Anda di halaman 1dari 121

SKRIPSI

STUDI LITERATUR HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN

TINGKAT KEMANDIRIAN DALAM AKTIVITAS SEHARI-HARI

DENGAN RISIKO JATUH PADA LANSIA

OLEH :

MARTHA HAHURY

12114201170079

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2022
STUDI LITERATUR HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN

TINGKAT KEMANDIRIAN DALAM AKTIVITAS SEHARI-HARI

DENGAN RISIKO JATUH PADA LANSIA

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana keperawatan

OLEH :

MARTHA HAHURY

NPM : 12114201170079

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2022

i
MOTTO

“Karena itu Aku Berkata Kepadamu Apa Saja yang Kamu Minta dan Doakan,

Percayalah Bahwa Kamu Telah Menerimanya,Maka Hal itu Akan diberikan

Kepadamu”

( Markus 11 :24 )

“Tuhan Allahmu ada diantaramu sebagai Pahlwan yang Memberi Kemenangan”

( Zefanya 3 : 17 )

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERSETUJUAN Kami menyatakan menerima dan menyetujui skripsi


ini yang disusun oleh Nama : Martha Hahury dengan, NPM 12114201170079.

Ambon, Maret 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ns.S,R,Maelissa.S.Kep,M.Kep G.J.Wakanno,S.Kp.M.Kep
NIDN: 1223038001 NIDN: 1214068401

Menyetujui Mengetahui
Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program Studi Keperawatan

B. Talarima, S.KM, M.KM Ns.S.R.Maelissa,S.Kep, M.Kep


NIDN : 1207098501 NIDN : 1223038001

iii
SURAT PERNYATAAN ORSINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Martha Hahury


NPM : 12114201170079
Judul Skripsi : Studi Literatur Hubungan Dukungan Keluarga Dan
Tingkat Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari-Hari
Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia
Program Studi : Keperawatan
Fakultas : Kesehatan
Universitas : Universitas Kristen Indonesia Maluku

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Karya tulis ini adalah karya orisinil sendiri melalui proses penelitian,
dan dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat orang lain,
kecuali secara tertulis penulis menyebutkan penulis dari sumber
aslinya atau dari sumber orang lain, sebagaimana tercantum dalam
daftar pustaka.
2. Saya menyerahkan hak milik atas karya tulis ini kepada Universitas
Kristen Indonesia Maluku berhak melakukan pengolaan atas karya
tulis ini sesuai dengan norma hukum dan etika yang berlaku.
3. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila
dikemudian hari terbukti tidak sesuai dengan pernyataan ini, saya
bersedia menerima sanksi akademik sesuai nrma yang berlaku di
Universitas Kristen Indonesia Maluku dan perundang-undangan yang
berlaku.

Ambon, Maret 2022


Yang memberi pernyataan

Martha Hahury

NPM : 12114201170079

iv
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadiratan Tuhan Yesus Kristus,
karena atas kasih dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat Kemandirian
Dalam Aktivitas Sehari-hari Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia”. Dapat
terselesaikan.
Dengan terselesainya skripsi ini perkenankan penulis menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Dr. H.H Hetharia, M.Th, selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia

Maluku dan Wakil Rektor I, II, III, dan IV Universitas Kristen Indonesia

Maluku

2. B. Talarima, SKM, .M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Kristen Indonesia Maluku dan Wakil Dekan I, II, III Fakultas

Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku

3. Ns. Sinthia. R. Maelissa, M.Kep., selaku Ketua Program Studi

Keperawatan dan selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu,

memberikan arahan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini

4. G.J Wakanno, S.Kp., M.Kep selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, memberikan arahan dan membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini

5. Ns. S.L. Tubalawony, S.Kep., M.Kep selaku penguji I yang telah

memberikan masukan untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.

6. Ns. J. H. Herwawan, S.Kep., M.Kep selaku penguji II yang telah

memberikan masukan untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.

v
7. Para staf Dosen yang sudah membagikan ilmu kepada penulis selama

mengikuti proses perkuliahan.

8. Orang tua serta keluarga tercinta yang selalu mendoakan, memberikan

motivasi, serta dukungan finansial selama menjalankan pendidikan hingga

di tahap ini.

9. Semua Teman-teman yang tidak dapat penulis sebut satu demi satu, terima

kasih atas bantuan teman-teman, serta dukungan dan motivasi dalam

proses perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya Penulis menyampaikan Terima kasih kepada semua pihak yang

dengan berbagai macam cara dan perannya yang telah membantu penulis

dalam proses penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang dapat membantu perbaikan dan

pengembangan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan khusunya dalam bidang Keperawatan.

Ambon, Maret 2022

Penulis

Martha Hahury

vi
ABSTRAK

Martha Hahury, 2022. “Studi Literatur:Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat


Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari-hari Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia”
S(dibimbing oleh : S.R. Maelissa, G.J Wakanno)
Lansia adalah individu yang telah berumur panjang dan telah mencapai tahap
pertumbuhan dan perkembagan akhir. Lansia atau lanjut usia didefenisikan sebagai
kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga dan tingkat kemandirian dalam aktivitas sehari-
hari dengan risiko jatuh pada manusia. Metode penelitian adalah Systematic Review.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 artikel penelitian nasional yang berkaitan
dengan judul penelitian. Sumber database yang digunakan yaitu Google Scholar dengan
mengacu pada kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil: dari 10 artikel yang dianalisis
didapatkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dan tingkat kemandirian dalam
aktivitas sehari-hari dengan risiko jatuh pada manusia. Kesimpulan penelitian ini
menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara hubungan dukungan keluarga
dan tingkat kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dengan risiko jatuh pada lansia. Saran
bagi petugas kesehatan untuk mengoptimalkan perannya dalam memberikan pelayanan
keperawatan berupa penyuluhan tentang pentingnya memberikan dukungan keluarga
serta pentingnya memilih dan menyesuaikan pemilihan aktivitas sehari-hari yang sesuai
dengan tingkat kemandirian lansia agar dapat meminimallisir risiko jatuh pada lansia.
Kata kunci: Risiko Jatuh, Lansia, Dukungan Keluarga, Tingkat Kemandirian
Dalam Aktivitas Sehari-Hari.

vii
ABSTRACT

Martha Hahury, 2022. "Literature Study: Relationship between Family Support and
Level of Independence in Daily Activities with Fall Risk in the Elderly" (supervised
by : S.R. Maelissa, G.J Wakanno)
The elderly are individuals who have lived long and have reached the final stage of
growth and development. Elderly or elderly are defined as a population group aged 60
years or more. The purpose of this study was to determine the relationship between
family support and the level of independence in daily activities with the risk of falling in
humans. The research method is Systematic Review. The sample in this study amounted to
10 national research articles related to the research title. The source of the data base
used is Google Scholar with reference to the inclusion and exclusion criteria. Results:
From the 10 articles analyzed, it was found that there is a relationship between family
support and the level of independence in daily activities with the risk of falling in humans.
The conclusion of this study shows that there is a significant relationship between the
relationship of family support and the level of independence in daily activities with the
risk of falling in the elderly. Suggestions for health workers to optimize their role in
providing nursing services in the form of counseling about the importance of providing
family support and the importance of choosing and adjusting the selection of daily
activities according to the level of independence of the elderly in order to minimize the
risk of falling in the elderly.
Keywords: Fall Risk, Elderly, Family Support, Level of Independence in Daily
Activities.

viii
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ………………………………………………………………………….

LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………………..

MOTTO………………………………....................................................................

KATA PENGANTAR .......…………………………………………………….……..vi

ABSTRAK ……………………………………………………………………...viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..xi

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………xiii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………….....1

B. Rumusan Masalah………………………………………………7

C. Tujuan Penelitian……………………………………………….7

D. Manfaat Penelitian………………………………………….......8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Risiko Jatuh ……………………….8

B. Tinjauan Umum Tentang Lanjut Usia.......................................10

C. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Keluarga..........................17

D. Tinjauan Umum Tentang Tingkat Kemandirian Aktivitas

Sehari-Hari…………………………………………………….23

ix
E. Kerangka Konsep.......................................................................32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian………………………………………………..33

B. Identifikasi Systematic Review………………………………..33

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling……………………....42

D. Variabel Penelitian …………………………………………....44

E. Analissa Data ………………………………………………....44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………...45

A. Hasil……………………………………………………………………...45

B. Pembahasan……………………………………………………………..66

BAB V PENUTUP………………………………………………………….......74

A. Kesimpulan………………………………………………………….......74

B. Saran…………………………………………………………………….74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Ekstrasi Data

Tabel 4.1 Hasil Penelitian

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Diagram PRISMA Tahap Systematic Review

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SK Pembimbing…………………………………………………….81
Lampiran 2 Pencarian Jurnal Pada Situs Google Scholar……………………….82
Lampiran 3 Jurnal yang dipakai……………………………………………….....83
Lampiran 4 Surat Pengambilan Data Awal………………………………………93

xiii
.BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia merupakan proses alamiah yang pasti dialami semua individu

yang telah melewati masa anak-anak, masa dewasa dan masa tua atau dapat

dikatakan lansia. Lansia adalah individu yang telah berumur panjang dan

telah mencapai tahap pertumbuhan dan perkembangan akhir. Lansia atau

lanjut usia didefenisikan sebagai kelompok penduduk yang berumur 60 tahun

atau lebih (Mubarak, 2016). Proses menua pada lansia ditandai dengan

penurunan, kehilangan secara perlahan atau perubahan fisik (susunan biologis

tubuh), jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial (Kemenkes, 2016). Perubahan

yang dialami lansia diperlihatkan pada penampakan kulit, wajah, perubahan

organ tubuh yang terjadi pada sistem organ tubuh seperti sistem indra, sistem

saraf, kognitif dan lain sebagainya yang mempengaruhi aktivitas kehidupan

sehari-hari.

Secara Global menurut World Health Organization (WHO)

memperkirakan jumlah lansia yang berusia lebih dari 60 tahun pada tahun

2020 sekitar 28.800.000 (11,34%) (WHO, 2021). Sedangkan di Indonesia

sendiri menurut badan pusat statistik (BPS), prevalensi lansia Tahun 2019

mencapai 9.60% (25,64 juta orang) (BPS, 2019) dan meningkat pada Tahun

2020 menjadi 9,92% (26,82 juta orang) (BPS, 2020). Adapun jumlah lansia di

1
Maluku Tahun 2019 sebesar 6,7% (Heri 2019) dan meningkat pada Tahun

2020 menjadi 8,2% (BPS Maluku, 2020).

Sejalan dengan meningkatnya presentase penduduk lansia maka berbagai

masalah kesehatan dan penyakit yang khas yang terjadi pada lansia juga ikut

meningkat. Salah satu masalah yang sering terjadi akibat perubahan-

perubahan fisiologis lansia adalah kejadian jatuh (Deniro, dkk, 2017).

Kejadian jatuh menurut Nugroho (2017) merupakan salah satu masalah fisik

yang dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan yang sering terjadi pada

lansia. Sedangkan jatuh menurut Darmojo (2009) dalam Fistanti,dkk (2018)

adalah kegagalan manusia untuk mempertahankan keseimbangan tubuh atau

badan dalam posisi berdiri atau saat melakukan perpindahan tempat

Secara Global menurut World Health Organization (WHO, 2021) jatuh

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Diperkirakan 684.000

jatuh fatal terjadi setiap tahun. salah satunya di Amerika Serikat, sekitar satu

dari empat (28%) lansia berusia 65 tahun keatas dilaporkan mengalami

kejadian jatuh setiap tahun dan 37% dari lansia yang mengalami kejadian

jatuh memerlukan perawatan medis atau pembatasan aktivitas selama satu

hari (Center for Disease Control (CDC) and Prevention, 2020).

Sedangkan di Indonesia prevalensi cidera jatuh pada lansia (2018)

menunjukan sebesar 9,2% lansia yang mengalami cedera jatuh

(Riskesdas,2018). Pada Tahun 2020 prevalensi ci dera jatuh pada lansia,

menurut survey IFLS (Indonesia Family Life Survey), yakni prevelensi 49,4%

pada usia 55 tahun ketas, 67,1% pada usia 65 tahun keatas, dan 35% pada

2
usia 70-80 tahun keatas (IFLS, 2020). Adapun prevalensi cidera jatuh pada

lansia di Provinsi Maluku menurut Riskesdas Tahun 2013 sebesar 44,7% dan

menurun menjadi 9,20% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data kejadian jatuh

pada lansia yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

kejadian jatuh pada lansia memiliki presentasi yang cukup besar sehingga

diperlukan upaya dan penangan yang serius terhadap fenomena ini.

Dampak dari kejadian jatuh pada lansia akan berakibat fatal jika tidak

dilakukan penangan yang tepat sehingga perlu melakukan pengawasan pada

lansia yang berisiko jatuh, dengan demikian untuk meminimalisir masalah

kesehatan serius yang diakibatkan oleh kejadian jatuh pada lansia maka

diperlukan dukungan keluarga. Dukungan keluarga berfungsi dalam

meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan

memberikan rasa memiliki, memperjelas identitas, menambah harga diri

serta mengurangi stress sehingga akan meningkatkan kesehatan serta

menciptakan dukungan yang aman bagi lansia (Utami & Suratini, 2017).

