Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI

“COMFORT” (KATHARINE KOLCABA) PADA Tn. A DENGAN


BATU GINJAL KIRI DI RUANG LONTARA II BEDAH
UROLOGI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
TANGGAL 16-18 SEPTEMBER 2019

OLEH

ANDI SULFIKAR (R012181001)

Preseptor Utama: Syahrul Said, S.Kep., Ns., M.Kes.,Phd


Preseptor Pendamping: Titi Iswanti A, S.Kep., Ns., M.Kep. Sp. Kep.MB

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori “Comfort” (Katharine Kolcaba) Pada
Tn. A Dengan Batu Ginjal Kiri Di Ruang Lontara II Bedah Urologi
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Tanggal 19-22 September 2019

I. LATAR BELAKANG
Batu Ginjal (calculi) adalah mineral yang terkandung didalam renal calyx and
pelvis yang ditemukan bebas atau melekat pada papila ginjal Sebaliknya, ginjal difus
kalsifikasi parenkim disebut nefrokalsinosis. Batu yang berkembang di saluran kemih
(dikenal sebagai nefrolitiasis atau urolitiasis) terbentuk ketika air seni menjadi jenuh
berlebihan sehubungan dengan mineral, mengarah pada pembentukan kristal,
pertumbuhan, agregasi dan retensi di dalam ginjal (Khan et al., 2016). KT didiagnosis
pada pria dengan usia reproduksi rata-rata 33 tahun. Prevalensi KT Di Amerika
Serikat, sekitar 9.310 kasus baru yang dilaporkan pada tahun 2018 dan insidennya
terus meningkat (Siegel, Miller, & Jemal, 2018).
Nefrolitiasis adalah salah satu urologis yang paling sering penyakit. Di negara-
negara industri, hingga 12% pria dan 7% wanita akan menderita batu ginjal seumur
hidup, dan prevalensi tampaknya meningkat.Kecenderungan ini dianggap oleh
beberapa penulis seperti pandemi (Spivacow et al., 2016)
Batu ginjal dapat menjadi penyebab utama morbiditas,dengan pasien biasanya
mengalami nyeri dan ISK, yang dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis dan
bahkan kerugian pada ginjal. Insiden dan prevalensi batu ginjal telah memiliki
peningkatan di masyarakat Barat selama empat dekade terakhir. Tingkat prevalensi
yang dipublikasikan bervariasi antara 2% dan 20% , dan tingkat kekambuhan adalah
52% dalam 10 tahun. Batu ginjal adalah sosial ekonomi dan beban perawatan
kesehatan di banyak negara. Di AS pengeluaran untuk medis pengelolaan batu kemih
pada tahun 2000 adalah ~ 2,1 miliar dolar (Zeng et al., 2017) . Melihat insiden serta
gejala yang ditimbulkan diatas, maka diperlukan pengobatan baik farmakologi
maupun non farmakologi.
Salah satu tindakan non farmakologi yang dapat diterapkan sebagai tindakan
mandiri keperawatan adalah memberi kenyamanan pada klien dengan Batu Ginjal.
Untuk itu, asuhan keperawatan ini akan menggunakan teori kenyamanan (Comfort)
Kolcaba.
Kolcaba mulai mempelajari arti sebenarnya dari Comfort yaitu “to strengthen
greatly” yang berarti untuk memperkuat. Definisi ini memberikan rasional bagi
perawat untuk memberikan kenyamanan pada klien, ketika klien mampu melakukan
kegiatannya dengan baik dan perawat mendapatkan sebuah kepuasan karenanya
(Alligood, 2014).
Berbagai studi mengenai kenyamanan di ranah keperawatan sangat banyak.
Kolcaba memaparkan tentang teori kenyamanan dengan menelusuri catatan sejarah
penggunaan kenyamanan dalam keperawatan. Sebagai contoh, Kolcaba menggunakan
teori Nightingale pada tahun 1859 yang menekankan “Kenyamanan seharusnya tidak
boleh lepas dari observasi atau tujuan utama, hal ini bukan menjadi suatu hal yang
tidak berguna melainkan menyelamatkan kehidupan dan untuk meningkatkan status
kesehatan dan kenyamanan” (Alligood, 2014).
Konsep teori kenyamanan adalah kebutuhan kenyamanan, intervensi
kenyamanan, peningkatan kenyamanan dan integritas institusional. Seluruh konsep
tersebut terkait dengan klien dan keluarga. Kolcaba mengidentifikasi jenis
kenyamanan menurut analisis konsepnya yaitu: Relief (kelegaan) merupakan keadaan
seorang klien yang kebutuhan spesifiknya terpenuhi, Ease (ketenteraman) merupakan
keadaan tenang atau puas dan Trancendence (transendensial) dimana seseorang
berhasil melampaui masalah atau kesakitannya (Kolcaba, 2003).
Kolcaba mendemonstrasikan bahwa perubahan pada kenyamanan dapat diukur
dengan menggunakan eksperimental. Penelitiannya menyebutkan, konsep kesehatan
membutuhkan kenyamanan, hal ini dikaitkan dengan diagnosis awal kanker payudara.
Intervensi holistiknya yaitu Guide imagery yang ditujukan khusus untuk populasi
tersebut dalam mencapai kebutuhan rasa nyamannya dan diharap memberikan
kenyamanan mereka. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan mengenai makna
kenyamanan antara perempuan yang mendapatkan guided imagenery dengan
kelompok yang mendapatkan perawatan biasa (Kolcaba & Fox, 1999).
Selain Guide imagery ada beberapa intervensi yang telah diuji oleh Kolcaba
diantaranya: Healing touch yaitu sentuhan yang menyembuhkan dan dukungan untuk
mengurangi stres pada mahasiswa. Hand massage atau pijat dengan tangan untuk
klien dengan perawatan lama (Kolcaba, Downd, Steiner & Mitzel, 2004), Patien-
controlled heated gown atau pakaian hangat yang dapat dikendalikan klien untuk
mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan pada klien praoperatif
(Wagner, Byrne, & Kolcaba, 2006).
II. KASUS
Klien Tn “A” masuk ke IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohuso rujukan dari RS
Gorontalo pada tanggal 11-09-2019, masuk dengan keluhan Nyeri pada saat buang air
kecil. Keluhan dialami sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan awalnya kesulitan dalam
buang air kecil yang disertai dengan nyeri yang kemudian semakin lama semakin
nyeri. Pada tanggal 12-09-2019 klien operasi pemasangan DJ Stent kiri
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 16-09-2019, klien mengeluh nyeri
pada bekas operasi sebelah kiri. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Nyeri
dirasakan hilang timbul. selain itu, klien mengatakan merasa lemas dan nyeri pada
saat merubah posisi tidur. Klien tampak terpasang infus Nacl 0.9%, terpasang catheter
urine (1 minggu). Vital sign (BP:128/72 mmHg, HR: 102x/menit, RR: 22x/menit,
Suhu 37.6oc).

III. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk IGD RS : 11-09-2019
Tanggal Masuk Perawatan B.Urologi : 12-09-2019
Tanggal Pengkajian : 16-09- 2019
Unit perawatan : Lontara II, Bedah Urologi

A. Identitas Klien
Nama : Tn.A
Umur : 44 thn
Tempat/ Tgl Lahir : Gorontalo,7-8-1958
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Bantaeng
No. Rekam Medik : 893416
Diagnosa Medis : Batu Ginjal

B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Nyeri pada saat buang air kecil
2. Keluhan Saat Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 16-09-2019, klien mengeluh nyeri
pada luka post op.
3. Riwayat Keluhan Utama
Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Nyeri dirasakan hilang timbul sejak
3 hari yang lalu. Selain itu, klien mengatakan merasa lemas dan nyeri pada saat
merubah posisi tidur. Klien tampak terpasang infus Nacl 0.9%, terpasang
catheter urine (2 minggu).
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat buang air kecil bercampur darah tidak ada, riwayat buang air kecil
bernanah tidak ada, riwayat trauma pada ginjal tidak ada, riwayat merokok
tidak ada, riwayat keluarga menderita penyakit yang sama tidak ada.
5. Riwayat Pengobatan
Klien tidak mengkonsumsi obat-obatan
6. Riwayat Pembedahan
Pada tanggal 13-09-2019 klien operasi pemasangan DJ Stent kiri
7. Riwayat Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik makanan maupun obat-obatan
C. Resiko Jatuh dan Resiko Decubitus
1. Resiko Jatuh: 10/resiko rendah (Skala Morse)
2. Resiko Decubitus: >14 / Resiko kecil (Skala Norton)
D. Pengkajian Comfort
1. Kenyamanan fisik
Klien mengeluh nyeri pada luka post op sebelah kiri. Keluhan dirasakan
seperti tertusuk-tusuk. Nyeri dirasakan hilang timbul sejak 3 hari yang lalu,
skala nyeri 4 (NRS), ekspresi wajah klien tampak nyeri. Klien mengatakan
nyeri pada saat merubah posisi tidur, dan ada nyeri tekan.
Klien merasa lemas dan tidak mampu untuk duduk, klien tampak anemis.
Klien juga mengatakan tidak nafsu makan, porsi makan tidak dihabiskan
kadang hanya makan bubur 3-5 sendok.
Kesadaran: Composmentis, GCS: 15 (E4M6V5). Vital Sign: (BP: 128/72
mmHg, HR: 102x/menit, RR: 22x/menit, Suhu 36.6oc).
Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 13/09/2019: WBC: 16.9/ul, Hb:
11.7 gr/dl*, RBC: 4.14/uL*, PLT: 329/ul, Limfosit: 4.8%*, Monosit: 4.5
103/ul, Eosinofil: 0.0 103/ul*, Basofil: 0.1 103/ul. GDS: 90 mg/dl, Ureum: 68
mg/dl, Kreatinin, 1.74 mg/dl, SGOT: 42 U/L, SGPT: 37 U/L, Albumin: 2.2
gr/dl, Prokalsitonin: 3.11 ng/ml*, Elektrolit (Natrium: 123 mmol/l*, Kalium:
4.0 mmol/l, Klorida: 97 mmol/l).

