Skripsi (Nehemia Rahawarin) 3
Skripsi (Nehemia Rahawarin) 3
OLEH
NEHEMIA RAHAWARIN
12114201170094
i
STUDI LITERATUR: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN
SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN
PENULARAN PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan
OLEH :
NEHEMIA RAHAWARIN
NPM 12114201170094
ii
Moto:
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
Paru.
Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Dengan terselesaikannya skiripsi ini, maka pada
kesempata ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
2. Para Pembantu Rektor I, II, III dan IV Universitas Kristen Indonesia Maluku
iv
4. Para Wakil Dekan I, II, III dan IV Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia
Maluku yang ikut serta berperan dalam membimbing dan membantu penulis
8. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan
9. Mama dan papa, adik, kaka, om tante dan saudara/saudari atas dukungan dan
semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
v
LEMBARAN PERSETUJUAN
Kami menyatakan menerima dan menyetujui skripsi yang disusun oleh Nehemia
Rahawarin, NPM : 12114201170094 untuk diseminarkan.
Pembimbing I Pembimbing II
Menyetujui Mengetahui
Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program Studi Keperawatan
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………… i
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… vi
BAB I PENDAHULUAN
tuberculosis ……………………………………………………... 37
ix
BAB III METODE PENELITIAN
A. Hasil ………………………………………………………………50
B. Pembahasan ……………………………………………………....66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………74
B. Saran ………………………………………………………….….75
LAMPIRAN …………………………………………………………. 48
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberculosis Paru (Tb Paru) adalah penyakit menular yang masih menjadi
perhatian dunia. Dimana hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas
tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan yang utama, baik di dunia maupun
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) Pada tahun 2016,
diantaranya 6,2 juta laki-laki, 3,2 juta wanita, dan 1 juta adalah anak-anak. WHO
memperkirakan terdapat 9,6 juta kasus Tb pada tahun 2017 namun hanya 6 juta
kasus yang terlaporkan, artinya terdapat 3,6 juta kasus yang tidak terdiagnosis
atau tidak terlaporkan. Sementara itu, 58% kasus TB dunia diantaranya terdapat di
Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Indonesia menempati posisi terbesar kedua
kasus Tb setelah India (23%) yaitu sebesar 10% (WHO, 2017). Prevalensi Tb
Paru di Indonesia berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013
sebesar 0,4% dari jumlah penduduk. Dengan kata lain, rata-rata tiap 100.000
1
penduduk Indonesia terdapat 400 orang yang di diagnosis kasus Tb Paru.
tertinggi ada pada pada provinsi jawa tengah dengan angka kejadian pada tahun
2015 sebesar 115,17 per 100.000. sedangkan, diprovinsi Maluku angka kejadian
Tb Paru pada tahun 2013 yaitu 0,4% dan tahun 2018 angkanya mengalami sedikit
Passo prevalensi Tb paru tahun 2019 sebesar 56 orang, pada tahun 2020 sebesar
43 orang dan pada tahun 2021 sampai dengan bulan September sebesar 29 orang.
hindari rokok, alkohol, obat bius dan hindari stress), bila batuk mulut ditutup,
pengetahuan tentang pencegahan penularan Tb paru dengan baik, maka sulit bagi
atau perilaku (PPTI, 2015). Hasil survei di Indonesia oleh Ditjen Pemberantas
2
Tb paru salah satunya disebabkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan.
responden yang menjawab dengan benar cara penularan TB paru, 66% yang
dalam pemberian vaksin BCG (pada orang yang tidak terinfeksi), dan terapi
pencegahan 6- 9 bulan. Terjadinya perilaku yang kurang baik dari keluarga karena
kurangnya pengetahuan dan sikap keluarga (Isminah, 2017). dalam hal ini
secara jelas dan benar apa sebenarnya penyakit Tuberkulosis ini, dan bagaimana
jika sikap keluarga klien yang terdiagnosa Tb paru mengerti apa yang sebenarnya
dilakukan maka secara otomatis juga bisa dan mampu melindungi dirinya dan
anggota keluarga lainnya. Jika perilakunya baik maka akan membawa dampak
informasi yang dimilki seseorang, semakin banyak informasi yang dimiliki oleh
3
Dani (2015), mengatakan masih didapatkan kurangnya pengetahuan tentang Tb
paru merupakan penyakit keturunan yang disebabkan oleh banyak pikiran, dan
tidak tahunya mengenai cara penularan serta kesalahan dalam minum obat.
