Anda di halaman 1dari 97

STUDI LITERATUR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO JATUH

PADA PASIEN BALITA RAWAT INAP DITINJAU DARI TEORI“FAYE

G ABDELLAH”.

OLEH :

LEVITO MAITALE

12114201170193

PRODI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Kami menerima dan menyetujui proposal ini yang disusun oleh Levito Maitale

NPM: 12114201170193 untuk diseminarkan.

Ambon, Agustus 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. N.Parinussa, S.Kep., M.Kep Dr. H. J. Huliselan, M.Kes

NIDN : 0012118109 NIDN :1208025301

Menyetujui Mengetahui

Dekan fakultas kesehatan Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

B. Talarima, S.KM.M.kep Ns. S. R. Maelissa, S.Kep., M.Kep

NIDN : 1207098501 NIDN : 1223038001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulispanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

limpahan berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

yang berjudul “Studi literatur: faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko

jatuh pada pasien balita rawat inap ditinjau dari teori Faye G Abdellah” .

Adapun maksud penulis menyusun proposal penelitian ini adalah memenuhi

persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan di Universitas

Kristen Indonesia Maluku.

Penulis sadar bahwa proposal ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan

bantuan dari berbagai pihak. Dengan terselesaikannya proposal ini, maka pada

kesempata ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1) Dr. J. Damamain sebagai Rektor Universitas Kristen Indonesia Maluku yang

telah banyak membantu dalam melancarkan proses perkuliahan penulis dari

awal sampai pada tahap ini.

2) Para Pembantu Rektor I, II, III dan IV Universitas Kristen Indonesia Maluku

yang ikut berperan dalam melancarkan proses perkuliahan penulis.

3) B. Talarima. SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Kristen Indonesia Maluku yang telah berperan dalam membimbing dan

membantu proses perkuliahan penulis sampai pada tahap ini.

4) Para Pembantu Dekan I, II, III dan IV Fakultas Kesehatan Universitas

Indonesia Maluku yang ikut serta berperan dalam membimbing dan

membantu penulis dalam proses perkuliahan.

iii
5) Ns. Sinthia. R. Maelissa, S.Kep., M.kep selaku ketua Program Studi

Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku yang

telah berperan banyak dalam membimbing, memberi motivasi dan membantu

penulis dalam proses perkuliahan.

6) Ns. N. Parinussa, S.Kep., M.kep selaku pembimbing I yang telah banyak

mengarahkan dan membimbing serta memberi motivasi bagi penulis mulai

dari awal penyusunan proposal hingga terselesaikan proposal ini.

7) dr. H. J Huliselan, M.kes selaku pembimbing II yang telah banyak

mengarahkan dan membimbing penulis sehingga proposal ini dapat selesai.

8) Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan

Universitas Kristen Indonesia Maluku.

9) Mama dan papa, adik, kaka, om tante dan saudara/saudari atas dukungan dan

bantuan sehingga penulis bisa membuat proposal ini.

10) Teman-teman seperjuangan Program studi Keperawatan angkatan 2017 serta

semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu demi satu.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan mengharapkan

semoga proposal ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.

Ambon, April 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………… 1

HALAMAN PESETUJUAN …………………………………….. 2

KATA PENGANTAR ……………………………………………. 3

DAFTAR ISI …………………………………….…………………… 5

DAFTAR GAMBAR……………………………………………… 7

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………….. 8

BAB I PENDAHULUAN

 Latar Belakang …………………………………………….. 7

 Rumusan Masalah …………………………………………. 13

 Tujuan Penelitian ……………………………………………. 13

 Manfaat Penelitian ……………………….…………………. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A Konsep Resiko jatuh …………………………………………… 15

B Konsep teori Faye G Abdellah ..................................................... 16

C Faktor faktor yang berhubungan dengan resiko jatuh ditinjau dari teori

Faye G Abdellah............................................................………... 21

D Kerangka Konsep ………………………………………………... 36

BAB III METODE PENELITIAN

1 Jenis Penelitian ……..……………………………………………. 37

2 Tahapan Systemic Review ………………………………………... 37

v
3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling …......…………………… 40

4 Variabel Penelitian ………………………………………………... 42

5 Analisa Data ………………………………………………………. 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ..................................................................................................69

B. Pembahasan .......................................................................................67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................69

B. Saran ....................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….. 80

LAMPIRAN …………………………………………………………. 81

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. SK Pembimbing Skripsi ………………................................. 46

Lampiran 2. Hasil pencarian pada situs google scholar ………………….. 47

Lampiran 3. Hasil screening pada situs google scholar …………………. 47

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar belakang

Resiko jatuh adalah Rentan terhadap peningkatan resiko jatuh, yang

dapat menyebabkan bahaya fisik dan gangguan kesehatan (Nanda

Internasional, 2015-2017). Resiko jatuh adalah pasien yang beresiko

untuk jatuh yang umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan/atau

faktor fisiologis dan dapat berakibat cedera (Nur,2016). Sedangkan

Pasien jatuh merupakan insiden jatuhnya pasien di rumah sakit yang

paling menghawatirkan dan berdampak pada cedera bahkan kematian.

Kejadian pasien jatuh merupakan masalah serius di Rumah Sakit

terutama pasien rawat inap karena kejadian pasien jatuh merupakan

salah satu indikator keselamatan pasien khususnya balita dan indikator

mutu Rumah sakit.

Pada usia balita kejadian jatuh sering tidak dilaporkan karena

sering dianggap sebagai masa perkembangan belajar berjalan, atau

memenjat dan jatuh ke lantai (Saputro, 2016). Begitu pula balita sakit,

balita lebih aktif di atas tempat tidur. Dengan kondisi tempat tidur yang

tinggi dengan permukaan lantai serta kondisi handrail merupakan

beberapa faktor penyebab resiko jatuh pada balita didapatkan data 93

pasien balita jatuh 291 pasien balita (Lasmani, 2017). Jatuh yang terjadi

pada balita akan berdampak pada psikologis atau trauma, dan balita

1
akan takut serta tidak akan pernah melakukan aktivitas tersebut. Jika

hal demikian terjadi, akan mengganggu proses tumbuh kembang balita

dikemudian hari. Penyebab resiko terjadinya jatuh yaitu balita belum

mengetahui bagaimana melindungi diri dari bahaya (Supartini, 2005

dalam Widyaningsih 2010). Oleh sebab itu, orang tua dan tenaga

kesehatan harus berfokus pada balita. Karena masa depan seseorang

sangat ditentukan dari kondisi pada saat balita (Sinta, 2018).

Menurut the joint comission Internasional ada enam indikator

keselamatan pasien di rumah sakit dan salah satunya ialah resiko

pasien jatuh. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang

diterapkan untuk mencegah terjadinya cedera akibat perawatan medis

dan kesalahan pengobatan melalui suatu sistem assesment resiko,

identifikasi dan pengelolaan faktor resiko, pelaporan dan analisis

insiden, kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insident serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko (Depkes,

RI,2013). Keselamatan pasien merupakan suatu sistem pelayanan

untuk mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien yaitu kondisi

potensial cedera (KPC), kejadian nyaris cedera (KNC), kejadian tidak

cedera (KTC), kejadian tidak diharapkan (KTD) (kementerian

kesehatan,2017), yang disebabkan oleh kesalahan akibat pelaksanaan

suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

diambil (TKPRS,2015). Untuk mewujudkan keselamatan pasien angka

kejadian pasien jatuh diharapkan 0% karena dampak yang ditimbulkan

2
dari insiden jatuh dapat menyebabkan kejadian yang tidak diharapkan

(KTD) seperti luka robek, fraktur, cedera kepala, perdarahan sampai

kematian, menimbulkan trauma psikologis, meningkatkan biaya

perawatan pasien akibat penambahan tindakan pemeriksaan diagnostik

yang seharusnya tidak perlu dilakukan seperti CT Scan, rontgen dan

pemeriksaaan lainnya. Dampak bagi rumah sakit sendiri adalah

menimbulkan resiko tuntutan hukum karena dianggap lalai dalam

perawatan pasien (Nursalam,2015). Pasien jatuh terjadi ketika asuhan

diberikan tanpa memperhatikan keselamatan pasien tersebut. Untuk itu

perlu dilakukan pencegahan insiden pasien jatuh demi meningkatkan

keselamatan pasien sesuai dengan tinjauan teori keperawatan Faye G

Abdellah yang menekankan masalah keperawatan terutama dalam

mencegah terjadinya kecelakanan, cedera dan trauma lain, mencegah

meluasnya infeksi. Pelayanan yang diberikan pada pasien harus

komprehensif, diantaranya memberikan perawatan yang berkelanjutan

untuk menghilangkan nyeri, ketidaknyamanan dan memberikan rasa

keamanan kepada individu. Menurut Abdellah perawat dapat

memberikan asuhan yang aman bagi pasien dengan cara

meningkatkan pengetahuan akan resiko jatuh pada pasien,

meningkatkan sumber daya manusia sehingga tidak terjadi

peningkatan beban kerja, menjaga kondisi lingkungan sekitar pasien

agar tidak menjadi potensial cedera bagi pasien serta berdampak baik

bagi kualitas rumah sakit.

3
Kurangnya pengetahuan akan dampak dari resiko jatuh memampukan

seseorang baik itu tenaga kesehatan, keluarga pasien maupun pasien itu

sendiri untuk melakukan hal-hal yang dapat meningkatakan resiko jatuh

pasien seperti pelaksanaan pencegahan resiko jatuh belum sesuai SOP,

belum dilakukan pelatihan mutu dan keselamatan pasien, keluarga

pasien menganggap jatuh adalah hal yang wajar dan biasa. Adapun

Sumber daya manusia yang berkualitas perlu dimiliki oleh seorang

perawat agar tidak adanya peningkatan beban kerja serta kualitas

pelayanan kesehatan yang diberikan lebih berkualitas dan pasien merasa

lebih puas. Lingkungan fisik yang buruk sanga mempengaruhi perawat

dalam memberikan tindakan. Hal ini bersifat mengganggu dan

cenderung tidak memenuhi standar lingkungan yang baik untuk pasien

antara lain lantai yang licin, bed side real yang tidak terpasang, tempat

tidur yang tinggi serta tidak adanya bel pasien.

Prevalensi kejadian jatuh pada pasien balita menurut penelitian

Word Health Organization (WHO 2016) menemukan insiden jatuh

dengan rentan 16% pada rumah sakit diberbagai Negara, yaitu Amerika,

Inggris, Denmar Australia. Di Indonesia Nazdam Morze melaporkan 2-

7/ kejadian pasien jatuh/1000 tempat tidur per hari pada pasien balita di

ruang rawat inap pertahun. 4% pasien mengalami cedera dan 7,2

dengan luka-luka yang serius. (WHO,2016). WHO (2017) melaporkan

studi pada 58 rumah sakit di Argentina, Colombia, Costa Rika, Mexico

4
Dan Peru pada ruang rawat inap menemukan hasil bahwa 8% pasien

anak mengalami insiden jatuh akibat pelayanan kesehatan. Data dari the

joint commission internationale from united stated, yang telah

dilaporkan bahwa terdapat 120 kejadian jatuh ditahun 2019. Data di

Indonesia untuk pelaporan insiden keselamatan pasien masih harus

ditingkatkan, dari 2755 RS se-Indonesia yang telah melaporkan insiden

keselamatan pasien ada 103 RS. kejadian pasien jatuh untuk pasien

balita didapatkan pada Triwulan I mencapai 2 kejadian, Triwulan II

sebesar 3 kejadian dan Pada Triwulan III sebesar 4 kejadian (Depkes RI

2017). Data dari komite keselamatan pasien rumah sakit insiden jatuh

pasien balita tahun 2018 sebanyak 4% sedangkan pada tanggal 8

Oktober 2019 di angka 7%. Pasien dengan kejadian jatuh dirumah sakit

merupakan masalah yang serius karena dapat menyebabkan cidera

ringan sampai cidera berat dan kematian. Serta dapat memperpanjang

lama hari rawat dirumah sakit sehingga menambah biaya perawatan

dirumah sakit. Berdasarkan tinjauan tipologi Faye G Abdellah, Faktor-

faktor yang menjadi resiko pasien jatuh adalah: kurangnya pengetahuan

perawat dan keluarga tentang SOP, beban kerja perawat dan

lingkungan.

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi resiko jatuh pada

pasien balita rawat inap adalah kurangnya pengetahuan perawat dan

keluarga tentang SOP. Abdellah justru menekankan bahwa perawat

harus mampu melakukan evaluasi dan penelitian yang berkelanjutan

5
untuk meningkatkan keahlian dalam tindakan keperawatan dan untuk

mengembangkan tindakan keperawatan yang baru, untuk memenuhi

semua kebutuhan kesehatan masyarakat. Pada kenyataannya, masih

kurangnya pengetahuan perawat dan keluarga pasien tentang SOP

pencegahan resiko pasien jatuh. Sebagian besar perawat hanya

mengetahui tindakan pencegahan jatuh dengan eduksi dan menaikan

bed side real pasien. padahal SOP pasien jatuh dapat dilakukan dengan

memastikan tempat tidur dalam posisi rendah dan roda terkunci,

pastikan tanda resiko jatuh terpasang di tempat tidur pasien atau kamar

pasien, pastikan pasien terpasang gelang identitas pasien resiko jatuh,

bell panggilan harus berada dalam jangkauan tangan pasien atau

keluarga, pengaman sisi tempat tidur pasien yang harus terpasang dll.

