Anda di halaman 1dari 31

TUGAS KEPERAWATAN BENCANA

MAKALAH SEJARAH BENCANA BANJIR DI DKI JAKARTA

DISUSUN OLEH :
WAHYU NUR ANISYA
NIM 23012090

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN JALUR RPL


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2023
lOMoARcPSD|30642129

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar, guna memenuhi tugas
untuk mata kuliah Keperawatan bencana.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan- kekurangan baik pada Teknik penulisan maupun materi,
mengingat kemampuan yang kami miliki.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikanmakalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Penulis
lOMoARcPSD|30642129

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................
2.1 Sejarah Banjir di DKI Jakarta ..............................................................
2.2 Penyebab terjadinya Banjir di Ibu Kota.............................................9
2.3 Kondisi Banjir di Ibu Kota Setiap Tahunnya.....................................10
2.4 Solusi Pemerintah Untuk Mengatasi Banjir di Jakarta.......................11
2.5 Solusi yang Bisa Kita Lakukan Untuk Mengatasi Banjir...................13
BAB III PENUTUP......................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................14
B. Saran...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semakin bertambahnya jumlah penduduk di jakarta maka


semakin menimbulkan berbagai permasalahan yang timbul di
masyarakat, salah satunya adalah masalah banjir. Banjir merupakan
masalah yang di alami di hampir setiap tahunnya terutama di saat
musim penghujan
Saat ini cuaca yang tidak menentu menjadi tidak dapat di
perkirakan dan sering terjadinya hujan dengan intensitas yang tinggi
dan tentu hal ini menimbulkan permasalahan yang di alami
masyarakat Jakarta yaitu banjir, masalah terkait banjir di jakarta sering
menjadi problematika di tengah masyarakat jabodetabek yang
khususnya untuk wilayah jakarta yang notabennya wilayah yang padat
penduduk. Sudah bertahun-tahun lamanya masalah banjir di jakarta
tidak pernah ada habisnya. Jakarta yang merupakan Ibu Kota menjadi
pusat perhatian, maka dari itu masalah banjir ini harus segera di
tangani agar masyarakat di jakarta dapat beraktivitas dengan lancar.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini
antara
lain:
1. Apa saja sejarah Banjir di DKI Jakarta?
2. Apa penyebab terjadi masalah banjir di DKI Jakarta?
3. Bagaimana kondisi banjir di DKI Jakarta setiap tahunnya?
4. Solusi apa saja yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi banjir
di DKI Jakarta?
5. Solusi apa yang bisa masyarakat lakukan untuk mengatasi banjir
di DKI Jakarta?
1.3 Tujuan
lOMoARcPSD|30642129

Tujuan dari ditulisnya makalah ini antara lain:


1. Untuk mengetahui sejarah banjir di DKI Jakarta.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya banjir di DKI Jakarta.
3. Untuk mengetahui kondisi banjir di DKI Jakarta setiap tahunnya
4. Untuk mengetahui upaya apa yang telah dilakukan oleh
pemerintah untuk mengatasi masalah banjir di DKI Jakarta.
5. Untuk mengetahui solusi apa yang dapat kita lakukan untuk
mengatasi terjadinya banjir di DKI Jakarta.
lOMoARcPSD|30642129

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Banjir di DKI Jakarta

Latar Belakang
Gempa bumi Lombok
Juli 2018 adalah sebuah
gempa darat berkekuatan
6,4 Mw
yang melanda Pulau
Lombok, Indonesia pada
tanggal 29 Juli 2018,
pukul 06.47
WITA. Pusat gempa
berada di 47 km timur
laut Kota Mataram, Nusa
Tenggara
Barat dengan kedalaman
lOMoARcPSD|30642129

24 km. Guncangan
gempa bumi dirasakan
di seluruh
wilayah Pulau Lombok,
Pulau Bali, dan Pulau
Sumbawa.
Gempa ini merupakan
rangkaian gempa awal
sebelum gempa
bermagnitudo lebih
besar mengguncang
Lombok pada 5 Agustus
2018.
Gempa bumi ini
berpusat di darat di
dekat Gunung Rinjani
lOMoARcPSD|30642129

wilayah Kabupaten
Lombok Timur. Dengan
memperhatikan lokasinya
dan kedalaman hiposenter,
maka
gempa bumi ini
merupakan jenis
gempabumi dangkal
akibat aktivitas Sesar Naik
Flores (Flores Back Arc
Thrust). Hasil analisis
mekanisme sumber
menunjukkan
gempa ini, dibangkitkan
oleh deformasi batuan
dengan mekanisme
lOMoARcPSD|30642129

pergerakan
naik (thrust fault)
Guncangan gempa bumi
ini dilaporkan telah
dirasakan di seluruh
Pulau
Lombok, Pulau Bali dan
Pulau Sumbawa.
Guncangan gempa bumi
terkuat berada di
seluruh wilayah Pulau
Lombok terutama
Kabupaten Lombok
Timur, Sumbawa
Barat serta Sumbawa
Besar berupa guncangan
lOMoARcPSD|30642129