Jenis Pemeriksaan Hasil


Foto Polos Abdomen - Terpasang DJ Stend pada traktus urinarius sinistra
Tanpa Kontras - Terpasang drain
(17/09/2019) - Nephrolits sinistra
Mikrobiologi
Kultur Darah - Tidak ada pertumbuhan bakteri aerob

2. Pengkajian Psikospiritual
Klien kooperatif ketika diajak berkomunikasi. Klien dijaga oleh istrinya,
anak klien masih dikampung dan sering berkomunikasi melalui telepon.
Menurut istri klien, klien ingin cepat sembuh dan beraktifitas seperti sedia
kala, klien tampak gemetar saat berbicara serta wajah klien tampak tegang.
Namun, klien selalu mendapat dukungan dari istri maupun anak-anaknya.
Klien selalu berdoa diruangan dan istri beserta anak selalu mendoakan klien
untuk diberi kekuatan dan tidak putus asa.
3. Pengkajian sosialkultural
Klien mengatakan anaknya tidak dapat mendampingi karena lagi
smentara kuliah di gorontalo. Klien kadang merasa sedih karena tidak bisa
menikmati berkumpul dengan keluarganya di kampung. Namun, klien tetap
merasa senang karena keluarga terdekatnya menyempatkan untuk berkunjung
dan memberi dukungan terutama sang istri yang selalu mendampingi. Terkait
dengan kepercayaan budaya, klien percaya dengan obat-obat tradisional yang
diyakininya dapat menyembuhkan penyakitnya, tetapi saat ini klien tidak lagi
mengkonsumsinya karena lagi menjalankan pengobatan medis di rumah sakit.
4. Pengkajian Lingkungan
Klien dirawat di ruang perawatan urologi. Klien dirawat bersama
dengan teman kamarnya yang juga memiliki jenis penyakit yang sama.
Sehingga, klien merasa kurang nyaman serta mengatakan ruangannya terlalu
sempit dan merasa panas dengan suhu ruangan. Namun, klien tetap merasa
senang karena diberi fasilitas kipas angin dan kondisi ruangan yang bersih.
Klasifikasi Taksonomi Struktur Comfort
Relief Ease Transdence
- Klien mengeluh nyeri pada - Diperlukan - Klien dan
luka post op . manajemen nyeri keluarga perlu
- Klien mengatakan nyeri pada nonfarmakologi memahai
saat merubah posisi tidur. - Diperlukan managemen
- Keluhan dirasakan seperti observasi tanda- nyeri
tertusuk-tusuk tanda infeksi - Klien perlu
- Nyeri dirasakan hilang - Perlu perawatan terbiasa dengan
timbul luka post op kondisinya.
- Skala nyeri 4 (NRS). - Perlu tindakan - Klien dan
untuk keluarga mampu
- Ekspresi wajah klien
meningkatkan melakukan hand
tampak nyeri hygien dalam
nutrisi klien
- Klien merasa lemas dan tidak mengontrol
mampu untuk duduk infeksi
- Klien tampak anemis. - Klien perlu
- Klien mengatakan tidak pemenuhan
nafsu makan, porsi makan kebutuhan nutrisi
Physical

tidak dihabiskan kadang


hanya makan bubur 3-5
sendok.
- WBC: 16.9/ul, Hb: 11.7
gr/dl*, RBC: 4.14/uL*, PLT:
329/ul, Limfosit: 4.8%*,
Monosit: 4.5 103/ul, Eosinofil:
0.0 103/ul*, Basofil: 0.1 103/ul.
GDS: 90 mg/dl, Ureum: 68
mg/dl, Kreatinin, 1.74 mg/dl,
SGOT: 42 U/L, SGPT: 37 U/L,
Albumin: 2.2 gr/dl,
Prokalsitonin: 3.11 ng/ml*,
Elektrolit (Natrium: 123
mmol/l*, Kalium: 4.0 mmol/l,
Klorida: 97 mmol/l).
- Terpasang DJ Stend pada traktus
urinarius sinistra
- Terpasang drain
- Nephrolits sinistra Skor
decubitus: 10 (beresiko rendah)
- Klien kooperatif ketika - Klien tenang jika - Butuh dukungan
diajak berkomunikasi. ada kunjungan spiritual, dan
- Klien tampak gemetar saat dari keluarga informasi.
berbicara
- Wajah klien tampak tegang
- Klien dijaga oleh istrinya,
anak klien masih
dikampung dan sering
Psychospritual

berkomunikasi melalui
telepon.
- Menurut istri klien,
klien ingin cepat
sembuh dan beraktifitas
seperti sedia kala
- Klien selalu mendapat
dukungan dari istri
maupun anak-anaknya.
- Klien selalu berdoa
diruangan dan istri beserta
anak selalu mendoakan klien
untuk diberi kekuatan
dan tidak putus asa.

o Klien mengatakan anaknya o Klien tetap merasa o Klien perlu


tidak dapat mendampingi senang karena didorong untuk
karena lagi sementara keluarga beradaptasi
kuliah di gorontalo terdekatnya dengan orang-
Sociocultural

o Klien kadang merasa sedih menyempatkan orang yang ada


karena tidak bisa menikmati untuk berkunjung disekitarnya dan
berkumpul dengan dan memberi menjalin
keluarganya di kampung. dukungan hubungan sebagai
o Klien tetap merasa senang support bagi
karena keluarga terdekatnya dirinya.
menyempatkan untuk
berkunjung dan memberi
dukungan terutama kedua
istrinya yang selalu
mendampingi.
o Klien percaya dengan obat-obat
tradisional yang
diyakininya dapat
menyembuhkan penyakitnya,
tetapi saat ini klien tidak lagi
mengkonsumsinya karena lagi
menjalankan pengobatan
medis di rumah
sakit.

o Klien dirawat di ruang Klien tetap merasa o Jika kondisi luka


perawatan urologi senang karena post op klien
o Klien dirawat bersama diberi fasilitas membaik maka
dengan teman kamarnya kipas angin dan klien akan pulang
Environmental

yang juga memiliki kondisi ruangan dan menjalani fase


penyakit yang sama. yang bersih. pemulihan
Sehingga, klien merasa dirumah.
kurang nyaman
o Klien mengatakan
ruangannya terlalu sempit
dan merasa panas dengan
suhu ruangan.

Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
(NANDA International, 2018)
- Klien mengeluh nyeri pada luka post op
- Klien mengatakan nyeri pada saat merubah Nyeri Kronis
posisi tidur.
(Domain 12. Comfort /Class 1)
- Keluhan dirasakan seperti tertusuk-tusuk Diagnosis Code 00133
- Nyeri dirasakan hilang timbul
- Skala nyeri 4 (NRS).
- Ekspresi wajah klien tampak nyeri
- Foto Polos Abdomen:
Terpasang DJ Stend pada traktus urinarius
sinistra
Terpasang drain
- Nephrolits sinistra
- Vital sign (BP:128/72 mmHg, HR: 102x/menit,
RR: 22x/menit, Suhu 37.6oc).
- Luka post op mudah berdarah
- Klien merasa lemas Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
- Klien tampak anemis. Kebutuhan Tubuh
- Klien mengatakan tidak nafsu makan,
porsi makan tidak dihabiskan kadang (Domain 2. Nutrition /Class 1)
hanya makan bubur 3-5 sendok. Diagnosis Code 00002
- Hb: 8.3 gr/dl*, RBC: 284.000.000/uL*
- GDS: 68 mg/dl, SGOT: 42 U/L, SGPT: 37
U/L, Albumin: 2.2 gr/dl

- Luka post op mudah berdarah


- WBC: 968.000/ul, Hb: 8.3 gr/dl*, RBC: Resiko Infeksi
284.000.000/uL*
(Domain 11. Safety/protection /Class 1)
- Limfosit: 1.8%*, Monosit: 3.5 103/ul,
Eosinofil: 0.2 103/ul*, Basofil: 0.4 103/ul.
- Prokalsitonin: 3.11 ng/ml*
- Vital sign (BP:128/72 mmHg, HR:
102x/menit, RR: 22x/menit, Suhu 37.6oc).

- Menurut istri klien, klien kadang menangis


jika mengingat penyakit yang dialaminya Ansietas
- Klien tampak pendiam
(Domain 9. Coping/stress tolerance/
- Klien tampak gemetar saat berbicara
Class 2. Diagnosis Code 00146)
- Wajah klien tampak tegang
- Klien selalu berdoa diruangan dan istri
beserta anak selalu mendoakan klien untuk
diberi kekuatan dan tidak putus asa
o Klien mengatakan istrinya tidak dapat
mendampingi karena kurang sehat
o Klien kadang merasa sedih karena tidak bisa
menikmati berkumpul dengan keluarganya
di kampung.
o Klien mengatakan ruangannya terlalu
sempit dan merasa panas dengan suhu
ruangan.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA International, 2018)