Hal ini sejalan dengan penelitian Trisnawati 2018 yang mengatakan

bahwa: ada kesenjangan antara pengisian formulir rekam medik dengan

pelaksanaannya karena didalam SOP langkah pencegahan jatuh ada 14

langkah pencegahan umum dan 10 langkah pencegahan resiko tinggi

sedangkan perawat tidak melaksanakan semua langkah pencegahan

tersebut. Ketidakpatuhan pelaksanaan SOP pencegahan pasien jatuh

terbanyak yaitu merendahkan tempat tidur, pemasangan gelang dan

segitiga kuning, menempelkan lambang resiko jatuh diatas tempat tidur

serta didepan pintu kamar pasien. hal ini disebabkan karena kurangny

sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan pada perawat. Oleh sebab itu

menurut Abdellah perlu adanya peningkatan program pelatihan atau

6
sosialisasi khususnya mengenai pencegahan kejadian keselamatan

pasien bagi tenaga keperawatan dan pelatihan mengenai mengasuh

pasien yang beresiko jatuh sesuai SOP. Pada tipologi keperawatan

Abdellah juga mengatakan memfasilitasi terpeliharanya komunikasi

verbal dan nonverbal yang efektif namun pada kenyataannya metode

edukasi pencegahan jatuh disampaikan oleh perawat hanya ceramah

yang mengakibatkan keluarga pasien merasa bosan serta memiliki

pemahaman bahwa dalam masa balita jatuh adalah kejadian yang wajar

yang terpenting jangan sampai menimbulkan luka. Oleh sebab itu

menurut Abdellah dalam memberikan edukasi pencegahan jatuh

perawat diharapkan memelihara komunikasi yang efektif dengan

memperhatikan respon keluarga pasien, sehingga keluarga pasien

memahami pentingnya pencegahan jatuh dan berperan serta dalam

pencegahan jatuh sesuai SOP. Keberadaan SOP dan pelaksanaannya

sesuai standar sangat penting karena tidak terlaksananya pencegahan

resiko jatuh sesuai SOP justru meningkatkan resiko pada pasien itu

sendiri.

Selain SOP beban kerja perawat juga dapat mempengaruhi resiko

jatuh pada pasien. Berdasarkan teori Faye G abdellah perawat harus

mampu memberikan perawatan yang berkelanjutan kepada individu

dengan tingkat ketergantungan dan mengatur rencana keperawatan

menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien. pada

kenyataannya, perawat merasa kesulitan saat kondisi pasien penuh

7
sehingga tidak optimal memberikan perawatan. Adapun jumlah pasien

yang meningkat dengan jumlah perawat yang tidak maksimal sangat

mempengaruhi kinerja perawat serta menjadi kendala perawat dalam

menjalankan pencegahan resiko jatuh pada pasien. Hal ini sejalan

dengan penelitian Ratnaningsih 2016 melaporkan bahwa responden

atau perawat diruangan rawat inap mengalami beban kerja dengan

kategori berat yaitu kurangnya jumlah perawat diruangan yang

dibutuhkan sehingga dalam kategori implementasi pencegahan resiko

pasien jatuh kurang baik. Sebanyak 63 responden (40,6) lebih besar dari

implementasi pencegahan resiko pasien jatuh baik sebanyak 28

responden (18,1). budaya keselamatan pasien dapat membebani perawat

dengan cukup banyak waktu dan energi setiap hari. Penelitian ratna

ningsih 2018 menunjukan bahwa: jumlah pasien ada 12 anak dengan

ketergantungan minimal yang dipegang oleh 2 perawat pelaksana.

Pasien yang harus dilaksanakan pemasangan infus sebanyak 3 pasien,

yang harus mendapatkan nebulisasi 4 pasien, yang harus pemeriksaan

darah 2 pasien dan harus pemeriksaan radiologi rontgen thorak 1

pasien. perawat merasa kesulitan saat merawat pasien dengan begitu

banyak tindakan yang harus dilakukan sehingga tidak dapat melakukan

pengawasan yang baik teradap semua pasien. Oleh sebab itu menurut

Abdellah jumlah kebutuhan tenaga perawat juga harus sesuai

berdasarkan tingkat ketergantungan pasien sehingga perawat tidak

merasa kesulitan saat bekerja akibat kondisi pasien yang penuh, yang

8
memungkinkan perawatan yang diberikan tidak maksimal sehingga

resiko pasien jatuh akan lebih besar. Beban kerja perawat adalah

volume kerja perawat di sebuah unit rumah sakit, sedangkan volume

kerja perawat adalah pasien datang lebih dari satu orang dengan kondisi

gawat, perawat mengalami kewalahan dalam menangani pasien.

Selain dari beban kerja perawat adapun faktor lingkungan yang

ikut mempengaruhi resiko terjadinya jatuh pada pasien. Berdasarkan

tipologi keperawatan Faye G Abdellah perawat harus mampu

memodifikasi lingkungan dengan aman karena kondisi lingkungan fisik

yang buruk dapat menjadi potensial cedera bagi pasien. pada

kenyataannya masih terdapat bad side rell yang tidak terpasang, tempat

tidur yang tinggi dan tidak ada bel pasien serta kondisi lantai yang

licin. Hal ini sejalan dengan penelitian trisnawati, 2018 yang

menyatakan bahwa bed side rel pada tempat tidur yang tidak dinaikan

dan kondisi tempat tidur yang tinggi dapat mengakibatkan pasien jatuh.

Adapun Ruang anak yang terdiri dari 4 kamar pasien dan 13 tempat

tidur belum dilengkapi dengan bel pasien. Hal ini tentu menjadi

masalah karena Nurse station tidak berada ditengah kamar pasien

sedangkan terdapat kamar pasien yang berada jauh dari nurse station

sehingga apabila keluarga pasien ingin memanggil perawat lama dan

jauh sedangkan diruang tidak ada yang menunggu anaknya. Selain itu

Didapatkan 1 pasien muntah, keluarga pasien tidak memberitahukan

pada perawat karena hanya ibu pasien saja yang menunggu anaknya

9
sehingga kesulitan untuk melapor pada perawat. Kejadian tersebut

diketahui perawat saat akan memberikan obat ternyata lantainya licin,

perawat tersebut segera memanggil cleaning service untuk

membersihkannya (Trisnawati,2018).

Berdasarkan teori Faye G Abdellah bahwa perawat harus

menyadari masalah keperawatan dan berperan dalam menangani pasien

yang beresiko jatuh. Kekurangan bel pasien ini membawa kendala pada

perawat dalam pelaksanaan pencegahan pasien jatuh. Counter perawat

yang terletak cukup jauh dari ruangan pasien membuat pasien atau

keluarga sulit untuk memanggil perawat karena membutuhkan waktu

dan jarak sehingga resiko jatuh pada pasien menjadi lebih tinggi. Bed

rails yang tidak terpasang sering diakibatkan oleh keluarga pasien yang

sering menurunkan bed rails serta tempat tidur yang tinggi dan tidak

sesuai dengan pasien membuat resiko jatuh semakin tinggi. Abdellah

juga mendefenisikan keperawatan sebagai pelayanan komperhensif

diantaranya bekerjasama dengan tim kesehatan dalam merencanakan

peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Banyak cara yang dapat

dilakukan oleh perawat dalam menanganinya yaitu perawat

memberikan edukas kepada keluarga pasien tentang bagaimana resiko

jatuh tersebut dapat terjadi dan dalam meaksanakan hal tersebut pun

seorang perawat diharapkan terlebih dahulu memaham dan mendalami

tentang resiko jatuh pada pasien.

10
Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

resiko jatuh pada pasien balita rawat inap ditinjau dari teori Faye G

Abdellah.

B Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas maka

rumusan masalah yang muncul adalah Apakah ada faktor-faktor resiko yang

berhubungan dengan kejadian jatuh pada pasien balita rawat inap ditinjau dari

teori “Faye G Abdellah”?

C Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor resiko

yang berhubungan dengan kejadian jatuh pada pasien balita rawat inap

ditinjau dari teori “Faye G Abdellah

D Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat kepada

berbagai pihak antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Peneliti dapat dijadikan sebagai dasar acuan bagi pengembangan ilmu

pengetahuan, yang terlebihnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan

manajemen keperawatan, serta dapat dijadikan salah satu sumber bacaan

11
mahasiswa tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko jatuh

pada pasien balita rawat inap ditinjau dari teori “Faye G Abdellah.

2. Manfaat praktis

1) Bagi perawat

Menambah wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi perawat

untuk memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan

resiko jatuh pada pasien balita rawat inap ditinjau dari teori “Faye

G Abdellah

2) Bagi Program Study Keperawatan

Data dan hasil yang diperoleh dapat dijadikan tambahan bahan

referensi di perpustakaan UKIM dan untuk memenuhi wawasan

mahasiswa Program Study Keperawatan tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan resiko jatuh pada pasien balita rawat inap

ditinjau dari teori “Faye G Abdellah..

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan masukan dan acuan untuk melakukan penelitian

lebih lanjut dan mendalam tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan resiko jatuh pada pasien balita rawat inap ditinjau dari teori

“Faye G Abdellah

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep resiko jatuh

1. Definisi resiko jatuh

Resiko jatuh (risk for fall) menurut diagnosa keperawatan

berdasarkan north american nursing diagnosis association, yang

didefenisikan sebagai peningkatan kemungkinan terjadinya jatuh yang

dapat menyebabkan cedera fisik (NANDA,2015)

Resiko jatuh adalah pasien yang beresiko untuk jatuh yang umumnya

disebabkan oleh faktor lingkungan dan/atau faktor fisiologis dapat

berakibat cedera (Nur,2016). Kejadian pasien jatuh merupakan masalah

serius di Rumah Sakit terutama pasien rawat inap karena kejadian

pasien jatuh merupakan salah satu indikator keselamatan pasien

khususnya anak dan indikator mutu Rumah sakit.

Pada usia balita kejadian jatuh sering tidak dilaporkan karena sering

dianggap sebagai masa perkembangan belajar berjalan atau memenjat

dan jatuh ke lantai (Saputro, 2016). Begitu pula balita sakit, balita lebih

aktif di atas tempat tidur. Dengan kondisi tempat tidur yang tinggi

dengan permukaan lantai serta kondisi handrail merupakan beberapa

faktor penyebab resiko jatuh pada anak didapatkan data 93 pasien anak

jatuh 291 pasien anak (Lasmani, 2017). Usia balita merupakan masa

dimana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat.

Pada usia ini balita mulai beradaptasi dengan lingkungannya sehingga

13
balita mulai mengalami perubahana dalam tingkahlaku perilakunya,

dalam kemampuan motorik dan emosional yang mencakup sikap,

gerakan dari beberapa anggota gerak badan. Pada tahap ini balita mulai

bermain bahkan berlari dalam lingkungannya. Jatuh yang terjadi pada

balita akan berdampak pada psikologis atau trauma, dan balita akan

takut serta tidak akan pernah melakukan aktivitas tersebut. Jika hal

demikian terjadi, akan berdampak pada psikologis atau trauma dan

balita akan takut serta tidak melakukan aktifitas serta mengganggu

proses tumbuh kembang balita dikemudian hari. Penyebab resiko

terjadinya jatuh yaitu balita belum mengetahui bagaimana melindungi

diri dari bahaya (Supartini, 2005 dalam Widyaningsih 2010). Oleh

sebab itu, orang tua dan tenaga kesehatan harus berfokus pada balita

karena masa depan seorang anak sangat ditentukan pada masa balita.

Menurut the joint comission Internasional ada enam indikator

keselamatan pasien di rumah sakit dan salah satunya adalah resiko

pasien jatuh.

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang

diterapkan untuk mencegah terjadinya cedera akibat perawatan medis

dan kesalahan pengobatan melalui suatu sistem assesment resiko,

identifikasi dan pengelolaan faktor resiko, pelaporan dan analisis

insiden, kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insident serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko (Depkes,

RI,2013). Keselamatan pasien merupakan suatu sistem pelayanan untuk

14
mencegah terjadinya Kejadian potensial kerja (KPC), kejadian nyaris

cedera (KNC), kejadian tidak cedera (KTC), kejadian tidak diharapkan

(KTD) (kementerian kesehatan,2017), yang disebabkan oleh kesalahan

akibat pelaksanaan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil (TKPRS,2015). Untuk mewujudkan keselamatan

pasien angka kejadian pasien jatuh diharapkan 0% karena dampak yang

ditimbulkan dari insiden jatuh dapat menyebabkan kejadian yang tidak

diharapkan (KTD) seperti luka robek, fraktur, cedera kepala,

perdarahan sampai kematian, menimbulkan trauma psikologis,

meningkatkan biaya perawatan pasien akibat penambahan tindakan

pemeriksaan diagnostik yang seharusnya tidak perlu dilakukan seperti

CT Scan, rontgen dan pemeriksaaan lainnya. Dampak bagi rumah sakit

sendiri adalah menimbulkan resiko tuntutan hukum karena dianggap

lalai dalam perawatan pasien (Nursalam,2015). rena masa depan

seseorang sangat ditentukan dari kondisi pada saat balita (Sinta, 2018).

2. Faktor Penyebab Resiko Jatuh

Faktor penyebab jatuh pada pasien dibagi menjadi 2 bagian yaitu faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik:

a. Faktor Intrinsik

1) System saraf pusat

Stroke dan TIA (Tarancient Ischemic Attack) yang menyebabkan

hemiprase sering mengakibatkan jatuh pada lansia. Parkinson

15
yang mengakibatkan kekakuan alat alat gerak, maupun depresi

yang menyebabkan lansia tidak terlalu perhatiaan saat berjalan.

2) Gangguan sistem sensorik

Gangguan penglihatan (gangguan sistem sensori) seperti katarak,

glukoma, degenerasi mokular, gangguan visus paska stroke, dan

reiopati diabetic meningkat sesuai dengan umur. Adanya

gangguan penglihatan pada lansia menyebabkan lansia kesulitan

saat berjalan sehingga lansia sering menabrak objek kemudian

terjatuh. Dalam pebelitian Kerr et. all. (2011) menyatakan bahwa

gangguan penglihatan memiliki resiko untuk menyebabkan

kejadian jatuh atau insiden lain yang membuat cidera.

3) Muskuloskeletal

Gangguan musculoskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan

dan keseimbangan. Perubahan tersebut mengakibatkan

kelambanan gerak, langkah yang pendek, penurunan irama, dan

pelebaran bantuan basal. Kaki tidak dapat menapak dengan kuat

dan cenderung mudah goyah. Keterlambatan mengantisipasi bila

terpleset, tersandung, dan kejadian tiba-tiba dikarenakan terjadi

perpanjangan waktu reaksi sehingga memudahkan jatuh (Reuben,

1996; Kane, 1994; Tinneti, 1992; Campbell & Brochlehurst, 1987

dalam Darmojo, 2008).

