Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KEPERAWATAN KESEHATAH MATRA RESUME JURNAL

Hubungan antara Jumlah Sesi Terapi Oksigen Hiperbarik sebagai Terapi Adjuvan
dengan Perbaikan Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo
Tahun 2016–2018

DISUSUN OLEH :
WAHYU NUR ANISYA
NIM 23012090

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN JALUR RPL


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2023
PENDAHULUAN

Selama tiga dekade terakhir, angka penyakit diabetes melitus (DM) di seluruh dunia
mengalami peningkatan terutama pada negara-negara berkembang. Hal tersebut
menyebabkan DM menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat yang paling penting
untuk seluruh bangsa. Prevalensi penyandang DM di dunia dan di Pasifik Barat
diperkirakan berjumlah 425 juta dan 159 juta pada tahun 2017. Indonesia sendiri adalah
negara dengan jumlah penyandang DM tertinggi keempat dengan prevalensi berjumlah 8,4
juta penduduk, sedangkan Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi yang menduduki
posisi tertinggi berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15 tahun dengan
jumlah 3,4% dari total penduduk pada tahun 2018.
Terapi konvensional pada pasien UKD antara lain perawatan luka yang baik, DM
yang terkontrol, dan pengobatan infeksi Komponen utama dalam perawatan UKD ialah
kendali metabolik, vaskular, infeksi, luka, tekanan, dan penyuluhan.Pemberian terapi
konvensional saja pada UKD seringkali tidak dapat memberikan penyembuhan sehingga
terapi adjuvan diperlukan untuk membantu penyembuhan UKD.Terapi adjuvan seperti
terapi oksigen hiperbarik (TOHB) dapat digunakan dalam membantu dasar penutupan luka
UKD dan menunjukkan penurunan angka amputasi pada kaki gangren diabetik.Terapi
oksigen hiperbarik merupakan terapi inhalasi oksigen murni (100%) saat berada di dalam
ruangan yang memiliki tekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfer normal. Pada kondisi
tersebut, tekanan oksigen pada plasma darah mengalami peningkatan. Kadar oksigen
yang tinggi dalam darah diketahui dapat memfasilitasi penyembuhan luka dengan
memperbaiki perfusi jaringan luka, meningkatkan replikasi fibroblas serta produksi
kolagen, dan meningkatkan kemampuan fagositik leukosit.
Kendati penelitian mengenai TOHB sebagai terapi adjuvan untuk perbaikan UKD
sudah lama diperkenalkan, penelitian di Indonesia khususnya di Jakarta mengenai jumlah
sesi yang optimal pada penggunaan TOHB sebagai terapi adjuvan pada penatalaksanaan
UKD masih belum dilakukan. Oleh karena itu, peneliti ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan antara jumlah sesi TOHB sebagai terapi adjuvan
dengan perbaikan UKD. Diharapkan hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai
referensi tenaga medis dalam menentukan pemberian jumlah sesi TOHB yang optimal
nantinya.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain potong
lintang yang mana observasi atau pengukuran variabel dilakukan pada satu saat
tertentu.Subjek dalam penelitian ini adalah pasien UKD yang menggunakan TOHB
sebagai terapi adjuvan di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo tahun 2016– 2018
dengan kriteria inklusi pasien UKD dengan derajat Meggit-Wagner satu sampai lima,
kadar HbA1c ≥6,5%, dankadar glukosa darah sewaktu (GDS) ≥200 mg/dL. Pasien UKD

dengan kelainan vaskular dieksklusi dari penelitian ini.


Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dari rekam medis pasien yang
berisi usia, jenis kelamin, terapi standar yang diberikan, jumlah sesi terapi oksigen
hiperbarik, derajat UKD, kadar GDS, dan kadar HbA1c pada pasien UKD. Peneliti
melakukan pengambilan sampel dengan cara membuka rekam medis pasien UKD pada
kamar udara bertekanan tinggi (KUBT) lalu mencatat data yang diperlukan untuk
penelitian, kemudian dilakukan pengolahan data menggunakan aplikasi pengolah data.
HASIL
Terdapat 20 subjek dengan UKD pada pasien dengan DM tipe 1 dan tipe 2 yang
sebagian besar berada pada masa lansia akhir (usia 56–65 tahun) sebanyak 7 orang
(35,0%), dan berjenis kelamin perempuan (55,0%). Distribusi pasien berdasarkan derajat
ulkus sebelum terapi yang terbanyak adalah derajat UKD Meggit-Wagner 4 yaitu sebanyak
10 orang (50,0%), sedangkan derajat ulkus sesudah terapi yang terbanyak adalah derajat
UKD Meggit-Wagner 2 yaitu sebanyak 7 orang (35,0%). Subjek umumnya mengalami
penurunan rerata kadar gula darah sewaktu (GDS) sesudah terapi dibandingkan dengan
sebelum terapi (Tabel 2).

