Anda di halaman 1dari 53

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Berdasarkan dari hasil kajian survey lapangan dan informasi dari
warga setempat di Kawasan Perumahan Griya Angkasa Islami Hajimena
Rajabasa Kota Bandar Lampung pada musim hujan di tahun 2021 dan awal
tahun 2022 terjadi banjir limpasan air sungai yang disebabkan oleh jebolnya
tembok panel beton yang berdiri di sisi badan sungai. Terjadinya banjir
disebabkan oleh tingginya muka permukaan air sungai melebihi tanggul
yang mana adalah pondasi dari tembok panel beton tersebut.

4.2. Pengambilan Data Penelitian


Lokasi penelitian ini terletak di Kawasan Perumahan Angkasa Griya
Islami Hajimena Rajabasa Kota Bandar Lampung. Data yang di gunakan
dalam peneilitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer di
dapatkan dari hasil observasi di lokasi penelitian sedangkan data sekunder
diperoleh dari instansi terkait.

4.3. Analisis Debit Aliran Permukaan


Analisis Debit Aliran permukaan merupakan suatu proses pengolahan
data – data mentah yang diperoleh dari pengamatan observasi langsung di
lokasi penelitian dan analisa hidrologi di peroleh dari pengolahan data curah
hujan yang dikeluarkan oleh BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika) Kota Bandar Lampung, yaitu di Stasiun Meteorologi Klas IV
Maritim Tanjung Karang dan BMKG Kelas I Bandara Radin Intan II Bandar
Lampung.

37
4.3.1 Menghitung Volume Genangan Air
Dalam menghitung volume genangan air, di butuhkan data
survey lapangan ketika terjadinya genangan. dengan cara
menggunakan marking ketinggian genangan ditempat yang aman
seperti di tiang listrik, atau dinding. Kemudian setelah tidak ada
genangan barulah di ukur dan di catat ketinggianya. Seperti di gambar
4.1`. berikut.

Gambar 4.1. Pengukuran Ketinggian Genangan Air.


Setelah mengetahui ketinggian genangan air di beberapa spot
barulah dilakukan perhitungan untuk mengetahui volume genangan air
di lokasi tersebut.
Berikut ini adalah gambar potongan melintang dan memanjang
dari genangan air yang terjadi di Blok A padad STA.0+123 s/d Blok B
pada STA.0+82.5. Pada gambar 4.2 dan gambar 4.3.
CL
+ 10 0 +1 00
100

100

± 00 0 ±0 00
44

44

-4 4 -44
-5 4 -54

35 520 35

eksisting

Gambar 4.2. Potongan Melintang Eksisting Blok A Pada Saat Genangan Air
Sta.0+123.

38
14
+200 +200
CL

200
+58 +58

±000 ±000

50
48
-48 700 -48
-58 30 -58
10 35 10

Gambar 4.3. Potongan Melintang Eksisting Blok B Pada Saat Genangan Air
Sta.0+82.5.

14
+200 +200
CL

200
±000 ±000
50
48

-48
-58 400 30 -48
150

10 35 10
-150
25 300 25

Gambar 4.4. Potongan Memanjang Eksisting Pada Saat Genangan Air Sta.0+000
s/d Sta.0+82.5.

4.3.2 Perhitungan Data Curah Hujan ( Hidrologi )


Perhitungan curah hujan dalam penelitian ini menggunakan data
curah hujan bulanan dari 2 stasiun pencatat intensitas curah hujan
dengan jangka waktu 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2011 sampai
2020. Data tersebut di dapatkan dari website resmi BMKG (Badan
Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika) di daerah lampung. Kedua
data stasiun merupakan stasiun pencatat curah hujan terdekat dengan
lokasi penelitian yaitu Stasiun Meteorologi Maritim Panjang dan
Stasiun Meteorologi Radin Intan II. Berikut ini adalah data curah
hujan dari stasiun tersebut, pada tabel 4.1. dan tabel 4.2. sebagai
berikut :

39
Tabel 4.1. Data Curah Hujan Maksimum Stasiun Meteorologi Maritim
Susunan Baru.
Bulan Rmax
Tahun
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des (mm)
2011 520 283 283 465 99 375 270 10 0 435 495 315 520.00
2012 42 44 41.5 43.9 26 19.5 3.8 0 0 34 24.5 45 45.00
2013 125 42.5 42.5 54 60 12.5 65 25.5 20.1 80 24 80 125.00
2014 65 22 38 45 14.5 18 29 49 0 27 27 47 65.00
2015 57 32 26 62 52 14 19 12 0 0 22 52 62.00
2016 54 64 64 43 34 42 0 12 47 8 40 45 64.00
2017 17 58 38 27 57 0 17 31 37 33 45 45 58.00
2018 32 55 34 58 50 22 26 20 46 38 32 46 58.00
2019 40 67 98 58 46 26.5 69 2.5 0 11 21.5 62 98.00
2020 100 104.5 85 31 64 75.5 59 40 20.5 63 26 65 104.50
Rmax (mm) 520 283 283 465 99 375 270 49 47 435 495 315

Sumber : Perhitungan

Tabel 4.2. Data Curah Hujan Maksimum Stasiun Meteorologi


Kemiling.
Bulan Rmax
Tahun
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des (mm)
2011 112 54 35 82 30 6 60 11 11 30 30 52 112.00
2012 30 26 32 42 36 20 0 0 0 25 58 60 60.00
2013 120 71 115 78 55 20 108 15 18 44 24 82 120.00
2014 76 28 84 90 38 28 63 39 0 24 30 97 97.00
2015 66 75 40 50 43 9 53 23 0 25 40 56 75.00
2016 66 72 103 43 46 28 30 32 47 40 58 18 103.00
2017 26 140 63 70 17 21 22 32 75 9 50 56 140.00
2018 52 54 70 76 75 65 27 32 26 13 71 15 76.00
2019 30 130 56 60 38 17 50 2 0 22 8 102 130.00
2020 75 125 92 49 89 92 36 71 15 23 57 41 125.00
Rmax (mm) 120 140 115 90 89 92 108 71 75 44 71 102

Sumber : Perhitungan
4.3.2.1 Curah Hujan Maksimum Daerah
Setelah data hujan yang didapatkan sudah lengkap,
selanjutnya penulis akan menghitung data curah hujan
maksimum tahunan daerah dengan menggunakan rumus rata
1
– rata aljabar. Rumus yang di gunakan sebagai berikut: R =
n
(R1+R2+Rn)
Berikut ini adalah contoh perhitungan curah hujan maksimum
januari sampai dengan desember tahun 2011 untuk kedua
stasiun, yaitu sebagai berikut :

40
1
R= (RJan+ RFeb + RMar+ RApr+ RMei+ RJun+ RJul+ RAgus+ RSept+
12
ROkt+ RNov+ RDes)
1
R= (316 + 168,5 + 159 + 273,5 + 64,5 +190,5 + 165
12
+10,5 + 5,5 +232,5 + 262,5 +183,5)
R = 169,29 mm.
Berikut ini merupakan hasil perhitungan keseluruhan
untuk curah hujan rata – rata tahunan dan bulanan dari kedua
stasiun curah hujan selama dua belas bulan pada tabel 4.3.
sebagai berikut :
Tabel 4.3. Data Curah Hujan Rata – Rata Tahunan dan Bulanan.
Bulan
Tahun
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
2011 316 168.5 159 273.5 64.5 190.5 165 10.5 5.5 232.5 262.5 183.5
2012 36 35 36.75 42.95 31 19.75 1.9 0 0 29.5 41.25 52.5
2013 122.5 56.75 78.75 66 57.5 16.25 86.5 20.25 19.05 62 24 81
2014 70.5 25 61 67.5 26.25 23 46 44 0 25.5 28.5 72
2015 61.5 53.5 33 56 47.5 11.5 36 17.5 0 12.5 31 54
2016 60 68 83.5 43 40 35 15 22 47 24 49 31.5
2017 21.5 99 50.5 48.5 37 10.5 19.5 31.5 56 21 47.5 50.5
2018 42 54.5 52 67 62.5 43.5 26.5 26 36 25.5 51.5 30.5
2019 35 98.5 77 59 42 21.75 59.5 2.25 0 16.5 14.75 82
2020 87.5 114.75 88.5 40 76.5 83.75 47.5 55.5 17.75 43 41.5 53
R Bulanan 85.25 77.35 72.00 76.35 48.48 45.55 50.34 22.95 18.13 49.20 59.15 69.05

Sumber = Perhitungan
Salah satu contoh perhitungan rata – rata curah hujan
maksimum pertahun pada bulan Januari 2016 untuk kedua
stasiun, yaitu sebagai berikut :
1
R= (RSt. Susunan + RSt. Panjang. )
2
1
R= (R54 + R66 )
2
R = 60 mm.
Selanjutnya perhitungan secara lengkap rata – rata
curah hujan maksimum daerah 2011 sampai dengan 2020
dapat dilihat pada tabel di lampiran. Berikut ini perhitungan
secara keseluruhan rata – rata curah hujan maksimum daerah
dengan metode Aljabar dari jangka waktu 2011 sampai

41
dengan 2020 berikut adalah nilai maksimumnya pada tabel
4.4. :

Tabel 4.4. Data Curah Hujan Maksimum Tahunan dan Bulanan


Daerah.
Bulan Rmax
Tahun
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Tahunan
2011 316 168.5 159 273.5 64.5 190.5 165 10.5 5.5 232.5 262.5 183.5 316.00
2012 36 35 36.75 42.95 31 19.75 1.9 0 0 29.5 41.25 52.5 52.50
2013 122.5 56.75 78.75 66 57.5 16.25 86.5 20.25 19.05 62 24 81 122.50
2014 70.5 25 61 67.5 26.25 23 46 44 0 25.5 28.5 72 72.00
2015 61.5 53.5 33 56 47.5 11.5 36 17.5 0 12.5 31 54 61.50
2016 60 68 83.5 43 40 35 15 22 47 24 49 31.5 83.50
2017 21.5 99 50.5 48.5 37 10.5 19.5 31.5 56 21 47.5 50.5 99.00
2018 42 54.5 52 67 62.5 43.5 26.5 26 36 25.5 51.5 30.5 67.00
2019 35 98.5 77 59 42 21.75 59.5 2.25 0 16.5 14.75 82 98.50
2020 87.5 114.75 88.5 40 76.5 83.75 47.5 55.5 17.75 43 41.5 53 114.75
R max Bulanan 316.00 168.50 159.00 273.50 76.50 190.50 165.00 55.50 56.00 232.50 262.50 183.50

Sumber = Perhitungan
Selanjutnya didapatkan data rata – rata curah hujan
dari jangka waktu setiap tahunnya, maka selanjutnya mencari
rata – rata curah hujan maksimum daerah dengan rumus rata
– rata Aljabar kembali. Berikut ini adalah hasil perhitungan
dari curah hujan maksimum daerah dari jangka waktu 2011
sampai dengan 2020, bisa dilihat pada tabel 4.5. sebagai
berikut :
Tabel 4.5. Rata – rata Curah Hujan Tahunan Daerah 2011 s/d 2020.

42
Stasiun Susunan Curah Hujan
Tahun Setasiun Kemiling
Baru Maximum
2011 520.00 112.00 316.00
2012 45.00 60.00 52.50
2013 125.00 120.00 122.50
2014 65.00 97.00 81.00
2015 62.00 75.00 68.50
2016 64.00 103.00 83.50
2017 58.00 140.00 99.00
2018 58.00 76.00 67.00
2019 98.00 130.00 114.00
2020 104.50 125.00 114.75
∑ 1118.75

Ket = Satuan milimeter (mm)


Sumber = Perhitunga
Tabel 4.6. Rata – rata Curah Hujan Bulanan Daerah 2011 s/d 2020.
Stasiun Susunan Curah Hujan
Tahun Setasiun Kemiling
Baru Maximum
Januari 520.00 120.00 320.00
Februari 283.00 140.00 211.50
Maret 283.00 115.00 199.00
April 465.00 90.00 277.50
Mei 99.00 89.00 94.00
Juni 375.00 92.00 233.50
Juli 270.00 108.00 189.00
Agustus 49.00 71.00 60.00
September 47.00 75.00 61.00
Oktober 435.00 44.00 239.50
November 495.00 71.00 283.00
Desember 315.00 102.00 208.50
∑ 2376.50

Sumber = Perhitungan
4.3.2.2 Analisis Distribusi Frekuensi
Dalam menentukan distribusi frekuensi curah hujan
dapat dilakukan berbagai cara analisis distribusi curah hujan.
Mengacu pada landasan teori yang sudah ada dalam
penelitian ini, analisis frekuensi curah hujan dilakukan
dengan distribusi Normal, Log Normal, Log Person III dan
Gumbel menggunakan hasil perhitungan sebelumnya pada

43
tabel 4.6.
Setelah didapatkan hasil data curah hujan maksimum
rata -rata tersebut. Selanjutnya data perlu diurutkan dari yang
terbesar hingga keterkecil seperti dalam tabel 4.7. dibawah
ini :

Tabel 4.7. Data Curah Hujan Maksimum Tahunan Setelah


Diurutkan.

NO. Tahun Curah Hujan Max

1 2012 52.50
2 2018 67.00
3 2015 68.50
4 2014 81.00
5 2016 83.50
6 2017 99.00
7 2019 114.00
8 2020 114.75
9 2013 122.50
10 2011 316.00
∑ 1118.75

Sumber = Perhitungan
Selanjutnya data tersebut digunakan dalam analisis
statistik untuk distribusi Normal, Log Normal, dan Gumbel.
Selanjutnya dipilih distribusi frekuensi yang sesuai dengan
nilai uji kesesuaian data dengan pengujian Chi kuadrat.

1. Distribusi Normal
Tabel 4.8. Hasil Analisis Frekuensi Distribusi Normal.

44
2 3 4
No X XI xrata2 ( X- x ) ( X- x ) ( X- x ) ( X- x )
1 316.000 52.500 111.88 204.125 41667.016 8505279.564 1736140191.094
2 52.500 67.000 111.88 -59.375 3525.391 -209320.068 12428379.059
3 122.500 68.500 111.88 10.625 112.891 1199.463 12744.293
4 81.000 81.000 111.88 -30.875 953.266 -29432.076 908715.352
5 68.500 83.500 111.88 -43.375 1881.391 -81605.318 3539630.684
6 83.500 99.000 111.88 -28.375 805.141 -22845.865 648251.426
7 99.000 114.000 111.88 -12.875 165.766 -2134.232 27478.242
8 67.000 114.750 111.88 -44.875 2013.766 -90367.732 4055251.992
9 114.000 122.500 111.88 2.125 4.516 9.596 20.391
10 114.750 316.000 111.88 2.875 8.266 23.764 68.321
1118.75 1118.75 51137.41 8070807.09 1757760730.85

Sumber = Perhitungan

Dalam perhitungan distribusi normal dibutuhkan nilai curah


hujan rata – rata dan standart deviasi, yakni :
1) Rata – rata Curah Hujan (X)
∑ Xi 1118,75
X= = = 111,88 mm
n 10
2) Standart Deviasi (S)

S = √¿ ¿¿ =
√ 51137,41
9
= 75,38

3) Koefisien Variasi (Cv)


S 75,379
Cv = = = 0,67
Xrata ¿ 111,88
4) Koefisien Skewness (Cs)
( ( X −x ) ¿¿ 3 x n) 8070807 x 10
Cs = ¿ = =
( n−1 ) x ( n−2 ) x S3 9 x 8 x 75,3793
80708070,94
30837330,6
Cs = 2,62
5) Koefisien Kurtosis (Ck)
( ( X −x ) ¿ ¿ 4 x ( n )2) 1757760730,85 x 10
2
Ck = ¿ = 4
( n−1 ) x ( n−2 ) x ( n−3 ) x S4 9 x 8 x 7 x 75,38
1,75776E+11
Ck =
16271324645
Ck = 10,80

2. Distribusi Log Normal

45
Tabel 4.9. Hasil Analisis Frekuensi Distribusi Log Normal.

(Log X - 2 3 4
No X XI Log X Log x (Log X - Log x) (Log X - Log x) (Log X - Log x)
Log x)

1 316.000 52.500 1.720 1.991 -0.2711 0.07347456 -0.01991615 0.00539851


2 52.500 67.000 1.826 1.991 -0.1651 0.02727334 -0.00450409 0.00074383
3 122.500 68.500 1.836 1.991 -0.1555 0.02418978 -0.00376225 0.00058515
4 81.000 81.000 1.908 1.991 -0.0827 0.00684528 -0.00056635 0.00004686
5 68.500 83.500 1.922 1.991 -0.0695 0.00483508 -0.00033621 0.00002338
6 83.500 99.000 1.996 1.991 0.0044 0.00001948 0.00000009 0.00000000
7 99.000 114.000 2.057 1.991 0.0657 0.00431434 0.00028338 0.00001861
8 67.000 114.750 2.060 1.991 0.0685 0.00469656 0.00032186 0.00002206
9 114.000 122.500 2.088 1.991 0.0969 0.00939249 0.00091027 0.00008822
10 114.750 316.000 2.500 1.991 0.5085 0.25853755 0.13145752 0.06684166
1118.75 1118.75 19.912 0.41357845 0.10388807 0.07376828

Sumber : Perhitungan

Dalam perhitungan distribusi Log Normal dibutuhkan nilai


curah hujan rata – rata dan standart deviasi, yaitu :

1) Rata – rata curah hujan (X)


∑ LogXi 19,912
Log X = = = 1,9912
n 10
2) Standar deviasi (S)

S = √¿¿¿ =
√ 0,4135785
10−1
= 0,21

3) Koefisien Variasi (Cv)


S 0,2144
Cv = = = 0,11
log X 1,9912
4) Koefisien Skewness (Cs)
( ( LogX−Logx ) ¿¿ 3 x n) 0,10389 x 10
Cs = ¿ = 3=
( n−1 ) x ( n−2 ) x S3 9 x 8 x 0,214
1,038880653
0,709260203
Cs = 1,46
5) Koefisien Kurtosis (Ck)
( ( LogX−Logx )¿ ¿ 4 x ( n )2) 0,07376828 x 10
2
Ck = ¿= 4
( n−1 ) x ( n−2 ) x ( n−3 ) x S4 9 x 8 x 7 x 0,214

46
7,376827937
Ck = = 6,93
1,064293305

3. Distribusi Gumbel

Tabel 4.10. Hasil Analisis Frekuensi Distribusi Gumbel.

No X xrata2 ( X - x ) ( X - x )2 ( X- x )
3
( X- x )
4
X Log X Log x rata-rata(Log X - Log x)(Log X - Log x)2 (Log X - Log x)3 (Log X - Log x)4
1 316.000 111.88 204.125 41667.016 8505279.564 1736140191.094 316.000 2.500 1.991 0.5085 0.25853755 0.13145752 0.06684166
2 52.500 111.88 -59.375 3525.391 -209320.068 12428379.059 52.500 1.720 1.991 -0.2711 0.07347456 -0.01991615 0.00539851
3 122.500 111.88 10.625 112.891 1199.463 12744.293 122.500 2.088 1.991 0.0969 0.00939249 0.00091027 0.00008822
4 81.000 111.88 -30.875 953.266 -29432.076 908715.352 81.000 1.908 1.991 -0.0827 0.00684528 -0.00056635 0.00004686
5 68.500 111.88 -43.375 1881.391 -81605.318 3539630.684 68.500 1.836 1.991 -0.1555 0.02418978 -0.00376225 0.00058515
6 83.500 111.88 -28.375 805.141 -22845.865 648251.426 83.500 1.922 1.991 -0.0695 0.00483508 -0.00033621 0.00002338
7 99.000 111.88 -12.875 165.766 -2134.232 27478.242 99.000 1.996 1.991 0.0044 0.00001948 0.00000009 0.00000000
8 67.000 111.88 -44.875 2013.766 -90367.732 4055251.992 67.000 1.826 1.991 -0.1651 0.02727334 -0.00450409 0.00074383
9 114.000 111.88 2.125 4.516 9.596 20.391 114.000 2.057 1.991 0.0657 0.00431434 0.00028338 0.00001861
10 114.750 111.88 2.875 8.266 23.764 68.321 114.750 2.060 1.991 0.0685 0.00469656 0.00032186 0.00002206
1118.75 51137.406 8070807.094 1757760730.854 1118.75 19.912 0.41357845 0.10388807 0.07376828

Sumber = Perhitungan

Dalam perhitungan distribusi Gumbel dibutuhkan nilai curah


hujan rata – rata dan standar deviasi dengan perhitungan
sebagai berikut :
1) Rata – rata Curah Hujan (X)
∑ Xi 1118,75
X= = = 111,88 mm
n 10
2) Standart Deviasi (S)

S = √¿ ¿¿ =
√ 51137,41
9
= 75,38

3) Koefisien Variasi (Cv)


S 75,379
Cv = = = 0,67
Xrata ¿ 111,88
4) Koefisien Skewness (Cs)

47
( ( X −x ) ¿¿ 3 x n) 8070807,09 x 10
Cs = ¿ = 3 =
( n−1 ) x ( n−2 ) x S3 9 x 8 x 75,379
80708070,94
30837330,6
Cs = 2,62
5) Koefisien Kurtosis (Ck)
2
( ( X −x ) ¿ ¿ 4 x ( n ) ) 1757760730,85 x 10
2
Ck = ¿ = 4
( n−1 ) x ( n−2 ) x ( n−3 ) x S4 9 x 8 x 7 x 75,379
175776073085,4
Ck =
16271324645
Ck = 10,80

4. Uji Kecocokan Syarat Distribusi


Setelah menghitung distribusi Normal, Log Normal, dan
Gumbel, maka dilakukan uji kecocokan menggunakan
syarat distribusi sebagai berikut :

Tabel 4.11. Tabel Persyaratan Penggunaan Distribusi.

Jenis
No Syarat Perhitungan Kesimpulan
Distribusi
Cs = 0 0,745 Tdk Memenuhi
1. Normal
Ck = 3 5,069 Tdk Memenuhi
Cs ≈ 3Cv + Cv3 0,714 Tdk Memenuhi
Log Ck ≈ 3 + Cv8 + 6
2.
Normal Cv6 +15Cv4 4,980 Tdk Memenuhi
+16Cv2
Cs ≈ 1.1396 0,745 Tdk Memenuhi
3. Gumbel
Ck ≈ 5.4002 5,069 Tdk Memenuhi

Pada pengujian diatas didapatkan hasil bahwa ketiga


metode tidak memenuhi, maka selanjutnya akan
digunakan metodi perhitungan log person type III.

5. Log Person Type III.


Diketahui :

48
S = 0,21
Ck = 6,93
Log x = 1,99
CS = 1,46
[Log XT = Log x + K.S.]
Keterangan :
S = Deviasi standart
Ck = Koefisien Kurtesis
Log x = Rata – rata
K = Variabel standart (tabel K)
Log XT = Periode ulang dalam T-tahunan
Gs = Koefisien kemencengan
Tabel 4.12. Nilai K Untuk Distribusi Log Person III.
2 5 10 25 50 100 200
1.5 -0.240 0.690 1.333 2.146 2.743 3.330 3.910
1.4 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271 3.828

a) Periode Ulang 2 Tahun


−0,24−−0,225 K 2−−0,225
X2 = =
1,5−1,4 1,465−1,4
−0,015 K 2−−0,225
X2 = =
0,1 0,06474
X2 = -0,010 = K2 - -0,225
K2 = -0,235
Maka hujan rencana 2 tahun
Log X = 1,991 + -0,235 x 0,2144
Log X2 = 1,941
X2 = 87,28 mm

Berikut hasil grafik dari perhitungan curah hujan periode


ulang 2 tahun menggunakan Log Person Type III pada
gambar 4.5. dibawah ini :

49
Periode Ulang 2 tahun
-0.215
1.2 1.4 1.6
-0.220

-0.225
-0.225
-0.230

-0.235 -0.235

-0.240 -0.240

-0.245

Gambar 4.5. Grafik Curah Hujan Kala Ulang 2 Tahun.

1. Uji Chi Kuadrat Distribusi Log Person Type III


Tujuan uji Chi-kuadrat ini untuk menentukan
apakah persamaan distribusi yang telah terpilih dapat
mewakili distribusi sample data yang dianalisis.
Penentuan keputusan ini menggunakan parameter X2.
Pada pengujian uji ini hanya Log Person Type III
yang memenuhi, maka selanjutnya hanya distribusi
Log Person Type III saja yang dipakai untuk uji chi
kuadrat sebagai berikut.

1) Jumlah Kelas (k)


K = 1 + (3,33 log n) = 1 + (3,33 log 10) = 4,330= 5
2) Derajat Kebebasan (DK)
DK = K-(∝+1) = 5 – (2+1) = 2
3) Frekuensi (Ef)
n 10
Ef = = =2
K 5
4) Delta X
Xmax− Xmin 52,50−316
DX = = = -65,88
K−1 5−1
5) X awal
X awal = Xmin – (0,5 x DeltaX)

50
X awal = 316 – (0,5 x -65,88)
X awal = 384,94

Tabel 4.13. Nilai Uji Chi Kuadrat Distribusi Log Person Type III.
2 2
No Nilai Batasan Of Ef (Of-Ef) (Of-Ef) /Ef
1 348.938 < x < 283.063 5 2 9 4.500
2 283.063 < x < 217.188 4 2 4 2.000
3 217.188 < x < 151.313 0 2 4 2.000
4 151.313 < x < 85.438 0 2 4 2.000
5 85.438 < x < 19.563 1 2 1 0.500
Jumlah 10 11.000

Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai Chi-


Kuadrat (X2hitung) sebesar 11.000, sedangkan nilai
Chi-Kuadrat tabel (X2kritis) pada taraf signifikan (a =
1%) dan derajat kebebasan ( DK = 2 ) diperoleh
sebesar 9,210 (X2 hitung < X2 kritis) Karena nilai X 2
hitung lebih mahal dari nilai X2 kritis (11.000>9.210),
maka dari pengujian penyebaran distribusi log person
III dapat diterima.

2. Uji Smirnov
Kelemahan dari uji chi-kuadrat adalah jumlah
sampel yang kecil, karena paling tidak pada masing-
masing kelas harus mempunyai frekuensi 5 atau lebih.
Uji smirnov-kolmogorov dapat digunakan untuk
menguji sampel yang kecil.

Pada uji smirnov-kolmogorov akan dihitung nilai


D, yaitu perbedaan maksimum antara fungsi kumulatif
sampel dan fungsi probabilitas kumulatif. Nilai D
tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai Dα.
Distribusi probabilitas akan diterima jika nilai D lebih
kecil dari Dα.
Berikut adalah tabel 4.15. perhitungan uji Smirnov

51
Kolmogorov.
Tabel 4.14. Perhitungan Uji Smirnov Kolmogorov
P(x) = f(t) = (Xi– P’(x) =m/(n-
Tahun Xi P’(x<) D
m m/(n+1) P(x<) Xrt)/Sx 1)
(4) = 1- (7) = 1-
1 2 3 5 6 (8) = (4)-(7)
(3) (6)
2012 52.50 1 0.091 0.909 235.62 0.111 0.889 0.020
2018 67.00 2 0.333 0.667 303.26 0.222 0.778 -0.111
2015 68.50 3 0.500 0.500 310.26 0.333 0.667 -0.167
2014 81.00 4 0.667 0.333 368.57 0.444 0.556 -0.222
2016 83.50 5 0.833 0.167 380.23 0.556 0.444 -0.278
2017 99.00 6 1.000 0.000 452.54 0.667 0.333 -0.333
2019 114.00 7 1.167 -0.167 522.51 0.778 0.222 -0.389
2020 114.75 8 1.333 -0.333 526.01 0.889 0.111 -0.444
2013 122.50 9 1.500 -0.500 562.16 1.000 0.000 -0.500
2011 316.00 10 1.667 -0.667 1464.82 1.111 -0.111 -0.556

Jumlah : = 0,020 n = 10
n = 10
Rata – rata = 1,991
S = 0,21
Dari perhitungan nilai D menunjukan nilai Dmax =
0,020 untuk data pada peringkat m = 10.
Untuk derajat kepercayaan 5% maka diperoleh
D0 = 0,410, untuk n = 10. Karena nilai Dmax lebih
kecil dari nilai D0 kritis ( 0,020<0,410 ), maka
persamaan distribusi dapat diterima. Sehingga dapat
diambil keputusan bahwa metode yang dipakai untuk
pemilihan curah hujan rencana yaitu metode distribusi
Log Person III dan sudah memenuhi syarat. Selanjutnya
nilai curah hujan rencana (Xtr) Log Person III periode
ulang 2, 5, 25, 50, dan100 tahun untuk menghitung
Intensitas curah hujan.

4.3.3 Debit Banjir Rencana (Qr)


Debit banjir rencana merupakan debit maksimum rencana di
sungai atau bangunan air lainnya dengan periode ulang tertentu yang
dapat dialirkan oleh saluran tersebut tanpa membahayakan lingkungan
sekitar dan stabilitas saluran tersebut. Debit rencana tersebut
dilakukan dengan menganalisis data curah hujan maksimum pada

52
stasiun curah hujan kemudian melakukan pengamatan dan pengukuran
langsung di lokasi saluran drainase tersebut.

4.3.3.1 Waktu Konsentrasi (Tc) dan Kemiringan Saluran (S)


Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu yang dibutuhkan
saat air hujan pada titik awal hulu saluran sampai dengan titik
hilir saluran. Terlebih dahulu menghitung kemiringan dari
hulu ke hilir saluran. Guna mendapatkan kemiringan saluran,
terlebih dahulu harus mengetahui elavasi di hulu dan hilir
saluran. Disini saya menggunakan data yang saya dapatkan
dari Google Earth dan data ukur lapangan dengan cara
mengurangi elevasi pada peta dengan ukuran saluran di
lapangan.
Elevasi Lahan Hulu = 125 mdpl – 0,37 m = 124,63
mdpl
Elvesai Lahan Hilir = 125 mdpl – 0,38 m = 124,62
mdpl
Kemiringan saluran S :
ΔH = Tinggi hulu – Tinggi hilir
ΔH = 124,63 – 124,62 = 0,01 = 0,00001 m
ΔH
S=
(0,9 x L)
0,00001
S= = 0,00005547
(0,9 x 0,08)
Menghitung waktu konsentrasi (Tc) :

( ) ( )
0,385 0,385
0,87 x L2 0,87 x 0,2052
Tc = =
1000 X S 0,9 X 0,0000543

( )
0,385
0,03574
Tc =
0.05406
Tc = 0,8366 jam
Kemudian setelah mendapatkan nilai tc sebesar 0,8366 jam.
Mencari nilai Intesitas (I) menggunakan banjir rencana 2, 5,
25, 50, dan 100 tahun dari data Log Person Type III.

53
4.3.3.2 Analisis Intensitas Curah Hujan (I)

Selanjutnya untuk menghitung saluran drainase,


diperlukan perhitungan intensitas curah hujan yang akan
digunakan untuk menghitung debit banjir. Perhitungan
Intensitas curah hujan ini menggunakan rumus intensitas
sebagai berikut :

( )
2/ 3
R 24 24
I= x
24 Tc

Dimana :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R23 = Curah hujan maksimum 24 jam (mm)
Tc = Waktu Konsentrasi (detik)

Periode ulang banjir rencana 2 tahun (R2)


R2 = 87,278 mm

( )
2
R2 24 3
I= x
24 Tc

I = 50 mm/jam.

Dari perhitungan kemiringan saluran (S), waktu


konsentrasi (Tc) dan nilai intensitas (I) diatas didapatkan
hasil kemiringan saluran (S) sebesar = 0,00005547, kemudian
nilai waktu konsentrasi (tc) sebesar = 0,8366 jam ~ 60 menit
dan nilai Intensitas (I) sebesar = 50 mm/jam untuk periode
ulang 2 tahun yang akan digunakan untuk mengevaluasi
sistem jaringan drainase jalan raya.

4.3.3.3 Luas (A) dan Koefisien Pengaliran (C)

Dalam penelitian sistem jaringan drainase jalan raya


ini, koefisien pengaliran (C) mengacu pada SNI 03-3424-

54
1994 tentang Tata Cara Perencanaan Drainase permukaan
Jalan Raya, maka didapatkan nilai koefisien pengaliran (C)
untuk menghubungkan kondisi permukaan tanah tertentu,
sebagai berikut :

Tabel 4.15. Koefisien Pengaliran (C).

Koefisien
Kondisi Permukaan Tanah
Pengaliran (C)
1. Jalan Beton dan Jalan Aspal 0,70 – 0,95
2. Jalan Kerikil dan Jalan Tanah 0,40 – 0,70
Bahu Jalan
- Tanah berbutir halus 0,40 – 0,65
3. - Tanah berbutir kasar 0,10 – 0,20
- Batuan masif keras 0,70 – 0,35
- Batuan masif lunak 0,60 – 0,75
4. Daerah Perkotaan 0,70 – 0,95
5. Daerah Pinggiran Kota 0,60 – 0,70
6. Daerah Industri 0,60 – 0,90
7. Permukiman Padat 0,40 – 0,60
8. Permukiman Tidak Padat 0,40 – 0,60
9. Taman dan Kebun 0,20 – 0,40
10. Persawahan 0,45 – 0,60
11. Perbukitan 0,70 – 0,80
12. Pegunungan 0,75 – 0,90

1. Koefisien C1 ( Jalan Beton dan Aspal ) = 0,95


2. Koefisien C2 ( Bahu Jalan ) = 0,65
3. Koefisien C3 ( Trotoar / Jagaan Saluran ) = 0,85
4. Koefisien C4 ( Perumahan ) = 0,60

Sementara untuk perencanaan luas daerah aliran untuk


jalan raya dihitung dengan perhitungan sebagai berikut

55
yaitu :

1. Luas A1 ( Jalan Beton dan Aspal )


= 0,95 x 205,5 m = 195 m2
2. Luas A2 ( Bahu Jalan )
= 0,80 x 205,5 m = 164 m2
3. Luas A3 ( Trotoar / Jagaan Saluran )
= 0,70 x 205,5 m = 144 m2
4. Luas A4 ( Perumahan )
= 4,00 x 205,5 m =838 m2
Total luas Area (A) pada perhitungan diatas sekitar
2.407 m2. Denah pembagian luas pengaliran terdapat
di dalam lampiran.
Selanjutnya menghitung nilai koefisien gabungan
(Cw) yang perhitungannya sebagai berikut :
Cw =
( C 1 x A 1 )+ ( C 2 x A 2 )+ ( C 3 x A 3 ) + ( C 4 x A 4 ) +..+(Cn x An)
A 1+ A 2+ A 3+ A 4+..+ An
Cw =
( 0,95 x 1253 ) + ( 0,65 x 164 ) + ( 0,85 x 144 )+ ( 0,60 x 838 )
1.363+ 233+ 186+9.320
Cw = 0,684
Koefisien pengaliran gabungan (C) didapat hasil
sebesar 0,684.

4.3.3.4 Perhitungan Debit Banjir Rencana (Qr)

Perhitungan debit banjir rencana yang digunakan dalam


penelitian ini ialah menggunakan metode debit banjir rasional
dengan periode ulang 2 tahun.

Qr = 0,2778.C.I.A (satuan Km2)


Sebelumnya sudah didapatkan nilai koefisien pengaliran (C)
sebesar 0,801. Nilai intensitas curah hujan (I) sebesar 50
mm/detik dengan periode ulang 2 tahun dan luas aliran (A)

56
sebesar 0,002407 M2.
Maka dapat dihitung debit banjir rencana untuk periode ulang
2 tahun sebagai berikut :
Qr = 0,2778 x 0,6 x 50 x 0,00134 = 0,013 m3/detik.

4.3.3.5 Analisis Hidrolika

Analisis hidrolika bertujuan untuk mengetahui


kemampuan penampang dalam menampung debit air oleh
saluran drainase dengan panjang 250 m.