Selain itu dukungan keluarga dapat meningkatkan angka harapan hidup dan

kesejahteraan lansia. (Paramitha & Purnawati, 2017) Dukungan Keluarga

yang diberikan kepada lansia bersifat prefentif yaitu secara bersama-sama

merawat anggota keluarga yang sakit dengan tim kesehatan. Kemudian

keluarga yang berfungsi sebagai sistem pendukung diharapkan juga selalu

siap untuk memberikan perhatian dan pelayanan bagi lansia serta pertolongan

dan bantuan kepada lansia jika diperlukan. (Irvan Saputra & Deby Zulkarnain

Rahadian Syah , 2020)

3
Selain dukungan keluarga, untuk mengurangi risiko jatuh pada lansia

diperlukan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Kemandirian adalah kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-

hari tanpa pengawasan, pengaruh atau bantuan pribadi yang masih aktif.

Kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang dapat dinilai

meliputi ke toilet, makan, berpakaian dan berpindah tempat. Semakin tinggi

tingkat kemandirian lansia melakukan aktivitasnya, maka akan meningkat

risiko jatuh pada lansia (Utami, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Suratini

(2017) tentang hubungan dukungan keluarga dengan risiko jatuh pada lansia

di Desa Krasakan Yogyakarta yang dilakukan pada 39 lansia didapatkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan

risiko jatuh pada lansia yang ditunjukkan dengan p value 0,029. Penelitian

yang sama juga dilakukan oleh Saputra dan Syah (2020) di dusun Kayen

Sedangsari Pajangan Bantul pada 42 lansia, di dapatkan bahwa ada hubungan

yang siginifikan antara dukungan keluarga terhadap Risiko jatuh pada lansia

yang ditunjukan dengan probable value 0,005.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari dkk (2019) menunjukan bahwa, ada

hubungan signifikan antara tingkat kemandirian dengan risiko jatuh pada

lansia yang ditunjukan dengan p value 0,005 dan ratio 0,504. Penelitian

dengan hasil sama yang juga dilakukan oleh Erlini,dkk (2017) tentang

hubungan tingkat kemandirian dengan risiko jatuh pada 84 lansia di Panti

Werdha Bakti Surakarta, didapatkan hasil bahwa ada hubungan signifikan

4
antara tingkat kemandirian dengan risiko jatuh pada lansia yang ditunjukan

dengan p value 0,000 (p>0,005).

Berdasarkan hasil pengambilan data awal yang dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 10 Maret 2022 di Panti Sosial Tresna Werdha Ina-Kaka Ambon,

diporoleh hasil wawancara dari perawat Panti Sosial Tresna Werdha Ina-Kaka

Ambon terdapat 32 lansia berada di Panti Sosial Tresna Werdha Ina-Kaka

Ambon dan 8 lainnya di rawat di rumah. Dari total 40 lansia hanya terdapat 8

orang lansia yang dirawat dirumah yang mendapatkan dukungan keluarga

seperti memberikan support dan perhatian seperti lansia dibantu dalam

melakukan kegiatan aktivitas sehari-hari dan 32 lainnya yang dirawat di Panti

Sosial Tresna Werdha Ina-Kaka Ambon tidak pernah mendapatkan dukungan

keluarga karena keluarga tidak pernah lagi menjenguk lansia di panti. Dari 40

lansia beberapa diantaranya memiliki faktor risiko jatuhnya yaitu faktor dari

dalam (faktor instrinsik) seperti riwayat penyakit yang mempengaruhi risiko

jatuh yaitu 19 lansia dengan riwayat penyakit Hipertensi, 9 lansia dengan

riwayat penyakit Gout Arthritis. selain itu 32 lansia yang ada di Panti

kebanyakan memiliki faktor risiko jatuh luar (Faktor ekternal) seperti

pencahayaan yang kurang, lantai yang licin, dan tidak ada pegangan saat

berjalan. Berdasarkan hasil wawancara dari perawat Panti juga dikatakan

bahwa Risiko jatuh lebih dominan terjadi pada Lansia Laki-laki yaitu 19

lansia laki-laki, dibandingkan terjadi pada Lansia Perempuan.

5
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat

Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-Hari dengan Risiko Jatuh pada Lansia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan dukungan keluarga dan tingkat

kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dengan risiko jatuh pada lansia?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan tingkat kemandirian

dalam aktivitas sehari-hari dengan risiko jatuh pada lansia.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan risiko jatuh

pada lansia.

b. Untuk mengetahui hubungan tingkat kemandirian dalam aktivitas

sehari-hari dengan risiko jatuh pada lansia.

6
D. Manfaat Penelitian

Terdapat beberapa manfaat penelitian yang terbagi atas manfaat teoritis dan

manfaat praktis , beberapa manfaat dalam penelitian ini yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah literature ilmu

keperawatan khususnya keperawatan gerontik dan dapat digunakan

sebagai referensi bagi peneliti lainnya untuk melakukan penelitian terkait

dengan Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat Kemandirian Dalam

Aktivitas Sehari-hari Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia.

2. Manfaat praktis

1. Bagi lansia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan

dapat diterapkan , serta menambah wawasan bagi masyarakat

Tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat Kemandirian

Dalam Aktivitas Sehari-Hari Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia

2. Bagi perawat

Penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perawat

untuk mengurangi risiko jatuh pada lansia.

3. Bagi penelian selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan bias dijadikan

sebagai ajuan studi pengembangan penelitian bidang yang sama.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Risiko Jatuh

1. Definisi Jatuh

Jatuh menurut Darmojo (2009) dalam Fristantia, dkk (2018)

didefinisikan sebagai kegagalan manusia untuk mempertahankan

keseimbangan badan untuk berdiri. Nugroho (2017) mengatakan bahwa

jatuh merupakan salah satu masalah fisik yang dapat mengakibatkan

kematian atau kecacatan yang sering terjadi pada lansia dan harus

dicegah.

2. Faktor Penyebab Jatuh

Faktor penyebab jatuh pada lansia menurut Ashar (2017) dibagi

menjadi tiga faktor yakni faktor intrinsic, faktor ekstrinsik dan faktor

situasional.

a. Faktor Intrinsik

Faktor yang berasal dari dalam tubuh lansia sendiri, yaitu

gangguan jantung dan sirkulasi darah, gangguan anggota gerak

(misalnya: kelemahan otot anggota gerak bawah dan kekakuan sendi),

gangguan sistem saraf (misalnya: neuropati perifer), gangguan

penglihatan, gangguan pendengaran, dll.

8
1) Gangguan Jantung

Merupakan gangguan berupa kehilangan makanan dan

oksigen ke jantung karena aliran darah ke jantung melalui arteri

koroner berkurang. Tanda dan gejala penyakit jantung pada usia

lanjut adalah sering merasakan nyeri pada daerah prekordial dan

sesak napas yang mengakibatkan rasa cepat lelah dan biasanya

terjadi tengah malam. Gejala lainnya adalah kebingungan,

muntah-muntah, nyeri perut karena pengaruh dan bendungan

hepar dan insomnia.

2) Gangguan Anggota Gerak

Gangguan gerak atau yang biasa disebut dengan gangguan

ekstraparamidal merupakan kelainan regulasi terhadap gerakan

volunter. Gangguan ini merupakan bagian sindroma neurologik

berupa gerakan berlebihan atau gerakan yang berkurang namun

tidak berkaitan kelemahan (paresis). Insiden dan prevalensi

gangguan gerak bertambah seiring bertambahnya usia. Hal

tersebut diakibatkan karena penggunaan obat-obatan yang dapat

mencetuskan terjadinya gangguan tersebut. Gangguan gerak pada

lansia disebabkan karena proses penuaan, yang mengakibatkan

kelainan pada ganglia basal.

Kelainan ini dibagi menjadi 2 yakni: hipokinetik dan

hiperkinetik. Hipokinetik diartikan sebagai hipokinesia

(berkurangnya amplitude gerakan), bradikinesia (melambatnya

9
gerakan), akinesia (hilangnya gerakan) seperti pada penyakit

parkinson. Sedangkan pada gangguan hiperkinetik, terjadinya

gerakan berlebih, abnormal atau involunter seperti; tremor,

asteosis, distonia, hemibalismus, chorea, mycolunus dan tie.

3) Gangguan Neurologis

Perubahan pada sistem neurologis diantaranya adalah

penuruan berat otak, aliran darah ke otak dan berkurangnya

neuron. Perubahan tersebut menyebabkan lansia kehilangan

memori, menjadi lambat dalam bereaksi, masalah kesimbangan

dan gangguan tidur. Perubahan sistem saraf pada lansia

mempengaruhi sistem organ lainnya. Perubahan sistem saraf di

otak berpengaruh pada stabiliatas tubuh. Perubahan dalam sistem

saraf motorik mengakibatkan perubahan dalam reflek, kerusakan

kognitif dan emosi, serta penurunan jumlah sel otot yang dapat

mengakibatkan kelemahan otot. Perubahan pada sistem saraf pusat

mempengaruhi sistem komunikasi dan sistem organ lain seperti;

penglihatan, vestibular, dan propiosepsi.

4) Gangguan Penglihatan

Gangguan penglihatan mengakibatkan insiden jatuh pada

lansia. Penuaan mengakibatkan gangguan penglihatan tersebut

juga berhubungan dengan kemampuan dalam mengontrol

pergerakan mata dan presepsi terhadap warna karena sensitivitas

terhadap warna berkurang pada lansia. Gangguan penglihatan

10
yang terjadi berupa; gangguan pada ukuran pupil yang menurun,

dan reaksi terhadap cahaya berkurang serta akomodasi, lensa

menguning dan perlahan menjadi buram mengakibatkan terjadinya

katarak, sehingga mengurangi kemampuan untuk melihat,

menerima dan membedakan warna-warni.

5) Gangguan Pendengaran

Kehilangan pendengaran pada lansia terjadi karena

perubahan dari telinga bagian dalam. Adapun faktor risiko dari

terjadinya perubahan pendengaran pada lansia yaitu; proses

penyakit, medikasi ototoksik, dan pengaruh lingkungan.

Konsekuensi fungsionalnya adalah berpengaruh terhadap

pemahaman dalam berbicara, gangguan komunikasi, kebosanan,

apatis isolasi sosial, rendah diri serta ketakutan dan kecemasan

yang berhubungan dengan bahaya keamanan lingkungan (Ashar,

2018).

b. Faktor Ekstrinsik

Faktor esktrinsik adalah faktor yang berasal dari luar atau

lingkungan. Faktor esktrinsik ini antara lain; cahaya ruangan yang

kurang terang, lantai ruangan yang licin, benda-benda yang

berserakan diatas lantai, alas kaki yang kurang pas, tali sepatu, kursi

roda tidak terkunci dan naik turun tangga. Penyebab luar lain yang

menyebabkan jatuh pada lansia yaitu gangguan gaya berjalan,

gangguan keseimbangan, obat-obatan, penyakit tertentu seperti

11
depresi, demensia, diabetes melitus, hipertensi dan lingkungan yang

tidak aman (Ashar, 2018)

1) Alat Bantu Berjalan

Penggunaan alat bantu berjalan dalam jangka waktu yang

lama, dapat mempengaruhi keseimbangan sehingga dapat

menyebabkan jatuh. Ukuran, tipe dan cara menggunakan alat

bantu jalan seperti walker, tongkat, kursi roda dan kruk

berkontribusi mengakibatkan gangguan keseimbangan dan jatuh

(CDC, 2018).

2) Lingkungan

Lingkungan merupakan suatu kondisi atau keadaan baik

bersifat mendukung atau bahaya yang dapat mempengaruhi jatuh

pada lansia. Kejadian jatuh di dalam ruangan lebih sering terjadi di

dalam kamar mandi, kamar tidur dan dapur. Sekitar 10% kejadian

jatuh terjadi di tangga terutama saat turun karena lebih berbahaya

dari naik tangga (CDC, 2018).

Lingkungan yang sering dihubungkan dengan jatuh pada

lansia antara lain; alat-alat bantu atau perlengkapan rumah tangga

yang sudah tua yang tergeletak dibawah, tempat tidur atau kamar

mandi yang rendah atau lincin, tempat berpegangan yang tidak

kuat atau sulit dijangkau, lantai tidak datar, licin atau menurun,

karpet yang tidak digelar dengan baik dan penerangan yang tidak

12
baik (kurang terang atau menyilaukan), alas kaki yang tidak tepat

ukuran, berat maupun cara penggunaanya yang salah (APS, 2016).

3) Faktor Situasional

a) Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari

seperti berjalan, naik turun tangga, melakukan hobi, rekreasi

dan olahraga. Kategori aktivitas fisik dapat dibagi berdasarkan

tipe, frekeunsi, durasi dan intensitas. Aktivitas fisik dapat

dilakukan dengan frekuensi 1-3 kali dalam seminggu dan

durasi 15-60 menit. Aktivitas fisik dapat meningkatkan

kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari

(Pattinaja, 2018). Namun jika dalam pelaksanaan aktivitas

fisik yang berlebihan atau terlalu berat akan menigkatkan

angka risiko kejadian jatuh dibandingkan aktivitas fisik yang

dilakukan sesuai dengan kemampuan lansia (Ikhsan, Wirahmi,

& Slamet, 2020).

