Juknis Perkaderan BPL Hmi Cabang Blitar
Juknis Perkaderan BPL Hmi Cabang Blitar
DAFTAR PUSTAKA
MUKADIMAH ............................................................................................................. 5
BAB I PEDOMAN PERKADERAN .......................................................................... 7
1.1 Konsep Perkaderan .............................................................................................. 7
1.1.1 Landasan Perkaderan........................................................................................ 8
A. Landasan Teologis ......................................................................................... 8
B. Landasan Ideologis ...................................................................................... 10
C. Landasan Sosio-Historis .............................................................................. 14
D. Landasan Konstitusi .................................................................................... 16
1.2 Prinsip Perkaderan............................................................................................. 17
A. Integratif ...................................................................................................... 17
B. Keseimbangan.............................................................................................. 18
C. Persamaan .................................................................................................... 18
D. Kasih Sayang ............................................................................................... 18
E. Keteladanan.................................................................................................. 18
F. Ketaatan....................................................................................................... 19
G. Kepribadian Kader....................................................................................... 19
1.3 Skema Perkaderan ............................................................................................. 19
A. Pengenalan ................................................................................................... 20
B. Pembentukan dan Pengembangan ............................................................... 20
C. Pengabdian Kader ........................................................................................ 21
BAB II. JUKNIS PENGELOLAAN LATIHAN KADER I ................................... 23
2.1 Ruang Lingkup Latihan Kader 1 ....................................................................... 23
2.2 Tujuan................................................................................................................ 23
2.3 Arah Perkaderan ................................................................................................ 23
2.4 Target ................................................................................................................ 24
2.5. Unsur-Unsur Training ...................................................................................... 24
2.6 Manajemen Training ......................................................................................... 28
2.7 Lokasi dan Waktu Training ............................................................................... 29
2.8 Screening Test ................................................................................................... 29
A. Landasan Teologis
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Dia adalah makhluk yang
menurut alam hakikatnya sendiri, yaitu sejak masa primordialnya selalu mencari
da merindukan Tuhan. Inilah fitrah atau kejadian asal sucinya, dan dorongan
alaminya untuk senantiasa merindukan, mencari, dan menemukan Tuhan. Agama
menyebutnya sebagai kecenderungan yang hanif (Hanafiyah al-samhah), yaitu
“sikap mencari kebenaran secara tulus dan murni, lapang, toleran, tidak sempit
dan tidak membelenggu jiwa.
Selain itu pula, bahwa fitrah bagi manusia adalah adanya sifat dasar
kesucian yang kemudian harus dinyatakan dalam sikap-sikap yang suci dan baik
kepada sesamanya. Sifat dasar kesucian itu disebut dengan hanafiyyah, dan
sebagai makhluk yang hanif itu manusia memiliki dorongan kearah kebaikan,
kebenaran, dan kesucian. Pusat dorongan hanafiyyah itu terdapat dalam dirinya
yang paling mendalam dan paling murni, yang disebut hati nurani, artinya
bersifat nur atau cahaya (luminous). Kesucian manusia merupakan kelanjutan
perjanjian primordial antara manusia (ruh) dan Tuhan, yaitu suatu perjanjian atau
ikatan janji antara manusia sebelum lahir ke dunia dengan Tuhan, bahwa manusia
akan mengakui Tuhan sebagai pelindung dan pemelihara (rabb) satu-satunya
baginya.
Oleh sebab itu, ruh manusia dijiwai oleh kesadaran tentang yang Mutlak
dan Maha Suci (Transenden, Munazzah), kesadaran tentang kekuatan yang Maha
Tinggi yan merupakan asal dan tujuan semua yang ada dan yang berada diatas
alam raya. Kesadaran ini merupakan kemampuan intelek (‘Aql), sebuah piranti
B. Landasan Ideologis
Islam sebagai landasan nilai transformatif yang secara sadar dipilih untuk
memenuhi kebutuhan dan menjawab persoalan yang terjadi dalam masyarakat.
Islam mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan dan idealisme yang
dicitacitakan. Untuk tujuan dan idealisme tersebut maka umat Islam akan ikhlas
berjuang dan berkorban demi keyakinannya. Ideologi Islam senantiasa
mengilhami, memimpin, mengorganisir perjuangan, perlawanan, dan
pengorbanan yang luar biasa untuk melawan semua status quo, belenggu dan
penindasan terhadap umat manusia.
Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad telah memperkenalkan Islam
sebagai ideologi perjuangan dan mengubahnya menjadi keyakinan yang tinggi,
serta memimpin rakyat melawan kaum penindas. Nabi Muhammad lahir dan
muncul dari tengah masyarakat kebanyakan yang oleh Al-Qur’an dijuluki
sebagai “ummi”. Kata “ummi” yang disifatkan kepada Nabi Muhammad menurut
Ali Syari’ati dalam karyanya Ideologi Kaum Intelektual, berarti bahwa beliau
berasal dari kelas rakyat. Kelas ini terdiri atas orang-orang awam yang buta huruf,
C. Landasan Sosio-Historis
Islam yang masuk di kepulauan Nusantara telah berhasil merubah kultur
masyarakat terutama di daerah sentral ekonomi dan politik menjadi kultur Islam.
Keberhasilan Islam yang secara dramatik telah berhasil menguasai hampir
seluruh kepulauan nusantara. Tentunya hal tersebut dikarenakan agama Islam
memiliki nilainilai universal yang tidak mengenal batas-batas sosio-kultural,
geografis dan etnis manusia. Sifat Islam ini termanifestasikan dalam cara
penyebaran Islam oleh para pedagang dan para wali dengan pendekatan sosio-
kultural yang bersifat persuasif.
Masuknya Islam secara damai berhasil mendamaikan kultur Islam dengan
kultur masyarakat nusantara. Dalam proses sejarahnya, budaya sinkretisme
penduduk pribumi ataupun masyarakat, ekonomi dan politik yang didominasi
oleh kultur tradisional, feodalisme, hinduisme dan budhaisme mampu dijinakkan
D. Landasan Konstitusi
Dalam rangka mewujudkan cita-cita perjuangan HMI di masa depan, HMI
harus mempertegas posisinya dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara demi melaksanakan tanggung jawabnya bersama seluruh rakyat
Indonesia dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh
Allah SWT. Dalam pasal tiga (3) tentang azas ditegaskan bahwa HMI adalah
organisasi berazaskan Islam dan bersumber kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Penegasan pasal ini memberikan cerminan bahwa di dalam dinamikanya, HMI
senantiasa mengemban tugas dan tanggung jawab dengan semangat keislaman
yang tidak mengesampingkan semangat kebangsaan.
Dalam dinamika tersebut, HMI sebagai organisasi kepemudaan
menegaskan sifatnya sebagai organisasi mahasiswa yang independen (Pasal 6
AD HMI), berstatus sebagai organisasi mahasiswa (Pasal 7 AD HMI), memiliki
fungsi sebagai organisasi kader (Pasal 8 AD HMI) serta berperan sebagai
organisasi perjuangan (Pasal 9 AD HMI). Dalam rangka melaksanakan fungsi
dan peranannya secara berkelanjutan yang berorientasi futuristik maka HMI
menetapkan tujuannya dalam pasal empat (4) AD HMI, yaitu terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam serta bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
A. Integratif
Prinsip integratif mengarahkan agar keseluruhan aspek yang ada di dalam
perkaderan dapat digunakan secara menyeluruh, terhubung, tidak parsial dan
tidak mendikotomikan antara satu aspek dengan aspek yang lainnya. Hal ini dapat
diketemukan dalam perintah Tuhan dalam Al-Qur’an, bahwa selain manusia
diperintahkan untuk Sholat, ia juga diperintahkan untuk berzakat. Atau dengan
kata lain, selain perintah untuk membaca ayat-ayat yang bersifat Qauliyyah
(Wahyu), manusia juga diperintahkan untuk memikirkan ayat-ayat semesta
(Kauniyyah). Dengan demikian, prinsip integratif adalah menghubungkan satu
aspek perkaderan dengan aspek-aspek lainnya secara menyeluruh.
C. Persamaan
Dalam menjalani seluruh proses perkaderan, tidak ada yang harus
diperbedakan antara satu kader dengan kader lainnya. Seluruh kader berhak
mendapatkan perlakukan, pembinaan serta pasilitas yang sama, khususnya di
dalam memenuhi hak dan kewajibannya sebagai kader maupun instruktur.
Prinsip ini berakar dari konsep dasar tentang tentang kemanusiaan itu sendiri.