pengetahuan yang dimiliki sesorang yang berdampak pada sikap dan perubahan
perilaku (Notoatmodjo 2015). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
memiliki pengetahuan tentang TB paru yang kurang, hal ini dapat terjadi oleh
oleh responden maupun tidak adekuatnya informasi yang diterima oleh responden
4
tuberkulosis namun beberapa hasil penelitian mengenai sikap keluarga dan
konsisten. Sikap keluarga yang negatif, memiliki perilaku yang buruk terhadap
keluarga merupakan domain yang sangat penting dalam upaya pencegahan dan
diantaranya; keluarga yang masih mengunakan alat makan atau minum secara
2016) (Rizana and Teuku Tahlil 2016) tentang pengaruh perilaku penderita dan
kabupaten Tapanuli utara pada tahun 2009 terhadap 100 orang penderita Tb Paru.
Nugraha, and Aryati 2018) yaitu bahwa semakin keluarga memiliki sikap positif
makan akan berperilaku baik dan jika keluarga memiliki sikap negatif maka
Tuberculosisb Paru. Jika pengetahuan dan sikap keluarga baik maka perilaku
5
pencegahan Tuberculosis Paru dapat diterapkan dengan maksimal akan
yang terkait hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan perilaku
B. Rumusan Masalah
literatur, yaitu “Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga
C. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
6
2) Tujuan Khusus
terhadap Tb Paru
D. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
2) Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Tuberkulosis
1. Definisi tuberkulosis
proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon (Wijaya & Putri,
2016).
2. Etiologi
8
berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta
sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini
adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh
9
b. Penemuan penderita tuberkulosis pada anak
doplet yang kecil akan tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang
rentan. Menurut Wijaya & Putri (2016) individu yang beresiko tinggi
terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan dewasa muda antara usia
10
penyimpangan gizi); f) migran dari negara yang terinfeksi Tb yang
terdapat diudara.
5. Manifestasi klinis
Menurut Wijaya & Putri (2016) gambaran klinis TB paru dapat dibagi
kerusakan jaringan.
11
karena pecahnya pembulu darah. Berat ringannya batuk darah
sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi
yang ringan. Gejala ini timbul apa bila sistem persarafan di pleura
terkena.
pada sore dan malam hari mirip dengan influeza, hilang timbul dan
pendek.
pneumonia.
BB, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetap. Batuk pada
12
pembentukan spuntum mukopurulen dengan hemoptitis.
dorman.
petugas di UPK.
13
7. Penatalaksanaan
petugas kesehatan.
selesai; (b) menutup mulut waktu bersin atau batuk; (c) tidak meludah
b. Untuk keluarga; (1) jemur tempat tidur bekas penderita secara teratur;
(b) buka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat
masuk; (c) kuman tuberkulosis akan mati bila terkena sinar matahari
strategi yang efektif, dan efisien untuk menekan terjadinya resistensi basil
tidak boleh putus-putus, dan dengan jangka waktu lama atau dikenal
14
kombinasi dari dua komponen obat telah lama digunakan. Penderita
tuberkulosis aktif tidak dapat diobati dengan satu jenis obat, karena
dari obat tersebut tidak berkerja lagi terhadap kuman di tubuh penderita.
kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum lebih sedikit
pengobatan mereka.
b. Berkesinambungan (continued)
15
secara terus menerus. Penderita tidak memakai obatnya secara disiplin,
memakai obat antu tuberkulosis yang lain, yang lebih mahal dan lebih
sulit dipakai.
9. Patofisiologi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan
alveolus (biasanya dibagian bawah lobus atas atau dibagian lobus bawah)
pertama maka lokosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
16
jaringan paru atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difogasit atau
berkembang biak didalam sel. Basil juga berkembang melalui kelenjar limfe
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat seperti
keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jarian glanurasi disekitarnya yang terdiri dari sel
Kompleks Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat dari orang
yang ysng terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair
Proses ini dapat berulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil akan
terbawa kelaring, telingga tengah atau usus. Kavitas kecil dapat menutup
17
perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan
ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi
aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang- kadang dapat
tuberkulosis milier. Ini terjadi bila fokus nekrotik merusak merusak pembulu
Putri, 2016).
nafas, hal itu bisa terjadi karena perubahan cairan intra pleura yang
18
B. Konsep pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
a. Tahu (Know)
b. Memahami (Comprehension)
19
tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut dapat
c. Aplikasi (Application)
d. Analisis (Analysis)
20
dapat membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk
biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus cacing kremi, dan
sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
f. Evaluasi (Evaluation)
21
Pengetahuan tentang cara-cara mememilihara kesehatan menurut
sementara)
maupun tradisional.
seterusnya.
