Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Evaluasi pembelajaran siswa adalah salah satu kegiatan yang
merupakan kewajiban bagi setiap guru, karena hendaknya ia harus dapat
memberikan informasi kepada lembaga atau kepada siswa itu sendiri. Oleh
karena itu, seorang guru hendaknya memahami teknik pemberian skor,
bahkan langkah-langkah sebelum membuat tes pertanyaan. Banyak beberapa
pendapat ahli yang mengatakan bahwa penilaian berbeda dengan penskoran.
Dalam makalah ini, dijelaskan dengan jelas perbedaan yang sangat mendasar
dalam melakukan evaluasi terhadap hasil tes peserta didik.
Karena sering kali terjadi kekeliruan pendapat tentang fungsi penilaian
pencapaian belajar siswa. Banyak lembaga pendidikan atau pengajar secara
tidak sadar atau sadar yang menganggap fungsi penilaian itu semata-mata
sebagai mekanisme untuk menyeleksi siswa atau mahasiswa dalam kenaikan
kelas, kenaikan tingkat, dan sebagai alat seleksi kelulusan pada akhir tingkat
program.
Terdapat macam-macam teknik dan alat penilaian dalam pembelajaran
khususnya di pendidikan Indonesia, teknik dan alat penilaian hendaknya
disesuaikan dengan tujuan dan sasaran penilaian, situasi dan kondisi
lingkungan siswa, serta kompetensi dasar yang harus dikuasai seperti yang
tercantum dalam kurikulum.
Selain itu, dalam kegiatan penilaian hendaknya disiapkan soal atau alat
penilaian yang tepat. Di dalam menilai seorang guru boleh menggunakan
konversi nilai 5, konversi nilai 9, konversi nilai 11, dan konversi nilai 100.
Hasil dalam penilaian di harapkan seorang siswa bias mencapai nilai sesuai
criteria ketuntasan yang di berikan olehseorang guru. Oleh karena itu, agar
siswa dapat mendapat nilai yang baik seorang guru harus mengajarnya
dengan baik pula dan harus bias mempertanggungjawabkannya.
1
2

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penyusunan
makalah ini adalah :
1. Bagaimana teknik pengolahan nilai ?
2. Bagaimana Teknik pengolahan dan pengubahan (konversi) skor hasil tes
belajar menjadi nilai ?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui teknik pengolahan nilai
2. Untuk mengetahui Teknik pengolahan dan pengubahan (konversi) skor
hasil tes belajar menjadi nilai
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konversi Nilai


Konversi adalah adalah kegiatan mengubah atau mengolah skor
mentah menjadi huruf. Jika tidak ada kegiatan konversi ini, maka nilai tidak
bisa diinterpretasikan. Konversi nilai dapat dilakukan dengan menggunakan
Mean dan SD (Standard Deviation) atau dikenal juga dengan batas lulus
Mean (Mean = SD). Cara yang kedua adalah dengan Mean Ideal dan SD
Ideal atau Remmers.
Untuk cara pertama, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mencari nilai Mean dan SD, kemudian menentukan besarnya SUD (Skala
Unit Deviasi), dan langkah terakhir adalah menentukan batas atas dan batas
bawah.

B. Beberapa Skala Penilaian


1. Skala Bebas
Skala bebas adalah skala yang tidak tetap. Dalam hal ini angka tertinggi
dan skala yang digunakan tidak selalu sama. Hal itu ditentukan dari
banyak dan bentuk soal yang diberikan guru kepada siswa.
2. Skala 1-10
Skala ini pada umumnya banyak digunakan oleh guru dalam penulisan
rapor. Dalam skala ini guru sangat jarang memberikan angka pecahan
seperti 5,5 yang pada akhirnya angka tersebut akan dibulatkan menjadi
angka 6.
3. Skala 1-100
Penilaian menggunakan skala 1-100 merupakan penilaian yang dinilai
lebih halus karena terdapat 100 bilangan bulat didalamnya.
4. Skala Huruf

3
4

Selain menggunakan angka, pemberian nilai pada umumnya dapat


dilakukan dengan huruf A, B, C, D, E. Untuk menggambarkan
kelemahan dalam menggunakan angka adalah bahwa dengan angka dapat
ditafsikan sebagai nilai perbandingan. Menggunakan nilai dengan skala
angka sendiri merupakan simbol yang menunjukkan urutan tingkatan.
Penggunaan huruf dalam penilaian dirasa lebih tepat karena tidak
ditafsirkan sebagai arti perbandingan. Huruf tidak menunjukkan
kuantitas, tetapi merupakan suatu simbol dari kualitas nilai yang
diberikan

