© JPIT 2021
Desain isi:
Tim Kreatif Alinea Baru
ISBN 978-602-6260-55-0
Syukur tak terhingga kami panjatkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa atas pertolongan-Nya
sehingga Buku Barenti Pasrah, Antologi Puisi Kemanusiaan Pekerja Migran Indonesia dan Pekerja
Rumah Tangga bisa ada di tangan pembaca sekalian. Antologi puisi ini lahir dari berbagai
kegelisahan tentang kondisi Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan Pekerja Rumah Tangga (PRT) baik di
luar negeri maupun dalam negeri. Cerita-cerita dari para PMI dan PRT tentang bagaimana mereka
mengalami kekerasan seksual, fisik, verbal, psikis, dan bekerja overtime dengan upah rendah
menunjukkan bahwa mereka sangat rentan. Pemenuhan hak-hak pekerja terutama perempuan
seperti upah layak, dan perlindungan belum sungguh-sungguh dilakukan oleh negara. Misalnya,
perjuangan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT) yang
sudah mangkrak selama hampir 17 di DPR. Padahal, baik PMI maupun PRT adalah para penonggak
ekomomi negara. Oleh karena itu, negara perlu bertanggung jawab.
Indonesia saat ini menempati urutan kedua terbesar di Asia Tenggara sebagai negara pengirim
pekerja migran terbanyak setelah Myanmar. Menurut laporan World Bank pada tahun 2015, Indonesia
mengirim 18% tenaga kerja di ASEAN. Tahun 2017, Wold Bank kembali merilis sebuah laporan
“Pekerja Global Indonesia: Antara Peluang dan Risiko” yang menyebutkan bahwa lebih dari sembilan
juta PMI bekerja di luar negeri. Malaysia sebagai negara tujuan utama dengan komposisi PMI
sebanyak 55%. Jenis pekerjaan PMI terbanyak adalah PRT sebanyak 32%. Selain data ini, World Bank
juga melaporkan bahwa ada sekitar 4,3 juta PMI non-prosedural yang bekerja di luar negeri. Di
Indonesia sendiri, jumlah PRT mencapai 4,2 juta dan rata-rata adalah perempuan. Data ini didasarkan
pada hasil survei yang dilakukan oleh tim Organisasi Buruh Internasional dan Universitas Indonesia
pada tahun 2015. Khususnya di Nusa Tenggara Timur (NTT), tenaga kerja usia produktif direkrut dan
dikirim sebagai PRT maupun PMI baik masih di dalam dan luar wilayah Indonesia. Pada tahun 2015
NTT ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja sebagai daerah darurat perdagangan orang berdasarkan
laporan Bareskrim Polri. Hal ini sejalan dengan kasus-kasus kekerasan bahkan kematian yang dialami
oleh para tenaga kerja asal NTT. Berdasarkan data Jaringan Perempuan Indonesia Timur (JPIT),
terhitung sejak Januari 2013 hingga Desember 2020, jumlah tenaga kerja asal NTT yang meninggal
sebanyak 480 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 445 orang meninggal dunia di Malaysia.
Keprihatinan akan hal-hal tersebut di atas mendorong JPIT pada pertengahan tahun 2020
membuka ruang bagi korban/penyintas, anggota keluarganya, serta masyarakat sipil untuk
menyuarakan berbagai ketidakadilan dan penindasan yang dialami oleh para PMI dan PRT melalui
puisi. Ternyata undangan ini mendapatkan respon yang cukup besar dari masyarakat luas. Sampai
pada akhir batas waktu pengiriman puisi, kami menerima 238 puisi yang terdiri dari 143 puisi bertema
PMI, dan 95 bertemakan PRT. Puisi-puisi tersebut diseleksi dengan metode blind review oleh dua
orang penyeleksi yaitu Pankratia Mete Seda untuk puisi bertemakan PMI dan Aura Asmaradana untuk
puisi bertemakan PRT. Sebanyak 50 puisi terpilih dipublikasikan melalui buku antologi puisi ini.
Dalam antologi puisi ini, para penulis dengan cerdas menuangkan bait-bait puisi yang
menggambarkan ungkapan hati, perjuangan, dan harapan kita bersama untuk mengakhiri segala
bentuk kekerasan dan eksploitasi terhadap PMI dan PRT. Ketika membaca puisi-puisi ini, kita seakan
dibuat masuk ke dalam dunia yang membawa para PMI dan PRTseolah-olah menyerah dan pasrah
terhadap kepahitan hidup. Namun, pada saat yang sama, kita juga akan menemukan bahwa ada
harapan bagi sebuah perubahan yang lebih baik jika kita semua menolak untuk berputus asa dan
terus membangun gerak bersama. Oleh karena itulah buku ini diberi judul Barenti (Berhenti) Pasrah,
sebuah seruan untuk menyemangati perjuangan bersama para PMI dan PRT.
Selaras dengan tujuan awal kami maka buku ini secara khusus kami dedikasikan untuk para
korban/penyintas dan keluarganya sebagai ruang agar kisah pengalaman penindasan, kekerasan dan
ketidakadilan yang mereka alami dapat didengar. Suara-suara ini diharapkan akan menggugah hati
serta membangun kesadaran seluruh masyarakat yang menggunakan jasa para pekerja baik itu PMI
dan PRT serta menggugat para pengambil kebijakan untuk lebih serius memikirkan dan
menghasilkan tata aturan perlindungan.
Buku ini dapat sampai di tangan pembaca berkat kerja keras berbagai pihak yang harus kami
apresiasi. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua penulis puisi yang telah
menyumbangkan karya mereka. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dua penyeleksi karya
puisi yang telah bersedia membaca ratusan puisi yang masuk dan memberikan penilaian secara
objektif. Sebelum buku ini diterbitkan, kami juga telah meminta sejumlah teman untuk membaca dan
memberikan tanggapan. Beberapa sahabat juga membantu kami dengan memberikan endorsement
dan juga menyumbangkan karya ilustrasi yang makin memperkuat pesan yang ingin disampaikan
dalam buku ini. Untuk kebaikan hati dan masukan-masukan yang berharga kami sampaikan terima
kasih. Dalam mengerjakan pengumpulan dan penerbitan buku ini, kami didukung oleh sahabat-
sahabat kami di Kerk in Actie, yaitu Badan Misi Gereja Protestan di Belanda (PKN) yang membantu
kami dengan biaya pengerjaan dan penerbitan. Tanpa dukungan dan kebaikan hati ini, upaya ini pasti
masih merupakan cita-cita. Untuk itu terima kasih yang tulus kami sampaikan.
Harapan kami, semoga Buku Antologi Puisi Kemanusiaan ini mampu menembus ke setiap
relung hati para pembacanya. Dengan demikian, semua orang dapat memahami dan turut
berpartisipasi dalam usaha menegakkan keadilan bagi para korban/penyintas dan semua orang yang
sedang berjuang untuk menyuarakan ketidakadilan yang sedang dialami. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan ini juga terdapat kekurangan, oleh karena itu kami menerima usul dan saran dari
pembaca sekalian. Sekian dan terima kasih.
