Anda di halaman 1dari 94

(Antologi Puisi Cinta untuk Bunda)

Penulis :

Abdul Rahman H, Syakhrial Efriadi, Lusiana, Erna


Puspita, Eny Suryaningsih, Taslimatul Atsna Faizati, Sri
Wardhanih, Yam@to Takhashimura, Ishaq, Chairo
Ardianto, Fanny Widyanti, Daniasih, Muhamad Ali
Sodikin, Erwinsyah Satria, Ahmad Fitriyadi Sari, Iin Maya
Aliyyuida, Dicky Dominggus, Ani Khaerani, Nana
Suryana, Penny Hendriyati, Muh. Rasyid Salam, Muhana,
Lina Herawati, Eny Khusnul, Priska Arum Sari, Myrtha
Dewi, Hartini Dewi, Risandi, Puryati Mulyanto, Eka
Nurhayati, Yulismarika Putri, Zainab, Nanik Trihasanah,
Yani Nuraeni, Dwi Septiyana, Nuraeni, Joko Susilo,
Mokh. Agung, Santoso, Mimi Jamilah, Dody Dadang
Firmansyah, Edy Riyanto, Siti Nurhayati, Abas,
Khususiatul Ubudiyah, Era Amelia, Inka, Dalilah Nurul
Hija, Adi Purnomo, Widi Setianah, Wa Ode Darniati, Anas
Basaruddin.
(Antologi Puisi Cinta untuk Bunda)
Penulis
Abdul Rahman H., dkk
ISBN : 978-623-92234-1-0

Editor
Abdul Rosid

Desain Sampul
Lukas Liani

Layout
Asep Nugraha

Cetakan Pertama, November 2019


V + 86 hlm ; 14.8 x 21 cm

Penerbit
Yayasan Pendidikan dan Sosial
Indonesia Maju (YPSIM) Banten
BCP 2 Blok E. 18 No.14 Desa Ranjeng Kec. Ciruas Kab. Serang
Banten 42182
E-mail: Ypsimbanten@gmail.com
WhatsApp: 0815 9516 818

Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-undang Dilarang


mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku ini dalam bentuk apapun juga tanpa izin tertulis
dari Penerbit
KATA PENGANTAR

Deburan ombak cinta yang selalu ingin diungkapkan kepada


wanita pertama yang layak dipuja dapat di alirkan melalui kata-kata.
Ada yang berupaya membuka folder-folder lama dalam memori
pikiran hingga terungkap jelas di depan mata. Saat berlarian di taman,
belajar naik sepeda, tangis perih saat kaki terluka, terharu ketika
wisuda, bahagia saat mendapat restu ingin menikah, maupun saat
rindu membara di atas pusara ibunda.
Puisi, saat tak lagi mampu berucap melalui lisan yang sering
kelu dihadapan yang tercinta--menjadi resep ampuh mengatasi
kebekuan hati yang bisa mencair walau tak menjadi air. Puisi bisa juga
menjadi teman saat tak benar-benar butuh seseorang.
Buku ‘Cahaya yang Tak Pernah Padam (Antologi Puisi Cinta
untuk Bunda) merupakan kumpulan ekspresi cinta yang mendalam
tentang seorang wanita idaman semua anak yang pernah dilahirkan.
Buku ini adalah karya para praktisi pendidikan yang tergabung dalam
Grup Whatsapp Pecinta Buku 2, yang selalu berusaha meningkatkan
kemampuan diri dengan menghasilkan karya-karya yang nantinya
diharapkan menjadi manfaat pembaca dan ladang pahala bagi penulis
semua.
Didalamnya ada puluhan ekspresi kasih kepada sang
madrasatul ula dalam bait-bait diantaranya Terima Kasih tak
Terbatas, Ibu, Ibuku Luar Biasa, Rindu Ibu, Ibuku Mataku,
Sepenggal Cerita yang Tersisa, Kerinduan, Tentang Ibu, Tak Ada
Kado Istimewa, Ibu Kendedes, Maafkan Anakmu, Mama…Nafas
Surgaku, Ibu (Kala itu, Kini dan Nanti), Doa Ibu, Ibu adalah Special,
Sajak Kecil tentang Aku, Puisi untuk Ibu, Bonekamu, Hasrat yang
Terbungkam, Mendung di Mata Ibu, Syair Rindu dan Ridhomu Ibu,
Rinduku Padamu Ibu, Sebening Embun di Pagi Hari, Sebutan Surga
untuk Ibu, Sepucuk Surat untuk Ibu, Surgaku, Tentangmu Ibu,
Terima kasih Ibu, Wanita Surga, Sendainya Ibu, Beri Aku Waktu,
Bunda, Bunda Cahaya Hidupku, Cahaya Surgaku, Ibu Sejati, Ibuku,
Ibuku Penawar Luka, Kasih Ibunda Sang Pelita Harapan, Kekasihku
Ibu, Menanti Langkah Ibu, Rindu yang Tak Terungkap, Peranmu
Peranku, Si Mbokku Sayang Si Mbokku kan selalu Ku Kenang, Kisah
Seorang Ibu dan Uwais Al Qarni, dan lain-lain.
Akhirnya, terima kasih Penulis haturkan kepada pembimbing
kami, Bapak Abdul Rahman H, atas arahan dan nasihat yang selalu
diberikan, sehingga akhirnya Buku ini ada di tangan pembaca.

Tim Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar isi
Maafkan Anakmu, Ibu 1
Seandainya Ibu 2
Beri Aku Waktu 4
Bunda 6
Bunda Cahaya Hidupku 7
Cahaya Surgaku 9
Ibu Kendedes 10
Ibu Sejati 13
Ibu 14
Ibu 16
Ibuku 18
Ibuku, Penawar Luka 20
Ibunda, Sang Pelita Harapan 21
Kekasihku Ibu 24
Mama…Nafas Surgaku 26
Menanti Langkah Ibu 28
Ibu (Kala Itu, Kini Dan Nanti) 29
Rindu Yang Tak Terungkap 31
Peranmu Peranku 32
Simbokku Sayang, Simbokku Kan Slalu
Kukenang" 34
Kisah Seorang Ibu Dan Uwais Al-Qarni *) 37
Ibuku Mataku 39
Sajak Kecil Tentang Aku 40
Doa Ibu 42
Ibu Kekuatan Hidupku 44
Ibu Adalah Spesial 46
Ibu 47
Ibu 48
Ibuku Luar Biasa 49
Kerinduan 50
Rindu Ibu 51
Tentang Ibu 53
Puisi Untuk Ibu 54
Ibu 56
Boneka Mu 57
Sepenggal Cerita Yang Tersisa 58
Terima Kasih Tiada Batas 60
Hasrat Yang Terbungkam 62
Mendung Di Mata Ibu 64
Rinduku Padamu Ibu 65
Syair Rindu Dan Ridhomu Ibu 66
Sebening Embun Di Pagi Hari 69
Sebutan Surga Untuk Ibu 70
Sepucuk Surat Untuk Ibu 72
Surgaku; Yuli Hayati 74
Tak Ada Kado Istimewa 76
Tentangmu, Ibu 77
Terima Kasih Ibu 79
Terima Kasih Tiada Batas 81
Wanita Surga 82
1

Maafkan anakmu, Ibu


Karya : Abdul Rahman H

Ibu…
Terima Kasih telah merawatku
Terima Kasih telah mendidikku hingga jadi orang
Terima Kasih tak terhingga

Ibu..
Maafkan anakmu belum bisa membalas kebaikanmu
Maafkan anakmu belum bisa merawatmu
Maafkan anakmu belum bisa menemanimu
Disaat sore, disaat sepi, disaat lebaran ini
Maafkan anakmu yang jauh diperantauan

Ibu..
Anakmu hanya bisa mendoakamu
Anakmu hanya bisa melihat fotomu disaat rindu
Ibu…
Engkau wanita terhebat disisiku
Ibu..
Maafkan anakmu. Maafkan anakmu ini
Rindu tetap rindu…. Tapi…
Ibu.. Maafkan anakmu…
2

Seandainya Ibu
Oleh: Taslimatul Atsna Faizati

Andai ku bisa mengulang waktu di kala itu


Kala malam berselimut pelukanmu ibu.
Kala siang berteduh dalam tatapmu
Yah kala itu…seandainya waktu bisa berputar kembali
Damai itu akan selalu menjadi milikku bersamamu ibu

Tapi, aku tau dengan pasti waktu tidak akan berputar kembali
Hingga hanya sesal yang tersisa kini
Hingga hanya rindu yang selalu bersemayam di hati
Hingga hanya doalah yang menjadi perantaraku untukmu
Hingga hanya tetes air mata ini yang dapat menghapus lukaku

Ibu, andai waktu itu aku tidak membuatmu terluka, apakah kau akan
selalu ada untukku?
Ibu, andai aku tidak pernah berkata keras padamu, apakah kau akan
memelukku saat ini?
Ibu, andai aku tidak membuatmu menangis dalam sujudmu, apakah
kau sudi mengiringi langkahku?
Seandainya…cuma seandanya saja…meskipun aku tahu andai itu tak
akan jadi nyata.
Ibu…aku tau andai ini tak akan jadi nyata untukku
Ijinkan aku ibu menulis kata ini untukmu sebagai salam perpisaan
untukmu
Kini engkau telah berpindah alam tak lagi sama denganku
Aku disini, akan selalu merindukanmu dalam doa dan langkahku
Untumu ibu, aku akan kuat sepertimu…tak ada keluhku untuk dunia

Karna darimu aku belajar tentang tegar


Darimu aku mencuri ilmu kesabaran dalam mendidikku
Darimu aku mengetahui ujung tombak perjuangan hidup
Darimu aku sadar bahwa hidup akan terus berjalan
3

Darimu aku tahu bahwa semua masalah akan tetap akan selesai,
hanya menunggu waktu

Terimakasih ibu, karnamu aku lahir ke dunia


Terimakasih ibu, selamat jalan ke haribaanmu
Selamat berjumpa kembali di kehidupan yang lebih kekal
Aku akan selalu menjadi anakmu, disini dan di kekal nanti.

Salatiga, 20 Oktober 2019


4

Beri Aku Waktu


Sri Wardhanih
sriwardhanih@gmail,com

Senja temaram diawal bulan September


Awan berarak mengiring mentari keperaduan
Dering telepon memecah kesunyian
Terhenyak aku akan firasat buruk
Wajah ibu menari nari dipelupuk mataku
Bak petir menyambar bergetar menggelegar
Apa yang terjadi padamu ibu … ibu…oh ibu
Tubuh rentamu terbaring lemah tak berdaya
Wajah pucat pasi dan mata terpejam
Yang terdengar hanya dengkur lemahmu
Maafkan aku yang terlambat mengetahui
Celoteh tuamu tak terdengar kini
Tatap mata indahmu tak berbinar lagi
Aku rindu wejangan – wejanganmu
Aku rindu belai lembut tanganmu ibu
Andai dapat kuputar waktu yang berlalu
Aku akan bermohon meminta pada sang pencipta
Beri aku waktu untuk menunjukkan baktiku
Kan kurajut sisa hari bersamamu
Celoteh tentang masa depan
Sayup sayup terdengar kumandang takbir
Semakin sedih dan terpuruk aku ibu
Kulantunkan takbir itu ditelingamu
5

Berharap kau akan terbangun ibu


Kumandangkan takbir suka cita
Terbayang aku akan masa bersama
Bagaimana kau merangkai harimu
Pengorbananmu demi kami
Hanya mengharap ridho illahi
Walau cobaan tiada henti
Ibu bangun lah ibu … beri aku waktu
Tuk buktikan baktiku padamu
Kukan membuatmu bahagia selalu
Kembalilah ibu … damping kami
Saksikan celoteh cucu, cicitmu
Hari berganti ibu … bangunlah bu
Tatap kami dengan mata teduhmu
Usap kami dengan belai kasihmu
Mohonlah pada sang pencipta ibu
Beri aku waktu tuk bersamamu
Beri aku waktu merawatmu
Beri aku waktu membimbingmu
Beri aku waktu buatmu bahagia
Beri aku waktu meraih surgamu
Beri aku waktu disisa waktumu
6

Bunda
Karya : Wa Ode Darniati
Bunda ..
Malam mulai menyapa
Kalah wajahmu mulai hadir dipelupuk mataku
Memori kuputar kebelakang
Tentang kenangan masa kecilku

Bunda
Wajah berkerut tanda juang dan usahamu
Kau selip doa dalam malam dan siangmu
Untuk kami anak-anakmu

Bunda
Seribu kasih dan cinta lewat doa
Sujudmu
Adakah surga selain surga dari
Pelukmu?

Adakah cinta melebihi cintamu?


Ya rabby dalam doa pintaku
Sujudku
Untuk orang yang tulus mencintaiku
Untuk bunda yang hadir dalam doa
Pintaku

Dialah sosok bunda


Bunda dari semua luka kami
Dari jejak yang terukir

Dalam tinta sejarah

Baubau, 31-10-2019

Hadiah ultah ibu yang 69 tahun


7

Bunda Cahaya Hidupku


Muh. Rasyid Salam
FKIP UHAMKA
murasyidkarim29@gmail.com

Bunda laksana lentera..


Menjaga aku dalam dekapan
Memberikan cahaya kehidupan
Membimbing aku dalam banyak pengalaman

Aku disanjung dan dipuja


Bagai pahlawan pujangga
Aku disayang sepenuh jiwa
Bagai malaikat kecil penghibur duka

Kasih sayangmu tak terkira


Keikhlasanmu tak terbayarkan
Pengorbananmu penuh makna
Penasehatku untuk kebaikan

Layakkah aku menentangmu


Mungkinkah aku mengguruimu
Masih pantaskah aku menggerutu
Aku bersyukur atas kasih dan sayangmu

Aku lahir dari bundaku


Pandai berjalan karena bimbinganmu
Aku sekolah untuk mewujudkan harapanmu
Menjadi anak sholeh dan santun menjadi tugasku

Berjuang membesarkanku penuh pengaharapan


Karena engaku aku memahami arti kehidupan
Siang malam doa tulus selalu dipanjatkan
Demi aku sang buah hati yang diimpikan
8

Bunda kunci kesuksesanku


Nasehatmu penuh petuah bagiku
Hari ibu aku manjakan dirimu sebagai bakti diri
Tak akan aku tinggalkan masa tuamu seorang diri

Mentari kehidupan bagiku


Menjadi solusi dalam kegelapan
Kebijakanmu meringankan langkahku
Tanpa bunda tak akan ada cahaya kehidupan
9

Cahaya Surgaku
Karya : Ani Khaerani
Bersinar terang hadirnya
Sejuk dilihat
Hangat terasa

Tak pernah lelah mendoa


Untuk cintanya
Untuk kasihnya

Kaulah ibu
Tiga huruf beribu makna
Satu sosok berjuta peran

Surga dariNya semoga ku raih


Lewat doamu yang selalu terpanjat
Di siang dan malam
10

Ibu Kendedes
Oleh : Hartini Dewi, S.Pd

Semampai sintal kaki jenjang

Tubuh balutan wangi kembang

Kuning langsat sepadan keharuman

Raga penuh pesona Dewi kayangan

Senyum pikat pria rupawan

Tunggul Ametung sang bangsawan

Nikahi kemolekan gadis Tumapel berlesung

Kamasutra malam pertama berlangsung

Anugrahi jabang bayi direlung

Kemolekan membawa petaka bertarung

Suami dikudeta, cinta ku menggantung

Ken Arok gunai siasat berhitung

Kelicikan, keserakahan manusia


11

Haus tahta dan wanita

Bagai piala bergilir aku menikah

Untuk yang kedua karena kudeta

Ken Arok terhasut mitos pesona

Mulus paha ku bersinar menggoda

Usik hati seorang pria

Gulingkan tahta, duduk di singgasana

Menikahlah aku dengannya

Pembunuh suami tercinta

Adalah suami ku yang kedua

Hingga empat keturunan calon raja

Ku kandung dalam raga karsa

Ku lahirkan penuh cinta ke dunia

Walau hasil kudeta sepanjang masa

Raja-raja besar ada dalam rahim hamba

Selebihnya aku berpasrah sahaja

Ketika Ken Arok bermain dengan wanita


12

Kenangan silam suka duka

Terekam dalam Malang Kuseswara

Tumpang, 24 Desember 2018


13

Ibu Sejati
Karya : puryati mulyanto

Ibu,
senyummu,
selalu terkembang lebar
Ibu,
Kau perempuan
nan perkasa
Ibu,
Wajahmu selalu
ceria sepanjang masa
aku tak berarti
apa-apa tanpamu
Wahai ibuku,
Kau curahkan seluruh tenaga
Ibu,
kau bentangkan sayap sayap kekarmu
tuk mampu
Berkepak penuh geliat mesra
Agar mampu hidup
Ibu,
Kau cahaya
Ditengah kesunyian malam
Hitam, kelam,
Ibu,
Ku menjadi kuat karena mu
14

Ibu
Karya : Eka Nurhayati

Hai, Ibu.
Setiap pengharapan yang ku titip pada Sang Kuasa,
Dimanapun Kau,
Selalu bahagia yang kau terima.

Bu,
terima kasih,
untuk ruang pertama yang kau beri,
Sebelum ku hirup segarnya bau dunia,

terima kasih,
untuk sabar yang kau silakan,
mendengar setiap keluh yang keluar dari mulutku,
yang mungkin memusingkanmu,
yang mungkin juga suara bisingku mengganggu telingamu.

terima kasih,
selalu jadi yang paling utuh untuk menyemangatiku,
dalam memilih, menentukan, dan menjalankan hidup,

Bu,berjanjilah padaku,
adalah lengkung bahagia akan selalu nampak di bibirmu,
adalah kau yang akan selalu tetap dan bersama denganku
adalah kau yang mau berbagi lelah kepadaku.

Bu,
Percayalah,
Bahagiamu adalah wujud baktiku pada mendiang ayah,
Adalah amanat terakhirnya
15

Bu,
Aku cerminmu,
Kau bahagia, akupun merasa
Kau duka, aku tersiksa

Bu,
Sehat selalu,
Dari aku yang terus-terus butuh bersandar padamu

Cilegon, 19 Oktober 2019


16

Ibu
Oleh : Zainab

Sekian lama kita bersama


Tak pernah ku dengar keluh kesah dari mulut mu
Siang dan malam kau bergelut dengan kesibukan mu
Dengan kaki yang sudah tak lincah lagi melangkah pelan
Semua kau lakukan demi anak anak mu
Ibu
Engkau lah pahlawan dalam hidup ku
Apalah arti hidup ini jika tanpa mu
Ibu
Semoga Tuhan memperpanjangkan usia mu
Biar kita selalu bersama selamanya
Tak sanggup hati ini jika harus berpisah darimu
Kau besarkan diri ini dari susah mu
Tak kenal lelah demi anak anak mu
Ibu
Izinkan aku untuk membahagiakan dirimu
Kini wajahmu sudah tak muda lagi
Kerut di wajah mu mengiris pilu hati ku
Namun kau tetap tersenyum untuk ku
Ibu
Maafkan jika aku terkadang menyakiti hatimu
Kadang aku membuat air mata mu menetes di pipi
Ibu
Ampuni anak mu yang tak mampu membalas
17

Segala pengorbanan mu selama ini


Ibu
Tetap lah bersama ku untuk selamanya
Tuhan
Izinkan ibu bersamaku untuk selamanya.

Dabo Singkep, 25’10’2019


18

Ibuku
Karya : Mimi Jamilah

Sembilan bulan
Aku dalam kandungan
Ibuku sayang

Saat kulahir
Senyum bahagiamu
Mengucap syukur

Masa kanakku
Rewel dan nakalku
Kau pun tak jenuh

Aku remaja
Hati-hatilah slalu
Engkau berpesan

Aku wisuda
Engkau haru dan bangga
Menjulang harap

Aku menikah
Kau hantarkan langkahku
Bertabur restu

Putih rambutmu
Tampak lemah dirimu
Umur menua

Berteman bulan
Di keheningan malam
Aku bersujud
19

Lantun doaku
Memohon kepada-Nya
Sayangi ibu

Tangerang, 201019

MIMI JAMILAH
20

Ibuku, penawar luka


Karya Widi Setianah

Senja menyeruak melintasi sang malam


Angin dingin menembus tulang
Usia yang tak lagi muda
Tetapi senyuman itu terus ada

Saat ku merasakan luka nan lara


Engkau penawarnya
Saat ku mencoba menutupi luka
Untaian do’a terucap dari lisannya

Terkadang ku terlena dengan dunia


Hingga kau mengingatkan kampung akhirat
Hidup hanya sekali jangan kau sesali
Tiada yang bisa mengerti kecuali Sang Ilahi

Semarang, 31 Oktober 2019


21

Ibunda, Sang Pelita Harapan


Iin Maya Aliyyuida, S.Pd., M.Pd

Wahai pujaan dalam hari-hariku Kau sang penguat hati kala


terpuruk Kau sang penguat jiwa saat hampa Semangat terpancar
kala melihatmu

Terbersit dalam benak


penuh asa menghampiri
Terasa darah berdesir
mengalir dalam tubuh
Jantung berdetak keras
mengayunkan harapan
Jiwa penuh memanggil dengan nadi-nadi berdenyut kencang

Kaulah pujaan hari-hariku wahai ibundaku


Sesosok jiwa berharap penuh doa yang mengantarkan
harapan
Sepenggal ucap yang terlontarkan menguatkan segala
khayal dan harapan Doa yang menjadi pelita seraya
didambakan

Sang penenang
jiwa, ibundaku
sayang Kaulah sang
pelita penenang
jiwaku Terberai air
mataku, tertunduk
pilu batinku
Saat kau tahu, engkaulah hiasan jiwaku saat luluh lantak tak
berdayaku

Wahai ibundaku sayang


Matahari tidak akan menyinari siangku
22

Bulan tidak akan


menerangi cahaya
malamku Darah tak
mengalir dalam
tubuhku
Dan jantung pun tak akan berdetak tanpa pengorbananmu

Kaulah ibundaku sayang Kaulah pelita hari-hariku Kaulah pelita


harapan hidupku Ibunda, sang pelita harapan

Setiap nadimu, setiap detak jantungmu


Setiap pengorbanan jiwa ragamu
Setiap hela nafasmu, setiap semua belamu
Adalah sejatinya jati dirimu, wahai ibundaku

Senyum yang tersungging dari bibirmu yang merona


Ceria yang tergambarkan dari sela raut wajahmu yang ayu
Canda tawamu yang menghiasi harmoninya rasa cintamu
Kasih sayang yang tak terhingga menyapa selalu untuk kami anak-
anakmu

Kasih yang tak terbayarkan, tak akan kau pinta


Sepanjang masa tak kan terhenti semua perjuanganmu
Qodrat Illahi telah kau sampaikan pada kami anak-anakmu
Semua menjadikan pahalamu sebagai amanah illahi Rabbi

Ya Allah ... Ya Tuhanku ... berilah surgamu kelak untuk ibundaku


Beliau yang telah menjalankan tugas mulia sebagai qodrat amanah
Mu ya Tuhanku
Budi yang tak terbalaskan sebagai Ridha Mu ya Tuhanku
Tugas mulia sudah dijalankan olehnya sebagai pelita harapanku

Bersyukur aku tertunduk doaku menyertai


Aku tak akan berdaya tanpa pengorbananmu
Aku bukan siapa-siapa tanpamu dalam hidupku
23

Engkaulah sejatinya pelita harapanku

Terimakasih wahai ibundaku sayang


Kami anak-anakmu akan menjadi teladanmu
Bersyukur selalu dari sosokmu dalam hari-hariku
Doa yang menyertai dari kami anak-anakmu
Sebagai budi kasih untukmu wahai ibunda, sang pelita harapan.
24

Kekasihku Ibu
Oleh: Nanik Trihasanah

Ibuku tersayang
Ibuku tercinta
Adanya aku berasal dari segumpal darah
Sampai sebesar ini
Titipan tuhan utukmu
Merawat siang dan malam
Mengeluh pun tak pernah ku dengar
Apalagi lelah, pasti tanpa kenal lelah
Perjuangan mu sungguh bertarung nyawa
Sakit, pedih hingga tak terasa

Ibuku yang baik


Kau adalah malaikat tak bersayapku
Tiada hari yang ku jalani
Tanpa sedikit pun untuk tidak mengingatmu
Menggingat pengorbananmu
Aku nyaman dalam dekapanmu
Tak ada hari tanpa doa yang terus dipanjatkan kepadaku
Dan tidak ada henti kau untuk menasehatiku
Menyayangiku sepanjang usiamu

Terimakasih malaikat tak bersayapku


Ibu telah menghiasi histori hidupku
Senyuman mengembang menguatkan batinku

Terimakasih malaikat tak bersayapku


Mengajarkan ku berbagai hal
Maafkan bila aku mengoreskan hatimu
Cahaya cintaku kekal abadi

Ibu
25

Kini anakmu yang dulu ditimang sudah tumbuh besar


Mengamalkan ilmu yang sudah diajarkan
Waktuku terasa kurang padamu
Kesibukan melalaikan tugas mu

Maafkan aku belum bisa sepertimu


Keadaan apapun ibu selalu ada untukku
Sejak aku balita, remaja, dewasa
Nantinya pasti akan menjadi seorang seperti ibu
Ibu doakan aku
Maafkan anakmu ini
Aku sayang ibu karena Allah SWT.
26

Mamah.... Nafas Surgaku

Karya : Yani Nuraeni

Lengkingan rintihanmu memecah pekat malam,


Nafas tersengal berpacu bersama irama detak jarum jam,
Terasa jiwa lepas dari raga menahan rasa terperih,
Pada Sakit terus mendera bak memutus tulang pinggulmu,
Mamah…
Kau terkapar lemas tanpa daya,
Sesekali mereggang bermandikan air mata,
Lirih kalimat Laa illallaahu penawar menit kontraksi raga,
Menembus ujung kuku jari jari kaki lepaskan asa,
Hingga waktu menghadirkan rasa suka,
Pada suara tangisan memecah dunia,
Mamah…
Kupeluk tubuhmu semerbak wangi surga,
butiran peluh membanjiri ragamu nan suci.
Jatuh menetes ke dalam perut bumi,
Menjadi saksi pada suatu kehidupan diri,
Bersemayam hingga dunia terhenti.
Mamah ..
Kepadamu diri mengais butiran mutiara doa,
Dari setiap nafasmu terus kuhirup angin surga ,
Menjadi hamparan tempat berpijak jiwa,
Pada setiap guliran waktu menapaki langkah kaki,
Mamah …
Terus kuminta satu kata bertinta emas merangkai kata RIDHO mu,
27

Menjadi jembatan penghubung ruhku dengan Illaahi Rabbi


Membuka segala pintu menuju penjuru Jannah-Nya yang hakiki.
Aamiin.

(Mamah)
28

Menanti Langkah Ibu


Muhamad Ali Sodikin

Tetesan air hujan yang menempel pada kaca jendela malam ini
Rintiknya jatuh membasahi bumi
Setapak kaki melangkah terus kedepan

Aku hanya bisa melihatnya disebalik kaca jendela


Setiap langkah kaki dengan cipratan basah hujan
Mataku terus tertuju pada pandangan yang tak bertepi

Kapankah hujan itu akan berhenti?


Agar aku bisa melihat kaki yang melangkah
Adakah beban di setiap jejak kakinya?

Peluh... lelah tergambar


Dijalani demi sebuah harapan
Harapan untuk anak tercinta
Ibu....
Kurindu langkahmu mendekat
Mendekap kesepian ini...
29

Ibu (Kala itu, Kini dan Nanti)


Nana Suryana

Kala itu engkau muda dan bercahaya,


Laksana bunga anggrek yang harum dan indah rupa
Lihat betapa mereka mengagumi dan memuja
Engkau lari, terbang dan hinggap di mana engkau suka
Engkau ceria dengan senyum tak terkira

Kini hidupmu tak lagi sama


Ada kami yang engkau pilih di antara hidup yang kau jalani dan
engkau tata

Lonceng hidup baru, telah engkau gemakan,


masa rehat dan malas telah usai dan bungkam

Untuk pintar kami, engkau letakkan pintar kepalamu


Untuk sokong tubuh lemah kami, engkau remuk patahkan
tulangmu
Untuk gaun cantik dan baju indah kami, engkau sobek kain suci
yang engkau sayangi
Untuk sungging senyum kami, sering kali air matamu mengurai
diantara kepiluan
Untuk kenyang kami, engkau ikat kuat perutmu dengan dahaga
dan lapar tak terkira
Untuk mengalir darahku, engkau kuras segenap sari pati cintamu

Kini engkau lelah dan layu.


Keriput telah memakan manja dan cantikmu
Hempasan beban dalam sokongan waktu membuatmu semakin
renta

Kini engkau dikepung dunia untuk dilupakan


30

Bahkan oleh kami… anakmu.

Ibuku tersayang, kemarilah!


Duduklah engkau disampingku dengan tenang
Akan aku jaga
Akan aku bela
Akan aku hidupi engkau, meski aku tak mampu
Akan aku bahagiakan engkau, meski selalu kelabu

Kemarilah dan akan kudoakan dengan doa sang kekasih


Pejamkanlah matamu dengan indah dan senyum
dan engkau akan bahagia di sana

Tangerang, 03 Oktober 2019


Nana Suryana.
31

Rindu Yang Tak Terungkap


By : Risandi, S.Si.

Ibu
Bertahun telah berlalu
Ketika terakhir kulihat senyummu
Senyum yang penuh beban
Untuk anakmu yang sedang berjuang

Ibu
Tetes air mata terakhirmu
Di saat mulutmu terkunci
Masih berbekas di hatiku
Pesanmu yang tak tersampaikan
Ku tangkap lewat tatap matamu

Ibu
Bait-bait puisi yang kutuliskan
Teriring dengan tetes-tetes air mata
Ungkapan kerinduan hati
Yang tak lekang oleh waktu, tak luntur oleh hujan
Walau dirimu telah lama meninggalkanku

Ibu
Bibirku kan selalu bergetar
Menyebut baris-baris do’a
Sebagai obat rindu yang dalam
Rinduku dan rindumu yang terhalang
Oleh dua alam yang memisahkan
32

Peranmu Peranku
Oleh : Lina Herawati

Selalu ku menggerutu karena lelah


Selalu ku kecewa karena kelakuan anak-anak
Selalu ku marah karena keinginanku tidak terpenuhi
Akhirnya aku menangis karena kondisi itu

Benakku kembali pada masa kecil dulu


Saat kasih hangat ibu masih memenuhi putaran waktu
Terbayang kembali bagaimana kau jalani hidupmu
Beban berat kau pikul demi kami, anak-anakmu

Kau hentikan langkah akhirmu saat mendengar anakmu menangis


Kau tahan sakitmu, saat anakmu memerlukan kehangatan
gendonganmu
Kau diam, saat penghinaan-penghinaan menerpamu
Kau tetap tersenyum, walau perutmu perih

Lalu lihatlah aku, ibu


Aku dilahirkan dari rahim seorang ibu pejuang
Tapi kenapa aku begitu lemah?
Mengapa aku tidak setegar dirimu, ibu?

Kini peranmu adalah peranku!


Dan porsi beban peran itu jauh lebih ringan
Mengingat perjuanganmu untuk keluarga
Tidak ada alasan untukku selalu mengeluh

Delapan tahun namamu tertulis di batu nisan


Namun Padamnya gerak detik jarum jam kehidupanmu
Tidak menghentikan kasih sayangmu, ibu
Tidak menghentikan ajaran peran seorang ibu
33

Semangatku adalah semangat perjuangan hidupmu


Hangat belaianmu adalah hilangnya keluhanku
Senyumanku adalah kenangan bersamamu
Ketentraman jiwaku adalah bayangan senyumanmu
34

Simbokku Sayang,
Simbokku Kan Slalu Kukenang
Karya : Yam@to Takhashimura

Mbok..
Engkau bangun saat orang sedang nyenyak dalam tidur
Engkau basuh mukamu dengan air wudhu di pagi buta itu
Lalu.. kau panjatkan do'a 'tuk putra - putrimu
Dengan do'a terbaikmu
Lalu ...
Kau dorong gerobag sayurmu
Dengan sekuat tenagamu
Engkau susuri jalan di sepanjang Wonodri itu
Agar sampai di pasar yang kau tuju

Mbok...
Begitu lama dan panjang langkahmu
Sedari kami kecil
Hingga kami bisa mengeja aksara dengan fasih
Bahkan...hingga kami mampu merenda masa depan dengan terang
Engkau juga masih susuri jalan di tepian kota itu
Tak terhitung...
Berapa juta kilo meter langkah yang kau tempuh
Tak terbayang..
Berapa tetes peluh yang bercucur
Tak tergambar...pengorbanan yang kau persembahkan

Mbok...
Saat itu...
Aku pernah kau ajak kesana
Saat aku masih kecil
Dan saat itu..
Entah mengapa
Saat hendak berpisah denganmu
35

Terasa air mataku membuncah tak terbendung


Seolah tak mau berpisah denganmu
Seolah hatiku tak tega melepas dirimu dalam kesendirian mencari
bekal buat kami
Dan akhirnya
Ku ucapkan selamat tinggal mbok..
Semoga langkahmu selalu dalam kasih sayang Tuhan

Mbok...
Kami tahu..
Betapa hidup itu berat
Tak mudah untuk bertahan
Dan mempersiapkan bekal
Namun
Semua engkau lalui dengan semangat yang tak pernah padam

Mbok...
Kami sekarang semakin tahu
Betapa yang pernah engkau perjuangkan
Harus kami lanjutkan semangat itu
Ya...semangat untuk hidup
Semangat untuk memberi yang terbaik buat putra putri
Semangat untuk mengabdi kepada Ilahi Robbi

Mbok....
Maafkan ...
Jika aku kadang kurang berbakti
Bahkan tidak berbakti
Tak mampu memberikan yang terbaik
Tak mampu menjagamu di saat engkau di usia senja
Tak bisa selalu membersamaimu
Di saat engkau terbaring sakit
Mbok...
Maafkan anakmu...
36

Mbok...
Ada suatu
Do' a dan pengharapan
Kiranya Tuhan 'kan berkahi semua masa usiamu
Menerima segala pengorbananmu
Membalas semua pengabdianmu
Dan Tuhan..
Berkehendak memuliakanmu
Di dunia dan di akhir masa.

Kotawaringin Barat, 5 Oktober 2019


37

*)
Kisah Seorang Ibu Dan Uwais Al-Qarni
Dwi Septiyana

Tuhan,
Kau Mahatahu, apa yang ada dalam kalbu ini
Tak pernah terbersit sedikit membangkang kepada-Mu
Tak pernah ada niat abai terhadap kehendak-Mu
Kau perintahkan hamba-Mu berbuat baik pada kedua orang tuaku **)
Aku hanya hamba yang lemah dan bodoh

Tuhan,
Kau Maha Berkehendak, apa yang terjadi di alam semesta
Bapakku sudah tiada,
sedang Ibuku sudah tua renta, keinginannya ingin mengunjungi
rumah-Mu
Baitullah
Sekiranya hamba memiliki harta yang cukup
Sehingga Ibu dapat menunaikan hajatnya

Tuhan,
Kau Maha Kuasa, untuk memberangkatkan siapa pun
ke rumah-Mu
Engkau beserta malaikat-malaikat-Mu menjadi saksi
Aku telah menggendong Ibuku yang renta pergi ke tanah suci
Aku telah berpayah-payah menyusuri gurun gersang
tanah tandus dan terik yang mematikan
menempuh jarak jutaan langkah
Kupertaruhkan raga dan nyawaku, demi Ibuku, Yaa Rabb

Tuhan,
Kau Maha Welas, sudilah kau ampuni dosaku
Balaskanlah semua pengorbanan yang sudah Ibuku berikan
kepadaku
Hamba tak pernah berkata “ah”
38

Hamba tak pernah membangkang


Bahkan hamba rela mengorbankan hidup hamba untuk
memberangkatkan
Ibu menunaikan ibadah haji

(Diriku melakukan thawaf untuk Ibu yang berada dalam


gendonganku,
“Sesungguhnya diriku adalah tunggangan Ibu yang sangat patuh,
Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari”
Lalu, aku bertemu Ibnu Umar, dan aku berkata “Wahai Ibnu Umar,
apakah aku telah membalas budi kepadanya?
Alangkah kagetnya diriku, ketika Ibnu Umar menjawab:
“Laa, walaa bizafroti waahidah, sekali-kali tidak Wahai orang
Yaman,
walaupun semua yang telah kau lakukan selama hidupmu kepada
ibumu dibanding dengan satu tarikan nafas saja ketika ibumu
melahirkan.
Seketika, air mataku meleleh, membanjiri bajuku
Aku tak kuasa menahan kesedihan, karena merasa apa yang
kulakukan
telah membalas semua kebaikan Ibu kepadaku)

Yaa, Rabb ... ampunilah hamba-Mu yang penuh dosa ini

Cikande musim pancaroba, Safar 1440

-ooOoo-

* ) Uwais ibn Abi Uwais dikenal dengan Uwais Al-Qarni, seorang


waliyullaah, yang tidak dikenal di bumi, tetapi terkenal di langit.
Beliau berasal dari Yaman, menggendong ibunya untuk
menunaikan haji ke Makkah Al Mukaramah.
** ) Alquran Surah Al Isra : 23
39

Ibuku Mataku
Siti Nurhayati
Ibu…
Meski mata ibu tidak melihat
Tapi ibu selalu memelihara mataku.
Ibu selalu mengajarkan mataku.
Untuk belajar menulis.
Untuk belajar membaca.
Untuk belajar memahami.
Untuk belajar menghargai.
Untuk belajar mandiri.
Dan untuk belajar hidup...

Ibu...
Ibuku adalah mataku.
Dalam mengarungi hidup ini perlu mataku.
Sudah pasti ibu adalah mataku.
Tapi mataku tidak seperti ibu.
Dengan perjalanan hidup yang sudah kulalui.
Banyak yang terlihat mataku tidak seperti ibu.
Belum seutuhnya mataku seperti ibu.
Maafkan aku ibu...
Banyak hal yang kuabaikan dari mata ibu.
Aku selalu berdoa untuk ibu.
Semoga mata ibu menjadi pintu jalan ke Surga.
40

Sajak Kecil tentang Aku


Lusiana

Akulah embun
Yang perlahan beranjak dalam gelap
Berharap berjumpa cahaya dini hari
Kemudian menjadikannya tiada

Akulah pohon yang rimbun


Tempat bahumu bersandar mengusap peluh
Ketika goresan perjalanan hidup
terasa menyesakan dan menghimpit

Akulah lebah penyengat


Menari berputar lalu menusuk
Para pengusik pengintai madu
Dalam kenyamanan sarangku

Akulah pembohong ulung tanpa cela


Yang berucap tak lapar saat perih melilit
Saat makanan yang ada di piring itu
Hanya cukup untuk dirimmu

Akulah luka tanpa suara


Yang diam dihujam kata kata amarah
Dari mulut yang dulu kuajar bertutur kata
Karena percaya kau hanya sedang terlupa

Akulah rumah bagimu


Tempat kau pulang dan mengadu
Lalu sama - sama kita tertawakan
kebodohan di masa lalu
41

Dan akulah si peminta minta


Yang berbisik dengan lirih dan airmata
Kepada Dia Sang Pemilik Hidup
Agar senantiasa engkau terlindungi
Dalam lelap dan terjaga

Jangan takut anakku


lukislah garis hidupmu tanpa cemas dan ragu
Karena untukmu..
Bagimu
Ibu rela jadi segala

Tangerang, 07 Oktober 2019


42

Doa Ibu
Oleh: Anas Basaruddin

Ibumu, ibumu, ibumu


Tiga kali namamu disebut
Oleh Sang Nabi kekasih Allah

Empat puluh minggu engkau membawaku di dalam perut


Melahirkanku dengan bayang-bayang maut
Menyusuiku dua tahun berturut-turut
Membesarkan dan mendidikku dengan penuh lemah lembut

Dengan ridhomu seseorang hidupnya menjadi berkah


Dengan murkamu seseorang hidupnya menjadi petaka

Ingatlah kisah Uwais al Qorni


Pemuda miskin tapi penuh bakti
Kepada ibunda, tanpa sanak famili
Menggembala domba menjadi pekerjaan sehari-hari

Dia ingin mengabulkan permintaan sang ibunda


Untuk pergi haji di depan Ka’bah
Ibunda yang sudah tua pun digendongnya
Dari Yaman hingga kota Mekah
Begitu besar cintanya kepada sang ibunda
Di depan Ka’bah lalu berdoa:
“Ya Allah, ampuni semua dosa ibu”
“Cukuplah ridhomu Ibu yang membawaku ke surga”
pinta Uwais kepada ibunda

Bakti kepada ibunya menjadikannya bukan penduduk bumi


Menjadi penduduk langit yang disegani
Kesalehannya tidak banyak diketahui
43

Hingga maut menjemputnya


Penduduk Yaman dibuat heran karenanya
Pemuda miskin tanpa harta
Hanya seorang penggembala domba
Tetapi saat ajal tiba
Para malaikat turun ke bumi
berebut mengurus jenazahnya
Benarlah sabda Rasulullah tentangnya
44

Ibu Kekuatan Hidupku


Karya : muhana
Ibu disetiap malam engkau bangun
Sebelum azan subuh berkumandang
Ibu engkau kerjakan shalat tahajud di ujung malam
Engkau memohon kepada Allah dengan khusu
Untuk kebaikan kelurga dan anak-anakmu

Ibu aku selalu bangga padamu


Ibu engkau bekerja seorang diri
Tak kata kenal lelah kau bekerja
Walaupun ayah telah tiada
Setiap saat kau selalu berdoa

Ibu kau besarkan anak-anakmu seorang diri


Ibu jasamu begitu besar bagi keluarga
Engkau bekerja keras membanting tulang
Demi mencukupi kebutuhan keluarga
Rasa lelahmu tak kau rasakan
Keringat bercucuran disekujur tubuhmu

Rasa sayang dan cintamu ibu begitu besar


Kau curahkan untuk mereka semua
Kau berikan pendidikan terbaik bagi anakmu
Ibu tak ada kata lelah di dalam dirimu
Aku akan selalu bangga dan cinta padamu

Ibu kini anakmu sudah menjadi sukses


Itu berkat pengorbananmu ibu
Ibu aku ingin seperti dirimu
Pantang menyerah dalam bekerja
Walau engkau dari wanita sederhana
45

Ibu kini usiamu sudah terlalu tua


Tapi engkau tak mau berhenti bekerja
Ibu engkau selalu bekerja dan terus bekerja
Ibu nikmatilah masa hidupmu dengan bahagia
Ibu aku belum bisa membuatmu Bahagia

Ibu kata-katamu begitu menyejukan jiwaku


Kelembutanmu begitu aku rasakan dihati
Ibu bila aku sedih engkau selalu menghiburku
Bila aku sakit ibu selalu merawatku
Bila aku gelisah ibu menenangkan diriku

Ibu aku ingin selalu ada didekapanmu


Aku selalu mengingkat kata kata bijakmu
Ibu bagaimana caranya aku melukiskan dirimu
Kau wanita yang tangguh,lembut dan sederhana
Engkau mengantarkan anak-anakmu
Kepintu gerbang penuh bahagia
46

Ibu adalah Spesial


Oleh Erwinsyah Satria

Tidak ada cinta seperti cinta seorang ibu,


tidak ada ikatan yang lebih kuat di bumi
Seperti ikatan berharga yang datang dari Tuhan,
kepada seorang Ibu ketika dia melahirkan.

Cinta seorang ibu kuat selamanya,


tidak pernah berubah selamanya
Dan ketika anak-anaknya sangat membutuhkannya,
cinta seorang ibu akan memancar.

Tuhan berkatilah para ibu istimewa ini,


Tuhan berkatilah mereka setiap saat
Untuk semua air mata dan sakit hati mereka,
dan untuk semua pekerjaan khusus yang telah mereka lakukan.

Ketika hari-harinya di bumi berakhir,


cinta seorang ibu tetap hidup
Melalui banyak generasi,
dengan berkat Tuhan untuk setiapnya.

Berterimakasihlah untuk ibu kita,


untuk cinta kasih mereka dengan cinta yang tinggi
Dari kuasa yang diberikan Tuhan,
dan kekuatan dari langit.
(Dalam rangka menghormati Ibu)
47

IBU
Oleh: Yulismarika Putri
Beredar bintang digarisnya
Bulan bercahaya pada lintasannya
Waktu bergulir dalam takdirnya
Aku....
Terlahir dari manusia hebat
Sepertinya...
Merupakan anugerah terbesar Tuhan untuk ku
Menjadikan ku pelipur lara jiwanya
Kau....
Perempuan hebat di jiwa lemah ku
Menyayangi tanpa batas
Mendampingi di semua kisah ku...
Kau....
Perempuan terbaik dalam kerajaanku
Motivasi terbaik di setiap lika-liku hidup ku
Ibu...
Aku mencintai mu...
Terimakasih untuk semua waktu dan lelah mu...
Aku mencintai mu...

Kota Malang, Juni 2018


48

Ibu
Karya: Eny Khusnul
Aku rindu belaianmu
Aku rindu dongeng-dongengmu
Aku rindu cubitan sayangmu
Aku rindu pujianmu
Aku ingin bersamamu selalu
Seperti dahulu namun itu hanya ilusi
Hidupku bersama keluargaku
Dan aku tetap merindukanmu
Engkaulah yang telah membuatku begini
Karenamu aku bisa berjalan dan berlari,
karenamu aku bisa melangkah pasti,
Karenamu aku bisa meraih mimpi
Kini Engkau sudah tua renta namun jiwamu tetap muda
Untuk anakmu Engkau selalu rela
Engkau tiada pernah lelah
dan tiada pernah mengeluh karna ulah anakmu
Engkau selalu menjadi tumpuanku
Engkaulah malaikatku
Semoga Engkau selalu sehat dan bahagia
Semoga kelak Engkau akan dapatkan surga firdaus
karena jasamu yang tak terhingga
Kasihmu sepanjang jalan yang tiada pernah ada akhirnya
Dari Engkaulah lahir generasi-generasi hebat
untuk negeri tercinta
49

Ibuku Luar Biasa


Oleh: Joko Susilo
Ibu…
Kaulah yang telah mengandungku
Melahirkanku
Menyusuiku
Mendidikku
Ibu….
Kaulah yang mengenalkanku dengan dunia
Mengajariku berbicara
Berjalan
Makan
Minum
Mandi
Semua itu …
Kau lakukan dengan ikhlas dan kasih sayang
Tanpa imbalan harta dunia
Demi anakmu tercinta
Ibu….
Jasamu tak tergantikan
Dengan seluruh harta dunia
Ibu…
Sungguh dosa besar anak yang durhaka kepadamu
Yang melupakan akan jasamu
Ibu….
Sungguh kau luar biasa
Jasamu tiada tara

Solo, 23 Oktober 2019


Oleh Joko Susilo
Penulis adalah seorang pembelajar yang masih terus mengasah
ilmunya. Ia lulusan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (sekarang UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta) Fakultas Tarbiyah.
50

KERINDUAN
Oleh : Khususiatul Ubudiyah

Dalam rona wajah yang sudah terpahat waktu


Kau masih julurkan kasih sayang pada anakmu
Yang terkadang tak pernah memahami jiwamu
Dalam menggapai surga dalam genggamanmu
Padahal pengorbananmu begitu nyata bagaikan angka
Yang selalu memberikan kepastian pada manusia

Kini serasa semakin sepi


Menapaki rasa kasih ibu yang terhalang waktu
Masih kuingat dekapan hangat itu
Luncurkan doa lewat suara lembut hangatkan jiwa

Kini aku hanya dapat menapaki jati diri


Seraya mendapatkan kepastian
Untuk bertemu sang ibu yang sudah termakan waktu

Kucoba membuka lembaran kepastian diri


Lewat doa di sepertiga malam
Yang terbungkus angin yang sepi
Dingin menelisik pori-pori bumi
Untuk menyampaikan rasa gundah gulana kerinduan
Pada ibu yang kudambakan
51

Rindu Ibu
Eny Suryaningsih, M.Pd
Sman 25 Kabupaten Tangerang

enysuryaningsih52@gmail.com

Ibu... kurindu belaianmu...


Tempat curahan hati dan berbagi cerita
Ibuku penuh ikhlas dan sabar dalam berbagai derita
Tak pernah mengeluh walau penyakit jantung menderitamu

Kegigihanmu membesarkan aku dan saudaraku


Ibu berjuang bekerja untuk biaya sekolahku
Tanpa satu senpun bantuan ayah disisimu
Aku sukses dengan kedua tanganmu

Ibu selalu bedoa dan ikhtiar untukku


Motivasi aku tuk bersabar meniti kehidupan penuh liku
Meredam amarahku tanpa membenci sulitnya kehidupan
Nasehatnya menentramkan jiwa dan raga dalam setiap kesempatan

Saat aku sakit engaku selalu disampingku


Ibu bagaikan obat pendamping peredam panas
Mengajarkan aku bersabar dalam situasi yang memanas
Melatih sabar dan sholat sebagai penolong bagi masalah hidupku

Curahan kasih sayang ibu sepanjang masa


Perhatian dan bimbingan untuk anaknya sama
Mengajarkan aku membersihkan lingkungan bersama
Membesarkan aku adik kakaku dengan tulus tanpa putus asa

Semangat dan kerja keras ibu


Bagaikan obor penyemangat hidupku
Tak pernah padam walau langit hitam kelabu
Sekalipun hujan mengguyur basah masuk ke badan ibuku
52

Ibu tak pernah berhenti berjuang mencari rezeki


Doa usaha ikhtiar tawakal utuk mencari ridho Illahi
Tak satupun orang memandang dengan penuh dengki
Menjadi suri tauladan bagi ibu terkini tanpa suami di sisinya

Kegigihan ibu membesarkan aku


Meluluhkan rasa jiwa di hati dan benak
Satu ibu dapat menghidupkan sepuluh anak
Satu anak belum tentu meringankan derita satu ibu

Rasa kangen akan masakanmu


Tak tergantikan oleh masakan lezat buatanku
Kerinduan canda tawamu memecah kegalauan hatiku
Tak satupun harta benda bisa menggantikan peranmu

Aku berharap setiap hari adalah hari untuk ibu


Tak akan kubiarkan ibu mencari nafkah seorang diri
Aku ingin menolong ibu bekerja dengan kemampuanku sendiri
Kebersamaan adalah hari hari yang dinanti

Andaikan ibu ada disisiku


Tak akan aku biarkan ibu bekerja
Cukup aku sebagai pengganti ibuku
Namun sayang impian telah berlalu

Kapankah kesempatan tuk membahagiakan ibu


Masih adakah kehidupan kelak berjumpa denganmu
Adakah suatu hari aku menjadi pahlawan tuk menolongmu
Sayang ibuku telah tiada untuk meninggalkan aku selama-lamanya
53

Tentang Ibu
Karya: Era Amelia
Ibu...
Engkau laksana cahaya yang menerangi gelapku
Laksana jalan kebaikan yang selalu menuntunku
Laksana harapan untuk masa depanku

Ibu ...
Kita sering tak satu pemikiran
Kita sering berselisih paham
Bahkan kadang terlibat dalam sebuah persoalan

Tapi Ibu ...


Jauh di lubuk hatiku
Aku selalu sayang ibu
Aku selalu mendoakan ibu
Aku selalu berusaha menjadi anak yang berbakti untuk ibu

Kini akupun telah menjadi ibu sepertimu


Terima kasih atas segala doa, kasih sayang dan maaf yang selalu ibu
berikan
Semoga Allah selalu menjaga ibu dan memberi kebahagiaan untuk
ibu
54

Puisi untuk Ibu


Karya : Dicky Dominggus*

Ibu ……
Begitulah keusebutkan namamu
Engkau adalah malaikat tanpa sayap
Yang ditempatkan Tuhan dalam hidupku
Engkaulah superhero atas keberadaanku saat ini

Ibu ……
Kasihmu mengalir indah dan Jasamu tiada batas
Perhatianmu tak kunjung padam
Tak terhitung juga pengorbanan yang engkau berikan padaku

Ibu ……
Dari pribadimu aku banyak belajar
Belajar mengasihi dengan tulus
Belajar berkorban tanpa pamrih
Dan belajar memberi yang terbaik untuk orang yang dikasihi

Ibu …..
Keadaanku sekarang tidak lepas dari jerih payahmu
Tidak lepas dari doa yang terus dinaikan kepada sang Pencipta
Tidak lepas dari air mata yang bercucuran karena keterbatasan
hidup
Tidak lepas dari kegigihanmu menghadapi getirnya kehidupan
Tidak lepas dari sikap mengalahmu dan membiarkanku bahagia

Kini ......
Waktu berlalu begitu cepat dan dirimu terus dimakan usia
Kini engkau telah menua dan mulai lemah
Namun kupecaya kasih dan sayangmu tetap abadi
Akupun terus berdoa kepada Tuhan
Kiranya di masa tuamu, engkau dapat terus merasakan kebahagiaan.
55

Ibu ….
Aku mengasihimu
56

IBU
Karya Adi purnomo

Engkau adalah guru bagiku


Yang selalu menebarkan berbagai benih ilmu untukku
Yang telah tersemai dalam jiwa dan ragaku
Hingga aku dapat berdiri, mengabdi untuk ibu pertiwi

Ibu, Engkau tempatku mengadu


Yang senantiasa turut merasakan tiap butir-butir resahku
Yang mampu memaknai segala rasa-rasa kegelisahanku
Yang tiada seorangpun tahu selain dirimu

Engkau adalah kekuatan besar bagiku


Yang mampu membesarkanku dengan segenap jiwa dan ragamu
Engkau penyejuk hati dan lentera jiwa
Yang mampu menaklukkan segala gundah gulanaku
Yang mampu menerangi jalan untuk hidupku

Begitu kurasa dekapmu, yang muncul dari doa-doamu untukku


Begitu kurasa indah nasehat-nasehatmu untukku
Yang senantiasa menemani langkah langkahku

Terimakasih ibu
Doaku selalu untukmu, dekat nisanmu
57

Boneka mu
Karya : dalilah Nurul hija

Patahkan saja sayapku


Agar kau puas
Ambil semua hak ku
Bagai boneka yang kau mainkan
Atur saja sesukamu
Bertindak pun aku tak bisa
Hanya sebagai tokoh utama dalam cerita yang kau buat
Segala tipu muslihat mu
Membuatku hanya sebagai boneka yang kau mainkan
Angan yang tak tergapai
Kau limpahkan pada ku
Tak mengerti kah dirimu?
Aku pun ingin terbang dengan sayapku
Bukan menuruti jalur mu
Tetapi jalan ku
Ibu...
Ijin kan aku terbang dengan sayapku
Melewati jalur yang entah seperti apa?
Ibu...
Jangan paksa aku
Melewati jalan yang kau persiapkan
Ibu..
Aku ingin terbang
Jangan lemahkan aku
Dukung aku dengan ijin mu
Ridhomu mempengaruhi jalan ku..
Ibu..
Aku ingin terbang
58

Sepenggal Cerita Yang Tersisa

by : Edy Riyanto, M.Pd

Terdiam ku dalam renungan


Menatap dinginnya senja yang perlahan memasuki malam
Teringat ku, akan buaian lembut ibu
Yang kini tak akan bisa kurasakan lagi

Daun – daun menari ditiup angin


Membawaku pada ingatan masa silam
Kain lusuh dan bola mata yang menatap jauh, terlihat rapuh
Mengharap asa dan tujuan pada anak - anaknya
Akan keberhasilan di masa depan

Senja hampir tenggelam , dan sebentar lagi tentu malam


Kulihat tetesan yang sabar

Mungkin air mata dari pilu yang terakhir


Sampai juga, usia tak lebih sepenggalan
Tak lagi kaudengar suara ibu esok pagi

Yang kini damai dalam ketenangan yang abadi


Ketika kupandang lekat pada sudut matamu
Tersimpan derita yang begitu mendalam
Aku tahu disana banyak tersimpan air mata
Untuk kami, anak- anakmu

Terima kasih Ibu


Kau takkan pernah tergantikan di dalam hati
59

Sejuta harapan telah kau tanamkan


Dan kini, hanya doa yang bisa kupanjatkan
Semoga damai disana
Menempati alam keabadian disisiNYA
60

Terima Kasih Tiada Batas


Oleh: Erna Puspita

Penantianmu akan diriku tak lama


Kau sebar kebahagiaan itu bersama kicauan burung di pagi yang cerah
Semua bahagia, terlebih bapak sepulang kerja
Terima kasih pertamaku atas penerimaan penuh cinta
Hari berganti minggu
Keceriaan mengisi hari-hari perkembanganku
Asupan bernutrisi selalu kau pastikan untukku
Walau sering kuganggu nafsu makanmu
Namun, tak pernah kau menyerah melawan kemalasan demi tumbuh
kembangku
Terima kasih keduaku atas perjuanganmu
Lalu,
Aku mulai menunjukkan eksistensiku
Aku menonjolkan perutmu
Tapi tak seperti remaja yang panik akan isi perut akibat kelakuan
bebas tak menentu
Kau begitu girang dengan senyum kebahagiaanmu menatap cermin
seolah berkata padanya lihatlah aku dan anakku
Terima kasih ketigaku atas rasa banggamu terhadapku
Hangat belayanmu saat kau bersenandung kalam suci
Sesekali kurasakan ada yang jatuh menyentuh dinding rumahku
Ku dengar isak syukur dan doamu atas amanah yang dititipkan
padamu
Terima kasih keempatku atas doa dan harapanmu

Akhirnya kita bertemu


Kau tak berhenti menciumiku meski masih basah lukamu
Tak lama ku rasa khas hangat tubuhmu saat menyusuiku
Terima kasih atas penyambutanmu
Aku tumbuh menjadi balita, anak-anak, remaja, dewasa, menua
dengan cinta kasihmu
61

Terima kasih
Terima kasih
Kenapa denganku?
Aku pikir cukup mengatakan terima kasih atas semua yang kau
lakukan untukku
Tidak
Tidak pernah akan cukup rasa terima kasih itu
Untuk semua penyambutan, perjuangan, kebanggaan, doa dan
harapan, kasih sayang, perhatian, pengorbanan, pembelaan,
kesabaran, perpisahaan
Terima kasih tiada batas
Kini kusadari rasa terima kasihku takkan bisa mewakili setiap detail
yang kuterima darimu
Wahai diri,
Berbakti dan mengabdi menjadi satu janji yang harus kau penuhi
Hingga semua berakhir didunia ini
62

Hasrat yang terbungkam


Oleh : Inka Oktina

Langit yang cerah berhiaskan bintang yang bersinar


Mungkinkah hari-hari yang indah ini bisa ku ulang kembali
Sendiri ku tanpamu bagaikan rembulan tanpa di hiasi bintang
Itu yang ku rasakan sekarang

Kesunyian yang terbungkam


Keheningan yang menusuk
Kecerian yang menghilang tergulung bergantikan kesepian
Mengapa kau tega membiarkanku hidup tanpa dirimu disampingku

Mungkinkah diriku sanggup


Mungkinkah diriku dapat menerjang rintangan yang datang silih
berganti
Mungkinkah aku bisa bangkit tanpa uluran tangamu
Hampa hidup ini tanpa dirimu

Setiapku membuka kelopak mata, ku berharap kau dihadapanku


Membelai lembut rambutku
Mengecup keningku
Mendekapku ketika diriku tak sanggup mengadapi hidup ini

Namun semua ini fatamorgana bagiku


Angan-anganku terlalu tinggi tuk bisa bertemu denganmu
Tatapanmu begitu candaku bagiku
Bayanganmu begitu indah melekat dalam fikiranku

Dapatkah aku bisa membuang mentah-mentah semua kenangan


indah bersamamu
Sulit rasanya menghilangkan rasa rindu ini dalam relung hatiku
Sosokmu begitu nyata sampai ku tak sanggup tuk melupakan
Hanya segelincir doa yang dapat ku berikan untukmu
63

Hanya nisan yang bertuliskan namamu yang dapat kulihat sekarang


Angin... dapatkah kau berikan salamku padanya
Hanya tiga kata yang ingin kusampaian untuknya
Ibu aku rindu.
64

Mendung di Mata Ibu


Oleh: Ahmad Fitriyadi Sari

Pagi-pagi terdengar suara ibu


Suara yang tak akan lekang oleh waktu
Muliakan selalu ibu
Karena kita dilahirkan dari sosok seorang ibu

Ibu………
Selama ini kami hanya membisu
Memperhatikan tingkah ibu
Besar perjuangan ibu untuk kami menuntut ilmu

Ibu………
Kami bukan siapa-siapa tanpamu
Karena ibu merupakan malaikat peniru
Mendung di matamu
Merupakan tanda haru

Kami adalah anakmu


Hanya mampu membuat ibu terharu
Sukses kami karena ibu………..
Salam ibu dan bapak guru………

Karya :
Ahmad Fitriyadi Sari
65

Rinduku Padamu Ibu


by : Chairo Ardianto

Di malam yang dingin


Dengan berselimut kesendirian
Kuterbangun menatap jendela kaca kamarku
Terlintas di benakku sosok dirimu

Yang menemaniku dikala pagi hari


Yang menemaniku menikmati panasnya sinar matahari
Yang menemaniku disaat kegelapan malam
Dan kembali mengantarku ke dalam tidur yang panjang
Semua itu kini hanya tinggal kenangan

Karena saat ini ku jauh darimu


Terhalang oleh jarak dan waktu
Hanya wajahmu terpancar di benakku
Menemani aku dalam kesendirian

Ibu………..
Aku rindu dengan kasih sayangmu
Aku rindu dengan belai lembutmu
Aku rindu dengan senyumanmu
Aku rindu akan pelukmu
Ku ingin kau tahu itu

Ibu……….
Kau selalu ada dalam doaku
Di setiap hembusan nafasku
Di setiap langkah kakiku
Di setiap apa yang ku lalui
Karena kau begitu berarti dalam hidupku
66

Syair Rindu dan Ridhomu Ibu


Oleh: Syakhrial Efriadi

Dalam Ridho-Mu...
Seuntai syair kutulis untukmu
Ungkapkan hati yang penuh rindu
Penuh harap akan bertemu
Walau hanya dalam Qolbu

Ibu...
Sembilan bulan engkau kandung aku
Dengan hati yang mengharu biru
Terkadang berbuncah semangat yang menggebu
Menantikan kehadiran diriku...

Ibu...
Kau pertaruhkan nyawamu
Demi statusku menjadi permata hatimu
Hingga lengkap putra putrimu
Mengisi bahtera yang kan terus melaju

Ibu...
Dua tahun curahan air suci darimu
Sebagai sumber kehidupanku
Tak kan pernah terbalas jasamu
Sekalipun purnama kuhantar kepangkuanmu

Ibu...
Begitu bahagianya aku lahir dari rahim sucimu
Bersama enam saudara perempuanku
Sehingga aku laksana pangeran dikeluarga ku
Menjadi pujaan saudara-saudariku

Disaat kupersunting menantu untukmu...


Kusangka haru biru kan berlalu
67

Namun air mata deras masih melaju


Seiring doa tulus untukku
Walau hatimu terkadang berbalut sendu

Disaat kupersembahkan cucu untukmu...


Kusangka haru biru kan berlalu
Namun air mata deras masih melaju
Seiring doa tulus untukku
Walau beban dipundakmu kian membatu

Disaat kemandirian anak-anakmu...


Kusangka haru biru kan berlalu
Namun air mata deras masih melaju
Seiring doa tulus untuk anak-anakmu
Walau beban malu kami hadiahkan untukmu

Ibu...
Tangan itu, empat puluhan tahun lalu
Masih terasa lembut mengusap kepalaku
Memanjakanku saat kerewelanku
Membanggakanku ditengah sang waktu

Ibu...
Mata itu teduh memandangku
Yang kau anggap balita mungil sepanjang waktu
Wajah itu menghias sang Qolbu
Selalu kurindu belai lembutmu

Ibu... kurindu Ayahku...


Waktu seakan berhenti berlalu
Disaat kepergian pendampingmu
Derasnya air matamu
Mengiringi ayahanda kepangkuan pemilik Qolbu

Ibu...
Allahummagfirlahu, warhamhu, wa afihi, wa’fuanhu
Kita panjatkan doa untuk ayahanda yang dirindu
Insya Allah dipintu surga beliau telah menunggu
68

Mari persiapkan bekal Taqwa tuk Jannah yang dituju

Ibu...
Maafkanlah anakmu
Yang selalu menjadi beban hatimu
Namun selalu menuntut Ridhomu
Disepanjang waktu

Ibu...
Disaat diriku, disaat anakmu
Tak berpijak dijalan yang satu
Jalan menuju sang pemilik Qolbu
Jangan ragu tuk mengingatkanku

Ibu...
Engkau harus yakinkan aku
Dirimu, anak, cucu dan menantumu
Sekarang menjadi tanggungjawabku
Tuk teruskan estafet ayahanda yang dirindu

Ibu...
Aku sayang ibu, aku rindu ibu
Aku ingin dekapanmu disepanjang waktuku
Walau aku tak tahu cara membalas jasamu
Namunku terus harapkan Ridhomu

Pejompongan, 31 Oktober 2019


69

Sebening Embun di Pagi Hari


Cipt. Priska a.s.

Ibu.
Pengorbananmu tak pernah mengharap balasan
Tak sedikitpun mengharap imbalan
Kasih sayangmu begitu tulus
Kau tak pernah mengeluh
Meski lelah terlihat dimatamu

Ibu..
Tiada kasih sayang setulus dirimu..
Tiada cinta yang sangat besar selain darimu.. oohh.. ibu..
Bagaikan embun di pagi hari
Seperti itulah rasa sayangku kepadamu
Sebening embun dipagi hari

Terima kasih ibu..


Pengorbananmu takkan pernah terganti..
Engkau bagaikan sinar matahari
Yang selalu menyinariku setiap waktu ..
Dengan kasih sayang dan cintamu
Kau berikan hanya untukku
70

Sebutan Surga Untuk Ibu


Oleh : Daniasih

Peluh di dahi nyaris kering


Hingga terlupa raga memeras tenaganya
Namun senyum itu tetap ada di sana
Dalam raut wajah yang mulai menua

Keriput dan keringnya kulitmu


Tak tergoyah untuk sentuhan jemari akan secolek handbody
Apalagi foundation
Lebih tak kau kenali
Yang kau pahami hanya sebuah hati

Separuh hatimu tlah pergi


Namun kau tak merasa sendiri
Ada Illahi yang kau punyai
Gaman terbesar kuatkan nyali

Meski separuh hatimu pergi


Kau punya satu hati lagi
Buah hati
Yang kan ada tuk dicintai

Hidupku bukan bermewah rasa


Namun ibuku mengajarkan gegap gempitanya sepenuh jiwa
Mencumbui rasa penuh cinta
Yang buatku selalu bangga

Ibu ku hanyalah pedagang kecil di pasar


Namun berjiwa besar
Tak ada jumawa, angguh pun berdusta
Yang ia tau hanya kejujuran dan kehalalan apa yang ia jajakan
71

Ilmu surga mengajarkannya


Betapa hidup hanya sekedar mampir ngombe
Menjadi wayang dalam perannya
Dan berakhir kala ajal memanggilnya

Hakekat hidup tlah kau tanamkan


Pada kami anak-anakmu
Jalani hidup dengan penuh syukur
Dan ikhlas tadahi cobaan dan kebahagiaan

Terimakasih emak, ibu, mama, bunda,umi


Dan semua sebutan surga untukmu
Sayangku tak akan pernah hilang
Dan tak lekang oleh waktu

Solo, 1 Oktober 2019


72

Sepucuk Surat untuk Ibu


Karya: Rr. Myrtha Dewi

Ibu,
Bagaimana kabarmu saat ini?

Masih terbayang dalam ingatanku


Sosokmu yang tegar dan penuh semangat
Sosokmu yang kuat dan tak pernah lelah
Terkadang aku ingin bertanya
Sebesar apakah energi yang engkau miliki
Dan yang telah kau curahkan pada kami, anak-anakmu

Ibu,
Aku doakan semoga engkau selalu baik-baik saja di sana

Ternyata waktu berlalu begitu cepat


Tak terasa tahun demi tahun sudah terlewati tanpa sosokmu
Tapi,
Kenangan tentangmu tetap membekas dalam ingatanku
Masih terngiang-ngiang di telingaku
Segala perkataanmu untukku
Dan masih terasa hangatnya dekapanmu
Saat memelukku waktu itu

Ibu,
Aku di sini selalu berusaha baik-baik saja

Walau pahitnya kehidupan harus kujalani


Gempuran demi gempuran harus kualami
Dan terkadang aku merasa sangat lelah
Keputusasaan juga kerap menderaku
Tapi,
Aku mencoba untuk terus bertahan
73

Karena aku yakin doamu selalu menyertaiku

Ibu,
Maafkan aku atas kesalahan yang pernah kuperbuat padamu

Aku juga seorang ibu


Tapi aku tak mampu seperti dirimu
Yang begitu tegar menghadapi dunia
Berjuang membesarkan aku dan saudara-saudaraku
Hingga aku seperti ini

Ibu,
Terima kasih atas segala yang telah kau perbuat untukku
Terima kasih atas pengorbanan yang telah kau lakukan untukku

Ibu,
Maafkan aku yang belum bisa membalas semua kebaikanmu untukku
Aku mohon doakan supaya aku mampu menghadapi semua ini

Hormatku untukmu
Dari anakmu di sini
74

Surgaku; Yuli Hayati


Karya: Fanny Widyanti

Langkah kakinya tak lagi cepat.


Pipinya memudarkan warna kemerahan.
Sedang tangannya dibalut dengan kulit mengeriput.

Rambutnya tak lagi berwarna hitam legam.


Kecepatan dalam mengingat tak bisa diandalkan.
Serta kakinya tak sekuat waktu muda.

Wanita paruh baya berumur 49 tahun ini


Duduk di ruang di salah satu bilangan tangerang
Katalog dari salah brand ternama selalu menemainya di kala senja

Hari-harinya dipenuhi berbagai warna


Tak hanya warna cerah yang menyenangkan hati
Adapula warna redup sebagai penguat di masa depan

Aku memanggilnya dengan sebutan Mamah


Seorang wanita mancung yang menjadi madrasah bagi keempat
anaknya
Berusaha memberikan rumah ternyaman bagi keluarga

Segala tentangnya kuusahakan baik-baik saja


Mamah mengajarkan kami bagaimana menyenangkan hatinya
Hanya dengan bercerita setiap hari
Adalah sebuah kebahagiaan untuknya

Menjadi anak, tak hanya bertugas mendoakan dan menafkahi orang


tua
Banyak tugas yang perlu dijalani
Anak perlu mengajak orang tua berkomunikasi setiap hari
75

Mengajaknya bercanda, melibatkannya dalam semua aktivitsmu


Menjadikannya orang pertama yang mendengar bahagiamu
Lalu siap menjadi telinga ketika mereka membutuhkan

Darinya, aku belajar banyak hal


Agar kelak menjadi wanita yang punya pengetahuan banyak
Menjadi madrasah bagi anakku kelak
Suksesku sekarang adalah buah hasil dari setiap doanya

Meminta kepad-Nya untuk selalu membuatku bahagia


Terima kasih, Mamah
Sudah berhasil membuatku menjadi wanita yang sangat bersyukur
menjadi anakmu
Terima kasih telah rela mendengar segala cerita hidupku.

Selamat hari ibu, mamah; Yuli Hayati.


76

Tak Ada Kado Istimewa


Oleh: Ishaq Robin

Hari ini aku ulang tahun


Tak ada ucapan, kue, dan perayaan
Hari ini aku hanya ulang tahun
Tak ada jabatan selamat apalagi bingkisan

Hari ini aku ulang tahun dan Ibu seperti biasa


Membangunkanku hingga dewasa
Hari ini, Aku ulang tahun yang ke dua puluh lima
Dan Ibu masih menyuapiku setiap aku buka mata
Lalu aku buka mulut, lebar-lebar kubuka
Nasi dan sebongkah lauk langsung terasa.

Kemarin tanggal Ibu lahir, hari ini Ibu lahir lagi, besok Ibu akan
terlahir lagi, lusa Ibu masih akan terlahir kembali, tulat pun Ibu
masih akan lahir lagi, tubin Ibu akan terlahir lagi dan lagi,
seterusnya Ibu akan berkali-kali lahir lagi, terus berulang, hingga
usang, hingga pulang kehadapan Tuhan.

Ibu berkali-kali ulang tahun, ulang bulan, ulang hari, tapi hanya
pernah sekali Ibu terima satu kado istimewa; kecupan di kening saat
ia menutup mata.

Ciputat, 30 September 2019


Ishaq Robin
77

Tentangmu, Ibu
Oleh : Penny Hendriyati

Tak bisa aku berkata


Aku selalu mengingatnya
Setiap saat kau habiskan waktu bersamaku
Pelukan hangatmu dan cintamu menuntunku
Bijaksanamu mendamaikanku

Terlihat wajah berseri dan senyum tulusmu


Tak pernah terhenti do’amu untukku
Selalu tercipta kasih sayangmu
Tak akan terganti oleh siapapun itu
Disetiap deras detak jantungku

Ibu…
Hari ini akan kuceritakan semua tentangmu
Tentang jiwa yang tulus merawatku sepenuh hati
Dengan penuh kasih, dengan penuh cinta
Kau selalu ada disetiap aku menangis dan tertawa

Ketika aku sedih


Kaulah obat kepada duka laraku
Ketika gelisah menghantui jiwaku
Kau masih bersamaku
Siapalah aku tanpa dirimu?

Di bawah langit yang tak terbatas


Kau pikul semua bebanku di pundakmu
Kau sinari malamku dengan rintihan do’a tulusmu
Kau selalu terlihat Bahagia
Meski kutahu kau menyimpan sejuta luka
78

Andai saja perasaanku sepeka hatimu, selembut kasihmu


Kan ku obati segala luka yang tercipta
Kan ku ubah segala lelah yang tak pernah jadi keluh kesah

Kau wanita terhebat dalam hidupku


Motivator terbaik dalam perjalanan hidupku
Dan kini aku hanya sendiri tanpamu
Tanpa sosok yang selalu aku kagumi

Ibu…
Hari ini aku rindu
Rindu akan hari bersamamu
Apakah kau masih ingat bu?
Aku rindu masa-masa indahku dulu
Apakah aku dapat merasakannya lagi?
Menangis di dalam pelukmu dan tertawa bersamamu

Ibu…
Kini aku telah menjadi ibu bagi cucu-cucumu dan bagi insan-insan
penerus bangsa
Semua ini atas perjuanganmu
Kau selalu jadi yang tehebat di mata dan hatiku
Terima kasih untuk semua waktu dan pengorbananmu
Aku mencintaimu, Ibu.
79

Terima Kasih Ibu


Oleh :
Dody Dadang Firmansyah

Ibu ...
Dari segumpal darah aku didalam rahimmu
Hingga terbentuk mahluk titipan untukmu
Kau rawat dan jaga aku dalam tubuhmu
Sampai nyawa pun kau pertaruhkan untukku

Usiamu kini tak lagi muda


Tak pernah ku ingin kau lelah dalam usia
Selalu kuharapkan kehadiranmu bersamaku
Dengan cinta kau berikan petuahmu

Bekerja tanpa mengenal letih


Tidur tanpa mengenal kata lelap
Terjaga dalam gelapnya langit subuh
Demi mencari sesuap nasi untukku

Ibu ...
Terima kasih atas pengorbananmu
Terima kasih atas perjuanganmu
Terima kasih atas perhatianmu
Terima kasih atas kasih sayangmu
Terima kasih atas setiap tetesan keringat yang tercurah untuk
anakmu

Ibu ...
Maafkan atas kenakalanku
Maafkan atas keegoisanku
Maafkan atas amarahku
Maafkan atas air matamu
80

Ya Allah ...
Berikanlah kesehatan pada ibu ...
Panjangkanlah umurnya ...
Aku ingin membahagiakan dia ...
Sebelum aku atau ibuku yang telah tiada didunia ini ...
81

Terima Kasih Tiada Batas


Oleh: Erna Puspita

Penantianmu akan diriku tak lama


Kau sebar kebahagiaan itu bersama kicauan burung di pagi yang cerah
Semua bahagia, terlebih bapak sepulang kerja
Terima kasih pertamaku atas penerimaan penuh cinta
Hari berganti minggu
Keceriaan mengisi hari-hari perkembanganku
Asupan bernutrisi selalu kau pastikan untukku
Walau sering kuganggu nafsu makanmu
Namun, tak pernah kau menyerah melawan kemalasan demi tumbuh
kembangku
Terima kasih keduaku atas perjuanganmu
Lalu,
Aku mulai menunjukkan eksistensiku
Aku menonjolkan perutmu
Tapi tak seperti remaja yang panik akan isi perut akibat kelakuan
bebas tak menentu
Kau begitu girang dengan senyum kebahagiaanmu menatap cermin
seolah berkata padanya lihatlah aku dan anakku
Terima kasih ketigaku atas rasa banggamu terhadapku
Hangat belayanmu saat kau bersenandung kalam suci
Sesekali kurasakan ada yang jatuh menyentuh dinding rumahku
Ku dengar isak syukur dan doamu atas amanah yang dititipkan
padamu
Terima kasih keempatku atas doa dan harapanmu

Akhirnya kita bertemu


Kau tak berhenti menciumiku meski masih basah lukamu
Tak lama ku rasa khas hangat tubuhmu saat menyusuiku
Terima kasih atas penyambutanmu
Aku tumbuh menjadi balita, anak-anak, remaja, dewasa, menua
dengan cinta kasihmu
82

Terima kasih
Terima kasih
Kenapa denganku?
Aku pikir cukup mengatakan terima kasih atas semua yang kau
lakukan untukku
Tidak
Tidak pernah akan cukup rasa terima kasih itu
Untuk semua penyambutan, perjuangan, kebanggaan, doa dan
harapan, kasih sayang, perhatian, pengorbanan, pembelaan,
kesabaran, perpisahaan
Terima kasih tiada batas
Kini kusadari rasa terima kasihku takkan bisa mewakili setiap detail
yang kuterima darimu
Wahai diri,
Berbakti dan mengabdi menjadi satu janji yang harus kau penuhi
Hingga semua berakhir didunia ini
83

WANITA SURGA
Mokh. Agung Santoso

Dengan apa harus kuungkap rasa bahagia,


Dengan apa harus kuucap rasa bangga,
Dengan apa harus kukata rasa terima kasih tak terkira ,
Telah Engkau hadirkan seorang wanita berharga satu-satunya,
Yang tak pernah henti hembuskan kasih sayang kepada anak-anak
tercinta,
Yang tak pernah putus panjatkan doa,
Yang tak pernah berharap balas jasa,

Wahai wanita yang bersahaja,


Kasihmu adalah jalan panjang tanpa jeda,
Meski kadang berbalut tawa berselimut dusta,
Kala penat mendera engkau berkata tak perlu ada gundah gulana,
Saat lapar melanda engkau berkata kenyang adanya,

Wahai wanita gagah perkasa,


Jangan pernah lagi ada air mata,
Yang selalu engkau tutup dengan tawa ceria,
Begitu banyak derita ciptakan suka cita,
Sudah berjuta pengorbanan agar tercipta bahagia,

Wahai wanita penghalau duka,


Ketika kubuka mata dalam dada,
Tak mampu kuhalau rasa,
Perih, pedih, dan luka menganga,
Kala kuingat masa kita bersama,
Hari-harimu tak ada keluh kesah,
Waktumu adalah pengabdian sepenuh jiwa raga,
84

Wahai wanita surga,


Kelak air susumu akan mengalir ke telaga salsabila,
Peluhmu adalah butir-butir permata,
Rasa lelahmu menjelma menjadi selimut sutra,
Pengorbananmu menjadi istana,
Deritamu menjadi pelayan-pelayan yang siap siaga,
Kasih sayangmu menjadi hidangan penuh cita rasa,
Doa-doamu adalah Rahmat-Nya sepanjang masa,

Wahai wanita mulia,


Kehadiranmu di dunia adalah anugerah yang luar biasa,
Karena sesungguhnya telah titahkan Yang Maha Kuasa,
di bawah telapak kakimu terbentang surga yang luas membahana.

Malang, 27 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai