BAB IV-V WAYAN ADITYA WEDANA Revisi
BAB IV-V WAYAN ADITYA WEDANA Revisi
37
4.3.1 Menghitung Volume Genangan Air
Dalam menghitung volume genangan air, di butuhkan data
survey lapangan ketika terjadinya genangan. dengan cara
menggunakan marking ketinggian genangan ditempat yang aman
seperti di tiang listrik, atau dinding. Kemudian setelah tidak ada
genangan barulah di ukur dan di catat ketinggianya. Seperti di gambar
4.1`. berikut.
100
± 00 0 ±0 00
44
44
-4 4 -44
-5 4 -54
35 520 35
eksisting
Gambar 4.2. Potongan Melintang Eksisting Blok A Pada Saat Genangan Air
Sta.0+123.
38
14
+200 +200
CL
200
+58 +58
±000 ±000
50
48
-48 700 -48
-58 30 -58
10 35 10
Gambar 4.3. Potongan Melintang Eksisting Blok B Pada Saat Genangan Air
Sta.0+82.5.
14
+200 +200
CL
200
±000 ±000
50
48
-48
-58 400 30 -48
150
10 35 10
-150
25 300 25
Gambar 4.4. Potongan Memanjang Eksisting Pada Saat Genangan Air Sta.0+000
s/d Sta.0+82.5.
39
Tabel 4.1. Data Curah Hujan Maksimum Stasiun Meteorologi Maritim
Susunan Baru.
Bulan Rmax
Tahun
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des (mm)
2011 520 283 283 465 99 375 270 10 0 435 495 315 520.00
2012 42 44 41.5 43.9 26 19.5 3.8 0 0 34 24.5 45 45.00
2013 125 42.5 42.5 54 60 12.5 65 25.5 20.1 80 24 80 125.00
2014 65 22 38 45 14.5 18 29 49 0 27 27 47 65.00
2015 57 32 26 62 52 14 19 12 0 0 22 52 62.00
2016 54 64 64 43 34 42 0 12 47 8 40 45 64.00
2017 17 58 38 27 57 0 17 31 37 33 45 45 58.00
2018 32 55 34 58 50 22 26 20 46 38 32 46 58.00
2019 40 67 98 58 46 26.5 69 2.5 0 11 21.5 62 98.00
2020 100 104.5 85 31 64 75.5 59 40 20.5 63 26 65 104.50
Rmax (mm) 520 283 283 465 99 375 270 49 47 435 495 315
Sumber : Perhitungan
Sumber : Perhitungan
4.3.2.1 Curah Hujan Maksimum Daerah
Setelah data hujan yang didapatkan sudah lengkap,
selanjutnya penulis akan menghitung data curah hujan
maksimum tahunan daerah dengan menggunakan rumus rata
1
– rata aljabar. Rumus yang di gunakan sebagai berikut: R =
n
(R1+R2+Rn)
Berikut ini adalah contoh perhitungan curah hujan maksimum
januari sampai dengan desember tahun 2011 untuk kedua
stasiun, yaitu sebagai berikut :
40
1
R= (RJan+ RFeb + RMar+ RApr+ RMei+ RJun+ RJul+ RAgus+ RSept+
12
ROkt+ RNov+ RDes)
1
R= (316 + 168,5 + 159 + 273,5 + 64,5 +190,5 + 165
12
+10,5 + 5,5 +232,5 + 262,5 +183,5)
R = 169,29 mm.
Berikut ini merupakan hasil perhitungan keseluruhan
untuk curah hujan rata – rata tahunan dan bulanan dari kedua
stasiun curah hujan selama dua belas bulan pada tabel 4.3.
sebagai berikut :
Tabel 4.3. Data Curah Hujan Rata – Rata Tahunan dan Bulanan.
Bulan
Tahun
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
2011 316 168.5 159 273.5 64.5 190.5 165 10.5 5.5 232.5 262.5 183.5
2012 36 35 36.75 42.95 31 19.75 1.9 0 0 29.5 41.25 52.5
2013 122.5 56.75 78.75 66 57.5 16.25 86.5 20.25 19.05 62 24 81
2014 70.5 25 61 67.5 26.25 23 46 44 0 25.5 28.5 72
2015 61.5 53.5 33 56 47.5 11.5 36 17.5 0 12.5 31 54
2016 60 68 83.5 43 40 35 15 22 47 24 49 31.5
2017 21.5 99 50.5 48.5 37 10.5 19.5 31.5 56 21 47.5 50.5
2018 42 54.5 52 67 62.5 43.5 26.5 26 36 25.5 51.5 30.5
2019 35 98.5 77 59 42 21.75 59.5 2.25 0 16.5 14.75 82
2020 87.5 114.75 88.5 40 76.5 83.75 47.5 55.5 17.75 43 41.5 53
R Bulanan 85.25 77.35 72.00 76.35 48.48 45.55 50.34 22.95 18.13 49.20 59.15 69.05
Sumber = Perhitungan
Salah satu contoh perhitungan rata – rata curah hujan
maksimum pertahun pada bulan Januari 2016 untuk kedua
stasiun, yaitu sebagai berikut :
1
R= (RSt. Susunan + RSt. Panjang. )
2
1
R= (R54 + R66 )
2
R = 60 mm.
Selanjutnya perhitungan secara lengkap rata – rata
curah hujan maksimum daerah 2011 sampai dengan 2020
dapat dilihat pada tabel di lampiran. Berikut ini perhitungan
secara keseluruhan rata – rata curah hujan maksimum daerah
dengan metode Aljabar dari jangka waktu 2011 sampai
41
dengan 2020 berikut adalah nilai maksimumnya pada tabel
4.4. :
Sumber = Perhitungan
Selanjutnya didapatkan data rata – rata curah hujan
dari jangka waktu setiap tahunnya, maka selanjutnya mencari
rata – rata curah hujan maksimum daerah dengan rumus rata
– rata Aljabar kembali. Berikut ini adalah hasil perhitungan
dari curah hujan maksimum daerah dari jangka waktu 2011
sampai dengan 2020, bisa dilihat pada tabel 4.5. sebagai
berikut :
Tabel 4.5. Rata – rata Curah Hujan Tahunan Daerah 2011 s/d 2020.
42
Stasiun Susunan Curah Hujan
Tahun Setasiun Kemiling
Baru Maximum
2011 520.00 112.00 316.00
2012 45.00 60.00 52.50
2013 125.00 120.00 122.50
2014 65.00 97.00 81.00
2015 62.00 75.00 68.50
2016 64.00 103.00 83.50
2017 58.00 140.00 99.00
2018 58.00 76.00 67.00
2019 98.00 130.00 114.00
2020 104.50 125.00 114.75
∑ 1118.75
Sumber = Perhitungan
4.3.2.2 Analisis Distribusi Frekuensi
Dalam menentukan distribusi frekuensi curah hujan
dapat dilakukan berbagai cara analisis distribusi curah hujan.
Mengacu pada landasan teori yang sudah ada dalam
penelitian ini, analisis frekuensi curah hujan dilakukan
dengan distribusi Normal, Log Normal, Log Person III dan
Gumbel menggunakan hasil perhitungan sebelumnya pada
43
tabel 4.6.
Setelah didapatkan hasil data curah hujan maksimum
rata -rata tersebut. Selanjutnya data perlu diurutkan dari yang
terbesar hingga keterkecil seperti dalam tabel 4.7. dibawah
ini :
1 2012 52.50
2 2018 67.00
3 2015 68.50
4 2014 81.00
5 2016 83.50
6 2017 99.00
7 2019 114.00
8 2020 114.75
9 2013 122.50
10 2011 316.00
∑ 1118.75
Sumber = Perhitungan
Selanjutnya data tersebut digunakan dalam analisis
statistik untuk distribusi Normal, Log Normal, dan Gumbel.
Selanjutnya dipilih distribusi frekuensi yang sesuai dengan
nilai uji kesesuaian data dengan pengujian Chi kuadrat.
1. Distribusi Normal
Tabel 4.8. Hasil Analisis Frekuensi Distribusi Normal.
44
2 3 4
No X XI xrata2 ( X- x ) ( X- x ) ( X- x ) ( X- x )
1 316.000 52.500 111.88 204.125 41667.016 8505279.564 1736140191.094
2 52.500 67.000 111.88 -59.375 3525.391 -209320.068 12428379.059
3 122.500 68.500 111.88 10.625 112.891 1199.463 12744.293
4 81.000 81.000 111.88 -30.875 953.266 -29432.076 908715.352
5 68.500 83.500 111.88 -43.375 1881.391 -81605.318 3539630.684
6 83.500 99.000 111.88 -28.375 805.141 -22845.865 648251.426
7 99.000 114.000 111.88 -12.875 165.766 -2134.232 27478.242
8 67.000 114.750 111.88 -44.875 2013.766 -90367.732 4055251.992
9 114.000 122.500 111.88 2.125 4.516 9.596 20.391
10 114.750 316.000 111.88 2.875 8.266 23.764 68.321
1118.75 1118.75 51137.41 8070807.09 1757760730.85
Sumber = Perhitungan
S = √¿ ¿¿ =
√ 51137,41
9
= 75,38
45
Tabel 4.9. Hasil Analisis Frekuensi Distribusi Log Normal.
(Log X - 2 3 4
No X XI Log X Log x (Log X - Log x) (Log X - Log x) (Log X - Log x)
Log x)
Sumber : Perhitungan
S = √¿¿¿ =
√ 0,4135785
10−1
= 0,21
46
7,376827937
Ck = = 6,93
1,064293305
3. Distribusi Gumbel
No X xrata2 ( X - x ) ( X - x )2 ( X- x )
3
( X- x )
4
X Log X Log x rata-rata(Log X - Log x)(Log X - Log x)2 (Log X - Log x)3 (Log X - Log x)4
1 316.000 111.88 204.125 41667.016 8505279.564 1736140191.094 316.000 2.500 1.991 0.5085 0.25853755 0.13145752 0.06684166
2 52.500 111.88 -59.375 3525.391 -209320.068 12428379.059 52.500 1.720 1.991 -0.2711 0.07347456 -0.01991615 0.00539851
3 122.500 111.88 10.625 112.891 1199.463 12744.293 122.500 2.088 1.991 0.0969 0.00939249 0.00091027 0.00008822
4 81.000 111.88 -30.875 953.266 -29432.076 908715.352 81.000 1.908 1.991 -0.0827 0.00684528 -0.00056635 0.00004686
5 68.500 111.88 -43.375 1881.391 -81605.318 3539630.684 68.500 1.836 1.991 -0.1555 0.02418978 -0.00376225 0.00058515
6 83.500 111.88 -28.375 805.141 -22845.865 648251.426 83.500 1.922 1.991 -0.0695 0.00483508 -0.00033621 0.00002338
7 99.000 111.88 -12.875 165.766 -2134.232 27478.242 99.000 1.996 1.991 0.0044 0.00001948 0.00000009 0.00000000
8 67.000 111.88 -44.875 2013.766 -90367.732 4055251.992 67.000 1.826 1.991 -0.1651 0.02727334 -0.00450409 0.00074383
9 114.000 111.88 2.125 4.516 9.596 20.391 114.000 2.057 1.991 0.0657 0.00431434 0.00028338 0.00001861
10 114.750 111.88 2.875 8.266 23.764 68.321 114.750 2.060 1.991 0.0685 0.00469656 0.00032186 0.00002206
1118.75 51137.406 8070807.094 1757760730.854 1118.75 19.912 0.41357845 0.10388807 0.07376828
Sumber = Perhitungan
S = √¿ ¿¿ =
√ 51137,41
9
= 75,38
47
( ( X −x ) ¿¿ 3 x n) 8070807,09 x 10
Cs = ¿ = 3 =
( n−1 ) x ( n−2 ) x S3 9 x 8 x 75,379
80708070,94
30837330,6
Cs = 2,62
5) Koefisien Kurtosis (Ck)
2
( ( X −x ) ¿ ¿ 4 x ( n ) ) 1757760730,85 x 10
2
Ck = ¿ = 4
( n−1 ) x ( n−2 ) x ( n−3 ) x S4 9 x 8 x 7 x 75,379
175776073085,4
Ck =
16271324645
Ck = 10,80
Jenis
No Syarat Perhitungan Kesimpulan
Distribusi
Cs = 0 0,745 Tdk Memenuhi
1. Normal
Ck = 3 5,069 Tdk Memenuhi
Cs ≈ 3Cv + Cv3 0,714 Tdk Memenuhi
Log Ck ≈ 3 + Cv8 + 6
2.
Normal Cv6 +15Cv4 4,980 Tdk Memenuhi
+16Cv2
Cs ≈ 1.1396 0,745 Tdk Memenuhi
3. Gumbel
Ck ≈ 5.4002 5,069 Tdk Memenuhi
48
S = 0,21
Ck = 6,93
Log x = 1,99
CS = 1,46
[Log XT = Log x + K.S.]
Keterangan :
S = Deviasi standart
Ck = Koefisien Kurtesis
Log x = Rata – rata
K = Variabel standart (tabel K)
Log XT = Periode ulang dalam T-tahunan
Gs = Koefisien kemencengan
Tabel 4.12. Nilai K Untuk Distribusi Log Person III.
2 5 10 25 50 100 200
1.5 -0.240 0.690 1.333 2.146 2.743 3.330 3.910
1.4 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271 3.828
49
Periode Ulang 2 tahun
-0.215
1.2 1.4 1.6
-0.220
-0.225
-0.225
-0.230
-0.235 -0.235
-0.240 -0.240
-0.245
50
X awal = 316 – (0,5 x -65,88)
X awal = 384,94
Tabel 4.13. Nilai Uji Chi Kuadrat Distribusi Log Person Type III.
2 2
No Nilai Batasan Of Ef (Of-Ef) (Of-Ef) /Ef
1 348.938 < x < 283.063 5 2 9 4.500
2 283.063 < x < 217.188 4 2 4 2.000
3 217.188 < x < 151.313 0 2 4 2.000
4 151.313 < x < 85.438 0 2 4 2.000
5 85.438 < x < 19.563 1 2 1 0.500
Jumlah 10 11.000
2. Uji Smirnov
Kelemahan dari uji chi-kuadrat adalah jumlah
sampel yang kecil, karena paling tidak pada masing-
masing kelas harus mempunyai frekuensi 5 atau lebih.
Uji smirnov-kolmogorov dapat digunakan untuk
menguji sampel yang kecil.
51
Kolmogorov.
Tabel 4.14. Perhitungan Uji Smirnov Kolmogorov
P(x) = f(t) = (Xi– P’(x) =m/(n-
Tahun Xi P’(x<) D
m m/(n+1) P(x<) Xrt)/Sx 1)
(4) = 1- (7) = 1-
1 2 3 5 6 (8) = (4)-(7)
(3) (6)
2012 52.50 1 0.091 0.909 235.62 0.111 0.889 0.020
2018 67.00 2 0.333 0.667 303.26 0.222 0.778 -0.111
2015 68.50 3 0.500 0.500 310.26 0.333 0.667 -0.167
2014 81.00 4 0.667 0.333 368.57 0.444 0.556 -0.222
2016 83.50 5 0.833 0.167 380.23 0.556 0.444 -0.278
2017 99.00 6 1.000 0.000 452.54 0.667 0.333 -0.333
2019 114.00 7 1.167 -0.167 522.51 0.778 0.222 -0.389
2020 114.75 8 1.333 -0.333 526.01 0.889 0.111 -0.444
2013 122.50 9 1.500 -0.500 562.16 1.000 0.000 -0.500
2011 316.00 10 1.667 -0.667 1464.82 1.111 -0.111 -0.556
Jumlah : = 0,020 n = 10
n = 10
Rata – rata = 1,991
S = 0,21
Dari perhitungan nilai D menunjukan nilai Dmax =
0,020 untuk data pada peringkat m = 10.
