Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN NUTRISI


Disusun Untuk Memenuhi Praktek Klinik Keperawatan Dasar
Dosen Pengampu: Ns. Tuti Anggarawati, M.Kep

Disusun Oleh :
Ayu Aprilia Maharani
NIM (20101440121010)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO
SEMARANG
TA 2022/2023
A. ANATOMI FISIOLOGI
Secara umum saluran pencernaan dibagi atas dua bagian besar, yaitu kanal
alimentary atau saluran pencernaan itu sendiri dan organ asesoris yang membantu
dalam proses pencernaan. Yang termasuk dalam organ-organ utama saluran
pencernaan adalah mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus dan usus besar.
Sementara kelompok organ yang tergabung dalam organ asesori meliputi beberapa
bagian spesifik mulut seperti gigi, lidah, kelenjar-kelenjar yang dapat di dalam mulut,
hati, pankreas dan kantung empedu.
a. Mulut
Makanan yang kita konsumsi akan masuk ke dalam tubuh melalui mulut
dengan bantuan pembukaan oleh labia atau bibir di bagian eksternal. Proses
masuknya makanan di dalam mulut secara internal melibatkan pipi atau
bagian vestibula, lidah dan palatum. Palatum memiliki dua bagian yaitu Hard
palate atau langit dibawa melalui faring karena komposisi faring yang
tersusun atas otot rangka sehingga memungkinkan terjadinya kontraksi otot
untuk mendorong makanan dari faring masuk ke esofagus.
b. Esofagus
Esofagus atau kerongkongan adalah saluran yang berbentuk tabung dengan
panjang sekitar 25 cm dan terletak posterior dari trakea. Esofagus
menghubungkan laringofaring dan kardiak lambung, strukturnya memiliki
pola berlipat-lipat dan terbagi atas empat lapisan dinding saluran yang
dimulai dari esofagus hingga lambung.
c. Lambung
Posisi anatomi lambung normalnya berada pada bagian kiri atas rongga perut
atau tepat di bawag diafragma. Lambung dikatakan sebagai satu-satunya
organ saluran pencernaan yang bentuknya melebar dan tidak memanjang
seperti saluran atau tabung. Selain berperan dalam memecah biomolekul
nutrisi, lambung juga dapat menjadi lokasi penampungan sementara makanan
yang belum dicerna. Kapasitas dan ukuran lambung akan bervariasi
mengikuti kondisi saat terisi atau kosong. Hal ini didukung oleh struktur
mukosa lambung dengan dinding berkerut (rugae) sehingga memungkinkan
lambung untuk membesar atau mengecil sesuai kebutuhan tubuh.
d. Usus halus
Sebagian besar aktivitas penyerapan nutrisi berlangsung di dalam usus halus.
Sfingter pilorus di dalam lambung bertanggung jawab mengontrol
pergerakan dan kapasitas partikel makanan yang akan masuk ke usus halus.
Secara anatomis, usus halus diperkirakan memiliki panjang sekira 5 meter
dan terbagi atas tiga struktur utama yaitu duodenum, jejunum dan ileum.
Usus halus berfungsi dalam penyerapan air, mineral, ion dan vitamin
tertentu. Sebagian besar material di dalam usus halus umumnya berupa zat-
zat yang tidak dapat dicerna tubuh, residu atau sisa-sisa pencernaan yang siap
untuk dibuang. Usus halus juga berfungsi sebagai tempat pembentukan dan