V-VI MMI. Sedangkan


di Pulau
Bali dirasakan kuat berupa
III-IV MMI. Serta di Bima
III MMI
Setelah gempa utama 6,4
Mw pada pukul 06.47
WITA hingga pukul 10.20
WITA,
telah terjadi 124 gempa
bumi susulan dengan
empat gempa berkekuatan
lebih dari 5,0
Mw dan yang terbesar 5,7
Mw pada pukul 10.16
WITA
lOMoARcPSD|30642129

Latar Belakang
Gempa bumi Lombok
Juli 2018 adalah sebuah
gempa darat berkekuatan
6,4 Mw
yang melanda Pulau
Lombok, Indonesia pada
tanggal 29 Juli 2018,
pukul 06.47
WITA. Pusat gempa
berada di 47 km timur
laut Kota Mataram, Nusa
Tenggara
Barat dengan kedalaman
24 km. Guncangan
gempa bumi dirasakan
lOMoARcPSD|30642129

di seluruh
wilayah Pulau Lombok,
Pulau Bali, dan Pulau
Sumbawa.
Gempa ini merupakan
rangkaian gempa awal
sebelum gempa
bermagnitudo lebih
besar mengguncang
Lombok pada 5 Agustus
2018.
Gempa bumi ini
berpusat di darat di
dekat Gunung Rinjani
wilayah Kabupaten
Lombok Timur. Dengan
lOMoARcPSD|30642129

memperhatikan lokasinya
dan kedalaman hiposenter,
maka
gempa bumi ini
merupakan jenis
gempabumi dangkal
akibat aktivitas Sesar Naik
Flores (Flores Back Arc
Thrust). Hasil analisis
mekanisme sumber
menunjukkan
gempa ini, dibangkitkan
oleh deformasi batuan
dengan mekanisme
pergerakan
naik (thrust fault)
lOMoARcPSD|30642129

Guncangan gempa bumi


ini dilaporkan telah
dirasakan di seluruh
Pulau
Lombok, Pulau Bali dan
Pulau Sumbawa.
Guncangan gempa bumi
terkuat berada di
seluruh wilayah Pulau
Lombok terutama
Kabupaten Lombok
Timur, Sumbawa
Barat serta Sumbawa
Besar berupa guncangan
V-VI MMI. Sedangkan
di Pulau
lOMoARcPSD|30642129

Bali dirasakan kuat berupa


III-IV MMI. Serta di Bima
III MMI
Setelah gempa utama 6,4
Mw pada pukul 06.47
WITA hingga pukul 10.20
WITA,
telah terjadi 124 gempa
bumi susulan dengan
empat gempa berkekuatan
lebih dari 5,0
Mw dan yang terbesar 5,7
Mw pada pukul 10.16
WITA
Banjir di Jakarta terjadi di pantai barat laut Jawa, di muara Sungai
Ciliwung di Teluk Jakarta, yang merupakan sebuah inlet dari Laut
Jawa dan telah terjadi pada tahun 1918, 1960, 1979, 1996, 2002, 2007,
2013, 2015, 2018, dan 2020.
lOMoARcPSD|30642129

Daerah Khusus Ibu kota Jakarta meliputi 662 km2 wilayah daratan
dan 6,977 km2 wilayah lautan. Jakarta terletak di daratan yang datar, rata-
rata 7 meter (23 ft) di atas permukaan laut yang mana 40% wilayah
Jakarta, terutama daerah utara, berada di bawah permukaan laut,
sedangkan bagian selatan relatif berbukit-bukit.

Kebanyakan Sungai di Jakarta mengalir dari


Daerah Jonggol dan Puncak, melewati seluruh kota ke utara menuju Laut
Jawa; Sungai Ciliwung, adalah sungai yang membagi kota ke barat dan
timur. Sungai-sungai lain seperti Pesanggrahan, dan Suntnd.

Jakarta adalah kawasan perkotaan dengan masalah sosial-ekonomi


kompleks yang secara tidak langsung berkontribusi untuk memicu bencana
banjir.

Pada bulan Februari 1960, banjir terjadi di pinggiran kota Jakarta.


Daerah pinggiran kota Grogol, mengalami kebanjiran hingga lutut dan
pinggang. Ini adalah krisis pertama untuk Presiden Soekarno.

1. Banjir Tahun 1996 Banjir besar terjadi pada tahun 1996 yang mana
5,000 hektar lahan terendam banjir.
2. Banjir tahun 2007
Banjir besar juga terjadi pada tahun 2007, Banjir disebabkan oleh
berkurangnya wilayah penadah hujan khususnya daerah Jonggol,
Bogor dan Puncak, Bogor yang banyak lahannya telah dialih fungsikan
menjadi perumahan, hotel, villa hingga pertokoan. Kerugian dari
kerusakan infrastruktur dan pendapatan negara setidaknya 5.2 triliun
rupiah (572 juta dolar AS) dan setidaknya 190.000 orang jatuh sakit
akibat banjir yang
berhubungan dengan penyakit. Sekitar 70% lahan di Jakarta
terendam banjir dengan air setinggi empat meter di sebagian wilayah
kota.
3. Banjir tahun 2013

Banjir ini sebenarnya sudah dimulai sejak Desember 2012, dan


baru mencapai puncaknya pada Januari 2013.Selain curah hujan yang
lOMoARcPSD|30642129

tinggi sejak Desember 2012, sistem drainase yang buruk, dan jebolnya
berbagai tanggul di wilayah Jakarta, banjir ini juga disebabkan
meningkatnya volume 13 sungai yang melintasi Jakarta.

Tercatat Bogor, Bekasi, Depok, dan Tangerang juga mengalami


hal yang sama pada masa ini.

Hingga pertengahan Januari 2013, Jakarta tercatat mencapai rekor


curah hujan hingga 250–300 mm, melebihi kondisi Banjir Jakarta
2002 yang mencapai 200 mm, tetapi masih di bawah kondisi Banjir
Jakarta 2007 yang mencapai 340 mm.

Kepala BPPT, Tri Handoko Seto, menyatakan bahwa gelombang


atmosfer, angin muson, dan osilasi diurnal menyebabkan tingginya
curah hujan ini. Massa udara dari laut China selatan dan India bergerak
ke selatan menuju pusat tekanan rendah di Australia. Massa udara ini
kemudian mengalami pembelokan di sekitar Jakarta, akibat tekanan
rendah di Samudera Indonesia, di sebelah barat daya Jakarta.

Tingginya curah hujan di kawasan bisnis MH Thamrin membuat


jalanan tergenang pada tanggal 22 Desember, mulai dari Sarinah,
Sabang hingga Monumen Nasional. Kepala Dinas PU DKI
Jakarta, Ery Basworo, menyatakan tingginya curah hujan sebagai
penyebab buruknya genangan dan menyangkal adanya masalah
drainase dan sampah. Buruknya genangan disebabkan pompa yang
telah disediakan tidak mampu mengimbangi tingginya aliran air yang
hendak dipindahkan ke Kanal Banjir Barat.

Namun pendapat ini dibantah oleh Kementerian Pekerjaan


Umum melalui Menteri Djoko Kirmanto, yang menegaskan masalah
sampah yang menyumbat drainase dan menghalangi aliran air menuju
pompa yang telah terpasang. Kementerian Pekerjaan Umum juga
menjanjikan alokasi dana hingga 18 Triliun rupiah untuk mengatasi
masalah banjir di Jakarta.

Hal ini diperkuat lagi oleh fakta bahwa gorong-gorong di sekitar


wilayah tersebut yang ternyata hanya berukuran 60 sentimeter, dan
lOMoARcPSD|30642129

belum pernah dibangun lagi semenjak tahun 1970an. Inisiatif


Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo untuk memeriksa drains di Jalan
MH Thamrin, membuat hal tersebut terungkap kepada publik dan
akhirnya memunculkan ide untuk membangun Smart Tunnel untuk
membantu mempercepat mengalirnya air ke laut.

Sejak akhir tahun, telah terjadi beberapa kerusakan tanggul,


dimulai dari tanggul di Kali Adem, Muara Angke, Penjaringan, Jakarta
Utara, pada tanggal 13 Desember 2012. Kerusakan tanggul ini
menyebabkan 500 rumah warga terendam air laut, serta dua warga
hanyut. Akhirnya ratusan gubuk liar dibongkar untuk mempermudah
masuknya alat berat guna memperbaiki tanggul. Lurah Pluit
menjelaskan hempasan air laut pasang yang menggerus tanggul yang
menyebabkan kerusakan ini.

4. Banjir di Jl. Rasuna Said, Setiabudi, Kuningan, Jakarta Selatan 2012

Musibah kembali menyusul pada tanggal 20 Desember 2012,


dengan jebolnya tanggul di Kali Cipinang. Akibatnya 979 warga
terpaksa mengungsi ke GOR Makassar serta Jalan Pusdiklat Depnaker
dan Jalan Masjid Suprapto tergenang,menutupi akses warga Pinang
Ranti menuju Halim. Diketahui buruknya konstruksi tanggul yang
tidak menggunakan rangka menyebabkan rusaknya tanggul ini
Tanggul Kali Laya, Pekayon, Jakarta Timur, menyusul pada tanggal 24
Desember 2012, sehingga air merendam permukiman sekitarnya.
Dinding sungai yang mengalami kerusakan memiliki tinggi dua meter.

Pada Tanggal 15 Januari 2013, menyusul tanggul di Kedoya


Selatan, Kebun Jeruk, jebol dan menyebabkan banjir setinggi dua
meter. Tanggul ini juga tercatat memiliki konstruksi buruk karena
hanya dibuat dari karung pasir, sehingga tidak kuat menahan air Kali
Pesanggrahan. Warga diungsikan ke bagian timur rel Pesing, tetapi
kebanyakan bertahan di rumah masing-masing.

Pada tanggal 17 Januari 2013, tanggul Kanal Banjir Barat, di


daerah Latuharhari juga jebol dan menyebabkan terendamnya kawasan
lOMoARcPSD|30642129

perumahan mewah di Menteng dan berbagai kawasan bisnis di pusat


kota. Perbaikan segera dilakukan namun terhambat arus lalu lintas.

Menurut perkiraan Gubernur DKI Jakarta, banjir ini telah


menyebabkan kerugian hingga Rp 20 triliun. Sementara pengusaha,
melalui Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi,
mengklaim terjadinya kerugian ekonomi lebih dari Rp 1 triliun. Selain
itu Rp 1 miliar harus dikeluarkan untuk menyiapkan kebutuhan
pengungsi. Perusahaan Listrik Negara juga memiliki taksiran kerugian
116 miliar akibat terganggunya fungsi pembangkit dan peralatan
distribusi dan transmisi yang mengalami kerusakan akibat tergenang
air.

Selain secara ekonomi, banjir juga menelan 20 korban jiwa dan


33.500 orang terpaksa mengungsi.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan jumlah


resmi korban yang tercatat selama banjir Jakarta 2013, pada tanggal 18
Januari 2013, adalah 12 orang, dengan rincian 5 orang karena disetrum
listrik, 2 orang karena kedinginan, 2 orang karena terpeleset atau jatuh,
1 orang karena hanyut, 1 orang karena usia lanjut, dan 1 orang sudah
ditemukan meninggal di rumah. Data ini diperbaharui kembali pada
tanggal 22 Januari menjadi 20 korban jiwa, dan 33.502 orang terpaksa
mengungsi.

Jebolnya tanggul Johannes Latuharhary menyebabkan air


mengalir deras hingga ke Bundaran HI. Lantai bawah tanah dari
Gedung UOB yang memiliki ketinggian lantai dasar hampir sama
dengan jalan dalam sekejap terendam. Selama proses pengeringan,
ditemukan korban 2 orang meninggal, dan 2 lainnya dalam kondisi
lemas dan kaku karena terendam air dalam waktu yang lama. Selain itu
ditemukan setidaknya 47 mobil terendam di lantai basement 1 dan 2.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah yang
terjadi selama banjir, antara lain dengan memperbaiki tanggul,
lOMoARcPSD|30642129

pendirian posko bantuan di titik-titik yang terkena banjir, relokasi


pengungsi ke rumah susun, hingga pengumuman status darurat banjir.

Pada tanggal 18 Januari, menyusul jebolnya tanggul latuharhari,


daerah Pluit ikut terendam. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kemudian
menawarkan relokasi kepada penghuni rumah liar di sekitar Waduk
Pluit untuk pindah ke rumah susun yang diberikan fasilitas sangat
lengkap, dengan alasan mengurangi dampak banjir pada masa depan
dan memungkinkan peralatan berat bekerja untuk mengeruk waduk.

Setelah adanya permintaan dari DKI Jakarta, mulai tanggal 26


Januari hingga 25 Maret 2013, BPPT dan BNPB melakukan upaya
modifikasi cuaca, dengan cara mencegah pembentukan awan dan
menurunkan hujan di luar wilayah rawan banjir. Untuk kerja sama ini,
BNPB mengeluarkan biaya hingga Rp 13 miliar. Proyek serupa pernah
sukses dijalankan di SEA Games Palembang dan PON 18 Riau.

Pengendalian cuaca dilakukan dengan mengerahkan 1 Hercules


C-130 dan 3 pesawat CASA 212-200 untuk mempercepat awan
menjadi hujan. Sedangkan untuk menghambat pertumbuhan awan
dipasang 25 titik GBG (Ground Based Generator) yang membakar
flare berisi bahan higroskopis (NaCl). Proyek ini juga didukung 3
radar hujan dan 6 stasiun pos meteorologi.

Pada tanggal 17 Januari 2013, Gubernur DKI Jakarta, Joko


Widodo, mengumumkan status darurat banjir untuk Jakarta setelah
jatuhnya 5 korban jiwa dan 15.447 warga terpaksa mengungsi. Pada
saat itu, BNPB mencatat banjir telah menggenangi 500 RT, 203 RW di
44 kelurahan yang tersebar di 25 kecamatan.

5. Banjir Tahun 2015

Banjir Jakarta 2015 adalah bencana banjir yang


melanda Daerah Khusus Ibukota Jakarta sejak 9 Februari 2015,
penyebab banjir tersebut berasal dari kiriman air sungai yang berhulu
di daerah Jonggol, Bogor dan Puncak, Bogor sebagai daerah sumber
air terbesar se-Jabodetabek. Selain itu, banjir juga terjadi akibat
lOMoARcPSD|30642129

curah hujan tinggi yang melanda Jakarta dan sekitarnya sejak 8


Februari 2015 sore.

Tercatat sedikitnya 52 titik banjir tersebar seantero


Jakarta. Beberapa kawasan terparah yang sempat tergenang air berada
di kawasan Kelapa Gading, Mangga Dua, dan Grogol. Di Grogol, titik
terparah banjir berada di Jalan S. Parman depan Universitas
Trisakti dan Universitas Tarumanagara. Ketinggian air di kawasan
tersebut sempat mencapai 60 cm. Di Kelapa Gading, ketinggian banjir
hingga mencapai 80 cm menghambat akses masuk ke beberapa tempat
di kawasan tersebut.[6] Di Mangga Dua, banjir setinggi 40 cm
memenuhi Jalan Mangga Dua Raya, Jakarta Utara.

Sejumlah pusat perbelanjaan yang berada di sepanjang jalan


tersebut tutup. Genangan air juga membanjiri kawasan Jalan Medan
Merdeka yang melingkupi kompleks Istana Negara dan Balai
Kota DKI Jakarta. Akibat banjir, beberapa perjalanan KA Commuter
Jabodetabek terhambat karena genangan air yang melanda Stasiun
Jakarta Kota, Sudirman, dan Kampung Bandan. Banjir tersebut juga
membuat delapan koridor Transjakarta berhenti beroperasi sementara.
Untuk mengantisipasi sengatan aliran listrik karena banjir, Perusahaan
Listrik Negara melakukan pemadaman sedikitnya 469 gardu listrik di
beberapa wilayah barat Jakarta dan Kota Tangerang. Sementara itu,
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri DKI Jakarta Sarman
Simanjorang menaksir kerugian akibat banjir tahun 2015 sebesar
Rp1,5 triliun rupiah.

6. Banjir Tahun 2018

Banjir Jakarta 2018 adalah rangkaian banjir di Jakarta pada sekitar


puncak musim hujan pada 5 Februari dan 15 Februari 2018. Perbaikan
sistem drainase dan resapan pada tahun-tahun sebelumnya telah
membuat banjir di Jakarta periode tahun 2016 hingga 2018 berkurang,
namun masih merendam sebagian Jakarta Timur, Barat, Utara dan
Pusat. Menurut data BPBD Jakarta, diperkirakan 53 RW di 18
lOMoARcPSD|30642129

kelurahan di seluruh wilayah Jakarta tergenang banjir Banjir ini


menyebabkan 11,824 warga DKI mengungsi.

Sebab utama banjir ini adalah kiriman air dari Bogor, khususnya
daerah Jonggol, Bogor dan Puncak, Bogor sebagai daerah sumber air
terbesar se-Jabodetabek, yang pada waktu itu dilanda curah hujan
tinggi. Banjir terjadi setelah adanya peringatan dini dari bendung
Katulampa.

7. Banjir Tahun 2020


disebabkan meluapnya sungai yang kebanyakan berhulu di Bogor,
khususnya daerah Jonggol, Bogor dan Puncak, Bogor sebagai daerah
sumber air terbesar se-Jabodetabek. Meluapnya sungai tersebut, terjadi
akibat curah hujan tinggi yang melanda Jakarta dan sekitarnya sejak 30
Desember 2019 sore hingga malam tahun baru.

Berdasarkan data yang dihimpun BNPB dan BPBD dari berbagai


sumber, berikut ini wilayah Jabodetabek yang terkena banjir pada
awal tahun baru 2020 (1 Januari 2020):

2.2 Penyebab Terjadinya Banjir di Ibu Kota


Banjir yang terjadi di Ibu Kota akibat dari curah hujan yang
tinggi, salah satu titik banjir tertinggi terdapat di daerah Duri
Kosambi, jakarta Barat. Ketinggian air mencapai 110 cm. Penyebab
banjir ini diantaranya yaitu :
1. Drainase
Dilihat dari tahun 2021 lalu, drainase di jakarta masih belum
optimal penggunaannya karena tidak mampu untuk menampung
air hujan yang turun yang mengakibatkan banjir di jakarta.
2. Curah Hujan Ekstrem
Sekarang ini sering terjadi curah hujan yang ekstream dengan
intensitas yang tinggi. Curah hujan yang ekstream ini dampak
dari perubahan iklim akibat dari perbuatan manusia yang
mengakibatkan banjir di jakarta.
lOMoARcPSD|30642129

3. Perubahan Tutupan Lahan


Pada tahun 2019 lahan terbuka hijau di jakarta hanya 9.8%. tentu
ini sangat berpengauh terhadap penyerapan air yang ada di
jakarta, karena lahan terbuka hijau semakin berkurang maka
menyebabkan banjir yang terjadi saat ini.
4. Penurunan Permukaan Tanah
Rata rata penurunan permukaan tanah di jakarta mencapai 12%
si setiap tahunnya, dan yang ektream terjadi di pesisir utara
jakarta dengan laju penurunan mencapai 25% per tahunnya. Ini
di sebababkan dari pembangunan gedung gedung tinggi di
jakarta dan pergerakan tanah.
5. Sampah
Kebiasaan buruk yang di lakukan oleh masyarakat Indonesia
adalah membuang sampah sembarangan, bahkan masih banyak
yang membuang sampah ke sungai, hal ini tentunya
menyebabkan banjir.

2.3 Kondisi Banjir di Ibu Kota Setiap Tahunnya


Dengan adanya banjir, pasti aka nada dampak buruk yang akan
dialami oleh masyarakat serta lingkungan sekitar. Terlebih lagi
padatnya penduduk yang ada di Jakarta pastinya akan menjadi
kerugian yang cukup besar. Berikut merupakan data banjir lintas tahun
yang terjadi di Jakarta bersumber dari BMKG, BPBD, dan Jakarta
Open Data:

Data Banjir Lintas Tahun 2014 - 2020


lOMoARcPSD|30642129

Data diatas merupakan data tertinggi yang terjadi pada tahun


2014 – 2020. Dapat dilihat bahwa jumlah kecamatan tertinggi pada
rentang tahun tersebut terjadi pada bulan Februari 2020 yaitu
sebanyak 42 kecamatan yang diikuti dengan kelurahan sebanyak 167
kelurahan. Rata-rata ketinggian tertinnggi terjadi pada bulan Januari
2014 dengan rata-rata ketinggian 10 – 400 cm, diikuti dengan lama
genangan air pada bulan Januari dan Februari 2014 masing-masing 20
hari. Banyak nya RW yang terdampak tertinggi terjadi pada bulan
Januari 2014, diikuti dengan jiwa terdampak tertinggi dan korban
meninggal tertinggi sebanyak 23 orang, begitupun dengan jumlah jiwa
pengungsi tertinggi terjadi oada bulan Januari 2014. Jumlah tempat
pengungsian tertinggi terjadi pada bulan Maret 2019 sebanyak 3600
tempat.

Dan yang terakhir curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari
2014 dengan curah hujan 284.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa banjir yang
terjadi pada tahun 2014 dapat dikatakan banjir yang parah. Curah
hujan yang tinggi dan tempat pengungsian yang jauh dari kata cukup
lOMoARcPSD|30642129

menimbulkan banyaknya jiwa yang terdampak, bahkan sampai ada


korban meninggal pada tahun tersebut.
2.4 Solusi Pemerintah Untuk Mengatasi Banjir di Jakarta
Sementara ini upaya yang telah dilakukan oleh PEMDA DKI
diantaranya
yaitu:

2.5 Menormalisasi Sungai

PEMDA DKI menormalisasikan sungai dengan cara


pembebasan lahan untuk memperlebar kapasitas sungai. Namun
langkah ini terkendala oleh pembatasan lahan di karenakan di
daerah Jakarta masih banyak lahan yang bersengketa. Menurut
gubernur Jakarta Pak Anies Baswedan
<permasalahan utamanya yaitu bagaimana cara mengatasai
pencemaran air salah satunya di sungai ciliwung=

2.6 Mengeruk dan Membangun Waduk, Sungai, Embung

Solusi ini adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Daerah (RPJMD) yang merupakan bagian dari program
naturalisasi/ normalisasi sungai.

2.7 Drainase Verikal

Gubernur DKI Jakarta gencar melakukan pembangunan


drainase vertikal melalui dinas Sumber Daya Air (SDA). Cara
kerja drainase ini yaitu dengan menyerap air yang mengenangi
jalan. Ini yang di sebut sebagai sumur resapan.

Polder adalah suatu cara penanganan banjir rob dengan


kelengkapan sarana fisik satu kesatuan pengelolaan tata air tak
terpisahkan, yang meliputi: sistem drainase kawasan, kolam
retensi, tanggul keliling kawasan, pompa dan pintu air.
Pemerintah DKI menargetkan membangun dan revitalisasi lima
sistem polder pada tahun 2020 - 2022.
lOMoARcPSD|30642129

2.8 Membangun Olakan

Fungsi oalakan mirip seperti waduk, Wakil Gubernur DKI


Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan pembuatan kolam olakan
bertujuan sebagai lokasi penampungan air dari jalan yang
kemudian diteruskan ke sungai dan bermuara ke laut. Pada saat ini
sudah terdapat 11 olakan yang telah di bangun oleh PEMDA.

2.5 Solusi yang Bisa Kita Lakukan Untuk Mengatasi Banjir

Solusi yang dapat kita lakukan sebagai masyarakat adalah


dengan cara menjaga lingkungan sekitar dengan tidak membuang
sampah sembarangan, kita bisa mengolah kembali limbah yang
masih bisa di olah, dan melakukan pembersihan selokan di dekat
rumah agar saluran air menjadi lancar dan tidak menyebabkan banjir,
kita juga dapat ikut andil melakukan peremajaan sungai dan kali
dengan cara melakukan kegiatan pemungutan sampah di daerah kali
dan sungai.

Saat ini banyak sekali pembangunan yang dilakukan di pinggir


sungai, padahal hal tersebut akan menyebabkan banjir. Sungai akan
menyempit, dan pastinya akan lebih banyak lagi sampah-sampah
rumah tangga yang berpotensi masuk ke sungai. Oleh karna itu,
untuk mencegah terjadinya banjir kita dapat menghindari
pembangunan di daerah yang terdapat sungai.

Selain itu, lakukanlah reboisasi. Setelah menebang pohon,


baiknya adalah kita menanam pohon kembali. Akan lebih baik jika
pohon yang ditanam merupakan pohon yang berakar besar karena
pohon yang berakar besar dapat menyerap air dengan cepat.
Pembukaan lahan hijau ini penting.

untuk daerah perkotaan Jakarta, yang dimana lahan hijau akan dapat
mengganti fungsi hutan sehingga resapan di daerah yang terkena
banjir pun akan bertambah. Hal – hal seperti ini pastinya harus
didukung dengan kesadaran yang ada dalam diri masyarakatnya.
lOMoARcPSD|30642129

