Anda di halaman 1dari 3

Tugas Eko inter Fitri Anggraini A1A12079

Nama : Fitri Anggraini


Nim : A1A121079
MK : ekonomi internasional

Kata yang familiar bagi masyarakat Indonesia terutama usia remaja sampai dewasa terkhusus lagi mahasiswa,
bagi mahasiswa ditengah meningkatnya kebutuhan sehari-hari sebagai perantau yang harus dipenuhi, tentunya
pakaian untuk kuliah yang mana diharuskan memakai sesuatu yang rapi dan bersih tentu tidak semua mahasiswa
mampu menyanggupi untuk membeli pakaian2 tersebut dalam bentuk baru. Hingga muncullah solusi yang
dipikirkan dan disampaikan dari kabar ke kabar bahwa ada yang namanya thrifting, yang mana bisa mendapatkan
barang yang bermerk atau masih layak seperti baru dengan harga yang terjangkau, namun tentunya masuknya
impor barang bekas ke Indonesia membuat kerugian yang amat besar di sisi pedagang pakaian baru, Indonesia
akan mengonsumsi banyak sampah oleh pengguna fast fashion atau pakaian bekas import yang tidak layak utk
diperjual belikan. Berikut saya sajikan sebab dampak serta solusi yang dapat diberikan pada kasus tersebut.

A. Sebab
Kementerian Koperasi dan UKM menegaskan, bisnis thrifting baju bekas hingga sepatu bekas impor membawa
banyak dampak negatif di dalam negeri. Selain merugikan pelaku UMKM yang membuat produk lokal, keberadaan
produk tekstil bekas impor itu juga membawa dampak buruk bagi lingkungan hingga pendapatan negara.

Deputi Bidang Usaha Kecil dan Menengak Kemenkop UKM, Hanung Harimba mengatakan, persoalan maraknya
thrifting saat ini menjadi isu yang serius. Ia pun menegaskan bisnis thrifting secara resmi dilarang pemerintah dan
diatur dalam undang-undang karena banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan.

"Keberadaan thrifting pakaian bekas impor menimbulkan masalah lingkungan yang serius karena banyak di
antara baju bekas impor tersebut berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA)," kata Hanung dalam keterangan
resminya di Jakarta, Senin (13/3/2023).

Selanjutnya, thrifting yang notabene pakaian bekas impor merupakan barang selundupan atau ilegal. Dengan kata
lain, barang-barang bekas pakai tersebut tidak membayar bea dan cukai sehingga menimbulkan kerugian bagi
pendapatan negara.

Lebih lanjut, Hanung mengatakan, thrifting sangat merugikan produsen UKM tekstil. Pasalnya, menurut data CIPS
dan ApsyFI, 80 persen produsen pakaian di Indonesia didominasi oleh industri kecil dan mikro.

"Sementara impor pakaian bekas selama ini memangkas pangsa pasar mereka sebesar 12-15 persen,” kata
Hanung.

B. Dampak

Deputi Bidang Usaha Kecil dan Menengak Kemenkop UKM, Hanung Harimba mengatakan, persoalan maraknya
thrifting saat ini menjadi isu yang serius. Ia pun menegaskan bisnis thrifting secara resmi dilarang pemerintah dan
diatur dalam undang-undang karena banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan.

"Keberadaan thrifting pakaian bekas impor menimbulkan masalah lingkungan yang serius karena banyak di
antara baju bekas impor tersebut berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA)," kata Hanung dalam keterangan
resminya di Jakarta, Senin (13/3/2023).
Selanjutnya, thrifting yang notabene pakaian bekas impor merupakan barang selundupan atau ilegal. Dengan kata
lain, barang-barang bekas pakai tersebut tidak membayar bea dan cukai sehingga menimbulkan kerugian bagi
pendapatan negara.

Lebih lanjut, Hanung mengatakan, thrifting sangat merugikan produsen UKM tekstil. Pasalnya, menurut data CIPS
dan ApsyFI, 80 persen produsen pakaian di Indonesia didominasi oleh industri kecil dan mikro.

"Sementara impor pakaian bekas selama ini memangkas pangsa pasar mereka sebesar 12-15 persen,” kata
Hanung.

C. solusi

Kebijakan pemerintah yang melarang bisnis thrifting atau pakaian bekas impor terus memicu polemik. Salah
satunya terkait nasib pedagang yang menjual produk-produk pakaian bekas.

Sedangkan solusi yang diberikan pemerintah untuk pedagang thrifting, Hal ini ditegaskan Mendag usai berdialog
dengan para pedagang pakaian bekas di Pasar Senen, Jakarta kemarin, Jumat (31/3/2023).

"Kami akan diskusi lagi bagaimana dagangnya makin bagus. Jadi tidak usah khawatir, baju yang sudah terlanjur
dijual bisa dijual sampai habis,” jelas Mendag.

Kemudian, dia pun terang-terangan memberikan kepastian kepada para pedagang baju bekas Pasar Senen,
bahwa pemerintah mengizinkan mereka menjual barang thrifting yang terlanjur dijajalkan.

“Yang sekarang masih ada, bisa dijual sampai habis,” ujarnya. Menurutnya, impor barang bekas sebenarnya
diperbolehkan asal sesuai dengan yang diatur Undang-undang. Hanya saja, yang menjadi persoalan saat ini,
banyak balpress berisi pakaian bekas yang masuk lewat pelabuhan tikus atau tidak resmi.

“Kami sudah diskusi, pemerintah diatur oleh undang-undang, begitu juga ekspor impor. Kita tidak boleh impor
barang bekas, kecuali yang diatur. Apalagi barang ilegal, Itu yang diberantas aparat penegak hukum,” tegasnya.

Sementara itu, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, walaupun pemerintah masih mengizinkan
para pedagang pakaian bekas impor untuk berjualan, namun kedepannya aktivitas perdagangan tersebut dan
penyelundupannya harus segera diberhentikan demi melindungi pasar dalam negeri.

"Karena ini kebijakan pemerintah, ada Undang-undangnya terkait larangan impor barang-barang bekas ilegal,
maka kedepan pakaian ilegal untuk pedagang dan penyelundupannya harus diberhentikan," seru Teten.

Kendati demikian, agar para pedagang baju bekas di Pasar Senen tetap bisa melangsungkan usaha, Kemenkop
UKM akan menjalin kerja sama dengan pihak Pasar Jaya apabila membutuhkan konveksi. Sehingga dengan
demikian, para pedagang tetap bisa berjualan di tempat yang sama namun produk yang dijual adalah produk lokal.
Sebagai informasi, larangan thrifting pakaian impor telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51
Tahun 2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40 Tahun 2022
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Barang Dilarang Ekspor
dan Barang Dilarang Impor. Pada Pasal 2 Ayat 3 tertulis, barang dilarang impor, salah satunya adalah berupa
kantong bekas, karung bekas, dan pakaian bekas.

Anda mungkin juga menyukai