Anda di halaman 1dari 2

Istilah Pendalungan berasal dari kata dalung atau dhalung yang berarti periuk besar dari logam.

Itu merupakan metafora untuk menggambarkan suatu wilayah yang menampung beragam
kelompok etnik dengan latar belakang budaya berbeda. Sehingga melahirkan proses
percampuran budaya.
Secara budaya, masyarakat Pendalungan adalah masyarakat hibrida atau berbudaya baru
karena adanya percampuran dua budaya dominan, yakni budaya Jawa dan budaya Madura.
Dalam konteks geopolitik dan geososio-kultural, masyarakat Pendalungan merupakan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah tapal kuda. Wilayah tapal kuda meliputi
Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Jember, Banyuwangi dan Lumajang.
Tipe kebudayaan Pendalungan adalah kebudayaan agraris-egaliter. Mengutip laman resmi
Kemdikbud, bahasa yang digunakan oleh masyarakat Pendalungan sehari-hari adalah bahasa
ngoko (kasar) dan bahasa campuran.
Dikutip dari Buku Djember Tempo Doeloe karya Dukut Imat Widodo, kebanyakan masyarakat
Pendalungan berprofesi pada sektor agraris-tradisional.
Masyarakat pendalungan juga tidak suka percakapan basa-basi atau menyembunyikan
perasaan. Sebagian masyarakat pendalungan bersifat keras dan suka mengucapkan kata-kata
makian.
Meski begitu, masyarakat Pendalungan mudah beradaptasi terhadap perubahan dan memiliki
solidaritas tinggi dalam menyelesaikan masalah.
Masyarakat Pendalungan memiliki kuliner khas berupa nasi jagung. Dulu, nasi jagung
diidentikkan sebagai kuliner untuk masyarakat kelas ke bawah.
Seiring perkembangan zaman, nasi jagung kini menjadi kuliner yang disajikan untuk para
wisatawan yang berkunjung ke wilayah masyarakat Pendalungan.
Budaya Pendalungan menghasilkan kebudayaan unik dan bersifat kontemporer. Berikut budaya
kesenian Pendalungan seperti dikutip dari laman resmi Kemdikbud:

1. Musik Patrol

Secara historis, musik patrol terinspirasi dari kegiatan ronda malam. Alat musik yang digunakan
meliputi seruling dan kentongan yang terbuat dari bambu maupun kayu. Irama musik Patrol
sangat dinamik dan telah mengalami berbagai modifikasi.
Musik patrol biasa dipakai untuk mengiringi lagu-lagu tradisional Madura, Jawa, atau
Banyuwangi. Saat bulan Ramadhan, musik patrol menjadi sarana untuk membangunkan
masyarakat di waktu sahur.

2. Lengger

Lengger adalah tarian rakyat yang menyerupai tandhak atau tledhek yang dikenal dalam
kebudayaan Jawa. Awalnya, Lengger dijadikan sebagai tarian ritual yang terkait dengan mitos
Dewi Kesuburan atau Dewi Padi. Kini, Lengger menjadi tari pergaulan yang bersifat menghibur.

Alunan lagu yang digunakan penari lengger adalah lagu-lagu tradisional berbahasa Madura atau
Jawa. Sayangnya, kesenian Lengger semakin hari semakin sedikit.

3. Singo Ulung

Singo ulung adalah tarian rakyat dari Kabupaten Bondowoso. Menurut cerita legenda, Singo
Ulung merupakan gelar yang diberikan kepada seseorang yang bernama Juk Seng, bangsawan
dari Blambangan yang suka mengembara.

Dalam pengembaraannya ke arah barat, Juk Seng secara tidak sengaja memasuki hutan yang
dipenuhi tumbuhan belimbing. Kedatangan Juk Seng ke hutan itu menarik perhatian Jasiman,
seorang tokoh yang hidup di kawasan hutan tersebut.

Jasiman ingin mengetahui kesaktian Singo Ulung. Juk Seng dan Jasiman pun bertarung dan
berusaha untuk saling mengalahkan. Karena sama-sama sakti, pertarungan berjalan dengan
seimbang. Akhirnya, Juk Seng dan Jasiman bersahabat.

4. Can Macanan Kadduk

Can Macanan Kadduk berasal dari bahasa Madura yang berarti macan karung. Can Macanan
Kadduk adalah tarian rakyat Jember yang merupakan produk masyarakat agraris pendalungan.
Tarian ini melambangkan keperkasaan macan yang digunakan untuk mengusir penjahat.

Seiring berkembangnya zaman, Can Macanan Kadduk kerap ditampilkan dalam acara hiburan
maupun upacara desa.

5. Janger

Janger adalah kesenian rakyat yang disajikan dalam bentuk drama yang pertunjukannya mirip
dengan ketoprak dalam kebudayaan Jawa.
Musik yang digunakan dalam pertunjukan Janger adalah alunan gamelan Bali atau Banyuwangi.
Syairnya menggunakan bahasa Jawa, sementara dialognya dengan Bahasa Madura. Pertunjukan
Janger biasanya berlangsung dari malam hingga pagi hari.

6. Kentrung

Seni kentrung adalah pelantunan pantun Madura yang diiringi bunyi rebana atau terbang. Seni
ini masih banyak dijumpai di beberapa wilayah tapal kuda.

Salah satu tokoh kentrung yang terkenal adalah Nur Subakti. Ia telah menjadi seniman kentrung
sejak tahun 1945.

Nur Subakti bermain kentrung karena merasa sulit mencari pekerjaan yang sesuai dengan
kecakapannya. Mulanya, ia mencoba menjajakan kemahirannya dalam seni kidung pantun
(paparegan Madura) dengan sebuah terbang. Rupanya, kentrung dapat menjadi sendi mata
pencaharian hingga tahun 1956.

7. Jaran Kencak

Jaran kencak atau kuda kencak adalah kuda yang dilatih menari. Selain menari, kuda ini juga
mengenakan aksesoris warna-warni.

Jaran kencak biasa ditanggap untuk memeriahkan hajatan atau upacara-upacara tertentu.

Anda mungkin juga menyukai