Anda di halaman 1dari 84

DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT

CV. Semesta Irfani Mandiri

i
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Pasal 1

1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00
(empat miliar rupiah).

ii
DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT

Editor:

Muhammad Sahrul, S.Sos., M.Si.

Akbar Mukti Laksana, Muhammad Sahrul, Lia Maliadani,


A’izza Wardatul Hamro, Prayoga Pangestu, Hady
Syahulmi, Muhammad Ikhsan Hadi, Damaragil Danar
Harris, Rosiyani, Wiwit Sulistiono, Fina Ananda,
Muhammad Hanif Ikhsan, Annisa Nurmaida,
Muhammada Adam K, Muhammad Diva Mu’zizat,
Nadzifa Nurhasanah N

CV. Semesta Irfani Mandiri

iii
Pengembangan Kapasitas dan Soft Skills Tematik
dalam Memberdayakan Masyarakat

Penulis: Akbar Mukti Laksana, Muhammad Sahrul, Lia Maliadani, A’izza Wardatul Hamro,
Prayoga Pangestu, Hady Syahulmi, Muhammad Ikhsan Hadi, Damaragil Danar
Harris, Rosiyani, Wiwit Sulistiono, Fina Ananda, Muhammad Hanif Ikhsan, Annisa
Nurmaida, Muhammada Adam K, Muhammad Diva Mu’zizat, Nadzifa Nurhasanah N
Editor: Muhammad Sahrul
Desain Sampul: Prayoga Pangestu
Tata Letak: Fajrul

Cetakan I, November 2022


Ukuran, tebal: 14x20 cm, ix + 54 halaman

QRCBN: -

Diterbitkan oleh:
CV. Semesta Irfani Mandiri
Jln. Al-Hukama, Gg Haji Jawahir No 15, Rangkapan Jaya Baru,
Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat.
E-mail: bukuirfani@gmail.com
Website: www.irfanibuku.com
Facebook: Penerbit Irfani
Instagram, Twitter, & TikTok: @penerbitirfani
WhatsApp: 0877 8927 2795

Hak cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang menyalin dan menyebarluaskan sebagian atau seluruh
isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit.

iv
P
enguatan kapasitas mahasiswa dalam
rangka pengembangan soft skill menjadi
sangat penting untuk dilakukan, sehingga
mahasiswa tidak hanya berkonsentrasi pada
pengembangan akademik semata karena mahasis-
wa merupakan aset bangsa dan juga perguruan
tinggi sebagai tempat proses pembelajaran maha-
siswa, tumbuh kembangnya potensi bangsa serta
melahirkan sumber daya manusia unggul untuk
kemajuan indonesia.

Melalui program penguatan kapasitas


organisasi kemahasiswaan yang di canangkan oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi melalui Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Riset dan Teknologi memberikan kesem-
patan kepada Perguruan Tinggi untuk meningkat-
kan mutu organisasi kemahasiswaan yang diisi

v
dengan pembelajaran di masyarakat sekaligus
mempraktikkan pengabdian dan pemberdayaan
masyarakat.

Salah satu organisasi kemahasiswaan yang


berkesempatan untuk mendapat hibah PPK
Ormawa tahun 2022 yaitu Himpunan Mahasiswa
Kesejahteraan Sosial (HMKS) Universitas
Muhammadiyah Jakarta dan dengan adanya buku
ini merupakan luaran dari kegiatan yang telah
dikakukan, dalam buku ini menggambarkan ten-
tang bagaimana pengembangan kapasitas mahasis-
wa dari berbagai aspek dan dengan terseleng-
garanya kegiatan nyata di masyarakat ini, kapasitas
dan kemampuan organisasi kemahasiswaan lebih
bermakna sebagai wadah untuk mengembangkan
soft skills sejalan dengan program Merdeka Belajar
Kampus Merdeka (MBKM) guna tercapai SDM
Unggul.

Ucapan terima kasih kepada semua pihak


yang telah memberikan kontribusi pada pelaksana-
an program PPK Ormawa sehingga menghasilkan
vi
banya luaran yang salah satunya adalah buku
pengembangan kapasitas dan soft skill mahasiswa.
Buku ini harapkan dapat memberikan wawasan
dan pengetahuan tambahan dalam pengembangan
kapasitas dan soft skill mahasiswa.

Kepada seluruh pihak yang terlibat,


Kemendikbudristek RI, pimpinan Universitas
Muhammadiyah Jakarta, organisasi kemahasis-
waan, dosen pendamping lapangan, Pemerintah
dan Masyarakat Desa Hambaro, Stakeholder yang
telah bersedia menjadi mitra dan tim PPK Ormawa
kami ucapkan terima kasih atas kontribusinya
dalam melaksanakan program ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa meridhoi sumbangsih kita dan
mudah-mudahan memiliki nilai kebermanfaatn
untuk semua pihak.

Jakarta, 16 November 2022

Tim Penyusun

vii
Kata Pengantar ...................................................................... v
Daftar Isi .............................................................................. viii

BAB I - Pendahuluan ..................................................................... 1


BAB II - Praktik Baik Pengembangan Soft Skiil
Mahasiswa ......................................................................................... 9
BAB III - Gambaran Hasil Pengembangan Soft Skill ...... 39
BAB IV - Penutup ......................................................................... 71

Daftar Pustaka .................................................................... 74

viii
P
engembangan soft skills pada dewasa ini
menjadi fokus berbagai pihak terutama
dalam dunia pendidikan tinggi, sejak
dicetuskan merdeka belajar kampus merdeka
(MBKM) dengan berbagai program turunannya.
Salah satu program turunan yang dimaksud, yaitu
program penguatan kapasitas organisasi kemaha-
siswaan (PPK Ormawa) dengan empat belas topik
kegiatan. Program penguatan kapasitas organisasi
kemahasiswaan (PPK Ormawa) untuk mening-
katkan kualitas Ormawa dan sekaligus menumbuh-
kembangkan soft skills dan kompetensi mahasiswa
seperti kemampuan berorganisasi, penguatan
karakter Pancasila, bela negara, cinta tanah air, dan
kebangsaan, kepemimpinan, dan bekerja sama
(team work).

1
Perguruan tinggi juga telah mengalami
perubahan paradigma berpikir dari pelaksanaan
Tridharma yang terpisah dengan edukasi sebagai
dharma utama, menjadi edukasi, riset dan pengab-
dian kepada masyarakat yang integratif, saling
mendukung dan menguatkan menuju perguruan
tinggi entrepreneur yang mengusung prinsip
growth mindset dan bukan fix mindset. Perwujudan
perubahan paradigma tersebut dilakukan melalui
pembelajaran intra-kurikuler, ko-kurikuler dan
ekstra-kurikuler, dengan demikian mahasiswa
diharapkan menjadi insan dewasa yang memiliki
kemampuan berupa hard skills dan soft skills yang
seimbang dan sinergi.

Pada akhirnya lulusan perguruan tinggi


diharapkan mampu menjadi agen pembangunan
bangsa, dan bahkan mampu menjadi agen transfor-
masi di kehidupan masyarakat. Untuk itu, pembe-
lajaran di perguruan tinggi harus bervariasi baik
bentuk maupun metode, serta multikanal.

2
PPK Ormawa adalah program penguatan
kapasitas Ormawa melalui serangkaian proses
pembinaan Ormawa oleh perguruan tinggi yang
diimplementasikan dalam program pengabdian
dan pemberdayaan masyarakat, yang merupakan
kumpulan dari berbagai gagasan/ide/usulan kegi-
atan dari mahasiswa. Gagasan/usulan kegiatan
merupakan bentuk pengabdian atau pemberda-
yaan masyarakat yang disusun oleh Organisasi
Kemahasiswaan resmi yang ada di perguruan
tinggi, yang dapat diimplementasikan dalam berba-
gai program salah satunya adalah sociopreneur.

Pada pelaksanaan kegiatan tersebut bahwa


Ormawa berperan dalam memimpin dan bekerja
sama dengan berbagai pihak menjawab tantangan
global secara bertanggung jawab dan kreatif,
dengan semangat menjaga Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), peduli pada kepen-
tingan masyarakat dengan mengajak peran serta
masyarakat. Mahasiswa melalui organisasi kema-
hasiswaan dapat mengimplementasikan hal-hal
3
yang menjadi identik dengan mahasiswa sebagai
agen perubahan sehingga diharapkan dapat mem-
bawa dampak perubahan baik di masyarakat. Salah
satu cara untuk mewujudkan hal tersebut, yaitu
dengan menggeliatkan program sociopreneur
membuat gerakan kewirausahaan sosial. Gerakan
yang biasa disebut sociopreneurship dapat mendo-
rong munculnya wirausahawan muda yang mampu
menciptakan cara baru dalam mendirikan sebuah
usaha berbasis sosial. Usaha tersebut diharapkan
dapat berkontribusi dalam mengatasi berbagai
permasalahan sosial yang ada di masyarakat.

