BBLR 22
BBLR 22
Rendah (BBLR) yaitu bayi baru lahir yang berat badannya 2500 gram atau lebih rendah tanpa
memandang masa gestasi. Dalam definisi ini tidak termasuk bayi-bayi dengan berat badan kurang
daripada 1000 gram. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.
ETIOLOGI
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas, dll. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda,
serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
a. Faktor Ibu
Faktor penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya toxemia gravidarum,
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis. Selain itu penyakit lain seperti nefritis akut,
infeksi akut, dll.
Usia
Angka kejadian tertinggi pada bayi BBLR adalah umur ibu dibawah 20 tahun dan pada
multigravida yang jarak kelahirannya terlalo dekat.
Keadaan Sosial
Keadaan ini sangat berperan sekali terhadap timbulnya BBLR. Hal ini disebabkan oleh gizi yang
kurang baik dan antenatal care yang kurang.
Sebab Lain
Karena ibu perokok, peminum atau narkotik.
b. Faktor Janin
Hydrammion
Kehamilan yang multiple
Kelainan kromosom
Syphilis termasuk juga infeksi kronis
c. Faktor Lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi
Radiasi
Zat-zat racun
3. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan
dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat
sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang kemudianakan berlanjut
dengan pernafasan. Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan
persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh
dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat
reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai
dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung
selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi
selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan
bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula
G3 metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris
respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa
glikolisis glikogen tubuh ,sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan
berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis
metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh
beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi
fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan
termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus
yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru
sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis
dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya (Medicine and linux.com)
5. PEMERIKASAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan skor ballard
b. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan
analisa gas darah (AGD)
d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas
e. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan
6. KOMPLIKASI
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain:
a. Hipotermia
b. Hipoglikemia
c. Gangguan cairan dan elektrolit
d. Hiperbilirubinemia
e. Sindroma gawat nafas
f. Paten duktus arteriosus
g. Infeksi
h. Perdarahan intraventrikuler
i. Apnea of Prematurity
j. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain:
a. Gangguan perkembangan
b. Gangguan pertumbuhan
c. Gangguan penglihatan (Retinopati)
d. Gangguan pendengaran
e. Penyakit paru kronis
f. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
Komplikasi lainnya:
a. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran
hialin
b. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
c. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
d. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
e. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
f. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata:
Identitas bayi
Identitas orang tua
b. Fisik Biologis bayi:
Keadaan bayi saat dilahirkan: warna kulit, rambut, tebal lemah subcutan, gerakan, hasil
Apgarscore, keampuan bernafas, temperatur, dll.
Keadaan bayi saat pengkajian: fisik, kesadaran, tingkatan sakit, kemampuan bernafas,
temperatur, dll.
Pengkajian proses pertolongan dan penanganan selanjutnya
c. Fisik Biologis Ibu:
Riwayat kehamilan, umur kehamilan, dll.
Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan
Keadaan fisik ibu saat pengkajian
Riwayat penyakit ibu
d. Pengkajian terhadap psiko-sosial dan spiritual pada bayi kalau mungkin diambil
e. Identifikasi masalah (dengan mengelompokkan data)
Data:
Otot pernafasan masih lemah
Bayi sesak nafas
Refleks batuk lemah
Adanya gangguan pada saluran pernafasan
Data:
Suhu tubuh tidak tetap
Proses berkeringat tidak adekuat
Lemah dalam subcutan tipis
Adanya gangguan pada pengaturan suhu tubuh
Data:
Metabolisme hati jelek
Aktifitas hati menurun
Persediaan glukosa tidak adekuat
Adanya gangguan pada fungsi hati
Data:
Refleks minum jelek
Toleransi terhadap PASI jelek
Perkembangan otot pencernaan lemah
Adanya gangguan pola nutrisi
Data:
Terdapat edema pada kepala sedikit
Bayi selalu basah karena BAB/BAK
Adanya gangguan rasa nyaman
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan imaturitas fungsi pengaturan suhu, kurangnya
lemak sub kutan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh yang belum sempurna, faktor
lingkungan, proses persalinan, prosedur invasif, luka pemontongan tali pusat, ketuban pecah
sebelum waktunya, ibu mengalami infeksi.
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit yang belum sempurna,
ketebatasan gerak, kontak berulang dengan substansi kimia, kontak berulang dengan bahan
termis, diare kronis, bayi post matur, gangguan sirkulasi.
5. Resiko terjadi aspirasi berhubungan dengan adanya celah pada palatum, refluk gastroesofageal,
fistula esofageal, muntah, gangguan reflek menelan, pemakaian NGT.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Tujuan dan kriteria hasil : pola nafas efektif / paten
Intervensi :
a. Observasi pola nafas dan tanda cyanosis
b. Monitor frekuensi pernafasan dan HR
c. Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi
d. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien
e. Beri O2 sesuai program dokter
f. Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang kebutuhan O2
g. Kolaborasi dalam pemeriksaan gas darah
Diagnosa 2
Tujuan dan kriteria hasil: Suhu tubuh normal (36 – 37O C), bayi tidak menunjukkan
berkeringat yang berlebihan, kulit teraba hangat, frekuensi pernafasan dan bunyi jantung normal,
tidak ada tanda-tanda neurologis, tidak cynosis
Intervensi :
a. Tempatkan bayi pada inkubator, beri pakaian dan slimut bila di tempatkan pada box terbuka
b. Monitor suhu bayi bandingkan dengan suhu lingkungan
c. Atur suhu inkobator, suhu lingkungan
d. Monitor tanda-tanda hipertermi : kemerahan, berkeringat
e. Monitor tanda dan gejala stress dingin : penurunan suhu, kelemahan,pucat
f. Hindari penyebab hilangnya panas pada bayi
g. Pintu inkubator di buka bila perlu saja
h. Berikan lingkungan yang hangat
Diagnosa 3
Diagnosa 4
Tujuan dan Kriteria Hasil : Kulit yang diharapkan bersih dan utuh dengan kriteria :
Diagnosa 5
REFERENSI
Perawatan Bayi dan Anak. Departemen Kesehatan RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Edisis 1. 1989.
Catzel, Pincus dan Robert, Ian.1995. Kapita Selekta Pediatri. Buku kedokteran EGC Edisi 2.
Tim Pelayanan dan Kesehatan pendidikan keperawatan Panti Rapih.2004. Standasr Asuhan
Keperawatan Anak dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta:Bidang Pelayanan dan pendidikan
Kperawatan panti Rapih.
berbagai sumber