KATA PENGANTAR 5
Senja Terakhir
Afrinda Anastasia Agusti 16
Sarinem
Batler Fernando Situmorang 18
Telanjang
Christian Kali 23
Langkahku
Dortia Abanat 25
Vulnerata
Giovani A. L. Arum 32
Di Pasar Ria
Ida Bagus Uttarayana Rake Sandjaja 34
Sang Senorita
Maria Anita Dapa Roka 44
Perdagangan Manusia
Marteda Babu 45
Di Bumi Flobamorata
Mery Kolimon 48
Tak Semua
Padel M. Rallie Rivaldy 56
Pasar Malam
Rama Kurnia Santosa 57
Stanza Sedu
Tiara Ragat 60
Titian Langkah
Yulia Endang 61
Beri Judul?
Angelo Cefreeco Dirpa Syukur 68
Punggung Merenta
Dormauli Justina 74
Sang Jongos
Henry Eldalience Medah 80
Demi Malaikatku
Lina Triwahyuni 82
Cakar Gagak
Mustika 83
Disayat Belati
Nadiah Hamidah 86
Di Sebuah Rumah
Quidora Soera 90
TKW
Reynaldo Agung Saputra 92
Mimpi Hidup Layak Tak Pernah Sampai
Rosalia Kailo 93
Hanaf
Yuliana M. Benu 97
BIOGRAFI PENULIS 99
Bagian I
Puisi Pekerja Migran Indonesia
Mereka Lupa Pada Generasi
Adriana Ngailu
Tuan,
Tuan,
Tuan,
Kala itu
Semangat mematuhi
Semua ketegangan
Tidak ada yang bisa sebanding dengan usahanya yang tak terbatas
Ia datang
Dituntun dahaga dari rumah
Ke sumur leluhurnya yang telah berpulang
Dan terus mengalir dalam kanal-kanal bumi
Ia datang
Dituntun rindu dari rumah
Merembesi kota dan padang yang dahaga
Mencari leluhur dalam sunyi
Ia datang
Diterangi cahaya leluhur
Menapak jejak sang Guru di kedalaman
Sumur jiwa, yang senantiasa membatin semesta
Ia datang
Dituntun sang Guru.
Ya, Air Kehidupan
Meresapi semesta, dan membasuhnya dengan darah-Nya sendiri
Yang merampung setiap perjalanan
2020
Telanjang
Christian Kali
Terbujur kaku
Luka membekas nurani
Air mata lunas membayar kepulangan
Atambua, 2020
1
Flamboyan
Pelancong
Dhani Lahire Awan
Telah habis keringat kami, di negeri-negeri yang jauh dari mimpi. Taiwan, Jepang, Timur Tengah, yang
membuat kami terengah. Karena kami adalah budak negeri, yang dijual saudara sendiri.
Kami, hanyalah perempuan-perempuan miskin, yang tetap ingin anak-anak kami melahap buku,
bersepatu, dan minum susu. Kami tak mendaftar untuk dieksploitasi, dicabuli, kerja rodi, mutilasi
2
Ini tubuh penuh luka siapa punya?
Langit membebat lukamu dengan biru yang cemas memelihara ingatan pahit. Jarum bersingkut
mencari kemarau yang melubangi dadamu, menjahit semesta yang kauciptakan dengan telapakmu
sendiri. Telapakmu kota yang enggan menentukan jalan menuju masa depan, menghentikan orang-
orang di persimpangan-
persimpangan waktu, menunda perjalanan yang retak termakan pertanyaan-pertanyaan tentang
bahagia.
Kupang, 2020
2
Salah satu penggalan puisi Chairil Anwar
Kalimat Tanya yang
Paling Menyakitkan untuk Ibu
Eka Putri Esterina Rassi
Tapi negara alpa menyiasat dari mana kemiskinan ini tumbuh dan bagaimana ia menjalar
Kukembalikan padamu
Aku malu
Anggap saja aku Tagore yang dulu mengantar pulang gelar satria kepada ratu
Jelatalah takdirku
Menyambut panen
Vulnerata
Giovani A. L. Arum
Tubuhmu ranting
Rapuh
Yang dipatahkan
Tangan
Dingin pengkhianatan
SoE, 2020
3
Adelina yang Fana
Giovani A. L. Arum
4
Uis Neno menjemput jiwamu
5
Uis Pah memeluk jasadmu
Telah kauserahkan tubuhmu dalam amanat sirih
3
Adelina Sau adalah korban perdagangan manusia asal Timor-NTT yang mengalami kekerasan dan meninggal di
Malaysia, 11 Februari 2018( https://www.kompas.com/global/read/2020/09/22/222307570/majikan-penyiksa-tki-
adelina-sau-dibebaskan-indonesia-akan-mencari?page=all). Majikannya, S. Ambika, divonis bebas dengan sistem
peradilan yang janggal.
4
Uis Neno dari Uab Meto (bahasa lokal orang Timor), artinya Tuhan di langit.
5
Uis Pah dari Uab Meto, artinya Tuhan di bumi.
Di Pasar Ria
Ida Bagus Uttarayana Rake Sandjaja
Ya, khayalan
Nilai Manusia Setengah Rupiah
Luciano Soares
6
Sophia adalah penamaan (label) oleh pemerintah lokal terhadap minuman tradisional khas NTT yang biasanya disebut
sopi.
Pejuang dari Tiongkok,
Menanam Padi dari Darah
Joshua I.W. Simanungkalit
Kisah Katei bermigrasi ke negeri Tiongkok sangat memilukan. Ia dibunuh pekan lalu karena
mengambil sepiring nasi tanpa izin atasan. Katanya malam itu bukan jatahnya untuk makan.
Ia tidak berhak makan, raganya tidak berhak menerimanya, jiwa nya sudah terombang-ambing
ribuan kilometer dari rumahnya.
Sementara itu, istrinya masih menanam padi di sawah. Anehnya, tanah di sana selalu berwarna
merah darah. Seperti amarah istri nya yang setiap hari mengutuki diri dan anak-anaknya karena tak
pernah melarang Katei untuk pergi melancong.
Anak-anaknya saat ini terluka. Kehilangan suka yang setahun lamanya. Bahkan mungkin tahun-tahun
depan akan penuh duka, ayahnya wafat di Laut China Selatan. Jasadnya mungkin telah termakan hiu
atau menjadi tempat hidup karang-karang. Ia memikirkan padi-padi hasil panen bersama ibunya,
warnanya merah padahal bukan beras merah.
Di kemelut awan dan ombak yang besar, mata Katei masih sayup-sayup melihat kapal menjauh.