Sebagaimana yang diuraikan sebelumnya


bahwa dalam proses pembelajaran juga harus
berbasis pada pengembangan soft skills, karena
kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-
mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis
semata atau hard skills saja, tetapi lebih ditentukan
oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain
atau soft skills. Pengembangan soft skills tidak
terbatas pada fokus kegiatan tertentu melainkan
4
pada banyak aspek termasuk di dalamnya adalah
kegiatan sociopreneur. Konsep sociopreneur menja-
di salah satu fokus yang dilakukan banyak pihak,
meskipun ditengah adanya dinamika pemahaman
secara konpsetual kaitan istilah social entrepreneur
dengan sociopreneur menjadi perdebatan diatara
para pihak, sebagian menggunakan istilah kewirau-
sahaan sosial dengan menggunakan bahasa inggris
social entrepreneur dan sebagain mengunakan
istilah sociopreneur.

Secara harfiah kedua sebutan dalam menun-


juk orang yang bergerak dalam ranah aktivitas
sosial dan nirlaba. Sociopreneur dan Social Entre-
preneur mempunyai perbedaan istilah namun
mempunyai arti yang sama, yaitu seseorang yang
melakukan usaha atau bisnis yang berorentasi
pada tujuan-tujuan sosial. Terlepas pada ragamnya
istilah seperti yang diuraikan di atas, sebagaimana
fokus pada topik dalam pembahasan buku ini
adalah sociopreneur maka secara konseptual dapat

5
diuraikan beberapa konsep agar dapat membe-
rikan pemahaman yang komprehensif.

Istilah sociopreneur yaitu “pengembangan


kewirausahaan di masa depan harus mengarah
pada sociopreneurship dan wirausaha sebagai ama-
nat yang sesuai dengan paradigma perusahaan
yang baru berkembang dan paradigma pengem-
bangan”, sehingga yang dimaksud sociopreneur
adalah Social entrepreneur Bhargava (2007).
Sedangkan Eliyatiningsih, Luri A, & Etikasari
(2017) menguraikan bahwa konsep sociopreneur
dapat diartikan sebagai sebuah unit bisnis yang
diciptakan untuk tujuan sosial dan untuk menga-
tasi serta mengurangi masalah sosial, namun tetap
dijalankan secara disipin, inovatif, dan profesional.

Pada dasarnya sociopreneur merupakan


bentuk penggabungan antara konsep kewirausa-
haan yang mengedepankan pada kegiatan ekonomi
namun tujuan yang dicapai tidak hanya berorien-
tasi pada profit, melainkan juga pada tujuan sosial.
Lebih lanjut (Prayogo, 2017) menguraikan bahwa
6
sociopreneur bertindak sebagai agen perubahan
bagi masyarakat. Mulai dari memiliki pandangan
baru, perbaikan sistem, ekonomi, menemukan pen-
dekatan baru, hingga dapat menemukan solusi un-
tuk mengubah kehidupan masyarakat menjadi le-
bih baik, terutama untuk masyarakat menengah ke
bawah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disampai-


kan bahwa konsep sociopreneur merupakan aktiv-
itas usaha yang memiliki dampak sosial dalam
artian bahwa bukan saja berbicara pada tataran
hasil usaha yang dikemas dalam kegiatan sosial
melainkan memiliki dampak yang luas terhadap
keterlibatan kelompok masyarakat tidak mampu
secara sumber daya yang kemudian menjadi
bagian dalam kegiatan wirausaha yang dilakukan,
sehingga dengan adanya aktivitas wirausaha dapat
bermanfaat secara baik misalnya dalam hal
mengurangi pengangguran dimana aktivitas socio-
preneur itu dilakukan. Perkembangan kewirausa-
haan sosial sejalan dengan kemajuan teknologi
7
informasi mengubah cara pandang manusia teru-
tama pada pertumbuhan ekonomi yang tidak
sejalan dengan kesejahteraan masyarakat.

Kesenjangan antara kemiskinan dan tingkat


kesejahtaeraan masyarakat menjadi isu yang
hingga saat ini masih menjadi isu yang selalu hadir
diruang publik untuk selalu dibicarakan. Banyak
orang berusaha melakukan berbagai aktivitas
sosial untuk memperkecil kesenjangan. Tindakan
sosial yang muncul atas dasar keprihatinan sosial
untuk meyelesaikan persoalan kemiskinan, keru-
sakan lingkungan dan masalah sosial lainnya yang
disebabkan dampak bisnis.

Sebagai bentuk keprihatinan sosial inilah,


upaya menggerakan sebagain orang untuk melaku-
kan berbagai tindakan agar memberikan keman-
faatan sosial bagi masyatakat. Karena hal tersebut-
lah menjadi penting adanya pengembangan soft
skill kelompok mahasiswa yang dilakukan secara
tematik dalam kegiatan sociopreneur.

8
S
ebagai perwujudan pengembangan soft skill
dalam kegiatan sociopreneur yang telah
dilakukan dapat diuraikan menjadi dua
bagian penting, pada praktiknya mahasiswa mela-
kukannya sebagaimana uraian berikut:

A. Aspek Keorganisasian dan Administrasif


Organisasi mahasiswa atau yang disebut
ORMAWA merupakan sebuah wadah perkum-
pulan mahasiswa yang menyediakan ruang
untuk bisa mengembangkan bakat, minat,
keahlian dan kemampuanya. Peran Ormawa
sendiri sangat bermanfaat bagi mahasiswa,
dimana dapat dirasakannya ketika mahasiswa
telah terjun langsung dan berkecimpung dalam
perkumpulan, mereka akan mengenali bagai-
mana cara melatih kepemimpinan atau leader-
9
ship, manajemen waktu, adanya jaringan kepa-
da berbagai pihak, terbangunnya kemampuan
sosial yang dimana agenda dan kegaiatan tidak
hanya berfokus pada kegiatan akademis pendi-
dikan saja, pemecahan jalan keluar masalah
atau problem solving dengan memper-timbang-
kan permasalaham masalah yang dapat dima-
najemen secara baik dari segi skala prori-tas
dan waktunya serta adanya administrasi secara
tertulis yang dapat dilakukan.

Gambar 1 Pengembangan Softskill di


Lingkungan Organisasi
10
Mahasiswa dapat menggapai mimpi melalui
ormawa, wadah yang diberikan jika dikelola
dengan baik oleh mahasiswanya sendiri akan
memberikan dampak yang lebih baik. Uraian yang
dapat dipaparkan sendiri melalui bagaiamana
peranan organisasi bagi mahasiswa sebagaimana
berikut:

1. Pengembangan Minat dan Bakat


Masa mahasiswa merupakan masa sedang
terbakarnya semangat untuk mencari berbagai
kegiatan yang dapat dijadikan sebagai pengala-
man, pengetahuan dan kemampuan yang
minim akan terus diulik melalui masa ini,
wadah yang disediakan untuk pengembangan
diri melalui organisasi mahasiswa ini dapat
berupa sebuah bakat yang membawa prestasi
baik untuk diri mahasiswanya maupun untuk
nama organisasi mahasiswanya itu sendiri.
Minat yang masih dalam angan lalu dicoba
memungkinkan itu akan menjadi sebuah bakat

11
yang tanpa disadari membawa sebuah prestasi
atas akulturasi yang dilakukan.
2. Kemampuan dan Keahlian
Hasil dari bagaimana mahasiswa mengembang-
kan bakat dan minatnya jika ditekuni dan
diseriuskan lalu dijembatani dengan fasilitas
wadah dari organisasi mahasiswa itu sendiri
dapat menemukan titik terang yang bisa men-
jadi sebuah kemampuan dan keahlian yang bisa
menjadi sebuah karateristik dan jati diri yang
ke depannya dapat menunjang diri dalam mem-
persiapakan masa depan dalam sebuah menja-
dikan hal tersebut sebagai soft dan hard skill
yang dimiliki oleh individu-individu yang mau
memiliki hal terbut sebagai karakteristik
dirinya.
3. Softskill Leadership
Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh
organsisasi terkadang melibatkan berbagai
banyak pihak dan orang baik dari mahasiswa
itu sendiri atau pihak luar yang memang

12
terlibat dalam kegiatan tersebut. Adanya berba-
gai karakter orang yang terlibat dalam kegiatan
tersebut membuat sebuah tuntutan bagi maha-
siswa agar bisa menyatukan pemikiran menjadi
satu kesatuan yang utuh, atas bedanya pan-
dangan dan pendapat. Secara tidak langsung
kegiatan tersebut melatih mahasiswa dalam
mengutarakan pendapatnya, menggerakkan
dan mengarahkan mahasiswa lain yang terlibat.
Inisiatif akan tumbuh untuk bisa memberikan
dorongan kepada satu sama lain, motivasi diri
serta dapat mengarahkan mahasiswa lain yang
memang satu tujuan.
4. Manajemen Waktu
Menjadi seorang mahasiswa identik dengan
kepadatan aktivitas sehari-hari, apalagi menda-
patkan julukan segabai aktivis yang senang
mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan
oleh organisasi eksternal maupun internal
kampus. Sebagai agen of change and social
control tugas sebagai seorang mahasiswa tidak

13
hanya belajar dalam kelasa dan sibuk dengan
tugas-tugas yang diberikan oleh dosennya,
melainkan juga harus bisa membumi masuk ke
dalam lingkungan masyarakat sebagai penyam-
bung lidah rakyat. Hal ini sesuai dengan Tri
Darma Perguruan Tinggi yang dimana didalam
terdapat tiga aspek yaitu pendidikan, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat. Ruang
lingkup mahasiwa adalah pembelajaran dan
masyarakat dengan aktivitas mahasiswa yang
begitu padat terkadang mereka menemui ken-
dala dalam membagi waktu anatara akademis
dan organisasi. Disinilah mahasiswa dituntut
untuk dapat dan bisa memanajemen waktunya
dengan mengutamakan skala proritas. Keseim-
bangan dalam mengatur waktunya baik dalam
belajar, berorganisasi, bermain, dan beristi-
rahat membutuhkan komitmen yang konsisten,
persisten dan tanggung jawab atas apa yang
telah dijalankannya. Hal yang paling penting
dalam manajemen waktu adalah perencanaan.

