Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju

masa dewasa. Pada masa ini begitu pesat mengalami pertumbuhan dan

perkembangan baik itu fisik maupun mental (dalam Diananda Amita, 2018)

Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam

rentang usia 10-19 tahun.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahaun 2014, remaja

adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja

adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

Perkembangan mempunyai istilah adolescence sesungguhnya memiliki

arti yang luas, mencangkup kematangan mental, emosional, social, dan fisik.

Pemandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991 dalam Ali

Muhammad, 2011). yang mengatakan bahwa secara fisikologis, remaja

adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat

dewasa, suatu usia dimana anak tidak terasa bahwa dirinya berada dibawah

tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih

atau kurang dari usia pubertas. Remaja juga sedang mengalami

perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Tranfortasi intelaktual dari cara

berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu

mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan


karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan (Shaw

dan Costanzo, 1985 dalam Ali Muhammad, 2011).

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah

tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara

penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan

orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase

“Mencari Jati diri” atau fase” topan dan badai”. Remaja masih belum mampu

menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun

psikisnya (Monks dkk., 1989 dalam Ali Muhammad, 2011). Namun, yang

perlu ditekankan disini adalah bahwa fase remaja merupakan fase

perkembangan yang ditengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat

dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik.

Perkembangan intelektual yang terus menerus menyebabkan remaja

mencapai tahap berfikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja

mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji hipotensis, dan

mempertimbangakan apa saja peluang yang ada padanya dari pada sekedar

melihat apa yang adanya. Kemampuan intelektual seperti ini yang

membedakan fase remaja dari fase-fase sebelumnya (Shaw dan Costanzo,

1985 dalam Ali Muhammad, 2011).

Perubahan seperti itu tidak terlepas dari perubahan yang terjadi pada

struktur biologis, meskipun tidak semua perubahan kemampuan dan sifat

psikis dipengaruhi oleh perubahan struktur biologis. Perubahan kemampuan


dan karakteristik psikis hasil dari perubahan dan kesiapan struktur biologis

sering dikenal sebagai Istilah (Berk, 1989 dalam Ali Muhammad, 2011).

Perkembangan berkaitan erat dengan pertumbuhan berkat adanya

pertumbuhan maka pada saatnya anak akan mencapai kematangan. Perbedaan

pertumbuhan dan perkembangan, pertumbuhan menunjukkan perubahan

biologis yang bersifat kuantitatif, seperti bertambah panjang ukuran tungkai,

bertambah lebarnya lingkaran kepala, bertambahnya berat badan tumbuh, dan

semakin sempurnanya susunan tulang dan jaringan saraf. Sedangkan

kematangan menunjukan perubahan biologis yang bersifat kualitatif Akan

tetapi, perubahan kualitatif itu sulit untuk diamati atau diukur. Kita lebih

mudah melihat bertambahh luasnya ukuran tapak tangan seorang anak dari

pada melihat bertambah kompleksna sistem saraf dan semakin kuatnya

jaringan otot pada anak, yang memungkinkan organ itu melakukan lebih

kompleks (Ali Muhammad, 2011).

Pertumbuhan dan kematangan merupakan proses yang saling berkaitan

dan keduanya merupakan perubahan yang berasal dari dalam diri anak. Tetapi

hal ini tidak bearti bahwa faktor lingkungan memegang peranan.

Pertumbuhan dan kematangan dapat dipercepat dengan rangsangan-ransangan

dari lingkungan dalam batas-batas tertentu. Perkembangan dapat dicapai

karena adanya proses belajar dan proses belajar hanyalah mungkin berhasil

jika ada kematangan. (Ali Muhammad, 2011).

Kemajuan teknologi sekarang ini sangat pesat dan semakin canggih.

Banyak teknologi canggih yang telah diciptakan membuat perubahan yang


begitu besar dalam kehidupan manusia di berbagai bidang. Seperti gadget

dapat memberikan dampak yang begitu besar pada nilai-nilai kebudayaan.

Sekarang ini setiap orang memiliki gadget. Tak jarang jika sekarang ini

banyak orang yang memiliki lebih dari satu gadget (Chusna Puji Asmaul,

2017)

Sekarang ini pengguna gadget tidak hanya berasal dari kalangan pekerja.