16
4) Gangguan gaya berjalan

Gangguan gaya berjalan dapat disebabkan oleh karena gangguan

musculoskeletal. Ada beberapa gangguan gaya berjalan yang

sering ditemukan diantaranya:

a) Gangguan gaya berjalan Hemiplegik

Hemiplegik yaitu adanya kelemahan dan spastisitas ekstermitas

uniteral dengan fleksi pada ekstermitas atas dan bawah dalam

keadaan ekstensi sehingga berakibat kaki memanjang. Pasien harus

mengayunkan sambal memutar kakinya untuk melangkah

kedepan. Jenis gangguan berjalan ini ditemukan pada lesi tipe

Upper Motor Neuron (UMN)

b) Gangguan gaya berjalan Diplegik

Jenis gangguan gaya berjalan ini biasanya ditemukan pada lesi

periventricular bilateral. Ekstermitas bawah lebih lumpuh

dibandingan dengan ekstermitas atas karena akson trakus

kortikospinalis yang mempersarafi ektermitas bawah letaknya lebih

dekat dengan ventrikel otak.

c) Gangguan gaya berjalan Neurophaty Gangguan berjalan jenis ini

biasanya ditemukan pada penyakit perifer dimana ekstermitas

bawah bagian distallebih sering diserang. Karena terjadi kelemahan

dalam dorsifleksi kaki maka pasien harus mengangkat kakinya

lebih tinggi untuk menghindari pergeseran ujung kaki dengan

lantai.

17
d) Gangguan gaya berjalan Miophaty

Adanya kelainan otot, otot-otot proksimal pelvic girdle (tulang

pelvis yang menyokong pergerakan ekstermitas bawah) menjadi

lemah. Oleh karena itu, terjadi ketidakseimbangan pelvis bila

melangkah kedepan, sehingga pelvis miring ke kaki sebelahnya,

akibatnya ada terjadi goyangan saat berjalan.

e) Gangguan gaya berjalan Parkinsonian

Terjadi regiditas dan bradiknesia dalam berjalan akibat gangguan

di ganglia basalis. Tubuh membungkuk kedepan, langkah kaki

memendek, lamban dan terseret disertai dengan ekspresi wajah

seperti topeng.

f) Gangguan gaya berjalan Ataxia

Langkah berjalan menjadi melebar, tidak stabil dan mendadak

akibatnya badan memutar kesamping dan jika berat badan pasien

akan terjatuh. Jenis gangguan berjalan ini dijumpai pada gangguan

cerebellum.

g) Gangguan gaya berjalan Khoreoform Merupakan gangguan gaya

berjalan dengan hyperkinesia akibat gangguan ganglia basalis tipe

tertentu. Terdapat pergerakan yang ireguler seperti ular dan

involunter baik pada ekstermitas bawah maupun atas. Gangguan

gaya berjalan yang terjadi akibat proses menua tersebut antara lain

disebabkan oleh: kekakuan jaringan penghubung, berkurangnya

18
massa otot, perlambatan konduksi saraf, penurunan visus atau

lapang pandang dan kerusakan proprioseptif.

b. Faktor Ekstrinsik

1) Lingkungan

Faktor lingkungan terdiri dari penerangan yang kurang, benda-

benda di lantai (seperti tersandung karpet), peralatan rumah yang

tidak stabil, tangga tanpa pagar, tempat tidur atau tempat buang air

terlalu rendah, lantai yang tidak rata, licin atau menurun, karpet

yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal atau menekuk

pinggirnya, benda-benda alas lantai yang licin dan mudah tergeser

serta alat bantu jalan yang tidak tepat (Yuli Reny, 2014).

2) Aktivitas

Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktifitas

biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga dan mengganti posisi.

Jatuh juga sering terjadi pada lansia dengan banyak melakukan

kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh kelelahan atau

terpapar bahaya yang lebih banyak. Jatuh juga sering terjadi pada

lansia yang immobile (jarang bergerak ketika tiba-tiba ingin pindah

tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan (Suyanto, 2008).

3) Obat-obatan

Jumlah obat yang diminum merupakan faktor yang bermakna

terhadap penderita. Obat-obatan meningkatkan resiko jatuh

diantaranya obat golongan sedative dan hipnotik yang dapat

19
mengganggu stabilitas postur tubuh, yang mengakibatkan efek

samping menyerupai sindrom Parkinson seperti diuretic/anti

hipertensi, antidepresen, antipsikotik, obat-obatan hipoglikemik

dan alcohol

3. Dampak resiko jatuh

Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusak fisik dan

psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh

adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi

akibat jatuh adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis

serta kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis adalah walaupun

cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh

lagi dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya

rasa percaya diri, pembatasan dalam aktifitas sehari-hari, falafobia

atau fobia jatuh (Stanley, 2006).

4. Komplikasi resiko jatuh

Menurut Kane (1996), dalam Darmojo (2004), komplikasi-komplikasi

jatuh adalah:

a) Perlukaan (injury)

Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang

terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot,

robeknya arteria tau vena, patah tulang atau fraktur.misalnya

fraktur pelvis, femur, humerus, lengan bawah, tungkai atas.

20
b) Disabilitas

Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan

dengan perlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu

kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak.

c) Kematian

5. SOP resiko pasien jatuh (Humpi Dumpty)

Prosedur ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu : 1) tahap persiapan,

2) tahap pelaksanaan, 3) tahap pasca pelaksanaan.

Persiapan Prosedur

a) Siapkan formulir identifikasi resiko pasien jatuh Pediatri

Humpty Dumpty.

b) Siapkan alat tulis berupa pulpen biru, status pasien, dan form

catatan perkembangan pasien terintegrasi (gb.4).

Pelaksanaan Prosedur

a) Sapa pasien dan keluarga pasien dengan memberitahukan

nama, profesi, dan unit kerja.

b) Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa akan dilakukan

penilaian resiko jatuh pada pasien agar dapat meminimalkan

resiko pasien jatuh.

c) Pastikan kesesuaian identitas pada status pasien dengan

menanyakan nama dan tanggal lahir pasien kemudian cocokkan

dengan gelang identitas.

21
d) Lakukan assesmen awal resiko jatuh pada pasien dengan

menggunakan kriteria Humpty Dumpty

e) Lakukanlah tahapan berikut ini apabila pasien teridentifikasi

memiliki resiko jatuh kategori tinggi :

1) Lakukan observasi berkala setiap 2 jam

2) Pastikan hek dan rem tempat tidur selalu terpasang,

dan cukup penerangan.

3) Pastikan bel pasien berada di samping pasien sehingga

mudah dijangkau oleh pasien.

4) Pastikan lantai tidak licin, tidak ada genangan air, dan

pasien menggunakan alas kaki yang tidak licin.

5) Berikan edukasi pasien dan keluarga tentang

pencegahan jatuh (terlampir).

6) Pasangkan gelang resiko kuning pada pasien.

7) Berikan tanda “RESIKO TINGGI JATUH” pada pintu

masuk ruang rawat inap dan di bedhead pasien.

f) Lakukanlah tahapan berikut ini apabila pasien teridentifikasi

memiliki resiko jatuh kategori sedang:

1) Lakukan observasi berkala setiap 4 jam

2) Pastikan hek dan rem tempat tidur selalu terpasang,

dan cukup penerangan.

3) Pastikan bel pasien berada di samping pasien sehingga

mudah dijangkau oleh pasien.

22
4) Pastikan lantai tidak licin, tidak ada genangan air, dan

pasien menggunakan alas kaki yang tidak licin.

5) Berikan edukasi pasien dan keluarga tentang

pencegahan jatuh (terlampir).

g) Lakukanlah tahapan berikut ini apabila pasien teridentifikasi

memiliki resiko jatuh kategori rendah:

1) Lakukan observasi berkala setiap shift, setiap 8 jam

2) Pastikan hek dan rem tempat tidur selalu terpasang,

dan cukup penerangan.

3) Pastikan bel pasien berada di samping pasien sehingga

mudah dijangkau oleh pasien.

4) Pastikan lantai tidak licin, tidak ada genangan air, dan

pasien menggunakan alas kaki yang tidak licin.

h) Lakukanlah assesmen setiap kali pergantian shift perawat

(pagi, siang, dan malam) (Every Shift / ES).

i) Lakukan assesmen ulang pada pasien yang mengalami

perubahan kondisi fisik atau status mental (Change of

Condition / CC), setelah pasien terjatuh (Post Falls / PF),

pasien pindahan dari ruangan lain (On Ward Transfer / WT),

dan saat pasien pulang (Discharge / DC).

23
Pasca Prosedur

1) Isilah lembar pemberian informasi dan / edukasi pasien (gb.5)

setelah petugas selesai memberikan edukasi pencegahan

pasien jatuh pada keluarga pasien. Pastikan keluarga

pasien dan petugas pemberi informasi telah

menandatangani dan memberikan nama jelas pada lembar

pemberian informasi dan / edukasi pasien.

2) Catat tindakan yang dilakukan dan assesmen skala resiko jatuh

terakhir pada form catatan perkembangan pasien terintegrasi

dalam status pasien (gb.4).

3) Tindakan selesai, ucapkan terima kasih kepada pasien dan

keluarganya.

4) Rapikan dan simpan kembali status pasien ke tempat

semula.

B. Teori Faye G Abdellah Dalam Insiden Keselamatan Pasien Resiko

Jatuh.

Pasien jatuh terjadi ketika asuhan diberikan tanpa memperhatikan

keselamatan pasien tersebut yang mengakibatkan luka robek, fraktur,

cedera kepala, trauma serta meningkatkan biaya perawatan pasien

akibat penambahan tindakan pemeriksaan diagnostik yang seharusnya

tidak perlu dilakukan seperti CT Scan, rontgen dan pemeriksaaan

lainnya. Untuk itu perlu dilakukan pencegahan insiden pasien jatuh

24
demi meningkatkan keselamatan pasien sesuai dengan tinjauan teori

keperawatan Faye G Abdellah yang menekankan masalah keperawatan

terutama dalam mencegah terjadinya kecelakanan, cedera dan trauma

lain, mencegah meluasnya infeksi. Pelayanan yang diberikan pada

pasien harus komprehensif, diantaranya memberikan perawatan yang

berkelanjutan untuk menghilangkan nyeri, ketidaknyamanan dan

memberikan rasa keamanan kepada individu. Menurut Abdellah

perawat dapat memberikan asuhan yang aman bagi pasien dengan cara

meningkatkan pengetahuan akan resiko jatuh pada pasien,

meningkatkan sumber daya manusia sehingga tidak terjadi

peningkatan beban kerja serta menjaga kondisi lingkungan sekitar

pasien yang tentunya berdampak baik bagi kualitas rumah sakit.

Kurangnya pengetahuan akan dampak dari resiko jatuh memampukan

seseorang baik itu tenaga kesehatan, keluarga pasien maupun pasien itu

sendiri untuk melakukan hal-hal yang dapat meningkatakan resiko jatuh

pasien seperti pelaksanaan pencegahan resiko jatuh belum sesuai SOP,

belum dilakukan pelatihan mutu dan keselamatan pasien, keluarga

pasien menganggap jatuh adalah hal yang wajar dan biasa. Adapun

Sumber daya manusia yang berkualitas perlu dimiliki oleh seorang

perawat agar tidak adanya peningkatan beban kerja serta kualitas

pelayanan kesehatan yang diberikan lebih berkualitas dan pasien merasa

lebih puas. Lingkungan fisik yang buruk sanga mempengaruhi perawat

dalam memberikan tindakan. Hal ini bersifat mengganggu dan

25
cenderung tidak memenuhi standar lingkungan yang baik untuk pasien

antara lain lantai yang licin, bed side real yang tidak terpasang, tempat

tidur yang tinggi serta tidak adanya bel pasien.

Berikut 11 keterampilan yang harus dimiliki perawat, mencakup :

1. kemampuan pengamatan status kesehatan

2. Keterampilan komunikasi

3. Aplikasi pengetahuan

4. Pengajaran pasien dan keluarga

5. Perencanaan dan organisasi kerja

6. Penggunaan bahan-bahan sumber daya

7. Penggunaan sumber daya personil

8. Pemecahan masalah

9. Arah pekerjaan ke orang lain

10. Terapi penempatan diri

11. Prosedur Perawatan

Faye Abdellah mengusulkan klasifikasi kerangka kerja

untuk mengidentifikasi masalah keperawatan, didasarkan pada

gagasan bahwa pada dasarnya keperawatan berorientasi untuk

memenuhi kebutuhan menyeluruh kesehatan individu. Abdellah

tentu mempromosikan citra perawat yang bukan saja baik dan

peduli, tapi juga cerdas, kompeten, dan secara teknis siap untuk

memberikan pelayanan kepada pasien.

Tipologi Dari 21 Masalah Keperawatan Faye G Abdellah

26
1. Untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan fisik.

2. Untuk mempromosikan kegiatan yang optimal: olahraga,

istirahat, dan tidur.

3. Untuk mempromosikan keselamatan melalui pencegahan

kecelakaan, cedera, atau trauma lain dan melalui pencegahan

penyebaran infeksi.

4. Untuk menjaga mekanika tubuh yang baik dan benar dan

mencegah deformitas.

5. Untuk memudahkan pengurusan suatu pasokan oksigen ke

semua sel tubuh.

6. Untuk memudahkan pemeliharaan gizi dari semua sel tubuh.

7. Untuk memudahkan pemeliharaan eliminasi.

8. Untuk memudahkan pemeliharaan dan keseimbangan cairan

elektrolit.

9. Untuk mengetahui respon fisiologis tubuh untuk kondisi

penyakit patologis, fisiologis, dan kompensasi.

10. Untuk memudahkan pemeliharaan mekanisme peraturan dan

fungsi.

11. Untuk memudahkan pemeliharaan fungsi sensor.

12. Untuk mengidentifikasi dan menerima ekspresi positif dan

negatif, perasaan, dan reaksi.

13. Untuk mengidentifikasi dan menerima keterkaitan emosi dan

penyakit organik.

27
14. Untuk memudahkan pemeliharaan komunikasi verbal dan

nonverbal efektif.

15. Untuk mempromosikan pengembangan hubungan interpersonal

yang produktif.

16. Untuk memudahkan kemajuan menuju pencapaian tujuan

rohani pribadi

17. Untuk membuat dan / atau memelihara lingkungan terapeutik.

18. Untuk memfasilitasi kesadaran diri sebagai individu dengan

berbagai, emosional, dan perkembangan kebutuhan fisik.

19. Untuk menerima tujuan optimal dalam kemungkinan

keterbatasan, fisik, dan emosional.

20. Untuk menggunakan sumber daya masyarakat sebagai bantuan

dalam menyelesaikan masalah yang timbul dari penyakit.

21. Untuk memahami peran masalah sosial sebagai faktor yang

mempengaruhi dalam penyebab penyakit.

