
Pada aplikasinya, ketiga mode pengendali ini sering digunakan untuk meningkatkan
hasil pengendalian dan mengurangi kekurangan mode tunggal.

MODE PROPOSIONAL
Merupakan mode perbaikan dari pengendali dua posisi (ON/OFF) dimana terdapat
hubungan garis lurus yang melalui antara output dan error yang terjadi. Pada rentang
error di dekat set point, setiap harga error mempunyai hubungan linier yang mencakup
output pengendali dari 0% - 100% yang disebut pita proposional.
Persamaan yang digunakan :
P = Kp . Ep + Po Pb = 100/Kp
Dimana :
P : Output pengendali
Kp : Konstanta proposional antara error dan output pengendali
Ep : Error persen skala penuh
Po : Output pada saat tak terdapat error

Kelemahan dari mode proposional apabila digunakan tunggal adalah kecendrungan


pengendali untuk mengalami offset, yaitu error residu di daerah set point. Pada
keadaan ini controller (pengendali) mengalami gangguan tidak dapat memberikan
output yang seharusnya, pengendali hanya memberikan output yang sama walau error
bertambah.
Sedangkan mode pengendali integral disebut juga mode reset karena pengendali
bergerak dengan cepat mengembalikan beban kembali ke error nol (set point).
Persamaan dapat ditulis dP/dT= Ki . Ep
Dimana dP/dT = laju perubahan output pengendali %
Ki = konstanta integral (%/s/%)

Persamaan untuk output pengendali P = Ki∫10 Ep(t) + Po


Pada aplikasinya output controller akan menggerakkan elemen kontrol akhir akan
memperlambat gerakan dan sistem kemudian membawa error ke nol (reset). Apabila
terdapat proses lag yang besar, error akan berosilasi di daerah nol dan menyebabkan
sikling membuat kontrol jenuh. Mode integral tidak digunakan secara tunggal
melainkan digabung dengan proposional atau gabungan ketiganya.

MODE DERIVATIF
Pada mode derivatif, output controller, output dari controller tergantung pada laju
perubahan error. Mode in sering disebut juga mode antisipasi atau mode laju.
Kelemahan mode ini adalah tidak digunakannya secara tunggal karena ketiga error =
nol atau error = konstan output dari controller akan jenuh dan tak dapat memberikan
output yang sesuai.
Mode derivatif memperbaiki/mempercepat respon terhadap sistem kontrol dan
memberikan efek menstabilkan proses. Respon terhadap laju perubahan menghasilkan
koreksi yang berarti sebelum error semakin besar(antisipasi error) terutama untuk
sistem kontrol yang perubahan beban terjadi secara tiba – tiba, karena mode melawan
perubahan – perubahan yang terjadi dalam output controller, sehingga efeknya
menstabilkan loop dan meredam osilasi yang terjadi, persamaannya dapat ditulis
P.Kd.(dEp/dt)+Po
Dimana ; Kd = konstanta derivatif (%/s/%)
dEp/dt = laju perubahan error (%s)

Mode gabungan adalah mode pengendali yang menggabungkan Proposional, Integral,


dan Derivatif. Penggabungan ini mengurangi offset dan memberikan harga keluaran
baru saat offset terjadi, menstabilkan sistem dan mencegah error konstan,
penggabungan ini akan menghasilkan pengendali yang sempurna.

III. PERALATAN
1. Alat PC 10 + trimtool
2. Kabel penghubung 4 pasang

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


I. PENGENDALI PROPOSIONAL
1. Hidupkan alat PC 10 dengan baik dan lakukan kalibrasi manuual output terhadap
voltmeter dan process controller (PC 10.1) pasang lampu indikator 24 VAC di soket
24 VAC
2. Ubah pengaturan pada tabel setting dilayar process controller seperti berikut

Pengaturan Controller Kode Nilai Satuan


Set point - 50 %
Proposional band Prop 20 %
Intergral time Int 1,0 Menit
Derivatif time Der 20 Detik
Waktu siklus (cycle time) Cy-t 10 Detik
Histeritis HYST 5 %
Batas daya (power limit) Pr-1 100 %
Batas set point (set point limit) SP-1 100 %
Rentang (range) CS-1 -58- -
Aksi kontrol (control action) CS-2 -r- -
CS-3 ALAH -