Tingkat kemandirian dalam melakukan aktivitas fisik juga

mempengaruhi risiko kejadian jatuh pada lansia. Lansia yang

memiliki tingkat kemandirian aktifitas fisik yang mandiri

memiliki risiko jatuh yang rendah karena persendian dan otot-

otot yang selalu digunakan untuk bergerak, sehingga tidak

menyebabkan kekakuan sendi dan mengecilnya masa otot,

namun dalam pelaksaan aktivitas fisik lansia perlu

13
pendampingan atau pengawasan (Erlini, Untari, & Sarifah,

2017).

b) Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit yang diderita lansia selama bertahun-tahun

biasanya menjadikan lansia lebih mudah jatuh seperti stroke,

hipertensi, hilangnya fungsi penglihatan, dizziness, dan

sinkope sering mengakibatkan jatuh (Ashar, 2018).

3. Akibat Jatuh

Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik

dan psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh

adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat

fraktur adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta

kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis adalah walaupun cedera

fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat

memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya

diri, pembatasan dalam aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia jatuh

(Nugroho, 2017).

4. Komplikasi

Menurut Kane (1994) dalam Ashar (2017), komplikasi jatuh adalah:

a. Perlukaan (Injury)

Perlukaan atau injury mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang

terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot,

14
robeknya arteri atau vena, patah tulang atau fraktur misalnya fraktur

pelvis, femur, humerus, lengan bawah, dan tungkai atas.

b. Disabilitas

Mengakibatkan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik

dan penurunan mobilitas akibat sakit yaitu kehilangan kepercayaan

diri dan pembatasan gerak.

5. Pencegahan

Menurut Tinetti (2015) dalam Ashar (2017) terdapat tiga usaha pokok

sebagai pencegahan jatuh:

a. Identifikasi Faktor Risiko

Pada setiap lanjut usia diperlukan adanya pemeriksaan untuk

mencari adanya faktor instrinsik risiko jatuh, serta perlu dilakukan

penilaian keadaan sensorik, neurologis, muskuloskeletal dan penyakit

sistemik yang sering mengakibatkan jatuh. Keadaan lingkungan

rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus

dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup, tetapi tidak

menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda

kecil yang susah dilihat, peralatan rumah tangga yang sudah tidak

aman (lapuk, dapat bergeser sendiri) sebaiknya diganti. Peralatan

rumah ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak

menggangu jalan atau tempat aktivitas lanjut usia. Kamar mandi

dibuat tidak licin dan sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya

15
serta pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk

dan sebaiknya diberi pegangan pada dinding.

b. Penilaian Gaya Kesimbangan Dan Gaya Berjalan (Gait)

Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya

dalam melakukan gerakan pindah tempat maupun pindah posisi. Bila

goyangan badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka

diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medik. Penilaian gaya

berjalan juga harus dilakukan dengan cermat; apakah kakinya

menapak dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita

mengangkat kaki dengan benar saat berjalan, apakah kekuatan otot

ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan.

Semuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainan atau penurunan.

c. Mengatur/ Mengatasi Faktor Situasional

Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita oleh

lanjut usia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut

usia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat

dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan, faktor

situasional yang berupa aktivitas fisik dapat dapat dibatasi sesuai

dengan kondisi kesehatan lanjut usia. Aktivitas tersebut tidak boleh

melampaui batasan yang diperbolehkan sesuai hasil pemeriksaan

kondisi fisik. Sehingga dianjurkan, lanjut usia tidak melakukan

aktivitas fisik yang sangat melelahkan atau sangat berisiko tinggi

untuk terjadinya jatuh (Ashar, 2018).

16
B. Tinjauan Umum Tentang Lanjut Usia (Lansia)

1. Definisi Lanjut Usia

Lansia atau lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti dialami oleh

semua orang yang berumur panjang. Menurut Kemenkes (2016) lansia

didefinisikan sebagai tahap terakhir dari proses perkembangan yang

ditandai perubahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial (Kemenkes,

2016). World Health Organisation (WHO) mendefinisikan lanjut usia

(lansia) sebagai kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih

(Mubarak, 2016).

2. Batasan Lansia

Depkes RI membagi lansia dalam 3 kelompok yakni Kelompok

menjelang usia (rentang usia 45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas,

Kelompok usia lanjut ( rentang usia 55-64 tahun) sebagai masa presenium

dan Kelompok usia lanjut (rentang usia >65 tahun) sebagai masa senium.

Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, lanjut usia terbagi dalam

4 kriteria yakni: usia pertengahan (middle age) yang adalah kelompok

dengan rentang usia 45 -59 tahun, usia lanjut (ederly) antara 60-74 tahun,

usia tua (old) antara 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90

tahun, sedangkan menurut Undang-Undang No.4 tahun 1965 pasal 1 :

“Seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang

bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak

17
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan

menerima nafkah dari orang lain” (Stanley, 2016).

3. Ciri-ciri Lansia

Menurut Lumbantobing (2016) terdapat beberapa ciri orang lanjut usia

yaitu:

a. Usia Lanjut Merupakan Periode Kemuduran

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor

psikologi. Kemunduran dapat berdampak pada psikologi lansia.

Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.

Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi

yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka

kemunduran itu akan lama terjadi.

b. Orang Lanjut Usia Memiliki Status Kelompok Minoritas

Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari

sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan

diperkuat oleh pendapat-pendapat klise terhadap lansia. Pendapat-

pendapat klise itu seperti: lansia lebih senang mempertahankan

pendapatnya dari pada mendengarkan pendapat orang lain.

c. Menua Membutuhkan Perubahan Peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami

kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya

dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari

lingkungan.

18
d. Penyesuaian Yang Buruk Pada Lansia

Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia

cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih

memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang

buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk

(Lumbantobing, 2016).

4. Proses Menua

Pada hakekatnya kesehatan lansia dipengaruhi oleh aging process

atau proses menua. Proses menua merupakan suatu proses biologis yang

tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua

adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan (gradual)

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap

injury termaksud infeksi.

Proses menua merupakan proses alamiah setelah 3 tahap kehidupan

yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua yang tidak dapat dihindari

oleh setiap individu. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-

perubahan pada struktur dan fisiologis dari berbagai sel/ jaringan/ organ

dan sistem yang ada pada tubuh manusia. Proses ini menjadikan

kemunduran fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit

mengendur, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan

memburuk, gerakan lambat dan kelainan berbagai fungsi organ vital.

Sedangkan kemunduran psikis terjadi peningkatan sensitivitas emosional,

19
menurunnya gairah, bertambahnya msinat terhadap diri, berkurangnya

minat terhadap penampilan, meningkatnya minat terhadap material dan

minat kegiatan rekreasi tak berubah hanya orientasi dan subjek

(Lumbantobing, 2016).

5. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Adapun perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik,

sosial dan mental.

a. Perubahan Fisik

Perubahan fisik yang terjadi pada lansia meliputi:

1) Sel: Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun,

dan cairan sel intraseluler menurun.

2) Kardiovaskuler: Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan

metode darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume),

elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya

resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah

meningkat.

3) Respirasi: otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku,

elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga

menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya

menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadinya

penyempitan pada bronkus.

4) Persarafan: Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya

menurun serta lambat dalam merespons dan waktu bereaksi

20
khususnya yang berhubungan dengan stres. Berkurang atau

hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan

berkurangnya respons motorik dan refleks.

5) Muskuloskeletal: Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh

(osteoporosis), kram, tremor, tendon mengerut, dan mengalami

sklerosis.

6) Pendengaran: Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan

pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.

7) Penglihatan: Respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap

gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun,

dan katarak.

8) Endokrin: Produksi hormon menurun.

9) Kulit: Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut

dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun,

vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat

menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh

berlebihan seperti tanduk.

10) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh: Suhu tubuh menurun

(hipotermia) secara fisiologis ±35ºC, hal ini diakibatkan oleh

metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil, dan

tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi

kekakuan otot, fungsi kemih berkurang, dan muncul manifestasi

21
lain seperti pingsan dan koma akibat dari rendahnya suhu tubuh

yang tidak terdeteksi (Hidayah, 2017).

11) Gastrointestinal: Esofagus melebar, asam lambung menurun,

lapar menurun, dan peristaltik menurun sehingga daya absorpsi

menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon

dan enzim pencernaan.

12) Genitourinaria: Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,

penyaringan di geomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun

sehingga kemampuan mengonsentrasi urine ikut menurun. Vesika

urinaria: Otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi

urine. Prostat: hipertrofi pada 75% lansia. Vagina: Selaput lendir

mengering dan sekresi menurun.

b. Perubahan Sosial

Perubahan sosial yang terjadi pada lansia meliputi :

1) Peran: Post power syndrome, single women, dan single parent.

2) Keluarga: Kesendirian, kehampaan.

3) Teman: Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan

kapan akan meninggal. Berada dirumah terus–menerus akan cepat

pikun (tidak berkembang).

4) Abuse: Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal

(dicubit, tidak diberi makan).

5) Masalah Hukum: Berkaitan dengan perlindungan aset dan

kekayaan pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.

22
6) Pensiun: Kalau menjadi PNS akan ada tabungan (dana pensiun).

Kalau tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang.

7) Ekonomi: Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok

bagi lansia dan income security.

8) Rekreasi: Untuk ketenangan batin.

9) Keamanan: Jatuh, terpeleset.

10) Transportasi: Kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok

bagi lansia.

11) Politik: Kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikan

masukan dalam sistem politik yang berlaku.

12) Pendidikan: Berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan

kesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia.

13) Agama: Melaksanakan ibadah.

14) Panti jompo: Merasa dibuang atau diasingkan (Hidayah, 2017).

c. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah

perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan

(hereditas), lingkungan, tingkat kecerdasan dan kenangan. Kenangan

dibagi menjadi dua, yaitu kenangan jangka panjang (berjam-jam

sampai berhari-hari yang lalu) mencakup beberapa perubahan dan

kenangan jangka pendek atau sekitar (0-10 menit) biasanya dapat

berupa kenangan buruk (Hidayah, 2017).

23
C. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Keluarga

1. Definisi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga menurut Friedman (2016) adalah sikap, tindakan

penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan

informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan

emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan

interpersonal yang meliputi sikap, tindakaan dan penerimaan terhadap

anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang

memperhatikan (Setyabudi, 2017).

2. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur

keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya,

Fungsi keluarga menurut (Friedman 2016) yaitu:

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi

kebutuhan pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.

b. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga

dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga

serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental,

dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga

serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.

24
c. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti

sandang, pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui

keefektifan sumber daya keluarga.

d. Fungsi Psikologis

Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih

sayang dan rasa aman atau memberikan perhatian diantara anggota

keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan

memberikan identitas keluarga.

3. Bentuk Dukungan Keluarga

Keluarga memiliki beberapa jenis dukungan keluarga (Inayah, 2017)

adalah:

a. Dukungan Informasional

Dukungan Informasi keluarga merupakan dukungan atau bantuan

yang diberikan keluarga berupa saran atau masukan nasehat atau

arahan dan memberikan informasi-informasi penting yang dibutuhkan

keluarga yang sakit dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

Dukungan ini berupa pemberian saran percakapan atau umpan balik

bagaimana seseorang dalam melakukan sesuatu, misalnya seseorang

kesulitan dalam pengambilan keputusan, dia akan menerima saran dan

umpan balik tentang ide-ide dari keluarganya.

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan deseminator

(penyebab) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian

25
saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu

masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menyumbangkan

aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan

ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

b. Dukungan Penilaian

Dukungan penilaian merupakan suatu dukungan dari keluarga

dalam bentuk memberikan umpan balik dan memberikan penilaian

dengan menunjukkan respon positif, yaitu dorongan atau persetujuan

gagasan atau ide perasaan seseorang. Dukungan ini membuat

seseorang merasa berharga, kompeten dan dihargai. Dukungan ini

terjadi melalui ekspresi berupa sambutan yang positif dengan orang-

orang di sekitarnya. Dorongan atau pernyataan setuju terhadap ide-ide

atau perasaan individu, perbandingan yang positif dengan orang lain

seperti pernyataan bahwa orang lain mungkin tidak dapat bertindak

lebih baik. Dukungan penilaian yang diberikan keluarga kepada lansia

berupa penilaian dapat meningkatkan status mental, semangat,

motivasi dan peningkatan harga diri, karena dianggap lansia masih

berguna dan berarti untuk keluarga.

c. Dukungan Instrumental

Dukungan yang bersifat nyata dimana dukungan ini berupa

bantuan langsung, contoh seseorang memberikan atau meminjamkan

uang. Dukungan ini memperlihatkan dukungan dari keluarga yang

dalam bentuk nyata terhadap ketergantungan anggota keluarga.