1. Nyeri kronis berhubungan dengan Infiltrasi tumor
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menyerap nutrisi
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi yang terganggu
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
V. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dalam comfort theory ada tiga kategori intervensi keperawatan untuk
kenyamanan, yaitu (a) standard comfort interventions untuk menjaga homeostasis
dan mengontrol nyeri; (b) coaching untuk mengurangi ansietas, memberikan jaminan
informasi dan membangkitkan harapan; dan (c) comfort food for the soul adalah
intervensi perawat dengan menawarkan sesuatu yang menyenangkan untuk membuat
klien dan keluarga merasa lebih diperhatikan dan lebih merasa dikuatkan, seperti
masase atau imajinasi terbimbing (Kolcaba, 2003).
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Diagnosis NOC NIC
Keperawatan (Moorhead, Marion, Meridean, & (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016)
Swanson, 2016)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Standart comfort
berhubungan dengan selama 3x24 jam klien dapat merasakan a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
agen injuri (biologi, kenyamanan meningkat ditandai dengan termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas
kimia,fisik, psikologis) nyeri berkurang atau terkontrol, tidak dan faktor presipitasi
kerusakan jaringan menunjukkan ekspresi nyeri di wajah b. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
dengan sklanya nyeri NRS: 1 c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri klien
d. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
e. Ajarkan tentang teknik non farmakologi (relaksasi dan
distraksi)
f. Penatalaksanaan pemberian analgetik
g. Hand massage atau pijat dengan tangan untuk klien
dengan perawatan lama (Kolcaba, Downd, Steiner &
Mitzel, 2004)
h. Intervensi holistik yaitu Guide imagery yang ditujukan
khusus untuk populasi tersebut dalam mencapai
kebutuhan rasa nyamannya dan diharap memberikan
kenyamanan mereka. (Kolcaba & Fox, 1999).
Coaching
a. Ajarkan klien untuk dapat melaporkan jika nyeri
b. Ajarkan klien tentang managemen nyeri
Comfort food for the soul
a. Anjurkan klien untuk mendengarkan lagu yang disukai
b. Anjurkan keluarga klien untuk lebih sering
melakukan masase jika nyeri
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Standard comfort
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam a. Kaji status nutrisi
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi klien terpenuhi b. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
berhubungan dengan secara adekuat ditandai dengan: yang dibutuhkan
ketidakmampuan a. Mampu mengidentifikasi c. Pantau bunyi bising usus dan kemungkinan
menyerap nutrisi kebutuhan nutrisi terjadinya distensi
b. Porsi makan dihabiskan d. Monitor lingkungan selama makan
e. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
f. Kalaborasi pemberian albumin
g. Kalaborasi pemberian transfusi PRC 2 bag
h. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
i. Monitor kadar albumin, Hb setelah transfusi
Coaching
a. Ajarkan keluarga tentang kebutuhan nutrisi
Comfort food for the soul
a. Dorong dan berikan semangat keluarga pasien untuk
meningkatkan protein.
3 Resiko infeksi Tidak terjadi infeksi ditandai dengan Standart comfort
berhubungan dengan bebas dari tanda-tanda kemerahan, a. Kaji tanda-tanda infeksi pada luka kanker
pertahanan primer tidak bengkak dan nyeri pada luka post op, b. Melakukan perawatan luka
adekuat tidak terdapat pus, suhu tubuh dalam c. Mempertahanklan teknik bersih saat merawat luka
batas normal (36.5 0C – 37.5 0C), d. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap
jumlah leukosit dalam batas normal infeksi
(4.000 – 12.000 / μL) e. Pantau hasil laboratorium terkait infeksi
f. Beri antipiretik dan antibiotik
Coaching
a. Jelaskan kepada keluarga mengenai kemungkinan
terjadinya infeksi pada klien
b. Anjurkan pada keluarga dan pengunjuang mengenai
pentingnya mencuci tangan sebagai pencegahan infeksi
Comfort food for the soul
a. Ajarkan klien dan keluarga mencuci tangan dengan benar.
4 Ansietas berhubungan Klien dapat menunjukkan penurunan Standard comfort
dengan perubahan status kecemasan dengan kriteria klien mampu a. Pertahankan sikap yang tenang dan menyakinkan.
kesehatan menyatakan pemahaman tentang kondisi b. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya.
kesehatannya dan ikut berpartisipasi c. Healing touch yaitu sentuhan yang menyembuhkan dan
aktif dalam pemberian asuhan dukungan untuk mengurangi stres (Downd, Kolcaba,
keperawatan Steiner dan Fashnifour, 2007).
d. Patien- controlled heated gown atau pakaian hangat yang
dapat dikendalikan klien untuk mengurangi kecemasan
dan meningkatkan kenyamanan pada klien praoperatif
(Wagner et al., 2006).
Coaching
a. Fasilitasi klien untuk mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan proses penyakit
b. Dampingi klien saat mendapatkan informasi untuk
memastikan pemahaman keluarga.
Comfort food for the soul
a. Berikan pujian pada klien saat ikut berpartisipasi aktif dalam
perawatannya.
VI. IMPLEMENTASI

Hari/Tanggal Implementasi
/Jam
16/09/2019
07.00 - Selesai injeksi antibiotik dan anti nyeri
Ranitidin 50 mg/12jam/iv
Metamizole 1 gr/8jam/iv
Meropenem 1 gr/12 jam/iv
Metronidazole 500 mg/8jam/iv
07.30 - Hand Over
08.30 - Selesai observasi vital sign (BP: 110/60 mmHg, HR:103 x/menit,
RR:22x/menit, Suhu:37oC)

09.15 - Selesai kaji tingkat nyeri (Skala 4/NRS)


- Selesai memberi posisi yang nyaman, mengajarkan tekhnik relaksasi
09.25 - Selesai kaji tingkat nyeri (Skala 2/NRS)
11.30 - Selesai memandikan pasien
- Selesai rawat luka post op
12.10
- Selesai memberi makan pasien (klien menghabiskan 5 sendok makan)
12.30
- Memberi edukasi kepada istri pasien untuk menggunakan kipas angin
diruangan jika lingkungan panas dan memutar musik yang disukasi pasien
- Selesai memberi edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi
14.00
- Selesai memberi edukasi tentang pentingnya cuci tangan dalam
mencegah infeksi
14.30
- Hand Over

17/09/2019
06.40 - Selesai observasi vital sign (BP: 115/68 mmHg, HR:98 x/menit,
RR:22x/menit, Suhu:37.1oC)
- Selesai mengkaji skala nyeri (Skala nyeri 4/NRS)
06.50 - Selesai injeksi antibiotik dan anti nyeri
Ranitidin 50 mg/12jam/iv, Metamizole 1 gr/8jam/iv, Meropenem 1 gr/12
jam/iv dan Metronidazole 500 mg/8jam/iv.
07.30 - Hand Over
09.14 - Pasang Transfusi PRC bag ke 2
09.50 - Selesai Memandikan pasien
- Selesai rawat post op
10.40 - Selesai memberi posisi yang nyaman (miring kiri)
10.50 - Selesai memberi edukasi kepada istri pasien tentang managemen nyeri yaitu
hand massage jika pasien merasa nyeri
12.45 - Selesai memberi posisi yang nyaman (terlentang)
- Memberi pasien makan siang dengan memodifikasi lingkungan yang sejuk
13.45 menggunakan kipas angin

