Afradiana Kurniawati Jupir - 25000121183364 - Artikel Ilmiah
Afradiana Kurniawati Jupir - 25000121183364 - Artikel Ilmiah
ABSTRAK
Latar Belakang : Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang merupakan penyebab
utama kesehatan yang buruk dan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Tuberkulosis merupakan penyakit yang ditularkan melalui udara dan masih menjadi penyakit
yang bermasalah bagi kesehatan masyarakat.Sanitasi lingkungan yang buruk dapat menjadi
salah satu cara penularan penyakit. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang
erat kaitannya dengan lingkungan tempat tinggal. Kejadian Tuberkulosis di wilayah kerja
UPTD Puseksmas Borong terjadi peningkatan setiap tahun. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dengan kejadian tb paru di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Borong Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur. Metode: jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik dengan rancangan penelitian
Case Control. Populasi penelitian ini adalah semua penderita TB Paru yang berjumlah 40
responden ada di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Borong, sampel penelitian ini sebanyak 35
responden kasus dan 35 responden kontrol Dengan Teknik Simple Random Sampling.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Borong pada bulan Juni – Juli
tahun 2022. Hasil: Hasil uji chi-square, kondisi fisik rumah yang mempunyai hubungan
dengan kejadian tuberkulosis paru adalah luas ventilasi (p value = 0,048), pencahayaan alami
(p value = 0,023), kelembaban udara (p value = 0,022), dan suhu (p value = 0,016). Sedangkan
kondisi fisik rumah yang tidak mempunyai hubungan dengan kejadian tuberkulosis paru
adalah kepadatan hunian (p value =0,550).
Kata kunci : Tuberkulosis, lingkungan Fisik Rumah, Puskesmas.
menular yang merupakan penyebab utama melalui batuk). Penyakit ini biasanya
kesehatan yang buruk dan salah satu mempengaruhi paru-paru (Tb Paru) tetapi
dunia.(1) Tuberkulosis merupakan penyakit % penyakit ini mengenai orang dewasa dan
yang ditularkan melalui udara dan masih kasus lebih banyak terjadi pada laki-laki
menjadi penyakit yang bermasalah bagi dibandingkan wanita. Pada tahun 2020,
Total 70 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari variabel dengan persentase tidak memenuhi
syarat tertinggi adalah kelembaban.Sedangkan variabel dengan persentase terendah adalah
kepadatan hunian.
2. Tabel Analisis Bivariat Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis
Paru.
Kelompok responden
Kondisi fisik rumah Kasus Control Jumlah Statistik
(+) (-)
n % n % n %
Suhu
MS 5 14,3 14 40 19 27,1 0,016
TMS 30 85,7 21 60 51 72,9
Pencahayaan
MS 12 34,3 4 11,4 16 22,9 0,023
TMS 23 65,7 31 88,4 54 77,1
Kelembaban
MS 2 5,7 9 25,7 11 15,7 0,022
TMS 33 94,3 26 74,3 59 84,3
Ventilasi
MS 18 51,4 26 74,3 44 62,9 0,048
TMS 17 48,6 9 25,7 26 37,1
Kepadatan Hunian
MS
TMS 27 77,1 29 82,9 56 80 0,550
8 22,9 6 17,1 14 20
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada memenuhi syarat sebanyak 33(94,3%) dan
kelompok kasus suhu yang tidak memenuhi kelompok control sebanyak 26(74,3%) Hasil
syarat sebanyak 30 (85,7%) dan pada kelomp uji chi-square didapatkan nilai p = 0,022 (<
ok control sebanyak 21 (60%) Hasil uji chi- 0.05). Dari hasil tersebut dapat diinterpretasi
square didapatkan nilai p = 0,016 (< 0.05). kan bahwa ada hubungan antara
Dari hasil tersebut dapat diinterpretasikan kelembaban dengan kejadian TB. Ventilasi
bahwa ada hubungan antara suhu dengan pada kelompok kasus yang tidak memenuhi
kejadian TB. Pencahayaan pada kelompok syarat sebanyak 17(48,6) dan pada kelompok
kasus yang tidak memenuhi syarat sebanyak kontrol sebanyak 9(25,7%) Hasil uji chi-
23(65,7%) dan pada kelompok control 31 square didapatkan nilai p = 0,048 (< 0.05).