1. Perhitungan Kecepatan Aliran (V)


Rumus untuk menghitung kecepatan aliran dalam saluran
menggunakan rumus sebagai berikut :
1 2 1
V= 3 2
n R S
Untuk memperoleh nilai radius Hidrolik (R) dibutuhkan
nilai luas penampang dan keliling basah. Luas penampang
(A) dari saluran sisi kanan dan kiri menggunakan rumus
sebagai berikut :
A=bXy
Diketahui data saluran sisi kanan (R) :
b = 0,35 m
y = 0,46 m
A = 0,35 x 0,46
A = 0,16 m2
Keliling basah (P) didapatkan dengan rumus sebagai
berikut :
P = b + 2y
P = 0,35 + 2 x 0,46
P = 1,27 m
Dapat dihitung nilai rumus hidrolik (R) sebesar :
A
R=
P

57
2
0,16 m
R=
1,27 m
R = 0,13 m
Maka kecepatan aliran (V) untuk saluran drainase, dapat
dihitung sebagai berikut :
1 2 1
V= 3 2
n R S
1 2 1
V= 0,13 3
0,00005547 2
0,03
V = 0,376 m/detik (Saluran sisi kanan)

Diketahui data saluran sisi kiri (L) :


b = 0,35 m
y = 0,46 m
A = 0,35 x 0,46
A = 0,16 m2
Keliling basah (P) didapatkan dengan rumus sebagai
berikut :
P = b + 2y
P = 0,35 + 2 x 0,46
P = 1,27 m
Dapat dihitung nilai rumus hidrolik (R) sebesar :
A
R=
P
0,16 m2
R=
1,27 m
R = 0,13 m
Maka kecepatan aliran (V) untuk saluran drainase, dapat
dihitung sebagai berikut :
1 2 1
V= 3 2
n R S
1 2 1
V= 0,13 3
0,00005547 2
0,03
V = 0,376 m/detik (Saluran sisi kiri)

58
Kecepatan aliran (V) dari hasil perhitungan
didapatkan saluran sisi kanan dan kiri 0,064 m/detik.
Sementara, kecepatan aliran yang diizinkan bagi pasangan
batu menurut SNI 03-3424-1994 adalah 1,50 m/detik.
Artinya kecepatan aliran (V) sebesar 0,064 m/detik bisa
dipakai.

2. Perhitungan Daya Tampung Debit Saluran (Qs)


Perhitungan daya tampung debit saluran dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Saluran sisi kanan (R)
Qs = V.A = 0,064 x 0,16 = 0,01024 m3/detik.
Saluran sisi kiri (L)
Qs = V.A = 0,064 x 0,16 = 0,01024 m3/detik.
Debit rata – rata = 0,01024 m3/detik.
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan nilai
daya tampung debit saluran (Qs) sebesar 0,01024 m3/detik
nilainya kurang dari debit pada saat terjadi genangan
sebesar 4,24 m3/detik, dan juga debit banjir rencana 2 TH
(Qr) sebesar 0,013 m3/detik. Ini membuktikan bahwa
saluran drainase eksisting tidak mampu menampung debit
banjir rencana. Salah satu permasalahan kurangnya
dimensi saluran eksisting dalam menampung limpasan,
selain itu juga kondisi pada saluran terdapat banyak
tumpukan tanah dan sampah, kondisi jalan yang cekung,
serta kurangnya siring gading untuk buangan air dari jalan
menuju saluran eksisting.

59
4.3.3.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Banjir
Analisis sistem jaringan drainase Perumahan Griya
Angkasa Islami Kota Bandar Lampung ini tidak hanya
menghitung dimensi saluran tapi melihat sistem disekitarnya
seperti topografi, endapan sedimentasi, lingkungan sekitar,
pemeliharaan dan lainnya.
1. Topografi
Kondisi topografi dan geologi di daerah penelitian
banjir yang relatif dataran rendah karna masih banyak
terdapat daerah aliran sungai akan tetapi terdapat tikungan
pada daerah aliran sungai yang ekstrim di lokasi banjir,
sehingga sering menjadi langganan limpasan air seperti
yang terjadi pada Kawasan Perumahan Griya Angkasa
Islami, karena terlalu cepat air mengumpul di daerah
tikungan tersebut. Seperti yang terlihat pada data elevasi
dari google earth pada gambar dibawah ini.

Gambar. 4.6. Elevasi Permukaan Blok A.

60
Gambar. 4.7. Elevasi Permukaan Blok B.
Dari data elevasi tersebut dapat dilihat di sekitar STA.
0+40 s/d STA. 0+123 terdapat cekungan yang
menyebabkan air di jaringan drainase tidak langsung
mengalir ke arah pembuangan, namun terhambat di
cekungan dan yang bisa lolos ke pembuangan hanya yang
berada diatas permukaan aliran.
2. Sedimentasi dan Endapan

Sedimentasi merupakan suatu proses pengendapan


material berupa tanah atau pasir yang di transport melalui
perantara media air. Ketika terjadi hujan, air limapasan
akan mengalir menuju saluran drainase dengan membawa
material berupa tanah dan pasir. Tanah dan pasir tersebut
akan tenggelam dan mengendap pada saluran drainase
jalan raya.

Seperti yang terjadi pada saluran drainase Di


Perumahan Griya Angkasa Islami Rajabasa Kota Bandar
Lampung, sedimentasi dan endapan yang terjadi memiliki
kedalaman berkisar 2 – 5 cm. Sedimentasi dan endapan
yang terjadi mengakibatkan berkurangnya kapasitas
tampung drainase. Sehingga ketika terjadi hujan maka
saluran drainase akan cepat meluap yang menyebabkan
terjadinya genangan atau banjir selain itu akan
mengurangi fungsi dari saluran drainase tersebut dalam
mengalirakan air limpasan. Seperti halnya di saluran

61
pembuangan utama Di Kawasan Perumahan Griya
Angkasa Islami Kota Bandar Lampung, yang pada
dasarnya memiliki kedalaman 1,5 m karena terlalu banyak
sedimentasi yang tak kunjung dibersihkan, maka elevasi
dasar saluran menjadi sama dengan saluran drainase yang
berada Di Kawasan Perumahan Griya Angkasa Islami
Kota Bandar Lampung. Oleh karena itu perlu adanya
pembersihan berupa pengerukan sedimentasi dan endapan
dari lumpur dan tanah secara rutin dan berkala.

Gambar 4.8. Sedimentasi Yang Di Biarkan Menumpuk Terlalu Lama.

3. Lingkungan Masyarakat

Faktor lingkungan masyarakat merupakan faktor


terpenting dalam menjalankan sistem jaringan drainase.
Dengan lingkungan yang baik maka sistem jaringan
drainase juga akan berjalan dengan baik, tentu drainase
juga harus terjaga kebersihannya agar fungsinya dapat
berjalan. Seperti yang terjadi di Perumhan Griya
Angkasa Islami Kota Bandar Lampung, lingkungan
drainasenya kurang begitu baik.

62
Terdapat banyak sampah pada saluran drainase di tiap –
tiap titik bahkan sampah tersebut sampai menumpuk dan
menutup saluran drainase. Sehingga aliran air pada saluran
tersebut sulit untuk mengalir. Ditambah lagi kesadaran
masyarakat sekitar dalam menjaga kebersihan pun masih
sangat kurang dengan tidak adanya pembersihan setiap
bulannya. Inilah salah satu penyebab utama terjadinya
genangan air di Perumhan Griya Angkasa Islami Kota
Bandar Lampung. Maka dari itu perlu diadakan
pemeliharaan agar fungsi dari saluran drainase jalan raya
dapat berjalan dengan baik.

Gambar 4.9. Keadaan Tembok Yang


Sekaligus Menjadi Tanggul di Sisi Sungai.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan usaha – usaha untuk menjaga


agar prasarana drainase selalu berfungsi dengan baik
selama mungkin, selama jangka waktu pelayanan yang
direncanakan. Kondisi sistem drainase biasanya cepat
menurun, sehingga mempengaruhi kinerja sistem. Oleh
karena itu diperlukan program pemeliharaan yang lengkap
dan menyeluruh. Ruang lingkup pemeliharaan sistem
drainase meliputi kegiatan pengamanan dan pencegahan,

63
kegiatan perawatan dan kegiatan perbaikan.

Seperti yang terjadi pada pemeliharaan sistem drainase


Di Perumahan Griya Angkasa Islami Kota Bandar
Lampung. Untuk kegiatan pengamanan dan pencegahan
meliputi kegiatan inspeksi rutin, melarang membuang
sampah semabarangn di saluran dan melarang merusak
bangunan drainase masih kurang untuk dilakukan. Ini
terlihat dengan masih banyaknya masyarakat sekitar yang
membuang sampah disaluran drainase dan kurangnya
fasilitas publik berupa tempat sampah dan papan larangan
membuang sampah.

Kegiatan perawatan terdiri dari perawatan rutin dan


berkala. Perawatan yang dilakukan pada drainase jala raya
meliputi membabat rumput pada dinding saluran,
membersihkan sampah, tumbuhan pengganggu,
memperbaiki longsoran – longsoran kecil, menambal
dinding saluran yang retak dan memperbaiki kerusakan
kecil pada dinding saluran. Namun, yang terjadi pada
drainase Perumahan Griya Angkasa Islami Kota Bandar
Lampung masih kurang perawatan. Masih ada banyaknya
tumpukan sampah dibeberapa titik begitu juga masih
banyaknya bagian drainase yang ditumbuhi tumbuhan
pengganggu.