14
Tanpa perencanaan akan susah tercapai semua
hal yang diharapkan.
5. Manajemen Masalah
Kedewasan berpikir mahasiswa akan semakin
tumbuh seiring aktifnya berorganisasi di
kampus. Kedewasaan tersebut bisa tumbuh
dikarenakan dalam proses berorganisasi tidak
selalu berjalan sesuai dengan apa yang diharap-
kan, pasti banyak menemukan masalah dalam
menjalankan organisasi baik dalam tim ataupun
antar personal. Dalam menyelesaikan masalah
langkah-langkah yang dapat dilakukan maha-
siswa dalam menyelesaikan masalah, yaitu:
a) Mahasiswa dapat menerima dan mengiden-
tifikasi pokok masalah yang menimbulkan
ketidakpuasan.
b) Mahasiswa mampu mengumpulkan kete-
rangan atau fakta dengan data yang digali
berdasarkan informasi yang akurat.
c) Menganalisis dan memutuskan dengan
diketahuinya masalah dan terkumpulnya

15
data, sehingga mahasiswa dapat melakukan
evaluasi terhadap keadaan.
6. Jaringan (Relasi) kepada berbagai pihak
Kegaiatan-kegiatan yang diikuti oleh mahasis-
wa melalui organisasi mengharuskan mereka
berinteraksi dengan banyak orang, keterlibatan
orang baru dari berbagai pihak dan dengan
latar belakang yang berbeda-beda memberikan
sisi positif yang secara tidak sengaja. Relasi
baik bisa dibangun dengan banyaknya interaksi
dengan orang baru yang mungkin pengetahuan
dan pengalaman berbeda-beda.
7. Kemampuan Sosial
Unsur ketiga dari Tri Darma Perguruan Tinggi
adalah pengabdian kepada masyarakat, banyak
kegiatan yang dilakukan oleh organisasi dengan
melakukan pengabdian kepada masyarakat
secara langsung, penemuan hal baru bisa dida-
patkan dalam kegiatan sosial di masyarakat.
Pembuktian ilmu dalam kelas dapat diaplika-
sikan dengan melakukan kegiatan sosial, tak

16
jarang ketika dilapangan kemampuan-kemam-
puan diri akan muncul karena melihat dan
menghadapi kondisi yang harus dihadapi.
Kemampuan diri dalam berkomunikasi akan
dilatih secara langsung dan emosi (emotional
quotient) dalam merasakan permasalahan
langsung di lapangan akan dirasakan bahwa-
sannya ilmu yang ada di kelas tidak sekadar
teori, tetapi segala bentuk pengetahuan dida-
patkan dan bersumber dari lapangan.
8. Kegaiatan Akademis
Pengetahuan yang didapatkan dalam kelas
tidak sepenuhnya dapat dipahami, keterba-
tasan dalam waktu saat menggali informasi di
kelas sehingga tidak sepenuhnya ilmu yang
diberikan dapat dicerna dan dipahami. Tidak
sedikit organisasi mahasiswa memberikan
ruang untuk mahasiswa dapat menggali infor-
masi dan pengetahuan akademis dikelas
melalui cara berbagi dengan diskusi, baik hanya
orang-orang yang memang satu arah ingin

17
mengetahui ranah yang akan diperbincangkan
dan tidak jarang dalam organisasi mahasiswa
itu dalam penggalian pengetahuan akademis
mereka berbagi bersama kakak tingkat yang
dirasa telah berpengalaman terkait pemba-
hasan akademis itu. Inilah yang menjadi alasan
penyeimbang mahasiswa dalam nilai akademis
meski aktif berbagai kegiatan non akademis
dalam ormawa mereka masih bisa menyeim-
bangkan ipk yang menjadi tuntutan dalam
kelas.
9. Problem Solving
Bertemunya banyak orang baru dengan watak
dan latar belakang yang berbeda-beda karak-
teristik apalagi dengan dengan banyaknya
kegiatan yang diikuti maka perbedaan pedapat
dan pandangan pasti terjadi hingga menimbul-
kan konflik antara satu sama lain, dalam
penyelesaiannya harus dilakukan dengan cara
yang lebih menetralisir risiko yang akan dan
mungkin terjadi. Konflik yang dihadapi oleh

18
mahasiswa melalui berbagai permasalahan di
organisasi akan melatih dirinya untu bisa
menajemen permasalahannya sehingga dalam
mencari jalan keluar permasalahannya pun
mahasiswa sudah terbiasa dan tahu apa
tahapan yang akan dilakukan berdasarkan
ukuran dari tingkat resiko dan pengalaman.
Manajem konflik ini akan memberikan penga-
ruh yang luar biasa disaat nanti gelar sajana
disandang dan terjun pada dunia pekerjaan,
para atasan akan menerima dan mendahulukan
orang-orang dengan pengalaman organisasi
karena mereka menilai bahwa mereka calon
pekerja yang terlatih.
10. Administrasi
Keberadaan administrasi tidak terlepas dari
organisasi. Administrasi bisa menggerakan,
mengendalikan, mengembangkan, mengarah-
kan suatu organisasi yang dimana mahasiswa
yang menjalanakan kegiatan administrasi
dalam organisasi disebut dengan administra-

19
stor. Administrasi adalah perencanaan, pengen-
dalian, dan pengorganisasian pekerjaan per-
kantoran, serta penggerakan mereka yang
melaksanakannya agar mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan keorganisasian
memperlihatkan pola hubungan kemanusiaan
dengan berbagai fasilitas untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan secara bersama-
sama. Adminitrasi tidak jauh hubungannya
dengan surat menyurat, data, arsip serta lain-
lain ini dilakukan untuk bisa mempermudah
jalan organisasi. Birokrasi organisasi tidak akan
bisa berjalan dengan baik jikalau dari segi
keadminitrasiannya tidak terjalankan. Adminis-
trasi dalam organisasi tidak bisa terpisahkan
satu sama lain, peranan administarsi dalam
organisasi memberikan dampak yang sangat
besar dimana secara tidak langsung mahasiswa
dituntut untuk bisa mengoprasikan berbagai
aplikasi yang biasa digunakan seperti Microsoft
Excel, Word, dan aplikasi yang lainnya yang

20
menunjang untuk administarsi. Hard skill
mahasiswa dalam mengoperasikan komputer
akan terlatih dengan tuntutan administrasi
keorganisasian karena segala bentuk data,
surat menyurat baik keluar ataupun masuk
serta arsip tidak lagi menggunkan sistem yang
konvesioanal. Sebagaimana dalam pelaksanaan
kegiatan PPK Ormawa HMKS UMJ administrasi
dijalankan dengan sebagaik mungkin agar kegi-
atan bisa berjalan derngan baik dan lancar.
Alur keadministrasian yang dijalanakan oleh
Tim dalam melaksanakan kegiatan bera-wal
dari bagaimana pembuatan skema pelaksa-
naan terlebih dahulu, ini dilakukan untuk
melihat pengonsepan dari birokrasi keadminis-
trasian yang akan dilakukan. Pembuatan skema
dilakukan untuk melihat seperti apa kegiatan-
nya, kapan rencana pelaksanaannya, siapa saja
yang akan dilibatkan dalam kegiatan dengan
menggunakan berbagai jejaring informasi yang
mungkin sebelumnya sudah terbangun serta

21
kebutuhan apa saja yang butuhkan selama
kegiatan berlangsung. Pengkonsepan skema ini
mengkolaborasikan seluruh peranan yang ada
dalam peranan organisasi mahasiswa, konsep-
an skema telah terbentuk dengan sudah
diketahuinya poin-poin yang akan dilakukan
pada tahapan selanjutnya. Kegiatan sudah dike-
tahui seperti apa, lalui penentuan tanggal sudah
direncanakan dan kemitraan sudah dirancang
maka langkah awal yang dilakukan adalah
melakukan penyerahan surat untuk mengada-
kan audensi. Penyerahan surat ini merupakan
bagian berjalannya keadministrasian, surat
dibuatkan dengan sebaik mungkin dan meng-
gunakan SOP dari organisasi mahasiswa yang
telah ditetapkan dan sudah menjadi aturan dari
organisasinya sendiri. Penyerahan surat yang
dilakukan oleh tim tidak langsung pada point
inti untuk berkolaborasi dan bersinergi lang-
sung dengan kegiatan yang dilakukan melain-
kan hanya sekadar surat pemberintahuan