(QS. Al-Hujarat: 13)
D. Kasih Sayang
Prinsip kasih-sayang tiada lain merupakan sifat dasar dari Tuhan YME,
yaitu ArRahman dan Ar-rahim. Sebagaimana kedudukan manusia sebagai wakil
Tuhan di muka bumi ini, maka sudah seharusnya manusia menirukan segala sifat
yang ada pada-Nya, menifestasi dari sifat-sifat Tuhan tersebut seyogyanya pula
teraktualisasikan dalam proses pendidikan dan perkaderan. Prinsip ini
mengarahkan bahwa setiap manusia pada dasarnya memiliki potensi dan watak
kebaikan, dan kecenderungannya selalu pada kebenaran. (QS. Al-Fath : 29)
E. Keteladanan
Prinsip keutamaan ini dimaksudkan bahwa perkaderan bukan hanya
bertugas menyediakan kondisi belajar bagi para kader, tetapi lebih dari itu untuk
turut membentuk kepribadiannya dengan perlakukan dan keteladanan yang
ditunjukan oleh para pengkader. Penerapan prinsip keteladanan ini dijadikan pula
sebagai landasan bagi penerapan konsep-konsep perkaderan lainnya. (QS. An-
Nahl: 125).
G. Kepribadian Kader.
Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem
psikofisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah
penyesuaian diri. Maksud dari penyesuaian diri adalah suatu proses respons
individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi
kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi, dan
konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntutan (norma) lingkungan. Sedangkan yang dimaksud dengan unik
bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu
dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-
fisiknya, misalnya kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya
yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas
tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
A. Pengenalan
Tahap pengenalan merupakan aktivitas dalam jangka waktu yang panjang,
yaitu memperkenalkan HMI bukan hanya sebatas pada pendidikan formal
semata, melainkan telah dimulai memperkenalkan HMI kepada masyarakat luas
melalui berbagai aktivitas yang HMI lakukan. Maka yang menjadi objek dari
tahap perkenalan HMI ini adalah seluruh manusia dimulai dari sejak buaian
sampai pada tumbuh menjadi dewasa, berkeluarga, dan seterusnya. Sehingga
melalui pendekatan ini diharapkan upaya pengadaan kader menjadi lebih
terencana berdasarkan bakal calon kader yang lebih berkualitas. Strategi dalam
mengenalkan HMI di lingkungan kampus perlu dilakukan dengan pendekatan
persuasif secara intens. Dalam prakteknya perlu dilakukan penekanan nilai jual
pada karakter kader HMI dalam mengajak calon peserta untuk dikader.
C. Pengabdian Kader
Fase pengabdian kader dimulai sejak kader (anggota biasa) HMI telah
mengikuti training formal LK I. Tahapan yang benar-benar sangat dirasakan
adalah saat kader HMI telah lulus jenjang pendidikan dan menjadi alumni HMI.
Sebagai kader yang sadar akan kewajiban sebagai manusia. Kader HMI dituntut
untuk memiliki pengetahuan dengan menyelesaikan jenjang training formal dan
mengikuti training informal. Sehingga kader tersebut siap mengabdi ditengah
masyarakat. Dalam primordialnya kader yang sadar akan kewajibannya untuk
mengabdi tentu memiliki peranan dalam setiap segi kehidupan bernegara. Oleh
karena itu, kader HMI harus siap lahir batin untuk mengabdi demi terwujudnya
masyarakat adil makmur
2.2. Tujuan
Tujuan dilaksanakan Latihan Kader I adalah :
“Terbinanya kepribadian muslim yang berkualitas akademis, sadar akan
fungsi dan peranannya dalam berorganisasi, serta hak dan kewajibannya sebagai
kader umat dan kader bangsa”
2.4. Target
Target yang diharapkan pasca Latihan Kader I dapat dilihat dengan indikator
sebagai berikut :
1. Memiliki kesadaran menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
2. Mampu meningkatkan kemampuan akademis
3. Memiliki kesadaran akan tanggung jawab keumatan dan kebangsaan
4. Memiliki kesadaran dalam berorganisasi.
Kriteria yang harus dipenuhi adalah : Anggota biasa HMI, Telah mengikuti
follow up dan Up-Grading LK I, minimal 30 hari diangkat oleh pengurus HMI
komisariat dengan surat keputusan.
6. Peserta; adalah calon-calon kader yang telah lulus seleksi, dan telah
dinyatakan sebagai peserta oleh penyelenggara. Kriteria yang harus dipenuhi
adalah :
a. Terdaftar sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, dan tidak sedang
menjalani skorsing akademik.
b. Beragama Islam (Muslim/Muslimah)
c. Dapat membaca Al-Qur’an dengan baik.
d. Bisa melakukan sholat (hafal bacaan sholat)
e. Bersedia mengikuti seluruh kegiatan training
1) Kurikulum
Kurikulum yang terdapat dalam pedoman merupakan penggambaran
tentang metode dari training. Oleh sebab itu penerapan dari kurikulum adalah erat
kaitannya dengan masalah yang menyangkut metode-metode yang dipergunakan
dalam training. Pada penyusunan kurikulum dilakukan dengan melihat kondisi
forum dan dilakukan bersama MOT dengan tim pengelola. Dalam penerapan
kurikulum ini agar diperhatikan aspek-aspek :
b) Metode Penyampaian
Cara penyampaian materi pada LK I pada dasarnya harus memenuhi
prinsip penyegaran dan pengembangan gagasan di tingkat pengelola, serta
penyegaran gagasan dan pemahaman di tingkat peserta, dengan demikian
diharapkan akan muncul gagasangagasan yang kreatif dan inovatif di dalam
forum training. Selain itu penyampaian materi harus mencapai target/sasaran dari
tujuan materi khususnya dan tujuan LK I umumnya, serta membangun suasana
training/forum yang tidak menjenuhkan. Adapun tiap Instruktur diberikan
kebebasan dalam metode penyampaian di Forum LK 1.
3.1. Pendahuluan
Pada tanggal 22 Februari 2022, dimana saat itu Instruktur HMI Se-Cabang Blitar
mengadakan pertemuan pembuatan “Sistem Informasi Prosedur Pengelolaan LK 1” di
Sekretariat HMI Cabang (P) Blitar dalam rangka persiapan training LK 1 selanjutnya.
Sistem Informasi dibuat agar komisariat-komisariat dapat memahami alur pelaksanaan
training LK 1. Sehingga dapat memudahkan panitia penyelenggara sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
4.1. Pendahuluan
Aturan pedoman khusus dilaksanakan saat adanya Pendemi. Maka dari itu,
adanya Pandemi COVID-19 tidak menyurutkan semangat perkaderan terhenti. Untuk
terus menjalankan aktivitas perkaderan yang dikenal sebagai jantungnya HMI, maka
dalam kondisi apapun, perkaderan haruslah tetap berjalan, salah satunya dalam kondisi
khusus. Maka dari itu, untuk pelaksanaannya, BPL HMI Cabang (P) Blitar menetapkan
waktu pelaksanaan agenda training LK I selama 3 hari pada situasi umum.
Adanya pembahasan LK 1 offline ditengah pandemi menjadi perbincangan rutin
di kalangan instruktur se-nasional. Bebrapa point yang mendasari tetap digelarnya LK
1 HMI yaitu :
a. Bahwa PB HMI telah membuat Tim Gugus Percepatan Penyusunan Pedoman
Aktivitas Perkaderan di masa pandemi yang dikoordinatori oleh Ketua Bidang
PA PB HMI dan Ketua Umum BPL HMI 2018-2020.
b. Bahwa PB HMI dan BPL HMI hingga saat ini belum memiliki regulasi khusus
dalam melaksanakan aktivitas perkaderan di masa pandemic .
c. Bahwa PB HMI dan BPL HMI mendukung penuh dan mendorong setiap cabang
untuk menyusun regulasi perkaderan dikarenakan terdapatnya ketidaksamaan
kasus di setiap daerah tentang penyebaran COVID-19. Dengan adanya arahan
dari BPL PB HMI 2018-2020
7. Tempat Pelatihan
- Tempat Basic Training (LK-1) HMI Cabang (P) Blitar Komisariat Peta Blitar
sekarang sangat baik untuk kegitan LK 1, dikarenakan penjaga sangat baik dan
sangat supporting kegiatan Basic Training (LK-1) Komissariat Peta Blitar.
- Suasana lingkungan belajar kurang kondusif, suasana gedung menggema
dikarenakan ruangan peserta terlalu bessar, kalau siang merasa panas, alat
pendukung terutama sound system kurang layak pakai, perpindahan ruangan
yang terkadang menyusahkan peserta dan panitia.
- Aula kegiatan Basic Training (LK-1) kurang kondusif:
1. Tempat duduk peserta tetap, tidak berganti setiap harinya.
2. Sekat ruangan belum memenuhi standart pelatihan.
3. Suara motor di lingkungan pelatihan sangat menganggu
Billahitaufiq walhidayah
Ditetapkan di : Blitar
Pada tanggal : 23 Rajab 1443 H
25 Februari 2022 M
TIM PENGELOLA BASIC TRAINING
(LK- 1) HIMPUNAN MAHASISWA
ISLAM (HMI) CABANG (P) BLITAR
KOMISARIAT PETA BLITAR
NUR MUKHLISIN
Koordinator MoT
Metode dan pendekatan rekrutmen seperti tersebut di atas diharapkan akan mampu
membangun rasa simpati dan hasrat untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan
seluruh potensi dirinya lewat pelibatan diri pada proses perkaderan HMI secara terus
menerus. dan hasrat untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan seluruh potensi
dirinya lewat pelibatan diri pada proses perkaderan HMI secara terus menerus.
