Anda di halaman 1dari 17

TUGAS DIAGNOSA KLINIK

(Klasifikasi Anjing dan Jenis-Jenis Vaksin pada Sapi dan Ayam)

Oleh

Nina Inocensia Welndy

(1309012025)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2015
1. Jenis-Jenis Anjing

Anjing atau Canis (lupus) familiaris adalah mamalia karnivora yang telah
mengalami domestikasi atau penjinakan dari hewan liar yaitu serigala abu-abu
(Canis lupus). Melalui pembiakan silang yang selektif, anjing telah berkembang
menjadi ratusan ras dengan berbagai macam variasi yang biasa kita kenal dengan
sebutan anjing ras. Ada lima tipe anjing yang telah dikenal sebagai ras awal hasil
pembiakan selektif yang dilakukan oleh manusia yaitu mastiff, wolflike dog
(spitz), greyhounds, pointers dan sheepdogs. Kemudian 5 ras ini berkembang
menjadi berbagai ras baru melalui penyebaran dan campur tangan manusia dalam
proses pembiakan.

Dengan begitu banyaknya ras baru yang muncul, anjing kemudian


diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok. Menurut Federation Cynologque
Internationale (FCI), anjing diklasifikasikan menjadi 9 kelompok berdasarkan
pada peran sosial dan tradisional anjing dengan fungsi-fungsi khas yang unik.
Sedangkan American Kennel Club (AKC) mengklasifikasikan anjing ke dalam 7
kategori berdasarkan fungsi anjing tersebut. Berdasarkan ukuran (bobot badan
anjing), anjing diklasifikasikan ke dalam 4 kelompok yaitu small/kecil (1-10 kg),
medium/sedang (10-25 kg), large/besar (25-50 kg) dan giant/raksasa (di atas 50
kg).

1.1 Klasifikasi Anjing menurut FCI

FCI (Federation Cynologque Internationale) adalah otoritas Kinologi


Internasional terbesar di dunia yang didirikan pada tahun 1911 dan berpusat
Thuin, Belga dengan beranggotakan 83 negara. FCI mengklasifikasikan anjing ke
dalam 9 grup besar berdasarkan pada peran sosial dan tradisional anjing pada
masa agrikultur yang merupakan masa dimana anjing tumbuh dan berkembang di
dalam berbagai ras (breed) dengan fungsi khas yang unik.

1
1. Sheepdogs/Cattledogs (selain Swiss 6. Scent hounds/related breeds
cattledogs) • Scent Hounds
• Sheepdogs • Scent Hounds hunted on leash
• Cattledogs • Related Breeds (Dalmatian,Rhodesian
Ridgeback)
2. Pinschers, Schnauzers, Mastiffa 7. Pointers
(Molossians) and Swiss mountain & • Continental Pointing Dogs
cattledogs • United Kingdom Pointing Dogs
• Pinscher & Schnauzer
• Mastiffs (Molossians)
• Swiss Mountian & Cattle Dogs
3. Terriers 8. Retrievers, Water Dogs and Flushing Dogs
• Large Terries • Retrievers
• Small Terriers • Flushing Dogs
• Bull Terriers • Water Dogs
• Toy Terriers
4. Dachshunds (Teckels) 9. Sighthounds (Windhounds)
• Miniature • Longhaired and Fringed
• Standard • Windhounds
• Wire Coated Windhounds
• Short Haired Windhounds
5. Primitive type dogs and Spitzes 10. Companions and Toys
• Nordic Sled Dogs • Bichons & Related breeds
• Nordic Hunting Dogs • Poodles
• Nordic Watchdogs and • Small Belgian Dogs
• Herders • Small Hairless Dogs
• European Spitz • Tibetan Breeds
• Asian Spitz & Related Breeds • Chihuahua
• Primitive types (Caanan dog, Basenji, • English Toy Spaniels
hairless breeds) • Japanese Chin & Pekinese
• Primitive type hunting dogs (podengos) • Continential Toy Spaniels
• Primitive type hunting dogs • Kromfohrländer
• with ridged backs (Thai Ridgeback) • Toy Bull breeds

2
1.2 Klasifikasi Anjing menurut AKC

American Kennel Club (AKC) merupakan asosiasi anjing terbesar di


amerika serikat. AKC mengklasifikasikan anjing ke dalam 7 kategori (Dog Breed
Groups) berdasarkan fungsi anjing tersebut.