DISKUSI
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbaikan derajat keparahan ulkus kaki
diabetik pada pemberian terapi oksigen hiperbarik sebagai terapi adjuvan yang ditandai
dengan mengecilnya ukuran luka, berkurangnya cairan pus, dan penurunan derajat skor
Meggit-Wagner pada pasien. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan terapi oksigen
hiperbarik akan meningkatkan kadar oksigen pada luka yang dapat memulai penyembuhan
dengan mekanisme angiogenesis yang berakibat pada peningkatan pasokan oksigen ke
jaringan-jaringan hipoksia. Hal tersebut mengakibatkan luka iskemik pada pasien ulkus kaki
diabetik dapat berproliferasi dan berdiferensiasi untuk memperkecil ukuran luka. Terapi
oksigen hiperbarik juga memiliki efek bakterisidal dan bakteriostatik yang menyebabkan
pertumbuhan dari bakteri etiologi infeksi.
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian

Karakteristik N (%)

Usia
5–11 1 (5,0)
26–35 2 (10)
36–45 1 (5,0)
46–55 4 (20)
56–65 7 (35)
>65 5 (25)
Jenis Kelamin
Laki-laki 11 (55,0)
Perempuan 9 (45,0)

Tabel 2. Karakteristik subjek sebelum dan setelah terapi oksigen


hiperbarik
(TOHB)
Karakteristik Sebelum Setelah
terapi, n (%) terapi, n (%)
Derajat ulkus
1 0 4 (20,0)
2 2 (10,0) 7 (35,0)
3 8 (40,0) 5 (25,0)
4 10 (50,0) 4 (20,0)
Kadar GDS
<200 0 12 (60,0)
mg/dL
≥200 20 (100) 8 (40,0)
mg/dL
Kadar HbA1c
<6,5% 0 1 (5,0)
≥6,5% 20 (100) 19 (95,0)
GDS= gula darah sewaktu

Tabel 3. Hasil analisis hubungan jumlah sesi TOHB dengan derajat UKD

Kelompok terapi Nilai p Keterangan


Sebelum terapi Terapi dibawah 1.000 tidak bermakna
10 sesi
Terapi diatas 10 sesi 0,001 bermakna
Terapi dibawah 10 Terapi diatas 10 sesi 0,001 bermakna
Penelitian ini mendapati bahwa jumlah sesi TOHB terbaik untuk memberikan perbaikan
UKD adalah pada kelompok dengan jumlah sesi terapi diatas 10 kali dengan terjadinya
penurunan derajat skor Meggit-Wagner. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa perbaikan UKD yang diberi jumlah sesi TOHB
diatas 10 kali sebagai terapi adjuvan dapat memperbaiki luka UKD.17 Dengan demikian,
pemberian jumlah sesi TOHB diatas 10 kali sebagai terapi adjuvan dapat memberikan
perbaikan pada UKD melalui mekanisme yang sudah dijelaskan di atas.

SIMPULAN
Jumlah sesi terapi oksigen hiperbarik diatas 10 kali sebagai terapi adjuvan memiliki
perbaikan ulkus kaki diabetik yang pada bermakna dengan terjadinya penurunan derajat
dan mengecilnya ukuran luka pada pasien di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo
tahun 2016–2018.

DAFTAR PUSTAKA
1. Andrisha, Naufal Hilmi; Savitri, Pritha Maya; and Bustamam, Nurfitri (2020) "Relationship
between Total Session of Hyperbaric Oxygen Therapy as Adjuvant Therapy with Diabetic
Foot Ulcers Improvement in Dr. Mintohardjo Naval Hospital in The Year 2016−2018,"
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia: Vol. 7: Iss. 2, Article 7.

2. Chen L, Magliano DJ, Zimmet PZ. The worldwide epidemiology of type 2 diabetes mellitus
- present and future perspectives. Nat Rev Endocrinol. 2012;8(4):228–36.
3. Veves A, Giurini JM, LoGerfo FW. The diabetic foot. 2 nd editions. Boston, MA: Humana
Press; 2006. p.562.
4. International Diabetes Federation. IDF diabetes atlas, 8th edition [Internet]. Brussels,
Belgium: International Diabetes Federation; 2017. p.1–150.
5. Kemenkes RI. InfoDATIN hari diabetes sedunia tahun 2018. Jakarta: Direktorat Pencegah
dan Pengendali Penyakit Tidak Menular, Badan Litbangkes; 2019.

Anda mungkin juga menyukai