Untuk derajat kepercayaan 5% maka diperoleh
D0 = 0,410, untuk n = 10. Karena nilai Dmax lebih
kecil dari nilai D0 kritis ( 0,020<0,410 ), maka
persamaan distribusi dapat diterima. Sehingga dapat
diambil keputusan bahwa metode yang dipakai untuk
pemilihan curah hujan rencana yaitu metode distribusi
Log Person III dan sudah memenuhi syarat. Selanjutnya
nilai curah hujan rencana (Xtr) Log Person III periode
ulang 2, 5, 25, 50, dan100 tahun untuk menghitung
Intensitas curah hujan.
52
stasiun curah hujan kemudian melakukan pengamatan dan pengukuran
langsung di lokasi saluran drainase tersebut.
( ) ( )
0,385 0,385
0,87 x L2 0,87 x 0,2052
Tc = =
1000 X S 0,9 X 0,0000543
( )
0,385
0,03574
Tc =
0.05406
Tc = 0,8366 jam
Kemudian setelah mendapatkan nilai tc sebesar 0,8366 jam.
Mencari nilai Intesitas (I) menggunakan banjir rencana 2, 5,
25, 50, dan 100 tahun dari data Log Person Type III.
53
4.3.3.2 Analisis Intensitas Curah Hujan (I)
( )
2/ 3
R 24 24
I= x
24 Tc
Dimana :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R23 = Curah hujan maksimum 24 jam (mm)
Tc = Waktu Konsentrasi (detik)
( )
2
R2 24 3
I= x
24 Tc
I = 50 mm/jam.
54
1994 tentang Tata Cara Perencanaan Drainase permukaan
Jalan Raya, maka didapatkan nilai koefisien pengaliran (C)
untuk menghubungkan kondisi permukaan tanah tertentu,
sebagai berikut :
Koefisien
Kondisi Permukaan Tanah
Pengaliran (C)
1. Jalan Beton dan Jalan Aspal 0,70 – 0,95
2. Jalan Kerikil dan Jalan Tanah 0,40 – 0,70
Bahu Jalan
- Tanah berbutir halus 0,40 – 0,65
3. - Tanah berbutir kasar 0,10 – 0,20
- Batuan masif keras 0,70 – 0,35
- Batuan masif lunak 0,60 – 0,75
4. Daerah Perkotaan 0,70 – 0,95
5. Daerah Pinggiran Kota 0,60 – 0,70
6. Daerah Industri 0,60 – 0,90
7. Permukiman Padat 0,40 – 0,60
8. Permukiman Tidak Padat 0,40 – 0,60
9. Taman dan Kebun 0,20 – 0,40
10. Persawahan 0,45 – 0,60
11. Perbukitan 0,70 – 0,80
12. Pegunungan 0,75 – 0,90
55
yaitu :
56
sebesar 0,002407 M2.
Maka dapat dihitung debit banjir rencana untuk periode ulang
2 tahun sebagai berikut :
Qr = 0,2778 x 0,6 x 50 x 0,00134 = 0,013 m3/detik.
57
2
0,16 m
R=
1,27 m
R = 0,13 m
Maka kecepatan aliran (V) untuk saluran drainase, dapat
dihitung sebagai berikut :
1 2 1
V= 3 2
n R S
1 2 1
V= 0,13 3
0,00005547 2
0,03
V = 0,376 m/detik (Saluran sisi kanan)
58
Kecepatan aliran (V) dari hasil perhitungan
didapatkan saluran sisi kanan dan kiri 0,064 m/detik.
Sementara, kecepatan aliran yang diizinkan bagi pasangan
batu menurut SNI 03-3424-1994 adalah 1,50 m/detik.
Artinya kecepatan aliran (V) sebesar 0,064 m/detik bisa
dipakai.
59
4.3.3.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Banjir
Analisis sistem jaringan drainase Perumahan Griya
Angkasa Islami Kota Bandar Lampung ini tidak hanya
menghitung dimensi saluran tapi melihat sistem disekitarnya
seperti topografi, endapan sedimentasi, lingkungan sekitar,
pemeliharaan dan lainnya.
1. Topografi
Kondisi topografi dan geologi di daerah penelitian
banjir yang relatif dataran rendah karna masih banyak
terdapat daerah aliran sungai akan tetapi terdapat tikungan
pada daerah aliran sungai yang ekstrim di lokasi banjir,
sehingga sering menjadi langganan limpasan air seperti
yang terjadi pada Kawasan Perumahan Griya Angkasa
Islami, karena terlalu cepat air mengumpul di daerah
tikungan tersebut. Seperti yang terlihat pada data elevasi
dari google earth pada gambar dibawah ini.
60
Gambar. 4.7. Elevasi Permukaan Blok B.
Dari data elevasi tersebut dapat dilihat di sekitar STA.
0+40 s/d STA. 0+123 terdapat cekungan yang
menyebabkan air di jaringan drainase tidak langsung
mengalir ke arah pembuangan, namun terhambat di
cekungan dan yang bisa lolos ke pembuangan hanya yang
berada diatas permukaan aliran.