Referensi:
Covey, Stephen, 7 kebiasan manusia yang sangat efektif, Bina Aksara Rupa,
Jakarta,
S. Wibowo, dkk, 2002, SHOOT Sharpening Our concept and Tools,
TRUSTCO, Asy Syaamil Bandung
Milado, Carmelo dan Jo han Tan, 2001, Panduan Fasilitator Untuk Pelatihan
Community Organiser, PUSSBIK Lampung, Bandar Lampung
Referensi:
Madjid, Nurcholish, 2003, Indonesia Kita, Universitas Paramadina, Jakarta
Madjid,Nurcholish, 1997, Tradisi Islam : Peran dan Fungsinya dalam
pembangunan
Indonesia, Paramadina, Jakarta
Murata, Sachiko dan Chittik C. William, 1997, Trilogi Islam: Islam, Iman,
Ihsan,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Syariati,Ali, 2001, Paradigma Kaum Tertindas,Sebuah Kajian Sosiologi Islam,
AlHuda, Jakarta
Madjid, Nurcholish, 1997, Islam Doktrin Peradaban, Yayasan Paramadina,
Jakarta
Thahan,Mustafa, 2002, Risalah Pergerakan Pemuda Islam : Panduan Amal bagi
Aktivis Dakwah Kampus dan Sekolah, VISI, Jakarta
Leaman,Oliver, 2002, Pengantar Filsafat Islam, Sebuah Pendekatan Tematis,
Mizan, Bandung
Referensi:
Madjid, Nurcholish, 2003, Indonesia Kita, Universitas Paramadina, Jakarta
Fakih, Mansour, 2001, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, Insist
Press, Yogyakarta
Referensi:
Sitompul, Agussalim, 1997, Citra HMI, Aditya Media, Yogyakarta
Sitompul,Agussalim, 1995, Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam Tahun
1947 – 1993, Intermasa, Jakarta
Tanja,Victor, 1991, Himpunan Mahasiswa Islam; Sejarah dan Kedudukannya di
Tengah – Tengah Gerakan – Gerakan Muslim Pembaharu Di Indonesia
Al Mandari, Syafinudin, 2003, Demi Cita-cita HMI,Catatan Ringkas Perlawanan
Kader dan Alumni HMI terhadap Rezim Orde Baru, Karya Multi Sarana, Jakarta
Hasil-hasil kongres. HMI
A. Pembekalan
Pembekalan atau pendampingan kader oleh instruktur dalam merekam proses jejak
kader dalam persiapan training. Adapun materi-materi yang perlu dipersiapkan
yaitu :
1. Baca Tulis Quran (BTQ) dan Ke-Islaman
Kader dapat membaca Al-Quran sesuai dengan Makhrijul Huruf (Tahsin),
dapat menjelaskan hukum Tajwid : Nun mati/Tanwin, Qalqalah, Mad
Wajib. Dan peserta dapat menuliskan surah : Al-Fatihah, An-Nas, Al
Falaq
Kader dapat membacakan 15 surah juz 30 (Kecuali An-Nas, Al-Falaq, dan
Al-Ikhlas
2. Sejarah HMI
Kader dapat menjelaskan tentang pengertian sejarah
Kader dapat menjelaskan tentang basic demand HMI beserta fase-fase
perjuangan HMI.
Kader dapat menyebutkan 14 pendiri HMI
Kader dapat menjelaskan Sejarah Hidup Lafran Pane.
5. Mission HMI
Kader dapat menjelaskan Tafsir mission (Azas, Tujuan, dan Indpendesi
HMI).
Kader dapat menjelaskan konsep 5 KIC dan 17 indikator Insan cita HMI
6. Konstitusi
Kader dapat memahami pengertian konstitusi dan hukum, serta posisi
konstitusi HMI b. Kader dapat menyebutkan Mukadimah dan
menjelaskan tafsir mukadimah.
Kader dapat menyebutkan anggaran dasar 10 pasal dan anggaran rumah
tangga 20 pasal.
8. Wawasan Kebangsaan.
Kader dapat menjelaskan seputar wawasan kebangsaan.
Kader dapat menjelaskan tentang isu-isu terkini.
Kader dapat menjelaskan teori perubahan sosial.
Pelaksanaan teknis dilakukan dengan bagan alir dibawah ini. Dalam menjalankan
proses ini.
