Anda di halaman 1dari 5

Pengusaha RI Bongkar Skandal Barang Impor Ilegal di Ecommerce

21 September 2023 14:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menerima audiensi Asosiasi
Pengusaha Logistic E-Commerce dan Asosiasi Logistik Digital Economy Indonesia terkait laporan
maraknya produk impor yang diduga ilegal masuk ke lokapasar yang beroperasi di Indonesia, dan
berpotensi merusak tatanan ekonomi nasional.
Ketua Asosiasi APLE Sonny Harsono mengatakan saat ini marak ditemukan banyak barang-barang
impor yang diperjualbelikan dengan sangat murah di platform marketplace lokal maupun di socio-
commerce yang dapat dipastikan barang tersebut bukanlah barang crossborder.
«Dari ongkos logistik saja sudah di atas biaya minimum pengiriman secara airfreight , maka dapat
dipastikan barang-barang yang dijual dengan harga murah, diimpor dengan cara yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan/tidak resmi/under invoicing. Belum lagi ditemukan 13 produk yang telah
dilarang diperjualbelikan secara crossborder namun justru di temukan di platform lokapasar dengan
harga jauh lebih murah,» kata Sonny usai menemui MenKopUKM, seperti dikutip dari keterangan
resmi KemenkopUKM, Kamis .

Lemahnya pengawasan, lanjut Sonny, dan tidak adanya sistem kontrol dari otoritas perdagangan
dan fiskal menjadi salah satu faktor banyaknya produk impor ilegal masuk ke pasar dalam
negeri. Masifnya penjualan barang impor yang dilakukan secara online tersebut dapat membunuh
produk di dalam negeri.
«Banyak barang masuk secara ilegal dari jalur laut dengan ongkos kirim cukup murah berkisar US$
500 per 1 kontainer atau setara dengan US$ 0,001 per barang. Padahal jika menggunakan jalur
resmi dikenakan ongkos kirim mencapai US$ 6 - 8 per kilogram,» katanya.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.
Lebih lanjut, Sonny mengatakan luasnya wilayah Indonesia memang menjadikan semakin sulit
untuk melakukan pengawasan barang impor yang masuk. Untuk itu, pihaknya mengusulkan adanya
logistik hub yang berada di sisi barat yakni di Pulau Batam dan sisi timur di Sorong Papua, agar
lebih mudah dalam pengawasan.
«Begitu ada hub ini, logistik yang masuk akan lebih mudah diawasi, harapannya tidak ada lagi
oknum melakukan praktik ilegal seperti itu,» ujar Sonny.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua ALDEI Imam S. Dia mengatakan, dugaan impor ilegal bisa
mematikan UKM dalam negeri. Hal itu bisa dilihat dari banyak biaya yang dipangkas secara tidak
resmi sehingga harga pun bisa jauh lebih murah.
«Setiap barang impor tentu harus ada historikal perijinan atau perizinan impornya, yang kedua
perizinan menjual impornya dan dokumentasi harus jelas,» timpal Imam.
Dari sisi logistik Imam menambahkan, saat ini persaingan perusahaan logistik di tanah air pun cukup
berat, dimana sektor logistik 70% dikuasai asing, dan sisanya 30% lokal.
«Kondisi persaingan logistik saat ini bisa dibilang sudah sampai tahap predatory pricing dan unfair
competition, dimana pemilihan jasa tidak lagi ditentukan oleh buyer dan seller tetapi ditentukan oleh
platform e-commerce,» ucapnya.
«Hal ini juga turut berdampak pada status tenaga kerja kurir yang awalnya pegawai tetap, saat ini
banyak yang hanya menjadi mitra. Ini berpengaruh pada pendapatan mereka,» terang Imam.
Dalam kesempatan tersebut Asosiasi APLE dan ALDEI memberikan lima rekomendasi terkait
permasalahan terkait dugaan banyaknya produk impor ilegal.
Rekomendasi pertama, pemerintah harus melakukan pengawasan bersama ke setiap platform e-
commerce yang menjual barang murah dan mengecek barang yang dijual apakah sudah sesuai
dokumen kepabeanan atau belum. Rekomendasi kedua, mendorong platform e-commerce untuk
mewajibkan barang impor disertai dokumen izin impor sebelum dijual.
Lebih lanjut, untuk rekomendasi ketiga, produk crossborder dari produsen luar negeri ke konsumen
di dalam negeri di bawah harga US$ 100 dilarang masuk ke Indonesia. Rekomendasi
keempat, mewajibkan platform e-commerce dalam negeri dan luar negeri untuk mengutamakan dan
tidak mendiskriminasi produk Indonesia. Dan rekomendasi kelima, Penyedia platform e-commerce
dilarang menjual produk miliknya sendiri, kecuali produk tersebut hasil agregasi UMKM dan
dibuktikan dengan NIB.
Sebelumnya dalam kunjungannya ke Pasar Tanah Abang beberapa hari lalu, MenKopUKM Teten
menegaskan perlu ada aturan mengenai arus barang masuk dan memastikan barang-barang yang
masuk ke Indonesia ini ilegal atau tidak.
«Lalu kita harus mencari jawaban, apakah kita yang terlalu rendah menetapkan tarif biaya
masuk, atau apa terlalu longgar aturannya yang berlaku untuk setiap produk yang masuk,» ujar
Teten.
Teten menekankan, pihaknya akan melihat kembali perlunya pengaturan untuk platform digital baik
di tingkat domestik atau yang berasal dari luar negeri.
«Perlu diatur apakah barang yang dijual sudah disertai dokumen yang legal atau tidak. Seperti
SNI, izin halalnya, atau izin lainnya. Sehingga kita bisa mencegah penjualan produk online yang
berpotensi memukul produk dalam negeri,» jelanya.