Penggunaan Teori Abdellah Dalam pencegahan insiden

keselamatan pasien resiko jatuh.

Tipologi keperawatan abdellah yaitu menekankan bahwa perawat harus

mampu melakukan evaluasi dan penelitian yang berkelanjutan untuk

meningkatkan keahlian dalam tindakan keperawatan dan untuk

mengembangkan tindakan keperawatan yang baru, untuk memenuhi

semua kebutuhan kesehatan masyarakat. Salah satu faktor yang

mempengaruhi resiko jatuh pada pasien balita rawat inap adalah

28
kurangnya pengetahuan perawat dan keluarga tentang SOP. Hal ini

disebabkan karena kurangnya pelatihan atau sosialisasi yang dilakukan

pada perawat tentang pentingnya pelaksanaan pencegahan resiko jatuh.

Oleh sebab itu menurut Abdellah perlu adanya peningkatan program

pelatihan atau sosialisasi khususnya mengenai pencegahan kejadian

keselamatan pasien bagi tenaga keperawatan dan pelatihan mengenai

mengasuh pasien yang beresiko jatuh sesuaai SOP. Pada tipologi

keperawatan Abdellah juga mengatakan memfasilitasi terpeliharanya

komunikasi verbal dan nonverbal yang efektif. Untuk mencegah insiden

jatuh dapat dilakukan dengan memberikan edukasi bagi pasien maupun

keluarga. Ketika edukasi pencegahan jatuh diberikan, perawat

diharapkan memelihara komunikasi yang efektif dengan

memperhatikan respon keluarga pasien, sehingga keluarga pasien

memahami pentingnya pencegahan jatuh dan berperan serta dalam

pencegahan jatuh sesuai SOP. Keberadaan SOP dan pelaksanaannya

sesuai standar sangat penting karena tidak terlaksananya pencegahan

resiko jatuh sesuai SOP justru meningkatkan resiko pada pasien itu

sendiri.

Tipologi keperawatan Faye G abdellah yang berikut adalah

perawat harus mampu memberikan perawatan yang berkelanjutan

kepada individu dengan tingkat ketergantungan dan mengatur rencana

keperawatan menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien.

salah satu faktor yang menjadi penyebab pasien jatuh ialah beban kerja

29
perawat yang berat. Adapun jumlah pasien yang meningkat dengan

jumlah perawat yang tidak maksimal ditambah dengan kerja rangkap

perawat seperti pengurusan depo alat kesehatan, pengurusan

administrasi, melakukan tugas delegasi dokter akan sangat

mempengaruhi kinerja perawat serta menjadi kendala perawat dalam

menjalankan pencegahan resiko jatuh pada pasien. Oleh sebab itu

menurut Abdellah jumlah kebutuhan tenaga perawat juga harus sesuai

berdasarkan tingkat ketergantungan pasien sehingga perawat tidak

merasa kesulitan saat bekerja akibat kondisi pasien yang penuh, yang

memungkinkan perawatan yang diberikan tidak maksimal sehingga

resiko pasien jatuh akan lebih besar. Beban kerja perawat adalah

volume kerja perawat di sebuah unit rumah sakit, sedangkan volume

kerja perawat adalah pasien datang lebih dari satu orang dengan kondisi

gawat, perawat mengalami kewalahan dalam menangani pasien.

Tipologi keperawatan yang terakir ialah perawat harus mampu

memodifikasi lingkungan dengan aman karena kondisi lingkungan fisik

yang buruk dapat menjadi potensial cedera bagi pasien. kondisi

lingkungan yang buruk seprti bad side rell yang tidak terpasang, tempat

tidur yang tinggi dan tidak ada bel pasien serta kondisi lantai yang licin

sangat beresiko bagi pasien. Berdasarkan teori Faye G Abdellah bahwa

perawat harus menyadari masalah keperawatan dan berperan dalam

menangani pasien yang beresiko jatuh. Kekurangan bel pasien ini

membawa kendala pada perawat dalam pelaksanaan pencegahan pasien

30
jatuh. Counter perawat yang terletak cukup jauh dari ruangan pasien

membuat pasien atau keluarga sulit untuk memanggil perawat karena

membutuhkan waktu dan jarak sehingga resiko jatuh pada pasien

menjadi lebih tinggi. Bed rails yang tidak terpasang sering diakibatkan

oleh keluarga pasien yang sering menurunkan bed rails serta tempat

tidur yang tinggi dan tidak sesuai dengan pasien membuat resiko jatuh

semakin tinggi. Abdellah juga mendefenisikan keperawatan sebagai

pelayanan komperhensif diantaranya bekerjasama dengan tim kesehatan

dalam merencanakan peningkatan derajat kesehatan yang optimal.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh perawat dalam menanganinya

yaitu perawat memberikan edukas kepada keluarga pasien tentang

bagaimana resiko jatuh tersebut dapat terjadi dan dalam meaksanakan

hal tersebut pun seorang perawat diharapkan terlebih dahulu memaham

dan mendalami tentang resiko jatuh pada pasien

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi resiko jatuh diantaranya;

31
Pengetahuan perawat dan keluarga tentang SOP, bwban kerja

perawat yang lebih besar serta faktor lingkungan.

1. Kurangnya pengetahuan perawat dan keluarga tentang SOP.

Pengertian umum Standar operasional prosedur (SOP) merupakan

pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai

dengan fungsi dan alat penilaian kinerja rumah sakit berdasarkan

indikator teknis, adminitrasi dan prosedural sesuai dengan tata

kerja yang bersangkutan. SOP rumah sakit merupakan alat

pengendalian layanan yang diberikan pasien dalam hal layanan

kesehatan dan pelayanan adminitrasi. Tujuan SOP adalah untuk

menciptakan komitmen pekerjaan dalam mewujudkan good

govermance sebagai alat penilaian kinerja yang efektif dan efisien,

perlu adanya SOP yang bersifat teknis, administratif dan prosedural

sebagai pedoman dalam melaksanakan kinerja rumah sakit

(Admoko,2012).

Tujuan SOP antara lain:

a. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat

kinerja petugas/pegawai/tim dalam organisasi atau unit

kerja.

b. Sebagai acuan (check list) dalam pelaksanaan kegiatan

tertentu bagi sesama pekerja, supervesior, surverior dan

lain-lain.

32
c. Merupakan salah satu cara atau parameter dalam

meningkatkan mutu pelayanan

d. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap

posisi dalam organisasi.

e. Memperjelas alur tugas, wewenang, dan tanggungjawab

dari petugas/pegawai dari malpraktek atau kesalahan

administrasi lainnya.

f. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan,

duplikasi, dan inefisiensi

g. Sebagai dokumen pelatihan bagi pelatih.

Manfaat SOP

Jika SOP dijalankan dengan benar maka perusahaan akan

mendapat banyak manfaat dari penerapan SOP tersebut, adapun

mkanfaat dari SOP adalah sebagai berikut:

a. Memberikan penjelasan tentang prosedur kegiatan secara

detail dan terinci dengan jelas dan sebagai dokumentasi

aktivitas perusahaan.

b. Meminimalisasi variasi dan kesalahan dalam suatu proses

operasional kerja.

c. Mempermudah dan menghemat waktu dan tenaga dalam

program training karyawan.

d. Menyamaratakan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh

semua pihak.

33
e. Membantu dalam melakukanb evaluasi dan penilaian

terhadap setiap proses operasional dalam perusahaan.

f. Membantu mengendalikan dan mengantisipasi apabila

terdapat suatu perubahan kebijakan.

g. Mempertahankan kualitas perusahaan melalui konsistensi

kerja karena perusahaan telah memiliki sistem kerja yang

sudah jelas dan terstruktur secara sistematis.

Macam-macam SOP

1) SOP Pelayanan

Berkaitan dengan pelayanan pada pasien. M meliputi unsur

tata cara pelayanan antar lain: komunikasi (cara dan isi),

sikap tubuh. Contoh: SOP pelayanan Front Office, SOP

pelayanan apotik, SOP pelayanan poli, SOP pelayanan

Doorkeeper, SOP pelayanan parkir.

2) SOP Adminitrasi

Berkaitan dengan proses adminitrasi di unit yang

bersangkutan. Proses dapat berkaitan dengan pasien.

Contoh: SOP proses pengisian Rekam Medis, SOP proses

permintaan obat, SOP pencatatan keuangan, SOP kalibrasi

Alat Medis.

3) SOP Keamanan dan Keselamatan

berkaitan dengan tindakan untuk menjaga keselamatan dan

keamanan pelayanan kepada pasien. Tidak berkaitan

34
dengan pasien namun memberikan pengaruh pada kastamer

(petugas dan pasien) contoh: SOP penyimpanan obat, SOP

penanganan jarum suntik bekas, SOP cuci tangan petugas,

SOP pemusnahan obat kadaluarsa dan SOP pelaksanaan

resiko pasien jatuh.

Setiap rumah sakit wajib untuk memenuhi sasaran

keselamatan pasien. Salah satu sasaran keselamatan pasien rumah

sakit adalah mengurangi resiko pasien jatuh. Pelaksanaan

pengurangan resiko pasien jatuh diperlukan berbagai standar

operasional (SOP).

SOP resiko pasien jatuh atau standar prosedur resiko pasien jatuh

sangat penting ada disebuah Rumah sakit, tidak terkecuali pada

semua Rumah Sakit.

SOP bertujuan untuk meciptakan budaya keselamatan kerja,

mengoptimalkan penggunaan assasment jatuh untuk menetukan

kategori resiko jatuh, pencegahan, dan penangannya dalam

menungkatkan kepuasan pasien, serta menurunkan biaya

kesehatan. Dan untuk memahami kunci keberhasilan program

faktor resiko jatuh, pencegahannya dan penanganannya.

Dengan demikian akan sangat dibutuhkan sebuah penanda bagi

pasien yang memiliki resiko jatuh ataupun resiko lainnya sesuai

penyakit yang diderita oleh para pasien.

35
Untuk pengkajian awal pasien anak yang memiliki resiko jatuh di

rumah sakit dapat menggunakan skala Humty dumty

(Deborah,2010) di bawah ini:

STANDAR
PENGISIAN LEMBAR PENGKAJIAN RESIKO JATUH
PROSEDUR
PADA PASIEN ANAK (HUMPTY DUMPTY)
OPERASIONA
No. Dokumen No. Revisi : Halaman
L

Tanggal terbit : Ditetapkan di

PENGERTIAN Pengkajian resiko jatuh pada pasien anak adalah upaya yang dilakukan

oleh perawat untuk mengetahui / menilai resiko jatuh pada pasien dengan

menggunakan lembar pengkajian resiko jatuh khusus pasien anak dengan

metode humpty dumpty

TUJUAN Melakukan pemantauan, pengumpulan data, analisa data, dan rencana

tindak lanjut dari kecenderungan kejadian pasien jatuh khususnya pada

pasien anak

KEBIJAKAN

PROSEDUR Pelaksanaan

36
1. Tempelkan label/ cetak identitas pasien yang berisi identitas pasien

meliputi: nama pasien, tanggal lahir, no Rekam medis, jenis

kelamin, tanggal masuk pasien, nomor register,nama DPJP, nama

PPJP, ruang, kelas.

2. Penilaian resiko jatuh (oleh perawat primer):

a) USIA

Usia 0-3 th skor = 4, usia 4-7 th = 3, usia 8-12 skor = 2, usia

13-14 skor = 1

b) JENIS KELAMIN

Laki-laki = 2, Perempuan = 1

c) DIAGNOSIS

Diagnosis neurologis (meningitis, encephalitis, kejang, dll) dan

atau gelisah Skor = 4, Perubahan oksigenasi (diagnosis

respiratorik, dehidrasi, anemia, anorexia, sincope, pusing, dll)

skor = 3, Gangguan psikiatri / perilaku skor = 2, Diagnosis lain

skor = 1

STANDAR
PENGISIAN LEMBAR PENGKAJIAN RESIKO JATUH
PROSEDUR
PADA PASIEN ANAK (HUMPTY DUMPTY)
OPERASIONA
No. Dokumen No. Revisi : Halaman
L

d) GANGGUAN KOGNITIF

Belum punya kontrol diri skor = 3, lupa akan kondisi sakitnya

37
skor = 2, orientasi terhadap kemampuannya sendiri skor = 1.

e) FAKTOR LINGKUNGAN

Riwayat jatuh dari tempat tidur sebelumnya skor = 4, pasien

pernah jatuh selain di tempat tidur skor = 3, pasien jatuh saat

ditempatkan di tempat tidur sendiri skor = 2, pasien jatuh saat

berada di luar rumah skor = 1

f) RESPON TERHADAP PEMBEDAHAN/SEDASI/ANASTESI

Dalam 24 jam skor = 3, dalam 48 jam skor = 2, > 48 jam / tidak

menjalani operasi skor = 1

g) PENGGUNAAN MEDIKANTOSA

Penggunaan multiple sedative, obat hypnosis, barbiturate,

fenitiazin, antidepresan, pencahar, diuretic, narkose skor = 3,

penggunaan obat salah satu diatas skor = 2, obat lain / tidak

menggunakan obat skor = 1.

3. Jumlahkan seluruh skor resiko jatuh dan kualifikasi resiko jatuh

sebagai berikut :

SKOR 7-11= RESIKO RENDAH

SKOR 12 – 23 = RESIKO TINGGI

4. Apabila DPJP meminta untuk pencegahan resiko jatuh, maka

lingkari kolom RT.

5. Pada lembar intervensi pencegahan pasien jatuh:

Penanggulangan resiko tinggi skor 12 – 23 (RT)

 Lakukan intervensi dibawah ini untuk dilakukan tiap 4 jam dan

38
dievaluasi ulang tiap 2 hari

STANDAR
PENGISIAN LEMBAR PENGKAJIAN RESIKO JATUH
PROSEDUR
PADA PASIEN ANAK (HUMPTY DUMPTY)
OPERASIONA
No. Dokumen No. Revisi : Halaman
L

1. Sarankan pasien atau keluarga untuk meminta bantuan bila

diperlukan

2. Tempatkan bell panggilan dalam jangkauan tangan pasien

atau keluarga (bila tersedia)

3. Tempat benda – benda milik pasien di dekat pasien

4. Pastikan tempat tidur dalam posisi rendah dan roda terkunci

5. Pastikan pakain pasien di atas mata kaki

6. Bantu pasien saat transfer atau ambulasi

7. Pasangkan pengaman sisi tempat tidur

8. Pastikan pasien terpasang gelang identitas pasien resiko

jatuh

9. Pastikan tanda pasien resiko jatuh terpasang di tempat tidur

pasien atau kamar pasien

10. Monitor kebutuhan toileting pasien secara kontinue dan

berikan bantukan segera bila diperlukan

11. Beritahu efek dari obat/anastesi kepada pasien atau keluarga

12. Berikan orientasi ruang sekitar kepada pasien atau keluarga.

39
Penanggulangan resiko rendah skor 7-11 (RR)

 Lakukan intervensi dibawah ini untuk dilakukan tiap pergantian

shift jaga

1. Dekatkan bell ke pasien dan ajarkan keluarga cara

penggunaannya (bila tersedia).