Tetapi hampir semua kalangan termasuklah anak remaja sudah memanfaatkan

gadget dalam aktivitas yang mereka lakukan setiap hari. Hampir semua orang

yang memanfaatkan gadget menghabiskan banyak waktu mereka dalam

sehari untuk menggunakan gadget. Oleh karena itu gadget juga memiliki nilai

dan manfaat tersendiri bagi kalangan orang tertentu. Akan tetapi banyak

dampak negatif yang muncul dalam pemanfaatan gadget khususnya bagi

kalangan remaja (Chusna Puji Asmaul, 2017).

Zaman sekarang ketergantungan manusia pada gadget sudah mulai

mengkwatirkan. Gadget sudah menjadi salah satu kebutuhan bagi kebanyakan

orang. Agka penggunaaan gadget di Indonesia sendiri cukup tinggi dan

peningkatan penggunaan gadget diindonesia diperkirakan mencapai 100 juta

pengguna. Hal ini mendudukan Indonesia diposisi kelima Negara dengan

penggguna gadget terbanyak dalam tiga tahun terakhir ini. Berdasarkan

laporan penyelenggara gadget Retailing Expo (IRX) 2017. Di Kalbar angka

penggunaan gadget sekitaran 1, 1 juta (23%).

Meningkatnya penggunaan gadget atau alat-alat yang dapat dengan mudah

terkoneksi internet ini, mengalam peningkatan dari waktu ke waktu. Saat ini
kurang lebih 45 juta pengguna internet. Dimana Sembilan juta diantaranya

menggunakan ponsel mengakses internet. Padahal pada tahun 2001, jumlah

pengguna internet di Indonesia hanya setengah juta penduduk. Jumlah ini

semakin bertambah karena semakin mudah didapat serta terjangkaunnya

harga dari ponsel cerdas (Manumpil, 2015)

Gadget atau handphone bukan hanya sekedar alat komunikasi, jaman

sekarang sudah menjadi tren atau gaya hidup. Gadget dengan berbagai

aplikasi dapat menyajikan berbagai media sosial, sehingga seringkali di salah

gunakan oleh siswa (Manumpil, Ismanto & Onibala, 2015).

Penggunaan gadget yang berlebihan pada siswa terkadang sering

menimbulkan masalah (Saroinsong, 2016) penggunaan gadget berdampak

merugikan pada keterampilan interpersonal anak jika terlalu sering

digunakan. Pengaruh handphone terhadap prestasi belajar siswa yang lain

adalah siswa menjadi lebih menghandalkan handphone dari pada harus

belajar (Harfianto, Cahyo, & Tjaturahono, 2015). Dampak tidak hanya pada

keterampilan interpersonal anak dan prestasi belajar siswa hingga sampai ke

psikologis anak remaja.

Padahal perlu diketahui bahwa periode remaja (Jahja, 2017)

mengemukakan bahwa masa remaja adalah masa di mana Suatu masa

perubahan. Pada masa remaja terjadi masa perubahan yang cepat baik secara

fisik, maupun secara psikologis. Sedangkan perkembangan lebih mengacu

kepada perubahan karakteristik yang khas dari gejala-gejala psikologis kearah

yang lebih maju. Para ahli psikologis pada umumnya menunjuk pada
pengertian perkembangan sebagai suatu proses perubahan yang bersifat

progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis

yang baru.

Secara psikologis, masa remaja usia dimana individu berintegrasi dengan

masyarakat dewasa. Usia dimana anak-anak tidak lagi merasa dibawah

tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang

sama, sekurang-kurangnya dalam masalah bahkan berintegrasi dalam

masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih

berhubungan dengan masa puber (Piaget, J.1969 dalam Hartini 2017)

Perubahan secara fisikologis ditandai oleh dua komponen. Menurut

Counts et al.1987 dalam Hartini 2017) dua komponen tersebut yaitu

adrenarche dan gonadarche yan dianggap peristiwa independen dikontrol oleh

mekanisme terpisah yakni komponen pertama pubertas, adrenarche

( kebangkinan kelenjar adrenal) komponen kedua pubertas, gonadarche,

adalah reaktivasi yang hipotalamus – hipofisis gonadotropin- gonadal.