Pengusaha RI Bongkar Skandal Barang Impor Ilegal di Ecommerce


SHARE

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Foto: Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki. (CNBC Indonesia/Martyasari
Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menerima
audiensi Asosiasi Pengusaha Logistic E-Commerce (APLE) dan Asosiasi Logistik Digital Economy
Indonesia (ALDEI) terkait laporan maraknya produk impor yang diduga ilegal masuk ke lokapasar
(marketplace) yang beroperasi di Indonesia, dan berpotensi merusak tatanan ekonomi nasional.

Ketua Asosiasi APLE Sonny Harsono mengatakan saat ini marak ditemukan banyak barang-barang
impor yang diperjualbelikan dengan sangat murah di platform marketplace lokal maupun di socio-
commerce yang dapat dipastikan barang tersebut bukanlah barang crossborder.

"Dari ongkos logistik saja sudah di atas biaya minimum pengiriman secara airfreight (udara), maka
dapat dipastikan barang-barang yang dijual dengan harga murah, diimpor dengan cara yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan/tidak resmi/under invoicing. Belum lagi ditemukan 13 produk yang
telah dilarang diperjualbelikan secara crossborder namun justru di temukan di platform lokapasar
dengan harga jauh lebih murah," kata Sonny usai menemui MenKopUKM, seperti dikutip dari
keterangan resmi KemenkopUKM, Kamis (21/9/2023).

Baca: Biaya Layanan AdaKami Mencekik, Bos OJK Buka Suara

Lemahnya pengawasan, lanjut Sonny, dan tidak adanya sistem kontrol dari otoritas perdagangan
dan fiskal menjadi salah satu faktor banyaknya produk impor ilegal masuk ke pasar dalam negeri.
Masifnya penjualan barang impor yang dilakukan secara online tersebut dapat membunuh produk di
dalam negeri.

"Banyak barang masuk secara ilegal dari jalur laut dengan ongkos kirim cukup murah berkisar US$
500 per 1 kontainer atau setara dengan US$ 0,001 per barang. Padahal jika menggunakan jalur
resmi dikenakan ongkos kirim mencapai US$ 6 - 8 per kilogram," katanya.

