INTRODUCTION
Sustainable metallurgical science and engineering adalah bidang dinamis dan inovatif
yang bertujuan untuk merevolusi cara kita mengekstraksi, memproses, dan memanfaatkan
logam sambil meminimalkan dampak lingkungan dan melestarikan sumber daya berharga
untuk generasi mendatang. Ketika permintaan logam global terus meningkat, didorong oleh
kemajuan teknologi dan pertumbuhan industri, terdapat peningkatan kesadaran akan perlunya
transisi menuju praktik yang lebih berkelanjutan dalam sektor metalurgi.
CONTENT
Definisi sustainabilitas didefinisikan sebagai “meet the needs of the present generation
without compromising the ability of future generations to meet their own needs”
(brundtland-Report: world commission on environment and Development, United Nations,
1987) dan sebagai “Concerns whole cycle of a product construction i.e from raw material
acquisition, through planning, design, construction and use, to final demolition and waste
management” (B. Rossi, 2012)
1. Resource Consumption :
● Input Bahan Baku dan Energi: LCA memberikan informasi tentang kuantitas
dan jenis bahan mentah, sumber energi, dan sumber daya lain yang dikonsumsi
pada setiap tahap siklus hidup produk atau sistem. Ini mencakup data tentang
ekstraksi, manufaktur, transportasi, dan pembuangan material dan energi.
● Penggunaan Air: LCA juga dapat mencakup data konsumsi air pada berbagai
tahapan siklus hidup, terutama di industri di mana air merupakan sumber daya
penting, seperti pertanian atau manufaktur.
● Penggunaan Lahan: Dalam beberapa kasus, LCA mempertimbangkan
penggunaan lahan, khususnya di bidang pertanian dan kehutanan, dimana
penggunaan sumber daya lahan dapat berdampak pada ekosistem dan
keanekaragaman hayati.
2. Emission inventory :
● Emisi Gas Rumah Kaca: LCA mengukur emisi gas rumah kaca, seperti karbon
dioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O), yang terkait
dengan siklus hidup produk atau sistem. Ini termasuk emisi dari produksi
energi, manufaktur, transportasi, dan pembuangan.
● Polutan Udara: LCA juga dapat mendokumentasikan emisi polutan udara
seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), partikel, dan senyawa
organik yang mudah menguap (VOC), yang dapat berdampak buruk pada
kualitas udara dan kesehatan manusia.
● Polutan Air: Beberapa LCA menilai pelepasan polutan ke badan air, seperti
logam berat, bahan kimia, dan nutrisi, yang dapat berdampak pada ekosistem
perairan dan kualitas air.
● Timbulnya Limbah: LCA biasanya melacak timbulan limbah padat, cair, dan
berbahaya sepanjang siklus hidup, termasuk limbah yang dikirim ke tempat
pembuangan sampah, insinerasi, atau fasilitas daur ulang.
3. Impact assessment:
● Dampak Kesehatan Manusia: LCA sering kali menilai potensi dampak
terhadap kesehatan manusia, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti
paparan polutan udara dan air, risiko kesehatan kerja, dan dampak ekstraksi
sumber daya.
● Dampak Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati: LCA mengevaluasi potensi
kerusakan terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati, termasuk
kerusakan habitat, hilangnya spesies, dan konsekuensi ekologis lainnya.
● Perubahan Iklim: LCA menghitung jejak karbon suatu produk atau sistem,
memberikan wawasan mengenai kontribusinya terhadap pemanasan global dan
perubahan iklim.
● Penipisan Sumber Daya: Pendekatan ini menilai penipisan sumber daya alam,
seperti mineral, bahan bakar fosil, dan air, dan memperkirakan potensi
konsekuensi dari kelangkaan sumber daya.
● Dampak Kumulatif dan Marginal: LCA juga dapat menganalisis dampak
kumulatif dan marjinal, dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang
dan bertahap dari produk atau sistem terhadap lingkungan dan masyarakat.
Unintended consequences
All consequences considered
● H2O is a greenhouse gas too
● Water splitting is energy intense, has low efficiency and requires huge amounts of
electrical energy
● Using H2 as reductant makes only sense when it is produced using green electricity
(which is not needed elsewhere). The hydrogen currently used in industry is not green
(gray H2)
● Catalyst materials are expensive and cause waste
● Blast furnace are closed down and slabs are imported (carbon leakage)
Thermodynamics: minimum energy for reduction to Fe is 6.1 MJ/kg (free energy of oxidation
of iron to this oxide). This energy could in principle, be recovered by re-oxidizing the iron
under controlled conditions (minimum thermodynamically “embodied” or stored). However,
the measured energy to make iron (the actually embodied energy) is 18 MJ/Kg, i.e. it has a
conversion efficiency of 33%
Environmental effects of metallurgy
1. Ekstraksi dan Penambangan Sumber Daya:
2. Pengolahan Bijih:
3. Produksi Logam:
4. Generasi limbah:
CONCLUSION
Green and Sustainable Metallurgy mewakili perubahan mendasar dalam cara logam
diproduksi, diproses, dan dimanfaatkan, dengan fokus kuat pada meminimalkan dampak
lingkungan dan mendorong keberlanjutan jangka panjang. Dalam metalurgi berkelanjutan,
teknologi inovatif dan ramah lingkungan diterapkan untuk mengurangi konsumsi sumber
daya, penggunaan energi, dan emisi di seluruh siklus hidup produksi logam. Pendekatan ini
menekankan daur ulang, prinsip ekonomi sirkular, dan penggunaan sumber energi terbarukan
untuk mengurangi dampak lingkungan dari industri.
Green Metallurgy, di sisi lain, mengacu pada logam yang bersumber dan diproses dengan
dampak lingkungan minimal. Logam-logam ini sering kali dicirikan oleh metode ekstraksi
yang bertanggung jawab, teknik pemrosesan yang efisien, dan pengurangan emisi selama
produksi. Penggunaan logam hijau di berbagai industri berkontribusi terhadap praktik ramah
lingkungan dan bertanggung jawab sosial.
REFERENCE
● Metallurgy Guru: Sustainable Metallurgy and Green Metals - A Green Metallurgy
Introduction - https://www.youtube.com/watch?v=1kihsaLSxv0&t=1241s