2. Kaji kebutuhan eliminasi pasien

3. Hindarkan barang-barang yang berbahaya didekat pasien.

4. Ajaklah keluarga / penunggu pasien untuk ikut mencegah

resiko jatuh

STANDAR
PENGISIAN LEMBAR PENGKAJIAN RESIKO JATUH
PROSEDUR
PADA PASIEN ANAK (HUMPTY DUMPTY)
OPERASIONA
No. Dokumen No. Revisi : Halaman
L

5. Usahakan penerangan cukup pada pagi dan siang hari

6. Dokumentasikan tindakan perawat dan tindakan lanjutan

7. Isikan inisial perawat pada baris terakhir intervensi

pengkajian pencegahan jatuh

Unit Kerja Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat inap Anak

Instalasi Paviliun Garuda, Ruang Rawat Intensive.

Tabel SOP pengkajian resiko jatuh Humpty Dumty pada anak menurut Nursalam

2016 dengan tindakan intervensi pencegahan jatuh menurut Person dan Andrew

(2015), intervensi resiko tinggi, sedang dan rendah menurut Ziolkowski (2016)

40
Pelaksanaan SOP pencegahan pasien jatuh adalah SOP

Assesmen dan Assesmen ulang serta SOP pemasangan stiker

Pasien Resiko Jatuh (Jati, 2017). Adapun pelaksanaan SOP dimulai

dari pengkajian resiko jatuh pada setiap pasien awal masuk,

pemberian skoring resiko jatu, lalu pemberian intervensi-intervensi

untuk mencegah pasien jatuh dengan sesuai nilai skoring.

Berbicara tentang SOP keamanan dan keselamatan pelayanan

di ruma sakit, diharapkan tindakan penatalaksanaan keselamatan

dan keamanan pencegahan resiko pasien jatuh harus sesuai dengan

standar operasional prosedur (SOP). Bila standar operasional

pencegahan resiko pasien jatu yang telah ditetapkan tidak

dilaksanakan dengan baik tentunya dapat meningkatkan resiko

pasien jatuh. Pada beberapa rumah sakit di Indonesia, standar

operasional prosedur pencegaan resiko pasien jatu belum di

dijalankan dengan baik kepada pasien resiko jatuh seperti; tidak

menempelkan lambang resiko jatuh diatas tempat tidur dan didepan

pintu kamar pasien, barang-barang pasien yang jauh letaknya dari

tempat tidur pasien hingga sulit dijangkau oleh pasien Suparana,

2018). Hal hal berikut merupakan kejadian-kejadian yang sering

ditemukan diruang rawat yang membuat beresiko jatuh pada setiap

pasien yang beresiko. Akar masalah dari insiden jatuh berasal dari

kurangnya pengetahuan perawat dan keluarga akan pentingnya

SOP. (the joint commisson, 2016: saputra 2016). Hal ini

41
dikarenakan Kurangnya sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan

pada perawat mengenai SOP. Penelitian yang dilakukan oleh

Budiono, S. (2015) dengan judul the implementation of patient fall

risk management program in hospital menyimpulkan bahwa

kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pencegahan resiko jatuh

sesuai SOP (standar operasional prosedur) di rumah sakit akan

mampu mengurangi dan mencegah insiden pasien jatuh selama

masa perawatan. Oleh sebab itu berdasarkan teori Faye G Abdella

bahwa perawat harus mampuh melakukan evaluasi dan penelitian

berkelanjutan untuk meningkatkan keahlian dalam tindakan

keperawatan dan untuk mengembangkan tindakan keperawatan

yang baru, untuk memenuhi semua kebutuhan kesehatan

masyarakat. Hal ini berarti perlu adanya peningkatan program

pelatihan atau sosialisasi khususnya mengenai pencegahan kejadian

keselamatan pasien bagi tenaga keperawatan dan pelatihan

mengenai mengasuh pasien yang beresiko jatuh sesuai SOP. Selain

itu perlu adanya pengawasan yang ketat sebagai langkah awal

untuk mendisiplinkan perawat dalam kepatuhan perawat

melakukan SOP pencegahan resiko pasien jatuh dalam asuhan

keperawatan pada setiap waktu dan setiap pasien agar perawat dan

tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan pengkajian dan

intervensi pencegahan pasien jatuh dengan baik. (Irianto

pagala,2017).

42
2. Beban kerja

Beban kerja perawat adalah volume kerja perawat di sebuah unit

rumah sakit, sedangkan volume kerja perawat merupakan waktu

yang dibutuhkan untuk menangani pasien per hari

(Kusumawati,2015). Terdapat 2 jenis beban kerja yaitu beban kerja

fisik dan beban kerja fisiologis. Beban kerja fisik dapat berupa

beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat, mendorong,

sedangkan beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana tingkat

keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu

lainnya. (manuaba)

Mernurut Marquis dan Houtson (2010) beban kerja perawat adalah

seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan seorang perawat

selama bertugas disuatu unit pelayanan keperawatan.

Faktor-fakttor yang mempengharui beban kerja ada 2 yaitu:

Faktor eksternal dan faktor internal. Menurut manuabab (2012)

faktor yang mempengharui beban kerja antara lain:

1. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh

pekerja seperti:

1) Tugas-tugas yang bersifat fisik seperti tempat kerja,

tata ruang, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap

kerja, dan tugas-tugas yang bersifat psikologis seperti

kompleksifitas pekerjaan, tingkat kesulitan, tanggung

jawab pekerjaan.

43
2) Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu

istirahat, sift kerja, kerja malam sistem pengupahan

model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan

wewenang.

3) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik,

lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis, dan

lingkungan kerja psikologis.

2. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam

tubuh itu sendiri akibat reaksi beban kerja eksternal.

Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin,

umur, ukuran tubuh status gizi dan kondisi kesehatan) dan

faktor psikis (motivasi, presepsi kepercayaan, keinginan,

dan kepuasan).

Jenis-jenis beban kerja

Beban kerja meliputi 2 jenis, sebagimana dikemukakan oleh

munandar(2008)

1. Beban kerja kuatitatif, meliputi;

 Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat

selama jam kerja.

 Banyak pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang

harus dikerjakan.

44
 Kontak langsung perawat pasien secara terus

menerus selama jam kerja

 Rasio perawat dan pasien.

2. Beban kerja kualitatif, meliputi:

 Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

perawat tidak mampu mengimbangi sulitnya

pekerjaan dirumah sakit.

 Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan

keperawatan pasien kritis

 Harapan pinpinan rumah sakit terhadap pelayanan

yang berkualitas

 Tuntutan keluaraga pasien terahadap keselamatan

pasien

 Setiap saat dihadapkan pada pengambilan

keputusan yang tepat

 Tugas memberikan obat secara insentif

 Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak

berdaya, koma dan kondisi bterminal.

Dampak beban kerja

Perawat dengan beban kerja berlebih dapat berdampak kepada

stres kerja, motivasi kerja, kualitas pelayanan keperawatan, dan

kegagalan melakukan tindakan pertolongan terhadap pasien. beban

kerja yang terlalu berlebihan juga akan mengakibatkan stress kerja

45
baik fisik maupun psikis dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit

kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah-marah (manuba

2012). Berdasarkan teori Faye G abdellah perawat harus mampuh

memberikan perawatan yang berkelanjutan kepada individu dengan

tingkat ketergantungan dan mengatur rencana keperawatan

menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien. Oleh sebab

itu jumlah kebutuhan tenaga perawat juga harus sesuai berdasarkan

tingkat ketergantungan pasien sehingga tidak ada peningkatan

beban kerja /kerja rangkap perawat yang memungkinkan perawatan

yang diberikan tidak maksimal sehingga resiko pasien jatuh akan

lebih besar.

Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang

dilakukan seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan

keperawatan. Menurut kusmiati (2015) yang mempengarui beban

kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah

rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan untuk memberikan

pelayanan langsung kepada pasien, serta banyaknya tugas

tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat sehingga

dapat mengganggu penampilan kerja dari perawat tersebut seperti

tugas delegasi dari dokter, pengurusan administrasi, pengurusan

depo alat kesehatan, mengoplos obat yang seharusnya dilakukan

oleh bidang farmasi dan melakukan tugas kebersihan terutama saat

sift malam karena cleaning service sudah tidak ada. Selain itu, pada

46
saat pasien datang lebih dari satu orang dengan kondisi gawat,

perawat mengalami kewalahan dalam menangani pasien. Adapun

jumlah pasien yang meningkat dengan jumlah perawat yang tidak

maksimal akan sangat mempengaruhi kinerja perawat. hal ini juga

menjadi kendala perawat dalam menjalankan pencegahan resiko

jatuh pada pasien. tidak jarang hal ini dapat menimbulkan masalah

antara lain adanya insiden pasien jatuh selama masa perawatan.

3. Lingkungan

Pengertian umum lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu baik fisik, biologis maupun

sosial yang berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar

yang mempengharui kehidupan dan perkembangan manusia.

(lenihan dan fleter 2000)

Jenis-jenis lingkungan.

Lingkungan terbagi menjadi 4 jenis antara lain

1 Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang ada disekitar

para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam

menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya

penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan,

kebersihan, musik dan lain-lain (Nawawi,2018)

2 Lingkungan biologis adalah segala seuatu yang bersifat

hiodup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan serta

mikroorganisme.

47
3 Lingkungan sosial adalah segala seuatu tindakan yang

mengatur kehidupan manusia dan usaha-usahanya untuk

mepertahankan kehidupan seperti pendidikan pada tiap

individu, rasa tanggung jawab, pengetahuan keluarga, jenis

pekerjaan, jumlah penghuni dan keadaan ekonomi.

4 Lingkungan rumah adalah segala sesuatu yang berada

didalam rumah, lingkungan rumah terdiri dari lingkungan

fisik yaitu ventilasi, suhu, kelembaban udara serta

lingkungan sosial yaitu kepadatan penghuni. Lingkungan

rumah menurut WHO adalah suatu struktur fisik dimana

orang yang menggunakan untuk tempat berlindung.

Lingkungan dari struktur tersebut juga semua fasilitas dan

pelayanan yang diperlukan baik untuk kesehatan jasmani

dan rohani.

Lingkungan yang sehat dapat diartikan sebagai lingkungan yang

dapat memberikan tempat untuk berlindung dan serta dapat

menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, psikologis dan

maupun sosial.

Lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan antara lain (Lubis,

2000):

1) Memenuhi kebutuhan fisiologis

a) Suhu yaitu dalam pembuatan rumah harus

diusahakan agar konstruksinya sedemikian rupa

48
sehingga suhu tidak berubah banyak dan agar

kelembaban udara dapat dijaga jangan sampai

terlalu itnggi dan terlalu rendah.

b) Harus cukup memberi pencahayaan baik siang

maupun malam.

c) Lingkungan harus segar dan bersih.

2) Perlindungan terhadap penularan penyakit

a) Harus ada sumber air yang memenuhi syarat, baik

secara kulaitas maupun kuantitas, sehingga selain

kebutuhan makan dan minum terpernuhi, juga cukup

tersedia air untuk memelihara kebersihan

lingkungan.

b) Harus ada tempat menyimpan sampah dan WC yang

baik dan memenuhi syarat juga air pembuangan

harus bisa dialirkan dengan baik.

c) Pembuangan kotoran manusia dan limbah harus

memenuhi syarat kesehatan, yaitu harus dapat

mencegah agar limbah meresap dan

menkontaminasi permukaanj sumber air bersih.

Faktor lingkungan Yang berpengaruh terhadap resiko pasien

jatuh.

Pada umumnya lingkungan yang buruk (tidak memenuhi syarat

kesehatan) bukan hanya akan berpengahru pada penyebaran

49
penyakit menular tetapi juga terhadap keamanan dan keselamatan

kerja dirumah sakit. Didalam meningkatkan semangat kerja

perawat tidak terlepas dari kualitas lingkungan fisik yang

mendukung. Lingkungan fisik adalah salah satu unsur yang harus

didaya gunakan oleh organisasi sehingga menimbulkan rasa

nyaman, tentram, dan dapat meningkatkan hasil kerja yang baik

untuk meningkatkan kinerja organisasi tersebut (Sihombing,2004).

Lingkungan fisik yang memenuhui syarat kesehatan akan

memberikan Keamanan dan keselamatan yang ada dalam

lingkungan dalam hal ini dapat mengurangi insiden kejadian jatuh,

penyebaran penyakit, cedera, memperpendek lama tindakan

hospitalisasi, meningkatkan atau mepertahankan status fungsi

klien, dan meningkatkan kesejateraan klien.

Berikut ini akan diuraikan mengenai lingkungan fisik yang

berpengharu terahap resiko pasien jatuh:

diantaranya lantai licin, tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak

stabil, bed side rel yang tidak terpasang, tempat tidur yang terlalu

tinggi, tidak adanya bel pasien, dan alat-alat bantu berjalan

(Darmojo 2004 dalam Syahailatua J, 2013)

Lingkungan fisik seperti lantai yang licin dapat menjadi resiko

terjadinya jatuh. Kurangnya kerja sama antara perawat dan orang

tua dalam menjaga lingkungan yang aman dan kondusif membuat

lingkungan beresiko untuk pasien jatuh. Hal ini dikarenakan

50
adanya pasien yang muntah atau air yang tumpah. Orang tua

biasanya akan melapor ke perawat dan perawat akan meminta

petugas kebersihan untuk membersihkan karena petugas kesehatan

tidak selalu ada diruangan (Trisnawati,2018). Begitupula tempat

tidur yang belum dilengkapi dengan bel pasien akan sangat

mempengaruhi. nurse station tidak berada di tengah kamar pasien

sedangkan terdapat kamar pasien yang berada jauh dari nurse

station sehingga apabila keluarga pasien ingin memanggil perawat

akan lama dan jauh sedangkan diruang tidak ada yang menunggu

anaknya sehingga resiko anak jatuh menjadi lebih tinggi. Bed side

rel pada tempat tidur yang tidak dinaikan dengan kondisi tempat

tidur yang tinggi dapat mengakibatkan pasien jatuh.