22
yang tahu tentang cara -cara mencegah penyakit demam berdarah, dan
C. Konsep Sikap
1. Pengertian sikap
a. Sikap positif
b. Sikap negatif
lain-lain.
c. Struktur sikap
23
(Azwar, 2015). Ketiga komponen tersebut pembentukan sikap yaitu
2. Pembentukan sikap
diberikan, serta hasil dari reaksi terhadap dirinya. Pengalaman yang sama
3. Perubahan sikap
Perubahan sikap pada individu ada yang terjadi dengan mudah, ada yang
24
sukar, hal ini tergantung pada kesiapan seseorang untuk menerima atau
2020).
4. Karakteristik sikap
yang berlawanan, misal sikap yang semula negatif menjadi positif atau
sebaliknya.
b. Multifleksitas (multiplexity)
kongruen.
c. Konsistensi (consistency)
25
komponenya saling mendukung satu sama lain, ini akan mudah berubah
ke arah konguen.
d. Interconnectedness
e. Konsonan (consonance)
ketergantungan.
dipuaskan disebut sikap multi servis. Sikap multi servis ini sangat
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh
26
tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Faktor yang
a. Pengalaman pribadi
terbentuknya sikap.
c. Kebudayaan
d. Media Masa
27
pembentukan sikap, hal ini dikarenakan keduannya meletakkan dasar
f. Faktor emosional
g. Pengetahuan
2016).
D. Konsep Perilaku
1. Definisi perilaku
(rangsangan dari luar). Perilaku ini terjadi melalui proses adannya stimulus
dari skinner ini disebut teori (S-O-R) atau Stimulus Organisme Respons.
(Notoatmojo, 2016)
28
2. Macam-macam perilaku
yang terjadi pada orang yang menrima stimulus tersebut, dan belum
c. Perilaku kesehatan
yaitu :
29
seoptimal mungkin.
penyakit.
dan sebagainya.
(Notoatmojo, 201)
30
E. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat (Dewi & Ners, 2015)
2. Fungsi keluarga
31
Fungsi pendidikan, diantaraya yaitu; 1) menyekolahan anak untuk
tingkat-tingkat perkembangannya
f. Fungsi efektif; hal yang harus dikaji yaitu gambaran diri anggota
32
dilingkungan setempat.
perawatan keluarga :
luasnya masalah
dialami
penyakit?
ada?
33
h. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat
pemeliharaan lingkungan
sanitasi
adalah :
kesehatan
33
diperoleh dari fasilitas kesehatan
3. Fungsi reproduksi
4. Fungsi ekonnomi
papan
34
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
anggotanya
hidupnya
keluarga
35
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
Penelitian terkait yang dilakuka oleh Siti, Dyah, dan Dian yang berjudul
responden (48,6 persen) dan 2 (5,4 persen). dari hasil analisis yang
didapatkan korelasi regresi linier dengan nilai Sig 0,001 dan R 0,520
36
antara sikap tentang TBC dengan perilaku pencegahan penularan di
asrama Manokwari.
37
Ganda. Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa mayoritas responden
38
F. Kerangka konsep
Pengetahuan keluarga
tentang penyakit TB
Paru Perilaku pencegahan
penularan penyakit TB
Paru
Keterangan :
: Variable Independen
: Variabel Dependen
: Arah hubungan antar variable
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
memahami latar belakang dari penlitian yang menjadi subjek topik yang
tahapan yang harus dilakukan sehingga hasil dari studi literature tersebut
berikut:
1. Menyusun Protokol
untuk menilai kualitas (kriteria inklusi dan ekslusi), skala penelitian yang
metode PRISMA (Preferred Reporting Items For studi literatur and Meta
Analyses)
40
a. Pencarian Data
Pencarian data mengacu pada sumber data base yang sifatnya resmi
b. Skrining Data
c. Hasil Pencarian
Data Semua data (artikel penelitian) berupa artikel penelitian
kualitatif dan kuantitatif yang memenuhi semua syarat dan kriteria
untuk melakukan analisis lebih lanjut Secara jelas tahapan penentuan
artikel yang digunakan dalam studi literatur “Hubungan tingkat
pengetahuan dan sikap keluarga dengan perilaku pencegahan
penular penyakit Tuberculosis paru” dapat di lihat pada diagram
alur prisma pada gambar 3.1
41
Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan perilaku pencegahan
penular penyakit Tuberculosis paru”
ika
si
Artikel duplikat
(n =3.256)
Artikel yang di skrining
berdasarkan judul (n = 3.183)
ila
93
Artikel yang dimasukkan dalam - Intervensi lain: 90
sintesis kualitatif (n = 10) - Bahasa lain:
- Tahun publikasi:
42
2. Menyusun strategi pencarian
review.
