Hukum Islam Di Indonesia & Hkm. Adat, Hkm. Islam, Hkm. Barat 2023
Hukum Islam Di Indonesia & Hkm. Adat, Hkm. Islam, Hkm. Barat 2023
Hukum Islam Di Indonesia & Hkm. Adat, Hkm. Islam, Hkm. Barat 2023
•Civil Law
•Hukum Romawi di anut di Eropa Barat kontinental negeri-negeri jajahan atau
bekas jajahan pemerintah kolonial Barat
2
Hukum Adat, Hukum Islam, dan Hukum Barat
di Indonesia
3
KEADAAN
HUKUM ADAT HUKUM ISLAM HUKUM BARAT
5
Hu
ku
m
M A
m nye da
t
te asy ele
nt ar ng
ra ak ga
m
, d at y rak
an an an
se g a ke
ja h
ht ma idu
er n, pa
a n
Hu
ku
m
•M Is
el l
Al
la a am
•M h ksa
Hu en u ser n a
kh ku ru ta ka
m tA m np
ak e e
am
Is
6
al
sa
la bu I nja rin
,k m s u
h
et ) : ha hi tah
q l
al
ur me (
m
un m as ara dan
aq
an el Sh ng ke
a
da iha at an he
sid
n ra ib ny nd
ul
ha ag i; 5 a ak
al
rt am tu
a
TUJUAN
be a, ju
an
nd jiw
a a ,
Hu
ku
m
Ba
Ke ra
Hu pa t
ku sti
m an
da
n
Ke
ad
ila
n
STRUKTUR
7
Sumber Hukum
Hukum Adat Hukum Islam Hukum Barat
8
Lingkup Masalah
Hukum Adat Hukum Islam
•Hanya mengatur hubungan •Mengatur hubungan antara
antara manusia dengan manusia manusia dengan manusia serta
serta penguasa dalam penguasa dalam masyarakat,
masyarakat juga mengatur hubungan antar
manusia dengan Allah.
Hukum Barat
Hanya mengatur hubungan
antara manusia dengan manusia
serta penguasa dalam
masyarakat.
9
Pembidangan
Hukum Adat •Dikenal pembidangan Hukum Islam
hukum perdata (aturan yang
mengatur kepentingan
individu) dan hukum publik •Terdapat Pembidangan
•Tidak
(kepentingan umum yang antara Ibadah dan
dipertahankan oleh alat Muamalah.
mengenal kekuasaan negara) •Tidak
pembidangan
atau membedakan/memisahkan
pembidangan hukum
memisahkan
hukum Hukum perdata dan hukum publik
perdata dan
hukum publik
Barat
10
Hak dan Kewajiban
Hukum
Hukum Islam
Barat
Hukum Adat Kewajiban
Hak didahulukan
Kewajiban = Hak diutamakan
daripada
daripada hak
kewajiban
11
Norma/Kaidah Hukum
Hukum Adat Hukum Islam Hukum Barat
✘ Usage (kebiasaan ✘ Fard (kewajiban), ✘ Impere (Perintah)
pribadi) ✘ Sunnat (anjuran), ✘ Prohibere (Larangan)
✘ Folkways (kebiasaan ✘ Jaiz, Mubah ✘ Permittere (yang
umum) (kebolehan), dibolehkan)
✘ Mores (etika/moral) ✘ Makruh (celaan),
✘ Haram (larangan).
✘ Custom (adat)
✘ Customary law
(hukum adat)
12
Hubungan Hukum Adat Dengan Hukum Islam
Aceh
•Hukum ngon adat hantom cre’, lagee’ zat ngon sipeut (Hukum
Islam dengan adat tidak dapat diceraipisahkan karena erat
sekali hubungannya seperti hubungan zat dengan sifat
sesuatu barang atau benda).
Minangkabau
•Adat dan syara’ sanda menyanda, syara’ mangato adat
mamakai (hubungan adat dengan hukum Islam (syara’) erat
sekali, saling menopang, karena adat yang benar-benar adat
adalah syara’ itu sendiri).
13
Hubungan Hukum Adat Dengan Hukum Islam
Sulawesi Selatan:
•Adat hula hulaa to syaraa, syara’ hula hulaa to adati (adat
bersendi syara’ dan syara’ bersendi adat).
Jawa
•Prinsip rukun dan sinkretisme (percampuran beberapa ritual
keagamaan yang berbeda) yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat Jawa terutama di pedesaan.
14
Lanjutan
•Sikap penguasa jajahan terhadap kedua sistem hukum ibarat orang yang
membelah bambu.
•Menurut Van Vollenhoven, hukum adat harus dipertahankan sebagai
hukum golongan bumiputra, tidak boleh didesak oleh hukum Barat. Sebab,
kalau hukum adat didesak (oleh hukum Barat) maka hukum Islam yang
akan berlaku.
15
“
•Konflik antara hukum Islam dengan hukum adat pada hakikatnya adalah isu –
isu buatan politikus hukum kolonial saja.
•Menurut Ter Haar , hukum adat dengan hukum Islam tidak mungkin bersatu,
apalagi bekerja sama, karena titik-tolaknya berbeda. Hukum adat bertitik tolak
pada kenyataan hukum dalam masyarakat, hukum Islam bertitik tolak dari
kitab hukum. Contoh: Hukum perkawinan dan kewarisan.