22
untuk permohonan mengadakan audensi deng-
an mitra yang akan dilibatkan, ini tujuannya
untuk menyambung kontak awal dengan mitra
penentuan audensi kapan dan dimana ini
diserahkan sepenuhnya kepada mitra yang
akan dilibatkan mengingat bahwa tujuan dari
penyerahan surat adalah permohonan.
Setalah keadministrasian berjalan dengan
birokrasinya maka tahapan selanjutnya adalah
merancang apa saja yanga akan disampaikan
dalam audensi yang mungkin nantinya disepa-
kati oleh kedua belah pihak, poin-poin yang
disampaikan tidak jauh dari bagiamana skema
yang telah dibuat. Penjelasan terkait kegiatan,
sinergi dan kolaborasi seperti apa yang akan
dibangun hingga menuju kesepakatan yang
disepakati maka tahapan terakhir adalah
menanyakan terkait kebutuhan apa saja yang
harus dipenuhi baik dari berkas maupun dari
kebutuhan kegiatan yang akan dilaksankan.

23
• Aspek Kapasitas Mahasiswa
Mahasiswa pastinya mempunyai praktik baik
yang diperoleh dari melaksanakan sebuah
program kegiatan yang ada di masyarakat.
Praktik baik tersebut diperoleh dari pengala-
mannya dilingkungan masyarakat baik dari
keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan
permsalahan ataupun pengalaman yang dipero-
leh dari masyarakatnya. Berikut adalah praktik
baik yang diperoleh mahasiswa dalam pengem-
bangan softskill:
Mengubah pola pikir masyarakat terhadap
kegiatan pemberdayaan
Manusia merupakan mahkluk berfikir, akal
fikiran menjadi senjata manusia dalam menja-
lani kehidupan sehari-hari. Selama jantung
berdetak dan mengembuskan nafasnya manu-
sia selalu berfikir. Seperti Fang dkk., (2004),
mendefinisikan pola pikir sebagai sesuatu yang
terjadi di kepala seseorang, yang memiliki
kekuatan untuk mengontrol sikap seseorang

24
dan berpotensi untuk memengaruhi perilaku
seseorang. Sedangkan Aloia, Pasquale, dan
Aloia (2011), mengatakan bahwa pola pikir
merupakan sebuah pandangan mental atau
karakter yang terprogram dan memutuskan
respon individu untuk berbagai situasi.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpul-
kan bahwa pola pikir adalah filosofi kehidupan,
cara berpikir, sikap, opini yang memengaruhi
seseorang dalam pengambilan keputuan, ber-
tingkah laku, kebiasaan, respon terhadap sesu-
atu, dan penelian seseorang. Ada beberapa fak-
tor yang memengaruhi seseorang dalam berpi-
kir di antaranya sebagai berikut:

1. Kebudayaan

Konsep kebudayaan menurut Tylor (1871:


1) adalah (Kebudayaan atau Peradaban...
adalah satuan kompleks yang meliputi ilmu
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, akh-
lak, hukum, adat, dan banyak kemam-puan-
kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan lain
25
yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Begitu pun cara berpikir suatu
individu yang dapat dipegaruhi oleh
kebudayaan itu sendir, dengan kebudayaan
yang menempel pada masing-masing indivi-
du. Kebudayaan menjadi tolak ukur individu
dalam berpikir atau menilai sesuatu sesuai
dengan kepercayaan (budaya) yang dianut.
Seperti budaya barat dengan timur yang
berbeda, budaya Barat berfokus terhadap
diri sendiri, kebebasan dan hak individu
untuk memilih dan bertanggung jawab atas
diri sendiri. Sedangkan pada kebudayaan
Asia Timur, penduduknya secara aktif dan
terbuka mengikuti kelompok dan norma-
norma sosial.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah solusi terbaik untuk


membentuk pola pikir yang unggul
(Gumanti et al., 2016). Lewat Pendidikan
individu dapat melihat dunia dengan
26
pandangan yang berbeda-beda tidak hanya
satu sisi saja, dengan begitu individu dapat
membedakan sesuatu yang benar ataupun
yang salah.

3. Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan tempat


pertama individu dalam mempelajari dunia
luar. Pola pikir berkembang di lingkungan
keluarga dalam mengasuh dan membesar-
kan individu dengan memberikan nilai-nilai
yang positif guna dapat hidup di lingkungan
masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut masyarakat Desa


Hambaro memiliki pola pikir dalam menilai suatu
peristiwa seperti halnya kegiatan pemberdayaan
masyarakat. Kegiatan pemberdayaan yang dikenal
oleh masyarakat Desa Hambaro yaitu kegiatan
bantuan social dibandingkan dengan pemberda-
yaan yang berfokus pada pengembangan manusia,
sehingga pola pikir yang tercipta dimasyarakat
27
Desa Hambaro adalah praktis. Jika ada kegiatan
pemberdayaan yang berfokus pada pengembangan
manusia mereka tidak tertarik dan abai. Strategi
yang digunakan kegiatan pemberdayaan yang
berfokus pada pengembangan manusia diterima
oleh masyarakat yaitu dengan melakukan sosiali-
sasi program kegiatan secara jelas dan merata
kepada stakeholder maupun masyarakat itu
sendiri.

Menambah partisipasi masyarakat dalam


mengikuti kegiatan

Partisipasi aktif masyarakat menjadi suatu


hal penting dalam kegiatan pemberdayaan yang
berfokus pada pengembangan manusia. Pada
dasarnya di dalam kegiatan pemberdayaan, masya-
rakat bukan lagi sebuah objek dari program
kegiatan namun menjadi agen perunahan (subjek)
itu sendiri dalam menyelesaikan permasalahan
yang ada lingkungan masyarakat. Masyarakat Deas
Hambaro masih awam dengan kegiatan pemberda-
yaan masyarakat, oleh sebab itu tingkat partisi-
28
pasinya juga masih sangat rendah. Buktinya adalah
sudah pernah diadakannya kegiatan pemberdayan
yang berfokus pada penyuluhan keterampilan tani
namun Sebagian besar anggota kelompok tani yang
menjadi sasaran program tidak tertarik dan tidak
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut padahal
sarana dan prasarana sudah disedaiakan. Berda-
sarkan fakta lapangan tersebut, perlu ada strategi
yang ampuh dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dan berperan aktif dikegiatan pember-
dayaan masyarakat.

Ada beberapa cara yang dinilai behasil


dalam meningkatkan partispasi masyarakat, yang
pertama, yaitu mengenal karakter dan lingkungan
masayarakat sasaran serta berusaha keberadaan
tim diterima secara baik oleh masyarakat sasaran.
Cara kedua yaitu dengan Menyusun program
kegiatan pemberdayaan masyarakat berdasarkan
kebutuhan, permasalahan dan hambatan yang ada
dilinkungan masyarakat sasaran. Cara ketiga yaitu
mencari tokoh masyarakat setempat yang paling
29
berpengaruh dan melakukan sosialisasi program
yang sudah tersusun secera matang dan berdasar-
kan permasalahan dan kebutuhan masyarakat
kepada tokoh masyarakat tersebut, dengan begitu
tim pelaksana kegiatan akan mendapat bantuan
dalam mengoordinasi masyarakat sasaran. Paling
tidak usaha tersebut dapat menarik masyarakat
datang pada kegiatan sosialisasi program, dengan
begitu tim pelakana kegiatan pemberdayaan
melakukan sosialisasi program kegiatan kepada
masyarakat sasaran.

Membangun kolaborasi aktif berbagai pihak


dalam menunjang kegiatan kolaborasi adalah
bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa
elemen yang terkait baik individu, lembaga atau
pihak yang terlibat baik secara langsung ataupun
tidak langsung. (Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia, 2014). Kolaborasi mengan-
dung unsur-unsur pembangunan yang dapat
disinergikan diantaranya (Salman, 2012):

30
1. Resources (Sumber Daya) teridiri dari penda-
taan jenis jumlah, kondisi sumber daya alam,
finansial, manusia, hingga sumber daya fisik
yang dimiliki.
2. Organization (Organisasi): yakni organisasi
atau pelaku yang melaksanakan peran dengan
cara memadukan dan mengintegrasikan berba-
gai sumber daya.
3. Norms (Norma): hal ini berkaitan dengan nilai-
nilai atau prinsip yang digunakan dalam melak-
sanakan kegiatan, berkaitan dengan tingkat
penghargaan terhadap mekanisme.