penyimpanan sementara feses, dengan mekanisme haustral churning atau
proses pencampuran dan gerak peristaltis sehingga dapat mendorong fases
untuk dieliminasi melalui rektum.
e. Rektum dan Anus
Rektum dan anus merupakan bagian akhir dari sistem pencernaan yang
berfungsi sebagai akses keluarnya residu dan zat yang tidak tercerna. Sama
halnya pada usus besar, rektum juga dapat menjadi lokasi penyimpnan
sementara fases. Proses eliminasi fases atau defekasi dibantu oleh gerak
peristalsis, stimulus saraf parasimpatis dan otot. Saat usus besar terisi fases,
akan terjadi distensi pada mukosa rektal dan menghasilkan stimulus reseptor
untuk berkontraksi maupun relaksasi.
f. Lidah
Lidah adalah suatu struktur otot rangka yang dilapisi mukosa pada
permukaannya. Lidah membantu dalam proses pembentukan bolus melalui
tahapan mengunyah, mensekresi mukus dan menelan. Selain itu, lidah juga
memiliki peranan penting dalam proses berbicara atau mengeluarkan suara.
g. Kelenjar Saliva
Kelenjar saliva terbagi atas tiga pasang kelenjar yaitu kelenjar parotid,
kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual. Parotid terletak pada
inferior dan anterior telinga dikelilingi oleh kulit dan otot maseter. Kelenjar
submandibular terletak pada bagian dasar rongga mulut dan kelenjar
sublingual terletak dibawah lidah, superior terhadap kelenjar submandibular.
Ketiga kelenjar ini memiliki peranan masing-masing dalam mensekresi
komponen tertentu pembentuk air liur. Saliva membantu proses pencernaan
sebagai lokasi awal pemecahan molekul makanan terutama karbohidrat dan
lemak. Bahan pengikat dan lubrikasi yang terkandung di dalam saliva akan
menyatukan dan memudahkan proses perpindahan bolus dari rongga mulut
ke faring dan esofagus. Saliva juga berperan sebagai pelindung yang dapat
menghancurkan bakteri dan membersihkan rongga mulut.
h. Pankreas
Pankreas merupakan bagian dari kelenjar retroperitoneal dan heterokrin atau
berperan dalam fungsi endokrin dan eksokrin. Pankreas masuk dalam
kategori kelenjar besar di dalam tubuh manusia dengan ukuran panjang
sekitar 12-15 cm. Pankreas terletak posterior pada lengkungan besar rongga
perut dan memiliki struktur yang dibagi atas kepala, badan, dan ekor.
Kelenjar eksokrin pada pankreas akan mensekresi getah pankreas yang
mengandung air, sodium bikarbonat, garam dan beberapa enzim penting
yang membantu dakam proses pencernaan seperti pankreatic amylase, tripsin,
pancreatic lipase, dll.
i. Kantong Empedu (Gallbladder)
Kantung empedu merupakan salah satu organ asesoris pencernaan yang
memiliki bentuk menyerupai buah pir dan melekat pada inferior lobus kanan
liver. Regio kantong empedu memiliki bagian yang hampir sama dengan
liver, yaitu memiliki fundus yang berbatasan langsung dengan liver, badan
sebagai bagian tengah dari kantong empedu dan leher pada bagian ujung
kantong yang berbentuk meruncing. Dan mukosa pada kantong empedu
memiliki lapisan epitel kolumnar sederhana menyerupai lapisan rugae yang
ditemukan pada lambung.