3. Ekstrasi data
berisi tentang; Peneliti dan tahun, Judul Artikel, Lokasi dan Desain
Penelitian
43
Tuberkulosis Paru di
Wilayah Kerja
Puskesmas Kesunean
dan Pegambiran Kota
Cirebon
Hubungan Tingkat
Pengetahuan, Sikap, Dan
Tonsisius
Perilaku Terhadap Upt Puskesmas
Jehaman cross-sectional
Pencegahan Penularan Sabbang
2020
Tuberculosisi (Tb) Di
Upt Puskesmas Sabbang
Insana Maria Hubungan Pengetahuan Kerja
2020 Keluarga dengan Puskesmas
Perilaku Pencegahan Martapura II. cross sectional.
Penularan Tuberculosis
Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Martapura II
Dewi Pengetahuan dan Sikap Wilayah Kerja
Andriani Keluarga Dengan Puskesmas
2020 Pencegahan Penularan Penana’e Kota cross sectional
Penyakit Tuberculosis Bima
(TBC) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Penana’e
Kota Bima
44
2016 Perilaku Keluarga Banda Sakti eksperimental-semu.
Dalam Pencegahan Kota
Penularan Tuberkulosis Lhokseumawe
Paru
Nurfadillah Hubungan Pengetahuan Rsud Arifin
2016 Dengan Tindakan Achmad
Pencegahan Provinsi cross sectional
Penularan Pada Riau
Keluarga Penderita
Tuberkulosis Paru
Di Ruang Rawat Inap
Paru Rsud Arifin
Achmad Provinsi
Riau
45
1. Populasi
populasi adalah semua subjek atau objek sasaran penelitian. Wujud subjek
Tuberculosis paru”
2. Sampel
Tuberculosis paru”
3. Teknik Sampling
46
antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel
a. Kriteria Inklusi
paru
control, Eksperimen
b. Kriteria Ekslusi
lainnya.
47
D. Variabel Penelitian
sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oeh peneliti untuk
ditarik kesimpulannya.
1) Pengetetahuan keluarga
2) Sikap keluarga
E. Analisa Data
48
BAB IV
A. Hasil Penelitian
alur PRISMA. Proses identifikasi pada satu basis data; Google Schoolar yang
dengan kata kunci tersebut. Hasil pencarian yang sudah didapatkan kemudian
dan sebanyak 320 artikel dieksklusi sehingga tersisa 330 artikel. Selanjutnya
1. Karakteristik Studi
ditinjau berdasarkan tempat, design dan tahun publikasi. Sebaran tempat dan
design penelitian dari artikel yang dimasukan dalam literature review dapat
49
Tabel 4.1 Sebaran tempat dan design studi dari artikel yang dimasukan dalam
tinjauan sistematis
Tempat Penelitian Jumlah Artikel Total
Indonesia
Nusa Tenggara 1
timur
Jawa barat 2
Kalimantan 1
Selatan
Nusa Tenggara 1
10
Barat 1
Sulawesi Tengah 1
Aceh 1
Riau 1
Jawa Tengah 1
Sumatera Barat
Design Studi
Cross sectional 9
Eksperimental- 1 10
semu.
Tahun publikasi
2016 5
2017 1
2018 - 10
2019 -
2020 4
Dari 10 artikel yang dimasukkan dalam systematic review, jumlah penelitian yang
50
1, dan 1 studi dilakukan di Sumatera Barat. Design studi dari setiap artikel yang
review ada pada rentang publikasi tahun 2016-2020, dengan tahun publikasi
paling sedikit ada pada penelitian eksperimental-semu yang dilakukan oleh Novia
Rizana
dilakukan analisis yang sesuai dengan hubungan tingkat pengetahuan dan sikap
51
Tabel 4.2
Hasil Systematic Review Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan perilaku pencegahan penyakit
Tuberculosis Paru
pengetahuan dan puskesmas mengetahui sectional Responden statistik bahwa responden dengan
52
wilayah kerja Pencegahan (100%) memiliki pengetahuan
tuberkulosis.