2. Sedimentasi dan Endapan
61
pembuangan utama Di Kawasan Perumahan Griya
Angkasa Islami Kota Bandar Lampung, yang pada
dasarnya memiliki kedalaman 1,5 m karena terlalu banyak
sedimentasi yang tak kunjung dibersihkan, maka elevasi
dasar saluran menjadi sama dengan saluran drainase yang
berada Di Kawasan Perumahan Griya Angkasa Islami
Kota Bandar Lampung. Oleh karena itu perlu adanya
pembersihan berupa pengerukan sedimentasi dan endapan
dari lumpur dan tanah secara rutin dan berkala.
3. Lingkungan Masyarakat
62
Terdapat banyak sampah pada saluran drainase di tiap –
tiap titik bahkan sampah tersebut sampai menumpuk dan
menutup saluran drainase. Sehingga aliran air pada saluran
tersebut sulit untuk mengalir. Ditambah lagi kesadaran
masyarakat sekitar dalam menjaga kebersihan pun masih
sangat kurang dengan tidak adanya pembersihan setiap
bulannya. Inilah salah satu penyebab utama terjadinya
genangan air di Perumhan Griya Angkasa Islami Kota
Bandar Lampung. Maka dari itu perlu diadakan
pemeliharaan agar fungsi dari saluran drainase jalan raya
dapat berjalan dengan baik.
4. Pemeliharaan
63
kegiatan perawatan dan kegiatan perbaikan.
64
4.4 HECRAS v 6.0.1
Untuk membuat pemodelan hidroulik dengan Hecras guna
menunjukan hitungan profil muka air aliran permanen (steady flow) pada
penelitian ini yaitu pada saluran di Perumahan Griya Angkasa Islami,
membutuhkan beberapa langkah pada pengoperasian aplikasi Hecras v 6.0.1
sebagai berikut :
1. Pada langkah pertama buka aplikasi Hecras v 6.0.1 yang telah di install –
lalu pilih file – lalu klick New Project – lalu buat project dan pilih tempat
penyimpanan – buat nama file dengan nama project yang ingin di buat.
65
Gambar 4.12. Pembuatan Title Dan Tempat Penyimpanan.
2. Setelah selesai membuat new project, kita perlu mengatur Unit System
terlebih dahulu Unit System adalah sistem pengaturan satuan yang
dipakai dalam Hecras. Kita dapat mengikuti sistem Amerika (US
Customary) atau sistem internasional (SI). Default satuan adalah US
Customary disini penulis akan merubah menjadi satuan sistem
internasional (SI) dengan cara klick option – unit system – pilih System
Internasional (Matric System).
66
Gambar 4.14. Pemilihan System Unit System Internasional (SI).
3. Selanjutnya membuat alur saluran, cara membuat tiruan geometri saluran
adalah sebagai berikut :
a. Aktifkan layar editor data geometri (Gambar 4.15) dengan memilih
menu edit – geometric data atau mengklik ikon Edit / Enter
Geometric data (ikon ke – 3 dari kiri papan tombol diatas).
67
alur.
c. Pada layar yang muncul (Gambar 4.16), isikan “Drainase” sebagai
nama River dan “Griya Asalam” sebagai nama Reach. Klik tombol
OK.
d. Setelah langkah di atas, pada layar editor data geometri tampak
sebuah denah alur saluran (“Drainase”) yang memiliki satu ruas
(“Griya Asalam”), seperti tampak pada (Gambar 4.17). Anak panah
menunjukkan arah aliran dari hulu ke hilir.
68
ujung hilir sampai ke ujung hulu. Untuk menuliskan data tampang
lintang, pilih menu Options | Add a new Cross Section …, tuliskan
nomor tampang lintang “1”. Setiap tampang lintang diidentifikasikan
sebagai River Sta yang diberi nomor urut, dimulai dari hilir dan
bertambah besar ke arah hulu. Urutan nomor ini tidak boleh dibalik,
tetapi urutan penulisan tampang lintang boleh sembarang, tidak
harus urut dari hilir ke hulu. Pengguna boleh membuat tampang
lintang urut dari hulu ke hilir atau tidak urut (sembarang, acak),
sepanjang nomor tampang lintang urut, nomor kecil ke nomor besar
dari hilir ke hulu.
c. Pada isian Description, isikan keterangan mengenai tampang lintang
(River Sta), yaitu “STA. 0+123”. Setelah langkah ini, layar editor
tampang lintang akan tampak seperti Gambar 4.19.
69
kiri (left overbank, LOB), jarak antar alur utama (main channel,
Channel), dan jarak antar bantaran kanan (right overbank, ROB).