Keterlibatan stakeholders dalam pemberda-


yaan masyarakat dilihat dari tiga tahapan, yakni
tahap penyadaran, pengkapasitasan, dan tahap
pendayaan (Wrihatnolo, 2007). Berkaitan dengan
pernyataan tersebut tim pelaksana membangun
kolaborasi dari seluruh stakeholder yang berka-
itan. Tahap pertama yang dilakukan adalah
Penyadaran, pada tahap ini dilakukan dengan
memanfaatkan nilai dan norma yang terdiri dari
31
himbauan penggunaan dana desa, penanaman nilai
kemandirian, sosialisasi mengenai pengembangan
potensi baik sumber daya alam maupun sumber
daya manusia. Sedangkan pada unsur sumber daya
berfokus pada tenaga pendamping dan dana yang
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pemberda-
yaan. Tahap yang kedua yaitu melakukan penga-
pasitasan, tahap ini unsur yang mendominasi
adalah unsur Sumberdaya dan unsur Organisasi.
Unsur Sumberdaya terdiri dari pengadaan bantuan
modal dan peralatan yang tidak hanya bersumber
dari dana Desa melainkan pihak-pihak relevan
lainnya. Sedangkan unsur organisasi terdiri dari
pembentukan kelompok usaha UMKM yang berba-
sis sociopreneur, pengadaan pelatihan dan pendam-
pingan langsung kepada masyarakat sasaran yang
berfokus pada pengembangan kelompok UMKM,
dumana kolaborasi terletak pada pemateri atau
narasumber yang berasal dari Dinas Koperasi dan
UMKM, Dinas Komunikasi dan Informasi, Koperasi,
akademisi dan pegiat UMKM. Selanjutnya tahap

32
pendayaan, pada tahap ini kontribusi unsur
sumber daya dan organisasi menjadi focus
kegiatan. Kegiatannya berupa monitoring untuk
mengawasi jalannya pemberdayaan. Pada unsur
organisasi dilakukannya keberlanjutan dari sebuah
program yang sudah terlaksana, dengan tujuan
kegiatan pemberdayaan tersebut memiliki makna
berkelanjutan dan menghindari kegiatan yang sia-
sia. Stakeholder yang dapat membantu unsur
keberlanjutan adalah pihak Pemerintah Desa itu
sendiri, Perguruan Tinggi dan pihak relevan yang
memiliki tujuan yang sama dengan kegiatan
pemberdayaan yang sudah dilaksanakan.

Membentuk kelompok usaha binaan

Manusia diciptakan Allah SWT dalam


kondisi yang membutuhkan bantuan manusia lain.
Maka dari itu manusia adalah mahkluk sosial yang
bergantung kepada manusia lain. Oleh sebab itu
manusai membentuk suatu kelompok sosial dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Menurut
Brigham yang dikutip oleh Wilgino (2006),
33
kelompok adalah dua orang atau lebih yang
berinteraksi dan saling memengaruhi satu sama
lain dan memiliki kepentingan dan tujuan yang
hendak dicapai bersama. Berdasarkan definisi
tersebut, maka di dalam konsep kelompok terdapat
beberapa unsur, yaitu individu-individu, interaksi
dan saling kebergantungan, ada kepentingan dan
tujuan yang hendak dicapai bersama, serta ada
manfaat bagi individu-individu sebagai anggota.
Kelompok tidak hanya sebagai wadah bagi anggota
kelompoknya namun menjadi agen perubahan
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Dike-
mukakan oleh Irfan (2011), bahwa suatu kelompok
sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki motif yang sama antara individu satu


dengan yang lain (menyebabkan interkasi/
kerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.
2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berla-
inan antara individu satu dengan yang lain
(akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan
kecakapan individu yang terlibat).
34
3. Adanya penugasan dan pembentukan struktur
atau organisasi kelompok yang jelas dan
terdiri dari peranan serta kedudukan masing-
masing.
4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah
laku anggota kelompok yang mengatur
interaksi dalam kegiatan anggota kelompok
untuk mencapai tujuan Bersama

Kelompok dibentuk dalam upaya memenuhi


kebutuhan masing-masing anggotanya. Berikut
adalah fungsi dari kelompok, diantaranya:

1. Menjalin hubungan sosial antar anggota dan


kelompok. Bagaimana individu dalam suatu
kelompok dapat berhubungan sosial tanpa
berkomunikasi atau sejauh mana suatu kelom-
pok dapat memelihara hubungan sosial di
antara anggota dengan anggota ataupun
anggota dengan kelompok.
2. Pendidikan atau edukasi. Hal ini berkaitan
dengan pertukaran informasi antar anggota.
Melalui fungsi ini kebutuhan anggota akan
35
informasi dapat terpenuhi, yang secara tidak
langsung akan memengaruhi kemampuan
anggota kelompok sesuai dengan kemampuan
dan keahlian masing-masing yang akan
berimbas baik kepada kelompok tersebut.
3. Kemampuan persuasi. Hal ini berkaitan dengan
komunikasi yang bersifat ajakan kepada
anggota kelompok untuk bersikap dan perilaku
kearah yang lebih baik sesuai dengan harapan.
Melalui fungsi ini, anggota kelompok akan
memperoleh pengetahuan baru, sehingga seca-
ra sadar melakukan perubahan terhadap sikap
dan perilakunya sebagimana diharapkan ke-
lompok. Persuasi ini dapat menciptakan iklim
yang positif di dalam kelompok.
4. Pemecahan masalah problem solving. Hal ini
berkaitan erat dengan jalan-jalan alternatif dari
para anggota kelompok untuk memecahkan
masalah. Anggota kelompok tentunya memiliki
latar belakang yang berbeda, hal tersebutlah

36
yang menjadi sebuah kelompok membantu
anggota untuk menyelesaikan masalahnya.
5. Terapi. Hal ini berkaitan dengan pemecahan
masalah yang bersifat individual pada anggota
kelompok. Individu sebagai anggota kelompok
yang memiliki masalah yang sama diminta
untuk saling terbuka dalam mengungkapkan
permasalaahan yang dihadapi. Kelompok ini
membutuhkan pemimpin sebagai pengatur
atau penengah jika terjadi konflik atau
perbedaan pendapat.

Berdasarkan penjalasan diatas suatu


permasalahan ataupun disfungsi peran dapat
diatasi dengan suatu pensekatan kelompok atau
yang dikenal dengan group work. Group work
adalah sebuah metode yang bekerja dengan orang
di dalam suatu kelompok (dua atau lebih orang)
untuk peningkatan keberfungsian sosial, dan untuk
pencapaian tujuan sosial yang diinginkan Pende-
katan kelompok (group work) digunakan dalam

37
usaha perubahan, karena kelompok memiliki ciri-
ciri dan fungsi yang efektif dalam membantu
individu-individu, terkait dengan proses sosialisasi.
Pada proses sosialisasi tersebut, antar individu
akan terjadi saling belajar sosial yang berkaitan
dengan pola pikir (mindset), sikap (attitude) dan
perilaku sosial (behavior). Oleh sebab itulah keber-
hasilan tim pelaksana dalam membentuk kelompok
usaha binaan menjadi praktik baik yang didapat-
kan. Pembentukan kelompok usaha binaan bertu-
juan membantu menyelesaikan permasalahan dan
hambatan yang ada dimasing-masing kelompok
dengan memanfaatkan fungsi dari kelompok itu
sendiri seperti yang telah dijelaskan di atas.

38
A. Paparan Proses Kegiatan Pelatihan dan
Pendampingan Sociopreneur

PPK Ormawa adalah program penguatan


kapasitas Ormawa melalui serangkaian proses
pembinaan Ormawa oleh PT yang diimplemen-
tasikan dalam program pengabdian dan pember-
dayaan masyarakat. Program ini menjadi wadah
bagi mahasiswa untuk mengasah mengasah ke-
mampuan dalam berpikir kritis, kreatif, menyele-
saikan masalah, komunikatif, kolaboratif, berlite-
rasi teknologi informasi, memiliki jiwa kepe-
mimpinan, bertindak positif dan produktif atas
dorongan nurani, memiliki rasa peduli dan
berkontribusi kepada masyarakat di desa/kelu-
rahan agar terbangun wilayah binaan yang aktif,
mandiri, berwirausaha, dan sejahtera.
39
Pada dasarnya sebuah Desa/Kelurahan
mempunyai permasalahan yang kompleks, seperti
kemiskinan atau tidak tercapainya taraf kesejah-
teraan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut
dalam menyelesaikan suatu permasalahan tidak
hanya dengan satu bidang ilmu namun kolaborasi
dari berbagai bidang ilmu. Sejalan dengan
pernyataan diatas tim pelaksana kegiatan disusun
tidak hanya dari satu bidang ilmu namun berbagai
bidang ilmu seperti ilmu kejahteraan sosial, ilmu
komunikasi, ilmu administrasi publik, agrotek-
nologi dan ilmu manajeman. Kolaborasi bidang
ilmu ini diharapkan dapat membantu masyarakat
dalam menjawab permasalahan yang ada, terutama
di Desa Hambaro yang menjadi Desa sasaran
kegiatan.