26
d. Dukungan Emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat

dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.Aspek-

aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan ekspresi, rasa

empati dan perhatian terhadap seseorang sehingga membuatnya

menjadi lebih baik, memperoleh kembali keyakinannya, merasa

dimiliki dan dicintai pada saat stress. Memberikan dukungan

emosional kepada keluarga termasuk dalam fungsi afektif

keluarga.Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga

untuk memberikan perlindungan psikososial dan dukungan terhadap

anggotanya.Terpenuhinya fungsi efektif dalam keluarga dapat

meningkatkan kualitas kemanusiaan, stabilitas kepribadian dan

perilaku dan harga diri anggota keluarga.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga menurut Mubarak

(2016) adalah:

a. Tahap Perkembangan

Tahap Perkembangan artinya dukungan dapat ditentukan oleh

faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan,

dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki

pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-

beda.

27
b. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh

variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang

pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan untuk

memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan

menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga

kesehatan dirinya sehingga lebih kooperatif dalam memberikan

dukungan. Dukungan yang diberikan pada lansia tergantung dari

tingkat pengetahuan keluarga. Keluarga yang memiliki tingkat

pengetahuan tinggi akan memberikan dukungan informasional kepada

lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia.

c. Faktor Emosi

Fakor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya

dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami

respons stress dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon

terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara

mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam

kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang

mungkin mempunyai respons emosional yang kecil selama ia sakit.

Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara

emosional terhadap ancaman penyakit mungkin akan menyangkal

28
adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani

pengobatan.

d. Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani

kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,

hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari

harapan dan arti dalam hidup.

e. Praktik Di Keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya

mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya: klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan

pencegahan jika keluarganya melakukan hal yang sama. Misalnya:

anak yang selalu diajak orang tuanya untuk melakukan pemeriksaan

kesehatan rutin, maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang

sama.

f. Fakor Sosial Ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko

terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan

dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel psikososial mencakup:

stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja. Seseorang

biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok

sosialnya, hal ini aka mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara

pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya.

29
g. Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan

kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara

pelaksanaan kesehatan pribadi. Keyakinan keluarga dan masyarakat

selama ini akan berpengaruh pada rendahnya dukungan keluarga yang

diberikan kepada lansia (Mubarak, 2016).

D. Tinjauan Umum Tentang Tingkat Kemandirian Aktivitas Sehari–hari

1. Pengertian Kemandirian Lansia

Kemandirian dapat diartikan sebagai kebebasan untuk bertindak,

tidak tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan

bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun

kelompok dari berbagai kesehatanatau penyakit (Erlini, Untari, & Sarifah,

2017). Sedangkan yang dimaksudkan dengan kemandirian lansia dalam

ADL didefiniskan sebagai kemandirian seseorang dalam melakukan

aktivitas dan fungsi kehidupan harian yang dilakukan oleh manusia secara

rutin dan universal (Hidayah, 2017).

2. Tingkat Kemandirian

Menurut pendapat Hidayah (2017), tingkat kemandirian adalah sebagai

berikut:

a. Tingkat Impulsif Dan Melindungi

30
Adalah sikap cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati dan

mencari keadaan yang mengamankan diri. Ciri-ciri tingkatan pertama

ini adalah:

1) Peduli kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari

interaksinya dengan orang lain.

2) Mengikuti aturan oportunistik (orang yang suka hidupnya

memanfaatkan orang lain) dan hedonistik (orang yang suka

hidupnya untuk senang-senang tanpa tujuan yang jelas).

3) Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu.

4) Cenderung melihat kehidupan sebagai zero sum game.

5) Cenderung menyelahkan dan mencela orang lain serta

lingkungannya.

b. Tingkat Komformistik

Ciri tingkatan kedua ini ialah:

1) Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial.

2) Cenderung berpikir stereotif (anggapan) dan klise (tidak nyata).

3) Peduli akan komformitas (orang yang hati-hati dalam mengambil

keputusan) terhadap aturan eksternal.

4) Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian.

5) Menyamarkan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya

intropeksi.

6) Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal.

7) Takut tidak diterima kelompok.

31
8) Tidak sensitif terhadap ke individu.

9) Merasa berdosa jika melanggar aturan.

c. Tingkat Sadar Diri

Tingkat sadar diri adalah merasa tahu dan ingat pada keadaan diri

sebenarnya. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

1) Mampu berpikir alternatif dan memikirkan cara hidup.

2) Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada.

3) Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi.

4) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.

5) Penyesuaian terhadap pentingnya pemecahan masalah.

d. Tingkat Seksama (Conscientious)

Seksama berarti cermat, teliti. Ciri-ciri tingkat sesama yaitu:

1) Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.

2) Mampu melihat dari berbagai pembuatan dan pelaku tindakan.

3) Mampu melihat keragama emosi, motif dan perpestik diri sendiri

maupun orang lain.

4) Sadar akan tanggung jawab dan mampu melakukan kritik dan

penilaian diri.

5) Peduli akan hubungan mutualistik (hubungan saling

mengutungkan).

6) Memiliki tujuan jangka panjang.

7) Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial.

8) Berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.

32
e. Tingkat Individualistik

Tingkat individualistik adalah keadaan atau sifat-sifat khusus sebagai

individu dari semua ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang membeda-

kannya dari orang lain. Ciri-ciri tingkatan kelima adalah:

1) Peningkatan kesadaran individualistik.

2) Kesadaran akan konfik emosional antara kemandirian dengan

ketergantungan.

3) Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.

4) Mengenal eksistensi perbedaan individual.

5) Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan.

6) Mampu membedakan kehidupan internal dengan eksternal

dirinya.

f. Tingkat Mandiri

Tingkat mandiri adalah suatu sikap mampu berdiri sendiri. Ciri-ciri

adalah:

1) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.

2) Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri

maupun orang lain.

3) Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial.

4) Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan.

5) Toleran terhadap ambiguitas (keadaan yang sama atau mirip

dalam seseorang).

6) Peduli terhadap pemenuhan diri.

33
7) Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal.

8) Respon positif terhadap kemandirian orang lain (Erlini, Untari, &

Sarifah, 2017).

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian ADL Lansia

a. Kondisi Kesehatan

Lanjut usia yang memiliki tingkat kemandirian tertinggi adalah

mereka yang secara fisik dan psikis memiliki kesehatan yang cukup

prima. Dengan kesehatan baik bagi lansia mereka dapat melakukan

aktivitas sehari-harinya dengan baik seperti mengurus dirinya dan

aktivitas lainnya. Dari hal ini bahwa kemandirian bagi lansia dapat

dilihat dari kualitas kesehatannya. Adapun lansia yang cenderung

tidak mandiri yang diakibatkan oleh keadaan fisik maupun psikis nya

yang kadang-kadang sakit ataupun mengalami gangguan. Hal ini

akang menghambat kegiatan harian lansia sehingga lansia tidak dapat

melakukan kegiatannya dengan sendiri akan tetapi di bantu atau

ketergantungan orang lain.

b. Kondisi Ekonomi

Lanjut usia yang mandiri pada kondisi ekonomi sedang ini berarti

lansia tersebut masih dapat menyesuaikan dengan keadaannya saat ini,

misalnya perubahan gaya hidup. Walaupun upah yang diberikan

sedikit tetapi mereka akan merasa puas karena ternyata dirinya masih

berguna bagi orang lain. Ada pula lansia yang tidak mandiri pada

ekonominya, lansia yang tidak bekerja akan tetapi mendapatkan

34
bantuan dari anak-anaknya atau keluarga.

c. Kondisi Sosial

Kondisi ini menunjukan kebahagiaan bagi lansia yaitu lansia yang

masih mampu mengikuti kegiatan sosial yang dilakukan dengan

kerabat, keluarga dan orang lain.

d. Umur dan Status Perkembangan

Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukan tanda

kemauan dan kemampuan, ataupun bagaiman klien bereaksi terhadap

ketidakmampuan melakukan Activity of Daily Living. Saat

perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara perlahan-

lahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan

Activity of Daily Living.

e. Kesehatan Fisiologi

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan

patisipasi dalam Activity of Daily Living, contoh sistem nevous

mengumpulkan, menghantarkan dan mengolah informasi dari

lingkungan. Sistem muskuloskeletal mengkoordinasikan dengan

sistem nervous sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan

cara melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena

penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan Activity of

Daily Living.

f. Fungsi Kognitif

Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang

35
dalam melakukan Activity of Daily Living. Fungsi kognitif

menunjukkan proses menerima, mengorganisasikan dan

menginterpretasikan sensor stimulus untuk berpikir dan

menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada

fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berpikir logis dan

menghambat kemandirian dalam melaksanakan Activity of Daily

Living.

g. Ritme Biologi

Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur

lingkungan fisik disekitarnya dan membantu homeostasis internal

(keseimbangan dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama biologi

yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam. Perbedaan irama

sirkardian membantu pengaturan aktivitas meliputi tidur, temperatur

tidur, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama

sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap,

seperti cuaca yang mempengaruhi Activity of Daily Living.

h. Tingkat Stress

Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai

macam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor),

dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat mengganggu

keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa fisiologis seperti

injuri atau psikologi seperti kehilangan.

i. Fungsi Psikologi

36
Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk

mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada

suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks

antara perilaku intrapesonal dan interpersonal. Gangguan pada

intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau

ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam tanggung jawab

keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti masalah

komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam

penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan

Activity of Daily Living.

j. Fungsi Motorik

Akibat perubahan mortofologis pada otot menyebabkan

perubahan fungsional otot, yaitu terjadinya penurunan kekuatan dan

kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, kecepatan waktu reaksi

dan rileksasi, dan kinerja fungsional. Selanjutnya, penurunan fungsi

dan kekuatan otot akan mengakibatkan kejadian berikut: penurunan

kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh, hambatan dalam

gerak duduk ke berdiri, peningkatan risiko jatuh, penurunan kekuatan

otot dasar panggul dan perubahan postur.

4. Aktivitas Sehari-Hari (ADL) Pada Lansia

Aktivitas sehari-hari atau (ADL) adalah kegiatan melakukan

pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas pokok bagi

perawatan diri. ADL meliputi antara lain: Ke toilet, makan, berpakaian

37
(berdandan), mandi, dan berpindah tempat. ADL adalah keterampilan

dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat

dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan

tujuan untuk memenuhi/ berhubungan dengan perannya sebagai pribadi

dalam keluarga dan masyarakat. Aktivitas sehari-hari dan lingkungan juga

merupakan faktor yang berperan terhadap terjadinya jatuh. Kemampuan

dalam beraktivitas sehari–hari sangat penting dilakukan untuk mengetahui

tingkat kemandirian pada lansia dan untuk mengetahui apakah lansia

memiliki hambatan dalam melaksanakan fungsi kesehariannya. Lansia

yang mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari akan dapat memiliki

risiko jatuh yang tinggi pula dalam aktivitas sehari-hari.

38
E. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti ialah dukungan keluarga

dan tingkat kemandirian aktivitas sehari-hari sebagai variabel independen dan

risiko jatuh sebagai variabel dependen untuk mengetahui hubungan antara

kedua variabel tersebut yang dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:

Dukungan Keluarga

Resiko
Jatuh pada
Lansia
Tingkat Kemandirian
dalam Aktivitas
Sehari-Hari

Keterangan:

: Variabel bebas (independen)


: Variabel terikat (dependen)
: Hubungan dua variable

Gambar 2. 1 Kerangka Konsep

39
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

menggunakan pendekatan atau metode systematic review. Penelitian

deskriptif adalah jenis penelitian berusaha mendeskripsikan suatu gejala,

peristiwa, kejadian yang terjadi saat ini (Fakes, 2020).

Metode systematic review merupakan sebuah sintesis dari studi protokol

yang bersifat sitematik, jelas, menyeluruh, dengan mengidentifikasi,

menganalisis, mengevaluasi melalui pengumpulan data-data yang sudah ada

dengan metode pencarian yang eksplisit dan melibatkan proses telaah kritis

dalam pemilihan studi. Metode ini bertujuan untuk membantu peneliti lebih

memahami latar belakang subjek penelitian yang menjadi protokol yang

dicari serta memahami bagaimana hasil dari penelitian tersebut sehingga

dapat menjadi acuan bagi penelitian baru (Fakes, 2020).

B. Tahap Systematic Review

Dalam penelitian yang mengunakan metode systematic review ada

beberapa tahap yang harus dilakukan sehingga hasil dari studi literatur

tersebut dapat di dipercaya kredibilitasnya (Fakes, 2020). Adapun tahapan-

tahapan tersebut sebagai berikut:

40
1. Identifikasi Pertanyaan Penelitian

Identifikasi pertanyaan penelitian merupakan pertanyaan yang akan kita

gunakan sebagai dasar melakukan review, sebagai acuan untuk kita

merumuskan pertanyaan penelitian kita dapat menggunakan PICO yang

merupakan singkatan dari Population In Question, Intervention Of

Interest, Comparator Dan Outcome (Fakes, 2020) :

a. (P) Populasi adalah kelompok yang dijadikan sebagai unit analisis.

b. (I) Intervensi adalah treatment yang akan kita berikan kepada unit

analisis untuk melihat pengaruhnya.

c. (C) Comparator adalah pembanding sebagai kontrol, ada kelompok

yang diberi treatment dan ada yang tidak diberikan treatment, lalu

dibandingkan.

d. (O) Outcome adalah hasil yang diperoleh dari penelitian (eksperimen).