KALIBRASI
SPAN SPAN 100% pada 20 mA
ZERO ZERO 0% pada 4 mA
3. Lakukan penghilangan offset awal dengan cara putar tombol manual output 4-20
mA searah jarum jam hingga tampilan layar variabel process 50% dengan menekan
tombol digit Δ dan enter, kemudian tekan F kembali untuk mengaktifkan mode
otomatis
4. Putar tombol manual output 4-20 mA berlawanan arah jarum jam ke 4 mA,
pembacaan dilayar variabel proses 0%, tekan F 1x, catat harga power output dilayar
digit, amati lampu indikator
5. Naikkan input degnan memutar tombol manual output searah jarum jam ke 10%
pada tampilan layar variabel proses. Tekan F dan catat power output. Hati – hati
memutar tombol manual output, perlahan – lahan ke kanan jangan mengulangi ke kiri
karena akan dapat menyebabkan terjadinya offset. Apabila terjadi ulangi prosedur
penghilangan offset
6. Ulangi langkah 4 hingga input 100% dengan rentang 10% tabulasi data
7. Ubah harga CY-t pada tabel menjadi 20 detik, amati waktu hidup dan mati lampu
untuk setiap rentang 10% dari 0 – 100%
8. Ubah CS-2 menjadi ‘r’ ulangi langkah 7
9. Ubah power limit(PrL) menjadi 50% dan 40%, amati keadaan lampu dan harga Pr
10. Ubah set point limit (SpL) menjadi 50% dan 40%, amati keadaan lampu dan harga
Pr

II. PROPOSIONAL INTEGRAL


1. Putar tombol manual output 4-20 mA hingga tampilan layar variabel proses
menampilkan 50% = 12 mA, atur set point pada harga 50%. Lakukan penghilangan
offset seperti di atas
2. Mengubah setting di controller

Pengaturan Controller Kode Nilai Satuan


Set point - 50 %
Proposional band Prop 20 %
Intergral time Int 1,0 Menit
Derivatif time Der 20 Detik
Waktu siklus (cycle time) Cy-t 10 Detik
Histeritis HYST 5 %
Batas daya (power limit) Pr-1 100 %
Batas set point (set point limit) SP-1 100 %
Rentang (range) CS-1 -58- -
Aksi kontrol (control action) CS-2 -r- -
CS-3 ALAH -

KALIBRASI
SPAN SPAN 100% pada 20 mA
ZERO ZERO 0% pada 4 mA

3. Masukkan harga input ke process controller dengan memutar tombol manual output
secara bertahap 10% dari 0% - 100%, catat power output dengan menekan tombol F
1x
4. Mengubah set point ke 40%, ulangi langkah 3

III. PENGENDALIAN PROPOSIONAL DERIVATIF


1. Memutar tombol manual output 4-20 mA hingga tampil layar variabel proses
menampilkan 50% = 12 mA, atur set point pada harga 50%. Lakukan penghilangan
offset seperti di atas
2. Ubah setting controller sebagai berikut

Pengaturan Controller Kode Nilai Satuan


Set point - 50 %
Proposional band Prop 20 %
Intergral time Int 1,0 Menit
Derivatif time Der 20 Detik
Waktu siklus (cycle time) Cy-t 10 Detik
Histeritis HYST 5 %
Batas daya (power limit) Pr-1 100 %
Batas set point (set point limit) SP-1 100 %
Rentang (range) CS-1 -58- -
Aksi kontrol (control action) CS-2 -r- -
CS-3 ALAH -

KALIBRASI
SPAN SPAN 100% pada 20 mA
ZERO ZERO 0% pada 4 mA

3. Masukkan harga input ke process controller dengan memutar tombol manual secara
bertahap 10% dari 0% - 100%. Catat power output dengan menekan tombol F 1x
4. Mengubah set point ke 40% ulangi langkah 3

IV. PENGENDALIAN PID


1. Memutar tombol manual output 4-20 mA hingga tampil layar variabel proses
menampilkan 50% = 12 mA, atur set point pada harga 50%. Lakukan penghilangan
offset seperti di atas
2. Ubah setting controller sebagai berikut