2 Hubungan 2016 Puskesmas Penelitian ini cross 32 kuesioner. uji Analisis univariat menunjukan
Pengetahuan Kesunean dan untuk sectional Responden korelasi bahwa pengetahuan cukup
53
Dan Sikap Pegambiran mengetahui spearman didapatkan 17 responden (53,1%),
Keluarga Pasien Kota Cirebon hubungan dan uji sikap cukup 20 responden (62,5%)
54
Coefficient : 0,414. Analisis
(OR = 0,096).
3 Hubungan 2020 Upt Penelitian ini cross 33 kuesioner Analisa Hasil penelitian diperoleh bahwa
55
Pencegahan pengetahuan,
Tuberculosisi perilaku
Puskesmas terhadap
Sabbang pencegahan
penularan
tuberculosis.
4 Hubungan 2020 Wilayah Penelitian ini metode 30 kuesioner uji chi- Hasil pengolahan data yang
Pengetahuan Kerja bertujuan analitik Responden square. menggunakan uji statistik Chi-
56
Tuberculosis pengetahuan diperoleh nilai r = 0,009 dengan
kerja
Puskesmas
Martapura II
pada tahun
2020.
5 Pengetahuan 2020 Wilayah Tujuan cross 39 Lembar uji statistik Hasil analisis diketahui bahwa
Kerja pengetahuan keluarga baik sebesar
57
dan Sikap Puskesmas penelitian ini sectional Responden observasi Spearman (76.9%), pencegahan penularan
Penana’e baik (74.3%) dengan p-value =
Keluarga untuk Rank
Kota Bima 0,000(p<0,05) dan r= 0,926.
Dengan mengetahui
Untuk hasil analisis sikap keluarga
Pencegahan hubungan positif sebesar (92,3%),
pencegahan penularan baik
Penularan pengetahuan
(74,3%) dengan p-value = 0,001.
Penyakit dan sikap
Yang berarti Ha di terima.
Tuberculosis keluarga
(TBC) Di dengan
Puskesmas penularan
Bima wilayah
kerja
Puskesmas
58
Penana’e
Kota Bima
6 Hubungan 2016 Puskesmas Penelitian ini Cross 36 kuesioner uji Chi Hasil penelitian menunjukkan
Pengetahuan Sienjo bertujuan Sectional Responden Square tidak ada hubungan antara
Keluarga Di perilaku
Puskesmas pencegahan
Sienjo penularan
kepada
anggota
59
Keluarga di
wilayah
Puskesmas
Sienjo.
7 Pengetahuan, 2016 Kota Penelitian ini eksperime 21 wawancara Analisa Hasil penelitian menunjukkan
Sikap dan Lhokseumaw bertujuan ntal-semu Responden data terdapat pengaruh pendidikan
60
perilaku paru (p=0,000) di Kota
keluarga Lhokseumawe
dalam
pencegahan
penularan Tb
paru di Kota
Lhokseumaw
e.
8 Hubungan 2016 Ruang Rawat Penelitian ini Cross 30 kuisioner univariat hasil penelitian menunjukkan
pengetahuan Inap Paru bertujuan sectional. Responden dan bahwa sebagian besar responden
61
Keluarga pengetahuan penularan TB paru dengan baik
pencegahan penularan TB
9 Hubungan 2017 Wilayah Penelitian ini kuantitatif 56 kuesioner Analisis Hasil penelitian ini menunjukkan
62
Pencegahan antara frekuensi sedangkan hasil uji korelasi Rank
Paru Pada dengan dengan 0,001 < α (0,05) maka hal ini
Puskesmas penularan
Nguter tuberkulosis
keluarga di
wilayah
kerja
Puskesmas
Nguter
63
Sukoharjo.
10 Tingkat 2020 Puskesmas Penelitian ini cross 49 Wawancara uji chi- Hasil penelitian didapatkan 61,2%
Pengetahuan
Andalas bertujuan sectional responden square. keluarga mempunyai pengetahuan
Keluarga
Padang untuk tinggi tentang TB paru dan 51%
Dengan
Pencegahan mengetahui keluarga berperan dalam upaya
Penularan
hubungan pencegahan penularan TB paru,
Tuberkulosis
antara hasil uji statistik terdapat
Paru Pada
Keluarga tingkat hubungan yang bermakna antara
Diwilayah Kerja
pengetahuan tingkat pengetahuan dengan upaya
Puskesmas
keluarga pencegahan dengan nilai p= 0,002.