Teori Faye G Abdellah mendefinisikan keperawatan sebagai

pelayanan komprehensif diantaranya bekerja sama dengan tim

kesehatan lainnya dalam merencanakan peningkatan derajat

kesehatan yang optimal, hal ini bisa dilakukan oleh perawat dengan

memelihara lingkungan agar tetap bersih dan kering sehinggga

perawat mampuh mempertahankan kebersihan dan kenyamanan

fisik yang baik. Perawat harus mampu memodifikasi lingkungan

untuk mencegah kejadian jatuh. Banyak cara yang dapat dilakukan

oleh perawat dalam menanganinya seperti perawat memberikan

edukasi kepada keluarga pasien tentang bagaimana resiko jatuh

tersebut dapat terjadi dan dalam melaksanakan hal tersebut pun

51
seorang perawat harus terlebih dahulu memahami dan mendalami

tentang resiko jatuh pada pasien ini sehingga dapat terlaksana

dengan optimal dan adanya kerja sama dengan keluarga begitu juga

dengan tenaga kesehatan lainnya.

52
D. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Pelaksanaan SOP
resiko jatuh
Resiko jatuh
Beban kerja perawat

Lingkungan

gambar 2. 2 Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel Independent

:Variabel Dependent

: Hubungan

53
BAB III

METODE PENELITIAN

 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

penielitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan

metode systematic review yakni sebuah sintesis dan study literature

yang bersifat sistematik, jelas, menyeluruh, dan mengidentifikasi,

menganalisis, mengevaluasi melalui data-data yang sudah ada dengan

metode pencairan yang eksplisit dan melibatkan proses telaah kritis

dalam pemilihan study. Tijuan dari metode ini adalah untuk membantu

peneliti lebih memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi

subjek topic yang dicari serta memahami bagaimana hasil dari

penelitian tersebut sehingga dapat menajadi acuan pada peneliti baru.

 Tahapan Systematik Review

1. Identifikasi pernyataan penelitian

Berdasarkan judul diatas, maka peneliti dapat menetapkan PICO

sebagai berikut :

E P (populasi) : Artikel/jurnal peneitian nasional

F I (intervensi) : Tidak ada intervensi

G C (comperator) : Tidak ada pembanding

H O (outcome) : Penurunan tingkat resiko jatuh melelui

kajian literature riview

54
Pertanyaan peneliti berdasarkan PICO adalah apakah ada

faktor- faktor yang berhubungan dengan resiko jatuh pada pasien

balita rawat inap ditinjau dari teori Faye G Abdellah?

2. Menyusun Protokol

Merupakan detail perencanaan yang dipersiapkan secara

matang, yang mencakup beberapa hal seperti lingkup dari studi,

prosedur, kritera, untuk menilai kualitas (kriteria inklusi dan

eksklusi), skala penelitian yang akan dilakukan. Untuk menyusun

protocol review kita menggunkan metode PRISMA (preverred

reporting item for systematic review and meta analyses).

a) Pencarian data

Mengacu pada sumber database, seperti google scholer,yang

sifatnya resmi, yang disesuaikan dengan judul penelitian

abstrak dan kata kunci yang digunakan untuk mencari artikel

b) Screening data

Screening adalah penyaringan atau pemilihan data (artikel

penelitian) yang bertujuan untuk memilih masalah penelitian

yang sesuai dengan topic atau judul, abstark dan kata kunci

yang diteliti.

55
c) Penilaian kualitas (kelayakan data)

Penilaian kualitas atau kelayakan didasarkan pada data (artikel

penelitian) dengan text lengkap (full text)dengan memenuhi

kriteria yang ditentukan (kriteria inklusi dan eksklusi)

d) Hasil pencarian data

Semua data (artikel penelitian) berupa artikel penelitian

kuantitatif atau kualitatif yang memenuhi semua syarat dan

kriteria untuk dilakukan analisis lebih lanjut.

56
Gambar 3.1 diagram PRISMA tahapan Systematic Review

Studi literatur

Faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko jatuh pada pasien balita rawat

inap ditinjau dari teori “faye g abdellah”.

Pencarian pada situs


(google Scholer)

Hasil jurnal secara keseluruhan


( n = 1.830)
3.
Screening
Screening  Rentang waktu 5 tahun terakhir
2015 – januari 2020.
(n=1.470)
 Jurnal menggunakan bahasa
Indonesia.

Jurnal yang dapat di akses full text


Google Scholer (n=60)

Kriteria inklusi:
 Jurnal yang berkaitan dengan
faktor-faktor resiko jatuh pada
pasien balita rawat inap ditinjau
dari teori Faye G Abdella
 Jurnal yang berkaitan dengan
pelaksanaan SOP resiko jatuh
pada pasien balita rawat inap
 Jurnal yang berkaitan dengan
Jurnal akhir yang sesuai beban kerja perawat terhadap
pencegahan resiko jatuh pada
dengan kriteria inklusi
pasien balita rawat inap.
(n=9)  Jurnal yang dapat diakses full text

57
4. 3. Menyusun strategi pencarian

Strategi pencaraian dilakuakn mengacu pada protocol yang

telah dibuat dan menentukan lokasi atau sumber database untuk

pencarian data serta dapat melibatkan orang lain untuk membuat

review.

5. Ekstrasi data

Ekstrasi data dapat dilakukan setelah proses protocol telah

dilakkan dengan menggunakan metode PRISMA. Ekstrasi data

dapat dilakukan secara manual dengan membuat formulir yang

berisi tentang; tipe artikel, nama jurnal, atau konferensi, tahun,

judul, kata kunci, metode penelitian dan lain-lain.

Tabel. 3.1 Ekstraksi Data

No Nama Jurnal Tahun Kata Kunci Metode Penelitian Lokasi


1. Faktor yang 2020 Fasilitas, analitik Rumah Sakit
berhubungan Motivasi, observasional Bhayangkara
dengan upaya Patient Safety, dengan pendekatan makassar
pencegahan Pengetahuan, cross sectional
risiko jatuh oleh Risiko Jatuh study
perawat dalam
patient safety di
ruang perawatan
anak rumah sakit
bhayangkara
Makassar
2. Hubungan 2020 Resiko jatuh, Cross sectional Rsud Haji
pengetahuan standar Makassar
dengan prosedur
kepatuhan operasional,
perawat dalam motivasi,
melaksanakan kepatuhan
standar
operasional
prosedur

58
pencegahan
risiko jatuh Di
Rsud Haji
Makassar
3. Hubungan 2018 Lingkungan, survey analitik. Gampong
Faktor Jatuh. Suak Raya
Lingkungan Kecamatan
Dengan Kejadian Johan
Jatuh Pada Anak Pahlawan
Di Gampong Kabupaten
Suak Raya Aceh Barat
Kecamatan
Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh
Barat
4. Phenomenologi 2018 Faye G. kualitatif dengan Rumah Sakit
Study: Risk Abdellah metode pendekatan Bandung
Factors Related pasien anak fenomenologi
To Faal risiko jatuh
Incidence In
Hospitaliced
Pediatric Patient
With Theory
Faye G.
Abdellah
5. Hubungan beban 2019 Beban kerja cross-sectional Ruang Rawat
kerja perawat perawat, Inap Bedah
terhadap Implementasi Rsud
implementasi patient safety Panembahan
pasien safety Senopati
(risiko jatuh) di Bantul
ruang rawat inap
bedah rsud
panembahan
senopati bantul
6. Hubungan beban 2020 Beban Kerja; crosssectional. Ruang Rawat
kerja perawat Pendidikan Inap Rumah
dengan Kesehatan; Sakit Baptis
pelaksanaan Risiko Jatuh. Batu
pendidikan
kesehatan dalam
pencegahan
risiko jatuh di
ruang rawat inap
rumah sakit.
7. Evaluasi 2015 Resiko jatuh, deskriptif rumah sakit

59
penerapan patient safety panti rini
pasient savety kalasan
resiko Jatuh unit sleman
gawat darurat di
rumah sakit panti
rini kalasan
sleman
8. Kepatuhan 2015 kepatuhan, Metode kuantitatif di RSUD
perawat dalam patient safety, dengan desain wates kulon
pelaksanaan SPO deskritif analitik progo
prosedur
itervensi pasien
resiko tinggi
jatuh di RSUD
wates kulon
progo

9 Anlisis penyebab 2020 pasien jatuh, Penelitian Rsup


insiden pasien keselamatan kualitatif dengan Dr.M.Djamil
jatuh di bangsal pasien, rumah Framework padang
penyakit dalam sakit Analysis
dan instalasi
paviliun ambun
pagi Rsup
Dr.M.Djamil
padang

 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

a) Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono,2013). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian

ini adalah jurnal nasional yang berkaitan dengan faktor-faktor yang

berhungan dengan resiko jatu pada pasien balita rawat inap ditinjau

dari teori Faye G Abdellah.

60
b) Sampel

Sampel adalah keseluruhan objek yang diteliti yang memiliki

kualitas dan karakter teretntu yang ditentukan oleh peneliti

(Sugiyono,2013). Sampel dalam penelitian ini berjumblah 10 jurnal

nasional yang berkaitan dengan dengan faktor-faktor yang berungan

dengan resiko jatu pada pasien balita rawat inap ditinjau dari teori

Faye G Abdellah.

c) Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara yang digunakan dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dari

keseluruhan subjek penelitian.Peneliti menentukan subjek penelitian

dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2010)

puposeve sampling adalah teknik untuk menentukan sampel.

Penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan

agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representative.

1. Kriteria Inklusi

1) Jurnal yang berkaitan dengan faktor-faktor resiko

jatuh pada pasien balita rawat inap ditinjau dari teori

Faye G Abdellah

61
2) Jurnal yang berkaitan dengan pelaksanaan SOP

resiko jatuh pada pasien balita rawat inap

3) Jurnal yang berkaitan dengan beban kerja perawat

terhadap pencegahan resiko jatuh pada pasien balita

rawat inap

4) Jurnal yang dapat diakses full text

2. Kriteria Ekslusi

Jurnal yang membahas pelaksanaan SOP, beban kerja perawat,

dan lingkungan terhadap kejadian lainnya di Rumah sakit.

d) Variabel Penelitian

Variable penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh suatu informasi untuk hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono,2013). Variabel dalam penelitian ini

meliputi :

1) Variabel independen/bebas

Variable independen atau variable bebas merupakan variable

yang menjadi sebab perubahan atau timbuknya variable terikat

(Dependen).Variable bebas dalam peneliotian ini adalah:

Pelaksanaan SOP, beban kerja perawat, lingkungan

2) Variabel dependen/terikat

62
Variable dependen atau variable terikat merupakan variable

yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variable bebas.

Variable terikat dalam penelitian ini adalah resiko jatuh

e) Analisa Data

Setelah melewati tahap protocol sampai pada ekstraksi data,

maka analisis data dilakuakn dengan menggabungkan semua data

yang telah memenuhi kriteria inklusi menggunakan teknik secara

deskriptif untuk memberikan gambaran sesuai permasalahan

penelitian yang diteliti.

63
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Hasil penelitian adalah suatu proses penelitian yang diteliti berdasarkan judul yang telah ditetapkan sehingga

menghasilkan suatu penelitian berdasarkan fakta yang ada. Berikut ini adalah tabel hasil penelitian dengan

menggunakan Systematic Review.

Tabel 4.1
Hasil Systematic Review Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Resiko Jatuh Pada Pasien Balita Rawat Inap Ditinjau

Dari Teori“Faye G Abdellah”.

No Judul Tahu Lokasi Tujuan Desaian Jumlah Metode Teknik Hasil


Penelitian n Penelitian Responden Pengukura Analisis
n
1. Faktor yang 2020 Rumah Untuk survei 31 kuesioner analisa Hasil penelitian menunjukkan ada

berhubungan Sakit mengetahui faktor analitik Responden dan bivariat. hubungan antara pengetahuan dengan

64
dengan upaya Bhayang yang observasi upaya pencegahan risiko jatuh oleh

pencegahan kara berhubungan langsung perawat dalam patient safety di ruang

risiko jatuh oleh Makassa dengan upaya perawatan anak Rumah Sakit

perawat dalam r pencegahan risiko Bhayangkara Makassar (ρ=0,008), ada

patient safety di jatuh oleh hubungan antara motivasi dengan upaya

ruang perawatan perawat dalam pencegahan risiko jatuh oleh perawat

anak rumah patient safety di dalam patient safety di ruang perawatan

sakit ruang perawatan anak Rumah Sakit Bhayangkara

bhayangkara anak Makassar (ρ=0,014), ada hubungan

makassar antara fasilitas dengan upaya

pencegahan risiko jatuh oleh perawat

dalam patient safety di ruang perawatan

anak Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar (ρ=0,022)

65
2 Hubungan 2020 RSUD untuk deskriptif 41 kuesioner chi- Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pengetahuan Haji mengidentifikasi analitik Responden square. responden yang memiliki pengetahuan

dengan Makassa hubungan baik berjumlah 41 responden, dimana

kepatuhan r pengetahuan terdapat 34 responden (82,9%) yang

perawat dalam dengan kepatuhan patuh dalam melaksanakan standar

melaksanakan perawat dalam operasional prosedur pencegahan risiko

standar melaksanakan jatuh dan 7 responden (17,1%) yang

operasional standar tidak patuh dalam melaksanakan standar

prosedur operasional operasional prosedur pencegahan risiko

pencegahan prosedur jatuh.

risiko jatuh Di pencegahan risiko

Rsud Haji jatuh

Makassar

3 Hubungan 2018 Gampon Penelitian ini Survey 35 Total Bivariat Hasil penelitian menunjukkan bahwa

66
Faktor g Suak adalah untuk analitik. responden sampling mengguna ada hubungan yang signifikan antara

Lingkungan Raya mengetahui kan uji faktor lingkungan dengan kejadian jatuh

Dengan Kecamat hubungan faktor Chi- pada anak dengan nilai p = 0,010

Kejadian Jatuh an Johan lingkungan Square (p<0,05). Disarankan kepada pihak RS

Pada Anak Di Pahlawa dengan kejadian Johan Pahlawan untuk meningkatkan

Gampong Suak n jatuh pada anak upaya keluarga dalam mencegah resiko

Raya Kabupat jatuh pada anak dengan cara

Kecamatan en Aceh mengatur/menata lingkungan yang

Johan Pahlawan Barat aman dan nyaman bagi pasien.