14.30 - pasang cairan Nacl 0.9% 24 tetes/menit


- Selesai memberi posisi yang nyaman (miring kanan) serta bersamaan

14.40 mengajarkan kepada istri pasien cara mika-miki yang benar


- Hand Over

18/09/2019
06.30 - Selesai observasi vital sign (BP: 120/70 mmHg, HR:92 x/menit,
RR:22x/menit, Suhu:36.7oC)
- Selesai mengkaji skala nyeri (Skala nyeri 3/NRS)
07.10 - Selesai injeksi antibiotik dan anti nyeri
Ranitidin 50 mg/12jam/iv, Metamizole 1 gr/8jam/iv, Meropenem 1 gr/12
jam/iv dan Metronidazole 500 mg/8jam/iv.
07.30 - Hand Over
08.15 - Memberi dukungan kepada pasien serta mendorng pasien untuk
mengungkapkan yang dirasakan saat ini dengan mempertahankan terapi Healing
touch yaitu sentuhan.
09.00 - Selesai Memandikan pasien
- Selesai rawat luka post op
09.20 - Selesai memberi posisi yang nyaman
10.50 - Mencatat atat adanya edema pada kedua tungkai bawah
11.20 - Edukasi kepada istri pasien tentang managemen nyeri yaitu hand
11.30 massage jika pasien merasa nyeri

13.40 - Selesai memberi posisi yang nyaman dan memberi hand massase serta
memastikan istri pasien melakukannya

13.45 - Memberi pasien makan siang dengan memodifikasi lingkungan


14.30 - Hand Over

VII. EVALUASI

16/09/2019 pukul 14.00


1. Fisik dalam tingkat kenyamanan Relief, dengan uraian:
- Klien masih tampak kesakitan dengan skala nyeri NRS = 3
- Kebutuhan nutrisi klien yaitu porsi makan belum dihabiskan, hanya 3 sendok
makan
- Gangguan integritas kulit masih tampak luka post op yang mudah berdarah
(bleeding) .

- Tidak tampak perluasan infeksi. Hasil kultur darah : Tidak ada pertumbuhan
bakteri aerob
- WBC: 968.000/ul, Hb: 8.3 gr/dl*, RBC: 284.000.000/uL*
- Limfosit: 1.8%*, Monosit: 3.5 103/ul, Eosinofil: 0.2 103/ul*, Basofil: 0.4 103/ul.
- Prokalsitonin: 3.11 ng/ml*
2. Psikospiritual, dalam tingkat relief, dengan uraian
- Klien tampak tersenyum jika diajak berkomunikasi
- Klien masih tampak gemetar saat berbicara
- Wajah klien tampak tegang saat dilakukan perawatan luka post op karena
takut perdarahan.
- Klien selalu didampingi oleh kedua anaknya dan mendapat dukungan dari
istrinya.
- Klien merasa senang karena telah dikunjungi oleh saudaranya.
- Klien selalu berdoa diruangan dan istri beserta anak selalu mendoakan klien untuk
diberi kekuatan dan tidak putus asa
3. Sosiokultural, dalam tingkat ease, dengan uraian:
- Klien tetap merasa senang karena keluarga terdekatnya menyempatkan untuk
berkunjung dan memberi dukungan terutama kedua anaknya yang selalu
mendampingi.
4. Lingkungan, dalam tingkat ease, dengan uraian :
- Klien dan keluarga cukup nyaman dengan lingkungan perawatan, karena
dapat menggunakan kipas angin diruangan dan dapat mendengarkan music
dikamar, meskipun demikian pasien masih mengeluh dirawat di ruangan yang
agak sempit.

17/09/2019 pukul 14.00


1. Fisik dalam tingkat kenyamanan Relief, dengan uraian:
- Klien masih tampak kesakitan dengan skala nyeri NRS = 2
- Kebutuhan nutrisi klien yaitu porsi makan belum dihabiskan, hanya 4 sendok.
- Gangguan integritas kulit masih tampak luka post op yang mudah berdarah
(bleeding).
- Tidak tampak perluasan infeksi. Hasil kultur darah : Tidak ada pertumbuhan
bakteri aerob
- Hb: 8.3 gr/dl, RBC: 368.000.000/uL
- GDS: 98 mg/dl
- Leukosit: 844.000/ul
2. Psikospiritual, dalam tingkat ease, dengan uraian
- Klien tampak tersenyum jika diajak berkomunikasi
- Klien merasa nyaman saat linen klien diganti dan setelah dimandikan
- Wajah klien tampak rileks saat dilakukan perawatan luka post op.
- Klien merasa senang karena telah dikunjungi oleh saudaranya.
- Klien selalu berdoa diruangan dan istri beserta anak selalu mendoakan klien
untuk diberi kekuatan dan tidak putus asa.
3. Sosiokultural, dalam tingkat transcendence, dengan uraian:
- Klien tetap merasa senang karena keluarga terdekatnya menyempatkan untuk
berkunjung.
- Istri klien selalu mendampingi selama perawatan.
- Pasien merasa senang karena anak-anaknya menelfon dari kampung
4. Lingkungan, dalam tingkat ease dengan uraian :
- Klien dan keluarga cukup nyaman dengan lingkungan perawatan.

18/09/2019 pukul 14.00


1. Fisik dalam tingkat kenyamanan ease, dengan uraian:
- Klien mengatakan nyeri sudah terkontrol, dengan skala nyeri NRS = 1
- Kebutuhan nutrisi klien yaitu porsi makan dihabiskan 7 sendok
- Gangguan integritas kulit masih tampak luka post op, tidak ada bleeding saat rawat
luka.

- Tidak tampak perluasan infeksi. Hasil kultur darah : Tidak ada pertumbuhan
bakteri aerob
- Hb: 10.6 gr/dl, RBC: 368.000.000/uL
- GDS: 98 mg/dl
- Leukosit: 844.000/ul
2. Psikospiritual, dalam tingkat ease, dengan uraian
- Klien tampak tersenyum jika diajak berkomunikasi
- Klien merasa nyaman saat linen klien diganti dan setelah dimandikan
- Wajah klien tampak rileks saat dilakukan perawatan luka post op.
- Klien merasa senang karena telah dikunjungi oleh saudaranya.
- Klien selalu berdoa diruangan dan istri beserta anak selalu mendoakan klien
untuk diberi kekuatan dan tidak putus asa.
3. Sosiokultural, dalam tingkat transcendence, dengan uraian:
- Klien tetap merasa senang karena keluarga terdekatnya menyempatkan untuk
berkunjung.
- Anak klien selalu mendampingi selama perawatan.
- Pasien merasa senang karena istri menelfon dari kampung.
4. Lingkungan, dalam tingkat transcendence, dengan uraian :
- Pasien dipindahkan ke perawatan kelas II. Klien dan keluarga merasa nyaman
dengan lingkungan perawatan.
VIII. PEMBAHASAN
Teori kenyamanan memandang bahwa pengkajian keperawatan adalah
pengkajian yang intens tentang kebutuhan kenyamanan, perawat harus merancang
dalam mengatasi kebutuhan tersebut kemudian mengevaluasi hasil sebelum dan
sesudah dilakukan tindakan dengan membandingkan hasilnya. Penerima asuhan
mungkin dapat berupa individu, keluarga atau komunitas yang membutuhkan
asuhan keperawatan. Semua aspek tersebut dapat dimanipulasi oleh perawat, orang
terdekat untuk meningkatkan kenyamanan.
Konsep teori kenyamanan adalah kebutuhan kenyamanan, intervensi
kenyamanan, peningkatan kenyamanan dan integritas instutisional.Seluruh konsep
tersebut terkait dengan pasien dan keluarga. Kolcaba mengidentifikasi jenis
kenyamanan menurut analisis konsepnya yaitu: Relief (kelegaan), Ease
(ketenteraman) dan Trancendence (transendensial) (Mitsh,
M. & Parker, 2015). Selain tiga kebutuhan rasa nyaman (comfort) tersebut, Kolcaba
juga menjelaskan bahwa teori ini memiliki konteks nyaman, seperti yang telah
dijelaskan dalam struktur toksonomi kenyamanan yaitu; fisik, lingkungan, sosial
dan psikospritual (Mitsh, M. & Parker, 2015).
Teori kenyamanan terdiri dari tiga bagian pernyataan proposisi yang telah diuji
secara terpisah atau bersamaan. Pertama, ketika intervensi dilakukan secara efektif
maka akan menghasilkan kenyamanan pada pasien. Kedua, kesadaran individu
tentang kesehatan sangat mempengaruhi dalam peningkatan kenyamanan. Ketiga,
kualitas perawatan, kebijakan rumah sakit dan asuhan berdasarkan bukti praktik
klinis akan meningkatkan kualitas kenyamanan pasien (Kolcaba et al., 2011).
Beberapa intervensi yang telah diuji oleh Kolcaba diantaranya: Healing touch
yaitu sentuhan yang menyembuhkan dan dukungangan untuk mengurangi stres
(Downd, Kolcaba, Steiner & Fashnifour, 2007). Hand massage atau pijat dengan
tangan untuk pasien dengan perawatan lama. Patien- controlled heated gown atau
pakaian hangat yang dapat dikendalikan
pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan pada pasien
praoperatif (Wagner, Byrne & Kolcaba, 2006).
Teori Kolcaba termasuk ke dalam middle range theori karena memiliki tingkat
abstraksi yang rendah dan mudah untuk diaplikasikan karena bersifat membumi.
Penerapan dapat dilakukan di dalam praktik, pendidikan maupun di dalam
penelitian (Sitzment &Eichelberger, 2011). Didalam praktiknya, teori Kolcaba
banyak dipilih sebagai kerangka kerja untuk mengarahkan studi dibidang
keperawatan komunitas, perawatan hospice, perioperatif, pasien dimensia dan
perawatan paliatif.
Di dalam jurnal The application of Comfort Kolcaba Theory in order to
Overcome the ChildrenLaparotomy post-surgery Pain in BCH Ward RSUPN DR.
Cipto Mangunkusumo (2015) dapat dilihat penerapan teori Kolcaba di praktik klinis.
Pada penelitian ini melihat pendekatan comfort dengan kenyamanan, pengkajian
dilakukan berdasarkan toksonomi comfort untuk memudahkan dalam melakukan
intervensi. Diagnosa yang muncul yaitu berhubungan dengan masalah kenyamanan
fisik pasien seperti nyeri, resiko infeksi dan kecemasan.
Intervensi yang dilakukan perawat pada nyeri yaitu dengan terapi non
farmakologi dan pendekatan dengan keluarga. Keluarga sangat penting untuk
melakukan tindakan distraksi seperti dengan sentuhan (healing touch), hand
massage, mendengarkan musik, membacakan buku cerita dan membuat lingkungan
yang nyaman (patient controlled heated gowns). Hasil penelitian ini
memperlihatkan dengan penerapan comfort secara fisik, lingkungan dan sosial dapat
menurunkan rasa nyeri pada pasien, skala nyeri menurun menjadi 0-1 setelah
dilakukan intervensi keperawatan (Ilmiasih, et al., 2015).
Penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh (Kakkunen et al (2009)
yang menyatakan bahwa, dukungan keluarga sangat efektif untuk menurukan rasa
nyeri dan kecemasan pada anak pasca operasi, disamping pemberian analgesik.
DAFTAR PUSTAKA

Khan, S. R., Pearle, M. S., Robertson, W. G., Gambaro, G., Canales, B. K., Doizi, S., … Tiselius, H.
(2016). Kidney stones. Nature Publishing Group, 1–23. https://doi.org/10.1038/nrdp.2016.8

Spivacow, F. R., Valle, E. E. D. E. L., Lores, E., Rey, P. G., Metabólicas, I. D. I., Salvador, U., &
Aires, B. (2016). ORIGINAL ARTICLE KIDNEY STONES : COMPOSITION , FREQUENCY
AND RELATION TO METABOLIC DIAGNOSIS Results. 343–348.

Zeng, G., Mai, Z., Xia, S., Wang, Z., Zhang, K., & Wang, L. (2017). Prevalence of kidney stones in
China : an ultrasonography based cross-sectional study. 109–116.
https://doi.org/10.1111/bju.13828
Alligood, M. R. (2014). Nursing Theory Utilization and Application (Fifth). Elsevier Ltd.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Intervension Clasification (NIC). (T. R. D. Nurjanah Intasari, Ed.) (6th ed.). Singapore:
Elseviers Singapore Pte Ltd.
Down, T., Kolcaba, K., Steiner, R., & Fashinpaur, D. (2007). Comparison of healing touch
and coaching on stress and comfort in young college students, Holistic Nursing
practice, 21(4), 194-202.

Ilmiasih, R., Nurhaeni, N., Waluyanti, F,T. (2015). The application of Comfort Kolcaba
Theory in order to Overcome the Children Laparotomy post- surgery Pain in BCH
Ward RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo. Jurnal Keperawatan, 6, 27-33.

Kumar, M., Selvam, P., & Agarwal, A. (2019). Altered Molecular Pathways in the Proteome
of Cryopreserved Sperm in Testicular Cancer Patients before Treatment.
https://doi.org/10.3390/ijms20030677
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical- Surgical
Nursing Assessment and Management of Clinical Problems. (M. M. Harding, Ed.) (9th
ed.). Canada: Elsevier.
Moorhead, S., Marion, J., Meridean, L. M., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (6th ed.). Singapore: Elsevier.
NANDA International. (2018). Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2018-
2020. (H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (Eleventh). New York: Thieme.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Pagnamenta, F. (2017). The provision of therapy mattresses for pressure ulcer prevention.
British Journal of Nursing, 26(6), S28–S33.
https://doi.org/10.12968/bjon.2017.26.6.S28
Shingfield, L., Carr, H., & Thomson, J. (2017). Product Clinical focus, Apex Pro- care
Matress; How Can This Advanced Matress Assist in Prevention of Pressure Injuries?

Sitzman, K. L., Eichelberger, Lisa wrigh (Ed.). (2011). Understanding the work of nurse
theorist a creative begining (2 ed.). Ontario: Jones and Bartlet.
Wagner, D., Byrne, M., & Kolcaba, K. (2006). Effects of Comfort Warming on Preoperative
Patients. AORN Journal, 84(3). https://doi.org/10.1016/S0001- 2092(06)63920-3
Kakkunen, P., Vehvilainen J.K., Pietila A.M., Nysonen S., Korhanen A., Lehikoinen N.M.
(2009). Promoting parents’ use of non-pharmacological methods and assessment of
children’s postoperative pain at home.International Journal of Caring Sciences, 2, 11-
21
Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: A holistic vision for health care.
New York: Springer.
Kolcaba, K., Fox, C. (1999). The effect of guided imagery on comfort of women with early
stage breast cancer undergoing radiation therapy. Oncologi nursing forum, 1, 67-92

Kolcaba, K., Dowd, T., Steiner, R., & Mitzel, A. (2004). Efficacy of hand massage for
enhancing the comfort of hospice patients. Journal of Hospice & Palliative Nursing,
6(2), 91–102. Retrieved from
http://www.thecomfortline.com/files/pdfs/2004 - Efficacy of hand massagein
hospice.pdf

Anda mungkin juga menyukai