Metode yang digunakan dalam melaksa-


nakan program ini adalah metode PRA (Partici-
patory Rural Appraisal). PRA adalah sekelompok
pendekatan dan metode yang memungkinkan
masyarakat desa untuk saling berbagai,
40
meningkatkan dan menganalisis pengetahuan
mereka tentang kondisi dan kehidupan desa
membuat rencana dan bertindak atau dapat
diaktakan “dari, dengan dan oleh” masyarakat
desa. Metode ini bertujuan Agar program yang
dijalankan sesuai dengan potensi dan kebutuhan
masyarakat, masyarakat harus dilibatkan mulai
dari penentuan atau pemilihan program,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.

Masyarakat yang dilibatkan akan merasa


diberi kepercayaan sehingga akan muncul rasa
tanggungjawab untuk melaksanakan dengan
sebaik-baiknya karena keberhasilan progam akan
dirasakan sendiri manfaatnya oleh masyarakat.

41
Gambar 3. Skema Tahapan Pelaksanaan

Tahapan kegiatan yang pertama dilakukan


setelah pembentukan tim adalah melakukan survei
dan observasi ke lapangan yaitu Desa Hambaro.
Menurut Gay & Diehl (1992) mendefinisikan
metode penelitian survey merupakan metode yang
digunakan sebagai kategori umum penelitian yang
menggunakan kuesioner dan wawancara. Sedang-
kan observasi menurut KBBI yaitu peninjauan
secara cermat. Tim pelaksana mengumpulkan data
dan informasi dengan wawancara kepada stake-
holder dan ditambag dengan informasi yang

42
didapat dari Pemerintah Desa Hambaro serta
Internet.

Secara umum hasil dari survei dan


observasi yang dilakukan, Desa Hambaro yang
merupakan desa yang terletak di titik koordinat -
6.575514,106.560264 Kecamatan Nanggung Kabu-
paten Bogor Provinsi Jawa Barat. Desa Hambaro
memiliki luas wilayah 355,79 Ha, jumlah penduduk
7.765 Jiwa serta mayoritas merupakan masyarakat
tani dengan tingkat pendidikan rata-rata lulusan
dari tingkat sekolah menengah pertama (SMP).
Masyarakat Desa Hambaro mayoritas beragama
Islam dan termasuk pada suku Sunda. Masyarakat
Desa Hambaro memiliki kebiasaan mengolah hasil
pertanian dan perkebunan menjadi makanan
ringan dan kerajinan. Beberapa masyarakat mela-
kukan kegiatan usaha dengan memanfaakan hasil
pertanian yang sudah diolah menjadi makanan
ringan dan kerajinan dengan alat dan keterampilan
yang terbatas, pengemasan produk yang sederhana

43
dan tidak adanya keterampilan yang cukup dalam
memasarkan produk.

Berdasarkan data dan informasi yang


didapat, tim pelaksana melakukan pemetaan dan
pengindentifikasian kebutuhan, permasalahan dan
hambatan yang dialami masyarakat sasaran.
Program kegiatan yang dilaksanakan oleh tim
pelaksana sesaui dengan kebutuhan, pemasalahan
dan hambatan yang dirasakan masyarakat sasaran.
Berdasarkan kebutuhan, permasalahan dan ham-
batan tersebut tim pelasaksana bersama masyara-
kat menyusun program kegiatan pelatihan dan
pendampingan sociopreneur.

Sebelum melaksana-kan program kegiatan


tim melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada
tokoh masyarakat (stakeholder) yang bisa membe-
rikan pengaruh akan partisipasi masyarakat terha-
dap kegiatan yang akan dilaksankan. Kegiatan yang
kami laksankan tidak sepenuhnya murni atas
keterlibatan dari tim mahasiswa melainkan adanya
kolaborasi dan sinergi dari bebagai pihak yang
44
dimana di antara-nya ada dari kolaborasi
antarmahasiswa dari Universitas Borobudur yang
terlibat dalam komunitas UMKM, Pihak Dosen
Universitas Muhmmadiyah yang merupakan
pelaku dari sociopreneur sendiri, Kedinasan
Kabupaten Bogor yang terlibat meliputi Dinas
Komunikasi dan Inrimasi, Dinas Koperasi dan
UMKM, Koperasi Syariah Baitul Ummah Kab.Bogor
Leuwiliang, Baznas Kab. Bogor, Lazismu Kab.
Bogor, dan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Kegiatan pelatihan dan pendampingan


sociopreneur yang dilaksanakan oleh tim ini
meliputi beberapa kegiatan di antaranya:

45
Gambar 2 Tahapan Kegiatan Pelatihan

1. Sosioalisasi Program dan Pebentukan Kelom-


pok Usaha Binaan, kegiatan perdana yang kami
lakukan lebih kepada pengenalan program
kami, untuk memberikan gambaran kepada

46
masyarakat akan kegiatan yang akan dilaksa-
nakan selama kurang lebih tiga bulan, langkah
awal dalam pelatihan ini adalah dengan
membentuk kelompok usaha agar memper-
mudah tim nantinya dalam pelaksanaan kegi-
atan usaha, yang dimana selanjutnya kelompok
tersebut disebut dengan kelompok usaha
binaan dari Tim PPK ORMAWA HMKS UMJ.

2. Penguatan Kapasitas dan Pemetaan Potensi


Sumber Daya Alam dan Budaya Masyarakat;
Tim pelaksana dalam penyusanan kegiatan
kedua ini menyesuaikan dengan kebutuhan
dari permasalahan yang ada dilapangan,
dimana landasan dari kegiatan ini menanam-
kan dan menguatkan kembali pola pikir yang
lebih mandiri dalam menjalankan sebuah usa-
ha, yang disangkut pautkan dengan penggalian
potensi yang ada di wilayah masayarakat
sasaran, baik potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia dan kebudayaan masya-
rakat. Kegitan ini mendatangkan dosen
47
Universitas Muhamadiyah Jakarta yang
memiliki kapasitas dan juga pelaku UMKM.

3. Pelatihan Tata Cara Pengolahan Produk Usaha;


kegiatan ketiga ini meliputi pengkolaborasian
pengolahan sebagaimana yang biasa dilakukan
oleh masyarakat dengan penambahan cara
pengolahan yang lebih baik semestinya,
sebagaimana pengkolaborasian yang dilakukan
pada saat kegiatan dimana masyarakat hanya
berpegang teguh pada rasa yang sangat lumrah
terhadap kripik yang dibuat yaitu rasa original,
maka dalam kegiatan ini kolaborasi yang
dilakukan adalah dengen memberitahukan
bagaimana masyarakat bisa membuat rasa
yang lebih luas dan rasa baru yang mungkin
diminati oleh konsumen atau pembeli, hal ini
dapat memberikan keunikan dan kemenarikan
terhadap produk usaha di sinilah masyarakat
melakukan analisis ATM, yaitu Amati, Tiru dan
Modifikasi. Pengedukasian dalam pengkola-
borasain variasi rasapun kamu merekomen-
48
dasikan bahan dari potensi dari alam sendiri
tidak harus menyesuaikan apa yang sedang
tranding atau ramai diperbincangkan dan
sesuai terget pasar, ini kembali mengingat
pada bagaimama mereka bisa menghemat
pengeluaran modal namun dengan kualitas
yang tidak kalah saing. Kegiatan ini menda-
tangkan mahasiswa pertanian untuk memban-
tu kelompok usaha binaan mengolah bahan
pasca panen menjadi olahan yang berkualitas.

4. Pelatihan Pengemasan dan Pemasaran Produk;


tahapan kegiatan selanjutnya setelah melaku-
kan pelatihan pengolahan maka hasil yang
didapatkan dilakukan kepada tahapan penge-
masan dan pemasaran, tahapan ini menjelas-
kan bagaimana sebuah kemasan akan meme-
ngaruhi nilai jual dari produk usaha dan
kemasan produk usaha ini harus mempunyai
unsur-unsur yang bisa mengingatkan para
konsumen baik dari segitu tulisan, logo, warna,
ukuran kemasan, dll. Pengemasan yang baik
49
dengan menjaga kualitas dan kemenarikan
akan berdampak pada pemasaran yang
meningkatkan harga jual yang tinggi. Kegiatan
ini tim pelaksana berkolaborasi dengan Dinas
Koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor untuk
menjadi pemateri.

5. Pelatihan Pendampingan Akses Modal;


Kegiatan ini dilaksanakan untuk bagaimana
mengingat bahwasannya hal yang paling dasar
dalam melakukan usaha yaitu butuh modal
yang dapat menjalankan usahanya, karena
tanpa modal usaha tidak akan bisa berjalan.
Karena terkait modal yang menjadi kebingu-
ngan dan kekhawatiran dari para masyarat
atau kelompok usaha binaan, kami melakukan
kolabirasi dengan pihak Koperasi Syariah
Baitul Ummah yang dimana koperasi ini
memjalankan program Simpan Pinjam, dan
salah satunya ada pada Pinjam untuk akses
modal usaha. Meski dalam proses pelaksanaan
program ini tim menusahakan modal usaha
50
dari pengajuan dana kepada pihak-pihak yang
terlibat untuk Tim dapat saling berkontribusi.