Matanya menangis. Bercampur darah dan air. Tangannya meraih kapal itu dari kejauhan, tampak
teman-temannya menangisinya, bertempur kembali dengan tindasan-tindasan dan pelanggaran hak
asasi manusia. Matanya menangis lagi, merindukan istri, anak-anak, dan impiannya
7
menjadi TKI , pahlawan devisa negara.
Saat ini, mataku juga merah melihat hasil panen yang aneh, sawah yang aneh, dan berita Katei yang
aneh. Bagaimana bisa manusia berhati iblis?
Saat ini, padi yang mereka tanam adalah buah pengorbanan Katei. Nasi yang aku makan tidak lagi
sama. Ada cerita penindasan besar yang harus diselesaikan. Bukan lagi hal yang remeh, lelucon tak
masuk akal. Selama kau masih makan nasi, darah akan terus
mengaliri setiap jumput yang kaulahap. Ia tak akan berubah
8
sampai HAM benar-benar ditegakkan.
7
Tenaga Kerja Indonesia.
8
Hak Asasi Manusia.
Balada Rusmini yang Tak Bisa Kembali
Lindung Ratwiawan
Selalu rawan untuk pecah dan berkeping: apakah hanya diam jawabnya?
Ya, dia
Sang senorita
Perempuan penari berirama jeritan bayangan menganga
Bayangan gadis kecil bermahkotakan ilalang savana
Berkaki telanjang
Berlenggak-lenggok dengan latar mentari di atas karang
Bersenandung menimang senja di tepi tanjung
Memanggil jiwanya pulang
Perdagangan Manusia
Marteda Babu
Tubuh-tubuh
Di bumi Flobamorata
Di bumi Flobamorata
Di pulau-pulau Flobamorata
Di negeri Flobamorata
Di bumi Flobamorata
9
Flobamorata artinya Flores, Sumba, Timor, Alor, Rote, dan Lembata. Nama-nama pulau di NTT.
Mari satukan visi
Meraih cita
Metusalak Selan
Beta menunggu giliran tiba, tak ada makanan hanya ampas nasi
Gelap dan pengap memeluk erat, tak rela melepas beta beranjak
Berkatmu
Salah tentangmu
Kau yang:
Pelacur
Sampah kota
Tabu
Atau
Pegawai restoran
Tanpa tahu bahwa pegawai restoran ialah sinonim dari prostitusi ilegal
Mini ditipu
Sari namanya
Sari janda anak satu dan hari ini ialah ulang tahunnya yang ke-25
“Saya ini dan yang lain bukan tak ingin berhenti, Mas. Sudah sedari awal. Kami dijual keluarga.
Dipaksa jadi pelacur.
Terjerat lintah darat. Dipalak pamong praja. Mesti distigma orang pula. Kami di lingkaran setan ini,
Mas.”
Kalian manusia
Kalian korban
Bukan sampah
Pasti!
2020
Kargo El Tari Kupang, NTT
Paoina Bara Pa
Nama dipalsukan
Usia diubah
Tubuh, terjahit
Alasan ditemukan
Tak Semua
Padel M. Rallie Rivaldy
11
Jagung bose adalah salah pangan lokal di NTT yang diolah dari jagung pipil yang ditumbuk lalu dibuang kulit arinya.
Makanan tradisional ini biasanya dimasak dengan campuran kacang-kacangan dan juga sayuran.
Bagian terdepan memang beras dari Thailand
untuk ketahanan pangan
2020
Pasar Malam
Rama Kurnia Santosa
Di kota kami
Di kota ini
memangsa serakusnya
Mereka pulang
Sebuah kematian dibayar tuntas, tanpa ikhlas
Kupang, 2020
Titian Langkah
Yulia Endang
Si keji terbahak-bahak
Rimpuh daksa
Penat atma
Ugem pendirian
Saya terlena
Tenaga dikuras
Ikhlas
Beri Judul?
Angelo Cefreeco Dirpa Syukur
Merona hitam
Dalam hening
Setiap hari
Langkahnya gontai
Matanya sayup
Dan setiap pagi piring-piring tertata rapih berisi lauk yang ia masak
Oh ternyata ...
Ia hanya menghidangkan
Tanpa memakan
Oh tunggu ...
Itu bukanlah roti isi sayur, melainkan roti berlumut berbau tengik
Hari ini roti basi menjadi peredam atas lapar yang menjalar
Esok, ia berharap
Menjaga niatmu
Menjangkau ibukota
Bertambah usang
Membersihkan diri
Banting tulang
Terima makian
Kadang tubuh
Hak asasi
Hingga lupa berapa banyak tetesan darah dan air mata mewarnai
Karena aku adalah aku, kamu, dia, kalian, mereka, dan kita:
istri, suami, ibu dan ayah
Aku tak ingin menunggu seumur hidup lalu kematian menjemput di ujung lelah
Beri waktu bagi luka tuk berkisah tentang tubuh yang dirasa meradang
Pukul 05.00
Teras menampung segala surya memancarkan tiap harap dan mimpi manusia
Bibi mengais beras di dapur senyum demi tuan dan puan tetap makan
Pukul 09.00
Pukul 12.00
Pukul 18.00
Sedang bibi masih merapal mantra di tengah langkahnya meniti jalan pulang
Pukul 21.00
Tangan kasar bekas cucian melukis tawa di kening dan pipi mereka
Cita-citanya sampai)
Boawae, 2020
Sang Jongos
Henry Eldalience Medah
(Kini), tak ada lagi harum santan pandan labu kala itu
Mengaburkan pandangan
13
Dewan Perwakilan Rakyat.
Untuk Sebuah Kehidupan
Maya Helena Nitbani
Tertimbun di balik stigma bahwa aku bukanlah pekerja formal yang pantas dimanusiakan
Ingin hati melawan, tetapi ke manakah suara hati ini dapat berlabuh?
Tahukah kau,
aku telah menjadi seperti akar yang lisut dan layu
Tanpa kausadari,
Jangan biarkan aku pulang bermandikan darah, berhiaskan lebam apalagi diantar kematian
Disayat Belati
Nadiah Hamidah
Kulihat kau menjelma menjadi intuisi berbaris di surat kabar pagi ini. Kupersila kau memaparkan
sesuatu yang telah lama kaurendam dalam cucian tuan. Dengan seksama semesta meng acuhkan.
Kau semakin bungah, pelbagai nasib kaububuhkan.
“Dirumahkan!”
Perihal pulang yang tak lagi kaugadang-gadang, pesan singkat tuan berubah menjadi pisau belati
yang baru saja kaucuci.
Tanpa uluk salam, kau ditikam dalam-dalam. Tenggelam dalam bayang lilitan utang. Seketika, jerit
tangis mencuat di tengah bengis, bersama luruh peluh yang belum utuh.
Didiskriminasi keadaan
Tak berbayar
Tak diperhitungkan
Hanya disepelekan
Seenaknya diberhentikan
Masa depan kami tidaklah setara umpatan dan bercak-bercak luka tubuhmu
14
Mamar artinya lahan yang luas. Di NTT, mamar biasanya dimanfaatkan untuk menanam jenis tanaman komoditas
seperti kelapa. Umumnya, masyarakat menyebut mamar kelapa.
Masa depan kami tersembunyi, tersimpan
Napas yang berderak akhirnya patah ketika sungai mengalir dari kelopak matanya membasahi taman
itu. Sebelum hanyut.
Ibuku berkata. Perempuan melesapkan segala perkara untuk terakhir kali ke dalam hatinya ketika
menemukan sebilah takdir tertancap di dada.
Selalu begitu. Bahkan air mata hanya dibendung, kala berjuta sakit menggores, dan berlaksa via
dolorosa dijejali. Tanpa disesali.
Suatu kali, dalam sebuah rumah. Ibu memberiku nama hawa. Sebab, akulah yang menjadi ibu semua
yang hidup.
Tolong!
Tulang kaubanting
Kau layaknya
Pulanglah
15
Tenaga Kerja Wanita.
Mimpi Hidup Layak Tak Pernah Sampai
Rosalia Kailo
Begini Hikayatnya
Walau zat kimia ia hirup demi nasi, tomat, dan sambal terasi
Bukan sakit tua, hanya lelah tak habis masalah datang dan tiba
Ia kerahkan tenaga untuk menjemur pakaian cucu dari anaknya yang gila
Surti berkata
Ini tak kalah hebatnya dari kamu yang bekerja di balik laptop
16
Kata tagal dalam bahasa Kupang artinya karena.
Melawan kekerasan, stigma, dan diskriminasi
17
Mnen Hai Hanaf diambil dari Uab Meto, artinya dengar suara kami.
18
Hanaf
Yuliana M. Benu
18
Kata Hanaf diambil dari Uab Meto yang artinya suara.
Ingatan Tentang Kakak
Zerlinda Christine Aldira Sanam
Kupang, 2020
Biografi Penulis
Adriana Keraf, adalah penggagum sastra yang tak pandai bersastra. Namun, ketika diam melanda
dunianya, ia mengabadikan adanya dalam kata. Sekarang ia adalah mahasiswa semester akhir di
Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero dan aktif memperjuangkan isu perempuan.
Adriana R.D.W. Ngailu, akrab disapa Ajeng. Penulis yang lahir di Kupang, 16 April 1999 ini memiliki
minat menggambar, fotografi, film, bermain biola dan menulis cerpen. Kini menetap di Kupang dan
aktif bergiat di Komunitas Film Kupang. Baginya, puisi dan waktu untuk menyendiri adalah dua hal
yang tak bisa dihindari ketika otak, jiwa, dan raga membutuhkan jeda.
Afrinda Anastasia Agusti, anak pertama dari empat bersaudara adalah seorang penulis yang lahir di
Demak, 17 Mei 2001. Saat ini, penulis sedang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang
jurusan Pendidikan Tata Busana, semester tiga. Selain menggambar, hobi penulis adalah membaca
karya sastra dan menulis puisi.
Agustin Selbard Zacharias, lahir di Sabu, 20 Agustus 1993. Ia tamat dari Fakultas Teologi Universitas
Kristen Artha Wacana Kupang (UKAW), dan aktif di JPIT sejak tahun 2017. Di tahun 2019, penulis
pernah sebagai fasilitator dalam Penelitian Humanity, kerjasama JPIT dan Asia Justice And Rights
(AJAR) di 2019 tentang perdagangan orang bermodus pekerja migran di NTT. Pada tahun 2020,
penulis juga menjadi fasilitator yang terlibat dalam penelitian Mnen Hai Hanaf mengenai kondisi PRT
di Kota Kupang.
Aidelina Fitriani, lahir pada 24 Oktober 2006 di Kota Tulungagung, Jawa Timur. Kini ia menempuh
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 03 Kalidawir. Anak sulung dari dua
bersaudara ini memiliki ketertarikan pada dunia sastra. Berkali-kali gagal dalam mengikuti
perlombaan, tak menyurutkan niat untuk berpuisi. Baginya puisi adalah saran menyampaikan sesuatu
melalui tulisan. Seiring berjalannya waktu, puluhan puisinya sudah berhasil dibukukan dalam bentuk
antologi dan tersedia di berbagai perpustakaan. Sekarang ia sedang menggarap buku yang sudah
dikerjakan sejak dua tahun lalu berjudul Jatuh, Bangun, Terbang, dan Lukiskan Siapa Dirimu
Sebenarnya.
Alwi Kolin, salah satu anggota Timore Art Graffiti (TAG) yang paling humoris. Pria kelahiran 18
September 1995 ini sudah menyukai film-film kartun sejak tahun 2000, sehingga karakter-karakter
kartun pun tervisualisasi dalam karya-karyanya di masa kini.
Anastasia Kinanti Putri, lahir di Purworejo, 3 Juni 2001. Saat ini masih duduk di bangku semester
empat Jurusan Informatika Universitas Sanata Dharma. Menulis dan menggambar adalah hobinya.
Karya-karyanya dimuat melalui akun Instagram @kinarts.official atau @kinantiyaa.
Angelo Cefreeco Dirpa Syukur, lahir di Ruteng, Manggarai, 1 Juni 2003. Karya-karya awal Cef,
begitulah ia disapa, dipublikasikan saat berusia 17 tahun di beberapa media online, misalnya
Lomes.com dan SwaraNtt.com. Saat ini, Cef tengah melanjutkan pendidikannya di Lembaga
Pendidikan Calon Imam SMAS Seminari Pius XII Kisol.
Annisa Citra Kasih Ayu Savitri, memiliki hobi menulis sejak kecil, dan merupakan pengagum karya-
karya puisi sang kakak yang telah memperkenalkannya dengan dunia literasi saat di bangku kelas
tiga SMP. Beberapa tahun terakhir semenjak bergabung dengan Komunitas Serantau, ia mulai
menulis puisi bertemakan pekerja migran.
Apris Nggonggoek, laki-laki kelahiran 19 April 2002, yang lebih suka dipanggil AP. AP saat ini bergiat
di Komunitas TAG. Salah satu tujuan ia melukis ialah ingin menciptakan kedamaian melalui karya
seni.
Armando Soriano, seorang guru muda yang senang memainkan suling bambu. Ia memang menekuni
seni melukis sejak kecil. Karakter gambarnya berupa animasi berwarna hitam putih, dilengkapi teks
seperlunya. Mando, sapaan akrabnya, juga tergabung bersama Komunitas TAG dan Komunitas Kapur
Sirih Kupang.
Batler F. Situmorang, lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada 3 Desember 1979. Penulis
menamatkan pendidikannya di Universitas Katolik ST. THOMAS Medan pada tahun 2007. Penulis
sudah menikah dan saat ini menetap di Kota Batam.
Beni Wego, lahir di Eban, Pulau Timor. Penulis adalah misionaris pada Serikat Sabda Allah (SVD). Ia
menerbitkan Canvas (Green Legacy Publishing Company, USA 2017), Kanvas (Penerbit Ledalero,
Indonesia, 2020). Ia bekerja di Saint Bernard Medical Center and Benedictine Community Jonesboro,
AR-Amerika Serikat.
Chanty Tri Lestari, seorang siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kecamatan Cilongok,
Kabupaten (Kab.) Banyumas, Jawa Tengah.
Christian Kali, adalah alumnus Fakultas Filsafat Unwira Kupang (2017). Lahir di Atambua pada
tangggal 6 Agustus 1993. Saat ini sedang melanjutkan studi teologi pada Seminari Tinggi St. Mikhael
Penfui Kupang dan sedang menyusun tesis berkenaan dengan Migran Perantau.
Cici Ndiwa, menetap di Ruteng, Manggarai dan bekerja di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Karya,
Ruteng. Telah menerbitkan antologi puisi berjudul Penyair bukan Kami (WR, 2018).
Dany Heryati Asbanu, lahir di Boentuka, pada tanggal 11 Februari 1996. Pernah menimba ilmu di
bangku Sekolah Dasar (SD) Naikoten 1. Kesibukan penulis saat ini hanya befokus pada pekerjaannya
sebagai seorang PRT.
David James Imanuel Mage, akrab disapa Jems, lahir dan menghabiskan masa SD di Kota Kupang.
Pria kelahiran 20 Juli 1991 ini kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di Jakarta. Pada
tahun 2009, ia kembali ke Kupang dan melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Kesehatan
Masyarakat (FKM) Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang. Semasa kuliah ia aktif berorganisasi
dan sempat menjabat sebagai Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat di Badan Eksekutif Mahasiswa
FKM Undana. Pada tahun 2020, ia menjadi salah satu tim pengarsipan pada Pameran Arsip Publik
Merekam Kota yang diselenggarakan oleh SkolMus.
Dhani Lahire Awan, sering terjerumus saat membeli buku, karena lebih tertarik desain sampulnya
daripada isinya. Beberapa puisi dimuat dalam antologi bersama: Kepada Buku-buku Yang Terbakar
(2015), Pesan Damai di Hari Jumat (2017), Progo 4, Temanggung dalam Puisi (2017), Merawat
Kebhinekaan (2017), Jendela Pekalongan (2017), Buitenzorg: Bogor dalam Puisi (2017), Jejak Air
Mata: dari Sittwe ke Kuala Langsa (2017), Menjemput Rindu di Taman Maluku (2018), Senyuman
Lembah Ijen (2018), Tambak Gugat (2018), Tabuh Tak Tabu: International Gamelan Festival (2018),
Progo 6 (2020), Gambang Semarang (2020), Komposisi Ingatan: Membaca Pandemi (2020), dan
Percakapan Hari Libur (2020).
Dormauli Justina, biasa disapa DJ lahir di Palembang, 12 Agustus 1979. Saat ini tercatat sebagai
Dosen Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dpk pada Universitas Sumatera Selatan dan sedang menempuh
studi lanjut di Yogyakarta.
Dortia Abanat, penulis kelahiran 16 Desember 1988 ini merupakan salah satu penyintas perdagangan
orang di Pekanbaru, Riau. Penulis saat ini tinggal bersama keluarganya di Desa Enolanan, Kecamatan
Amabi Oefeto Timur, Kab. Kupang. Sehari-hari penulis berjualan pulsa dan memelihara ternak. Penulis
juga sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh JPIT.
Dunstan M. Obe, lahir di Dili, 19 Mei 1988. Saat ini penulis bergiat sebagai penyair di Dusun
Flobamora.
Eka Putri Esterina Rassi, lahir di Baun, Amarasi Barat, 23 Juni 1997. Tertarik pada dunia kepenulisan
sejak masa remaja.Tulisan pertama yang dibuatnya adalah karangan cerita anak-anak. Seiring waktu,
menulis sajak, puisi dan resensi film menjadi kegemarannya. Ia menamatkan pendidikan pada
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga dengan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi, peminatan
Jurnalistik. Selama berkuliah, aktif dalam organisasi mahasiswa, kelompok proyek sosial untuk
korban bencana alam dan menjadi jurnalis pada majalah terbitan mahasiswa. Kini aktif menulis cerita
fiksi dan puisi pada salah satu aplikasi cerita daring.
Faizal Ramadhan Susanto, adalah seorang mahasiswa di Politeknik Negeri Cilacap jurusan Teknik
Elektronika. Penulis kelahiran Kab. Banyumas 20 tahun silam pernah tergabung dalam beberapa
proyek antologi puisi.
Fajar Santoadi, lahir di Wonosobo, 6 Februari 1976. Ia adalah lulusan Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Darma dan Universiti Putra Malaysia. Ia pernah mengajar di Universitas Sanata
Dharma (2004-2009). Sejak tahun 2013 bekerja sebagai konselor di Tenaganita, sebuah lembaga
swadaya masyarakat di Malaysia yang bekerja untuk perlindungan migran dan pengungsi. Ia juga
penikmat puisi, musik, dan seni rupa. Ia menulis puisi berbahasa Indonesia dan Inggris dan bermusik
untuk menghibur diri. Beberapa puisi lamanya dimuat di antologi puisi Ojo Dumeh, dan Si Pekok yang
dicetak untuk kalangan sendiri oleh Padepokan Kosakata sekitar tahun 2007-2008. Beberapa puisinya
terkini ada di www.tembi.net dan menjadi bagian dari antologi puisi Mata Air Hujan di Bulan Purnama
(2020). Koleksi puisi berbahasa Inggris-nya bisa dinikmati di https://allpoetry.com/Fajar_Santoadi.
Kadang-kadang kalau ada ide musik yang berbunyi diparkir di https://soundcloud.com/fajar-santoadi.
Henry Eldalience Medah, lahir di Waikabubak, 29 Oktober 1992. Ia menyelesaikan pendidikan dasar
hingga menengah atas di Waikabubak, Sumba Barat lalu melanjutkan studinya di Fakultas Teologi
UKAW Kupang pada tahun 2011. Setelah menamakan studinya ia kembali melayani Jemaat Gereja
Kristen Sumba.
Hyan Godho, lahir di Boawae, Flores, NTT, 17 Agustus 1998. Penulis puisi dan cerpen ini adalah
mahasiswa STFK Ledalero. Karya-karyanya biasa dimuat di Lokatuhg.Blogspot.com. Saat ini ia
bergiat aktif di kelompok minat Teater Tanya Ritapiret. Ia adalah. Sekarang tinggal di Ritapiret,
Maumere, NTT.
Giovanni A.L. Arum, adalah calon imam Diosesan Keuskupan Agung Kupang. Kini terlibat sebagai
anggota dalam Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Ia pernah diundang sebagai penulis emerging
dalam festival sastra MIWF 2019. Buku puisi perdananya berjudul: Pelajaran dari Orang Samaria
(2019).
Ida Bagus Uttarayana Rake Sandjaja, biasa dipanggil Uta. Lahir di Singaraja, 24 Maret 1996. dan
menghabiskan masa kecilnya di Madiun. Sekarang berdomisili di Bandung. Bersama beberapa kawan
mendirikan Teater Titik Universitas Telkom pada tahun 2014. Sekarang aktif di Teater Samana,
sebuah kelompok teater independen yang diprakarsai pada tahun 2019. Aktif menulis puisi-puisi yang
dapat dilihat pada akun Instagram @uttaidabagus atau di penakota.id/penulis/Utangatta. Puisinya
yang berjudul Pada Malam yang Tinggal Separuh terpilih dan dimuat dalam Buku Antologi Narasi
Baru, Festival Literasi Tangerang Selatan 2018.
Imbran Batelemba Bonde, lahir di Desa Singkona, 18 November 1992. Ia menamatkan studi Strata
satu Teologi konsentrasi Pembangunan Masyarakat Desa di STAK Terpadu PESAT Salatiga.
Sekarang menjadi pengasuh dan pendiri Pondok Baca Rodo Daya di Desa Singkona, Kab. Poso,
Sulawesi Tengah.
Indah Harwati, lahir di Palembang, 19 Februari 2003, adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari
keluarga yang sangat sederhana. Sang ayah sudah berpulang ke pangkuan-Nya, sehingga ibunya
terpaksa berjuang sendiri mencari nafkah sebagai kepala keluarga. Sejak SMP, ia sudah aktif
mengikuti lomba membaca dan menulis puisi. Saat Sekolah Menengah Atas (SMA) pun daya tariknya
terhadap puisi makin kuat. Berbagai lomba puisi aktif diikutinya. Ketika menginjak kelas XII SMA, ia
mengikuti lomba menulis dan membaca puisi antar sekolah tingkat Kota Ogan Ilir, dan puisinya yang
berjudul Jeritan Alam keluar sebagai juara dua. Indah bergabung dengan organisasi Paskibra dan
menjabat sebagai wakil koordinator puteri. Dia juga ikut tergabung dalam tim empat pilar di
sekolahnya. Saat ini ia telah menuntaskan pendidikannya di bangku SMA sekaligus bekerja sebagai
chef di salah satu restoran di Palembang.
Januarius F. Baowolo, biasanya lebih akrab disapa Ivan. Selain bergelut di TAG, Ivan juga adalah
seorang mahasiswa jurusan Arsitektur Undana. Sehari-hari Ivan suka menggambar dengan karakter
lebih banyak manusia, keadaan, dan matahari. Gaya menggambarnya lebih pada teknik sketch
drawing dengan pensil, drawing pen, dan marker pada media kertas seperti hvs, kertas sketsa, kalkir
dan lain sebagainya. Selain itu, cat akrilik biasanya digunakan sebagai pengisi latar.
Joshua Ivan Winaldy Simanungkalit, penulis kelahiran 11 Maret 1996 ini adalah seorang PNS di
Kementerian Keuangan. Penulis aktif pada bidang literasi baik berupa karya ilmiah seperti karya tulis
ilmiah, esai, artikel, maupun karya sastra fiksi dan non fiksi seperti cerita pendek, puisi, dan
sebagainya. Kesibukan penulis saat ini lebih berfokus pada literasi di bidang keuangan dan
perpajakan serta memperkaya pengetahuan dan pengalaman di berbagai genre sastra. Karya
terbaru penulis yaitu puisi berjudul Ingin Hidup Seperti Apa yang dimuat dalam buku antologi puisi
Kementerian Keuangan bertajuk Lima Simpul Satu Cinta.
Juandini Amelia Lapaan, penulis kelahiran 24 Juli 1993 ini adalah seorang pegiat isu kemanusiaan
khususnya masalah perdagangan manusia di NTT. Sejak bergabung di JPIT pada tahun 2017,
kesibukan penulis saat ini berfokus pada penelitian lapangan mengenai masalah perdagangan
manusia dan realita pekerja rumah tangga di wilayah Kota Kupang, NTT. Selain itu, penulis juga
sedang menulis tulisan narasi terkait dengan pekerja rumah tangga.
Lina Triwahyuni, lahir 19 Agustus 1999 di Desa Pasir Jaya, Pasir Pengaraian, Rokan Hulu, Riau. Ia
adalah seorang mahasiswi Keperawatan Universitas Riau yang kini menempuh semester enam.
Gadis 21 tahun ini memiliki hobi membaca dan menulis. Ia kerap menghabiskan waktu dan
menyisihkan waktunya untuk menulis, karena baginya menulis bukanlah sekedar hobi melainkan
suatu kebiasaan penting yang perlu dikerjakan setiap hari.
Lindung Ratwiawan, lahir tanggal 30 Januari dan menyenangi dunia tulis-menulis sejak masih SMA.
Dari kegemaran menulis ini pernah menjadi wartawan kampus Koran Komunikasi IKIP Negeri Malang
(kini UM), akhirnya dipercaya juga menjadi Editor Penerbit Dioma, Malang. Sejak 1990 sampai
sekarang aktif sebagai guru bahasa Indonesia di SMPK Kolese Santo Yusup 1 Malang. Beberapa
karya mandiri adalah: Kidung Sebuah Hati (novel, 1991, Yogyakarta: Penerbit Kanius); Musim Masih
Berbunga (novel, 1991, Yogyakarta: Penerbit Kanius); Sihir Mata Kucing (Kumpulan Cerpen,
September 2020, Surakarta: Gerakan Menulis Buku Indonesia); Nokturno Senja (Kumpulan Puisi,
September 2020, Surakarta: Gerakan Menulis Buku Indonesia). Buku-buku yang terbit bersama
kontributor yang lain pada Tahun 2020 adalah: Seperjuta Milimeter dari Corona (Kumpulan Pentigraf,
Kampung Pentigraf Indonesia, April 2020); Jas Hujan Bilik (Kumpulan Puisi, Penerbit Thesastra, Juni
2020); Jarak Tanpa Tepi (Kumpulan Pentigraf, Penerbit The Sastra, Juni 2020); Hari-Hari Hura-Hara
(Kitab Puisi Tiga Bait, Teras Putiba Indonesia, Juni 2020); Semua tentang Wanita (Kumpulan
Pentigraf, Elunar Publisher, Juli 2020); Takziah Bulan Tujuh (Kitab PuisiTiga Bait, Teras Putiba
Indonesia, Agustus 2020); Mengabadikan Bisik Waktu (Bersama Yulius Nugroho Putro, Penerbit
Pelangi, Agustus 2020); Taruntum (Kitab CeritaTiga Kalimat, Desa Tatika Indonesia, Oktober 2020);
Setelah Sapardi Pergi: Sehimpun Puisi Tribute to Sapardi Djoko Damono (Oktober 2020).
Luciano N. Soares, penulis yang biasa disapa Luis ini lahir di Tokoluli, Ermera, Timor Leste, 10
Oktober 1989. Penulis adalah anak ke empat dari 12 bersaudara. Pada tahun 2017, penulis
menyelesaikan pendidikannya di Stikom Uyelindo Kupang dan saat ini menetap di Kelurahan Kayu
Putih, Kupang, NTT.
Maria Anita Dapa Roka, biasanya disapa Anita, lahir di Wanno Mangeda, Sumba, NTT pada 29
Oktober 1994. Menyelesaikan pendidikan terakhir sebagai Diploma III Keperawatan, dan saat ini
bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit swasta di Sumba. Saat ini berdomisili di Sumba.
Marteda Babu, dengan nama pena Eda Sally adalah seorang penyanyi dan penulis lagu rohani. Eda
telah menciptakan 352 buah lagu rohani dan menulis tiga novel di portal online dengan judul:
Perjalanan Panjang Wanita Tangguh, Cinta Pria Metropolitan, dan Sang Mafia Jatuh Cinta. Saat ini
bekerja sebagai Guru PNS tetap pada TK Negeri Boking, kab TTS, NTT.
Maya Heleni Nitbani, atau yang akrab disapa Maya, lahir di Kapan, 13 Maret 1997. Ia adalah anak
bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya seorang petani, sedangkan ibunya seorang pensiunan guru.
Kecintaannya terhadap seni dan sastra sudah muncul semenjak ia duduk di bangku SMA. Ia
mengembangkan hobi menulis melalui blog pribadinya dan melatih kemampuan menulis dengan ikut
serta dalam berbagai lomba menulis.
Meidi Chandra adalah alumni Fakultas Ekonomi UIN Jakarta 2009. Meidi menimba ilmu kepenulisan
di IMM Cabang Ciputat 2006-2007. Selain menulis ia juga memiliki kegemaran bermain futsal dan
membaca buku-buku sastra. Karya-karya puisinya pernah dimuat dalam buku antologi tunggal dan
antologi bersama penulis lainnya serta majalah dan laman web online. Saat ini berdomisili di
Tangerang.
Mery Kolimon, lahir di SoE, Timor Tengah Selatan, NTT, pada 2 Juni 1972. Tahun 2008, Mery
menyelesaikan studi S-3nya di The Protestant Theological University Kampen, dengan disertasi yang
berjudul: A Theology of Empowerment. Reflections from A West Timorese Perspective, (Berlin: Lit
Verlag, 2008). Sejak tahun yang sama Mery kembali mengabdi di almamaternya di Timor dengan
mengasuh mata kuliah Misiologi, Teologi Kontekstual, dan Teologi Agama-Agama. Mery menikah
dengan Ir. Yustus Maro dan dikarunia tiga putera-puteri: Rulien, Meriana, dan Alberd. Mery pernah
menjadi Direktur Program Pascasarjana UKAW Kupang. Selain itu dia pernah menjadi Koordinator
Jaringan Perempuan Indonesia Timur untuk Studi Perempuan Agama dan Budaya (JPIT). Sejak
Oktober 2015, Mery terpilih sebagai Ketua Majelis Sinode GMIT periode 2015-2019, dan kini untuk
periode kedua, 2020-2023 Pada bulan Maret 2018, Pdt. Mery menerima Penghargaan Sylvia-Michel
Prize dari Persekutuan Gereja-Gereja di Swiss dalam kerja sama dengan Dewan Gereja Reformasi
Sedunia (WCRC).
Metusalak Selan, kelahiran 13 Maret 1969 ini adalah ayah kandung dari almarhumah Yufrinda Selan,
PMI yang meninggal di Malaysia. Sehari-hari ia bertani dan berjualan (bambu dan bebek). Ia dan
keluarganya tinggal di Desa Tupan, Kec. Batu Putih, Kab. TTS, NTT.
Mustika, lahir di Sidrap, 21 Agustus 1998. Tercatat sebagai mahasiswa S1 Manajemen Perbankan di
IBK NITRO Makassar. Ia telah menghasilkan 3 buah buku dengan judul Suara Aksara, Jejak Rasa Dari
Hati, dan Catatan Kaki Tuli. Saat ini, ia berdomisili di Sudiang, Kecamatan Biringkanaya, Kota
Makassar, Prov. Sulawesi Selatan.
Nadiah Hamidah, lahir di Kulon Progo DIY. Ia sudah tertarik dengan dunia tulis menulis sejak duduk di
sekolah dasar. Ia juga menyukai street photography dan membaca. Kini ia menempuh pendidikan di
salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta.
Nadia Manuputty, lahir di Ambon, 6 Desember 1981, sebelum menjadi seorang pendeta dan melayani
di Gereja Protestan Maluku, Ambon, ia aktif dalam banyak organisasi. Ia setia menjadi pendamping
anak-anak jalanan dan anak korban kekerasan seksual selama bertahun-tahun. Ia juga pernah
mendapat beasiswa studi singkat di Tanzania. Prestasi lainnya adalah pernah dua kali menjadi runner
up I Puteri Maluku dan Puteri Favorit. Berkebun, fotografi dan olahraga menjadi hobi yang sulit
ditinggalkannya.
Naufal Waliyyudin Hakim, adalah seorang mahasiswa Strata Satu Teater, Fakultas Seni Pertunjukan,
ISBI Bandung.
Nova Lianur Fitriani, lahir di Bojonegoro, 28 November 2002. Sejak kecil ia suka menulis dan
membaca puisi. Saat duduk di bangku kelas 4 SD aku pernah mengikuti perlombaan baca puisi dan
saat SMA dan pernah mengikuti perlombaan musikalisasi puisi. Saat ini, ia aktif menulis dan
membaca puisi.
Novianti Harlenci B, lahir di Kupang, 8 November 1982 adalah seorang Magister Ilmu Ekonomi. Saat
ini bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) pada Badan Pusat Statistik (BPS Prov. NTT), bidang
kerja: Pengolah dan Analis Data Sosial Kependudukan. Hobinya adalah menulis cerpen, puisi, dan
blogger. Saat ini tinggal di Bakunase II-Kota Kupang.
Padel Muhamad Rallie Rivaldy, lahir di Bogor pada Mei 1994. Ia menerima gelar master dari
Universitas Indonesia pada tahun 2019. Salah satu buku terbitannya berjudul Menyoal Rumahdan
Identitas (Pustaka Kaji, 2019). Saat ini, penulis tinggal di Bogor-Depok sembari menulis dan meneliti
secara independen.
Paoina Bara Pa, biasanya disapa Ina, lahir di Ligu, Sabu pada 16 Februari 1964. Paoina, seorang
pendeta di GMIT yang lantang menyuarakan keadilan bagi perempuan korban kekerasan dan juga
perdagangan manusia di NTT. Saat ini, ia melayani di GMIT sebagai ketua Unit Pembantu Pelayanan
Tanggap Bencana Alam dan Kemanusiaan (UPP TBAK) dan juga sebagai ketua JPIT. Paoina menikah
dengan Cornelis Hendrikus Talenalain Ngefak dan dikarunia tiga orang anak.
Petrus Tobi Tukan biasa disapa Obby. Kegemarannya untuk melukis sudah ia lakukan sejak duduk di
bangku sekolah dasar. ”Cobalah menghayal pasti lu bisa gambar,” demikian kata-kata yang menjadi
inspirasinya dalam menggambar. Salah satu karyanya berjudul “Karya Terhalang Rupiah”
diikutsertakan dalam pameran Taste-Timoty, Basoeki Abdullah Bersama Seniman Kota Kupang pada
Agustus 2019. Setiap karya Obby selalu dibubuhi dengan kata IMAGINE sebagai penanda
identitasnya.
Quidora Soera, lahir di Kupang, 20 Maret 1997. Telah menyelesaikan pendidikan di Undana, Kupang
sejak 2019 lalu, kemudian memutuskan jadi pengangguran yang suka berkebun dan jalan-jalan. Kini
bergiat di Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Beberapa puisinya pernah dimuat di Victory News,
Jurnal Sastra Santarang, dan Jurnal Sastra Filokalia.
Rama Kurnia Santosa, lahir di Bogor, 7 Februari 2000. Ia gemar membaca sejak kelas empat SD,
seperti membaca buku-buku karya W. S. Rendra. Saat kelas tiga SMP ia mulai menulis dan tulisannya
dimuat di koran. Beberapa kali, ia menjuarai lomba-lomba puisi. Puisi-puisi yang ia tulis kebanyakan
bertemakan perjuangan dan pergerakan. Buku-buku karyanya yang telah diterbitkan adalah Kita
Tanpa Jeda (2019), Satu Detik Untuk Mencintaimu (2020), Sebelum Tersampaikan (2020), Empat
Detik Sebelum Tidur (2020), dan Hari Raya Sepi (2020). Hingga kini masih sering bercerita dan
berkarya. Beberapa ceritanya bisa didengarkan di Podcast Arah Pulang. Saat ini penulis sedang
menempuh pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra,
aktif di organisasi mahasiswa seperti BEM REMA UPI, BEM KEMA FPBS, dan BEM HIMA
PENSATRADA.
Restu Hidayat, lahir di Bekasi, 23 April 2000. Saat ini ia adalah mahasiswa aktif tingkat tiga.
Termotivasi dari beberapa penulis, tulisannya sederhana tapi mendunia, bisa dibaca khalayak ramai,
saya ingin seperti mereka. Alamat surel restuh420@gmail.com dan akit Instagram @dayat_tu23.
Reynaldo Agung Saputra, lahir di Jakarta, 24 Juni 1996. Informasi tentangnya dapat diikuti melalui
instagram @reynalagsa dan email reynalsaputra272@gmail.com
Rosalia Kailo, lahir di Sumba Barat, 24 Agustus 1994 ini adalah alumni Undana Kupang, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Semasa kuliah ia terlibat dalam organisasi
kampus dan luar kampus. Setelah menyelesaikan kuliah, ia sempat mengajar selama satu tahun di
SMA Iceya Ndaha Sumba Barat Daya, dan saat ini menjadi relawan di JPIT dan sekaligus pendamping
Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Oesapa Barat, Kec. Kelapa Lima, Kota Kupang.
Sonya Herita Welmince Isu, lahir 09 November 1996 adalah seorang calon vikaris (pendeta) di
Jemaat GMIT Besnam, TTS. Selain pelayanan di jemaat, ia juga sering terlibat dalam pemyelesaian
masalah-masalah ketidakadilan terhadap perempuan dan anak. Seperti ikut dalam musyawarah
pengambilan keputusan secara adat terhadap kekerasan seksual yang terjadi di wilayah pelayanan.
Penulis terus berharap agar kita dapat menjadi pembawa damai di tengah-tengah kehidupan yang
sangat keras saat ini.
Tia Ragat, adalah anggota Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Mahasiswa semester V, Ilmu
Komunikasi di Universitas Katolik Widya Mandira, Kota Kupang, NTT. Menyukai musik klasik, anjing,
dan videografi.
Yulia Endang, lahir di Ciamis, Jawa Barat. Saat ini bekerja sebagai pekerja migran di Singapura. Selain
menulis puisi, ia juga menyukai fotografi. Ia pernah dianugrahi juara 2 lomba Puisi Pekerja Migran
Singapura pada tahun 2019.
Yunita Megawati Kusa, biasanya disapa Mega, lahir di Alor, 20 Mei 1993. Ia menghabiskan masa
kanak-kanak hingga remaja di pulau Alor. Lalu menikmati masa mudanya di Kota Kupang sambil
melanjutkan pendidikan Strata Satu di Fakultas Teologi UKAW Kupang dan tamat pada 2017. Setelah
tamat, ia menjadi relawan aktif di JPIT dan bekerja sebagai Calon Vikaris GMIT, serta Penyuluh Non-
PNS Kementrian Agama Prov. NTT yang ditempatkan di Radio Republik Indonesia Kupang.
Yuliana Magdalena Benu, lahir di SoE pada 10 Juli 1993. Setelah menamatkan studi di Fakultas
Teologi UKAW Kupang, ia bergabung di JPIT sebagai relawan yang bekerja untuk isu perdagangan
orang. Saat ini, ia bekerja masih di lembaga yang sama sebagai Kepala Unit Penelitan dan
Pengembangan. Salah satu penelitian yang sedang dikerjakannya adalah Pekerja Rumah Tangga di
Kota Kupang. Beberapa tulisan dan puisinya pernah dipublikasikan di buku Gereja Melawan Human
Trafficking (Gereja Kristen Pasundan), Menolak Diam (BPK Gunung Mulia) dan Yayasan Bhinneka
Nusantara. Dalam kesehariannya, ia adalah seorang pecinta musik, penulis puisi, dan lagu.
Zerlinda Christine Aldira Sanam, lahir di Australia, 29 Desember 1995. Lulus dari Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2018 dan sekarang tinggal di Kota Kupang, NTT
sambil menyelesaikan studi Magister Profesi Psikologi Klinis di Universitas Gadjah Mada. Aktif
menulis setelah bergabung dalam writing camp yang diprakarsai oleh beberapa sahabat dekatnya
tahun 2020. Pada tahun yang sama, salah satu karyanya dipublikasikan dalam buku antologi puisi
berjudul Retisalya.
Panitia Antologi Puisi Kemanusiaan
Juandini Lapaan
Soraya Manu