Karena tampang “1” merupakan tampang paling hilir, maka isian ini
dapat dibiarkan kosong atau diisi dengan angka nol.
f. Nilai koefisien kekasaran dasar, Manning’s n Values, adalah 0.02
untuk semua bagian tampang: LOB, Channel, dan ROB karena
tampang lintang saluran merupakan tampang tunggal, bukan
tampang majemuk.
g. Isian selanjutnya, Main Channel Bank Stations, adalah titik batas
antara LOB dan Channel serta antara Channel dan ROB, sehingga
untuk isian ini diberi titik paling kiri, “0”, untuk Left Bank dan titik
paling kanan, “5,78”, untuk Right Bank.
h. Data Cont\Exp Coefficients dibiarkan sesuai dengan nilai default
yang ada di dalam HECRAS, yaitu 0.1 untuk Contraction dan 0.3
untuk Expansion.
i. Di bagian bawah, dapat diisikan catatan atau informasi tambahan
berkenaan dengan tampang ini. Kali ini, isian ini dibiarkan kosong.
j. Klik tombol Apply Data untuk menyimpan data ke dalam HEC-
RAS. Di sisi kanan layar akan ditampilkan gambar tampang lintang
seperti ditampilkan pada Gambar 4.19.
k. Untuk tampang STA berikutnya diisi sesuai dimensi saluran setiap
STA nya.
70
selanjutnya Pilih menu Exit - Exit Cross Section Editor untuk
kembali ke layar editor data geometri. Pada gambar alur saluran,
sekarang tampak tambahan informasi keberadaan River Sta, yaitu
“0” di ujung hilir dan “123” di ujung hulu seperti pada gambar 4.20.
71
aliran permanen (steady flow) ini adalah debit di batas hulu serta elevasi
muka air di batas hilir. Langkah-langkah pemasukan data aliran dan
syarat batas dipaparkan di bawah ini.
a. Aktifkan layar editor data aliran permanen dengan memilih menu
Edit - Steady Flow Data, atau mengklik tombol Edit/Enter steady
flow data (ikon ke-4 dari kiri pada papan tombol).
b. Pada Enter/Edit Number of Profiles isikan angka “1” mengingat ada
1 profil muka air yang akan dihitung (dari satu besaran debit). Tekan
Enter. Perhatikan di bagian Profile Names and Flow Rates akan
muncul PF1.
c. Isikan besaran debit di batas hulu (Sta. 0+000) “0.0108342” pada PF1
(Gambar 4.22). Satuan debit adalah m3 /s.
d. Klik tombol Reach Boundary Conditions. Dengan posisi kursor pada
Downstream, klik tombol Known WS isikan beda tinggi hulu dan
hilir yaitu “0,57” (satuan m) (Gambar 4.23.). Klik tombol OK.
Perhatikan pada isian Downstream telah muncul “Normal Depth”
(Gambar 4.24). Klik tombol OK untuk kembali ke layar editor data
aliran permanen.
72
Gambar 4.23. Pengisian Kemiringan Dasar Saluran Known w.s.
73
Gambar 4.25. Layar Utama Hecras Setelah Input Data Steady Flow.
6. Hitungan hidroulika, atau lebih dikenal dengan istilah me-run program
HEC-RAS, walaupun istilah tersebut tidak tepat. Pemakai me-run
program sejak saat pengaktifan HEC-RAS. Langkah-langkah hitungan
hidraulika dipaparkan di bawah ini.
a. Aktifkan layar hitungan aliran permanen dengan memilih menu Run -
Steady Flow Analysis, atau mengklik tombol Perform a steady flow
analysis.
b. Buat file Plan baru dengan memilih menu File - New Plan dan isikan
pada Title “Nama Yang Diinginkan” sebagai judul plan. Pastikan
bahwa pilihan folder tetap sesuai dengan folder file Project,
kemudian klik tombol OK. File data aliran permanen dinamai “Sesuai
Keinginan” secara automatis oleh HEC-RAS.
c. Isikan “Sesuai Keinginan” pada layar yang muncul, yang meminta
short plan identifier.
d. Biarkan pilihan yang lain apa adanya, untuk Geometry File, Steady
Flow File, dan Subcritical untuk Flow Regime.
e. Tampilan layar hitungan Steady Flow setelah langkah ini ditunjukkan
pada Gambar 4.26.
74
Gambar 4.26. Layar Hitungan Steady Flow
f. Aktifkan modul hitungan hidraulika dengan mengklik tombol
Compute. HEC-RAS akan melakukan dua hitungan profil muka air.
Dalam beberapa saat, hitungan selesai seperti ditunjukkan pada layar
hitungan pada Gambar 4.27.
g. Tutup layar hitungan dengan mengklik tombol Close, tutup pula layar
Steady Flow Analysis dengan memilih menu File - Exit atau
mengklik tombol X di pojok kanan atas layar. Pada layar komputer
tampak layar utama HEC-RAS setelah hitungan profil steady flow
selesai, seperti tampak pada Gambar 4.28.
75
Gambar 4.28. Layar Utama Hec-Ras Setelah Hitungan Profil Steady
Flow Selesai.
7. Menampilkan hasil hitungan di sebuah tampang lintang, dikarenakan
saluran terdapat di Blok A dan Blok B kawasan perumahan maka penulis
membuat 2 bagian terpisah antara daerah genangan Blok A dan Blok B
seperti pada gambar 4.35. untuk menampilkan grafik tampang lintang
sebagai berikut.
a. Pilih menu View - Cross-Section, atau klik tombol View cross
sections (ikon ke-14 dari kiri pada papan tombol) untuk menampilkan
grafik tampang lintang seperti tampak pada Gambar 4.29.