6. Pelatihan Penggunaan Platform Digital Untuk


Pengambangan Usaha (Literasi Digital); Latar
belakang masyarakat Desa Hambaro yang
berkaitan dengan teknologi maupun dunia
digital masih sangat awam. Pada kegiatan ini
tim pelaksana bersama Dinas Komunikasi dan
Informasi Kabupaten Bogor sebatas mengenal-
kan dunia digital yang dapat dimanfaatkan
untuk mengembangkan usaha melalui media
sosial ataupun marketplace yang tersedia.

7. Pendampingan lebih lanjut kepada kelompok


usaha binaan, pendampingan ini dilakukan
guna memperdalam dan menindaklanjuti pela-
tihan yang sudah dilaksanakan. Pada kegiatan
ini tim pelaksana dan masyarakat lebih banyak
melakukan hal praktik seperti pemotretan
produk, mendaftarkan akun marketplace
(shopee), mendampingi kelompok usaha
binaan mengolah produk, mendampingi
51
mengemasi produk, membantu dalam mema-
sarkan produk dan pada kegiaatan ini tim
pelaksana berhasil memberikan modal dan
pengadaan peralatan yang menunjang kegiatan
usaha dengan bantuan yang diberikan oleh
berbagai pihak yang sudah bersinergi seperti
BAZNAS Kabupaten Bogor, Lazismu Kabupaten
Bogor dan Lazismu Leuwiliang.

Hasil kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh


tim bersama masyarakat sasaran meliputi:

Terbentuknya Kelompok Usaha Binaan


Berbasis Sociopreneur

Pembentukan usaha binaan yang dilakukan


tim pelaksana bertujuan memandirikan masyara-
kat binaan yang mampu menyelesaikan permasa-
lahan yang dialami masing-masing anggota dengan
memanfaatkan fungsi dari kelompok social.
Harapan dari dibentuknya kelompok binaan adalah
membantu menyelesaikan permalahan yang
dihadapi oleh anggota kelompok. Kelompok yang

52
sudah dibentuk terdiri dari empat kelompok yang
berfokus pada olahan kripik dan satu kelompok
yang berfokus pada kerajinan bambu.

53
Gambar 3 Kelompok Usaha Binaan

Kelompok usaha binaan yang telah dibentuk


diberikan berbagai pelatihan dan pendampingan
sociopreneur sehingga mempunyai kemampuan,

54
kapasitas, keterampilan dalam melakukan kegiatan
usaha. Pelatihan dan pendampingan berupa kegi-
atan penguatan kapasitas dan peningkatan kesa-
daran melalui pemetaan potensi, pelatihan produk
yang berfokus pada pengembangan variasi rasa,
pelatihan pengemasan dan pemasaran, pelatihan
akses modal dan pelatihan penggunaan media
digital untuk pengembangan usaha. Semua kegiat-
an itu bertujuan untuk meningkatkan baik dari
keterampilan, kapasitas sumber daya manusianya
dan peningkatan nilai produk yang dihasilkan.

Tabel 1. Data Kelompok Usaha

Nama Nama
No. Kelompok Toko Produk Usaha

• Berbagai miniatur
• Cangkir/Gelas

Kelompok Sinar • Asbak


1. • Tempat gelas
Bambu Hitam Bentang
plastik
• Pot bunga
• Backdrop

55
• Rengginang
• Renggining
Kelompok Ceri • RH
2. Ceria Chips
Ceria • Ampiang
• Keripik Pisang
• Keripik Singkong
Melati
3. Kelompok Melati Criang • Enye-Enye

Krez-Krez • Keripik Singkong

Dadali
4. Kelompok Dadali • Keripik Pisang
Kriuk

Teridentifikasinya Potensi Sumber Daya Alam


dan Sumber Daya Manusia

Tim pelaksana membantu mengembangkan


perekonomian Desa Hambaro sesuai dengan
kearifan local yang dapat menjadi potensi usaha.
Masyarakat Desa Hambaro pada sebelumnya sudah

56
melakukan kegiatan usaha dengan memanfaatkan
hasil pertanian dan perkebunan. Namun kebanyak-
an masyarakat Desa Hambaro tidak menyadari
hasil pertanian dan kebiasaanya (kearifan local)
yang dapat menjadi potensi usaha dan membantu
meningkatkan taraf hidup masyarakat serta
meninkatkan kesejahteraan Desa. Hasil identisikasi
dan pemetaan potensi yang ada di Desa Hambaro
sebagai berikut

1. Lahan pertanian yang masih luas, dengan lahan


yang masih luas masyarakat Desa Hambaro
dapat menanam sayur, buah, dan tanaman lain
yang cocok dengan kondisi tanah. Beragamnya
buah dan sayur yang dapat ditanam di Desa
Hambaro dan didukung oleh kualitas sumber
daya yang dapat mengolahnya, hal tersebut
menjadi potensi usaha. Sedangkan dalam
bidang perkebunan, bambu hitam menjadi
salah satu potensi yang dapat diolah menjadi
kerajinan sehingga memiliki ciri khas
tersendiri.
57
2. Kualitas sumber daya manusia, masyarakat
Desa Hambaro mampu mengolah hasil perta-
nian dan perkebunan menjadi berbagai olahan
maupun kerajinan. Contohnya adalah masya-
rakat Desa Hambaro mengolah hasil petanian
seperti kripik singkong, kripik pisang, renggi-
nang, ampiang, RH, renggining. Sedangkan
dalam bidang perkebunan masyarakat Desa
Hambaro dapat membuat kerajinan dari bam-
bu terkhusus bambu hitam yang mempunyai
keunikan yang ada di kulitnya bewarna hitam.

58
59
Gambar 4 Keterampilan Masyrakat dalam
Mengolah Sumber Daya Alam

Terjalinnya Kolaborasi Masyarakat Sasaran


dengan Stakeholder

Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan dika-


takan terlaksana dengan baik dan sukses jika
adanya partisipasi masyarakat sasaran dengan
stakeholder yang terkait. Berkaitan dengan hal
tersebut sanyangnya di Desa Hambaro seringkali

60
tidak terjalin antara masyarakat dengan
stakeholder bahkan stakeholder yang berkaitan
dengan pemberdayaan ekonomi yaitu Dinas
Koperasi dan UMKM tidak memiliki komunikasi
yang baik. Atas dasar tim pelaksana yang
berkomitmen untuk menyukseskan kegiatan
pemberdayaan ini, tim pelaksana menghubungkan
stakeholder yang terkait seperti Pemerintah Desa
Hambaro, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten
Bogor, Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten
Bogor, Koperasi Khairu Umma Leuwiliang dan
BAZNAS Kabupaten Bogor serta bantuan dari pihak
lain seperti Lazismu Leuwiliang, Lazismu UMJ.

61
62
Gambar 5 Membangun Kolaborasi dan Sinergi
dengan Stakeholder

Produk Usaha Bernilai Kerifan Lokal

Berdasarkan tahapan kegiatan pendam-


pingan yang telah diberikan kepada kelompok
usaha telah menghasilkan softskil atau keteram-
pilan dan pemahaman baru kepada kelompok
usaha sehingga kelompok-kelompok tersebut
mampu memproduksi suatu produk yang berku-
alitas tinggi dengan memanfaatkan secara
maksimal potensi lokal Desa Hambaro. Hasil

63
produknya berupa keripik pisang, keripik
singkong, enye-enye, rengginang, renggining, RH,
ampyang dan berbagai kerajinan bambu seperti
miniatur kapal, cangkir/gelas, hiasan rumah dan
lain-lain.

64
Gambar 6 Hasil Produk dengan Memanfaatkan
Potensi Lokal

65
Terpenuhinya Kewajiban Tri Dharma
Perguruan Tinggi

Salah satu kewajiban perguruan tinggi


adalah mahasiswa dan dosen dapat berkontribusi
kepada masyarakat secara langsung dalam mem-
bantu menyelesaikan permasalahan yang ada.
Kegiatan tersebut merupakan implementasi lang-
sung dari teori yang sudah didaparkan di ruang
kelas.

Evaluasi dan Keberlanjutan Program

Program Penguatan Kapasitas Organisasi


Mahasis-wa yang dijalankan oleh Himpunan
Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Universitas
Muhammadiyah Jakarta tidak berjalan mulus
begitu saja, kekurangan dalam pelaskanaannya
merupakan sebuah proses yang patut untuk
dihargai dan diperbaiki. Pendewasaan dalam
menghadapinya adalah sebuah tantangan bagi tim
untuk menyelesai-kannya. Berikut adalah hasil
evaluasi dari segi tim pelakasana yaitu komunikasi

66
dan koordinasi tim yang kurang baik menjadi
musuh utama bagi tim pelaksana sehingga
terjadinya miskomunikasi pada beberapa kegiatan,
menggali data dan informasi ke masyarakat Desa
Hambaro dinilai kurang mendalam, tim pelaksana
masih dinilai kurang dalam berpartisipasi di
lingkungan masyarakat karena terbatas dengan
fokus kegiatan, tim tidak ikut serta di dalam
beberapa kegiatan kemasyarakatan.