Kabupaten Aceh

Barat

4 Phenomenologi 2018 RS Ibu mengeksplorasi kualitatif 4 responden Pendekatan content Hasil penelitian didapatkan 4 tema yaitu

Study: Risk dan faktor yang fenomenolo analysis pengetahuan, sumber daya manusia,

Factors Related Anak mempengaruhi gi lingkungan, dan sarana prasarana. Hal

67
To Faal Bandung risiko terjadi jatuh ini karena pelaksanaan pencegahan

Incidence In pada pasien anak jatuh belum sesuai standar prosedur

Hospitaliced operasional, perbandingan jumlah

Pediatric Patient perawat dan pasien yang tidak seimbang

With Theory (1 perawat : 6-7 pasien) sedangkan

Faye G. banyak tindakan yang tidak bisa

Abdellah dilakukan oleh 1 orang perawat, lantai

licin, tidak terpasang bed side rel dan

belum ada bel pasien. Saran pada rumah

sakit untuk mensosialisasikan

pencegahan jatuh, penghitungan beban

kerja, menjaga lantai tetap kering dan

pengadaan bel pasien.

5 Hubungan 2019 Rsud Menguji cross- 33 purposive Uji Menunjukan bahwa beban kerja perawat

68
beban kerja panemba hubungan antara sectional responden sampling. korelasi di ruang rawat inap tinggi (57,6%),

perawat han beban kerja Spearman sedangkan kebanyakan implementasi

terhadap senopati perawat dan Rank patient safety resiko jatuh cukup

implementasi bantul implementasi dilakukan (39,4%). Hasil analisis Kendall’s tau-b

pasien safety patient safety untuk uji ρ= -,767, dengan (p= 0.000)..

(risiko jatuh) di risiko jatuh di hipotesis.

ruang rawat inap ruang rawat inap

bedah rsud bedah RSUD

panembahan Panembahan

senopati bantul Senopati Bantul.

6 Hubungan 2020 Rumah bertujuan untuk crosssectio 32 kuesioner uji Berdasarkan hasil penelitian dari 18

beban kerja Sakit mengetahui nal. Responden dan lembar Spearman responden dengan kategori beban kerja

perawat dengan Baptis hubungan beban observasi Rank berat, 14 responden (43,7%)

pelaksanaan Batu. kerja perawat melaksanakan pendidikan kesehatan

69
pendidikan dengan dengan kurang baik dan 4 responden

kesehatan dalam pelaksanaan (12,5%) melaksanakan pendidikan

pencegahan pendidikan kesehatan dengan baik. Pengolahan data

risiko jatuh di kesehatan dalam menggunakan uji Spearman Rank

ruang rawat inap pencegahan risiko dengan hasil probabilitas (sig.) 0,000

rumah sakit. jatuh dan nilai r hitung sebesar 0.845 yang

termasuk kekuatan koefisiensi yang

sangat kuat.

7 Evaluasi 2015 Rumah Penelitian ini Penelitia 24 Checklist Analisa Hasil yang diperoleh penerapan patient

penerapan sakit bertujuan untuk deskriptif Responden statistik safety resiko jatuh berdasarkan SOP

pasient savety panti rini mengetahui distribusi aspek yang dilaksanakan 100% yaitu

resiko Jatuh unit kalasan evaluasi frekuensi. penulisan pada dokumentasi, sedangkan

gawat darurat di sleman penerapan pasien 50% pengkajian resiko jatuh, aspek

rumah sakit safety resiko pada pemasangan tanda resiko jatuh,

70
panti rini jatuh. didapatkan terlaksananya hanya 51%.

kalasan sleman Hasil penelitian menunjukan patient

safety resiko jatuh berdasarkan SOP

didapatkan 100% tidaak teerlaksana.

8 Kepatuhan 2015 RSUD Penelitian ini Metode 57 Proporsiona Program hasil penelitian didaapatkan bahwa

perawat dalam WATES bertujuan untuk kuantitatif Responden l stratified pengolaha sebagian besar perawat (68,4%) berada

pelaksanaan KULON mengetahui dengan random n data pada kategori tdak patuh pada

prosedur PROGO tingkat desain sampling. SPSS. pelaksanaan intervensi pasien resiko

itervensi pasien pengetahuan deskritif tinggi jatuh. Sedangkan hasil

resiko tinggi perawat dalm analitik. berdasarkan tiap tahap prosedur

jatuh di RSUD pelaksanaan intervensi pasien resiko tinggi peraat

wates kulon intervensi Pasien patuh dalam tahap prainteraksi (100%),

progo resiko tinggi jatuh tahap orientasi (89,5%), dan tahap

dokumentasi (100%) akan tetapi pada

71
tahap implementasi (63,2%) perawat

tidak patuh.

9 Anlisis 2020 Rsup Penelitian ini Penelitian 21 Wawancara framework Hasil penelitian menunjukan bahwa

penyebab Dr.M.Dj bertujuan untuk kualitatif Responden semi analysis penyebab insiden pasien jatuh dari

insiden pasien amil mengetahui dengan terstruktur faktor insiden yaitu belum optimalnya

jatuh di bangsal Padang penyebab dan framework peran perawat, dokter dan cleaning

penyakit dalam komponen yang analysis. service, kurangnya tenaga perawat dan

dan instalasi berperan dalam tingkat pendidikan, serta kurang

paviliun ambun insiden pasien optimalnya kemampuan perawat

pagi Rsup jatuh di bangsal mengenai pencegahan pasien jatuh.

Dr.M.Djamil penyakit dalam Faktor sifat dasar pekerjaan adalah

padang dan instalasi kompleksitas pengobatan dan kurang

pavilium Ambun optimalnya kerja sama dalam unit.

pagi Lingkungan fisik dimana kurangnya

72
sarana. Lingkungan organisasi dan

sosial yaitu belum optimalnya

komunikasi dan pelaksanaan SOP.

Faktor manajemen belum optimalnya

penerapan budaya safety. Lingkungsn

eksternal berupa belum optimalnya

pelaksanaan pencegahan pasien jatuh

sesuai kebijakan. Kurangnya

pengetahuan pasien dan keluarga terkait

pencegahan pasien jatuh.

73
B. Pembahasan

1. Pelaksanaan pencegahan resiko jatuh tidak sesuai SOP

Resiko jatuh adalah Rentan terhadap peningkatan resiko jatuh,

yang dapat menyebabkan bahaya fisik dan gangguan kesehatan (Nanda

Internasional, 2015-2017). Resiko jatuh adalah pasien yang beresiko untuk

jatuh yang umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan/atau faktor

fisiologis dan dapat berakibat cedera (Nur,2016). WHO (2017) melaporkan

studi pada 58 rumah sakit di Argentina, Colombia, Costa Rika, Mexico Dan

Peru pada ruang rawat inap menemukan hasil bahwa 8% pasien anak

mengalami insiden jatuh akibat pelayanan kesehatan. Data dari the joint

commission internationale from united stated, yang telah dilaporkan bahwa

terdapat 120 kejadian jatuh ditahun 2019. Kejadian pasien jatuh merupakan

masalah serius di Rumah Sakit terutama pasien rawat inap karena kejadian

pasien jatuh merupakan salah satu indikator keselamatan pasien khususnya

balita dan indikator mutu Rumah sakit. Salah satu faktor yang

mempengaruhi resiko jatuh pada pasien balita rawat inap adalah

pelaksanaan pencegahan resiko pasien jatuh tidak sesuai SOP.

Standar operasional prosedur (SOP) merupakan pedoman atau

acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat

penilaian kinerja rumah sakit berdasarkan indikator teknis, adminitrasi dan

prosedural sesuai dengan tata kerja yang bersangkutan. SOP rumah sakit

merupakan alat pengendalian layanan yang diberikan pasien dalam hal

layanan kesehatan dan pelayanan adminitrasi. Tujuan SOP adalah untuk

74
menciptakan komitmen pekerjaan dalam mewujudkan good govermance

sebagai alat penilaian kinerja yang efektif dan efisien, perlu adanya SOP

yang bersifat teknis, administratif dan prosedural sebagai pedoman dalam

melaksanakan kinerja rumah sakit

Pelaksanaan SOP resiko pasien jatuh merupakan hal penting

dalam pelaksanaan patient safety. Yang menjadi kendala pelaksanaan SOP

yaitu kurannya pengetahuan perawat dan keluarga. Sebagian besar perawat

hanya mengetahui tindakan pencegahan jatuh dengan edukasi dan menaikan

bed side real pasien. Padahal Adapun SOP resiko pasien jatuh seperti

pastikan tempat tidur dalam posisi rendah dan roda terkunci, pastikan tanda

pasien resiko jatuh terpasang di tempat tidur pasien atau kamar pasien,

pastikan pasien terpasang gelang identitas pasien resiko jatuh, bell

panggilan harus berada dalam jangkauan tangan pasien atau keluarga,

pengaman sisi tempat tidur pasien yang harus terpasang serta kondisi tempat

tidur yang harus sesuai dengan kebutuhan pasien dll. Adapun keluarga

pasien memiliki pemahaman bahwa dalam masa balita jatuh adalah kejadian

yang wajar yang terpenting jangan sampai menimbulkan luka. Hal ini

dikarenakan metode edukasi yang diberikan perawat hanya ceramah

sehingga keluarga pasien merasa bosan bila perawat mengingatkan terus

untuk pencegahan jatuh. Berdasarkan teori Gaye G Abdellah bahwa perawat

harus mampu melakukan evaluasi dan penelitian yang berkelanjutan untuk

meningkatkan keahlian dalam tindakan keperawatan dan untuk

75
mengembangkan tindakan keperawatan yang baru, untuk memenuhi semua

kebutuhan kesehatan masyarakat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardianto, Adriani Kadir,

Ratna (2020) Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif

analitik dengan rancangan cross sectional study. Pengambilan sampel

menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 59 perawat.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan

chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang

memiliki pengetahuan baik berjumlah 41 responden, dimana terdapat 34

responden (82,9%) yang patuh dalam melaksanakan standar operasional

prosedur pencegahan risiko jatuh dan 7 responden (17,1%) yang tidak patuh

dalam melaksanakan standar operasional prosedur pencegahan risiko jatuh.

Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang berjumlah 18

responden, dimana terdapat 10 responden (55,6%) yang patuh dalam

melaksanakan standar operasional prosedur pencegahan risiko jatuh dan 8

responden (44,4%) yang tidak patuh dalam melaksanakan standar

operasional prosedur pencegahan risiko jatuh. Hasil uji statistik dengan Chi-

square diperoleh nilai ρ=0,049. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada

hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan

standar operasional prosedur pencegahan risiko jatuh.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Trisniawati Dewi, Richa

Noprianty (2018). Peneltitian ini merpukan penelitian kualitatif dengan

metode pendekatan fenomenologi. Instrumen menggunakan buku catatan,

76
voice recorder dan kamera. Sampel penelitian adalah 4 perawat (2 kepala

tim dan 2 perawat pelaksana). Data diperoleh dari wawancara mendalam

kepada sampel dan triangulasi kepada kepala instalasi rawat inap, supervisor

dan keluarga pasien, observasi partisipatif, dokumentasi pengisian formulir

humpty dumpty dan langkah pencegahan risiko jatuh. Analisa data

menggunakan metode content analysis dan menarik kesimpulan dengan fish

bone. Hasil penelitian didapatkan 4 tema yaitu pengetahuan, sumber daya

manusia, lingkungan, dan sarana prasarana. Hal ini karena pelaksanaan

pencegahan jatuh belum sesuai standar prosedur operasional, perbandingan

jumlah perawat dan pasien yang tidak seimbang (1 perawat : 6-7 pasien)

sedangkan banyak tindakan yang tidak bisa dilakukan oleh 1 orang perawat,

lantai licin, tidak terpasang bed side rel dan belum ada bel pasien. Saran

pada rumah sakit untuk mensosialisasikan pencegahan jatuh, penghitungan

beban kerja, menjaga lantai tetap kering dan pengadaan bel pasien.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suparna (2015) penelitian

ini adalah penelitian deskriptif. Instrumen pengumpul data menggunakan

checklist. Sampel yang digunakan sebanyak 24 perawat yang diambil

dengan cara total Sampling. Analisis data menggunakan statistik distribusi

frekuensi. Hasil : Penerapan patient safety risiko jatuh berdasarkan SOP

aspek yang dilaksanakan 100% yaitu penulisan pada dokumentasi,

sedangkan 50% pengkajian risiko jatuh, aspek pada pemasangan tanda

risiko jatuh, didapat keterlaksanaannya hanya 51% . Simpulan : Hasil

77
penelitian menunjukkan patient safety risiko jatuh berdasarkan SOP didapat

100% tidak terlaksana.

2. Beban kerja perawat

Beban kerja perawat adalah volume kerja perawat di sebuah unit

rumah sakit, sedangkan volume kerja perawat merupakan waktu yang

dibutuhkan untuk menangani pasien per hari (Kusumawati,2015). Beban

kerja perawat adalah volume kerja perawat di sebuah unit rumah sakit,

sedangkan volume kerja pera pasien datang lebih dari satu orang dengan

kondisi gawat, perawat mengalami kewalahan dalam menangani pasien.

Adapun jumlah pasien yang meningkat dengan jumlah perawat yang tidak

maksimal akan sangat mempengaruhi kinerja perawat serta menjadi kendala

perawat dalam menjalankan pencegahan resiko jatuh pada pasien.