A. Herding

Herding merupakan kategori dengan keunggulan dalam mengatur gerakan


hewan-hewan lain tanpa dibatasi ukuran fisik. Pada masa agraris, jenis ini
digunakan oleh para petani dan peternak untuk menjaga ternak serta mengatur
formasi dan arah pergerakan kawanan ternak. Pada saat ini, naluri ini dapat
dimanfaatkan untuk menjaga anak-anak kecil, karena menurut anjing mereka
termasuk “makhluk yang harus digembalakan”.

Ras anjing yang termasuk dalam kelompok ini adalah Collie, German
Shepherd Dog, Australian Cattle Dog, Australian Shepherd, Bearded Collie,
Beauceron, Belgian Mallinois, Belgian Sheepdog, Belgian Tervuren, Border
Collie, dan lain-lain.

B. Hound

Kategori ini bagi anjing-anjing pemburu yang unggul. Anjing dalam


kategori ini tidak ganas, mereka hanya memburu hewan-hewan yang merugikan
manusia. Tipe anjing ini memiliki kelebihan yang hampir sama dengan tipe

3
working hanya saja ukuran tubuhnya relatif sedang serta memiliki bulu yang
pendek. Contoh beberapa jenis anjing yang masuk ke tipe Hound adalah Jenis
Beagle, reyhpound, Basenji, Saluki, Basset, Dachsund, Miniature, Hound dll…

C. Non Sporting

Kelompok ini berisi anjing-anjing yang tidak termasuk dalam kategori-


kategori lainnya. Oleh karena itu, rentang varian anjing non sporting sangat luas
dengan karakter yang bervariasi. Tipe anjing ini adalah tipe anjing yang sangat
patuh pada pemiliknya atau tuan nya, tipe ini juga sering dibiakkan oleh
pemiliknya untuk berbagai macam penggunannnya. Contoh beberapa jenis anjing
yang masuk ke tipe ini adalah Shih Tzu, Dalmatian, Bulldog, French Bulldog,
Chow-chow, Boston terrier, dll…

4
D. Sporting

Anjing-anjing dalam kelompok ini dikembangkan untuk tujuan olahraga


tertentu seperti berburu atau kegiatan lapangan lainnya. Contoh kelompok ini
adalah retrievers yang dilatih untuk menemukan buruannya dan membawa
kembali ke tangan tuannya.

E. Terrier

Kaum terrier merupakan para pengontrol hama berupa hewan pengerat.


Ukuran yang relatif kecil memungkinkan mereka masuk memburu ke dalam celah
sempit. Mereka cenderung tidak toleran terhadap anjing lain dan sangat enerjik.
Bentuk fisik dari anjing tipe ini kebanyakan ramping dengan bentuk kepala
lonjong dan persegi empat, anjing tipe ini memiliki kebiasaan menggali tanah,
sehingga sangat cocok untuk dijadikan anjing pemburu binanang kecil. Pada
umumnya jenis-jenis anjing bertipe terrier, juga diberikan nama tipenya
dibelakang, seperti Bull terier.

5
F. Toy

Anjing-anjing kategori toy dikembangkan untuk fungsi-fungsi yang tidak


serius. Ukurannya relatif kecil sehingga untuk perawatan dan kebutuhan ruang
dan pakan dalam skala kecil.

G. Working

Kategori ini dibiakkan untuk pekerjaan tertentu, antara lain menarik kereta
salju atau menolong korban bencana alam. Kekuatan dan stamina ras jenis
working sangat tinggi sehingga membutuhkan latihan setiap harinya.

Anjing dengan tipe ini mempunyai bentuk fisik yang cenderung lebih
besar dibandingkan dengan tipe anjing yang lain serta memiliki beberapa
kelebihan yang tidak dimiliki oleh tipe anjing lainnya seperti memiliki indra
penciuman dan penglihatan yang tajam serta memiliki stamina dan kecepatan
berlari yang bagus. Tipe inilah yang sangat cocok untuk dijadikan anjing penjaga,
karena tipe ini juga sangat setia pada pemiliknya walaupun tergolong anjing
ganas. Ada beberapa jenis Anjing dari tipe ini yang sering dijuluki anjing pintar
atau anjing cerdas.

