NIM : 01012622327009
Mata Kuliah : Manajemen Sumber Daya Manusia
Dosen : Dr. Hj. Zunaidah, M.Si
Kutipan :
Kutipan:
Adamy, M. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Unimal Press. Aceh
Teori ini memfokuskan pada isu: apakah kepuasan dan ketidakpuasan kerja
berakar dari kondisi yang sama atau keduanya merupakan hasil dari perangkat faktor
yang berbeda. Teori ini menyatakan bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja
sebenarnya berasal dari sumber yang bertolak belakang. Faktor-faktor yang
berkontribusi pada sikap positif (kepuasan kerja) disebut motivator sedangkan faktor-
faktor yang mencegah terjadinya reaksi negative (ketidakpuasan kerja) disebut
hygiens. Menurut Ibid, H dalam Wiliandari, Y (2015:5) mengatakan bahwa teori ini
menyatakan pula bahwa kepuasan kerja datang dari kepuasan akan kebutuhan tingkat
tinggi. Sedangkan ketidakpuasan kerja berhubungan dengan kondisi tidak berhasil
memuaskan kebutuhan tingkat rendah seperti kepuasan sosial dan kebutuhan
fisiologis. Terkait dengan teori dua faktor yang dikemukakan oleh Herzberg, Robbins
menyatakan, bahwa kepuasan kerja lebih sering berkaitan dengan prestasi,
pengakuan, karakteristik pekerjaan, tanggung jawab dan kemajuan. (Robbins, S.P
2003:212)
Herzberg memberikan label faktor ini sebagai motivator karena masing-masing
berhubungan dengan usaha yang kuat dan prestasi yang baik. Ia menghipotesiskan
bahwa motivator menyebabkan seseorang berpindah dari suatu keadaan tanpa
kepuasan menjadi puas. Sedangkan ketidakpuasan pekerjaan terutama berkaitan
dengan faktor-faktor dalam konteks pekerjaan atau lingkungan. Secara khusus
kebijakan dan administrasi perusahaan, pengawasan teknis, gaji,hubungan antar
pribadi dengan pengawas, dan kondisi kerja. Herzberg memberikan label pada faktor
ini sebagai faktor hygiene. Menurut interpretasi Herzberg, seorang individu tidak
akan mengalami ketidakpuasan kerja pada saatia tidak memiliki kejutan dengan
faktor hygiene. Wiliandari, Y (2015:6) berpendapat bahwa Kunci untuk memahami
teori motivator-hygiene Herzberg adalah dengan mengakui bahwa ia percaya tentang
kepuasan bukanlah lawan dari ketidakpuasan. Herzberg menyimpulkan bahwa
”kebalikan dari kepuasan kerja bukanlah ketidakpuasan kerja, tetapi tanpa kepuasan
kerja; dan begitu juga lawan dari ketidakpuasan kerja bukan kepuasankerja tetapi
tanpa ketidakpuasan”.
Kutipan:
Robbins, S. P. (2003), Perilaku Organisasi, Jilid 1, Terjemahan, Tim Indeks, Edisi 9,
Jakarta: Indeks.
Wiliandari, Y. 2015. Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal Jurusan Pendidikan IPS
Ekonomi xiv
Kutipan:
Witomo, F. 2015. Studi Deskriptif Kepuasan Kerja Karyawan Bagian Administrasi
Pada PT Karya Indah Makmur. Jurnal Program Manajemen bisnis 121-131.
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bukanlah bergantung pada pemenuhan
kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok
yang oleh para pegawai dianggap sebagai kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut
oleh pegawai dijadikan tolak ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya.
Jadi, pegawai akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan
kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan. (Mangkunegara, 2013, p. 121)
Kutipan:
Mangkunegara, Anwar. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.