Pengaturan Controller Kode Nilai Satuan


Set point - 50 %
Proposional band Prop 20 %
Intergral time Int 1,0 Menit
Derivatif time Der 20 Detik
Waktu siklus (cycle time) Cy-t 10 Detik
Histeritis HYST 5 %
Batas daya (power limit) Pr-1 100 %
Batas set point (set point limit) SP-1 100 %
Rentang (range) CS-1 -58- -
Aksi kontrol (control action) CS-2 -r- -
CS-3 ALAH -
KALIBRASI
SPAN SPAN 100% pada 20 mA
ZERO ZERO 0% pada 4 mA

3. Masukkan harga input ke process controller dengan memutar tombol manual secara
bertahap 10% dari 0% - 100%. Catat power output dengan menekan tombol F 1x
4. Mengubah set point ke 40% ulangi langkah 3
V. DATA PENGAMATAN
1. Pengendalian Proposional Sebanding waktu (CS-2 = - r -)

Power Power Lampu (detik) Total Error


input (%) output (%) ON OFF
0 100 - - - 50
10 95 9,08 0,53 9,61 45
20,1 85 7,91 1,30 9,21 35
30 72 6,63 2,70 9,33 22
40,2 61 5,91 3,71 9,62 11
50 50 4,83 4,86 9,69 0
60,1 39 3,70 5,76 9,46 -11
70,4 27 2,68 6,85 9,53 -23
80 15 1,48 8,05 9,53 -35
90,2 6 0,60 9,06 9,66 -44
94,5 1 0,20 9,41 9,61 -49
Pengendalian Proposional Sebanding waktu (CS-2 = - d -)

Power Power Lampu (detik) Total Error


input (%) output (%) ON OFF
0 0 - - - -50
10,1 6 0,45 8,8 9,25 -44
20,3 16 1,44 8 9,44 -34
30,1 28 2,6 6,8 9,4 -22
40,2 39 3,73 5,73 9,46 -11
50,4 50 4,86 4,71 9,57 0
60 61 5,88 3,71 9,59 11
70 72 6,93 2,63 9,56 22
80 85 8,4 1,58 9,98 35
90,4 95 9,15 0,76 9,91 45
90,5 99 - - - 49
2. Proposional Integral
Set point = 50%
Pr = 50

Power input Power output Lampu (detik) Error


(%) (%) ON OFF
0 100 √ 50
10,5 100 √ 50
20,2 100 √ 50
30,4 99 √ 49
40,2 100 √ 50
50,4 92 √ 42
60,1 71 √ 21
70,1 7 √ -43
80,5 0 √ -50
90,5 0 √ -50
94,5 0 √ -50
Set point = 40%
Pr = 100

Power input Power output Lampu (detik) Error


(%) (%) ON OFF
0 100 √ 60
10,1 100 √ 60
20,3 100 √ 60
30,1 100 √ 60
40,2 97 √ 57
50,4 71 √ 31
60 0 √ -40
70 0 √ -40
80 0 √ -40
90,4 0 √ -40
94,5 0 √ -40
Set point = 50%
T = 2 menit

Power input (%) Power output (%) Error


0,02 100 50
10,1 93 43
20,2 94 44
30,1 87 37
40,2 79 29
50,1 69 19
60,1 56 4
70,1 38 -12
80,4 16 -34
90 2 -48
94,5 0 -50
3. Proposional Derivatif
Set point = 50%
dEr = 6 menit

Power input (%) Power output (%) Error


0,02 100 50
10,1 89 39
20,2 79 29
30,1 68 18
40,3 55 5
50,1 45 -5
60,2 33 -17
70,2 22 -28
80,1 9 -41
90 0 -50
94,5 0 -50
4. Proposional Integral Derivatif
Set point = 50%
Int = 0,2 menit
dEr = 6 detik

Power input (%) Power output (%) Error


0,02 100 50
10,1 100 50
20,2 100 50
30,4 100 50
40,3 100 50
50,4 92 42
60,2 72 22
70,2 27 -23
80,1 0 -50
90,2 0 -50
94,1 0 -50