Berdasarkan judul penelitian “Hubungan Dukungan Keluarga Dan

Tingkat Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-Hari dengan Risiko Jatuh

Pada Lansia”, maka PICO dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. P (Population): Lansia (dalam jurnal nasional dan junal internasional

yang berkaitan dengan Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat

Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari–Hari Dengan Risiko Jatuh Pada

Lansia).

41
b. I (Intervention): Tidak ada intervensi dalam penelitian ini.

c. C (Comparator: Tidak ada pembanding atau intervensi yang lain.

d. O (Outcome): Terdapat Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat

Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari-Hari Dengan Risiko Jatuh Pada

Lansia.

2. Menyusun Protokol

a. Pencarian Data

Pencarian data mengacu pada sumber data-base seperti google

cendekia dan lain–lain yang sifatnya resmi.

b. Skrining Data

Skrining adalah penyaring atau pemilihan data (artikel penelitian)

yang bertujuan untuk memilih masalah penelitian yang sesuai dengan

topik atau judul, abstrak dan kata kunci yang diteliti.

c. Penilaian Kualitas (Kelayakan) Data

Penilaian kualitas (artikel penelitian) berupa artikel penelitian

kualitatif atau kuantitatif yang memenuhi semua syarat dan kriteria

untuk dilakukan analisis lebih lanjut.

d. Hasil Pencarian Data

Semua data (artikel penelitian) berupa artikel penelitian kuantitatif

atau kualitatif yang memenuhi semua syarat dan kriteria untuk

dilakukan analisis lebih lajut. Adapun hasil pencarian data pada

penelitian dibuat dengan mengunakan

42
Gambar 3.1 Diagram PRISMA tahap Systematic Review “Studi Literatur
Hubungan Dukungan Keluarga Dan Tingkat Kemandirian Dalam Aktivitas
Sehari-Hari Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia”

Pencarian pada situs


(google scholar)

Hasil jurnal secara keseluruhan


( n = 1.230)

Screening :
Screening
(n=1.040) a. Rentang waktu 5 tahun terakhir
(2016-2021)
b. Jurnal menggunakan bahasa Indonesia

Kriteria Inklusi:
a. Jurnal yang membahas Hubungan
antara dukungan keluarga dengan
resiko jatuh pada lansia
b. Jurnal yang membahas hubungan
Tingkat Kemandirian dalam Aktivitas
Sehari-hari dengan resiko jatuh pada
lansia
c. Full Teks

Jurnal akhir yang


sesuai dengan
kriteria inklusi
(n=10)

43
3. Menyusun Strategi Pencarian

Strategi pencarian dilakukan mengacu pada protokol yang telah dibuat

dan menentukan lokasi atau sumber data-base untuk pencarian data serta

dapat melibatkan orang lain untuk membuat review.

4. Ekstransi Data

Ekstrasi data dapat di lakukan setelah proses protokol telah di lakukan

dengan menggunakan metode PRISMA (Fakes, 2020). Setelah proses

skrining dilakukan maka hasil dari ekstraksi data ini dapat diketahui pasti

dari jumlah awal data yang dimiliki berapa yang masih memenuhi syarat

untuk selanjutnya di analisa lebih jauh. Ekstrasi data dapat dilakukan

secara manual dengan membuat formulir yang berisi tentang; tipe artikel,

nama jurnal atau konferensi, tahun, judul, kata kunci, metode penelitian

dan lain-lain Adapun ekstransi data pada penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 3.1 berikut:

44
Tabel 3. 1 Ekstransi Data

N Judul Tah Kata Metode Lokasi


o un Kunci Penelitian
1. Hubungan 2016 Dukungan Studi deskriptif Notoyud
Dukungan Keluarga, korelasi dengan an RW
Keluarga Dengan Risiko rancangan Cross 24
Risiko Jatuh Pada Jatuh, Sectional Pringgok
Lansia Di Lansia usuman
Notoyudan RW Yogyaka
24 rta
Pringgokusuman
Yogyakarta
2. Hubungan 2016 Keluarga, Cross Sectional Dusun
Dukungan Dukungan Dua
Keluarga Dengan Keluarga, Desa
Risiko Jatuh Pada Lansia, Bululaw
Lansia Di Dusun Risiko ang
Dua Desa Kejadian Kecamat
Bululawang Jatuh an
Kecamatan Bululaw
Bululawang ang
Kabupaten Kabupat
Malang en
Malang
3. Hubungan 2017 Dukungan Penelitian ini Desa
Dukungan Keluarga, menggunakan Karasaka
Keluarga Dengan Risiko desain Diskriptif n
Risiko Jatuh Pada Jatuh, Korelasi, dengan Lambun
Lansia Di Desa Lansia pendekatan waktu grejo
Karasakan Cross Sectional Tempel
Lambungrejo Sleman
Tempel Sleman Yogyaka
Yogyakarta rta

4. Dukungan 2017 Dukungan Penelitian ini RW 07

45
Keluarga Dengan Kejadian adalah penelitian Keluraha
Kejadian Jatuh Jatuh, korelasi dengan n Gading
Pada Lansia Di Lansia menggunakan Kecamat
RW 07 Kelurahan pendekatan Cross an
Gading Sectional Tambaks
Kecamatan ari
Tambaksari Surabaya
Surabaya
5. Hubungan 2020 Dukungan Studi deskriptif Dusun
Dukungan Keluarga, korelasi dengan Kayen
Keluarga Dengan Risiko rancangan Cross Padangsa
Kejadian Jatuh Jatuh, Sectional ri
Di Dusun Kayen Lansia Pajangan
Padangsari Bantul
Pajangan Bantul
6. Hubungan 2016 Lansia, Penelitian ini PSTW
Tingkat Tingkat menggunakan Unit
Kemandirian Kemandiri metode Deskriptif Budhi
Aktivitas Sehari- an, Risiko Korelasi dengan Luhur
Hari Dengan Jatuh pendekatan Cross Kasonga
Risiko Jatuh Pada sectional n Bantul
Lansia Di PSTW Yogyaka
Unit Budhi Luhur rta
Kasongan Bantul
Yogyakarta
7. Hubungan Antara 2017 Lansia, Penelitian ini Panti
Tingkat Tingkat menggunakan Wherda
Kemandirian Kemandiri rancangan Dharma
Aktivitas Dengan an, penelitian Cross Bhakti
Risiko Jatuh Pada Aktivitas, Sectional Surakart
Lansia di Panti Risiko mengguanakan a
Wherda Dharma Jatuh instrumen Bhartel
Bhakti Surakarta indeks dan TUG
Test
8 Hubungan 2018 Lansia, Jenis penelitian ini PSTW
Tingkat Tingkat adalah survey Sabai
Kemandirian Kemandiri analitik dengan Nan
Dalam Aktivitas an, Risiko desain Cross Aluih
Sehari-Hari Jatuh Sectional Sicincin

46
Dengan Risiko Kabupat
Jatuh Pada Lansia en
Di PSTW Sabai padang
Nan Aluih Pariaman
Sicincin
Kabupaten
Padang Pariaman
9. Hubungan Antara 2019 Lansia, Jenis penelitian ini Tresna
Kemampuan aktivitas menggunakan Werdha
Melakukan sehari-hari, jenis penelitian Layanan
Kegiatan Sehari- risiko jatuh deskripsi korelasi Sosial
Hari Dengan dengan pendekatan Banyuwa
Risiko Jatuh Di cross sectional ngi
Antara Orang
Dewasa Yang
Lebih Lanjut Di
Tresna Werdha
Layanan Sosial
Banyuwangi
1 Hubungan 2019 Tingkat Menggunakan Panti
0. Tingkat Kemandiri survei analitik Werdha
Kemandirian an, Risiko dengan rancangan Dharma
Dengan Risiko Jatuh, Cross Sectional Bhakti
Jatuh Pada Lansia Lansia KM 7
Di Panti Werdha Palemba
Dharma Bhakti ng
KM 7 Palembang

47
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di

tetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sastroasmoro & Ismael, 2016). Populasi dalam penelitian

ini diambil dari jurnal nasional dan internasional yang berkaitan dengan

hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat kemandirian dalam

aktivitas sehari-hari dengan risiko jatuh pada lansia.

2. Sampel

Sampel adalah subset (bagian) dari populasi yang diteliti (Sastroasmoro &

Ismael, 2016). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 artikel penelitian

nasional maupun internasional yang berkaitan dengan hubungan antara

dukungan keluarga dan tingkat kemandirian dalam aktivitas sehari-hari

dengan risiko jatuh pada lansia.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara

memilih sample di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki

peneliti (tujuan dan masalah dalam penelitian), sehingga sampel dapat

mewakili karakteristik populasi yang telah diketahui sebelumnya

Berdasarkan karakteristik populasi yang telah diketahui, maka dibuat

kriteria inklusi dan eksklusi.

48
a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah semua aspek yang harus ada dalam sebuah

penelitian yang akan di-review (Nursalam, 2017). Kriteria inklusi

pada penelitian ini adalah:

1) Artikel penelitian nasional dan internasional yang berkaitan

dengan hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat

kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dengan risiko jatuh pada

lansia.

2) Artikel penelitian diterbitkan dalam rentang waktu 5 tahun (2016-

2021).

3) Tipe artikel penelitian review article dan research articles.

4) Artikel penelitian yang dapat diakses secara penuh (full text).

b. Kirteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah faktor–faktor yang dapat menyebabkan

sebuah penelitian menjadi tidak layak untuk di–review (Nursalam,

2017). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1) Artikel penelitian nasional dan internasional yang tidak berkaitan

dengan hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat

kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dengan risiko jatuh pada

lansia.

2) Artikel penelitian diterbitkan lebih dari 5 tahun.

49
D. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep dari berbagai level abstrak yang didefenisikan sebagai

suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian.

Konsep yang dituju dalam suatu penelitian bersifat konkret dan secara

langsung bisa diukur (Sastroasmoro & Ismael, 2016).

1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Nursalam,

2017). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu dukungan keluarga dan

tingkat kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.

2. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Nursalam, 2017). Variabel terikat

dalam penelitian ini yaitu risiko jatuh pada lansia.

E. Analisis Data

Setelah melewati tahap protokol sampai pada ekstraksi data, maka

analisis data dilakukan dengan menggabungkan semua data yang telah

memenuhi kriteria inklusi menggunakan teknik secara deskriptif untuk

memberikan gambaran hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat

kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dengan risiko jatuh pada lansia.

50
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Hasil penelitian berisi tentang uraian artikel penelitian yang telah di review dan dijadikan dalam bentuk bentuk tabel seperti

dibawah ini :

Tabel 4.1
Hasil Systematic Review Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Kemandirian dalam Aktivitas sehari-hari dengan
Risiko Jatuh Pada Lansia

NO Peneliti Judul Tah Lokasi Tujuan Desain Jumlah Metode Teknik Inter Hasil
un Peneliti Responden Pengukura Analisa vensi
an n Data
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12
11
1 Siti Hubun 2016 Notoyud Mengeta Cross 39 Kuesioner Uji - Terdapat
Nurul gan an RW hui Sectiona Responden dukungan Korelasi hubungan
Dukun 24 hubunga l keluarga Kendall signifikan
Rahayu, gan Pringgo n dan Tau dukungan
Yuli Keluar kusman dukunga instrumen keluarga
ga Yogyak n risiko jatuh dengan
Isnaeni
denga arta keluarga Berg’s risiko
n dengan Balance jatuh
Risiko risiko Scale. Menunjuk

51
jatuh jatuh an bahwa
diruma pada dukungan
h pada lansia keluarga
lansia yang
di diberikan
Notoy kepada
udan lansia
RW 24 kategori
Pringg Dukungan
okusm Keluarga
an Tinggi
Yogya sebanyak
karta 17
responden
(43,6%)
dan risiko
jatuh
kategori
rendah
sebanyak
28
responden
(71,8%).
Hasil
Kendall
Tau
didapatka
n nilai p

52
0,000
(p<5%).
Sehingga
dapat
disimpulk
an bahwa
Terdapat
hubungan
signifikan
dukungan
keluarga
dengan
risiko
jatuh
2 Irvan Hubun 2020 Dusun Tujuan Cross 51 Kuesioner Uji - Berdasark
Saputra gan Kayen penelitia Sectiona Responden TUG test statistik an
, Deby Sendang n ini l Bantul mengguna
Zulkarn Dukun sa RI adalah kan penelitian
ain gan Pajanga untuk somer’s , data
Rahadia n mengeta
Keluar dukungan
n Syah Bantul hui
ga dukunga keluarga
denga n tinggi
keluarga
n dengan sebanyak
Risiko risiko 42 lansia
jatuh
Jatuh (82,4%),
pada
pada Dukungan

53
Lansia lansia keluarga
di sedang
Dusun adalah 4
Kayen lansia
Senda (7,8%),
ngsa dukunga
RI keluarga
Pajang rendah
an adalah 5
Bantul lansia
(9,8%).
Risiko
jatuh pada
Lansia
menunjuk
an bahwa
terdapat
32 lansia
(63,7%)m
emiliki
risiko

54
jatuh
yang
rendah
dan 19
lansia
(37,3%).
memiliki
risiko
jatuh
sedang.
Hasil Uji
Somer
diperoleh
nilai p-
value
0,001
<0,05
dengan
koefisien
korelasi
dari -

55
0,481
3 Nita Hubun 2017 Desa Untuk Cross 39 Kuesioner Uji - Terdapat
Utami gan Krasaka mengeta Sectiona Responden dukungan Kendall hubungan
Dukun n hui l keluarga Tau antara
gan Lumbun adanya dan test dukungan
Keluar grejo hubunga TUG. keluarga
ga Tempel n antara dengan
Denga Sleman dukunga risiko
n Yogyak n jatuh pada
Risiko arta keluarga lansia
Jatuh dengan Hasil
Pada risiko penelitian
Lansia jatuh menunjuk
Di pada an hasil
Desa lansia dukungan
Krasak keluarga
an cukup
Lumb sebanyak
ungrej 19 orang
o (48,7%)
Tempe dan
l dukungan
Slema keluarga
n kurang
Yogya sebanyak
karta 8 lansia
(20,5%),
Risiko

56
jatuh pada
lansia
menunjuk
an 16
lansia
(41%)
mengalam
i risiko
jatuh
sedang
dan 8
lansia
(20,5%)
mengalam
i risiko
jatuh
rendah.
Hasil uji
Kendal
Tau
didapatka
n p-value
sebesar
0,029 <
0,05,
dengan
korelasi
koefisien

57
0,329.
Maka
dapat
disimpulk
an bahwa
Ada
hubungan
antara
dukungan
keluarga
dengan
risiko
jatuh pada
lansia.