76
Gambar 4.30. Profil Muka Air Hasil Hitungan Penampang Melintang
Blok B.
b. Pada layar Cross Section, pilih River Sta. yang akan ditampilkan
dengan mengklik tombol anak panah ke bawah untuk berpindah ke
river station hilir dan mengklik tombol anak panah ke atas untuk
berpindah ke river station hulu.
c. Pemakai dapat mengontrol tampilan layar tampilan Cross Section
melalui berbagai pilihan yang ada pada Menu Option, antara lain
profil (PF1), variabel (muka air, kedalaman kritik, garis energi, dsb),
judul gambar, label, ukuran karakter, dsb.
d. Grafik hasil hitungan dapat direkam ke dalam clipboard untuk
disisipkan ke dalam program aplikasi prosesor dokumen, misal
MSWord. Pilih menu File - Copy Plot to Clipboard. Grafik disisipkan
ke dalam dokumen MSWord melalui perintah Edit - Paste.
8. Menampilkan hasil hitungan profil muka air di sepanjang alur sebagai
berikut.
a. Pilih menu View - Water Surface Profile, atau klik tombol View
cross sections (ikon ke16 dari kiri pada papan tombol) untuk
menampilkan grafik profil muka air di sepanjang alur (tampang
panjang) seperti tampak pada Gambar 4.31.
b. Pengguna dapat memilih profil yang ditampilkan, PF1 dengan
mengklik tombol Profile, dan mengaktifkan profile yang ingin
ditampilkan.
77
c. Kontrol terhadap tampilan grafik profil muka air dapat diatur melalui
menu Options. Pemakai disarankan mencoba mengubah-ubah
tampilan grafik dengan mengubah parameter tampilan sesuai pilihan
yang ada pada menu Options tersebut.
78
Gambar 4.32. Profil Kecepatan Aliran Hasil Hitungan
Sepanjang Alur.
10. Menampilkan hasil hitungan dalam bentuk tabel, dapat dilakukan untuk
menampilkan rincian nilainilai parameter hidraulika di sebuah tampang
lintang, rincian nilai-nilai parameter hidraulika di sepanjang alur (profil
panjang), serta catatan, kesalahan, atau peringatan yang muncul dalam
proses hitungan. Tabel yang terakhir ini bermanfaat untuk melacak
kesalahan yang terjadi dalam proses hitungan. Kesalahan, yang
mengakibatkan proses hitungan berhenti, sering terjadi dalam tahap awal
pemodelan sistem sungai/saluran yang kompleks.
Di bawah ini dipaparkan langkah-langkah untuk menampilkan hasil
hitungan dalam bentuk table.
a. Pilih menu View - Detailed Output Tables, atau mengklik tombol
View detailed output at XS’s, (ikon ke-4 dari kanan pada papan
tombol). Layar tabel hasil hitungan pada sebuah tampang lintang
akan muncul seperti tampak pada Gambar 4.32.
b. Pemakai dapat memilih profil maupun tampang lintang yang
ditampilkan dengan mengklik tombol Profiles atau RS.
c. Tabel dapat direkam ke dalam clipboard dengan memilih menu File
|-Copy to Clipboard (Data and Headings), untuk kemudian dapat
disisipkan ke dalam program aplikasi lain, misal ke dalam MSWord.
d. Selain tabel hasil hitungan di sebuah tampang lintang, tabel hasil
hitungan di seluruh alur (tampang panjang) saluran dapat pula
ditampilkan dengan memilih menu View - Profile Summary Table,
79
atau dengan mengklik tombol View summary output tables by profile
seperti tampak pada Gambar 4.34.
80
Setelah diketahui bahwa beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya genangan, penulis akan mendesain kolam retensi guna menangani
kelebihan banjir di daerah tersebut.
Dari perhitungan volume genangan yang terjadi di lapangan sebesar
853,02 m3, debit banjir rencana (Qr) 0,013 m3/detik dari data hujan,
perhitungan debit daya tampung saluran sebesar (Qs blok A) 0,01024
m3/detik dan (Qs blok b) 0.01024 m3/detik, maka penulis akan melakukan
desain kolam retensi terhadap debit yang telah didadapat dari perhitungan
debit banjir rencana (Qr) 0,013 m3/detik dari data hujan sebagai berikut.
Perhitungan desain rencana kolam retensi :
a) Data perhitungan
1. Kolam retensi type 1
T = 1,5 m
L = 10 m
P = 10 m
Volume tampung kolam retensi type 1
V=PxLxT
V = 10 x 10 x 1,5
V = 150 m3
2. Kolam retensi type 2 A
T = 0,5 m
L=3m
P = 10 m
Volume tampung kolam retensi type 2 A
V=PxLxT
V = 10 x 3 x 0,5
V = 15 m3
Kolam retensi type 2 B
T=1m
L=3m
P = 10 m
Volume tampung kolam retensi type 2 B
81
V=PxLxT
V = 10 x 3 x 1
V = 30 m3
Kolam retensi type 2 C
T = 1,5 m
L=3m
P = 10 m
Volume tampung kolam retensi type 2 C
V=PxLxT
V = 10 x 3 x 1,5
V = 45 m3
Jadi total untuk daya tampung desain rencana kolam retensi type 1 = 150 m 3 di
tambah dengan type 2 = 90 m3 yaitu sebesar 240 m3.
82
929
1000
Type 1
700
1000
82
STA 0+082.5
U KOLAM RETENSI
KOLAM RETENSI
STA 0+060
TYPE 2
STA 0+040
STA 0+00
STA 0+123
STA 0+080
STA 0+040
STA 0+00
83
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian dan pengamatan pada saat penelitian,
berikut ini hasil penelitian berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan,
didapatkan hasil Volume air pada saat terjadi genangan sebesar 853,02 m3.