C. Teknik Pengolahan Dan Pengubahan (Mentah) Skor Hasil Tes Belajar


Menjadi Nilai Standar.
1. Perbedaan Antara Skor Dan Nilai
Sebelum sampai pada pembicaraan tentang teknik pengolahan dan
pengubahan (konversi) skor mentah hasil belajar menjadi nilai standar,
perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang perbedaan antara skor dan nilai.
Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kadang-kadang orang
menganggap bahwa skor itu mempunyai pengertian yang sama dengan
nilai, padahal pengertian tersebut belum tentu benar.
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberi angka) yang
diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setisp butir item
yang oleh testee telah dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan
bobot jawaban betulnya.
Berikut kiranya akan memperjelas pernyataan di atas :
Contoh 1
Misalkan tes hasil belajar dalam bidang studi bahasa inggris
menyajikan lima butir soal tes uraian dimana untuk setiap butir soal yang
dijawab dengan betul diberikan bobot 10. Siswa yang bernama Fatimah,
untuk kelima butir soal tes uraian tersebut memberikan jawaban sebagai
berikut :
5

 Untuk butir soal nomor 1 dapat dijawab dengan sempurna, sehingga


kepadanya diberikan skor 10
 Untuk butir soal nomor 2 hanya dijawab betul separuhnya, sehingga
skor yang diberikan kepada siswa tersebut adalah 5
 Untuk soal nomor 3, hanya sekitar seperempat bagian saja yang dapat
dijawab dengan betul, sehingga diberikan skor 2,5
 Untuk butir soal nomor 4 dijawab betul sekitar separohnya, sehingga
diberikan skor 5
 Untuk butir soal nomor 5 dijawab betul sekitar perempatnya ,
sehingga diberikan skor 7,5
Dengan demikian untuk kelima butir soal tes uraian tersebut, siswa
bernama Fatimah tersebut mendapatkan skor sebesar = 10+ 5 + 2,5 + 5 +
7,5 = 30. Angka 30 disini belum dapat disebut nilai, sebab angka 30 itu
masih merupakan skor mentah (raw score), yang untuk dapat disebut
nilai masih memerlukan pengolahan atau pengubahan (konversi).
Adapun yang dimaksud dengan nilai adalah angka (bisa juga huruf),
yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu
dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan pengaturannya dengan
standar tertentu. Itulah sebabnya mengapa nilai sering disebut skor
standar (standard score ).

Contoh 2
Hasil pelaksanaan tes hasil belajar bidang studi Matematika bentuk
tes subjektif esei menyajikan 5 (lima) butir soal, dengan skor total 80
dengan rincian sebagaiberikut :
Soal nomor 1 (kategori mudah) dengan skor = 12
Soal nomor 2 (kategori sedang) dengan skor = 16
Soal nomor 3 (kategori mudah) dengan skor = 12
Soal nomor 4 (kategori sukar) dengan skor = 24
6

Soal nomor 5 (kategori sedang) dengan skor = 16


Dari contoh 2 (dua) di atas bahwa dasar penentuan skor adalah
berdasarkan jumlah butir tes dan tingkat kesukaran tes. Kemudian hasil
korektor yang diperoleh seorang peserta testee sebagai berikut.
Soal nomor 1 skor perolehan 8
Soal nomor 2 skor perolehan 10
Soal nomor 3 skor perolehan 6
Soal nomor 4 skor perolehan 16
Soal nomor 5 skor perolehan 14
Dengan demikian untuk kelima butir soal bentuk tes subjektif esai
tersebut mendapatkan skor sebesar 54. Angka 54 ini belum disebut nilai,
sebab angka 54 itu masih merupakan skor mentah (raw score). Untuk
dapat disebut nilai masih memerlukan pengolahan.
Nilai, pada dasarnya adalah angka atau huruf yang melambangkan:
seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukkan
oleh tertee terhadap materi atau bahan yang diteskan, sesuai dengan
tujuan intruksional khusus yang telah ditentukan. Nilai, pada dasarnya
juga melambangkan penghargaan yang diberikan oleh tester kepada
testee atas jawaban betul yang diberikan oleh testee dalam tes hasil
belajar. Artinya, makin banyak jumlah butir soal dapat dijawab dengan
betul, maka penghargaan yang diberikan oleh tester kepada testee akan
semakin tinggi. Sebaliknya, jika jumlah butir item yang dapat dijawab
dengan betul itu hanya sedikit, maka penghargaan yang diberikan kepada
testee juga kecil atau rendah.