Berdasarkan teori Faye G abdellah perawat harus mampuh

memberikan perawatan yang berkelanjutan kepada individu dengan tingkat

ketergantungan dan mengatur rencana keperawatan menyeluruh untuk

memenuhi kebutuhan dasar pasien. Oleh sebab itu jumlah kebutuhan tenaga

perawat juga harus sesuai berdasarkan tingkat ketergantungan pasien

sehingga perawat tidak merasa kesulitan saat bekerja akibat kondisi pasien

yang penuh, yang memungkinkan perawatan yang diberikan tidak

maksimal sehingga resiko pasien jatuh akan lebih besar

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Etik Ratnaningsi, Sri

Werdati, Retno Koeswandari (2019). Penelitian ini menggunakan metode

cross-sectional dengan responden 33 perawat untuk terlibat. Teknik

78
purposive sampling diaplikasikan. Uji korelasi Spearman Rank dilakukan

untuk uji hipotesis. Hasil penelitian: Menunjukan bahwa beban kerja

perawat di ruang rawat inap tinggi (57,6%), sedangkan kebanyakan

implementasi pencegahan pasien jatuh cukup (39,4%). Hasil analisis

Kendall’s tau-b ρ= -,767, dengan (p= 0.000). Kesimpulan: Ada hubungan

bermakna antara beban kerja perawat dengan implementasi pencegahan

pasien jatuh di ruang rawat inap bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eva Yuliatin,

Susilaningsih, Yeni Fitria (2020). Penelitian ini menggunakan metode

korelasional dengan pendekatan crosssectional. Pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling sebanyak 32 responden perawat.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi.

Berdasarkan hasil penelitian dari 18 responden dengan kategori beban kerja

berat, 14 responden (43,7%) melaksanakan pendidikan kesehatan dengan

kurang baik dan 4 responden (12,5%) melaksanakan pendidikan kesehatan

dengan baik. Pengolahan data menggunakan uji Spearman Rank dengan

hasil probabilitas (sig.) 0,000 dan nilai r hitung sebesar 0.845 yang termasuk

kekuatan koefisiensi yang sangat kuat. Dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara beban kerja perawat dengan pelaksanaan

pendidikan kesehatan. Semakin berat beban kerja perawat, maka

pelaksanaan pendidikan kesehatan semakin kurang baik. Manajemen Rumah

Sakit perlu melakukan analisa beban kerja perawat secara obyektif sehingga

kendala dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat diminimalkan.

79
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Trisniawati Dewi, Richa

Noprianty (2018). Peneltitian ini merpukan penelitian kualitatif dengan

metode pendekatan fenomenologi. Instrumen menggunakan buku catatan,

voice recorder dan kamera. Sampel penelitian adalah 4 perawat (2 kepala

tim dan 2 perawat pelaksana). Data diperoleh dari wawancara mendalam

kepada sampel dan triangulasi kepada kepala instalasi rawat inap, supervisor

dan keluarga pasien, observasi partisipatif, dokumentasi pengisian formulir

humpty dumpty dan langkah pencegahan risiko jatuh. Analisa data

menggunakan metode content analysis dan menarik kesimpulan dengan fish

bone. Hasil penelitian didapatkan 4 tema yaitu pengetahuan, sumber daya

manusia, lingkungan, dan sarana prasarana. Hal ini karena pelaksanaan

pencegahan jatuh belum sesuai standar prosedur operasional, perbandingan

jumlah perawat dan pasien yang tidak seimbang (1 perawat : 6-7 pasien)

sedangkan banyak tindakan yang tidak bisa dilakukan oleh 1 orang perawat,

lantai licin, tidak terpasang bed side rel dan belum ada bel pasien. Saran

pada rumah sakit untuk mensosialisasikan pencegahan jatuh, penghitungan

beban kerja, menjaga lantai tetap kering dan pengadaan bel pasien.

3. Lingkungan

Selain dari beban kerja perawat adapun faktor lingkungan yang

ikut mempengaruhi resiko terjadinya jatuh pada pasien. Lingkungan adalah

segala sesuatu baik fisik, biologis maupun sosial yang berada disekitar

manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengharui kehidupan dan

perkembangan manusia. (lenihan dan fleter 2000) Salah satu jenis

80
lingkungan yang menjadi resiko jatuh pada pasien yaitu kondisi lingkungan

fisik yang buruk.Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang ada disekitar

pasien yang dapat mempengaruhi dirinya, misalnya penerangan, suhu udara,

ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik dan lain-lain (Nawawi,2018).

Kondisi lingkungan fisik yang buruk seperti bad side rell yang tidak

terpasang, tempat tidur yang tinggi dan tidak ada bel pasien serta kondisi

lantai yang licin.

Berdasarkan teori Faye G Abdellah bahwa perawat harus

menyadari masalah keperawatan dan berperan dalam menangani pasien

yang beresiko jatuh. Kekurangan bel pasien ini membawa kendala pada

perawat dalam pelaksanaan pencegahan pasien jatuh. Counter perawat yang

terletak cukup jauh dari ruangan pasien membuat pasien atau keluarga sulit

untuk memanggil perawat karena membutuhkan waktu dan jarak sehingga

resiko jatuh pada pasien menjadi lebih tinggi. Bed rails yang tidak terpasang

sering diakibatkan oleh keluarga pasien yang sering menurunkan bed rails

begitupula dengan tempat tidur yang tinggi tentu sangat beresiko.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Novilolita (2020)

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan Framework Analysis.

Peneliti melakukan wawancara semi terstuktur kepada 21 informan, telaah

dokumen, serta observasi. Penelitian dilakukan dari bulan Mei 2019-Januari

2020. Kesimpulan: Penyebab insiden pasien jatuh dari faktor SDM yaitu

belum optimalnya peran perawat, dokter, dan cleaning service, kurangnya

tenaga perawat dan tingkat pendidikan, serta kurang optimalnya

81
kemampuan perawat mengenai pencegahan pasien jatuh. Faktor sifat dasar

pekerjaan adalah kompleksitas pengobatan dan kurang optimalnya kerja

sama dalam unit. Lingkungan fisik dimana kurangnya sarana. Lingkungan

organisasi dan sosial yaitu belum optimalnya komunikasi dan pelaksanaan

SOP. Faktor Manajemen belum optimalnya penerapan budaya safety.

Lingkungan eksternal berupa belum optimalnya pelaksanaan pencegahan

pasien jatuh sesuai kebijakan. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga

terkait pencegahan pasien jatuh.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Trisniawati Dewi, Richa

Noprianty (2018). Peneltitian ini merpukan penelitian kualitatif dengan

metode pendekatan fenomenologi. Instrumen menggunakan buku catatan,

voice recorder dan kamera. Sampel penelitian adalah 4 perawat (2 kepala

tim dan 2 perawat pelaksana). Data diperoleh dari wawancara mendalam

kepada sampel dan triangulasi kepada kepala instalasi rawat inap, supervisor

dan keluarga pasien, observasi partisipatif, dokumentasi pengisian formulir

humpty dumpty dan langkah pencegahan risiko jatuh. Analisa data

menggunakan metode content analysis dan menarik kesimpulan dengan fish

bone. Hasil penelitian didapatkan 4 tema yaitu pengetahuan, sumber daya

manusia, lingkungan, dan sarana prasarana. Hal ini karena pelaksanaan

pencegahan jatuh belum sesuai standar prosedur operasional, perbandingan

jumlah perawat dan pasien yang tidak seimbang (1 perawat : 6-7 pasien)

sedangkan banyak tindakan yang tidak bisa dilakukan oleh 1 orang perawat,

lantai licin, tidak terpasang bed side rel dan belum ada bel pasien. Saran

82
pada rumah sakit untuk mensosialisasikan pencegahan jatuh, penghitungan

beban kerja, menjaga lantai tetap kering dan pengadaan bel pasien.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri Mulyono Herlambang

(2018) penelitian merupakan penelitian survey analitik. Metode sampel

yang di gunakan Total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 35 orang

responden. Metode analisa data adalah bivariat menggunakan uji Chi-

Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α:0,05). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan

dengan kejadian jatuh pada anak dengan nilai p = 0,010 (p<0,5) Disarankan

kepada pihak Puskesmas Johan Pahlawan untuk meningkatkan upaya

keluarga yang memiliki anak dalam mencegah resiko jatuh pada anak

dengan cara mengatur/menata lingkungan yang aman dan nyaman bagi

anak.

BAB V

PENUTUP

83
A. Kesimpulan

Hasil studi literatur pada 10 jurnal hasil penelitian Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Resiko Jatuh Pada Pasien Balita Rawat Inap

Ditinjau Dari Teori“Faye G Abdellah”.

1. Terdapat hubungan antara pelaksanaan pencegahan resiko jatuh

tidak sesuai SOP dengan insiden jatuh pada anak.

Pelaksanaan pencegahan resiko jatuh yang tidak sesuai SOP sangat

berpengaruh pada insiden keselamatan pasien. yang menjadi kendala

pelaksanaan SOP yaitu kurangnya pengetahuan perawat dan keluarga.

Sebagian besar perawat hanya mengetahui tindakan pencegahan jatuh

dengan edukasi dan menaikan bed side real pasien. Begitupula keluarga

pasien memiliki pemahaman bahwa dalam masa balita jatuh adalah

kejadian yang wajar yang terpenting jangan sampai menimbulkan luka.

Oleh sebab itu menurut Abdellah perlu adanya peningkatan program

pelatihan atau sosialisasi khususnya mengenai pencegahan kejadian

keselamatan pasien bagi tenaga keperawatan dan pelatihan mengenai

mengasuh pasien yang beresiko jatuh sesuai SOP. Keberadaan SOP dan

pelaksanaan SOP sesuai standar sangat penting. karena tidak

terlaksananya pencegahan resiko jatuh sesuai SOP justru meningkatkan

resiko pada pasien itu sendiri.

84
2. Terdapat hubungan antara beban kerja perawat dengan resiko

jatuh pada balita rawat inap.

Beban kerja yang berat seperti jumlah pasien yang meningkat dengan

jumlah perawat yang tidak maksimal serta banyaknya kerja rangkap

dapat memungkinkan perawatan yang diberikan tidak maksimal

sehingga resiko pasien jatuh akan lebih besar. Oleh sebab itu

berdasarkan teori Faye G abdellah perawat harus mampuh

memberikan perawatan yang berkelanjutan kepada individu dengan

tingkat ketergantungan dan mengatur rencana keperawatan

menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien. Hal ini berarti

jumlah kebutuhan tenaga perawat juga harus sesuai berdasarkan

tingkat ketergantungan pasien sehingga perawat tidak merasa

kesulitan saat bekerja akibat kondisi pasien yang penuh, dan

banyaknya tugas tambahan yang memungkinkan perawatan yang

diberikan tidak maksimal.

3 Terdapat hubungan antara Lingkungan dengan resiko jatuh

pada balita rawat inap.

Kondisi lingkungan fisik yang buruk seperti bad side rell yang tidak

terpasang, tempat tidur yang tinggi dan tidak ada bel pasien serta

kondisi lantai yang licin dapat menjadi resio jatuh bagi pasien balita

rawat inap. Oleh sebab itu berdasarkan teori Abdellah bahwa

keperawatan sebagai pelayanan komperhensif diantaranya

bekerjasama dengan tim kesehatan dalam merencanakan peningkatan

85
derajat kesehatan yang optimal dengan cara memodifikasi lingkungan,

memberikan edukai kepada keluarga pasien tentang bagaiman resiko

jatuh tersebut dapat terjadi. Dengan menciptakan lingkungan yang

aman maka dapat mengurangi resiko jatuh pada pasien balita rawat

inap.

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan peneliti

tentang faktor-faktot yang berhungan dengan resiko jatuh pada pasin

balita rawa inap ditinjau dari teori Faye G Abdellah.

2 Bagi perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menamba pengetahuan perawat

dalam implementasi pencegahan resiko pasien jatuh serta menjadi

referensi dan informasi dalam penyusunan program keselamatan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

86
Trisnawati Dewi, Ricka Novrianti, (2018). Faktor-faktor yang berhubungan

dengan resiko jatuh pada pasien anak rawat inap ditinjau dari teori Faye G

Abdellah. Nurseline jurnal (3) november 2018:81-88

Julimar, (2018) Faktor-faktor penyebab resiko jatuh pada pasien di bangsal

neurologi RSUP Dr. M Djamil Padang. Jurnal poton (8) 153-162

Iqra S. Rusna tahir (209-2020) analisis beban kerja perawat pelaksana diruang

rawat inap di RSU Bahteramas Sulawesi tenggara. jurnal kesehatan

manrang(6) 62-68. Http://jurnal.poletekkesmamuju.ac.id/index.php/m

Etik Ratnaningsih, Sri werdati, Retno koeswandari (2017). Hubungan beban kerja

perawat terhadap implementasi patient safety (resiko jatuh) diruang rawat inap

bedah RSUD panembahan senopati Bantul. Nurses jurnal (1) 10-25

Tiara R. Tampubolon (2017). Peran perawat dalam menangani pasien dengan

resiko jatuh. Nusrses jurnal (3) 42-48

Gian Nurmaindah, Hendyanti, Irman Sumanti, Kurniawan Yudianto (2016).

Gambaran beban kerja perawat pelaksana unit instalasi gawat darurat RS.

Muhamadyah Bandung.

Andi Mapangaro, Rahmat Hidayat, Eka Reski (2020) Faktor yang berhubungan

dengan uapaya pencegahan resiko jatuh oleh perawat dalam patient safety

diruang perawatan rawat inap anak rumah sakit bayangkara Makassar. Jurnal

medica hutama(2) 53-69

Mawansyah T. (2017). Hubungan pengetahuan sikap dan motivasi kerja perawat

dengan pelaksanaan patient safety diruang rawat inap rumah sakit Santa Anna

Kendari. 1-148

87
Dwi Ratnaningsih, Diah Fatmawati (2016). Beban kerja perawat terhadap

implementasi patinet safety diruang rawat inap. Jurnal keperawatan soedriman

( 11) 44-51

Kristiana catur I., Erlisa Candrawati, Ragil Catur Adi W (2018). Hubuungan

pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien pada pencegahan resiko jatuh

dengan pelaksanaan SOP pencegahan resiko jatuh di ruang rawat inap dewasa

RS. Panti waluya malang. Jurnal nursing news (3).3 785-789

Irianto Pagala, Zahro S, Baju W (2017). Perilaku kepatuhan perawat

melaksanakan SOP terhadap kejadian keselamtan pasien di rumah sakit X

kendari. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia (12).1 138-149

Marina (2017). faktor-faktor yang berhubungan dengan pencegahan jatuh pada

pasien resiko jatuh oleh perawat di ruang nusa indah RSUD tugurejo semarang,

diakses dari http://journal.undip.ac.id/index.php.

88
LAMPIRAN

89
90

Anda mungkin juga menyukai