4 Muftiya Hubun 2016 Dusun Mengeta Cross 50 Kuesioner Uji rank - Hasil
Dwi gan Dua hui Sectiona Responden spearman penelitian
Cahyani Dukun Desa hubunga l didapatka
gan Bululaw n n jumlah
Keluar ang dukunga keluarga
ga Kecama n yang
Denga tan keluarga memberik
n Bululae dengan an
Risiko ang risiko dukungan
Kejadi Kabupat kejadian baik
an en jatuh dengan

58
Jatuh Malang pada lansia
Pada lansia kategori
Lansia tidak
Di berisiko
Dusun sebanyak
Dua 25 orang
Desa . (83,3%).
Bulula Sedangka
wang n pada
Kecam keluarga
atan yang
Bulula memberik
eang an
Kabup dukungan
aten kategori
Malan kurang
g baik
dengan
lansia
yang
risiko
tinggi
terhadap
jatuh
sebanyak
4 orang
(80,0%).
Berdasark

59
an uji
Rank
Spearman
mengguna
kan p-
value
0,000 <
0,05,
maka H0
ditolak
dan H1
diterima,
koefisien
korelasi
yang
terbentuk
yaitu
sebesar -
0,520
yang
berarti
ada
hubungan
yang kuat
antara dua
variabel.

60
5 Iswati Dukun 2017 RW 07 Menguji Cross 32 Kuesioner Uji chi - Berdasark
gan Kelurah hipotesi Sectiona Responden square an data
Keluar an s dan l penelitian
ga Gading menjela didapatka
Denga Kecama skan n
n tan hubunga sebanyak
Kejadi Tambak n antar 32
an sari variabel responden
Jatuh Surabay indepen (71,1%)
Pada a den dan menyatak
Lansia depende an
Di RW n dukungan
07 keluarga
Kelura baik
han sedangka
Gadin n 13
g responden
Kecam (28,9%)
atan menyatak
Tamba an
ksari dukungan
Suraba keluarga
ya kurang
baik.
Hasil uji

61
chi
square =
0,000
dengan
α=0,05
yang
berarti
ada
hubungan
antara
dukungan
keluarga
dengan
kejadian
jatuh pada
lansia.
6 Yulinda Hubun 2016 PSTW Mengeta Cross 47 Kuesioner Chi - Berdasark
Permata gan Unit hui Sectiona responden Maorce fall Square an hasil
sari Tingka Budhi hubunga l scale dan penelitian
t luhur n Indeks didapatka
Kema kasonga tingkat Bhartel. n tingkat
ndirian n Bantul kemandi kemandiri
Aktivit Yogyak rian an pada
as arta aktivitas kategori
Sehari sehari- mandiri
-Hari hari yang
Denga dengan memiliki
n risiko risiko

62
Risiko jatuh jatuh
Jatuh pada sebesar
Pada lansia 88,9%
Lansia dan tidak
Di memiliki
PSTW risiko
Unit jatuh
Budhi sebesar
luhur 11,1%,
kasong sedangka
an n tingkat
Bantul kemandiri
Yogya an
karta kategori
ketergant
ungan
sebagian
yang
memiliki
risiko
jatuh
sebesar
36,4%
dan tidak
memiliki
risiko
jatuh
sebesar

63
63,6%.
Hasil uji
statistik
Chi
Square
didapatka
n nilai
signifikan
0,03 (p <
0,05)
dengan
keeratan
hubungan
variabel
sebesar
0,465
yang
berarti
ada
hubungan
yang
bermakna
antara
tingkat
kemandiri
an
aktivitas
sehari-

64
hari
dengan
risiko
jatuh pada
lansia.
7 Veronik Hubun 2017 Panti Untuk Cross 37 Instrumen Uji - Terdapat
a Erlini, gan Wredha mengeta Sectiona Responden Bhartel korelasi hubungan
Ida Antara Dharma hui l indeks dan spearman antara
Untari, Tingka Bhakti hubunga TUG Tets tingkat
Siti t Surakart n antara kemandiri
Sarifah Kema a tingkat an
ndirian kemandi aktivitas
Aktivit rian dengan
as aktivitas risiko
Denga dengan jatiuh
n risiko pada
Risiko jatuh lansia
Jatuh pada didapatka
Pada lansia. n hasil
Lansia Nilai p
value
0,000
pada
tingkat
kemandiri
an
aktivitas
dengan

65
rata rata
tingkat
kemandiri
an
responden
adalah
ketergant
ungan
sedang
sebanyak
18 orang
responden
. Dan
nilai p
value
0,000
pada
risiko
jatuh
dengan
rata rata
risiko
jatuh
responden
adalah
berisiko
jatuh
rendah

66
sebanyak
18
responden
. P<0,005
pada
kedua
variabel
yang
artinya
ada
hubungan
antara
tingkat
kemandiri
an
aktivitas
dengan
risiko
jatuh pada
lansia.
8 Ulfa Hubun 2018 Pstw Untuk Cross 52 Kuesioner Uji chi - Hasil
Suryani gan Sabai mengeta Sectiona Responden dan Skala square penelitian
Tingka Nan hui l Morce Fall menunjuk
t Aluih hubunga Scale kan
Kema Sicincin n bahwa
ndirian Kabupat tingkat terdapat
Dalam en kemandi adanya
Aktivit Padang rian hubungan

67
as Pariama dalam antara
Sehari n beraktiv tingkat
-Hari itas kemandiri
Denga sehari- an dalam
n hari aktivitas
Risiko dengan sehari-
Jatuh risiko hari
Pada jatuh dengan
Lansia pada risiko
Di lansia jatuh pada
Pstw lansia
Sabai Dari hasil
Nan Univariat
Aluih Dari 52
Sicinci orang
n responden
Kabup lebih dari
aten separuh
Padan (53,8%)
g responden
Pariam memiliki
an risiko
rendah
terhadap
jatuh,
Hasil
bivariate
Dari 27

68
orang
responden
yang
mandiri
dengan
risiko
rendah
terhadap
jatuh
sebanyak
(66,7%),
yang
mandiri
dengan
risiko
tinggi
terhadap
jatuh
sebanyak
(25,9%),
dan yang
mandiri
dengan
tidak
berisiko
terhadap
jatuh
sebanyak

69
(7,4%).
Hasil uji
statistik
mengguna
kanuji
didapatka
n nilai
pvalue =
0,019
(p≤0,05)
artinya
Ha
diterima
maka
didapatka
n hasil
ada
hubungan
tingkat
kemandiri
an dalam
aktivitas
sehari-
hari
dengan
risiko
jatuh pada
lansia.

70
9 Luthfi Hubun 2019 Tresna Mengan Cross 65 Lembar Uji chi - Hasil
Fadlilat gan Werdha alisis Sectiona responden observasi square kemamp
un Nisa, Antara Layanan hubunga l indeks katz uan
Latifa Kema Sosial n dan morse aktivitas
Aini,Kh mpuan Banyuw kemamp fall
sehari-
olid Melak angi uan scale(MFS)
hari
Rosyidi ukan pemenu
Kegiat han dalam
an aktivitas melakuk
Sehari sehari- an
-Hari hari kegiatan
Denga dengan sehari-
n risiko hari
Risiko jatuh menunju
Jatuh pada kan
Di lansia bahwa
Antara
17 lansia
Orang
(26,1%)
Dewas
a Yang di
Lebih kategorik
Lanjut an
Di ketergant
Tresna ungan
Werdh paling
a ringan-
Layan ketergant
an ungan

71
Sosial ringan
Banyu berisiko
wangi jatuh
rendah
dan
risiko
jatuh
tinggi.
Uji chi
Square
menghas
ilkan
nilai p
0,002
(p<α =
0,05)
yang
berarti
ada
hubunga
n antara
kemamp
uan
pemenuh
an
aktivitas

72
sehari-
hari
dengan
risiko
jatuh.
10 Wayan Hubun 2019 Panti Mengeta Cross 31 Lembar Uji - Terdapat
Super gan werdha hui Sectiona Responden observasi Kendall hubungan
Sekar Tingka darma hubunga l dan Tau tingkat
Sari, Sri t bhakti n kuesioner kemandiri
Indaryat Kema km 7 tingkat an dengan
i, ndirian palemba kemandi risiko
Vausta Denga ng rian jatuh pada
Nurjana n dengan lansia.
h Risiko risiko tingkat
Jatuh jatuh kemandiri
Pada pada an
Lansia lansia mayoritas
Di ketergant
Panti ungan 16
Werdh responden
a (51,6%),
Darma risiko
Bhakti jatuh
Km 7 mayoritas
Palem tinggi 22
bang responden
(71,0%).
Hasil uji

73
Kendall
Tau
didapatka
n bahwa
terdapat
hubungan
antara
tingkat
kemandiri
an dengan
risiko
jatuh (r=
0,504; p
value=
0,005).
artinya
terdapat
hubungan
antara
tingkat
kemandiri
an dengan
risiko
jatuh.

74
1. Dukungan Keluarga dengan Risiko Jatuh Pada Lansia

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurul Rahayu,Yuli Isnaeni

(2016). Menggunakan desain penelitian desain studi analitik korelasional,

dengan jumlah 39 responden. Metode pengukuran yang digunakan yaitu

desain kuantitatif non experiment. Hasil analisis Menunjukan bahwa

dukungan keluarga yang diberikan kepada lansia di Notoyudan RW 24

Pringgokusuman Yogyakarta kategori Dukungan Keluarga Tinggi

sebanyak 17 responden (43,6%) dan risiko jatuh kategori rendah

sebanyak 28 responden (71,8%). Hasil uji Kendall Tau dapat diketahui

adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan risiko jatuh pada

lansia di Notoyudan RW 24 Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan nilai

koefisien Kendall Tau yaitu sebesar -0,560 dengan signifikan sebesar

0,000 (p<0,05) sehingga ada hubungan yang signifikan antara dukungan

keluarga dan risiko jatuh pada lansia. Nilai koefisien yang bernilai

negative artinya memiliki keeratan terbalik. Jika dukungan keluarga

semakin tinggi maka tingkat risiko jatuh pada lansia semakin rendah,

sebaliknya jika dukungan keluarga semakin rendah maka risiko jatuh

pada lansia akan semakin tinggi.

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Irvan Saputra, Deby Zulkarnain

Rahadian Syah (2020). Menggunakan desain penelitian cross sectional

dengan jumlah responden 51 Responden. Metode pengukuran yang

digunakan yaitu kuesioner TUG test Bantul Berdasarkan hasil penelitian,

data dukungan keluarga tinggi sebanyak 42 lansia (82,4%), keluarga

75
sedang dukungan adalah 4 lansia (7,8%), dukungan keluarga rendah

adalah 5 lansia (9,8%). Risiko jatuh pada Lansia menunjukan bahwa

terdapat 32 lansia (63,7%) memiliki risiko jatuh yang rendah dan 19 lansia

(37,3%). memiliki risiko jatuh sedang. Hasil Uji Somer diperoleh nilai p-

value 0,001 <0,05 dengan koefisien korelasi dari -0,481. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa nilai koofisien negatif berarti semakin tinggi dukungan

keluarga maka semakin rendah risiko jatuh pada orang tua. Sebaliknya,

semakin rendah dukungan keluarga maka semakin tinggi risiko jatuh pada

lansia.

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Nita Utami (2017).

Menggunakan desain penelitian cross sectional dengan jumlah responden

39 responden . Metode pengukuran yang digunakan yaitu Kuesioner

dukungan keluarga dan test TUG Terdapat hubungan antara dukungan

keluarga dengan risiko jatuh pada lansia. Hasil penelitian menyatakan

bahwa sebagian dukungan keluarga kurang dan mempunyai hubungan

dengan risiko jatuh tinggi sebanyak 3 orang (7,7%), dukungan keluarga

cukup dengan risiko jatuh sedang sebanyak 8 orang (20,5%), dan

dukungan keluarga tinggi dengan risiko jatuh rendah sebanyak 7 orang

(17,9%). Hasil Uji Kendall Tau didapatkan nilai τ sebesar 0,320 dengan

tarif signifikan atau p=0,029 lebih kecil dari niali α = 0,05 atau p< α,

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan

keluarga dengan risiko jatuh pada lansia di Desa Krasakan Lumbungrejo

Tempel Sleman Yogyakarta.