Setelah Indonesia merdeka, di Minangkabau telah berkembang ajaran bahwa
“hukum Islam adalah penyempurnaan hukum adat” kalau terjadi perselisihan
antara keduanya, yang dijadikan ukuran adalah yang sempurna yakni hukum
Islam.
16
Pada masyarakat Aceh: Adat atau
hukum adat hanya dapat berlaku dan
dilaksanakan dalam masyarakat kalau
tidak bertentangan dengan hukum
Islam (Receptio a Contrario, Sayuti
Thalib)
17
“
“Pengadilan Agama dapat mempergunakan hukum adat
sebagai dasar untuk mengambil sesuatu keputusan.
Terbatas pada hukum adat yang serasi dengan asas-asas
hukum Islam.”
18
•Al-ahkam al-khamsah: kaidah-kaidah haram (larangan), fard
(kewajiban), makruh (celaan), dan sunnat (anjuran) jauh lebih
sempit ruang-lingkupnya kalau dibandingkan dengan jaiz /mubah
19
Syarat Adat Dijadikan Hukum Islam
(Sobhi Mahmassani)
• Adat itu dapat di terima oleh •Telah ada pada waktu transaksi
perasaan dan akal sehat serta dilangsungkan
diakui oleh pendapat umum
•Tidak bertentangan dengan nas
(Syariat Islam)
•Sudah berulangkali terjadi
dan telah berlaku umum •Tidak ada persetujuan atau
dalam masyarakat pilihan lain antara keduabelah
pihak
20
HUKUM ISLAM & PEMBINAAN
HUKUM NASIONAL
Sebelum kedatangan Belanda
Karena badan-badan peradilan utk bangsa Indonesia yang dibentuk VOC berdsrkan hkm
Belanda tidak dapat berjalan, maka VOC membiarkan lembaga-lembaga asli yang ada
dalam masyarakat berjalan terus seperti keadaan sebelumnya. Misal: Statuta Batavia
1642 mengenai Kewarisan bagi orang Indonesia yang beragama Islam adalah hukum
Islam.
VOC membuat compendium hukum perkawinan dan kewarisan Islam yang dipergunakan
Pengadilan. Misal Compendium D.W Freijer (Jakarta), Mogharraer (Semarang), Pepakem
Cirebon, Peraturan Hukum daerah Bone dan Goa
Setelah kedatangan Belanda
2. Masa pemerintahan kolonial Belanda
Setelah timbulnya kerajaan Islam, para raja mengangkat orang-orang yang mempunyai pengetahuan
untuk menyelesaikan sengketa. Bentuk peradilannya bermacam-macam berdasarkan daerah masing-
masing. Misal. Pengadilan Surambi oleh para penghulu di Jawa.
Setelah Pemerintah Belanda menguasai Indonesia Pengadilan Agama ditempatkan di bawah pengawasan
Pengadilan Kolonial (Landraad) dgn ketentuan Keputusan PA baru dapat dijalankan setelah Ketua
Landraad setuju atas pelaksanaan putusan tersebut (executoire verklaring).
Thn 1882 Pengadilan Agama mulai ditata di setiap Kabupaten yang terdapat Landraad didirikan
Priesteraad (Raad Agama). Wewenangnya hanya permasalahan keluarga (Perkawinan, Kewarisan dan
Wakaf).
Perkembangan Peradilan Agama
Atas saran penganut teori resepsi, (1922) Pemerintah Hindia Belanda membentuk komisi yang dikuasai B. Ter Haa
kembali wewenang Pengadilan Agama.
di Indonesia (2)
“… Perkara perdata antara orang Islam dengan orang Islam, harus diperiksa oleh Hakim Agama kalau dik
Hukum Adat”
Atas rekomendasi komisi tersebut, Belanda mengganti nama Priesterraad menjadi Penghulu Gerecht dan menca
Priesterraad di Jawa dan Madura dalam mengadili perkara wakaf dan kewarisan orang-orang Islam , dan dialihkan
Negeri: Pasal 2a (1) S. 1937:116. Hakim Belanda tidak mengetahui hukum adat sepenuhnya dan menyelipkan h
àKasus Landraad Bandung yang tidak sesuai Hukum Islam.
Perkembangan Peradilan Agama
di Indonesia (3)
Walaupun secara resmi
•Umumnya di Jawa orang tidak
Pengadilan Agama telah mempermasalahkan wewenang hakim PN atau
kehilangan kekuasaan PA dan beranggapan PA masih seperti dulu.
untuk perkara Kewarisan, •Pengalihan wewenang kewarisan tersebut
hanya kebetulan efektif pada beberapa tempat
PA di Jawa masih tetap
tertentu di Jawa. Di tempat yang pengaruh
menyelesaikan perkara Islamnya kuat, rakyat selalu menghadap PA
kewarisan dengan cara yang dianggap tepat dan benar menyelesaikan
perkara kewarisan.
mengesankan karena banyak
•Cara-cara penyelesaian masalah kewarisan di
rakyat Indonesia yang Pengadilan Agama dirasakan fleksibel, informal
beragama Islam ke PA dan cepat.
untuk meminta fatwa waris,
karena:
KEDUDUKAN HUKUM ISLAM
DI INDONESIA (KESIMPULAN)
Hukum Islam yang disebut dan ditentukan oleh Peraturan Perundang-
undangan dapat berlaku langsung tanpa harus melalui hukum adat.
34