Agung Artikel
Agung Artikel
Abstrak
Pemilihan kepala daerah merupakan sesuatu yang sudah tidak terdengar asing lagi dikalangan
masyarakat, dimana dalam dilakukan atau dilaksanakan tiap 5 tahun sekali secara bersama-
sama dalam lingkup nasional. Banyak perubahan dalam pemilihan kepala daerah yang sangat
beraneka ragam,seperti pilkada dilakukan secara langsung, melalui sistem perwakilan dimana
dipilih oleh DPRD serta kembali lagi pada pilkada secara langsung. Pada tahun 2015
dikeluarkanlah peraturan perundang-undangan yang saat ini tetap berlaku yakni Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2015 mengenai pemilihan kepala daerah, secara tidak langsung itu
membuka suatu peluang munculnya calon kepala daerah secara independen. Dalam
penelitian ini membantu untuk mengetahui dan menggali lebih dalam, menganalisis
eksistensi serta untuk mengetahui suatu permasalahan pencalonan independen dalam pilkada.
Dalam penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif dimana melakukan suatu wawancara,
studi literatur yang dijadikan dalam suatu teknik analisis data yang didalamnya terdapat
reduksi data, penyajian data serta lainnya.
1
Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama Jakarta, h.408.
Didalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia terpampang jelas bahwasannya
mengatur bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan suatu kesempatan yang
sama dalam pemerintahan. Hal tersebut sangat sesuai dan selaras dengan konsep ajaran John
Rawls yaitu pakar filsuf politik yang berasal dari Amerika dimana menegaskan semua jabatan
poltik itu terbuka untuk setiap orang atas dasar suatu persamaan hak 2. Jadi kita sebagai warga
negara Indonesia berhak menyalurkan kesempatan kita dalam melakukan pemilihan kepala
daerah secara jujur, pilih sesuai apakata hati jangan apa kata isi dompet.
Dari hasil observasi dimana melakukan suatu wawancara untuk menganalisa data-data yang
ada dalam KPU terkait pilkada yang menggunakan suatu jalur secara independen, maka dapat
dijabarkan data dari KPU mengenai pilkada serentak yang terjadi pada tahun 2015
menunjukkan dari 20 paslon atau pasangan calon gubernur dan wakil gubernur hanya ada 2
paslon yang memilih jalur secara independen. Lalu untuk calon bupati dan wakil bupati itu
sendiri sejumlah sekitar 126 dari total keseluruhan 676 paslon yang memilih untuk maju
secara independen atau perseorangan. Sedangkan calon walikota dan wakilnya 28 dari total
144 pasangan yang maju secara independen. Data tersebut sangat menunjukkan adanya suatu
peningkatan dalam pilkada atau calon kepala daerah yang maju sebagai calon persseorangan
atau independen. Bahkan yang seperti diketahui tidak sedikit pula dari calon perseorangan
atau independen yang meraih kemenangan pada pilkada tahun 2015.
Pilkada padatahun 2020, dari total 203 paslon independen yang mendaftar, hanya ada
sekitar 70 paslon yang lolos. ( rumahpemilu.org, https://rumahpemilu.org/ubah-syarat-calon-
perseorangan-di-pilkada/ ) . Ketika calon independen akan mencalonkan diri dalam pilkada,
maka perlu dipikir secara matang dulu, karena tahap administrasi merupakan suatu tahap
penyeleksian yang sangat ketat berpotensi menyebabkan banyaknya calon independen yang
gagal karena tidak sesuai dengan persyaratan yang sudah ada. Serta dianggap menyalahi
aturan atau pasal yang sudah ada yakni UU No. 32 Tahun 2004. Harapannya kedepan
persyaratan yang tertuang dalam UU Pilkada perlu direvisi lagi karena pada hakekatnya
kehadiran suatu calon independen sangat penting sekali sebagai calon pengganti atau
alternatif bagi banyak masyarakat.
IV. Pembahasan
4.1 Mekanisme Pilkada Calon Independen Secara Langsung
Calon independen atau perseorangan dalam pilkada atau pemilihan kepala daerah pertama
kali muncul pada tahun 2006 sebelum adanya suatu peraturan dari pemerintah. Hal tersebut
menunjukkan bahwa adanya demokrasi dalam pemilihan kepala daerah, yaitu kebebasan.
Seperti yang kita lihat sendiri pilkada pasti di dominasi oleh paslon yangberasal dari partai
politk dengan cara diusung. Dalam hal ini membuat banyak pihak melakukan suatu tuntutan
untuk dilahirkannya peraturan bagi calon perseorangan atau independen. Maka benar bahwa
adanya calon independen merupakan wujud nyata dari demokrasi itu sendiri. Adanya
tebengan yang kuat dari Undang-Undang sehingga menjadikan calon perseorangan atau
independen sebagai salah satu ide atau gagasan pilihan dalam pilkada. Secara nyata, bisa kita
lihat hal tersebut dapat meningkatkan suatu nilai eksestensi dari calon perseorangan atau
independen itu sendiri
Pada masa era sebelum reformasi, partisipasi politik dianggap sebagai sesuatu yang sangat
langka. Karena pada dasarnya pusat pusat terjadinya partisipasi politik yang sangat besar itu
sendiri terjadi pada era orde baru dimana memandang politicus atau politik terkait dengan
instabilitas, jadi peran dan fungsi parpol itu sendiri di minimalisisr. Contohnya dengan
dilakukannya fusi parpol atau penggabungan atau penyerdehanaan suatu partai pada tahun
1973, hanya menjadi 2 parpol serta satu golongan dan perjuangan untuk menerapkan
politicus masa mengambang, agar parpol tidak mengembangkan strukturnya itu ke struktur
terkecil yang ada pada masyarakat. independen yang mendaftar, hanya ada sekitar 70 paslon
yang lolos dalam hal persyaratan.
Seperti yang kita ketahui, banyak perubahan dalam pemilihan kepala daerah yang sangat
beraneka ragam,seperti pilkada dilakukan secara langsung, melalui sistem perwakilan dimana
dipilih oleh DPRD serta kembali lagi pada pilkada secara langsung. Pada saat ini mekanisme
pilkada dilakukan secara langsung oleh setiap warga atau masyarakat yang telah memenuhi
syarat pencoblosan yakni harus berusia 17 tahun. Salah satu hak terbesar yang dimiliki oleh
masyarakat adalah dengan memberikan hak suaranya pada pemilihan kepala daerah yang
akan berlangsung. Seluruh hak politik yang dimiliki oleh masyarakat pindah tangan kepada
parpol, maka dari sini masyarakat sudah tidak memiliki suatu hak apapun ketika sudah
memberikan hak suaranya itu.
Guna mengembalikan suatu kedaulatan semula ketangan rakyat, sistem pemilihan umum
perlu dirubah kedalam sistem yang memberikan kebebasan memilih. Maka dengan adanya
amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang didalamnya
ditambahkan sebuah pasal 6 A dan Pasal 22E, Sistem pemilihan umum, dirubah menjadi
pemilihan umum secarra langsung. Adanya calon independen dalam pilkada secara langsung
memberikan peluang bagi kemunculan seorang leader atau pemimpin yang berasal dari suatu
politik arus bawa.
V. Kesimpulan