76
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Muftiya Dwi Cahyani (2016)

menggunakan desain penilitian cross sectional dengan jumlah responden

50 Responden. Hasil penelitian didapatkan jumlah keluarga yang

memberikan dukungan baik dengan lansia kategori tidak berisiko

sebanyak 25 orang (83,3%). Sedangkan pada keluarga yang memberikan

dukungan kategori kurang baik dengan lansia yang risiko tinggi terhadapa

jatuh sebanyak 4 orang (80,0%). Hasil Uji rank spearman menggunakan p-

value0,000< 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara dukungan keluarga dengan risiko kejadian jatuh

pada lansia. H0 ditolak dan H1diterima , Koefisien korelasi bertanda negatif

maka dapat dikatakan semakin baik dukungan keluarga maka risiko

kejadian jatuh pada lansia akan semakin menurun dan sebaliknya jika

dukungan keluarga semakin rendah maka risiko kejadian jatuh semakin

tinggi.

Hasil Penelitian yang dilakukan Ismawati (2017) tentang dukungan

keluarga dengan kejadian jatuh pada lansia. Yang berlokasi di RW 07

Kelurahan Gading Kecamatan Tambaksari Surabaya. Desain penelitian

menggunakan cross sectional dengan jumlah 32 responden metode

analisis yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian menunjukan

bahwa 32 responden (71,1%) mempunyai dukungan keluarga baik, 29

(64,4)% tidak mengalami jatuh. Dukungan keluarga yang kurang baik

dapat mengalami kejadian jatuh (76,9%). Hasil uji chi Square =0,000

77
dengan nilai α=0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara dukungan keluarga dengan kejadian jatuh pada lansia.

2. Tingkat Kemandirian dalam Aktifitas Sehari – hari dengan Risiko

Jatuh pada Lansia

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulinda Permatasari (2016)

menggunakan desain penelitian cross sectional, teknik analisa data Uji

Chi Square, dengan jumlah 47 responden. dengan menggunakan metode

pengukuran Kuesioner Maorce fall scale dan Indeks Bhartel. Berdasarkan

hasil penelitian didapatkan tingkat kemandirian pada kategori mandiri

yang memiliki risiko jatuh sebesar 88,9% dan tidak memiliki risiko jatuh

sebesar 11,1%, sedangkan tingkat kemandirian kategori ketergantungan

sebagian yang memiliki risiko jatuh sebesar 36,4% dan tidak memiliki

risiko jatuh sebesar 63,6%. Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai

signifikan 0,03 (p < 0,05) dengan keeratan hubungan variabel sebesar

0,465 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat

kemandirian aktivitas sehari-hari dengan risiko jatuh pada lansia.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Veronika Erlini, dkk (2017)

menggunakan desain penelitian cross sectional, teknik analisa data Uji Chi

Square, dengan jumlah 47 responden yang dilakukan di Panti Werdha

Dharma Bhakti Surakarta dengan menggunakan metode pengukuran

kuesioner Bartell Indeks. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p

value 0,000 pada tingkat kemandirian responden adalah ketergantungan

sedang sebanyak 18 orang responden dan nilai p value 0,000 pada risiko

78
jatuh dengan rata-rata risiko jatuh responden adalah berisiko jatuh rendah

sebanyak 18 responden. Berdasarkan hasil analisa bivariat menunjukkan

hasil uji spearman menghasilkan nilai p value 0,000. Nilai p<0,05

sehingga dapat dinyatakan bahwa H0 ditolak atau Ha diterima yang artinya

terdapat hubungan antara tingkat kemandirian aktivitas fisik dengan risiko

jatuh pada lansia. Hasil uji sebesar -870 menunjukkan bahwa tingkat

hubungan kuat dan arah hubungan berlawanan yang artinya antara satu

variabel dengan lainnya berbanding terbalik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Suryani (2018)

menggunakan desain penelitian cross sectional, teknik analisa data Uji chi

square, dengan jumlah 52 responden yang dilakukan di PTSW Sabai Nan

Aluih Sicincin Kabupaten Padang Pariaman dengan menggunakan metode

pengukuran kuesioner dan skala morce fall scale. Hasil penelitian

didapatkan dari 52 orang responden lebih dari separuh (53,8%) responden

memiliki risiko rendah terhadap jatuh. Berdasarkan hasil analisis bivariat

didapatkan dari 27 orang responden yang mandiri dengan risiko rendah

terhadap jatuh sebanyak (25,9%), dan yang mandiri dengan tidak berisiko

terhadap jatuh sebanyak (7,4%). Hasil Uji statistic menggunakan chi

square didapatkan nilai p value = 0,019 (p≤0,05) artinya Ha diterima yang

artinya ada hubungan tingkat kemandirian dalam aktivitas sehari-hari

dengan risiko jatuh pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan

Aluih Sicincin.

79
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Luthfi (2019) menggunakan

desain penelitian Cross Sectional, teknik analisa data Uji chi square

dengan jumlah responden 65 lansia. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan lembar observasi Indeks Katz dan Morse fall scalle (MFS).

Hasil kemampuan aktivitas sehari-hari dalam melakukan kegiatan sehari-

hari menunjukan bahwa 17 lansia (26,1%) di kategorikan ketergantungan

paling ringan-ketergantungan ringan berisiko jatuh rendah dan risiko jatuh

tinggi. Uji chi Square menghasilkan nilai p 0,002 (p< α = 0,05) yang

berarti ada hubungan antara kemampuan pemenuhan aktivitas sehari-hari

dengan risiko jatuh.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wayan Super Sekar Sari dkk,

(2019). Menggunakan desain penelitian survey analitik dengan rancangan

cross sectional dengan jumlah responden 31 responden. Metode

pengukuran menggunakan lembar observasi dan kuisioner berdasarkan

hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas 22 responden (71,0%) berusia

≥70 tahun, jenis kelamin mayoritas perempuan 23 responden (74,2%),

tingkat kemandirian mayoritas ketergantungan 16 responden (51,6%),

risiko jatuh mayoritas tinggi 22 responden (71,0%). Hasil uji Kendall Tau

didapatkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat kemandirian dengan

risiko jatuh (r= 0,504; p value= 0,005). Sehingga dapat disimpulkan

terdapat hubungan tingkat kemandirian dengan risiko jatuh pada lansia.

80
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil uraian dari jurnal-jurnal penelitian pada tabel 4.1

mengenai studi literature “Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat

Kemandirian dalam Aktivitas sehari-hari dengan Risiko Jatuh Pada

Lansia” yang akan dirangkum dalam pembahasan sebagai berikut:

1. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Risiko Jatuh Pada Lansia

Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan, dan penerimaan

keluarga terhadap penderita yang sedang sakit dan bersifat mendukung

anggota keluarga dengan selalu siap menolong dan memberikan bantuan

(Ahmalia & Desriyenti, 2018). Peran dukungan keluarga terhadap lansia

ini sangat berpengaruh dan berperan penting terhadap pencegahan jatuh

pada lansia. Dukungan keluarga berfungsi dalam meningkatkan

kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan memberikan rasa

memiliki, memperjelas identitas, menambah harga diri serta mengurangi

stress sehingga akan meningkatkan kesehatan serta menciptakan

dukungan yang aman bagi lansia (Utami & Suratini, 2017). Selain itu

dukungan keluarga dapat meningkatkan angka harapan hidup dan

kesejahteraan lansia. (Paramitha & Purnawati, 2017) Dukungan Keluarga

yang diberikan kepada lansia bersifat prefentif yaitu secara bersama-

sama merawat anggota keluarga yang sakit dengan tim kesehatan.

Kemudian keluarga yang berfungsi sebagai sistem pendukung diharapkan

juga selalu siap untuk memberikan perhatian dan pelayanan bagi lansia

81
serta pertolongan dan bantuan kepada lansia jika diperlukan. (Irvan

Saputra & Deby Zulkarnain Rahadian Syah , 2020).

Hal ini didukung teori yang dikemukakan oleh Friedman(2016)

dukungan keluarga sebagai salah satu sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap penderitan yang sedang dialami anggota keluarga itu

sendiri. Keluarga yang berfungsi sebagai sistem pendukung diharapkan

selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Peneliti berasumsi bahwa apabila keluarga memberikan dukungan

keluarga dengan baik kepada lansia, maka kondisi kesehatan lansia akan

semakin baik. Dengan kondisi yang semakin baik, maka kelangsungan

hidup lansia dalam hal keselamatan agar terhindar dari kejadian jatuh

pada lansia akan meningkat. Keselamatan lansia dapat dilihat dari

kejadian jatuh yang dialami oleh lansia. Keluarga merupakan orang yang

paling dekat dengan lansia, sehingga lansia akan merasa aman dan

nyaman apabila berada didekat keluarganya. Apabila keluarga dapat

memberikan dukungan penuh terhadap lansia dengan sangat baik, maka

risiko kejadian jatuh pada lansia dapat diturunkan bahkan tidak berisiko

terhadap jatuh.

Dalam studi Literatur ini, jurnal yang mendukung adalah jurnal

nomor 1 berdasarkan penelitian Siti Nurul Rahayu,Yuli Isnaeni (2016),

dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Risiko jatuh

dirumah pada lansia di Notoyudan RW 24 Pringgokusman Yogyakarta

Menunjukan bahwa dukungan keluarga yang diberikan kepada lansia

82
kategori Dukungan Keluarga Tinggi sebanyak 17 responden (43,6%) dan

risiko jatuh kategori rendah sebanyak 28 responden (71,8%).

Jurnal penelitian nomor 2 berdasarkan penelitian Irvan Saputra, Deby

Zulkarnain Rahadian Syah (2020), dengan judul Hubungan Dukungan

Keluarga dengan Risiko Jatuh pada Lansia di Dusun Kayen Sendangsa RI

Pajangan Bantul didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

dukungan keluarga dengan risiko jatuh pada lansia. Semakin tinggi

dukungan keluarga maka semakin rendah risiko jatuh pada orang tua.

Sebaliknya, seamakin rendah dukungan keluarga maka semakin tinggi

risiko jatuh pada lansia.

Jurnal penelitian nomor 3 berdasarkan penelitian oleh Nita Utami

(2017) dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Risiko Jatuh

Pada Lansia Di Desa Krasakan Lumbungrejo Tempel Sleman Yogyakarta

menunjukan bahwa sebagian dukungan keluarga kurang dan mempunyai

hubungan dengan risiko jatuh tinggi sebanyak 3 orang (7,7%), dukungan

keluarga cukup dengan risiko jatuh sedang sebanyak 8 orang (20,5%),

dan dukungan keluarga tinggi dengan risiko jatuh rendah sebanyak 7

orang (17,9%). sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

antara dukungan keluarga dengan risiko jatuh pada lansia

Jurnal penelitian nomor 4 berdasarkan penelitian oleh Muftiya Dwi

Cahyani (2016) dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Risiko Kejadian Jatuh Pada Lansia Di Dusun Dua Desa Bululawang

Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang didapatkan bahwa terdapat

83
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan risiko

kejadian jatuh pada lansia. semakin baik dukungan keluarga maka risiko

kejadian jatuh pada lansia akan semakin menurun dan sebaliknya jika

dukungan keluarga semakin rendah maka risiko kejadian jatuh semakin

tinggi.

Jurnal penelitian nomor 5 berdasarkan penelitian oleh Ismawati

(2017) dengan judul Dukungan Keluarga Dengan Kejadian Jatuh Pada

Lansia Di RW 07 Kelurahan Gading Kecamatan Tambaksari Surabaya

menunjukan bahwa 32 responden (71,1%) mempunyai dukungan

keluarga baik, 29 (64,4)% tidak mengalami jatuh. Dukungan keluarga

yang kurang baik dapat mengalami kejadian jatuh (76,9%). Hasil Uji chi

Square =0,000 dengan nilai α=0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian jatuh pada

lansia.

2. Hubungan Tingkat Kemandirian dalam Aktifitas Sehari – hari

dengan Risiko Jatuh pada Lansia

Kemandirian adalah kemampuan individu untuk melakukan aktivitas

sehari-hari tanpa pengawasan, pengaruh atau bantuan pribadi yang masih

aktif. Kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang

dapat dinilai meliputi ke toilet, makan, berpakaian dan berpindah tempat.

Semakin tinggi tingkat kemandirian lansia melakukan aktivitasnya, maka

akan meningkat risiko jatuh pada lansia (Utami, 2018).

84
Menurut Probosuseno (2008) tingkat aktivitas menjadi salah satu

penyebab terjadinya jatuh pada lansia, sehingga lansia yang aktif akan

memiliki risiko jatuh lebih besar dari pada lansia yang tidak aktif.

Peneliti berasumsi bahwa Lansia yang memiliki kemandirian tinggi

dapat diartikan dalam melakukan imobilisasi lebih banyak daripada lansia

yang dibantu. Maka dari itu lansia yang mandiri dapat memiliki risiko

jatuh yang tinggi pula dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini

disebabkan karena penurunan otot fungsi tubuh pada lansia tersebut.