Contoh beberapa jenis anjing yang masuk ke tipe Working adalah Boxer,
Siberian Husky, Rottweiler, Mastiff, Dobermann, St Bernard, German Sheperd,
Great Dane, dll

6
1.3 Klasifikasi Anjing berdasarkan ukuran

Berdasarkan bobotnya (diukur berdasarkan berat badan anjing), anjing


diklasifikasikan ke dalam 4 kelompok yaitu kelompok yaitu small/kecil (1-10 kg),
Medium/sedang (10-25 kg), Large/besar (25-50 kg) dan Giant/Raksasa (diatas 50
kg). Klasifikasi ini dijadikan pedoman oleh produsen busana atau perlengkapan
pemeliharaan anjing yang memasarkan produknya secara spesifik untuk anjing
dengan bobot-bobot tertentu.

7
8
2. Jadwal Vaksinasi pada Ternak

Sudah seharusnya semua vaksin yang digunakan di Indonesia telah didaftar


untuk penggunaannya pada waktu kedepan dan terbatas dalam kepentingannya
untuk mengetahui daya gunanya dan aman pada ternak/hewan maupun
penggunanya. Vaksin akan membantu mengurangi kejadian penyakit pada
hewan/ternak dengan cara merangsang sistem kekebalan guna mendukung
pertahanan tubuh hewan/ternak. Usaha menurunkan kejadian penyakit melalui
vaksinasi akan berdampak penting pada prikehewanan dengan menurunkan angka
kejadian penyakit dan tekanan yang diakibatkan oleh penyakit tersebut. Vaksinasi
juga mendukung kepentingan ekonomi yang disebabkan oleh penyakit.
Menurunkan kejadian penyakit berarti mengurangi biaya pemeliharaan, mencegah
menurunnya pertumbuhan berat badan, produksi susu ataupun fertilitas yang
diakibatkan oleh penyakit. Beberapa vaksin juga dapat melindungi manusia
tertular oleh penyakit zoonosis. Kewajiban untuk peternak agar penggunaan
vaksin di peternakannya dilakukan melalui konsultasi dengan dokter hewan.
Tujuan dari pelaksanaan vaksinasi pada tiap hewan/ternak adalah menguji
tantang individu ternak/hewan dengan dosis tertentu organisme patogen (bakteri,
virus, mycoplasma, jamur dst) yang mampu merangsang reaksi kekebalan yang
akan meningkatkan sistem kekebalan hewan/ternak untuk bereaksi secara cepat
dan efektif terhadap tantangan penyakit di lapangan. Vaksinasi dirancang untuk
mencegah penyakit yang akan datang dan tidak berarti mencegah terjadinya
infeksi. Sistem kekebalan sangatlah kompleks. Kemampuannya untuk berfungsi
terhadap kekuatannya dapat diterangkan dalam beberapa cara (RUMA, 2007).

9
Beberapa virus, mycoplasma dll., dapat mempengaruhi rangsangan ini seperti
halnya terjadi kekurangan dalam nutrisi penting. Hewan/ternak yang dalam
keadaan kondisi buruk, kekurangan dalam nutrisi asam amino penting, stress atau
terserang dari penyakit tertentu, tubuh jarang bereaksi penuh terhadap invasi
patogen atau vaksin (RUMA, 2007). Vaksin bekerja dengan merangsang sistem
kekebalan tanpa dipengaruhi penyakit. Hal ini dicapai dengan menginaktifasi
mikroba, dengan menumbuhkannya di laboratorium dalam media biakan
(atenuasi), dan bila dikenalkan kepada tubuh hewan/ternak akan merangsang
respons kekebalan tanpa menyebabkan penyakit.
Vaksinasi dapat menggunakan vaksin aktif dan inaktif. Vaksin aktif untuk
bakteri yang sudah digunakan di Indonesia baru 2 (dua) macam, yaitu vaksin
antraks dan vaksin brucella (Direktorat Kesehatan Hewan, 2000). Kedua vaksin
tersebut dapat memberikan proteksi terhadap penyebaran penyakit.
Tabel 2.1 Vaksin inaktif pada Unggas yang beredar di Indonesia