Dan terakhir ialah kegiatan perbaikan merupakan usaha


– usaha untuk mengembalikan kondisi, fungsi saluran dan
bangunan – bangunan drainase. Pada kondisi drainase
Perumahan Griya Angkasa Islami Kota Bandar Lampung
kegiatan perbaikan hanya dilakukan pada struktur drainase
yang rusak karena adanya tanaman pengganggu.

64
4.4 HECRAS v 6.0.1
Untuk membuat pemodelan hidroulik dengan Hecras guna
menunjukan hitungan profil muka air aliran permanen (steady flow) pada
penelitian ini yaitu pada saluran di Perumahan Griya Angkasa Islami,
membutuhkan beberapa langkah pada pengoperasian aplikasi Hecras v 6.0.1
sebagai berikut :

1. Pada langkah pertama buka aplikasi Hecras v 6.0.1 yang telah di install –
lalu pilih file – lalu klick New Project – lalu buat project dan pilih tempat
penyimpanan – buat nama file dengan nama project yang ingin di buat.

Gambar 4.10. Tampilan Awal Aplikasi Hec-Ras v 6.0.1.

Gambar 4.11. Set New Project.

65
Gambar 4.12. Pembuatan Title Dan Tempat Penyimpanan.
2. Setelah selesai membuat new project, kita perlu mengatur Unit System
terlebih dahulu Unit System adalah sistem pengaturan satuan yang
dipakai dalam Hecras. Kita dapat mengikuti sistem Amerika (US
Customary) atau sistem internasional (SI). Default satuan adalah US
Customary disini penulis akan merubah menjadi satuan sistem
internasional (SI) dengan cara klick option – unit system – pilih System
Internasional (Matric System).

Gambar 4.13. Pengaturan System Unit.

66
Gambar 4.14. Pemilihan System Unit System Internasional (SI).
3. Selanjutnya membuat alur saluran, cara membuat tiruan geometri saluran
adalah sebagai berikut :
a. Aktifkan layar editor data geometri (Gambar 4.15) dengan memilih
menu edit – geometric data atau mengklik ikon Edit / Enter
Geometric data (ikon ke – 3 dari kiri papan tombol diatas).

Gambar 4.15. Layar Editor Data Geometri.


b. Klik tombol River Reach (ikon kiri-atas) dan buat skema saluran
dengan cara meng-klikkan titik-titik sepanjang alur saluran pada layar
editor data geometri. Karena alur saluran adalah lurus, maka skema
alur dapat dibuat cukup dengan dua titik ujung saluran. Alur saluran
harus dibuat dari hulu ke hilir, tidak boleh dibalik. Klik kursor di sisi
tengah atas layar editor geometri data untuk menandai ujung hulu
saluran, kemudian klik dua kali di sisi tengah bawah editor untuk
menandai ujung hilir saluran sekaligus mengakhiri pembuatan skema

67
alur.
c. Pada layar yang muncul (Gambar 4.16), isikan “Drainase” sebagai
nama River dan “Griya Asalam” sebagai nama Reach. Klik tombol
OK.
d. Setelah langkah di atas, pada layar editor data geometri tampak
sebuah denah alur saluran (“Drainase”) yang memiliki satu ruas
(“Griya Asalam”), seperti tampak pada (Gambar 4.17). Anak panah
menunjukkan arah aliran dari hulu ke hilir.

Gambar 4.16. Layar Pengisian Nama Saluran Dan Ruas


Saluran Pada Layar Editor Geometri Data.

Gambar 4.17. Skema Saluran Pada Kawasan Perumahan Griya


Angkasa Islami Kota Bandar Lampung.
4. Langkah selanjutnya adalah pengisian data tampang lintang.
a. Aktifkan layar editor tampang lintang dengan mengklik tombol
Cross Section (ikon ke-2 dari atas pada papan tombol kiri).
b. Tuliskan data tampang lintang (cross section), urut dari tampang di

68
ujung hilir sampai ke ujung hulu. Untuk menuliskan data tampang
lintang, pilih menu Options | Add a new Cross Section …, tuliskan
nomor tampang lintang “1”. Setiap tampang lintang diidentifikasikan
sebagai River Sta yang diberi nomor urut, dimulai dari hilir dan
bertambah besar ke arah hulu. Urutan nomor ini tidak boleh dibalik,
tetapi urutan penulisan tampang lintang boleh sembarang, tidak
harus urut dari hilir ke hulu. Pengguna boleh membuat tampang
lintang urut dari hulu ke hilir atau tidak urut (sembarang, acak),
sepanjang nomor tampang lintang urut, nomor kecil ke nomor besar
dari hilir ke hulu.
c. Pada isian Description, isikan keterangan mengenai tampang lintang
(River Sta), yaitu “STA. 0+123”. Setelah langkah ini, layar editor
tampang lintang akan tampak seperti Gambar 4.19.

Gambar 4.18. Layar Editor Tampang Lintang Setelah


Pemberian Nama Dan Description.
d. Tuliskan koordinat titik-titik tampang lintang, urut dari titik paling
kiri ke kanan. Station adalah jarak titik diukur dari kiri dan Elevation
adalah elevasi titik. Untuk River Sta “1”, data koordinat
(Station,Elevation) adalah sebagai berikut: (0.0,64), (0.0,07),
(5,748.0,07), (5,748.0,64). Satuan panjang pada data geometri
tampang lintang saluran adalah meter (karena project ini memakai
sistem satuan SI).
e. Data selanjutnya adalah jarak tampang “1” ke tampang tetangga di
sisi hilir (Downstream Reach Lengths), yaitu jarak antar bantaran

69
kiri (left overbank, LOB), jarak antar alur utama (main channel,
Channel), dan jarak antar bantaran kanan (right overbank, ROB).
Karena tampang “1” merupakan tampang paling hilir, maka isian ini
dapat dibiarkan kosong atau diisi dengan angka nol.
f. Nilai koefisien kekasaran dasar, Manning’s n Values, adalah 0.02
untuk semua bagian tampang: LOB, Channel, dan ROB karena
tampang lintang saluran merupakan tampang tunggal, bukan
tampang majemuk.
g. Isian selanjutnya, Main Channel Bank Stations, adalah titik batas
antara LOB dan Channel serta antara Channel dan ROB, sehingga
untuk isian ini diberi titik paling kiri, “0”, untuk Left Bank dan titik
paling kanan, “5,78”, untuk Right Bank.
h. Data Cont\Exp Coefficients dibiarkan sesuai dengan nilai default
yang ada di dalam HECRAS, yaitu 0.1 untuk Contraction dan 0.3
untuk Expansion.
i. Di bagian bawah, dapat diisikan catatan atau informasi tambahan
berkenaan dengan tampang ini. Kali ini, isian ini dibiarkan kosong.
j. Klik tombol Apply Data untuk menyimpan data ke dalam HEC-
RAS. Di sisi kanan layar akan ditampilkan gambar tampang lintang
seperti ditampilkan pada Gambar 4.19.
k. Untuk tampang STA berikutnya diisi sesuai dimensi saluran setiap
STA nya.

Gambar 4.19. Tampang Lintang Pada River 0 (STA. 0+123).


l. Setelah selesai mengisi data station dan elevation pada semua Sta,

70
selanjutnya Pilih menu Exit - Exit Cross Section Editor untuk
kembali ke layar editor data geometri. Pada gambar alur saluran,
sekarang tampak tambahan informasi keberadaan River Sta, yaitu
“0” di ujung hilir dan “123” di ujung hulu seperti pada gambar 4.20.

Gambar 4.20. Layar Editor Data Geometri Yang Menampakan


Seluruh Ruas Saluran dan Semua Tampang Lintang.
m. Kemudian Data geometri saluran disimpan ke dalam disk dengan
memilih menu File - Save Geometry Data. Isikan pada Title
“geometrydata tutorial” sebagai judul data geometri tersebut.
Pastikan bahwa pilihan folder tetap sesuai dengan folder file Project,
kemudian klik tombol OK. Pemakai dapat menutup layar editor data
geometri dengan memilih menu File - Exit Geometry Data Editor.
Pada layar komputer akan tampak layar utama HEC-RAS seperti
tampak pada Gambar 4.21. File data geometri dinamai
“Tutorial.g01” secara automatis oleh HEC-RAS.

Gambar 4.21. Layar Utama Hec-Ras Setelah Data Geometri Di Save.