(88,4%) Hasil uji chi-square didapatkan nilai Dari hasil tersebut dapat diinterpretasikan
p = 0,023 (< 0.05). Dari hasil tersebut dapat bahwa ada hubungan antara ventilasi dengan
diinterpretasikan bahwa ada hubungan antara kejadian TB. dan kepadatan hunian yang tidak
pencahayaan dengan kejadian TB. memenuhi syarat sebanyak 8 (22,9%) dan
Kelembaban pada kelompok kasus yang tidak kelompok control sebanyak 6 (17,1 %) Hasil
uji chi-square didapatkan nilai p = 0,550 (> Suhu merupakan salah satu faktor
0.005). Dari hasil tersebut dapat diinterpreta yang menentukan kualitas udara di dalam
sikan bahwa tidak ada hubungan antara rumah. Suhu yang aman jika berkisar antara
kepadatan hunian dengan kejadian TB. 18-30°C. jika suhu ruangan dalam rumah
Pembahasan tidak ;memenuhi syarat sehingga menjadi
media pertumbuhan bakteri pathogen salah
1. Hubungan antara suhu dengan
satunya adalah Mycobacterium
kejadian TB paru
tuberculosis.bakteri ini bertahan lama dalam
Hasil uji chi-square didapatkan nilai p =
udara rumah sehingga dapat menularkan
0,016 (< 0.005). Dari hasil tersebut dapat
kepada semua anggota keluraga yang ada
diinterpretasikan bahwa ada hubungan
yang mengakibatkan terjadinya penularan
antara suhu dengan kejadian TB. Penelitian
penyakit TB.
ini tidak sejalan dengan penelitian Indrawati
2. Hubungan antara pencahayaan dengan
dengan judul Hubungan Kondisi Fisik
kejadian TB paru
Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru
Hasil uji chi-square didapatkan nilai p =
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Tahun
0,023 (< 0.05). Dari hasil tersebut dapat
2018 dari penelitian ini didapatkan bahwa
diinterpretasikan bahwa ada hubungan anta
Berdasarkan uji statistic dengan Chi Square,
ra pencahayaan dengan kejadian TB.
maka diperoleh nilai P value 0,569 > 0,05
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitri
maka Ha di tolak. Hal ini berarti bahwa tidak
Zulfa Hayati berjudul Hubungan Kondisi
ada hubungan antara Suhu ruangan rumah
Fisik Rumah dan Status Gizi dengan Insiden
dengan kejadian TB paru di wilayah kerja
Penyakit Tuberkulosis di Wilayah Kerja
puskesmas Kuok Tahun 2018. Berdasarkan
Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru Tahun
hasil OR (odds ratio) diatas 0,613 maka
2020 dari penelitian itu didapatkan bahwa
responden yang memiliki suhu ruangan
Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi
yang tidak memenuhi syarat akan
Square dengan p value < (0,05) sehingga Ho
berpeluang 0,613 kali beresiko mengalami
ditolak yang artinya ada hubungan yang
penyakit TB Paru dibandingkan yang
bermakna antara pencahayaan dengan
memiliki suhu ruangan yang memenuhi
penyakit tuberkulosis paru. Dan nilai OR =
syarat. hal ini menunjukan bahwa suhu
9,533 yang artinya responden dengan
ruangan merupakan faktor penyebab
pencahayaan tidak memenuhi syarat
kejadian TB Paru namun tidak bermakna
beresiko 9 kali terkena penyakit
secara stastistik.
Tuberkulosis Paru.
Cahaya matari yang masuk ke dalam lam rumah adalah karena ventilasi dan penc
rumah itu minimal 60 lux dan tidak ahayaan yang tidak memenuhi syarat serta
menyilaukan, apabila sinar matahari yang kebiasaan tidak membuka jendela secara ru
masuk ke dalam rumah < 60 lux dapat tin tiap hari sehingga sirkulasi udara
menjadi tempat perkembangbiakan bakteri tidak menjadi lancar
pathogen salah satunya adalah 4. Hubungan antara ventilasi dengn
mycobacterium Tuberkulosis. Dampak dari kejadian TB paru
pencahayaan yang tidak memenuhi syarat, Hasil uji chi-square didapatkan nilai p =
yaitu kelembapan tinggi dan suhu semakin 0,048 (< 0.05). Dari hasil tersebut dapat
minus dapat berakibat berkembang nya diinterpretasikan bahwa ada hubungan
Mycobacterium tuberculosis di dalam antara ventilasi dengan kejadian TB
rumah dan penularan akan semakin Hubungan antara kepadatan hunian dengan
meningkat. kejadian TB paru , hal ini sejalan dengan
3. Hubungan antara kelembaban dengan penelitian yang dilakukan Indah Ervina
kejadian TB paru Wulan Sari tentang Hubungan Kondisi Fisik
Hasil uji chi-square didapatkan Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru
nilai P = 0,022 (< 0.05). Dari hasil tersebut di Wilayah Kecamatan Sindang Kabupaten
dapat diinterpretasikan bahwa ada hubun Indramayu dari penelitian itu didapatkan
gan antara kelembaban dengan kejadian TB bahwa penghuni rumah dengan luas
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dwi ventilasi kurang dari 10% luas lantai akan
hariyo didapat hasil bahwa Dari hasil berisiko 0,183 kali lebih tinggi,
pengukuran yang telah dilakukan pada tahun dibandingkan dengan penghuni rumah yang
2018 di wilayah kerja Puskesmas Balongsari luas ventilasinya >= 10 m2.
didapatkan hasil bahwa tidak ada rumah Ventilasi berfungsi sebagai pengatur
baik kelompok penderita maupun kelompok udara di dalam ruang rumah. yang berfungsi
kontrol yang memenuhi syarat. untuk memasukan udara bersih yang
Menurut Kepmenkes RI Nomor 1077/ME mengandung oksigen (O2) dari ruang luar
NKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Peny dan mengeluarkan udara kotor yang
ehatan Udara Dalam Ruang Rumah, kelem mengandung karbon (CO2) dari ruang
baban yang memenuhi syarat yaitu sebesar dalam. Pertukaran udara yang tidak
40- 60% Rh. Apabila kelembaban rumah ti memenuhi syarat dapat menyebabkan
dak memenuhi syarat maka merupakan me suburnya pertumbuhan mikroorganisme, y
dia perkembangbiakan bakteri pathogen. ang mengakibatkan gangguan terhadap
Adapun penyebab tingginya kelembaban da kesehatan manusia. Ventilasi yang
mengalirkan udara dapat mengurangi konsumsi oksigen, juga bila salah satu
jumlah percikan, sementara sinar matahari anggota keluarga terkena penyakit infeksi,
langsung yang masuk ke dalam ruangan terutama tuberkulosis akan mudah menular
dapat membunuh bakteri Menguapnya kepada anggota keluarga lain
droplet nuclei ke udara dibantu dengan Kesimpulan
pergerakan aliran angin yang menyebabkan
Dari hasil penelitian hubungan kondisi fisik
bakteri tuberkulosis yang terkandung di
rumah dengan kejadian penyakit tuberkulo
dalam droplet nuclei terbang melayang
sis paru di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
mengikuti aliran udara
Borong Kabupaten Manggarai Timur dapat
5. Hubungan antara kepadatan hunian
disimpulkan bahwa kondisi fisik lingkungan
dengan kejadian TB paru
rumah yang mempunyai hubungan dengan
Hasil uji chi-square didapatkan nilai p
kejadian TB Paru adalah luas ventilasi (p
= 0,550 (> 0.005). Dari hasil tersebut dapat
value = 0,048), pencahayaan (p value =
diinterpretasikan bahwa tidak ada
0,023), kelembaban udara (p value = 0,022),
hubungan antara kepadatan hunian dengan
dan suhu (p value = 0,016). Sedangkan
kejadian TB. Penelitian ini tidak sejalan
kondisi fisik rumah yang tidak mempunyai
dengan penelitian Nurhuda yaitu
hubungan dengan kejadian tuberkulosis
Berdasarkan hasil penelitian dari 19 rumah
paru adalah kepadatan hunian (p value
responden, kepadatan hunian yang tidak
=0,550).
memenuhi syarat sebanyak 12 rumah
(63,1%). Jumlah penghuni rata-rata yaitu Saran
sebanyak 7 orang dalam satu rumah dengan Hasil penelitian ini sebagai informasi
luas rumah 40 s.d 45 m². Semakin banyak kepada UPTD Puskesmas Borong, sehingga
penghuni rumah maka semakin kurang O2 dapat melakukan strategi pencegahan
yang ada dan semakin tinggi CO2 sehingga penyakit TB melalui penyuluhan kepada
menyebabkan rendahnya kualitas udara di pasien yang datang ke Fasilitas pelayanan
dalam ruangan/ rumah. Hal ini tidak sehat kesehatan maupun kepada masyarakat di
karena disamping menyebabkan kurangnya wilayah kerja UPTD Puskesmas Borong
DAFTAR PUSTAKA