VI. PERHITUNGAN
1. Proposional sebanding waktu
Set point = 50%
CS-2 = - r -
Error = harga pengukuran – harga set point
- Pr 100%
Error = 100% - 50% = 50%
- Pr = 95%
Error = 95% - 50% = 45%
- Pr 85%
Error = 85% - 50% = 35%
- Pr 72%
Error = 72% - 50% = 22%
- Pr 61%
Error = 61% - 50% = 11%
- Pr 50%
Error = 50% - 50% = 0%
- Pr 39%
Error = 39% - 50% = -11%
- Pr 27%
Error = 27% - 50% = -23%
- Pr 15%
Error = 15% - 50% = -35%
- Pr 6%
Error = 6% - 50% = -44%
- Pr 1%
Error = 1% - 50% = -49%

Set point 50% CS-2 = - d -


- Pr 0%
Error = 0% - 50% = -50%
- Pr 6%
Error = 6% - 50% = -44%
- Pr 16%
Error = 16% - 50% = -34%
- Pr 28%
Error = 28% - 50% = -22%
- Pr 39%
Error = 39% - 50% = -11%
- Pr 50%
Error = 50% - 50% = 0%
- Pr 61%
Error = 61% - 50% = 11%
- Pr 72%
Error = 72% - 50% = 22%
- Pr 85%
Error = 85% - 50% = 35%
- Pr 95%
Error = 95% - 50% = 45%
- Pr 99%
Error = 99% - 50% = 49 %

2. Proposional Integral
Set point = 50%
Pr 50
- Pr = 100% - 50% = 50%
- Pr 100%
Error = 100% - 50% = 50 %
- Pr 99%
Error = 99% - 50% = 49 %
- Pr 92%
Error = 92% - 50% = 42 %
- Pr 71%
Error = 71% - 50% = 21 %
- Pr 7%
Error = 7% - 50% = -43 %
- Pr 0%
Error = 0% - 50% = -50 %
Set point = 40%
Pr 100
- Pr = 100%
Error = 100% - 40% = 60 %
- Pr 97%
Error = 97% - 40% = 57 %
- Pr 71%
Error = 71% - 40% = 31 %
- Pr 0%
Error = 0% - 40% = -40 %
Set point 50%
IT = 2 menit
- Pr 100%
Error = 100% - 50% = 50 %
- Pr 93%
Error = 93% - 50% = 43 %
- Pr 94%
Error = 94% - 50% = 44 %
- Pr 87%
Error = 87% - 50% = 37 %
- Pr 79%
Error = 79% - 50% = 29 %
- Pr 69%
Error = 69% - 50% = 19 %
- Pr 56%
Error = 56% - 50% = 6 %
- Pr 38%
Error = 38% - 50% = -12 %
- Pr 16%
Error = 16% - 50% = -34 %
- Pr 2%
Error = 2% - 50% = -48 %
- Pr 0%
Error = 0% - 50% = -50 %

3. Proposional Derivatif
Set point 50%
dEr = 6 menit
- Pr 100%
Error = 100% - 50% = 50 %
- Pr 89
Error = 89% - 50% = 39 %
- Pr 79%
Error = 79% - 50% = 29 %
- Pr 68%
Error = 68% - 50% = 18 %
- Pr 55%
Error = 55% - 50% = 5 %
- Pr 45%
Error = 45% - 50% = -5 %

4. Proposional Integral Derivatif


Set point 50%
PB = 20%
Int = 0,2 menit
dEr = 6 detik
- Pr 100%
Error = 100% - 50% = 50 %
- Pr 92%
Error = 92% - 50% = 42 %
- Pr 72%
Error = 72% - 50% = 22 %
- Pr 27%
Error = 27% - 50% = -23 %
- Pr 0%
Error = 0% - 50% = -50 %

VII. ANALISA

Pada praktikum ini dilakukan percobaan ke-3 mengenai pengendalian kontinyu


(PC 10) dengan tujuan membedakan antara pengendalian kontinyu dengan tak
kontinyu, dan juga mendemontrasikan batas daya keluaran (power limit) dan batas set
point (set point limit). Sebelum dilakukan praktikum, terlebih dahulu dilakukan
pengkalibrasian. Settelah pengkalibrasian selesai, kemudian melanjutkan ke prosedur
kerja pada mode proposional dengan penghilangan offset (error), dengan cara memutar
tombol manual output hingga tampilan layar variabel proses = 50%. Menekan tombol
F 1x kemudian menekan tombol manual dan yang terakhir adalah mengatur power
output ke harga 50% dengan tombol digit. Setelah penghilangan offset selesai
kemudian melanjutkan ke mode proposional.