B. Alur Persiapan
Adapun pelaksanaan persiapan penunjang kader dalam mengikuti training
diharapkan membawa buku tulis serta buku-buku HMI yang menjadi referensi dasar.
A. Pembekalan
Pembekalan atau pendampingan kader oleh instruktur dalam merekam proses
jejak kader dalam persiapan training. Adapun materi-materi yang perlu
dipersiapkan yaitu :
1. Baca Tulis Quran (BTQ) dan Ke-Islaman
Kader dapat membaca Al-Quran sesuai dengan Makhrijul Huruf
(Tahsin), dapat menjelaskan hukum Tajwid : Nun mati/Tanwin,
Qalqalah, Mad Wajib. Dan peserta dapat menuliskan surah : Al-
Fatihah, An-Nas, Al-falaq. b. Kader dapat membacakan 20 surah juz
30 (Kecuali An Nas, Al-Falaq, dan Al-Ikhlas)
Kader dapat membacakan hadis-hadist pilihan minimal 10 hadist
(Tentang : Adab dan Akhlak, Kepemimpinan, Keperempuanan,
Ilmu, dll)
Kader dapat menjelaskan sejarah Islam : Sejarah Rasul, Khulafaur
Rasyidin, Peradaban Islam pasca Zaman Nabi Muhammad SAW,
Studi Gerakan Islam di Indonesia, Aliran-aliran pemikiran dalam
Islam, Pengertian Islam (baik sebagai agama maupun sebagai
ajaran)
Penjabaran Rukun-rukun Islam dan Penerapan Praktisnya serta
pengamalan Rukun rukun Iman
Islam di Eropa : Spanyol dan Silsilia
Negara-negara Muslim Terakhir: Dinasti Fatimiyyah, Dinasti
Mamluk, dan Turki Utsmani
5. Mission HMI
Kader dapat menjelaskan Tafsir mission (Azas, Tujuan, dan Indpendesi
HMI).
Kader dapat menjelaskan konsep 5 KIC dan 17 indikator insan cita HMI.
7. Sindikat/RPP
Kader dapat menulis dengan baik sesuai dengan aturan penulisan yang
diterangkan di proposal kegiatan.
Kader dapat menulis dengan baik sesuai referensi yang ada dengan
tingkat plagiat maksimal sebesar 30%
Kader dapat menjelaskan dan mempersentasikan karya tulisannya.
8. Wawasan Kebangsaan.
Kader dapat menjelaskan seputar wawasan kebangsaan.
Kader dapat menjelaskan tentang isu-isu terkini.
Kader dapat menjelaskan teori perubahan sosial.
Pelaksanaan teknis dilakukan dengan bagan alir dibawah ini. Dalam menjalankan
proses ini,
B. Alur Persiapan
Adapun pelaksanaan persiapan penunjang kader dalam mengikuti training
diharapkan membawa buku tulis serta buku-buku HMI yang menjadi referensi dasar.
6.1. Pendahuluan
HMI adalah suatu organisasi kemahasiswaan yang berfungsi sebagai organisasi
kader. Hal ini berarti bahwa semua Aktivitas yang dilaksanakan oleh HMI adalah
dalam rangka kaderisasi utnuk mencapai tujuan HMI. Dengan demikian perkaderan di
HMI merupakan training atau pelatihan foramal saja, tetapi juga melalui bentuk bentuk
INFORMAL dan peningktan kualitas keterampilan berorganisasi yang lazim disebut
sebagai Follow Up training. Follow Up training tersebut diantaranya adalah Up
Grading dan Aktivitas yang berfungsi sebagai pengembangan sehinggga kualitas diri
anggota akan meningkat secara maksimal.
Follow-Up training merupakan kegiatan perkaderan HMI yang bersifat
pengembangan, tetapi juga tetap merujuk pada Anggaran Dasar HMI dalam hal ini
pasal 5 tentang usaha. Pedoman follow up training ini dimaksudkan sebagai acuan
dalam meningkatkan kualitas diri anggota setelah mengikuti jenjang training formal
tertentu. Namun demikian pedoman ini jangan diartikan sebagai Aktivitas seorang
kader. Tetapi hanya merupakan batas minimal yang harus dilakukan seorang kader,
tetapi hanya merupakan batas minimal yang harus dilakukan seorang kader setelah
mengkuti jenjang training formal tertentu.
2. Up-Grading
Up-Grading merupakan kegiatan yang menitik beratkan pada pengembangan
nalar dan kemampuan kader dalam rangka mempersiapkan menuju jenjang
training berikutnya. Up-grading wajib di lakukan sebagai pengembangan dan
kelanjutan dari tiap-tiap jenjang training yang berfungsi sebagai penguat dan
pengembangan pada training yang sebelumnya di ikuti.
3. Aktivitas
Yang dimaksud dengan aktivitas adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh
kader dalam rangka membentuk dan mengembangkan dirinya sehingga
menjadi Muslim Intelegensia (Insan Cita)
4. Promosi
Promosi adalah pendistribusian kader dalam aktivitas struktur organisasi, baik
internal ataupun eksternal HMI
5. Coaching/Pendampingan
Coaching/pendampingan adalah aktivitas perkaderan yang dilaksanakan
dalam bentuk pembinaan/bimbingan terhadap kader oleh
pendamping/pembimbing yang bersifat personal/individu. Setiap individu
kader, wajib dibimbing dan diarahkan sesuai dengan minat dan potensinya
masing-masing.
1. Kualifikasi HMI-Wati
a. Kemampuan Intelektual: HMI-Wati harus memiliki pengetahuan
(knowledge) kecerdasan (intelectuality) dan kebijaksanaan (wisdom)
dan berupaya menyiapkan diri untuk memiliki kemampuan profesional
sesuai dengan bidang yangdipilihnya.
b. Kemampuan Kepemimpinan: HMI-wati mempunyai wawasan yang
luas dalam masalah keorganisasian meliputi kemampuan menjadi
pemimpin yang “Uswatun Hasanah”. HMI-Wati memiliki kemampuan
komunikasi, public speaking, human relations termasuk etiket dan tata
sopan santun dalam pergaulan antarmanusia.
c. Kemampuan Manajerial: HMI-wati memiliki wawasan yang luas dalam
masalah manajemen, khususnya manajemen organisasi, meliputi tata
adminisrasi, tata keuangan dan lain-lain, sesuai dengan dasar POAC.
d. Kemandirian: HMI-Wati memiliki kemampuan intelektual, emosional,
spiritual serta ketahanan mental dalam menjawab persoalan
keorganisasian dan masyarakat. (berkaitan dengan kemandirian pribadi
danekonomi).
2. Perkaderan KOHATI
Perkaderan Kohati merupakan sekumpulan aktivitas pembinaan yang
terintegrasi dalam upaya mencapai tujuan HMI umumnya dan tujuan Kohati
khususnya. HMIWati harus mengikuti seluruh rangkaian perkaderan, baik
yang bersifat formal yaitu LK I, LK II ,dan LK III serta LKK dan TFT
maupun yang bersifat non formal.
d. Pelaksana Kegiatan
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Korwil BPL HMI dengan cara pengajuan
pada BPL PB HMI. Skala pelatihan jenis ini adalah nasional dan
sekurangkurangnya regional.
e. Kurikulum
Adapun kurikulum pada jenis kegiatan ini terdiri dari:
1. Benchmark of Trainer (jika masih dibutuhkan)
2. Siklus Desain dan Pelatihan
3. Analisa Situasi dan Penjajagan Kebutuhan
4. Perancangan Pelatihan
5. Tehnik Evaluasi, monitoring dan Pelaporan
6. Sekolah NDP
7. Sekolah Ideopolstratak
8. Sekolah Sejarah peradaban islam
9. dst
4. Pasca LKK
a. Up Grading/Pelatihan
▪ LatihanPranikah
▪ LatihanKewirausahaan
▪ Latihan PublikSpeaking
▪ Latihan Kader SensitifGender
▪ Latihan KesehatanReproduksi
▪ Latihan Advokasi
▪ Up-Grading
7.1. Pendahuluan
Up grading di HMI merupakan bagian dari proses perkaderan, oleh karenanya
up grading mempunyai peran penting untuk mencapai tujuan perkaderan dan tujuan
organisasi. Up grading di lingkungan HMI sangat bervariasi, misaInya up grading
Instruktur NDP, Training Pengelola Latihan (Senior Course), Up grading organisasi,
manajemen dan kepemimpinan, Up grading Administrasi Kesekretariatan, dan lain
sebagainya. Selain Up grading yang bersifat ke HMI an, terdapat juga Up grading atau
pelatihan yang dilaksanakan oleh Korp HMI-Wati (KOHATI) dan Lembaga
pengembangan profesi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas profesionalisme
kader HMI. Oleh karena itu diperlukan pedoman yang dapat dijadikan sebagai
guidance untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pedoman Up grading yang terdapat
di dalam pedoman ini adalah hanya untuk Up grading tentang pengembangan
kemampuan dalam pengelolaan organisasi secara lebih baik (lebih diutamakan untuk
kepentingan internal). Untuk kepentingan pengembangan kualitas dan profesionalisme
anggota/kader harus dilakukan pelatihan pelatihan khusus, baik yang dilaksanakan
olehn Komisariat, Cabang, Badko, PB.HMI maupun lembagalembaga pengembangan
profesi ataupun KOHATI, menurut pembidangan masing masing. Seperti Pelatihan
Kewirausahaan, peltihan Jurnalistik dan lain sebagainya.
4. Makna NDP dalam pembentukan pola pikir, pola sikap dan pola
tindak kader
5. Metodologi pernahaman NDP
5.1. Metode diskusi
5.2. Metode kajian kelompok intensif
5.3. Metode studi kasus
5.4. Metode diskusi terkendali
Referensi :
1. Nilai dasar Perjuangan
2. Tim Didaktif Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktif
Kurikulum PBM, Rajawali, 1989.
3. DR. Nurcholis Madjid, Tradisi Islam, Paramadina, 1997.
4. Islam Doktrin dan Peradaban, Paramadina, 1995
5. Islam Agama Peradaban, Paramadina, 1996
6. Islam Agama Kemanusiaan, Paramadina, 1996
7. Tosihiko Izutsu, Konsep Konsep etika Religius Di Dalam Al Quran, Tiara
Wacana, 1993.
8. Ismail Raji'AL Faaruqi, Tauhid, Pustaka Bandung, 1988.
9. Ziuddin Sardar, 1 antarigaf i L lunia islam Abad 21, Mizan, 1988
10. Osman Baakar, Tauhid dan Sains, Pustaka Hidayah, 1994.
11. M. Wahyuni Nafis (Ed), Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam,
Paramadina, 1996.
12. M. Syafi'i Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam di Indonesia, Paramadina, 1995.
13. M. dawam Rahardjo, EnsiklopediAI Qur'an, Paramadina, 1996.
14. Kuntowijoyo, Paradigma Islam, Mizan, 1991.
15. Sayyed Hosein Nasr, Sains dan Peradaban Dalam Islam, Pustaka
Bandung, 1996.
16. DR. Khalifah Adbulhakim, Hidup Yang Islami, Rajawali Pers, 1995.
17. Agussaalim Sitompul, Historiografi HMI, 1995.
18. Masdar F. Mas‟ud, Agama Keadilan : Risalah Zakat (pajak) dalam Islam,
P3M, 1993
19. Literatur lain yang relevan
Referensi :
1. Hasil hasil Kongres HMI
2. Nilai Dasar Perjuangan
3. Pedoman perkaderan HIVII
4. Tim Didaktif Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktif
Kurikulum PBM, Rajawali, 1989.
5. Imam Bernadib, Filsafatpendidikan, IKIP Yogyakarta, 1982.
6. Dasar-dasar Pendidikan, Ghalia, 1996.
7. Imam Bernadib dan Drs. Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, Rineka
Cipta, 1992.
8. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, 1991.
9. Nana Sudjana, Dasar dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, 1988.
10. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosda Karya, 1995.
11. Suharsini Arikuntak, Dasar dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, 1999.
12. Paulo Friere, Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan, Gramedia, 1986.
13. W.S. Winkel, Psikologis Pengajaran, Grasindo, 1996.
14. Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Rajawali Pers, 1986.
15. John Mc Neil, PengantarKurikulum, Gramedia, 1989.
16. Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, PT.Toko Gunung Agung, 1996.
17. Referensi lain yang relevan.
Referensi :
1. Al Qur'an dan terjemahannya
2. Nilai Dasar Perjuangan
Referensi :
1. AD/ART HMI
2. Pedoman Administrasi Kesekretariatan HMI
3. Pedoman Administrasi Keuangan HMI
4. Pedoman Atribut Organisasi
5. Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi 11mu Administrasi dan
Manajemen, PT. Toko Gunung Agung,1996
6. Goffrey Mills et. All, Manajemen Perkantoran Modem, Bina Rupa Aksara,
1991
7. Sondang P. Siagian, FilsafatAdministrasi, PT. Toko Gunung Agung, 1996
8. Referensi lain yang relevan.
Referensi :
1. AD/ART HMI
2. Pedoman Kepengurusan HMI
3. James I. Gibson dkk, Organisasidan Manajemen, Erlangga, 1986
4. Richard M. Steers, Effektifitas Organisasi, Erlangga, 1986
5. Sondang P. Siagian, Analisis Perumusan Kebijaksanaan dan
Strategi Organisasi, Gramedia, 1996 6. Referensi lain yang
relevan.