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)Foto:
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Lebih lanjut, Sonny mengatakan luasnya wilayah Indonesia memang menjadikan semakin sulit
untuk melakukan pengawasan barang impor yang masuk. Untuk itu, pihaknya mengusulkan adanya
logistik hub yang berada di sisi barat yakni di Pulau Batam dan sisi timur di Sorong Papua, agar
lebih mudah dalam pengawasan.

"Begitu ada hub ini, logistik yang masuk akan lebih mudah diawasi, harapannya tidak ada lagi
oknum melakukan praktik ilegal seperti itu," ujar Sonny.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua ALDEI Imam S. Dia mengatakan, dugaan impor ilegal bisa
mematikan UKM dalam negeri. Hal itu bisa dilihat dari banyak biaya yang dipangkas secara tidak
resmi sehingga harga pun bisa jauh lebih murah.

"Setiap barang impor tentu harus ada historikal perijinan atau perizinan impornya, yang kedua
perizinan menjual impornya dan dokumentasi harus jelas," timpal Imam.

Dari sisi logistik Imam menambahkan, saat ini persaingan perusahaan logistik di tanah air pun cukup
berat, dimana sektor logistik 70% dikuasai asing, dan sisanya 30% lokal.

"Kondisi persaingan logistik saat ini bisa dibilang sudah sampai tahap predatory pricing dan unfair
competition, dimana pemilihan jasa tidak lagi ditentukan oleh buyer dan seller tetapi ditentukan oleh
platform e-commerce," ucapnya.

"Hal ini juga turut berdampak pada status tenaga kerja kurir yang awalnya pegawai tetap, saat ini
banyak yang hanya menjadi mitra. Ini berpengaruh pada pendapatan mereka," terang Imam.

Dalam kesempatan tersebut Asosiasi APLE dan ALDEI memberikan lima rekomendasi terkait
permasalahan terkait dugaan banyaknya produk impor ilegal.

Rekomendasi pertama, pemerintah harus melakukan pengawasan bersama ke setiap platform e-


commerce yang menjual barang murah dan mengecek barang yang dijual apakah sudah sesuai
dokumen kepabeanan atau belum. Rekomendasi kedua, mendorong platform e-commerce untuk
mewajibkan barang impor disertai dokumen izin impor sebelum dijual.

Lebih lanjut, untuk rekomendasi ketiga, produk crossborder dari produsen luar negeri ke konsumen
di dalam negeri di bawah harga US$ 100 dilarang masuk ke Indonesia. Rekomendasi keempat,
mewajibkan platform e-commerce dalam negeri dan luar negeri untuk mengutamakan dan tidak
mendiskriminasi produk Indonesia. Dan rekomendasi kelima, Penyedia platform e-commerce
dilarang menjual produk miliknya sendiri, kecuali produk tersebut hasil agregasi UMKM dan
dibuktikan dengan NIB.

Sebelumnya dalam kunjungannya ke Pasar Tanah Abang beberapa hari lalu, MenKopUKM Teten
menegaskan perlu ada aturan mengenai arus barang masuk dan memastikan barang-barang yang
masuk ke Indonesia ini ilegal atau tidak.
"Lalu kita harus mencari jawaban, apakah kita yang terlalu rendah menetapkan tarif biaya masuk,
atau apa terlalu longgar aturannya yang berlaku untuk setiap produk yang masuk," ujar Teten.

Baca: Biaya Layanan AdaKami Mencekik, Bos OJK Buka Suara

Teten menekankan, pihaknya akan melihat kembali perlunya pengaturan untuk platform digital baik
di tingkat domestik atau yang berasal dari luar negeri.

"Perlu diatur apakah barang yang dijual sudah disertai dokumen yang legal atau tidak. Seperti SNI,
izin halalnya, atau izin lainnya. Sehingga kita bisa mencegah penjualan produk online yang
berpotensi memukul produk dalam negeri," jelanya.
.

Anda mungkin juga menyukai