Tabel 2.2 Vaksin inaktif pada nonunggas yang beredar di Indonesia

10
2.1 Vaksinasi pada sapi
Program vaksinasi pada sapi perah muda sebaiknya dimulai dengan
pemberian colostrum sebagai pertahanan pasif pada umur 0–6 hari. Setelah itu
perlu dipikirkan pemberian polyvalent vaccine untuk penyakitpenyakit pernapasan
kausa viral, seperti IBR, PI-3, BVD, BRSV dan sebaiknya dalam bentuk modified
live vaccine (STOKKA et al., 1996). Vaksin Brucellosis disarankan untuk daerah
yang tertular dengan pemberian vaksin Strain 19 atau RB 51. Hal ini perlu sekali
dikonsultasikan dengan dokter hewan setempat dalam pelaksanaannya. Biasanya
dilakukan pada umur 4–6 bulan.
Tabel 2.1.1 Program vaksinasi pada Sapi perah muda

Tabel 2.1.2 Program vaksinasi untuk sapi perah dara

Tabel 2.1.3 Program vaksinasi untuk induk sapi perah

11
Tabel 2.1.4 Program vaksinasi untuk sapi perah yang menyusui

2.2 Vaksinasi pada ayam


Pada dasarnya, vaksin untuk ayam kampung dibagi menjadi tiga macam
yaitu vaksin bakterial, viral dan protozoa, dimana vaksin bakterial dan protozoa
biasanya diberikan jika ayam terjangkit penyakit yang susah sembuh dan sering
kambuh. Jenis-jenis produk vaksin untuk ayam kampung pun berbeda-beda
tergantung sasaran usia ayam, cara pemberian dan dosisnya.
Vaksin Usia Ket
Coryza Masih muda (ayam dara) Diberikan secara IM
IB (H120) 2 hari Vaksin tetes mata
ND kill 5 hari Injeksi sub kutan
IBD live 16 hari Melalui air minum
ILT 7 minggu Melalui tetes hidung
Coryza 7 minggu Secara IM
AE 10 minggu Melalui air minum
ND kill 58 minggu Suntikan lewat dada

Tabel 2.2.1 Program vaksinasi pada ayam kampung

Ada beragam cara untuk melaksanakan vaksinasi. Saat ini, metode yang
lazim dilakukan di antarannya vaksinasi melalui mata, hidung, mulut,
penyuntikan, pakan, minum, dan penyemprotan.

a. Tetes Mata (Intra-ocular)

Vaksinasi tetes mata dilakukan dengan cara meneteskan vaksin ke mata


ayam. Cara pelaksanaannya sebagai berikut:

12
• Tuangkan pelarut ke dalam botol vaksin hingga terisi 2/3 bagian botol.
• Tutup botol, lalu kocok secara perlahan hingga vaksin tercampur merata.
• Ganti tutup botol dengan tutup botol untuk vaksin tetes mata.
• Agar vaksin cepat habis, bagi vaksin menjadi 3-4 bagian yang dipakai
secara bersamaan oleh vaksinator yang berbeda.

b. Tetes Hidung (Intranasal)

Seperti namanya, vaksin tetes hidung dilakukan dengan cara meneteskan


vaksin ke dalam lubang hidung. Tahapan pelaksanaan vaksinasi ini sama seperti
vaksinasi tetes mata.

c. Melalui Mulut atau Cekok (Intraoral)

Pada metode vaksinasi mulut, vaksin diumpankan ke ayam melalui


mulutnya dengan cara dicekok. Pelaksanaan vaksinasi ini sama dengan cara
vaksin melalui air minum. Perbedaannya, vaksinasi dilakukan pada ayam secara
individu sehingga setiap ayam mendapatkan dosis vaksin yang sama.

d. Suntik Daging (Intramuscular)

Vaksinasi suntik daging dilaksanakan dengan cara menyuntikkan vaksin


ke dalam daging. Biasanya, penyuntikan dilakukan di bagian dada dan paha.
Vaksin yang disutikkan bisa berupa vaksin yang masih hdup atau sudah mati.
Cara pencampuran vaksin dan banyaknya air yang dibutuhkan untuk vaksin hidup
sama seperti pada vaksinasi melalui mulut. Namun, tentu saja, vaksinasi
dilakukan melalui jarum sunik. Adapun pelaksanaan vaksinasinya sebagai berikut:

• Sebelum digunakan, kocok vaksin secara hati-hati hingga tercampur


merata.
• Suntikkan vaksin ke daging dengan dosis sesuai anjuran.