Untuk perhitungan intensitas curah hujan dari kedua stasiun (Stasiun
Meteorologi Klas IV Maritim Tanjung Karang dan BMKG Klas I Bandara
Radin Intan II Bandar Lampung) dalam jangka 2 tahun terakhir (2016
sampai 2020) untuk periode ulang sesuai dengan ketentuan jalan raya yaitu
periode ulang 2 tahun. Didapatkan nilai distribusi Log Person III sebesar
87,28 mm/jam dengan nilai intensitas curah hujan (I) sebesar 50 mm/detik.
Nilai kemiringan saluran sebesar0,00005547. Dengan hasil akhir didapatkan
debit banjir rencana untuk Periode 2 tahun (Qr) sebesar 0.013 m3/detik.
Kemudian menganalisis debit aliran rencana menggunakan aplikasi
Hec-RAS disimulasikan limpasan banjir sehingga mendapatkanh hasil (Qr)
sebesar 0.013 m3/detik . Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya debit
lapangan aliran limpasan banjir sama dengan debit rencana 2 tahun.
sehingga dimensi tidak mampu menampung debit banjir lapangan maupun
debit banjir rencana yang mengakibatkan terjadinya genangan air atau banjir
di jalan perumahan.
Tabel 4.16. Rekapitulasi Hasil Volume dan Pehitungan Debit
84
1. Aliran pada saluran drainase tersumbat sampah dan adanya endapan dan
sedimentasi yang membuat air sulit untuk mengalir.
Dari pembahasan hasil penelitian diatas dapat diberikan solusi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah genangan di Perumahan Griya Angkasa
Islami Kota Bandar Lampung, yaitu sebagai berikut :
85
4.7 Keterbatasan Penelitian
Dalam suatu penelitian tentu terdapat beberapa keterbatasan oleh
karena beberapa faktor. Berikut ini adalah beberapa keterbatasan dan
kekurangan pada saat penelitian dilakukan, yaitu :
1. Dalam melakukan survei dan pengukuran langsung terjadi
ketidakakuratan atau ketepatan dalam dimensi dan ukuran yang didapat.
2. Dalam penentuan data curah hujan untuk kedua stasiun menggunakan
terdekat tanpa mempertimbangkan cakupan daerah pengaliran, hal ini
dikarenakan stasiun yang mencakup lokasi penelitian terlalu jauh
dengan lokasi penelitian.
86
BAB V
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan analisis jaringan drainase terhadap
genangan pada Perumahan Griya Angkasa Islami Kota Bandar Lampung, maka
didapatkan beberapa kesimpulan yang di uraikan sebagai berikut, yaitu:
1. Volume genangan air di lokasi didapatkan hasil sebesar 853,02 m3. Debit
banjir lapangan pada saluran drainase Perumahan Griya Angkasa Islami
Kota Bandar Lampung di dapat sebesar (Qr) 0.0132 m3/detik dengan (Qs
Blok A) 0,01024 m3/detik (Qs Blok B) 0,01024 m3/detik.
2. Hasil simulasi sederhana menggunakan Aplikasi HEC-RAS menunjukan
bahwa titik cekung terendah yaitu pada STA.0+123 mengalami banjir
dengan ketinggian terparah yaitu 0,70 m.
3. Hasil perencanaan kolam retensi debit banjir rencana dapat ditampung
sebagai berikut :
a. Kolam retensi type 1 memiliki daya tampung sebesar 150 m3, dan
kolam retensi type 2 memiliki daya tampung sebesar 90 m3 . dengan
demikian total daya tampung kolam retensi yaitu sebesar 240 m3,
dengan volume genangan sebesar 853,02 m3, jadi dapat di simpulkan
bahwa kolam retensi dapat menampung volume air sebesar 240 m3
dengan begitu sisa volume genangan yang belum tertampung sebesar
613,02 m3.
87
5.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis sistem jaringan drainase Perumahan Griya
Angkasa Islami Kota Bandar Lampung, maka dapat disarankan sebagai berikut :
1. Melakukan normalisasi pada saluran drainase Perumahan Griya Angkasa
Islami Kota Bandar Lampung dengan mengeruk saluran secara berkala
setiap bulannya dari endapan, sedimentasi dan sampah yang menumpuk.
2. Melakukan Re-desain guna menambah daya tampung saluran drainase
tersebut.
3. Mebuat kolam retensi di Perumahan Griya Angkasa Islami Kota Bandar
Lampung.
4. Melakukan Re-desain tanggul pada sisi badan sungai guna mencegah air
melimpas ke pemukiman kembali.
5. Untuk pemerintahan setempat, perlu pendataan ulang data-data yang
terkait untuk bisa mendapatkan data yang lebih terbaru dan menyediakan
fasilitas kebersihan berupa tempah sampah di setiap titik jalan.
6. Pemerintahan setempat memberikan penghargaan terhadap wilayah yang
menjaga kebersihan lingkungan drainase dengan baik dan melakukan
pengawasan secara berkala dan berkesinambungan.
7. Membuat papan pengumuman atau larangan untuk menjaga kebersihan
saluran di setiap titik jalan.
88