Psikologis anak remaja memiliki karakteristik khusus yang membedakan

dari fase-fase pertumbuha yang lain. Demikian pula dengan fase remaja,

memiliki ciri-ciri yang berbeda dan karakteristik yang berbeda pula dari fase

kanak-kanak, dewasa dan tua. Selain itu fase, setiap fase memiliki kondisi-

kondisi dan tuntunan-tuntunan yang khas masing-masing individu. Oleh

karena itu, indiviu untuk bersikap dan bertindak dalam menghadapi sutu

keadaan berbeda dari fase ke satu fase yang lain. Hal ini tampak jelas ketika

seorang mengekpresikan emosinya. Seperti bagaimana melepaskan stress


dengan cara yang sesuai, mengungkapkan kemarahan dengan kata-kata

ketimbang tindakan negatif, mengatasi situasi sulit atau berbahaya dengan

tenang, mengatasi situasi yang sedih dengan cara tepat, menangani situasi

yang mengejutkan denngan control menyebabkan kesukaan, kasih sayng cinta

terhadap orang lian. Pertumbuhan terjadi serentak dengan pertumbuhan fisik,

sosial, kognitif, bahasa dan kreatif. Namun, respon yang terjadi dari setiap

fase perkembangan mengalami perubahan pada anak sejalan dengan

berlangsungnya waktu karena kedewasaannya, lingkungan, reaksi orang lain

disekitaranya atau pembimbingan orang tuanya (Diananda Amita, 2018).

Oleh karena itu, penting pemahaman tentang pengaruh gadget terutama

bagi remaja. Supaya anak remaja dapat membatasi penggunaannya dan daya

tumbuh kembang psikologis anak remaja berjalan dengan baik dan menjadi

anak yang aktif, cerdas, dan kreativ.

Akhir ini, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) beberapa waktu

yang lalu telah membuka layanan pengaduan bagi anak yang diduga

kecanduan gadget dan dalam 3 tahun terakhir ini sangat mengalami

peningkatan (Dedi Hendrian, 2018). Dan dalam beberapa tahun terakhir ini di

jawa barat ikut mengalami permasalahan kecanduan gadget juga.

Dalam waktu 3 tahun terakhir ini dirumah sakit jiwa provinsi jawa barat

merawat ratusan pasien dengan masalah kejiwaan, penyebabnya karena

penggunaan gadget atau gawai yang berlebihan dengan rentang usia dari 8-15

tahun. Gejala awal kecanduan gadget adalah menghabiskan waktu bermain

gawai, dan depresi jika tidak menggunakan gawai (Tiara Putri, 2019).
Berdasarkan obsevasi yang dilakukan kebanyakan siswa sudah

menggunakan gadget. Peneliti mengambil objek smp 04 Pontianak karena

menurut wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa, teman-temanya

disana sudah banyak menggunakan gadget dan terpengaruh dengan adanya

gadget. Motivasi siswa tidak konsisten yang mana hal tersebut berpengaruh

pada psikologis anak remaja. Jadi penelitian ini, peneliti ingin mengetahui

pengguna gadget mempengarui psikologis anak remaja. Atau penggunaan

gadget tidak mempengaruhi psikologis anak remaja.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

judul pengaruh penggunaan gadget pada anak remaja.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
diangkat dalam penelitian ini “Apakah ada Pengaruh Penggunaan Gadget
Terhadap Psikologis Anak Remaja di SMP 04 Pontianak, Pontianak Timur?’

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penggunaan gadget terhadap psikologis anak remaja 04 Pontianak,
Pontianak timur

2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui karakteristik dependen (Usia, Jenis Kelamin,
Agama)
b. Untuk mengetahui penggunaan gadget pada anak remaja di SMP
04 Pontianak, Pontianak Timur
c. Untuk mengetahui psikologis anak remaja di SMP 04 Pontianak,
Pontianak Timur
d. Untuk mengetahui Pengaruh gadget terhadap psikologis anak
Remaja di SMP 04 Pontianak, Pontianak Timur

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang pengaruh gadget dan dampaknya serta menambah kemampuan
peneliti dibidang riset keperawatan khususnya tenatang pengaruh
penggunaan gadget terhadap psikologis anak
2. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
remaja terhadap pengaruh gadget dam dampak negatifnya sehingga
diharapkan remaja mau mengurangi penggunaan gadget
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pengaruh gadget dan dampaknya sehingga
sehingga dapat mendorong remaja untuk mengurangi penggunaan
gadget
4. Bagi Insitusi
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengembangan
kesehatan di bidang kesehatan keperawatan anak khususnya tentang
pengaruh gadget.
5. Bagi sekolah
Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah agar menjadi
evaluasi sekaligus masukkan dalam membuat peraturan di sekolah dan
tentang pengaruh gadget dan dampak negatif terhadap psikologis
khusunya psikologis anak remaja.

Anda mungkin juga menyukai