13
• Semua peralatan yang digunakan harus steril, baik ketika melakukan
vaksinasi maupun setelah digunakan.
e. Suntik Bawah Kulit (Subcutaneous)

Vaksinasi suntik bawah kulit dilaksanakan dengan cara mentuntikkan


vaksin di bawah kulit, biasanya di area sekitar leher. Pelaksanaannya sama dengan
persiapan melakukan vaksinasi suntik daging.

f. Melalui Air Minum (Drinking Water)

Pada vaksinasi melalui air minum, vaksin dituangkan ke dalam air yang
disediakan untuk minum ayam. Air yang digunakan untuk melarutkan vaksin
harus bersih dan bebas klorin. Peralatan yang harus dipakai harus bebas dari
disinfektan lebih dari dua hari. Untuk memperpanjang umur vaksin, tambahkan 2-
5 gram skim per liter air (tergantung dari kondisi air) ke dalam air.

g. Penyemprotan (Spray)

Vaksinasi dengan cara penyemprotan sering digunakan untuk memberikan


vaksin kepada ayam yang baru berumur satu hari. Sebelum ayam tersebut
dimasukkan ke dalam kandang pemanas, alat semprot yang akan digunakan harus
sudah terpasang sehingga boks ayam bisa langsung dimasukkan ke dalam kotak
sprayer. Setelah semua peralatan siap, vasinasi segera dilaksanakan dengan cara
menyemprotkan vaksin sebanyak 1-2 kali. Aplikasi vaksinasi untuk ayam besar
dilakukan dengan menggunakan sprayer khusus. Aplikasi ini akan lebih efektif
jika dilakukan di lingkungan yang terkontrol atau tidak banyak angin.

h. Tusuk Sayap (Wing web)

Vaksinasi tusuk sayap dilaksanakan dengan cara menusukkan jarum di


sekitar selaput sayap ayam dari arah bagian dalam sayap. Cara melarutkan vaksin
metode ini sama dengan cara melarutkan vaksin melalui tetes mata. Pelarut yang
digunakan biasanya pelarut khusus untuk vaksinasi melalui tusuk sayap. Alat
yang dipakai dalam vaksinasi ini berupa jarum bercabang dua.

14
i. Melalui Pakan (Feeding)

Vaksinasi melalui pakan dilaksanakan dengan cara mencampurkan vaksin


ke dalam pakan ayam. Cara ini biasanya digunakan untuk pengaplikasian vaksin
cocci. Pakan yang dipakai harus bebas dari preparat anticocci (amprolium,
sulfaquinoxaline, dan preparat sulfa lainnya). Cara pelaksanaannya, vaksin
dicampur ke dalam pakan, lalu diberikan kepada ayam. Tempat pakan yang
dipakai untuk vaksinasi adalah tempat makan ayam.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. FCI Dog Breed Groups. www.breeds-of-dogs.com/html/dog_


groups.html. [ 26 September 2015 ]
Direktorat Kesehatan Hewan. 2000. Indeks Obat Hewan Indonesia. Direktorat
Kesehatan Hewan, Direktorat Jendral Peternakan, Asosiasi Obat Hewan
Indonesia, Jakarta. 264 hlm.
ELLIS, J.A. 2002. The role of vaccination in a good herd health program.
http://www.afns. ualberta.ca/hosted/wcds/wcd99/chap19.htm1/12/02. [26
September 2015]
https://anjingindonesia.wordpress.com/2009/02/13/mengenal-tipe-anjing-
berdasarkan-pengelompokan-dan-penggolongan-anjing/ [ 26 September
2015]
http://www.wikiwand.com/id/Federasi_Kinologi_Internasional [ 26 September
2015]
KAHRS, R.F. 1981. Viral diseases of cattle. The IOWA State University
Press/AMES/IOWA,USA.
LIMBERG, A., J. BROWNLIE, G.J. GUNN, H. HOUE, V. MOENNIG, H.W.
SATKAMP, T. SANVIK, and P.S. VALLE. 2006. The control of bovine
viral diarrhea virus in Europe: today and the future.
Rev.Sci.Tech.Off.Int.Epiz.25(3): 961–979.
RUMA. 2007. Responsible use of vaccines and vaccination in dairy and beef
cattle production. DEFRA,NOAH, United Kingdom, England.
STOKKA, G., J.F. SMITH, J.R. DUNHAM, and T.VANANNE. 1996. Preventive
dairy herd health program. Dairy Science-4, Kansas State University,
Agriculture Experiment Station and Cooperative Extension Service, USA.

16

Anda mungkin juga menyukai