5. Pengisian data hidroulika, Data aliran yang diperlukan dalam hitungan

71
aliran permanen (steady flow) ini adalah debit di batas hulu serta elevasi
muka air di batas hilir. Langkah-langkah pemasukan data aliran dan
syarat batas dipaparkan di bawah ini.
a. Aktifkan layar editor data aliran permanen dengan memilih menu
Edit - Steady Flow Data, atau mengklik tombol Edit/Enter steady
flow data (ikon ke-4 dari kiri pada papan tombol).
b. Pada Enter/Edit Number of Profiles isikan angka “1” mengingat ada
1 profil muka air yang akan dihitung (dari satu besaran debit). Tekan
Enter. Perhatikan di bagian Profile Names and Flow Rates akan
muncul PF1.
c. Isikan besaran debit di batas hulu (Sta. 0+000) “0.0108342” pada PF1
(Gambar 4.22). Satuan debit adalah m3 /s.
d. Klik tombol Reach Boundary Conditions. Dengan posisi kursor pada
Downstream, klik tombol Known WS isikan beda tinggi hulu dan
hilir yaitu “0,57” (satuan m) (Gambar 4.23.). Klik tombol OK.
Perhatikan pada isian Downstream telah muncul “Normal Depth”
(Gambar 4.24). Klik tombol OK untuk kembali ke layar editor data
aliran permanen.

Gambar 4.22. Layar Editor Data Aliran Untuk Pengaturan Debit.

72
Gambar 4.23. Pengisian Kemiringan Dasar Saluran Known w.s.

Gambar 4.24. Pengisian Downstream Dengan Known w.s.


e. Klik tombol Apply Data dan simpan data aliran permanen ke dalam
disk dengan memilih menu File - Save Flow Data.
f. Pengguna dapat menutup layar editor data aliran permanen dengan
memilih menu File - Exit Flow Data Editor. Pada layar komputer
akan tampak layar utama HEC-RAS seperti tampak pada Gambar
4.30 File data aliran dinamai secara automatis oleh HEC-RAS.

73
Gambar 4.25. Layar Utama Hecras Setelah Input Data Steady Flow.
6. Hitungan hidroulika, atau lebih dikenal dengan istilah me-run program
HEC-RAS, walaupun istilah tersebut tidak tepat. Pemakai me-run
program sejak saat pengaktifan HEC-RAS. Langkah-langkah hitungan
hidraulika dipaparkan di bawah ini.
a. Aktifkan layar hitungan aliran permanen dengan memilih menu Run -
Steady Flow Analysis, atau mengklik tombol Perform a steady flow
analysis.
b. Buat file Plan baru dengan memilih menu File - New Plan dan isikan
pada Title “Nama Yang Diinginkan” sebagai judul plan. Pastikan
bahwa pilihan folder tetap sesuai dengan folder file Project,
kemudian klik tombol OK. File data aliran permanen dinamai “Sesuai
Keinginan” secara automatis oleh HEC-RAS.
c. Isikan “Sesuai Keinginan” pada layar yang muncul, yang meminta
short plan identifier.
d. Biarkan pilihan yang lain apa adanya, untuk Geometry File, Steady
Flow File, dan Subcritical untuk Flow Regime.
e. Tampilan layar hitungan Steady Flow setelah langkah ini ditunjukkan
pada Gambar 4.26.

74
Gambar 4.26. Layar Hitungan Steady Flow
f. Aktifkan modul hitungan hidraulika dengan mengklik tombol
Compute. HEC-RAS akan melakukan dua hitungan profil muka air.
Dalam beberapa saat, hitungan selesai seperti ditunjukkan pada layar
hitungan pada Gambar 4.27.
g. Tutup layar hitungan dengan mengklik tombol Close, tutup pula layar
Steady Flow Analysis dengan memilih menu File - Exit atau
mengklik tombol X di pojok kanan atas layar. Pada layar komputer
tampak layar utama HEC-RAS setelah hitungan profil steady flow
selesai, seperti tampak pada Gambar 4.28.

Gambar 4.27. Layar Hidraulika Setelah Hitungan Profil Seselai.

75
Gambar 4.28. Layar Utama Hec-Ras Setelah Hitungan Profil Steady
Flow Selesai.
7. Menampilkan hasil hitungan di sebuah tampang lintang, dikarenakan
saluran terdapat di Blok A dan Blok B kawasan perumahan maka penulis
membuat 2 bagian terpisah antara daerah genangan Blok A dan Blok B
seperti pada gambar 4.35. untuk menampilkan grafik tampang lintang
sebagai berikut.
a. Pilih menu View - Cross-Section, atau klik tombol View cross
sections (ikon ke-14 dari kiri pada papan tombol) untuk menampilkan
grafik tampang lintang seperti tampak pada Gambar 4.29.

Gambar 4.29. Profil Muka Air Hasil Hitungan Penampang Melintang


Blok A.

76
Gambar 4.30. Profil Muka Air Hasil Hitungan Penampang Melintang
Blok B.
b. Pada layar Cross Section, pilih River Sta. yang akan ditampilkan
dengan mengklik tombol anak panah ke bawah untuk berpindah ke
river station hilir dan mengklik tombol anak panah ke atas untuk
berpindah ke river station hulu.
c. Pemakai dapat mengontrol tampilan layar tampilan Cross Section
melalui berbagai pilihan yang ada pada Menu Option, antara lain
profil (PF1), variabel (muka air, kedalaman kritik, garis energi, dsb),
judul gambar, label, ukuran karakter, dsb.
d. Grafik hasil hitungan dapat direkam ke dalam clipboard untuk
disisipkan ke dalam program aplikasi prosesor dokumen, misal
MSWord. Pilih menu File - Copy Plot to Clipboard. Grafik disisipkan
ke dalam dokumen MSWord melalui perintah Edit - Paste.
8. Menampilkan hasil hitungan profil muka air di sepanjang alur sebagai
berikut.
a. Pilih menu View - Water Surface Profile, atau klik tombol View
cross sections (ikon ke16 dari kiri pada papan tombol) untuk
menampilkan grafik profil muka air di sepanjang alur (tampang
panjang) seperti tampak pada Gambar 4.31.
b. Pengguna dapat memilih profil yang ditampilkan, PF1 dengan
mengklik tombol Profile, dan mengaktifkan profile yang ingin
ditampilkan.

77
c. Kontrol terhadap tampilan grafik profil muka air dapat diatur melalui
menu Options. Pemakai disarankan mencoba mengubah-ubah
tampilan grafik dengan mengubah parameter tampilan sesuai pilihan
yang ada pada menu Options tersebut.

Gambar 4.31. Profil Muka Air Di Sepanjang Saluran


9. Menampilkan hasil hitungan profil variabel aliran si sepanjang alur
sebagai berikut.
a. Pilih menu View - General Profile Plot, atau mengklik tombol View
General Profile Plot (ikon ke-17 dari kiri pada papan tombol).
Tampilan yang muncul adalah grafik profil kecepatan aliran di
sepanjang alur seperti tampak pada Gambar 4.32.
b. Seperti tampilan grafik-grafik sebelumnya, pemakai dapat
mengontrol tampilan grafik melalui pilihan-pilihan yang disediakan
pada menu Options.
c. Pemakai dapat pula memilih profil yang ditampilkan, PF1 dengan
mengklik tombol Profiles, dan mengaktifkan profile yang ingin
ditampilkan.
d. Selain profil kecepatan aliran, pemakai dapat menampilkan profil
debit aliran, luas tampang aliran, dan berbagai parameter lain dengan
memilihnya melalui menu Standard Plots.

78
Gambar 4.32. Profil Kecepatan Aliran Hasil Hitungan
Sepanjang Alur.
10. Menampilkan hasil hitungan dalam bentuk tabel, dapat dilakukan untuk
menampilkan rincian nilainilai parameter hidraulika di sebuah tampang
lintang, rincian nilai-nilai parameter hidraulika di sepanjang alur (profil
panjang), serta catatan, kesalahan, atau peringatan yang muncul dalam
proses hitungan. Tabel yang terakhir ini bermanfaat untuk melacak
kesalahan yang terjadi dalam proses hitungan. Kesalahan, yang
mengakibatkan proses hitungan berhenti, sering terjadi dalam tahap awal
pemodelan sistem sungai/saluran yang kompleks.
Di bawah ini dipaparkan langkah-langkah untuk menampilkan hasil
hitungan dalam bentuk table.
a. Pilih menu View - Detailed Output Tables, atau mengklik tombol
View detailed output at XS’s, (ikon ke-4 dari kanan pada papan
tombol). Layar tabel hasil hitungan pada sebuah tampang lintang
akan muncul seperti tampak pada Gambar 4.32.
b. Pemakai dapat memilih profil maupun tampang lintang yang
ditampilkan dengan mengklik tombol Profiles atau RS.
c. Tabel dapat direkam ke dalam clipboard dengan memilih menu File
|-Copy to Clipboard (Data and Headings), untuk kemudian dapat
disisipkan ke dalam program aplikasi lain, misal ke dalam MSWord.
d. Selain tabel hasil hitungan di sebuah tampang lintang, tabel hasil
hitungan di seluruh alur (tampang panjang) saluran dapat pula
ditampilkan dengan memilih menu View - Profile Summary Table,

79
atau dengan mengklik tombol View summary output tables by profile
seperti tampak pada Gambar 4.34.

Gambar 4.33. Tabel Hasil Hitungan Di Sebuah Tampang


Lintang.

Gambar 4.34. Tabel Hasil Hitungan Di Sepanjang Alur.

4.5 Desain Kolam Retensi

80
Setelah diketahui bahwa beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya genangan, penulis akan mendesain kolam retensi guna menangani
kelebihan banjir di daerah tersebut.
Dari perhitungan volume genangan yang terjadi di lapangan sebesar
853,02 m3, debit banjir rencana (Qr) 0,013 m3/detik dari data hujan,
perhitungan debit daya tampung saluran sebesar (Qs blok A) 0,01024
m3/detik dan (Qs blok b) 0.01024 m3/detik, maka penulis akan melakukan
desain kolam retensi terhadap debit yang telah didadapat dari perhitungan
debit banjir rencana (Qr) 0,013 m3/detik dari data hujan sebagai berikut.
Perhitungan desain rencana kolam retensi :
a) Data perhitungan
1. Kolam retensi type 1
T = 1,5 m
L = 10 m
P = 10 m
Volume tampung kolam retensi type 1
V=PxLxT
V = 10 x 10 x 1,5
V = 150 m3
2. Kolam retensi type 2 A
T = 0,5 m
L=3m
P = 10 m
Volume tampung kolam retensi type 2 A
V=PxLxT
V = 10 x 3 x 0,5
V = 15 m3
Kolam retensi type 2 B
T=1m
L=3m
P = 10 m
Volume tampung kolam retensi type 2 B

81
V=PxLxT
V = 10 x 3 x 1
V = 30 m3
Kolam retensi type 2 C
T = 1,5 m
L=3m
P = 10 m
Volume tampung kolam retensi type 2 C
V=PxLxT
V = 10 x 3 x 1,5
V = 45 m3

Jadi total untuk daya tampung desain rencana kolam retensi type 1 = 150 m 3 di
tambah dengan type 2 = 90 m3 yaitu sebesar 240 m3.

82
929

1000
Type 1

700
1000

Gambar 4.35. Rencana Desain Kolam Retensi.

82
STA 0+082.5

U KOLAM RETENSI
KOLAM RETENSI
STA 0+060

TYPE 2
STA 0+040

TYPE 1 STA 0+020

STA 0+00

STA 0+123

STA 0+080

STA 0+040

STA 0+00

Gambar 436. Layout Rencana Desain Kolam Retensi

83
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian dan pengamatan pada saat penelitian,
berikut ini hasil penelitian berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan,
didapatkan hasil Volume air pada saat terjadi genangan sebesar 853,02 m3.
Untuk perhitungan intensitas curah hujan dari kedua stasiun (Stasiun
Meteorologi Klas IV Maritim Tanjung Karang dan BMKG Klas I Bandara
Radin Intan II Bandar Lampung) dalam jangka 2 tahun terakhir (2016
sampai 2020) untuk periode ulang sesuai dengan ketentuan jalan raya yaitu
periode ulang 2 tahun. Didapatkan nilai distribusi Log Person III sebesar
87,28 mm/jam dengan nilai intensitas curah hujan (I) sebesar 50 mm/detik.
Nilai kemiringan saluran sebesar0,00005547. Dengan hasil akhir didapatkan
debit banjir rencana untuk Periode 2 tahun (Qr) sebesar 0.013 m3/detik.
Kemudian menganalisis debit aliran rencana menggunakan aplikasi
Hec-RAS disimulasikan limpasan banjir sehingga mendapatkanh hasil (Qr)
sebesar 0.013 m3/detik . Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya debit
lapangan aliran limpasan banjir sama dengan debit rencana 2 tahun.
sehingga dimensi tidak mampu menampung debit banjir lapangan maupun
debit banjir rencana yang mengakibatkan terjadinya genangan air atau banjir
di jalan perumahan.
Tabel 4.16. Rekapitulasi Hasil Volume dan Pehitungan Debit

No Uraian Debit (Q)


1 Volume Genangan 853,02 m3
2 Debit Banjir Lapangan 0.013 m3/detik
3 Debit Banjir Rencana 2 th. 0.013 m3/detik
4 Volume Kolam Retensi 240 m3

Selain mendapatkan hasil dari perhitungan, penulis juga melakukan


observasi langsung ke lapangan. Dari hasil pengamatan di lapangan
diperoleh beberapa penyebab terjadinya genangan di Kawasan Perumahan
Griya Angkasa Islami Kota Bandar Lampung antara lain :

84
1. Aliran pada saluran drainase tersumbat sampah dan adanya endapan dan
sedimentasi yang membuat air sulit untuk mengalir.

2. Topografi Perumahan Griya Angkasa Islami Kota Bandar Lampung di


beberapa titik yang rendah atau daerah cekungan sehingga
menambahnya air berkumpul menggenang di titik tertentu jalan.
3. Arah aliran air yang tidak berjalan dengan baik.
4. Terjadinya limpasan air sungai pada saat ternyadinya hujan dengan
kapasitas yang tinggi.
5. Pemerintah setempat untuk melakukan perawatan dan pengecekan
secara berkala.

Dari pembahasan hasil penelitian diatas dapat diberikan solusi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah genangan di Perumahan Griya Angkasa
Islami Kota Bandar Lampung, yaitu sebagai berikut :

1. Membuat kolam retensi di lingkungan Perumahan Griya Angkasa Islami


Kota Bandar Lampung.
2. Melakukan normalisasi pada saluran drainase dan sungai di Kawasan
Perumahan Griya Angkasa Islami kota Bandar Lampung.
3. Menjaga kebersihan lingkungan setempat dengan cara melakukan
pengecekan dan perawatan secara rutin, warga setempat bersama
pemerintah setempat.
4. Menghimbau RT, RW dan masyarakat sekitar untuk melakukan kerja
bakhti minimal sebulan sekali secara berkala atau memperkejakan
tukang kebersihan untuk melakukan pembersihan secara
berkesinambungan.
5. Pemerintah setempat memperbaiki dan menambah fasilitas
insfrastruktur berupa tempat sampah dan lain – lainnya.

85
4.7 Keterbatasan Penelitian
Dalam suatu penelitian tentu terdapat beberapa keterbatasan oleh
karena beberapa faktor. Berikut ini adalah beberapa keterbatasan dan
kekurangan pada saat penelitian dilakukan, yaitu :
1. Dalam melakukan survei dan pengukuran langsung terjadi
ketidakakuratan atau ketepatan dalam dimensi dan ukuran yang didapat.
2. Dalam penentuan data curah hujan untuk kedua stasiun menggunakan
terdekat tanpa mempertimbangkan cakupan daerah pengaliran, hal ini
dikarenakan stasiun yang mencakup lokasi penelitian terlalu jauh
dengan lokasi penelitian.

86
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan analisis jaringan drainase terhadap
genangan pada Perumahan Griya Angkasa Islami Kota Bandar Lampung, maka
didapatkan beberapa kesimpulan yang di uraikan sebagai berikut, yaitu:
1. Volume genangan air di lokasi didapatkan hasil sebesar 853,02 m3. Debit
banjir lapangan pada saluran drainase Perumahan Griya Angkasa Islami
Kota Bandar Lampung di dapat sebesar (Qr) 0.0132 m3/detik dengan (Qs
Blok A) 0,01024 m3/detik (Qs Blok B) 0,01024 m3/detik.
2. Hasil simulasi sederhana menggunakan Aplikasi HEC-RAS menunjukan
bahwa titik cekung terendah yaitu pada STA.0+123 mengalami banjir
dengan ketinggian terparah yaitu 0,70 m.
3. Hasil perencanaan kolam retensi debit banjir rencana dapat ditampung
sebagai berikut :
a. Kolam retensi type 1 memiliki daya tampung sebesar 150 m3, dan
kolam retensi type 2 memiliki daya tampung sebesar 90 m3 . dengan
demikian total daya tampung kolam retensi yaitu sebesar 240 m3,
dengan volume genangan sebesar 853,02 m3, jadi dapat di simpulkan
bahwa kolam retensi dapat menampung volume air sebesar 240 m3
dengan begitu sisa volume genangan yang belum tertampung sebesar
613,02 m3.

87
5.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis sistem jaringan drainase Perumahan Griya
Angkasa Islami Kota Bandar Lampung, maka dapat disarankan sebagai berikut :
1. Melakukan normalisasi pada saluran drainase Perumahan Griya Angkasa
Islami Kota Bandar Lampung dengan mengeruk saluran secara berkala
setiap bulannya dari endapan, sedimentasi dan sampah yang menumpuk.
2. Melakukan Re-desain guna menambah daya tampung saluran drainase
tersebut.
3. Mebuat kolam retensi di Perumahan Griya Angkasa Islami Kota Bandar
Lampung.
4. Melakukan Re-desain tanggul pada sisi badan sungai guna mencegah air
melimpas ke pemukiman kembali.
5. Untuk pemerintahan setempat, perlu pendataan ulang data-data yang
terkait untuk bisa mendapatkan data yang lebih terbaru dan menyediakan
fasilitas kebersihan berupa tempah sampah di setiap titik jalan.
6. Pemerintahan setempat memberikan penghargaan terhadap wilayah yang
menjaga kebersihan lingkungan drainase dengan baik dan melakukan
pengawasan secara berkala dan berkesinambungan.
7. Membuat papan pengumuman atau larangan untuk menjaga kebersihan
saluran di setiap titik jalan.

88

Anda mungkin juga menyukai