Aktivitas dan lingkungan merupakan faktor yang berperan terhadap

terjadinya jatuh Apabila lansia memaksa untuk melakukan aktivitas

sehari-hari dan sendinya kurang kuat ditakutkan nanti lansia dapat

mengalami risiko jatuh. Semakin seseorang mengalami kesulitan dalam

melakukan gerakan maka semakin besar untuk memiliki risiko jatuh.

Dalam studi Literatur ini, jurnal yang mendukung adalah jurnal

nomor 6 berdasarkan penelitian Yulinda Permatasari (2016), dengan judul

Hubungan Tingkat Kemandirian Aktivitas Sehari-Hari Dengan Risiko

Jatuh Pada Lansia Di PSTW Unit Budhi luhur kasongan Bantul

Yogyakarta didapatkan tingkat kemandirian pada kategori mandiri yang

memiliki risiko jatuh sebesar 88,9% dan tidak memiliki risiko jatuh

sebesar 11,1%, sedangkan tingkat kemandirian kategori ketergantungan

sebagian yang memiliki risiko jatuh sebesar 36,4% dan tidak memiliki

risiko jatuh sebesar 63,6%. Hasil Uji statistik Chi Square didapatkan nilai

signifikan 0,03 (p < 0,05) dengan keeratan hubungan variabel sebesar

85
0,465 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat

kemandirian aktivitas sehari-hari dengan risiko jatuh pada lansia.

Jurnal penelitian nomor 7 berdasarkan penelitian oleh Veronika

Erlini, Ida Untari, Siti Sarifah (2017), dengan judul Hubungan antara

tingkat kemandirian aktivitas dengan risiko jatuh pada lansia didapatkan

nilai p value 0,000 pada tingkat kemandirian responden adalah

ketergantungan sedang sebanyak 18 orang responden dan nilai p value

0,000 pada risiko jatuh dengan rata-rata risiko jatuh responden adalah

berisiko jatuh rendah sebanyak 18 responden. Berdasarkan hasil analisa

bivariat menunjukkan hasil uji spearman menghasilkan nilai p value

0,000. Nilai p<0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara

tingkat kemandirian aktivitas fisik dengan risiko jatuh pada lansia.

Jurnal penelitian nomor 8 berdasarkan penelitian oleh Ulfa Suryani

(2018), dengan judul Hubungan Tingkat Kemandirian Dalam Aktivitas

Sehari-Hari Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia Di Pstw Sabai Nan Aluih

Sicincin Kabupaten Padang Pariaman didapatkan bahwa dari 52 orang

responden lebih dari separuh (53,8%) responden memiliki risiko rendah

terhadap jatuh. Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan dari 27

orang responden yang mandiri dengan risiko rendah terhadap jatuh

sebanyak (25,9%), dan yang mandiri dengan tidak berisiko terhadap jatuh

sebanyak (7,4%). Hasil Uji statistic menggunakan chi square didapatkan

nilai p value = 0,019 (p≤0,05) artinya Ha diterima yang artinya ada

86
hubungan tingkat kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dengan risiko

jatuh pada lansia

Jurnal penelitian nomor 9 berdasarkan penelitian oleh Luthfi Fadlilatun

Nisa, Latifa Aini,Kholid Rosyidi(2019), dengan judul Hubungan Antara

Kemampuan Melakukan Kegiatan Sehari-Hari Dengan Risiko Jatuh Di

Antara Orang Dewasa Yang Lebih Lanjut Di Tresna Werdha Layanan

Sosial Banyuwangi didapatkan didapatkan jumlah keluarga yang

memberikan dukungan baik dengan lansia kategori tidak berisiko

sebanyak 25 orang (83,3%). Sedangkan pada keluarga yang memberikan

dukungan kategori kurang baik dengan lansia yang risiko tinggi terhadapa

jatuh sebanyak 4 orang (80,0%). Hasil Uji rank spearman menggunakan p-

value0,000< 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara dukungan keluarga dengan risiko kejadian jatuh

pada lansia.

Jurnal penelitian nomor 10 berdasarkan penelitian oleh Wayan Super

Sekar Sari, Sri Indaryati, Vausta Nurjanah (2019), dengan judul Hubungan

Tingkat Kemandirian Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia Di Panti Werdha

Darma Bhakti Km 7 Palembang didapatkan bahwa mayoritas 22

responden (71,0%) berusia ≥70 tahun, jenis kelamin mayoritas perempuan

23 responden (74,2%), tingkat kemandirian mayoritas ketergantungan 16

responden (51,6%), risiko jatuh mayoritas tinggi 22 responden (71,0%).

Hasil Uji Kendall Tau didapatkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat

kemandirian dengan risiko jatuh (r= 0,504; p value= 0,005).

87
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil studi literature pada 10 jurnal hasil penelitian tentang Hubungan

Dukungan Keluarga dan Tingkat Kemandirian dalam Aktivitas sehari-hari

dengan Risiko Jatuh Pada Lansia, maka adapun kesimpulan yang peneliti

dapat dari penelitian ini, yaitu :

1. Terdapat hubungan dukungan keluarga dan tingkat kemandirian dalam

aktivitas sehari-hari dengan risiko jatuh pada lansia

2. Terdapat hubungan dukungan keluarga dan tingkat kemandirian dalam

aktivitas sehari-hari dengan risiko jatuh pada lansia

B. Saran

Dari hasil studi literature penulis memberikan saran :

1. Bagi Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para

tenaga kesehatan, khususnya perawat gerontik untuk mengoptimalkan

peran perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan berupa

penyuluhan tentang pentingnya memberikan dukungan keluarga serta

pentingnya memilih dan menyesuaikan pemilihan aktivitas sehari-hari

yang sesuai dengan tingkat kemandirian lansia agar dapat meminimalisir

risiko jatuh pada lansia.

88
2. Bagi Lansia

Penelitian ini diharapkan daapat meningkatkan peran dalam memberikan

dukungan keluarga serta pemilihan aktivitas sehari-hari yang sesuai

dengan tingkat kemandirian lansia untuk meminimalkan risiko jatuh

maupun kejadian jatuh berulang pada lansia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur dan referensi bagi

peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang hubungan dukungan

keluarga dan tingkat kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dengan

risiko jatuh pada lansia.

89
DAFTAR PUSTAKA

APS, H. (2016). Fall Prevention Program Resource Manual. North Hungtingdon:


Southwestern PA Healthcare Quality Unit.
Ashar, P. H. (2018). Gambaran Presepsi Risiko Jatuh Pada Lansia Di Panti
Werdha Budi Mulya 4 Margaguna Jakarta Selatan. Disertasi Tidak
Diterbitkan. Jakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas
Ilmu Kedekoteran Dan Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/
123456789/37371/1/PERMATA%20HIDAYAT%20ASHAR%20-
%20FKIK.pdf
BPS Maluku. (2020). Hasil Sensus Penduduk 2020 Provinsi Maluku. Ambon:
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku.
https://www.bps.go.id
BPS. (2019). Statistik Lanjut Usia. Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS)
Indonesia.
https://www.bps.go.id
BPS. (2020). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia.
CDC. (2018,Maret 2). Centers for Disease Control And Prevention. Dipetik
November 29, 2021, dari Neliti:
http://www.neliti.com
CDC, (Center for Disease Control and Prevention). (2020, Juli 09). Older Adult
Fall Prevention. Retrieved Februari 05, 2022, from CDC (Centers
for Disease Control and Prevention):
http://www.cdc.gov/falls/data/falls-by-state.html
Chayani. D. M. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Risiko Kejadian
Jatuh Pada Lansia Di Dusun Dua Desa Bulu Lawang Kecamatan

90
Bululawang Kabupaten Malang . Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran ,Universitas Brawijaya Malang.
http:// repository.ub.ac.id/125986/
Erlini, V., Untari, I., & Sarifah, S. (2017). Hubungan Tingkat Kemandirian
Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia. Media Publikasi Penelitian;
Vol.15 ; No.1 , 1-10.
https://journal.ukmc.ac.id/index.php/joh/article/download/203/196
Fakes. (2020). Buku Panduan Teknis Penulisan Penelitian Systematic Riview
Fakultas Kesehatan Ambon: Tidak diterbitkan: Fakultas Kesehatan
(Fakes) Universitas Kristen Indonesia Maluku.
Hariyati, T. S. (2011). Mengenal Systematic Review Theory Dan Studi Kasus.
Depok: Progdi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kesehatan, Universitas
Indonesia.
Heri, L. (2019). Info Demografi Volume 1 Tahun 2019. Depok: LD-FE
Universitas Indonesia.
Hidayah, V. N. (2017). Gambaran Tentang Kemandirian Lansia Dalam
Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari Di Posbindu Desa Sidangjawa
Kabupaten Cirebon. Disertasi Tidak Diterbitkan. Jakarta: Program
Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/36392
Ikhsan, Wirahmi, N., & Slamet, S. (2020). Hubungan Aktifitas Fisik Dengan
Risiko Jatuh Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Indah
Kota Bengkulu. Bengkulu: Prodi D3 Farmasi, Fakultas Matematik
Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu.
https://jurnal.unived.ac.id/index.php/jnph/article/view/1006
Ismawati. (2017) Dukungan Keluarga Dengan Kejadian Jatuh Pada Lansia. Jurnal
Ners Lentera; Vol.5;No.2, September 2017.
http://journal.wima.ac.id/index.php/NERS/article/download/
1795/1643

91
Kemenkes, RI. (2016). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas
Kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Keluarga.
Lumbantobing.(2016). Neurogeniatri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Mubarak, I. W. (2016). Ilmu Keperawatan Komunitas 2, Teori dan Aplikasi dalam
Praktik dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan komunitas,
Gerontik dan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
https://kink.onesearch.id/record/
IOS2902.YOYGA000000000002043
Nugroho, W. (2017). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=97122
Nursalam. (2017). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis
Edisi III. Jakarta: Salemba Medika.
https://api.penerbitsalemba.com/book/books/08-0284/contents/
fc506312-5e09-4027-a661-9ba646dced46.pdf
Nisa, F. L., Aini, L., & Rosyudi, R. (2019) The Relationship Between The Ability
To Perform Activites Of Daily Living With Risk For Falls Among
Older Adultis In Tresna Werdha Social Service Banyuwangi.
Jurnal Ilmu Keperawatan ; Vol.7;No.2, November 2019
https://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/view/254/227
Paramitha, P. A., & Purnawati, S. (2017). Hubungan Kemampuan Fungsional
Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia Di Posyandu Lansia dI
Puskesmas Abiansemal II Bandung. Jurnal Medika; Vol.2; No.2,
Februari 2017 , 1-6.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/
35942/21721
Pattinaja, V. A. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik Dan Aktivitas Kognitif Dengan
Kejadian Demensia Pada Lansia Di Panti Werdha Inakaka Ambon
Tahun 2018. Disertasi Tidak Diterbitkan. Ambon: Program Studi

92
Ilmu Keperawatan, Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen
Indonesia Maluku .
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta:
Kementrian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia.
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-
riskesdas/
Setyabudi, S. N. & Yuli, I . (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Risiko
Jatuh Pada Lansia Di Rumah Di Notoyudan RW 24
Pringgokusuman Yogyakarta. Yogyakarta: Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kesehatan, Universitas Aisyiyah
Yogyakarta.
http://digilib.unisayogya.ac.id/2263/1/NASPUB.pdf
Saputra, I., & Syah, D. Z. R. (2018). Hubungan dukungan keluarga dengan risiko
jatuh pada lansia di dusun kayen sendangsari pajangan
bantul (Doctoral dissertation, Universitas Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta).
https://ejournal.unjaya.ac.id/index/php/milk/article/view/638
Sari, W. S. S., Indaryati, S., & Nurjanah, V. (2019). Hubungan Tingkat
Kemandirian Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia Di Panti Werdha
Darma Bhakti Km 7 Palembang. Jurnal Kesehatan Saelmakers
PERDANA (JKSP), 2(2), 21-30.
https://journal.ukmc.ac.id/index.php/joh/article/download/203/196
Stanley, M. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
http://opac.fkik.uinalauddin.ac.id/index.php?p=show_detail
%id=882
Suryani, U. (2018). Hubungan Tingkat Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari-Hari
Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia Di Pstw Sabai Nan Aluih
Sicincin Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal Kepemimpinan dan
Pengurusan Sekolah, 3(1), 89-98.
https://ejurnal.stkip-pessel.ac.id/index.php/kp/article/view/251

93
Sari, P. Y. (2016) Hubungan Tingkat Kemandirian Aktivitas Sehari-hari Risiko
Jatuh Pada Lansia Di Pstw Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul
Yokyakarta.
http://digilib.unisayogya.ac.id/183/
Utami, N., & Suratini. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Risiko
Jatuh Pada Lansia Di Desa Krasakan Lumbungrejo Tempel Sleman
Yogyakarta. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Kesehatan, Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
http://digilib.unisayogya.ac.id/2555/
WHO. (2021, Mey 12). Age and Dementia. Dipetik November 30, 2021, dari
Wold Health Organization:
http://who.int/en

94
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

95
LAMPIRAN 2

96
LAMPIRAN 3

97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
LAMPIRAN 4

107

Anda mungkin juga menyukai