Solusi – solusi tersebut tidak akan dapat berjalan mulus jika


kesadaran masyarakat akan sampah, reboisasi, menjaga kebersihan,
dan lain sebagainya itu masih kurang. Alangkah baiknya kita terus
memotivasi masyarakat agar bisa menjaga lingkungannya agar banjir
tersebut dapat dicegah.
lOMoARcPSD|30642129

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah di laksanakannya pembahasan diatas maka dapat di


simpulkan bahwa, banjir yang tejadi di Jakarta merupakan ulah dari
manusia juga yang tidak menjaga kelestarian lingkungan. Walaupun
pemerintah sudah berusaha untuk megatasi banjir jika masyarakat
tidak menjaganya maka akan percuma saja.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu agar kirannya
makalah ini dapat digunakan sebaik-baiknya dan menjadi penambah
pengetahuan sehingga menjadi salah satu pedoman atau pokok
pembahan materi dalam proses belajar mengajar. Mengingat
ketidaksempurnaan setiap insan yang mengerjakan dalam hal
penulisan, penulis memohon kritik dan saran yang membangun untuk
pembelajaran selanjutnya.
lOMoARcPSD|30642129

DAFTAR PUSTAKA

https://m.merdeka.com/jakarta/upaya-gubernur-anies-
tanggulangi-banjir- jakarta.html
https://news.detik.com/berita/d-6018304/daftar-titik-banjir-di-jakarta-
melanda- 13-rt-3-kk-ngungsi/amp
https://pantaubanjir.jakarta.go.id/data-banjir-lintas-tahun
https://www.republika.co.id/berita/rc0jp6330/jadi-penyebab-banjir-
kali-induk-
di-kramat-jati-dinormalisasi
https://www.greeners.co/berita/drainase-jakarta-belum-mampu-
menampung- volume-air-ekstrem/
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/sains/read/
2021/11/09/12000 0623/cara-mencegah-banjir
Publishing, Tempo. (2020). Ahok-Anies : Tentang Cara Mengatasi
Banjir di Jakarta. Jakarta : Tempo Publishing
Based on Governor Decree in 2007, No. 171. taken from Statistics DKI
Jakarta Provincial Office, Jakarta in Figures, 2008, BPS,
Province of DKI Jakarta
"The Tides: Efforts Never End to Repel an Invading Sea". Jakarta
Globe. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-17. Diakses
tanggal 15 November 2015.
"Key to Jakarta's floods: Basin flood management". The Jakarta Post.
22 March 2008. Diakses tanggal 14 March 2011.
. Asiaviews. Diakses tanggal 27 April 2010.
"Floods in DKI Jakarta Province, updated 19 February 2007 Emergency
Situation Report No. 6". ReliefWeb. 19 February 2007.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-05-10. Diakses
tanggal 2017-12-19.
1996 Global Register of Major Flood Events". Dartmouth Flood
Observatory. Dartmouth College. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2016-05-05. Diakses tanggal 2017-12-19.
lOMoARcPSD|30642129

Asia". Bloomberg. 4 February 2007. Diakses tanggal 27 April 2010.


"Jakarta Flood Feb 2007 « (Geo) Information for All". Archived from
the original on 2007-06-02. Diakses tanggal 2017-12-19.

2007 Global Register of Major Flood Events Diarsipkan 2019-07-18


di Wayback Machine., Dartmouth Flood Observatory, 1 May
2008
Jakartans lament the sorry state of the capital’s rivers Diarsipkan 2016-
03-05 di Wayback Machine.. The Jakarta Post, Jakarta. May 20,
2011
Minister: Jakarta East Flood Canal accomplished in 2011.
Waspada.co.id (30 November 2010). Retrieved 12 June 2011.
Wartakotalive.com | Berita: Kali Ciliwung Disodet [Wartakota.co.id (14
April 2010). Retrieved 12 June 2011.
"Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-
10-26. Diakses tanggal 2017-12-19.Missing or empty |
title= (bantuan)
"Projection of coastal floods in 2050 Jakarta". Urban Climate.
Elsevier. 17: 135–145. 2016-09-
27. doi:10.1016/j.uclim.2016.05.003. Diakses tanggal 2016-11-07.
"Dutch to study new dike for Jakarta Bay". The Jakarta Post. 2011-07-
27. Diakses tanggal 2014-01-20.
Kusuma, Adriana Nina (9 October 2014). "Indonesia Holds
Groundbreaking Ceremony for Giant Sea Wall". The Jakarta
Globe. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-08-01. Diakses
tanggal 10 October 2014.
lOMoARcPSD|30642129

Anda mungkin juga menyukai