Anda di halaman 1dari 2

A.

Aspek aspek hukum adat


Pengertian, Prinsip garis keturunan, Sistem pewarisan, Harta warisan, Para waris,
Proses pewarisan, peradilan warisan,
B. Praktek hukum waris adat di masyarakat sungai manau bangko Jambi

Sebab hingga saat ini belum ada unifikasi dalam bidang hukum waris. Oleh karena itu,
ketentuan yang berlaku masih berdasarkan tiga hukum waris yang berasal dari sistem
Hukum Adat, sistem Hukum Islam, dan sistem Hukum Barat.
Istilah waris diambil dari bahasa Arab Al-miirats yang kemudian dialihbahasakan ke
dalam bahasa Indonesia. Secara umum waris (adat) adalah proses beralihnya harta
kekayaan pewaris kepada ahli waris.
Terdapat beberapa pandangan ahli
menurut Wahyu Kuncoro, hukum waris adat sendiri ialah tata cara melakukan
pewarisan berdasarkan hukum adat yang berlaku sesuai dengan adat yang dipegang
oleh pewaris dan ahli waris.12
Sementara Ter Haar memberikan pandangan bahwa pada dasarnya, hukum waris adat
berisi aturan-aturan mengenai keseluruhan proses penerusan dan pengoperan harta
kekayaan materil maupun imateril dari suatu keturunan ke keturunan yang lain.
Soepomo turut memberikan rumusan bahwa hukum waris adat itu meliputi peraturan-
peraturan yang mengatur proses meneruskan serta mengoperkan barang-barang harta
benda dan barang-barang yang tidak berwujud dari suatu angkatan manusia kepada
keturunannya.
pewaris ialah seseorang yang saat wafatnya meninggalkan harta kekayaan kepada
orang yang masih hidup.
Ahli waris ialah anggota keluarga yang memiliki hak untuk mewarisi harta kekayaan
atau harta warisan dari pewaris.
Harta warisan diartikan sebagai harta pencaharian yakni harta yang didapatkan semasa
perkawinan serta harta bawaan. Hilman Hadikusuma dalam bukunya menjelaskan
bahwa penggunaan frasa harta warisan hendaknya digunakan apabila harta kekayaan
pewaris akan dibagikan kepada ahli waris yang berjumlah lebih dari satu, sedangkan
harta peninggalan digunakan apabila harta kekayaan pewaris hanya akan dibagikan
kepada satu orang ahli waris.
Objek pewarisan dapat berupa harta benda yang berwujud dan harta benda yang tidak
berwujud. Harta benda yang berwujud contohnya seperti tanah, rumah, perhiasan, alat
transportasi, maupun benda pusaka seperti keris, gong, tombak, dan lain sebagainya.
Sedangkan harta benda yang tidak berwujud dapat berupa kedudukan, gelar
kebangsawanan, ilmu-ilmu ghaib, perjanjian, dan jabatan adat.

Anda mungkin juga menyukai