Selanjutnya dari segi ormawa, Himpunan


Mahasiswa Kesejahteraan Sosial sebagai ormawa
seharusnya wajib dan mampu mendukung dan
berpartisipasi lebih jauh dalam hal pelaksanaan
baik secara tenaga manusia dalam hal perencanaan
program dan pelaksanaan program maupun dalam
hal publikasi, administrasi dan keberlanjutan
program. Lalu penilaian bagi Dosen Pendamping
Lapangan yaitu perlunya penilaian kinerja untuk
anggota tim dalam melaksanakan kegiatan
sehingga masing-masing anggota tim menyadari
kekurangan yang perlu di perbaiki untuk kegiatan
67
selanjutnya. Peran-peran lain sudah terpenuhi
seperti membantu merencanakan program, meng-
hubungkan tim dengan pihak eksternal yang
dibutuhkan, memonitoring kegiatan dan memban-
tu tim dalam melengkapi luaran dan pelaporan.
Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah
Jakarta sendiri sudah membantu dan mendukung
tim dalam melaksanakan program kegiatan, dimu-
lai dari penyidaan failitas kampus, memberikan
informasi, membantu publikasi kegiatan dan
berperan dalam keberlanjutan program.

Evaluasi kepada pihak eksternal, yaitu


Pemerintah Desa Hambaro sebagai Desa mitra dan
masyarakat sasaran juga diperlukan. Pemerintah
Desa Hambaro sebagai pemimpin dan naungan
bagi masyarakatnya seharusnya dapat mendukung
lebih keras lagi dan tidak pasif terhadap program
kegiatan yang dijalankan oleh tim pelaksana,
dimana memiliki tujuan mengembangkan pereko-
nomian Desa Hambaro melalui kearifan local.
Pemeritah Desa seharusnya mampu memeberikan
68
data dan informasi akurat yang dibutuhkan tim
pelaksana untuk Menyusun program agar tepat
sasaran membantu menyelesaikan permasalahan
yang ada dimasyarakat. Pemerintah Desa juga
seharusnya mendorong partisipasi masyarakat
untuk mengikuti dan peduli dengan program
kegiatan yang dilaksanakan oleh tim pelaksana.

Keberlanjutan sebuah program diperlukan


guna menguatkan masyarakat sasaran yang sudah
diberdayakan. Walaupun masyarakat sudah diber-
dayakan, mereka belum bisa dinilai mandiri dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Perlu
adanya kelompok, Lembaga pemerintah ataupun
swasta menindaklanjuti hasil program kegiatan.
Berdasarkan hal tersebut tim pelaksana berjuang
keras menghubungkan dan mengajak stakeholder
yang terkait untuk berpartisipasi dalam pelaksa-
naan maupun dalam unsur keberlanjutan program.
Stakeholder yang bersinergi, yaitu Pemerintah
Desa Hambaro dan Perguruan Tinggi Universitas
Muhammadiyah Jakarta sudah menyatakan
69
dukungan penuhnya terhadap program kegiatan,
yaitu dukungan dalam hal pemasaran hasil produk
yang dihasilkan kelompok usaha binaan dan
dengan serius menindaklanjuti hasil dari program
kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh tim.

Berikut adalah bukti pernyataan dukungan


Pemerintah Desa Hambaro dan Universitas
Muhammadiyah Jakarta: Selanjutnya stakeholder
yang bersinergi dan mendukung dalam keberlan-
jutan program adalah Baznas Kabupaten Bogor.
Selain memberikan bantuan kepada kelompok
usaha binaan dalam hal pengadaan peralatan yang
menunjang kegiatan produksi, Baznas Kabupaten
Bogor siap menindaklanjuti program jika program
kegiatan yang dilaksanakan oleh tim berjalan
dengan baik dan berhasil membantu masyarakat
menyelesaikan permasalahan yang ada.

70
B
uku Pengambangan Kapasitas dan Soft
Skill dihasilkan dari rangkaian kegiat-
an program pengembangangan kapasi-
tas organisasi mahasiswa (PPK ORMAWA) yang
bertempat di Desa Hambaro. Setiap Desa memi-
liki potensi sumber daya manusia maupun sum-
ber daya alamnya, akan tetapi tidak banyak De-
sa yang bisa memaksimalkan dua potensi terse-
but untuk meningkatkan kesejahteraanya.

Potensi-potensi tersebut berupa sumber


daya lokal seperti pertanian, perkebunan,
perikanan, peternakan serta industri rumah
tangga, banyaknya potensi yang dimiliki namun
tidak sebanding dengan peningkatan kesejah-
teraan yang ada, hal demikian bukan tanpa
sebab dan setidaknya ada beberapa faktor yang
71
mempengaruhi hal tersebut, di antaranya
tingkat pendidikan yang rendah, kurangnya
akses modal usaha, kreativitas masayarakat
yang rendah, kemauan masyarakat yang kurang,
kemampuan manajemen pengelolaan usaha
yang buruk.

Berdasar potensi dan masalah tersebut


melalui program ini dilakukan berbagai langkah
di antaranya mengidentifikasi hambatan dan
masalah, memberikan bimbingan teknis untuk
mengedukasi lebih lanjut perihal potensi desa
yang dapat difokuskan untuk berusaha,
membangun wawasan dan pengetahuan yang
inovastif dan kreatif, membantu untuk
memfasilitasi serta memberikan informasi dan
pengetahuan akses potensi sumber dalam hal
ini akses modal usaha melakukan pelatihan
yang terfokus untuk meningkatkan kemampuan
manajemen pengelolaan usaha dari berbagai
aspek pengelolaannya.

72
Dari pelaksaan kegiatan program pengu-
atan kapasitas organisasi kemahasiswaan terse-
but dihasilkan semangat kemandirian serta
tersadarkannya akan potensi SDA dan SDM
pada masyarakat serta terbentuknya empat
kelompok usaha binaan sebagai bagian dari
hasil rangkaian kegiatan yang ditelah dilaksana-
kan serta terbangunnya kolaborasi antar masya-
rakat, kelompok usaha dan pemerintah dalam
membangun usaha perekonomian Desa Ham-
baro dan tetap menjaga kearifan lokal yang ada,
sehingga sampai dengan saat ini kelompok
usaha binaan sudah memproduksi dan menda-
patkan hasil dan manfaat dari kegiatan pendam-
pingan yang telah dilakukan.

73
Bhargava, S. (2007). The Evolution of the
Concept of Enterpreneurship. In L. Bhole,
Developmental Aspects of Entrepreneurship
(p. 58). New Delhi: Vivek Mehra for Response
Books.

Eliyatiningsih, Luri A, S., & Etikasari, B. (2017).


Pembinaan Sociopreneur sebagai Upaya
Meningkatkan Kreativitas dan Kemandirian
Anak Yatim di Yayasan Raudlatul Akbar
Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember.
Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada
Masyarakat 2017, 73- 77.

Prayogo, C. (2017). Studi Deskriptif Social


Entrepreneur Pada Pemilik Agfa Di Sidoarjo,
Jawa Timur, Indonesia. Agora, 1-6.

Saillah, Illah dkk. 2022. Buku Panduan Program


Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa
74
(PPK Ormawa) 2022. Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Hal 7.

Sembiring, Handana dan Soemitra, Andri. 2022.


Upaya Peningkatan Pola Pikir Masyarakat
Melalui Kegiatan Keagamaan yang
Dilaksanakan oleh Bagian Kesejahteraan
Rakyat Kota Binjai. Jurnal Akutansi,
Manajeman dan Bisnis Digital. Vol. 1, No. 2,
Hal. 161-164

Kistanto, N. H. 2015. Tentang Konsep


Kebudayaan. Sabda: Jurnal Kajian
Kebudayaan, Vol.10, Issue.2, Hal. 1-11

Bungsu, Rajo dan Rosadi, Kemas, Imron. 2020.


Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Sistem:
Aspek Internal dan Eksternal. Jurnal Ekonomi
Manajeman Sistem Informasi. Volume 2,
Issue 2, Hal. 205-215

Ciptaningsih, Rizka dan Nurcahyanto,


Herbasuki. 2019. Kolaborasi Stakeholders

75
Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi
Kasus di Desa Wonoyoso, Kecamatan
Pringapus, Kabupaten Semarang). Journal Of
Public Policy and Management Review.
Volume 8, Nomer 1, Halaman 1-15

Suradi. 2012. Pendekatan Kelompok sebagai


Modalitas dalam Penanggulangan
Kemiskinan. Jurnal Sosio informasi. Vol. 17,
No. 02, Hal. 65-74.

Islamy, Izzul. 2019. Penelitian Survei dalam


Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa Inggris.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Penelitian-Survei-dalam-Pembelajaran-
Pengajaran-Bahasa-Inggris.pdf
(researchgate.net). Diakses 30 Oktober 2022.

Sutha, Diah Wijayanti. 2018. Administrasi


Perkantoran, Cara Mudah Memahami Konsep
Dasar Administrasi Perkantoran Secara
Umum. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.

76

Anda mungkin juga menyukai