Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KEGIATAN PUBLIC HEALTH INTERNSHIP

Kebisingan Pada Ruang Labolatorium RSPG

di Rumah Sakit Pulmonary Dr. M. Goenawan Partowidigdo

Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Public Health Internship (PHI) peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Pada Program Studi Kesehatan Masyarakat

Oleh

Ahmad Sayuti Pulungan

NPM. 201107011048

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Public Health Internship merupakan metode pembelajaran yang penting bagi


mahasiswa, karena public Health Internship memberikan kesempatan belajar dan
menambah pengetahuan serta keterampilan secara langsung, kegiatan Public Health
Internship ini memiliki beban studi yang dikonversikan menjadi 20 SKS sesuai dengan
ketentuan program MBKM. Implementasi kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka
yang sudah disusun secara sistematis didalam perubahan kurikulum program studi terbaru
perlu dipertegas dalam kebijakan turunannya. Pelaksanaan MBKM PSTM terdiri dari tiga
skema yaitu, MBKM Eksternal, MBKM Internal, dan MBKM Treatment.
Program Studi Kesehatan Masyarakat merujuk dari Perkemendikbud Nomor 3 Tahun
2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi memberikan hak kepada mahasiswa
untuk belajar diluar program studi dalam rangka memperkaya dan meningkatkan
kompetensi mahasiswa di dunia nyata sesuai passion dan cita – cita mahasiswa. Program
Public Health Internship ini difasilitasi oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Riset,
dan Teknologi dalam Program Kompetensi Kampus Merdeka (PK-KM) untuk
menerapkan kebijakan Kampus Merdeka serta mencapai delapan Indikator Kinerja
Utama.
Tujuan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Ibn Khaldun Bogor, yaitu; (1) Menghasilkan lulusan Sarjana Kesehatan
Masyarakat(SKM) yang sanggup menjadi innovator dan motivator dalam kegiatan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) maupun Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dalam
mendukung peningkatan derajatkesehatan Masyarakat dan Pencapaian target Sustainable
Development Goals (SDGs) (2) Menghasilkan prektisi Kesehatan Masyarakat yang
mampu mengaplikasikan ilmu Kesehatan Masyarakat sebagai pendekatan interdisiplin
sehingga mereka dapat mendukung pengembangan UKM yang kompetitif dan
berkelanjutan; dan (3) menghasilkan lulusan yang mampu mendukung kebijakan makro
pemerintah dan kebijakan makro organisasi para pelaku Kesehatan Masyarakat dalam
tatanan system Kesehatan
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah bidang yang berkaitan dengan upaya
untuk menjaga keamanan dan kesehatan pekerja di tempat kerja. Ini mencakup berbagai
aspek yang bertujuan untuk mencegah kecelakaan kerja, cedera, dan penyakit yang
disebabkan oleh aktivitas yang terkait dengan pekerjaan. K3 melibatkan
pengidentifikasian, penilaian, dan pengendalian risiko-risiko yang ada di lingkungan
kerja, serta penerapan standar keselamatan kerja dan praktik terbaik untuk melindungi
karyawan. Prinsip K3 adalah memberikan prioritas pada keamanan dan kesehatan pekerja
selama pelaksanaan tugas-tugas mereka. adapun undang-undang dan peraturan kesehatan
dan keselamatan kerja (K3) yang mengatur berbagai aspek perlindungan pekerja di
tempat kerja. Di Indonesia, undang-undang utama yang mengatur K3 adalah "Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja" yang kemudian mengalami
perubahan dan penyempurnaan melalui beberapa amendemen, termasuk amendemen
terakhir pada tahun 2014.
Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konsep
ruang dan waktu sehingga menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan
manusia. Sumber kebisingan dibedakan bentuknya atas dua jenis yaitu sumber titik
(sumber diam) dan sumber garis (sumber gerak) yang umumnya berasal dari kegiatan
transportasi (Wijayakusuma P, 2009)

WHO (2004), melaporkan bahwa pada tahun 2000 sudah terdapat 250 juta (4,2%)
penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran dari dampak kebisingan dalam
berbagai bentuk. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 Tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit menyatakan bahwa NAB
kebisingan di rumah sakit maksimal sebesar 78 dB (A). Sumber penyumbang kebisingan
di rumah sakit antara lain dari unit laundry. Proses pencucian di unit laundry
menimbulkan adanya kebisingan yang diakibatkan oleh mesin pencucian Dari akibat yang
ditimbulkan dapat menurunkan ambang pendengaran petugas, mengganggu psikologis
petugas dan berdampak pada penurunan tingkat produktivitas. Dengan waktu kerja 8 jam
per hari atau 40 jam per minggu dan karakteristik petugas laundry yang berbeda-beda
maka intensitas kebisingan yang diterima oleh petugas juga berbeda.

Rumah Sakit Pulmonary Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua merupakan Rumah


Sakit tipe A. Rumah sakit ini memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
umum. Rumah sakit ini memiliki beberapa alat penunjang Rumah sakit yang dapat
menyebabkan kebisingan dan juga dapat menimbulkan dampak negative dan rasa tidak
nyaman bagi pekerja, pasien, dan juga pengunjung apabila masalah ini tidak segera
diatasi akan memberikan citra buruk pada Rumah sakit.

1.2 Manfaat

1. Manfaat bagi penulis

Menambah ilmu pengetahuan, kemampuan, dan kualitas mahasiswa dalam membuat


laporan tugas dibidang pendataan, penilaian, dan pengendalian factor-faktor bahaya yang
timbul di area rumah sakit yaitu pada ruang Labolatorium mengenai Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)

2. Manfaat bagi rumah sakit

Mendapatkan masukan yang bermanfaat dari observasi dan analisis yang dilakukan
mahasiswa mengenai potensi-potensi bahaya yang menyangkut aspek keselamatan dan
Kesehatan kerja di ruang Labolatorium dan lokasi sekitarnya

1.3 Lokasi

Kegiatan Internship dilaksanakan di Rumah Sakit Pulmonary Dr. M. Goenawan


Partowidigdo yang beralamat di Jl. Raya Puncak - Gadog No.KM.83, Cibeureum, Kec.
Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16750.
1.4 Ruang Lingkup Internship

Ruang lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit mengambil setiap
langkah yang bertujuan untuk menjaga keamanan dan kesehatan semua individu yang
melakukan aktivitas di area sekitar rumah sakit yang melibatkan identifikasi, pencegahan,
dan pengelolaan resiko dan bahaya yang berhubungan dengan lingkungan kerja dan
pelayanan Kesehatan. Berikut beberapa aspek penting yang mencakup ruang lingkup K3
dirumah sakit khususnya pada ruang Labolatorium :

1. Identifikasi Risiko: Mengidentifikasi potensi risiko dan bahaya yang ada di ruang
Labolatorium, cedera fisik, dan sebagainya.
2. Pencegahan Infeksi: penggunaan alat pelindung diri (APD)
3. Kesehatan Mental: Menyediakan dukungan bagi staf untuk menjaga kesehatan mental
mereka dalam lingkungan yang seringkali menuntut secara emosional.
BAB II

GAMBARAN PROFIL LOKASI INTERNSHIP

2.1 Sejarah Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo (RSPG)

Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo (RSPG) Cisarua Bogor terletak di
Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. RSPG memiliki luas
lahan 69.661m2. Berawal dari sebuah Zending School yang didirikan pada tahun 1908 yang
selanjutnya tahun 1928 diambil oleh Stichting Centrale Voor Tuberculose Bestrijding
(SCVT). Kemudian pada tanggal 15 Agustus 1938 dilakukan peletakan batu pertama
pembangunan serta tanggal 15 Nopember 1938 dilakukan pembukaan pertama Sanatorium
vor Lunlojders. Pada tahun 1978 berubah namanya menjadi RSTP (Rumah Sakit Tuberkulosa
Paru-Paru) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
137/SK/MENKES/IV/78 tanggal 28 April 1978 tentang struktur Organisasi dan Tata Kerja
Rumah Sakit Tuberkulosa Paru-Paru. Kemudian pada tahun 2004 berubah lagi namanya dari
RSTP (Rumah Sakit Tuberkulosa Paru-Paru) menjadi Rumah Sakit Paru (RSP) dengan nama
Rumah Sakit Paru (RSP) Dr.M.Goenawan Partowidigdo berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 190/Menkes/SK/II/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Paru. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 251/Menkes/Per/III/2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor,
RSPG mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan secara
paripurna, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan paru
secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan lainnya
serta melaksanakan upaya rujukan. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
226/KMK.05/2009 tentang Penetapan Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo
Cisarua Bogor Pada Departemen Kesehatan Sebagai Instansi Pemerintah Yang Menerapkan
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan umum, RSPG merupakan instansi pemerintah yang
menerapakan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dengan status Badan Layanan
Umum secara penuh (BLU penuh).

2.2 Visi dan Misi

 Visi
Menjadi Center Pelayanan Paru dan Bedah Toraks Nasional

 Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas dan terjangkau oleh seluruh
lapisan Masyarakat.
2. Mengembangkan pelayanan infeksi paru, kanker paru, intervensi paru dan bedah
toraks serta layanan penunjangnya;
3. Mengembangkan pendidikan, pelatihan, dan penelitian ilmu penyakit paru;
4. Memantapkan tata kelola rumah sakit yang akuntabel, transparan, responsible dan
inovatif berbasis teknologi informasi.

2.3 Komposisi SDM

Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo (RSPG) Cisarua Bogor memiliki
total 469 orang pekerja yang terdiri dari; Medis 45 orang (9,6%), Perawat & Bidan 186 orang
(39,7%), Penunjang medis 73 orang (15,6%), dan Non medis 165 orang (35,2%).

2.4 Aturan dan Penghargaan

1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 251/MENKES/PER/III/2008 tanggal 11 Maret


2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan
Partowidigdo Cisarua Bogor;
2. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 226/KMK.05/2009 tanggal 17 Juni 2009
tentang Penetapan Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor pada
Departemen Kesehatan sebagai Instansi Pemerintah yang menerapakan Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (BLU Secara Penuh);
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 437/MENKES/SK/VI/2009 tanggal 18 Juni
2009 tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo
Cisarua Bogor (Klasifikasi Rumah Sakit Khusus Kelas A);
4. Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor
17/1/IO/KES/PMDN/2017 tanggal 23 November 2017 tentang Izin Operasional Rumah
Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo Sebagai Rumah Sakit Khusus Kelas A;
5. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Nomor
HK.03.05/III/1758/08 tanggal 19 Mei 2008 tentang Ijin Melaksanakan Pelayanan Umum
di Rumah Sakit Khusus (Maksimal 25% dari seluruh tempat tidur);
6. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tanggal 24 Oktober 2014 Nomor
443.24/9255/PL&PP Perihal Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua
Bogor sebagai RS Sub Rujukan TB MDR Provinsi Jawa Barat;
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor YM.00.03.2.2.5053 tanggal 12 Desember 2008
tentang Pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Dasar Kepada Rumah Sakit Paru
Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor Jalan Raya Puncak KM.83 Cisarua, Kab.
Bogor Provinsi Jawa Barat (5 Pelayanan, 2000 s.d 2003);
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor YM.01.10/III/228/08 tanggal 25 Januari 2008
tentang Pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut Kepada Rumah Sakit Paru
Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor Jalan Raya Puncak KM.83 Cisarua, Kab.
Bogor Provinsi Jawa Barat (12 Pelayanan, 2008 s.d 2011).
9. ISO 9001:2008 Nomor 2012-1-0044 tanggal 2 Februari 2012 (2012 s.d 2015)
10. Ketua Komisi Akreditasi Rumah Sakit Nomor KARS-SERT/92/III/2015 tanggal 11
Maret 2015 tentang Pengakuan Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo
Cisarua Bogor Jalan Raya Puncak KM.83 Cisarua, Kab. Bogor Provinsi Jawa Barat
Telah Memenuhi Standar Akreditasi Lulus Tingkat Paripurna (2015 s.d 2018);
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/588/2016 tanggal 11
November 2016 tentang Penganugerahan Piagam Penghargaan kepada Rumah Sakit Paru
Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor sebagai Unit Kerja yang Menerapkan
Indikator Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) Tahun 2016;
12. Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor Menjadi salah satu
Satker dari 7 Satker terbaik terkait dengan Indikator Kinerja Individu dan Indikator
Kinerja Terpilih tahun 2016;
13. Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor Menjadi Satker terbaik
dalam Laporan Dewan Pengawas TA 2016;
14. Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor Menjadi Satker yang
menerapan indikator Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) tahun 2016;
15. Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor lulus dengan Predikat
Paripurna SNARS Edisi 1 tanggal 10 april 2018
16. Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor sebagai Peringkat I
Sebagai Unit Pengendalian Gratifikasi Terbaik di lingkungan Kementerian Kesehatan RI.
17. Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor Juara 3 Kompetisi
Kepatuhan Standar Interaksi Layanan di lingkungan Kementerian Kesehatan RI.
BAB III
GAMBARAN KEGIATAN INTERNSHIP DAN CAPAIAN KOMPETENSI

3.1 Pelaksanaan Internship

3.1.1 Waktu dan Pelaksanaan Internship

Pelaksanaan Internship dilakukan mulai tanggal 14 Agustus 2023 sampai dengan 24


November 2023.

3.1.2 Tempat Pelaksanaan Internship

Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo, Gedung IPSRS Jalan Raya Puncak KM
83 Kotak Pos 28, Cisarua – Bogor 16750

3.2 Capaian Kompetensi

No Kegiatan Capaian Kompetensi


1. Pemasangan Safety Walk di RSPG A1, E1

2. Penyusunan Material Safety Data Sheet (MSDS) ke dalam L


Bahasa Indonesia

3. Memantau penyedotan limbah di RSPG M3

4. Melakukan kegiatan Safety Patrol R1

5. Melakukan kegiatan Klorinasi air bersih

6. Membuat laporan hasil Safety Patrol dan membuat laporan M1, M2, R2, R3, L,
tindak lanjut Safety Patrol E1, E4

7. Mengidentifikasi bahaya potensial di ruang CSSD R1


BAB IV

IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

4.1 Rumusan Masalah

Bekerja memerlukan fokus yang tinggi agar pekerja tidak mengalami ketidaknyamanan
dalam bekerja ataupun stress kerja, khususnya bekerja di Rumah sakit. Ketika berbicara tentang
rumah sakit, hal yang sering menjadi perhatian adalah tingkat kebisingan di lingkungannya, karena
suasana yang tenang, nyaman, dan damai sangat penting bagi pasien yang sedang dalam perawatan
medis agar mereka dapat pulih dengan cepat dan optimal serta merasa nyaman selama berada di
rumah sakit. Situasi yang kerap menjadi sorotan dalam lingkungan rumah sakit adalah tingkat
kebisingan yang terjadi, terutama di dalam laboratorium, di mana para tenaga medis dan melakukan
pekerjaan mereka, dan juga di ruang pasien, di mana kenyamanan dan ketenangan sangat penting.
Labolatorium pada rumah sakit yang besar harus memiliki alat-alat yang canggih agar dapat
menunjang segala pemeriksaan sampel pasien yang dilakukan dirumah sakit. Beberapa alat yang
terdapat dalam ruang Labolatorium dapat menyebabkan masalah yang mengganggu bagi lingkungan
rumah sakit contohnya adalah mesin blower yang berfungsi sebagai output udara dalam
labolatorium yang berfungsi untuk mengeluarkan udara dalam labolatorium yang mana
kemungkinan sudah terkontaminasi oleh sampel pasien, Reagen, dan Zat kimia lainnya penggunaan
alat ini menyebabkan kebisingan yang sangat mengganggu di lingkungan rumah sakit.

4.2 Alternatif Pemecahan Masalah

Dengan menggunakan metode analisis SWOT (Streights, Weaknesses, Opportunities, and


Threats). Tujuan dari analisis SWOT ini yaitu untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman terkait masalah tersebut. Dengan memahami faktor-faktor ini. Berikut adalah Analisis
SWOT yang telah dilakukan :
Strength Weakness Opportunities Threats
( Kekuatan) ( Kelemahan) ( Peluang) ( Ancaman )

1. Kebisingan 1. Kebisingan 1. Peluang untuk 1. Peningkatan


di tinggi dapat mengembangka regulasi
laboratoriu berdampak n teknologi terkait
m bisa negatif baru dan kebisingan di
disebabkan pada metode isolasi lingkungan
oleh alat- kesehatan kebisingan kerja dapat
alat pekerja yang lebih mengakibatka
penelitian laboratoriu efektif. n biaya
yang m dan 2. Kesadaran akan tambahan dan
canggih, pasien yang dampak negatif perubahan
yang dapat berada di kebisingan dalam
menghasilka sekitarnya. pada kesehatan operasional
n data yang dapat laboratorium.
sangat mendorong 2. Masyarakat
berharga. investasi dalam sekitar rumah
2. Adanya solusi sakit dapat
kemajuan pengendalian menjadi
teknologi kebisingan. sangat
dalam sensitif
isolasi dan terhadap
pengendalia kebisingan,
n kebisingan yang dapat
dapat mengakibatka
membantu n protes atau
mengatasi masalah
masalah ini. hukum.

4.3 Realisasi Program

No Masalah Program
1 Sumber suara yang menyebabkan Pemeliharaan rutin pada alat agar
kebisingan dan rasa tidak nyaman mengurangi kebisingan yang terjadi

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Rekomendasi

Anda mungkin juga menyukai