2. Pengolahan Dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar


Menjadi Nilai Standar
Ada dua hal penting yang perlu dipahami terlebih dahulu dalam
pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi skor standar atau nilai
yaitu:
7

 Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan


mengacu atau berdasarkan pada kriterium (patokan). Cara pertama ini
sering dikenal dengan istilah criterion referenced yang dalam dunia
pendidikan di Indonesia sering dikenal dengan istilah penilaian ber-
Acuan patokan ( PAP). Pendekatan ini dititikberatkan pada apa yang
dapat dilakukan oleh peserta didik. Dapat pula dikatakan penilaian ini
dititikberatkan pada kemampuan-kemampuan apa yang telah dicapai
oleh peserta didik sesudah menyelesaikan satu bagian kecil dari suatu
keseluruhan program. Dengan demikian PAP meneliti apa yang dapat
dikerjakan oleh peserta didik, bukan membandingkan seorang peserta
didik dengan teman sekelasnya, melainkan dengan suatu kriteria atau
patokan yang spesifik. Kriteria yang dimaksud adalah suatu
pengalaman tingkat belajar yang diharapkan tercapai sesudah selesai
kegiatan belajar, atau sejumlah kompetensi dasar yang telah
ditetapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung.
Misalnya kriteria itu menggunakan 75% atau 80%. Bagi peserta didik
yang kemampuannya berada di bawah kriteria yang telah ditetapkan
dinyatakan belum berhasil dan harus mendapatkan remedial
 Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan
dengan mengacu pada norma atau kelompok. Cara kedua ini sering
dikenal dengan istilah norm referenced evaluation, yang dalam dunia
pendidikan sering dikenal dengan istilah Penilaian ber-Acuan Norma
(PAN), atau penilaian ber-Acuan Kelompok (PAK). Dalam penilaian
acuan norma, makna angka (skor) seorang peserta didik ditemukan
dengan cara membandingkan hasil belajarnya dengan hasil belajar
peserta didik lainnya dalam satu kelompok atau kelas. Peserta didik
dikelompokkan berdasarkan jenjang hasil belajar sehingga dapat
diketahui kedudukan relative seorang peserta didik jika dibandingkan
dengan teman sekelasnya.
8

Tujuan penilaian acuan norma ini adalah untuk membedakan peserta


didik atas kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang
terendah sampai dengan yang tertinggi. Secara ideal, pendistribusian
tingkat kemampuan dalam satu kelompok menggambarkan suatu
kurva normal.
Pada umumnya, penilaian acuan norma dipergunakan untuk seleksi.
Soal tes dalam pendekatan ini dikembangkan dari bagian bahan yang
diangggap oleh guru urgen sebagai sampel dari bahan yang telah
disampaikan. Guru berwenang untuk menentukan bagian mana yang
lebih urgen. Dengan demikian guru harus membatasi jumlah soal yang
diperlukan, karena tidak semua materi yang disampaikan kepada
peserta didik dapat dimunculkan soal-soalnya secara lengkap.
Soal-soal harus dibuat dengan tingkat kesukaran yang bervariasi mulai
dari yang mudah hingga yang sukar sehingga memberikan
kemungkinan jawaban peserta didik bervariasi, soal dapat menyebar,
dan dapat membandingkan peserta didik antara yang satu dengan yang
lainnya.
Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu
dapat menggunakan berbagai macam skala, seperti skala lima (stanfive),
yaitu nilai standar berskala lima atau yang sering dikenal dengan istilah
nilai huruf A, B, C, D, dan F, skala sembilan (stanine), yaitu nilai
standar berskala sembilan dimana rentangan nilainya mulai dari 1 sampai
dengan 9 (tidak ada nilai nol dan tidak ada nilai 10), skala sebelas
(stanel=standard eleven=eleven points scale, yaitu rentangan nilai mulai
dari 0 sampai dengan 10), z score ( nilai standar z) dan T score ( nilai
standar T).
Dalam dunia pendidikan di Indonesia, nilai standar yang
dipergunakan pada lembaga pendidikan tingkat dasar dan tingkat
menengah adalah nilai standar berskala sebelas (stanel), sedangkan pada
9

lembaga pendidikan tinggi pada umumnya digunakan nilai standar


berskala lima (stanfive) atau nilai huruf.