Dimana pengendali proposional menghasilkan sinyal kendali yang besarnya


sebanding dengan sinyal error. Sehingga terdapat hubungan tetap dan linear antara
variabel proses dengan posisi elemen kontrol akhir. Proposional band yaitu persentase
perubahan error / variabel proses yang dapat menghasilkan sinyal kendali /
manipulated variabel sebesar 100%. Dimana besaran ini lebih mencerminkan
kebutuhan pengendali, lebar proposional band menentukan kestabilan sistem
pengendalian.

Semakin kecil nilai proposional band, maka pengendali semakin peka,


tanggapan semakin cepat, offset yang terjadi semakin kecil, tetapi sistem cendrung
tidak stabil. Sebaliknya, dengan proposional band yang besar sistem menjadi stabil
tetapi pengendali tidak peka / lambat dan offset menjadi besar. Pada pengendali sama
dengan nol maka perilaku pengendali proposional menjadi sama dengan on/off.
Kompromi terhadap nilai porposional diperlukan, sehingga diperoleh tanggapan cepat,
offset dapat diterima, tetapi system cukup stabil. Offset merupakan kekurangan dari
mode proposional ini, dimana offset merupakan error sisa pada titik pengoperasian
variabel proses ketika terjadi perubahan beban.

Pada pengendali proposional sebanding waktu dengan aksi - r - dilakukan


pengamatan terhadap nilai power output dan keadaan lampu on/off ketika power input
dinaikkan dari 0% - 94,5% dengan rentang 10%. Dari percobaan tersebut dapat
dianalisa bahwa dalam keadaan - r – (reverse) semakin meningkat power input, maka
semakin menurun power outputnya. Ini dikarenakan dalam keadaan ini aksi kontrol
yang digunakan adalah aksi kontrol kebalikan yakni aksi yang mana jika power input
= 0%, maka power output = 100%. Untuk keadaan lampu pada percobaan ini, awalnya
lampu menyala lebih lama dibanding waktu lampu mati, namun semakin besar power
inputnya keadaan lampu menyala menyala sebentar dari pada lampu mati.
Pada percobaan ketika aksi kontrol yaitu - d – (direct) untuk dilakukan
pengamatan pada power output dan lama waktu on dan off lampu ketika power input
dinaikkan dari 0% - 90,5% dengan rentang 10%. Dari data yang didapat semakin besar
power inputnya maka semakin besar juga harga power outputnya, seharusnya nilai
power input dan power output harus sama karena aksi kontrol yang digunakan adalah
aksi - d - , dimana jika power input = 0 maka power output = 0. Namun, karena
pemutaran tombol manual kadang - kadang melebihi nilai yang seharusnya
dimasukkan, maka data yang didapat antara power input dan power output tidak sama.
Untuk keadaan lampu pada aksi - d – ini dari awal percobaan lama lampu hidup lebih
sebentar dibandingkan lama waktu mati. Pda pengendalian proposional integral tidak
perlu lagi dilakukan pengendalian offset karena sudah terdapat mode integral yang
akan menghilangan offset. Mode pengendali ini bergerak cepat mengembalikan beban
kembali ke error nol (set point). Dari data yang didapat bahwa pada awalnya harga
power output yang didapat tidak stabil tetapi lama kelamaan stabil pada angka 0.

VIII. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada aksi - r - semakin meningkat power input maka power output semakin
menurun
2. Pada aksi - d – semakin meningkat power input maka power output semakin
meningkat
3. Lamanya waktu lampu hidup dan mati menunjukkan cycle time (Cy-t) yang
digunakan
4. Semakin kecil nilai % Prop yang digunakan maka semakin banyak nilai konstan
pada power output

IX. DAFTAR PUSTAKA


- Jobsheet Penuntun Praktikum Instrumentasi dan Kontrol. 2021/2022. Electrical
Concole (PC 10) : Pengendalian Kontinyu. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai