Afradiana Kurniawati Jupir - 25000121183364 - Kelompok 1 - 5E - MAKALAH TM 9
Afradiana Kurniawati Jupir - 25000121183364 - Kelompok 1 - 5E - MAKALAH TM 9
2. Hipotiroid
Semakin lama menderita gondok endemik akan makin sering
ditemukan gondok noduler dan hipotiroid, terutama setelah pemberian
suplementasi iodium. Ibu yang kekurangan yodium dapat menjadi hipotiroid
dan pada ibu hamil berisiko abortus, angka kematian bayi meningkat,
retardasi mental, dan kelainan kongenital (6).
c) Dampak bagi masyarakat
Anak akibat kekurangan iodium seperti gangguan fungsi mental bisa
menjadi ancaman sumber daya manusia dan pembangunan. Hal ini karena
dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia serta menghambat roda
perekonomian dan pembangunan bangsa (1).
D. Upaya Intervensi Pencegahan/Penanggulangan
1. Intervensi Gizi Spesifik
a. Berdasarkan rekomendasi WHO & UNICEF (1994) penanggulangan
GAKY dengan menggunakan strategi USI (Universal Salt Iodization) yaitu
dengan konsumsi garam beryodium (7)
b. Pemberian minyak beryodium secara berkala (7)
c. Melakukan kegiatan KIE tentang pentingnya garam beryodium (7)
d. Fortifikasi air beryodium, dilakukan dengan dengan mengembangkan alat
intervensi iodium pada air perpipaan non-PDAM berbasis masyarakat di
wilayah dengan riwayat GAKY (8).
2. Intervensi Gizi Sensitif
a. Melalui kerja sama lintas sektor seperti : Polres, Sat Pol PP, Diskominfo,
Kementerian Agama, Disperindag, Dinas Kesehatan dengan cara :
❖ Memantau dan menguji secara langsung keberadaan Garam
beryodium di sejumlah pasar tradisional
❖ Monitoring untuk menekan peredaran garam non yodium
b. Menerapkan strategi RAN KPP GAKY pada tahun 2004, yaitu dengan
cara: (1)
❖ Penguatan industri garam beryodium nasional
❖ Penetapan standar iodium pada produk-produk garam di Indonesia
❖ Pembantuan distribusi garam beryodium
E. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan upaya pencegahan/penanggulangan
Upaya menurunkan prevalensi gondok adalah dengan intensifikasi
penanggulangan GAKY berupa jangka pendek dengan pemberian kapsul iodium,
upaya jangka menengah berupa pemakaian garam beriodium (fortifikasi), dan upaya
jangka panjang dengan meningkatkan konsumsi makanan beriodium dan
menghindari bahan goitrogenik, dengan jalan memberikan lebih banyak
pengetahuan berupa penyuluhan yang lebih intensif dan terarah kepada sasaran (9)
Upaya promotif dan preventif yaitu sosialisasi dan advokasi (penyuluhan)
Program Penanggulangan GAKY yang lebih luas kepada masyarakat dengan
diseminasi informasi kepada seluruh jajaran kesehatan dan tokoh masyarakat,
Gerakan Sadar Pangan dan Gizi, perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi garam
beriodium, mengenal kelainan akibat gondok sejak dini, berupaya untuk
meningkatkan gizi keluarga secara mandiri dan terus berupaya untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan anak, keluarga, dan lingkungan (9).
Strategi kuratif dan rehabilitatif yaitu meningkatkan status gizi individu,
keluarga dan masyarakat degan menurunkan prevalensi GAKY, memberikan
pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat sadar bahwa
berkepanjangan dan menimbulkan efek misalnya menurunnya kecerdasan pada
anak, gangguan pertumbuhan dan gangguan kesuburan, meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di Puskesmas dan di luar Puskesmas secara aktif dengan
meningkatkan keterpaduan lintas sektor dan lintas program serta memberikan
pelayanan yang profesional (dokter, pelaksana, gizi, paramedis yang sudah terlatih.
Universal Salt Iodization (USI) merupakan salah satu upaya untuk menanggulangi
GAKY secara efektif. Garam beriodium wajib menerapkan SNI yang telah ditetapkan
Badan Standardisasi Nasional (BSN). Syarat mutu garam beriodium adalah
kandungan KIO3 ≥ 30 mg/kg atau ppm (9)
● Meningkatkan produksi garam beryodium yang memenuhi syarat secara nasional
melalui peningkatan produksi di sentra garam rakyat melalui iodisasi bergerak
(mobile iodization) pada setiap pos produksi dan pemasaran daerah, peningkatan
kualitas garam beryodium pada industri kecil menengah melalui revitalisasi mesin
dan peralatan dan pengawasan mutu garam beryodium, peningkatan kapasitas
produksi pada industri garam beryodium skala besar serta pengamanan pasokan
kalium iodat (KIO3) di seluruh daerah yang memproduksi garam beryodium melalui
koordinasi PT. Kimia Farma, Aprogakob dan Dinas Perindag Kabupaten/Kota.
● Meningkatkan distribusi garam beryodium yang memenuhi syarat secara merata ke
seluruh daerah sampai menjangkau ke pelosok desa-desa dan daerah terpencil
melalui koordinasi distributor, agen, pedagang dan produsen, serta koordinasi antar
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota baik daerah produsen maupun
daerah konsumen.
● Melakukan monitoring mutu garam beryodium di tingkat produksi dan distribusi untuk
menjamin ketersediaan garam beryodium yang memenuhi syarat di masyarakat.
● Penegakan norma sosial dan norma hukum bagi pelanggar ketentuan yang sudah
berlaku dan telah ditetapkan (2).
Sumber :