Andalas Padang
dengan
upaya
pencegahan
penularan
64
tuberkulosis
paru pada
keluarga di
wilayah
kerja
Puskesmas
Andalas
Padang.
65
A. Pembahasan
tubercoliosis paru
saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas penyakit tersebut, angka
tinggi.
olahrga teratur, hindari rokok, alkohol, obat bius dan hindari stress), bila
66
banyak informasi yang dimiliki oleh seseorang semakin tinggi pula
ini adalah responden yang sesuai dengan krtiteria inklusi dengan metode
dan jumlah sampel yang termasuk dalam kriteria inklusi adalah 30 sampel,
67
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizki Febriansyah (2017),
Spearman diperoleh hasil uji nilai p-value sebesar 0,925 yang berarti 0,001
< α (0,05) maka hal ini berart Ho ditolak atau Ha diterima. Dapat di
adalah Anggota keluarga pasien yang tinggal satu rumah dengan pasien
68
sampling, instrumen penelitian dengan kuesioner. Analisa data univariat
tahun 2020.
69
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan
70
masih didapatkan sebagian dari responden memiliki pengetahuan tentang
TB paru yang kurang, hal ini dapat terjadi oleh karena kemungkinan
tubercoliosis paru
(Azwar, 2015). Sikap juga merupakan domain yang sangat penting dalam
71
membentuk tindakan seseorang (over behavior). Terbentuknya sikap
72
(20,0%) memiliki perilaku baik. Berdasarkan uji statistik menunjukan p
tuberkulosis
kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah uji korelasi spearman dan
tuberkulosis
73
penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan
total sampling dan sampel pada penelitian ini adalah keluarga yang salah
74
responden pada kelompok kontrol sebelum dilakukan pendidikan
sikap mempunyai nilai p=0,000 (<a = 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
pencegahan Tb Paru.
(20,0%) memiliki perilaku baik. Hal ini berarti sikap keluarga sangat
paru.
75
namun beberapa hasil penelitian mengenai sikap keluarga dan perilaku
utara pada tahun 2016 terhadap 100 orang penderita Tb Paru. Hasil
Nugraha, and Aryati 2018) yaitu bahwa semakin keluarga memiliki sikap
positif makan akan berperilaku baik dan jika keluarga memiliki sikap
Tuberculosis Paru.
76
tuberkulosis yaitu adanya sikap positif yang sangat berpengaruh terhadap
tuberkulosis.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
2. Bagi institusi hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk
3. Bagi peneliti lain supaya lebih lagi meneliti tentang hubungan tingkat
Tuberculosis Paru
78
DAFTAR PUSTAKA
(Florida R et al., 2016)Akbar, M., Lusiawati, E., & Rahayu. (2016). Hubungan
Andriani, D., Sukardin, Ramli, R., & Ilmi, N. (2020). Pengetahuan dan Sikap
Pustaka Pelajar.
Ayuro, C., & Ridha, H. (2020). tingkat pengetahuan keluarga dengan pencegahan
79
Dani (2015). Hubungan antara Faktor Ibu, Anak dan Lingkungan
Dewi, S. R., & Ners, S. K. (2015). Buku ajar keperawatan gerontik. Deepublish.
Florida R, A., Betan, Y., & Maria, G. Y. (2016). Hubungan pengetahuan dan
Habibah, (2013). Faktor Risiko Kejadian ISPA Pada Balita Ditinjau Dari
di ruang rawat inap paru rsud arifin achmad provinsi riau. 1, 1–9.
Prasetya, Z. A., Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F., & Diponegoro, U.
purwodadi. 1–46.
80
Skinner, (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia
(Keperawatan Dewasa).
2(1), 31–40.
81
maula, (2021). Hubungan pengetahuan dengan tindakan pencegahan penularan
pada keluarga penderita tuberkulosis paru di ruang rawat inap paru rsud
Nuha Medika
82
LAMPIRAN
83
Lampiran 1. SK Pembimbing
84
85
Lmpiran 2. Pencarian Pada Situs Google Scholar
86
87