B. PENGERTIAN
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh
yang bertujuan menghasilkan enrgy dan digunakan dalam aktivitas tubuh
(Hidayat,A.Aziz Alimul2015).Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit,termasuk keseluruhan prosesdalam
tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya
dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta
mengeluarkan sisanya (Tarwoto dan Wartonah,2010).
Nutrisi juga berhubungan dengan kesehatan dan penyakit termasuk keseluruhan
proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan penting dari
lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting
dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya.Nutrisi yang tidak seimbang dalam tubuh
ada yang diakibatkan karena kekurangan nutrisi dan kelebihan nutrisi.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metaolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stresor fisiologisdan
lingkungan.Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit didalam tubuh merupakan salah
satu bagian dari fisiologi homeostatis.Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan bebagai cairan tubuh (Aziz Alimul,2015)
C. TANDA-TANDA KEBUTUHAN TERPENUHI
a. Turgor kulit baik
b. Mata tidak cekung
c. Kulit hangat dan lembab
d. BAB atau BAK lancar
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Menurut Alimul (2015) faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah sebagai
berikut:
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami
kebutuhan gizi.
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempat
merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan
makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa
mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan
tertentu juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya di beberapa daerah,
terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. Padahal,
makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik. Ada pula
larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat
mengakibatkan cacingan, padahal ikan merupakan sumber protein yang
sangat baik bagi anak-anak.
4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kekurangan variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat
mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak sesuai
dengan yang diharapkan.
5. Ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena
itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu
mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan
kondisi perekonomian rendah.
E. GANGGUAN KEBUTUHAN YANG TERJADI
Gangguan seperti mal nutrisi biasanya terjadi pada klien yang mengalami gangguan
dalam saluran gastrointestinalnya.Klien yang di anjurkan untuk tidak mengkonsumsi
melalui mulut biasanya beresiko mempunyai gangguan pada nutrisinya.Asupan
makanan terkadang berubah pada pasien operatif.
Persiapan operasi biasanya melibatkan pembersihan perut minimal 8 jam
berpuasa.Permulaan asupan makanan pascaoperasi bergantung pada pengembalian
fungsi perut,tingkat prosedur bedah,keberadaan komplikasi apapun,dan pilihan
pembedah untuk mengawali pemberian makanan. (Johnson,2000)
F. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
a) Riwayat keperawatan
1) Usia, jenis kelamin, dan tingkar aktivitas
2) Kesulitan makan (gangguan mengunyah atau menelan)
3) Perubahan nafsu makan
4) Perubahan berat badan
5) Ketidakmampuan fisik
6) Kepercayaan budaya dan agama yang mempengaruhi dalam
pemulihan makanan
7) Status kesehatan umum dan kondisi medis
8) Riwayat pengobatan
b) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan fisik : apatis, lesu
2. Berat badan : obesita, kurus (underweight)
3. Otot : flaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu
bekerja
4. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun.
5. Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi,
pembesaran liver/lien.
6. Kariovaskuler : denyut nadi lebih 100 kali/menit, irama abnormal,
tekanan darah rendah/tinggi.
7. Rambut : kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/ patah-
patah.
8. Kulit : kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
9. Bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane
mukosa pucat.
10. Gusi : pendarahan, peradangan.
11. Lidah : edema, hiperemis.
12. Gigi : karies, nyeri, kotor.
13. Mata : konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
14. Kuku : mudah patah.
15. Pengukuran antropometri :
- Berat badan ideal
- Lingkar pergelangan tangan
- Lingkar lengan atas (MAC) :
Nilai Normal Wanita : 28,5 cm
Pria: 28,3 cm
- Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal Wanita : 16,5 – 18 cm
Pria : 12,5-16,5 cm
- Lingkar Tubuh : umumnya area tubuh yang digunakan untuk
pengukuran ini kepala, dada, dan otot bagian lengan atas
(LILA)
b. Diagnosa
1. Resiko Defisit Nutrisi berhubung dengan Faktor Psikologis
(Ketidakmampuan Menelan Makanan) (D.0019)
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Faktor Fisiologis (
c. Intervensi
1. Resiko Defisit Nutrisi
Manajemen Nutrisi (1.03119)
Observasi :
- Idetifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor pemeriksaan laboratorium
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

2. Tidak Bisa Tidur


Dukungan Tidur ( I.09265 )
Observasi :
- Identifikasi pola aktivitas tidur
- Identivikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
- Identivikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. Kopi,
teh, alkohol, makan mendekati jam tidur, minum banyak air sebelum
tidur)
- Identifikasi obat yang dikonsumsi
Terapeutik :
- Modifikasi lingkungan (mis. Pecahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan
tempat tidur)
- Batasi waktu tidur, jika perlu
- Fasilitas menghilangkan stres sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat.
Pengaturan posisi, terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/tindakan untuk menunjang siklus
tidur terjaga
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur(mis. Psikologi, gaya hidup, sering berubah shift kerja)
- Ajarkan relasasi otot autogenik/cara nonfamakologi lainnya
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/412930287/Lp-Defisit-Nutrisi-SDKI

Alimul Aziz. 2014. Ketrampilan Dasar Praktik untuk Kebidanan, Edisi 2. Jakarta : Salemba
Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : Dewan Pengurus Pusat

https://id.scribd.com/doc/296137281/LP-Nutrisi

Anda mungkin juga menyukai