D. Cara Mengkonversi Nilai Mentah Ke Nilai Standar


Contoh :
Seorang guru Bahasa Indonesia membina 80 orang peserta didik, ia
berencana mengolah dengan PAN skor akhir Bahasa Indonesia menjadi nilai
standar. Skornya seperti pada tabel berikut:
79 49 48 74 81 98 87 8080 84 90 70 91 93 82 78
70 71 92 38 56 81 74 7368 72 65 51 65 93 83 86
90 35 83 73 74 43 86 8892 93 76 71 90 72 67 75
80 91 61 72 97 91 88 8170 74 99 95 80 59 71 77
63 60 83 82 60 67 89 6376 63 88 70 66 88 79 75
Dalam mengkonversi nilai acuan norma kelompok, ada beberapa langkah
yang harus dilakukan terlebih dahulu. Sebagai berikut :
a. Menentukan rentang
Rentang (r) = data terbesar – data terkecil= 99 – 35 = 64
b. Menentukan banyak kelas interval
Banyak kelas (k) = 1+ 3,3 . log n
= 1 + 3,3 . log 80
= 1 + 3,3 . 1, 9031
= 7,2802
Catatan : nilai “k” dibulatkan sehingga banyak kelas interval = 7

c. Menentukan panjang kelas


Panjang kelas = R / K
= 64 / 7
= 9,14
Catatan : Khusus untuk panjang kelas pembulatan dapat tidak mengikuti
rekuensi kelompok kaidah matematik, jadi kalau pembulatan ke atas (=10)
10

atau ke bawah (=9). Alasan : supaya semua skor dapat masuk ke dalam
setiap kelas interval.

d. Membuat tabel distribusi frekuensi kelompok


Mula-mula menentukan ujung bawah kelas interval pertama. Ujung
bawah kelas interval pertama=35 (diambil skor terkecil). Dengan banyak
kelas interval 7 serta panjang kelas 9 dan 10 dapat disusun dua buah
rencana kelas interval sebagai berikut :
Panjang kelas = 9
Kelas interval Frekuensi
35-43
44-52
53-61
62-70
71-79
80-88
89-97

Panjang Kelas = 10
Kelas interval Frekuensi

35-44
45-54
55-64
65-74
75-84
85-94
95-104
11

Dengan panjang kelas = 9 memiliki kelas interval terakhir 89-97,


dengan demikian data berat badan lebih dari 97 tidak dapat masuk ke
dalam kelas interval terakhir.
Dengan panjang kelas = 10 memiliki kelas interval terakhir 95-104
dengan demikian semua data berat badan lebih dari 97 dapat masuk ke
dalam kelas interval terakhir. Jadi sebaiknya menggunakan panjang
kelas=10. Selanjutnya disusun tabel distribusi frekuensi kelompok seperti
pada tabel di bawah ini :

Kelas interval Fi

35-44 3
45-54 3
55-64 8
65-74 22
75-84 20
85-94 20
95-104 4
Jumlah 80

e. Menentukan N dan s
Kelas interval Fi Xi FiXi FiXi’ FiXi’2
35-44 3 39.5 118.5 +3 +9 27
45-54 3 49.5 148.5 +2 +6 12
55-64 8 59.5 476 +1 +8 8
65-74 22 69.5 1529 0 0 0
75-84 20 79.5 1590 -1 -20 20
85-94 20 89.5 1790 -2 -40 80
95-104 4 99.5 398 -3 -12 36
Jumlah 80 - 6050 0 -49 183
12

Berdasarkan tabel di atas ditentukan nilai :


Maka = n = 75,6 (dibulatkan 76)
Maka, s = i
=10
= 10
= 13,82 (dibulatkan 14)
Membuat dan mengkonversi nilai dengan PAN
Menentukan batas nilai :
+ 1,5 s = 76 + 1,5 . 14 = 97= A
+ 0,5 s = 76 + 0,5 . 14 = 83 = B
- 0,5 s= 76 - 0,5 . 14 = 69 = C
- 1,5 s = 76 – 1,5 . 14 = 55 = D

f. Membuat pedoman konversi


Interval skor Nilai
97 keatas A
83-96 B
69-82 C
55-68 D
54 kebawah E

g. Mengkonversi skor menjadi nilai standar:


Prestasi
Peserta
Skor Nilai
1 79 C
2 80 C
3
70 C
4
68 D
5
90 B
13

6 92 B
7 80 C
8 70 C
9 63 D
10 76 C

E. Menentukan Nilai Peserta Didik


Pada dasarnya pengolahan nilai tersebut adalah nilai mentah peserta
tes, artinya sebelum dijadikan nilai standar, terlebih dahulu diperbandingkan
dengan nilai rata-rata kelompok. selama peserta tes memiliki homogenitas
yang cukup tinggi, distribusi nilai akan membentuk kurva normal, dan
distribusi persentasenya akan menjadi seperti disebutkan diatas. Akan tetapi
apabila keadaan peserta tidak homogen akan membentuk kurva juling, baik
juling positif maupun juling negatif. Hal ini tentu akan sedikit menimbulkan
kesulitan sebab penyebaran nilainya tidak merata.
Dengan demikian pada sedikit pada pengolahan hasil evaluasi yang
menggunakan acuan norma (PAN), baik dan tidak nya nilai sangat
dipengaruhi dan ditentukan oleh katateristik kelompok. PAN atau PAP?
Berkaitan dengan pertanyaan yang selalu ditanyakan oleh guru, manakah
yang lebih baik menggunakan PAN atau PAP? Mengenai hal ini perlulah
diingat sebagaimana banyak dikemukakan oleh para pakar, bahwa tes PAN
lebih sesuai bila digunakan pada matapelajaran yang berkaitan dengan
pengembangan wawasan akademik. Misalnya, mata pelajaran sejarah,
sosiologi dan matapelajaran lainnya yang bertujuan untuk memperkaya
wawasan akademik. jadi, sekalipun terjadi kesalahan, tidak sampai pada
akibat yang fatal, sebagaimana pada PAP.
Perbedaan penggunaan kedua jenis tes di atas bukan merupakan harga
mati yang tidak bisa digabungkan dan dipertukarkan, asalkan guru/ dosen
menyadari mengapa dia menggunakan tes PAP dan mengapa dia harus
14

menggunakan tes PAN. Adalah wajar saja, jika sebuah tes yang sama
dipakai untuk dua maksud berbeda, yaitu PAP dan PAN sekaligus. Dengan
demikian dapatlah diketahui bahwa antara PAP dan PAN memang memiliki
perbedaan yaitu:
1. Kriteria atau patokan yang digunakan PAP bersifat “mutlak”, sedangkan
PAN menggunakan kriteria yang bersifat relatif, dalam arti tidak tetap
atau selalu berubah-ubah, disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan
pada waktu itu.
2. Nilai dari hasil PAP dapat dijadikan indikator untuk mengetahui sampai
di mana tingkat kemampuan dan penguasaan peserta didik tentang materi
pengajaran tertentu, sedangkan nilai hasil PAN tidak mencerminkan
tingkat kemampuan dan penguasaan peserta didik tentang materi
pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjukan kedudukan peserta
didik di dalam peringkat kelompoknya.
15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konversi adalah pengubahan atau pengolahan skor mentah hasil tes
belajar menjadi nilai standar. Skor adalah hasil pekerjaan memberikan angka
yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir
item yang oleh testee telah dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan
bobot jawaban betulnya.
Nilai pada dasarnya adalah angka atau huruf yang melambangkan
seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukkan oleh
testee terhadap materi atau bahan yang diteskan, sesuai dengan tujuan
instruksional khusus yang telah ditentukan.
Ada 3 cara dalam mengkonversi nilai tersebut, yaitu : Konversi nilai
absolut, Konversi nilai norma relatif, Konversi nilai kombinasi.
Teknik konversi skor mentah hasil belajar -berupa skor rata-rata dari
berbagai tes dan komponen lain seperti kehadiran dan tugas- dengan
mendasarkan diri pada Standar Relatif yang dikenal juga dengan istilah
Penilaian Beracuan Norma (PAN) atau Penilaian Beracuan Kelompok
(PAK) lebih tepat digunakan pendidik di perguruan tinggi dalam
menentukan nilai akhir prestasi belajar mahasiswanya.

B. Saran
Dalam mempelajari pengolahan skor dan nilai mahasiswa harus mampu
mengubah nilai mentah ke nilai standar dengan tepat dibuat sehingga
pedoman penskoran tersebut benar-benar dapat memberikan hasil yang
akurat dan adil terhadap hasil siswa nantinya.

15
16
17

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2017. Bahan Ajar Pengolahan HasilPenilaianBidang Studi Fisika.


FMIPA : UPI

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808346/pendidikan/
BAB+15+MENGOLAH+NILAI.pdf. Sumaryanta. 2015. PedomanPenskoran.

http://idealmathedu.p4tkmatematika.org.

Anda mungkin juga menyukai